PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas XI SMK N 1 Purwodadi Pada Pokok Bahasan Barisan Dan Deret)
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika
Disusun oleh : Fitri Kristianingrum A 410 100 042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas XI SMK N 1 Purwodadi Pada Pokok Bahasan Barisan Dan Deret Oleh 1
Fitri Kristianingrum1 ,Sumardi2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika,
[email protected] 2 Dosen Pendidikan Matematika,
[email protected] ABSTRAK
. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan barisan dan deret serta meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan Scientific. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Purwodadi yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari : 1) fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah sebelum tindakan sebanyak 25 siswa (71,42%) setelah tindakan kelas sebanyak 33 siswa (94,28%). 2)Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah sebelum tindakan sebanyak 20 siswa (57,14%). 3)Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya sebelum tindakan13 siswa (37,14%) setelah tindakan kelas sebanyak 25 siswa (71,43%). 4)Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan sebelum tindakan sebanyak 7 siswa (20%) setelah tindakan kelas sebanyak 14 siswa (40%). 5)Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan sebelum tindakan sebanyak 4 siswa (11,42%), setelah tindakan kelas sebanyak 11 siswa (31,42%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan Scientific dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kata kunci : Kemampuan berpikir kritis, Pembelajaran, problem solvin, scientific PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi di abad XXI ini, diperlukan persiapan sumber daya manusia yang merupakan kunci utama untuk memetik kemenangan dalam persaingan era globalisasi tersebut. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan setiap manusia memperoleh informasi dengan cepat, mudah dan melimpah dari berbagai sumber. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk menghadapi keadaan yang selalu 1
2
berubah, kompetitif dan tidak pasti. Kemampuan ini menuntut siswa agar berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Beratnya tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam multidimensi telah menempatkan bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi pengentasan kesulitan bangsa. Sejumlah pakar pendidikan mengatakan bahwa hasil pendidikan yang kurang memadai disebabkan oleh prilaku dan sikap mengajar guru yang kurang professional, kreatif, dan inovatif dalam menjalankan proses belajar mengajar. Muncul anggapan, apabila guru dalam proses pembelajaran sikap dan prilaku mengajarnya masih cenderung monoton, pasif, searah, kurang menarik, dan lain-lain, maka pencapaian hasil belajar siswa akan tetap buruk dan stagnan dalam kondisi serta situasi yang kurang memuaskan. Students’ low success level in mathematics has been a worry for a long time in many countries. There are a lot of factors affecting success in mathematics. One of these factors is students’ mathematical anxiety, in other words, their mathematical fear (Murat Peker, 2008 : 1). Sudah sejak dulu rendahnya prestasi belajar matematika siswa menjadi salah satu kekhawatiran di banyak negara. Banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan belajar matematika. Salah satu dari faktor tersebut adalah ketakutan pada matematika Selain model pembelajaran, keberagaman gaya belajar dan kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran juga turut andil dalam penentuan model pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Siswa yang belajar dengan gaya belajar mereka yang dominan saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. Menurut Hendra Surya (2013: 159) mengemukakan bahwa berfikir kritis merupakan sebagai sebuah proses aktif dan cara berfikir secara teratur untuk memahami informasi secara mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. Berfikir kritis dapat menumbuhkan kemampuan mengidentifikasikan prasangka, masalah yang bias (berpihakan), menafsirkan propaganda, adanya unsure kebohongan, distorsi (menyesatkan), informasi yang salah (misinformasi), egosentrisme, dan lan-lain. sedangkan Asep Jihad (2012: 14) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan prilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang ” peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK) pembelajaran matematika di kelas XI SMK Negeri 1 Purwodadi pada pokok bahasan barisan dan deret) ”.
