PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
Siti Nur Halimah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
Oleh Siti Nur Halimah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Natar kelas X-8 sebagai kelas eksperimen. Efektivitas model inkuiri terbimbing ditentukan dengan uji-t dan uji effect size terhadap perbedaan rerata nilai pretes dan postes, baik n-Gain motivasi belajar maupun n-Gain penguasaan konsep. Berdasarkan pengujian menggunakan uji-t dan uji effect size diperoleh kesimpulan bahwa model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran inkuiri terbimbing, penguasaan konsep.
Penerapan Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit
Oleh
Siti Nur Halimah
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedung Sari, Kecamatan Anak Ratu Aji Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 7 Juli 1995, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara buah hati Bapak Suprapdan, dan Ibu Mistiyah.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri 1 Gedung Sari, Kecamatan Anak Ratu Aji, Kabupaten Lampung Tengah dan tamat pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 1 Gedung Sari hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikanya di SMA Negeri 4 Metro dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular program studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Pada tahun 2015, penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMP Negeri 2 Sekincau, Pekon Waspada, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Barang siapa yang ingin doanya terkabul dan terlepas dari kesulitannya, maka hendaklah ia mengatasi (meringankan) kesulitan/kesusahan orang lain”. (HR. Ahmad)
“Tidak akan ada suatu hal yang sulit jika kita terus berusaha untuk mencobanya. Karena tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak”. (Siti Nur Halimah)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada: Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala-galanya untuk membesarkanku, mendidikku, mendoakanku, dan tak henti-hentinya memberi semangat demi kesuksesanku, yang tak pernah mengenal lelah bekerja keras hanya demi keberhasilanku dalam mewujudkan cita-citaku. Kakak-kakakku tersayang, yang membuatku bersemangat untuk mewujudkan cita-citaku yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi kepadaku. Keluarga Besar Pendidikan Kimia 2012 Sahabat, rekan dan almamater tercinta.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan NonElektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Lampung.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Ucapan terima kasih pun tak lupa disampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, kritik dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi dalam proses penyelesaian kuliah ini.
x
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing Akademik dan selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., Selaku Pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Kimia dan Jurusan Pendidikan MIPA UNILA. 8. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa dan dukungannya Bapak, Ibu, dan kedua kakakku yang tidak lupa memberikan semangat, perhatian dan kasih sayangnya. Terutama Bapak dan Ibu yang selalu memperjuangkan segalanya demi keberhasilan anaknya. 9. Sahabat seperjuangan selama perkuliahan: Indah, Arum, Tisa, dan Rahma. Terimakasih atas kenangan indah dan kebersamaannya. Keluarga Pondok Arita Kost: Mba Cen-cen, Mba Mila, Nova, Maya, Putri, Indah, Aini, Zaskia, Yuli. Terimakasih atas kebersamaan, kenangan, dan bantuannya. 10. Rekan-rekan Pendidikan Kimia 2012 dan KKN-KT SMP N 2 Sekincau. Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 14 Juli 2016 Penulis
Siti Nur Halimah xi
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL LUAR ........................................................................................... ABSTRAK ................................................................................................. JUDUL DALAM ....................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... SURAT PERNYATAAN .......................................................................... RIWAYAT HIDUP ................................................................................... MOTTO ..................................................................................................... PERSEMBAHAN...................................................................................... SANWACANA .......................................................................................... DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
I.
i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xv xvi xvii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah................................................................................
7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
8
E. Ruang Lingkup.....................................................................................
9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Kontruktivisme ..............................................................
11
B. Inkuiri Terbimbing...............................................................................
13
C. Motivasi Belajar...................................................................................
17
D. Penguasaan Konsep ............................................................................
23
E. Kerangka Berpikir ...............................................................................
24
xii
F. Anggapan Dasar ..................................................................................
27
G. Hipotesis Penelitian .............................................................................
27
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................
28
B. Jenis dan Sumber Data.........................................................................
28
C. Metode Penelitian ...............................................................................
29
D. Variabel Penelitian...............................................................................
30
E. Instrumen Penelitian ............................................................................
30
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian..........................................................
32
G. Definisi Operasional ............................................................................
34
H. Teknik Analisis Data............................................................................
36
1. 2. 3. 4.
Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes ......................... Analisis Data Motivasi Belajar ...................................................... Analisis Data Penguasaan Konsep................................................. Analisis Data Keefektivan Model Inkuiri Terbimbing .................. a. Analisis Data Kemampuan Guru ............................................ b. Analisis Data Aktivitas Siswa.................................................. 5. Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size).........................................
36 37 39 40 40 41 42
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data....................................................... 1.
Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes ........................ a. Motivasi Belajar Siswa ............................................................ b. Penguasaan Konsep Siswa ...................................................... 2. Analisis Data Motivasi Belajar Siswa .......................................... 3. Analisis Data Penguasaan Konsep................................................ 4. Analisis Data Keefektivan Model Inkuiri Terbimbing ................. a. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran................ b. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung................ 5. Analisis Data Ukuran Pengaruh (Effect Size) ............................... B. Pembahasan..........................................................................................
