PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN ASESMEN OTENTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS Gede Benny Kurniawan
[email protected]
Abstrak: Pembelajaran Berbasis Masalah dan Asesmen Otentik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran dan asesmen konvensional, (2) interaksi antara model pembelajaran dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar matematika, (3) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran dan asesmen konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi, dan (4) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran dan asesmen konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan rancangan posttest only control group design yang melibatkan sampel sebanyak 158 orang siswa pada kelas X SMKN 1 Singaraja. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan berpikir kritis dan tes prestasi belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran dan asesmen konvensional, (2) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar matematika, (3) terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran dan asesmen konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi, dan (4) tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran dan asesmen konvensional pada siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah. Abstract: The effect of problem based learning and authentic assessment upon academic achievement in mathematics viewed from critical thinking skills. This study aimed at analyzing: (1) the difference between academic achievement who have been taught by using problem based learning and authentic assessment and the academic achievement who have been taught by using conventional learning model and assessment, (2) interaction between learning model and critical thinking skill on academic achievement in Mathematics, (3) the difference between academic achievement who have been taught by using problem based and authentic assessment Artikel_gede benny kurniawan
Page 1
and the academic achievement who have been taught by using conventional learning model and assessment with high critical thinking skill, (4) the difference between academic achievement who have been taught by using problem based learning and authentic assessment and the academic achievement who have been taught by using conventional learning model and assessment with low critical thinking skill. This study is categorized as quasi-experimental research which used posttest only control group design. It involved 158 students in grade ten of SMK Negeri 1 Singaraja. Critical thinking skill test and academic achievement test were used as instruments. The data obtained were analyzed by using a two-way variant analysis. The findings of this study show that: (1) there is difference between the academic achievement who have been taught by using problem based learning and authentic assessment and the academic achievement who have been taught by using conventional learning model and assessment, (2) there is interaction between learning model and critical thinking skill on academic achievement in Mathematics, (3) there are differences between academic achievement who have been taught by using problem based learning and authentic assessment and the academic achievement who have been taught by using conventional learning model and assessment with high critical thinking skill, (4) there are no differences between academic achievement who have been taught by using problem based and authentic assessment and the academic achievement who have been taught by using conventional learning model and assessment with low critical thinking skill. mereka menakuti dan memusuhi mata
PENDAHULUAN Matematika
merupakan
ilmu
pelajaran tersebut.
dasar dalam pengembangan sains dan
Pentingnya
penguasaan
teknologi yang tidak terpisahkan lagi
matematika juga sangat dirasakan oleh
dari kehidupan manusia. Oleh sebab itu,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
dapat dikatakan bahwa maju tidaknya
yang merupakan salah satu satuan
perkembangan teknologi suatu negara
pendidikan
yang
tergantung
lulusannya
menjadi
kemajuan
dari
penguasaan
kerja.
Keberhasilan siswa lulusan SMK dalam
karakteristik
dunia kerja antara lain dipengaruhi oleh
matematika adalah mempunyai objek
penguasaan matematika. Penguasaan
kajian yang bersifat abstrak. Sifat
matematika ini sangatlah diperlukan
abstrak objek matematika tersebut tetap
oleh siswa SMK di hampir setiap
ada pada matematika sekolah,
ini
bidang keahlian. Pada bidang keahlian
menyebabkan banyak siswa mengalami
bisnis dan manajemen, penguasaan
kesulitan
matematika ini sangat membantu siswa
matematika
Salah
satu
dalam sehingga
di
tenaga
negara
tersebut.
matematika
dan
menyiapkan
mempelajari banyak
dari
dalam
menjalankan
aktivitasnya
di
dunia kerja nanti. Jika seorang siswa Artikel_gede benny kurniawan
Page 2
lulusan SMK dari kelompok bisnis dan
pelajaran matematika adalah karena
manajemen ini tidak bisa menghitung
mereka tidak mengetahui hubungan
persentase untung dan rugi serta tidak
antara materi-materi yang dipelajarinya
bisa merencanakan suatu usaha agar
dengan dunia nyata mereka.
mampu mendapatkan untung dalam
SMK lebih dipersiapkan untuk bisa
jumlah tertentu maka hampir bisa
terjun langsung ke dunia kerja, sehingga
dipastikan siswa tersebut tidak akan
mereka cenderung lebih mementingkan
berhasil dalam usahanya. Matematika
mata pelajaran produktifnya daripada
juga mengajarkan siswa bagaimana
mata pelajaran lain. Hal ini terjadi
caranya menarik kesimpulan yang logis
karena
dari beberapa fakta yang ditemui,
pelajaran tersebut lebih berpengaruh
sehingga jika siswa mampu menguasai
terhadap keberhasilan mereka nanti
matematika tersebut maka siswa akan
dalam bersaing di dunia kerja.
mampu mengambil suatu keputusan
menjadi salah satu penyebab rendahnya
dengan cepat dan tepat.
prestasi belajar matematika hampir pada
Permasalahan penguasaan berbagai
tentang
matematika
terjadi
jenjang pendidikan.
di
mereka
semua
kelas
Siswa
menganggap
di
SMK
mata
Ini
Negeri
1
Singaraja.
