PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: ROSIANA 1110016300017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK
Rosiana (1110016300017). “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Kalor”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Implementasi Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta berorientasi pada pendekatan saintifik yang menginspirasi siswa untuk berpikir secara kritis. Namun, keterampilan berpikir kritis belum dibiasakan di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Bekasi tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan non-equivalent control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, di mana kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inquiry training dan X MIA 2 sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaran Kurikulum 2013. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk tes subjektif (esai) dan non-tes berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training. Instrumen tes dianalisis dengan uji t-pasangan, sedangkan instrumen non-tes dianalisis secara kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk kuantitatif. Berdasarkan analisis data, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, di mana thitung = 12,59 dan ttabel pada taraf signifikan 5% (n = 39) sebesar 2,02. Nilai thitung > ttabel sehingga H0 ditolak. Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry training dapat mempengaruhi dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, khususnya pada indikator dalam menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan). Kata Kunci:
model pembelajaran inquiry training, pembelajaran kurikulum 2013, keterampilan berpikir kritis, konsep kalor
iv
ABSTRACT Rosiana (1110016300017). “The Effect of Inquiry Training Learning Models to Critical Thinking Skill of Students on Heat Concept”. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Departement, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Implementation of Curriculum 2013 is purposed to develop potentials of students in attitude, knowledge, and skill, to be oriented on scientific approach that inspires students think critically. But, critical thinking skill is not yet habituated in schools. The aim of this research was to know the influence of inquiry training learning model to critical thinking skill of students on heat concept. This research was carried out at SMA Negeri 9 Bekasi year 2014/2015. The method of this research used quasi-experiment with non-equivalent control group design. The technique of sampling used purposive sampling, where class of X MIA 3 as experiment group used inquiry training learning model and X MIA 2 as control group used Curriculum 2013 learning. Instruments in this research used test of critical thinking skill in type of subjective test (essay) and non-test in type of observation checklist of inquiry training learning model implementation. Instrument of test was analyzed by t-paired test, whereas non-test was analyzed qualitatively and been converted into quantitative form. Based on data analysis, the results of research showed that there was an influence of inquiry training learning model to critical thinking skill of students on heat concept, where ttest = 12,59 and ttabel in significance level 5% (n = 39) was 2,02. Value of ttest > ttabel so H0 was rejected. Average of experiment group was higher than average of control group. Finally, this research could be conclude that inquiry training model could influence and improve critical thinking skill of students, especially in indicator of describing definition form such as operational (formulation). Keyword:
inquiry training learning models, curriculum 2013 learning, critical thinking skill, heat concept
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Kalor” sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, baginda pejuang Islam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kebodohan menuju jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga kepada seluruh keluarganya, para sahabatnya, serta pengikut ajarannya yang setia hingga akhir jaman. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
4.
Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing, memberikan arahan, saran-saran yang bermanfaat, serta nasehat bagi penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
5.
Devi Solehat, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan, saran-saran yang bermanfaat, serta nasehat bagi penulis dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
6.
Dra. Hj. Etty Kusmiaty, MM., selaku Kepala SMA Negeri 9 Bekasi yang telah memberikan kesempatan untuk penulis melaksanakan penelitian skripsi ini.
vi
7.
Agus Setiawan, M.Pd., selaku guru bidang studi fisika kelas X SMA Negeri 9 Bekasi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis di dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
8.
Kusrini, M.Pd., beserta seluruh guru dan staf SMA Negeri 9 Bekasi yang telah bersedia memberikan arahan dan dukungan kepada penulis di dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
9.
Seluruh siswa-siswi SMA Negeri 9 Bekasi, terutama kelas X MIA 3 dan X MIA 2, yang telah bekerjasama dan membantu penulis di dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.
10. Teman-teman Pendidikan Fisika 2010 seperjuangan: Nur, Enong, Dewi, Asria, Ike, dll., yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan pemikirannya. 11. Secara khusus, penulis juga menyampaikan banyak terimakasih pada kedua orangtua tercinta, yaitu Ayahanda Roin Abdullah dan Ibunda Eroh, yang senantiasa mengiringi langkah penulis dengan untaian doa, pengorbanan, serta dukungan motovasi dan materi dengan penuh keikhlasan dan harapan. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, semangat doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, secara terbuka penulis menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai pijakan penulis ke depan menjadi lebih baik dari sekarang. Walaupun demikian, penulis tetap berharap semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta,
Maret 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH…………………… ii SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI……………………………… iii ABSTRAK…………………………………………………………………… iv ABSTRACK………………………………………………………………… v KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… x DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 4 C. Pembatasan Masalah………………………………………… 4 D. Perumusan Masalah…………………………………………… 4 E. Tujuan Penelitian……………………………………………… 5 F. Manfaat Penelitian…………………………………………… 5
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN…………………………………………………… 6 A. Kajian Teoritis………………………………………………… 6 1.
Model Pembelajaran Inquiry Training…………………… 6
2.
Keterampilan Berpikir Kritis……………………………… 15
3.
Konsep Kalor……………………………………………… 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………… 30 C. Kerangka Berpikir…………………………………………… 31 D. Hipotesis Penelitian…………………………………………… 33
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 34 A. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………… 34 B. Metode dan Desain Penelitian………………………………… 34 C. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………… 35 D. Teknik Pengambilan Sampel………………………………… 35 E. Variabel Penelitian…………………………………………… 35 F. Prosedur Penelitian…………………………………………… 35 G. Teknik Pengumpulan Data…………………………………… 38 H. Instrumen Penelitian…………………………………………… 38 I.
Kalibrasi Instrumen Penelitian………………………………… 38
J.
Teknik Analisis Data………………………………………… 42
K. Hipotesis Statistik……………………………………………… 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… 45 A. Hasil Penelitian………………………………………………… 45 B. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………… 56
BAB V
PENUTUP………………………………………………………… 64 A. Kesimpulan…………………………………………………… 64 B. Saran…………………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Bagan perubahan wujud benda…………………………………23
Gambar 2.2
Angin laut dan darat terjadi melalui konveksi alami udara…… 27
Gambar 2.3
Konveksi paksa pada sistem pendingin mobil………………… 28
Gambar 2.4
Bagan kerangka berpikir……………………………………… 33
Gambar 3.1
Bagan prosedur penelitian…………………………………… 37
Gambar 4.1
Perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen………… 46
Gambar 4.2
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen………………………………… 47
Gambar 4.3
Perbandingan pretest dan posttest kelas kontrol……………… 49
Gambar 4.4
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol……………………………………… 50
Gambar 4.5
Histogram persentase keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training………………………………………………………… 51
Gambar 4.6
Analisis perbandingan indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol…………… 56
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Non-equivalent control group design………………………… 34
Tabel 3.2
Hasil uji validitas instrumen…………………………………… 39
Tabel 3.3
Hasil uji reliabilitas instrumen………………………………… 40
Tabel 3.4
Hasil uji daya pembeda instrumen…………………………… 41
Tabel 3.5
Hasil uji tingkat kesukaran instrumen………………………… 42
Tabel 4.1
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen…… 52
Tabel 4.2
Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol………… 52
Tabel 4.3
Hasil uji homogenitas pretest dan posttest…………………… 53
Tabel 4.4
Hasil perhitungan uji hipotesis kelas eksperimen……………
Tabel 4.5
Hasil perhitungan uji hipotesis kelas kontrol………………… 54
Tabel 4.6
Hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol……………… 55
xi
54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
RPP Kelas Eksperimen
Lampiran 2
RPP Kelas Kontrol
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa
Lampiran 4
Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training
Lampiran 5
Kisi-kisi uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Lampiran 6
Uji validitas instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Lampiran 7
Uji reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir kritis (tipe A dan B)
Lampiran 8
Uji daya pembeda instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Lampiran 9
Uji tingkat kesukaran instrumen tes keterampilan berpikir kritis
Lampiran 10 Rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis Lampiran 11 Kisi-kisi pretest-posttest instrumen tes keterampilan berpikir kritis Lampiran 12 Instrumen tes keterampilan berpikir kritis Lampiran 13 Deskripsi data hasil pretest-posttest kelas eksperimen Lampiran 14 Deskripsi data hasil pretest-posttest kelas kontrol Lampiran 15 Analisis lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training Lampiran 16 Uji normalitas perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 17 Uji homogenitas pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 18 Uji t-pasangan pretest-posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol Lampiran 19 Uji N-gain pretest-posttest kelas eksperimen dan kontrol Lampiran 20 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest, posttest, dan N-gain kelas eksperimen dan kontrol
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara prinsip kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. 1 Oleh karena itu, pada tahun 2013 pemerintah membuat suatu peraturan baru tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah yang terangkum dalam Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diimplementasikan untuk mencapai kualitas kegiatan pembelajaran, menggunakan prinsip yang berpusat pada siswa dengan mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam. 2 Berdasarkan hal tersebut, maka Kurikulum 2013 diharapkan dapat mengembangkan kompetensi dan kualitas setiap individu, baik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Bertolak dari tujuan implementasi Kurikulum 2013 ini, maka keterampilan siswa, satu di antaranya dalam berpikir kritis, juga perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran fisika. Menurut Rustaman dalam Zulfiani, dkk., fisika merupakan mata pelajaran yang dapat menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ilmiah kepada siswa.
3
Keterampilan berpikir kritis tidak hanya memperhatikan kemampuan proses kognitif, tetapi juga melibatkan sikap dalam disposisi. Hal ini sesuai dengan 1
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013), h.33. 2 Ibid. 3 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.46.
1
2
pendapat Ennis dalam Kuswana yang menyatakan bahwa kecenderungan untuk berpikir kritis, yakni esensi dan kepekaan terhadap orang lain. 4 Jadi, keterampilan berpikir kritis mengarahkan sikap seseorang untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Namun, faktanya, kebiasaan berpikir kritis belum ditradisikan di sekolah-sekolah. Seperti yang diungkapkan kritikus Jacqueline dan Brooks pada penelitian Ali Syahbana, sedikit sekolah yang mengajarkan siswanya berpikir kritis. Sekolah justru mendorong siswa memberi jawaban yang benar daripada mendorong mereka memunculkan ide-ide baru atau memikirkan ulang kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada. 5 Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 9 Bekasi ditemukan bahwa siswa kurang mampu memberikan penjelasan sederhana tentang suatu masalah, meskipun mereka sudah cukup antusias untuk bertanya atau menjawab pertanyaan. Mereka kurang mampu membangun keterampilan dasar untuk menilai keputusan, khususnya dalam melakukan observasi dan mempertimbangkan hasil observasi. Mereka kurang mampu membuat kesimpulan dari suatu masalah, membuat penjelasan yang lebih lanjut tentang suatu masalah, serta membuat pengandaian dan mengintegrasikan kemampuan dan sikap yang dimilikinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa-siswi di sekolah tersebut belum dibiasakan secara maksimal. Di dalam pembelajaran fisika, berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari pihak lain, tapi juga melakukan pencarian. Keterampilan berpikir kritis cocok dikembangkan pada materi fisika yang sangat berhubungan dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, satu di antaranya yaitu kalor. Namun, berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa di SMA Negeri 9 Bekasi, diketahui bahwa mereka cukup kesulitan dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk memahami persoalan yang berhubungan dengan materi kalor. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sirait (2009) yang menyatakan bahwa masih 4
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif: Perkembangan Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h.199. 5 Ali Syahbana, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning, Jurnal Edumatika Vol.2 No.1, 2012, h.46.
3
banyak siswa yang mengalami kesalahan konsep sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan yang berhubungan dengan materi tersebut. Hal ini disebabkan siswa belum dilibatkan secara aktif untuk mencari konsepnya sendiri, di mana mereka hanya belajar menghafalkan teori dan rumus untuk mengerjakan soal-soal latihan, tidak pernah bereksplorasi secara mendalam ataupun melaksanakan eksperimen. Kegiatan pembelajaran fisika masih didominasi oleh pendekatan konvensional melalui metode ceramah. Akibatnya, kegiatan pembelajaran fisika menjadi berpusat pada guru (teacher centered), pasif, serta belum dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis. Padahal, Kurikulum 2013 sendiri menuntut siswa agar mendapatkan pengalaman belajar
melalui
pendekatan
saintifik,
tidak
hanya
dengan
pendekatan
konvensional. Oleh karena itu, maka pembelajaran fisika di sekolah tersebut perlu menggunakan model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik, serta mampu meningkatkan proses mental, rasa ingin tahu, dan berpikir logis-kritis siswa. Salah satu model yang mampu meningkatkan hal-hal tersebut yaitu model pembelajaran inquiry training. Model pembelajaran ini mengajarkan para siswa untuk memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Kesadaran siswa terhadap proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, dapat diajarkan pada siswa bahwa segala pengetahuan itu bersifat sementara. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. 6 Jadi, penggunaan model pembelajaran inquiry training ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor.”
6
Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.76.
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Kebiasaan berpikir kritis belum ditradisikan secara maksimal di sekolah.
2.
Siswa-siswi SMA Negeri 9 Bekasi rata-rata belum dibiasakan berpikir secara kritis dalam pembelajaran fisika.
3.
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan yang berhubungan dengan materi kalor.
4.
Siswa belum dilibatkan secara aktif untuk mencari konsepnya sendiri karena kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan konvensional.
C. Pembatasan Masalah Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah, yaitu keterampilan berpikir kritis siswa dinilai berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis Ennis berupa mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menilai kemungkinan jawaban; Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian; membuat generalisasi; mengutamakan penerapan prinsip-prinsip yang dapat diterima; menjelaskan bentuk definisi; menuliskan asumsi yang dibutuhkan; mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi); serta mengintegrasikan
keterampilan
berpikir
kritis
dalam
membuat
dan
mempertahankan keputusan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor?
2.
Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inquiry training?
5
3.
Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inquiry training berdasarkan indikatornya?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inquiry training, serta mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan indikatornya melalui model pembelajaran inquiry training.
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, siswa, dan guru. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagi peneliti, penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
2.
Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
3.
Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teoritis 1.
Model Pembelajaran Inquiry Training
a.
Pengertian Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 1 Dengan demikian, jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dapat dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran inkuiri yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. 2 Dengan demikian, dalam mencari atau memahami informasi, manusia akan melakukan suatu proses yang dinamakan dengan proses inkuiri. Dalam inkuiri, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist), melakukan eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri. 3 Jadi, kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang ilmuwan harus digunakan oleh seorang siswa dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri. Rutherford dan Ahlgren dalam Zulfiani, dkk., menyatakan pengertian scientific inquiry (inkuiri ilmiah) tidak begitu saja diambil dari konteks penyelidikan tertentu. Namun, inkuiri ilmiah lebih tepat dikaitkan dengan tahapan-tahapan tindakan para saintis yang mengarahkan mereka pada
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.196. 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2013), cet.6, h.166. 3 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.3, h.219.
6
7
pengetahuan ilmiah. 4 Dengan demikian, kemampuan inkuiri ilmiah dapat dilatih pada setiap orang dari segala sesuatu yang menarik dalam kehidupannya seharihari walaupun inkuiri ilmiah seolah-olah dikaitkan dengan sebagian tindakan saintis profesional. Dalam
kegiatan
ilmiah,
para
saintis
melakukan
pengamatan,
menemukan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang dibuatnya, dan membuat kesimpulan. Tahapantahapan ini sering disebut metode ilmiah. Sementara itu, proses inkuiri menekankan pada pengembangan pertanyaan pada setiap tahap dari metode ilmiah. 5 Jadi, pengembangan pertanyaan dari metode ilmiah ditekankan dalam bentuk proses inkuiri di mana metode ilmiah itu sendiri biasa dilakukan oleh para saintis. Melalui rangkaian kegiatan ini, para saintis dapat menemukan teori baru yang menjadi pengetahuan baru. Metode ilmiah memberikan struktur sistematis untuk pemprosesan informasi inkuiri yang menempatkan guru dan siswa dalam pola informasi ilmuwan. 6 Dengan demikian, struktur sistematis yang dilakukan oleh para saintis dapat diberikan dalam pemrosesan informasi inkuiri pada guru dan siswa yang ditempatkan seperti dalam pola informasi ilmuwan dalam bentuk metode ilmiah sehingga teori baru yang menjadi pengetahuan baru dapat ditemukan. Keller dalam Zulfiani, dkk., menyatakan bahwa adanya hubungan inquiry dengan inquired. Bila dikaitkan dengan proses belajar mengajar maka inquiry mengacu pada siswa sebagai penemu pengetahuan dan inquired mengacu pada apa yang akan ditemukan (pengetahuan). 7 Jadi, siswa yang bertindak sebagai penemu pengetahuan melakukan inkuiri dalam proses belajar mengajar dan pengetahuan tersebut merupakan hasil dari inkuiri.
4
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.120. 5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.
8
Pembelajaran
inkuiri
merupakan
kegiatan
pembelajaran
yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. 8 Jadi, agar siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan cara mencari dan menyelidiki sesuatu, baik benda, manusia, atau peristiwa, secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, maka siswa dapat melaksanakan pembelajaran inkuiri karena pembelajaran ini melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal. Hal serupa juga dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto, menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. 9 Dengan demikian, agar siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, maka mereka dapat melaksanakan suatu kegiatan belajar dengan cara mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, logis, dan analisis melalui pembelajaran inkuiri yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal. Pada dasarnya, inkuiri adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu, inkuiri menuntut siswa berpikir. Inkuiri melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual dalam memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui inkuiri siswa dibiasakan untuk berpikir produktif, analitis, dan kritis. 10 Jadi, kegiatan intelektual yang menuntut kemampuan berpikir produkti, analitis, dan kritis siswa dilibatkan dalam pembelajaran inkuiri sehingga pengalaman belajar siswa diproses menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
8
Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), cet.1, h.25. 9 Trianto, Loc.Cit. 10 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), cet.12, h.159.
9
Menurut Kourilsky dalam Hamalik, menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok.
11
Dengan demikian, jawaban-jawaban terhadap isi
pertanyaan harus dicari dan dipecahkan oleh kelompok siswa di dalam pembelajaran inkuiri melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. Menurut Feletti dalam Wardoyo, “inquiry based learning is an orientation towards learning that is flex inquiry based learning and open and draws upon the varied skills and resources… This includes an inter-disciplinary approach to learning and problem-solving, critical thinking and assumption of responsibility by students for their own learning.” 12 Feletti, seperti yang dikutip oleh Wardoyo, berpandangan bahwa kekritisan berpikir seseorang akan sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses inquiry learning. Dengan melakukan proses berpikir kritis, individu akan menemukan beragam penyelesaian masalah yang dihadapi terkait pembelajaran yang berlangsung. 13 Jadi, selama proses pembelajaran berlangsung, berbagai penyelesaian masalah yang dihadapi akan ditemukan oleh siswa dengan melakukan proses berpikir kritis sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran inkuiri akan sangat ditentukan oleh tingkat kekritisan berpikir seseorang. Dalam penerapan pembelajaran inkuiri, siswa dituntut melakukan eksplorasi diri secara maksimal. Eksplorasi ini memiliki fungsi untuk membangkitkan pelbagai potensi atau kemampuan yang ada di dalam diri sehingga dapat membantu menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran. 14 Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran karena
11 12
Oemar Hamalik, Op.Cit., h.220. Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme, (Bandung: Alfabeta, 2013),
cet.1, h.65. 13 14
Ibid. Ibid., h.66.
10
seluruh potensi atau kemampuan yang ada dalam diri siswa dibangkitkan di dalam pembelajaran inkuiri secara tidak langsung.
b. Model Pembelajaran Inquiry Training Model pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori. Model pembelajaran ini bertitik tolak dari suatu keyakinan tentang kebebasan siswa dalam rangka perkembangan siswa secara independent. 15 Dengan demikian, gaya belajar siswa dalam memahami suatu teori yang berawal dari fakta dapat dilatih di dalam model pembelajaran inquiry training ini karena siswa diberikan kebebasan dalam rangka perkembangan siswa agar mandiri. Model pembelajaran inquiry training dikembangkan seorang tokoh yang bernama Richard Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak adalah individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. 16 Jadi, atas dasar rasa ingin tahu seorang individu yang diyakini oleh Suchman, maka beliau mengembangkan model pembelajaran inquiry training ini. Tujuan model pembelajaran inquiry training ini yakni untuk mengajar para siswa memahami proses meneliti dan menerangkan suatu kejadian. 17 Dengan demikian, proses meneliti yang dipahami serta dijelaskan oleh siswa mengenai suatu kejadian tersebut merupakan suatu tujuan dari model pembelajaran inquiry training ini. Menurut Suchman dalam Wena, menyatakan bahwa kesadaran siswa terhadap proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, dapat diajarkan pada siswa bahwa segala pengetahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan munculnya teori-teori baru. Oleh karena itu, siswa harus disadarkan bahwa
15
Riska Puspandini, Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014, diakses pada 19 Januari 2015, h.2, (jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel05B4C0D70BEC68E4CDCEC5E2A0203542.pdf). 16 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.24. 17 Made Wena, Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.76.
11
pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. 18 Jadi, guru dapat mengajarkan siswa mengenai prosedur pemecahan masalah secara ilmiah karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap proses inkuiri. Guru juga berperan untuk menyadarkan siswa bahwa segala pengatahuan itu bersifat sementara dan berkembang secara dinamis. Siswa diajarkan untuk menghargai pendapat orang lain sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh seorang siswa juga diperkaya dari pendapat orang lain. Menurut Suchman dalam Ahmadi, dkk., berpendapat bahwa latar belakang yang mendukung model pembelajaran ini ialah: a. b. c. d.
Secara alami manusia mempunyai kecenderungan selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Mereka akan menyadari keingintahuannya akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar menganalisis strategi berpikirnya. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan atau digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) akan dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif. 19 Model pembelajaran inquiry training merupakan pembelajaran yang
lebih banyak melibatkan keaktifan siswa untuk melakukan observasi tentang materi dan buku panduan serta dapat mengembangkan hasil observasi dengan berbagai pertanyaan. 20 Dengan demikian, partisipasi aktif siswa dapat dilibatkan di dalam model pembelajaran inquiry training ini. Hal tersebut dapat dilakukan, seperti dengan cara melakukan observasi dan mengembangkan hasil observasi menjadi berbagai pertanyaan. Melalui model pembelajaran inquiry training ini, siswa akan mendapatkan dampak instruksional berupa proses ilmiah dan strategi untuk inkuiri kreatif, dan dampak sertaan berupa spirit kreativitas, kebebasan otonomi
18
Ibid. Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Loc.Cit. 20 Tutut Prasetiyanti, Sutrisno, dan Anis Rahmawati, Pembelajaran Training Inquiry Model dengan Bantuan KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung, diakses pada 4 Desember 2014, h.2, (jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptb/article/download/3349/2349). 19
12
dalam belajar, toleransi ambiguitas dan hakikat tentatif pengetahuan. 21 Jadi, prestasi, proses, dan motivasi belajar siswa untuk mempelajari pengetahuan yang dinamis saat ini dapat dikembangkan di dalam model pembelajaran inquiry training ini. Hal tersebut didapat dari partisipasi aktif siswa dalam rangkaian kegiatan hands-on sehingga menumbuhkan pertanyaan dan siswa akan mencari jawaban tersebut berdasarkan rasa ingin tahunya. 22 Dengan demikian, dalam model pembelajaran inquiry training ini, keaktifan siswa akan membangkitkan rasa ingin tahunya dalam mencari jawaban dari suatu pertanyaan selama pembelajaran sehingga prestasi, proses, dan motivasi belajar siswa dapat dikembangkan. Model pembelajaran inquiry training tercipta melalui konfrontasi intelektual, di mana siswa dihadapkan pada situasi yang aneh dan mereka mulai bertanya-tanya tentang hal tersebut. Menurut Joice dan Weil, dikarenakan tujuan akhir model pembelajaran ini adalah pembentukan pengetahuan baru, maka siswa dihadapkan pada suatu yang memungkinkan untuk diselidiki dengan lebih cermat. 23 Jadi, situasi atau kondisi di dalam model pembelajaran inquiry training ini diatur hingga sedemikian rupa agar siswa siswa dapat menyelidiki sesuatu dengan lebih cermat. Lebih lanjut, Ahmadi, dkk., menambahkan bahwa masalah atau situasi harus didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable ideas), bukan mengada-ada. 24 Dengan demikian, apa yang akan ditemukan oleh siswa atau pengetahuan yang mendasari masalah atau situasi tersebut merupakan suatu gagasan yang tidak mengada-ada. Setelah situasi tersebut disajikan pada siswa, kepada mereka diajarkan bahwa pertama-tama mereka perlu mengupas beberapa aspek dari situasi ini, misalnya sifat dan identitas objek serta kejadian yang berhubungan dengan situasi
21
Riska Puspandini, Loc.Cit. Ibid. 23 Made Wena, Loc.Cit. 24 Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.24-25. 22
13
tersebut.25 Jadi, di dalam model pembelajaran inquiry training ini, beberapa aspek atau kejadian yang berhubungan dengan situasi yang disajikan kepada siswa harus diselidiki oleh mereka sendiri. Model pembelajaran ini sangat penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti: a.
b. c. d. e.
Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan, dan pengorganisasian data, termasuk merumuskan dan menguji hipotesis, serta menjelaskan fenomena. Kemandirian belajar. Keterampilan mengekspresikan secara verbal. Kemampuan berpikir logis. Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif. 26 Pembelajaran dengan inquiry training dapat dilakukan secara individu,
kelompok maupun klasikal sehingga dengan pembelajaran tersebut siswa akan lebih aktif serta lebih memahami materi yang telah diterimanya. 27 Dengan demikian, apabila di dalam tujuan pembelajaran, guru menginginkan proses pembelajaran siswa dapat berjalan aktif dan materi pembelajarannya lebih dapat dipahami oleh siswa, maka siswa dapat melaksanakan model pembelajaran inquiry training ini, baik secara individu maupun kelompok. Model pembelajaran inquiry training memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan penelitian secara berulang-ulang dan dengan bimbingan yang berkelanjutan. 28 Jadi, eksplorasi pengetahuan di dalam pembelajaran yang dilakukan secara intensif oleh siswa merupakan suatu keunggulan dari model pembelajaran inquiry training ini. Hasil penelitian Schlenker yang dikutip oleh Trianto menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. 29 Dengan demikian, pemahaman sains, produktivitas dalam berpikir
25
Made Wena, Loc.Cit. Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Op.Cit., h.25. 27 Tutut Prasetiyani, Op.Cit., h.5. 28 Aulia Azizah dan Parmin, Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa, UNNES Science Educational Journal Vol.1 No.1, 2012, h.2. 29 Trianto, Op.Cit., h.167. 26
14
kreatif, dan keterampilan siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran inquiry training. Dalam melaksanakan model pembelajaran inquiry training ini, Joice dan Weil, seperti yang dikutip oleh Wena, membagi sintaks model pembelajaran ini dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut. 30 a.
Penyajian masalah (confrontation with problem) Pada tahap ini, pengajar menyajikan suatu masalah dan menerangkan prosedur inkuiri pada siswa.
b.
Pengumpulan data verifikasi (data gathering-verification) Dalam tahap ini, siswa didorong untuk mau berusaha mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang mereka lihat atau alami.
c.
Pengumpulan data eksperimen (data gathering-experimentation) Dalam hal ini, siswa melakukan eksperimen dengan memasukkan hal-hal (variabel) baru, untuk melihat apakah akan terjadi perubahan. Dalam tahap ini siswa pun dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hampir serupa dengan hipotesis.
d.
Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organization, formulating, and explanation) Dalam tahap ini, siswa mengkoordinasikan dan menganalisis data untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang telah disajikan.
e.
Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process) Dalam tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola inkuiri yang telah mereka jalani, yaitu dengan menentukan pertanyaan mana yang paling produktif (menghasilkan data yang paling relevan) atau tipe informasi yang sebenarnya mereka butuhkan, tetapi tidak mereka dapatkan. Tahap ini penting untuk memperbaiki proses inkuiri itu sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahapan model pembelajaran inquiry
training ini memiliki lima tahapan, yaitu penyajian masalah, pengumpulan data
30
Made Wena, Op.Cit., h.77-78.
15
verifikasi, pengumpulan data eksperimen, organisasi data dan formulasi kesimpulan, serta analisis proses inkuiri. Agar model pembelajaran ini dapat berjalan lancar dan memberi hasil yang optimal, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut. 31 a.
Interaksi pengajar-siswa. Proses inkuiri ini harus ditandai dengan kerja sama yang baik atara pengajar-siswa, kebebasan siswa untuk menyatakan pendapat atau mengajukan pertanyaan, serta persamaan hak antara pengajar dan siswa dalam mengemukakan pendapat.
b.
Peran pengajar. Menurut Diptoadi, dalam model ini pengajar mempunyai beberapa tugas yang penting, yaitu: 1) mengarahkan pertanyaan siswa, 2) menciptakan suasana kebebasan ilmiah di mana siswa tidak merasa dinilai pada waktu mengemukakan pendapatnya, 3) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan teoritis yang lebih jelas dengan mengemukakan bukti yang menunjang, dan 4) meningkatkan interaksi antarsiswa. Dengan demikian, model pembelajaran inquiry training ini menuntut
adanya kerja sama dan persamaan hak antara siswa dengan guru, serta membebaskan siswa dalam menyatakan pendapat atau mengajukan pertanyaan.
2.
Keterampilan Berpikir Kritis Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat
kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan. 32 Menurut de Bono dalam Kuswana, berpikir merupakan keterampilan beroperasinya tindakan kecerdasan dan pengalaman. 33 Dengan demikian, semua tindakan kecerdasan dan pengalaman melibatkan keterampilan berpikir. 31
Ibid., h.79. Adi Afri Anto, R Wakhid Akhdinirwanto, dan Siska Desy Fatmaryanti, Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Smp Negeri 27 Purworejo, Radiasi Vol.2 No.1, t.t, h.5. 33 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam Berpikir, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), cet.1, h.186. 32
16
Berpikir kiritis adalah proses mental untuk menganalisis informasi. Informasi didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca.
34
Jadi, segala informasi yang didapatkan dan dianalisis dari
pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena atau fakta. Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan secara optimal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. 35 Dengan demikian, pada dasarnya berpikir kritis dimiliki oleh setiap orang dan dapat dikembangkan secara optimal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Satu di antara banyak cara yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, yakni dengan memberikan penilaian secara kritis terhadap suatu kebenaran fenomena atau fakta. Berpikir kritis menurut Heger dan Kaye dalam Muhhibin Syah ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu. Tujuan dari berpikir kritis, yakni untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis dapat digunakan untuk saat memecahkan masalah, mengambil tindakan moral, dan mengambil keputusan. 36 Jadi, dalam pengambilan keputusan atas dasar kepercayaan atau strategi melakukan sesuatu, seperti saat memecahkan masalah atau mengambil tindakan moral dan keputusan, seseorang dapat memusatkan cara berpikirnya dengan penuh pertimbangan akal sehat dan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Pemahaman yang mendalam dapat dicapai melalui berpikir kritis. Menurut Beyer, seperti yang dikutip oleh Afrizon, berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian). 37
34
Adi Afri Anto, R Wakhid Akhdinirwanto, dan Siska Desy Fatmaryanti, Loc.Cit. Ibid. 36 Ibid. 37 Renol Afrizon, Ratnawulan, dan Ahmad Fauzi, Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPAFisika Menggunakan Model Problem Based Instruction, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1, 2012, h.10. 35
17
Dengan demikian, dalam mengevaluasi atau menilai sesuatu, seseorang akan menggunakan cara berpikirnya secara kritis. Screven dan Paul serta Angelo dalam Afrizon, memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi. 38 Jadi, berpikir kritis akan menuntun proses berpikir dan berketerampilan seseorang dalam menuju pada kepercayaan dan aksi. Rudinow dan Barry dalam Afrizon, berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi. 39 Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan berpikir kritis jika sebuah basis kepercayaan-kepercayaan dan rasional, serta serangkaian standar dan prosedur dalam proses menganalisis, menguji, dan mengevaluasi sesuatu ditekankan selama proses berpikirnya. Menurut Halpern dalam Kuswana, menggunakan definisi kerja dengan berpikir kritis sebagai penggunaan keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan probabilitas hasil yang diinginkan. Berpikir adalah tujuan, beralasan, dan tujuan yang diarahkan, dan efektif untuk konteks dan jenis pemikiran tugas tertentu.40 Jadi, berpikir kritis merupakan tujuan, beralasan, dan tujuan yang diarahkan serta efektif dengan menggunakan keterampilan kognitif atau strategi. Menurut Paul dalam Kuswana, berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode tertentu atau ranah berpikir. 41 Dengan demikian, kesempurnaan berpikir seseorang yang sesuai dengan ranah berpikir dapat mencerminkan keterampilan berpikir kritis orang tersebut. 38
Ibid. Ibid. 40 Wowo Sunaryo Kuswana, Op.Cit., h.187. 41 Ibid., h.205. 39
18
Sejak 1962, pemikiran Ennis, mengenai taksonomi berpikir kritis, disposisi, dan kecakapan khususnya yang digunakan pada pelatihan terus berkembang.
Definisi
yang
diajukan
cenderung
tetap
walaupun
terus
dikembangkan, yaitu: “Berpikir kritis adalah berpikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini atau dilakukan.” 42 Dengan demikian, jika seseorang memutuskan sesuatu berdasarkan apa yang harus diyakini atau dilakukan, maka orang tersebut berpikir secara kritis. Pemikiran Ennis tampaknya termasuk pada berpikir kreatif. Menurut pandangannya, berpikir kritis tidak setara dengan berpikir tingkat tinggi karena berpikir kritis melibatkan disposisi. 43 Enam kriteria dalam menilai satu himpunan disposisi berpikir kritis, yaitu simplicity (penyederhanaan); comprehensiveness (kelengkapan); value (nilai); comprehensibility (dipahami); conformity of its language to our everyday meanings (kesesuaian bahasanya untuk makna seharihari); dan fitting of subordinates (if any) under superordinates (pemasangan pemikiran bawahan di bawah atasan jika dimungkinkan). 44 Jadi, konsep disposisi dilibatkan dalam keterampilan berpikir kritis sehingga berpikir kritis ini tidak setara dengan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan salah satu bentuk dari berpikir produktif. Taksonomi versi 1998 terdiri dari tiga kecenderungan utama (dengan subkategori) disposisi dan lima belas kemampuan disajikan sebagai daftar (beberapa dengan subkategori) untuk menyediakan isi kurikulum berpikir kritis. Ennis mengungkapkan bahwa terdapat dua belas indikator dan beberapa sub indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aspek, serta terdapat satu aspek tambahan dengan tiga indikator kemampuan yang membantu (auxiliary abilities). Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: 45 a.
Memberikan klarifikasi sederhana (basic clarification) 1) Memfokuskan pada pertanyaan 42
Ibid., h.196. Ibid. 44 Ibid., h. 197. 45 Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities, diakses pada 4 Februari 2015, h.2-4, (faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_51711_000.pdf) 43
19
a)
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b) Mengidentifikasi
atau
merumuskan
kriteria
untuk
menilai
kemungkinan jawaban c)
Menjaga pertanyaan dan keadaan dalam pikiran
2) Menganalisis argumen a)
Mengidentifikasi kesimpulan
b) Mengidentifikasi alasan atau pendapat c)
Menganggap atau mengidentifikasi asumsi sederhana
d) Mengidentifikasi dan menangani penyimpangan (irrelevance) e)
Melihat struktur argumen
f)
Meringkas
3) Menanyakan dan menjawab klarifikasi dan/atau pertanyaan menantang a)
Mengapa?
b) Apa intinya? c)
Apa yang anda maksud?
d) Apa contohnya? e)
Apa yang bukan contohnya?
f)
Bagaimana menerapkannya pada kasus tersebut?
g) Apa perbedaan yang membuatnya? h) Apa faktanya?
b.
i)
Benarkah yang anda katakan: ……………?
j)
Dapatkah anda mengatakannya lebih tentang hal tersebut?
Dua dasar untuk keputusan (two basic for a decision) 4) Menilai kredibilitas sumber a)
Keahlian
b) Kekurangan konflik yang penting (interest) c)
Kesepakatan dengan sumber lain
d) Reputasi e)
Penggunaan prosedur yang tersedia
f)
Mengetahui risiko terhadap reputasi
g) Kemampuan memberikan alasan
20
h) Kebiasaan berhati-hati 5) Mengobservasi dan menilai laporan observasi a)
Sedikit simpulan dilibatkan
b) Interval waktu yang singkat antara observasi dan laporan c)
Dilaporkan oleh pengamat
d) Ketentuan laporan e)
Bukti-bukti yang menguatkan
f)
Kemungkinan dari bukti-bukti yang menguatkan
g) Akses yang baik h) Penggunaan teknologi yang kompeten i) c.
Kepuasan observer
Kesimpulan (inference) 6) Deduksi dan menilai deduksi a)
Kelompok yang logis
b) Kondisi yang logis c)
Interpretasi istilah yang logis
d) Memenuhi syarat alasan deduktif 7) Membuat kesimpulan (induksi) a)
Membuat generalisasi
b) Mengemukakan hipotesis 8) Membuat dan menilai pertimbangan nilai keputusan a)
Latar belakang fakta
b) Konsekuensi menerima atau menolak keputusan c)
Mengutamakan penerapan prinsip yang dapat diterima
d) Alternatif e) d.
Menyeimbangkan, menimbang, memutuskan
Memberikan klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification) 9) Mendefinisikan istilah dan menilai definisi a)
Bentuk definisi
b) Fungsi definisional (tindakan) c)
Isi definisi
21
d) Mengidentifikasi dan menangani dalih 10) Melengkapi asumsi yang tidak dinyatakan a)
Rasa peyoratif (keragu-raguan atau kepalsuan)
b) Menuliskan: anggapan, asumsi yang dibutuhkan, atau asumsi yang digunakan e.
Membuat pengandaian dan integrasi (supposition and integration) 11) Mempertimbangkan dan memberikan alasan dari pendapat, alasan, asumsi, posisi, dan saran lain yang tidak disepakati atau diragukan, tanpa membiarkan ketidaksepakatan dan keraguan mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar) 12) Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan
f.
Kemampuan yang membantu (auxiliary abilities), bukan termasuk dari aturan berpikir kritis tetapi sangat bermanfaat 13) Berproses pada aturan sistematis yang disesuaikan dengan keadaan a)
Mengikuti tahapan pemecahan masalah
b) Memonitor pemikiran sendiri (terlibat dalam metakognitif) c)
Menggunakan daftar pemikiran kritis yang layak
14) Menjadi sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan derajat pengalaman orang lain 15) Menggunakan strategi retorika yang sesuai dalam diskusi dan presentasi (lisan dan tulisan), termasuk menggunakan dan bereaksi terhadap label kekeliruan pada aturan sistematis Dengan
demikian,
jika
seseorang
menggunakan
keterampilan
berpikirnya secara kritis, maka orang tersebut dapat memberikan penjelasan sederhana, menggunakan keterampilan dasarnya, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut, membuat pengandaian dan mengintegrasikan semua keterampilan berpikir kritis, serta ditambah dengan keterampilan tambahan dalam berpikir kritis.
22
3.
Konsep Kalor
a.
Kalor sebagai Transfer Energi Kalor mengalir dengan sendirinya dari suatu benda yang temperaturnya
lebih tinggi ke benda lain dengan temperatur yang lebih rendah. Satuan yang umum untuk kalor, yang masih digunakan sekarang, dinamakan kalori. Satuan yang lebih sering digunakan dari kalori adalah kilokalori (kkal), yang besarnya 1000 kalori. Kadangkala satu kilokalori disebut Kalori (dengan huruf K besar). 46 Jadi, kalor mengacu pada transfer energi dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur. James Prescott Joule (1818-1889) melakukan sejumlah percobaan yang penting untuk menetapkan bahwa kalor, seperti kerja, mempresentasikan transfer energi. Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. Secara kuantitatif, kerja 4,186 joule (J) ternyata ekivalen dengan 1 kalori (kal) kalor, dikenal dengan tara kalor mekanik. 47 Dengan demikian, kalor dan energi kadangkala juga dinyatakan dalam kalori atau kilokalori, di mana 1 kal = 4,186 J yang merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 g air sebesar 1Co.
b. Kalor Jenis Besar kalor Q yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur zat tertentu sebanding dengan massa m zat tersebut dan dengan perubahan temperatur ∆T. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan, 48 𝑄𝑄 = 𝑚𝑚𝑚𝑚 ∆𝑇𝑇
…………………………(2.1)
di mana c adalah besaran karakteristik dari zat tersebut, yang disebut kalor jenis. Karena c = Q/m∆T, kalor jenis dinyatakan dalam satuan J/kg.Co (satuan SI yang sesuai) atau kkal/kg.Co. Jadi, kalor jenis, c, dari zat didefinisikan sebagai energi (atau kalor) yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur massa satuan zat sebesar 1 derajat.
46
Douglas C Giancoli, Fisika, Edisi 5, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h.489. Ibid. 48 Ibid., h.492. 47
23
c.
Konservasi Energi Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi berada
pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian dengan temperatur yang lebih tinggi ke bagian dengan temperatur lebih rendah. Jadi, konservasi energi memainkan peranan penting: kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain: 49 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
…………(2.2)
Pertukaran energi tersebut merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. 50 Dengan demikian, ketika kalor mengalir di dalam sistem yang terisolasi, konservasi energi memberitahu kita bahwa kalor yang diterima oleh satu bagian sistem sama dengan kalor yang dikeluarkan oleh bagian sistem yang lain. Konservasi energi pada pertukaran kalor, seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan (2.2), pertama kali diukur oleh Joseph Black (1728-1799), seorang ilmuwan Inggris. Oleh karena itu, Persamaan (2.2) dikenal sebagai asas Black.
d. Kalor Laten Ketika suatu zat berubah wujud dari padat ke cair, atau dari cair ke gas, sejumlah tertentu energi terlibat pada perubahan wujud. Kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 1,0 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur. Kalor yang dibutuhkan untuk mengubah suatu zat dari cair ke uap disebut kalor penguapan. 51
Gambar 2.1 Bagan perubahan wujud benda 49
Ibid., h.494. Ibid., h.495. 51 Ibid., h.497. 50
24
Kalor penguapan dan lebur juga mengacu pada jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat ketika berubah dari gas ke cair, atau dari cair ke padat. Nilainilai untuk kalor lebur dan kalor penguapan, yang disebut juga kalor laten. Kalor yang terlibat dalam perubahan wujud tidak hanya bergantung pada kalor laten, tetapi juga pada massa total zat tersebut. Sehingga, 52 𝑄𝑄 = 𝑚𝑚𝑚𝑚
…………………………(2.3)
di mana L adalah kalor laten proses dan zat tertentu, m adalah massa zat, dan Q adalah kalor yang dibutuhkan atau dikeluarkan selama perubahan wujud. Jadi, pertukaran energi terjadi, tanpa perubahan temperatur, ketika zat berubah wujud. Kalor laten untuk mengubah cairan menjadi gas diperlukan tidak hanya pada titik didih. Air juga dapat berubah dari wujud cair ke gas bahkan pada temperatur ruangan. Proses ini disebut penguapan. Ketika air menguap, air akan mendingin, karena energi yang dibutuhkan (kalor laten untuk penguapan) datang dari air itu sendiri. Penguapan air dari kulit merupakan satu dari metode penting yang digunakan tubuh untuk mengendalikan temperaturnya. Ketika temperatur darah naik sedikit di atas normal, kelenjar hypothalamus mendeteksi naiknya temperatur ini dan mengirimkan sinyal ke kelenjar keringat untuk menaikkan produksinya. Energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air ini berasal dari tubuh, dan dengan demikian tubuh menjadi dingin. Ketika tubuh kita berkeringat karena berolahraga, janganlah berdiri di tempat yang aliran anginnya kuat. Aliran angin yang kuat akan menghasilkan pendinginan lebih pada penguapan keringat dan menyebabkan turunnya ketahanan tubuh kita terhadap infeksi. Akibatnya, tubuh mudah terserang penyakit. Kita dapat menggunakan teori kinetik untuk memahami mengapa dibutuhkan energi untuk meleburkan atau menguapkan suatu zat. Diketahui bahwa pada saat benda berada pada wujud padat, molekulnya terletak teratur. Pada saat melebur, energi dibutuhkan untuk mencegah energi potensial molekul dan bukan untuk menaikkan energi kinetik. Setelah molekul lepas dari gaya tarik 52
Ibid., h.498.
25
tarik-menariknya, mereka dapat bebas bergerak sehingga ketika benda diberi kalor akan digunakan untuk menaikkan energi kinetik dan temperatur benda meningkat. Pada saat menguap, energi dibutuhkan untuk mencegah agar tidak berdekatan den terlepas ke fase gas. Pada umumnya, kalor pengupaan lebih besar dibandingkan kalor peleburan karena jarak rata-rata antarmolekul menjadi jauh lebih besar. Suatu zat kadang-kadang dapat berubah wujud dari padat langsung menjadi gas. Proses ini dinamakan menyublim. Sebagai contoh, karbon dioksida cair hanya ada pada tekanan yang lebih rendah dari 5 × 105 Pa (kira-kira 5 atm), padahal karbon dioksida padat dapat menyublim pada tekanan atmosfer (1 atm). Oleh karena itu, pada keadaan normal, karbon dioksida padat (disebut es kering) jika diberi kalor langsung berubah menjadi gas karbon dioksida tanpa melalui wujud cair. Peristiwa menyublim dimanfaatkan orang dalam teknik pengeringan beku (freeze drying) untuk mengawetkan produk makanan, bunga, dan plasma darah. Mula-mula produk makanan diawetkan dengan membekukan kandungan airnya pada pada temperatur yang rendah. Kemudian, es yang terkurung dalam produk makanan diuapkan dengan cara mengurangi tekanan sehingga es langsung menyublim menjadi uap air. Uap air ini dialirkan ke luar dari tempat pengeringan sehingga tinggallah produk makanan kering tanpa kehilangan kandungan zat-zat penting (bau dan citarasa). Oleh karena kering, produk makanan tidak mudah membusuk. Kelak, jika produk makanan hendak digunakan, kondisinya dapat dipulihkan dengan menambah air.
e.
Perpindahan Kalor Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan
tiga cara, yaitu dengan konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi kalor pada banyak zat dapat digambarkan sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Tumbukan molekul mentransfer energi gerakan termal ke sepanjang benda. Konduksi atau kecepatan aliran kalor dinyatakan oleh hubungan, 53
53
Ibid., h.501.
