PENGARUH PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR 7E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA Oleh: A.A. Sri Dwi Indrayanthi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) untuk menganalisis perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar 7E dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model konvensional, (2) untuk menganalisis perbedaan pemahaman konsep siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar 7E dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model konvensional, dan (3) untuk menganalisis perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar 7E dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model konvensional. Penelitian ini menggunakan rancangan non-equivalent pre-test post-test control group design. Populasi adalah semua kelas X SMAN 1 Gianyar, dengan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara simple random sampling dengan jumlah sampel 136 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran siklus belajar 7E yang dikenakan pada kelompok eksperimen. Sedangkan pemahaman konsep fisika dan keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini berperan sebagai variabel terikat. Data yang telah dikumpulkan dianalisa menggunakan analisis dan Uji MANOVA. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar 7E dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model konvensional, (2) terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar 7E dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model konvensional, dan (3) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar 7E dengan kelompok siswa yang belajar mengikuti model konvensional. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran siklus belajar 7E mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep fisika dan keterampilan berpikir kritis siswa. Kata-kata kunci: model siklus belajar 7E, pemahaman konsep fisika, dan keterampilan berpikir kritis
1
THE EFFECT OF APPLICATION OF 7E LEARNING CYCLE MODEL TOWARD THE UNDERSTANDING OF PHYSICS CONCEPTS AND CRITICAL THINKING SKIILS OF STUDENTS By: A.A. Sri Dwi Indrayanthi ABSTRACT This research aims: (1) to analyze differences in the understanding of concepts and critical thinking skiils of students, among a group of students who follow the model of the 7E learning cycle with a group of students who are learning to follow the conventional model, (2) to analyze differences in students understanding of concepts, between groups of students who follow the model of the 7E learning cycle with a group of students who are learning to follow the conventional model, and (3) to analyze differences in students critical thinking skiils, among a group of students who follow the model of thee 7E learning cycle with a group of students who are learning to follow the conventional model. This study uses the design of non-equivalent pre-test post-test control group design. The population are grade X SMA Negeri 1 Gianyar. Sampling technique in this study using simple random sampling with a sample number are 136 people. Independent variables in this study was the 7E learning cycle model imposed on the experimental group. While the understanding of physics concepts and critical thinking skills in this study served as the dependent variable. Data that has been collected and analyzed using analysis of MANOVA test. Analysis results showed that: (1) there are differences in understanding of concepts and critical thinking skiils of students, among a group of students who follow the model of the 7E learning cycle with a group of students who are learning to follow the conventional model, (2) there are differences in students understanding of concepts, between groups of students who follow the model of the 7E learning cycle with a group of students who are learning to follow the conventional model, and (3) there are differences in students critical thinking skills, among a group of students who follow the model of the 7E learning cycle with a group of students who are learning to follow the conventional model. Based on the findings of this research, it can be concluded that the model of the 7E learning cycle affect an increased understanding of physics concepts and critical thinking skiils of students. Keywords: model of 7E learning cycle, the understanding of physiscs concept, and critical thinking skills berbagai aspek kehidupan tidak dapat
I. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi dewasa
ditawar lagi. Pesatnya perkembangan
ini, tantangan peningkatan mutu dalam
IPTEK dan tekanan globalisasi yang
2
menghapuskan tapal batas antar negara,
Indonesia tampakya tidak menunjukkan
mempersyaratkan setiap bangsa untuk
perbaikan yang berarti ditinjau dari
mengerahkan
peringkat Human Development Index
pikiran
dan
seluruh
potensi sumber daya yang dimilikinya
(HDI).
dalam
(Mardana, 2011), menyatakan HDI
perebutan
kesempatan
dalam
Indonesia pernah berada pada peringkat
kehidupan. Ini berarti perlu adanya
ke-99 pada tahun 1997, dan berada
peningkatan sikap kompetitif secara
diperingkat ke-96 pada tahun 1998 dari
sistematik
pada
175 negara. Tetapi, kini posisi HDI
melalui
Indonesia berada pada peringkat ke-
dan daya
berbagai
(2008)
sisi
sumber
dalam
pemanfaatan
Khomsan
berkelanjutan manusia
pendidikan dan pelatihan.
111.
Dalam upaya pencapaian tujuan
Rendahnya kualitas pendidikan
Pendidikan Nasional dan memahami
yang dihasilkan tidak terlepas dari
tuntutan dalam IPTEK, pemerintah
berbagai faktor diantaranya pengemasan
telah melakukan berbagai upaya yang
pembelajaran. Pembelajaran Fisika yang
mengarah
mutu
dilaksanakan di SMA saat ini masih
pendidikan diantaranya dalam bidang
lebih cenderung mengarah pada model
kurikulum, yaitu kurikulum tingkat
pembelajaran yang dasar filosofinya
satuan
berbasis
behaviorisme, yaitu pembelajaran yang
proses
berpusat pada guru, berbasis materi
pembelajaran ada program percepatan
pelajaran (content based), dan dengan
belajar (learning acceleration), dan
penilaian paper and pencil test yang
dalam bidang tenaga pendidikan, yaitu
dilakukan pada akhir setiap pokok
mensertifikasi guru-guru untuk menjadi
bahasan. Oleh karena itu pembelajaran
tenaga
serta
Fisika tampaknya hanya mengutamakan
meningkatkan
penguasaan pemahaman konsep dan
kesejahteraan taraf kehidupan guru.
fakta belaka, sementara kemampuan
Namun, pendidikan Indonesia masih
yang
jauh berada di belakang negara-negara
melakukan proses sains dan memecakan
maju dan berkembang di dunia. Bahkan
masalah sains dalam kehidupan sehari-
dari tahun ke tahun kualitas pendidikan
hari hampir tidak tersentuh dalam
pada
peningkatan
pendidikan
kompetensi
(KTSP),
pendidik
diimbangi
yang dalam
profesional,
dengan
3
berupa
keterampilan
siswa
proses
pembelajaran.
pembelajaran
seperti
Dengan ini
sintesis.