44 44 44 45 47 50 51 51 54 56 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .........................................................................................
64
B. Saran ....................................................................................................
65
xiii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
67
LAMPIRAN.....................................................................................................
70
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .......................................
16
3.1 Desain Penelitian ...........................................................................
29
3.2
Skoring Angket Motivasi Belajar Model ARCS ...........................
37
3.3 Kategori Motivasi Belajar Siswa ....................................................
38
3.4 Kriteria Ketercapaian......................................................................
41
4.1 Analisis Lembar Observasi Kemampuan Guru..............................
51
4.2 Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa .........................
54
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1
Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...................................................
34
4.1
Skor motivasi belajar siswa sebelum dan setelah perlakuan .........
47
4.2
Nilai angket motivasi belajar sebelum dan sesudah perlakuan. ....
48
4.3
Persentase n-Gain motivasi belajar siswa.....................................
49
4.4
Rerata pretes, postes, dan n-Gain penguasaan konsep ..................
50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Silabus ...................................................................................................71
2.
Analisis KI dan KD ...............................................................................80
3.
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran..................................................86
4.
Lembar Kerja Siswa 1 .........................................................................103
5.
Lembar Kerja Siswa 2 .........................................................................113
6.
Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep .....................................................118
7.
Soal Penguasaan Konsep.....................................................................127
8.
Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran dengan Inkuiri Terbimbing ..............................................................................132
9.
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ..........................................................................................134
10. Angket Motivasi Belajar Siswa...........................................................136 11. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar..139 12. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Penguasaan Konsep ..142 13. Perhitungan Data Kemampuan Guru .................................................146 14. Perhitungan Data Aktivitas Siswa ......................................................150 15. Skor Pretes Motivasi Belajar Siswa ....................................................154 16. Perhitungan Skor Pretes Motivasi Belajar Siswa ............................... 156
xvii
17. Nilai Pretes Motivasi Belajar Siswa....................................................160 18. Skor Postes Motivasi Belajar Siswa................................................... 162 19. Perhitungan Skor Postes Motivasi Belajar Siswa .............................. 164 20. Nilai Postes Motivasi Belajar Siswa ...................................................168 21. Perhitungan n-Gain Motivasi Belajar Siswa ...................................... 170 22. Perhitungan n-Gain Penguasaan Konsep Siswa................................. 171 23. Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size) ..............................................172
xviii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia adalah salah satu cabang IPA. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat (Mulyasa, 2006).
Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (Mulyasa, 2006). Pada kenyataanya pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep, hukum, dan teori saja tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri, siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi untuk belajar kimia, sehingga berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa.
2
Motivasi belajar erat kaitannya dengan penguasaan konsep siswa. Motivasi belajar dapat menentukan baik atau tidaknya siswa dalam mencapai tujuan yang akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Menurut John Keller (dalam Reliyana, 2014) motivasi belajar dapat diukur melalui perhatian siswa, relevansi, percaya diri, dan kepuasan. Keberhasilan seorang siswa dalam belajar juga ditentukan oleh adanya motivasi dari dalam diri siswa tersebut.
Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi yang menjadi dasar penggerak yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi seseorang. Tanpa adanya motivasi, seseorang tidak akan melakukan kegiatan belajar (Djamarah, 2002).
Motivasi belajar yang dimiliki sangat diperlukan baik motivasi dalam diri (motivasi intrinsik) dan motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik). Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah, 2011: 148) seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar, misalnya saja berupa dorongan motivasi dari orang tua, teman dan lainnya.
3
Peranan guru juga sangat penting dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan cara menggunakan suatu model pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dalam proses belajar. Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya, pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi obyek ilmu pengetahuan tersebut (Depdiknas, 2003).
Adapun indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2006).
Berdasarkan pendapat Sardiman (dalam Sihaloho, 2013: 14) dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa, karena bila materi yang dipelajari tidak sesuai dengan motivasi siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan optimal. Jika motivasi belajar siswa tinggi maka seharusnya penguasaan konsep yang dimiliki juga akan tinggi, dan sebaliknya jika motivasi belajarnya rendah maka penguasaan konsep yang dimiliki juga akan rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa berpengaruh pada penguasaan konsep siswa begitu pula sebaliknya.
4
Piaget dalam (Dimyati dan Mudjiono, 2002) menyatakan bahwa penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Setelah proses belajar dilakukan maka keberhasilan proses itu akan dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep. Dengan demikian siswa dikatakan menguasai konsep jika standar kompetensi dan kompetensi dasar materi pembelajaran telah tercapai.