26
∆𝑄𝑄 ∆𝑡𝑡
= 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑇𝑇1 −𝑇𝑇2 𝑙𝑙
…………………………(2.4)
di mana A adalah luas penampang lintang benda, l adalah jarak antara kedua ujung, yang mempunyai temperatur T1 dan T2, dan k adalah konstanta pembanding yang disebut konduktivitas termal, yang merupakan karakteristik zat tersebut. Zatzat di mana k besar, menghantarkan kalor dengan cepat dan dinamakan konduktor yang baik, sedangkan zat-zat yang memiliki k yang kecil merupakan penghantar kalor yang buruk dan dengan demikian dinamakan isolator. 54 Jadi, zat bukan logam umumnya bukan penghantar kalor yang baik (isolator), termasuk air dan udara. Udara sebagai penghantar kalor yang buruk telah sering kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika udara malam hari terasa dingin, kita tidur dengan menggunakan selimut. Udara yang terperangkap di antara tubuh dan selimut berfungsi sebagai isolator kalor, yang akan menghambat perpindahan kalor dari tubuh ke udara dingin di luar selimut. Akibatnya, tubuh kita tetap hangat. Dengan demikian, pada konduksi, energi ditransfer dari molekul atau elektron dengan energi kinetik yang lebih tinggi ke tetangganya yang mempunyai energi kinetik yang lebih rendah ketika mereka bertumbukan. Kita dengan mudah menemukan manfaat konduktor dan isolator dalam keseharian, seperti pada panci untuk memasak atau pada setrika listrik. Konveksi adalah proses di mana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika konduksi melibatkan molekul yang hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan, maka konveksi melibatkan pergerakan partikel dalam jarak yang besar.
55
Jadi, konveksi
merupakan transfer energi dengan cara perpindahan massa menempuh jarak yang cukup jauh. Proses konveksi ini dapat diamati pada air yang dimasak di atas kompor. Air yang berada di dasar wadah mendapatkan kalor dari nyala api secara konduksi. Kemudian temperatur air di dasar wadah akan bertambah dan volumenya juga bertambah. Pertambahan volume ini menebabkan massa jenis air 54 55
Ibid., h.502. Ibid., h.504.
27
menjadi lebih kecil dibandingkan dengan air yang ada di bagian atas sehingga air menjadi lebih ringan lalu bergerak ke atas. Perpindahan tersebut meninggalkan tempat kosong yang langsung diisi oleh air yang belum panas (massa jenis besar). Hal ini terus terjadi sampai air terus bergerak dan berputar. Jadi, perpindahan panas secara konveksi disebabkan oleh perbedaan massa jenis pada fluida. Angin laut dan angin darat merupakan satu di antara contoh dari konveksi udara secara alami.
Gambar 2.2 Angin laut dan angin darat terjadi melalui konveksi alami udara
Selain terdapat proses konveksi alami, terdapat juga proses konveksi paksa. Dalam konveksi paksa, fluida yang telah dipanasi langsung diarahkan ke tujuannya oleh sebuah peniup (blower) atau pompa. Satu di antara contoh dari konveksi paksa yaitu pada sistem pendingin mobil, di mana air diedarkan di dalam pipa-pipa air oleh bantuan sebuah pompa air (water pump). Panas mesin yang tidak dikehendaki dibawa oleh sirkulasi air menuju ke radiator. Di dalam sirip-sirip radiator ini air hangat didinginkan oleh udara. Air yang dingin kembali menuju pipa-pipa air yang bersentuhan dengan blok-blok mesin untuk mengulang siklus berikutnya. Perlu diperhatikan bahwa radiator berfungsi sebagai penukar kalor (heat exchanger). Jadi, fungsi radiator yaitu menjaga temperatur mesin agar tidak melampaui batas desain, sehingga mesin tidak rusak karena pemanasan lebih. Oleh karena itu, pemilik mobil harus selalu memeriksa apakah volume air radiatornya cukup atau tidak. Mengapa air yang digunakan sebagai fluida? Jawabannya adalah karena air mempunyai kalor jenis yang besar sehingga mampu mengambil kalor yang cukup besar.
28
Gambar 2.3 Konveksi paksa pada sistem pendingin mobil
Semua kehidupan di bumi ini bergantung pada transfer energi dari matahari, dan energi ini ditransfer ke bumi melalui ruang yang hampa (atau hampir hampa). Bentuk transfer energi ini dalam kalor dinamakan radiasi. Radiasi pada intinya terdiri dari gelombang elektromagnetik. 56 Dengan demikian, radiasi merupakan transfer energi oleh gelombang elektromagnetik yang tidak membutuhkan adanya materi, seperti dari matahari. Kecepatan sebuah benda meradiasikan energi (∆Q/∆t) dinyatakan melalui hubungan, ∆𝑄𝑄 ∆𝑡𝑡
= 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑇𝑇 4
…………………………(2.5)
Di mana A luas permukaan benda dan T temperatur mutlak suatu benda. Persamaan ini disebut persamaan Stefan-Boltzmann, dan σ merupakan konstanta universal yang disebut konstanta Stefan-Boltzmann yang memiliki nilai 5,67 × 108
W/m2.K4. 57 Faktor e, disebut emisivitas, merupakan bilangan antara 0 dan 1 yang
merupakan karakteristik materi. Permukaan yang sangat hitam, mempunyai emisivitas yang mendekati 1, sementara permukaan yang mengkilat mempunyai e yang mendekati 0. Permukaan mengkilat tidak hanya memancarkan radiasi, tetapi juga menyerap radiasi. Dengan demikian, penyerap yang baik juga merupakan pemancar yang baik. 58 Aplikasi prinsip tersebut dapat ditemukan pada termos air 56
Ibid., h.507. Ibid. 58 Ibid. 57
29
panas di mana permukaan dalam termos selalu diberi lapisan perak mengkilap untuk mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding termos. Permukaan mengkilap tersebut merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk. Jadi, semua benda memancarkan energi dengan jumlah yang sebanding dengan pangkat empat temperatur Kelvinnya dan dengan luas permukaannya. Energi yang dipancarkan (atau diserap) juga bergantung pada sifat permukaan yang dikarakteristikan oleh emisivitas, e. Satu di antara contoh dari pemanfaatan radiasi di dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pada sistem perapian rumah. Sebagian besar kalor pada perapian rumah akan naik ke atas cerobong asap karena dibawa oleh konveksi udara. Tubuh kita merasa hangat karena penjalaran kalor ke samping dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Dengan kata lain, tubuh kita merasa hangat karena penghantaran kalor secara radiasi. Contoh lainnya yaitu pada perangkat panel surya (solar panel) yang digunakan untuk menyerap radiasi dari Matahari. Panel surya terdiri dari wadah logam berongga yang dicat hitam dengan panel depan terbuat dari kaca. Kalor radiasi dari Matahari diserap oleh permukaan hitam dan dihantarkan secara konduksi melalui logam. Benda apapun tidak hanya memancarkan energi dengan radiasi, tetapi juga menyerap energi yang diradiasikan oleh benda lain. Jika sebuah benda dengan emisivitas e dan luas A berada pada temperatur T1, benda ini meradiasikan energi dengan kecepatan eσAT14. Jika benda tersebut dikelilingi oleh lingkungan dengan temperatur T2 dan emisivitas tinggi, kecepatan radiasi energi oleh sekitarnya sebanding dengan T24, dan kecepatan energi yang diserap oleh benda sebanding dengan T24. Kecepatan total aliran kalor radiasi dari benda dinyatakan dengan persamaan, ∆𝑄𝑄 ∆𝑡𝑡
= 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒(𝑇𝑇14 − 𝑇𝑇24 ) …………………………(2.6)
di mana A adalah luas permukaan benda, T1 adalah temperaturnya dan e emisivitasnya (pada temperatur T1), dan T2 adalah temperatur sekelilingnya. 59
59
Ibid.
30
B. Hasil Penelitian yang Relevan Sebelum penulis melakukan penelitian ini, telah banyak peneliti yang membahas tentang model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training) di antaranya dijelaskan oleh: 1.
Aulia Azizah dan Parmin dalam jurnal dengan judul Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa, menunjukkan bahwa dari penilaian laporan penelitian pada siklus kedua menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai karena empat (50%) laporan penelitian telah mendapatkan nilai≥ 75. Selain itu, berdasarkan angket sikap mahasiswa terhadap bentuk tindakan yang dipilih, bahwa dari enam pernyataan yang secara langsung berkaitan dengan inquiry training lebih dari 85% mahasiswa bersikap positif yang berarti membantu mahasiswa menguasai keterampilan melakukan penelitian. Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan meneliti mahasiswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan inquiry training.60
2.
Tutut Prasetiyanti, Sutrisno, dan Anis Rahmawati dalam artikel dengan judul Pembelajaran Training Inquiry Model dengan Bantuan KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung, menunjukkan bahwa melalui penerapan metode training inquiry model berbantuan KWL chart dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada aspek kognitif mencapai nilai 75,92, aspek afektif mencapai nilai 76,61 dan aspek psikomotor
mencapai
nilai
79,03.
Simpulan
penelitian
ini
adalah
pembelajaran dengan training inquiry model dengan bantuan KWL chart dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pendidikan teknik bangunan universitas sebelas maret dalam mata kuliah konstruksi bangunan gedung pada aspek kognitif mencapai nilai 75,92, aspek afektif mencapai nilai 76,61 dan aspek psikomotor mencapai nilai 79,03. 61 60 61
Aulia Azizah dan Parmin, Op.Cit., h.1. Tutut Prasetiyanti, Sutrisno, dan Anis Rahmawati, Op.Cit., h.1.
31
3.
Riska Puspandini dalam artikel dengan judul Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014, menunjukkan bahwa pembelajaran fisika di SMAN 7 Malang dengan menggunakan model pembelajaran 5E learning cycle belum sesuai dengan yang diharapkan. Prestasi belajar dan kerja ilmiah siswa masih belum memuaskan. Maka dari itu diajukanlah model pembelajaran lain yang berbasis inkuiri, yakni model pembelajaran inquiry training. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen control group pre-test post-test. Populasi penelitian ini adalah semua kelas X SMAN 7 Malang. Teknik pemilihan sampel menggunakan cluster sampling dimana satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian adalah tes pilihan ganda dan tes kerja ilmiah. Instrumen prestasi belajar siswa berupa tes pilihan ganda dengan reliabilitas sebesar 0,78. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran inquiry training dari siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E learning cycle, dan (2) terdapat perbedaan rata-rata kerja ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dari siswa yang belajar dengan model pembelajaran 5E learning cycle. 62
C. Kerangka Berpikir Kurikulum 2013 dibuat untuk dapat mengembangkan potensi siswa menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum baru ini diimplementasikan agar kegiatan pembelajaran dapat menggunakan prinsip yang berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, serta menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Oleh karena itu, maka keterampilan siswa, satu di antaranya dalam berpikir kritis, juga perlu 62
Riska Puspandini, Op.Cit., h.1.
32
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran fisika. Hal ini disebabkan berpikir kritis tidak hanya memperhatikan kemampuan proses kognitif, tetapi juga melibat sikap dalam disposisi (kepekaan terhadap orang lain). Namun, kebiasaan berpikir kritis belum ditradisikan di sekolah-sekolah karena siswa belum dilibatkan secara aktif untuk mencari konsepnya sendiri di mana pembelajarannya masih didominasi oleh pendekatan konvensional. Hasil belajar fisika siswa rata-rata belum mencapai KKM. Banyak siswa yang mengalami kesalahan konsep sehingga mereka kesulitan dalam memecahkan persoalan yang berhubungan dengan materi fisika. Hal ini disebabkan oleh siswa yang hanya belajar untuk menghafalkan teori dan rumus, tidak bereksplorasi secara mendalam. Hal ini mengakibatkan pembelajaran fisika bersifat teacher centered, pasif, dan belum meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Satu di antaranya yakni model pembelajaran inquiry training. Model pembelajaran ini, selain menjadikan siswa aktif dalam kegiatan yang bersifat psikomotorik, juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis yang berfokus pada kemampuan kognitif dan sikap untuk peka terhadap orang lain. Dengan demikian, tujuan dari implementasi Kurikulum 2013 dapat tercapai. Berdasarkan penjabaran di atas, berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir dari latar belakang digunakannya model pembelajaran inquiry training pada pembelajaran fisika dalam mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa.
33
Kurikulum 2013 mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta berorientasi pada pendekatan saintifik; Keterampilan berpikir kritis memperhatikan kemampuan kognitif dan sikap; Keterampilan berpikir kritis belum ditradisikan di sekolah-sekolah dan siswa belum dilibatkan secara aktif untuk mencari konsepnya sendiri.
Pembelajaran bersifat teacher centered, pasif, dan belum meningkatkan keterampilan berpikir kritis
Dibutuhkan model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis, yaitu model pembelajaran inquiry training
Pembelajaran menjadi aktif dan meningkatkan keterampilan berpiki kritis Gambar 2.4 Bagan kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pemilihan pokok masalah dan kajian teoritis yang melandasi penelitian ini, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Model
pembelajaran
inquiry
training
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor.”
berpengaruh
terhadap
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMA Negeri 9 Bekasi.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Pada desain ini, kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. 2 Tabel 3.1 Non-equivalent control group design Kelas Eksperimen Kontrol
Pre-test O1 O1
Perlakuan XE XK
Post-test O2 O2
Keterangan: O1 = Pre-test yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum perlakuan O2 = Post-test yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol setelah perlakuan XE =
Perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry training
XK = Perlakuan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2009), cet.2, h.114. 2 Ibid., h.116.
34
35
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
3
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 9 Bekasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 4 Sampel penelitian ini adalah dua kelas X di SMA Negeri 9 Bekasi, yaitu kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dan X MIA 2 sebagai kelas kontrol.
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling yang dilakukan pada penelitian adalah secara purposive sampling. Purposive sampling atau sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. 5
E. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
6
Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab,
variabel bebas, atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel terikat, atau dependent variable (Y). 7 Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model pembelajaran inquiry training, sedangkan variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis.
F. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.14, h.173. 4 Ibid., h.174. 5 Ibid., h.183. 6 Ibid., h.161. 7 Ibid., h.162.
36
1.
Tahap persiapan, meliputi: a.
Merumuskan masalah penelitian.
b.
Melakukan studi literatur tentang penelitian.
c.
Pengurusan surat izin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
d.
Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.
e.
Membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran dengan model pembelajaran yang diujikan. Kemudian mempersiapkan modul, desain alat evaluasi, serta segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran di kelas eksperimen.
f.
Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen, dan memperbaiki instrumen.
2.
Tahap pelaksanaan, meliputi: a.
Mengelompokkan sampel penelitian menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b.
Memberikan tes awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
c.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training.
d.
Melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
di
kelas
kontrol
dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. e.
Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran berakhir untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa.
f.
Membandingkan antara hasil pretest dan posttest untuk menentukan apakah ada perbedaan yang muncul. Jika sekiranya perbedaan itu ada,
37
maka hal itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. 3.
Tahap akhir, meliputi: a.
Analisis data.
b.
Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data. Perumusan masalah
Model pembelajaran inquiry training
Penyusunan instrumen
Penyusunan RPP model pembelajaran inquiry training
Uji coba instrumen dan revisi
Pretest
Penerapan model
Posttest
Analisis data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Bagan prosedur penelitian
38
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan observasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8 Sedangkan observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, di dalam pengertian psikologis, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. 9
H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
10
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan berpikir kritis dalam bentuk tes subjektif (esai) yang diberikan kepada sampel sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Data penunjang pada penelitian ini adalah data observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi.
I.
Kalibrasi Instrumen Penelitian Sebelum instrumen diberikan kepada sampel yang sebenarnya, terlebih
dahulu instrumen diuji cobakan di luar kelas sampel dengan tujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal instrumen tes keterampilan berpikir kritis. 1.
Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. 11 Teknik yang digunakan untuk 8
Ibid., h.193. Ibid., h.199. 10 Ibid., h.203. 11 Ibid., h.211. 9
39
mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. 12 Rumus yang digunakan dalam menghitung besarnya validitas butir soal adalah sebagai berikut. 13 𝑟𝑟𝑋𝑋𝑋𝑋 =
Di mana:
𝑁𝑁Σ𝑋𝑋𝑋𝑋 −(Σ𝑋𝑋)(Σ𝑌𝑌)
�[𝑁𝑁Σ 𝑋𝑋 2 −(Σ𝑋𝑋) 2 ][𝑁𝑁Σ 𝑌𝑌 2 −(Σ𝑌𝑌)2 ]
…………………(3.1)
rXY = koefisien korelasi Pearson X
= butir setiap soal
Y
= jumlah skor setiap siswa
N
= jumlah siswa Cara penafsiran harga koefisien korelasi yaitu membandingkan
koefisien korelasi butir soal (rhitung) dengan koefisien korelasi product moment (rtabel). Butir soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel pada taraf signifikan α = 0,05. rtabel untuk n = 37 adalah 0,325 yang artinya jika validitas soal≥ 0,325 maka soal valid, begitu sebaliknya. Berikut merupakan hasil uji validitas dalam penelitian ini, sedangkan tabel analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 3.2 Hasil uji validitas instrumen Statistik Jumlah Soal Jumlah Siswa Nomor Soal Valid Jumlah Soal Valid
2.
16 37 3, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15 8
Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. 14 Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen tes ini adalah rumus Alpha sebagai berikut. 15
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.69. 13 Ibid., h.72. 14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Op.Cit., h.221. 15 Ibid., h.239.
40
𝑘𝑘
𝑟𝑟11 = �(𝑘𝑘−1)� �1 −
Di mana:
Σ𝜎𝜎𝑏𝑏2 𝜎𝜎𝑡𝑡2
� …………………………(3.2)
r11
= reliabilitas yang dicari
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2 = jumlah varians butir σt2
= varians total Cara penafsiran harga koefisien reliabilitas yaitu membandingkan
koefisien reliabilitas butir soal (r11) dengan rtabel. Instrumen soal dikatakan reliabel jika r11 > rtabel pada taraf signifikan α = 0,05. rtabel untuk n = 37 adalah 0,325 yang artinya jika reliabilitas soal≥ 0,325 maka soal reliabel, begitu sebaliknya. Berikut merupakan hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini, sedangkan tabel analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 3.3 Hasil uji reliabilitas instrumen Tipe Soal A B
3.
Statistik r11 0,489 0,609
Kesimpulan Reliabel Reliabel
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Rumus untung menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut. 16
Keterangan: DP
𝐷𝐷𝐷𝐷 =
𝑋𝑋�𝐾𝐾𝐾𝐾−𝑋𝑋�𝐾𝐾𝐾𝐾
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
……………………… (3.3)
= daya pembeda
XKA = rata-rata kelas atas XKB = rata-rata kelas bawah Skor maks = skor maksimum 16
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.133.
41
Penafsiran daya pembeda soal dengan kriteria seperti berikut. 17 0,40 ke atas = sangat baik 0,30 – 0,39 = baik 0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan 0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang Berikut merupakan hasil uji daya pembeda soal dalam penelitian ini, sedangkan untuk tabel analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 3.4 Hasil uji daya pembeda instrumen Kategori Soal Sangat baik Baik Cukup Kurang baik Jumlah
4.
Jumlah Soal 5 2 3 6 16
Persentase (%) 31,25 % 12,50 % 18,75 % 37,50 % 100 %
Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. 18 Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut. 19 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 =
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
…………(3.4)
Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut.20 0,00 – 0,30 = sukar 0,31 – 0,70 = sedang 0,71 – 1,00 = mudah Berikut merupakan hasil uji tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini, sedangkan untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
17
Ibid. Ibid., h.134. 19 Ibid., h.135. 20 Ibid. 18
42
Tabel 3.5 Hasil uji tingkat kesukaran instrumen Kategori Soal Sukar Sedang Mudah Jumlah
J.
Jumlah Soal 9 7 0 16
Persentase (%) 56,25 % 43,75 % 0% 100 %
Teknik Analisis Data Setelah data-data terkumpul, maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut: 1.
Uji Prasyarat Analisis Data Uji prasyarat dalam teknik analisis data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. a.
Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:21 (𝑂𝑂−𝐸𝐸) 2
𝜒𝜒 2 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ∑ �
𝐸𝐸
� …………………………(3.5)
Apabila χ2hitung ≥ χ2tabel, artinya data berdistribusi tidak normal dan apabila χ2hitung ≤ χ2tabel, artinya data berdistribusi normal. b. Uji homogenitas Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. 22 Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, yaitu dengan menggunakan rumus: 23
Keterangan: 21
𝐹𝐹ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 =
𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
…………………………(3.6)
Harinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga, 2005),
h.198. 22
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, Edisi kedua, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.133. 23 Ibid., h.134.
43
Apabila Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima, berarti data berasal dari data yang homogen. Sedangkan, apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, berarti data tidak berasal dari data yang homogen.
2.
Uji Statistik Berdasarkan uji prasyarat yang dilakukan, maka uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut jika: a. Sampel berdistribusi normal, maka menggunakan uji t-pasangan. Populasi yang saling tergantung (dependent population) dapat dicontohkan dengan suatu kelompok yang ditinjau sifatnya sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan terhadap sifat yang ditinjau tersebut. Rumusnya adalah: 24 𝑑𝑑�−𝜇𝜇 𝑑𝑑
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑠𝑠𝑑𝑑
Keterangan: d
� √𝑛𝑛
…………………………(3.7)
= Perbedaan nilai pasangan data (sebelum dan sesudah diberi perlakuan) = x1 – x2
b.
sd
= Standar deviasi
n
= Jumlah sampel kelas
Sampel tidak berdistribusi normal, maka menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Uji ini menggunakan arah dan besar perbedaan untuk mengatahui apakah benar-benar terdapat perbedaan pada data ordinal pasangan tersebut. 25
3.
Uji N-gain Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
melalui model pembelajaran inquiry training, teknik analisis data yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah dengan uji N-gain dengan persamaan: 26 𝑁𝑁 − 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 = 24
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 −𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 −𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
…………(3.8)
Harinaldi, Op.Cit., h.178. Ibid., h.230. 26 Joko Purwanto dan Binti Uswatun Hasanah, Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial Riddle dengan Integrasi-Interkoneksi pada Materi Suhu dan Kalor terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Kaunia Vol.X No.2, 2014, h.119. 25
44
N-gain dikatakan tinggi jika N-gain ≥ 0,7. Jika N-gain besarnya antara 0,3 sampai 0,7 maka termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan N-gain besarnya di bawah 0,3 maka termasuk ke dalam kategori rendah.
K. Hipotesis Statistik Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : µd = 0 H1 : µd ≠ 0 Jika analisis data dengan uji t-pasangan, maka penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai thitung dan ttabel pada taraf signifikan 5%. Apabila thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, begitu sebaliknya. Namun, jika analisis data dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon, maka penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan antara Thitung dan Ttabel pada taraf signifikan 5%. Jika Thitung peringkat positif > Ttabel atau Thitung peringkat negatif < Ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak, begitu sebaliknya. µd rata-rata perubahan nilai pretest dan posttest siswa.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berikut ini merupakan penjabaran hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, baik dari hasil deskripsi data maupun hasil pengujian hipotesis penelitian. 1.
Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
a.