SMK
Untuk
mengatasi
masalah
Negeri 1 Singaraja sebagai sekolah
tersebut, guru seyogyanya mengubah
yang
cara
berstatus
Bertaraf
Rintisan
Internasional
Sekolah
(RSBI)
juga
mengajarnya
mampu
sehingga
siswa
materi
yang
dunia
nyata
mengaitkan
mengalami permasalahan yang sama.
dipelajarinya
Masih banyak siswa SMKN 1 Singaraja
mereka. Salah satu model pembelajaran
yang tidak menyenangi mata pelajaran
inovatif yang mampu mengeleminir
ini. Bahkan, beberapa siswa yang
permasalahan
sempat
pembelajaran berbasis masalah yang
diwawancarai
mengatakan
dengan
disertai
Negeri 1 Singaraja sebenarnya agar
Melalui pembelajaran berbasis masalah,
tidak
pelajaran
siswa diharapkan akan lebih termotivasi
MIPA seperti halnya di sekolah umum.
dalam memecahkan persoalan-persoalan
Salah
penyebab
yang berkaitan dengan dunia nyata.
ketidaksenangan siswa terhadap mata
Pembelajaran berbasis masalah, yang
satu
mata
faktor
Artikel_gede benny kurniawan
asesmen
adalah
bahwa alasan mereka masuk ke SMK
mendapatkan
dengan
tersebut
otentik.
Page 3
nantinya
disingkat
merupakan
dengan
PBM,
alat
untuk
suatu
Model ini menjadi sangat tepat digunakan
di
sekolah
kejuruan,
mengembangkan
kemampuan
mengingat salah satu fungsi sekolah
memecahkan
dan
adalah
masalah
bukan
menyiapkan
untuk
semata-mata untuk mendapatkan ilmu.
menghadapi
Ini berarti dalam penerapan PBM, siswa
menyadarkan siswa pada harapan yang
tidak
dikehendaki,
hanya
melakukan
kegiatan
dunia
siswa nyata,
tantangan
dengan
yang
akan
kognitif saja tapi secara bersama-sama
dihadapinya, serta kemampuan yang
mereka mengembangkan kemampuan
perlu mereka kuasai (Dryden, 2002:79).
afektif dan psikomotornya. Jadi dengan
Pada pembelajaran berbasis masalah,
menerapkan PBM, siswa akan lebih
siswa
bebas dalam menuangkan ide-idenya
kontekstual.
tanpa ada ketakutan akan kesalahan dari
kontekstual, guru mengaitkan materi
apa yang dibuat. Dengan kata lain, PBM
yang diajarkan dengan situasi dunia
sangat menghargai keberagaman siswa.
nyata
Penggunaan
masalah-masalah
diberikan
masalah
Melalui
siswa.
yang masalah
Pendekatan
ini
akan
mendorong siswa membuat hubungan
kehidupan nyata dalam pembelajaran
antara
berbasis
dengan penerapannya dalam kehidupan
masalah
menjadikan
pengetahuan
pembelajaran tersebut lebih bermakna.
sehari-hari.
Ibrahim dan Nur (2000) menyampaikan
akan
bahwa pembelajaran berbasis masalah
termotivasi
merupakan
masalah-masalah
model
mengorganisasikan
belajar
Akibatnya
menjadi
lebih
dimiliki
pembelajaran hidup,
untuk
siswa
menyelesaikan
yang
dihadapinya.
di
Dengan demikian siswa akan lebih
sekitar pertanyaan dan masalah, melalui
mudah memahami konsep-konsep yang
pengajuan situasi kehidupan nyata yang
ada di dalamnya. Sebagai akibatnya,
otentik dan bermakna, yang mendorong
prestasi belajar matematika siswa dapat
siswa untuk melakukan penyelidikan
meningkat.
dan
inkuiri,
jawaban
pembelajaran
yang
yang
dengan sederhana,
menghindari
Dilihat
dari
aspek
filosofis
serta
tentang fungsi sekolah sebagai wahana
memungkinkan adanya berbagai macam
untuk mempersiapkan anak didik agar
solusi dari situasi tersebut.
dapat
hidup
pembelajaran
Artikel_gede benny kurniawan
di
masyarakat berbasis
maka
masalah
Page 4
merupakan model pembelajaran yang
diberikan dapat berupa replika atau
penting untuk diterapkan, karena pada
analogi dari jenis permasalahan yang
kenyataannya setiap manusia hidup
dihadapi orang dewasa dan mereka
akan selalu dihadapkan pada masalah,
yang dapat terlibat pada bidang tersebut.
baik dari masalah paling sederhana
Ada
sampai dengan masalah yang sangat
asesmen otentik dalam pembelajaran,
rumit. Melalui penerapan pembelajaran
yaitu:
berbasis
pengembangan kurikulum yang sedang
masalah
diharapkan
dapat
beberapa
alasan
(1)
sangat
berlaku
setiap
dapat
pengalaman nyata
yang
melakukan
berbagai
aktivitas
dihadapi. Berkaitan dengan konteks
pemecahan
masalah
melalui
perbaikan kualitas hasil pendidikan,
eksperimen,
demonstrasi,
maupun
pembelajaran
kegiatan lapangan, (3) memberikan
memecahkan
untuk
permasalahan
merupakan
berbasis salah
masalah
satu
model
kesempatan
ini,
mendukung
memberikan latihan dan kemampuan individu
saat
penggunaan
(2)
memberikan
bagi siswa dalam
kepada
siswa
untuk
pembelajaran yang dapat digunakan
menunjukkan berbagai kemampuannya,
untuk
baik dalam bentuk pengetahuan, kinerja,
memperbaiki
sistem
pembelajaran.