Materi larutan elektrolit dan non-elektrolit merupakan suatu materi yang konsepnya berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Materi larutan elektrolit dan non-elektrolit termasuk salah satu kompetensi dasar kimia pada kelas X IPA, yaitu KD 3.8 menganalisis sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya, dan KD 4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat diajak berpikir melalui fakta atau fenomena yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang melibatkan siswa aktif di dalamnya dengan pengetahuan awal yang dimilikinya, dapat membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan mudah sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pengetahuan konsep siswa mengenai materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Natar, menunjukan bahwa kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Pada saat pembelajaran siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan
5
belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat membangun konsep dan pemahamannya sendiri. Hendaknya guru memilih suatu model yang perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran (Suryabrata, 1993). Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa dengan cara mencari model pembelajaran yang tepat untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar dikelas sehingga siswa dapat membangun konsep, dan diharapkan dapat lebih baik dari sebelumnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita (2013) pada materi sistem koloid, menyatakan bahwa pembelajaran dengan model penemuan terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014) menyimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan keterampilan proses sains siswa. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Reliyana (2014) pada materi hukum-hukum dasar kimia, menunjukkan bahwa model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa.
Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri. Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Pada proses pem-
6
belajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam model inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat fakta-fakta, melainkan juga dari menemukan sendiri (Sagala, 2010). Pada prosesnya, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran tersebut (Sanjaya, 2010). Menurut Gulo (dalam Trianto, 2010) proses model pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi lima langkah yaitu: mengajukan pertanyaan/ permasalahan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data , dan membuat kesimpulan. Dengan demikian, diharapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Pengaruh peningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diukur melalui uji effect size (ukuran pengaruh), berkenaan dengan tingkat keberhasilan suatu perlakuan yang diterapkan dalam pembelajaran (Abu Jahjouh, 2014). Effect size
7
(ukuran pengaruh) yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu memiliki kriteria yang “besar” terhadap perlakuan yang telah diberikan.
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
2.
Bagaimana penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?
3.
Bagaimanakah keefektivan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?
4.
Bagaimanakah ukuran pengaruh (Effect Size) pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
3.
Keefektivan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
4.
Ukuran pengaruh (Effect Size) pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa pada larutan elektrolit dan non-elektrolit.
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a.
Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan motivasi belajar siswa meningkat sehingga siswa mudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari dan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa sehingga hasil belajarnya akan lebih baik.
9
b.
Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pengetahuan bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
c.
Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi sekolah tersebut tentang pentingnya penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah dan dapat memotivasi kreatifitas guru dalam mendidik siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1.
Menurut Gulo (Trianto, 2010) model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang mengutamakan siswa sebagai peran utama dalam pembelajaran dengan cara membimbing siswa dalam menemukan konsep kimia dengan langkah-langkah mengajukan permasalahan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
2.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti, 2010:67). Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun datang dari luar yang
10
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan. Motivasi belajar dapat diukur melalui perhatian siswa, relevansi, percaya diri, dan kepuasan dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa. 3.
Pengusaan konsep siswa berupa nilai materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit yang diperoleh melalui pretes dan postes. Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan melalui perolehan skor n-Gain, yaitu selisih antara skor postes dan skor pretes (Sunyono, 2012: 55). Dihitung berdasarkan persamaan Hake, sehingga diperoleh nilai n-Gain.
4.
Materi pelajaran kimia dalam penelitian ini adalah materi kelas X semester genap mengenai materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
5.
Keefektivan terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dalam informasi-informasi yang diberikan, tidak hanya pasif menerima pengetahuan dari guru (Nieveen dalam Sunyono, 2012). Keefektivan dapat ditentukan melalui data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk mengingkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa.
6.
Ukuran pengaruh (effect size) berkenaan dengan tingkat keberhasilan suatu perlakuan yang diterapkan dalam suatu pembelajaran (Abu Jahjouh, 2014). Ukuran pengaruh dapat ditentukan dengan uji-t dan uji effect size terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam peningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Kontruktivisme
Menurut (Trianto, 2010) konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld (dalam Pannen, dkk., 2001): Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.
Menurut Von Glaserved (dalam Pannen, dkk., 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1.
Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
12
2.
Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajak siswa menjadi cerdas dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2009).
Menurut Purnomo (dalam Reliyana, 2014) kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivisme antara lain: 1.
Diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan
2.
Pengujian dan penelitian sederhana
3.
Demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah
13
B. Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari tahu jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Suyanti, 2010; 43).
Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Tujuan utama model pembelajaran inkuiri adalah mendorong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Model pembelajaran inkuiri menekan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran diberikan secara tidak langsung. Peran siswa dalam model pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar (Suyanti, 2010).
Menurut Suryani (2012), ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri: Pertama, model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri
14
(self-belief). Artinya dalam model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara pendidik dan peserta didik, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hannya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1.
Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3.
Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4.
Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5.
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6.
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7.
Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
15
Kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain: 1.
Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.
2.
Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
3.
Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.
Kelemahan inkuiri dapat diatasi dengan cara: 1.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal.
2.
Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi.
3.
Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.
Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang tidak terlalu cepat responnya tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan merespon lebih cepat dari siswa lain tidak memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang baik.
16
Tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) mengadaptasi dari tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing No Fase 1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
2.