Pembelajaran
fisika
tidak
siswa
hanya sekedar menghapalkan rumus dan
sebenarnya hanya belajar sejarah Fisika,
menyelesaikan masalah fisika tetapi
dan tidak belajar bagaimana sains
melalui tahap-tahap atau proses berpikir
(Fisika) diperoleh dan dikembangkan.
sampai
Di sisi lain, sains (Fisika) berkembang
masalah
dengan sangat pesat, sehingga guru
menekankan pada
tidak mungkin mampu mengajarkan
pemecahan masalah tanpa mengetahui
seluruh fakta, konsep, prinsip, dan teori-
makna fisisnya. Hal ini menunjukkan
teori sains kepada para siswanya.
rendahnya kualitas pemecahan masalah
Pembelajaran tersebut
diduga
penghalang
konvensional kuat
pencapaian
yang
sebagai
diperoleh
hasil
sehingga
mengarah
pemecahan
tidak
hanya
nilai fisis hasil
pada
rendahnya
pemahaman konsep dan keterampilan
pemahaman
berpikir kritis siswa.
konsep dan keterampilan berpikir kritis
Pemahaman dalam pembelajaran
siswa. Salah satu komponen konsep
fisika
dasar kurikulum 2006 yang dikenal
keterampilan untuk (1) menjelaskan
Kurikukulum tingkat satuan pendidikan
konsep, prinsip, dan prosedur, (2)
(KTSP)
pengembangan
mengidentifikasi dan memilih konsep,
kecakapan hidup (life skill), termasuk
prinsip, dan prosedur, (3) menerapkan
diantaranya
memecahkan
masalah,
konsep, prinsip, dan prosedur. Ketiga
keterampilan
berpikir
meng-
dimensi pemahaman dalam penelitian
hendaki bahwa suatu pembelajaran pada
ini merupakan keterampilan berpikir
dasarnya
mempelajari
dasar ( basic thinking skill ) dalam
tentang konsep, teori, dan fakta tetapi
tangga keterampilan berpikir (dalam
juga aplikasi dalam kehidupan sehari-
Sutiari, 2011). Pemahaman adalah basic
hari.
materi
thinking skill yang merupakan dasar
pembelajaran tidak hanya tersusun atas
untuk pencapaian keterampilan berpikir
hal-hal sederhana yang bersifat hafalan,
kritis.
adalah
tidak
Dengan
serta
hanya
demikian
dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas
materi
memerlukan
yang analisis,
komplek aplikasi,
dimaksudkan
sebagai
Berpikir kritis (critical thinking)
yang
adalah
dan
ketrampilan
menggunakan
4
dasar
berpikir
yang
menganalisis
argumen dan memunculkan wawasan
menghargai perasaan dan pendapat
terhadap
tiap-tiap
makna
dan
orang lain. Ada beberapa keuntungan
berpikir
ini
yang diperoleh dari proses belajar
yang
mengajar yang memberi penekanan
dipercaya,
pada kemampuan berpikir yaitu: 1)
ringkas, dan meyakinkan. (Ernis, 1985).
belajar lebih ekonomis, artinya bahwa
Berpikir kritis merupakan proses mental
apa
yang terorganisasi dengan baik dan
pembelajaran akan bertahan lama dalam
berperan
benak siswa, 2) cenderung menambah
interpretasi.
Pola
mengembangkan
penalaran
kohensif,
dapat
logis,
dalam
proses
mengambil
yang
diperoleh
semangat
dengan
dan
(antusias) baik pada guru maupun
menginterpretasi data dalam kegiatan
siswa, 3) siswa diharapkan mempunyai
inkuiri
kritis
sikap ilmiah, dan 4) siswa mempunyai
menganalisis
kemampuan memecahkan masalah, baik
argumen dan memunculkan wawasan
pada saat pembelajaran di kelas maupun
terhadap
dalam menghadapi permasalahan nyata
ilmiah.
menggunakan
Berpikir
dasar
tiap-tiap
interpretasi.
Pola
mengembangkan
makna
dan
berpikir
ini
penalaran
gairah
proses
keputusan untuk memecahkan masalah menganalisis
belajar,
dari
belajar
dalam kehidupan sehari-hari.
yang
Masalah pendidikan Indonesia
kohensif, logis, dapat dipercaya, ringkas
saat ini adalah bahwa pendidikan di
dan meyakinkan (Ernis, 1989).orang
Indonesia
yang memiliki keterampilan berpikir
kemampuan siswa untuk berpikir secara
kritis akan dapat bertindak secara
kritis dan sistematis (Mahardika, 2011).
normatif, siap bernalar tentang sesuatu
Siswa
yang dilihat, dengar atau pikirkan serta
konsep dalam
mampu
berhadapan
memecahkan
permasalahan
kurang
mampu
mendorong
menghafal sains,
dengan
konsep-
tetapi ketika masalah
di
yang dihadapinya. Ciri-ciri orang yang
kehidupan sehari-hari yang memerlukan
memiliki kompetensi berpikir kritis
penerapan sains, siswa tidak mampu
adalah cermat, suka mengklasifikasi,
mengaplikasikannya untuk memecah-
terbuka, emosi stabil, segera mengambil
kan masalah. Anak didik lulus dari
langkah-langkah
situasi
sekolah, hanya pintar teori tetapi miskin
menuntut,
aplikasi. Salah satu penyebab hal ini
membutuhkan,
ketika suka
5
adalah pemilihan model pembelajaran
akhir untuk mengetahui sejauh mana
ataupun strategi yang kurang tepat.
tingkat
Upaya yang dapat dilakukan
pemahaman siswa terhadap
konsep
yang
telah
adalah dengan menggunakan model
(evaluation, extend).
pembelajaran yang melibatkan siswa
Saat
ini,
dipelajarinya
sebagian
besar
secara langsung dalam pembelajaran.
