e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING TERHADAP KEMAMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD Ni Putu Ayuk Pitria Damayanti1, Kt. Pudjawan2, Md. Suarjana3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode brainstorming terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana. Sampel penelitian terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol, dipilih dengan teknik Random Sampling. Desain penelitian yang digunakan non equivalent pos-test only control group. Data dikumpulkan dengan metode tes kemampuan berpikir kritis bebentuk tes uraian. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh: (1) kemampuan berpikir kritis IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan metode brainstorming menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung baik dengan mean 36,07; (2) kemampuan berpikir kritis IPA pada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung baik dengan mean 30,68; (3) berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil yaitu terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan dengan metode brainstorming dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, diketahui thitung > ttabel (3,23 > 1,992). Dengan demikian, penerapan metode pembelajaran brainstorming berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana. Kata-kata kunci: brainstorming, pembelajaran konvensional, kemampuan berpikir kritis Abstract This research aimed to knowing the application of brainstorming method to student’s critical thinking skills. The research is a quasi-experiment. The populations in this research were all the fifth grade elementary school students of group IV Pendem District of Jembrana. The research sample consisted of one experimental class and one class of control, chosen by random sampling technique. The research design used non equivalent post-test only control group. Data collected by the test of critical thinking skills. The data were processed using the t test. The analysis data showed: (1) the ability of critical thinking science with brainstorming method showed that the majority score is good with mean score of 36.07; (2) the ability of critical thinking science students that learned with conventional learning showed that the majority score is good with mean score of 30,68; (3) based on the results of hypothesis testing that has been done by using t-test showed that there are significant differences between student’s critical thinking skills that learned with the method of brainstorming with the students that learned conventional learning, thitung > ttabel (3,23 > 1,992). Thus, the application of brainstorming learning methods affected the ability
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
of student’s critical thinking skills in fifth grade elementary school students of group IV Pendem District of Jembrana. Keywords: brainstorming, conventional learning, critical thinking skills
PENDAHULUAN Perubahan zaman yang dilalui dengan persaingan yang ketat menuntut manusia untuk mempunyai kesiapan yang tinggi. Pendidikan dipandang sangat penting untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik sehingga nantinya apapun yang dihadapi dapat dilaksanakan tanpa adanya keraguan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk dikembangkannya kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga dalam prosesnya haruslah dilakukan perubahan. Masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan baik jika dalam proses belajar mengajar siswa aktif dalam usaha meningkatkan pengalaman belajarnya. Selain itu, jika siswa menunjukkan perubahan yang positif serta menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi maka proses pembelajaran juga dapat dikatakan baik. Untuk memperoleh kualitas proses pembelajaran yang baik, salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki pola pembelajaran dan menggunakan metode yang nantinya membuat anak ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat memberikan hasil yang baik, efisien, dan efektif, oleh karena itu guru dituntut untuk dapat menggunakan metode pembelajaran yang
dapat merangsang aktifitas dan minat peserta didik dalam belajar serta sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997), metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok, agar pelajaran itu mudah dipahami oleh siswa dengan baik. Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, maka guru perlu menarik minat dan motivasi siswa terlebih dahulu dengan pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan. Oleh karena itu, untuk menarik minat dan motivasi siswa guru harus menggunakan model atau metode pembelajaran yang menarik sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar (SD), siswa diharapkan dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran, sehingga mampu memahami konsep yang diajarkan. Hendaknya kegiatan pembelajaran di SD mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran yang mampu menciptakan kedekatan siswa dengan materi yang sedang dipelajari, misalnya kegiatan yang dikaitkan dengan gejala alam dalam kehidupan sehari-hari dan memacu semangat siswa untuk belajar. Namun melihat kenyataan yang ada di lapangan, sepertinya keadaan tersebut masih jauh dari harapan. Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan pada tanggal 18-19 Januari 2016, diperoleh data bahwa nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA siswa kelas V SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana adalah 75. Dari keseluruhan siswa hanya 60% yang tuntas dan 40% yang belum tuntas. Hal tersebut menunjukkan beberapa siswa saja yang mampu memperoleh nilai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang maksimal.