maupun sikapnya dalam pembelajaran
Asesmen otentik adalah asesmen
matematika, serta (4) berupaya untuk
yang meminta siswa untuk melakukan
memandirikan siswa dalam belajar,
tugas-tugas nyata yang mewakili atau
bekerja sama, serta menilai dirinya
menunjukkan aplikasi secara bermakna
sendiri (self evaluation).
atas pengetahuan dan keterampilan yang
Model pembelajaran dan cara
dimilikinya (Marhaeni, 2008). Wiggins
penilaian matematika yang diterapkan
(dalam Marhaeni, 2008) mengatakan
oleh
bahwa
merupakan salah satu faktor yang
asesmen otentik
merupakan
guru
di
kelas
masalah atau pertanyaan yang bermakna
menentukan
yang
siswa
Faktor lain dalam belajar matematika
menggunakan pengetahuannya dalam
adalah faktor dari dalam diri setiap
melakukan unjuk kerja secara efektif
siswa dalam hal ini adalah keterampilan
dan kreatif sehingga mereka terlibat
berpikir kritis. Menurut Paul dan Elder
dalam
(2007), berpikir kritis merupakan cara
mampu
membuat
pembelajaran.
Artikel_gede benny kurniawan
Tugas
yang
prestasi
sebenarnya
belajar
siswa.
Page 5
bagi seseorang untuk meningkatkan
Menurut Santyasa (2006), ciri-ciri orang
kualitas
yang memiliki kompetensi berpikir
dari
hasil
pemikiran
menggunakan teknik sistemasi cara
kritis
berpikir dan menghasilkan daya pikir
mengklasifikasi, terbuka, emosi stabil,
intelektual dalam ide-ide yang digagas.
segera
mengambil
Screven dan Paul (1987) memandang
ketika
situasi
bahwa berpikir kritis sebagai proses
menuntut, menghargai perasaan dan
disiplin cerdas secara aktif dan terampil
pendapat orang lain.
dari
penerapan,
menurut Hiebert (1998) merupakan cara
mengevaluasi
berpikir logis yang memfokuskan pada
konseptualisasi,
analisis,
sintesa,
dan
adalah
suka
langkah-langkah
membutuhkan,
Berpikir kritis
apa
dihasilkan
pengamatan,
dilakukan. Dengan demikian siswa yang
pengalaman, refleksi, penalaran, atau
memiliki keterampilan berpikir kritis
komunikasi, sebagai panduan untuk
tinggi cenderung mampu dan tertantang
keyakinan dan tindakan. Berpikir kritis
dalam menyelesaikan masalah-masalah
dapat digunakan sebagai sarana dalam
yang diberikan di awal pembelajaran,
memecahkan
masalah,
mengambil
sedangkan
keputusan,
mencari
jawaban,
memperkaya arti, memenuhi keinginan untuk mengetahui sesuatu (Johnson, 2002).
Keterampilan
berpikir
harus
suka
informasi yang diperoleh dari, atau oleh,
yang
cermat,
dipercayai
siswa
keterampilan
yang
berpikir
atau
memiliki
kritis
rendah
justru sebaliknya. Dalam pembelajaran berbasis
kritis
masalah
yang
dapat membantu manusia membuat
asesmen
otentik,
keputusan yang tepat berdasarkan usaha
mampu mengatasi permasalahan yang
yang cermat, sistematis, logis, dan
diberikan
mempertimbangkan
menguasai konsep-konsep matematika
berbagai
sudut
pandang. Siswa
dipadukan siswa
sebagai
dengan
diharapkan
proses
untuk
yang ada. Melalui PBM siswa diajak yang
memiliki
untuk menyelesaikan masalah yang
keterampilan berpikir kritis akan dapat
kontekstual.
bertindak secara normatif, siap bernalar
membuat hubungan antara pengetahuan
tentang sesuatu yang dilihat, dengar
yang dimiliki dengan penerapannya
atau pikirkan serta mampu memecahkan
dalam kehidupan
permasalahan
diskusinya
yang
Artikel_gede benny kurniawan
dihadapinya.
Siswa
didorong
sehari-hari.
kemudian
dibuat
untuk
Hasil dalam
Page 6
bentuk
laporan
sederhana
serta
uraian tersebut di atas, penulis tertarik
dipaparkan melalui kegiatan presentasi
untuk
yang merupakan salah satu bentuk
pembelajaran berbasis masalah dan
asesmen otentik. Asesmen otentik yang
asesmen
dipadukan dengan model pembelajaran
belajar
berbasis masalah ini ditujukan untuk
keterampilan berpikir kritis siswa.
meningkatkan aktivitas dan motivasi
mengetahui
otentik
pengaruh
terhadap
matematika
Tujuan
dari
model
prestasi
ditinjau
dari
penelitian
ini
siswa dalam mengikuti pembelajaran
adalah: (1) untuk mengetahui ada
serta memberikan kesempatan kepada
tidaknya perbedaan prestasi belajar
siswa untuk selalu menilai dirinya
antara
sendiri
sehingga
mengetahui
pembelajaran berbasis masalah dan
tingkat
penguasaan
materi mereka.
