EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh REVISIA SUSANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa
TIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING ALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OKUSKAN PERTA}IYAAN PADA UTAN ELEKTROLIT DAN VELEKTROLIT sia Susanti
01302347s
Program Studi Jurusan
Fakultas
idan Ilmu ,..] .'
MENffiTUJUI ;:i t
$
l:,
KomisiPembimbing
.lf
]:: i;
-|I
+--t^*4 i]..l$6t;*aty Sofa, S.Si., M.Si L
Dr. Ratu Betta Rudiby NrP 19s702A1 1981032
NrP 19710819 199903 2 001
Jurusan Pendidikan MIPA
'I ----
. Caswita,
M.Si.
19670041993031004
MENGESAHKAI{
1.
Tim Penguji
Ketua
Sekretaris
L#e
Tanggal Lulus Ujian Skri
:
14 Desember2A16
ATAAI\ SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertandatangan di
Nama
Revisia Susanti
Nomor Pokok
1013023075
Program Studi
Pendidikan Kimia
Jurusan
Pendidikan MIPA
saya meny
bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk
gelar kesarjaruun di suatu perguruan tinggi
Dengan
ini
dan sepanjang pernah ditulis atau dalam naskah dan dise
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
tkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
saya akan bertanggung jawab sepenuhnya
Bandar Lampung, Desember 2016 Yang menyatakan
Revisia Susanti NPM 1013023075
ABSTRAK EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
Oleh REVISIA SUSANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 433 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 sebagai kelas kontrol, dan X3 sebagai kelas eksperimen Tahun Pelajaran 2014-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan pada kelas kontrol sebesar 0.406 dan pada kelas eksperimen sebesar 0.671. Berdasarkan pengujian hipotesis (uji t-Test), disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan
Revisia Susanti
kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Kata kunci. Model problem solving, kemampuan memfokuskan pertanyaan, larutan elektrolit dan nonelektrolit.
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
Oleh REVISIA SUSANTI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ogan Lima, Bukit Kemuning, Lampung Utara pada tanggal 16 Juli 1992 anak kedua dari empat bersaudara, buah hati Bapak Kasmin, S.Pd. dan Ibu Siti Balkis, S.Pd.
Mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di SD Negeri 2 Tanjung Baru, Lampung Utara yang diselesaikan tahun 2004. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Bukit Kemuning diselesaikan tahun 2007, SMA Negeri 1 Bukit Kemuning disele-saikan tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal.
Selama menjadi mahasiswa, pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Bandung-Yogyakarta-Surabaya pada tahun 2013. Dan pada tahun 2014, telah menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Negeri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Pesisir Selatan.
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabbil ‘alamin, terucap syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT, kupersembahkan tulisan ini teruntuk:
Ibunda (Siti Balkis S.Pd) dan Ayahanda (Kasmin S.Pd) yang dimuliakan Allah SWT Ya allah, balaslah kebaikan mereka karena telah mendidikku. Berikan ganjaran kepada mereka karena telah memuliakanku. Jagalah mereka sebagaimana mereka memiliharaku pada masa kecilku. Jangan biarkan aku lupa untuk menyebut mereka sesudah shalatku, pada saat malamku, dan pada saat siangku. Jadikan aku orang yang sangat mencintai mereka.
Suamiku (Rian Albert) Yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, semangat, serta doa dan yang selalu menemani dalam suka duka dalam kehidupan.
Anakku (Alvi Albert) Pemberi semangat disetiap langkah dalam menyelesaikan tugas skiripsi.
Ayunda (Yuliaarianti Purnama Sari) Yang selalu memberi semangat, dukungan, kasih dan sayang.
Adinda (Rika Maida Putri dan Dila Antika Yunizar) Yang selalu menemani dalam suka dan duka dalam kehidupan.