Membuat Hipotesis
3.
Mengumpulkan data
4.
Menganalisis data
5.
Membuat kesimpulan
Kegiatan Guru Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagikan LKS kepada siswa Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Kegiatan Siswa Siswa mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam LKS
Siswa memberikan pendapat dan menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan
Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Siswa membuat kesimpulan
17
C. Motivasi Belajar
Koeswara, dkk., (dalam Dimyati & Mudjiono, 2009) mengemukakan, motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Banyak penulis kontemporer juga telah mendefinisikan konsep motivasi. Motivasi telah didefinisikan sebagai: proses psikologis yang memberikan tujuan dan arah perilaku menurut Kreitner (dalam Lindner, 1998); predisposisi untuk berperilaku dengan cara purposive untuk mencapai tujuan tertentu, kebutuhan yang tak terpenuhi (Buford, dkk., 1995); dan kemauan untuk mencapai suatu tujuan menurut Bedeian (dalam Lindner (1998). Artinya motivasi secara operasional didefinisikan sebagai kekuatan batin yang mendorong individu untuk mencapai tujuan pribadi dan organisasi (Lindner, 1998).
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan (Dimyati & Mudjiono, 2009). Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang siswa miliki dan yang siswa harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah, padahal siswa
18
tersebut memiliki buku pelajaran yang lengkap. Siswa merasa memiliki cukup waktu, tetapi kurang baik mengatur waktu belajar. Waktu belajar yang digunakannya tidak memadai untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Siswa membutuhkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu siswa mengubah cara-cara belajarnya. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi, sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009).
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan belajar, (4) membesarkan semangat belajar, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselsaikan dengan baik (Dimyati & Mudjiono, 2009).
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. (2) Mengetahui dan memahami motivasi
19
belajar siswa di kelas bermacam-ragam. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. (Dimyati & Mudjiono, 2009).
Mc. Donald (dalam Djamarah, 2011: 148) mengatakan bahwa, motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pada proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan (Djamarah, 2011). Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Motivasi intrinsik adalah dorongan agar siswa melakukan kegiatan belajar dengan maksud mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri. Motivasi ini berkenaan dengan kebutuhan belajar siswa sendiri. Siswa harus menyadari
20
pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk kepuasan dan kebutuhan dirinya (Suryani, 2012)
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul yang timbul untuk mencapai tujuan yang datang dari luar dirinya. Misalnya guru memberikan pujian atau hadiah bagi siswa yang mencapai atau menunjukkan usaha yang baik, tidak menghukum siswa di depan kelas, menciptakan suasana belajar yang memberi kepuasan dan kesenangan pada siswa dan usaha lain yang dipandang pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa (Suryani, 2012).
Menurut Djamarah (2011), motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut. 1. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar 2. Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar 3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman 4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar 5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar 6. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
Hubungan positif antara orientasi dan kesadaran belajar dengan motivasi belajar menonjol sebagai kontribusi paling penting. Peserta didik yang memiliki tingkat variabel kepribadian tinggi menunjukkan tingkat motivasi yang lebih tinggi, baik
21
pada awalnya dan di bangun dari umpan balik selama proses pembelajaran. Individu-individu yang handal, disiplin, dan tekun lebih mungkin untuk memahami hubungan antara usaha dan kinerja dan lebih mungkin untuk memperoleh nilai tingkat kinerja yang tinggi (Colquitt & Simmering, 1998).
Menurut Skinner (1993) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul motivasi belajar menyatakan bahwa, studi ini membuat kasus yang menarik untuk efek timbal balik dari perilaku guru dan keterlibatan siswa, banyak penelitian masih diperlukan. Gambaran yang lebih lengkap dari efek timbal balik siswa pada guru dapat dicapai dengan indikator dari kedua keterlibatan emosional dan perilaku siswa serta mengingat kedua efek timbal balik kompensasi dan pembesaran. Hasil penelitian menunjukkan saling melengkapi satu dari informasi yang dikumpulkan mengenai siswa dan guru, perspektif interaksi guru-siswa dan keterlibatan siswa. Hasil penelitian memiliki beberapa implikasi untuk praktek pendidikan. Pertama, menyoroti urgensi intervensi ke dalam pola normal interaksi siswa-guru. Jika dibiarkan untuk menjalankan pola interaksi siswa-guru, guru cenderung memperbesar tingkat awal anak-anak dari keterlibatan. Hal ini bagus untuk siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi; mereka akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Siswa yang memiliki motivasi awal rendah, pengalaman kelas dengan interaksi siswa-guru dapat mengakibatkan kerusakan lebih lanjut dari motivasi mereka, artinya hal itu akan menyebabkan siswa mendapatkan hasil yang lebih buruk dari sebelumnya. Hal yang paling penting adalah penyelidikan empiris ke sumber perbedaan antara guru dalam ketentuan keterlibatan mereka, struktur, dan
22
dukungan otonomi. Jika salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mendorong guru untuk mendukung motivasi anak-anak dalam belajar, serta dapat memahami dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar (Skiner, 1993).