Pretest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest
keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas eksperimen adalah 22 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 22 sampai 28 sebanyak 2 orang (5,13%), sedangkan nilai tertingginya adalah 59 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 57 sampai 63 sebanyak 1 orang (2,56%). Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 43,13 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 25 orang (64,10%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 orang (35,90%). Modus dari pretest kelas eksperimen adalah 44 dan 47, sedangkan mediannya adalah 44. Rentang nilai pretest kelas eksperimen sebesar 37, standar deviasi sebesar 8,14, dan varian sebesar 66,32. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas eksperimen adalah 47 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 47 sampai 53 sebanyak 1 orang (2,56%), sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 82 sampai 88
45
46
sebanyak 5 orang (12,82%). Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 71,18 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 22 orang (56,41%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 17 orang (43,59%). Modus dari posttest kelas eksperimen adalah 56, 78, dan 88, sedangkan mediannya adalah 72. Rentang nilai posttest kelas eksperimen sebesar 41, standar deviasi sebesar 11,74, dan varian sebesar 137,94. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran kelas eksperimen. Perbandingan nilai pretest-posttest kelas eksperimen 160 140 120 Nilai
100 80 60 40 20 0 Terendah
Tertinggi
Rata-rata
Modus
Median
Rentang
Standar deviasi
Varian
Pretest
22
59
43,13
47
44
37
8,14
66,32
Posttest
47
88
71,18
88
72
41
11,74
137,94
Deskripsi data statistik
Gambar 4.1 Perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen
c.
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretestposttest kelas eksperimen Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis
indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat
47
pretest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat posttest adalah menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasilanalisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-posttest kelas eksperimen 12
Rata-rata nilai
10 8 6 4 2 0
A.1.b
B.4.a
C.7.a
C.8.c
D.9.a
D.10.b
E.11
E.12
Pretest
2,804
6,971
7,212
7,292
0,561
8,093
6,01
4,006
Posttest
4,247
9,455
9,776
9,295
10,016
9,535
9,936
9,135
Indikator keterampilan berpikir kritis
Gambar 4.2 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen Keterangan A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian C.7.a: Membuat generalisasi C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
48
E.11: Mempertimbangkan
dan
memberikan
alasan
dengan
membuat
pengandaian posisi (kondisi) E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
2.
Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
a.
Pretest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest
keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas kontrol adalah 41 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 44 sebanyak 1 orang (2,78%), sedangkan nilai tertingginya adalah 62 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 61 sampai 64 sebanyak 1 orang (2,78%). Nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 52,17 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 16 orang (44,44%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 20 orang (55,56%). Modus dari pretest kelas kontrol adalah 50, sedangkan mediannya adalah 50. Rentang nilai pretest kelas kontrol sebesar 21, standar deviasi sebesar 4,91, dan varian sebesar 24,12. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas kontrol adalah 41 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 48 sebanyak 1 orang (2,78%), sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 81 sampai 88 sebanyak 1 orang (2,78%). Nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 62,50 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 17 orang (47,22%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 19 orang (52,78%). Modus dari posttest kelas kontrol adalah 62, sedangkan mediannya adalah 62. Rentang nilai
49
posttest kelas kontrol sebesar 47, standar deviasi sebesar 8,84, dan varian sebesar 78,16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran kelas kontrol.
Nilai
Perbandingan pretest-posttest kelas kontrol 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Terendah
Tertinggi
Rata-rata
Modus
Median
Rentang
Standar deviasi
Varian
Pretest
41
62
52,17
50
50
21
4,91
24,12
Posttest
41
88
62,5
62
62
47
8,841
78,16
Deskripsi data statistik
Gambar 4.3 Perbandingan pretest dan posttest kelas kontrol
c.
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretestposttest kelas kontrol Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis
indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas kontrol yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan yang terkait denganperistiwa perpindahan kalor pada butir soal nomor 4, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat pretest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud
50
benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat posttest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-posttest kelas kontrol 12
Rata-rata
10 8 6 4 2 0
A.1.b
B.4.a
C.7.a
C.8.c
D.9.a
D.10.b
E.11
E.12
Pretest
3,733
7,378
6,684
8,767
4,34
9,201
7,813
3,385
Posttest
4,34
9,809
8,333
9,115
7,378
9,983
8,333
5,642
Indikator keterampilan berpikir kritis
Gambar 4.4 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol Keterangan A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian C.7.a: Membuat generalisasi C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan E.11: Mempertimbangkan
dan
memberikan
alasan
dengan
membuat
pengandaian posisi (kondisi) E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
51
3.
Hasil Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inquiry Training Berdasarkan hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan model
pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran fisika pada konsep kalor dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan. Setiap pertemuan memiliki lima tahapan yang dijabarkan menjadi tiga belas sub tahapan. Rata-rata persentase keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen sebesar 92,20% atau dapat dikatakan baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berikut ini merupakan histogram persentase dari lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training 100,00% 90,00% 80,00% Persentase
70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Keterlaksanaan
I
II
III
93,33%
93,33%
89,93%
Pertemuan
Gambar 4.5 Histogram persentase keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training
4.
Pengujian Hipotesis Berikut ini merupakan analisis data yang meliputi uji prasyarat analisis
statistik dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis dengan menggunakan uji t-pasangan, serta uji N-gain.
52
a.
Uji prasyarat analisis data
1) Uji normalitas Uji prasyarat melalui pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat. Uji chi-kuadrat dapat dilakukan untuk memeriksa apakah suatu pengumpulan data terdeskripsi secara baik oleh suatu distribusi normal, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal apabila χ2hitung ≤ χ2tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Tabel 4.1 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen Data Statistik Jumlah siswa (n) Rata-rata (x) Standar deviasi (S) χ2hitung χ2tabel Kesimpulan
Pretest 39 43,13 8,14 6,19 11,07 Normal
Posttest 39 71,18 11,74 9,24 11,07 Normal
Sementara itu, hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol Data Statistik Jumlah siswa (n) Rata-rata (x) Standar deviasi (S) χ2hitung χ2tabel Kesimpulan
Pretest 36 52,17 4,91 7,50 11,07 Normal
Posttest 36 62,50 8,84 9,78 11,07 Normal
2) Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Uji Fisher dapat
53
dilakukan untuk melihat apakah keterampilan berpikir kritis siswa dari kelas eksperimen dan kontrol homogen atau tidak, dengan ketentuan bahwa data homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel dengan df1 = k – 1 = 2 – 1 = 1, df2 = n – k = 75 – 2 = 73, dan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas pretest dan posttest Data Statistik Jumlah Varian Fhitung Ftabel Kesimpulan
Pretest Eksperimen Kontrol 39 36 66,32 24,12 2,75 3,98 Homogen
Posttest Eksperimen Kontrol 39 36 139,13 78,16 1,78 3,98 Homogen
b. Uji hipotesis Setelah melakukan perhitungan uji prasyarat melalui uji normalitas yang menggunakan uji chi-kuadrat, maka didapatkan kesimpulan bahwa data pretest dan posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal, selanjutnya, untuk melihat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, maka cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus uji tpasangan, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah rata-rata nilai perubahan dari pretest dan posttest (d), standar deviasi (Sd), dan jumlah sampel (n). Dari perhitungan uji t-pasangan pada Lampiran 20, diperoleh thitung untuk perubahan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 12,59. Uji hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan n = 39, didapatkan harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5% adalah 2,02. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%. Artinya, terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
54
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas eksperimen Kelompok Sampel Pretest 39 Posttest 39
Perubahan rata-rata
thitung
ttabel
Kesimpulan
28,41
12,59
2,02
Tolak H0
Sementara itu, dari perhitungan uji t-pasangan pada Lampiran 18, diperoleh thitung untuk perubahan nilai pretest dan posttest kelas kontrol sebesar 7,43. Uji hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan n = 36, didapatkan harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5% adalah 2,03. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%. Artinya, terdapat pengaruh pembelajaran Kurikulum 2013 terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas kontrol Kelompok Sampel Pretest 36 Posttest 36 c.
Perubahan rata-rata
thitung
ttabel
Kesimpulan
11,72
7,43
2,03
Tolak H0
Uji N-gain Berdasarkan hasil perhitungan uji N-gain pada Lampiran 19, diperoleh
rata-rata nilai N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,49 yang diinterpretasikan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen berada pada tingkat sedang. Sedangkan rata-rata N-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,23 yang diinterpretasikan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa di kelas kontrol berada pada tingkat rendah. Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis siswa yang telah melaksanakan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak melaksanakan model pembelajaran tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
55
Tabel 4.6 Hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol Kelas Eksperimen Kontrol
N-gain 0,49 0,23
Keterangan Sedang Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain di kelas eksperimen maupun kontrol yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis terendah kelas eksperimen sebesar 0,13 dengan
indikator
mengidentifikasi
atau
merumuskan
kriteria
untuk
mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 5, sedangkan N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi kelas eksperimen sebesar 0,74 dengan indikator menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2. Sementara itu, N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis terendah kelas kontrol sebesar 0,02 dengan indikator penerapan prinsip-prinsip yang dapat diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor pada butir soal nomor 7, sedangkan N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi kelas kontrol sebesar 0,32 dengan indikator keahlian dalam mengetahui peristiwa yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 6. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Berikut ini merupakan histogram hasil analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol yang dapat dilihat pada Gambar 4.6.
56
Rata-rata N-gain
Perbandingan keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol 0,800 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 0,000
A.1.b
B.4.a
C.7.a
C.8.c
D.9.a
D.10.b
E.11
E.12
Eksperimen
0,134
0,427
0,364
0,241
0,743
0,271
0,452
0,522
Kontrol
0,070
0,315
0,214
0,019
0,244
0,312
0,133
0,252
Indikator keterampilan berpikir kritis
Gambar 4.6 Analisis perbandingan indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkanN-gain kelas eksperimen dan kontrol Keterangan A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian C.7.a: Membuat generalisasi C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan E.11: Mempertimbangkan
dan
memberikan
alasan
dengan
membuat
pengandaian posisi (kondisi) E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil temuan yang diperoleh selama penelitian adalah terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Model pembelajaran inquiry training yang digunakan di kelas eksperimen dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kritis
57
siswa jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menggunakan uji t-pasangan hasil pretest dan posttest kelas eksperimen pada taraf 5% lebih besar dibandingkan dengan hasil pretest dan posttest kelas kontrol, yaitu 12,59 untuk kelas eksperimen dan 7,43 untuk kelas kontrol. Meskipun demikian, dua kelas tersebut sama-sama berhasil dalam mempengaruhi keterampilan berpikir kritis. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry training juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian N-gain terhadap data pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun dari kelas kontrol. Nilai rata-rata N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas eksperimen adalah sebesar 0,49 di mana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berada pada taraf sedang. Sedangkan, nilai rata-rata N-gain yang didapat dari pretest dan posttest kelas kontrol adalah sebesar 0,23 di mana hal ini dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan ketereampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013 berada pada taraf rendah. Sementara itu, interpretasi berdasarkan uji homogenitas data pretest dari kelas eksperimen dan kontrol dapat disimpulkan bahwa secara umum keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dilakukannya pembelajaran dari dua kelas tersebut adalah sama. Begitu juga dengan uji homogenitas data posttest yang dapat disimpulkan bahwa secara umum keterampilan berpikir kritis siswa sesudah dilakukannya pembelajaran dari dua tersebut adalah sama. Akan tetapi, apabila dipahami secara mendalam maka hasil perhitungan uji homogenitas antara pretest dan posttest cukup berbeda. Koefisien homogenitas nilai pretest jauh lebih besar dibandingkan dengan koefisien homogenitas nilai posttest. Hal ini dikarenakan nilai-nilai pretest siswa lebih beragam dibandingkan dengan nilai-nilai posttest siswa. Makna “beragam” di sini memiliki maksud
58
bahwa rentang nilai pretest kelas eksperimen yang besarnya 37 lebih luas dibandingkan dengan rentang nilai pretest kelas kontrol yang besarnya hanya 21 di mana rata-rata nilai pretest kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol sehingga nilai kelas eksperimen tersebut tidak dapat mencapai kelas kontrol. Jadi, hal ini dapat dikatakan bahwa secara khusus tingkat berpikir kritis siswa di kelas eksperimen lebih beragam atau sedikit berbeda dibandingkan dengan tingkat berpikir kritis siswa di kelas kontrol yang cenderung sama. Sementara itu, jika dilihat dari nilai-nilai posttest siswa maka dapat disimpulkan bahwa secara khusus tingkat berpikir kritis siswa di kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan tingkat berpikir kritis siswa di kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rentang nilai posttest kelas eksperimen yang besarnya 41 sedikit lebih sempit dibandingkan dengan rentang nilai posttest kelas kontrol yang besarnya 47 di mana rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol sehingga nilai kelas eksperimen dapat mencapai bahkan melampaui kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis indikator keterampilan berpikir kritis, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai tiap indikator pada posttest lebih besar daripada ratarata nilai tiap indikator pada pretest, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
Namun,
penguasaan
keterampilan
berpikir
kritis
berdasarkan
indikatornya, kelas eksperimen mampu mencapai indikator dalam menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan), sedangkan kelas kontrol hanya mencapai indikator keahlian dalam menilai kredibilitas sumber. Indikator menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) kedudukannya lebih tinggi dibandingkan dengan indikator menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian. Jika dilihat peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen berdasarkan indikator secara lebih luas, maka terdapat satu indikator yang peningkatannya tinggi yakni indikator dalam menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan). Adapun empat indikator yang peningkatannya sedang yakni indikator dalam menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian, membuat generalisasi, mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi), dan mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis
59
dalam membuat dan mempertahankan keputusan. Sedangkan indikator yang peningkatannya rendah ada tiga, yaitu indikator dalam mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban, menerapkan prinsipprinsip yang dapat diterima, dan menuliskan asumsi yang dibutuhkan. Untuk kelas kontrol, terdapat dua indikator yang peningkatannya sedang yakni indikator dalam menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian dan menuliskan asumsi yang dibutuhkan. Sedangkan peningkatan enam indikator lainnya rendah, tidak ada indikator yang peningkatannya tinggi. Jadi, dapat disimpulkan penguasaan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan model pembelajaran inquiry training yang digunakan oleh kelas eksperimen terdapat tahapan pengumpulan data verifikasi di mana siswa akan mencari segala jenis informasi tentang materi yang akan diselidiki dan harus dibuktikan pada tahapan pengumpulan data eksperimen, baik informasi berupa contoh peristiwa, pengertian,
maupun
istilah
yang
digunakan.
Kedua
tahapan
tersebut
disempurnakan pada dua tahapan terakhir, yaitu tahapan organisasi data dan formulasi kesimpulan dan tahapan analisis proses inkuiri, sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih bermakna. Sementara itu pembelajaran di kelas kontrol, pada tahapan bertanya tidak cukup untuk memberikan informasi yang akan digunakan pada tahapan eksplorasi sehingga siswa tidak dapat menjelaskan bentuk definisi, hanya ahli dalam mengetahui kredibilitas sumber. Selanjutnya, berdasarkan analisis lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training, rata-rata persentase keterlaksanaannya sebesar 92,20%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran inquiry training adalah baik. Semua tahapan pada model pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan baik. Namun, ada beberapa sub tahapan kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya kurang maksimal. Sub tahapan tersebut ratarata yakni kegiatan guru dalam membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi atau data-data tentang konsep yang akan dipelajari melalui studi pustaka dari berbagai referensi pada tahapan pengumpulan data verifikasi. Di sana terdapat catatan bahwa masih ada siswa yang tidak melakukannya. Hal ini
60
disebabkan referensi belajar siswa yang terbatas sehingga siswa kurang mengeksplorasi konsep yang akan dipelajari meskipun guru telah melaksanakan tahapan tersebut. Sub tahapan lainnya yang rata-rata kurang maksimal adalah kegiatan guru dalam menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antara siswa pada tahapan pengumpulan data eksperimen. Di sana terdapat catatan bahwa masih ada kelompok siswa yang belum kompak. Hal ini dapat dilihat dari persiapan kelompok yang kurang maksimal sebelum dilaksanakannya pembelajaran berupa persiapan alat dan bahan untuk praktikum, serta pelaksanaan praktikumnya yang hanya terpusat pada beberapa siswa di setiap kelompoknya. Sub tahapan terakhir yang rata-rata tidak maksimal adalah kegiatan guru dalam membimbing siswa untuk memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan pada tahapan analisis proses inkuiri. Hal ini dikarenakan pada tahapan terakhir ini, menurut observer, peneliti langsung melanjutkan atau mengintegrasikan sub tahapan tersebut dengan sub tahapan berikutnya di mana kegiatan guru dalam membimbing siswa untuk menganalisis tahap-tahap
inkuiri yang telah
dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis data, baik dari hasil pretest dan posttest keterampilan berpikir kritis siswa maupun dari lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training, dapat dilihat bahwa model pembelajaran ini dapat mempengaruhi atau meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa secara signifikan. Hal ini disebabkan model pembelajaran inquiry training ini dibangun atas dasar di mana kesadaran siswa terhadap proses inkuiri ditingkatkan sehingga siswa dapat diajarkan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, siswa diajarkan bahwa segala pengatahuan itu bersifat sementara dan dapat berubah dengan munculnya teori-teori baru sehingga mereka disadarkan bahwa pendapat orang lain dapat memperkaya pengetahuan yang dimiliki. 1 Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep dasar berpikir kritis dan disposisi menurut Ennis di mana salah satu disposisi berpikir kritis dapat dilihat dari kecenderungan
1
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.76.
61
seseorang memiliki rasa peduli terhadap harga diri dan martabat setiap orang. 2 Jadi, nilai sikap menghargai pendapat orang lain sama-sama dikembangkan, baik dari segi peningkatan keterampilan berpikir kritis maupun di dalam model pembelajaran inquiry training itu sendiri. Sementara itu, pembelajaran yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013 juga dapat mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa, walaupun kurang signifikan dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training. Hal ini disebabkan proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik di mana satu di antara kriterianya adalah mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam
mengidentifikasi,
memahami,
memecahkan
masalah,
dan
mengaplikasikan materi pembelajaran. 3 Pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini berbasis pada penyingkapan atau penelitian sehingga pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada tahapan analisis proses inkuiri yang dilakukan di akhir pembelajaran kelas eksperimen, berfungsi untuk memperbaiki proses inkuiri itu sendiri sehingga siswa dapat belajar menganalisis strategi berpikir mereka sendiri dan memperkaya pengetahuan karena pendapat orang lain ikut dihargai. Sedangkan di kelas kontrol tidak ada tahapan tersebut sehingga peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kurang maksimal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang
menggunakan
pembelajaran yang disesuaikan Kurikulum 2013. Meskipun keterampilan berpikir kritis siswa sama-sama dapat ditingkatkan di kelas eksperimen maupun kelas
2
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam Berpikir, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), cet.1, h.197. 3 Resti Fauziah, Ade Gafar Abdullah, dan Dadang Lukman Hakim, Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah, Invotec Vol.IX No.2, 2013, h.166.
62
kontrol, namun peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen jauh lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Puspandini yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training sebesar 70,3, sedangkan nilai rata-rata siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran 5E Learning adalah sebesar 63,8. 4 Model pembelajaran inquiry training digunakan untuk mendorong siswa agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi. Siswa akan lebih tertarik terhadap materi yang disampaikan lewat serangkaian metode ilmiah yang tersusun secara runtut. Guru mengawali pembelajaran dengan menampilkan puzzling event (peristiwa atau fenomena yang membingungkan). Ketika menghadapi permasalahan tersebut, siswa akan termotivasi untuk memecahkan puzzle tersebut secara alamiah. 5 Jadi, pencapaian siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training
lebih baik
dibandingkan dengan pencapaian siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran tersebut. Di dalam model pembelajaran inquiry training, siswa dihadapkan dengan puzzling event atau peristiwa yang membingungkan sehingga motivasi siswa lebih tinggi dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian Hayati dan Susanti menunjukkan bahwa model pembelajaran Inquiry Training sangat efektif dalam meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik. 6 Dengan demikian, pencapaian siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training lebih baik karena motivasi belajar siswa meningkat. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Prasetiyanti, Sutrisno, dan Rahmawati pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penggunaan 4
Riska Puspandini, Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014, diakses pada 19 Januari 2015, h.3, (jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel05B4C0D70BEC68E4CDCEC5E2A0203542.pdf). 5 Ibid., h.4. 6 Ibid.
63
metode Training Inquiry Model dengan bantuan KWL Chart pada mata kuliah Konstruksi Bangunan Gedung mahasiswa program studi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa ditinjau dari aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
7
Jadi,
peningkatan pencapaian siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat meningkat karena pembelajaran siswa diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training.
7
Tutut Prasetiyanti, Sutrisno, dan Anis Rahmawati, Pembelajaran Training Inquiry Model dengan Bantuan KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung, diakses pada 4 Desember 2014, h.12, (jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptb/article/download/3349/2349).
BAB V PENUTUP
C. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1.
Terdapat
pengaruh
model
pembelajaran
inquiry
training
terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. 2.
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inquiry training berada pada kategori sedang.
3.
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui model pembelajaran inquiry training pada indikator menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) tinggi; pada indikator menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian, membuat generalisasi, mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi), dan mengintegrasikan
kemampuan
berpikir
kritis
dalam
membuat
dan
mempertahankan keputusan sedang; serta pada indikator mengidentifikasi atau merumuskan kriterian untuk mempertimbangkan jawaban, menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima, dan menuliskan asumsi yang dibutuhkan rendah.
D. Saran Mengacu pada hasil kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut. 1.
Model pembelajaran inquiry training merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifik dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan demikian, model pembelajaran inquiry training dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran fisika.
64
65
2.
Pelaksanaan model pembelajaran inquiry training membutuhkan waktu yang cukup banyak. Jadi, sebaiknya pengalokasian waktu kegiatan pembelajaran pada RPP dibuat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, Renol, dkk. Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1, 2012. Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011. Anto, Adi Afri, dkk. Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Smp Negeri 27 Purworejo. Radiasi Vol.2 No.1, t.t. Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Arifudin, M Achya. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Interplus. 2007. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. ----------. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press, 2012. Azizah, Aulia dan Parmin. Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa. UNNES Science Educational Journal Vol.1 No.1, 2012. Ennis, Robert H. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions
and
Abilities.
faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThin king_51711_000.pdf. 4 Februari 2015. Fauziah, Resti, dkk. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Invotec Vol.IX No.2, 2013. Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
66
Harinaldi. Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga, 2005. Kanginan, Marthen. Fisika 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2006. Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Kognitif: Perkembangan Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013. Prasetiyanti, Tutut, dkk. Pembelajaran Training Inquiry Model dengan Bantuan KWL Chart terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret dalam Mata Kuliah Konstruksi Bangunan
Gedung.
jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptb/article/download/3349/2349.
4
Desember 2014. Purwanto, Joko dan Binti Uswatun Hasanah. Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial Riddle dengan Integrasi-Interkoneksi pada Materi Suhu dan Kalor terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Kaunia Vol.X No.2, 2014. Puspandini, Riska. Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan 5E Learning Cycle terhadap Prestasi Belajar dan Kerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014. jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel05B4C0D70BEC68E4CDCEC5E2A020 3542.pdf. 19 Januari 2015. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta, 2009. Syahbana, Ali. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal Edumatika Vol.2 No.1, 2012.
