PENERAPAN METAKOGNISI PADA MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI PADA SISWA SMA
TESIS
OLEH
WAODE RACHMAWATI NIM. G2J114013
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
PENERAPAN METAKOGNISI PADA MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI PADA SISWA SMA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Pendidikan IPA Universitas Halu Oleo
OLEH
WAODE RACHMAWATI NIM. G2J114013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
ii
iii
ABSTRAK Waode Rachmawati, 2016. Penerapan Metakognisi pada Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa SMA. Tesis, Program Studi Pendidikan IPA Universitas Halu Oleo. Pembimbing: (I) Dr. Jahidin, S.Pd.,M.Si, (II) Dr. Nur Arfa Yanti, S.Si.,M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi antara siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri dengan siswa yang menerima pembelajaran model konvensional. Pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian quasi eksperimen pretest-posttest group design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kendari tahun pelajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kriteria skor pre test. Sampel penelitian adalah 88 siswa yang terbagi dalam 4 kelas yaitu 2 kelas eksperimen dan 2 kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata N-gain yang dinormalisasi untuk keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen sebesar 64,40 dan kelas kontrol sebesar 45,36, keduanya tergolong kategori sedang. Rerata N-gain yang dinormalisasi untuk pemahaman konsep biologi siswa pada kelas eksperimen sebesar 64,32 dan kelas kontrol sebesar 48,21, keduanya tergolong kategori sedang. Hasil uji hipotesis menggunakan uji-t rerata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa menunjukkan bahwa thit 5,000 > ttabel 1,666. Sedangkan rerata peningkatan pemahaman konsep biologi menunjukkan bahwa thit 5,667 > ttabel 1,664. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (MIT) lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional. Kata kunci : Metakognisi, Model Inkuiri Terbimbing, Model Konvensional, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep.
iv
ABSTRACT Waode Rachmawati, 2016. Application of Metacognition on the Guided Inquiry Model to Increase Critical Thinking Skills and Understanding of Biology Concepts in Senior High School Students. Thesis. Study Program of Natural Sciences Education, Postgraduate Program, Halu Oleo University. Supervisors: (I) Dr. Jahidin, S.Pd.,M.Si, (II) Dr. Nur Arfa Yanti, S.Si.,M.Si. This research aims to know the difference increased critical thinking skills and understanding of biological concepts among students who receive learning with application of Metacognition on the guided inquiry model with students who receive the conventional model of learning. This research used quasi experimental research design pretest-posttest group design. This research population is the whole grade XI IPA Senior High School 2 Kendari academic years 2015/2016. The sample in this research is taken based on the criterion pretest score. The sample of the research was 88 students that divided into 4 classes are 2 experimental classes and 2 control classes. The results showed that the mean value of the N-gain ˂ g ˃ normalized to critical thinking skills in the experimental class is 64,40 and controls class is 45,36, both belong to the category of being. The mean value of the N-gain ˂ g ˃ normalized to understanding of biology concepts in the experimental class is 64,32 and controls class is 48, 21, both belong to the category of being. Hypothesis test results using the test-t rate increase critical thinking skills of students shows that thit ˃ 5,000 ttab 1,666. While the average increase in the understanding concepts of biology shows that thit 5,667 ttab ˃ 1,664. Thus it can be concluded that the increased critical thinking skills and understanding of biological concepts students who receive learning with application of Metacognition on the guided inquiry model higher than students who receive the conventional model of learning. Keywords: Metacognition, guided inquiry model, conventional model, critical thinking, understanding concepts.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan tesis. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Para Sahabat, Keluarga, serta orang-orang yang tetap istiqomah di jalan Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Dr. Jahidin, S.Pd.,M.Si. selaku pembimbing I dan Dr. Nur Arfa Yanti, S.Si.,M.Si. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis. Penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.Agr. Sc., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Dr. Fahyuddin, S.Pd.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA Universitas Halu Oleo Kendari, atas segala bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis. 4. Dr. La Maronta Galib, M.Pd., Dr. Jamili, M.Si., dan Dr. Sitti Wirdhana Ahmad, S.Si.,M.Si, selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran,
vi
dan kritik yang sangat membangun baik dalam seminar proposal, seminar hasil maupun ujian tesis. 5. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo yang telah membina penulis dari awal perkuliahan sampai penyelesaian studi penulis. 6. Drs. Asif Hasan, M.Pd., selaku kepala SMAN 2 Kendari, yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di SMAN 2 Kendari serta membantu peneliti selama penelitian berlangsung. 7. Saudara saudariku, ka’ Asita, ka’ Leha, ka’ Pote, ka’ Pito, ka’ Hikma, ka’ Idink, dan adindaku Asia yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini. 8. Teman-teman mahasiswa di Program Studi Pendidikan IPA terimakasih atas bantuan dan dukungan teman-teman selama perkuliahan hingga akhir studi. Teristimewa penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Ishak Landai dan Ibunda WD. Salina atas segala doa restu, semangat, bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ke depan. Aamiin…. Kendari,
Oktober 2016
Waode Rachmawati vii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL ......................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iii ABSTRAK ..................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................
1 1 5 5 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 7 2.1 Pemberdayaan Metakognitif dalam Inkuiri Terbimbing (M-IT).......... 7 2.2 Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Metakognitif dalam Inkuri Terbimbing ............................................................................... 11 2.3 Penguatan Pemahaman Konsep Melalui Metakognitif dalam Inkuiri Terbimbing .......................................................................................... 15 2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 19 BAB III KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ...................................... 3.1 Kerangka Pikir ..................................................................................... 3.2 Hipotesis ..............................................................................................
21 21 25
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 4.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 4.2 Desain Penelitian ................................................................................. 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 4.4 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 4.5 Variabel Penelitian .............................................................................. 4.6 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 4.7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................
26 26 26 27 27 29 29 30
viii
4.8 Instrumen Penelitian............................................................................. 4.9 Teknik Analisis Data ............................................................................
32 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 5.1 Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 5.1.1 Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ............................................... 5.1.2 Pemahaman Konsep Biologi Siswa ................................................ 5.1.3 Uji Normalitas dan Homogenitas Data .......................................... 5.1.3.1 Uji Normalitas Data ........................................................................ 5.1.3.2 Uji Homogenitas Data ..................................................................... 5.1.4 Uji Hipotesis ................................................................................... 5.1.4.1 Uji Hipotesis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ......................... 5.1.4.2 Uji Hipoteisis Pemahaman Konsep Biologi Siswa ........................ 5.2 Pembahasan ................................................................................... 5.2.1 Keterampilan Berpikir Kritis Siswa .............................................. 5.2.2 Pemahaman Konsep Biologi Siswa ...............................................
35 35 35 36 38 38 39 40 40 41 41 41 46
BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 6.1 Simpulan .............................................................................................. 6.2 Saran ....................................................................................................
50 50 51
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................
52 55
ix
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1
Proses Kognitif Memahami .................................................................
17
4.1
Desain Penelitian menggunakan pre-test-post-test group design ..........
26
4.2
Distribusi Jumlah Populasi Penelitian Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Kendari Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................
27
4.3
Rerata Gain yang Dinormalisasi dan Kategorinya ................................
33
5.1
Rangkuman Data Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen (MIT) dan Kelas Kontrol (Model Konvensional) ..................................... 35
5.2
Rangkuman Data Pemahaman Konsep Biologi pada Kelas Eksperimen (M-IT) dan Kelas Kontrol (Model Konvensional) ...............................
37
Hasil uji normalitas data Keterampilan berpikir kritis dan Pemahaman Konsep Biologi siswa pada kelas eksperimen (M-IT) dan kelas kontrol (Model Konvensional) dengan uji One-Sampel Kolmogorov Smirnov..
38
5.3
5.4
Hasil uji homogenitas data Keterampilan berpikir kritis dan Pemahaman Konsep Biologi siswa pada kelas eksperimen (M-IT) dan kelas kontrol (Model Konvensional) dengan uji Levene’s Test equality of Variances 39
5.5
Uji Hipotesis Rerata N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ........
40
5.6
Uji Hipotesis Rerata N-Gain Pemahaman Konsep Biologi Siswa ........
41
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Halaman
Kerangka Pikir ...................................................................................
xi
24
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Silabus Pembelajaran .................................................................................
55
2
RPP M-IT 01 .............................................................................................
58
3
RPP M-IT 02 .............................................................................................
63
4
RPP M-IT 03 ..............................................................................................
68
5
RPP M-IT 04 .............................................................................................
73
6
RPP Konvensional ....................................................................................
79
7
LKS 01 ......................................................................................................
88
8
LKS 02 ......................................................................................................
97
9
LKS 03 ...................................................................................................... 107
10 LKS 04 ...................................................................................................... 116 11 Sampel Hasil LKS ..................................................................................... 125 12 Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ........................................... 153 13 Rubrik Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ....................................... 155 14 Soal Tes Pemahaman Konsep Biologi Siswa .......................................... 157 15 Rubrik Tes Pemahaman Konsep .............................................................. 160 16 Sampel Hasil Post Test Siswa ................................................................... 162 17 Lembar Observasi Keterlaksanaan pembelajaran M-IT ............................ 174 18 Data Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ............................ 177 19 Rerata Skor pre test Keterampilan Berpikir Kritis .................................... 181 20 Data Hasil Pretest Pemahaman Konsep Biologi Siswa ............................ 182 21 Rerata Skor pres test Pemahaman Konsep Biologi Siswa ......................... 186
xii
22 Data Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Siswa .......................... 187 23 Data Hasil Posttest Pemahaman Konsep Biologi Siswa ........................... 189 24 Data Nilai N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .............................. 191 25 Data Nilai N-Gain Pemahaman Konsep Biologi Siswa ............................ 193 26 Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data .......................................... 195 27 Pengujian Hipotesis Perbedaan Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa ............................... 197 28 Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 198 29 Surat Izin Penelitian .................................................................................. 201 30 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................................... 202 31 Riwayat Hidup Penulis............................................................................... 203
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembelajaran biologi abad 21 menyorot pentingnya implementasi model pembelajaran. Model pembelajaran mengarahkan aktivitas belajar siswa lebih fokus dan terarah serta berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa lebih optimal atau munculnya keterampilan-keterampilan berpikir lainnya. Yunus (2014) mendefinisikan model pembelajaran adalah suatu konsep yang membantu menjelaskan proses pembelajaran, baik menjelaskan pola pikir maupun pola tindakan pembelajaran tersebut. Diuraikan oleh Alberta (2004) model pembelajaran yang memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan proses-peoses transfer pengetahuan lainnya dalam pembelajaran di kelas, yaitu model pembelajaran inkuiri. Model
pembelajaran
yang
banyak
diimplementasikan
dalam
pembelajaran biologi adalah model inkuiri terbimbing. Di Indonesia, model ini juga merupakan salah satu model yang direkomendsikan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Ibrahim (2007) mendefinisikan model inkuiri terbimbing sebagai aktivitas belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal penentuan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Peran guru dalam inkuiri terbimbing telah direkomendasikan Borich, (2006) yakni membimbing peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran dengan memberi
1
2
pertanyaan awal yang mengarahkan pada kegiatan diskusi kelas. Dalam merumuskan masalah dan penentuan tahapan pemecahannya guru memiliki peran aktif. Dilaporkan oleh Sukamsya (2011) penerapan inkuiri terbimbing mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar. Laporan lainnya juga menunjukan adanya peningkatan berpikir kritis (Nugrahaningsi, et al., 2014), dan (Prince, 2006). Berdasarkan dukungan teoritis dan empiris, implemenatsi model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran biologi akan lebih efektif bila diperkaya atau terintegrasi dengan metakognisi. Pengkayaan metakognisi dalam inkuiri terbimbing merupakan perpaduan antara kesadaran berpikir dengan langkahlangkah inkuiri terbimbing. Pengintegrasian metakognitif dalam inkuiri terbimbing didukung oleh pendapat Seraphin e.t al (2012), yakni melalui pengajaran dan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing kemampuan pemberdayaan metakognisi siswa menjadi lebih efektif. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing sangat erat kaitannya dengan pengaturan diri siswa, dimana kemampuan pengaturan diri siswa berbanding lurus dengan kemampuan metakognis siswa. Alberta (2004) menegaskan metakognisi erat kaitannya dengan regulasi pembelajaran, metakognisi berarti menjadi menyadari sendiri proses berpikir (berpikir tentang berpikir). Diuraikan Kuhn dan Dean, (2004), metakognitif dibedakan menjadi pengetahuan metakognitif dan proses metakognitif. Pengatahuan metakognitif mengarah pada kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai proses dan produk yang dimiliki seseorang, sementara proses metakognisi merujuk
3
pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya selama pemecahan masalah. Berdasarkan terbimbing
pendapat
memungkinkan
Greenstein,
metakognisi
berkembangnya
dalam
inkuiri
keterampilan-keterampilan
berpikir lainya, seperti keterampilan berpikir kritis. Dalam beberapa tahun terakhir, pendidik di
berbagai tingkatan memusatkan perhatian dalam
melatihkan atau mengembangkan berpikir kritis (Al-Fadhli & Khalfan, 2009; Gelder, 2005; Guiller, te al., 2008). Pemberdayaan berpikir kritis melalui pengintegrasian metakognisi dalam inkuiri terbimbing juga sejalan dengan pendapat Weissinger (2003) dan Oon-Seng, (2004) meningkatkan kesadaran atas pemikiran sendiri (refleksi diri). Borich, (2006) menegaskan model inkuiri sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Science
Teachers
Association,
(2006)
Dilaporkan National
pembelajaran
abad
ke-21
mempersiapkan siswa dengan berbagai keterampilan, diantaranya adalah berpikir kritis untuk mempersiapkan siswa mampu bersaing dalam era globalisasi. Implementasi model inkuiri terbimbing yang diperkaya dengan metakognisi, selain berdampak terhadap berpikir kritis, juga dapat meningkatkan pemahaman konsep materi pembelajaran biologi. Anderson dan Krathwohl (2010) menguraikan tujuh indikator pemahaman konsep yaitu
4
menafsirkan,
mencontohkan,
menyimpulkan,
membandingkan,
mengklasifikasikan, dan
menjelaskan.
merangkum, Alberta
(2004)
menjelaskan penerapan inkuiri dengan metakognisi merupakan proses dimana siswa terlibat dalam belajar mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan kemudian membangun pemahaman baru, makna baru dan pengetahuan baru. Kuhlthau, (2010) menjelaskan bahwa pembelajaran melalui inkuiri terbimbing mengaktifkan siswa untuk belajar bagaimana belajar dengan sadar akan proses belajar mereka. Model pembelajaran inkuiri terbimbing membantu siswa menerapkan proses belajar mereka untuk memahami dan menciptakan dalam banyak informasi dalam kehidupan seharihari. Dilaporkan oleh Prince (2006), pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi sains dan meningkatkan prestasi akademik. Hal ini disebabkan oleh langkah-langkah yang terdapat dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu siswa diawali dengan
fenomena
atau
permasalahan
yang
perlu
dijawab
dengan
pengamatan/observasi untuk menjawabnya. Pengembangan atau peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep merupakan dua proses kognitif yang diharapkan muncul atau ditunjukkan oleh siswa. Selama aktivitas belajar atau setelah proses pembelajaran biologi, secara optimal keduanya menjadi bagian dari hasil belajar atau pengalaman belajar.
Oleh karena itu, melalui optimalisasi
penerapan metakognisi dalam pembelajaran biologi melalui model inkuiri terbimbing dapat memperkaya dan memfasilitasi siswa belajar melalui proses
5
manipulasi situasi belajar atau proses-proses transfer pengetahuan. Disarankan Schunk, (2012), pengkondisian situasi belajar yang diciptakan dapat membantu siswa mempelajari suatu topik atau masalah melalui banyak perspektif sehingga pengetahuan yang komprehensif dapat terkonstruksi. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) dengan siswa yang menerima pembelajaran model konvensional?
2.
Bagaimanakah perbedaan peningkatan pemahaman konsep biologi antara siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) dengan siswa yang menerima pembelajaran model konvensional?
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing dengan siswa yang menerima pembelajaran model konvensional. 2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep biologi antara siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada
6
model inkuiri terbimbing dengan siswa yang menerima pembelajaran model konvensional. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian serupa dan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2.
Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut: 2.1 Sebagai bahan informasi bagi guru yang ingin melakukan inovasi dalam pembelajaran. 2.2 Sebagai
bahan
informasi
bagi
sekolah
pembelajaran bermakna bagi para siswa.
untuk
menciptakan
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.5 Pemberdayaan Metakognitif pada Inkuiri Terbimbing (M-IT) Borich (2006) mendefinisikan model inkuiri sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Secara umum, inkuiri adalah suatu proses belajar yang melibatkan
kegiatan
mengobservasi,
menemukan
permasalahan
atau
pertanyaan yang relevan dengan topik, mengevaluasi buku dan sumbersumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview informasi yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis, membandingkan, mensintesis informasi yang ditemukan atau menginterpretasi
data,
serta
membuat
prediksi
atau
hipotesis
dan
mengkomunikasikan hasilnya (Alberta, 2004). Menurut Kuhlthau (2012) ada beberapa keunggulan yang dimiliki model inkuiri yaitu: (1) pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang; (2) memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; (3) merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap 7
8
belajar adalah proses perubahan; (4) melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Inkuiri terbimbing adalah model inkuiri dimana guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran dengan memberi pertanyaan awal yang mengarahkan pada kegiatan diskusi kelas. Dalam merumuskan masalah dan penentuan tahapan pemecahannya guru memiliki peran aktif. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Muslimin Ibrahim,2007) bahwa dalam inqiri terbimbing siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Tujuan utama pendidikan adalah untuk menciptakan peserta didik mandiri, siswa yang memahami bagaimana mereka belajar dan mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka. Konstruktivisme memiliki asumsi dasar dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya, selain itu konstruktivisme juga mengasumsikan agar guru tidak menyampaikan materi pembelajaran menggunakan cara tradisional melainkan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan atau model pembelajaran yang mampu membangun situasi dan mampu memfasilitasi konstruksi pengetahuan siswa. Situasi yang diciptakan dapat membantu siswa mempelajari suatu topik atau masalah melalui banyak perspektif sehingga pengetahuan yang komprehensif dapat terkonstruksi (Schunk, 2012). Pembelajaran yang mampu mengkonstruksi
9
pengetahuan siswa dapat dilakukan dengan memberdayakan metakognitif siswa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing (M-IT). Pengertian metakognisi mengacu pada Flavell (1987); Lee & Baylor (2006) didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memonitor pemikiran melalui asumsi-asumsi dan implikasinya dalam beraktivitas. Livingston (1997) mendefinisikan metakognisi sebagai proses pemikiran tentang pemikiran (thinking about thinking) yang mengacu pada pengetahuan seseorang mengenai apapun atau proses teori dalam diri sendiri. Selanjutnya Alberta (2004) menyatakan bahwa metakognisi erat kaitannya dengan regulasi pembelajaran, metakognisi berarti menyadari sendiri proses berpikir (berpikir tentang berpikir ) dan mengakui dan memahami. Berdasarkan definisi metakognisi, para ahli psikologi mendefinisikan keterampilan metakognisi sebagai taktik dan strategi yang dipikirkan oleh siswa agar mereka dapat meningkatkan hasil-hasil belajarnya dengan mengorganisir, memonitor dan memodifikasi aktivitas-aktivitas mereka untuk memastikan bahwa mereka telah belajar dengan efektif. Kuhn dan Dean (2004); Larkin (2010)
menjelaskan
bahwa
metakognisi adalah kemampuan seorang siswa yang telah diajarkan dengan model pembelajaran tertentu dalam masalah tertentu untuk menyebarkan dan menggunakan model tersebut untuk masalah yang baru.
Secara umum,
metakognisi dianggap sebagai suatu konstruk multidimensi. Metakognisi memiliki dua bagian konstituen yang merupakan model popular, yang berhubungan tetapi berbeda secara konsep, yaitu pengetahuan metakognitif
10
dan proses metakognitif. Pengetahuan metakognitif merujuk pada kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai proses dan produk yang dimiliki seseorang, sementara proses metakognisi merujuk pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya selama pemecahan masalah.
Selain
dua
dimensi
ini,
model
mengkarakteristikkan pengalaman metakognisi
teoritis
Flavell
juga
(yaitu, kesadaran atau
pengalaman afektif yang menyertai dan menyinggung beberapa bidang intelektual sebagai aspek yang menonjol dari metakognisi (Flavell, 1979; Lurkin, 2010). Penelitian yang dilakukan Seraphin e.t al (2012) menunjukkan bahwa melalui pengajaran dan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing kemampuan pemberdayaan metakognisi siswa menjadi lebih efektif. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing sangat erat kaitannya dengan pengaturan diri siswa, dimana kemampuan pengaturan diri siswa berbanding lurus dengan kemampuan metakognis siswa. Dimana Ibrahim (2007) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing meliputi kegiatan-kegiatan yang berdasarkan metode ilmiah, seperti mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan penyelidikan atau investigasi,
mereview apa
yang telah diketahui,
melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi
dan
mengkomunikasikan
hasilnya.
