JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI DINAMIKA (Diterima 16 November 2016; direvisi 31 Desember 2016; disetujui 31 Desember 2016) Dea Annisa Utami1, Taufik Ramlan Ramalis2, Duden Saepuzaman3 1,2,3
Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Email:
[email protected]
Abstract The aims of this study is to determine the increase in critical thinking skills and mastery of the concept after the application of abductive inquiry learning model at high school students. This research are motivated by the lack of mastery of concepts and critical thinking skills of the preliminary study in the same school. This study used a preexperimental research design and one-group pretest-posttest design involving 33 students of class X in one of the high school in Bandung. Aspects of critical thinking skills measured are the interpretation, analysis, evaluation, inference, and explanatory, while the measured aspects of mastery of concepts is remembering, understanding and analysis. The results of analysis of pretest-posttest scores showed that abductive inquiry learning model can improve critical thinking skills with an average value of 0.47 with a normalized gain medium category. If considered each aspect, all aspects of critical thinking skills with moderate category, explanatory aspects showed the greatest increase is 0.68. Abductive inquiry learning model can also improve the mastery of concepts with an average value of 0.62 normalized gain. All aspects of the concept of mastery increases the medium category, the aspect of the analysis showed the greatest increase in the amount of 0.65 Keywords : Abductive Inquiry Learning Model, Critical Thinking Skills, Mastery of the Concept
176
Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif pada siswa SMA. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dari hasil studi pendahuluan di sekolah yang sama. Penelitian ini menggunakan pre eksperimen dan desain penelitian one-group pretest-posttest design yang melibatkan 33 siswa kelas X di salah satu SMA di kota Bandung. Aspek keterampilan berpikir kritis yang diukur adalah interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan eksplanasi, sedangkan aspek penguasaan konsep yang diukur adalah mengingat, pemahaman dan analisis. Hasil analisis dari skor pretest-posttest didapatkan bahwa model pembelajaran inkuiri abduktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi 0,47 dengan kategori sedang. Jika ditinjau tiap aspek, semua aspek keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang, aspek eksplanasi menunjukan peningkatan paling besar yaitu 0,68. Model pembelajaran inkuiri abduktif juga dapat meningkatkan penguasaan konsep dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi 0,62. Semua aspek penguasaan konsep meningkat dengan kategori sedang, aspek analisis menunjukan peningkatan yang paling besar yaitu sebesar 0,65. Kata Kunci : Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif, Keterampilan Berpikir Krtis, Penguasaan Konsep
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
177
Utami, dkk
dilakukan dengan menggunakan metode
PENDAHULUAN Peraturan
Pemerintah
No
32
ceramah,
siswa
jarang
melakukan
Tahun 2013 tentang standar nasional
praktikum, mengalami kesulitan dalam
pendidikan menerangkan bahwa: “fisika
memahami konsep fisika dan metode
termasuk bahan kajian ilmu pengetahuan
pembelajaran
yang
alam,
membosankan
sehingga
dimaksudkan
mengembangkan
ilmu
untuk pengetahuan,
dianggap kurang
membantu siswa dalam peningkatan
pemahaman, dan kemampuan analisis
penguasaan
siswa terhadap lingkungan alam dan
keterampilan berpikir kritis. Penggunaan
sekitarnya, serta mengembangkan proses
metode pembelajaran di sekolah ini
berpikir
ternyata belum berhasil karena dilihat
secara
kritis,
kreatif,
dan
mandiri”.
konsep
maupun
dari hasil tes penguasaan konsep siswa
Uraian di atas menjelaskan bahwa
ternyata hanya 20,93% siswa yang
pelajaran fisika dimaksudkan untuk
nilainya di atas KKM yaitu 75. Hasil
melatih
observasi
siswa
dalam
menguasai
yang
dilakukan
peneliti
pengetahuan, konsep, prinsip fisika, dan
selama beberapa pertemuan menunjukan
mampu
fenomena-
hal yang sama, dalam pembelajarannya
fenomena alam di sekitar, serta memiliki
menggunakan metode ceramah. Hal ini
kecakapan ilmiah, siswa juga harus
menunjukan bahwa penguasaan konsep
memiliki
dan keterampilan berpikir kritis siswa
menganalisis
keterampilan
proses,
keterampilan berpikir kritis, dan kreatif.