Saudara-saudara, Sahabat-sahabat, Rekan dan Almamater Tercinta
MOTTO
Ketika kita gagal, jangan pernah sekalipun untuk menyerah. Berpikirlah dan berkatalah bahwa kesuksesan anda telah menunggu didepan mata anda. ~Revisia Susanti
Bahwa sesungguhnya dari keyakinan diri anda lah yang mampu membawa anda menuju masa depan yang lebih baik lagi. Tetap semangat dan iklas menjalaninnya. ~Revisia Susanti
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; Jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; Tetapi lihatlah sekitar Anda dengan Kesadaran. ~James Thurber
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Problem Solving dalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan pada Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah Mu-hammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Mengingat kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;
2.
Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3.
Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan sa-ran dalam proses penyusunan skripsi, meminjami segala fasilitas serta sudi menjadi tempat berbagi;
4.
Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi;
5.
Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II, atas kesediannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi serta sudi menjadi tempat berbagi;
6.
Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi;
7. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan; 8.
Bapak Drs. Suwarlan, M.MPd. kepala sekolah atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian; Ibu Elli S.Pd. sebagai guru mitra, atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, dan seluruh dewan guru, staf TU serta siswa-siswi SMA Negeri 1 Natar;
9.
Orang tua keduaku bapak Mufti sapano, S.Pd dan Ibu Nurzaleha, S.Pd terima kasih telah menjagaku dan membimbingku selama ini;
10. Sahabatku Icha, Mutia, Annisa, Arif, Debie, Eva, Fuah, Yuwanti, Yudha dan teman-teman Pendidikan Kimia 2010, KKN-KT 2014 pekon Negeri Ratu Tenumbang terima kasih atas motivasi, senyum, dukungan, dan kepercayaan yang selalu kalian berikan; Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya. Bandarlampung,
Mei 2016
Penulis,
Revisia Susanti
iv
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... I.
x
PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang ................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................................. Tujuan Penelitian .................................................................................. Manfaat Penelitian .............................................................................. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................
1 6 6 7 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G.
Efektivitas ........................................................................................... Pembelajaran Problem Solving ........................................................... Model Pembelajaran Konvensional .................................................... Keterampilan Berpikir Kritis .............................................................. Kerangka Pemikiran ............................................................................ Anggapan Dasar .................................................................................. Hipotesis Penelitian ............................................................................
9 10 12 14 18 19 19
III. METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G.
Populasi dan Sampel ........................................................................... Jenis dan Sumber Data ........................................................................ Metode dan Desain Penelitian ............................................................ Variable Penelitian .............................................................................. Instrumen Penelitian ........................................................................... Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...............................................
20 20 21 21 22 23 25
vi
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................... 27 B. Pembahasan .......................................................................................... 35 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .............................................................................................. 46 B. Saran .................................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman
Unsur-unsur Keterampilan Berpikir Kritis .......................................... Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ............................................... Indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang Dilatihkan ..................... Desain Penelitian ................................................................................. Nilai Rata-rata Pretes dan Postes ........................................................ Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol dan Eksperimen .......................... Hasil Uji T-Test ................................................................................... Rata-rata n-Gain .................................................................................. Angket Pendapat Siswa Kelas Eksperimen ................................................
14 16 18 21 27 29 32 33 35
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 2. 3. 4.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... Hasil Uji Normalitas Q-Q Plot Kelas Kontrol .................................... Hasil Uji Normalitas Q-Q Plot Kelas Eksperimen .............................. Rata-rata n-Gain Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan ...................
Halaman 24 30 30 34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Halaman
Analisis SK dan KD ................................................................................ Silabus Eksperimen .................................................................................. RPP Eksperimen ..................................................................................... LKS ......................................................................................................... Kisi-Kisi Soal Pretes dan Soal Postes ..................................................... Soal Pretes ............................................................................................... Soal Postes .............................................................................................. Rubrik Soal Uraian ................................................................................. Lembar Penilaian Afektif ........................................................................ Rubrik Penilaian Afektif .......................................................................... Analisis Angket Pendapat Siswa .............................................................. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ........................................... Lembar Penilaian Psikomotor ................................................................. Lembar Observasi Kinerja Guru ............................................................. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes Siswa Kelas Eksperimen ................. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan ........................................................................ Perhitungan .............................................................................................