Melalui
langkah-langkah
pembelajaran tersebut, maka metakognisi yang terdiri dari pengetahuan
11
metakognisi dan proses metakognisi dapat diberdayakan, karena langkahlangkah pembelajaran inkuiri tersebut berdasarkan metode ilmiah yang melibatkan kemampuan metakognitif peserta didik. 2.6 Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Metakognitif pada Inkuri Terbimbing Istilah berpikir mencakup sebuah deretan proses pemikiran mulai dari ingatan sederhana hingga penyelesaian masalah kompleks dan penarikan kesimpulan. Secara umum diketahui bahwa siswa memerlukan sekumpulan keterampilan
inti
seperti
berargumen
mengemukakan
pendapat,
menyelesaikan masalah, membandingkan serta membedakan, membuat prediksi, dan keterampilan dalam merefleksi bagaimana mereka berpikir dan belajar. Keterampilan inti harus mendukung dua tipe berpikir dasar: berpikir kritis dan berpikir kreatif (Borich et al., 2006). Hal ini didukung oleh salah satu teori belajar yaitu teori belajar kognitivisme. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way in which we learn (Sukardjo, 2010). Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Inilah yang disebut dengan filosofi rasionalisme. Menurut teori ini, peserta didik belajar disebabkan oleh kemampuan peserta didik dalam menafsirkan peristiwa yang terjadi di dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berpikir. Teori ini menjelaskan bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami kegiatan mental internal dalam diri peserta didik. Oleh karena itu, teori kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Menurut
12
teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks (Putrayasa, IB.,2012). Beberapa tahun terakhir pendidik menjadi sangat tertarik dalam mengajar kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan karena berpikir kritis merupakan
masalah
penting
dalam
pendidikan
dan
pengembangan
keterampilan berpikir kritis harus menjadi salah satu tujuan utama bagi para pendidik di semua tingkatan (Al - Fadhli & Khalfan , 2009; Gelder , 2005: Guiller , Durndell , & Ross ,2008; Judge, Brenda et al, 2009). Berpikir kritis didefinisikan sebagai kesadaran atas pemikiran sendiri (refleksi diri) seseorang dan kemampuan (keterampilan dasar) dan kesediaan untuk bertanya dalam memperjelas serta meningkatkan pemahaman yang membantu dalam menarik kesimpulan yang tepat dan membuat keputusan terbaik (Weissinger, 2003; Tan, Oon-Seng, 2004). Telah banyak definisi terkait berpikri kritis, sebuah studi Delphi Nasional dilakukan oleh Facione (1990) memberikan kejelasan karaketristik berpikir kritis sebagai satu set keterampilan khusus. Dari Kerja Facione, terdapat enam indikator keterampilan berpikir kritis yaitu interpretasi dan mengklarifikasi makna, analisis dan memeriksa argumen, mengajukan pertanyaan, memberikan kesimpulan, memberikan penjelasan dan menyajikan argumen, dan menganalisis asumsi dan bias. Lebih lanjut Alec Fisher (2001: 7) menyebutkan ciri-ciri kemampuan berpikir kritis yaitu: (1) mengenal masalah; (2) menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu; (3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang
13
diperlukan; (4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan; (5) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas; (6) menilai fakta dan mengevalusai pernyataan-pernyataan; (7) mengenal adanya hubungn yang logis antara masalah-masalah; (8) menarik kesimpulankesimpulan
dan
kesamaaan-kesamaan yang diperlukan; (9) menguji
kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seeorang ambil; (10) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; (11) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Beyer (1987); Flavel (1979); Halpern (1998); Hanley (1995); Tan (2004)
menguraikan hubungan antara metakognisi dengan keterampilan
berpikir kritis, yakni metakognisi merupakan berpikir tentang proses berpikir sendiri untuk tujuan fungsional. Cocking & Mestre (2001) menyatakan bahwa melalui metakognisi siswa akan belajar untuk tidak hanya dapat memprediksi kemampuannya dalam penampilan teks tetapi juga tingkat pemahamannya. Dengan memberdayakan keterampilan metakognisi dapat membantu siswa merefleksi sendiri tentang apa yang dipelajarinya. Winn & Snyder (1996) menegaskan bahwa cakupan metakognisi adalah kemampuan merefleksi diri (self-reflection), kemampuan prakarsa, dan kemampuan merespon diri (selfresponsibility). Proses-proses memantau seleksi dan aplikasi serta pengaruhpengaruh proses dan pengaturan aktivitas pemecahan masalah merupakan pengetahuan prosedural metakognisi. Proses pemantauan merupakan prosesproses yang diarahkan pada pemerolehan informasi tentang proses-proses
14
berpikir seseorang (Livingston, 1997) dan memungkinkan seseorang berhasil belajar (Borkowski, dkk., 1987; dalam Livingston, 1997). Hal ini adalah kemampuan untuk memantau tingkat berpikir sesorang saat memahami sesuatu. Metakognisi dapat mengendalikan dan mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis serta kebiasaan dan penempatan dalam menggunakannya (Garetto, 2001; Tan, 2004). Karakteristik keterampilan berpikir tersebut melalui penelitian yang dilakukan oleh Friedal, et al (2008) dipelajari melalui pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing, dimana dalam pembelajaran tersebut menggunakan kemampuan berpikir yang kritis dan logis serta pertimbangan alternative dalam setiap penjelasannya. Hal ini dapat terintegrasikan dalam setiap langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, sebagaimana
tahap
perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri yang dijelaskan oleh Alberta (2004) yaitu tahap dimana siswa dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran secara aktif melalui penentuan merumuskan masalah pembelajaran, serta dalam penyelidikan sedemikian dirancang agar melibatkan pengetahuan siswa baik perempuan maupun laki-laki. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembang secara maksimal melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dimana siswa melalui bimbingan guru dapat mengasah dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam setiap tahap atau langkah pembelajaran inkuiri terbimbing atau pembelajaran berbasis penyelidikan. Sebagaimana
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Nugrahaningsi, et al (2014) yaitu kemampuan berpikir kritis siswa meningkat
15
pada proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing. Hal ini didukung dengan pernyataan Kuhlthau (2010) bahwa pembelajaran melalui inkuiri terbimbing mengaktifkan siswa untuk belajar bagaimana belajar dengan sadar akan proses belajar mereka. Model pembelajaran inkuiri terbimbing membantu siswa menerapkan proses belajar mereka untuk memahami dan menciptakan dalam banyak informasi dalam kehidupan seharihari. Menurut Prince (2006) pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi sains, meningkatkan prestasi akademik, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan oleh langkah-langkah yang terdapat dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu siswa diawali dengan fenomena atau permasalahan yang perlu dijawab dengan pengamatan/observasi untuk menjawabnya. 2.7 Penguatan Pemahaman Konsep Melalui Metakognitif pada Inkuiri Terbimbing Menurut Adnyana, et al (2013); Sudarsono (2015) konsep adalah gagasan atau abstraksi yang dibentuk untuk menyederhanakan lingkungan di sekitar. Konsep dibentuk dengan menggolongkan hasil-hasil pengamatan dalam suatu kategori tertentu. Penggolongan didasarkan pada kesamaan dan mengesampingkan perbedaan-perbedaan. Konsep dikatakan abstraksi karena konsep menyatakan proses abstraksi (penggambaran) pada berbagai pengalaman aktual siswa. Konsep tersusun sebagai penggambaran mental atas pengalaman yang diamati dan didasari berbagai fakta. Dalam proses pembelajaran, konsep mengacu pada tata cara pengetahuan dan pengalaman yang dikategorisasikan. Belajar konsep pada dasarnya adalah meletakkan
16
berbagai macam hal ke dalam golongan-golongan dan setelah itu mampu mengenali anggota-anggota golongan tersebut. Menurut
Anderson
&
Krathwohl
(2010)
pemahaman
adalah
kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam. Siswa dikatakan memahami apabila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer. Siswa memahami ketika siswa dapat menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama siswa. Proses kognitif memahami dalam taksonomi pendidikan Anderson dan Krathwohl adalah proses kognitif yang dominan ketika tujuan pembelajaran adalah menumbuhkan kemampuan transfer. Memahami merupakan proses mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Proses kognitif ini dijelaskan pada Tabel 2.1.
17
Tabel 2.1. Proses Kognitif Memahami (Anderson dan Krathwohl, 2001) Memahami: mengkonstruksi makna dari materi pelajaran, termasuk apa yang diucapkan,ditulis, dan digambar oleh guru. Kategori lain Nama-nama lain Definisi proses kognitif memahami Menafsirkan
Mencontohkan
Mengklarifikasi, Memparafrasakan, Merepresentasi, Menerjemahkan Mengilustrasikan, Memberi contoh
Mengklasifikasikan Mengategorikan, Mengelompokkan Mengabstraksi, Merangkum Menggeneralisasi Menyarikan, Menyimpulkan Mengekstrapolasi, Menginterpolasi Memprediksi Mengontraskan, Membandingkan Memetakan, Mencocokkan Membuat model Menjelaskan
Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya angka) jadi bentuk lain (misalnya, kata-kata) Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip Menentukan sesuatu dalam satu kategori Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima Menemukan hubungan antara dua ide, dua obyek, dan semacamnya Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem
Penguatan pemahaman konsep biologi dapat menjadi gambaran pengetahuan awal untuk mengembangan konsep-konsep biologi selanjutnya atau digunakan untuk memahami konsep-konsep biologi pada tingkatan yang lebih tinggi. Menurut Branch dan Oberg (2004) bahwa pengetahuan baru siswa dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, mengembangkan suatu solusi atau untuk mendukung suatu pola berpikir. Banyaknya aktifitas belajar akan menghasilkan pengalaman belajar semakin banyak. Dengan demikian,
18
semakin berkualitas dan banyak pengalaman belajar, semakin berkualitas dan makin banyak pula hasil yang diperoleh (Arends, 2004). Belzer, dkk. (2002); Zakaria & Iksan (2007) mengemukakan beberapa alasan mengapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami biologi yaitu: (1) sedikit backround sains biologi; (2) tidak sanggup berpikir kritis; (3) adanya sikap negatif atau tidak tertarik dengan sains biologi; (4) disiplin diri yang kurang dan tidak mampu belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep dalam pendidikan sains dirancang untuk: (1) rasa tanggap terhadap masalah dalam kemampuan belajar, kemampuan berpikir kritis, penghargaan diri, dan pengetahuan materi biologi siswa; (2) menemukan cara untuk fasilitas belajar; (3) membantu siswa untuk menemukan manfaat pelajaran tambahan mandiri. Konsep-konsep pelajaran biologi difokuskan pada pembelajaran kemampuan berpikir dan memahami proses-proses biologi. Penguatan pemahaman konsep dapat dicapai tidak terlepas dari model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menguatkan pemahaman konsep siswa adalah model inkuiri terbimbing dengan mengintegrasikan metakognisi di dalamnya. Borich (2006) mengemukakan bahwa di dalam model pembelajaran inkuiri melibatkan kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan
19
alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengko-munikasikan hasilnya. Alberta (2004) mengemukakan bahwa dalam fase/tahap pembelajaran inkuiri yakni tahapan penyelidikan, di dalamnya kemampuan metakognisi siswa sangat berperan. Dalam hal ini kemampuan metakognisi artinya kemampuan siswa dalam berpikir bagaimana dia berpikir. Sehingga dengan kemampuan tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan memahami dengan baik domain kognitif dan afektifnya “belajar untuk belajar”.Hacker, 1999; Kuhlthau, 1988 menyatakan bahwa memahami bagaimana berpikir akan mendukung atau menguatkan proses penyelidikan itu sendiri. Oleh sebab itu, metakognisi sangat erat kaitannya dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan diharapkan dalam setiap proses pembelajaran
inkuiri
terbimbing
para
guru
dapat
mengemukakan
permasalahan yang terkait konsep-konsep biologi. Sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sukamsya (2011) diperoleh bahwa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana siswa ditekankan untuk melakukan eksperimen untuk menemukan konsep fisika dibawah bimbingan dan arahan guru. 2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian
mengenai
pemberdayaan
metakognisi
melalui
inkuiri
terbimbing yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan Seraphin e.t al (2012) menunjukkan bahwa melalui pengajaran dan pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing
20
kemampuan pemberdayaan metakognisi siswa menjadi lebih efektif. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing sangat erat kaitannya dengan pengaturan diri siswa, dimana kemampuan pengaturan diri siswa berbanding lurus dengan kemampuan metakognis siswa. 2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nugrahaningsi, et al (2014) di kelas X IPA 4 SMA Brawijaya Smart School Malang, dengan subjek penelitian sebanyak 25 orang siswa. Jenis penelitian yang dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis LS yang terdiri dari 2 siklus dengan 5 pertemuan setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis LS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, dan hasil belajar siswa. Dimana hasil belajar siswa yang diukur mencakup 3 (tiga) aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. 3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sukamsya (2011) di kelas VII SMP Sulema, jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Hasil penelitian
diperoleh bahwa melalui
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana siswa ditekankan untuk melakukan eksperimen untuk menemukan konsep fisika dibawah bimbingan dan arahan guru.
21
BAB III KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pikir Pendidikan di abad 21 ini berada pada masa pengetahuan (knowledge age). Dalam pembelajaran biologi pun sangat konsen terhadap model pembelajaran yang digunakan di setiap pembelajaran. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa serta mengembangkan ketrampilan berpikir siswa. Model pembelajaran adalah suatu pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap kegiatan (sintaks) keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan rangkaian kegiatan pembelaran yang dilakukan guru dan siswa. Salah satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik yang kuat dengan pembelajaran biologi adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran biologi, siswa sebagai pusat belajar (student centered) sehingga siswa terlibat langsung dalam mengkonstruk pengetahuannya (hands on activity). Dengan demikian, prestasi belajar siswa ditentukan oleh kreativitas dan keaktifan siswa itu sendiri, sedangkan guru berperan sebagai pengarah dan pembimbing siswa kearah proses belajar yang efektif. Saat ini banyak model pembelajaran yang digunakan masih menggunakan model pembelajaran dimana guru menjadi pusat belajar. Sementara pembelajaran biologi merupakan salah satu pembelajaran yang membutuhkan keaktifan siswa dalam setiap prosesnya. Model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai aktivitas belajar dengan memberikan
kesempatan
kepada
siswa 21
bekerja
merumuskan
prosedur,
22
menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal penentuan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Model pembelajaran inkuiri terbimbing akan semakin efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa, jika diperkaya dengan metakognisi. Dimana metakognisi erat kaitannya dengan regulasi pembelajaran, metakognisi berarti menjadi menyadari sendiri proses berpikir (berpikir tentang berpikir) dan mengakui dan memahami. Metakognisi memiliki dua konstituen yaitu pengetahuan metakognisi dan keterampilan metakognisi. Pengetahuan metakognitif merujuk pada kesadaran dan pemahaman yang mendalam mengenai proses dan produk yang dimiliki seseorang, sementara keterampilan metakognisi merujuk pada kemampuan seseorang untuk memonitor atau meregulasi aktivitas kognisinya selama pemecahan masalah. Diantara beberapa indikator keterampilan metakognisi, kemampuan
memonitor
sangat
sesuai
untuk
diterapakn
dalam
model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Ketika dalam setiap tahapan pembelajaran siswa berperan aktif, maka di setiap tahapan itu pula kemampuan memonitor siswa dapat diberdayakan. Dengan demikian keterampilan berpikir kriris akan tercipta seiring berjalannya tahapan pembelajaran yang dimodelkan dengan inkuiri terbimbing yang diperkaya dengan metakognisi. Selain kemampuan berkiri kritis, siswa dapat mengembangkan pemahaman konsep dalam setiap materi pembelajaran biologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi antara siswa yang
23
menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) dengan siswa
yang menerima pembelajaran model
konvensional. Secara singkat, kerangka pikir ini disajikan pada Gambar 3.1.
24
Pembelajaran Biologi Abad ke-21 Pembelajaran berpusat pada siswa melalui pengembangan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik
Model Pembelajaran urutan tahapan kegiatan (sintaks) pembelajaran pada umumnya disertai dengan rangkaian kegiatan pembelaran yang dilakukan guru dan siswa yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Pemberdayaan Metakognisi Kesadaran belajar siswa yang berbeda pada setiap siswa yang berdampak pada kemampuan untuk memahami dan memonitor pemikiran melalui asumsiasumsi dan implikasinya dalam pengolahan informasi
Model Inquiri Terbimbing
Model Pembelajaran Konvensional
Memiliki langkah-langkah berikut: Mengenali masalah Merumuskan masalah Menyelidiki/mengumpulkan data dan informasi Mengolah (menganalisis, membandingkan, mensitesis) data dan informasi Menyusun hipotesis Mempresentasikan hipotesis Evaluasi Pada setiap tahapan tersebut diintegrasikan kemampuan memonitor siswa dengan asumsi-asumsi yaitu bagaimana cara melakukan penyelidikan, menentukan langkah yang tepat untuk mengumpulkan informasi, memilih informasi yang dianggap penting untuk diingat, jika terdapat hal yang belum dimengerti, siswa mampu menentukan sikap apa yang harus diambil agar menjadi mengerti. Dengan demikian maka akan meningkatkan kemampuan siswa.
Model pembelajaran yang umumnya atau sering digunakan dalam pembelajaran biologi di SMAN 2 Kendari Pembelajaran dibuka dengan mengabsen siswa,, menyampaikan materi secara langsung, siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 6-7 siswa, siswa mengerjakan soal-soal dalam LKS yang diterbitkan oleh salah satu penerbit buku, dan didiskusikan dengan teman, kemudian dipresentasikan, selanjutnya guru menilai hasil pekerjaan siswa.
Pemahaman Konsep
Keterampilan Berpikir Kritis sebagai kesadaran atas pemikiran sendiri (refleksi diri) seseorang dan kemampuan (keterampilan dasar) dan kesediaan untuk bertanya dalam memperjelas serta meningkatkan pemahaman yang membantu dalam menarik kesimpulan yang tepat.
kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam
Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian
25
3.2 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional. Secara statistik hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut: H0 : µ1 ≤ µ2 H1 : µ1 ˃ µ2 Keterangan: H0 : peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (µ1) lebih rendah atau sama dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional (µ2). H1 : peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (µ1) lebih tinggi dari peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional (µ2).
26
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasiexperimental) karena sampel yang dipilih dalam penelitian ini tidak diambil secara acak (Cohen dkk., 2007). 4.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest group design (Cohen, at al., 2007). Desain ini mensyaratkan grup eksperimen dan kontrol diambil secara acak, desain penelitian ini dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Desain Penelitian menggunakan pretest-posttest group design. Group E
O1
X
O3
----------------------------------------------------C
O2
O4
Cohen, et al (2007)
Keterangan: E : Kelas eksperimen. C : Kelas kontrol. X : Perlakuan (Metakognisi melalui inkuiri terbimbing). O1 , O2 : tes awal keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep sebelum pembelajaran O3 : tes akhir keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep setelah pembelajaran dengan penerapan metakognisi melalui inkuiri terbimbing O4 : tes akhir keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep setelah pembelajaran menggunakan model konvensional
26
27
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kendari pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada bulan April sampai bulan Mei 2016. 4.4 Populasi dan Sampel Penelitian 4.4.1
Populasi Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 2 Kendari sebanyak 6 kelas yang terdaftar pada tahun pelajaran 2015/2016 yang dipilih secara acak. Gambaran distribusi populasi tersebut disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Populasi Penelitian Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Kendari Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Kelamin Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
XI IPA 1
6
24
30
XI IPA 2
10
20
30
XI IPA 3
12
18
30
XI IPA 4
9
21
30
XI IPA 5
11
20
31
XI IPA 6
10
21
31
Jumlah
58
124
182
28
Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih random sampling. Hal ini dilakukan karena berdasarkan data yang dimiliki oleh sekolah bahwa siswa yang terdistribusi pada kelas XI IPA memiliki kemampuan yang relatif sama, yaitu berdasarkan nilai rapor yang dimiliki siswa pada kelas X semester genap. Berdasarkan pemilihan secara acak, maka ditentukan kelas yang mendapatkan perlakuan penerapan pembelajaran MIT (kelas eksperimen) yaitu kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 5, sedangkan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol) yaitu kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 4. 4.4.2
Sampel Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan cara purposive
sampling, cara ini mensyaratkan sampel yang diambil berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah skor pre test berjarak interval 10 kebawah dan 10 keatas dari skor rata-rata pre test. Nilai ratarata skor pretest keterampilan berpikir kritis adalah 26 dari skor total 100, maka yang diambil sebagai sampel adalah siswa dengan rentang skor 16 – 26 – 36, dengan jumlah sampel untuk kelas eksperimen sebanyak 39 orang dan untuk kelas kontrol sebanyak 37 orang. Untuk nilai rata-rata skor pretest pemahaman konsep biologi siswa adalah 32 dari skor total 100, maka yang diambil sebagai sampel adalah siswa dengan rentang skor 22 – 32 – 42, dengan jumlah sampel untuk kelas eksperimen sebanyak 44 orang dan untuk kelas kontrol sebanyak 40.