pembelajaran di kelas sudah tidak lagi
Oleh karena itu, pembelajaran fisika
berpusat pada guru. Pembelajaran di
yang dasarnya mempelajari fenomena
kelas sudah di arahkan agar siswa
alam yang terjadi di sekitar kita, maka
terlibat
setiap fenomena yang muncul harus
pembelajaran. Hal ini tentunya akan
dikaji secara ilmiah untuk mendapatkan
berimbas
konsepsi
dalam
pemahaman konsepnya. Akan tetapi,
proses
seperti disebutkan diatas, bahwa ada
yang
fenomena
terkandung
tersebut.
penemuan konsepsi dahulu
dilakukan
Dalam
ilmiah terlebih
secara
sesuatu
kegiatan-kegiatan
aktif dalam
kepada
yang
menghubungkan
proses
peningkatan
hilang,
yang
pengetahuan
yang
yaitu berusaha membangkitkan minat
dipelajari di kelas dengan realita di
siswa
lapangan. Dengan penerapan model ini
belajar
kemudian
(elicit,
memberikan
engagement), kesempatan
akan
terjadi
kepada siswa untuk memanfaatkan
pembelajaran
panca
langsung
indera
mereka
semaksimal
yang
perubahan dari hanya
orientasi
pembelajaran memerlukan
mungkin dalam berinteraksi dengan
sedikit analisis dan pemikiran sistematis
lingkungan melalui kegiatan telaah
menuju ke pembelajaran yang melatih
literatur
memberikan
siswa untuk menggunakan pemikiran
kesempatan yang luas kepada siswa
tingkat tinggi ( high order of thinking ),
untuk menyampaikan ide atau gagasan
sehingga nantinya siswa mampu untuk
yang mereka miliki melalui kegiatan
berpikir
diskusi (explanation), mengajak siswa
sistematis.
(exploration),
mengaplikasikan konsep-konsep yang
secara
Beberapa
kritis,
hasil
kreatif
dan
penelitian
mereka dapatkan dengan mengerjakan
menunjukkan bahwa model ini mampu
soal-soal
masalah
meningkatkan prestasi belajar siswa
(elaboration) dan terdapat suatu tes
(dalam Gunasih, 2011). Dalam model
pemecahan
6
pembelajaran ini siswa belajar tentang
peningkatan pemahaman konsep fisika
suatu konsep secara utuh, bukan hanya
dan keterampilan berpikir kritisnya.
proses menghafal fakta dan konsep, tetapi
juga
berinteraksi
Untuk mengatasi permasalahan
dengan
di atas, maka haruslah dirancang suatu
penghayatan
pembelajaran yang dapat menghasilkan
secara internal tentang permasalahan
suasana belajar yang menyenangkan,
yang dihadapi dan konsep yang sedang
memotivasi dan menumbuhkan minat
dipelajarainya.
akan
siswa. Salah satunya adalah dengan
memberikan pemahaman yang lebih
melibatkan siswa dalam sebuah proses
mendalam
pemecahan masalah yang berkaitan
lingkungannya.
Terjadi
Hal
terhadap
ini
konsep
yang
dipelajari siswa, dan berimplikasi pada
dengan
prestasi belajarnya.
Masalah ini akan menantang siswa
Selain
masalah
kesenjangan
untuk
kehidupan
sehari-harinya.
menganalisis
aspek-aspek
antara realita dengan apa yang dipelajari
permasalahan yang berkaitan dengan
di kelas dan rendahnya kemampuan
dirinya dengan menerapkan konsep-
berpikir kritis siswa, masalah lain yang
konsep yang dimilikinya. Setiap siswa
dihadapi dalam pembelajaran fisika di
akan memiliki sudut pandang yang
kelas adalah bahwa siswa memandang
berbeda, sehingga akan terjadi interaksi
pelajaran fisika sebagai pelajaran yang
dan
sulit,
mendapatkan solusi yang terbaik untuk
banyak
matematika
berhubungan
yang
ruwet
dengan
dan
juga
negosiasi
antar
permasalahan
siswa
yang
untuk
diberikan.
menegangkan. Untuk itulah diperlukan
Akibatnya, dalam pembelajaran siswa
suatu
akan
strategi
pembelajaran
yang
terlibat
aktif
dalam
proses
memotivasi siswa dan meningkatkan
pembelajaran karena mereka dilibatkan
minat
dalam memecahkan permasalahan yang
siswa
untuk
mengikuti
pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas
haruslah
menantang motivasi
bagi siswa
menyenangkan siswa, untuk
dihadapinya dalam dunia nyata.
dan
Berdasarkan
latar
belakang
sehingga
masalah di atas, dapat dirumuskan
mengikuti
masalah penelitian ini sebagai berikut:
pembelajaran akan meningkat. Hal ini
(1)
tentunya
pemahaman konsep dan keterampilan
akan
berimbas
pada
7
Apakah
terdapat
perbedaan
berpikir kritis siswa, antara kelompok
menganalisis perbedaan
siswa
berpikir kritis siswa, antara kelompok
yang
mengikuti
model
pembelajaran siklus belajar 7E dengan
siswa
kelompok siswa yang belajar mengikuti
pembelajaran siklus belajar 7E dengan
model
kelompok siswa yang belajar mengikuti
konvensional?,
(2)
Apakah
terdapat perbedaan pemahaman konsep
yang
keterampilan
mengikuti
model
model konvensional.
siswa, antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus
II. METODE PENELITIAN
belajar 7E dengan kelompok siswa yang
Penelitian
ini
merupakan
belajar mengikuti model konvensional?,
penelitian quasi experiment karena tidak
dan (3) Apakah terdapat
memungkinkan
keterampilan
berpikir
perbedaan
kritis
untuk
melakukan
siswa,
seleksi subjek secara acak, subjek
antara kelompok siswa yang mengikuti
secara alami telah terbentuk dalam satu
model pembelajaran siklus belajar 7E
kelompok utuh (naturally formed intact
dengan kelompok siswa yang belajar
group), kelompok siswa dalam satu
mengikuti model konvensional?.
