JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
JULI 2013
Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV Anwar Bey1 & Asriani2 (1&2 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA-FKIP Universitas Halu Oleo, email :
[email protected]) Abstrak : Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 3 kali tatap muka, setiap tatap muka dilaksanakan 3 jam pelajaran atau 3 kali 40 menit. Hasil penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dapat ditingkatkan. Kata kunci : Problem solving, sistem persamaan linear dua variabel PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di Sekolah masih banyak ditemukan berbagai kelemahan, baik metode atau pendekatan yang digunakan oleh guru maupun penguasaan materi oleh guru, karena berbagai keterbatasan dan kemampuan guru yang masih rendah. Selain itu keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah menyebabkan kemampuan untuk mencari dan menemukan berbagai informasi pembelajaran oleh guru juga terbatas. Disisi lain, siswa sebagai warga pembelajar kurang berminat pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh pengalaman belajar siswa yang kurang menyenangkan, Mata pelajaran matematika sebagai salah satu bidang ilmu dasar memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selanjutnya karena matematika memiliki obyek yang bersifat abstrak dan sebagai masalah satu sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan berpikir logis,
sistematis dan kritis bagi siswa, sehingga menyebabkan penguasaan materi matematika sulit dikuasai oleh siswa dan sudah menjadi kenyataan dilapangan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika masih sangat rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Pembelajaran yang dikehendaki dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran diarahkan pada kegiatankegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik fisik, mental, intelektual maupun sosial untuk memahami konsep-konsep dalam matematika. Berbagai permasalahankan tersebut muncul karena kurangnya keaktifan dari siswa atau mungkin siswa jenuh dengan strategi yang dipakai oleh guru selama ini. Terkait dengan hal itu, maka penggunaan model pembelajaran yang monoton dapat mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar matematika. Seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran 223
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
yang bervariasi, yang bisa mengubah cara belajar siswa dari pasif menjadi aktif sehingga akan membuat siswa tertarik dan paham dengan apa yang diajarkan oleh guru. Hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu yang dilaksanakan pada tanggal 2 April 2012, diperoleh informasi bahwa penguasaan siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu terhadap matematika masih tergolong rendah dan menurut guru yang bersangkutan pula, salah satu materi yang dianggap cukup sulit untuk dipahami oleh siswa adalah materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Dimana jika dilihat dari nilai ulangan blok khusus untuk materi SPLDV sebagian besar siswa masih memperoleh nilai di bawah dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yakni ≥ 65 dengan rata-rata hasil ulangan blok yang diperoleh siswa sebesar 63,48 (Tahun Ajaran 2011/2012). Berdasarkan hasil pengamatan di kelas pada tanggal 7 April 2012 terlihat bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih menggunakan model pembelajaran langsung atau metode ceramah. Ketika guru menjelaskan materi, siswa hanya mendengarkan tanpa ada yang bertanya hal ini dikarenakan guru Tidak memberikan kesempatan untuk bertanya. Guru langsung memberikan soal untuk dikerjakan, namun langsung dijawab oleh guru, siswa Tidak dilibatkan dalam menyelesaikan soal dan siswa mencatat hasil pekerjaan guru. Pendekatan dalam pembelajaran masih berpusat pada guru (teaching centered learning), sementara yang diharapkan seharusnya pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning). Sehubungan dengan beberapa temuan tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahkan-permasalahkan yang dihadapi siswa.
JULI 2013
salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam kelas. salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah pendekatan problem solving. Pengertian Belajar dan Mangajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa, seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman, 2008: 2). Sudjana. (1988: 28) menyatakan bahwa, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana, perubahan yang dimaksud dijadikan sebagai hasil proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sedangkan mengajar atau teach berasal dari bahasa inggris kuno, yaitu taecan, yang berarti memperlihatkan. Istilah mengajar sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari pentingnya pendidikan dan persekolahan. Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan, pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik dengan tujuan agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami (Surya, 1996: 6). Slameto (1995: 29) mengatakan bahwa 224
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Sedangkan Sutikno (2007: 51) mengartikan mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya, termaksud guru dan alat pelajaran yang disebut proses belajar, tujuan pelajaran yang telah ditentukan tercapai. Demikian halnya Gagne dalam Sudjana (2002: 166) berpendapat bahwa mengajar merupakan upaya mengadakan dan mengatur kondisi eksternal siswa, sehingga berinteraksi dengan kemampuan intern siswa secara optimal sampai terjadi perubahan dalam kemampuan siswa. Dengan demikian mengajar berarti mengendalikan kondisi dan situasi seperti menarik perhatian siswa, menyajikan stimulus yang serasi dan memberikan petunjuk atau penjelasan verbal. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan oleh guru yang berorientasi pada keaktifan peserta didik dengan memberi atau mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada peserta didik, dan pengorganisasian lingkungan disekitar siswa, agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk tujuan belajar yang optimal.