53 57 63 87 106 111 117 122 133 145 147 153 155 158 164 173 175
x
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang berkualitas mencerminkan peradaban suatu bangsa juga berkualitas. Pendidikan bertujuan untuk mendidik peserta didik dan tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata, tetapi dapat memberikan pengalaman yang mampu membentuk karakter peserta didik, serta dapat memecahkan permasalahan yang ada dimasyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, bertutur kata, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan, pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada bangsa tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada masyarakat terutama peserta didik. Pendidikan yang ideal yaitu
2
setia usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan yang diberikan peserta didik tertuju kepada pendewasaan anak. Dimana pengaruh tersebut datangnya dari orang dewasa contohnya seperti sekolah, buku dan putaran hidup sehari-hari. Di dalam pendidikan mempunyai karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya adalah: 1). Guru hanya sebagai fasilisator; 2). Guru yang bertindak sebagai guru yang mendidik; 3). Guru membawa peserta didik lebih aktif. (Tim Penyusun, 2006).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatkan mutu pendidikan dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif. IPA juga berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam. secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya mempelajari tentang penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).
Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA, yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Ilmu kimia memiliki tiga karakteristik yang berkaitan erat yaitu, ilmu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori), ilmu kimia sebagai proses atau kerja ilmiah, dan ilmu kimia sebagai sikap. Ilmu kimia juga memiliki tujuan dan fungsi tertentu, diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis ter-
3
hadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penyusun, 2006).
Materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada materi elektrolit nonelektrolit, banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini; misalnya penggunaan aki dalam kendaraan bermotor maupun rumah tangga. Materi larutan elektrolit nonelektrolit dalam pembelajaran kimia di SMA lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia SMA Negeri 1 Natar diketahui bahwa pembelajaran kimia di SMA Negeri 1 Natar cenderung menekankan hanya pada aspek produknya saja. Selama ini proses pembelajaran kimia hanya melibatkan siswa sebagai pendengar dan pencatat karena selama ini pembelajaran didominasi dengan ceramah oleh guru dan latihan soal. Model pembelajaran yang seperti ini membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Siswa hanya menerima dan mendengarkan materi dari guru dan tidak banyak dilibatkan dalam menemukan konsep. Salah satu untuk mencapai tujuan dan fungsi tersebut maka diperlukan pembelajarn model problem solving pada kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.
4
Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Ennis (1989) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lain-nya.
Menurut Halpen (Saputra,2012), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Sesorang yang mempunyai tingkat berpikir kritis yang baik umumnya mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang baik pula. Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006). Lebih lanjut Nasution dalam (Winarni, 2006) mengemukakan
5
bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan rendah. Apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.
Pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki beberapa langkah dalam pelaksanaannya menurut Djamarah dan Zain (2000), yaitu (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara; dan (5) Menarik kesimpulan. Pembelajaran problem solving dapat membuat siswa aktif , siswa juga dapat menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah dan mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Model pembelajaran problem solving memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Melalui pemberian masalah, siswa akan terlatih untuk mendefinisikan masalah yang tidak lain adalah keterampilan berpikir kritis. Setelah itu, siswa mencari data atau informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pada tahap ini dengan mencari sebanyakbanyaknya informasi, siswa akan dilatih untuk meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kritis yaitu membuat pertanyaan dari materi yang sedang dibahas. Tahap berikutnya siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan.