kelas, dan melibatkan seluruh subjek
Berdasarkan rumusan masalah di
dalam kelompok belajar (intact group)
atas, tujuan penelitian ini adalah: (1)
untuk diberi perlakuan (treatment),
Untuk
bukan
menganalisis
perbedaan
menggunakan
diambil
berpikir kritis siswa, antara kelompok
deskriptif. Berdasarkan jenis penelitian
siswa
yang
mengikuti
model
dipilih,
acak
maka
dan
yang
pemahaman konsep dan keterampilan
yang
secara
subjek
desain
metode
yang
pembelajaran siklus belajar 7E dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah
kelompok siswa yang belajar mengikuti
non-equivalent pre-test post-test control
model
Untuk
group design. Karena dalam penelitian
perbedaan pemahaman
terdiri dari dua kelompok eksperimen
konvensional,
menganalisis
(2)
konsep siswa, antara kelompok siswa
dan dua kelompok kontrol.
yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar
Populasi dalam target penelitian
7E dengan kelompok
ini adalah semua siswa kelas X SMA
siswa yang belajar mengikuti model
Negeri 1 Gianyar, dari kelas X1 sampai
konvensional,
dengan kelas X8 yang berjumlah 253
dan
(3)
Untuk
8
orang.
Penentuan
dapat
deskriptif
tahap
menganalisis data penguasaan materi
pertama, dipilih empat kelas X sebagai
dan kinerja ilmiah siswa. Analisis
subjek penelitian dari delapan kelas
MANOVA satu jalur digunakan untuk
yang ada melalui teknik undian dan
menguji hipotesis.
dilakukan
tahap
dua
kedua,
sampel
tahap
yaitu
dilanjutkan
digunakan
untuk
dengan
Pendeskripsian data pemahaman
pengundian lagi dari empat kelas X
konsep fisika dan keterampilan berpikir
tersebut sehingga diperoleh dua kelas X
kritis siswa berdasarkan tendensi data,
sebagai kelompok eksperimen yaitu
meliputi: mean, median, modus, standar
kelas X3 dan kelas X4 berjumlah 68
deviasi,
orang, sedangkan dua kelas lagi sebagai
maksimum dan skor minimum. Analisis
kelompok kontrol yaitu kelas X5 dan
deskriptif
kelas X6 berjumlah 68 orang.
mendeskripsikan skor rata-rata data
varians,
rentangan
digunakan
skor
untuk
Data yang dikumpulkan dalam
hasil belajar kognitif siswa. Analisis
penelitian ini meliputi 1) pemahaman
statistik deskriptif dilakukan dengan
konsep fisika dan 2) keterampilan
menghitung rata-rata nilai posttest.
berpikir kritis. Sebelum digunakan,
Sebaran data pemahaman konsep fisika
instrumen penelitian harus diuji terlebih
dan keterampilan berpikir kritis siswa
dahulu. Uji instrumen yang dilakukan
disajikan
meliputi uji konsistensi internal yaitu uji
diagram untuk masing-masing model
validitas dan uji reliabilitas. Instrumen
pembelajaran.
yang digunakan dalam penelitian harus
Sebelum
dalam
bentuk
tabel dan
dilaksanakan
melewati semua uji ini agar instrumen
hipotesis
benar-benar layak untuk digunakan.
MANOVA, data yang diperoleh harus
Data
teknik
memenuhi asumsi prasyarat analisis.
penelitian ini adalah data kuantitatif
Asumsi-asumsi prasyarat analisis yang
yaitu data pemahaman konsep fisika
harus
dan keterampilan berpikir kritis. Teknik
adalah: (1) uji normalitas dan (2) uji
analisis data yang digunakan adalah
homogenitas.
multivariat
deskriptif
diperoleh
dengan
dalam
analisis
yang
penelitian
uji
dan
(MANOVA).
analisis
dipenuhi
Teknik
Analisis
dalam
analisis
MANOVA
data
yang
digunakan untuk menguji hipotesis
9
dalam penelitian ini adalah analisis
terlibat secara aktif dalam proses-proses
multivariat
sains seperti melakukan percobaan,
(MANOVA).
Uji
multivariat akan menampilkan pengaruh
menggunakan
masing-masing
mengukur,
variabel independent
alat,
mengamati,
mengumpulkan
data,
terhadap variabel dependent. Dalam
menyimpulkan dan sebagainya. Siklus
menganalisis data digunakan bantuan
belajar merupakan rangkaian tahap-
program
tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
computer
yakni
program
SPSS-PC 15.00 for windows.
sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat
III. HASIL
PENELITIAN
kompetensi-
kompetensi yang harus dicapai dalam
DAN
pembelajaran dengan jalan berperanan
PEMBAHASAN Berdasarkan
menguasai
analisis
aktif. Dalam pembelajaran ini, guru
multivariat tentang pemahaman konsep
berperan sebagai fasilitator, pemandu,
dan keterampilan berpikir kritis siswa
dan informan bagi siswa (Gunasih,
yang
2011).
belajar
hasil
mengikuti
model
pembelajaran siklus belajar 7E dan model
pembelajaran
Pembelajaran siklus belajar 7E
konvensional
menyajikan
masalah
sebagai
menunjukkan bahwa harga sig F untuk
rangsangan untuk belajar, dimana siswa
Pillai's
Lambda,
terlibat dahulu dalam struktur masalah
Hotelling's Trace, dan Roy's Largest
riil yang berkaitan dengan konsep
Root dari implementasi pembelajaran
maupun prinsip yang akan dibelajarkan.
kontekstual lebih kecil dari 0,05.