3
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan tepat, maka penelitian ini akan dilaksanakan melalui pemberian tindakan dalam kelas. Dimana peneliti akan berkolaborasi dengan guru karena gurulah yang lebih paham dengan kondisi kelas. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian mengkaji dan mendeskripsikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswabdan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika di kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Purwodadi. Tujuan Khusus penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK). Manfaat
secara
umum
penelitian
ini
memberikan
pengetahuan
tentang
meningkatkan kemampua berpikir kritis dan hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK) bagi siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Purwodadi. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru kelas dan peneliti di lingkungan sekolah. Kegiatan perencanaan awal dimulai dari melakukan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini juga dilakukan diskusi untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengamatannya. Diskusi bersama antara peneliti dan guru dikembangkan dalam setiap penyusunan perencanaan berikutnya, dan diskusi berdasarkan hasil siklus yang telah dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang berbasis kelas kolaboratif berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran di kehidupan seharihari di SMK Negeri 1 Purwodadi. Diharapkan dari penelitian ini dapat menghasilkan cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar matematika melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK). Kegiatan pemecahan masalah diawali dari: perencanaan(planning), pelaksanaan(action) dan pengumpulan data(observing), menganalisis data atau informasi untuk memutuskan kelebihan maupun kelemahan tindakan tersebut(reflecting) dan evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan metode alur yang meliputi reduksi, penyajian data, dan verifikasi data (Sutama, 2010:100). HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Hasil dialog awal peneliti melakukan observasi pembelajaran awal dilakukan di kelas XI AP1 yang terdiri dari 36 siswa. Tujuan dari observasi awal memperjelas sekaligus menentukan indikator yang akan dicapai dari berpikir kritis belajar matematika. melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific (PTK), adapun hasilny. Tabel 1 Data Peningkatan Kemampuan berpikir kritis Siswa indikator Tindakan kelas
1
2
4
5
Sebelum
5 Siswa
1 siswa
1 siswa
0 Siswa
0 Siswa
Tindakan
(14,28%)
(2,86%)
(2,86%)
(0 %)
( 0%)
Putaran I
25 Siswa
20 Siswa
13 Siswa
7 siswa
4 Siswa
pertemuan 1
(71,42 %)
(57,14%)
(37,14%)
( 20 %)
(11,42 %)
Putaran I
32 Siswa
28 Siswa
22 Siswa
15 Siswa
5 Siswa
pertemuan II
(92,43 %)
(80%)
(62,86%)
(42,85 %)
( 14,28%)
Putaran II
33 Siswa
31 Siswa
22Siswa
16 Siswa
9 siswa
pertemuan I
(94,28%)
(88,57%)
(62,86%)
(45,71%)
(25,71%)
Putaran II
33 Siswa
31 Siswa
25 Siswa
14 Siswa
11 siswa
pertemuan II
(94,28%)
(88,57%)
(71,43%)
(40%)
(31,42%)
Sesudah
34 Siswa
31 Siswa
20 Siswa
11 Siswa
0 Siswa
Tindakan
(97,14 %)
(88,57%0
(57,14%)
(34,29%)
(0 % )
3
Keterangan : 1. Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah. 2. Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah. 3. Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya. 4. Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan. 5. Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan.
Dalam penelitian ini terbukti bahwa kemampuan berpikir kritis belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti dan guru matematika di SMK Negeri 1 Purwodadi
5
Gambar 1 Grafik Peningkatan berpikir kritis siswa` Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan
350 300
Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan
250 200
Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya
150 100 50 0 sebelum putaran I putaran I putaran II putaran II tindakan pertemuan pertemuan pertemuan pertemuan I II I II
Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah 1. Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas XI AP 1 sebelum adanya tindakan kelas, guru memberikan pre-test yang dilaksanakan sebelum penelitian, diperoleh daya serap kelas terhadap prestasi siswa yaitu 1 siswa (2,78 %). Soal post tes yang diberikan pada putaran I pertemuan I sebanyak 13 siswa (37,14 %) dan pertemuan II sebanyak 20 siswa (57,14%). Soal post tes yang diberikan pada putaran II pertemuan I sebanyak 22 siswa (62,86%) dan pertemuan II sebanyak 25 siswa (74,29%). Data prestasi belajar siswa setelah penelitian tindakan kelas diperoleh yaitu 27 siswa (77,14 %) dari 35 siswa yang hadir. Data yang diperoleh mengenai prestasi belajar siswa dapat disajikan. Tabel 1 Data Peningktan hasil belajar Siswa Sebelum
Putaran I
Putaran I
Putaran II
Putaran II
Sesudah
Tindakan
Pertemuan 1
Pertemuan 1I
Pertemuan 1
Pertemuan 1I
Tindakan
1 Siswa
13 siswa
20 Siswa
22 Siswa
25 Siswa
27 Siswa
(2,78 %)
(37,14 %)
(57,14 %)
(62,86 %)
(74,29 %)
(77,14 %)