John Keller (dalam Reliyana, 2014) mendeskripsikan motivasi belajar siswa melalui empat komponen utama, sesuai dengan model yang disuguhkan, yaitu ARCS: Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (percaya diri), Satisfaction (kepuasan). 1.
Perhatian (Attention) Keller menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajara, perhatian tidak hanya dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.
Relevansi (Relevance) Berhubungan dengan kehidupan siswa, baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan yang akan datang. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai bermanfaat dan berguna bagi kehidupan siswa. Siswa akan mendorong mempelajari sesuatu jika apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan siswa dan memiliki tujuan yang jelas.
3.
Percaya diri (Confidence) Berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Seseorang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan siswa miliki.
23
4.
Kepuasan (Satisfaction) Rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri dan dari luar individu. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik dari orang lain.
D. Penguasaan Konsep
Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Dahar (2003:24), penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan positif setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini didukung oleh Djamarah (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas dan kondisi ruangan kelas. Pada kegiatan belajar ditutut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.
Penguasaan konsep yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada kaitannya dengan konsep yang dimiliki. Penguasaan konsep siswa tidak terbatas hanya mengenal, tetapi siswa harus dapat
24
menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Sebagian materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Konsep sangat penting dalam proses belajar. Suatu konsep tidak dapat berdiri sendiri, artinya suatu konsep berhubungan dengan konsep lain. Untuk menguasai konsep baru, maka diperlukan konsep awal yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman keseharian pada berbagai aspek pengetahuan (Djamarah dan Zain, 2006).
Setelah memahami suatu konsep, siswa akan menguasai konsep tersebut. Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal (Djamarah dan Zain, 2006).
E. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran erat hubungannya dengan peranan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Hal ini juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berpengaruh pada penguasaan konsep siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.
25
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Data pengamatan diperoleh dari satu kelas ekperimen yaitu kelas X-8 SMAN 1 Natar. Pembelajaran pada kelas perlakuan diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Proses pembelajaran inkuiri meliputi lima langkah yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Langkah pertama dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan model inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa yang dibimbing oleh guru. Langkah kedua adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Langkah ketiga adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Langkah keempat yaitu data dari hasil percobaan yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel. Selanjutnya langkah yang terakhir data hasil percobaan yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi.
26
Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran seperti mencari, menemukan, memahami konsep-konsep dalam pemecahan masalah yang dibimbing oleh guru. Keterlibatan siswa aktif dalam proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh motivasi belajar dari diri siswa, karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan artinya dari dalam diri siswa tersebut memiliki motivasi belajar tinggi yang merupakan suatu dorongan motivasi intrinsik yang muncul dari dalam diri siswa. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan, sedangkan siswa yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan artinya siwa tersebut memiliki motivasi belajar yang rendah sehingga perlu adanya dorongan dari luar dirinya yaitu motivasi ekstrinsik misalnya saja berupa dorongan dari guru.
Berdasarkan uraian diatas, maka diharapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit jika dibandingkan pembelajaran konvensional.
27
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1.
Siswa kelas X semester genap SMAN 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam motivasi belajar dan penguasaan konsep kimia.
2. Siswa memperoleh materi yang sama oleh guru yang sama. 3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit tahun pelajaran 2015/2016 diabaikan.
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa SMAN 1 Natar pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 1 Natar tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah ± 440 siswa dan tersebar dalam sebelas
kelas yaitu mulai dari kelas X1 sampai kelas X11. Dari seluruh populasi yang ada pada kelas X diambil satu kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan pengambilan sampel didapatkan satu kelas sebagai sampel yang akan diteliti dari kesebelas kelas X yang ada di SMAN 1 Natar yaitu kelas X-8 yang terdiri dari 40 siswa.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari data hasil tes penguasaan konsep. Data kualitatif diperoleh dari data angket motivasi belajar siswa. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu : a. Data primer yang meliputi : 1) Data hasil pretes dan postes penguasaan konsep kelas perlakuan.
29
2) Data hasil angket motivasi awal dan akhir dalam pembelajaran kimia pada kelas perlakuan. b. Data sekunder yang meliputi : Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam mengelola pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian dari satu kelas kemudian diobservasi.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas X8
Pretes O1
Perlakuan X
Postes O2
Keterangan: O1: Kelas perlakuan diberi pretes X: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model inkuiri terbimbing O2: Kelas perlakuan diberi postes Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2011), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
30
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan penguasaan konsep pada materi pokok larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit siswa SMAN 1 Natar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1.
Perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, dan LKS dengan materi larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dengan model inkuiri terbimbing.
2.
Soal pretes dan postes dengan materi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang masing-masing terdiri dari 16 butir soal pilihan jamak untuk membangun pemahaman konsep kimia siswa.
3.
Instrumen penilaian motivasi belajar siswa pada awal dan akhir pertemuan dibuat dalam bentuk angket yang terdiri dari 25 pertanyaan mengenai
31
motivasi belajar. Angket motivasi ini digunakan berdasarkan dari model ARCS karya John Keller (Keller, 2004). 4.
