Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Widia Ratna Sari Dr. Ach. Amirudin, M.Pd Drs. Soetjipto. TH, S.H, S.E, M.Pd Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 9 Malang. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas. Pengambilan data dilaksanakan dengan tes, wawancara, catatan lapangan, dan observasi. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang dengan jumlah siswa 20 orang dengan materi menganalisis pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Kemampuan berfikir kritis siswa meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu 49,76% menjadi 68,33%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 70,75% menjadi 79%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil dapat peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang. Kata Kunci : Model Pembelajaran Problem Solving, Berfikir Kritis, Kelompok Kecil, Hasil Belajar ABSTRACT: The purpose of this study is to determine that the an application of problem solving learning model in small groups to enhance critical thinking ability and student learning outcomes in geography for XI IPS students in SMAN 9 Malang. This type of research is a kind of classroom action research. Data collection was carried out with the test, interviews, field notes, and observations. The experiment was conducted in class XI IPS 4 SMAN 9 Malang with 20 people with a number of students to analyze material utilization and conservation of the environment. Critical thinking ability of students increased from cycle I to cycle II is 49.76% to 68.33%. Learning outcomes of students has increased from 70.75% to 79%. Based on the survey results revealed that there was an application of problem solving learning model in small groups to enhance critical thinking ability and student learning outcomes in geography for XI IPS students in SMAN 9 Malang. Keywords: Learning Model Problem Solving, Critical Thinking, Small Groups, Learning Outcomes
Model pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari pemecahan/jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001:52). Penyelesaian masalah menurut Johnson dan Johnson dalam Thobrani dan Musthofa (2011:337) dilakukan melalui kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan tersebut baik secara individu maupun kelompok. Menurut Mbulu (2001:55), dalam pelaksanaan pemecahan masalah, guru hendaknya membimbing siswa melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: 1. Siswa dibimbing oleh guru memilih dan merumuskan masalah 2. Siswa menyadari mengapa permasalah tersebut dipilihnya merupakan suatu masalah dan bagaimana kemungkinan alternatif pemecahannya 3. Guru membimbing siswa dalam merumuskan hipotesis selanjutnya melaksanakan pengumpulan data 4. Siswa menarik kesimpulan dari data yang diperoleh Ciri-ciri permasalahan yang baik sesuai dengan tujuan dari pembelajaran model pembelajaran problem solving yaitu: 1. Permasalahan hendaknya nyata dan dapat mengembangkan/mempertinggi mental siswa-siswa untuk memecahkannya. 2. Permasalahan hendaknya bermakna bagi siswa-siswa sehingga mereka mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. 3. Permasalahan hendaknya sama dengan tujuan sekolah/pendidikan dan sesuai pula dengan lingkungan belajar siswa. 4. Permasalahan hendaknya sesuai dengan kemampuan siswa-siswa yang memungkinkan mereka dapat melaksanakannya. J. Dewey mengemukakan bahwa berfikir merupakan usaha dari seseorang untuk memeriksa dan menilai informasi-informasi berdasarkan kriteria tertentu. Jika kemampuan berfikir tidak dikembangkan maka akan tercipta generasi yang labil dalam menghadapi kehidupan. Dalam pengambilan keputusan yang kurang kritis mengakibatkan keputusan yang diambil kurang tepat. Para ahli mendefinisikan kemampuan berfikir kritis dengan berbagai sudut pandang, diantaranya Krulik dan Rudnick (1995) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Agar mampu memecahkan masalah yang baik dituntut kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan, dan mengambil keputusan. Kemampuan berfikir kritis merupakan
aktivitas kognitif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan menghasilkan keputusan yang tepat. Menurut
Glaser dalam
Fisher, 2009:3) kemampuan
berfikir kritis merupakan 1) Suatu sikap mau berfikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal dalam jangkauan pengalaman seseorang, 2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan 3) Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berfikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulankesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Indikator kemampuan berfikir kritis dapat dijabarkan pada tabel berikut ini: Aspek Penilaian Kemampuan Berfikir Kritis No 1
Aspek Kemampuan dalam Berfikir Kritis (Indikator) Merumuskan masalah (memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberi arah untuk memperoleh jawabahnnya
2
Memberikan argumen (argumen dengan alasan yang sesuai, menunjukkan perbedaan dan persamaan, serta argumennya utuh
3
Melakukan deduksi (mendeduksi secara logis, kondisi logis serta melakukan intrepetasi terhadap pernyataan)
4
Melakukan induksi (melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik, membuat kesimpulan terkait hipotesis serta memberikan asumsi yang logis)
5
Melakukan
evaluasi
(evaluasi
Deskripsi Pencapaian 1. Siswa tidak merumuskan masalah 2. Siswa merumuskan masalah tetapi tidak tepat 3. Siswa merumuskan masalah tetapi kurang tepat 4. Siswa merumuskan masalah dengan tepat 1. Siswa tidak memberikan argumen 2. Siswa memberikan argumen dengan alas an yang tidak sesuai 3. Siswa memberikan argumen dengan alasan yang tepat tetapi argumen tidak utuh 4. Siswa memberikan argumen dengan alasn yang sesuai dan argumen yang utuh 1. Siswa tidak melakukan deduksi 2. Siswa melakukan deduksi tetapi tidak logis 3. Siswa melakukan deduksi secara logis tetapi kurang tepat 4. Siswa melakukan deduksi secara logis dan tepat 1. Siswa tidak melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik 2. Siswa melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data tetapi tidak membuat tabel dan grafik 3. Siswa melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik tetapi kurang tepat 4. Siswa melakukan pengumpulan data, membuat generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik dengan tepat 1. Siswa tidak melakukan evaluasi
berdasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman, serta memberikan alternatif)
6
Memutuskan dan melaksanakan (memilih kemungkinan solusi dan menentukan kemungkinankemungkinan yang akan dilaksanakan)
2. Siswa memberikan evaluasi bedasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman tetapi tidak memberikan alternatif 3. Siswa memberikan evaluasi bedasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman serta memberikan alternatif tetapi kurang tepat 4. Siswa memberikan evaluasi bedasarkan fakta, berdasarkan prinsip atau pedoman serta memberikan alternatif dengan tepat 1. Siswa tidak memberikan solusi 2. Siswa memberikan solusi tetapi tidak tepat 3. Siswa memberikan kemungkina solusi tetap tidak tepat 4. Siswa memberikan kemungkinan solusi dengan tepat
Sumber: Ennis dan Marzano, 2005
Kemampuan berfikir kritis ini perlu dimiliki oleh siswa untuk mengatasi segala permasalahan yang ada di kehidupannya. Hal ini disebabkan kemampuan berfikir kritis dapat melatih siswa untuk bersikap rasional dan memilih solusisolusi yang terbaik dari permasalahan yang dihadapinya. Hasibuan dkk (1988:99) menjelaskan bahwa kelompok kecil adalah suatu proses percakapan teratur yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan masalah. Kelompok kecil terdiri dari 3-5 siswa yang tempatnya diatur oleh guru agar dapat berhadapanhadapan dan bertukar pikiran dengan mudah. Hal ini dilakukan agar dapat memperjelas kerangka bahan ajar, memperjelas bahan ajar, dan melakukan diskusi serta tanya jawab. Hasil dari kelompok kecil yang diharapkan ialah agar seluruh siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dan berinteraksi dengan siswa lainnya untuk bertukar pikiran dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dimyati dan Mudjiono (1994:18) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh siswa dan pengalaman dan latihan yang diikutinya selama pembelajaran yang berupa ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008:22). Hasil belajar adalah ketuntasan atau keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk angka. Hasil belajar ini diperoleh dari hasil tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti saat PPL 2012 semester gasal didapatkan bahwa kelas XI IPS 4 di SMAN 9 Malang merupakan kelas yang kurang aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam diskusi 2-3 siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru yaitu sekitar 15% dari 21 siswa yang terdapat di kelas XI IPS 4. Siswa juga belum dapat merumuskan pertanyaan dengan baik dan masih belum dapat menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru dengan baik. Mereka cenderung menanti jawaban dan penjelasan dari guru dan tidak berkenan untuk mencari pemecahan masalahnya. Nilai hasil belajar geografi yang diperoleh kelas XI IPS 4 masih banyak yang dibawah SKM hanya 15% siswa yang tuntas. Dalam penerapan model pembelajaran ini siswa akan dibentuk dalam kelompok kecil. Kemampuan berfikir kritis ini melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan lingkungan sekitarnya sehingga permasalahan yang terdapat dalam lingkungan atau pribadi dapat dipecahkan dengan baik. . METODE Pendekatan penelitian yang digunakan mengarah pada penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Peneliti dalam penelitian ini merupakan perencana, pelaksana, pengamat, dan refleksi terhadap jalannya model pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di SMAN 9 Malang. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 4 yang berjumlah 20 anak, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Subjek penelitian yang dipilih adalah kelas XI IPS 4 karena siswa kelas XI IPS 4 memiliki kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar yang masih rendah. Pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 4 observer. Data diperoleh dari tes, wawancara, catatan lapangan, dan observasi keterlaksanaan model pembelajaran. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui dan memaparkan keberhasilan pembelajaran setelah melaksanakan model pembelajaran geografi dengan mengunakan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Analisis keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan oleh observer yang telah diberikan pedoman observasi keterlaksanaan penerapan model pembelajaran problem solving, 2. Analisis kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan tes
kemampuan berfikir kritis, 3. Data hasil belajar diperoleh dari tes yang telah dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan menggunakan tes esai. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam menangani permasalahan yang terdapat di kelas XI IPS 4 ini menggunakan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil. Model pembelajaran ini dapat mengatasi permasalahan yang ada dengan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dalam menganalisis suatu permasalahan. Model pembelajaran ini diterapkan dalam kelompok kecil agar siswa lebih mudah dalam melakukan diskusi. Setiap permasalahan yang ada lebih baik diselesaikan dengan jalan diskusi dalam kelompok kecil. Hal ini sama dengan pendapat Johnson dan Johnson (dalam Thobrani, M dan Musthofa, A, 20011:337) yaitu penyelesaian masalah dilakukan melalui kelompok. Kemampuan berfikir kritis siswa kelas XI IPS 4 pada siklus I ini masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berfikir kritis yang telah dilakukan oleh siswa.