29
4.5 Variabel Penelitian Variabel dari penelitian ini terdiri atas variabel bebas (X) yaitu M-IT, variabel terikat (Y) yaitu keterampilan berpikir kritis (Y1) dan pemahaman konsep biologi (Y2). 4.6 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
M-IT adalah penerapan metakognisi dalam setiap tahapan model pembelajaran inquiri terbimbing. Tahapan pembelajaran pada model inkuiri terbimbing adalah mengenali masalah, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, menyelidiki/mengumpulkan informasi, mengolah (menganalisis,
membandingkan,
mensitesis)
informasi,
mempresentasikan hipotesis, dan evaluasi. Dimana setiap tahapan pembelajaran tersebut akan diterapkan kemampuan memonitoring siswa. 2. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dibuka dengan mengabsen siswa, kemudian menyampaikan materi secara langsung, siswa dibagi kedalam kelompok beranggotakan 6-7 siswa, setiap kelompok mengerjakan soal-soal dari buku LKS (Lembar Kerja Siswa) yang diterbitkan oleh salah satu penerbit buku dan mendiskusikan jawabannya, kemudian hasil pekerjaan didiskusikan di depan kelas, selanjutnya diperiksa dan dinilai oleh guru. 3. Keterampilan berpikir kritis adalah sebagai kesadaran atas pemikiran sendiri (refleksi diri) dan keterampilan dasar serta kesediaan untuk
30
bertanya dalam memperjelas serta meningkatkan pemahaman yang membantu dalam menarik kesimpulan yang tepat. Keterampilan berpikir kritis siswa yaitu: (1) interpretasi dan mengklarifikasi makna; (2) analisis dan memeriksa argument; (3) memberikan kesimpulan; (4) memberikan penjelasan. Setiap indikatornya dikembangkan satu soal, sehingga jumlah soal yaitu lima butir uraian. Evaluasi (pre-test dan post-test) dilakukan sesuai dengan waktu belajar biologi setiap kelas. 4. Pemahaman konsep biologi adalah tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep biologi yang diwakili oleh materi sistem reproduksi dan diukur berdasarkan indikator proses kognitif memahami yaitu: (1) menafsirkan;
(2)
mencontohkan;
(3)
mengklasifikasikan;
(4)
merangkum; (5) menyimpulkan; (6) membandingkan; (7) menjelaskan. Setiap indikatornya dikembangkan satu soal, sehingga jumlah soal adalah sebanyak tujuh butir tes uraian. Evaluasi (pretest dan posttest) dilakukan sesuai dengan waktu belajar biologi setiap kelas. 4.7 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 4.7.1
Jenis Data Jenis data pada penelitian ini adalah data interval, yaitu data
menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan yang lainnya. Data interval tidak dikenal adanya nilai nol mutlak. Dalam hasil evaluasi (tes) misalnya siswa mendapat nilai nol. Angka nol ini tidak dapat diartikan bahwa siswa tersebut benar-benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia memperoleh nilai nol ia memiliki suatu pengetahuan atau kemampuan
31
dalam materi sistem reproduksi yang telah diajarkan. Hanya saja jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki soal. 4.7.2
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pendahuluan Melakukan pengamatan awal (observasi) kepada guru biologi kelas XI IPA sebanyak 2 orang guru. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang model pembelajaran yang digunakan dan pengamatan ini dilakukan selama 1 minggu atau sebanyak dua kali pertemuan pada setiap guru.
2. Persiapan a. Menganalisis materi sistem reproduksi pada manusia, indikator, tujuan pembelajaran, untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran. b. Penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian 3. Pelaksanaan a. Memberikan pretest untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa sebelum mengikuti pembelajaran. b. Menerapkan metakognisi pada model inkuiri terbimbing untuk kelas eksperimen yang dilakukan oleh peneliti dan model konvensional untuk kelas kontrol yang dilakukan oleh guru biologi di kelas tersebut. c. Memberikan tes akhir untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa setelah mengikuti pembelajaran.
32
4.8 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes yaitu tes uraian untuk mengukur keterampilan berpikir kritis (terlampir hal. 155) dan pemahaman konsep biologi siswa (terlampir hal. 159). 4.9 Teknik Analisis Data Data hasil penelitian ini, di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. 1. Menghitung nilai pada setiap butir tes dengan rentang nilai 0 – 4. Kemudian menentukan nilai akhir siswa. Nilai akhir = 2. Menghitung rerata nilai tes awal keterampilan berpikir kritis
dan
pemahaman konsep biologi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian menetapkan siswa yang menjadi sampel dalam penelitian. 3. Menghitung rerata nilai tes akhir keterampilan berpikir kritis
dan
pemahaman konsep biologi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4. Menghitung N-gain yang dinormalisasi keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menggunakan rumus sebagai berikut (Meltzer, 2002) modifikasi: N-gain = Dimana: Spost Spre Smaks
: Skor post-test : Skor pre-test : Skor maksimum ideal
33
Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan persentase peningkatan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep sistem reproduksi dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 4. 3. Rerata gain yang dinormalisasi dan kategorinya Batasan
Kategori
70
Tinggi
30 ≤ ≥ 70
Sedang
30
Rendah
5. Melakukan uji normalitas N-gain keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test dengan angka signifikansi 0,05. Rumus menguji normalitas data dengan Chi Kuadrat: ∑ Keterangan: fo = frekuensi hasil pengamatan pada klasifikasi ke-i fe = frekuensi yang diharapkan pada klasifikasi ke-i (Sudjana, 2002) 6. Melakukan uji homogenitas N-gain keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Levene’s Test for equality of Variances dengan angka signifikansi 0,05.
34
Cara menentukan Fhitung dengan rumus:
Dimana, ∑
∑
Keterangan: S2 = varians n = jumlah anggota sampel X1 = nilai tengah
(Sudjana, 2002)
7. Melakukan uji hipotesis atau uji perbedaan N-gain keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa antara kelas eskperimen dan kelas kontrol dengan teknik analisis melalui uji Anova menggunakan program SPSS-PC 20.0 For Windows. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 (p<0,05). Rumus uji-t:
̅
̅
√ Dimana: √ Keterangan: t = nilai thitung ̅ = rerata subkelompok pertama ̅ = rerata subkelompok kedua = simpangan baku (standar deviasi) = banyaknya anggota kelompok pertama = banyaknya anggota kelompok kedua
(Sudjana, 2002)
35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Hasil Penelitian 5.1.1
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tes keterampilan berpikir kritis terdiri atas 4 butir tes uraian pada materi
sistem reproduksi pada manusia yang dinilai dengan rentang nilai 0 - 4. Aspek yang diukur terdiri atas 4 indikator keterampilan berpikir kritis yaitu: (1) interpretasi; (2) analisis; (3) memberikan kesimpulan; dan (4) memberikan penjelasan (lampiran 12, hal. 155). Rangkuman data keterampilan berpikir kritis siswa disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Rangkuman Data Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen (M-IT) dan Kelas Kontrol (Model Konvensional) Komponen M-IT Konvensional Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
Jumlah Sampel
39
39
37
37
Nilai Minimum
31,25
56,25
31,25
43,75
Nilai Maksimum
43,75
93,75
37,5
81,25
Nilai Rerata
33,33
76,28
32,94
63,34
Standar Deviasi
16,21
16, 99
Rerata N - Gain
64,40
45,36
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rerata hasil pretest keterampilan berpikir kritis siswa sebelum pembelajaran, pada kelas eksperimen yang menggunakan
35
36
penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) yaitu 33,33, dan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 32,94. Rerata hasil posttest keterampilan berpikir kritis siswa setelah melalaui pembelajaran pada kelas eksperimen sebesar 76,28, dan pada kelas kontrol sebesar 63,34. Terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis setelah siswa menerima pembelajaran. Nilai standar deviasi (tingkat keragaman) keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih rendah dibanding dengan kelas kontrol. Dengan demikian tingkat keseragaman nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. Selanjutnya hasil perhitungan nilai rerata N-gain yang dinormalisasi (Ngain) untuk keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen sebesar 64,40 termasuk dalam kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 45,36 yang termasuk dalam kategori sedang, dan memiliki selisih yaitu sebesar 19, 04. Dengan demikian nilai rerata gain yang dinormalisasi (N-gain) keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. 5.1.2
Pemahaman Konsep Biologi Siswa Tes pemahaman konsep biologi siswa terdiri atas 4 butir tes uraian pada
materi sistem reproduksi pada manusia yang dinilai dengan skala 0 - 4. Aspek yang diukur terdiri atas 7 indikator pemahaman konsep yaitu: (1) menafsirkan; (2) mencontohkan; (3) mengklasifikasikan; (4) merangkum; (5) menyimpulkan; (6) membandingkan; dan (7) menjelaskan (lampiran 14, hal.159). Rangkuman data pemahaman konsep biologi siswa disajikan pada Tabel 5.2.
37
Tabel 5.2 Rangkuman Data Pemahaman Konsep Biologi pada Kelas Eksperimen (M-IT) dan Kelas Kontrol (Model Konvensional) M-IT
Konvensional
Komponen Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
Jumlah Sampel
44
44
40
40
Nilai Minimum
32,14
60,71
32,14
53,57
Nilai Maksimum
46,43
92,86
50
78,57
Nilai Rerata
34,74
76,62
35,54
66,79
Standar deviasi
14, 58
11, 02
Rerata N-gain
64,32
48,21
Tabel 5.2 menunujukkan bahwa rerata hasil pretest pemahaman konsep biologi siswa sebelum pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) yaitu 34,74 dan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 35,54. Sedangkan rerata hasil posttest pemahaman konsep biologi siswa setelah pembelajaran, pada kelas eksperimen yaitu 76,62 dan pada kelas kontrol yaitu 66,79. Terjadi peningkatan pemahaman konsep biologi setelah siswa menerima pembelajaran. Nilai standar deviasi (tingkat keragaman) pemahaman konsep biologi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. Dengan demikian tingkat keseragaman nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol. Selanjutnya perhitungan nilai rerata N-gain yang dinormalisasi (N-gain) untuk pemahaman konsep biologi siswa pada kelas eksperimen sebesar 64,32 termasuk dalam kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 48,21 yang
38
termasuk dalam kategori sedang, dan memiliki selisih yaitu sebesar 16,11. Dengan demikian nilai rerata gain yang dinormalisasi (N-gain) pemahaman konsep biologi siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. 5.1.3
Uji Normalitas dan Homogenitas Data
5.1.3.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas data menggunakan uji statistik One-Sampel Kolmogorov Smirnov Test. Taraf pengambilan keputusan yaitu apabila Xhitung < Xtabel pada taraf α = 0,05 atau probabilitas Xhitung ≥ Xtabel, maka data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal. Sebaliknya, jika Xhitung ≥ Xtabel pada taraf α = 0,05 atau probabilitas Xhitung < Xtabel, maka data yang digunakan dalam penelitian tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas data penelitian disajikan pada Tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Hasil uji normalitas data Keterampilan berpikir kritis dan Pemahaman Konsep Biologi siswa pada kelas eksperimen (M-IT) dan kelas kontrol (Model Konvensional) dengan uji One-Sampel Kolmogorov Smirnov
Variabel
Keterampilan Berpikir Kritis
Model Pembelajaran
Signifikansi N
N-gain
Alpha
M-IT
39
0,14
0,05
Konvensional
37
0,06
0,05
M-IT
44
0,20
0,05
Konvensional
40
0,20
0,05
Pemahaman Konsep Biologi
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, nilai probabilitas untuk variabel keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran M-IT
39
(metakognisi pada model inkuiri) dan model pembelajaran konvensional lebih besar dari α 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal. 5.1.3.2 Uji Homogenitas Data Uji homogenitas data menggunakan teknik statistik Levene’s Test equality of Variances. Taraf pengambilan keputusan yaitu apabila Fhitung < Ftabel pada taraf α = 0,05 atau probabilitas Fhitung ≥ Ftabel, maka maka variansi setiap sampel sama (homogen). Sebaliknya, jika Fhitung ≥ Ftabel pada taraf α = 0,05 atau probabilitas
Fhitung < Ftabel, maka maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen) . Hasil uji homogenitas data penelitian disajikan pada Tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 Hasil uji homogenitas data Keterampilan berpikir kritis dan Pemahaman Konsep Biologi siswa pada kelas eksperimen (M-IT) dan kelas kontrol (Model Konvensional) dengan uji Levene’s Test equality of Variances
Variabel
Keterampilan Berpikir Kritis
Model Pembelajaran
Signifikansi N
M-IT
44
Konvensional
40
M-IT
39
Konvensional
37
Pemahaman Konsep Biologi
N-gain
Alpha
0,57
0,05
0,08
0,05
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, nilai probabilitas untuk variable keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran M-IT (metakognisi pada model inkuiri) dan model pembelajaran konvensional lebih
40
besar dari α 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini memiliki variansi setiap sampel sama (homogen). 5.1.4
Uji Hipotesis
5.1.4.1 Uji Hipotesis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Tabel 5.5 Hasil uji hipotesis rerata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa Model M-IT Konvensional
N
Mean
39 37
64,40 45,36
thit
ttabel
df
Sig.
5,00
1,666
74
0.000
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis untuk data rerata N-gain keterampilan berpikir kritis diperoleh nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga hipotesis penelitian (H1) diterima dan menolak hipotesis statistik (H0). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional. Dengan rerata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa yang menerima pembelajaran M-IT sebesar 64,40 lebih tinggi dari rerata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa yang menerima pembelajaran model konvesnional sebesar 45,36.
41
5.1.4.2 Uji Hipotesis Pemahaman Konsep Biologi Siswa Tabel 5.6 Hasil uji hipotesis rerata N-gain pemahaman konsep biologi siswa Model
N
Mean
M-IT Konvensional
44 40
64,32 48,21
thit
ttabel
df
Sig.
5,667
1,664
82
0.000
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis untuk data rerata N-gain pemahaman konsep biologi siswa diperoleh nilai signifikasi 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga hipotesis penelitian (H1) diterima dan menolak hipotesis statistik (H0). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional. Dengan rerata N-gain pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran M-IT sebesar 64,32 lebih tinggi dari rerata N-gain pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran model konvensional sebesar 48,21. 5.2 Pembahasan 5.2.1
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan hasil analisis anova dan uji hipoteis menggunakan uji-t
menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional, dengan thit 5,00 > ttabel 1,666, dan p value 0,000 < α
42
0,05. Perbedaan hasil keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tergambar dari adanya perbedaan rerata N-gain. Rerata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) yaitu 64,40 lebih tinggi dari rerata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran model konvensional yaitu 45,36 dengan perbedaan rerata sebesar 19,04. Adanya perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai akibat adanya aktivitas pembelajaran yang berbeda yang dilakukan oleh siswa dan guru. Peningkatan keterempilan berpikir kritis siswa yang signifikan terjadi pada kelas eksperimen (M-IT). Aktivitas pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing diduga lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini terjadi karena pada pembelajaran M-IT sangat menekankan kepada kesadaran siswa dalam memonitoring kemampuan kognisinya dalam setiap tahapan inti pembelajaran inkuiri terbimbing. Dimulai dari siswa menemukan masalah, memilih sumber literatur untuk mengumpulkan informasi, memilih dan memilah informasi yang dapat menyelesaikan masalah, sampai dengan membuat hipotesis atau jawaban sementara dari masalah yang ada, dimana dalam setiap tahapan tersebut guru hanya berperan untuk membimbing dan mengarahkan. Melalui tahapan pembelajaran M-IT dapat membangun keterampilan berpikir kritis siswa, karena siswa dituntut untuk menggunakan kemampuan berpikir dasar mereka yaitu berpikir kritis. Mulai dari kemampuannya dalam menginterpretasi makna pada saat menemukan masalah dalam narasi yang
43
terdapat dalam LKS, menganalisis (memeriksa argument) informasi yang diperoleh dari berbagai literatur, memberikan penjelasan jawaban dari permasalahan yang ditemukan, sampai memberikan kesimpulan jawaban atas permasalahan yang ditemukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alec Fisher (2001) bahwa beberapa ciri sesorang telah memiliki kemampuan bepikir kritis diantaranya adalah apabila mampu mengenali masalah; dapat menemukan caracara yang dipakai untuk menangani masalah-masalah itu; mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan; dan menarik kesimpulan dan kesamaaankesamaan yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada. Seraphin, et al (2012) mengemukakan bahwa kemampuan metakognisi merupakan sarana yang efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui tahapan pembelajaran yang ilmiah berbasis penyelidikan atau inkuiri. Dengan demikian tahapan pembelajaran M-IT sangat mendukung peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Peningkatan keterampilan berpikir kritis juga didukung dengan penerapan metakognisi. Setiap tahapan inti pembelajaran kemampuan memonitoring siswa diberdayakan untuk membantu siswa dalam menemukan masalah sampai menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan adanya aktivitas memonitoring siswa sangat terbantu dalam merefleksi setiap tahapan pembelajaran yang mereka lakukan, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa juga semakin meningkat. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa, tentu akan membantu siswa dalam menemukan permasalahan dan solusi dari permasalahan dalam pembelajaran. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Garetto (2001); Tan (2004) bahwa
44
kemampuan untuk memantau atau memonitoring tingkat berpikir sesorang saat memahami sesuatu dapat mengendalikan dan mendukung pengembangan keterampilan
berpikir
kritis
serta
kebiasaan
dan
penempatan
dalam
menggunakannya. Hal ini didukung dengan salah satu teori belajar yakni teori belajar kognitivisme. Menurut teori ini, siswa belajar disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menafsirkan peristiwa yang terjadi di dalam lingkungan dengan melibatkan proses berpikir yang kompleks (Putrayasa, IB.,2012). Pada
pembelajaran
konvensional
diduga
kurang
efektif
untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis karena pada pembelajaran model konvensional, siswa tidak diberikan peluang untuk mengoptimalkan penggunaan kemampuan kognisi untuk membangun pengetahuannya, sehingga keterampilan berpikir kritis siswa tidak dapat ditingkatkan secara signifikan. Hal ini dilihat dari aktivitas pembelajaran yang dilakukan yaitu guru hanya menjelaskan materi awal atau materi dasar, kemudian siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 6-7 siswa, selanjutnya diberi tugas untuk mengerjakan soalsoal dalam LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibuat oleh salah satu penerbit buku, selanjutnya siswa mendiskusikan jawaban yang mereka dapatkan dengan siswa lain dan guru menilai hasil pekerjaan siswa. Pembelajaran konvensional dengan kelompok belajar beranggotakan 6-7 siswa, diduga menjadi salah satu faktor penyebab keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa kurang meningkat. Dengan jumlah anggota yang demikian, akan menyebabkan ada siswa yang tidak aktif dalam menyelesaikan tugas kelompoknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Slavin (2008) bahwa pembelajaran
45
kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan anggotanya 4-5 orang yang heterogen. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan Seraphin
menunjukkan bahwa melalui pengajaran dan pembelajaran
e.t
al
(2012)
berbasis inkuiri
terbimbing kemampuan pemberdayaan metakognisi siswa menjadi lebih efektif. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing sangat erat kaitannya dengan pengaturan diri siswa, dimana kemampuan pengaturan diri siswa berbanding lurus dengan kemampuan metakognisi. Dengan penerapan metakognisi dalam hal ini kemampuan memonitoring pada model inkuiri terbimbing mampu mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Livingston (1997) bahwa proses pemantauan merupakan proses-proses yang diarahkan pada pemerolehan informasi tentang proses-proses berpikir seseorang. Dengan demikian dengan penerapan metakognisi dalam model inkuiri terbimbing mampu meningkatakan keterampilan berpikir siswa menjadi lebih kritis. Dilaporkan oleh Sukamsya (2011) bahwa penerapan inkuiri terbimbing mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar. Disamping itu, melaui penerapan inkuiri terbimbing juga menunjukkan adanya peningkatan berpikir kritis (Nugrahaningsi, et al., 2014), dan (Prince, 2006). Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Friedal, et al (2008);
keterampilan
berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam penelitian ini penerapan metakognisi pada model inkuiri
46
terbimbing sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa, yang dilihat dari hasil tes. 5.2.2
Pemahaman Konsep Biologi Siswa Berdasarkan hasil analisis anova dan uji hipotesis menggunakan uji-t
menunujukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) lebih tinggi dibanding dengan siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensiona, dengan thit 5,667 > ttabel 1,664 , dan p value 0,000 < α 0,05. Perbedaan hasil pemahaman konsep biologi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tergambar dari adanya perbedaan rerata Ngain. Rerata N-gain pemahaman konsep biologi siswa yang diajar dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) yaitu 64,32 lebih signifikan dari rerata N-gain keterampilan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran model konvensional yaitu 48,21 dengan perbedaan rerata sebesar 16,11. Adanya perbedaan peningkatan pemahaman konsep biologi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai akibat adanya aktivitas pembelajaran yang berbeda yang dilakukan oleh siswa dan guru. Peningkatan pemahaman konsep biologi siswa yang signifikan terjadi pada kelas eksperimen (M-IT). Pembelajaran dengan penerapan M-IT diduga lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep biologi siswa. Hal ini disebabkan karena dalam setiap tahapan inti model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa ditekankan untuk menerapkan kemampuan metakognisinya yakni kemampuan memonitoring. Hal ini sangat
47
mempengaruhi peningkatan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer. Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing yakni pembelajaran berbasis penyelidikan,
di dalamnya kemampuan metakognisi siswa sangat
berperan. Dalam hal ini kemampuan metakognisi artinya kemampuan siswa dalam berpikir bagaimana dia berpikir. Sehingga dengan kemampuan tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan memahami dengan baik domain kognitif dan afektifnya (Alberta, 2004). Oleh karena itu, pembelajaran M-IT mampu meningkatakan
kemampuan kognisi siswa dalam hal ini memahami
konsep-konsep biologi. Pembelajaran menggunakan M-IT di dalamnya banyak mengaktifkan siswa, mulai dari menemukan masalah, mengumpulkan informasi sampai menyusun jawaban dari masalah tersebut. Selama pembelajaran kemampuan metakognisi dalam hal ini memonitoring yang dilakukan siswa mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep dalam sistem reproduksi. Hal ini didukung oleh pernyataan NCRE (1995) dalam Widiyaningsih (2015) dalam kegiatan monitoring, siswa akan menggali informasi dan mencatat hal-hal penting yang ditemukannya. Dengan memonitor waktu dan strategi belajar sendiri, siswa dapat memonitor kemajuan yang telah dicapai dan digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif serta menjamin tujuan kognitif yang telah dicapainya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arends (2004) bahwa banyaknya aktifitas belajar akan menghasilkan pengalaman belajar semakin
48
banyak. Dengan demikian, semakin berkualitas dan banyak pengalaman belajar, semakin berkualitas dan makin banyak pula hasil yang diperoleh. Menurut Kuhlthau (2012) ada beberapa keunggulan yang dimiliki model inkuiri yaitu: (1) pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang; (2) memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; (3) merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan; (4) melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Sedangkan pada pembelajaran konvensional memiliki aktivitas pembelajaran yang didalamnya siswa tidak diberdayakan kemampuan kognisi dalam mengkonstruksi makna dari pesan pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional yang menjadi pusat belajar adalah guru (teacher centered) bukan siswa, sehingga dalam penggunaan kemampuan kognisi dalam memahami konsep-konsep biologi pada materi sistem reproduksi tidak digunakan secara maksimal. Dengan demikian, konsep-konsep yang ada dalam materi ajar, tidak dipahami secara utuh. Aktivitas pembelajaran dengan M-IT sejalan dengan teori belajar konstrutivis, yaitu merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi konpleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Kegan, 2009). Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi
49
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang sama dilakukan oleh Sukamsya (2011) diperoleh bahwa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dimana siswa ditekankan untuk melakukan eksperimen untuk menemukan konsep fisika dibawah bimbingan dan arahan guru. Dalam penelitian ini penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) menunjukan peningkatan peningkatan pemahaman konsep siswa yang signifikan yang ditunjukkan dari hasil tes yang dilakukan.
