PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN KELISTRIKAN OTOMOTIF KELAS XI SMK NEGERI 5 SURAKARTA Muhammad Firdzaus K., M. Akhyar, Suharno Prodi. Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, FKIP, UNS Kampus UNS Pabelan, Jl. Ahmad Yani 200, Surakarta, Tlp/Fax 0271 718419 E-mail :
[email protected]
Abstract The purpose of this research improves activeness and learning outcomes of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta for academic year 2012/2013. This data the research were activeness and learning outcomes of student. The Collecting of the data by using four ways, there was interview, observation, test, and questionaire. The observation sheet use six indicators of activeness : asking, argue, listening, reading, writing, and discussion. The data of the research was analyzed with descriptive analyse techniques. The research includes action research in education, namely classroom action research (PTK). This research was by one meeting activities before the cycle. PTK was carried out with two cycle’s, each cycle two meeting’s with one test in last of second meeting. Based on the result, result of research was concluded that application of Problem Solving Learning Method improved 9,25% activeness of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta for academic year 2012/ 2013. Beside that application of Problem Solving Learning Method improved learning outcome of student XI TO B class on learning theory at automotive electrical lesson SMK Negeri 5 Surakarta for academic year 2012/2013. Key word : problem solving, student activeness, learning outcomes, automotive electrical.
A. Pendahuluan Tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali
siswa
kompetensi
perilaku
kejuruan
tertentu
agar dalam
memiliki bidang
sehingga
yang
Pembelajaran
di
pembelajaran
teori
SMK dan
terbagi
dua
pembelajaran
praktik, kedua-duanya harus seiring dan senantiasa praktik
melengkapi.
tidak
akan
efektif
didahului
kinerja) demi masa depan dan untuk
pelajaran teori tidak akan mendalam
kesejahteraan
pemahamannya
(Chippers
&
Patriana, 1993). Untuk mencapai tujuan
tanpa
teori,
sebelum
bersangkutan mampu bekerja (memiliki
bangsa
dengan
Pembelajaran
sedangkan
adanya
praktik
langsung.
tersebut maka pembelajaran yang baik
SMK Negeri 5 Surakarta merupakan
merupakan hal yang sangat diperhatikan.
salah satu sekolah unggulan di Surakarta.
Hal ini terbukti dengan siswa SMK Negeri
menaruh perhatian, dan akhirnya keaktifan
5
dalam
mereka untuk terlibat dalam pembelajaran
kendaraan
menjadi kurang. Hal ini tentu akan
Surakarta
ikut
mengembangkan merek
andil
perakitan
“ESEMKA”.
Keberadaannya
sebagai salah satu sekolah unggulan di
berdampak
mengadakan
perbaikan
–
pada
pembelajaran
praktek siswa nantinya.
Surakarta mengharuskan sekolah ini untuk senantiasa
pula
Keaktifan siswa yang kurang dalam pembelajaran
teori
kemungkinan
perbaikan agar kualitas pembelajarannya
disebabkan
meningkat.
pembelajaran yang jarang diperhatikan,
Kelas XI TOB merupakan salah satu
metode
antara
yang
lebih
lain
metode
cenderung
pada
kelas dari Program Studi Keahlian Teknik
penyampaian materi saja, kemungkinan
Otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta.
akan
Kelas ini diduga termasuk kelas yang
Berbeda
rendah tingkat perhatian dan partisipasinya
digunakan
dibanding
masalah, akan membuat
kelas
yang
lain
dalam
membuat halnya
siswa
merasa
jenuh,
metode
yang
siswa
suatu
jika
memberikan
pembelajaran teori, terkhusus lagi pada
tertantang
pelajaran kelistrikan otomotif. Berdasarkan
memperhatikan
pengamatan
berlangsung. Untuk itu dibutuhkan suatu
pada
kegiatan
prasiklus,
dan
siswa lebih
termotivasi selama
untuk
pembelajaran
dalam pembelajarannya banyak siswa yang
pengaturan
kurang memperhatikan guru dan suka
dengan penerapan metode pembelajaran
ramai sendiri, terlihat keaktifan mereka
problem
dalam pembelajaran masih kurang. Hasil
menyajikan
belajar siswa XI TOB sampai akhir uji
problem solving pada pembelajaran teori
kompetensi ketiga, baru sekitar 55% yang
pelajaran kelistrikan otomotif kelas XI
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
TOB SMK Negeri 5 Surakarta.