Adapun grafik peningkatan prestasi belajar matematika siswa dari sebelum tindakan sampai sesudah tindakan dapat digambarkan sebagai berikut
6
Gambar 1 Grafik Peningkatan hasil belajar siswa
Hasil Belajar Memenuhi KKM 100 80 60 40 20 0
Hasil Belajar Memenuhi KKM
Harwad Kingsley dalam Nana Sudjana (2011: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum. Sedangkan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membanginya menjadi tiga, yaitu ranah kognitif, ranahafektif dan ranak spikomotor. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Scientific Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa, dapat dilihat dari hasil tes latihan mandiri yang diberikan dalam tiap tindakan kelas. Adapun indikator yang dijadikan sebagai patokan untuk menilai siswa sudah mampu berpikir kritis dengan benar atau belum adalah sebagai berikut: (1) Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah. Kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan kalimat matematika dilihat dari siswa fokus dalam suatu masalah yang disajikan dengan simbol atau mengubahnya ke dalam model metematika dapat dilihat dari kemampuannya dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal secara tepat. Berdasarkan hasil dari tiap putaran, kemampuan siswa dalam menampilkan kalimat matematika mengalami peningkatan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh berdasarkan soal yang diberikan. Kemampuan siswa fokus pada pokok permasalahan sebelum penelitian adalah sebanyak 5 Siswa (14,28%) menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 25 siswa (71,42%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 32 siswa (92,43%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 33 siswa (94,28%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 33 siswa (94,28%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 34 siswa (97,14%).
7
(2) Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah sebagai alat ukur pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan mengalami peningkatan. Adapun hasil sebanyak 1 Siswa (2,86%) menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 20 siswa (57,14%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 28 siswa (80%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 31 siswa (88,57%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 31 siswa (88,57%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 31 siswa (88,57%). (3) Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya. Kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung dengan benar sebelum adanya tindakan sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil pretest yang dilakukan sebelum tindakan yaitu Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya sebanyak 1 Siswa (2,86%) menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 13 siswa (37,14%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 22 siswa (62,86%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 22 siswa (62,86%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 25 siswa (71,43%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 10 siswa (57,14%). (4) Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan. Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan. sebanyak 0 Siswa (0%) menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 7 siswa (20%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 15 siswa (42,85%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 16 siswa (45,71%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 14 siswa (40%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 11 siswa (34,29%) (5) Meninjau/menge cek kembali yang sudah diputuskan. Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan sebanyak 0 Siswa (0%) menjadi putaran I pertemuan I sebanyak 4 siswa (11,42%), setelah tindakan kelas putaran I pertemuan II sebanyak 5 siswa (14,28%). Pada tindakan kelas putaran II pertemuan I sebanyak 9 siswa (25,71%), setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 11 siswa (31,42%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 0 siswa (0%) Dari putaran I sampai putaran II kemampuan berpikir kritis matematika siswa mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika
8
siswa dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi dalam tiap – tiap indikatornya di setiap putaran penelitian. Hasil
Belajar
Siswa
Dalam
Pembelajaran
Matematika
Melalui
Strategi