50
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan rerata peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran M-IT sebesar 64,40 lebih tinggi dibanding dengan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional sebesar 45,36. 2. Peningkatan pemahaman konsep biologi siswa yang menerima pembelajaran dengan penerapan metakognisi pada model inkuiri terbimbing (M-IT) lebih tinggi dibanding siswa yang menerima pembelajaran dengan model konvensional. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan rerata peningkatan pemahaman konsep biologi siswa yang mendapat pembelajaran dengan M-IT sebesar 64,32, lebih tinggi dibanding dengan pemahaman konsep biologi siswa yang mendapat pembelajaran dengan model konvensional sebasar 48,21.
50
51
6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Kepada guru Biologi khususnya SMAN 2 Kendari, diharapkan dapat menerapkan metakognisi melalui model inkuiri terbimbing, karena terbukti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan pemahaman konsep
biologi siswa. 2. Kepada guru Biologi hendaknya lebih memberdayakan kemampuan metakognisi siswa dalam setiap pembelajaran, karena dapat merangsang keterampilan berpikir siswa sehingga terjadi konstruksi pengetahuan berdasarkan pemahaman yang dimiliki siswa. 3. Kepada peneliti selanjutnya, dapat melihat pengaruh penerapan metakognisi melalui model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kraetif maupun kemampuan berpikir lainya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Alberta. 2004. Focus on Inquiry. Alberta Learning. Canada. Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives, Agung Prihantoro (Penerjemah), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Bloom. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta.
Borich, Gary D, and Ong, Ai-Choo. 2006. Teaching Strategies that Promote Thinking: Models and Curriculum Approaches. Lego Group. Singapore. Branch, J. & Oberg, D. 2004. Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-Based Learning. (Online) (http:/www.Irc.learning.gov.ab.ca. diakses 10 Pebruari 2008). Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. 2007. Research Methods in Education Sixth Edition. Routledge Taylor and Francis Group. London and New York. Committe on a New Biology for the 21st Century. 2009. A New Biology for the 21st Century: Ensuring the United States Leads the Coming Biology Revolution. National Research Press. Washington DC. USA. Didownload dari http://www.nap.edu/catalog/12764.html
Flavell, J.H. 1987. Metacognitions and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive-Developmental Inquiry. American Psychologist. 34. 906 - 911. Friedal, C., et al. 2008. Overtly Teaching Critical Thinking and Inquiry-Based Learning: A Comparison of Two Undergraduate Biotechnology Classes. Journal of Agricultural Education Volume 49, Number 1, pp. 72 – 84
Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. Cambridge University Press. New York. Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills: a guide to Evaluating Mastery and Authentic Learning. Corwin A SAGE Company. California. USA. 52
53
Illeris, Knud & Kegan, Robert, et al. 2009. Contemporary Theories of Learning. Routledge. New York. Judge, Brenda et al. 2009. Critical Thinking Skills for Education Students. British Library Cataloguing. England. Kuhlthau, Carol C. 2010. Guided Inquiry; School Libraries in the 21st Century. 16(1) (online),(http:commonfo.rutgers.edu/`kuhlthau/docs/GI-School Librariansin-the 21-century.pdf) Larkin, Shirley, 2010. Metacognition in Young Children. Routledge. New York. Livingston, Jennifer A (1997). Metacognition: An Overview. [ON LINE] Tersedia: http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html Muslimin, Ibrahim. 2007. Pembelajaran Ikuiri. (Artikel Online). (http://kpicenter.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37& Itemid=4, diakses tanggal 3 Januari 2016). Nugrahaningsih, dkk. 2014. Implementasi Inkuiri Terbimbing Berbasis Leasson Study Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 4 SMA Brawijaya Smart School Malang. Universitas Negeri Malang. Prosiding Seminar Nasional XI “Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret. Surakarta. ISBN 978-602-7149-70-0. Prince, Michael J. and Felder, Richard M. 2006. Inductive Teaching and Learning Methods: Definitions, Comparisons, And Research Bases. Bucknell University and North Carolina State University. Journal Engr. Education, 95(2), 123–138 Putrayasa, IB., 2012. Buku Ajar Landasan Pembelajaran. Prodi Bahasa Indonesia Pascasarjana.Universitas Ganesha. . Seraphin, Kanesa D., Philippoff, Joanna., Kaupp, Lauren.,Valli, Lisa M., 2012. Metacognition as means to increase the effectiveness of inquiry-based science education. Science Education International. Vol.23, No.4, December 2012, 366-382. Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective. Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar (Penerjemah). Teori-teori Pembelajaran Perspektif Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
54
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning, Success for All, and Evidencebased Reform in education. Education didactique. Vol 2, n°2, 151-159. Sudarsono. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Konawe Melalui Penerapan Strategi Metakognitif dan Pemecahan Masalah. Program Studi Pascasarjana Pendidikan IPA UHO. Kendari Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Tan, Oon-Seng, Ph.D. 2004. Enhancing Thinking Through Problem-Based Learning Approaches: International Perspective. Cengage Learning Asia Pte Ltd. Singapore. Widianingsih, A.A & Wulan, A.R. 2015. Pengaruh Strategi Metakognisi terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI dalam Pembelajaran Sistem Reproduksi Manusia. Pascasarjana UPI. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS. SP-006-3. Yunus, Abidin. 2014. Desaian Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Reflika Aditama. Bandung Zakaria, E. & Iksan, Z. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3(1): 35–39.
55 Lampiran 1. SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3.7 Men-jelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi
: SMA Negeri 2 Kendari : Biologi : XI/IPA : Genap : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi sertaimplikasinya pada salingtemas Alokasi Materi Sumber/ Muatan Pokok/Materi Penilaian Waktu Kegiatan Pembelajaran Indikator Pendidikan Pembelajaran Bahan/Alat Karakter (menit)
Melalui diskusi kelompok o Struktur dan dan pengamatan fungsi alat-alat charta/gambar/video tentang reproduksi organ reproduksi baik pada pada laki-laki dan perempuan. laki-laki maupun Sistem reproduksi perempuan, siswa manusia baik lakimengidentifikasi organ laki ataupun reproduksi bagian luar dan perempuan ada yang dalam baik pada laki-laki terdapat dalam maupun perempuan beserta rongga tubuh fungsinya sehingga tidak tampak dan ada yang TMTT: Pemberian tugas tampak dari luar rumah tubuh. Melakukan kajian gambar gametogenesis/penelusuran internet untuk menemukan proses pembentukan sperma/sel telur.
Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan.
Tes 2X 5’ Tertulis esai Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis
Sumber: Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga.
Jujur, Disiplin, Toleransi, Rasa ingin tahu, Kerja keras, Percaya diri, Mandiri , Tanggung jawab Jakarta..
Alat: Charta, LCD Bahan:
Menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur.
LKS, bahan presentasi, charta/gambar sistem reproduksi,
56 manusia.
o Proses pembentukan sel kelamin Proses pembentukan kelamin meliputi pembentukan sperma dan sel telur.
Mengamati diagram atau siklus pembentukan sel kelamin baik sel telur maupun sel sperma. Melakukan diskusi kelompok untuk menguraikan proses pembentukan sel kelamin baik sel telur maupun sel sperma.
Mengurutkan tahapan spermatogenesis dan oogenesis.
2 X45’
Menguraikan proses ovulasi dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Menjelaskan proses menstruasi. Mendeskripsikan alat kontrasepsi pada pria dan perempuan
2X 45’
TMTT: Pemberian tugas rumah Mengkaji literatur tentang ovulasi dan mendiskusikannya dalam kelompok. o Ovulasi Proses pelapasan sel telur yang sudah matang dari ovarium ke tuba fallopi untuk dibuahi. o Menstruasi. Mentruasi merupakan salah satu kekhasan makhluk hidup golongan primata. Pada perempuan terjadi setiap kurun 28 hari setiap bulan
Melakukan diskusi kelompok tentang proses terjadinya ovulasi dan menstruasi Mengamati video tentang proses terjadinya ovulasi dan menstruasi
TMTT: Pemberian tugas rumah Mengkaji literatur dari berbagai sumber tentang fertilisasi, gestasi dan persalinan dalam kelompok.
video tentang proses menstruasi dan kehamilan.
57 o Fertilisasi, gestasi ,persalinan dan ASI. ASI memiliki bahan nutrisi yang amat penting bagi bayi, terutama setelah proses kelahiran
o Kelainan/penyakit yang terjadi. Beberapa penyakit/gangguan sistem reproduksi , antara lain keputihan, kanker rahim, mandul dsb.
Melakukan diskusi kelompok untuk memahami proses fertilisasi, getasi, persalinan dan ASI
Melakukan diskusi kelompok untuk mengetahui berbagai kelainan/penyakit yang terjadi pada organ reproduksi manusia baik pada laki-laki maupun perempuan serta cara pencegahannya.
Mengidentifikasi proses fertilisasi, gestasi dan persalinan Menjelaskan alasan pentingnya ASI bagi bayi.
2 X 45’
Menjelaskan penyebab terjadinya kelainan/penyakit yang terkait sistem reproduksi. Menjelaskan cara mencegah/merehabi litasi gangguan/penyakit berkaitan dengan sistem reproduksi.
2 X 45’
58
Lampiran 2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (01) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: SMAN 2 Kendari : Biologi : XI / 2 : 1 : 2 x 45 Menit : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan. Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 1. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 2. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 3. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, berpikir kreatif, kritis dan sistematis A. Tujuan 1. Melalui kajian literatur, pengamatan pada charta dan diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi struktur sistem reproduksi laki-laki dan wanita dengan tepat. 2. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing struktur sistem reproduksi laki-laki dan wanita dengan tepat. B. Materi Pembelajaran Struktur dan fungsi alat-alat reproduksi pada laki-laki dan wanita. Sistem reproduksi manusia baik laki-laki ataupun wanita ada yang terdapat dalam rongga tubuh sehingga tidak tampak dan ada yang tampak dari luar tubuh.
59
C. Model Pembelajaran Model : Inquiri Terbimbing D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran LangkahNo. langkah Tahap Model MIT 1
Pendahuluan Perencanaan
2
Kegiatan inti
Uraian
Waktu
1. Apresepsi: Guru mengingatkan 4 menit kembali materi sebelumnya mengenai sistem reproduksi pada hewan dan tumbuhan 2. Motivasi : Guru memberikan penjelasan setiap makhluk hidup memiliki organ reproduksi dan cara reproduksi yang berbeda-beda termasuk reproduksi pada manusia. Pembagian kelompok 3. Guru membagi kelompok-kelompok 6 menit dan pngantar singkat belajar (@ anggota 5 orang) dan MIT. menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar serta membagikan LKS 01 (terlampir) pada setiap kelompok. Eksplorasi Guru membimbing siswa dalam 5 menit menemukan masalah dalam narasi a. Merumuskan singkat yang disediakan dalam LKS. masalah Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring pada tahap ini adalah siswa akan dituntun untuk menanyakan pada dirinya sendiri bagaimana cara menemukan masalah dalam narasi tesebut. Jika dalam waktu yang ditentukan terdapat kelompok belum menemukan masalahnya, maka dimenit ke 5 guru mengarahkan siswa untuk menemukan masalah yang ada pada narasi singkat tersebut. Siswa diarahkan untuk menemukan jawaban yang akan menjawab tujuan pembelajaran. b. Mengumpulkan Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi dalam data/Menemukan
60
informasi
Elaborasi a. Mengolah informasi/data yang ditemukan
b. Menyusun hipotesis
menyelesaikan masalah yang telah ditemukan, melalui berbagai sumber baik melalui buku cetak maupun charta tentang struktur dan alat reproduksi pada manusia. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring dalam mengumpulkan informasi tersebut, siswa menanyakan pada diri sendiri sumber literatur apa yang memuat materi terkait fokus permasalahan yang ada, kemudian mempertimbangkan kembali sumber literatur yang paling tepat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Setelah siswa menemukan sejumlah 15 menit informasi atau data, maka guru membantu siswa untuk membandingkan dan mensintesis informasi atau data yang dikumpulkan tersebut untuk dipilih sebagai alternatif jawaban atau solusi dari permasalahan dalam LKS. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa menanyakan pada diri sendiri bagaimana cara menyusun informasi-informasi tersebut menjadi satu hipotesis yang benar. 10 menit Siswa mulai menyusun beberapa alternatif jawaban dengan menggunakan kata-kata atau bahasa sendiri dalam suatu format untuk menjawab permasalahan yang ada dalam LKS. Guru mengarahkan siswa untuk tetap fokus pada permasalahan yang ada dan tetap percaya diri dengan
61
c. Mempresntasikan hipotesis
Konfirmasi Evaluasi
hipotesis yang disusunya. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa mengingat informasi penting apa yang harus diingat sebagai poin penting dalam permasalahan tersebut. Guru meminta kelompok yang akan 25 menit mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas, guru juga mengarahkan siswa atau kelompok lain untuk memperhatikan dan menghargai kelompok yang tampil. Siswa mulai mengatur langkah apa yang harus dipilih untuk mempresentasikan hipotesisnya dengan maksimal. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk mengkonfimasikan penemuan atau hipotesis mereka dengan hasil presentasi kelompok presenter. Jika ada siswa yang belum memahami materi yang disajikan, maka siswa dengan kesadaran dan keingin tahuan tinggi menanyakan kepada siswa lain atau kepada guru langsung. Guru memberi apresiasi kepada setiap kelompok atau siswa yang aktif dan partisipatif dalam tahapan ini. Guru mengajak siswa untuk 15 menit melakukan evaluasi terhadap efektifitas solusi yang mereka ajukan. Guru meminta siswa untuk mencatat informasi-informasi baru yang
62
3
Penutup
diperolehnya selama pembelajaran berlangsung, Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat resume mengenai proses gametogenesis. Total waktu 90 menit
E. Alat/ Bahan/ Sumber Belajar 1. Alat : 2. Bahan : LKS, Buku paket dan Charta Organ Reproduksi pada Manusia 3. Sumber : Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta. F. Penilaian 1. Penilaian: tes esai pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis (terlampir)
63
Lampiran 3. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (02) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: SMAN 2 Kendari : Biologi : XI / 2 : 2 : 2 x 45 Menit : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator
Menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur. Mengurutkan tahapan spermatogenesis dan oogenesis.
Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 4. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 5. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 6. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, berpikir kreatif, kritis dan sistematis G. Tujuan 3. Melalui kajian literatur, pengamatan pada charta dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur dengan tepat. 4. Melalui kajian literatur, pengamatan pada charta dan diskusi kelompok, siswa dapat mengurutkan tahapan spermatogenesis dan oogenesis dengan tepat. H. Materi Pembelajaran Proses pembentukan sel kelamin Proses pembentukan kelamin meliputi pembentukan sperma dan sel telur.
64
I. Model Pembelajaran Model : Inquiri Terbimbing J. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran LangkahNo. langkah Tahap Model MIT 1
Pendahuluan Perencanaan
2
Kegiatan inti
Uraian
Waktu
4. Apresepsi: Guru mengingatkan 4 menit kembali materi sebelumnya mengenai organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan 5. Motivasi : Guru memberikan penjelasan bahwa dalam organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan masing-masing menghasilkan sel kelamin yaitu sel sperma dan sel telur (ovum). Dimana keduanya masing-masing membawa 23 kromosom. Pembagian kelompok 6. Guru membagi kelompok-kelompok 6 menit dan pngantar singkat belajar (@ anggota 5 orang) dan MIT. menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman beajar serta membagikan LKS 02 (terlampir) pada setiap kelompok. Eksplorasi Guru membimbing siswa dalam 5 menit c. Merumuskan menemukan masalah dalam narasi masalah singkat yang disediakan dalam LKS. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring pada tahap ini, siswa akan dituntun untuk menanyakan pada dirinya sendiri bagaimana cara menemukan masalah dalam narasi tesebut. Jika dalam waktu yang ditentukan terdapat kelompok belum menemukan masalahnya, maka
65
d. Mengumpulkan data/Menemukan informasi
Elaborasi d. Mengolah informasi/data yang ditemukan
e. Menyusun hipotesis
dimenit ke 5 guru mengarahkan siswa untuk menemukan masalah yang ada pada narasi singkat tersebut. Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan masalah yang telah ditemukan, melalui berbagai sumber baik melalui buku cetak. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring dalam mengumpulkan informasi tersebut, siswa menanyakan pada diri sendiri sumber literatur apa yang memuat materi terkait fokus permasalahan yang ada, kemudian mempertimbangkan kembali sumber literatur yang paling tepat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Setelah siswa menemukan sejumlah 15 menit informasi atau data, maka guru membantu siswa untuk membandingkan dan mensintesis informasi atau data yang dikumpulkan tersebut siswa untuk dipilih sebagai alternatif jawaban atau solusi dari permasalahan dalam LKS. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa menanyakan pada diri sendiri bagaimana cara menyusun informasi-informasi tersebut menjadi satu hipotesis yang benar. 10 menit Siswa mulai menyusun beberapa alternatif jawaban dengan menggunakan kata-kata atau bahasa
66
f. Mempresntasikan hipotesis
sendiri dalam suatu format untuk menjawab permasalahan yang ada dalam LKS. Guru mengarahkan siswa untuk tetap fokus pada permasalahan yang ada dan tetap percaya diri dengan hipotesis yang disusunya. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa mengingat informasi penting apa yang harus diingat sebagai poin penting dalam permasalahan tersebut. Guru meminta kelompok yang akan 25 menit mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas, guru juga mengarahkan siswa atau kelompok lain untuk memperhatikan dan menghargai kelompok yang tampil. Siswa mulai mengatur langkah apa yang harus dipilih untuk mempresentasikan hipotesisnya dengan maksimal. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk mengkonfimasikan penemuan atau hipotesis mereka dengan hasil presntasi kelompok presenter. Jika ada siswa yang belum memahami materi yang disajikan, maka siswa dengan kesadaran dan keingin tahuan tinggi menanyakan kepada siswa lain atau kepada guru langsung. Guru memberi apresiasi kepada setiap kelompok atau siswa yang aktif dan partisipatif dalam tahapan ini.
67
Konfirmasi Evaluasi
3
Penutup
Guru mengajak siswa untuk 15 menit melakukan evaluasi terhadap efektifitas solusi yang mereka ajukan. Guru meminta siswa untuk mencatat informasi-informasi baru yang diperolehnya selama pembelajaran berlangsung, Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat charta spermatogenesis dan oogenesis. Total waktu 90 menit
K. Alat/ Bahan/ Sumber Belajar 4. Alat : LCD, Laptop 5. Bahan : LKS, Buku paket, Charta struktur reproduksi manusia 6. Sumber : Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta. L. Penilaian 2. Penilaian: tes esai pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis (terlampir)
68
Lampiran 4. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (03) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: SMAN 2 Kendari : Biologi : XI / 2 : 3 : 2 x 45 Menit : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator Menguraikan proses ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menjelaskan proses menstruasi. Mendeskripsikan alat kontrasepsi pada pria dan perempuan. Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 7. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 8. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 9. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, berpikir kreatif, kritis dan sistematis M. Tujuan 5. Melalui kajian literatur, pengamatan pada video proses ovulasi dan diskusi kelompok, siswa dapat menguraikan proses terjadinya ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan tepat. 6. Melalui kajian literatur, pengamatan pada video proses menstruasi dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan proses menstruasi dengan tepat. 7. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat mendeskripsikan alat kontrasepsi pada pria dan perempuan dengan baik dan benar.