Gambar 1: Grafik Nilai Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Hasil berfikir kritis siswa pada siklus I ini kurang baik, ini terbukti dengan hasil rata-rata kemampuan berfikir kritis yang hanya mencapai 49,36%. Kemampuan berfikir kritis ini perlu ditingkatkan agar siswa dapat menggunakan kemampuan berfikirnya dengan baik dalam menganalisis suatu permasalahan.
Gambar 2: Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus II
Dari hasil belajar ini dapat dilihat hanya ada 8 siswa dari 20 siswa yang lulus dengan nilai di atas SKM. Hal ini mengalami peningkatan dari hasil nilai ulangan semester gasal yang hanya 2 siswa yang mencapai SKM. Ketuntasan yang dicapai pada siklus I ini yaitu 70,75%. Model pembelajaran ini perlu diterapkan kembali untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada siklus II.
Gambar III: Grafik Nilai Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Kemampuan berfikir kritis siswa dalam siklus II ini mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban siswa dalam menganalisis kasus yang diberikan kepada siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil siswa dituntun untuk menganalisis permasalahan yang ada dengan kemampuan berfikir sendiri. Diharapkan dengan meningkatnya kemampuan berfikir kritis, siswa dapat menggunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Kemampuan berfikir kritis siswa meningkat dari 49,36% menjadi 68,33%. Model pembelajaran problem solving ini meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.
Gambar IV: Grafik Nilai Hasil Belajar Siklus II
Dari hasil siklus II ada 12 siswa yang mendapatkan nilai di atas SKM. Ada peningkatan dari siklus I. Pada siklus II lebih dari 50% siswa siswa tuntas dan persentase meningkat dari 70,75% menjadi 79%. Dari hasil perolehan ini dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga model pembelajaran ini dapat diterapkan oleh guru pada saat pembelajaran geografi. Model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa karena dalam penerapannya siswa belajar untuk memecahkan masalah, siswa tidak hanya mengandalkan
kemampuan
menghafal
tetapi
juga
harus
mengandalkan
kemampuan berfikir untuk memecahkan permasalahan yang ada.
KESIMPULAN Berdasarkan paparan data dan temuan peneliti serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMAN 9 Malang.
SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu: 1.
Model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil cocok diterapkan pada materi yang berkaitan dengan menganalisis atau memecahkan suatu permasalahan.
2.
Pada saat pembelajaran berlangsung guru memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada setiap siswa. Pada akhir pembelajaran pemberian kesimpulan akan membantu siswa untuk mematangkan ilmu yang telah diperolehya. Pada saat menerapkan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil diharapkan guru dapat memprediksikan waktu yang akan digunakan.
3.
Dalam menerapkan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil perlu memperhatikan materi yang akan disampaikan dan keadaan siswa agar model pembelajaran ini dapat berjalan dengan maksimal.
4.
Kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 4 masih dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dalam kelompok kecil maupun dengan menggunakan model pembelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Fischer, Alec. 2009. Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga Hasibuan, dkk.1988. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remadja Karya Krulick,S dan Rudnick, JA.1995. The New Sourcebook For Teaching Reasoningand Problem Solving in Yunior And Senior High Scool. Boston: Allyn and Bacon Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran Individual Pendekatan Metode Dan Media Pedoman Mengajar Bagi Guru Dan Calon Guru. Malang: Yayasan Elang Emas Musthofa, A & Thobrani, M. 2011. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito