1 | Antologi UPI…Vol….Edisi No…Agustus 2016
MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping dilatarbelakangi oleh permasalahan pada proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sekolah dasar. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan proses peningkatan belajar siswa dalam kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping pada materi perkembangan teknologi pada mata pelajaran IPS SD. Model Learning Cycle 7E memiliki tujuh tahapan pembelajaran yang harus ada pada tiap pembelajaran. Mind Mapping digunakan sebagai teknik dalam pembelajaran dengan tujuan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa yang di tingkatkan dalam penelitian ini menggunakan 3 indikator yaitu: mengidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan memberikan argumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan desain yang dikembangkan oleh Jhon Elliot yang terdiri dari tiga siklus dan sembilan tindakan.Partisipan penelitian ini yaitu siswa SD kelas IV di kecamatan Cileunyi.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan signifikan pada tiap siklusnya. (2) Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan pada tiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 62,7 pada siklus I, 70,2 pada siklus II dan meningkat menjadi 80,3 pada siklus III. Kesimpulannya pada penelitian ini adalah model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas IV Sekolah Dasar. Kata kunci :Learning Cycle 7E, Mind Mapping, berpikir kritis
1) 2) 3)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3|2 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
7E LEARNING CYCLE MODEL WITH MIND MAPPING TO IMPROVE STUDENT CRITICAL THINKING SKILL Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRACT This research is motivated by problem in learning process and critical thinking skill on the fourth grade student elementary school. This research aims to determine the improvement of student learning outcomes with regard to the students’ ability in critical thinking skill using 7E Learning Cycle with mind mapping. 7E Learning Cycle has seven steps of learning that have to complete in every learning. Mind Mapping is used as technique in learning with purpose to regard to the students’ ability in critical thinking skill. Critical thinking skill that has to improve in this research is using three indicators, : identifying information, giving an alternative, and giving an argumentation. This research uses Classroom Action Research (CAR) with John Elliot research design. The research was conducted on the fourth grade studentsof Cileunyi 04 Elementary School in Bandung regency. The findings show that (1) in learning process to improve students’ ability in critical thinking skill in the aspect of : identifying information, giving an alternative, and giving an argumentation increased significantly. (2) This result is proved by the improvement of learning outcomes average value in each cycle. . The average value of students learning outcomes in cycle 1 was 62.7, which increased in cycle 2 to 70.2, and increased in cycle 3 to 80.3. Based on these results, it can be concluded that the use of7E learning cycle model with mind mapping can improve critical thinking skillon fourth grade elementary school.
Key words : 7E Learning Cycle, Mind Mapping, critical thinking
1) 2) 3)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
3 | Antologi UPI…Vol….Edisi No…Agustus 2016
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini semakin pesat.Perkembangan tersebut disebabkan karena berkembangnya pemikiran manusia sebagai bagian dari kebutuhan dan tuntutan zaman. Binkley, et al (dalam Abidin, 2014, hlm. 1) menyatakan bahwa ada sepuluh keterampilan yang harus dimiliki pada abad ke-21 yang meliputi keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis, berpikir metakognisi, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi, literasi TIK, berkewarganegaraan, bekerja dan berkarier serta keterampilan responsibilitas individu dan sosial. Menyambut era globalisasi yang sarat akan persaingan, baik dalam segi intelektual dan tenologi perlu adanya usaha dalam menjawab tantangan yang menyertainya. Upaya menjawab tantangan tersebut dapat dicapai dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu mengenali dirinya serta kewajibannya dalam hidup bernegara yang menuntutnya memiliki kepribadian tanggap, kritis, kreatif dan berliteratur. Costa dan Kallick (dalam Abidin, 2015, hlm. 17) mengemukakan bahwa siswa harus mengembangkan kebiasaan berpikir sebab kebiasaan berpikir merupakan karakeristik kinerja tertinggi yang dibutuhkan untuk menguasai berbagai bidang ilmu.Menanggapi hal tersebut, semakin menuntut adanya keterpanggilan para penerus bangsa untuk andil dalam upaya mensejahterakan bangsa.Upaya peningkatan kemampuan berpikir tersebut memungkinkan agar bangsa Indonesia mampu mengentaskan diri dari polemik pendidikan yang selama ini membayangi negeri ini.Peserta didik diharapkan dapat memenuhi harapan dalam penguasaan berbagai bidang keilmuan tersebut dengan baik berdasarkan kurikulum pendidikan yang berlaku yaitu kurikulum 2006 dan kurikulum 2013.