69
N. Materi Pembelajaran Ovulasi Proses pelapasan sel telur yang sudah matang dari ovarium ke tuba fallopi untuk dibuahi. Menstruasi. Mentruasi merupa-kan salah satu kekhasan makhluk hidup golongan primata. Pada perempuan terjadi setiap kurun 28 hari setiap bulan. O. Model Pembelajaran Model : Inquiri Terbimbing P. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran LangkahNo. langkah Tahap Model MIT 1
Pendahuluan Perencanaan
2
Kegiatan inti
Uraian
Waktu
7. Apresepsi: Guru mengingatkan 4 menit kembali materi sebelumnya mengenai proses pembentukan sel kelamin laki-laki dan perempuan 8. Motivasi : Guru memberikan penjelasan bahwa sel kelamin pada perempuan yakni sel telur yang telah matang akan memasuki tahapan ovulasi dan apabila sel telur matang tersebut tidak dibuahi, maka akan mengalami menstruasi. Pembagian kelompok 9. Guru membagi kelompok-kelompok 6 menit dan pngantar singkat belajar (@ anggota 5 orang) dan MIT. menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman beajar serta membagikan LKS 03 (terlampir) pada setiap kelompok. Eksplorasi Guru membimbing siswa dalam 5 menit menemukan masalah dalam narasi e. Merumuskan singkat yang disediakan dalam LKS. masalah Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring pada tahap ini, siswa akan dituntun untuk menanyakan pada dirinya sendiri bagaimana cara menemukan masalah dalam narasi
70
f. Mengumpulkan data/Menemukan informasi
Elaborasi g. Mengolah informasi/data yang ditemukan
tesebut. Jika dalam waktu yang ditentukan terdapat kelompok belum menemukan masalahnya, maka dimenit ke 5 guru mengarahkan siswa untuk menemukan masalah yang ada pada narasi singkat tersebut. Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan masalah yang telah ditemukan, melalui berbagai sumber baik melalui buku cetak, internet maupun video terkait proses ovulasi dan menstruasi yang ditampilkan melalui layar LCD.. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring dalam mengumpulkan informasi tersebut, siswa menanyakan pada diri sendiri sumber literatur apa yang memuat materi terkait fokus permasalahan yang ada, kemudian mempertimbangkan kembali sumber literatur yang paling tepat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Setelah siswa menemukan sejumlah 15 menit informasi atau data, maka guru membantu siswa untuk membandingkan dan mensintesis informasi atau data yang dikumpulkan tersebut siswa untuk dipilih sebagai alternatif jawaban atau solusi dari permasalahan dalam LKS. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa menanyakan pada diri sendiri bagaimana cara menyusun informasi-informasi tersebut menjadi satu hipotesis yang benar.
71
h. Menyusun hipotesis
i. Mempresntasikan hipotesis
10 menit Siswa mulai menyusun beberapa alternatif jawaban dengan menggunakan kata-kata atau bahasa sendiri dalam suatu format untuk menjawab permasalahan yang ada dalam LKS. Guru mengarahkan siswa untuk tetap fokus pada permasalahan yang ada dan tetap percaya diri dengan hipotesis yang disusunya. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa mengingat informasi penting apa yang harus diingat sebagai poin penting dalam permasalahan tersebut. Guru meminta kelompok yang akan 25 menit mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas, guru juga mengarahkan siswa atau kelompok lain untuk memperhatikan dan menghargai kelompok yang tampil. Siswa mulai mengatur langkah apa yang harus dipilih untuk mempresentasikan hipotesisnya dengan maksimal. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk mengkonfimasikan penemuan atau hipotesis mereka dengan hasil presntasi kelompok presenter. Jika ada siswa yang belum memahami materi yang disajikan, maka siswa dengan kesadaran dan keingin tahuan tinggi menanyakan kepada siswa lain atau kepada guru langsung. Guru memberi apresiasi kepada
72
setiap kelompok atau siswa yang aktif dan partisipatif dalam tahapan ini. Konfirmasi Evaluasi
3
Penutup
Guru mengajak siswa untuk 15 menit melakukan evaluasi terhadap efektifitas solusi yang mereka ajukan. Guru meminta siswa untuk mencatat informasi-informasi baru yang diperolehnya selama pembelajaran berlangsung, Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat resume terkait proses fertilisasi, getasi, dan persalinan. Total waktu 90 menit
Q. Alat/ Bahan/ Sumber Belajar 7. Alat : LCD, Laptop 8. Bahan : LKS, Buku paket, Charta struktur reproduksi manusia 9. Sumber : Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta. R. Penilaian 3. Penilaian: tes esai pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis (terlampir)
73
Lampiran 5. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (04) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Pertemuan Alokasi Waktu Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: SMAN 2 Kendari : Biologi : XI / 2 : 4 : 2 x 45 Menit : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator Mengidentifikasi proses fertilisasi, gestasi dan persalinan Menjelaskan alasan pentingnya ASI bagi bayi Menjelaskan penyebab terjadinya kelainan/penyakit yang terkait sistem reproduksi. Menjelaskan cara mencegah/merehabilitasi gangguan/penyakit berkaitan dengan sistem reproduksi Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 10. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 11. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 12. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, berpikir kreatif, kritis dan sistematis S. Tujuan 8. Melalui kajian literatur, pengamatan pada video proses fertilisasi dan getasi serta diskusi kelompok, siswa dapat menguraikan proses terjadinya fertilisasi dan getasi dengan tepat. 9. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan proses terjadinya persalinan dengan tepat. 10. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan alasan pentingnya ASI bagi bayi dengan tepat.
74
11. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan terjadinya kelainan/penyakit yang menyerang organ reproduksi pada manusia dengan tepat. 12. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan cara mencegah atau menanggulangi kelainan/penyakit yang menyerang organ reproduksi pada manusia dengan tepat T. Materi Pembelajaran Fertilisasi, gestasi ,persalinan dan ASI. ASI memiliki bahan nutrisi yang amat penting bagi bayi, terutama setelah proses kelahiran. Kelainan/penyakit yang terjadi. Beberapa penyakit/gangguan sistem reproduksi , antara lain keputihan, kanker rahim, mandul dsb. U. Model Pembelajaran Model : Inquiri Terbimbing V. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran LangkahNo. langkah Tahap Model MIT 1
Pendahuluan Perencanaan
Uraian
Waktu
10. Apresepsi: Guru mengingatkan 4 menit kembali materi sebelumnya mengenai proses terjadinya ovulasi dan menstruasi 11. Motivasi : Guru memberikan penjelasan bahwa apabila sel telur matang dan telah diovulasikan, kemudian bertemu dengan sel sperma, maka akan mengalami fertilisai jika sel sperma telah menembus inti sel telur tersebut, selanjutnya akan diikuti dengan masa getasi (kehamilan) dan persalinan. Organ reproduksi apabila tidak dilindungi dan dijaga kebersihan dan kesehatannya, maka akan mudah terserang atau mengalami berbagai macam
75
2
Kegiatan inti
penyakit. Pembagian kelompok 12. Guru membagi kelompok-kelompok 6 menit dan pngantar singkat belajar (@ anggota 5 orang) dan MIT. menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman beajar serta membagikan LKS 04 (terlampir) pada setiap kelompok. Eksplorasi Guru membimbing siswa dalam 5 menit menemukan masalah dalam narasi g. Merumuskan singkat yang disediakan dalam LKS. masalah Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring pada tahap ini, siswa akan dituntun untuk menanyakan pada dirinya sendiri bagaimana cara menemukan masalah dalam narasi tesebut. Jika dalam waktu yang ditentukan terdapat kelompok belum menemukan masalahnya, maka dimenit ke 5 guru mengarahkan siswa untuk menemukan masalah yang ada pada narasi singkat tersebut. h. Mengumpulkan Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi dalam data/Menemukan menyelesaikan masalah yang telah informasi ditemukan, melalui berbagai sumber baik melalui buku cetak, internet maupun video terkait proses fertilisasi dan getasi yang ditampilkan melalui layar LCD. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring dalam mengumpulkan informasi tersebut, siswa menanyakan pada diri sendiri sumber literatur apa yang memuat materi terkait fokus permasalahan yang ada, kemudian mempertimbangkan kembali sumber literatur yang paling tepat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS. Elaborasi Setelah siswa menemukan sejumlah 15 menit
76
j. Mengolah informasi/data yang ditemukan
k. Menyusun hipotesis
l. Mempresntasikan hipotesis
informasi atau data, maka guru membantu siswa untuk membandingkan dan mensintesis informasi atau data yang dikumpulkan tersebut siswa untuk dipilih sebagai alternatif jawaban atau solusi dari permasalahan dalam LKS. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa menanyakan pada diri sendiri bagaimana cara menyusun informasi-informasi tersebut menjadi satu hipotesis yang benar. 10 menit Siswa mulai menyusun beberapa alternatif jawaban dengan menggunakan kata-kata atau bahasa sendiri dalam suatu format untuk menjawab permasalahan yang ada dalam LKS. Guru mengarahkan siswa untuk tetap fokus pada permasalahan yang ada dan tetap percaya diri dengan hipotesis yang disusunya. Aktivitas metakognisi siswa dalam memonitoring adalah siswa mengingat informasi penting apa yang harus diingat sebagai poin penting dalam permasalahan tersebut. Guru meminta kelompok yang akan 25 menit mempresentasikan hasil penemuannya di depan kelas, guru juga mengarahkan siswa atau kelompok lain untuk memperhatikan dan menghargai kelompok yang tampil. Siswa mulai mengatur langkah apa yang harus dipilih untuk
77
Konfirmasi Evaluasi
3
Penutup
mempresentasikan hipotesisnya dengan maksimal. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk mengkonfimasikan penemuan atau hipotesis mereka dengan hasil presntasi kelompok presenter. Jika ada siswa yang belum memahami materi yang disajikan, maka siswa dengan kesadaran dan keingin tahuan tinggi menanyakan kepada siswa lain atau kepada guru langsung. Guru memberi apresiasi kepada setiap kelompok atau siswa yang aktif dan partisipatif dalam tahapan ini. Guru mengajak siswa untuk 15 menit melakukan evaluasi terhadap efektifitas solusi yang mereka ajukan. Guru meminta siswa untuk mencatat informasi-informasi baru yang diperolehnya selama pembelajaran berlangsung, Siswa bersama guru menyimpulkan 10 menit pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Total waktu
W. Alat/ Bahan/ Sumber Belajar 10. Alat : LCD, Laptop 11. Bahan : LKS, Buku paket, Charta struktur reproduksi manusia 12. Sumber : Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta. X. Penilaian 4. Penilaian: tes esai pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis (terlampir)
90 menit
78
79
Lampiran 6. Contoh RPP Model Konvensional
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMAN 2 Kendari
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI IA / 2
Pertemuan
: 15 s.d. 16
Alokasi Waktu
: 4 pX 45 Menit
Standar Kompetensi
: Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
Kompetensi Dasar
: 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelianan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Indikator
:
Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan Menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur. Mengurutkan tahapan spermatogenesis dan oogenesis
A. Tujuan 1. Siswa dapat mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan perempuan
2. Siswa dapat menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur. 3. Siswa dapat mengurutkan tahapan spermatogenesis dan oogenesis
80
B. Materi Pembelajaran 1. 2. 3. 4.
Struktur organ reproduksi pria Struktur organ reproduksi wanita Proses spermatogenesis Proses oogenesis
C. Metode Pembelajaran 1. Model : pembelajaran kooperatif (MPK), tipe STAD 2. Metode: Diskusi, Tanya jawab.
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Ke-15 s.d 16
1. Kegiatan Pendahuluan (± 5 menit) Kegiatan a. Guru Mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa dalam belajar. b. Apersepsi: Siswa diingatkan kembali mengenai materi sebelumnya mengenai sistem regulasi. c. Memotivasi Memotivasi siswa tentang pentingnya siswa memahami materi sistem reproduksi pada manusia. d. Setelah guru memotivasi siswa, guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada materi ini.
2. Kegiatan Inti (± 30 menit) Kegiatan a. Guru menyampaikan materi tentang struktur reproduksi pada laki-laki dan wanita secara singkat. b. Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif,
81
setiap kelompok terdiri dari 6 sampai 7 orang yang heterogen (campuran prestasi, jenis kelamin, suku, dll). c. Selanjutnya
guru
mengarahkan
siswa
untuk
mengerjakan
permasalahan dalam LKS tentang struktur, fungsi, dan proses yang terjadi pada organ reproduksi pria dan pada organ reproduksi wanita. d. Setelah itu setiap kelompok mengerjakan tugas yang ada dalam LKS tersebut. e. Menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok lain memberi tanggapan atau pertanyaan. Memberi penegasan atau konfirmasi jika ada penyataan-pernyataan yang kurang jelas/kurang benar f. Guru
memberikan
penghargaan
kepada
siswa
yang
mampu
menyelasaikan tugasnya dengan baik dan menilai jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS.
3. Kegiatan Penutup (± 10 menit) Kegiatan a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru memberikan tugas rumah merangkum materi tentang proses ovulasi dan menstruasi.
E. Alat/ Bahan/ Sumber Belajar 13. Bahan
: Buku paket, LKS, bahan presentase
14. Sumber : Hadi, Wigati, dkk., 2015. PR Biologi Kelas XI. Intan Pariwara. Klaten Eva Latifah Hanum. 2009. Buku Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2. PT. Remaja Rosdakarya. Jakarta..
82
F. Penilaian 1. Teknik penilaian
: Tes formatif
2. Instrumen penilaian
: Uraian (essay)
83
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMAN 2 Kendari
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas / Semester
: XI IA / 2
Pertemuan
: 17 s.d. 18
Alokasi Waktu
: 4 X 45 Menit
Standar Kompetensi
: Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
Kompetensi Dasar
: 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelianan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
Indikator
:
Menguraikan proses ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Menjelaskan proses menstruasi.
Mendeskripsikan alat kontrasepsi pada pria dan perempuan
Mengidentifikasi proses fertilisasi, gestasi dan persalinan
Menjelaskan alasan pentingnya ASI bagi bayi.
Menjelaskan penyebab terjadinya kelainan/penyakit yang terkait sistem reproduksi.
Menjelaskan cara mencegah/merehabilitasi gangguan/penyakit berkaitan dengan sistem reproduksi
84
A. Tujuan 1. Siswa dapat menguraikan proses ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Siswa dapat menjelaskan proses menstruasi. 3. Siswa dapat mendeskripsikan alat kontrasepsi pada pria dan perempuan 4. Siswa dapat mengidentifikasi proses fertilisasi, gestasi dan persalinan 5. Siswa dapat menjelaskan alasan pentingnya ASI bagi bayi. 6. Siswa dapat menjelaskan penyebab terjadinya kelainan/penyakit yang terkait sistem reproduksi. 7. Siswa dapat menjelaskan cara mencegah/merehabilitasi gangguan/penyakit berkaitan dengan sistem reproduksi
B. Materi Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5.
Proses ovulasi Siklus menstruasi Fertilisasi dan kehamilan Teknologi Keluaraga Berencana Kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia
C. Metode Pembelajaran 1. Model : pembelajaran kooperatif (MPK), tipe STAD 2. Metode: Diskusi, Tanya jawab.
85
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Ke-17 s.d 18
1. Kegiatan Pendahuluan (± 5 menit) Kegiatan a. Guru Mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa dalam belajar. b. Apersepsi: Siswa diingatkan kembali mengenai materi sebelumnya mengenai struktur dan fungsi organ reproduksi pada laki-laki dan wanita. c. Memotivasi Memotivasi siswa tentang pentingnya siswa memahami materi sistem reproduksi pada manusia. d. Setelah guru memotivasi siswa, guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada materi ini.
E. Kegiatan Inti (± 30 menit) Kegiatan a. Guru menyampaikan materi tentang proses ovulasi dan siklus menstruasi. b. Guru menyampaikan materi singkat proses fertilisasi dan kehamilan c. Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif, setiap kelompok terdiri dari 6 sampai 7 orang yang heterogen (campuran prestasi, jenis kelamin, suku, dll). d. Selanjutnya
guru
mengarahkan
siswa
untuk
mengerjakan
permasalahan dalam LKS. e. Setelah itu setiap kelompok mengerjakan tugas yang ada dalam LKS tersebut. f. Menunjuk salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok lain memberi tanggapan atau pertanyaan. Memberi
86
penegasan atau konfirmasi jika ada penyataan-pernyataan yang kurang jelas/kurang benar g. Guru
memberikan
penghargaan
kepada
siswa
yang
mampu
menyelasaikan tugasnya dengan baik dan menilai jawaban siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKS.
F. Kegiatan Penutup (± 10 menit) Kegiatan a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru memberikan tugas rumah membaca materi selanjutnya.
G. Alat/ Bahan/ Sumber Belajar 1. Bahan
: Buku paket, LKS, bahan presentase
H. Sumber : Hadi, Wigati, dkk., 2015. PR Biologi Kelas XI. Intan Pariwara. Klaten Buku Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 dan 2 oleh Eva Latifah Hanum. PT. Remaja Rosdakarya. Jakarta. 2009.
87
I. Penilaian 1. Teknik penilaian
: Tes formatif
2. Instrumen penilaian
: Uraian (essay)
88
Lampiran 7. LEMBAR KERJA SISWA (LKS 01) Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kelompok Nama-nama Anggota Kelompok
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: Biologi : 2 x 45 menit : : 1. 2. 3. 4. 5.
: 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator 1. Mengidentifikasi struktur dan fungsi sistem reproduksi laki-laki dan wanita.
Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 13. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 14. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 15. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, berpikir kreatif, kritis dan sistematis Tujuan 13. Melalui kajian literatur, pengamatan pada carta dan diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi struktur sistem reproduksi laki-laki dan wanita. 14. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing struktur sistem reproduksi laki-laki dan wanita dengan tepat. Alat dan Bahan Alat
: Buku dan Alat Tulis serta Leptop
Bahan
: Buku paket dan charta
89
Narasi Singkat: Budi seorang siswa SMA kelas XI IPA, sedang mempelajari sistem reproduksi pada manusia. Berdasarkan hasil bacaannya Budi memahami bahwa sistem reproduksi pada manusia dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan sistem reproduksi wanita. Dimana setiap sistem reproduksi laki-laki dan wanita memiliki tersusun atas organ yang berbeda serta memiliki fungsi masingmasing. Saat Budi diberikan gambar sistem reproduksi laki-laki dan perempuan tanpa keterangan, Budi mengalami kesulitan dalam menentukan keterangan dari setiap organ reproduksi tersebut.
1. Menemukan Masalah
Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab:
90
2. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab:
91
3. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab:
92
4. Menyusun Hipotesis
Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut? Jawab:
93
JAWABAN LKS 1. Menemukan Masalah Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab: a. Apakah organ penyusun sistem reproduksi pada laki-laki Caranya dengan menelaah narasi di atas, bahwa Budi tidak dan perempuan? mampu memberikan keterangan pada organ penyusun sistem b. Bagaimana fungsi dari masing-masing organ penyusun reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan secara sistem reproduksi pada laki-laki dan perempuan sempurna. Dalam hal ini permasalahan yang harus dipecahkan adalah budi harus mengetahu organ penyusun sistem reproduksi dan fungsinya baik pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga munculah masalah tesebut.
2. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab: Cara mengumpulkan informasinya yaitu: a. Mencari informasi di dalam buku literatur yang relevan. b. Melihat charta sistem reproduksi pada manusia. c. Melakukan pencarian materi melalui internet.
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab: Cara menyatukan informasi yang dikumpulkan adalah dengan mediskusikan bersama teman, dan melihat informasi mana yang ditemukan pada beberapa sumber itu yang diambil sebagai jawaban.
94
3. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab: Organ penyusun sistem reproduksi pada laki-laki: a. Organ dalam: testis; saluran pengeluaran yang terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, uretra, kelenjar asesoris, vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowper. b. Organ reproduksi luar: penis dan skrotum. Organ penyusun system reproduksi pada perempuan: a. Organ dalam:ovarium, oviduk, uterus, dan vagina b. Organ luar: vulva yang terdiri dari mons pubis, labium mayor (bibir besar) dan labium minor (bibir kecil), serta klitoris. Fungsi organ reproduksi pada laki-laki: a. Organ dalam: testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormone kelamin jantan (testosterone); epididymis berfungsi sebagai penyimpanan sementara sperma sampai menjadi matang; vas deferens berfungsi sebagai saluran untuk jalannya sperma dari epididymis menuju kantung semen (vesikula seminalis); saluran ejakulasi berfungsi mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra; uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab: Informasi penting yang harus diingat adalah bahwa system reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan dikelompokan ke dalam dua bagian berdasarkan letaknya yaitu organ dalam dan organ luar serta memiliki fungsinya masing-masing.
95
kantung semen dan saluran untuk membuang urin; kelenjar asesoris berfungsi mempertahankan hidup dan pergerakan sperma; vesikula seminalis berfungsi menghasilkan zat makanan sebagai sumber makanan bagi sperma; kelenjar prostat berfungsi menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam, dan fosfolipid yang berperan untuk memperatahankan kelangsungan hidup sperma; kelenjar Cowper berfungsi menghasilkan getah yang besifat basa. b. Organ luar: Penis berperan sebagai organ untuk kopulasi; skrotum dikenal sebagai buah zakar tempat terdapatnya testis.