masih kurang memuaskan sehingga
Hasil studi pendahuluan yang
perlu ditingkatkan.
dilakukan di salah satu sekolah di kota Bandung
menunjukkan
Metode ceramah yang dilakukan
bahwa
guru cenderung akan membuat siswa
pencapaian keterampilan berpikir kritis
mengikuti segala apa yang disampaikan
(KBK) masih harus ditingkatkan. Secara
oleh guru (Nugraha, 2011). Pada metode
umum pencapaian untuk indikator KBK
ini juga siswa cenderung kurang terlibat
diantaranya
36,00%
langsung dalam proses pembelajaran
(rendah), Analisis 39,00% (rendah),
seperti bertanya, menjawab, pemecahan
evaluasi 46,33 %
(cukup), inferensi
masalah dan menemukan informasi
10,00% (sangat rendah), dan eksplanasi
sendiri tentang materi yang diajarkan,
52,67% (cukup).
karena siswa hanya akan mendengar,
interpretasi
Hasil wawancara dengan guru dan
mencatat, dan dipaksa untuk mengingat
hasil angket yang diberikan kepada
tanpa
siswa pada umumnya pembelajaran
informasi yang didapatnya, sehingga
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
178
memahami
dan
memaknai
Utami, dkk
metode ini kurang memfasilitasi siswa
2013). Model inkuiri abduktif terdiri
dalam proses pengembangan berpikir.
dari
Perlu
adanya
memperbaiki
upaya
proses
(Oh,
2013)
:
exploration (eksplorasi), examination
pembelajaran
(pemeriksaan), selection (seleksi), dan explanation (penjelasan).
lebih aktif dan terlibat langsung dalam Adanya
elemen
untuk
dengan mengganti metode agar siswa
pembelajaran.
empat
Sanjaya
keterlibatan
bahwa
(2006)
salah
berpendapat
satu
penggunaan
memudahkan siswa dalam menemukan
mengembangkan keterampilan berpikir
dan
yang
secara sistematis, logis, dan kritis.
siswa
Model pembelajaran inkuiri juga dapat
dipelajarinya.
konsep
Semakin
aktif
inkuiri
dari
siswa dalam proses pembelajaran akan
memahami
strategi
tujuan
terlibat dalam proses pembelajaran,
meningkatkan
diharapkan
terasah
kritis dengan kategori sedang sesuai
pengembangan keterampilan berpikir
dengan penelitian Maulana (2011) dan
kritisnya dan penguasaan konsepnya.
Hanadawanuri (2011).
semakin
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyelidiki
keterampilan
adalah
berpikir
Keterampilan berpikir kritis yang
peningkatan
diukur adalah indikator keterampilan
kritis
dan
berpikir kritis menurut Facione (2013).
penguasaan konsep setelah diterapkan
Dalam penelitian ini indikator yang
model pembelajaran inkuiri abduktif.
digunakan
keterampilan
Ada abduktif
berpikir
dua
arti
utama
inkuiri
analisis,
Magnani (2009) dalam (Oh,
meliputi evaluasi,
:
interpretasi,
inferensi
dan
eksplanasi.