67
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2013. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Wardoyo, Sigit Mangun. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung: Alfabeta, 2013. Wena, Made. Strategi Pembelajaran inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah
: SMA Negeri 9 Bekasi
Kelas/Semester
:X/2
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Kalor
Konsep
: Kalor dan Asas Black
Pertemuan
: ke-1
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 69
B. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas kalor. C. Indikator Pembelajaran 3.8.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black). 3.8.2 Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di kehidupan sehari-hari. 3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan kalor dan Asas Black. 3.8.4 Menerapkan prinsip-prinsip yang terkait dengan kalor dan Asas Black dalam memecahkan masalah. 4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black dalam percobaan. 4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black). D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: •
Memberikan penjelasan tentang kalor dan Asas Black.
•
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan Asas Black.
•
Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black.
•
Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
70
E. Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor
Suhu
Suhu
Kalor
Pemuaian
Kalor, Energi Termal, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis
Perubahan Wujud
Asas Black
Konduksi •
Perpindahan Kalor
Konveksi
Radiasi
Kalor atau panas merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Satuan SI untuk kalor adalah joule dan kilokalori. Kalor berhubungan dengan energi termal, kapasitas kalor, dan kalor jenis.
•
Energi termal merupakan energi total yang dimiliki suatu benda, baik energi kinetik maupun energi potensial. Kapasitas kalor merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan suatu benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC. Kalor jenis merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan 1 kg benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC.
•
Asas Black merupakan suatu prinsip pencampuran dua zat atau lebih suatu benda yang ditemukan oleh Joseph Black, yang berbunyi “Jumlah kalor yang dilepaskan suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda yang lain.” Persamaan: Qlepas = Qterima
•
Asas Black dimanfaatkan untuk mengetahui kalor jenis suatu bahan atau benda. 71
F. Model Pembelajaran •
Model pembelajaran
: Model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training).
G. Alat dan Sumber Pembelajaran •
Alat/Bahan
•
Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
: Sendok, lilin, air biasa, gelas kaca, air panas.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Pembelajaran Guru
Siswa
Motivasi • Membuka pelajaran dengan berdoa dan memfokuskan perhatian siswa serta memberikan motivasi untuk belajar Apersepsi • Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black, “Mengapa kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memasak air yang banyak dibandingkan dengan memasak air yang sedikit? Mengapa kita harus mencampurkan air panas dan air dingin jika kita ingin mandi air hangat?” • Menyampaikan tujuan pembelajaran Penyajian Masalah • Membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
72
Motivasi • Berdoa sebelum belajar
Apersepsi • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
• Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru Penyajian Masalah • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
• Menyajikan permasalahan yang terkait dengan kalor dan Asas Black dengan menampilkan gambar contoh makanan (besar dan kecil) dan orang demam Pengumpulan Data Verifikasi • Membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi atau data-data tentang kalor dan Asas Black melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Pengumpulan Data Eksperimen • Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang kalor dan Asas Black • Membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti memanaskan sendok, memilih gelas ukur, menentukan jumlah air, dll • Membimbing dan mengarahkan pertanyaanpertanyaan tentang kalor dan Asas Black dari siswa • Membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi selama eksperimen kalor dan Asas Black • Menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan • Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksperimen kalor dan Asas Black 73
• Memahami permasalahan yang terkait dengan kalor dan Asas Black yang terdapat pada gambar contoh makanan (besar dan kecil) dan orang demam Pengumpulan Data Verifikasi • Melakukan pengumpulan informasi atau data-data tentang kalor dan Asas Black melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Pengumpulan Data Eksperimen • Melakukan eksperimen tentang kalor dan Asas Black • Melakukan pengaturan data atau pengontrolan variabel, seperti memanaskan sendok, memilih gelas ukur, menentukan jumlah air, dll • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan eksperimen kalor dan Asas Black yang dilakukan • Mencatat dan menganalisis hasil eksperimen kalor dan Asas Black • Berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas pembelajaran Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksperimen kalor dan Asas Black
• Membimbing siswa untuk membuat suatu kesimpulan tentang kalor dan Asas Black Analisis Proses Inkuiri • Membimbing siswa untuk memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan • Membimbing siswa untuk menganalisis tahaptahap inkuiri yang telah dilaksanakan • Membimbing siswa dalam melihat kesalahankesalahan yang mungkin terjadi selama eksperimen Kesimpulan • Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang kalor dan Asas Black Evaluasi • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari secara tertulis atau lisan • Menginfomasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
Kegiatan Penutup (20 menit)
I.
• Membuat suatu kesimpulan tentang kalor dan Asas Black Analisis Proses Inkuiri • Memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan • Menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah dilakukan • Menganalisis kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses inkuiri Kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang kalor dan Asas Black Evaluasi • Menjawab soal-soal tes yang diberikan oleh guru • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar •
Teknik Penilaian
: Tes
•
Bentuk Tes
: Tes uraian
•
Contoh Soal
:
No 1
Soal Makanan yang lebih kecil atau
Jawaban Makanan yang lebih besar membutuhkan kalor 74
Penilaian Jawaban benar, alasan benar,
yang lebih besar, yang akan membutuhkan waktu yang lama untuk matang? Jelaskan!
2
Bekasi,
Artikel pada internet menyarankan bahwa jika seseorang demam sebaiknya dikompres dengan menggunakan air hangat. Apakah menurut pendapatmu hal tersebut benar? Jelaskan!
Januari 2015
yang lebih besar. Karena kalor berbanding lurus dengan massa suatu benda. Sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk matang, dengan catatan api yang digunakan sama besar.
relevan: 4 Jawaban benar, alasan benar, tidak relevan: 3 Jawaban benar, alasan salah: 2 Jawaban salah: 1 Tidak menjawab: 0 Hal tersebut tidak benar. Karena sesuai dengan Jawaban benar, alasan benar, prinsip Asas Black, maka panas seseorang yang relevan: 4 sedang demam harus diturunkan atau Jawaban benar, alasan benar, dilepaskan, dan diserap oleh benda yang lebih tidak relevan: 3 dingin, seperti air dingin atau es. Jawaban benar, alasan salah: 2 Jawaban salah: 1 Tidak menjawab: 0 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = 8 Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Agus Setiawan, M.Pd
Rosiana
75
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah
: SMA Negeri 9 Bekasi
Kelas/Semester
:X/2
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Kalor
Konsep
: Perubahan Wujud
Pertemuan
: ke-2
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 76
B. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas kalor. C. Indikator Pembelajaran 3.8.1 Mengenali jenis-jenis perubahan wujud dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perubahan wujud benda. 3.8.2 Menggeneralisasi suatu kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. 3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan perubahan wujud benda. 4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa perubahan wujud dalam percobaan. 4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: •
Memberikan penjelasan tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda.
•
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa perubahan wujud.
•
Membuat generalisasi tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan Asas Black.
•
Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan Asas Black di dalam kehidupan sehari-hari.
77
E. Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor
Suhu
Suhu
Kalor
Pemuaian
Kalor, Energi Termal, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis
Perubahan Wujud
Asas Black
Konduksi
•
Perpindahan Kalor
Konveksi
Radiasi
Dalam fisika, perubahan wujud ditandai dengan perubahan suatu benda dari satu medium (fasa) ke medium (fasa) lainnya, dan sifatnya reversibel atau dapat kembali ke bentuk awal. Perubahan wujud tersebut di antaranya adalah mencair (padat→cair), membeku (cair→padat), menguap (cair→gas), mengembun (gas→cair), menyublim (padat→gas), dan mengkristal (gas→padat).
•
Banyak contoh peristiwa perubahan wujud di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya es yang mencair, pembuatan es, air yang habis jika dimasak terus-menerus, embun pagi, kamper yang menyublim, pembuatan garam, dll.
F. Model Pembelajaran •
Model pembelajaran
: Model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training).
78
G. Alat dan Sumber Pembelajaran •
Alat/Bahan
•
Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
: Sendok makan, lilin, es batu, korek api, air, kamper.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Pembelajaran Guru
Siswa
Motivasi • Membuka pelajaran dengan berdoa dan memfokuskan perhatian siswa serta memberikan motivasi untuk belajar Apersepsi • Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan wujud, “Apakah yang akan terjadi jika air dimasak terus-menerus di atas kompor? Mengapa hal tersebut dapat terjadi?” • Menyampaikan tujuan pembelajaran Penyajian Masalah • Membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Menyajikan permasalahan yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud dengan menampilkan gambar contoh es di kutub yang mencair Pengumpulan Data Verifikasi • Membimbing siswa dalam mengumpulkan 79
Motivasi • Berdoa sebelum belajar
Apersepsi • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
• Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru Penyajian Masalah • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Memahami permasalahan yang terkait dengan Asas Black yang terdapat pada gambar contoh Pengumpulan Data Verifikasi • Melakukan pengumpulan informasi atau data-data
informasi atau data-data tentang peristiwa perubahan wujud melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Pengumpulan Data Eksperimen • Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang perubahan wujud: mencair, menguap, dan menyublim • Membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti mengisi sendok dengan es batu atau air, memanaskannya, membakar kamper, dll • Membimbing dan mengarahkan pertanyaanpertanyaan tentang perubahan wujud benda dari siswa • Membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi selama eksperimen perubahan wujud • Menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan • Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksperimen perubahan wujud • Membimbing siswa dalam membuat suatu kesimpulan tentang perubahan wujud Analisis Proses Inkuiri • Membimbing siswa untuk memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan • Membimbing siswa untuk menganalisis tahap80
tentang peristiwa perubahan wujud melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Pengumpulan Data Eksperimen • Melakukan eksperimen tentang perubahan wujud: mencair, menguap, dan menyublim • Melakukan pengaturan data atau pengontrolan variabel, seperti mengisi sendok dengan es batu atau air, memanaskannya, membakar kamper, dll • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan eksperimen perubahan wujud benda yang dilakukan • Mencatat dan menganalisis hasil eksperimen perubahan wujud benda • Berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas pembelajaran Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksperimen perubahan wujud • Membuat suatu kesimpulan tentang perubahan wujud Analisis Proses Inkuiri • Memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan • Menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah
tahap inkuiri yang telah dilaksanakan • Membimbing siswa dalam melihat kesalahankesalahan yang mungkin terjadi selama eksperimen Kesimpulan • Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda Evaluasi • Memberikan tes kepada siswa tentang konsep perubahan wujud yang telah dipelajari • Menginfomasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran
Kegiatan Penutup (20 menit)
I.
dilakukan • Menganalisis kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam proses inkuiri Kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda Evaluasi • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh guru • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar •
Teknik Penilaian
: Tes
•
Bentuk Tes
: Tes uraian
•
Contoh Soal
:
No 1
Soal Sebutkan persamaan dan persamaan dari peristiwa habisnya kamper yang disimpan dengan terbentuknya salju!
Jawaban Persamaan: habisnya kamper yang disimpan di lemari dengan terbentuknya salju adalah terjadinya kedua peristiwa tersebut sama-sama membutuhkan kalor laten untuk berubah bentuk atau fasa. Perbedaan: habisnya kamper yang disimpan di lemari dikarenakan adanya 81
Penilaian Terdapat 5 kata kunci. Jadi, skor maksimal soal nomor 1 adalah 5 poin.
2
proses menyublim yang mengubah kamper padat menjadi gas dan proses ini bersifat menyerap kalor, sedangkan terbentuknya salju dikarenakan adanya proses mengkristal yang mengubah udara menjadi butiran salju dan proses ini bersifat melepas kalor. Sebutkan proses perubahan wujud benda! • Mencair: melelehnya es karena panas Berikan contohnya! Membeku: membuat es • Menguap: air yang dimasak terusmenerus akan habis Mengembun: terbentuknya embun pagi • Menyublim: kamper yang habis jika lama disimpan dilemari Mengkristal: membuat garam
Menyebutkan 3 golongan perubahan wujud yang masih dalam perubahan fasa yang sama. Jadi skor maksimal soal nomor 2 adalah 3 poin.
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = Bekasi,
Januari 2015
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100 8
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Agus Setiawan, M.Pd
Rosiana
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN
Nama Sekolah
: SMA Negeri 9 Bekasi
Kelas/Semester
:X/2
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Kalor
Konsep
: Perpindahan Kalor
Pertemuan
: ke-3
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 83
B. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas kalor. C. Indikator Pembelajaran 3.8.1 Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perpindahan kalor. 3.8.2 Menerapkan prinsip-prinsip tentang perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari. 3.8.3 Mendefinisikan istilah-istilah yang terkait dengan perpindahan kalor. 4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip perpindahan kalor dalam percobaan. 4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: •
Memberikan penjelasan tentang perpindahan kalor.
•
Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Membuat generalisasi tentang perpindahan kalor berdasarkan peristiwa-peristiwa perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan perpindahan kalor.
•
Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
84
E. Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor
Suhu
Suhu
Kalor
Pemuaian
Kalor, Energi Termal, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis
Perubahan Wujud
Asas Black
Konduksi
Perpindahan Kalor
Konveksi
Radiasi
•
Kalor berpindahan dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
•
Konduksi terjadi pada medium padat, konveksi terjadi pada medium cair dan gas, sedangkan radiasi terjadi tanpa memerlukan medium.
•
Contoh perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terjadi saat mencelupkan sendok logam ke dalam sup yang panas, memasak air atau makanan, terjadinya angin laut dan angin darat, saat menjemur pakaian, dan sebagainya.
F. Model Pembelajaran •
Model pembelajaran
: Model pembelajaran latihan inkuiri (inquiry training).
G. Alat dan Sumber Pembelajaran •
Alat/Bahan
: Sendok makan, sendok teh, karton hitam dan putih, margarin, lilin, korek api, tisu, air. 85
•
Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Pembelajaran Guru
Siswa
Motivasi • Membuka pelajaran dengan berdoa dan memfokuskan perhatian siswa serta memberikan motivasi untuk belajar Apersepsi • Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip perpindahan kalor, “Mengapa kita menggunakan kain ketika mengangkat panci yang baru selesai digunakan untuk memasak?” • Menyampaikan tujuan pembelajaran Penyajian Masalah • Membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Menyajikan permasalahan yang terkait dengan perpindahan kalor dengan menampilkan gambar contoh konveksi dan radiasi Pengumpulan Data Verifikasi • Membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi atau data-data tentang perpindahan kalor melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll)
86
Motivasi • Berdoa sebelum belajar
Apersepsi • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
• Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru Penyajian Masalah • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Memahami permasalahan yang terkait dengan perpindahan kalor yang terdapat pada gambar contoh Pengumpulan Data Verifikasi • Melakukan pengumpulan informasi atau data-data tentang perpindahan kalor melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll)
Pengumpulan Data Eksperimen • Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang perpindahan kalor • Membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti memilih sendok yang akan digunakan, mengoleskan margarin, maupun memanaskannya • Membimbing dan mengarahkan pertanyaanpertanyaan tentang perpindahan kalor dari siswa
Pengumpulan Data Eksperimen • Melakukan eksperimen tentang perpindahan kalor
• Melakukan pengaturan data atau pengontrolan variabel, seperti memilih sendok yang akan digunakan, mengoleskan margarin, maupun memanaskannya • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan eksperimen perpindahan kalor yang dilakukan • Membimbing siswa dalam mengamati perubahan • Mencatat dan menganalisis hasil eksperimen yang terjadi selama eksperimen perpindahan kalor perpindahan kalor • Menumbuhkan dan meningkatkan interaksi • Berinteraksi dan bekerja sama dengan anggota antarsiswa kelompok dalam menyelesaikan tugas pembelajaran Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan • Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi • Melakukan interpretasi terhadap hasil eksperimen data atau hasil eksperimen perpindahan kalor perpindahan kalor • Membimbing siswa dalam membuat suatu • Membuat suatu kesimpulan tentang perpindahan kesimpulan tentang prinsip perpindahan kalor kalor Analisis Proses Inkuiri Analisis Proses Inkuiri • Membimbing siswa dalam memahami pola-pola • Memahami pola-pola eksperimen yang telah eksperimen yang telah dilakukan dilakukan • Membimbing siswa dalam menganalisis tahap• Menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah tahap inkuiri yang telah dilaksanakan dilakukan • Membimbing siswa dalam melihat kesalahan• Menganalisis kesalahan-kesalahan yang mungkin kesalahan yang mungkin terjadi selama terjadi dalam proses inkuiri 87
eksperimen Kesimpulan Kesimpulan • Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang prinsip tentang prinsip perpindahan kalor perpindahan kalor Evaluasi Evaluasi • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru • Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran pembelajaran
Kegiatan Penutup (20 menit)
I.
Penilaian Hasil Belajar •
Teknik penilaian
: Tes
•
Bentuk tes
: Tes secara lisan
•
Contoh soal No 1
Soal Jelaskan maksud dari konduksi, konveksi, dan radiasi berdasarkan dari rumusnya masing-masing!
Jawaban • Konduksi: laju aliran kalor pada medium padat yang terjadi karena adanya perbedaan suhu, serta dipengaruhi oleh konduktivitas bahan, luas permukaan, dan panjang benda. • Konveksi: laju aliran kalor yang terjadi pada medium cair dan gas karena adanya perbedaan suhu, serta dipengaruhi jenis bahan dan luas permukaan. • Radiasi: laju aliran kalor tanpa memerlukan medium yang terjadi karena adanya perbedaan 88
Penilaian • Konduksi memiliki 6 kata kunci • Konveksi memiliki 6 kata kunci • Radiasi memiliki 5 kata kunci Jadi, skor maksimal soal nomor 1 adalah 17 poin.
2
suhu, serta dipengaruhi emisivitas bahan dan luas permukaan. Berdasarkan prinsip perpindahan Sesuai dengan prinsip konduksi, agar aman maka kalor, apa saja pertimbanganmu pilih sodet yang terbuat dari bahan yang sulit ketika membeli sodet dan wajan mudah menghantarkan panas, tahan terhadap agar barang-barang tersebut perubahan suhu, tebal, dan panjang. Untuk wajan aman digunakan dan kinerjanya agar makanan dapat cepat matang, maka pilih maksimal? permukaan wajan yang terbuat dari bahan yang mudah menghantarkan panas, sensitif dengan perubahan suhu, dan lebar,
Soal nomor 2 memiliki 7 kata kunci. Jadi, skor maksimalnya adalah 7 poin.
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = Bekasi,
Januari 2015
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100 24
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Agus Setiawan, M.Pd
Rosiana
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah
: SMA Negeri 9 Bekasi
Kelas/Semester
:X/2
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Kalor
Konsep
: Kalor dan Asas Black
Pertemuan
: ke-1
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 90
B. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas kalor. C. Indikator Pembelajaran 3.8.1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black). 3.8.2 Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di kehidupan sehari-hari. 3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan kalor dan Asas Black. 3.8.4 Menerapkan prinsip-prinsip yang terkait dengan kalor dan Asas Black dalam memecahkan masalah. 4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black dalam percobaan. 4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan peristiwa pencampuran zat (Asas Black). D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: •
Memberikan penjelasan tentang kalor dan Asas Black.
•
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dan Asas Black.
•
Membuat generalisasi tentang kalor dan Asas Black berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black.
•
Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
91
E. Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor
Suhu
Suhu
Kalor
Pemuaian
Kalor, Energi Termal, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis
Perubahan Wujud
Asas Black
Konduksi •
Perpindahan Kalor
Konveksi
Radiasi
Kalor atau panas merupakan energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Satuan SI untuk kalor adalah joule dan kilokalori. Kalor berhubungan dengan energi termal, kapasitas kalor, dan kalor jenis.
•
Energi termal merupakan energi total yang dimiliki suatu benda, baik energi kinetik maupun energi potensial. Kapasitas kalor merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan suatu benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC. Kalor jenis merupakan jumlah kalor yang dibutuhkan 1 kg benda dalam menaikkan suhu sebesar 1oC.
•
Asas Black merupakan suatu prinsip pencampuran dua zat atau lebih suatu benda yang ditemukan oleh Joseph Black, yang berbunyi “Jumlah kalor yang dilepaskan suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda yang lain.” Persamaan: Qlepas = Qterima
•
Asas Black dimanfaatkan untuk mengetahui kalor jenis suatu bahan atau benda. 92
F. Metode Pembelajaran •
Metode pembelajaran
: Tanya-jawab, diskusi kelompok, eksperimen
G. Alat dan Sumber Pembelajaran •
Alat/Bahan
•
Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
: Sendok, lilin, air biasa, gelas kaca, air panas.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Pembelajaran Guru
Siswa
Motivasi • Membuka pelajaran dengan berdoa dan memfokuskan perhatian siswa serta memberikan motivasi untuk belajar Apersepsi • Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kalor dan Asas Black, “Mengapa kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memasak air yang banyak dibandingkan dengan memasak air yang sedikit? Mengapa kita harus mencampurkan air panas dan air dingin jika kita ingin mandi air hangat?” • Menyampaikan tujuan pembelajaran Mengamati • Membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
93
Motivasi • Berdoa sebelum belajar
Apersepsi • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
• Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru Mengamati • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
• Menyajikan gambar contoh yang terkait dengan kalor dan Asas Black, seperti makanan (besar dan kecil) dan orang demam Bertanya • Mempersilahkan siswa untuk melakukan tanyajawab antar-siswa atau siswa-guru terkait dengan kalor dan Asas Black pada gambar yang telah disajikan Eksplorasi • Mempersilahkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai hal yang terkait dengan kalor dan Asas Black, melalui studi pustaka dari berbagai sumber atau dengan melakukan eksperimen • Membimbing siswa selama mengeksplorasi halhal yang terkait dengan kalor dan Asas Black Asosiasi • Meminta siswa untuk berdiskusi dalam membahas hasil eksplorasi tentang kalor dan Asas Black secara berkelompok • Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksplorasi hal-hal yang terkait dengan kalor dan Asas Black Komunikasi • Meminta setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedangkan kelompok lain mendengarkan • Membimbing setiap kelompok untuk memahami 94
• Mengamati gambar contoh tentang kalor dan Asas Black yang disajikan oleh guru Bertanya • Melakukan tanya-jawab dengan siswa lain atau dengan guru terkait dengan kalor dan Asas Black pada gambar yang telah disajikan Eksplorasi • Mengeksplorasi hal yang terkait dengan kalor dan Asas Black, melalui studi pustaka atau eksperimen • Mencatat hasil eksplorasi dari studi pustaka atau eksperimen tentang kalor dan Asas Black Asosiasi • Melakukan diskusi kelompok
• Melakukan interpretasi terhadap hasil eksplorasi hal-hal yang terkait dengan kalor dan Asas Black Komunikasi • Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain mendengarkan • Memahami dan membandingkan hasil diskusi
dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya kelompoknya dengan kelompok lain dengan kelompok lain Kesimpulan Kesimpulan • Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang kalor dan Asas tentang kalor dan Asas Black Black Evaluasi Evaluasi • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru • Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran pembelajaran
Kegiatan Penutup (20 menit)
I.
Penilaian Hasil Belajar •
Teknik Penilaian
: Tes
•
Bentuk Tes
: Tes uraian
•
Contoh Soal
:
No 1
2
Soal Makanan yang lebih kecil atau yang lebih besar, yang akan membutuhkan waktu yang lama untuk matang? Jelaskan!
Jawaban Makanan yang lebih besar membutuhkan kalor yang lebih besar. Karena kalor berbanding lurus dengan massa suatu benda. Sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk matang, dengan catatan api yang digunakan sama besar.
Artikel pada internet menyarankan bahwa Hal tersebut tidak benar. Karena sesuai jika seseorang demam sebaiknya dengan prinsip Asas Black, maka panas 95
Penilaian Jawaban benar, alasan benar, relevan: 4 Jawaban benar, alasan benar, tidak relevan: 3 Jawaban benar, alasan salah: 2 Jawaban salah: 1 Tidak menjawab: 0 Jawaban benar, alasan benar, relevan: 4
dikompres dengan menggunakan air hangat. Apakah menurut pendapatmu hal tersebut benar? Jelaskan!