6
Melalui kegiatan ini, siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu mengemukakan hipotesis. Berikutnya siswa akan membukti- kan kebenaran dari jawaban sementara tersebut. Pada tahap ini, siswa akan melakukan observasi, eksperimen, tugas, diskusi dan lain-lain untuk membukti- kan jawaban sementara yang mereka kemukakan sehingga akan meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kritis yaitu memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk mengkomunikasikan hasilnya kepada siswa yang lain dan memberikan penjelasan mengapa siswa menjawab demikian sehingga dapat meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian ini dengan judul : “Efektivitas Model Problem solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan Pada Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana efektivitas model problem solving dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada larutan elektrolit dan nonelektrolit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model problem solving dalam
7
meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada larutan elektrolit dan nonelektrolit.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi:
1. Siswa Penerapan model problem solving dalam kegiatan pembelajaran maka akan meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit 2. Guru Model problem solving sebagai alternatif guru dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan. 3. Sekolah Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas adalah hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai (menurut Suharsimi Mahmudi, 2005). 2. Model pembelajaran problem solving memiliki lima langkah dalam pelaksanaannya (menurut Djamarah dan Zain, 2000 ), yaitu (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau keterangan yang digunakan
8
untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara; dan (5) Menarik kesimpulan. 3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). 4. Keterampilan memberikan penjelasan sederhana yang diteliti adalah memfokuskan pertanyaan yang berfokus pada sub indikator merumuskan pertanyaan dan merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban 5. Materi kimia dalam penelitian ini adalah meteri larutan elektrolit nonelektrolit meliputi daya hantar listrik, sifat dan jenis larutan. 6. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Natar, Lampung Selatan Kelas X3 Tahun ajaran 2014/2015.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Menurut mahmudi (2005), “efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai’. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, kegiatan. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang mampu memanfaatkan semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan. Tingkat efektif dapat ditinjau dari prestasi belajar yang akan diperoleh dari hasil belajar.
Menurut kamus bahasa Indonesia (1997), efektivitas adalah menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektivitas apabila usaha itu telah mencapai tujuannya. Kriteria utama suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil adalah dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Pringgodigjo (1973) adalah menunjukkan taraf tercapainya suatu efektif apabila itu mencapai tujuannya. Secara ideal taraf efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang pasti.
Kriteria keefektivan menurut Nurgana (1985) mengacu pada: 1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai= 65 dalam peningkatan prestasi belajar.
10
2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (Gain yang signifikan). 3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
Menurut Arikunto (2004) Efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan.
B. Pembelajaran Problem Solving
Pembelajaran problem solving merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki beberapa langkah dalam pelaksanaannya (menurut Djamarah dan Zain, 2000), yaitu. (1) Mengorientasi siswa kepada masalah; (2) Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara; dan (5) Menarik kesimpulan. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2006) adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan model pembelajaran problem solving a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
11
c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. 2. Kekurangan model pembelajaran problem solving a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. 3. Cara-cara Mengatasi Kelemahan-kelemahan Model Problem Solving a. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual, sering terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta diklat terlebih dahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang masalah itu. Apakah kemampuan dan pengetahuan peserta diklat diperkirakan masih sanggup untukmenyelesaikannya. b. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti masalah itu harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior
12
knowledge dan kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah perselingkuhan, tidak bisa hidup bersama mertua, memilihkan pendidikan bagi anak-anak. c. Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah mana yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat. Jangan sampai terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana mereka harus memulaitugasnya.
Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan membuat model pohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan masing-masing dicarikan alternatif penyelesaiannya.
Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban.
Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.
C. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
13
2002). Menurut Sagala (2007), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran klasikal atau yang disebut juga pembelajaran tradisional. Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas. Pembelajaran klasikal memandang siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk dan pasif mendengar- kan penjelasan guru.
Menurut Suyitno (2007), pada umumnya pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh pendidik selama ini memiliki banyak kelemahan antara lain sebagai berikut: a. Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas guru adalah memberi dan tugas siswa adalah menerima. b. Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Siswa merupakan penerima pengetahuan yang pasif. c. Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan siswa. d. Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses. e. Memacu siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu siswa bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasny. Siapa yang kuat dia yang menang.
Menurut Djamarah (1996), model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran traditional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
14
D. Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Sembel (Suyanti, 2010), berpikir kritis merupakan sebuah proses berpikir yang bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.
Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsepkonsep yang telah dimiliki. Terdapat enam kompo-nen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis No Unsur 1 Focus
2
Reasoning
3
Inference
4
Situation
5
Clarity
Keterangan Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut. Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelumn membuat keputusan akhir. Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain
15
6
Overview
memahami apa yang diungkapkan Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.