JULI 2013
problem solving diartikan sebagai memecahkan masalah atau pemecahan masalah. Aisyah (2007: 5-3) mengemukakan pemecahan masalah pada dasarnya merupakan proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sampai masalah itu Tidak lagi menjadi masalah baginya. Selanjutnya dikatakan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalahmasalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masaalah yang bersifat Tidak rutin. Posamentier (1999: 111) menyebutkan lima langkah dasar untuk problem solving, yaitu : (a) Menyadari bahwa masalah itu ada, (b) Identifikasi masalah, (c) Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk penyusunan hipotesis, (d) Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin, dan (e) Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Sukoriyanto (2001: 121) menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran problem solving (pemecahan masalah), yaitu: (1) Mendidik siswa untuk berpikir secara logis dan sistematis, (2) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi, (3) Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek, (4) Mendidik siswa percaya diri sendiri. Sedangkan kelemahan pembelajaran problem solving (pemecahan
Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Problem Solving
Problem solving berasal dari bahasa Inggris yang, terdiri dari dua kata yaitu problem dan solving. Echols dan Shadily (1990: 448) mengartikan problem sebagai maTIDAK atau soal atau persoalan, sedangkan solving berasal solve yang artinya memecahkan. Dari kedua kata di atas dapat kita simpulkan bahwa 225
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
masalah), yaitu: (1) Memerlukan waktu yang cukup banyak, (2) Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja. Hudoyo (2003: 155) mengemukakan bahwa tujuan dari pembelajaran problem solving adalah : {1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya, (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa, (3) Potensi intelektual siswa meningkat, (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Selanjutnya dikatakan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran problem solving, yaitu : (1) Pemahaman terhadap masalah, (2) Perencanaan penyelesaian masalah, (3) Melaksanakan perencanaan, (4) Melihat kembali penyelesaian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pemecahan masalah adalah suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada. Prosedur atau sintaks yang digunakan dalam implementasi pembelajaran problem solving mengikuti sintaks atau penahapan yang diajukan oleh Hudoyo yakni sebagai berikut:
JULI 2013
ditanyakan, dan bagaimana kondisinya/ syaratnya. Perencanaan Penyelesaian masalahkan Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi masalah, kemudian melakukan perencanaan atau strategi penyelesaian selanjutnya. Perlu disadari bahwa untuk dapat membuat rencana yang sesuai dengan permasalahkan, maka dibutuhkan pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang subjek yang sedang dibicarakan. Selain itu, guru memberikan dorongan pada siswa agar berani mengemukakan rencananya dan juga menyarankan beberapa strategi untuk membantu memulai atau merencanakan penyelesaian. Pelaksanaan Rencana Dalam tahap ini, rencana penyelesaian yang telah disusun dilaksanakan dengan melakukan perhitungan yang tepat. Jika dalam tahap ini rencana yang disusun Tidak dapat dikerjakan, maka guru dapat menganjurkan siswa untuk meninjau kembali rencana pada tahap kedua dan mencoba alternatif lain. Meskipun ketelitian dalam perhitungan diperlukan, guru hendaknya Tidak memberi penekanan dalam menyamakan pemecahan masalah dengan perhitungan. Memeriksa Kembali Dalam tahap ini, siswa harus dapat mengkritisi hasilnya dengan memeriksa kekebenaranan hasil yang diperoleh, atau melihat apakah hasil tersebut dapat diperoleh dengan cara lain.