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 18-19 Januari 2016, terdapat beberapa permasalahan yang diindentifikasi sebagai penyebab rendahnya nilai rata-rata UTS IPA yang diperoleh siswa di SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana, yaitu (1) guru masih menggunakan metode yang kurang berinovasi dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dan pembelajaran menjadi kurang menarik, (2) siswa cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah dan menganggap bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit, dan (3) kurang efektifnya interaksi pembelajaran, pembelajaran berlangsung hanya satu arah dan kurang melibatkan siswa. Hal ini membuat siswa kurang memahami materi pelajaran, sehingga berdampak pada nilai rata-rata UTS IPA yang rendah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan pembaruan dalam sistem pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas tersebut. Salah satu potensi manusia yang dapat berperan dalam menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan istilah yang digunakan untuk suatu aktifitas reflektif untuk mencapai tujuan yang memuat keyakinan dan perilaku yang rasional. Perlunya berpikir kritis guna menciptakan pemikiranpemikiran baru serta ide-ide baru dan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Dengan berpikir kritis seseorang dapat mengambil keputusan dari suatu permasalahan. Untuk itu diperlukannya metode yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan pemikiran kritis siswa. Salah satu metode yang sesuai dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa adalah metode pembelajaran brainstorming, karena metode ini dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar, tidak membosankan, dan dapat mengembangkan berpikir kritis siswa. Menurut Rachmawati dan Daryanto (2015:168) “metode brainstorming atau curah pendapat yaitu cara untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan”. Senada dengan pendapat
di atas, Asih (dalam Tegeh, dkk. 2013:93) brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, Brainstorming adalah cara untuk menghasilkan gagasan atau pendapat guna untuk memecahkan suatu permasalahan. Proses pembelajaran dengan metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu memberikan kemandirian serta pengarahan diri, memiliki keterbukaan dan keutuhan diri dalam memilih alternatif tindakan terbaik, menyampaikan pendapat dalam memecahkan suatu masalah serta mampu menghargai pendapat orang lain. Mengingat pentingnya mengimplementasikan metode pembelajaran curah pendapat guna kemajuan dalam proses pembelajaran dan melatih agar siswa dapat lebih kritis dalam memecahkan suatu masalah, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Brainstorming Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Mata Pelajaran IPA Kelas V Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana Tahun Ajaran 2015/2016”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran brainstorming dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena penelitian ini tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat karena keterbatasan waktu. Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent pos-test only control group. Dalam non equivalent pos-test only control 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 group terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai kelas eskperimen dan kelas
kontrol. Desain eksperimen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Perlakuan Post-Test E X O1 K O2 Gall, et al (dalam Agung, 2014:163) Keterangan: E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol X : Treatment (metode brainstorming) Q1 : Post-test untuk kelas eksperimen Q2 : Post-test untuk kelas kontrol Populasi adalah “keseluruhan objek dalam suatu penelitian” (Agung, 2014:69). Senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Sugiyono (2008:117), populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di
atas dapat disimpulkan populasi merupakan totalitas objek yang diteliti yang terdapat pada subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana yang terdiri atas enam sekolah dengan jumlah populasi 196 siswa. Banyaknya populasi dan sebarannya dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Anggota Populasi Penelitian
No
Nama Sekolah
Jumlah Siswa
1
SDN 1 Pendem
38
2
SDN 2 Pendem
35
3
SDN 3 Pendem
39
4
SDN 4 Pendem
39
5
SDN 5 Pendem
12
6
SDN 6 Pendem
33
Jumlah
196
Pada penelitian ini tidak semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling atau sampling acak. Untuk lebih meyakinkan bahwa kelas benar-benar dalam keadaan setara maka keenam kelas tersebut diuji kesetaraan dengan menggunakan uji ANAVA A. Kriteria pengujian: jika fhitung < ftabel pada
taraf signifikansi 5%, maka keenam kelas dinyatakan setara. Setelah keenam kelas tersebut diuji setara, ternyata kenam kelas memang sudah dalam keadaan setara. Dari enam kelas yang sudah setara kemampuan akademisnya selanjutnya dipilah lagi secara random menjadi dua kelompok, yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Setelah dilakukan random didapat kelas V SDN 1 Pendem menjadi kelas 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 eksperimen dan kelas V SDN 4 Pendem kelas kontrol. Distribusi Sampel Penelitian
