Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SD Ni Wyn Wida Prama Dewi 1 , Ni Kt Suarni2, Luh Pt. Putrini Mahadewi3 1
Jurusan PGSD, 2 Jurusan BK, 3 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan pretest-posttest only control group design. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Buleleng dan sampel sebanyak 84 orang siswa kelas IV SD No 1 dan 2 Paket Agung. Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan satistik deskriptif. Uji hipotesis menggunakan analisis ANAVA 2 jalur, jika FAB signifikan maka dilanjutkan dengan uji hipotesis 3 dan 4 menggunakan uji Tukey. Hasil analisis menunjukkan bahwa. (1) terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (FAhitung =397,92 > Ftabel =1,74), (2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran TPS hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis (F(AxB)hitung 82,37 > Ftabel=1,74). 3) terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensioal. 4) terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran TPS ditinjau dari keterampilan berpikir kritis berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV. Kata kunci: hasil belajar IPA, keterampilan berpikir kritis, model pembelajaran TPS Abstract This research aims to determine the effect of TPS learning models on science learning result in term of critical thinking skills. This research was a quasi experiment with pretestth posttest only control group design. Population in this research was all grade 4 th elementary school students in cluster 8 Buleleng district and sample in this research th was grade 4 students in SD No 1 and 2 Paket Agung which consisted of 84 students. Samples was determined by cluster random sampling technique. The instrument used ini this research is critical thinking skills test and science learning result test. Data were analyzed using descriptive statistics and hypothesis test using two way ANOVA analysis, th th if FAB was significant, then analysis proceed to 3 and 4 hypothesis using the Tukey test. The results of the analysis showed. (1) there is a significant difference in science learning result between students who are participating in TPS learning model with students who participating conventional learning models (FAcount =397,92> FAtable=1,74) , (2) there is
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
interaction effect between TPS learning model with critical thinking skill on student science learning outcomes (F(AxB)count =82,37 > Ftable=1,74). (3) there is differences in student’s science learning result in high critical thinking skills group who partcipant TPS learning model with who participant conventional learning model, 4) there is differences in student’s science learning result in low critical thinking skills group who partcipant TPS learning model with who participant conventional learning model. Thus, TPS learning model in term critical thinking skill has effect to the science learning result. Keywords: science learning result, critical thinking, TPS learning model
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajari sesuatu dengan mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada pada kurikulum SD. “Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan” (Susanto, 2013: 167). Artinya untuk memahami alam semesta diperlukan suatu pengamatan yang tepat dan menggunakan prosedur, sehingga sangat diperlukan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA tersebut agar didapatkan suatu kesimpulan. IPA merupakan suatu proses, metode, dan produk ilmiah (Sutrisno,dkk., 2008). Hal ini berarti di dalam IPA terdapat fakta, konsep, prinsip dan teori ilmiah. Komponen-komponen inilah yang dapat membangun kemampuan peserta didik untuk memiliki sikap ilmiah. Dengan pemahaman terhadap materi IPA, peserta didik diharapkan mampu berpikir secara kritis dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Namun kenyataannya, pembelajaran IPA masih berorientasi pada guru dan kurang memberi pemahaman kepada siswa tentang materi pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan metode ceramah dan siswa tidak diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan pembelajaran. Guru hanya terpaku pada buku teks yang menjadi satu-satunya sumber belajar.