Memahami Masalah Pada tahap ini, masalah harus dibaca dengan sebaik mungkin, dan kemudian yakinkan bahwa benar masalah sudah dipahami benar-benar. Untuk mengetahui bahwa masalah sudah dipahami benar, maka dapat ditanyakan pada siswa beberapa hal yakni: apa yang diketahui, apa yang
Penerapan SPLDV dalam Pemecahan Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, banyak masalah perhitungan yang dapat diselesaikan dengan menerapkan SPLDV, diantaranya masalah uang, masalah umur, masalah bisnis 226
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
dan lain-lain. Sementara itu, dalam matematika SPLDV dapat digunakan untuk menentukan koordinat titik potong dua garis, menentukan persamaan garis, menentukan suatu bilangan, dan sebagaianya. Langkah pertama untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan perhitungan matematika adalah dengan menyusun model matematika dari soal itu. (Cunayah : 2006:24 ) Contoh : Di dalam dompet ibu terdapat 15 lembar uang sepuluh ribu dan dua puluh ribu rupiah, untuk dibelanjakan keperluan bulanan. Jumlah uang ibu Rp. 230.000,00 berapa lembar masing-masing uang ibu? Penyelesaian : Memahami masalah Pada tahap ini, kegiatan pemecahan maTIDAK diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permaTIDAKan dan apa yang ditanyakan. Misalkan banyaknya uang sepuluh ribu rupiah adalah x lembar dan banyaknya uang dua puluh ribu rupiah adalah y lembar. Diketahui: x + y = 15 10.000 x + 20.000 y = 230.000 Ditanyakan: x = ...? y = ... ? Merencanakan Penyelesaian Dalam mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan permamasalahkan yang akan dipecahkan. Untuk permamasahkan di atas, strategi yang paling tepat digunakan adalah strategi bekerja mundur dan menggunakan kalimat terbuka serta menggunakan metode gabungan eliminasi dan subtitusi. Melaksanakan Rencana
JULI 2013
Jika siswa telah memahami permasalahkan dengan baik dan sudah menentukan strategi pemecahannya, langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan yang telah direncanakan. x + y = 15 10.000 x + 20.000y = 230.000 x + 2y = 23 x+y = 15 x + 2y = 23 -y = -8 y=8 y=8 → x+y= 15 x+8=15 x=7 Jadi, uang sepuluh ribu rupiah sebanyak 7 lembar dan uang dua puluh ribu rupiah sebanyak 8 lembar. Melihat Kembali Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan Tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya. Hasil yang diperoleh pada soal yang di atas adalah bilangan 7 dan 8. Sedangkan unsur yang diketahui adalah x + y = 15. Jika bilangan-bilangan 7 dan 8 kita gantikan ke x + y = 15, kita dapatkan 7 + 8 = 15 bernilai YA. Hal ini menujukkan bahwa hasil yang kita peroleh sudah sesuai dengan yang diketahui. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran maka, hipotesis tindakan penelitian ini adalah melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem solving, aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dapat ditingkatkan. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas 227
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu, dengan jumlah siswa 30 orang pada semester ganjil 2012/2013, dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Untuk itu faktor yang diteliti adalah (1) Faktor guru, yaitu untuk melihat atau mengamati guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah, dan (2) faktor siswa, yaitu untuk melihat perilaku berkarakter siswa
JULI 2013
dalam mempelajari matematika khususnya pada materi SPLDV. Pelaksanaan penelitian Tidakan kelas ini dirancang dalam dua siklus. Tiap siklusnya dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Penelitian tindakan kelas ini mengikuti prosedur sebagai berikut: (1) Perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; (4) evaluasi dan (5) refleksi, dengan rancangan berikut :
Bagan 1. prosedur penelitian tindakan kelas (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999: 27) HASIL Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 16 November 2012 dengan materi memahami pengertian persamaan linear satu variabel, persamaan linear dua variabel dan sistem persamaan linear dua variabel serta membedakan persamaan linear dua variabel dan sistem persamaan linear dua variabel. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengobservasi jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Setelah pertemuan pertama ini, guru dan peneliti mendiskusikan beberapa kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Terutama dalam memperhatikan waktu sehingga pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dari hasil diskusi ini, guru bersedia untuk memperbaiki kekurangannya pada pertemuan berikutnya. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada 228
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
hari Sabtu tanggal 17 November 2012. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selama proses pembelajaran berlangsung, pengamat mengobservasi jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 23 November 2012 dengan materi menyelesaikan SPLDV dengan metode subtitusi dan gabungan Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa. Observasi Pada tahap ini pengamat mengobservasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I. Hal yang diobservasi adalah cara guru dalam menyampaikan materi dengan pendekatan pembelajaran problem solving dan bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran. Hasil observasi terhadap guru selama pelaksanaan tindakan siklus I secara umum menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Guru menyapa siswa Guru mempersiapkan siswa untuk belajar namun Tidak mengecek kehadiran siswa Guru melakukan apersepsi/mengungkap materi dengan mereview materi yang berkaitan Guru memotivasi siswa, namun masih belum mendapatkan respon penuh terhadap siswa Hasil observasi terhadap siswa selama pelaksanaan tindakan siklus II secara umum
JULI 2013
menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Siswa menjawab salam dari guru Siswa masih kurang menyimak dan memperhatikan dengan baik penjelasan dan pertanyaan dari guru Siswa masih terlihat asing dengan pembelajaran yang diterapkan yaitu pendekatan pembelajaran problem solving. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang kaku dalam kelompok Siswa masih kurang memanfaatkan bahan ajar yang telah diberikan Pada saat kerja kelompok berlangsung hanya 1 atau 2 orang saja yang aktif, hal ini terlihat saat menyelesaikan soal LKS sebagian siswa hanya diam dan menunggu jawaban dari temannya Siswa kurang memperhatikan bimbingan atau arahan dari guru terkait dengan permasalahkan sampai tahap penyelesaian Siswa masih kurang memahami strategi penyelesaian masalah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahkan yang diberikan saat guru memberikan bimbingan Dalam mengkaji ulang proses/hasil pemecahan dari permasalahkan yang diberikan, siswa Tidak memperhatikan proses melainkan langsung mengecek hasilnya Dalam tahap persentase terkait dengan solusi/jawaban yang diperoleh, siswa belum tepat memberikan jawaban sesuai langkah - langkah penyelesaiannya Siswa memberikan kesimpulan tapi penyampaianya kurang dipahami dan belum termuat semua materi yang telah dipelajari. Evaluasi Setelah materi yanng diajarkan selama tiga kali pertemuan sudah menyelesaikan materi SPLDV dan cara penyelesaiannya 229