Lembar penilaian yang digunakan antara lain: Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam mengelola pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Validitas instrumen tes angket motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa pada penelitian ini menggunakan uji ahli untuk instrumen tes angket motivasi belajar siswa dan uji validitas terbatas untuk instrumen tes penguasaan konsep siswa. Untuk uji ahli pada instrumen tes angket motivasi belajar siswa dilakukan dengan responden ahli produk. Proses validasi ini disebut dengan judgment. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan dan perbaikan. Pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Karena dalam melakukan judgement diperlukan suatu ketelitian dan keahlian penilai, maka perlu meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh ahli psikologi Ibu Diah Utaminingsih, S. Psi., M.A., Psi, selaku Dosen FKIP Universitas Lampung. Untuk uji validitas terbatas untuk instrumen tes penguasaan konsep dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk. Kemudian analisis data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Exel 2013.
32
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah: 1.
Observasi pendahuluan a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah. b. Meminta izin kepada wakil kepala SMAN 1 Natar untuk melakukan penelitian, dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan siswa, jadwal, karakteristik siswa dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan penelitian. d. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu kelas X, dan dalam penelitian ini menggunakan satu kelas X-8 sebagai sampel.
2.
Pelaksanaan Penelitian a.
Tahap Persiapan 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan diteliti, yaitu materi larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. 2. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Membuat soal-soal pretes dan postes berdasarkan kisi-kisi soal dan membuat angket motivasi belajar berdasarkan kisi-kisi angket. 4. Pengujian validitas instrumen dengan dosen pembimbing.
33
b.
Tahap Pelaksanaan 1. Pembagian angket motivasi belajar pada seluruh siswa kelas ekperimen sebelum pembelajaran. 2. Melakukan pretes di kelas ekperimen. 3. Implementasi pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing pada kelas ekperimen. 4. Memberikan postes di kelas perlakuan. 5. Pembagian angket motivasi belajar pada seluruh siswa kelas perlakuan.
c.
Tahap akhir. Tahap akhir dalam peneitian ini adalah mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
34
Secara umum alur penelitian dapat digambarkan melalui bagan berikut: Observasi Pendahuluan
Menentukan Subjek Penelitian
Tahap Persiapan
Mempersiapkan Mempersiapkan Instrumen
Validasi Instrumen
Angket sebelum pembelajaran
Pretes
Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimibng
Postes
Data hasil observasi: Kemampuan guru Aktivitas siswa
Tahap Pelaksanaan
n-Gain dan Effect size: Model mental Penguasaan konsep
Analisis Data Pembahasan Tahap Akhir Kesimpulan Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
G. Definisi Operasional
1.
Inkuiri Terbimbing Inkuiri terbimbing adalah kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sehingga mereka dapat
35
merumuskan sendiri penemuannya, dimana kegiatan inkuiri terbimbing terdiri dari pernyataan masalah, hipotesis, pengumpulan data, dan analisis data. 2.
Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang akan menimbulkan dan memberikan arah pada kegiatan belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan keinginan dalam mendalami materi, ketekunan dalam mengerjakan tugas, keinginan untuk berprestasi dan keinginan untuk maju.
3.
Penguasaan Konsep Penguasaan konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep sebelum dan setelah pembelajaran selesai dilakukan. Peningkatan penguasaan konsep pada siswa dilihat dari gain nilai yang diperoleh siswa setelah menjawab 16 soal tes objektif berupa soal tes pilihan jamak yang memiliki lima opsi dengan jenjang kognitif C1 sampai dengan C4 pada tes awal (pretes) dan tes akhir (postes).
4.
Keefektivan Keefektivan merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ukuran pengaruh suatu perlakuan terhadap ketercapaian suatu tujuan. Keefektivan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa diukur melalui lembar observasi penilaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan lembar observasi aktivitas siswa.
36
H. Teknik Analisis Data
1.
Analisis validitas dan reliabilitas instrumen tes
Teknik analisis data validitas dan reliabilitas instrumen tes digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen tes yang digunakan dalam penelitian mengenai instrumen tes angket motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep siswa. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah instrument dianggap valid dan sudah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data sesuai kepentingan penelitian. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2004). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes yang akan digunakan. a.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2004). Suatu instrumen tes dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan memenuhi syarat. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Exel 2007.
b.
Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan
37
dengan menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini analisis uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Exel 2007.
Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford: 0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi 0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang 0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliable
2.
Analisis Data Motivasi Belajar
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data skor motivasi belajar sebelum dan sesudah siswa kelas penelitian. Langkah-langkah analisis data dan kuesioner:
Motivasi belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan angket motivasi belajar ARCS. Pengolahan angket ARCS ini dilakukan dengan cara penskoran semua pilihan pada setiap pernyataan yang ada di dalam angket. Setiap pilihan pada pernyataan memiliki skor yang berbeda seperti yang tertera pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Skoring Angket Motivasi Belajar Model ARCS Skor
Kriteria Setuju (S) Kurang Setuju (KS)
Pernyataan Positif 3 2
Pernyataan Negatif 2 3
38
Skor
Kriteria Pernyataan Positif 1
Tidak Setuju (TS)
Pernyataan Negatif 4
John Keller (dalam Reliyana, 2014).