Moore dan Parker (2011) menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. u.
Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. Memisahkan fakta dari pendapat. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. Menunjukkan analisis data atau informasi. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermaknaganda. Membangun argumen yang meyakinkan. Memilih data penunjang yang paling kuat. Menghindari kesimpulan yang berlebihan. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan. Menyadari ketidakjelasan. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. Menggunakan bukti secara benar. Menyusun argumen secara logis dan kohesif. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.
Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, serta strategi dan taktik.
16
Tabel 2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis No
kelompok
Indikator Memfokuskan pertanyaan
Menganalisis argument 1
Memberikan penjelasan sederhana
Bertanya dan menjawab pertanyaan
Mempertimbangakan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
2
Membangun keterampilan dasar
Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
Sub Indikator a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertayaan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi kalimatkalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi kalimatkalimat bukan pertanyaan d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu argument f. Membuat ringkasan a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud…? Apa yang membuat perbedaan…? a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber d. mempertimbangkan reputasi e. mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat f. Mempertimbangkan resiko g. Kemampuan untuk memberikan alasan h. kebiasaan berhati-hati a. Melibatkansedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang benar f. Menggunakan akses yang baik
17
Tabel 2 (lanjutan) No
Kelompok
Indikator
Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi 3
4
Menyimpulkan
Memberikan penjelasan lanjut
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
Mengidentifikasi asumsi-asumsi Menentukan suatu tindakan
5
Mengatur strategi dan taktik Berinteraksi dengan orang lain
Sub Indikator g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil observasi a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan dan menentukan hasil pertimbangan d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan masalah a. Membuat bentuk definisi (sinonim, klasifikasi, rantang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi a. Menjelaskan bukan pernyataan b. Mengkontruksi argument a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapan a. Menggunaka argument b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan
18
Indikator Keterampilan berpikir kritis yang dilatihkan: No Kelompok
Indikator
Sub Indikator
1
Memfokuskan pertanyaan
a. Merumuskan pertanyaan b. Merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban
Memberikan penjelasan sederhana
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan sebelumnya bahwa pada tahap pertama model pembelajaran problem solving, siswa dihadapkan pada masalah untuk siswa selesaikan. Pada tahap tersebut, diharapkan siswa akan terstimulus untuk mendefinisikan masalah yang mereka hadapi. Pada tahap kedua yakni mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi sehingga siswa pun diharapkan dapat membuat isi definisi dalam bentuk contoh dan non contoh. Pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa akan dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan eksperimen dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dalam eksperimen tersebut. Eksperimen ini, maka
19
siswa akan dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kemampuan memfokuskan pertanyaan.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2014/2015 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama. 2. Perbedaan rata-rata nilai n-Gain keterampilan siswa dalam berpikir kritis semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar. 3.
Faktor - faktor lain perlakuan yang mempengaruhi peningkatan keterampilan siswa dalam berpikir kritis pada kedua kelas diabaikan.
G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan memberikan penjelasan sederhana yang berindikator pada memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 443 siswa. Penentuan sample penelitian didasarkan pada teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Penelitian dilakukan pada dua kelas yang berbeda sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu kelas X IPA2 dan X IPA3.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa skor tes keterampilan memfokuskan pertanyaan sebelum penerapan pembelajaran (pretes), skor tes keterampilan memfokuskan pertanyaan setelah penerapan pembelajaran (postes), skor psikomotor dan data hasil observasi kinerja guru. Data sekunder berupa kritik siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.
21
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design (Creswell, 1997). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun posttes dikelas eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian dari dua kelas yang dipilih kemudian diobservasi.
Tabel 4. Desain penelitian Kelas Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pretes O1 O1
Perlakuan X -
Posttes O2 O2
Keterangan: O1 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi pretes X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model problem solving. - : Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran konvensional O2 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi postes Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan pembelajaran menggunakan model problem solving (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) .