asesmen otentik dengan siswa yang
Dengan meningkatnya aktivitas dan
mengikuti model pembelajaran dan
motivasi
asesmen
siswa
pembelajaran
dapat
dalam serta
mengikuti
siswa
yang
konvensional,
mengikuti
(2)
untuk
diketahuinya
mengetahui adanya interaksi antara
hubungan antara matematika sekolah
model pembelajaran dan keterampilan
dengan dunia nyata mereka, siswa akan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar
lebih mudah memahami konsep-konsep
matematika, (3) untuk mengetahui ada
yang ada. Sebagai akibatnya, prestasi
tidaknya perbedaan prestasi belajar
belajar
antara
matematika
siswa
dapat
siswa
yang
mengikuti
meningkat. Akan tetapi penerapan PBM
pembelajaran berbasis masalah dan
dan asesmen otentik di kelas sangatlah
asesmen otentik dengan siswa yang
perlu
tingkat
mengikuti model pembelajaran dan
siswa,
asesmen konvensional pada siswa yang
karena tingkat keterampilan berpikir
memiliki keterampilan berpikir kritis
kritis ini mempengaruhi respon siswa
tinggi, dan (4) untuk mengetahui ada
terhadap model pembelajaran yang
tidaknya perbedaan prestasi belajar
diterapkan.
Siswa yang memiliki
antara
keterampilan
berpikir
tinggi
pembelajaran berbasis masalah dan
memiliki respon yang berbeda dengan
asesmen otentik dengan siswa yang
siswa
memperhatikan
keterampilan
berpikir
yang kritis
berpikir
kritis
kritis
siswa
yang
mengikuti
memiliki
keterampilan
mengikuti model pembelajaran dan
rendah.
Berdasarkan
asesmen konvensional pada siswa yang
Artikel_gede benny kurniawan
Page 7
memiliki keterampilan berpikir kritis
Untuk rancangan analisis data yang
rendah.
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial
22
dengan
METODE
keterampilan berpikir kritis sebagai
Penelitian ini dikategorikan sebagai
faktor pemilah (variabel moderator).
penelitian kuasi eksperimen. Rancangan
Pemilah dibagi atas dua tingkatan yaitu
eksperimen yang digunakan adalah
keterampilan berpikir kritis di atas rata-
Posttest Only Control Group Design.
rata (27% dari atas) dan di bawah rata-
Dalam rancangan ini subyek yang
rata (27% dari bawah) setelah data
diambil dari populasi dikelompokkan
diurutkan dari yang paling besar ke
menjadi dua kelompok yaitu kelompok
paling kecil. Sebanyak 27% siswa yang
eksperimen
memiliki keterampilan berpikir kritis
dan
kelompok
kontrol
secara acak (Arikunto, 2002a). Populasi
tertinggi untuk
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
kelompok siswa dengan keterampilan
X program studi keahlian akuntansi di
berpikir
SMK
tahun
sebanyak 27% siswa yang memiliki
pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 4
keterampilan berpikir kritis terendah
kelas. Dari uji kesetaraan, didapatkan
untuk selanjutnya disebut kelompok
bahwa
tersebut
siswa dengan keterampilan berpikir
dinyatakan setara. Selanjutnya secara
kritis rendah. Pengambilan masing-
random dipilih dua kelas yaitu kelas X
masing
akuntansi A dan X akuntansi D sebagai
kelompok
kelas
anjuran Guilford (Candiasa, 2002).
Negeri
1
Singaraja,
keempat
kelas
eksperimen
dibelajarkan
yang
dengan
akan model
selanjutnya
kritis
27%
Dalam
tinggi,
sedangkan
kelompok
bawah
atas
didasarkan
pelaksanaan
disebut
dan pada
penelitian,
pembelajaran berbasis masalah dan
pemisahan
asesmen otentik, sedangkan dua kelas
berpikir kritis bersifat semu artinya
yang lain yaitu kelas X akuntansi B dan
dalam kegiatan eksperimen, siswa tidak
X akuntansi C sebagai kelas kontrol
dipisahkan secara nyata antara yang
yang
memiliki keterampilan berpikir kritis
dibelajarkan dengan model
pembelajaran
dan
konvensional.
asesmen
tingkat
keterampilan
tinggi dan keterampilan berpikir kritis rendah. Karena kelas eksperimen dan kelas konrol memiliki jumlah siswa
Artikel_gede benny kurniawan
Page 8
yang sama, maka dapat ditentukan
prestasi belajar
banyaknya
termasuk
diperoleh melalui tes prestasi belajar
kelompok atas dan kelompok bawah di
yang terdiri dari 25 soal objektif yang
masing-masing kelas yaitu masing-
diperluas. Kedua tes yang digunakan
masing terdiri dari 22 orang siswa.
tersebut telah melalui uji validitas dan
Data
reliabilitas.
siswa
yang
yang
dikumpulkan
dalam
matematika siswa
penelitian ini yaitu data mengenai keterampilan berpikir kritis dan prestasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
belajar matematika siswa, baik pada
Sesuai dengan hasil tes keterampilan
kelompok siswa yang mengikuti model
berpikir kritis, diperoleh data siswa
pembelajaran berbasis masalah dan
yang termasuk ke dalam kelompok
asesmen
siswa
otentik
maupun
pada
yang
memiliki
keterampilan
kelompok siswa yang mengikuti model
berpikir kritis tinggi dan kelompok
pembelajaran
dan
asesmen
siswa yang berpikir kritis rendah, baik
konvensional.