Pembelajaran Problem Solving dengan Pendekatan Scientific. Prestasi belajar siswa sama artinya dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar atau prestasi siswa merupakan penilaian, hasil usaha dari suatu kegiatan belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak pada rentang waktu tertentu. Dengan adanya belajar maka akan terdapat proses perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. Pada proses pembelajaran penguasaan materi ajar yang dipelajari ditunjukan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru. Tindak belajar akan dikatakan berhasil dalam belajar jika memperoleh nilai lebih besar sama dengan 76. Prestasi belajar siswa di ukur dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai diatas rata rata ( ≥ 76 ). Sebelum penelitian siswa yang mendapatkan nilai diatas rata – rata adalah 1 siswa (2,86%) dan setelah dilakukan upaya peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific prestasi belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 27 Siswa (77,14%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Dalam penelitian ini terbukti bahwa kemampuan berpikir kritis belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti dan guru matematika di SMK Negeri 1 Purwodadi. KESIMPULAN Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru matematika dan kepala sekolah dapat disimpulkan. 1. Hasil pembelajaran dalam usaha peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan cara perbaikan pembelajaran melalui strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific, guru banyak mengalami perubahan dalam proses pembelajaran misalnya: guru sudah banyak memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran, guru di kelas sudah menunjukkan perbaikan dalam memberikan penjelasan pada saat pembelajaran berlangsung, guru sudah berperan sebagai motivator dan fasilitator yang baik, guru sudah melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Strategi strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific yang
9
diterapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara berarti. Kemampuan berpikir kritis siswa tersebut. a) Siswa fokus pada pokok permasalahan dalam suatu masalah sebanyak 5 Siswa (14,28%) setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 34 siswa (97,14%). b) Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan fokus permasalahan terhadap suatu masalah sebanyak 1 Siswa (2,86%) Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 31 siswa (88,57%) c) Menentukan kesimpulan berdasarkan alasan yang tepat dan mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya sebanyak 1 Siswa (2,86%) menjadi,. Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 20 siswa (57,14%) d) Kejelasan mengenai istilah argument yang digunakan. sebanyak 0 Siswa (0%) menjadi. Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 11 siswa (34,29%) e) Meninjau/mengecek kembali yang sudah diputuskan sebanyak 0 Siswa (0%) menjadi setelah tindakan kelas putaran II pertemuan II sebanyak 11 siswa (31,42%). Setelah putaran dilakukan tes mandiri sebanyak 11 siswa (31,42%) 2. Strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific yang diterapkan dapat meningkatkan prestasi siswa secara berarti. Ini terlihat dari dari siswa yang mendapatkan nilai di atas nilai standart ( ≥ 76 ) meningkat dari 1 siswa (2,78%) menjadi 27 Siswa (77,14%) Dari kesimpulan di atas maka hipotesis yang diajukan diterima yakni dengan menerapkan strategi pembelajaran problem solving dengan pendekatan scientific dalam proses belajar mengajar matematika, maka kemampuan bernalar matematika siswa dapat meningkat hingga mencapai 45 %..
10
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika aditama. Afifudin & Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka. Aunurrahman. 2012. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta. Fathurrohman, Pupuh., & Sobry Sutikno. 2011. Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Peranan Konsep Umum & Islam. Bandung: PT Refika Aditama. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia. Jihat, Asep & haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kocak, Bozan, & Isik. 2009. The importance of group work in mathematics. Procedia sosial and Behavioral Sciences 1 (2009) : 2363-2365. ScienceDirect. Diambil 2 April 2014 di www.sciencedirect.com. Komalasari dkk. 2012. The living values-based contextual learning to develop the students’ ncharacter. Soc. Sciences 8.2 (2012) : 246-251. Proquest. Diambil 30 September 2013 di link dokumen proquest. Murat Peker. 2008. Pre-Service Elementary school Teachers’ Learning Styles and Attitude towards Mathematics. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1), 21-26. Narimo, Sabar., Sutama, dan Haryoto. 2013. PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL LESSON STUDY DI SD PASCA BENCANA ERUPSI MERAPI. Surakarta: Kafilah Publishing. Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RAMAJA ROSDAKARYA. Surya, Hendra. 2013. Cara Belajar Orang Genius Study hard belumlah cukup tanpa didukung Study Smart. Jakarta: PT. elek media komputindo.
11
Suriyon, Inprasitha, dan Sangaroon. 2012. Contextual factors in the open approach-based mathematics classroom affecting development of students’ metacognitive strategies. Soc. Mind (2013) 4: 284-298 DOI 10.4236/sm.2013.34038. Diambil pada 25 maret 2014 di http://www.scirp.org/jurnal/sm . Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sutama . 2012. Metode Penalitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,PTK R & D. Surakarta: Fairuz Media. Sutama . 2010. Penalitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS dan PTBK. Surakarta: CV. Citra Mandiri Utama. Widoyoko, S. Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.