dapat disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Sampel Penelitian No Kelas Jumlah Kelompok . Sampel Siswa 1 Kelas V Eksperime 38 SDN 1 n Orang Pendem 2 Kelas V 39 SDN 4 Kontrol Orang Pendem Jumlah 77 Orang Menurut Agung (2014:40), “variabel adalah segala suatu gejala berupa konsep yang akan menjadi titik fokus penelitian”. Pendapat senada juga disampaikan oleh Sugiyono (dalam Agung, 2014:40) yang menyatakan bahwa “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian merupakan gejala berupa konsep yang akan menjadi titik fokus penelitian dan dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. “Variabel bebas adalah variabel yang menyebakan atau mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati” Tuckman (dalam Setyosari, 2010:128). Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel bebas adalah metode pembelajaran Brainstorming, sedangkan “Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti” (Setyosari, 2010:129). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis. Metode pengumpulan data akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan data-data yang dihasilkan dengan menggunakan teknik yang berbeda, berikut disajikan dalam bentuk tes dan non tes. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode tes. Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Pemberian post-test merupakan teknik pengumpulan data tentang kemampuan berpikir kritis siswa kelas V di SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA yang berupa tes uraian dengan instrumen yang berjumlah 15 butir soal. Syarat-syarat tes yang baik paling sedikit memiliki: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Untuk tes kemampuan berpikir kritis koefisien validitas isi sebesar 1,00, ini menunjukkan bahwa tes kemampuan berpikir kritis memiliki validitas isi yang tinggi. Oleh karena semua instrumen penelitian dikatakan valid dari segi validitas isi maka instrumen ini sudah boleh untuk diujicobakan. Tes tersebut diujicobakan di kelas VI SD Negeri 1 dan 4 Pendem. Dari hasil ujicoba 10 data yang valid dan 5 yang gugur.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang datanya dianalisis dengan menghitung nilai mean, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum dan skor minimum. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (Polled Varians). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus
berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen. Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukan uji normalitas, dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 36,07 30,68 Median 37 29,5 Modus 40 29 Varians 35,69 27,57 Standar Deviasi 5,97 5,25 Skor Minimal 22 22 Skor Maksimal 45 44 Berdasarkan data pada tabel di atas, data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok
eksperimen disajikan dalam bentuk grafik polygon, seperti gambar 1 berikut ini.
Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor
yang berada di atas rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata. Sedangkan data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol disajikan pada gambar 2 berikut ini.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata. Data hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 4, setelah dikonversikan pada skala PAP diperoleh rata-rata nilai
kemampuan berpikir kritis IPA pada kelompok eksperimen dan kontrol berada pada katagori baik. Analisis uji prasyarat sebaran data meliputi uji normalitas terhadap data tes kemampuan berpikir kritis IPA. Uji normalitas data kemampuan berpikir kritis IPA dianalisis dengan uji KolmogorovSmirnov dengan kriteria KolmogorovSmirnov > 0,05 maka berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji kolmogorov smirnov yang perhitungannya menggunakan bantuan SPSS 17 for Windows, disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Uji Normalitas Data Kolmog Signifi Ketera orovkansi ngan Smirnov Eksperi 0,779 0,579 Normal men Kontrol 1,118 0,164 Normal Berdasarkan tabel 5, diperoleh data hasil kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen adalah 0,779 dan data hasil kemampuan berpikir kritis IPA kelompok kontrol adalah 1,118, terlihat bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data data kemampuan berpikir kritis IPA pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasayarat yang kedua yaitu uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians data hasil kemampuan berpikir kritis
IPA dianalisis dengan uji Levene Statistic Nilai yang dilihat terdapat pada based on mean. Dalam menguji homogenitas varians antar kelompok digunakan bantuan program SPSS versi 17 for windows. Kriteria uji yang digunakan adalah data memiliki varian yang sama (homogen), jika angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji Levene Statistic dengan bantuan program SPSS versi 17 for windows, disajikan pada tabel 6.
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tabel 6. Uji Homogenitas Levene df df Signifi Statistic 1 2 kansi on 0,125 1 75 0,75
Based Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
0,253
1
75
0,617
0,253
1
73, 24 2
0,617
0,159
1
75
0,691
Berdasarkan tabel 6, diperoleh based on mean adalah 0,75, terlihat bahwa signifikansi based on mean lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan varian data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Ringkasan hasil pengujian hipotesis penelitian disajikan pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis Db Keterangan ttabel thitung 1,992
3,23
75
Berdasarkan tabel 7, hasil perhitungan uji–t di atas, diperoleh t hitung sebesar 3,23. Sedangkan ttabel dengan db = 38 + 39 – 2 = 75 dan taraf signifikansi adalah 5% diperoleh ttabel 1,992. Hal ini berarti, t hitung lebih besar dari t tabel
H1 Diterima
berarti, X eksperimen lebih besar dari X kontrol ( X eksperimen > X kontrol). Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Brainstorming berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana.