(KKM) sedangkan sisanya 45% belum
B. Kajian Teori
mencapai KKM, jelas hal ini perlu untuk ditingkatkan. mendominasi
Kegiatan
cerama
pembelajaran
pembelajaran
solving
dan
penerapan
diantaranya
makalah
ini
pembelajaran
Berdasarkan asal katanya arti kata
lebih
aktif adalah giat; gigih; dinamis atau
teori,
bertenaga; mampu beraksi dan bereaksi.
akibatnya siswa merasa jenuh, tidak
Sedangkan
keaktifan
ialah
kegiatan;
kesibukan
(Suharso
&
Retnoningsih,
Dengan
menggunakan
metode
2009). Sehingga bisa dikatakan bahwa
pembelajaran yang tepat, kegiatan siswa
keaktifan
kegiatan/
akan senantiasa terwujud. Siswa secara
proses
otomatis akan meningkatkan interaksinya
siswa
kesibukan
merupakan
mereka
selama
pembelajaran.
dengan materi pelajaran. Interaksi siswa
Terdapat empat dasar kegiatan siswa
terhadap
materi
pelajaran
bervariasi.
dalam pembelajaran yaitu; a) berbicara dan
Sebagai bentuk kegiatan siswa dalam
mendengarkan; b) menulis; c) membaca,
pembelajaran
dan; d) merefleksi (Center of Teaching and
(University of Texas, 2011). Melalui
Learning/ CTL, 2008).
diskusi siswa saling bertukar pengalaman.
Dalam
pembelajaran
pula
adalah
berdiskusi
keaktifan
Bahkan dengan berdiskusi tingkat kegiatan
berbicara dapat berupa beberapa hal,
selama pembelajaran dapat mencapai 70 %
diantaranya bertanya dan berpendapat.
(Joe Landsberger , 2011).
Sedangkan untuk mendengar dapat berupa kegiatan
siswa
menyimak
pelajaran.
Dengan
demikian
berdasarkan
beberapa pendapat tersebut di atas dapat
Menulis merupakan penuangan gagasan,
disimpulkan
bahwa
pemahaman ke dalam bentuk tulisan.
untuk mengamati keaktifan siswa dalam
Membaca merupakan salah satu daya
pembelajaran
dukung bagi siswa untuk memahami
berpendapat c) menyimak d) menulis e)
pelajaran. Dalam kegiatan membaca siswa
membaca, dan f) berdiskusi.
yaitu
indikator-indikator
a)
bertanya
b)
melakukan
kegiatan
berpikir
dalam
Bloom dalam Nana Sudjana (1995)
mengolah
informasi.
Adapun
untuk
secara garis besar membagi hasil belajar
memahami pelajaran lebih jauh siswa,
menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif,
membutuhkan waktu mencerminkan antara
ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
informasi baru yang diperoleh dengan
Ranah
pengalaman yang sudah ada sebelumnya
kemampuan intelektual. Ranah afektif,
dengan
berkenaan
merefleksi.
Selama
kegiatan
kognitif,
dengan
berkaitan
sikap
dengan
dan
nilai.
pembelajaran merefleksi cukup sulit untuk
Sedangkan ranah psikomotoris, merupakan
dilihat secara langsung, karena berkenaan
ranah
yang
berkenaan
dengan proses internal siswa.
dengan..keterampilan
seseorang dalam
perbuatan
dan
kemampuan
bertindak
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar” (hlm. 17).
secara mandiri. Robert M. Gagne. Gagne (1985)
Sehingga dapat dikatakan, belajar
menyimpulkan ada lima bentuk hasil
adalah usaha sadar dalam perubahan yang
belajar :
terjadi pada seseorang akibat interaksi
a) Kemampuan intelektual,
kemampuan
memecahkan
masalah
berdasarkan konsep. b) Strategi kognitif,
dengan lingkungan yang diciptakan oleh pendidik.
kemampuan memilah masalah kedalam
Metode
pembelajaran
problem
bagian-bagian yang lebih sederhana, dalam
solving dikenal juga dengan metode
menyelesaikan
pemecahan
masalah.
c)
Informasi
masalah.
Dijelaskan
oleh
verbal, kemampuan untuk menjelaskan
Abdul Majid (2012) “metode pemecahan
kembali informasi yang telah diberikan. d)
masalah (problem solving) merupakan cara
Kemampuan keterampilan motorik (skill),
memberikan
kemampuan melaksanakan tugas dengan
menstimulasi
tepat
Sikap,
memperhatikan, menelaah dan berpikir
kemampuan untuk menentukan sikap diri
tentang suatu masalah untuk selanjutnya
menghadapi berbagai situasi.
menganalisis masalah tersebut sebagai
sesuai
prosedur.
e)
Menurut Abdillah (2002), belajar adalah
usaha
sadar
yang
dilakukan
seseorang dalam perubahan tingkah laku
pengertian anak
dengan
didik
untuk
upaya untuk memecahkan masalah” (hlm. 142). Langkah-langkah
dalam
problem
melalui latihan dan pengalaman yang
solving menurut John Dewey (1910)
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
adalah
psikomotorik untuk memperoleh tujuan
mengidentifikasi
tertentu (Aunurrahman, 2009: 35).
mengumpulkan
Sedangkan menurut Hartono, dkk
membuat
yang bersifat individual dan sosial yang
masalah.
diciptakan
oleh
pendidik
dengan
menemukan
kesulitan
masalahnya berbagai
b) c)
kemungkinan
penyebab d) menentukan akar masalah e)
(2012) “belajar merupakan proses mental
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
a)
kesimpulan
Haryanti
(2010)
penanganan
melakukan
penelitian di SMP Negeri 2 Jatiyoso tahun ajaran 2009/ 2010 menerapkan metode
problem solving pada pelajaran IPS. Hasil
pertengahan bulan April sampai awal
penelitiannya menunjukkan peningkatan
bulan Juni 2013.
keaktifan siswa dari 71% menjadi 74% (
Data yang diambil adalah data
siklus I), padasiklus II 85%. peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa yang
pencapaian hasil belajar siswa dari 70%
kesemuanya merupakan data kuantitatif.
atau 28 siswa menjadi 80% atau 32 siswa.
Data keaktifan siswa dijabarkan dengan
Dengan pembelajaran Sriyani
penerapan problem
solving
jumlah
yakni
dihitung
berdasarkan
persentase jumlah siswa, dan secara mutu
permasalahan pada pada Siswa Kelas XI
yakni dihitung berdasarkan skor keaktifan
SMA N 1 Banyudono Tahun Pelajaran
siswa.
2007.
berusaha
juga,
dua cara, secara jumlah dan mutu. Secara
mengatasi
2006/
(2007)
Metode
Hasil
penelitian
ini
Metode pengumpulan data dilakukan
menyebutkan bahwa, penggunaan metode
dengan
pembelajaran
problem
meningkatkan
keaktifan
bertanya
0
dari
%
empat
cara
1)
wawancara
solving
dapat
berstruktur, 2) observasi, 3) tes, dan 4)
siswa
yaitu
angket.
menjadi
8
%,
Data
penelitian
dianalisis
mengerjakan PR dari 80% menjadi 100%,
menggunakan teknik analisis deskriptif.
menjawab
Analisis
pertanyaan
guru
dari
4%
deskriptif
merupakan
teknik
menjadi 24%, membawa buku pegangan
analisis bertujuan memberikan deskripsi
dari 52% menjadi 80%, dan masuk kelas
mengenai subjek penelitian berdasarkan
tepat waktu dari 84% menjadi 96%.
data dari variabel yang diperoleh dari
C. Metode Penelitian
kelompok subjek yang diteliti (Azwar,
Penelitian merupkan jenis Penelitian
2005). Perhitungan statistik sederhana
Tindakan Kelas (PTK). PTK dilakukan
yang digunakan dengan ketentuan :
dengan urutan kegiatan : (a) perencanaan,
1. Persentase jumlah keaktifan
(b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi. Subjek penelitian adalah kelas XI TOB SMK Negeri 5 Surakarta. Jumlah siswa kelas tersebut 36 siswa. Penelitian dilakukan pada semester kedua pada
dijabarkan dengan rumus : a. Bertanya
dan
berpendapat:
b. Menyimak, membaca, menulis, dan berdiskusi :
D = rendah; C = sedang; B = tinggi; A = sangat tinggi D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kondisi Sebelum Penerapan Problem
Hal
ini
dikarenakan
mengimbangi
bertanya
untuk
Solving
dan
berpendapat secara jumlah. 2. Persentase mutu keaktifan dijabarkan dengan rumus :
60 40 20 0
Perolehan skor x 100% Skor maksimum 36 siswa Kemudian data dikategorikan sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan sebagai berikut : Tabel 1. Pembagian Kriteria Persentase Mutu Keaktifan
M : Rata-rata S : Simpangan baku 𝑓𝑥 2
Gambar 1. Grafik Persentase Jumlah Keaktifan Setiap Indikator pada Kegiatan Prasiklus
60 40 20 0
Gambar 2. Grafik Persentase Mutu Keaktifan Setiap Indikator padaKegiatan Prasiklus
N
X : persentase skor
Persentase tertinggi terdapat pada
N : banyak item persentase skor
indikator berpendapat 52,78%, namun
(Sumber: Sudjana, N. 1995: 122)
banyak
Dengan keterangan :
pendapatnya. Persentase bertanya sebesar
siswa
yang
kurang
spesifik
11,11% dengan pertanyaan yang kurang
berbobot,
menyimak
27,78%,
Pada kegiatan siklus I persentase
dalam
jumlah keaktifan menyimak dan membaca
membaca
masing-masing 38,89%, dengan semakin
sebesar 30,56%, menulis sebesar 11,11%,
baiknya mereka dalam memperhatikan.
dan berdiskusi sebesar 30,56%.
Persentase bertanya sebesar 2,78%, dengan
menunjukkan memperhatikan.
baiknya
sebesar mereka
Persentase
Hasil belajar siswa masih tergolong
mutu keaktifan tergolong sangat rendah.
perlu untuk ditingkatkan karena dari 36
Persentase berpendapat sebesar 27,78%,
siswa hanya 55% yang telah mencapai
dengan mutu keaktifan tergolong rendah.
KKM (≥75), sedangkan 45% siswa yang
Persentase
lain belum mencapai KKM (˂75).
dengan mutu keaktifan tergolong sedang.
Penerapan Problem Solving Siklus I
Persentase berdiskusi sebesar 16,67%,
menulis
sebesar
13,89%,
dengan mutu keaktifan tergolong sedang. 50 40 30 20 10 0
Hasil belajar siswa, pada siklus I rata-rata kelas sebesar 77 dan dari 36 siswa, yang telah mencapai KKM terdapat 22 siswa (sekitar 61%). Penerapan Problem Solving Siklus II
Gambar 3. Grafik Persentase Jumlah Keaktifan Setiap Indikator pada Kegiatan Siklus I
60 50 40 30 20 10 0
Gambar 4. Grafik Persentase Mutu Keaktifan Setiap Indikator padaKegiatan Siklus I
100 80 60 40 20 0
Gambar 5. Grafik Persentase Jumlah Keaktifan Setiap Indikator pada Kegiatan Siklus II
Hasil dari wawancara berstruktur
80 60 40 20 0
menunjukkan bahwa secara umum siswa merasa tertarik dengan penerapan metode pembelajaran problem solving, karena mereka merasa tertantang. Berdasarkan data hasil pengisian angket skala penilaian, diperoleh informasi
Gambar 6. Grafik Persentase Mutu Keaktifan Setiap Indikator pada Kegiatan Siklus II
pembelajaran
bahwa penerapan
problem
solving
dapat
mendorong siswa lebih aktif terutama dalam hal bertanya.
Pada siklus II persentase jumlah keaktifan menyimak dan membaca 80,56% dan 61,11%, dengan mutu keaktifan keduanya
tergolong
Persentase
bertanya
sangat sebesar
tinggi.