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
maka dirasa cukup hingga untuk pertemuan keempatnya diadakan evaluasi atau tes tindakan silklus I. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran pendekatan pemecahan masalah diterapkan. Pada saat tes tindakan silkus I ini siswa harus mempertanggung jawabkan secara indidvidu meskipun dalam proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Hasil tes tindakan siklus I, menunjukkan bahwa sebanyak 19 siswa dari 30 siswa telah memperoleh nilai minimal 65 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 63,33%. Hal demikian belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, sehingga perlu dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tindakan siklus I menunjukkan hasil bahwa belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai keberhasilan, dimana kegiatan guru barn mencapai 72,22%. Oleh karena itu, peneliti bersama guru secara bersama-sama mendiskusikan kekurangankekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki dan dilaksanakan pada tindakan siklus II. Sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, kendala umum yang dihadapi siswa adalah belum sepenuhnya siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru terkait dengan materi yang dipelajari, akibatnya masih banyak soal-soal yang belum dipahami oleh siswa. Kemudian dalam memecahkan suatu masalah tentunya mempunyai langkahlangkah penyelesaian sehingga siswa harus memahami betul masalah yang diberikan dan strategi penyelesaian yang telah mereka pilih, agar
JULI 2013
nantinya dari trategi yang ada itu siswa dapat memecahkan masalah tersebut, bukan dengan melihat penyelesaian masalah dari siswa lainnya. Selanjutnya, pada tahap perencanaan ini peneliti berkolaborasi dengan guru melakukan hal-hal sebagai berikut: (i) membuat skenario pembelajaran untuk tindakan siklus II, (ii) membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran; (iii) menyiapkan LKS untuk mempermudah siswa memahami materi pelajaran dan juga untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving); (iv) merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus II; (v) menyiapkan jurnal untuk tindakan siklus II. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama Pertemuan pertama untuk siklus II dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 30 November 2012 dengan materi memisalkan dan membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV. Kegiatan Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua untuk siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 01 Desember 2012 dan berlangsung di ruangan VIIIC. Pada pertemuan kedua ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar 230
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
JULI 2013
Guru membimbing siswa dalam tahap pemahaman soal dengan memintanya untuk membaca contoh soal/bahan ajar yang diberikan dengan baik kemudian membimbingnya untuk menyelesaikan soal tersebut. Guru meminta siswa untuk menentukan straegi dalam menylesaikan soal tersebut. Guru mengkaji ulang proses/hasil pemecahan dari permasalahkan yang telah dipersentasekan dengan memperhatikan proses, melihat kekeliruan, melengkapi bagian-bagian yang kurang dan kemudian mengecek hasilnya. Guru meminta siswa untuk mempersentasekan solusi/jawaban yang diperolehnya di depan kelas dengan bahasa yang baik, sopan, menyeluruh dan tanpa menunjuk secara acak Guru memberikan penguatan berupa aplous kepada siswa yang mempersentasekan hasil diskusinya di depan kelas. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dengan bahasa yang benar dan mudah dipahami. Guru memberikan tugas/PR, sebagai latihan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terkait dengan materi yang telah dipelajari. Evaluasi Rangkaian selanjutnya pada tes tindakan ini adalah memberikan tes tindakan siklus II secara perorangan. Tes ini bertujuan untuk melihat apakah pelaksanaan tindakan siklus II lebih baik atau mengalami peningkatan dari pelaksanaan tindakan siklus II. Soal tes ini tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 22: 280). Hasil tes siklus II menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes siklus I yaitu 63,33% atau sebanyak 19 Siswa yang telah memperoleh
observasi untuk guru dan siswa. Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan pada hari Jum'at, 7 Desember 2012 dengan materi menyelesaikan sistem persamaan non linear dua variabel dan dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa. Observasi Pada tahap ini pengamat mengobservasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Hal yang diobservasi adalah cara guru dalam menyampaikan materi dengan pendekatan pembelajaran problem solving dan bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran. Hasil observasi terhadap guru selama pelaksanaan tindakan siklus II secara umum menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Guru mempersiapkan siswa untuk mulai belajar dengan menanyakan keadaan, mengecek kehadiran, dan memeriksa kelengkapan belajar. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pencapaian hasil belajar dengan benar, Tidak menyimapang, lancar, sistematis, dan bahasanya jelas. Guru memberikan apersepsi sesuai dengan bahan inti, mendapat respon dari siswa serta diarahkan dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami. Guru menjelaskan sekaligus membimbing siswa untuk berdiskusi terkait dengan materi yang akan dipelajari secara sistematis dan mudah dipahami. Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 231
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
> 65 mencapai 76,67% atau sebanyak 23 orang dengan nilai rata-rata 74,6. Hasil tes tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran (lampiran 23: 285 ). Hasil tes siklus II ini diperoleh juga telah memenuhi indikator kinerja ditinjau dari segi hasil. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran problem solving sudah mencapai
JULI 2013
indikator kinerja yang telah tetapkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II telah mencapai keberhasilan, dimana kegiatan guru mencapai 94,44%. Dengan demikian, hipotesis tindakan telah dipenuhi yaitu dengan melalui penerapan pendekatan pembelajaran problem solving, maka aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dapat ditingkatkan.