2010): (1) inkuiri abduktif menghasilkan
Penguasaan konsep yang diukur
hipotesis yang masuk akal (selektif atau
adalah indikator penguasaan konsep
kreatif)
sesuai
dan
(2)
inkuiri
abduktif
dengan
taksonomi
Marzano
dianggap sebagai kesimpulan untuk
(2000). Dalam penelitian ini indikator
penjelasan
yang digunakan meliputi sistem kognitif
terbaik
yang
juga
mengevaluasi hipotesis. Inkuiri abduktif
mencakup
adalah proses berlatih berpikir ilmiah
pemahaman
atau
analisis.
bernalar
untuk
membentuk
hipotesis yang jelas, mencakup semua
hipotesis
tidak
hanya
tetapi
(comprehension),
dan
Jenis penelitian yang digunakan
menemukan juga
(retrieval),
METODE PENELITIAN
hal sehingga melahirkan teori dan konsep
mengingat
adalah penelitian kuantitatif dengan
harus
metode
mempertimbangkan hipotesisnya (Oh,
pre
experiment.
Desain
penelitian yang digunakan adalah One-
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
179
Utami, dkk
Group
Pretest-Posttest.
Populasinya
pre-test dan setelah perlakuan dilakukan
merupakan seluruh siswa kelas X pada
post-test. Selama proses pembelajaran
salah satu SMA Negeri di kota Bandung
dilaksanakan, aktifitas guru dan siswa
semester
diamati oleh dua orang observer untuk
ganjil
2014/2015.
tahun
Adapun
pelajaran
yang
menjadi
menilai
sampel pada penelitian ini adalah siswa
keterlaksanaan
model
pembelajaran.
kelas X MIA 2 dengan jumlah siswa
Untuk
melihat
peningkatan
sebanyak 33 orang yang dipilih secara
keterampilan
berpikir
kritis
cluster random sampling.
penguasaan konsep digunakan skor n-
dan
Instrumen yang digunakan untuk
gain yang mengacu pada perumusan
mengukur keterampilan berpikir kritis
gain yang dinormalisasi R. Hake (1998).
adalah soal pilihan ganda beralasan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan 5 opsi jawaban sesuai dengan
Data terkait rata-rata skor antara
indikator Facione (2013), sedangkan
hasil pretest dan posttest disajikan
instrumen
dalam
yang
digunakan
untuk
Tabel
1.
Peningkatan
mengukur penguasaan konsep adalah
keterampilan berpikir kritis keseluruhan
soal pilihan ganda dengan 5 opsi
berdasarkan nilai rata-rata gain yang
jawaban
yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,47
sesuai
dengan
indikator
Marzano (2010). Instumen ini awalnya
dan
diujicobakan terlebih dahulu kemudian
peningkatan sedang.
dihitung nilai reliabilitas, validitas dan
kedalam
kategori
Keterampilan berpikir kritis yang
tingkat kesukaran. Penelitian
termasuk
dipakai dalam penelitian ini mengacu dilakukan
sebanyak
pada
keterampilan
berpikir
kritis
dua kali pertemuan tentang dinamika.
menurut Facione (2013), yang meliputi
sebelum
dilaksanakan,
aspek interpretasi, analisis, evaluasi,
terlebih dahulu dilakukan pre-test dan
inferensi, dan eksplanasi. Peningkatan
setelah perlakuan dilakukan post-test.
setiap aspek keterampilan berpikir kritis
Selama
yang diteliti dapat dijelaskan secara
perlakuan
proses
pembelajaran
dilaksanakan, aktifitas guru dan siswa
terperinci dalam Tabel 2.
diamati oleh dua orang observer untuk menilai
keterlaksanaan
pembelajaran.
Penelitian
Berdasarkan Tabel 2, terlihat
model
adanya perbedaan nilai skor rata-rata
dilakukan
pretest
dan
posttest.
sebanyak dua kali pertemuan tentang
keterampilan
dinamika.