Bekasi,
seseorang yang sedang demam harus diturunkan atau dilepaskan, dan diserap oleh benda yang lebih dingin, seperti air dingin atau es.
Jawaban benar, alasan benar, tidak relevan: 3 Jawaban benar, alasan salah: 2 Jawaban salah: 1 Tidak menjawab: 0 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = 8
Januari 2015 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Agus Setiawan, M.Pd
Rosiana
96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah
: SMA Negeri 9 Bekasi
Kelas/Semester
:X/2
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Kalor
Konsep
: Perubahan Wujud
Pertemuan
: ke-2
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 97
B. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas kalor. C. Indikator Pembelajaran 3.8.1 Mengenali jenis-jenis perubahan wujud dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perubahan wujud benda. 3.8.2 Menggeneralisasi suatu kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. 3.8.3 Menjelaskan istilah maupun asumsi yang terkait dengan perubahan wujud benda. 4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan peristiwa perubahan wujud dalam percobaan. 4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: •
Memberikan penjelasan tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda.
•
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peristiwa perubahan wujud.
•
Membuat generalisasi tentang peristiwa perubahan wujud suatu benda berdasarkan percobaan atau peristiwa-peristiwa fisika yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan Asas Black.
•
Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan Asas Black di dalam kehidupan sehari-hari.
98
D. Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor
Suhu
Suhu
Kalor
Kalor, Energi Termal, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis
Pemuaian
Perubahan Wujud
Asas Black
Konduksi •
Perpindahan Kalor
Konveksi
Radiasi
Dalam fisika, perubahan wujud ditandai dengan perubahan suatu benda dari satu medium (fasa) ke medium (fasa) lainnya, dan sifatnya reversibel atau dapat kembali ke bentuk awal. Perubahan wujud tersebut di antaranya adalah mencair (padat →cair), membeku (cair→padat), menguap (cair→gas), mengembun (gas→cair), menyublim (padat→gas), dan mengkristal (gas→padat).
•
Banyak contoh peristiwa perubahan wujud di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya es yang mencair, pembuatan es, air yang habis jika dimasak terus-menerus, embun pagi, kamper yang menyublim, pembuatan garam, dll.
E. Metode Pembelajaran •
Metode pembelajaran
: Tanya-jawab, diskusi kelompok, eksperimen
F. Alat dan Sumber Pembelajaran 99
•
Alat/Bahan
•
Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
: Sendok makan, sendok teh, karton hitam dan putih, margarin, lilin, korek api, tisu, air.
G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Pembelajaran Guru
Siswa
Motivasi • Membuka pelajaran dengan berdoa dan memfokuskan perhatian siswa serta memberikan motivasi untuk belajar Apersepsi • Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan wujud, “Apakah yang akan terjadi jika air dimasak terus-menerus di atas kompor? Mengapa hal tersebut dapat terjadi?” • Menyampaikan tujuan pembelajaran
Motivasi • Berdoa sebelum belajar
Apersepsi • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
• Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru Mengamati • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang
Mengamati • Membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Menyajikan gambar contoh yang terkait dengan • Mengamati gambar contoh tentang peristiwa peristiwa perubahan wujud, seperti gambar contoh perubahan wujud yang disajikan oleh guru es di kutub yang mencair dan siklus air Bertanya Bertanya • Mempersilahkan siswa untuk melakukan tanya• Melakukan tanya-jawab dengan siswa lain atau jawab antar-siswa atau siswa-guru terkait dengan dengan guru terkait dengan peristiwa perubahan peristiwa perubahan wujud pada gambar yang wujud pada gambar yang telah disajikan 100
Kegiatan Penutup (20 menit)
telah disajikan Eksplorasi • Mempersilahkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai hal yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud melalui studi pustaka dari berbagai sumber atau dengan melakukan eksperimen • Membimbing siswa selama mengeksplorasi halhal yang terkait dengan perubahan wujud Asosiasi • Meminta siswa untuk berdiskusi dalam membahas hasil eksplorasi tentang peristiwa perubahan wujud secara berkelompok • Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksplorasi hal-hal yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud Komunikasi • Meminta setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedangkan kelompok lain mendengarkan • Membimbing setiap kelompok untuk memahami dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya dengan kelompok lain Kesimpulan • Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud
101
Eksplorasi • Mengeksplorasi hal yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud melalui studi pustaka atau eksperimen
• Mencatat hasil eksplorasi dari studi pustaka atau eksperimen tentang peristiwa perubahan wujud Asosiasi • Melakukan diskusi kelompok
• Melakukan interpretasi terhadap hasil eksplorasi hal-hal yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud Komunikasi • Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain mendengarkan • Memahami dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya dengan kelompok lain Kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang peristiwa perubahan wujud
Evaluasi Evaluasi • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh telah dipelajari secara tertulis atau lisan guru • Menginfomasikan materi yang akan dipelajari • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran pembelajaran H. Penilaian Hasil Belajar •
Teknik Penilaian
: Tes
•
Bentuk Tes
: Tes uraian
•
Contoh Soal
:
No 1
Soal Sebutkan persamaan dan persamaan dari peristiwa habisnya kamper yang disimpan dengan terbentuknya salju!
Jawaban Persamaan: habisnya kamper yang disimpan di lemari dengan terbentuknya salju adalah terjadinya kedua peristiwa tersebut sama-sama membutuhkan kalor laten untuk berubah bentuk atau fasa. Perbedaan: habisnya kamper yang disimpan di lemari dikarenakan adanya proses menyublim yang mengubah kamper padat menjadi gas dan proses ini bersifat menyerap kalor, sedangkan terbentuknya salju dikarenakan adanya proses mengkristal yang mengubah udara menjadi butiran salju dan proses ini bersifat melepas kalor. 102
Penilaian Terdapat 5 kata kunci. Jadi, skor maksimal soal nomor 1 adalah 5 poin.
2
Sebutkan proses perubahan wujud benda! • Mencair: melelehnya es karena panas Berikan contohnya! Membeku: membuat es • Menguap: air yang dimasak terusmenerus akan habis Mengembun: terbentuknya embun pagi • Menyublim: kamper yang habis jika lama disimpan dilemari Mengkristal: membuat garam
Menyebutkan 3 golongan perubahan wujud yang masih dalam perubahan fasa yang sama. Jadi skor maksimal soal nomor 2 adalah 3 poin.
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = Bekasi,
Januari 2015
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100 8
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Agus Setiawan, M.Pd
Rosiana
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL
Nama Sekolah
: SMA Negeri 9 Bekasi
Kelas/Semester
:X/2
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi Pokok
: Kalor
Konsep
: Kalor dan Asas Black
Pertemuan
: ke-3
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 104
B. Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari. 4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas, dan konduktivitas kalor. C. Indikator Pembelajaran 3.8.1 Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor dan menganalisis faktor-faktor yang memperngaruhi perpindahan kalor. 3.8.2 Menerapkan prinsip-prinsip tentang perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari. 3.8.3 M endefinisikan istilah-istilah yang terkait dengan perpindahan kalor. 4.8.1 Menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip perpindahan kalor dalam percobaan. 4.8.2 Melakukan percobaan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor. D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu: •
Memberikan penjelasan tentang perpindahan kalor.
•
Mengenali jenis-jenis perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Membuat generalisasi tentang perpindahan kalor berdasarkan peristiwa-peristiwa perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
•
Mendefinisikan beberapa istilah atau asumsi yang berkaitan dengan perpindahan kalor.
•
Membuat suatu keputusan dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan perpindahan kalor di dalam kehidupan sehari-hari.
105
E. Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor
Suhu
Suhu
Kalor
Kalor, Energi Termal, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis
Pemuaian
Perubahan Wujud
Asas Black
Konduksi
Perpindahan Kalor
Konveksi
Radiasi
•
Kalor berpindahan dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
•
Konduksi terjadi pada medium padat, konveksi terjadi pada medium cair dan gas, sedangkan radiasi terjadi tanpa memerlukan medium.
•
Contoh perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terjadi saat mencelupkan sendok logam ke dalam sup yang panas, memasak air atau makanan, terjadinya angin laut dan angin darat, saat menjemur pakaian, dan sebagainya.
F. Metode Pembelajaran •
Metode pembelajaran
: Tanya-jawab, diskusi kelompok, eksperimen
G. Alat dan Sumber Pembelajaran •
Alat/Bahan
: Sendok makan, sendok teh, karton hitam dan putih, margarin, lilin, korek api, tisu, air. 106
•
Sumber Belajar : Buku Fisika Kelas X, Lembar Kerja Siswa.
H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tahapan
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Pembelajaran Guru
Siswa
Motivasi • Membuka pelajaran dengan berdoa dan memfokuskan perhatian siswa serta memberikan motivasi untuk belajar Apersepsi • Mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip perpindahan kalor, “Mengapa kita menggunakan kain ketika mengangkat panci yang baru selesai digunakan untuk memasak?” • Menyampaikan tujuan pembelajaran Mengamati • Membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Menyajikan gambar contoh yang terkait dengan prinsip perpindahan kalor, seperti gambar konveksi dan radiasi Bertanya • Mempersilahkan siswa untuk melakukan tanyajawab antar-siswa atau siswa-guru terkait dengan prinsip perpindahan kalor pada gambar yang telah disajikan
107
Motivasi • Berdoa sebelum belajar
Apersepsi • Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
• Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru Mengamati • Membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang • Mengamati gambar contoh tentang prinsip perpindahan kalor yang disajikan oleh guru Bertanya • Melakukan tanya-jawab dengan siswa lain atau dengan guru terkait dengan prinsip perpindahan kalor pada gambar yang telah disajikan
Kegiatan Penutup (20 menit)
Eksplorasi • Mempersilahkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai hal yang terkait dengan prinsip perpindahan kalor melalui studi pustaka dari berbagai sumber atau dengan melakukan eksperimen • Membimbing siswa selama mengeksplorasi halhal yang terkait dengan perpindahan kalor Asosiasi • Meminta siswa untuk berdiskusi dalam membahas hasil eksplorasi tentang prinsip perpindahan kalor secara berkelompok • Membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksplorasi hal-hal yang terkait dengan prinsip perpindahan kalor Komunikasi • Meminta setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedangkan kelompok lain mendengarkan • Membimbing setiap kelompok untuk memahami dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya dengan kelompok lain Kesimpulan • Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang prinsip perpindahan kalor Evaluasi • Memberikan tes kepada siswa tentang materi yang 108
Eksplorasi • Mengeksplorasi hal yang terkait dengan prinsip perpindahan kalor melalui studi pustaka atau eksperimen
• Mencatat hasil eksplorasi dari studi pustaka atau eksperimen tentang perpindahan kalor Asosiasi • Melakukan diskusi kelompok
• Melakukan interpretasi terhadap hasil eksplorasi hal-hal yang terkait dengan prinsip perpindahan kalor Komunikasi • Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kelompok lain mendengarkan • Memahami dan membandingkan hasil diskusi kelompoknya dengan kelompok lain Kesimpulan • Memberikan kesimpulan tentang prinsip perpindahan kalor Evaluasi • Mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh
telah dipelajari secara tertulis atau lisan • Menginfomasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran I.
guru • Memperhatikan informasi dari guru dan menutup pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar •
Teknik Penilaian
: Tes
•
Bentuk Tes
: Tes uraian
•
Contoh Soal
:
No
Soal
1
Jelaskan maksud dari konduksi,
Jawaban • Konduksi: laju aliran kalor pada medium padat
konveksi, dan radiasi
yang terjadi karena adanya perbedaan suhu, serta
berdasarkan dari rumusnya
dipengaruhi oleh konduktivitas bahan, luas
masing-masing!
permukaan, dan panjang benda. • Konveksi: laju aliran kalor yang terjadi pada
Penilaian • Konduksi memiliki 6 kata kunci • Konveksi memiliki 6 kata kunci • Radiasi memiliki 5 kata kunci
medium cair dan gas karena adanya perbedaan
Jadi, skor maksimal soal nomor 1
suhu, serta dipengaruhi jenis bahan dan luas
adalah 17 poin.
permukaan. • Radiasi: laju aliran kalor tanpa memerlukan medium yang terjadi karena adanya perbedaan suhu, serta dipengaruhi emisivitas bahan dan luas permukaan. 109
2
Berdasarkan prinsip perpindahan Sesuai dengan prinsip konduksi, agar aman maka
Soal nomor 2 memiliki 7 kata
kalor, apa saja pertimbanganmu
pilih sodet yang terbuat dari bahan yang sulit
kunci. Jadi, skor maksimalnya
ketika membeli sodet dan wajan
mudah menghantarkan panas, tahan terhadap
adalah 7 poin.
agar barang-barang tersebut
perubahan suhu, tebal, dan panjang. Untuk wajan
aman digunakan dan kinerjanya
agar makanan dapat cepat matang, maka pilih
maksimal?
permukaan wajan yang terbuat dari bahan yang mudah menghantarkan panas, sensitif dengan perubahan suhu, dan lebar, 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 =
Bekasi,
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 × 100 24
Januari 2015 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Agus Setiawan, M.Pd
Rosiana
110
Konsep Hari/Tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
: 1.
5.
2.
6.
3.
7.
4.
8.
TUJUAN
: Kalor dan Asas Black
Menganalisis hubungan kalor dengan massa, kalor jenis, dan perubahan suhu, serta membuktikan teori Asas Black.
DASAR TEORI: Kalor Pernahkah kamu memperhatikan penjual mie ayam akan memperbesar nyala kompornya saat mereka menambahkan mie ke dalam panci rebusnya? Mengapa demikian? Hal itu dikarenakan saat menambahkan mie ke dalam panci rebus, maka secara otomatis massa di dalam panci akan bertambah juga, sehingga dibutuhkan kalor yang lebih besar pula untuk memanaskannya. Inilah salah satu hubungan kalor dengan massa benda. HIPOTESIS Bagaimana hubungan kalor dengan kalor jenis dan perubahan suhu suatu benda?… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… DASAR TEORI: Asas Black Pernahkah kamu meminum air hangat? Bagaimana cara mendapatkannya? Hal yang pasti kamu lakukan adalah mencampurkan air panas dengan air dingin hingga panasnya sesuai dengan keinginanmu. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
111
Gambar 1. Pencampuran dua zat dengan suhu berbeda Air hangat yang kamu dapatkan dari pencampuran antara air panas dan air dingin tersebut sebenarnya terjadi karena air panas yang bersuhu tinggi melepaskan kalor ke air dingin, sedangkan air dingin yang bersuhu rendah menerima kalor dari air panas. Itulah salah satu contoh dari prinsip pencampuran zat yang dikenal dengan Asas Black. HIPOTESIS Menurut pendapatmu, bagaimana kondisi suhu air hangat tersebut? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ALAT DAN BAHAN Kalor:
Asas Black:
• Dua buah sendok makan (besi) • Dua buah lilin + korek api • Air
• • • •
Dua gelas kaca ukuran kecil Satu gelas kaca ukuran besar Air panas Sendok makan PROSEDUR: Kalor
Bagian 1 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Panaskan sendok pertama dengan memegang seluruh bagian sendok, sedangkan sendok kedua dengan meletakkannya di dalam laci (loker) meja kayu! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Panaskan salah satu sendok dengan membakar bagian kepala sendok di atas api lilin! 112
•
Bandingkan panas sendok yang telah dipanaskan dan sendok normal dengan cara menyentuhnya! Catat hasilnya!
Bagian 3 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Tuangkan air ke dalam masing-masing sendok dalam jumlah yang berbeda!
•
Panaskan air tersebut dengan membakar bagian kepala sendok di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
DISKUSIKANLAH!!! •
Dari percobaan kalor bagian 1, apakah sendok yang dipegang atau yang diletakkan di dalam laci (loker) meja kayu, yang terasa lebih panas? Mengapa demikian? Jelaskan! ……………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan kalor bagian 2, apakah sendok normal atau yang dibakar, yang terasa lebih panas? Mengapa demikian? Jelaskan! ……………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan kalor bagian 3, apakah dalam jumlah sedikit atau banyak, air pada sendok yang lebih cepat mengering? Mengapa demikian? Jelaskan!………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Identifikasilah faktor penyebab mengeringnya air dan panas sendok berdasarkan kondisi dari tiga pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut! Faktor penyebab keringnya air dan panas sendok:
Susunlah persamaannya!
1. …………………………………………………………
𝑄𝑄 = ……………………………
2. ………………………………………………………… 3. …………………………………………………………
113
PROSEDUR: Asas Black •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Berilah label pada gelas kaca! A untuk gelas kaca kecil pertama, B untuk gelas kaca kecil kedua, dan C untuk gelas kaca besar. Isilah gelas A dan C dengan air panas sebanyak lima sendok makan, sedangkan
•
gelas B diisi dengan air panas hingga penuh, seperti gambar berikut! Catatan: Gelas harus dipegang oleh kedua tangan selama beberapa detik agar dapat merasakan
perubahan
yang
terjadi,
baik
sebelum
ataupun
setelah
menuangkan air panas ke dalam gelas.
Gelas A (kecil)
Gelas B (kecil)
Gelas C (besar)
Amatilah setiap perubahan yang terjadi dan catat hasilnya!
•
DISKUSIKANLAH!!! a.
Bagaimana kondisi awal suhu gelas A? Bagaimana kondisi suhu gelas A setelah air panas dituangkan ke dalamnya? Jelaskan! ………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
b. Bagaimana kondisi awal suhu gelas B? Bagaimana kondisi suhu gelas B setelah air panas dituangkan ke dalamnya? Jelaskan! ………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… c.
Bagaimana kondisi awal suhu gelas C? Bagaimana kondisi suhu gelas C setelah air panas dituangkan ke dalamnya? Jelaskan! ………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
d. Menurut pendapatmu, apakah yang sebenarnya terjadi ketika air panas digabungkan (dituangkan) ke dalam gelas? Jelaskan! ……………………………………………
114
…………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… e. Tulislah persamaan dari gabungan (pencampuran) air panas dengan gelas! ……… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… f.
Berdasarkan pertanyaan a, b, dan c, identifikasilah alat atau bahan apa yang menyerap atau melepas kalor pada tabel berikut ini!
Menyerap kalor … Melepas kalor … Menyerap kalor … Gelas B Melepas kalor … Menyerap kalor … Gelas C Melepas kalor … g. Berdasarkan percobaan tersebut, gelas ukur mana yang air panasnya dapat Gelas A
diminum pertama? Mengapa? …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… h. Berdasarkan
pada
percobaan
yang
telah
dilakukan,
dapatkah
kamu
menjelaskan kembali maksud dari Asas Black? ……………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
115
Konsep Hari/Tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
: 1.
5.
2.
6.
3.
7.
4.
8.
TUJUAN
: Perubahan Wujud
Membedakan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda.
DASAR TEORI Pernahkah kamu minum es teh? Apabila kamu amati, lama-kelamaan bagian luar gelas es teh tersebut mengeluarkan butiran-butiran air dan menjadi basah? Padahal gelas tersebut tidak rusak, bocor, ataupun berongga. Mengapa demikian?
Gambar 1. Gelas es yang mengeluarkan butiran-butiran air Hal ini dapat terjadi karena suhu gelas lebih rendah daripada suhu uap air di sekitar gelas. Akibatnya, ketika uap air pada udara menyentuh gelas, maka uap air tersebut akan mengalami pengembunan dengan membentuk butiran-butiran air pada dinding gelas. HIPOTESIS Menurut pendapatmu, bagaimana proses penguapan terjadi? Jelaskan! ………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 116
ALAT DAN BAHAN •
Dua buah sendok makan
•
Air
•
Dua buah lilin + korek api
•
Kamper
•
Es batu
PROSEDUR
Bagian 1 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Bakarlah kamper di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Isilah salah satu sendok dengan sedikit es batu, sedangkan di sendok lain lebih banyak!
•
Panaskan es batu dengan cara membakar masing-masing bagian kepala sendok di atas api lilin! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!
Bagian 3 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Letakkan es batu pada salah satu sendok, sedangkan air pada sendok lain!
•
Panaskan es batu dan air dengan membakar masing-masing bagian kepala sendok di atas api lilin! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!
DISKUSIKANLAH!!! •
Pada saat membakar kamper, apa yang terjadi pada kamper? Proses apakah itu? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Pada saat memanaskan es batu, apa yang terjadi pada es batu? Proses apakah itu? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Pada saat memanaskan air, apa yang terjadi pada air? Proses apakah itu? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
117
•
Dari percobaan perubahan wujud bagian 2, apakah es batu yang lebih banyak atau yang lebih sedikit, manakah yang mencair lebih cepat? Mengapa demikian? Jelaskan!……………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan perubahan wujud bagian 3, apakah saat es batu mulai mencair atau saat air mulai menguap, manakah yang terjadi lebih cepat? Mengapa demikian? Jelaskan!……………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Identifikasilah faktor penyebab mencairnya es atau menguapnya air berdasarkan tiap kondisi dari dua pertanyaan sebelumnya pada kotak di bawah ini! Faktor penyebab mencairnya es
Susunlah persamaannya!
atau menguapnya air: 1. ………………………………………………………… 2. ………………………………………………………… •
𝑄𝑄 = ……………………………
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, jelaskan kembali peristiwa perubahan wujud beserta contohnya! ……………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
118
Konsep
: Perpindahan Kalor
Hari/Tanggal
:
Kelompok
:
Nama Anggota
: 1.
5.
2.
6.
3.
7.
4.
8.
TUJUAN
Menganalisis faktor-faktor perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
DASAR TEORI Saat kamu memasak air menggunakan panci, apa yang kamu rasakan ketika memegang handle pancinya? Apakah kamu merasakan panas? Padahal handle panci tersebut tidak terkena api secara langsung. Mengapa demikian?
Gambar 1. Jenis-jenis perpindahan kalor saat memasak air Hal tersebut dikarenakan adanya kalor yang berpindah dari bawah panci ke handle panci saat api memanaskannya. Perpindahan kalor seperti itu disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Kalor dapat berpindah secara konduksi dengan cepat tergantung pada bahan dan bentuk benda. Selain itu, saat memasak air juga terdapat perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi.
119
HIPOTESIS •
Menurut pendapatmu, bahan apa saja yang dapat menjadi panas dengan cepat?……………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ALAT DAN BAHAN
•
Dua buah sendok teh besi
•
Margarin
•
Satu buah sendok makan besi
•
Dua buah lilin + korek api
•
Satu buah sendok makan plastik
•
Air
•
Karton hitam dan putih
•
Tisu PROSEDUR: Konduksi
Bagian 1 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok teh dan sendok makan!
•
Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar ujung-ujungnya pada api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok teh normal dan sendok teh yang telah dipanaskan! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!
Bagian 3 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok logam (besi) dan sendok plastik!
•
Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar ujung-ujungnya pada api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 4 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin secara merata dan secara menggumpal pada lengkungan luar sendok teh!
•
Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar ujung-ujungnya pada api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
120
DISKUSIKANLAH!!! •
Dari percobaan konduksi bagian 1, apakah pada sendok makan atau sendok teh, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan konduksi bagian 2, apakah pada sendok panas atau sendok dingin, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan konduksi bagian 3, apakah pada sendok logam (besi) atau sendok plastik, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan konduksi bagian 4, apakah secara merata atau secara menggumpal, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Identifikasilah faktor penyebab melelehnya margarin berdasarkan tiap kondisi dari empat pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut ini! Faktor penyebab yang berbanding
Faktor penyebab yang berbanding
lurus dengan waktu (t):
terbalik dengan waktu (t):
1. …………………………………………………………
1. ………………………………………………………… 2. ………………………………………………………… 3. …………………………………………………………
Susunlah persamaannya!