Hal ini sangat efektif membantu siswa
Trace,
Wilks'
Hal itu menunjukkan bahwa secara
bersama-sama
dalam membangun sendiri pengetahuan
terdapat
dan
mengembangkan
perbedaan pemahaman konsep dan
berpikir,
keterampilan berpikir kritis siswa yang
berpikir kritis. Model pembelajaran
belajar mengikuti model pembelajaran
siklus belajar 7E mempersiapkan situasi
siklus
bagi
belajar
7E
dan
model
pembelajaran konvensional. Pembelajaran
dengan
khususnya
kemampuan
siswa
untuk
keterampilan
melakukan
eksperimen sendiri, dalam arti luas model
ingin
siklus belajar dapat mendorong siswa
melihat
mengajukan
10
apa
yang
terjadi,
pertanyaan-pertanyaan,
menghubungkan penemuan yang satu
pendekatan
dengan yang lain dan membandingkan
metode
apa yang ditemukannya dengan yang
atau pengulangan. Metode ini alhasil
ditemukan
ini
menyebabkan pemahaman konsep siswa
memberikan peluang kepada siswa
kurang maksimal dan siswa juga kurang
untuk
bisa berpikir
siswa
lain.
Situasi
menumbuhkembangkan
rasa
konvensional pengajaran
kritis.
dengan repetisi
Dalam
model
ingin tahu, bersikap kritis dan terbuka
pembelajaran konvensional, ilmu yang
terhadap pendapat siswa lain, hal ini
diberikan juga bersifat sudah baku.
dapat
Biasanya dituangkan dalam buku teks
meningkatkan
keterampilan
berpikir kritisnya. Model belajar
dan
pembelajaran
7E
mampu
pemahaman
terhadap
siklus
materinya
Metode
hanya
itu-itu
pengajarannya
saja. hanya
meningkatkan
seputar listening atau mendengarkan,
materi
yang
mencatat dan menghafal teks. Pada
dipengaruhi
oleh
saat assessment atau penilaian biasanya
yang
hanya melalui ujian dengan soal pilihan
digunakan dalam berpikir dan konsep
ganda. Oleh karenanya, siswa tidak
yang digunakan dalam belajar. Salah
memiliki
satu faktor yang dapat mempengaruhi
menuangkan pikirannya terkait soal
perkembangan
yang diberikan (Endro, 2012).
dipelajari
karena
perkembangan
proses
mental
kemampuan
berpikir
adalah interaksi antara pengajar dan siswa.
siswa
untuk
Hal ini sejalan dengan pendapat
suasana
Sanjaya (2006), bahwa dalam setiap
akademik yang memberikan kebebasan
pembelajaran sering kali guru menjadi
dan rasa aman bagi siswa untuk
pusat (teacher centered) dan peserta
mengekspresikan
dan
didik hanya menjadi objek penerima
berpartisipasi
saja. Sehingga peserta didik tidak
keputusannya
memerlukan
kebebasaan
pendapat
selama
dalam kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran
memiliki siklus
mengembangkan
belajar 7E ini jelas berbeda dengan
kemampuan
model
pembelajaran
pembelajaran
kesempatan
konvensional.
Selama ini metode pengajaran yang
pengetahuan
berpikir
kritis.
konvensional,
untuk dan Dalam peserta
didik ditempatkan sebagai objek belajar
diberikan guru masih menggunakan
11
yang
berperan
sebagai
penerima
siswa yang belajar mengikuti
informasi secara pasif.
pembelajaran konvensional.
Kurangnya keterampilan proses
model
memberikan
berpikir
kritis
pembelajaran
Berkenaan
dengan
hasil
dalam
penelitian ini, guru perlu menyadari
dapat
bahwa tidak semua pokok bahasan
mengarahkan siswa pada kebiasaan
dapat
melakukan berbagai kegiatan tanpa
pembelajaran
mengetahui tujuan dan mengapa mereka
dalam kaitannya dengan meningkatkan
melakukannya.
pemahaman konsep dan keterampilan
Proses
pembelajaran
diajarkan
dengan
yang
terutama
yang masih banyak menganut cara
berpikir
konvensional, yang menuntut siswa
pembelajaran berbasis siklus belajar 7E
hanya “menelan” apa yang disampaikan
merupakan
guru
berbasis
atau orangtua
mengharapkan
memang
individu
sulit
mampu
model
kritis
sama,
model
siswa.
model
Model
pembelajaran
konstruktivisme
sehingga
pembelajaran
ini
memberi
kepada
siswa
mengajukan pikirannya sendiri. Apalagi
peluang
yang unik. Mereka cenderung tampil
meningkatkan pemahaman konsep dan
sebagai
keterampilan berpikir kritisnya.
individu
melakukan
yang
hal-hal
otomatis,
yang
biasa
Kelebihan metode konstrukti-
dilakukan.
hasil
untuk
visme
membuat
siswa
mampu
Hal tersebut konsisten dengan
mengungkapkan pertanyaan,
penelitian
lesaikan persoalan, serta berfikir kritis.
bersama-sama
ini
bahwa
terdapat
secara
perbedaan
Sedangkan
untuk
guru
menye-
akan
pemahaman konsep dan keterampilan
membuatnya memberikan pengajaran,
berpikir
menulis,
kritis
siswa
yang
belajar
mengikuti model pembelajaran siklus
dan
berbicara
secara
konstruktif.
belajar 7E dan model pembelajaran
Tujuan kedua dari penelitian ini
konvensional. Dalam hal ini secara
adalah untuk menguji perbedaan model
simultan,
pembelajaran siklus belajar hipotetik-
pemahaman
konsep
dan
keterampilan berpikir kritis siswa yang
deduktif
belajar mengikuti model pembelajaran
konvensional
siklus belajar 7E lebih baik daripada
pemahaman konsep pada materi listrik
12
dan
model terhadap
pembelajaran pencapaian
dinamis. Hasil penelitian menunjukkan
siswa yang mengikuti pembelajaran
bahwa terdapat perbedaan pemahaman
dengan
konsep
konvensional.
yang
signifikan
antara
model
pembelajaran
kelompok siswa yang belajar dengan
Ini menunjukkan bahwa model
model pembelajaran siklus belajar 7E
siklus belajar 7E memiliki kemampuan
dan kelompok siswa yang belajar
yang
dengan mengikuti model pembelajaran
pembelajaran konvensional dalam hal
konvensional.
mengembangkan pemahaman konsep
Hasil
penelitian
ini
telah
lebih
siswa.