4. Menyusun Hipotesis Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang ditemukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab: Organ penyusun sistem reproduksi pada laki-laki: a. Organ dalam: testis; saluran pengeluaran yang terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, uretra, kelenjar asesoris, vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowper. b. Organ reproduksi luar: penis dan skrotum.
Asumsi Kemampuan Memonitoring Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut? Jawab:
96
Organ penyusun system reproduksi pada perempuan: a. Organ dalam:ovarium, oviduk, uterus, dan vagina b. Organ luar: vulva yang terdiri dari mons pubis, labium mayor (bibir besar) dan labium minor (bibir kecil), serta klitoris.
97
Lampiran 8. LEMBAR KERJA SISWA (LKS 02) Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kelompok Nama-nama Anggota Kelompok
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: Biologi : 3 x 45 menit : : 1. 2. 3. 4. 5.
: 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator Menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur. Mengurutkan tahapan spermatogenesis dan oogenesis.
Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 1. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 2 Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 3 Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, secara kritis dan sistematis Tujuan 1. Melalui kajian literatur, pengamatan pada video proses spermatogenesis dan oogenesis dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan proses pembentukan sperma dan sel telur. 2. Melalui kajian literatur dan diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis tahapan spermatogenesis dan oogenesis dengan tepat. Alat dan Bahan Alat : Buku dan Alat Tulis serta Leptop Bahan : Buku paket
98
Narasi Singkat: Putri adalah seorang siswa SMP berusia 13 tahun dan sudah menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan kelamin sekunder, seperti bertambahnya ukuran payudara dan tumbuhnya rambut-rambut pada kemaluan dan ketiak. Untuk pertama kalinya di bulan Mei 2016 ini dia mengalami menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah tersebut sudah menghasilkan sel telur yang siap dibuahi atau terbentuk oosit sekunder. Putri memilki saudara laki-laki berusia 15 tahun, bulan lalu telah mengalami mimpi basah dan menunjukkan ciri-ciri kematangan kelamin sekunder seperti berubahnya suara menjadi lebih dewasa, tumbuhnya jankung dan tumbuhnya rambut-rambut pada kemaluan dan ketiak. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki itu telah menghasilkan sel sperma yang matang yang siap untuk membuahi sel telur. 5. Menemukan Masalah
Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab:
99
6. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab:
100
7. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab:
101
8. Menyusun Hipotesis
Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut? Jawab:
102
KUNCI JAWABAN LKS 1. Menemukan Masalah
Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab: Bagaimanakah proses terbentuknya sel telur dan sel sperma?
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab: Caranya dengan menelaah narasi di atas, terlihat dalam narasi diatas hanya menjelaskan bahwa Putri telah menghasilkan sel telur yang matang begitu juga saudara laki-lakinya telah menghasilkan sl sperma yang matang, tetapi tidak dijelaskn bagaiman proses terbentuknya sel telur maupun sel sperma yang matang tersebut, sehingga munculah masalah tersebut.
2. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab: Cara mengumpulkan informasinya yaitu: d. Mencari informasi di dalam buku literatur yang relevan. e. Melihat charta sistem reproduksi pada manusia. f. Melakukan pencarian materi melalui internet.
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab: Cara menyatukan informasi yang dikumpulkan adalah dengan mediskusikan bersama teman, dan melihat informasi mana yang ditemukan pada beberapa sumber itu yang diambil sebagai jawaban.
103
3. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab: a. Proses pembentukan sel sperma terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus seminiferus. Beberapa tahapannya yaitu: 1) Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan
2) 3) 4) 5)
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab: a. Pada pembentukan sel sperma terjadi tiga kali pembelahan sel, yaitu pembelahan secara mitosis pada spermatogonium dan pembelahan secara meiosis yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder dan meiosis II menghasilkan spermatogonium yang bersifat diploid yang berkumpul di spermatid awal. tepi membrane epitel germinal disebut sperrmatogonium b. Pada pembentukan sel telur terjadi tiga kali pembelahan, tipe A. yaitu pembelahan secara mitosis pada oogonium sperrmatogonium tipe A membelah secara mitosis menjadi menghasilkan oosit primer pada saat bayi berusia 5 bulan spermotogonium tipe B dan setelah beberapa kali dalam kandungan dan pembelahan secara meiosis yaitu membelah, sel ini menjadi spermatosit primer yang diploid. meiosis I dan meiosis II. Saat bayi berusia 6 bulan dalam Spermotosit primer membelah secara meiosis membentuk kandungan terjadi pembelahan oosit primer secara 2 buah spermatosit sekunder yang haploid. meiosis I yang tidak dilanjutkan sampai bayi memasuki spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis masa pubertas. Meiosis I menghasilkan oosit sekunder, membentuk 4 buah spermatid yang merupakan calon kemudian dilanjutkan dengan meiosis II pada masa sperma yang belum memiliki ekor yang bersifat haploid. pubertas. Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa.
b. Proses pembentukan sel telur terjadi di dalam ovarium. Beberapa tahapannya yaitu: 1) Di dalam ovarium terdapat oogonium yang bersifat
104
2)
3) 4)
5)
diploid, kemudian oogonium memperbanyak diri dengan cara mitosis mempentuk oosit primer, dimana tahap ini dimulai sejak bayi masih berusia 5 bulan dalam kandungan. Oosit primer akan membelah secara meiosis pada usia bayi 6 bulan dalam kandungan, tetapi tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh sampai mengalami pubertas. Saat memasuki masa pubertas, oosit primer melanjutkan meiosis tahap berikutnya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran kecil disebut badan polar pertama (polosit primer). Oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II, tetapi pada tahap ini oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi.
105
4. Menyusun Hipotesis
Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab: a. Proses pembentukan sel sperma terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus seminiferus. Beberapa tahapannya yaitu: 1) Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium yang bersifat diploid yang berkumpul di tepi membrane epitel germinal disebut sperrmatogonium tipe A. 2) sperrmatogonium tipe A membelah secara mitosis menjadi spermotogonium tipe B dan setelah beberapa kali membelah, sel ini menjadi spermatosit primer yang diploid. 3) Spermotosit primer membelah secara meiosis membentuk 2 buah spermatosit sekunder yang haploid. 4) spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis membentuk 4 buah spermatid yang merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor yang bersifat haploid. 5) Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa.
b. Proses pembentukan sel telur terjadi di dalam ovarium. Beberapa tahapannya yaitu:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut? Jawab:
106
1) Di dalam ovarium terdapat oogonium yang bersifat diploid, kemudian oogonium memperbanyak diri dengan cara mitosis mempentuk oosit primer, dimana tahap ini dimulai sejak bayi masih berusia 5 bulan dalam kandungan. 2) Oosit primer akan membelah secara meiosis pada usia bayi 6 bulan dalam kandungan, tetapi tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh sampai mengalami pubertas. 3) Saat memasuki masa pubertas, oosit primer melanjutkan meiosis tahap berikutnya. 4) Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Oosit pertama merupakan oosit yang berukuran normal (besar) disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran kecil disebut badan polar pertama (polosit primer). 5) Oosit sekunder melanjutkan tahap meiosis II, tetapi pada tahap ini oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi.
107
Lampiran 9. LEMBAR KERJA SISWA (LKS 03) Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kelompok Nama-nama Anggota Kelompok
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: Biologi : 3 x 45 menit : : 1. 2. 3. 4. 5. : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
: 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator Menguraikan proses ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menjelaskan proses menstruasi. Mendeskripsikan alat kontrasepsi pada pria dan wanita Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 1. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 2. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 3. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, secara kritis dan sistematis Tujuan 1. Melalui kajian literatur, pengamatan pada video tentang proses ovulasi dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan proses proses ovulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan tepat. 2. Melalui kajian literatur, pengamatan pada charta siklus menstruasi dan diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis tahapan menstruasi dengan tepat. 3. Melalui kajian literatur, dan diskusi kelompok siswa dapat mendeskripsikan berbagai alat kontrasepsi dengan tepat. Alat dan Bahan Alat : Buku dan Alat Tulis serta Leptop Bahan : Buku paket dan charta
107
Narasi Singkat: Seorang ibu mengalami satu kali siklus mentruasi selama 28 hari. Tiga bulan terakhir ibu ini mengalami siklus mentruasi yang tidak normal seperti biasanya. Dalam kurun waktu 40 hari dia mengalami menstruasi sebanyak dua kali dengan lama masa menstruasi selama 4 hari setiap bulannya. Diketahui bahwa ibu ini juga mengkonsumsi salah satu pil KB yang bertujuan untuk menghambat proses pembuahan/fertilisasi sehingga tidak terjadi kehamilan. 1. Menemukan Masalah
Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab:
108
2. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab:
109
3. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab:
110
4. Menyusun Hipotesis
Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut? Jawab:
111
KUNCI JAWABAN LKS 1. Menemukan Masalah
Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab: 1. Bagaiman proses terjadinya menstruasi? 2. Bagaimana cara kerja pil KB dalam menghambat proses fertilisasi.
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab: Caranya dengan menelaah narasi di atas, terlihat dalam narasi diatas menunjukkan permasalahan siklus menstruasi yang tidak normal, sehingga perlu diketahui bagaiman proses atau tahapan dari menstruasi itu sendiri. Kemudian mencari tahu bagaiman pil KB dapat mempengaruhi proses fertilisasi.
2. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab: Cara mengumpulkan informasinya yaitu: g. Mencari informasi di dalam buku literatur yang relevan. h. Melihat proses terjadinya menstruasi i. Melakukan pencarian materi melalui internet.
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab: Cara menyatukan informasi yang dikumpulkan adalah dengan mediskusikan bersama teman, dan melihat informasi mana yang ditemukan pada beberapa sumber itu yang diambil sebagai jawaban.
112
3. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab:
113
4. Menyusun Hipotesis
Tahapan Inkuiri Terbimbing Asumsi Kemampuan Memonitoring Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam ada dalam narasi tersebut? narasi tersebut! Jawab: Jawab: 1. Siklus menstruasi berlangsung sekita 28 hari, yang dikelompokan menjadi 4 fase yaitu: a. Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan menghentikan produksi hormone estrogen dan progrsteron. Turunnya kada estrogen dan progrsteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal (endometrium). Sehingga menyebabkan endometrium meluruh dan dindingnya menipis. Peluruhan pada endometrium menyebabkan terjadinya pendarahan, yang biasa berlangsung selama 5 hari. b. Fase pra ovulasi, pada fase ini hipotalamus mengeluarkan hormone gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke14 hingga folikel menjadi matang (folikel de Graaf) dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormone estrogen sebagai
114
penyebab terbentuknya kembali sel-sel penyusun endometrium. c. Fase ovulasi, pada fase ini terjadi perubahan produk hormone. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra ovulasi menyebabkan umpan balik negative atau penghambatan terhadap pelepasan FSH. Menurunnya konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folike de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi. d. Fase pasca ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder akan mengkerut dan berubah menjadi korpus luteum.korpus luteum tetap memproduksi estrogen dan progesterone. Progesterone mendukung kerja estrogen dengan menebalkan endometrium. Proses pasca ovulasi berlangsung dari hari ke-15 sampai ke-28.
116
Lampiran 10. LEMBAR KERJA SISWA (LKS 04) Mata Pelajaran Alokasi Waktu Kelompok Nama-nama Anggota Kelompok
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
: Biologi : 3 x 45 menit : : 1. 2. 3. 4. 5.
: 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pem-bentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, dan pemberian ASI, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia.
Indikator
Mengidentifikasi proses fertilisasi, gestasi dan persalinan Menjelaskan alasan pentingnya ASI bagi bayi.
Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi : 1. Komunikatif : Memberi dan mendengarkan pendapat dalam diskusi kelas 2. Rasa ingin tahu : Memiliki inisiatif sendiri untuk bertanya atau mencari tahu mengenai hal-hal yang belum dipahami 3. Mengembangkan keterampilan sosial meliputi : berlatih berkomunikasi verbal dan tulisan, menuangkan ide, pendapat, secara kritis dan sistematis Tujuan 1. Melalui kajian literatur, dan diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan proses fertilisasi, getasi dan persalinan dengan baik. 2. Melalui kajian literatur, dan diskusi kelompok, siswa dapat menganalisis alasan pentingnya ASI bagi bayi dengan tepat. Alat dan Bahan Alat : Buku dan Alat Tulis serta Leptop Bahan : Buku paket dan charta
117
Narasi Singkat: Seorang wanita yang baru menikah 4 bulan, mengalami tanda-tanda kehamilan seperti terlambat datang bulan atau tidak mengalami menstruasi di bulan ketiga dan keempat ini dan juga merasakan mual-mual. Setelah diperiksakan ke dokter kandungan, hasil tes dan pemeriksaan menunjukkan bahwa perempuan tersebut sedang hamil dengan usia kandungan 2 bulan. Mendengar hal ini dia dan suami sangat bahagia. Seiring berjalannya waktu sampailah pada bulan ke 9 masa kehamilannya. Pada usia kandungan 9 bulan 5 hari, perempuan tersebut telah melalui masa persalinan dan melahirkan bayi laki-laki. Berselang 1 jam setelah persalinan sang ibu menyusui bayinya, dokter menyarankan agar anaknya disusui selama 2 tahun. 9. Menemukan Masalah Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab:
118
10. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab:
119
11. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab:
120
12. Menyusun Hipotesis Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut? Jawab:
121
KUNCI JAWABAN LKS 1. Menemukan Masalah Tahapan Inkuiri Terbimbing Apakah masalah yang terdapat dalam narasai singkat di atas? Jawab: 1. Bagaimana proses terjadinya kehamilan? 2. Apakah pentingnya atau manfaat ASI untuk bayi?
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana anda mengetahui bahwa masalah yang anda tuliskan adalah masalah yang terdapat dalam narasi di atas? Jawab: Caranya dengan menelaah narasi di atas, menunjukkan bahwa wanita tersebut setelah menikah mengalami kehamilan, sehingga permasalahan yang ingin diselesaikan adalah bagaimana proses terjadinya kehamilan tersebut. Serta pada saat kelahiran bayi tersebut, dokter menganjurkan untuk segera diberi ASI. Lalu yang menjadi permasalahanya apa manfaat ASI terhadap bayi tersebut.
2. Mengumpulkan Informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Bagaimana cara anda mengumpulkan informasi untuk menjawab masalah yang anda temukan dalam narasi di atas? Jawab: Cara mengumpulkan informasinya yaitu: j. Mencari informasi di dalam buku literatur yang relevan. k. Melihat charta sistem reproduksi pada manusia. l. Melakukan pencarian materi melalui internet.
Asumsi Kemampuan Memonitoring Bagaimana cara anda menyatukan informasi yang anda kumpulkan, jika informasi itu lebih dari satu literature? Jawab: Cara menyatukan informasi yang dikumpulkan adalah dengan mediskusikan bersama teman, dan melihat informasi mana yang ditemukan pada beberapa sumber itu yang diambil sebagai jawaban.
122
3. Mengolah informasi Tahapan Inkuiri Terbimbing Tuliskanlah beberapa informasi yang telah anda temukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam narasi tersebut! Jawab:
Asumsi Kemampuan Memonitoring Apakah informasi yang penting yang harus anda ingat? Tuliskan! Jawab:
123
4. Menyusun Hipotesis Tahapan Inkuiri Terbimbing Asumsi Kemampuan Memonitoring Tuliskanlah satu kesimpulan dari beberapa informasi yang Adakah kesimpulan lain yang menjawab permasalahan yang ditemukan untuk menjawab permaslahan yang ada dalam ada dalam narasi tersebut? narasi tersebut! Jawab: Jawab: 1. Kehamilan terjadi diawali dengan proses fertilisasi yaitu proses dimana proses peleburan (fusi) antara sel telur (ovum) dan sel sperma. Prosesnya terjadi di dalam saluran telur (tuba falopi). Hasil fertilisasi, yaitu zigot berupa sebuah set dengan jumlah sel kromosom 2n (diploid). Selanjutnya, pada saat bergerak ke arah rahim, zigot berkembang menjadi morula dalam waktu empat hari. Pada saat itu morula segera berkembang menjadi blastula. Perkembangan selanjutnya, sel-sel bagian dalam blastula akan berkembang menjadi bakal janin (embrioblas), dan selsel bagian luar blastula akan berkembang menjadi trofoblas. Pada minggu kedua setelah pembuahan, blastula mengalami implantasi (tertanam) dalam selaput lendir rahim (endometrium). Bagian trofoblas terbenam lebih dalam, bersama endometrium akan berdiferensiasi menjadi plasenta, organ berbentuk piring tempat terjadinya tukar-menukar zat antara bayi dan ibunya. Bagian embrioblas membentuk dua lapisan, yaitu lapisan luar (ektodermis) dan lapisan dalam (endodermis). Bagian
124
permukaan dari lapisan ektodermis mengadakan pelekukan ke dalam (invaginasi) membentuk lapisan tengah (mesodermis). Proses ini disebut gastrulasi, terjadi pada minggu ketiga. Perkembangan berikutnya, dari ketiga lapisan dasar terbentuk jaringan, organ dan sistem tubuh. Hal ini terjadi mulai dari minggu keempat sampai dengan kedelapan, periode ini disebut masa organogenesis. Setelah masa organogenesis, dilanjutkan dengan masa janin yang dimulai sejak usia kehamilan 9 minggu sampai dengan sesaat sebelum lahir (partus). Masa janin ditandai dengan penyempurnaan jaringanjaringan dan organ-organ dalam serta pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa kehamilan (gestasi) dihitung dari pembuahan (fertilisasi) sampai dengan kelahiran (partus), lamanya sekitar 226 hari atau 38 minggu atau 9 bulan 10 hari.
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
Lampiran 12.
Soal Berpikir Kritis: Keterampilan berpikir kritis siswa yang meliputi, interpretasi dan mengklarifikasi makna, analisis dan memeriksa argumen, mengajukan pertanyaan, memberikan kesimpulan, memberikan penjelasan dan menyajikan argument A. Menginterpretasi (untuk memahami dan mengungkapkan makna atau arti dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, konvensi, keyakinan, aturan, prosedur atau kriteria) 1. Peristiwa fertilisasi terjadi di saat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii, maka terjadilah zigot. Pada saat kapankah zigot berkembang menjadi blastosit? B. Menganalisis (Untuk mengidentifikasi hubungan inferensial yang dimaksudkan dan aktual di antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk lain dari representasi dimaksudkan untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi atau opini) 2. Kontrasepsi adalah suatu cara yang bertujuan mencegah terjadinya pembuahan. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembuahan tersebut adalah dengan menggunakan metode sterilisasi. Pada laki-laki sterilisasi dilakukan dengan mengikat/memotong saluran vas deferens dikenal dengan istilah vasektomi, dan pada perempuan dilakukan dengan mengikat/memotong tuba fallopii dikenal dengan istilah tubektomi. Mengapa dengan melakukan vasektomi dan tubektomi dapat mencegah terjadinya pembuahan? C. Menyimpulkan (Untuk mengidentifikasi dan elemen aman diperlukan untuk menarik kesimpulan yang wajar; untuk membentuk dugaan dan hipotesis; mempertimbangkan informasi yang relevan dan educe yang konsekuensi yang mengalir dari data, laporan, prinsip-prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, pendapat, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk lain dari representasi). Jawab: 3. Proses fertilisasi diawali dengan masuknya 200 hingga 400 juta sperma hasil ejakulasi di dalam vagina, sebagian yang tertinggal di vagina akan terseleksi oleh asam vagina dan hanya beberapa ratus ribu sperma yang dapat mencapai uterus. Dengan bantuan kontraksi otot uterus, sperma akan menyebar diseluruh permukaan uterus, dan hanya beberapa ratus yang berhasil mencapai tuba falopii untuk bertemu dengan ovum. Sperma harus menembus korona
154
radiata dan zona pelusida yang membungkus oosit sekunder. Baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan zat tertentu yang saling mendukung sehingga sperma dapat menembus pembungkus oosit sekunder. Bila sebuah sperma telah menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian kortek oosit akan mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti nukleus pada kepala sperma akan membesar dan ekor sperma akan mengalami degenerasi, kemudian terjadi penyatuan inti sperma yang mengandung kromosom haploid dan ovum yang haploid sehingga terbentuk zigot yang mengandung kromosom diploid atau 46 buah kromosom. Dari penjelasan terkait fertilisasi di atas, berikan 4 kesimpulan tahapan fertilisasi mulai dari awal hingga terbentuknya zigot! D. Menjelaskan (Untuk menyatakan hasil penalaran seseorang; untuk membenarkan bahwa penalaran dalam hal dari bukti tersebut, konseptual, metodologis, dan kontekstual pertimbangan pada saat yang didasarkan hasil seseorang; dan untuk menyajikan penalaran dalam bentuk argumen yang meyakinkan) 4. Pada rahim (uterus), saat endometrium telah menebal, siap menerima embrio apabila terjadi fertilisasi. Jika tidak terjadi fertilisasi dan tidak ada implantasi embrio pada endometrium, endometrium luruh, kemudian terjadi menstruasi. Apakah yang menyebabakan terjadinya peluruhan pada endometrium tersebut?
155
Lampiran 13. Rubrik Penskoran Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa No. Soal 1.
2.