perlakuan
interpretasi berdasarkan nilai rata-rata
dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan
gain yang yang dinormalisasi yaitu
sebelum
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
180
berpikir
Peningkatan kritis
aspek
Utami, dkk
Tabel 1 Rekapitulasi Skor Keterampilan Berpikir Kritis Keseluruhan Xtotal (%) 100 100
Tes Pretest Posttest
Xmin (%) 0 26,67
Xmax (%) 60,00 86,67
(%)
24,24 60,00
35,76
0,47
Tabel 2 Rekapitulasi Skor Keterampilan Berpikir Kritis Tiap Aspek Aspek KBK
Tes
Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi Eksplanasi
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
Xtotal (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Xmin (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33,3
Xmax (%) 28,03 100 66,67 100 100 100 100 100 100 100
(%) 28,03 52,27 26,26 58,59 16,67 69,70 18,18 48,48 27,27 76,77
24,2 4 32,3 2 53,0 3 30,3 0
0,32 0,47 0,61 0,35
49,4 9
0,68
sebesar 0,32, aspek analisis nilai rata-
operations,
rata gain yang yang dinormalisasi yaitu
(Syamsudin, 2004). Pada siswa SMA
sebesar 0,47, aspek evaluasi nilai rata-
kelas X telah memasuki tahapan abstrak
rata gain yang yang dinormalisasi yaitu
formal operation dimana siswa sudah
sebesar 0,61, aspek inferensi nilai rata-
mampu berpikir abstrak, logis dan
rata gain yang yang dinormalisasi yaitu
ilmiah, memiliki kemampuan menarik
sebesar 0,35, dan aspek eksplanasi nilai
kesimpulan,
rata-rata gain yang yang dinormalisasi
mengembangkan
yaitu
perkembangan
sebesar
0,68.
Semua
aspek
dan
formal
operation
menafsirkan hipotesis. kognitif
dan Namun
tiap
siswa
keterampilan berpikir kritis meningkat
berbeda-beda ada yang berkembang
dengan kategori peningkatan sedang.
secara cepat dan lambat.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa
hal
salah
satunya
Menurut Munir (1997) dalam
yaitu
Ridwan
(2010),
faktor-faktor
lain
karakteristik siswa seperti pengetahuan
diantaranya: motivasi siswa, tingkat
awal
tingkat
intelektual siswa, proses belajar, jenis
perkembangan kognitif siswa Smith
tes, kurikulum dan guru, serta keadaan
2002 dalam (Saepuzaman, 2011). Salah
sosial,
satu
menjelaskan
keluarga. Penyebab utamanya adalah
perkembangan kognitif adalah teori
proses belajar yaitu dalam pemilihan
Piaget. Teori Piaget menyatakan bahwa
model pembelajaran. Karena dari hasil
proses
studi pendahuluan memberikan angket
secara
siswa,
teori
umur
yang
perkembangan bertahap
dan
berlangsung
mengikuti
ekonomi
dan
pendidikan
tahapan
kepada siswa, dapat disimpulkan bahwa
sensorimotor, preoperational, concrete
pemilihan model pembelajaran dapat
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
181
Utami, dkk
berpengaruh
terhadap
motivasi,
Penguasaan
konsep
yang
penguasaan konsep dan perkembangan
dipakai dalam penelitian ini mengacu
keterampilan berpikir kritis siswa.
pada indikator
Dalam inkuiri
model
abduktif
ini
pembelajaran terjadi
penguasaan konsep
menurut Marzano (2000), yang meliputi
proses
aspek
mengingat,
pemahaman,
perkembangan berpikir siswa, dimana
analisis.
pada awalnya siswa diberikan sebuah
penguasaan konsep yang diteliti dapat
masalah, dihadapkan pada fenomena-
dijelaskan secara terperinci dalam Tabel
fenomena nyata yang berada dalam
4.
kehidupan sehari-hari, dan siswa harus
Peningkatan
setiap
dan aspek
Secara keseluruhan peningkatan
mencari informasi dan memecahkan
penguasaan
sendiri masalah yang dihadapinya baik
peningkatan penguasaan konsep tiap
dengan
atau
aspek menurut skor pretest dan posttest,
eksperimen. Pemecahan masalah ini
serta menurut gain yang dinormalisasi
menggunakan
digambarkan dalam grafik berikut.