Data
mengenai
yang berada pada kelas eksperimen
keterampilan diperoleh
berpikir
melalui
kritis
tes
siswa
maupun kelas kontrol. Data prestasi
keterampilan
belajar
berpikir kritis yang terdiri dari 25 soal
kelompok
siswa
tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut.
objektif. Sedangkan data mengenai
Tabel 01: Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Sampel
A1
A2
B1
B2
A1B1
A1B2
A2 B1
A2 B2
Rata-rata
71,95
66,59
69,98
68,57
75,64
68,27
64,32
68,86
Median
71,00
67,00
70,50
67,50
76,00
68,00
64,50
67,50
Modus
67,00
67,00
67,00
69,00
76,00
69,00
62,00
65,00
Varians
46,84
44,06
64,07
40,53
33,39
34,11
30,70
48,69
SD
6,84
6,64
8,00
6,37
5,78
5,84
5,54
6,98
Maks
86,00
79,00
86,00
84,00
86,00
84,00
73,00
79,00
Min
56,00
55,00
55,00
56,00
64,00
56,00
55,00
57,00
Statistik
Artikel_gede benny kurniawan
Page 9
Keterangan: : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model A1 pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model A2 pembelajaran dan asesmen konvensional : Kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi B1
B2 A1B1
:
Kelompok siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah
:
A1B2
:
A2 B1
:
Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dan memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dan asesmen otentik dan memiliki keterampilan berpikir kritis rendah Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran dan asesmen konvensional dan memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran dan asesmen konvensional dan memiliki keterampilan berpikir kritis rendah
A2 B2 :
Berdasarkan
hasil
uji
Selanjutnya
bila terdapat
normalitas dan uji homogenitas varians
antara
dapat disimpulkan bahwa data dari
keterampilan
semua kelompok berasal dari populasi
pengaruhnya terhadap prestasi belajar
yang
matematika maka dilakukan uji lanjut
berdistribusi
normal
dan
model
interaksi
pembelajaran
berpikir
kritis dalam
mempunyai varians yang homogen.
dengan
Oleh karena itu, uji hipotesis dengan
Rangkuman hasil analisis ANAVA dua
ANAVA dapat dilakukan.Uji hipotesis
jalur dapat dilihat pada tabel 02
dalam penelitian ini dilakukan dengan
berikut.
menggunakan
ANAVA
Artikel_gede benny kurniawan
dua
menggunakan
dan
uji
Tukey.
jalur.
Page 10
Tabel 02: Rangkuman Hasil ANAVA dua jalur Sumber Varian
Jumlah Kuadrat
Derajat kebebasan
Rata-rata Jumlah Kuadrat
Fhitung
Ftabel
Keterangan
A B AB Dalam Total
632,9091 43,6818 780,0455 3084,818 4541,455
1 1 1 84 87
632,9091 43,6818 780,0455 36,7240 -
17,2342 1,1894 21,2407 -
3,96 3,96 3,96
Signifikan Non Signifikan Signifikan
Tujuan pertama penelitian ini adalah
untuk
hipotesis
Ftabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
pertama dengan rincian H0 : A1 = A2
Ini berarti bahwa terdapat interaksi
dan H1 : A1 ≠
antara
perhitungan ditunjukkan
menguji
taraf signifikansi 5%. Karena Fhitung >
A2. Dari hasil
ANAVA bahwa
dua
jalur
nilai Fhitung =
model
pembelajaran
dan
keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar matematika siswa.
17,2342 dan nilai Ftabel = 3,96 pada
Tujuan ketiga penelitian ini
taraf signifikansi 5%. Karena Fhitung >
adalah untuk menguji hipotesis ketiga
Ftabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
dengan rincian H0 : A1B1 = A2B1
Ini
perbedaan
dan H1 : A1B1 ≠ A2B1. Dari hasil
prestasi belajar
matematika antara
perhitungan uji Tukey diperoleh Qhitung
siswa
mengikuti
model
sebesar 8,7602, sedangkan harga Qtabel
pembelajaran berbasis masalah dan
sebesar 2,83. Jadi Qhitung > Qtabel.
asesmen otentik dengan siswa yang
Berdasarkan hasil tersebut, maka H0
mengikuti pembelajaran dan asesmen
ditolak dan H1 diterima. Ini berarti
konvensional.
bahwa terdapat perbedaan prestasi
berarti bahwa
yang
ada
Tujuan kedua penelitian ini
belajar antara siswa yang mengikuti
adalah untuk menguji hipotesis kedua
pembelajaran berbasis masalah dan
dengan rincian H0 : INT A B = 0 dan
asesmen otentik dengan siswa yang
H1 : INT A B ≠ 0. Dari hasil
mengikuti model pembelajaran dan
perhitungan
jalur
asesmen konvensional pada siswa yang
ditunjukkan bahwa nilai Fhitung =
memiliki keterampilan berpikir kritis
21,2407 dan nilai Ftabel = 3,96 pada
tinggi.