Skor
Deskriptor
4
Menjelaskan tahapan perkembangan zigot sampai pada terbentuknya blastosit yang diawali dengan pembentukan morula dan
3
terbentuk sel bola berongga berisi cairan blastosoel dengan baik dan benar. Menjelaskan tahapan perkembangan zigot diawali dengan pembentukan morula dan terbentuk blastosit dengan baik dan benar.
2 1 0 4
3
3.
Hanya menjelaskan perkembangan zigot sampai pada pembentukan morula baik dan benar. Hanya menjelaskan perkembangan zigot sampai pembentukan morula tetapi kurang lengkap Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Menjelaskan akibat jika saluran vas deferens diikat adalah akan menghalangi jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau vesikula seminalis, sehingga ketika ketika terjadi ejakulasi tidak ada sperma yang dikeluarkan dari kantung semen. Menjelaskan akibat jika saluran tuba falopi diikat adalah akan menghalangi keluarnya sel telur menuju tuba falopi dari ovarium, sehingga sel telur tidak sampai ke uterus. Menjelaskan ketika kedua saluran tersebut, maka tidak akan terjadi pertemuan sel sperma dan sel telur di dalam saluran reproduksi perempuan, karena tidak ada sperma yang disalurkan ke organ reproduksi perempuan. Menjelaskan akibat jika saluran vas deferens diikat adalah akan menghalangi jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau vesikula seminalis, sehingga ketika ketika terjadi ejakulasi tidak ada sperma yang dikeluarkan dari kantung semen. Menjelaskan akibat jika saluran tuba falopi diikat adalah akan menghalangi keluarnya sel telur menuju tuba falopi dari ovarium, sehingga sel telur tidak sampai ke uterus. Hanya menjelaskan salah satu akibat dari diikatnya saluran vas deferens atau tuba falopi dengan baik.
2
1 0 4
Hanya menjelaskan salah satu akibat dari diikatnya saluran vas deferens atau tuba falopi kurang sempurna. Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Menjelaskan 4 kesimpulan tahapan fertilisasi dengan tepat yaitu 1) masuknya jutaan sel sperma ke dalam vagina pada saat ejakulasi;
2) ratusan sel sperma menyebar di uterus sampai ke tuba fallopi; 3) sel sperma menembus korona radiate dan zona pelusida sel oosit sekunder; 4) sperma menembus oosit sekunder, inti sel sperma dan sel telur menyatu dan membentuk zigot.
156
4.
3 2 1 0 4
3 2 1 0
Hanya menjelaskan 3 kesimpulan tahapan fertilisasi Hanya menjelaskan 2 kesimpulan tahapan fertilisasi Hanya menjelaskan 1 kesimpulan tahapan fertilisasi Jawaban salah atau tidak ada jawaban
Menjelaskan bahwa luruhnya endometrium disebabkan oleh semakin berkurangnya kadar progesteron. Berkurangnya kadar progesteron disebabkan oleh hancurnya korpus luteum yang selama beberapa hari sebelumnya memproduksi progesteron. Menjelaskan bahwa luruhnya endometrium disebabkan oleh semakin berkurangnya kadar progesteron. Menjelaskan bahwa luruhnya endometrium disebabkan hormon progesterone berhenti diproduksi. Menjelaskan bahwa luruhnya endometrium disebabkan karena tidak diproduksinya hormone progesterone. Jawaban salah atau tidak ada jawaban.
157
Lampiran 14. Soal pemahaman konsep: A. Menafsirkan (mengubah satu bentuk gambaran misalnya angka menjadi bentuk lain misalnya kata-kata).
Gambar. Proses terjadinya ovulasi 1. Berdasarkan gambar di atas, buatlah ilustrasi dalam bentuk diagram proses terjadinya ovulasi! B. Mencontohkan (menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip) Sistem reproduksi pada manusia terdiri atas sistem reproduksi laki-laki dan sistem reproduksi perempuan. Keduanya dibangun oleh alat-alat reproduksi yang memiliki fungsi dan struktur yang spesifik. 2. Tuliskan 2 contoh penyakit/gangguan yang terjadi pada organ reproduksi baik laki-laki maupun perempuan! Dari contoh yang dituliskan, apakah penyebab penyakit tersebut dan bagaimanakah cara mencegahnya?
158
C. Mengklasifikasikan (menentukan sesuatu dalam suatu kategori) 3. Berdasarkan letaknya organ reproduksi pada perempuan dan laki-laki terbagi atas dua, yaitu organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Tuliskan yang termasuk organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam baik pada perempuan maupun laki-laki! D. Merangkum (mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok) Spermatogenesis terjadi pada organ reproduksi pria, yaitu testis. Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar, kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar. Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensiasi yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma, sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim yang memegang peranan dalam menembus membran sel telur. Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari.
4. Buatlah rangkuman dari urain proses spermatogenesis di atas, maksimal 5 kalimat!
159
E. Menyimpulkan (membuat kesimpulan logis berdasarkan informasi yang diterima)
5. Berdasarkan uraian siklus mennstruasi di atas, pada saat kapankah (minggu keberapa) seorang perempuan berada pada masa subur? Berikan alasannya! F. Membandingkan (menemukan hubungan antara dua ide, dua obyek, dan semacamnya) 6. Perempuan pada usia 40 tahun ke atas, kita mengenal yang namanya masa menopous yakni masa berhentinya kesuburan atau tidak lagi mengalami menstruasi. Sedangkan pada laki-laki sampai usia berapa pun tidak mengalami masa menopous. Mengapa terjadi perbedaan yang demikian? G. Menjelaskan (membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem) 7. Apa yang akan terjadi pada sistem reproduksi laki-laki apabila hormon testosteron tidak disekresikan oleh testis?
160
Lampiran 15. Rubrik Penskoran Tes Pemahaman Konsep Biologi Siswa No. Soal 1.
Skor
Deskriptor
4
Menguraikan diagram tahapan oogenesis mulai dari sel lapisan primer dalam embrio oogonium oosit primer oosit sekunder
dan badan polar, dengan baik dan benar. Dilengkapi dengan keterangan pembelahan yang terjadi.
3 2 1
2.
0 4 3 2 1
3.
4.
0 4 3 2 1 0 4 3
Menguraikan diagram tahapan oogenesis tetapi terdapat satu tahapan yang tidak diuraikan. Dilengkapi dengan keterangan pembelahan yang terjadi. Menguraikan diagram tahapan oogenesis tetapi terdapat dua tahapan yang tidak diuraikan. Dilengkapi dengan keterangan pembelahan yang terjadi. Menguraikan diagram tahapan oogenesis tetapi terdapat tiga tahapan yang tidak diuraikan. Tidak dilengkapi dengan keterangan pembelahan yang terjadi. Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Menuliskan 2 jenis penyakit/gangguan yang menyerang organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang baik dan benar penyebab penyakit yang telah dituliskan. Menuliskan 2 jenis penyakit/gangguan yang menyerang organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Memberikan penjelasan akan tetapi kurang tepat Menuliskan 2 jenis penyakit/gangguan yang menyerang organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Tidak memberikan penjelasan Hanya menuliskan masing-masing 1 jenis penyakit yang menyerang organ reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Tidak memberikan penjelasan Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Mampu menentukan semua alat reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian dalam. Terdapat satu kesalahan dalam menentukan alat reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian dalam. Terdapat dua atau tiga kesalahan dalam menentukan alat reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian dalam. Terdapat empat kesalahan dalam menentukan alat reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian dalam. Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Mampu menjelaskan proses terbentuknya sel sperma (spermatogenesis) secara lengkap dengan setiap tahapan pembelahan. Terdapat satu kesalahan dalam menjelaskan tahap pembelahan sel sperma dalam spermatogenesis.
161
5.
1 0 4
3
2
1 0 4
3
2 1 0
2 1 0 4 3 2
6.
7.
Terdapat dua kesalahan menjelaskan tahap pembelahan sel sperma dalam spermatogenesis. Terdapat tiga kesalahan menjelaskan tahap pembelahan sel sperma dalam spermatogenesis. Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Mampu menentukan waktu/masa subur seorang perempuan.
Memberikan penjelasan atau alasan dengan tepat Mampu menentukan waktu/masa subur seorang perempuan Memberikan penjelasan atau alasan kurang tepat Belum mampu menentukan waktu/masa subur dengan tepat Memberikan penjelasan atau alasan yang tepat. Mampu menentukan waktu/masa subur seorang perempuan. Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Mampu memberikan alasan secara tepat mengapa terjadi perbedaan masa yang dialami perempuan yaitu mengalami menopous sedang laki-laki tidak, yakni perempuan memiliki jumlah sel telur terbatas karena proses pembentukan sel telur dimulai sejak saat masi dalam kandungan, namun terjadi pematangan atau perkembangan sel ke tahap selanjutnya saat mencapai usia remaja, sedang setiap bulannya perempuan selalu mengalami siklus mentruasi, sehingga pada usia 40 tahun ke atas mengalami menopous. Sedangkan pada laki-laki terus melakukan pembentukan sel sperma seumur hidup. Memberikan alasan tidak menyeluruh, hanya menjelaskan bahwa sel telur memiliki jumlah yang terbatas, sementara perempuan selalu mengalami menstruasi setiap bulannya. Sedangakan pada laki-laki memiliki sel sperma yang jumlahnya jutaan dan selalu melakukan pembentukan sel sperma. Memberikan alasan bahwa pada perempuan mengalami siklus mentruasi sehingga sel telur habis. Sedangkan pada laki-laki memiliki jutaan sel sperma. Hanya memberikan alasan dari perbadaan perempuan yakni karena perempuan selalu mengalami menstruasi setiap bulan. Jawaban salah atau tidak ada jawaban. Menjelaskan apabila testoteron tidak disekresi oleh testis maka akan menghambat perkembangan organ seks primer pada saat embrio, perkembangan organ reproduksi dan ciri kelamin sekunder serta dapat menghambat spermatogenesis. Menjelaskan apabila testoteron tidak disekresi oleh testis maka akan menghambat perkembangan organ seks primer pada saat embrio, perkembangan organ reproduksi dan ciri kelamin sekunder Menjelaskan apabila testoteron tidak disekresi oleh testis maka akan menghambat perkembangan organ seks primer pada saat embrio Menjelaskan apabila testoteron tidak disekresi oleh testis maka akan menghambat terbentuknya organ seks pada saat embrio Jawaban salah atau tidak ada jawaban.
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
Lampiran 18. Data Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis A. Kelas Eksperimen (Kelas MIT) 1. Kelas XI IPA 1 NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
1
ABR
0
2
2
1
2
AW
0
0
1
1
3
AR
1
2
2
1
4
AW
0
1
1
0
5
DR
0
1
1
0
6
EA
1
1
2
1
7
EJ
0
2
2
1
8
EAN
1
2
2
1
9
FA
0
1
1
0
10
HR
0
1
1
0
11
IA
0
1
1
0
12
IN
1
2
2
1
13
INT
1
1
3
0
14
IRM
0
1
1
0
15
JS
1
2
3
0
16
KH
1
2
2
1
17
KA
0
1
1
0
18
LIK
1
2
2
0
19
LB
1
2
2
0
20
MFF
0
2
2
1
21
MSM
1
2
2
0
22
MSD
0
1
1
0
23
NK
1
2
2
0
24
NL
0
2
3
0
25
NF
1
2
3
0
26
NRH
0
1
1
0
27
SF
1
2
2
0
28
SR
0
2
2
1
29
TD
0
2
2
1
30
WSA
0
2
3
0
JUMLAH
∑ SKOR 5 2 6 2 2 5 5 6 2 2 2 6 5 2 6 6 2 5 5 5 5 2 5 5 6 2 5 5 5 5
NILAI
KETERANGAN
31,25 12,5 37,5 12,5 12,5 31,25 31,25 37,5 12,5 12,5 12,5 37,5 31,25 12,5 37,5 37,5 12,5 31,25 31,25 31,25 31,25 12,5 31,25 31,25 37,5 12,5 31,25 31,25 31,25 31,25 787,5
Sampel Bukan Sampel Sampel Bukan Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Bukan Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
178
2. Kelas XI IPA 5 NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
1
AML
0
1
1
0
2
ARN
0
2
3
0
3
DA
0
1
1
0
4
DSA
0
1
1
0
5
DOU
1
2
3
0
6
DAS
1
2
2
0
7
FR
1
2
2
0
8
FRM
2
2
2
0
9
FEW
0
2
2
1
10
HRD
0
1
1
0
11
KN
0
1
3
1
12
LMD
0
1
1
0
13
MSU
0
0
1
0
14
MAF
1
2
2
0
15
MAA
1
2
3
0
16
MHN
1
2
2
0
17
MFS
0
0
2
0
18
ND
1
1
3
0
19
PSM
1
2
2
1
20
PS
0
2
2
1
21
RM
0
0
2
0
22
RS
0
2
2
1
23
RA
1
2
2
0
24
SM
0
0
2
0
25
SSE
1
2
2
0
26
SJ
0
1
1
0
27
TH
1
2
2
0
28
UA
0
2
3
0
29
VAA
2
2
2
0
30
WAS
1
2
2
0
31
WFA
0
0
2
0
JUMLAH
∑ SKOR 2 5 2 2 6 5 5 6 5 2 5 2 1 5 6 5 2 5 6 5 2 5 5 2 5 2 5 5 6 5 2
NILAI
KETERANGAN
12,5 31,25 12,5 12,5 37,5 31,25 31,25 37,5 31,25 12,5 31,25 12,5 6,25 31,25 37,5 31,25 12,5 31,25 37,5 31,25 12,5 31,25 31,25 12,5 31,25 12,5 31,25 31,25 37,5 31,25 12,5 787,5
Bukan Sampel Sampel Bukan Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Bukan Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Bukan Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel Bukan Sampel
179
B. Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) 1. Kelas XI IPA 2 NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
1
AMP
0
0
2
0
2
AZ
1
2
2
0
3
AYS
1
2
2
0
4
ASD
0
2
2
1
5
AST
0
1
1
0
6
BB
0
2
3
0
7
GTM
1
2
3
0
8
IPP
0
2
3
0
9
IH
1
3
2
0
10
LMA
0
0
1
0
11
LQ
0
0
2
0
12
MT
0
0
2
0
13
ML
1
2
2
0
14
MRS
0
2
2
1
15
MS
1
2
2
0
16
NHS
0
1
1
0
17
NK
0
2
3
0
18
NJ
1
2
2
0
19
NRL
1
1
3
0
20
NF
0
2
2
1
21
SHR
0
0
2
0
22
SB
0
2
3
1
23
SR
1
2
2
0
24
SMS
0
2
2
0
25
SZ
1
2
2
0
26
SAM
1
1
1
1
27
SKA
0
2
3
0
28
SRD
0
2
2
1
29
TK
0
1
1
0
30
ZA
0
2
2
1
JUMLAH
∑ SKOR 2 5 5 5 2 5 6 5 6 1 2 2 5 5 5 2 5 5 5 5 2 6 5 4 5 4 5 5 2 5
NILAI
KETERANGAN
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
37,5
Sampel
31,25
Sampel
37,5
Sampel
6,25
Bukan Sampel
12,5
Bukan Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
37,5
Sampel
31,25
Sampel
25 31,25 25
Bukan Sampel Sampel Bukan Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
787,5
180
2. Kelas XI IPA 4 NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
1
AW
1
2
2
0
2
ANA
1
2
3
0
3
AF
0
0
2
0
4
ANF
0
1
1
0
5
AF
1
2
2
0
6
CA
0
0
2
0
7
DR
0
2
3
1
8
DI
1
2
2
0
9
EA
0
2
3
1
10
EE
0
1
1
0
11
FN
0
2
2
1
12
GHC
0
1
1
0
13
IR
0
1
1
0
14
IW
0
1
1
0
15
KRM
0
2
3
1
16
KU
0
2
3
0
17
MKA
0
0
1
0
18
MI
1
2
3
0
19
MIK
0
2
3
1
20
MMA
1
2
2
0
21
MNA
0
0
1
0
22
NS
1
2
2
1
s
NF
0
0
2
0
24
RHL
0
1
2
1
25
RWY
0
2
2
1
26
RSM
0
2
2
1
27
RHN
0
1
1
0
28
SPW
0
0
2
0
29
SKM
1
2
2
0
30
WRJ
0
2
3
0
JUMLAH
∑ SKOR 5 6 2 2 5 2 6 5 6 2 5 2 2 2 6 5 1 6 6 5 1 6 2 4 5 5 2 2 5 5
NILAI
KETERANGAN
31,25
Sampel
37,5
Sampel
12,5
Bukan Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
37,5
Sampel
31,25
Sampel
37,5
Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
12,5
Bukan Sampel
12,5
Bukan Sampel
37,5
Sampel
31,25
Sampel
6,25
Bukan Sampel
37,5
Sampel
37,5
Sampel
31,25
Sampel
6,25
Bukan Sampel
37,5
Sampel
12,5
Bukan Sampel
25
Bukan Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
12,5
Bukan Sampel
12,5
Bukan Sampel
31,25
Sampel
31,25
Sampel
737,5
181
Lampiran 19. Rerata Skor pre test Keterampilan Berpikir Kritis
No
KELAS
JUMLAH SKOR
1 2 3 4
XI IPA 1 XI IPA 5 XI IPA 2 XI IPA 4 JUMLAH RERATA
787,50 787,50 787,50 737,50 3100,00 25,62
KET: yang termasuk sampel adalah siswa yang memperoleh rentang skor 16 - 26 - 36
182
Lampiran 21. Data Hasil Pretest Pemahaman Konsep A. Kelas Eksperimen (Kelas MIT) 1. Kelas XI IPA 1 NO
1
2
3
4
5
6
7
∑ SKOR
NOMOR SOAL
NAMA SISWA
NILAI
KETERANGAN
1
ABR
0
2
2
2
1
1
1
9
32,14
Sampel
2
AW
0
2
3
2
0
0
2
9
32,14
Sampel
3
AR
1
2
3
3
2
0
0
11
39,29
Sampel
4
AY
0
1
2
2
0
0
0
5
17,86
Bukan Sampel
5
DR
0
1
3
2
2
1
0
9
32,14
Sampel
6
EA
0
2
2
2
1
0
2
9
32,14
Sampel
7
EJ
0
3
2
2
1
0
1
9
32,14
Sampel
8
EAN
2
1
3
2
1
2
1
12
42,86
Sampel
9
FA
0
2
3
2
1
0
1
9
32,14
Sampel
10
HA
0
1
2
2
0
0
0
5
17,86
Bukan Sampel
11
IA
0
2
2
0
1
0
0
5
17,86
Bukan Sampel
12
IN
2
3
2
2
2
2
2
15
53,57
Bukan Sampel
13
IT
0
2
2
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
14
IRM
0
3
2
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
15
JS
0
2
2
2
0
1
2
9
32,14
Sampel
16
KH
0
2
3
3
1
1
0
10
35,71
Sampel
17
KA
1
3
0
2
0
0
0
6
21,43
Bukan Sampel
18
LIK
0
2
3
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
19
LB
0
3
2
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
20
MFF
0
2
2
2
3
1
2
12
42,86
Bukan Sampel
21
MSM
1
3
3
3
0
0
1
11
39,29
Sampel
22
MSD
0
1
2
2
0
0
1
6
21,43
Bukan Sampel
23
NK
0
3
3
3
3
3
0
15
53,57
Bukan Sampel
24
NSL
0
3
3
2
2
0
0
10
35,71
Sampel
25
NF
2
3
2
2
2
2
2
15
53,57
Bukan Sampel
26
NRH
0
2
2
2
2
2
0
10
35,71
Sampel
27
SF
0
2
2
2
3
0
0
9
32,14
Sampel
28
SR
0
2
2
2
2
1
0
9
32,14
Sampel
29
TD
2
2
2
2
0
0
1
9
32,14
Sampel
30
WAS
0
2
3
2
0
1
1
9
32,14
Sampel
JUMLAH
1010,71
183
2. Kelas XI IPA 5 NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
5
6
7
∑ SKOR