melakukan
observasi
kemampuan
berpikir
konsep
dan
profil
kritis, logis dan ilmiah. Hal ini sejalan
Pada Tabel 4, terlihat adanya
dengan pendapat Haury 2008 dalam
perbedaan nilai skor rata-rata dari hasil
(Putri, 2013) bahwa metode inkuiri
pretest
membantu perkembangan literasi sains,
penguasaan konsep aspek mengingat
pemahaman
ilmiah,
berdasarkan nilai rata-rata gain yang
pemahaman konsep, berpikir kritis, dan
yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,62,
bersikap positif.
aspek pemahaman nilai rata-rata gain
Peningkatan Penguasaan Konsep
yang yang dinormalisasi yaitu sebesar
proses-proses
dan
posttest.
Peningkatan
Pada Tabel 3, terlihat adanya
0,60, dan aspek analisis nilai rata-rata
perubahan nilai skor rata-rata pretest
gain yang yang dinormalisasi yaitu
dan posttest. Peningkatan penguasaan
sebesar 0,6 sehingga semua aspek
konsep keseluruhan berdasarkan nilai
penguasaan konsep meningkat dengan
rata-rata gain yang yang dinormalisasi
kategori peningkatan sedang. Hal ini
yaitu sebesar 0,62 dan termasuk ke
menunjukkan bahwa penerapan model
dalam kategori peningkatan sedang. Hal
pembelajaran
ini
menunjukkan
bahwa
inkuiri
penerapan
model pembelajaran inkuiri abduktif dapat meningkatkan penguasaan konsep dengan kategori sedang.
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
182
Utami, dkk
Tabel 3 Rekapitulasi Skor Penguasaan Konsep Keseluruhan Xtotal (%) 100 100
Tes Pretest Posttest
Xmin (%) 6,25 43,75
Xmax (%) 62,50 87,50
(%)
30,87 74,43
43,35
0,62
Tabel 4 Rekapitulasi Skor Penguasaan Konsep Tiap Aspek Indikator Penguasaan Konsep Mengingat Pemahaman Analisis
Tes
Xtotal (%)
Xmin (%)
Xmax (%)
(%)
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
100 100 100 100 100 100
0 25,00 0 42,86 0 40,00
75 100 57,14 100 80 100
29,55 77,27 26,84 71,43 27,88 76,36
< G > 47, 73 44, 59 48, 48
abduktif dapat meningkatkan semua aspek
penguasaan
konsep
0,62 0,60 0,65
Hal ini menjadi pertimbangan
dengan
mengapa model pembelajaran inkuiri
kategori sedang.
abduktif
Sebenarnya penguasaan
sebagian
konsep
indikator
terdapat
dapat
meningkatkan
penguasaan konsep siswa, alasannya
dalam
tidak jauh berbeda dengan hal-hal yang
indikator keterampilan berpikir kritis.
menyebabkan
Indikator keterampilan berpikir kritis
inkuiri abduktif dapat meningkatkan
meliputi interpretasi, analisis, evaluasi,
keterampilan berpikir kritis siswa.
inferensi, dan eksplanasi, sedangkan
pembelajaran
Faktor lain yang berpengaruh
indikator penguasaan konsep meliputi
terhadap
mengingat, pemahaman, analisis dan
konsep
penggunaan
perlakuan
pengetahuan,
model
jika
peningkatan yaitu
jarak
dan
penguasaan waktu
posttest
juga
antara yang
dijabarkan lebih detail maka terdapat
menyebabkan peningkatannya sedang
beberapa indikator yang mirip.