𝑄𝑄 𝑡𝑡
= …………………………… 121
•
Berdasarkan
pada
percobaan
yang
telah
dilakukan,
dapatkah
kamu
menjelaskan kembali definisi dari konduksi? ………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… PROSEDUR: Konveksi Bagian 1 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin secara merata dan secara menggumpal pada lengkungan luar sendok teh!
•
Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar bagian kepala sendok di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok teh normal dan sendok teh yang telah dipanaskan! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!
Bagian 3 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Tuangkan sedikit air dan margarin pada sendok teh secara terpisah!
•
Panaskan air dan margarin tersebut dengan membakar bagian kepala sendok di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
DISKUSIKANLAH!!! •
Dari percobaan konveksi bagian 1, apakah secara menggumpal atau secara merata, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan konveksi bagian 2, apakah pada sendok panas atau sendok dingin, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… 122
•
Dari percobaan konveksi bagian 3, apakah air atau margarin, yang menghilang lebih cepat dari sendok? Mengapa demikian? Jelaskan! ……………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Identifikasilah faktor penyebab meleleh atau menghilangnya air dan margarin berdasarkan tiap kondisi dari tiga pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut ini! Faktor penyebab yang berbanding terbalik dengan waktu (t):
Susunlah persamaannya!
1. …………………………………………………………
𝑄𝑄 𝑡𝑡
2. ………………………………………………………… 3. ………………………………………………………… •
Berdasarkan
pada
percobaan
yang
telah
= ……………………………
dilakukan,
dapatkah
kamu
menjelaskan kembali definisi dari konveksi? ………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… PROSEDUR: Radiasi Bagian 1 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin secara merata dan secara menggumpal pada lengkungan luar sendok teh!
•
Panaskan dua jenis sendok tersebut dengan membakar bagian kepala sendok di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya!
Bagian 2 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Oleskan margarin sama rata pada lengkungan luar sendok teh normal dan sendok teh yang telah dipanaskan! Perhatikan apa yang terjadi dan catat hasilnya!
Bagian 3 •
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum!
•
Basahi karton hitam dan karton putih dengan sedikit air!
•
Panaskan karton di atas api lilin! Perhatikan dan catat hasilnya! 123
DISKUSIKANLAH!!! •
Dari percobaan radiasi bagian 1, apakah secara merata atau secara menggumpal, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! ………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan radiasi bagian 2, apakah pada sendok panas atau sendok dingin, margarin dapat lebih cepat meleleh? Mengapa demikian? Jelaskan! …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Dari percobaan radiasi bagian 3, Apakah pada karton hitam atau karton putih, air lebih cepat mengering? Mengapa demikian? Jelaskan! ……………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
•
Identifikasilah faktor penyebab meleleh atau mengeringnya air dan margarin berdasarkan tiap kondisi dari tiga pertanyaan sebelumnya pada kotak berikut ini! Faktor penyebab yang berbanding terbalik dengan waktu (t):
Susunlah persamaannya!
1. …………………………………………………………
𝑄𝑄 𝑡𝑡
2. ………………………………………………………… 3. ………………………………………………………… •
Berdasarkan
pada
percobaan
yang
telah
= ……………………………
dilakukan,
dapatkah
kamu
menjelaskan kembali definisi dari radiasi? …………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………
124
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI (INQUIRY TRAINING) Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pertemuan Alokasi Waktu Tahap-Tahap
Penyajian Masalah
Pengumpulan Data Verifikasi
Pengumpulan Data Eksperimen
: : : : :
SMA Negeri 9 Bekasi X (Sepuluh) / 2 (Dua) Fisika ke-1 3 x 45 menit
Kegiatan Pembelajaran Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang Guru menyajikan permasalahan yang terkait dengan kalor dan Asas Black dengan menampilkan gambar contoh makanan (besar dan kecil)dan orang demam Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi atau datadata tentang kalor dan Asas Black melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang kalor dan Asas Black Guru membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti memanaskan sendok, memilih gelas ukur, menentukan jumlah air, dll Guru membimbing dan mengarahkan pertanyaan-pertanyaan tentang kalor dan Asas Black dari siswa Guru membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi selama eksperimen kalor dan Asas Black Guru menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa 125
Terlaksana Ya Tidak
Keterangan
Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
Analisis Proses Inkuiri
Bekasi,
Guru membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksperimen kalor dan Asas Black Guru membimbing siswa untuk membuat suatu kesimpulan tentang kalor dan Asas Black Guru membimbing siswa untuk memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan Guru membimbing siswa untuk menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah dilaksanakan Guru membimbing siswa dalam melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama eksperimen
Januari 2015 Guru Mata Pelajaran
Agus Setiawan, M.Pd
126
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI (INQUIRY TRAINING) Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pertemuan Alokasi Waktu Tahap-Tahap
Penyajian Masalah
Pengumpulan Data Verifikasi
Pengumpulan Data Eksperimen
: : : : :
SMA Negeri 9 Bekasi X (Sepuluh) / 2 (Dua) Fisika ke-2 3 x 45 menit
Kegiatan Pembelajaran Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang Guru menyajikan permasalahan yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud dengan menampilkan gambar contoh es di kutub yang mencair Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi atau data-data tentang peristiwa perubahan wujud melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang perubahan wujud: mencair, menguap, dan menyublim Guru membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti mengisi sendok dengan es batu atau air, memanaskannya, membakar kamper, dll Guru membimbing dan mengarahkan pertanyaan-pertanyaan tentang perubahan wujud benda dari siswa Guru membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi selama eksperimen perubahan wujud 127
Terlaksana Ya Tidak
Keterangan
Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
Analisis Proses Inkuiri
Bekasi,
Guru menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa Guru membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksperimen perubahan wujud Guru membimbing siswa dalam membuat suatu kesimpulan tentang perubahan wujud Guru membimbing siswa untuk memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan Guru membimbing siswa untuk menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah dilaksanakan Guru membimbing siswa dalam melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama eksperimen
Januari 2015 Guru Mata Pelajaran
Agus Setiawan, M.Pd
128
LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI (INQUIRY TRAINING) Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Pertemuan Alokasi Waktu Tahap-Tahap
Penyajian Masalah
Pengumpulan Data Verifikasi
Pengumpulan Data Eksperimen
: : : : :
SMA Negeri 9 Bekasi X (Sepuluh) / 2 (Dua) Fisika ke-3 3 x 45 menit
Kegiatan Pembelajaran Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 8 orang Guru menyajikan permasalahan yang terkait dengan perpindahan kalor dengan menampilkan gambar contoh konveksi dan radiasi Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi atau datadata tentang perpindahan kalor melalui studi pustaka dari berbagai referensi (buku, internet, dll) Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen tentang perpindahan kalor Guru membimbing siswa dalam mengatur data atau variabel, seperti memilih sendok yang akan digunakan, mengoleskan margarin, memanaskannya, dll Guru membimbing dan mengarahkan pertanyaan-pertanyaan tentang perpindahan kalor dari siswa Guru membimbing siswa dalam mengamati perubahan yang terjadi selama eksperimen perpindahan kalor Guru menumbuhkan dan meningkatkan interaksi antarsiswa 129
Terlaksana Ya Tidak
Keterangan
Organisasi Data dan Formulasi Kesimpulan
Analisis Proses Inkuiri
Bekasi,
Guru membimbing siswa dalam melakukan interpretasi data atau hasil eksperimen perpindahan kalor Guru membimbing siswa dalam membuat suatu kesimpulan tentang perpindahan kalor Guru membimbing siswa dalam memahami pola-pola eksperimen yang telah dilakukan Guru membimbing siswa dalam menganalisis tahap-tahap inkuiri yang telah dilaksanakan Guru membimbing siswa dalam melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama eksperimen
Januari 2015 Guru Mata Pelajaran
Agus Setiawan, M.Pd
130
Lampiran 5
Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek Berpikir Kritis
Sub Aspek Berpikir Kritis
Indikator (Kode)
Memberikan klarifikasi sederhana (basic clarification)
Memfokuskan pada pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda (A.1.b)
No Soal (Tipe) 1 (A)
Soal dan Jawaban Soal: Perhatikan grafik perubahan wujud balok es menjadi uap di bawah ini!
Berdasarkan grafik di atas, bagian manakah yang dipengaruhi kalor laten? Berikan alasannya!
9 (B) 131
Jawaban: Kata kunci: Bagian B-C dan D-E Kriteria: Persamaan perubahan wujud Q = mL; tidak ada perubahan suhu; mencairkan balok es menjadi air atau menguapkan air menjadi gas. Soal: Perhatikan grafik perubahan wujud balok es
Pedoman Penskoran 4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Menuliskan kata kunci, kriteria
menjadi uap di bawah ini!
lengkap
?
Berdasarkan grafik tersebut, faktor apa yang mempengaruhi perubahan wujud di bagian tersebut? Berikan alasannya!
Dua dasar untuk keputusan (two basic for a decision)
Menilai kredibilitas sumber
Keahlian dalam mengetahui peristiwa yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud benda (B.4.a)
2 (A)
Jawaban: Kata kunci: Kalor laten Kriteria: Tidak ada perubahan suhu; garis D-E mendatar pada grafik; terjadi proses pengapan yang mengubah air menjadi gas. Soal: Perhatikan gambar berikut!
3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban 4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap
132
10 (B)
133
Berdasarkan gambar siklus hidrogen di atas, 2 = Menuliskan kata perubahan wujud apa saja yang dapat terjadi? kunci, kriteria tidak Berikan alasannya! ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap Jawaban: Kata kunci: 1 = Menuliskan 1. Menguap; jawaban tanpa kata 2. Mengembun; kunci, kriteria 3. Mencair 0 = Tidak Kriteria: menuliskan jawaban 1. Air laut berubah menjadi uap air (cair→gas) 2. Uap air berubah menjadi butir-butir air hujan dalam bentuk awan hujan (gas→air) 3. Salju berubah menjadi air dan kembali ke laut (padat→cair) 4 = Menuliskan Soal: Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh dari semua contoh dari peristiwa perubahan wujud yang ada di setiap kategori sekitarmu! 3 = Menuliskan salah satu contoh Jawaban: dari setiap kategori 1. Mencair-membeku 2 = Menuliskan a. Lilin yang semakin lama menjadi kecil salah satu contoh saat dipakai, es yang diletakkan di dari salah satu udara terbuka dalam suhu ruangan, dll kategori = mencair = padat→cair 1 = Tidak b. Air yang didinginkan di freezer, menyebutkan
Kesimpulan (inference)
Membuat Membuat kesimpulan (induksi) generalisasi tentang hubungan kalor, kapasitas kalor, kalor jenis, massa, atau perubahan suhu (C.7.a)
3 (A)
134
membuat es krim, dll = membeku = cair→padat 2. Menguap-mengembun a. Memasak air hingga mendidih, air laut yang terkena cahaya matahari dalam waktu yang cukup lama, dll = menguap = cair→gas b. Uap air yang mendingin, embun pagi hari, dll = mengembun = gas→cair 3. Menyublim-mengkristal a. Kamper yang disimpan di lemari semakin lama menjadi habis, dll = menyublim = padat→gas b. Uap air yang menjadi salju, pembuatan garam di laut, dll = mengkristal = gas→padat Soal: Berikut ini merupakan data jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan untuk memasak sejumlah air (m) hingga mendidih. Air A B C D E 100 200 250 500 1000 m (gr) Q (J) 42 84 105 210 420 Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan mengenai hubungan massa
contoh, hanya menyebutkan proses perubahan wujud 0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap
dan kalor? Jawaban: Kata kunci: Hubungan kalor dengan massa adalah berbanding lurus. Kriteria: Jika massa suatu benda (air) besar, maka kalor yang dibutuhkan benda tersebut juga besar, atau sebaliknya. Menuliskan kata atau pasangan kata kalormassa; besar-besar, banyak-banyak, atau lain-lain; dibutuhkan. 11 (B)
Soal: Berikut ini merupakan data besarnya suhu yang harus dinaikkan (∆T) dalam memasak air untuk mendapatkan kalor sebesar 1 Kalori. Air A B C D E m (gr) 1000 200 100 40 20 ∆T (oC) 1 5 10 25 50 Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan mengenai hubungan massa dan perubahan suhu? Jawaban:
135
2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap
Membuat dan Penerapan prinsipmenilaipertimbangan prinsip yang dapat nilai keputusan diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor (C.8.c)
4 (A)
Kata kunci: Hubungan massa dan perubahan suhu dalam kalor adalah berbanding terbalik. Kriteria: Jika massa suatu benda (air) besar, maka suhu benda yang dinaikkan kecil, atau sebaliknya. Menuliskan kata atau pasangan kata massasuhu; besar-kecil, banyak-sedikit, atau lainlain; dinaikkan. Soal: Salah satu cara perpindahan kalor adalah dengan konduksi. Konduksi bergantung pada jenis bahan, luas permukaan, dan panjang suatu benda, serta hanya terjadi jika ada perbedaan suhu. Dengan menggunakan prinsip tersebut, sebaiknya spatula yang bagaimana agar dapat menghindarkan kita panas saat menggoreng makanan? Jelaskan! Jawaban: Faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor secara konduksi = konduktivitas termal, perubahan suhu, luas permukaan, dan panjang benda. Kriteria: Terbuat dari bahan yang tidak mudah menghantarkan panas (isolator); tidak sensitif
136
1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Kriteria jawaban lengkap 3 = Ada dua kriteria jawaban 2 = Ada satu kriteria jawaban 1 = Menuliskan jawaban, tidak sesuai kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
12 (B)
Memberikan klarifikasi lebih lanjut (advanced
Mendefinisikan istilah dan menilai definisi
Bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari
5 (A)
137
terhadap perubahan suhu; mempunyai ukuran yang cukup besar. 4 = Menuliskan kata Soal: Di bawah ini merupakan pengaduk yang kunci, kriteria dapat digunakan untuk memasak mie instan. lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan D B kriteria lengkap A E C 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak Berdasarkan prinsip perpindahan kalor secara ada; atau konduksi, pengaduk mana yang paling aman menuliskan kriteria saat digunakan? Berikan alasannya! kurang lengkap 1 = Menuliskan Jawaban: jawaban tanpa kata Kata kunci: kunci, kriteria Pengaduk C 0 = Tidak Kriteria: menuliskan jawaban Terbuat dari kayu; isolator atau tidak menghantarkan panas;tidak sensitif terhadap perubahan suhu; mempunyai ukuran yang lebih panjang dan tebal jika dibandingkan dengan isolator lain (pengaduk D). 4 = Kriteria jawaban Soal: ∆𝑄𝑄 𝑘𝑘 𝐴𝐴 ∆𝑇𝑇 Persamaan ∆𝑡𝑡 = 𝑙𝑙 merupakan persamaan lengkap 3 = Ada dua kriteria
clarification)
perpindahan kalor (D.9.a)
dari konduksi. Dapatkah kamu mendefinisikan makna konduksi sesuai dengan persamaan tersebut? Jelaskan!
13 (B)
Jawaban: Konduksi merupakan perpindahan kalor atau laju aliran kalor pada benda (medium) padat karena adanya perubahan suhu, serta dipengaruhi oleh jenis bahan, ukuran dan bentuk suatu benda. Soal: Laju aliran kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu pada medium padat, serta dipengaruhi oleh jenis bahan,ukuran dan bentuk benda dinamakan…. Tuliskanlah persamaan dan keterangannya? Jawaban: Kriteria: Istilah: konduksi Persamaan konduksi:
Melengkapi asumsi yang tidak dinyatakan
Menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan
6 (A)
138
∆𝑄𝑄 ∆𝑡𝑡
=
𝑘𝑘𝑘𝑘 ∆𝑇𝑇 𝑙𝑙
Keterangan: ∆Q/∆t, k, A, ∆T, l Soal: Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor yang dilepas suatu benda sama dengan
jawaban 2 = Ada satu kriteria jawaban 1 = Menuliskan jawaban, tidak sesuai kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Kriteria jawaban lengkap 3 = Ada dua kriteria jawaban 2 = Ada satu kriteria jawaban 1 = Menuliskan jawaban, tidak sesuai kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban 4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap
pernyataan Asas Black (D.10.b)
jumlah kalor yang diserap oleh benda lainnya. Menurut pendapatmu, yang manakah yang akan mengalami penurunan suhu jika teh panas dituangkan ke dalam gelas kaca? Berikan alasannya! Jawaban: Kata kunci: Teh panas Kriteria: Teh panas melepas kalor; gelas menyerap atau menerima kalor; suhu teh lebih tinggi daripada suhu gelas, atau sebaliknya; terjadi penurunan suhu teh; terjadi kenaikan suhu gelas. 14 (B)
Soal: Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor yang dilepas suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda lainnya. Budi menuangkan sedikit air ke dalam gelas kaca. Menurut pendapatmu, apakah air itu panas atau dingin, jika gelas tersebut dapat melepas kalor? Berikan alasannya! Jawaban: Kata kunci:
139
3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban 4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria
Air dingin Kriteria: Sedikit air dingin menyerap atau menerima kalor; suhu air dingin lebih rendah daripada gelas, atau sebaliknya, gelas melepas kalor. Membuat pengandaian dan integrasi (supposition and integration)
Mempertimbangkan dan memberikan alasan dari pendapat, alasan, asumsi, posisi, dan saran lain yang tidak disepakati atau diragukan, tanpa membiarkan ketidaksepakatan dan keraguan mengganggu pemikiran
Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi) yang terkait dengan Asas Black (E.11)
7 (A)
Soal: Jika saat kamu haus dan menghadapi kondisi di mana hanya ada air panas, seperti pilihan pada gambar berikut.
A B o o 50 cc air 75 C 00 cc 75 C 150 g gelas 25oC Hal apa yang akan kamu lakukan untuk menghilangkan hausmu? Berikan alasannya! Jawaban: Kata kunci:
140
kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban 4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap
3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria
15 (B)
Gambar A Kriteria: Gabungan sedikit air panas dan gelas memiliki suhu setimbang yang sedikit lebih rendah daripada gabungan banyak air panas dan gelas; penurunan suhu pada gambar A lebih besar daripada penurunan suhu pada gambar B; air panas pada gambar A melepas kalor lebih sedikit daripada air panas pada gambar B; gelas pada gambar A lebih banyak menyerap kalor daripada gelas pada gambar B. Soal: Jika saat kamu haus dan menghadapi kondisi di mana hanya ada air panas di sekitarmu, seperti pilihan pada gambar berikut.
50 cc air 75oC A (kecil) Jawaban: Kata kunci: Gelas yang lebih besar Kriteria: 141
B (besar)
0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria
Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan
Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan yang terkait dengan peristiwa perpindahan kalor (E.12)
8 (A)
16 (B)
142
Kalor yang diserap atau diterima oleh gelas besar lebih banyak daripada gelas kecil; penurunan suhu air panas di gelas besar lebih banyak daripada di gelas kecil. Soal: Keramik merupakan salah satu penghantar kalor yang baik. Menurutmu, lebih baik menggunakan cooling pad atau meletakkannya di lantai, ketika kamu menggunakan notebook dalam jangka waktu yang lama? Berikan alasannya! Jawaban: Kata kunci: Lebih baik dan efisien meletakkan notebook di lantai. Kriteria: Keramik dapat memindahkan panas mesin notebook ke lantai dengan baik; terjadi perubahan (penurunan) suhu pada notebook karena panasnya dipindahkan ke lantai; cooling pad tidak memaindahkan panas mesin notebook ke cooling pad itu sendiri atau ke lantai karena cooling pad hanya menjaga suhunya konstan. Soal: Ada orang yang mengatakan bahwa penggunaan cooling pad dapat membuat
0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap 3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
4 = Menuliskan kata kunci, kriteria lengkap
notebook lebih awet karena membuat mesinnya tidak cepat panas. Apakah hal tersebut baik dan efisien dibandingkan dengan meletakkannya langsung di lantai keramik? Berikan alasannya! Jawaban: Kata kunci: Penggunaan cooling pad baik, tetapi tidak efisien. Kriteria: Keramik dapat memindahkan panas mesin notebook ke lantai dengan baik; terjadi perubahan (penurunan) suhu pada notebook karena panasnya dipindahkan ke lantai; cooling pad tidak memaindahkan panas mesin notebook ke cooling pad itu sendiri atau ke lantai karena cooling pad hanya menjaga suhunya konstan.
143
3 = Menuliskan kata kunci, kriteria kurang lengkap; atau menuliskan kriteria lengkap 2 = Menuliskan kata kunci, kriteria tidak ada; atau menuliskan kriteria kurang lengkap 1 = Menuliskan jawaban tanpa kata kunci, kriteria 0 = Tidak menuliskan jawaban
Lampiran 6
Uji Validitas Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis
144
Lampiran 7
Uji Reliabilitas Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis (Tipe A dan B)
145
146
Lampiran 8
Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis
147
Lampiran 9
Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis
148
Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis Soal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Tipe
A
B
Validitas
Reliabilitas
rtabel = 0,325
rtabel = 0,325
Nilai 0,290 0,252 0,599 0,194 0,588 0,730 0,120 0,431 0,816 0,549 0,243 0,708 0,223 0,170 0,819 0,172
Ket Invalid Invalid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid Valid Valid Invalid Valid Invalid Invalid Valid Invalid
Nilai
Ket
0,489
Reliabel (Cukup)
0,609
Reliabel (Baik)
Daya Pembeda Nilai 0,250 0,100 0,425 0,075 0,525 0,400 0,050 0,200 0,450 0,350 0,175 0,375 0,200 0,050 0,400 0,000
149
Ket Cukup Kurang baik Sangat baik Kurang baik Sangat baik Sangat baik Kurang baik Cukup Sangat baik Baik Kurang baik Baik Cukup Kurang baik Sangat baik Kurang baik
Tingkat Kesukaran Nilai 0,439 0,378 0,419 0,209 0,358 0,500 0,209 0,230 0,196 0,351 0,230 0,534 0,264 0,149 0,182 0,169
Ket Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar Sedang Sukar Sedang Sukar Sukar Sukar Sukar
Kesimpulan Tidak dipakai Tidak dipakai Pakai Tidak dipakai Pakai Pakai Tidak dipakai Pakai, Perbaiki Pakai Pakai Tidak dipakai Pakai Tidak dipakai Tidak dipakai Pakai Tidak dipakai
Lampiran 11 Kisi-Kisi Pretest-Posttest Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis No 1
Aspek Berpikir Kritis Memberikan klarifikasi sederhana (basic clarification)
Sub Aspek Berpikir Kritis Memfokuskan pada pertanyaan
Indikator (Kode)
Tipe (No Soal)
Soal
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda (A.1.b)
A (1)
Perhatikan grafik perubahan wujud balok es menjadi uap di bawah ini!
B* (9)
Berdasarkan grafik di atas, bagian manakah yang dipengaruhi kalor laten? Berikan alasannya! Perhatikan grafik perubahan wujud balok es menjadi uap di bawah ini! ?
Berdasarkan grafik tersebut, faktor apa yang mempengaruhi perubahan wujud di bagian tersebut? Berikan alasannya!