Ini
baik
daripada
disebabkan
model
keseluruhan
membuktikan hipotesis yang diajukan,
rangkaian kegiatan pembelajaran fisika
yaitu terdapat perbedaan model siklus
dengan
belajar 7E terhadap pemahaman konsep
sebagian besar proses pembelajaran
siswa, yang secara spesifik ditunjukkan
dilaksanakan sendiri oleh siswa baik
oleh terdapatnya perbedaan pemahaman
secara individual maupun kelompok.
konsep
antara
siswa
siklus
belajar
7E,
belajar
Siklus belajar 7E terdiri dari 7
menggunakan model siklus belajar 7E
tahapan pembelajaran. Tahapan pertama
dengan
siswa
siswa
yang
model
yang
menggunakan
model
konvensional.
Data
belajar
pembelajaran gain
diidentifikasi
pengetahuan
awalnya yang merupakan starting point
skor
oleh guru untuk memulai pembelajaran.
ternormalisasi pada kelompok model
Tahapan
siklus
pada
mengorganisasikan siswa dalam belajar.
pembelajaran
Siswa difokuskan pada materi yang
belajar
kelompok konvensional
7E
maupun
model memiliki
kualifikasi
akan
sedang.
kedua
dipelajarinya
dimulai
sehingga
dengan
siswa
menjadi tertarik dan berminat untuk
Berdasarkan
analisis
manova
belajar. Tahapan ketiga siswa untuk
dengan bantuan program SPSS 15 for
dituntut
windows diperoleh nilai F = 49,353 dan
mengidentifikasikan
sig = 0,000. Keterampilan berpikir kritis
mereka pelajari melaui diskusi ataupun
yang dicapai oleh siswa yang mengikuti
penemuan. Siswa diberikan kesempatan
pembelajaran
siklus
secara langsung untuk terlibat dalam
belajar lebih baik dibandingkan dengan
penemuan konsep. Diharapkan siswa
dengan
model
13
untuk
menemukan konsep
dan yang
akan
mengembangkan
berpikirnya.
pola-pola
Tahapan
Kondisi
keempat
kesempatan
ini
memberikan
yang
seluas-luasnya
dilanjutkan dengan melakukan diskusi
terhadap siswa dalam mengembangkan
untuk menyamakan persepsi terkait
kemampuan untuk berpikir dan berbuat.
dengan
Pembelajaran
konsep
yang
ditemukan.
fisika
akan
lebih
Tahapan kelima diadakan klarifikasi
bermakna karena apa yang dipelajari
konsep siswa, hal ini bertujuan untuk
dari
menanggulangi kesalahan konsep yang
pembelajaran
menyentuh
bidang
terjadi pada siswa. Setelah konsep siswa
kehidupannya
sehari-hari,
karena
mantap,
pada
pembelajaran fisika tidak semata-mata
fenomena baru yang menantang siswa
berorientasi terhadap buku teks tetapi
untuk menerapkan dan mengembangkan
lebih
konsep tersebut pada konteks yang baru
pengalaman
sehari-hari
dan berbeda pada tahapan keenam dan
berorientasi
dengan
ketujuh.
sekitarnya. Pembelajaran fisika dengan
siswa
diharapkan
Melalui
pembelajaran
7E
tujuh
tahapan
diharapkan
siswa
awal
sampai
menyentuh
model
akhir
proses
kebutuhan
siklus
dan selama
lingkungan
belajar
7E
dapat mengembangkan pola berpikir
mempertimbangkan pengetahuan awal
siswa
siswa. Melalui proses asimilasi dan
sehingga
keterampilan
berpikir
tercapainya kritis
siswa.
akomodasi yang terjadi selama siswa
Terutama pada tahapan keenam dan
berinteraksi
ketujuh (evaluate dan extend) yang
belajarnya,
menantang siswa untuk memanggil
membangun
kembali konsepnya untuk diterapkan
perumusan konsep-konsep fisika yang
pada
menjadi tujuan pembelajaran untuk
konteks
menuntut
yang siswa
berbeda
yang untuk
dengan siswa
lingkungan
secara
individual
pengetahuannya
berupa
ditemukan.
mengorganisasikan pola berpikirnya.
Pembelajaran
belajar
7E
dengan
Penerapan model siklus belajar 7E
model
mengakibatkan penyimpanan lebih lama
memandang siswa yang belajar dengan
terhadap informasi yang diterima siswa
membawa kepala kosong dari rumah,
dapat merangsang keterampilan berpikir
melainkan lebih menekankan bahwa
kritis siswa.
siswa telah memiliki konsep alternatif
14
siklus
fisika
tidak
terhadap kejadian-kejadian alam yang
keterampilan
proses
berkaitan dengan konsep-konsep yang
penelitiannya
menunjukkan
mereka pelajari. Konsep alternatif inilah
penerapan model siklus belajar 7E dapat
yang melalui proses asimilasi dan
meningkatkan
akomodasi diarahkan untuk diubah
keterampilan
menjadi konsep ilmiah, yaitu prosedur-
keterampilan proses sains siswa.
prosedur penemuan yang bermanfaat
sains.
bahwa
prestasi berpikir
Siribunnam
dan
belajar, kritis,
dan
Tayraukham
bagi dirinya dan berkemampuan untuk
(2009)
menggeneralisasikannya
dalam
eksperimen mengenai pengaruh model
situasi baru. Oleh karena pengetahuan
siklus belajar 7E terhadap keterampilan
yang
berpikir siswa, prestasi belajar, dan
diperoleh
pengalaman
ke
adalah
dengan
berkat prosedur
melakukan
Hasil
sikap
siswa.