Pola
karena banyak siswa yang tidak pernah
penalaran terjadi dalam dua hal yaitu
melakukan pengulangan materi sehingga
secara deduktif dan induktif, artinya
siswa lupa
siswa mendapatkan konsepnya dengan
Sejalan
dua
(2011) dalam (Mulyani, 2013) yang
cara
tersebut
(Dahar,
1996).
materi yang diajarkan.
dengan
pendapat
Penalaran induktif dan deduktif ini
menyatakan
merupakan
dari
menjadi semakin berkurang dengan
berpikir kritis seperti yang dijelaskan
berlalunya waktu bila tidak pernah
Ennis (2000), sehingga ada irisan antara
diulang kembali. Memori otak ini bila
keterampilan
dalam
kemampuan
berpikir
dasar
kritis
dan
penguasaan konsep.
bahwa
Muttohar
jangka
waktu
memori
lama
otak
tidak
dimunculkan dari sejak penerimaan maka memori ini akan ruksak atau menghilang. Hal ini sejalan dengan
JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
183
Utami, dkk
pendapat Saepuzaman (2011) bahwa
penguasaan
pengulangan membantu siswa untuk
mengingat, aspek pemahaman dan aspek
berlatih dan mengembangkan semua
analisis mengalami peningkatan dengan
daya yang ada pada diri siswa, yaitu
kategori sedang.
mengamati,
DAFTAR PUSTAKA
menanggapi,
mengingat,
dan berpikir. Selain itu, hasil penelitian
yang
mampu
memfasilitasi
satu
konsep
pembentukan/penguasaan
siswa
diperoleh
dengan
keterampilan proses sainsnya, maka
Facione, P. A. 2013. Critical Thinking: What It Is and Why It Count. Insight Assessment.http://insighassessment .com. Diakses tanggal 31 Desember 2016
tidak heran jika pembelajaran inkuiri (termasuk
inkuiri
abduktif)
mampu
memfasilitasi peningkatan penguasaan konsep siswa. KESIMPULAN
Hake, R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A sixthousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Journal American Association of Physics Teacher. 66 (1): 64-74.
Berdasarkan data dan analisis hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa secara keseluruhan keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan dengan
kategori
sedang
setelah
Hanadawanuri. 2011. Pengaruh Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Inquiry. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi. Semua aspek keterampilan berpikir kritis yaitu aspek interpretasi, aspek analisis, aspek evaluasi, aspek inferensi eksplanasi
mengalami
Juhji. 2016. Peningkatan keterampilan proses sains siswa melalui pendekatan inkuiri terbimbing. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. 2 (1): 58-70.
dan aspek peningkatan
dengan kategori sedang. Penguasaan konsep mengalami peningkatan dengan kategori
sedang
setelah
aspek
Ennis, R. H. 2000. At Outline Goals for a Critical Thinking Curriculum and its Assessment. http://criticalthinking.net.. Diakses tanggal 26 Maret 2014.
keterampilan proses sains siswa. Karena salah
yaitu
Dahar, R. W. 1996. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Juhji (2016) ditemukan pembelajaran inkuiri
konsep
Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives. Corwin Press. Thousand Oaks, CA.
penerapan
model pembelajaran inkuiri abduktif yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi. Semua aspek JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
184
Utami, dkk
Maulana, 2011. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Ridwan, M. 2010. Penerapan Teknik Pembelajaran Aktif pada Materi Hukum Gravitasi Newton untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mulyani, D. 2013. Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Tekanan. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Saepuzaman, D. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kombinasi Eksperimen NyataVirtual pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk Meningktakan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Nugraha, M. G. 2011. Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Simulasi Komputer untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Korelasinya dengan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Kencana Pradana. Jakarta
Syamsyudin Abin . 2004. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Rosda. Bandung.
Oh, J-Y. 2013. Understanding Natural Science Based on Abductive Inference: Continental Drift. Springer Science and Business Media Dordrecht. 19 (2): 153-174 Oh, P. S. 2010. How can teachers help students formulate scientific hypothesis? Some strategies found in abductive inquiry activities of earth science”. International Journal of Science Education. 32 (4): 541-560 Republik Indonesia. 2013. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.Sekretariat Negara. Jakarta. Putri, F. M. 2013. Pengaruh Penerapan Kombinasi Metode Inkuiri dan Pengajaran Timbal Balik terhadap Capaian Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Dinamika Partikel. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. JPPI, Vol. 2, No. 2, Desember 2016, Hal. 176-185 e-ISSN 2477-2038
185
Utami, dkk