Setelah diperoleh skor motivasi belajar masing-masing siswa kemudian untuk mengetahui kategori motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3 Kategori Motivasi Belajar Siswa Skor
Kategori Motivasi Belajar
x ≥ 76 56 ≤ x ≤ 75 x ≤ 55
Tinggi Sedang Rendah (Arikunto, 2004)
a.
Setelah diperoleh skor dari tiap nomor pernyataan dari masing-masing siswa langkah selanjutnya dilakukan pengubahan data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan MSI (Method Successive Interval) untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif dan memenuhi persyaratan uji statistika dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menghitung frekuensi masing-masing skor
2.
Menghitung proporsi yaitu dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden
3.
Menghitung proporsi kumulatif, yaitu dengan cara menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap nilai.
4.
Menghitung nilai z
5.
Menghitung nilai densitas fungsi z Nilai densitas F(z) =
6.
√
Menghitung scale value
Exp (- z2)
39
SV = 7.
Mentransformasikan ke dalam bentuk skala interval y = SV + [SV min] = 1 – SV1
b.
Setelah mendapatkan nilai interval tiap nomor soal. Kemudian mencari nilai maksimum tiap nomor dan menjumlahkannya. Selanjutnya mengkonversi jumlah nilai interval menjadi nilai akhir dengan cara membagi nilai tersebut dengan nilai maksimum, dan dikalikan 100. Nilai akhir =
c.
x 100
Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan n-Gain (g) untuk mengetahui efektivitasnya. n-Gain = (
3.
(
)
)
(Hake, 2002)
Analisis Data Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep kimia merupakan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum kimia ke dalam situasi yang konkrit pada pemecahan masalah dan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa dalam tes penguasaan konsep (pretes dan postes). Selanjutnya peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan melalui perolehan skor gain, yaitu selisih antara skor postes dan skor pretes (Sunyono, 2012: 55). Namun untuk menghindari pembiasan pada skor gain, maka dilakukan normalisasi skor gain tersebut dengan mengacu pada rumus Hake, sehingga diperoleh nilai n-Gain. −
=
% postes − % pretes 100 − % pretes
40
(Hake, 2002) Kriterianya adalah (1) pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi”, jika n-Gain > 0,7 ; (2) pembelajaran dengan skor n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak antara 0,3 < n-Gain ≤ 0,7 ; dan (3) pembelajaran dengan skor n-Gain “rendah”, jika nGain ≤ 0,3 (Hake, 2002).
4. Analisis Data Keefektivan Model Inkuiri Terbimbing
Ukuran keefektivan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, serta ketercapaian dalam meningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep.
a. Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus: % Ji = (∑Ji / N) x 100%
(Sudjana, 2005)
Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i
41
N = Skor maksimal (skor ideal) 2. Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat. 3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru sebagaimana Tabel 3.5
Tabel 3.4 Kriteria Ketercapaian Persentase 80,1% - 100,0% 60,1% - 80,0% 40,1% - 60,0% 20,1% - 40,0% 0,0% - 20,0%
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (Ratumanan dalam Sunyono, 2012)
b. Analisis Data Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus: % Pa =
x100%
Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas. Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul. Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.
42
2. Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rataratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 3.4 3. Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.
5.
Analisis Ukuran Pengaruh (Effect Size)
Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing terhadap peningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep dilakukan dengan menggunakan uji-t dan uji effect size. Uji-t dilakukan terhadap perbedaan rerata n-Gain antara postes dan pretes, baik n-Gain motivasi maupun n-Gain penguasaan konsep. Tarap kepercayaan yang digunakan adalah α = 0,05. Rumus yang digunakan dalam uji-t adalah: =
(
)
+
̅ − ̅
+(
) −2
1
+
1
Keterangan: t = nilai uji-t ̅ = nilai rerata hasil pretes ̅ = nilai rerata hasil postes = varians pretes
= varians postes = jumlah sampel pretes = jumlah sampel postes
(Sudjana, 2005)
43
Berdasarkan uji-t terhadap, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan ukuran pengaruh dengan rumus: =
+
Keterangan: µ = effect size t = t hitung dari uji-t df = derajat kebebasan (Abu Jahjouh, 2014)
Kriteria: µ ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil) 0,15 < µ ≤ 0,40; efek kecil 0,40 < µ ≤ 0,75; efek sedang 0,75 < µ ≤ 1,10; efek besar µ > 1,10; efek sangat besar (Dincer, 2015)
64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai motivasi belajar siswa antara sebelum dan setelah diperlakukan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dengan kategori n-Gain “sedang”.
2.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai penguasaan konsep siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan kategori n-Gain “sedang”.