Tabel 1. Rata-rata Hasil Ketercapaian Pembelajaran Dalam Dua Siklus Dengan Problem Solving Persentase Ketercapaian Pelaksanaan Perbaikan Pendekatan Pembelajaran No Tindakan Rata-rata (%) Problem Solving Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 1 Siklus I 63,15% 73,68% 84,21% 73,68% 2 Siklus II 89,47% 94,73% 100% 94,73% Sesuai dengan tabel di atas terlihat bahwa kenaikan rata-rata persentase ketercapaian guru melaksanakan pembelajaran problem solving dalam tiap siklus mengalami peningkatan mencapai kurang lebih 21% tiap
siklusnya. Selanjutnya, dalam bentuk grafik akan terlihat persentase ketercapaian guru melaksanakan pembelajaran problem solving dalam tiap siklus pada setiap pertemuan seperti grafik berikut.
Tabel 2. Rata-rata Hasil Persentase Aktivitas Siswa Dalam Dalam Siklus Pembelajaran Dengan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving.
No. 1 2
Tindakan Siklus I Siklus II
Persentase Akfivitas Siswa Selama egiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 62,5% 73,21% 78,57% 89,29% 91,07% 92,86%
Sesuai dengan tabel di atas terlihat bahwa kenaikan rata-rata persentase ketercapaian proses siswa selama kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran problem solving dalam tiap siklus
Rata-rata (%) 71,43% 91,07%
mengalami peningkatan mencapai 19% tiap siklusnya. Selanjutnya. dalam bentuk grafik akan terlihat persentase ketercapaian proses siswa yang telah dihasilkan dalam tiap siklus pada setiap pertemuan seperti grafik berikut.
232
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
JULI 2013
Tabel 3. Persentase Ketercapaian Hasil Belajar Siswa pada Materi SPLDV No. Tes Siklus Rata-rata Siswa Yg Tuntas Belum Persentase 1. Siklus I 64,93 19 11 63,33% Tuntas 2. Siklus 11 74,6 23 7 76,67% Tuntas Sesuai dengan tabel di atas terlihat bahwa kenaikan persentase ketercapaian hasil belajar siswa pada materi SPLDV tiap siklus mengalami peningkatan mencapai kurang lebih 13% tiap siklusnya. Selanjutnya dalam
bentuk grafik akan terlihat persentase ketercapaian hasil belajar siswa yang telah dihasilkan dalam tiap siklus pada setiap pertemuan seperti grafik berikut:
PEMBAHASAN Berdasarkan observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan materi perbedaan PLDV dengan SPLDV dan menyelesaikan SPLDV, menunjukkan bahwa pembelajaran problem solving belum optimal dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun dan disepakati oleh peneliti dan guru. Observer mencatat bahwa masih terdapat kekurangankekurangan yang perlu diperbaiki pada siklussiklus berikutnya. Pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang keluar masuk pada saat proses pelajaran berlangsung dan sebagian siswa masih merasa Tidak nyaman dengan anggota kelompok barunya. Kekurangan lain juga terdapat pada guru yaitu pada pertemuan kedua guru lupa menyebutkan tujuan yang akan dicapai dan guru belum dapat mengorganisasikan waktu dengan baik sehingga ada beberapa langkah dalam pembelajaran yang dilakukan kurang optimal atau bahkan Tidak dilakukan sama sekali, seperti Tidak semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya pada pertemuan 1 dan 2, serta guru Tidak memberikan pengakuan/penghargaan bagi kelompok yang kinerjanya bagus pada pertemuan 1. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan tindakan siklus II guru diharapkan untuk lebih menjalin keakraban dengan siswa dalam batas wajar agar siswa
merasa rileks, Tidak takut dan malu untuk menyatakan ide/pendapat dan bertanya kepada guru. Berdasarkan hasil observasi siklus 1, terlihat bahwa guru dan siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran problem solving. Namun, masih terdapat kekurangankekurangan yang perlu diperbaiki pada siklussiklus berikutnya. Dimana pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang keluar masuk pada saat proses pelajaran berlangsung dan sebagian siswa masih merasa Tidak nyaman dengan anggota kelompok barunya. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus I, terlihat bahwa pelaksanaan tindakan belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, dimana kegiatan guru baru mencapai 73,68% dan aktivitas siswa mencapai 71,43%. Hal ini masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai keberhasilan. Sementara untuk hasil evaluasi yang dilakukan pada Siklus I, terlihat bahwa sebanyak 19 siswa dari 30 siswa telah memperoleh nilai minimal 65 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 63,33%. Hal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Sesuai dengan kekurangan-kekurangan 233
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