Siswa hanya menerima dan menghafalkan apa yang disampaikan oleh guru tanpa memahami materi serta kurang aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Marjono (dalam Susanto, 2013) menyebutkan untuk anak sekolah dasar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis peserta didik terhadap suatu masalah. Artinya,rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritis memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Saat ini, Siswa kurang mampu untuk menghubungkan materi pelajaran yang didapat dengan kehidupan nyata. Siswa mudah menerima gagasan atau ide meski mereka tidak dapat membuktikan dan tidak tahu kebenarannya, dengan kata lain siswa lemah dalam keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah suatu cara berpikir reflektif berdasarkan nalar dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan (Ennis dalam Susanto, 2013). Hal ini berarti berpikir kritis melatih siswa berpikir dengan nalar untuk mewujudkan suatu kesimpulan atau keputusan yang sesuai kenyataan sehingga dapat membantu proses pembelajaran IPA menjadi lebih bermakna. Sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan pembiasaan ini, maka siswa tidak lagi hanya menerima pelajaran dari guru atau buku teks, namun siswa akan mulai mencari kebenaran dari materi tersebut pada sumber belajar lainnya, sehingga pengetahuannya akan bertambah yang akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Akibatnya, siswa kurang mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan guru, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa masih belum optimal. Hal ini terTabel 1 No
cermin dari nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal yang diperoleh dari nilai ulangan umum semester ganjil mata pelajaran IPA seperti ditunjukkan pada tabel 1
Data nilai rata-rata ulangan tengah semester IPA yang dicapai siswa kelas IV di SD Gugus VIII Kecamatan Buleleng Nama Sekolah KKM Nilai Rata-rata
1
SD No 1 Paket Agung
75
73,4
2
SD No 2 Paket Agung
75
74,0
3
SD No 1 Kendran
75
68,1
4 5
SD No 1 Beratan SD No 2 Liligundi
75 75
74,7 73,6
Rendahnya hasil belajar siswa merupakan suatu masalah yang harus sesegera mungkin mendapat solusi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan permasalahan diatas, diperlukan suatu inovasi atau cara agar proses pembelajaran mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil belajar siswa. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengganti model pembelajaran konvensional yang didominasi dengan ceramah dengan model pembelajaran yang lebih inovatif. Model pembelajaran yang sangat tepat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni 2012:17) “pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil di dalam kelas agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain di dalam kelompok tersebut”. Salah satu tipe model pembelajaran yang cocok diterapkan berdasar permasalahan di atas adalah tipe Think Pair Share (TPS). TPS adalah sebuah metode dimana siswa duduk berpasangan dengan kelompoknya, guru memberikan pertanyaan di kelas, lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir guru meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa di kelas. (Slavin, 2005)
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Suprijono (dalam Thobroni & Mustofa 2012: 300) memaknai model pembelajaran Think Pair Share terdiri dari Tahap thinking yaitu pada tahap ini siswa memikirkan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh guru, lalu yang kedua adalah tahap pairing pada tahap ini siswa mendiskusikan jawaban yang telah mereka pikirkan dengan teman sebangku untuk mendapatkan satu jawaban yang disepakati bersama, dan tahap yang ketiga adalah tahap sharing yaitu masing-masing kelompok/pasangan mempresentasikan hasil diskusi/jawaban dari permasalahan yang telah disepakati bersama. Sedangkan Trianto (2009) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran think pair share terdiri dari 5 langkah yaitu tahap pendahulua, think, pair, share dan yang terakhir adalah tahap penghargaan. Menurut Lie (2010) model pembelajaran think pair share memiliki beberapa keunggulan yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa di dalam pembelajaran, siswa dapat bekerja sendiri sekaligus bekerja dengan teman lainnya dan model pembelajaran ini dapat diterapkan di semua mata pelajara. Dalam hal ini pengawasan guru pada saat diskusi menjadi hal yang penting, agar tercipta suasana belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian, jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa da-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pat secara langsung memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antar satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi), serta mempresentasikan di depan kelas sebagai langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, model pembelajaran TPS yang berpasa-ngan ini akan membuat siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya. Model ini juga mudah untuk digunakan sebab dapat mengefisienkan waktu dengan tidak mengatur tempat duduk siswa untuk membentuk kelompok. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui pengaruh interaksi antara model Think Pair Share (TPS) dengan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar IPA, (3) Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi, (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah METODE Penelitian ini tergolong quasi experiment karena tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dalam penelitian ini dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian dilaksanakan di SD Gugus VIII Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada rentangan waktu semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang dimulai dari bulan April sampai Mei 2014. Menurut Agung (2011:45), “populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD yang ada di Gugus
VIII Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng yang berjumlah 5 kelas. Untuk mengetahui kesetaraan hasil belajar IPA siswa kelas IV di masing-masing sekolah dasar tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan menggunakan analisis varian satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, didapatkan nilai Fhitung sebesar 2,29. Nilai Ftabel pada dbA = 4, dan dbdalam = 116 sebesar 2,45. Artinya, Ftab > Fhit sehingga Ho diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus VIII Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng adalah setara. Menurut Arikunto (2003:131), “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling yaitu dengam merandom semua kelas yang ada di Gugus VIII Kecamatan Buleleng. Dari lima sekolah dasar yang ada di Gugus VIII Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, dilakukan pengundian tahap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil undian tahap pertama, diperoleh sampel yaitu kelas IV SD No 1 Paket agung dengan jumlah siswa 43 orang dan siswa kelas IV SD No 2 Paket Agung dengan jumlah siswa 41 orang. Selanjutnya, untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan undian tahap kedua. Melalui proses pengundian tersebut, diperoleh kelas IV SD No 1 Paket Agung sebagai kelas eksperimen dan kelas IV SD No 2 Paket Agung sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (pembelajaran konvensional). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest only control group design. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan pembelajaran dengan model Think Pair Share yang diberlakukan pada kelompok eksperimen. Pre test dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan berpikir kritis siswa (O1). Hasil yang diperoleh sebagai pengaruh perlakuan (treatment) adalah hasil belajar IPA dengan melakukan post test (O2), baik pada kelompok eksperimen mau-pun pada