( t hitung t tabel ), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan menggunakan metode pembelajaran Brainstorming dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran Brainstorming terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA, dapat dilihat dari rata–rata antara kedua kelompok sampel. Dari rata–rata ( X ) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 36,07 dan X kelompok kontrol adalah 30,68. Hal ini
Pembahasan Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran brainstorming lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada perolehan rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil uji-t. Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis yang diperoleh kelompok eksperimen adalah 36,07 dan berada pada kategori baik. Sedangkan ratarata hasil tes kemampuan berpikir kritis yang diperoleh kelompok kontrol adalah 30,68 dan berada pada kategori baik. 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Hasil analisis uji-t diketahui nilai thitung = 3,23 dan ttabel dengan sebesar 1,992. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui thitung lebih besar daripada ttabel (thitung > ttabel) ini berarti hasil penelitian signifikan. Diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran brainstorming dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, siswa cenderung menerima begitu saja materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang berinteraksi dengan teman-temannya, sehingga pembelajaran menjadi membosankan. Setelah diterapkannya metode pembelajaran brainstorming siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran brainstorming dapat dilihat dari keunggulannya yaitu guru dalam pembelajaran tidak lagi memposisikan diri sebagai teacher centered melainkan memposisikan diri sebagai mediator dan fasilitator. Siswa diarahkan untuk menggali pengetahuannya sendiri (Trianto, 2011). Proses pembelajaran dengan metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu memberikan kemandirian serta pengarahan diri, memiliki keterbukaan dan keutuhan diri dalam memilih alternatif tindakan terbaik, menyampaikan pendapat dalam memecahkan suatu masalah serta mampu menghargai pendapat orang lain. Pernyataan tersebut senada dengan Asih (dalam Tegeh, dkk. 2013:93) brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual. Sedangkan Wulandari (2010:13) menyatakan, metode sumbang saran/meramu pendapat (brainstorming) merupakan perpaduan dari metode tanya jawab dan diskusi. Metode ini sesuai sebagai upaya untuk mengumpulkan pendapat yang dikemukan oleh seluruh anggota kelompok, baik secara individual maupun kelompok. Pendapat dari setiap siswa mungkin berbeda-beda sehingga
dapat memicu perdebatan antar siswa sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar dan dapat meningkatkan komunikasi yang efektif antara siswa dengan guru maupun antar siswa. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, dalam pelaksanaan pembelajaran mengutamakan penyampaian konsep-konsep yang diperoleh dari guru, siswa kurang interaktif dalam pembelajaran dan informasi yang diperoleh hanya berasal dari guru saja. Hal ini sependapat dengan Agung (2014), pembelajaran konvensional jarang melibatkan pengaktifan pengetahuan awal dan jarang memotivasi siswa. Pembelajaran konvensional didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran pendidik ke pikiran siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran brainstorming berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana Tahun Pelajaran 2015/2016. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran Brainstorming dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan metode pembelajaran Brainstorming. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan uji-t diperoleh angka signifikansi 3,23. Angka signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, maka H1 diterima dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran Brainstorming yaitu 36,07 dan siswa yang tidak dibelajarkan metode pembelajaran Brainstorming yaitu 30,59. Ini berarti, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran Brainstorming lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan metode pembelajaran Brainstorming. Dengan 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 demikian, penerapan metode pembelajaran Brainstorming berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Gugus IV Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman, 2) Guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah metode pembelajaran Brainstorming untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA, 3) Sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara mengimplementasikan berbagai metode pembelajaran yang inovatif, salah satunya menggunakan metode pembelajaran Brainstorming dalam pembelajaran di sekolah tersebut, 4) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode pembelajaran Brainstorming dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Rachmawati, Tutik dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Gava Media. Setiadi, Hermawan Wahyu. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2 Denpasar”. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana, Undiksha, Singaraja. Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:Kencana. Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tegeh, dkk. 2013. Seminar Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press. Trianto.
2011.
Terpadu
Model
Pembelajaran
Konsep,Strategi
dan
Implementasinya dalam Kurikulum
DAFTAR RUJUKAN
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi Aksara.
Agung,
A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Aditya Media Publishing. Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya . 1997. Strategi Belajar Mengajar .Bandung: Pustaka Setia.
10