PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
FITRI INDRIANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh FITRI INDRIANI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepraktisan, keefektivan, dan ukuran pengaruh model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 6 Metro yang berjumlah 196 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.1 dan X.3 sebagai kelas eksperimen.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah poor experimental design dengan desain One Group Pretest-Posttest Design. Hasil penelitian menunjukkan model discovery learning praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan dengan rata-rata persentase keterlaksanaan RPP dan respon siswa berkategori “tinggi”. Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan melalui aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berkategori “tinggi”, serta peningkatan nilai pretes-postes (n-Gain)
Fitri Indriani iii pada kelas X.1 dan X.3 yang tidak jauh berbeda yaitu memenuhi kriteria “sedang”. Model discovery learning memiliki ukuran pengaruh yang “besar” dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa
model discovery learning praktis, efektif, dan memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Kata kunci: discovery learning, kemampuan berpikir lancar, larutan elektrolit dan non elektrolit,
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Oleh FITRI INDRIANI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
Judul Skripsi
: PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Nama Mahasiswa
: Fitri Indriani
Nomor Pokok Mahasiswa : 1313023031
Program Studi
: Pendidikan Kimia
Jurusan
: Pendidikan MIPA
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1.
Dr. Ratu Betta Rudibyani,M.Si NIP 19570201 198103 2 001
2.
Komisi Pembimbing
Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 19581004 198703 1 001
Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Drs. Caswita, M.Si. NIP 19671004 199303 1 004
MENGESAHKAN
1.
2.
Tim Penguji
Ketua
: Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si
______________
Sekretaris
: Drs. Tasviri Efkar, M.S.
______________
Penguji Bukan Pembimbing
: Dr. Sunyono, M.Si.
______________
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP. 19590722 198603 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi
: 29 Mei 2017
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: nama
: FitriIndriani
NPM
: 1313023031
fakultas/jurusan
: KIP/Pendidikan MIPA
program studi
: Pendidikan Kimia
alamat
: Dusun V Sukadamai, RT 015/RW 05, DesaSukadamai, KecamatanNatar, Lampung Selatan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya maka saya akan bertanggung jawab sesuai peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, Yang Menyatakan,
Fitri Indriani NPM 1313023031
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukadamai,Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada 03 Maret 1995 sebagai anak keempat dari empat bersaudara buah hati BapakSuroso dan Ibu Sukini.
Pendidikan formal di awali SD Negeri 3 Kibang diselesaikan tahun 2007, SMP N 1 Kibang diselesaikan tahun 2010, dan SMA N 1 Kibang diselesaikan tahun 2013.Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa FKIP Universitas Lampung Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi Himasakta FKIP Unila, dan Fosmaki Pendidikan Kimia. Tahun 2016, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Bandar Agung, Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Selatan, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negri 1Terusan Nunyai.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama ALLAH yang selalu memberikan sesuatu yang terbaik untuk hambaNya, kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuknIbu Sukini dan Bapak Suroso yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Beliau yang tak pernah berhenti mendo’akanku, menaruh harapan, memberikan kepercayaan dan senyuman yang menjadi penyemangatku, demi keberhasilan dan kebahagian penulis.
Kakak-kakakku tersayang (Sugianto, Suprianto dan Tri Wahyuni) yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan menantikan keberhasilan penulis.
Teman-teman, keluarga besar dan Almamater tercinta
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA; 3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan, kesabaran, dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini; 4. Bapak Drs. Tasviri Efkar M.S. selaku Pembimbing II, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
xi
5. Bapak Dr. Sunyono, M.Si. selaku Pembahas, atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi, kritik dan saran untuk perbaikan skripsi; 6. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan; 7. Ibu Sugiyanti, S.pd selaku guru kimia atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian dan seluruh serta siswa-siswi SMA Negeri 6 Metro; 8. Ayahanda dan Ibunda, Suroso dan Sukini serta keluarga tercinta, yang dimuliakan Allah SWT, atas kasih sayang, dukungan, restu dan doa yang selalu diberikan untuk kelancaran penelitian dan keberhasilan mengenyam studi ini; 9. Rekan seperjuangan skripsi Ade Dwi Santika, dan Elya Rosa Kartika yang telah saling membantu, melengkapi, menasehati, menginspirasi, memotivasi dan pantang menyerah. 10. Para sahabat pendidikan kimia kelas A Verlia Santi , Yolanda Haryono, Diara, Nisa Ul Fitri, Haritrah Ulya, Antika Atsna Rafalesia, Nur Rohmah, Galuh Oktriana, dan semua rekan pendidikan kimia angkatan 2013, yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, kalian luar biasa. Terimakasih untuk sahabat tercinta Yunita Damayanti, Siti Nur Fadilah, Dini Arrum Putri, Selvina Anis Fajriani,yang setiap hari tanpa bosan selalu menghubungi saya, memberikan perhatian, pengertian, nasehat, bantuan, inspirasi, motivasi, kebahagiaan dan keceriaan, dan ketulusan yang luar biasa. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak
xii
kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan untuk karya selanjutnya.
Bandar Lampung, Penulis,
Fitri Indriani
2017
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii I. PENDAHULUAN ........................................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................
4
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
7
A. Pembelajaran Konstruktivisme ................................................................
7
B. Discovery Learning .................................................................................
9
C. Keterampilan berpikir kreatif .................................................................. 13 D. Kepraktisan ............................................................................................... 16 E. Efektivitas ................................................................................................. 16 F. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 18 G. Anggapan Dasar........................................................................................ 19 H. Hipotesis ................................................................................................... 19 III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................
21
A. Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................
21
xiv B. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................
21
C. Desain dan Metode Penelitian ..............................................................
21
D. Instrumen Penelitian..............................................................................
22
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ..........................................................
23
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .....................................
26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................................
36
A. Hasil Penelitian ......................................................................................
36
1. Validitas dan reliabilitas instrumen ...................................................
34
2. Kepraktisan model discovery learning ..............................................
37
3. Keefektivan model discovery learning..............................................
41
4. Pengujian hipotesis dan ukuran pengaruh (effect size)......................
46
B. Pembahasan ...........................................................................................
49
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
57
A. Simpulan ................................................................................................
57
B. Saran ......................................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
59
LAMPIRAN.......................................................................................................
60
1. Analisis SKL-KI-KD..................................................................................... 2. Analisis konsep ............................................................................................. 3. Silabus ........................................................................................................... 4. RPP................................................................................................................ 5. Lembar kerja siswa....................................................................................... 6. Kisi-kisi soal pretes-postes ............................................................................ 7. Soal pretes-postes .......................................................................................... 8. Rubrik Soal Pretes–Postes............................................................................. 9. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ......................................... 10. Angket Respon Siswa ............................................................................ 11. .Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa................................................ 12. Lembar Observasi Kemampuan Guru.......................................................... 13. Lembar Penilaian Keterampilan Praktikum ................................................. 14. Data hasill validitas dan reliabilitas ..............................................................
63 67 70 76 89 111 116 121 129 132 134 137 145 146
xv 15. Data hasil keterlaksanaan model discovery learning ................................... 152 16. Data hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran discovery learning ........................................................................................................ 158 17. Data hasil aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ...................... 18. Data Keterampilan Praktikum...................................................................... 19. Data hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran...................... 20. Data hasil kemampuan berpikir lancar......................................................... 21. Data hasil uji normalitas nilai pretes dan postes kelas X.1 dan X.3 ........... 22. Data hasil uji normalitas nilai postes kelas X.1 dan X.3.............................. 23. Data hasil uji homogenitas nilai pretes dan postes kelas X.1 dan X.3........ 24. Data hasil perhitungan nilai t dan effect size pada kelas X.1 dan X.3..........
165 172 178 193 200 204 205 206
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Ciri-ciri berpikir kreatif (aptitude) .............................................................
14
2.
Desain penelitian ........................................................................................
22
3. Kriteria tingkat keterlaksanaan ...................................................................
28
4. Data hasil perbandingan r hitung dan rtabel validitas butir soal .......................
36
5. Data hasil perbandingan rhitung dan rtabel reliabilitas butir soal......................
37
6. Data hasil keterlaksanaan model discovery learning ...................................
37
7. Data hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran discovery learning ........................................................................................................ 38 8. Data hasil aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung ......................
41
9. Data hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran......................
43
10. Data hasil kemampuan berpikir lancar.........................................................
45
11. Data hasil uji normalitas nilai pretes kelas X.1 dan X.3 ..............................
46
12. Data hasil uji normalitas nilai postes kelas X.1 dan X.3..............................
47
13. Data hasil uji homogenitas nilai pretes dan postes kelas X.1 dan X.3........
47
14. Data hasil perhitungan nilai t pada kelas X.1 dan X.3 .................................
48
15. Data hasil perhitungan effect size pada kelas X.1 dan X.3 ..........................
48
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Alur penelitian ................................................................................................. 25 2. Rata-rata nilai pretes dan postes kemampuan berpikir lancar .......................... 45 3. Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir lancar .......................................... 46
vii
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran (Tim penyusun, 2014). Kimia pada hakikatnya mencakup dua karakteristik, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Kimia sebagai proses berkaitan dengan bagaimana ditemukannya konsep tersebut (Ozgelen, 2012).. Kedua karakteristik di atas merupakan hal pokok dalam pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia, dengan demikian pembelajaran kimia hendaknya memperhatikan karakteristik tersebut, sehingga siswa terlibat secara aktif, dan dapat dapat melatih kreativitas siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 6 Metro dengan guru bidang studi kimia dan observasi dikelas, diperoleh data bahwa selama pembelajaran materi elektrolit dan non elektrolit siswa hanya mendengarkan dan mencatat informasi yang diberikan oleh guru, siswa hanya bermain hand phone, mengobrol dengan teman, akibatnya siswa menjadi pasif dan tidak kreatif, tidak
2 mampu mengajukan banyak pertanyaan, tidak mampu mengemukakan banyak gagasan, dan lambat dalam bekerja.
Proses pembelajaran yang seperti itu tidak sesuai dengan karakteristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif serta kreatif dalam ranah abstrak dan konkret (Tim Penyusun 2013). Upaya untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan model discovery learning. Melalui model pembelajaran ini, siswa diajak aktif berpikir dalam kegiatan merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data serta membuat kesimpulan yang digunakan untuk menemukan konsep yang dipelajari sehingga melatih keterampilan berpikir siswa (Sari, 2015).
Keberhasilan model discovery learning dibuktikan dengan hasil penelitian terdahulu yaitu: (1) penelitian yang dilakukan Azzahra (2014) yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi kesetimbangan kimia; (2) penelitian yang dilakukan Noviasari (2014) yang menyatakan bahwa model discovery learning efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa pada materi asam-basa; (3) penelitian yang dilakukan Diantini (2015) yang menyatakan bahwa model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan generating siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3 Salah satu keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir lancar. Menurut Munandar (2014) indikator kemampuan berpikir lancar yaitu mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, dan dapat bekerja lebih cepat dari orang lain. Melalui materi larutan elektrolit dan non elektrolit siswa diajak untuk mengamati fenomena-fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya larutan aki pada kendaraan bermotor dapat menghantarkan arus listrik. Proses ini dapat melatihkan keterampilan berpikir lancar. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilaksanakannya penelitian yang berjudul “Penerapan Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penilitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kepraktisan penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada
materi elektrolit dan non
elektrolit? 2. Bagaimanakah keefektivan penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit? 3. Bagaimanakah ukuran pengaruh penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit?
4 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kepraktisan penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit. 2. Mendeskripsikan keefektivan penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit. 3. Mendeskripsikan ukuran pengaruh penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa Siswa dapat mempelajari ilmu kimia lainnya dengan mudah menggunakan model discovery learning karena sudah terlatih kemampuan berpikir lancar sehingga siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan nilai siswa menjadi lebih baik. 2. Bagi guru dan calon guru Guru dan calon guru memperoleh pengalaman model yang praktis, efektif , dan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikirlancar pada materi kimia khususnya materi elektrolit dan non elektrolit
5 3. Bagi sekolah Penerapan model discovery learning dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Materi dalam penelitian ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit. 2. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah discovery learning. 3. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model discovery learning yang digunakan, yaitu stimulasi (stimulation), identifikasi masalah (problem statement), pengumpulan data (data collection), pengolahan data (data processing), pembuktian (verification), dan generalisasi (generalization) (Roestiyah, 2008). 4. Keterampilan yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir lancar, meliputi kemampuan mengajukan pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, dan bekerja lebih cepat serta melakukan lebih banyak dari orang lain (Munandar, 2014) 5. Kepraktisan model discovery learning diukur berdasarkan lembar observasi keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dan kemenarikan model pembelajaran berdasarkan angket respon siswa (Sunyono, 2012). 6. Keefektivan model discovery learning diukur berdasarkan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa dan hasil penguasaan konsep di akhir pembelajaran (Sunyono, 2012).
6 7. Ukuran pengaruh (effect size) berkenaan dengan tingkat keberhasilan suatu perlakuan yang diterapkan dalam suatu pembelajaran (Abujahjouh, 2014). Ukuran pengaruh dapat ditentukan dengan uji t dan uji effect size terhadap model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berfikir inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal (Suhana, 2014). Menurut Ultanir (2012) konstruktivisme adalah sebuah teori pengetahuan dan pembelajaran di mana individu menghasilkan pengetahuannya sendiri, dan membangun pengetahuan dalam proses menyelesaikan masalah.
Menurut Suhana (2014) karakteristik konstruktivisme adalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik. 3. Pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses pembelajaran. 4. Melalui proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi.
8 5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian yang alami. 6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. 7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu peserta didik dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.
Menurut Abdi, dkk. (2013), langkah pembelajaran konstruktivisme terbagi menjadi empat tahapan, yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep serta pengembangan dan aplikasi. Pada tahap apersepsi, guru menarik perhatian siswa dengan mengajukan pertanyaan dan siswa diajak untuk membuat prediksi pribadi. Tahapan eksplorasi, siswa sudah mempunyai prediksi secara kelompok kemudian mendiskusikannya. Tahapan diskusi dan penjelasan konsep, siswa memberikan hasil diskusi dan solusi berdasarkan hasil observasinya. Pada tahapan inilah siswa dapat dikatakan sudah mengkonstruksi pemikirannya. Pada tahapan pengembangan dan aplikasi, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran agar siswa dapat mengaplikasikan pemahamannya.
Menurut Rufii (2015) konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa yang didasarkan pada beberapa prinsip: (a) pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu, (b) belajar adalah sebuah proses individu dan sosial, (c) belajar adalah proses pengaturan diri, (d) belajar adalah suatu proses pengorganisasian yang memungkinkan seseorang untuk memahami dunia mereka.
Teori belajar konstruktivisme lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat
9 peserta didik. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannnya, meskipun usianya tua tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan ini berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai (Sunyono, 2015).
B. Discovery Learning
Menurut Richard (dalam Roestiyah, 2008) discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Menurut Vahlia (2014) model discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan siswa. Menurut Maarif (2016) discovery learning adalah salah satu metode mengajar yang progresif dan berfokus pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. hal ini menunjukan bahwa, penemuan terjadi ketika siswa melakukan proses mental, seperti mengamati, mengklasifikasi, membuat dugaan, mengukur, menjelaskan, menarik kesimpulan, dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip-prinsip.
Menurut Suhana (2014), discovery learning memiliki fungsi antara lain: (1) membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembeajaran, (2) membangun sikap aktif, kreatif, inovatif, dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
10 pengajaran, (3) membangun sikap percaya diri, dan terbuka terhadap hasil temuannya.
Menurut Tim Penyusun ( 2014), langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah: 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama, pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Saat memberikan stimulasi dapat menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi, dengan demikian seorang guru harus menguasai teknikteknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah melakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
11 pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah.
3. Data collection (pengumpulan data) Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari generalisasi tersebut tentang alternatif jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
12 5. Verification (pembuktian) Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Menurut Roestiyah (2008) kelebihan model discovery learning adalah: 1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. 4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
13 5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja: membantu bila diperlukan.
Menurut Roestiyah (2008) kelemahan model discovery learning adalah: 1. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui sekitarnya dengan baik. 2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. 4. Melalui teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa 5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir untuk menghasilkan ide-ide baru, ide-ide yang berguna, dan ide-ide alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Abidin, 2016). Menurut Nggermanto (2013) berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respon atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jaraang terjadi. Kedua, memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha
14 untuk mempertahankan in-sight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin. Menurut Türkmen dan Sertkahya (2015) kreativitas tidak selalu dimiliki oleh individu yang dianggap pintar, mengetahui setiap subjek secara mendalam, dan dapat melakukan operasi matematika dengan cepat, namun kurangnya pengetahuan tentang subjek mungkin membatasi kreativitas ilmiah.
Putra (2012) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan: (1) memahami informasi masalah, yaitu menunjukan apayang diketahui dan apa yang ditanyakan, (2) menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban (kefasihan), (3) menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan siswa memberika penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu (keluwesan)., (4) memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode baru yang berbeda (kebaruan).
Menurut Munandar (2014) menjelaskan ciri-ciri berpikir kreatif seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri berpikir kreatif (aptitude) Pengertian
Perilaku
Berpikir lancar (fluency) 1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban. 2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada. c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya. e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain.
15 Tabel 1 (lanjutan) Pengertian
Perilaku
Berpikir luwes (flexibility) 1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. 3. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda. 4. Mampu mengubah cara pende-katan atau pemikiran.
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk menyelesaikan
Berpikir orisinil (originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. 2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur.
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain. b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.
Berpikir elaboratif (elaboration) 1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. 2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kahlangkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memper-kaya gagasan orang lain. c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain
Berpikir evaluatif (evaluation) 1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah. 2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka. 3. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksana-kannya
a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri. b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal. c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. d. Menentukan pendapat dan berta-han terhadapnya.
16 D. Kepraktisan Nieveen (dalam Sunyono, 2012) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Menurut Akker ( dalam Fitriyanti, 2015), kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal.
Menurut Nieveen (dalam Sunyono, 2012), menyatakan bahwa suatu model pembelajaran dikatakan memiliki suatu kepraktisan tinggi, bila pengamat berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat keterlaksanaan penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk ke dalam kategori tinggi. Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajaran dapat ditinjau dari keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keterlaksanaan prinsip reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung yang tersedia. Pengukurannya melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan model pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan (observasi) dengan sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria penilaian, yaitu rendah sekali, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Tingkat keterlaksanaan ini akan diujikan pada saat penerapan pembelajaran di kelas.
E. Efektivitas
Nieveen (dalam Sunyono, 2012) menyatakan bahwa keefektivan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila proses pembelajaran melibatkan siswa secara
17 aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi–informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen.
Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola satu situasi. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (dalam Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan. 2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran. 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi. 5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir. 6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.
18 F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan, kepraktisan, besarnya ukuran pengaruh penerapan model discovery learning dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit. Adapun tahap-tahap pembelajaran dalam model discovery learning adalah stimulasi (stimulation). Pertama-tama, pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri, tahap selanjutnya yaitu identifikasi masalah (problem statement), guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Tahap yang ketiga yaitu pengumpulan data (data collection), pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Tahap keempat yaitu, pengolahan data (data processing), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Tahap kelima yaitu pembuktian (verification), pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
19 processing dan tahap terakhir yaitu generalisasi (generalization), pada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Model discovery learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir lancar , diantaranya mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, dan bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. Kemampuan-kemampuan ini merupakan aspekaspek yang ada dalam kemampuan berpikir lancar. Pada pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa .
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan nilai n-Gain kemampuan berpikir lancar siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit terjadi karena perbedaan perlakuan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat ketrampilan berpikir lancar siswa kelas X1 dan X3 semester genap pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit SMA Negeri 6 Metro tahun pelajaran 2016/2017 diabaikan.
H. Hipotesis
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah: 1. Model discovery learning praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit
20 2. Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit 3. Model discovery learning memiliki ukuran pengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi elektrolit dan non elektrolit
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sample Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 6 Metro yang berjumlah 196 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini yaitu kelas X.1 dengan jumlah siswa yaitu 27 dan kelas X3 dengan jumlah siswa yaitu 29 sebagai kelas eksperimen.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa data hasil tes sebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan hasil tes setelah penerapan pembelajaran (postes). Selain itu juga menggunakan data sekunder yang meliputi lembar observasi keterlaksanaan model discovery learning, angket respon siswa, lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola kelas dan lembar aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari seluruh siswa kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah poor experimental design dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel,
22 2012). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti.
Tabel 2. Desain penelitian Kelas X.1 X.3
Pretes O1 O1
Perlakuan X X
Postes O2 O2
Keterangan: O1: Kelas perlakuan diberi pretes X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model discovery learning O2: Kelas perlakuan diberi postes
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang terdiri dari 3 butir soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir lancar siswa. 2. Lembar penilaian yang digunakan antara lain: a. Lembar observasi keterlaksanaan model discovery learning, dimodifikasi dari Pratisa (2016). b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, dimodifikasi dari Pratisa (2016). c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dimodifikasi dari Sunyono (2014).
23 d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model discovery learning, dimodifikasi dari Diantini (2015).
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap persiapan a. Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 6 Metro. b. Melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian. c. Menentukan populasi dan sampel penelitian. d. Membuat perangkat penelitian dan instrumen penelitian. Perangkat penelitian terdiri dari silabus, analisis konsep, analisis KI-KD, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kerja siswa (LKS). Instrumen penelitian terdiri dari kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretes dan postes, rubrikasi pretes dan postes, lembar keterlaksanaan model discovery learning, angket respon siswa, lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model discovery learning, dan lembar aktivitas siswa selama pembelajaran. Selanjutnya melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap soal pretes/postes kepada siswa kelas XI yang telah menerima materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
24 2. Tahap pelaksanaan penelitian a. Melakukan pretes pada kedua kelas eksperimen b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunkan model discovery learning pada kedua kelas eksperimen. c. Melakukan postes pada kedua kelas eksperimen.
3. Tahap akhir penelitian a. Melakukan analisis data kepraktisan, keefektivan, dan ukuran pengaruh serta pengujian hipotesis b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. c. Menarik kesimpulan.
25 Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini. Izin penelitian kepada pihak sekolah
Observasi sekolah
Menentukan populasi dan sample penelitian
Membuat perangkat dan instrumen pembelajaran
Validasitas dan reliabilitas instrumen Pretes
Pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning
Postes
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan Gambar 1.Alur penelitian
26 F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Validitas dan reliabilitas instrument tes
Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen tes yaitu soal pretes dan postes yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen tes ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur kelayakan instrumen sebagai pengumpul data telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2012). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument tes (Arikunto, 2012). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17 for Windows. Instrumen tes dalam mengukur kemampuan berpikir lancar berupa 3 butir soal uraian, diujikan pada satu kelas yang telah mendapatkan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yaitu kelas XI IPA 3 SMA Negeri 6 Metro. Validitas soal ditentukan dari perbandingan nilai r hitung dan r tabel. Nilai rtabel (product moment) didapatkan dari tabel nilai kritik sebaran r, dengan n = 20 dan taraf signifikansi 5%.
27 b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika soal diuji pada ruang dan waktu yang berbeda hasilnya tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17 for Windows.
Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford: 0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi 0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang 0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel 2. Kepraktisan model discovery learning
Kepraktisan model discovery learning ditentukan dari keterlaksanaan model discovery learning dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
a. Keterlaksanaan model discovery learning Keterlaksanaan model discovery learning diukur melalui lembar observasi oleh dua orang observer, penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsurunsur model pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan
28 prinsip reaksi. Analisis terhadap keterlaksanaan RPP model discovery learning dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian persentase ketercapaian dihitung dengan rumus (Sudjana, 2005): % Ji = (∑ Ji / N) x 100% Keterangan : % Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal) 2) menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat 3) menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana pada tabel berikut
Tabel 3. Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012) Persentase
Kriteria
80,1% - 100,0%
Sangat tinggi
60,1% - 80,0%
Tinggi
40,1% - 60,0%
Sedang
20,1% - 40,0%
Rendah
0,0% - 20,0%
Sangat rendah
29 b. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran diukur melalui angket respon siswa terhadap pelaksanaan model discovery learning. Angket ini diberikan kepada siswa dari seluruh kelas eksperimen setelah seluruh pembelajaran materi elektrolit dan nonelektrolit selesai dilaksanakan. Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning, dilakukan langkah-langkah berikut: 1) menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran. 2) menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif 3) menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 3
3. Keefektivan model discovery learning
Ukuran keefektivan model discovery learning dalam penelitian ini ditentukan dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, serta ketercapaian dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.
a. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar observasi oleh dua orang observer. Pengukuran aktivitas siswa ini dilakukan oleh dua observer selama 2 kali pertemuan terhadap 10 orang siswa dari
30 masing-masing kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus: % Pa =
x100%
Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas. Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul. Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati. 2) menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak relevan untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 3 3) mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan persentase setiap aspek aktivitas yang diamati
d. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diukur dengan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan menggunakan rumus:
31 % Ji= (∑ Ji / N) x 100% Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal) 2) menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat. 3) menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru sebagaimana Tabel 3.
c. Kemampuan berpikir lancar
Nilai pretes dan postes diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Nilai Akhir =
∑ Skor yang diperoleh siswa skor maksimun
x 100
Perhitungan rata-rata persentase kemampuan berpikir lancar siswa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menghitung jumlah siswa yang mampu berpikir lancar 2) menghitung persentase jumlah siswa yang mampu berpikir lancar dengan rumus: % Kemampuan berpikir lancar =
∑ siswa yang mampu berpikir lancar jumlah seluruh siswa
x 100%
32 Nilai pretes dan postes yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung nGain yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis. Perhitungan n-Gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain menurut Hake (2002) adalah: Rumus nilai n-Gain
=
% postes 100
% pretes % pretes
Menurut Hake (dalam Sunyono, 2014) terdapat kriteria n-Gain yaitu: 1) pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi” jika n-Gain > 0,7 2) pembelajaran dengan skor n-Gain ”sedang” n-Gain terletak antara 0,3 < n-Gain ≤ 0,7 3) pembelajaran dengan skor n-Gain ”rendah” jika n-Gain ≤ 0,3
4. Pengujian hipotesis dan ukuran pengaruh (effect size) Analisis terhadap ukuran pengaruh pembelajaran dengan model discovery learning terhadap peningkatan kemampuan berpikir lancar siswa dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji effect size. Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas, karena syarat uji t adalah data harus berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Shapiro-Wilk test, langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut:
33 1) Hipotesis H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal 2) Memasukkan data penelitian berupa nilai pretes dan postes ke dalam program SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. 3) Kriteria Uji: terima H0 jika nilai sig (p) dari Shapiro-Wilk > 0,05.
b. Uji homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Uji homogenitas yang digunakan dalam percobaan ini adalah levene statistics test, langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut : 1) Hipotesis H0: 12 22 = sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen H1: 12 22 = sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen. 2) Memasukkan data penelitian berupa (pretes dan nilai postes) ke dalam program SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan tara signifikan (α) sebesar 0,05. 3)
Kriteria Uji: terima H0 jika nilai sig (p) dari Levene Statistics > 0,05
c. Uji perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes
Menurut Sudjana (2005), jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian selanjutnya menggunakan uji statistik parametrik yaitu menggunakan
34 uji t. Uji t dilakukan terhadap perbedaan rerata pretes dan postes. Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan paired samples t test. Langkah-langkah uji perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes sebagai berikut : 1) Hipotesis: Ho = nilai pretes sama dengan nilai postes (tidak ada perubahan) H1 = nilai pretes tidak sama dengan nilai postes (ada perubahan) 2) Memasukkan data penelitian berupa nilai pretes dan postes ke dalam program SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. 3) Kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 dan terima H1 jika nilai sig (2-tailed) > 0,05
d. Ukuran pengaruh (effect size)
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan ukuran pengaruh menurut Abujahjouh (2014) dengan rumus:
= Keterangan:µ = effect size t =t hitung dari uji-t df = derajat kebebasan
Kriteria menurut Dincer (2015): µ ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil) 0,15 < µ ≤ 0,40; efek kecil 0,40 < µ ≤ 0,75; efek sedang
35 0,75 < µ ≤ 1,10; efek besar µ > 1,10 ; efek sangat besar
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan model discovery learning pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, dapat disimpulkan: 1. Model discovery learning praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan dengan rata-rata persentase keterlaksanaan RPP dan respon siswa berkategori “tinggi”. 2. Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, ditunjukkan melalui aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berkategori “tinggi”, serta peningkatan nilai pretespostes (n-Gain) pada kelas X.1 dan X.3 yang tidak jauh berbeda yaitu memenuhi kriteria “sedang”. 3. Model discovery learning memiliki ukuran pengaruh yang “besar” dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
58 B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: 1. Pembelajaran menggunakan model discovery learning hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit karena terbukti praktis, efektif dan memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa. 2. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran discovery learning perlu memperhatikan pengelolan waktu pembelajaran dan suasana belajar di kelas agar proses pembelajaran yang dilaksanakan maksimal. 3. Bagi calon peneliti lain yang akan mengukur kemampuan berpikir lancar perlu menggunakan range waktu agar mempermudah peneliti dalam mengukur kemampuan berpikir lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, J., M. Ikhsan., dan Marwan. 2013. Meningkatkan Kemampuan Siswa Sekolah Menengah Atas dalam Menyelesaikan Soal Matematika Setara Pisa Melalui Pendekatan Konstruktivisme. Jurnal Peluang. 1(2): 51-62. Abidin, Y. 2016. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung. Arikunto, S. 2012. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Azzahra, T. 2014. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia Menggunakan Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Diantini. 2015. Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievement in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1): 99-118. Fitriyanti, I.R., L. Agung., dan T. Y. E. Siswono. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Topik Luas dan Keliling Bangun Datar Kelas III Sekolah Dasar. Jurnal Review Pendidikan Dasar. 1(1): 124-132. Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, dan H. H. Hyun. 2012. How To Design And Evaluate Research In Education. Mc Graw Hiil. Amerika Serikat. Hake, R. R. 2002. Relationship of individual Student Normalized Learning Gains in Mathematics with Gender,High School, Physics, and Pre Test Scores in Mathematics and Spatial Visualization. Physics Education Research Conference. Tersedia pada : http://www.physics.indianaedu/-hake.diakses pada tangga 21 januari 2017. In’an, A. 2016. Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach. International Journal of Instruction. 10(1): 55-70.
60 Kuswati, E. 2016. Improving The Learning Activities By Implementing The Scientific Approach Through Discovery Learning Model. Economics Education Studies Journal. 11(1): 34-44. Maarif, S. 2016. Improving Junior High School Students Mathematical Analogical Ability Using Discovery Learning Method. International Journal of Research in Education and Science. 2(1): 114-124. Munandar, U. 2014. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. RinekaCipta. Jakarta. Murdiandari, W. 2015. Pembelajaran Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia. 4(2): 581-592. Nggermanto, A. 2015. Kecerdasan Quantum Melejitkan IQ, EQ, dan SQ. Nuansa Cendekia. Bandung. Noviasari, E. 2014. Penggunaan Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar Pada Materi Asam Basa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Putra, T. T., Irwan, dan D. Vionanda. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika. 1(1): 22-26. Pratisa, E.A. 2016. Efektivitas Model POE dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Rufii. 2015. Developing Module on Constructivist Learning Strategies to Promote Students Independence and Performance. International Journal of Education. 7(1):19-28. Ozgelen, S. 2012. Students’ Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework. In Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. Tersedia di http://www.enjmse.com/v8n4/EURASIA_v8n4_Ozgelen.pdf [diakses 3 Desember 2016] Sari, F. R. 2015. Pembelajaran Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Siswa pada Materi Laju Reaksi. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Siska, R. 2014. Penerapan Pendekatan Konstruktivis dengan Metode Guide Discovery Learning pada Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMPN 4
61 Padang Panjang Tahun Ajaran 2014/2015. Laporan Penelitian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang Panjang. Sofwan, M. 2016. Meningkatkan Kemampuan Bertanya Dasar Siswa dengan Menggunakan Model Discovery Learning di Kelas III B SDN 64/1 Muara Bulian. Jurnal Pendidikan Tematik Dikdas Universitas Jambi. 1(1): 29-36. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Suhana, C. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran (Edisi Revisi). Refika Aditama. Bandung. Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung. Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi dalam Membangun Model Mental Mahasiswa pada Mata Kuliah Kimia Dasar. Disertasi. Program S3 PendidikanSains. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya: tidak dipublikasikan. Sunyono. 2015. Model Pembelajaran Multipel Representasi; Pembelajaran Empat Fasedengan Li ma Kegiatan: Orientasi, Eksplorasi Imajinatif, Internalisasi, dan Evaluasi. Media Akademi.Yogyakarta. Tim Penyusun. 2014. Permendikbud No. 59 tahun 2014 Lampiran III Tentang PMP Mata Pelajaran Kimia SMA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta. Tompo, B., A. Ahmad, dan M. Muris. 2016. The Development Of DiscoveryInquiry Learning Model To Reduce The Science Misconceptions Of Junior High School Students. International Journal Of Environmental & Science Education. 11(12): 5676-5686. Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta. Türkmen, H. dan S. Mehmet. 2015. Creative Thinking Skills Analyzes Of Vocational High School Students. Journal Of Educational And Instructional Studies In The World. 1(1): 110-121.
Ultanir, E. 2012. An Epistemological Glance at The Constructivist Approach: Constructivist Learning In Dewey, Piaget, And Montessori. International Journal Of Instruction In Mersin University. 5(2): 195-212.
62 Vahlia, I. 2014. Ekperimentasi Model Pembelajaran Discovery dan Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa. Jurnal. 3(2): 43-54. Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. Rineka Karya. Jakarta.