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kelompok kontrol. Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 Eksperimen
O1
X
O2
Kontrol
O1
-
O2
Gambar 1 Desain penelitian pretes-posttest only control group design (Arikunto, 2003)
Berpikir kritis (B)
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial dengan memperhatikan variabel-variabel penelitian yang ada, maka penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 × 2. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel.2
Tabel 2 Desain Penelitian Model Pembelajaran A1 (A) ( Pemb TPS)
Berpikir kritis tinggi (B1) Berpikir kritis rendah (B2) Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Melakukan uji kesetaran pada populasi dengan menggunakan uji anava. Setelah diperoleh kesetaraan, dilakukan teknik pengundian untuk menentukan sampel. Dari sampel tersebut dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, yaitu: menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), menyiapkan alat dan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. (3) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu menyiapkan tes hasil belajar sesuai dengan materi yang dikaji dan menyiapkan kunci jawaban tes yang akan digunakan. (4) Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian dengan dosen IPA, kemudian menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda instrumen tersebut. (5) Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kontrol (6) Memberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Share pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. (7) Memberikan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilaksanakan setelah perlakuan pembelajaran. (8) Melakukan analisis data hasil belajar sesuai data yang diperoleh. (9) Menyusun laporan penelitian. Sebelum perlakuan, terlebih dahulu siswa diberikan tes keterampilan berpikir
A1B1 A1B2
A2 (Pemb Konvensional) A2B1 A2B2
kritis yang berjumlah 5 soal, dan setelah perlakuan siswa diberikan soal tes hasil belajar yang berjumlah 25 soal. Arikunto (2003) mengemukakan bahwa, suatu instrumen penelitian dikatakan baik jika sudah memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas. Sebelum tes disebarkan kepada siswa, maka tes yang dibuat diuji terlebih dahulu melalui validasi pakar. Setelah direvisi, instrumen diujicobakan di lapangan. Data yang diperoleh dari uji coba instrumen dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varians, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk histogram. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji ANAVA Dua Jalur. Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas (dengan mengunakan uji barlet).
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data dilakukan pada masingmasing kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Adapun hasil analisis data disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share (A1)
1 2 3 4 5 6
INTERVAL 76-79 80-83 84-87 88-91 92-95 96-100 Jumlah
Nilai Tengah
Frekuensi Absolut
77.5 81.5 85.5 89.5 93.5 98
2 4 4 7 14 12
Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah sebesar 90,74, dengan median dan modus sebesar 92. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 16,3% siswa memproleh nilai disekitar rata-rata, 60,4% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata, dan 23,3% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 2 Tabel 4 N0 1 2 3 4 5 6
INTERVAL 48-53 54-59 60-65 66-71 72-77 78-83 Jumlah
Frekuensi Relatif (%) 4,7 9,3 9,3 16,3 32,5 27,9 100
43
Frekuensi
N0
15 10 5 0 77,5
81,5 85,5 89,5 Nilai Tengah
93,5
98
Gambar 2 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share
Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Relatif (%) Absolut 50.5 56.5 62.5 68.5 74.5 80.5
Nilai rata-rata kelas kontrol adalah sebesar 65,17, dengan median 64 dan modus
7 4 10 6 9 5 41
17,07 9,76 24,39 14,63 21,95 12,20 100
sebesar 68. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 39,07% siswa memproleh nilai
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
disekitar rata-rata, 34,15% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata, dan 26,83% siswa memeproleh nilai di bawah rata-rata pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional. Penjelasan data diatas agar lebih ringkas dapat disajikan dalam bentuk histogram yang terlihat pada gambar 3 Tabel 5
Frekuensi
15 10
5 0 50.5
56.5
62.5
68.5
Nilai Tengah
74.5
Gambar 3 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional
Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi
N0
INTERVAL
Nilai Tengah
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1 2 3
90-91 92-93 94-95
90.5 92.5 94.5
4 7 0
18.18 31.82 0
4
96-97
96.5
5
22.73
5
98-100 Jumlah
99
6 22
27.27 100
8 Frekuensi
Nilai rata-rata siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas eksperimen adalah sebesar 94,73, dengan median 94 dan modus sebesar 92. Terlihat bahwa 50% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 50% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas eksperimen. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 4
6
4 2 0 90.5
92.5
94.5
99
Gambar 4 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Tabel 6
N0
96.5
Nilai Tengah
Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Nilai Frekuensi INTERVAL Frekuensi Relatif (%) Tengah Absolut
1
76-80
78
6
28.57
2 3 4 5
81-85 86-90 91-95 96-100
83 88 93 98
4 3 7 1
19.05 14.29 33.33 4,76
21
100
Jumlah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel 7
Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 5 10
Frekuensi
Nilai rata-rata kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas eksperimen adalah sebesar 86,48, dengan median 88 dan modus sebesar 92. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 14,29% siswa yang memproleh nilai disekitar rata-rata, 38,09% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata, dan 47,62% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas eksperimen.