NILAI
KETERANGAN
1
AML
0
0
2
2
1
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
2
ARN
0
3
2
2
0
0
3
10
35,71
Sampel
3
DA
1
2
2
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
4
DAN
0
2
2
2
0
0
1
7
25,00
Sampel
5
DOU
0
1
3
2
2
1
2
11
39,29
Sampel
6
DAS
0
2
2
2
1
1
1
9
32,14
Sampel
7
FR
0
2
3
2
1
0
1
9
32,14
Sampel
8
FRM
1
2
3
2
1
2
1
12
42,86
Bukan Sampel
9
FEW
0
2
2
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
10
HRD
0
1
2
2
0
0
1
6
21,43
Bukan Sampel
11
KNR
0
2
2
0
1
0
0
5
17,86
Bukan Sampel
12
LMD
0
1
2
2
0
0
1
6
21,43
Bukan Sampel
13
MSU
0
2
2
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
14
MA
0
2
3
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
15
MAN
2
3
3
2
2
1
2
15
53,57
Bukan Sampel
16
MAH
0
2
2
3
2
1
0
10
35,71
Sampel
17
MFS
1
2
2
2
1
0
1
9
32,14
Sampel
18
ND
0
2
3
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
19
PSM
0
3
2
2
2
1
0
10
35,71
Sampel
20
PS
0
2
2
2
2
1
0
9
32,14
Sampel
21
RM
1
1
2
2
1
0
1
8
28,57
Sampel
22
RS
1
2
3
2
1
0
2
11
39,29
Sampel
23
RA
0
2
2
2
1
1
1
9
32,14
Sampel
24
SM
0
2
2
2
2
0
0
8
28,57
Sampel
25
SS
1
1
2
2
2
2
1
11
39,29
Sampel
26
SJ
0
1
2
2
2
2
0
9
32,14
Sampel
27
TH
0
2
3
2
3
0
0
10
35,71
Sampel
28
UAI
0
3
2
2
2
1
0
10
35,71
Sampel
29
VAA
1
2
2
2
2
1
1
11
39,29
Sampel
30
WAST
0
1
2
2
0
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
31
WFA
0
2
2
2
0
0
0
6
21,43
Bukan Sampel
JUMLAH
992,86
184
B. Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) 1. Kelas XI IPA 2 NO
1
2
3
4
5
6
7
∑ SKOR
NOMOR SOAL
NAMA SISWA
NILAI
KETERANGAN
1
AMP
0
1
2
1
1
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
2
AZ
0
2
2
2
2
0
2
10
35,71
Sampel
3
AYS
0
3
2
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
4
ASD
0
2
2
2
0
0
0
6
21,43
Bukan Sampel
5
AST
0
1
3
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
6
BB
0
3
2
2
0
1
1
9
32,14
Sampel
7
GTM
1
3
3
2
1
0
1
11
39,29
Sampel
8
IPP
1
2
2
2
1
2
2
12
42,86
Bukan Sampel
9
IS
1
3
2
2
2
0
1
11
39,29
Sampel
10
LMI
0
1
1
2
0
0
1
5
17,86
Bukan Sampel
11
LQ
0
2
1
0
1
1
0
5
17,86
Bukan Sampel
12
MT
0
1
2
2
0
0
1
6
21,43
Bukan Sampel
13
ML
1
3
2
2
2
0
1
11
39,29
Sampel
14
MRR
0
2
3
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
15
MS
1
2
2
2
2
0
1
10
35,71
Sampel
16
NSH
0
1
2
1
1
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
17
NK
1
2
2
2
1
0
1
9
32,14
Sampel
18
NJ
0
3
2
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
19
NRL
0
3
2
2
1
1
0
9
32,14
Sampel
20
NF
0
2
2
1
2
1
1
9
32,14
Sampel
21
SHD
1
2
2
2
1
0
1
9
32,14
Sampel
22
SB
1
3
2
2
1
0
2
11
39,29
Sampel
23
SR
0
2
2
2
1
1
1
9
32,14
Sampel
24
SMR
0
2
2
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
25
SZ
0
2
2
2
2
1
1
10
35,71
Sampel
26
SAM
0
1
2
1
1
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
27
SKA
0
2
2
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
28
SRD
0
2
3
2
2
1
0
10
35,71
Sampel
29
TK
1
3
2
2
2
1
1
12
42,86
Bukan Sampel
30
ZA
1
2
2
2
0
1
1
9
32,14
Sampel
JUMLAH
946,43
185
2. Kelas XI IPA 4 NO
1
2
3
4
5
6
7
∑ SKOR
NOMOR SOAL
NAMA SISWA
NILAI
KETERANGAN
1
AAN
0
1
2
2
1
2
1
9
32,14
Sampel
2
ANA
1
2
2
2
1
1
2
11
39,29
Sampel
3
AF
0
2
1
1
1
0
0
5
17,86
Bukan Sampel
4
ANUR
0
2
1
2
1
0
0
6
21,43
Bukan Sampel
5
AF
1
2
3
2
0
1
1
10
35,71
Sampel
6
CA
0
1
2
1
1
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
7
DR
1
2
2
2
1
2
1
11
39,29
Sampel
8
DI
0
3
2
2
0
2
1
10
35,71
Sampel
9
EA
0
3
2
1
0
2
2
10
35,71
Sampel
10
EE
0
0
2
2
1
0
1
6
21,43
Bukan Sampel
11
FN
0
2
3
2
0
1
1
9
32,14
Sampel
12
GHC
0
2
2
2
0
2
1
9
32,14
Sampel
13
IR
1
2
2
2
1
1
1
10
35,71
Sampel
14
IW
0
1
2
1
0
1
1
6
21,43
Bukan Sampel
15
KRM
0
3
2
2
1
2
2
12
42,86
Sampel
16
KU
0
2
2
2
0
2
1
9
32,14
Sampel
17
MKA
0
1
1
1
0
0
1
4
14,29
Bukan Sampel
18
MI
1
2
2
2
2
1
2
12
42,86
Sampel
19
MIK
1
2
2
2
1
1
1
10
35,71
Sampel
20
MMA
0
1
2
2
0
1
1
7
25,00
Sampel
21
MNA
0
1
1
0
0
1
0
3
10,71
Bukan Sampel
22
NS
1
2
2
1
2
1
1
10
35,71
Sampel
23
NF
0
1
2
2
1
0
0
6
21,43
Bukan Sampel
24
RAH
0
1
2
2
2
1
1
9
32,14
Sampel
25
RYB
2
2
3
2
2
2
2
15
53,57
Bukan Sampel
26
RSM
0
2
2
2
2
0
1
9
32,14
Sampel
27
RHN
0
1
2
1
0
0
1
5
17,86
Bukan Sampel
28
SPW
0
2
2
1
0
1
0
6
21,43
Bukan Sampel
29
SKM
1
2
2
2
2
0
1
10
35,71
Sampel
30
WRJ
0
2
3
2
2
0
0
9
32,14
Sampel
JUMLAH
907,14
186
Lampiran 21. Rerata Skor pre test Pemahaman Konsep Biologi Siswa
No
KELAS
JUMLAH SKOR
1
XI IPA 1
1010,71
2 3 4
XI IPA 5 XI IPA 2 XI IPA 4 JUMLAH RERATA
992,86 946,43 907,14 3857,14 31,88
KET: yang termasuk sampel adalah siswa yang memperoleh rentang skor 22 - 32 42
187
Lampiran 22. Data Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Kritis A. Kelas Eksperimen (Kelas MIT) NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
∑ SKOR
NILAI
1
ABR
4
4
3
3
14
87,5
2
AR
3
2
3
3
11
68,75
3
ARN
3
4
3
4
14
87,5
4
DOU
3
2
3
3
11
68,75
5
DAS
3
4
3
4
14
87,5
6
EA
4
3
3
3
13
81,25
7
EJ
3
4
3
3
13
81,25
8
EAX
3
2
3
3
9
FR
4
4
3
3
14
87,5
10
FRM
3
2
3
4
12
75
11
FEW
3
3
3
3
12
75
12
IN
3
4
3
4
14
87,5
13
IT
3
3
3
3
12
75
14
JS
2
2
2
3
9
56,25
15
KH
4
3
3
4
14
87,5
16
KNR
3
2
2
2
9
56,25
17
LIK
2
4
3
3
12
75
18
LB
3
4
2
3
12
75
19
MFF
4
3
3
3
13
81,25
20
MSM
4
4
3
4
15
93,75
21
MAF
3
3
2
2
10
62,5
22
MAN
3
2
3
3
11
68,75
23
MALN
2
4
3
3
12
75
24
ND
3
4
3
3
13
81,25
25
NK
3
4
3
4
14
87,5
26
NSL
3
3
3
2
11
68,75
27
NF
3
3
3
3
12
75
28
PSM
4
4
3
4
15
93,75
29
PS
3
2
3
3
11
68,75
30
RS
3
3
3
3
12
75
31
RA
2
3
3
2
10
62,5
32
SF
3
3
3
3
12
75
33
SR
2
2
3
3
10
62,5
34
TD
2
3
3
2
10
62,5
35
TA
3
3
2
3
11
68,75
36
UAI
4
4
3
4
15
93,75
37
VAA
3
4
3
4
14
87,5
38
WSA
2
2
3
2
9
56,25
39
WAS
3
3
3
4
13
81,25
0
188
B. Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) NO
NOMOR SOAL
NAMA SISWA 1
2
3
4
∑ SKOR
NILAI
1
AZ
2
2
1
2
7
43,75
2
AYS
2
2
2
2
8
50
3
ASD
4
2
3
3
12
75
4
AND
3
2
3
2
10
62,5
5
ANA
2
2
3
2
9
56,25
6
AF
4
3
2
3
12
75
7
BB
3
3
3
2
11
68,75
8
DR
2
2
2
2
8
50
9
DI
1
2
2
2
7
43,75
10
EA
3
3
3
3
12
75
11
FN
3
2
1
2
8
50
12
GTM
3
3
3
3
12
75
13
IPP
3
3
3
3
12
75
14
IH
3
2
3
2
10
62,5
15
KRM
3
3
3
4
13
81,25
16
KU
2
2
1
2
7
43,75
17
MI
3
2
2
2
9
56,25
18
MIK
3
3
3
2
11
68,75
19
MMA
2
3
2
1
8
50
20
ML
3
3
3
4
13
81,25
21
MRS
2
3
2
2
9
56,25
22
MS
3
2
3
2
10
62,5
23
NK
3
3
2
3
11
68,75
24
NJ
3
3
3
3
12
75
25
NRL
3
3
2
2
10
62,5
26
NF
2
3
3
3
11
68,75
27
NS
3
2
2
2
9
56,25
28
RY
4
2
2
2
10
62,5
29
RSM
3
3
3
2
11
68,75
30
SPR
3
3
3
4
13
81,25
31
SR
2
2
2
3
9
56,25
32
SZ
3
2
3
3
11
68,75
33
SRK
2
2
2
2
8
50
34
SRD
4
3
3
3
13
81,25
35
SKM
4
3
2
2
11
68,75
36
WRJ
2
3
3
2
10
62,5
37
ZA
2
2
2
2
8
50
189
Lampiran 23. Data Hasil Posttest Pemahaman Konsep A. Kelas Eksperimen (Kelas MIT) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
NAMA SISWA ABR AW AR ARN DA DR DOU DAS EA EJ EA FA FR FRM FEW IT IRM JM KH LIK LB MSU MA MAH MFS MF MSM NSL NRL ND PSM PS RS RA SF SR SS SJ TR TD UAI VAA WAS WSA
1 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3
2 3 4 2 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 3 2 4
3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
NOMOR SOAL 4 5 6 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3
7 3 4 2 3 3 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3
∑ SKOR
NILAI
23 25 17 21 24 20 19 17 18 22 21 24 21 23 20 18 24 17 22 19 23 18 21 24 25 23 25 20 25 23 24 21 17 21 25 20 24 20 22 19 22 24 17 22
82,14 89,29 60,71 75,00 85,71 71,43 67,86 60,71 64,29 78,57 75,00 85,71 75,00 82,14 71,43 64,29 85,71 60,71 78,57 67,86 82,14 64,29 75,00 85,71 89,29 82,14 89,29 71,43 89,29 82,14 85,71 75,00 60,71 75,00 89,29 71,43 85,71 71,43 78,57 67,86 78,57 85,71 60,71 78,57
190
B. Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
NAMA SISWA AZ AYS AST AA ANA AF BB DR DI EA FN GHE GTM IPP IH IR KRM KU ML MRR MS MI MIK NS NK NJ NRL NF RHL RSM SKM SB SR SMS SZ SKA SRD TK WRJ ZA
1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2
2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2
NOMOR SOAL 3 4 5 4 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 4 2 3
6 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2
7 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3
∑ SKOR
NILAI
19 20 19 20 22 21 19 21 16 17 18 15 18 15 18 21 18 17 18 16 20 17 17 16 19 21 15 21 21 20 21 20 17 18 20 18 19 19 20 18
67,86 71,43 67,86 71,43 78,57 75,00 67,86 75,00 57,14 60,71 64,29 53,57 64,29 53,57 64,29 75,00 64,29 60,71 64,29 57,14 71,43 60,71 60,71 57,14 67,86 75,00 53,57 75,00 75,00 71,43 75,00 71,43 60,71 64,29 71,43 64,29 67,86 67,86 71,43 64,29
191
Lampiran 24. Data Nilai N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa A. Kelas Eksperimen (Kelas MIT) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
NAMA ABR AR ARN DOU DAS\ EA EJ EAS FR FRD FEW IN INT JS KS KNH LIK LB MFF MSM MAF MAA MAN ND NK NSL NF PSM PS RS RA SF SR TH TD UAI VAA WAS WSA Nilai Minimal Nilai Maksimal Jumlah Rerata
NILAI PRE TEST 31,25 37,5 31,25 37,5 31,25 31,25 31,25 37,5 31,25 37,5 31,25 37,5 31,25 37,5 37,5 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 37,5 31,25 31,25 31,25 31,25 37,5 37,5 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 37,5 31,25 31,25 31,25 37,5 1287,5 33,01
NILAI POST TEST 87,5 68,75 87,5 68,75 87,5 81,25 81,25 0 87,5 75 75 87,5 75 56,25 87,5 56,25 75 75 81,25 93,75 62,5 68,75 75 81,25 87,5 68,75 75 93,75 68,75 75 62,5 75 62,5 62,5 68,75 93,75 87,5 56,25 81,25 56,25 93,75 2893,75 74,20
N GAIN 81,82 50,00 81,82 50,00 81,82 72,73 72,73 -60,00 81,82 60,00 63,64 80,00 63,64 30,00 80,00 36,36 63,64 63,64 72,73 90,91 45,45 50,00 63,64 72,73 81,82 54,55 60,00 90,00 54,55 63,64 45,45 63,64 45,45 45,45 54,55 90,91 80,00 36,36 72,73 30 90 2388,18 61,24
192
B. Kelas Kontrol (Kelas Konvensional)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
NAMA AZ AYS ASD AA ANA AF BB DR DI EAR FN GMB IPP IH KRM KU MI MIK MMA ML MRS MS NK NJ NRL NF NS RY RSM SPR SR SZ SKU SRD SKM WRJ ZA Nilai Minimal Nilai Maksima Jumlah Rerata
NILAI PRE TEST 31,25 31,25 31,25 31,25 37,5 31,25 31,25 37,5 31,25 37,5 31,25 37,5 31,25 37,5 37,5 31,25 37,5 37,5 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 37,5 31,25 31,25 37,5 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 31,25 37,5 1218,75 32,94
NILAI POST TEST 43,75 50 75 62,5 56,25 75 68,75 50 43,75 75 50 75 75 62,5 81,25 43,75 56,25 68,75 50 81,25 56,25 62,5 68,75 75 62,5 68,75 56,25 62,5 68,75 81,25 56,25 68,75 50 81,25 68,75 62,5 50 43,75 81,25 2343,75 63,34
N GAIN 18,18 27,27 63,64 45,45 30,00 63,64 54,55 20,00 18,18 60,00 27,27 60,00 63,64 40,00 70,00 18,18 30,00 50,00 27,27 72,73 36,36 45,45 54,55 63,64 45,45 54,55 30,00 45,45 54,55 70,00 36,36 54,55 27,27 72,73 54,55 45,45 27,27 18,18 72,73 1678,18 45,36
193
Lampiran 25. Data Nilai N-Gain Pemahaman Konsep Biologi Siswa A. Kelas Eksperimen (Kelas MIT) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
NAMA ABR AW AR ARN DA DR DOU DAS EA AJ EAX FA FR FRN FEW IT IRM JS KH LI LB MSU MA MAH MFS MFF MSM NSL NLS ND PSM PS RS RA SF SR SS SJ TH TDH UA VAA WA WS Nilai Minimal Nilai Maksimal Jumlah Rerata
NILAI PRE TEST 32,14 32,14 39,29 32,14 32,14 32,14 39,29 32,14 32,14 32,14 42,86 32,14 32,14 42,86 32,14 32,14 32,14 32,14 35,71 32,14 32,14 32,14 32,14 35,71 32,14 42,86 39,29 35,71 35,71 32,14 35,71 32,14 39,29 32,14 32,14 32,14 39,29 32,14 35,71 32,14 35,71 39,29 32,14 32,14 32,14 39,29 1514,29 34,42
NILAI POST TEST 82,14 89,29 60,71 75,00 85,71 71,43 67,86 60,71 64,29 78,57 75,00 85,71 75,00 82,14 71,43 64,29 85,71 60,71 78,57 67,86 82,14 64,29 75,00 85,71 89,29 82,14 89,29 71,43 89,29 82,14 85,71 75,00 60,71 75,00 89,29 71,43 85,71 71,43 78,57 67,86 78,57 85,71 60,71 78,57 60,71 85,71 3357,14 76,30
N GAIN 73,68 84,21 35,29 63,16 78,95 57,89 47,06 42,11 47,37 68,42 56,25 78,95 63,16 68,75 57,89 47,37 78,95 42,11 66,67 52,63 73,68 47,37 63,16 77,78 84,21 68,75 82,35 55,56 83,33 73,68 77,78 63,16 35,29 63,16 84,21 57,89 76,47 57,89 66,67 52,63 66,67 76,47 42,11 68,42 35,29 86,67 2809,56 63,85
194
B. Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
NAMA AZ AYS AST AAN ANA AF BB DR DI EAL FN GHC GTM IPP IH IR KRM KU ML MRR MS MI MII NS NK NJ NRL NFL RH RIS SUK SAP SR SMS SZ SKA SRD TK WRJ ZA Nilai Minimal Nilai Maksimal Jumlah Rerata
NILAI PRE TEST 35,71 32,14 32,14 32,14 39,29 35,71 32,14 39,29 35,71 35,71 32,14 32,14 39,29 42,86 39,29 35,71 42,86 32,14 39,29 32,14 35,71 42,86 35,71 35,71 32,14 32,14 32,14 32,14 32,14 32,14 35,71 39,29 32,14 32,14 35,71 32,14 35,71 42,86 32,14 32,14 32,14 42,86 1410,71 35,27
NILAI POST TEST 67,86 71,43 67,86 71,43 78,57 75,00 67,86 75,00 57,14 60,71 64,29 53,57 64,29 53,57 64,29 75,00 64,29 60,71 64,29 57,14 71,43 60,71 60,71 57,14 67,86 75,00 53,57 75,00 75,00 71,43 75,00 71,43 60,71 64,29 71,43 64,29 67,86 67,86 71,43 64,29 53,57 78,57 2660,71 66,52
N GAIN 50,00 57,89 52,63 57,89 64,71 61,11 52,63 58,82 33,33 38,89 47,37 31,58 41,18 18,75 41,18 61,11 37,50 42,11 41,18 36,84 55,56 31,25 38,89 33,33 52,63 63,16 31,58 63,16 63,16 57,89 61,11 52,94 42,11 47,37 55,56 47,37 50,00 43,75 57,89 47,37 20 64,71 1922,77 48,07
195
Lampiran 26. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data 1. Kelas Eksperimen a. Pengaruh MIT terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic BERP.KRITIS
df
,122
Shapiro-Wilk
Sig. 39
Statistic
,146
df
,958
Sig. 39
,157
a. Lilliefors Significance Correction Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Based on Mean
,319
1
74
,574
Based on Median
,336
1
74
,564
Based on Median and with adjusted df
,336
1
73,796
,564
Based on trimmed mean
,310
1
74
,579
BERP.KRITIS
b. Pengaruh MIT terhadap Pemahaman Konsep Biologi Siswa Case Processing Summary Cases Valid N MOD.MIT
Missing
Percent 44
N
100,0%
Total
Percent 0
0,0%
N
Percent 44
100,0%
Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Based on Mean
3,169
1
82
,079
Based on Median
3,150
1
82
,080
Based on Median and with adjusted df
3,150
1
74,501
,080
Based on trimmed mean
3,160
1
82
,079
PEM.KONSEP
196
2. Kelas Kontrol a. Pengaruh Model Konvenional terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic MOD.KONVENS
df
,141
Shapiro-Wilk
Sig. 37
Statistic
,060
df
,938
Sig. 37
,038
a. Lilliefors Significance Correction
b. Pengaruh Model Konvenional terhadap Pemahaman Konsep Biologi Siswa Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic MOD.KONVENS
,110
df
Sig. 40
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
,200
Statistic *
,956
df
Sig. 40
,121
197
Lampiran 27. Pengujian Hipotesis Perbedaan Pre test dan Post Test Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa
1. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Group Statistics KELOMPOK
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1,00
39
64,3990
16,20781
2,59533
2,00
37
45,3562
16,99693
2,79428
NILAI
2. Pemahaman Konsep Biologi Siswa Group Statistics KELOMPOK
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1,00
44
64,3173
14,58056
2,19810
2,00
40
48,2123
11,01968
1,74236
NILAI
198
Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian
Pelaksanaan Pretest
Guru menjelaskan materi secara singkat
199
Guru mengontrol jalannya diskusi
Siswa melakukan diskusi kelompok
200
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan observer mengamati jalannya diskusi
201
Pelaksanaan Posttest
201
202
203
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Tampo, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, pada tanggal 27 Maret 1991. Penulis anak ke 7 dari 8 orang bersaudara dari pasangan Ishak Landai dan Waode Salina. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SDN 31 Poasia lulus tahun 2003, SMPN 5 Kendari lulus tahun 2006, SMAN 2 Kendari lulus tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Halu Oleo Kendari pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi dan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan S2 pada program Pascasarjana Universitas Halu Oleo Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Biologi pada tahun 2014. Sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Pascasarjana, penulis menyusun tesis dengan judul, “Penerapan Metakognisi pada Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Biologi Siswa pada SMA”. Tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis, maupun guru-guru Biologi pada umumnya, guna peningkatan kualitas dan mutu pendidikan.