yang masih ada dalam pelaksanaan ses pembelajaran serta hasil belajar yang belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Dari hasil observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus II dengan materi membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah yang terkait SPLDV serta menyelesaikan SPLDV, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, dimana guru telah mampu melakukan perbaikan dari beberapa kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Berkaitan dengan hal tersebut, guru sudah mampu mengorganisasikan siswa dengan baik dan sudah sangat maksimal. Guru terus berupaya memperbaiki segala kekurangan pada siklus I. Guru mampu mengontrol kegiatan siswa dan dapat menarik perhatian siswa sehingga dalam pembelajaran siswa lebih teratur, aktif berdiskusi dan berani bertanya. Kemudian terkait dengan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, tampak bahwa materi itu disampaikan dengan lancar, jelas, terstruktur, sistematis, dan mudah dipahami. Selain itu, guru telah membimbing siswa dengan baik dalam memecahkan suatu masalah sesuai dengan strategi yang tepat. Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus II, terlihat bahwa pelaksanaan tindakan sudah mencapai indicator kinerja yang telah ditetapkan, dimana kegiatan guru sudah mencapai 94,73% dan aktivitas siswa sudah mencapai 91,07%. Hal ini sudah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II telah mencapai keberhasilan. Sementara hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus II, terlihat bahwa sebanyak 23 siswa dari 30 siswa telah memperoleh nilai minimal 65 dengan
JULI 2013
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 76,67%. Sesuai dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa indikator kerja yang telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil telah tercapai atau berhasil. Seperti sudah dinyatakan sebelumnya bahwa observer Tidak hanya sekedar mengamati aktivitas guru dan siswa apakah mereka melaksanakan tiap langkah pembelajaran atau Tidak, namun observer bersama guru juga mengamati perilaku berkarakter dan keterampilan sosial yang diharapkan dimiliki siswa ketika tiap langkah pembelajaran tersebut berlangsung. Siswa diminta untuk menjawab dengan jujur setiap pertanyaan (dalam bentuk pernyataan) yang tersedia dalam Lembar Penilaian Diri. Guru juga melakukan penilaian yang sama terhadap perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa selama pelaksanaan tindakan. Tujuannya untuk melihat kesesuaian antara penilaian siswa terhadap dirinya sendiri dengan apa yang mereka lakukan sebenarnya dalam pembelajaran. Seperti yang ditunjukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, perilaku berkarakter yang dinilai yaitu siswa dapat dipercaya, menghargai, memiliki rasa tanggung jawab individu dan sosial, adil dan peduli, sedangkan keterampilan sosial yang dinilai yaitu bertanya, memberikan ide/pendapat, menjadi pendengar yang baik dan mampu bekerja sama. Pertanyaan mengenai perilaku berkarakter dan keterampilan sosial ini sebanyak 37 pertanyaan yang terbagi atas 22 pernyataan perilaku berkarakter dan 5 pernyataan keterampilan sosial. Seluruh pernyataan merupakan pernyataan positif. Untuk pernyataan perilaku berkarakter, siswa diminta memberi tanda checklist pada kotak YA jika siswa menilai dirinya sesuai dengan pemyataan, atau memberi tanda checklist pada kotak Tidak jika siswa menilai dirinya Tidak 234
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
sesuai dengan pernyataan. Sedangkan untuk pernyataan mengenai keterampilan sosial, siswa memilih YA jika siswa menilai dirinya sesuai dengan pernyataan, atau siswa memilih TIDAK jika siswa menilai dirinya Tidak sesuai dengan pernyataan. Berdasarkan hasil observasi diperoleh rekapitulasi penilaian diri perilaku berkarakter dan keterampilan sosial yang diisi oleh siswa (lampiran 27: 292) diuraikan sebagai berikut: Perilaku Berkarakter Dapat dipercaya Pernyataan-1 "Saya jujur. Saya hanya mempelajari materi yang sedang diajarkan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 76,67% (23 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 23,33% (7 orang). Pernyataan-2 "Saya tetap fokus pada tugas yang diberikan atau pada pembelajaran matematika". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 53,33% (16 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 46,67% (14 orang). Pernyataan-3 "saya mencoba untuk melakukan tugas matematika yang diberikan, meskipun itu terasa sulit.". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 86,67% (26 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 13,33% ( 4 orang). Pernyataan-4 "Saya adalah teman yang baik dan dapat membantu orang lain". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 63,33% (19 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 36,67% (11 orang). Teliti Pernyataan-1 "Saya mengerjakan tugas-tugas pelajaran matematika dengan hati-hati". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 70% (21 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 30% (9 orang). Pernyataan-2 "Saya Tidak terlalu memperhatikan soal-soal matematika yang diberikan oleh guru ". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya
JULI 2013