5 0 78
83
88
Nilai Tengah
93
98
Gambar 5 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Model Pembelajaran Think Pair Share yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
N0
INTERVAL
Nilai Tengah
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1
60-64
62
3
14.29
2 3 4 5
65-69 70-74 75-79 80-84 Jumlah
67 72 77 82
4 4 5 5 21
19.05 19.05 23.81 23.81 100
Penjelasan data pada tabel 7 tersebut dapat disajikan lebih ringkas dalam bentuk histogram seperti yang terlohat pada gambar 6 6 Frekuensi
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat terlihat bahwa jumlah siswa yang ada pada kelompok control yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi adalah sejumlah 21 orang. Nilai rata-rata yang terlihat pada tabel, kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas kontrol adalah sebesar 72,57, dapat dilihat juga nilai median siswa sebesar 72 dan nilai modus sebesar 80. Maka dari itu, terlihat pula pada tabel tersebut bahwa 19,05% siswa yang memproleh nilai disekitar ratarata, sebanyak 47,62% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan sebanyak 33,34% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi pada kelas kontrol.
4 2
0 62
67
72
77
82
Nilai Tengah
Gambar 6 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel 8
Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
N0
INTERVAL
Nilai Tengah
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1 2
48-52 53-57
50 55
7 4
35 20
3 4
58-62 63-67
60 65
3 4
15 20
5
68-72 Jumlah
70
2 10 20 100 pembelajaran, diperoleh harga FA (hitung) sebesar 397,92 sedangkan harga Ftabel dengan dbA = 1, dbdalam = 80, α = 0,05 sebesar 1,74.. Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Think Pair Share dengan iswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional.
Frekuensi
Nilai rata-rata kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas kontrol adalah sebesar 57,40, dengan median 56 dan modus sebesar 64. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 35% siswa yang memproleh nilai disekitar rata-rata, 30% siswa memproleh nilai di atas rata-rata, dan 35% siswa memproleh nilai di bawah rata-rata pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah pada kelas kontrol. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti gambar 7 10 5 0 50
55
60
Nilai Tengah
65
70
Gambar 7 Histogram Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
Berdasarkan distribusi frekuensi data hasil penelitian di atas secara rinci pembahasan hasil hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.Pertama, mengacu pada hasil analisis data antar dua model
Kedua, berdasarkan hasil ANAVA dua jalur menujukkan harga FAxB (hitung) sebesar 7,51, sedangkan FAxB (tabel) sebesar 1,74 sehingga FAxB (hitung) > FAxB (tabel). Dengan demikian, terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis terhadapa hasil belajar IPA siswa. Ketiga, berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey diperoleh Thitung lebih besar dari Ttabel (Thitung = 17,52>Ttabel = 1,980). Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengukuti model pembelajaran Think Pair Share dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi. Keempat, berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey diperoleh Thitung lebih besar dari Ttabel (Thitung = 22,46>Ttabel = 1,980). Dengan demikian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengukuti
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
model pembelajaran Think Pair Share dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi.
Isjoni. 2012. Cooperative Bandung: Alfabeta
SIMPULAN DAN SARAN
Margunayasa, I Gede. 2013. Petunjuk Penulisan Artikel Pada Jurnal Mimbar PGSD di E-Journal UNDIKSHA. Makalah disajikan dalam seminar akademik: Melalui Seminar Akademik Kita Tingkatkan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Menulis Artikel di E-Journal Undiksha, Singaraja, 12 April 2013
Berdasarkan hasil temuan terse-but, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV di SD Gugus VIII Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Bagi siswa, untuk saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaandalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal, (2) Bagi guru,agar menggunakan model Think Pair Share dengan memperhatikan keterampilan berpikir kritis siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa,3) kepala sekolah,untuk membina para untuk menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (4) Bagi peneliti lain, agar dapat menggunakan laporan hasil penelitian ini sebagai acuan kepustakaan dalam melakukan penelitian yang sejenis. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Learning.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning, Teknik, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama. Sutrisno, Leo dkk. 2008. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta Ar-Ruzz Media Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group