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan model problem solving dan pembelajaran konvensional. Variabel terikat adalah keterampilan siswa dalam kemampuan memfokuskan pertanyaan
22
pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2014-2015.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu Sugiyono (2009). Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu: 1) Analisis SK-KD. 2) Silabus. 3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4) Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah dua LKS kelompok, yaitu LKS 1 mengenai penyebab larutan elektrolit dan nonelektrolit, dan LKS 2 mengenai penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik dan jenis senyawa pada larutan elektrolit terdapat tugas individu. 5) Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes. Soal pretes dan postes pada penelitian ini adalah materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang terdiri dari 4 butir soal uraian. 6) Lembar penilaian afektif. 7) Lembar penilaian pendapat siswa 8) Lembar penilaian psikomotor. 9) Lembar observasi kinerja guru terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
23
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Prapenelitian Tujuan prapenelitian, yaitu: 1) Meminta izin kepada Kepala SMANegeri 1 Natar untuk melaksanakan penelitian. 2) Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian. 3) Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap Pembuatan Instrumen Pembelajaran Membuat Analisis KI-KD, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretes dan soal posttes, Lembar penilaian afektif, Lembar penilaian psikomotor, dan Lembar observasi kinerja guru. b. Tahap alidasi Instrumen c. Tahap Penelitian adapun tahapannya adalah sebagai berikut: 1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
24
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masingmasing kelas, pembelajaran problem solving diterapkan di kelas eksperimen serta pem-belajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol. 3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4) Analisis data 5) Pembahasan 6) Simpulan Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut: Izin ke Kepala SMA YP Unila Observasi ke Sekolah
Prapenelitian
Menentukan Populasi dan Sampel Pembuatan instrumen pembelajaran Validasi Instrumen Pretes
Pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol n-Gain pretes dan postes Analisis data Pembahasan Simpulan
Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian penelitian
Postes Pelaksanaan Penelitian
25
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS versi 17.0 for windows. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: 1) Menghitung skor jawaban pretes dan posttes berdasarkan kunci jawaban dan pedoman penskoran. 2) Mengubah skor menjadi nilai
Nilai Siswa
skor jawaban yang benar x 100 skor maksimal
..................................(1)
3) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-Smirnov Test. 4) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji homogenitas menggunakan statistik uji Levene. 5) Memasukkan data berupa nilai pretes dan posttes kedalam program SPSS versi 17.0 untuk mengetahui hasil uji hipotesis dengan T-Test menggunakan uji-t dua sampel bebas. 6) Perhitungan n-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan memfokuskan pertanyaan.
26
Menurut Hake (Fauzan, 2012) untuk menghitung n-Gain digunakan rumus sebagai berikut:
Penentuan kriteria nilai n-Gain yang dikemukakan oleh Hake (1999), yaitu : N-gain> 0,7
(n-Gain tinggi)
0,3 ≤N-gain≤ 0,7
(n-Gain sedang)
N-gain< 0,3
(n-Gain rendah)
46
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: pembelajaran menggunakan problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini ditunjukkan dengan ratarata n-Gain kemampuan memfokuskan pertanyaan siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan problem solving berbeda secara signifikan (uji-t) dari kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 1 Natar. Nilai rata-rata n-Gain siswa pada kelas dengan pembelajaran menggunakan problem solving lebih tinggi daripada nilai rata-rata n-Gain siswa kelas dengan pembelajaran konvensional.
47
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: 1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar menggunakan model pembelajaran, misalnya problem solving dalam proses pembelajaran. 2. Pembelajaran problem solving dapat dipakai sebagai alternatif pendekatan pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.
48
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta. Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Lodon: Sage Publications. Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, B.S. dan A. Zein. 2006.. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ennis. R. H. 1996. Critical Thingking. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking. Midwest Publications. California. Liliasari. 1996. Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan oleh Siswa SMA. Sebuah Studi tentang Berpikir Konsep. Sekolah Pasca Sarjana IKIP. Bandung. Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Sagala, Syaiful. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
49
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajarn Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Trianto. 2009. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta. Winarni, E.W. 2006. Inovasi dalam Pembelajaran IPA. FKIP Press. Bengkulu.