yaitu 36,67% (11 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 63,33% (19 orang). Pernyataan-3 "Saya Tidak memperhatikan penjelasan guru mengenai materi yang sedang dipelajari". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 33,33% (10 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 66,67% (20 orang) Pernyataan-4 "saya sangat merespon apabila ada kekeliruan penjelasan guru dalam proses pembelajaran". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 30% (9 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 70% (21 orang). Menghargai Pernyataan-1 "Saya memperlakukan teman kelompok dan teman saya dengan cara seperti yang saya harapkan mereka memperlakukan saya". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 86,67% (26 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 13,33 (4 orang). Pernyataan-2 "Saya memperlakukan teman/guru saya dengan sopan dan hormat". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 83,33% (21 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 16,67% (5 orang). Pernyataan-3 "Saya peka terhadap perasaan teman/guru saya". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 73,33% (22 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 26,67 % (8 orang). Pernyataan-4 "Saya Tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 56,67 % (17 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 43,3 3 % (13 orang). Pernyataan-5 "Saya Tidak pernah menertawakan atau mempermalukan teman/guru". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 53,33 % (16 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 46,67 % (14 235
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
orang). Pernyataan-6 "Saya Tidak pernah berprasangka atau bersikap rasis (membedakan suku dan ras) pada teman/guru". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 63,33% (19 orang) dan yang menjawab Tidak 36,67% (11 orang). Tanggung jawab individu Pernyataan-1 "Saya mengerjakan tugas-tugas pelajaran matematika yang perlu saya lakukan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 80% (24 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 20% (6 orang). Pernyataan-2 "Saya dapat dipercaya dan diandalkan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 26,67 % (8 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 73,33 % (12 orang). Pernyataan-3 "Saya Tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain atas perbuatan saya". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 73,33% (22 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 26,67% (8 orang). Pernyataan-4 " saya selalu mengikuti komitmen saya" Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 56,67% (17 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 43,33% (13 orang). Tanggung jawab sosial Pernyataan-1 "Saya mengerjakan tugas saya untuk kebaikan bersama". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 90 %(27 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 10 % (3 orang). Pernyataan-2 "Saya secara suka rela membantu teman/guru yang membutuhkan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 83,33% (25 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 16,67% (5 orang). Pernyataan-3 "Saya berpartisipasi dan membantu guru saya mengerjakan tugas-tugas pengajarannya". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya
JULI 2013
yaitu 66,67 % (20 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 33,33 % (10 orang). Pernyataan-4 "Saya melakukan sesuatu yang saya bisa untuk membantu menjaga kebersihan dan keamanan kelas/sekolah". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 80% (24 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 20 % (6 orang). Adil Pernyataan-1 "Saya memperlakukan teman sesui dengan apa yang saya inginkan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 50 % (15 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 50 % (15 orang). Pernyataan-2 "Saya memperlakukan teman secara seimbang dan tanpa merugikan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 66,67 % (20 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 33,33% (10 orang). Pernyataan-3 "Saya mempertimbangkan perasaan teman/guru yang akan terpengaruh akibat perbuatan saya". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 60 % (18 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 40 % (12 orang). Pernyataan-4 "saya berpikiran terbuka dan masuk akal". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 63,33% (19 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 36,67% (11 orang). Pernyataan-5 "saya bermain berdasarkan aturan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 66,67% (20 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 33,33% (10 orang). Peduli Pernyataan-1 "Saya peka terhadap perasaan orang lain". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 63,33 % (19 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 36,67 % (11 orang). 236
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
JULI 2013