ANAVA
Artikel_gede benny kurniawan
dua
Page 11
Tujuan keempat penelitian ini adalah
untuk
menguji
hipotesis
apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan
keempat dengan rincian H0 : A1B2 =
berkesempatan
A2 B2 dan H1 : A1 B2 ≠ A2 B2. Dari
sendiri (Jacobsen, Eggen, Kauchak,
hasil perhitungan uji Tukey diperoleh
2009). Guru dapat membantu pebelajar
Qhitung sebesar 0,6468, sedangkan harga
dengan
Qtabel sebesar 2,83 Jadi Qhitung < Qtabel.
menjadi sangat bermakna dan sangat
Berdasarkan hasil tersebut, maka H0
relevan
diterima dan H1 ditolak. ini berarti
memberikan kesempatan kepada siswa
bahwa tidak ada perbedaan prestasi
untuk menemukan atau menerapkan
belajar antara siswa yang mengikuti
ide-ide. Keadaan ini dapat dimisalkan
pembelajaran berbasis masalah dan
dengan guru menyediakan tangga yang
asesmen otentik dengan siswa yang
dapat membantu siswa untuk mencapai
mengikuti model pembelajaran dan
prestasi belajar yang lebih tinggi,
asesmen konvensional pada siswa yang
namun harus diupayakan agar siswa
memiliki keterampilan berpikir kritis
sendiri yang memanjat tangga itu.
cara
untuk
membuat
bagi
informasi
siswa,
Implementasi
rendah.
menemukan
dengan
pembelajaran
model
berbasis masalah di kelas dimulai
pembelajaran berbasis masalah adalah
dengan penyampaian masalah kepada
konstruktivisme
menyatakan
siswa. Masalah yang diberikan kepada
membangun
siswa
Dasar
bahwa
filosofi
yang
pebelajar
adalah
masalah
yang
pengetahuan dalam benaknya sendiri.
kontekstual, yaitu masalah yang aktual
Berdasarkan
bahwa
yang ada di sekitar lingkungannya dan
pengetahuan fisik dan pengetahuan
relevan dengan materi yang diharapkan
logika-matematika
dapat
dapat dikuasai oleh siswa. Masalah
dipindahkan secara utuh. Setiap siswa
yang disajikan di awal pembelajaran
harus
merupakan
hal
tersebut
tidak
sendiri
membangun
stimulus
pembelajaran.
pengetahuannya. Di samping secara
Ketika siswa menghadapi masalah
teoretik model pembelajaran berbasis
yang
masalah
meletakkan
mereka
filosofis
pendidikan
dasar
pada
berkaitan
dengan
sehari-hari,
kehidupan
timbul
rasa
Dewey,
tanggung jawab untuk menyelesaikan
dimana siswa akan belajar dengan baik
permasalahan tersebut, sehingga pada
John
Artikel_gede benny kurniawan
Page 12
diri siswa muncul kesadaran untuk
berakibat pada meningkatnya tanggung
menggali informasi yang relevan untuk
jawab siswa terhadap proses dan
menyelesaikan
pencapaian
sedang yang
permasalahan
dihadapi. sedikit
yang
Masalah-masalah
banyak
berhubungan
tujuan
belajarnya.
Ini
sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Salvia dan Ysseldike (1996)
dengan bidang keahlian siswa mampu
bahwa
membuat siswa lebih tertantang untuk
merupakan cara untuk menumbuhkan
menyelesaikan
rasa kepemilikan (ownership), yaitu
permasalahan-
permasalahan tersebut. Asesmen
refleksi
dan
evaluasi
diri
timbul suatu pemahaman bahwa apa yang
yang dilakukan dan dihasilkan peserta
dilakukan oleh guru juga memberikan
didik tersebut memang merupakan hal
banyak kontribusi dalam meningkatkan
yang
prestasi belajar siswa. Melalui asesmen
kehidupannya.
kinerja
otentik
yang
dilakukan
dalam
berguna
bagi
diri
dan
Berdasarkan uraian tersebut,
pembelajaran, siswa merasa bahwa
dapat
tugas-tugas
pembelajaran berbasis masalah dan
yang
mereka kerjakan
diyakini
bahwa
benar-benar bermakna dan mereka
asesmen
langsung
tingkat
dibandingkan
dengan
suatu
pembelajaran
dan
asesmen
disebabkan
konvensional
dalam
pencapaian
mengetahui
pengetahuannya permasalahan.
terhadap Hal
ini
otentik
model
karena dalam asesmen kinerja ada tiga
prestasi belajar
komponen
lebih
unggul model
matematika siswa,
utama
yang
harus
sehingga model pembelajaran berbasis
yaitu
tugas
kinerja
masalah dan asesmen otentik ini
diperhatikan
(performance task), rubrik performansi
diharapkan
(performance
alternatif pembelajaran dalam upaya
rubrics),
dan
cara
penilaian (scoring guide). Kemudian
dapat
menjadi
suatu
peningkatan prestasi belajar siswa.
melalui evaluasi diri yang dilakukan
Keterampilan
berpikir
kritis
pada setiap akhir pembelajaran, siswa
yaitu kemampuan untuk menganalisa
dapat
fakta,
melihat
kekurangannya, kekurangan
ini
kelebihan untuk
maupun
selanjutnya
menjadi
tujuan
perbaikan (improvement goal). Hal ini
Artikel_gede benny kurniawan
mengorganisasi
ide-ide,
mempertahankan pendapat, membuat perbandingan,
membuat
suatu
kesimpulan,
mempertimbangkan
Page 13
argumen, dan memecahkan masalah.
diterapkan
Mereka yang berpikir secara kritis
berbasis masalah dan asesmen otentik.
memiliki pemaknaan gagasan dengan lebih
baik,
beragam
tetap terbuka tentang
pendekatan
dan
sudut
model
pembelajaran
Siswa yang memiliki tingkat keterampilan berpikir kritis rendah cenderung kurang termotivasi dan
pandang dan menentukan untuk diri
kurang
mereka
percaya
diri
dalam
sendiri
apa
yang
harus
menyelesaikan
atau
apa
yang
harus
dibebankan kepadanya. Hal tersebut
dilakukan. Berdasarkan hal tersebut,
menyebabkan siswa sulit menentukan
maka siswa yang memiliki tingkat
arah kegiatan belajar, karena itu dalam
keterampilan
tinggi
kegiatan
model
mempertahankan kebiasaan yang sudah
dipercaya
berpikir
cenderung
kritis
menyukai
pembelajaran tantangan
yang
bagi
memberikan
belajarnya
dan
kurang
lebih
tertarik
yang
suka
kepada
Dalam
pembaruan. Indikasi lain yaitu siswa
pembelajaran
yang memiliki keterampilan berpikir
berbasis masalah dan asesmen otentik,
kritis rendah kurang aktif dalam proses
siswa disajikan beberapa permasalahan
pembelajaran,
di awal pembelajaran. Hal tersebut
bergantung pada orang lain dalam
memberikan
menyelesaikan
penerapan
mereka.
ada
tugas-tugas
model
peluang
Karakteristik-
terutama siswa yang memiliki tingkat
karakteristik tersebut
membutuhkan
keterampilan berpikir kritis tinggi,
peran guru yang lebih banyak untuk
untuk
mengarahkan materi pelajaran selama
mencoba
kemampuannya
siswa,
cenderung
tugas.
fakta,
bagi
dan
menggunakan
dalam
menganalisa
mengorganisasi
ide-ide,
proses
pembelajaran
Pembelajaran
berlangsung.
yang
mempertahankan pendapat, membuat
mementingkan
perbandingan,
membuat
proses pembelajaran adalah model
kesimpulan,
mempertimbangkan
suatu
pembelajaran
peran
lebih
guru
konvensional,
dalam
karena
argumen, dan memecahkan masalah.
siswa yang mempunyai keterampilan
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
berpikir
dikatakan bahwa siswa yang memiliki
bimbingan
tingkat keterampilan berpikir kritis
prestasi belajar
tinggi
optimal. Peran guru yang aktif bagi
lebih
baik
jika
Artikel_gede benny kurniawan
padanya
kritis guru
rendah dapat siswa
melalui mencapai
yang lebih
Page 14
siswa yang memiliki keterampilan
yang mengikuti pembelajaran berbasis
berpikir
masalah dan asesmen otentik dengan
kritis
rendah
mutlak
diperlukan.
siswa
Berdasarkan
di
mengikuti
pembelajaran
dapat dilihat adanya kesesuaian antara
konvensional.
ciri siswa yang memiliki keterampilan
dengan model pembelajaran berbasis
berpikir kritis tinggi dengan kondisi
masalah
yang diperlukan dalam pembelajaran
menunjukkan prestasi belajar yang
berbasis masalah dan asesmen otentik
lebih
yaitu menyukai tantangan, memiliki
siswa yang belajar dengan model
keinginan
yang
pembelajaran
menganalisa
suatu
kuat
untuk
fakta
sehingga
memecahkan
suatu
dan
model
atas
mampu
uraian
yang
Siswa
dan
tinggi
asesmen yang
belajar
asesmen
otentik
dibandingkan
dan
dengan
asesmen
konvensional. Kedua, terdapat interaksi antara
model
pembelajaran
dan
permasalahan. Demikian pula siswa
keterampilan berpikir kritis terhadap
yang memiliki keterampilan berpikir
prestasi belajar matematika. Ketiga,
kritis rendah dengan ciri cenderung
terdapat perbedaan prestasi belajar
kurang aktif, kondisi ini membutuhkan
antara kelompok siswa yang mengikuti
keaktifan
mengajar,
model pembelajaran berbasis masalah
sehingga kegiatan belajar mengajar
dan asesmen otentik dengan kelompok
tetap dapat berjalan dengan baik.
siswa
Penelitian ini membuktikan bahwa
pembelajaran
suatu
guru
model
dalam
yang
mengikuti dan
asesmen
pembelajaran
dalam
konvensional
prestasi
belajar
memiliki keterampilan berpikir kritis
berkaitan dengan karakteristik siswa
tinggi. Kelompok siswa yang memiliki
yaitu keterampilan berpikir kritis.