Hasil
penelitian
penelitiannya
penemuan, maka pemahaman siswa
menunjukkan bahwa penerapan model
terhadap konsep yang dipelajari akan
siklus belajar 7E dapat meningkatkan
terpendam lama dalam ingatan siswa.
keterampilan berpikir siswa ke arah
Hasil dengan
penelitian
hasil-hasil
ini
penelitian
sejalan
yang lebih baik, dapat meningkatkan
yang
prestasi
belajar,
dan
sikap
siswa
dengan
siswa
yang
sejenis sebelumnya, seperti penelitian
dibandingkan
Santiasih
belajar dengan model konvensional.
bahwa
(2011) yang menunjukkan distribusi pemahaman konsep
Tujuan ketiga dari penelitian ini
siswa pada kelompok model siklus
adalah untuk menguji perbedaan model
belajar 7E memiliki pemahaman konsep
pembelajaran siklus belajar hipotetik-
yang tersebar pada kualifikasi sangat
deduktif
baik, baik, dan cukup.
konvensional
Hasil
penelitian
ini
sejalan
berpikir
dan
model
pembelajaran
terhadap
keterampilan
kritis.
Hasil
penelitian
dengan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
oleh Opas, et al. (2009); Sornsakda, et
keterampilan
al. (2009) yang melakukan penelitian
signifikan antara kelompok siswa yang
eksperimen mengenai pengaruh model
belajar dengan model pembelajaran
siklus belajar 7E terhadap prestasi
siklus belajar 7E dan kelompok siswa
belajar, keterampilan berpikir kritis, dan
yang belajar dengan mengikuti model
15
berpikir
kritis
yang
pembelajaran konvensional. Tinjauan
menemukan sendiri. Di samping itu,
ini didasarkan pada data gain skor
model siklus belajar 7E didasari pada
ternormalisasi
motuvasi intrinsik yang sesuai dengan
keterampilan
berpikir
kritis yang disajikan pada tabel 4.6.
faham
Data
gain skor ternormalisasi pada
pembelajaran, di mana siswalah yang
kelompok model siklus belajar 7E
seharusnya mengalami pembelajaran
maupun
sedangkan guru hanya sebagai mediator
pada
kelompok
model
pembelajaran konvensional memiliki
Model analisis
tentang
dan fasilitator.
kualifikasi sedang. Berdasarkan
konstruktivisme
pembelajaran
siklus
manova
belajar 7E mempersiapkan situasi bagi
dengan bantuan program SPSS 15 for
siswa untuk melakukan eksperimen
windows diperoleh nilai F = 9,228 dan
sendiri, dalam arti luas ingin melihat
sig = 0,003. Keterampilan berpikir kritis
apa
yang dicapai oleh siswa yang mengikuti
pertanyaan-pertanyaan,
pembelajaran
siklus
menghubungkan penemuan yang satu
belajar lebih baik dibandingkan dengan
dengan yang lain dan membandingkan
siswa yang mengikuti pembelajaran
apa yang ditemukannya dengan yang
dengan
ditemukan
dengan
model
model
pembelajaran
konvensional.
yang
terjadi,
siswa
mengajukan
lain.
Situasi
ini
memberikan peluang kepada siswa
Adapun
yang
melandasi
untuk
menumbuhkembangkan
rasa
pencapaian keterampilan berpikir kritis
ingin tahu, bersikap kritis dan terbuka
siswa kelompok siswa yang mengikuti
terhadap pendapat siswa lain. Pelajaran
siklus
Model
belajar
7E
lebih
baik
pembelajaran
dibandingkan kelompok konvensional
meletakkan
karena secara teoritik jika dilihat dari
behavioristik yang lebih menekankan
filosofisnya, model siklus belajar 7E
pada
meletakkan
2006).
dasar
pada
filosofis
pendidikan di mana siswa akan belajar
dasar
konvensional
motivasi
pada
ekstrinsik
Karakteristik
utama
psikologi
(Sanjaya,
dalam
dengan baik apabila mereka terlibat
pembelajaran konvensional adalah guru
secara aktif dalam segala kegiatan di
menyampaikan materi pelajaran secara
kelas
jelas
dan
berkesempatan
untuk
16
dan
terperinci.
Dalam
pembelajaran konvensional, peran guru
yang didapatkan akan lebih tertata rapi
sangat dominan sedangkan siswa sangat
dalam
pasif dalam kegiatan pembelajaran.
samping itu, tahapan-tahapan belajar
Peran serta siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan siklus belajar 7E
masih dipengaruhi oleh guru dan ini
menuntut siswa untuk secara terus
terlihat saat guru menyajikan materi.
menerus
Secara
operasional
empiris,
struktur
kognitif siswa.
Di
mengembangkan
pengetahuannya
dan
menerapkan
kedua model pembelajaran tersebut
pemahaman yang telah mereka miliki
menyajikan materi pelajaran yang sama
dalam fenomena yang berbeda. Siswa
yaitu listrik dinamis. Perbedaannya
diajak selalu berpikir untuk menghadapi
terletak pada LKS yang disajikan dan
masalah-masalah dunia
kegiatan
berhubungan
pembelajarannya.
Pembelajaran
model
siklus
belajar
erat
nyata
dengan
yang materi
pelajaran yang dibahas. Melalui proses
diawali dengan penyajian fenomena
berpikir
nyata
menyelesaikan masalah-masalah yang
yang
dikemas
dalam
ini
diharapkan
permasalahan realistik. Masalah yang
dihadapinya
diberikan merupakan masalah yang
menghasilkan keputusan yang tepat.
beluim terdefinisikan, sehingga siswa
Sebagai upaya menyelesaikan masalah
dituntut untuk menganalisis masalah
untuk menghasilkan keputusan yang
tersebut secara cermat, mengidentifikasi
tepat, diperlukan suatu pemahaman
apa yang mereka ketahui dari masalah,
konsep
yang ingin mereka ketahui dan yang
Melalui pembelajaran 7E siswa diajak
harus mereka cari. Dengan memberikan
berpikir sehingga dapat menyelesaikan
masalah nyata di awal pembelajaran,
masalah untuk selanjutnya mengambil
maka siswa mengetahui tujuan mereka
keputusan.
mempelajari materi tersebut. Penyajian masalah
ini
kemampuan
Sedangkan,
dalam
dapat
berpikir.