Pernyataan-2 "Saya memperlakukan teman/guru dengan baik dan murah hati". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 83,33% (25 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 16,67% (5 orang). Pernyataan-3 "Saya berpikir tentang bagaimana perbuatan saya akan berdampak pada yang lain". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 73,33% (22 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 26,67 % (8 orang) Pernyataan-4 "Saya Tidak pernah benar-benar membenci atau menyakiti". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 70 % (21 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 30 % (9 orang). Pernyataan-5 "Saya mencoba untuk membantu teman/guru yang membutuhkan". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 73,33% (22 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 26,67% (8 orang). Keterampillan Sosial Pernyataan-1 "Pada saat diskusi kelompok/kelas, saya mengemukakan ide/pendapat". Persentase jumlah siswa yang menjawab YA yaitu 83,33 % (25 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 16,67 % (5 orang). Pernyataan-2 "Pada saat diskusi kelompok/kelas, saya menghargai pendapat yang berbeda". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 0%, persentase jumlah siswa yang
menjawab Tidak yaitu 0 %, Persentase jumlah siswa yang menjawab selalu yaitu 13,33% (4 orang), Persentase jumlah siswa yang menjawab sering yaitu 16,67%(5 orang), Persentase jumlah siswa yang menjawab kadang-kadang yaitu 63,33%(19 orang), dan Persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak pemah yaitu 6,67%(2 orang) Pernyataan-4 "Pada saat diskusi kelompok/kelas, saya bertanya pada guru atau teman". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 76,67 % (23 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 23,33 % (7 orang). Pernyataan-5 "Pada saat diskusi kelompok/kelas, saya mendengarkan dan memperhatikan jika teman atau guru berbicara". Persentase jumlah siswa yang menjawab Ya yaitu 0%, persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 0 %, Persentase jumlah siswa yang menjawab selalu yaitu 26,67%(8 orang), Persentase jumlah siswa yang menjawab sering yaitu 33,33%(10 orang), Persentase jumlah siswa yang menjawab kadang-kadang yaitu 40% (12 orang), dan Persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak pernah yaitu 0%. Pernyataan-6 "Saya senantiasa bekerja sama dengan anggota kelompok/siswa yang lain". Persentase jumlah siswa yang menjawab YA yaitu 86,67 % (26 orang) dan persentase jumlah siswa yang menjawab Tidak yaitu 33,33 % (4 orang).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Kulisusu melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dapat ditingkatkan. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Diharapkan bidang studi matematika dapat mengetahui, memahami, dan menerapkan pendekatan pembelajaran problem solving dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel. 2. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dalam melakukan penelitian dengan 237
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
menggunakan RPP berkarakter sebaiknya menggunakan minimal 2 observer untuk menilai kegiatan proses dalam
JULI 2013
pembelajaran dan lembar perilaku diri dan keterampilan sosial karena penilain dapat di laksanakan secara maksimal.
DAFTAR RUJUKAN Aisyah, Nyimas, dkk. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Echols, John M dan Hassan Shadily. 1990. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta . Gramedia. Hudoyo Herman, 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. Posamentier, Alfred S, Stepelmen Jay. 1999. Teaching Secondary Mathematics Techniques and Enrichment Units. New Jersey: Prentice Hall. Sadiman, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta Rineke Cipta.
Sudjana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. -----------.2002. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Sukoriyanto. 2001. Langkah-langkah dalam Pengajaran Matematika dengan Menggunakan Penyelesaian MaTIDAK dalam Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Malang: JICA. Surya, Muhammad.1996. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran : Bandung IKIP. Sutikno, M. Sobry,2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna mataram : NTP Pres. Tim PPPG Matematika. 2005. Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta: Depdikbud.
238
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 4 NOMOR 2
JULI 2013
INDEKS JANUARI 2013 Anwar Bey & Waode Ekadayanti Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Penguasaan IPA, halaman (19 – 34) Arivyaty dan Cipto Saputra Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Kemampuan Penalaran Proporsional Siswa Sekolah Menengah Pertama, halaman (61 – 72) Awalludin & Sukma Fotilano Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Pengusaan Bahasa Inggeris, halaman (35 – 50)
Busnawir Keefektifan Pendekatan Konstruktivis Pada Pembelajaran Statistika Sosial halaman (09 – 18) H. Faad Maonde
Deskripsi Perilaku Siswa Dalam Pembelajaran Matematika SMP Melalui RPP Berkarakter, halaman (83 – 100) Kadir Tiya & La Ode Bahiruddin Ruhi Analisis Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Matematika, halaman (51 – 60)
La Arapu Luas Segibanyak Dalam Pandangan Geometri Analitik, halaman (01 – 08) Lambertus, La Arapu, dan Tandri Patih Penerapan Pendekatan Open-Ended Uuntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP, halaman (73 – 82)
239