3.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penilaian observer terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan rerata berkategori “tinggi” dan aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran dengan rerata berkategori “sangat tinggi”.
65
4.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing berefek terhadap peningkatan motivasi dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji effect size yang menunjukkan efek yang “besar”.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: 1.
Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan pengetahuan bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi atau mata pelajaran sains.
2.
Penelitian mengenai peningkatan motivasi belajar dan penguasaan konsep siswa sebaiknya menggunakan dua kelas sebagai sampel yang akan diteliti. Satu sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan satu kelas sebagai kelas kontrol misalnya menggunakan pembelajaran konvensional, agar dapat digunakan sebagai perbandingan untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dalam meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kosep siswa.
3.
Penelitian dalam meningkatkan motivasi belajar perlu dilakukan suatu usaha agar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan sedang dapat meningkat menjadi tinggi. Salah satu usaha yang dilakukan misalnya sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran dikelas guru membuat suatu wacana yang menarik mengenai materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya kemudian ditempelkan di mading sekolah, kemudian guru memberitahukan
66
kepada siswa agar dapat membacanya di hari sebelum kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan, sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran berikutnya. 4.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebaiknya disertai dengan kemampuan mengelola pembelajaran yang baik, seperti pengelolaan suasana kelas, pengelolaan waktu pembelajaran, pengelolaan diskusi kelompok, maupun pengelolaan dalam presentasi dan diskusi/tanya jawab di kelas.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abu Jahjouh, Y. M. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum in Planning for Science Instruction. Journal of Turkish Science Education, 11 (4): 3-16. Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa: Bandung. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan: Jakarta. Buford, J. A., Jr., Bedeian, A. G., & Lindner, J. R. (1995). Management in Extension (3rd ed.). Ohio State University Extension: Columbus, Ohio. Colquitt, J. A., & Simmering, M. J. (1998). Conscientiousness, goal orientation, and motivation to learn during the learning process: A longitudinal study. Journal of applied psychology, 83(4), 654. Dahar, R.W. 2003. Teori-Teori Belajar. Gelora Aksara Prima: Jakarta. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA. Departemen Pendidikan Nasional :Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievement in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1): 99-118. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Banjarmasin. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Teori Motivasi Edisi 2 (ed-2). PT. Bumi Aksara: Jakarta. Djamarah ,Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
68
E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosda Karya: Bandung Endang Sri Astuti, Resminingsih. 2010. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid I. PT Grasindo: Jakarta. Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education (Eigth Edition). McGrow-Hill. New York. Hake, R. R. 2002. Reliatonship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanis with Gender, High School Physics, dand Pretest Score on Mathematics and Spatial Visualization. Physics Education Research Conference. Tersedia pada: http://www.physics.indiana.edu/-hake.diakses pada tanggal: 21 Januari 2016 Keller, J., & Suzuki, K. (2004). Learner motivation and e-learning design: A multinationally validated process. Journal of educational Media, 29(3), 229239. Lindner, J. R. 1998. Understanding employee motivation. Journal of extension, 36(3), Page: 1-8. Novita, A. M., Diawati, C., & Fadiawati, N. 2013. The Guided Discovery Learning To Improve Students Learning Motivation And Concept Masteries Of Colloid System. Jurnal Pendidikan Kimia, 2012(3). FKIP. Universitas Lampung Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti: Jakarta. Panpan Achmad Fadjri. 2000. Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia menurut Kota di Indonesia. Warta Demografi, 30 No. 3: 34-39. Rahmawati, R. S. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 10 Malang. Skripsi. Jurusan Biologi-Fakultas MIPA UM. Reliyana, R., Rudibyani, R. B., & Efkar, T. 2014. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Kimia. FKIP. Universitas Lampung Reliyana, R., 2014. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Penguasaan Konsep Siswa. Skripsi. FKIP. Universitas Lampung Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta. Sagala , Syaiful. 2010. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alvabeta: Bandung. Sanjaya, Wina. Dr. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
69
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta. Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta Sihaloho, L. M., Rudibyani, R. B., & Efkar, T. 2013. Peningkatan Motivasi Dan Penguasaan Konsep Melalui Model Learning Cycle 5E. Jurnal Pendidikan Kimia. FKIP. Universitas Lampung. Skinner, E. A., & Belmont, M. J. 1993. Motivation in the classroom: Reciprocal effects of teacher behavior and student engagement across the school year. Journal of educational psychology, 85(4), 571. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito: Bandung. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Pusat Bahasa Depdiknas: Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung. Suryabrata, Sumadi. (1993). Metode Penelitian. Jakarta: CV Rajawali Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Ombak: Yogyakarta. Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia Edisi Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi. Pustaka Raya: Jakarta. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group: Surabaya. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group: Jakarta. Uno, H.B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara: Jakarta. Utami, Neng Resqi Sri. 2016. Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Efikasi Diri dengan Model Mental Siswa dalam Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Menggunakan Model Simayang. Skripsi. FKIP. Universitas Lampung.