150
No Soal pada PretestPosttest -
5
2
Dua dasar untuk keputusan (two basic for a decision)
Menilai kredibilitas sumber
Keahlian dalam mengetahui peristiwa yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud benda (B.4.a)
A (2)
B* (10) 3
Kesimpulan (inference)
Membuat kesimpulan (induksi)
Membuat generalisasi tentang hubungan kalor, kapasitas kalor, kalor jenis, massa, atau perubahan suhu (C.7.a)
A* (3)
Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan gambar siklus hidrogen di atas, perubahan wujud apa saja yang dapat terjadi? Berikan alasannya! Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh dari peristiwa perubahan wujud yang ada di sekitarmu! Berikut ini merupakan data jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan untuk memasak sejumlah air (m) hingga mendidih. Air m (gr) Q (J)
B (11)
A 100 42
B 200 84
C 250 105
D 500 210
A 1000 1
B 200 5
C 100 10
D 40 25
6
1
E 1000 420
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan mengenai hubungan massa dan kalor? Berikut ini merupakan data besarnya suhu yang harus dinaikkan (∆T) dalam memasak air untuk mendapatkan kalor sebesar 1 Kalori. Air m (gr) ∆T (oC)
151
-
E 20 50
-
4
Membuat dan Penerapan prinsipmenilaipertimbangan prinsip yang dapat nilai keputusan diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor (C.8.c)
A (4)
B* (12)
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan mengenai hubungan massa dan perubahan suhu? Salah satu cara perpindahan kalor adalah dengan konduksi. Konduksi bergantung pada jenis bahan, luas permukaan, dan panjang suatu benda, serta hanya terjadi jika ada perbedaan suhu. Dengan menggunakan prinsip tersebut, sebaiknya spatula yang bagaimana agar dapat menghindarkan kita panas saat menggoreng makanan? Jelaskan! Di bawah ini merupakan pengaduk yang dapat digunakan untuk memasak mie instan.
D
B
-
7
E
C
A
Berdasarkan prinsip perpindahan kalor secara konduksi, pengaduk mana yang paling aman saat digunakan? Berikan alasannya! 5
Memberikan klarifikasi
Mendefinisikan istilah dan menilai
Bentuk definisi berupa operasional
A* (5) 152
Persamaan
∆𝑄𝑄 ∆𝑡𝑡
=
𝑘𝑘 𝐴𝐴 ∆𝑇𝑇 𝑙𝑙
merupakan
2
lebih lanjut (advanced clarification)
definisi
(persamaan) dari perpindahan kalor (D.9.a) B (13)
6
Melengkapi asumsi yang tidak dinyatakan
Menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black (D.10.b)
A* (6)
B (14)
7
Membuat pengandaian dan integrasi
Mempertimbangkan dan memberikan alasan dari pendapat,
Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan
A (7)
153
persamaan dari konduksi. Dapatkah kamu mendefinisikan makna konduksi sesuai dengan persamaan tersebut? Jelaskan! Laju aliran kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu pada medium padat, serta dipengaruhi oleh jenis bahan, luas penampang, dan panjang benda dinamakan…. Tuliskanlah persamaan dan keterangannya? Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor yang dilepas suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda lainnya. Menurut pendapatmu, yang manakah yang akan mengalami penurunan suhu jika teh panas dituangkan ke dalam gelas kaca? Berikan alasannya! Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor yang dilepas suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda lainnya. Budi menuangkan sedikit air ke dalam gelas kaca. Menurut pendapatmu, apakah air itu panas atau dingin, jika gelas tersebut dapat melepas kalor? Berikan alasannya! Pada saat kamu haus dan menghadapi kondisi di mana hanya ada air panas, seperti pilihan pada gambar berikut.
-
3
-
-
(supposition and integration)
alasan, asumsi, posisi, dan saran lain yang tidak disepakati atau diragukan, tanpa membiarkan ketidaksepakatan dan keraguan mengganggu pemikiran
membuat pengandaian posisi (kondisi) yang terkait dengan Asas Black (E.11)
A B o 200 cc 75oC 50 cc air 75 C 150 g gelas 25oC
B* (15)
Hal apa yang akan kamu lakukan untuk menghilangkan hausmu? Berikan alasannya! Pada saat kamu haus dan menghadapi kondisi di mana hanya ada air panas di sekitarmu, seperti pilihan pada gambar berikut.
50 cc air 75oC Gelas A (kecil) Gelas B (besar) 154
8
8
Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan
Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan yang terkait dengan peristiwa perpindahan kalor (E.12)
A* (8)
B (16)
(*) = Soal yang valid atau dipakai
155
Hal apa yang akan kamu lakukan untuk menghilangkan hausmu? Gelas mana yang akan kamu pilih? Berikan alasannya! Keramik merupakan salah satu penghantar kalor yang baik. Menurutmu, lebih baik menggunakan cooling pad atau meletakkannya di lantai, ketika kamu menggunakan notebook dalam jangka waktu yang lama? Berikan alasannya! Ada orang yang mengatakan bahwa penggunaan cooling pad dapat membuat notebook lebih awet karena membuat mesinnya tidak cepat panas. Apakah hal tersebut baik dan efisien dibandingkan dengan meletakkannya langsung di lantai keramik? Berikan alasannya!
4
-
Lampiran 12 Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis 1.
Berikut ini merupakan data jumlah kalor (Q) yang dibutuhkan untuk memasak sejumlah air (m) hingga mendidih. Air
A
B
C
D
E
m (gr)
100
200
250
500
1000
Q (J)
42
84
105
210
420
Berdasarkan data di atas, apa yang dapat kamu simpulkan mengenai hubungan massa dan kalor? 2.
Persamaan
∆𝑄𝑄 ∆𝑡𝑡
=
𝑘𝑘 𝐴𝐴 ∆𝑇𝑇
tersebut? Jelaskan! 3.
𝑙𝑙
merupakan persamaan dari konduksi. Dapatkah kamu mendefinisikan makna konduksi sesuai dengan persamaan
Pada asas pencampuran zat, jumlah kalor yang dilepas suatu benda sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh benda lainnya. Menurut pendapatmu, yang manakah yang akan mengalami penurunan suhu jika teh panas dituangkan ke dalam gelas kaca? Berikan alasannya!
4.
Keramik merupakan salah satu penghantar kalor yang baik. Menurutmu, lebih baik dan efisien menggunakan cooling pad atau meletakkannya di lantai, ketika kamu menggunakan notebook dalam jangka waktu yang lama? Berikan alasannya!
5.
Perhatikan grafik perubahan wujud balok es menjadi uap di bawah ini! ?
Berdasarkan grafik tersebut, faktor apa yang mempengaruhi peristiwa perubahan wujud di bagian tersebut? Berikan alasannya!
156
6.
Sebutkan dan jelaskan beberapa contoh dari peristiwa perubahan wujud yang ada di sekitarmu!
7.
Di bawah ini merupakan pengaduk yang dapat digunakan untuk memasak mie instan.
B
C
E D
A
Berdasarkan prinsip perpindahan kalor secara konduksi, pengaduk mana yang paling aman saat digunakan? Berikan alasannya! 8.
Pada saat kamu haus dan menghadapi kondisi di mana hanya ada air panas di sekitarmu, seperti pilihan pada gambar berikut.
50 cc air 75oC Gelas A (kecil)
Gelas B (besar)
Hal apa yang akan kamu lakukan untuk menghilangkan hausmu? Gelas mana yang akan kamu pilih? Berikan alasannya!
157
Lampiran 13 Deskripsi Data Hasil Pretest-Posttest Kelas Eksperimen A. Nilai pretest-posttest kelas eksperimen Tabel nilai pretest (X1) dan posttest (X2) kelas eksperimen
158
B. Pretest kelas eksperimen (X1) 1.
Rentang (R) R = Xmax – Xmin = 59 – 22 = 37
2.
Banyaknya kelas Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 1 + 5,251 = 6,251 ≈ 6
3.
Interval kelas Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 37 / 6 = 6,167 ≈ 7 (pembulatan ke atas)
4.
22 – 28
43 – 49
29 – 35
50 – 56
36 – 42
57 – 63
Distribusi frekuensi pretest kelas eksperimen Interval 22 – 28 29 – 35 36 – 42 43 – 49 50 – 56 57 – 63 Jumlah
5.
6.
fi 2 6 6 18 6 1 39
xi 25 32 39 46 53 60
fi.xi 50 192 234 828 318 60 1682
xi-x -18,128 -11,128 -4,128 2,872 9,872 16,872
Diagram batang-daun pretest kelas eksperimen ≤31
=5
5 00033 = 5
3 444
=3
5 6
=1
4 111111444444444
= 15
≥59
=1
4 777777777
=9
Mean (x) Mean = Σ(fi.Xi) / Σfi = 1682 / 39 = 43,128
7.
(xi-x)2 328,632 123,837 17,042 8,247 97,452 284,657
Standar deviasi (S) dan varian (S2) 𝑆𝑆 = �
Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 2520,359 =� = 8,144 𝑛𝑛 − 1 39 − 1
𝑆𝑆 2 = (8,144)2 = 66,325
8.
Median = 44
9.
Modus = 44 dan 47
159
fi(xi-x)2 657,264 743,022 102,252 148,450 584,714 284,658 2520,359
C. Posttest kelas eksperimen (X2) 1.
Rentang (R) R = Xmax – Xmin = 88 – 47 = 41
2.
Banyaknya kelas Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 1 + 5,251 = 6,251 ≈ 6
3.
Interval kelas Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 41 / 6 = 6,833 ≈ 7
4.
47 – 53
68 – 74
54 – 60
75 – 81
61 – 67
82 - 88
Distribusi frekuensi posttest kelas eksperimen Interval 47 – 53 54 – 60 61 – 67 68 – 74 75 – 81 82 - 88 Jumlah
5.
fi 4 5 5 6 10 9 39
xi 50 57 64 71 78 85
fi.xi 200 285 320 426 780 765 2776
xi-x -21,179 -14,179 -7,179 -0,179 6,821 13,821
4 7
=1
7 222
=3
5 033
=3
7 5588888
=7
5 66666 = 5
8 1114444
=7
6 222
8 88888
=5
=3
Mean (x) Mean = Σ(fi.Xi) / Σfi = 5241,744 / 39 = 71,179
7.
fi(xi-x)2 1794,283 1005,289 257,725 0,193 465,194 1719,059 5241,744
Diagram batang-daun posttest kelas eksperimen
6 66999 = 5 6.
(xi-x)2 448,571 201,058 51,545 0,032 46,519 191,007
Simpangan baku (S) dan varian (S2) 𝑆𝑆 = �
Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 5241,744 =� = 11,745 𝑛𝑛 − 1 39 − 1
𝑆𝑆 2 = (11,795)2 = 139,131
8.
Median = 72
9.
Modus = 56, 78, dan 88
160
D. Perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen (d) 1.
Rentang (R) R = Xmax – Xmin = 62 – 0 = 62
2.
Banyaknya kelas Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 39 = 1 + 5,251 = 6,251 ≈ 6
3.
Interval kelas Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 62 / 6 = 10,333 ≈ 11 (pembulatan ke atas)
4.
0 – 10
33 – 43
11 – 21
44 – 54
22 – 32
55 – 65
Distribusi frekuensi perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen Interval 0 – 10 11 – 21 22 – 32 33 – 43 44 – 54 55 – 65 Jumlah
5.
6.
fi 4 7 4 4 11 9 39
xi 5 16 27 38 49 60
fi.xi 20 144 297 342 245 60 1108
xi-x -23,410 -12,410 -1,410 9,590 20,590 31,590
fi(xi-x)2 2192,16 1386,13 21,87705 827,6686 2119,688 997,9119 7545,436
Diagram batang-daun perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen 0 0399
=4
4 00011477
=8
1 225566689
=9
5 04
=2
2 2225555
=7
6 2
=1
3 11117778
=8
Mean (x) Mean = Σ(fi.Xi) / Σfi = 1108 / 39 = 28,410
7.
(xi-x)2 548,040 154,014 1,989 91,963 423,938 997,912
Simpangan baku (S)dan varian (S2) 𝑆𝑆 = �
Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 7545,436 =� = 14,091 𝑛𝑛 − 1 39 − 1
𝑆𝑆 2 = (14,091)2 = 198,556
8.
Median = 25
9.
Modus = 25 dan 31
161
Lampiran 14 Deskripsi Data Hasil Pretest-Posttest Kelas Kontrol A. Nilai Pretest-Posttest Kelas Kontrol Tabel nilai pretest (X1) dan posttest (X2) kelas kontrol
162
B. Pretest Kelas Kontrol (X1) 1.
Rentang (R) R = Xmax – Xmin = 62 – 41 = 21
2.
Banyaknya kelas Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,136 = 6,136 ≈ 6
3.
Interval kelas Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 21 / 6 = 3,5 ≈ 4
4.
41 – 44
53 – 56
45 – 48
57 – 60
49 – 52
61 – 64
Distribusi frekuensi pretest kelas kontrol Interval 41 – 44 45 – 48 49 – 52 53 – 56 57 – 60 61 – 64 Jumlah
5.
fi 3 6 6 16 4 1 36
xi 42,5 46,5 50,5 54,5 58,5 62,5
fi.xi 127,5 279 303 872 234 62,5 1878
xi-x -9,667 -5,667 -1,667 2,333 6,333 10,333
4 144444
=6
5 666666999
=9
4 777
=3
6 2
=1
Mean (x) Mean = Σ(fi.Xi) / Σfi = 1878 / 36 = 52,167
7.
fi(xi-x)2 280,333 192,667 16,667 87,111 160,444 106,778 844,000
Diagram batang-daun pretest kelas kontrol
5 00000000000333333 = 17 6.
(xi-x)2 93,444 32,111 2,778 5,444 40,111 106,778
Simpangan baku (S) dan varian (S2) 𝑆𝑆 = �
Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 844 =� = 4,911 𝑛𝑛 − 1 36 − 1
𝑆𝑆 2 = (4,911)2 = 24,118
8.
Median = 50
9.
Modus = 50
163
C. Posttest Kelas Kontrol (X2) 1.
Rentang (R) R = Xmax – Xmin = 88 – 41 = 47
2.
Banyaknya kelas Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,136 = 6,136 ≈ 6
3.
Interval kelas Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 47 / 6 = 7,833 ≈ 8
4.
41 – 48
65 – 72
49 – 56
73 – 80
57 – 64
81 – 88
Distribusi frekuensi posttest kelas kontrol Interval 41 – 48 49 – 56 57 – 64 65 – 72 73 – 80 81 – 88 Jumlah
5.
6.
fi 3 5 11 15 1 1 36
xi 44,5 52,5 60,5 68,5 76,5 84,5
fi.xi 133,5 262,5 665,5 1027,5 76,5 84,5 2250
xi-x -18 -10 -2 6 14 22
fi(xi-x)2 972 500 44 540 196 484 2736
Diagram batang-daun posttest kelas kontrol ≤41
=1
6 6666669999999
= 13
4 77
=2
7 22
=2
5 003
=3
7 5
=1
5 66999
=5
≥88
=1
6 22222222
=8
Mean (x) Mean = Σ(fi.Xi) / Σfi = 2250 / 36 = 62,500
7.
(xi-x)2 324 100 4 36 196 484
Simpangan baku (S) dan varian (S2) 𝑆𝑆 = �
Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 2736 =� = 8,841 𝑛𝑛 − 1 36 − 1
𝑆𝑆 2 = (8,841)2 = 78,163
8.
Median = 62
9.
Modus = 62
164
D. Perubahan Nilai Pretest-Posttest Kelas Kontrol (d) 1.
Rentang (R) R = Xmax – Xmin = 35 – (-12) = 47
2.
Banyaknya kelas Kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 5,136 = 6,136 ≈ 6
3.
Interval kelas Interval = Rentang / Banyaknya kelas = 47 / 6 = 7,833 ≈ 8
4.
-12 – -5
12 – 19
-4 – 3
20 – 27
4 – 11
28 – 35
Distribusi frekuensi perubahan nilai pretest-posttest kelas kontrol Interval -12 – -5 -4 – 3 4 – 11 12 – 19 20 – 27 28 – 35 Jumlah
5.
6.
fi 3 3 9 15 5 1 36
xi -8,5 -0,5 7,5 15,5 23,5 31,5
fi.xi -25,5 -1,5 67,5 232,5 117,5 31,5 422
xi-x -20,222 -12,222 -4,222 3,778 11,778 19,778
fi(xi-x)2 1226,815 448,148 160,444 214,074 693,580 391,160 3134,222
Diagram batang-daun perubahan nilai pretest-posttest kelas kontrol ≤-12
=2
1 2223
-0 9
=1
1 55666666899 = 11
-0 3
=1
2 222
=3
0 03
=2
2 55
=2
0 666677999
=9
≥35
=1
Mean (x) Mean = Σ(fi.Xi) / Σfi = 422 / 36 = 11,722
7.
(xi-x)2 408,938 149,383 17,827 14,272 138,716 391,160
Simpangan baku (S) dan varian (S2) 𝑆𝑆 = �
Σ[𝑓𝑓𝑓𝑓. (𝑋𝑋𝑋𝑋 − 𝑋𝑋�)2 ] 3134,222 =� = 9,463 𝑛𝑛 − 1 36 − 1
𝑆𝑆 2 = (9,463)2 = 89,548
8.
Median = 12,5
9.
Modus = 16
165
=4
Lampiran 15 Analisis lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training Pertemuan
Tahapan ke-
Jumlah sub
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
I
II
III
tahapan 2 1 5 2 3 2 1 5 2 3 2 1 5 2 3 Rata-rata
Terlaksana
Persentase
2 1 5 2 2 2 1 5 2 2 2 1 4 2 2
100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 66,67% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 66,67% 100,00% 100,00% 80,00% 100,00% 66,67%
Total
93,33%
93,33%
89,93%
92,20%
Dengan demikian, tingkat keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training selama tiga kali pertemuan dapat dikatakan sangat baik atau mendekati taraf 100%. Keterangan: Tahapan ke-1: Penyajian masalah Tahapan ke-2: Pengumpulan data verifikasi Tahapan ke-3: Pengumpulan data eksperimen Tahapan ke-4: Organisasi data dan formulasi kesimpulan Tahapan ke-5: Analisis proses inkuiri
166
Lampiran 16 Uji Normalitas Perubahan Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol A. Uji normalitas perubahan nilai pretest-posttest kelas eksperimen Interval 0 – 10
Batas kelas -0,5
Z batas kelas -2,05
10,5
-1,27
Z tabel 0,0202
-0,49 0,29 1,07
0,0818
3,1902
4
0,206
0,2101
8,1939
9
0,079
0,3020
11,7780
11
0,051
0,2436
9,5004
9
0,026
0,1101
4,2939
5
0,116
0,0286
1,1154
1
0,012
0,8577
44 – 54 55 – 65
[(OiEi)2]/Ei
0,6141
33 – 43 43,5
Oi
0,3121
22 – 32 32,5
Ei
0,1020
11 – 21 21,5
Luas Z tabel
54,5
1,85
0,9678
65,5
2,63
0,9964 Jumlah
0,491
Dari perhitungan, diketahui bahwa χ2hitung sebesar 0,491, sedangkan χ2tabel pada taraf signifikan 5% dan df = kelas – 1 = 6 – 1 = 5 adalah 11,070 atau χ2hitung < χ2tabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Keterangan: • • •
𝑍𝑍 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 =
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 −𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝑛𝑛 × 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
167
B. Uji normalitas perubahan nilai pretest-posttest kelas kontrol Interval -12 – -5
Batas kelas -12,5
Z batas kelas -2,56
-4,5
-1,71
Z tabel 0,0052
-0,87 -0,02 0,82
0,0384
1,3824
3
1,893
0,1486
5,3496
3
1,032
0,2998
10,7928
9
0,298
0,3019
10,8684
15
1,571
0,1586
5,7096
5
0,088
0,0415
1,4940
1
0,163
0,7939
20 – 27 28 – 35
[(OiEi)2]/Ei
0,4920
12 – 19 19,5
Oi
0,1922
4 – 11 11,5
Ei
0,0436
-4 – 3 3,5
Luas Z tabel
27,5
1,67
0,9525
35,5
2,51
0,9940 Jumlah
5,045
Dari perhitungan, diketahui bahwa χ2hitung sebesar 5,045, sedangkan χ2tabel pada taraf signifikan 5% dan df = kelas – 1 = 6 – 1 = 5 adalah 11,070 atau χ2hitung < χ2tabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Keterangan: • • •
𝑍𝑍 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 =
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 −𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝑛𝑛 × 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑍𝑍 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
168
Lampiran 17 Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol A. Uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kontrol 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 66,325 = = 2,750 24,118
𝐹𝐹ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝐹𝐹ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
Dari perhitungan, diketahui bahwa Fhitung pretest kelas eksperimen dan kontrol
sebesar 2,750, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dan n = 75 adalah 3,983 atau Fhitung < Ftabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kontrol di awal pembelajaran adalah homogen (sama).
B. Uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kontrol 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 139,131 = = 1,780 78,163
𝐹𝐹𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝐹𝐹𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Dari perhitungan, diketahui bahwa Fhitung pretest kelas eksperimen dan kontrol
sebesar 1,780, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dan n = 75 adalah 3,983 atau Fhitung < Ftabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kontrol di akhir pembelajaran adalah homogen (sama).
169
Lampiran 18 Uji t-pasangan Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol C. Uji t-pasangan pretest-posttest kelas eksperimen 𝑑𝑑̅ − 𝜇𝜇𝑑𝑑 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑠𝑠 𝑑𝑑 � √𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 =
28,410 − 0 = 12,591 14,091 � √39
Dari perhitungan, diketahui bahwa thitung pretest-posttest kelas eksperimen sebesar
12,591, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dan n = 39 adalah 2,023 atau thitung > ttabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor.
D. Uji t-pasangan pretest-posttest kelas kontrol 𝑑𝑑̅ − 𝜇𝜇𝑑𝑑 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑠𝑠 𝑑𝑑 � √𝑛𝑛 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 =
11,722 − 0 = 7,432 9,463 � √36
Dari perhitungan, diketahui bahwa thitung pretest-posttest kelas kontrol sebesar
7,432, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dan n = 36 adalah 2,029 atau thitung > ttabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Kurikulum 2013 terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor.
170
Lampiran 19 Uji N-gain Pretest-Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol E. Uji N-gain pretest-posttest kelas eksperimen 𝑁𝑁 − 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
Dari perhitungan, diketahui bahwa rata-rata N-gain pretest-posttest kelas eksperimen sebesar 0,489 yang artinya peningkatan keterampilan berpikir siswa kelas eksperimen berada pada taraf sedang.
171
F. Uji N-gain pretest-posttest kelas kontrol 𝑁𝑁 − 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
Dari perhitungan, diketahui bahwa rata-rata N-gain pretest-posttest kelas eksperimen sebesar 0,227 yang artinya peningkatan keterampilan berpikir siswa kelas eksperimen berada pada taraf rendah.
172
Lampiran 20 Analisis Indikator Keterampilan Berpikir Kritis berdasarkan Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Keterangan: Kode Indikator A.1.b
B.4.a
C.7.a
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud benda Membuat generalisasi tentang hubungan kalor, kapasitas kalor, kalor jenis, massa, atau perubahan suhu
No Butir Soal 5
6
1
C.8.c
Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor
7
D.9.a
Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor
2
D.10.b
Menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black
3
E.11
E.12
Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi) yang terkait dengan Asas Black Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan yang terkait dengan peristiwa perpindahan kalor
173
8
4
A. Kelas Eksperimen
174
B. Kelas Kontrol
175