Pembahasan Tabel 2. Jumlah dan Mutu Keaktifan Siswa Kegiatan Prasiklus-Siklus II
11,11%,
dengan mutu keaktifan tergolong rendah. berpendapat sebesar 44,44%, dengan mutu keaktifan yang lebih baik dari sebelumnya. Persentase menulis sebesar 2,78%, dengan mutu keaktifan yang tergolong sedang. Persentase berdiskusi sebesar 19,44%, dengan mutu keaktifan yang tergolong sedang pula. Pada tabel 2 memberikan informasi
Adapun untuk hasil belajar siswa, nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 79. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II sebanyak 28 siswa (sekitar
yang
ada,
membaca
indikator mengalami
menyimak
dan
peningkatan
berurutan, sedangkan pada empat indikator
78%). Hasil
bahwa diantara enam indikator keaktifan
Wawancara
Berstruktur
Angket Skala Penilaian
dan
yang lain tidak mengalami peningkatan yang berurutan.
Secara
mutu
peningkatan
persentase secara berurutan juga terletak
Keaktifan ini meningkat terutama pada keaktifan menyimak dan membaca.
pada indikator menyimak dan membaca,
Untuk hasil belajar, nilai rata-rata
sedangkan pada empat indikator yang lain
kelas XI TO B mengalami peningkatan.
tidak
Pada kegiatan prasiklus didapati rata-rata
mengalami
peningkatan
yang
berurutan.
kelas 74, kegiatan siklus I 77, dan pada siklus II 79. Banyak siswa yang mencapai
Rata-rata 40 30 20 10 0
KKM yakni ≥75, mengalami peningkatan dari kegiatan prasiklus sampai siklus II. Pada kegiatan prasiklus jumlah siswa yang Rata-rata
mencapai KKM 20 siswa (55%), pada siklus I 22 siswa (61%) dan pada siklus II 28 siswa (78%).
Gambar 7. Rata-Rata Persentase Jumlah Keaktifan Siswa
E. Penutup Kesimpulan Penerapan Problem
Rata-rata 60.00 40.00 20.00 0.00
Solving
Metode
Pembelajaran
dapat
meningkatkan
keaktifan siswa kelas XI TO B dalam pembelajaran teori, pelajaran kelistrikan otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun Rata-rata
pelajaran 2012/ 2013. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase jumlah keaktifan siswa pada kegiatan Prasiklus 27,32% dengan
Gambar 8. Rata-Rata Persentase Mutu Keaktifan Siswa
mutu sedang, Siklus I 23,15% dengan mutu sedang, dan Siklus II 36,57% dengan mutu sedang.
Terjadi peningkatan keaktifan siswa
Penerapan
metode
pembelajaran
dari kegiatan prasiklus sampai dengan
Problem Solving dapat meningkatkan hasil
siklus II, baik secara jumlah maupun mutu.
belajar siswa kelas XI TO B dalam pembelajaran teori pelajaran kelistrikan
otomotif di SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2012/ 2013. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata kelas pada Prasiklus 74, Siklus I 77 dan Siklus II 79. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada Prasiklus 20 siswa, Siklus I 22 siswa dan Siklus II 28 siswa. Saran Untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran hendaknya 1) siswa berperan aktif selama pembelajaran berlangsung dan tidak malu untuk bertanya. 2) guru banyak mengeksplorasi menjabarkan
bahan materi
materi yang
untuk
sederhana,
sehingga lebih mudah untuk disampaikan dan mudah untuk dipahami. DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Azwar, S. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hartono, dkk. (2012). Paikem (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Riau: Zanafa. Kwartolo, Y. (2009). Sembilan Peristiwa Belajar Gagne. Tabloid Penabur Jakarta, 7 (25), 9.
Landsberger, J. (2011). Active Learning. http://www.studygs.net/activelearn.h tm diakses 18 November 2012. Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: ROSDA. Muijs, Daniel & David Reynolds. (2008). Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana , N. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya University of Minnesota, Center for Teaching and Learning. (2008). What Is Active Learning?http://www1.umn.edu/ohr/ teachlearn/tutorials/active/what/inde x.html diakses pada 18 November 2012. University of Texas, (2011). Active Learning. http://activelearning.uta.edu/p2.htm diakses pada 18 November 2012. Warsita, B. (2008). Teori Belajar Robert M. Gagne dan Implikasinya pada Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal Teknodik, 12 (1), 68.