keterampilan
meningkatkan
pada
model
berpikir
siswa
yang
kritis
tinggi
memiliki prestasi belajar yang lebih baik jika dibelajarkan dengan model
PENUTUP Berdasarkan
hasil-hasil
pembelajaran berbasis masalah dan
pengujian hipotesis dan pembahasan
asesmen otentik dibandingkan dengan
dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
model
sebagai berikut. Pertama, terdapat
konvensional. Keempat, tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar antara siswa
perbedaan
Artikel_gede benny kurniawan
pembelajaran
prestasi
dan
belajar
asesmen
antara
Page 15
kelompok siswa yang mengikuti model
prestasi
pembelajaran berbasis masalah dan
dalam memilih model pembelajaran
asesmen otentik dengan kelompok
hendaknya
siswa
model
mempertimbangkan keadaan peserta
asesmen
didik, khususnya tingkat keterampilan
yang
berpikir kritisnya. Penerapan model
memiliki keterampilan berpikir kritis
pembelajaran berbasis masalah dan
rendah.
asesmen otentik akan memperoleh
yang
mengikuti
pembelajaran
dan
konvensional
pada
siswa
belajar
matematika
maka
senantiasa
Adapun saran-saran yang dapat
hasil yang optimal jika peserta didik
disampaikan adalah sebagai berikut.
yang dihadapi kecenderungan memiliki
Pertama, Bagi praktisi pendidikan,
keterampilan berpikir kritis tinggi. Jika
perlu adanya penelitian lebih lanjut
dalam suatu kelas ditemukan beberapa
menyangkut
pembelajaran
siswa tidak memiliki keterampilan
berbasis masalah dan asesmen otentik.
berpikir kritis yang memadai maka
Dalam hal ini tidak hanya pada standar
diperlukan adanya pra kondisi terhadap
kompetensi
keterampilan
yang
model
memecahkan
berkaitan
masalah
dengan
fungsi,
sebelum
berpikir
model
kritisnya
pembelajaran
ini
persamaan fungsi linear dan fungsi
diterapkan. Pra kondisi bisa dilakukan
kuadrat saja tetapi juga pada materi
dengan cara memberikan masalah-
yang lain. Selain itu, sampel penelitian
masalah
diharapkan
keterampilan
tingkat
lebih
yang
besar
dan pada
beragam,
yang
dapat
berpikir
kritis
melatih siswa
sehingga
tersebut. Ketiga, Asesmen otentik yang
temuan dalam penelitian ini mendapat
diterapkan dalam penelitian ini hanya
lebih banyak kajian sebagai bahan
terbatas pada dua bentuk asesmen yaitu
pertimbangan.
asesmen kinerja dan evaluasi diri.
Dengan
demikian
ketepatan dalam penerapan
model
Kedua jenis asesmen tersebut diambil
pembelajaran berbasis masalah dan
dengan asumsi bahwa keduanya sesuai
asesmen
otentik
ini
dapat
dengan karakteristik siswa SMK yang
Bagi
guru,
berharap mendapatkan bekal yang
dengan ditemukan adanya interaksi
cukup sebelum mereka terjun di dunia
antara
dan
kerja. Untuk itu perlu kiranya dikaji
keterampilan berpikir kritis terhadap
penggunaan bentuk asesmen lainnya
dioptimalkan.
model
Kedua,
pembelajaran
Artikel_gede benny kurniawan
Page 16
dalam
pembelajaran
pada
satuan
pendidikan yang berbeda. Penggunaan bentuk asesmen sebaiknya disesuaikan dengan
karakteristik
dihadapi,
sehingga
diharapkan Asesmen
siswa
yang
hasil
yang
maksimal. otentik
yang
Keempat, diterapkan
dalam penelitian ini hanya sebatas untuk
meningkatkan
aktivitas,
motivasi, dan sikap siswa terhadap
dalam Rangka Implementasi Sekolah Kategori Mandiri (SKM). Makalah. Disajikan dalam Pelatihan Peningkatan Kinerja Guru SMA 1 Kediri Tabanan, dalam Rangka Implementasi SKM; tanggal 30 Desember 2008 Paul, R & Elder, L. 2007. Critical Thingking Concepts and Tool. Tersedia pada: http://www. criticalthingking.org/files/SAMCrtclCrtvThnkg.pdf. diakses pada tanggal 11 Desember 2011
kegiatan-kegiatan yang relevan dalam kelas.
Hasil-hasil
penilaian
yang
diperoleh siswa tidak diintegrasikan dengan hasil tes prestasi belajar siswa bersangkutan. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan hasil asesmen
otentik
ini
sehingga
berpengaruh langsung terhadap skor prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002a. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Dryden, G. 2002. Revolusi Cara Belajar. Cet. Ke-3. Bandung : Kaifa. Ibrahim, M. dan Mohamad N. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana UNESA: University Press Marheni, AAIN. 2008. Pembelajaran Berbasis Asesmen Otentik Artikel_gede benny kurniawan
Scriven, M. & Paul, R. 1987. Critical Thingking as Defined by the National Council for Excellence in Critical Thingking. Presented at the 8th Annual International Conference on Critical Thingking and Education Reform Santyasa, I. W. 2006. Pengakomodasian Perubahan Paradigma Peserta Didik dalam Pembelajaran. Orasi Pengenalan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Disiplin Ilmu Pendidikan Fisika pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Senin 28 Agustus 2006. Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s here to stay. United States of America: Corwin Press, INC Jacobsen, D.A., Eggen, P., & Kauchak, D. 2009. Methods for Teaching:
Page 17
Promoting Students Learning in K-12 Classrooms: Person education, Inc: Allyn & Bacon
Artikel_gede benny kurniawan
Candiasa, I M. 2002. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Kognitif terhadap Kemampuan Memprogramkan Komputer. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
Page 18