LKS
meningkatkan
pembelajaran konvensional disajikan
motivasi siswa. Dengan motivasi yang
petunjuk yang jelas mengenai kegiatan
tinggi,
untuk
percobaan dan siswa hanya mengikuti
yang
langkah-langkah atau petunjuk kerja
siswa
memecahkan
dapat
dan
sehingga
dapat
lebih
tertarik
masalah-masalah
terdapat pada LKS sehingga informasi
tersebut.
17
Hal
ini
tentunya
mengakibatkan ketidakbiasaan siswa
konsep antara kelompok siswa yang
dalam
belajar dengan menggunakan model
memperluas,
memperkaya
memperdalam, dan
siklus belajar 7E dan kelompok
pengetahuan siswa terbatas pada apa
siswa yang belajar dengan model
yang diketahui guru. Materi yang
pembelajaran konvensional.
disajikan
pengetahuannya,
dalam
pembelajaran
2. Terdapat
perbedaan
pemahaman
konvensional kurang diaplikasikan pada
konsep fisika yang signifikan antara
kehidupan nyata dan hanya bersumber
kelompok siswa yang mengikuti
dari buku teks. Peran siswa yang pasif
model pembelajaran siklus belajar
tidak
7E dan kelompok siswa belajar
dapat
melatih
keterampilan
berpikirnya secara optimal. Berdasarkan
mengikuti
hal ini, proses belajar sebagian masih
konvensional.
merupakan tanggung jawab guru. Guru bertangungjawab
dalam
model
pembelajaran
3. Terdapat perbedaan keterampilan
menyajikan
berpikir kritis yang signifikan antara
informasi akademik baru kepada siswa
kelompok siswa yang mengikuti
setiap minggunya melalui informasi
model pembelajaran siklus belajar
verbal atau teks.
7E dan kelompok siswa belajar
Temuan dalam penelitian ini
mengikuti
memberikan petunjuk bahwa model
model
pembelajaran
konvensional.
siklus belajar 7E memiliki keunggulan
Berdasarkan kesimpulan di atas,
komparatif dibandingkan dengan model
dapat diajukan beberapa saran sebagai
pembelajaran konvensional dalam hal
berikut.
meningkatkan
1. Hasil
keterampilan
berpikir
kritis.
penelitian
pemahaman
menunjukkan
konsep
dan
keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran dengan model
IV. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data
siklus belajar 7E lebih baik daripada
dan pembahasan dapat dikemukakan
pembelajaran
simpulan sebagai berikut.
pembelajaran konvensional. Untuk
1. Terdapat perbedaan keterampilan
itu, para guru fisika hendaknya
berpikir
kritis
dan
pemahaman
dengan
model
menggunakan model siklus belajar
18
7E
sebagai
alternatif
untuk
permasalahan yang tidak lengkap
meningkatkan pemahaman konsep
dalam
dan keterampilan berpikir kritis
diketahui dan ditanya tidak jelas
siswa.
tercantum
Agar
pelaksanaan
artian
pada
variabel
soal
yang
tersebut
pembelajaran fisika dengan model
sehingga siswa terbiasa melatih
siklus belajar 7E dapat berlangsung
kemampuannya
dengan baik, disarankan agar guru
mengevaluasi berdasarkan fakta apa
fisika lebih memperhatikan dan
yang diberikan.
dalam
memfasilitasi kegiatan siswa dalam melakukan praktikum. 2. Hasil
penelitian
DAFTAR PUSTAKA menunjukkan
Endro, Dwi Hatmanto. 2012. Metode Pengajaran Konvensional Sebabkan Siswa Kurang Berpikir Kritis. Seminar. Penguasaan Teori Konstruktivisme dalam Metode Pengajaran untuk Guru dan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
bahwa dalam menyelesaikan tes keterampilan berpikir kritis, siswa masih mengalami kesulitan pada indikator memberi argumen yang utuh dan mengevaluasi berdasarkan
Ernis. 1985. Keterampilan Berpikir Kritis, (Online), (http://blog.elearning.unesa.ac.id /tag/keterampilan-berpikir-kritis, diakses tanggal 18 November 2011).
fakta. Untuk itu diharapkan kepada para
guru
fisika
mengembangkan
hendaknya keterampilan
berpikir kritis siswa, agar lebih menekankan pada kedua indikator tersebut.
Indikator
Gunasih, N.L.A. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran siklus Belajar Hipotesis Deduktif dengan seting 7E terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa. Program Pascasarjana, Undiksha.
pertama
dikembangkan dengan cara melatih siswa secara rutin dan memberikan permasalahan ingin siswa
kontekstual
dicarikan terbiasa
solusinya,
yang agar
Mahardika, I.P 2011. Pengaruh model Problem Based Learning terhadap Keterampilan Berpikir kritis dan Motivasi Belajar Fisika Siswa SMA. Program Pascasarjana, Undiksha.
memberikan
argumennya
mengenai
permasalahan tersebut.
Indikator
kedua dapat dikembangkan dengan cara melatih siswa menyelesaikan
19
Mardana, I G. 2011. Pengaruh model Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) terhadap Prestasi Belajar Fisika Dan Keterampilan Berpikir kritis Ditinjau dari Bakat numerik. Program Pascasarjana, Undiksha. Opas, et al. 2009 & Sornsakda, et al. 2009. Pengaruh model siklus belajar 7E terhadap prestasi belajar, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan proses sains. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Edisi Pertama). Jakarta: Fajar Interpratama Offset. Siribunnam, & Tayraukham. 2009. Effect of 7-E, KWL, and Conventional Instruction on Analytical Thingking, Learning Achievement and attitudes toward Chemistry Learning. Journal of Social Science 5 (4): 279-282
20