1) 2) 3)
Berpikir kritis merupakan kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenaran berdasarkan pola penalaran tertentu (Susanto, 2013, hlm. 121). Artinya dalam pembelajaran IPS, berpikir kritis diperlukan oleh siswa agar dapat menjawab permasalahan atau kondisi yang dihadapinya berdasarkan argumen yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Pendidikan berpikir kritis bertujuan agar siswa mampu berpikir secara mendalam tentang suatu informasi atau isu yang kemudian berusaha memecahkan permasalahan tersebut secara logis dan kritis.Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu membuat perencanaan dan pengelolaan pembelajaran IPS sesuai dengan karakteristik dan fungsi mata pelajaran tersebut sehingga tujuan dari pembelajaran IPS dapat terealisasikan. Namun pada kenyataannya, ditemukan berbagai persoalan yang menyangkut kepada kualitas lulusan sekolah dasar yang dinilai belum memenuhi standar kemampuan berpikir tingkat tinggi.Secara empirik, penulis menemukan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan di salah satu sekolah dasar di kabupaten Bandung kecamatan Cileunyi dirasa kurang efektif.Hal ini disebabkan karena; Pertama, siswa merasa bahwa pembelajaran IPS sulit karena terlalu banyak teori/konsep yang harus diingat dan dihapalkan yang pada akhirnya penyerapan materi oleh siswa menjadi terhambat.Kedua, pemahaman konsep siswa yang masih belum berkembang dengan baik.Ketiga, model pembelajaran konvensional membuat daya penalaran dan pemahaman konsep siswa menjadi kurang maksimal sehingga kemampuan kognitif siswa belum mencapai kepada kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis.keempat, rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar IPS
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3|4 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa serta kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya pembelajaran berpikir. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya pendidikan berpkir kritis bagi siswa SD pada pembelajaran IPS. Sehubungan dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka perlu adanya upaya perbaikan pendidikan berpikir kritis dan proses pembelajaran IPS melalui pembelajaran yang tepat, efektif dan inovatif. Upaya tersebut merupakan kebutuhan yang penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.Pembelajaran tersebut harus mampu menangani permasalahan yang terjadi di lapangan berkenaan dengan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami pentingnya belajar berpikir kritis pada pembelajaran IPS. Sebagai alternatif yang dapat digunakan dalam mewujudkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran IPS, penulis akan mencoba melakukan penelitian tindakan kelas pada kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) 7E dengan berbantuan Mind Mapping dalam pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi. Model Learning Cycle merupakan model yang cukup lama diberkembang pada dunia pendidikan. Sejalan dengan pendapat Trowbridge & Bybee (Wena,2012. Hlm. 170) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle pertama dikenalkan oleh Robert Karplus dari Universitas California dalam proyek Science Curiculum Improvement Study (SCIS) tahun 1970-an di Amerika Serikat. Pada mulanya Learning Cycle yang dikemukakan terdiri dari 3 tahap yaitu, eksplorasi (eksploration), pengenalan konsep (concept indroduction), dan penerapan konsep (concept application) yang dikenal sebagai Learning Cycle 3E. 1) 2) 3)
Kemudian pada tahun 2002, LC berkembang menjadi 5 tahap menurut Lorsbach (dalam Wena, hal. 171), tahap tersebut diantaranya; pembangkitan minat (Engage), eksplorasi (Explore), penjelasan (Explain), elaborasi (Elaborate/extention), dan evaluasi Evaluate atau disebut sebagai Learning Cycle 5E. Tidak cukup sampai disitu, Eisenkraft (dalam Nesa, 2012:12) mengembangkan LC menjadi 7 tahap atau disebut sebagai Learing Cycle 7E yang merupakan pengembangan dari Learning Cycle 5E. Penyempurnaan ini dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal serta agar guru tidak mengabaikan proses pembelajaran yang penting. Tujuh tahap tersebut adalah; Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend. Mind Mapping merupakan suatu penjabaran konsep dalam bentuk cabang-cabang informasi yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Mind maping adalah “... features of the human brain to devolop a set of rules wich is simple to following in order to create a maze of information called the mind mapping (Buzan, dalam Fun, CS, dan Maskat, N. Thn 2010, hlm. 240). Maksudnya, Mind Mapping suatu cara dalam menempatkan dan membuat informasi ke dalam otak dan memanggilnya kembali disaat informasi tersebut dibutuhkan. Peta konsep dapat memberikan sudut pandang yang lebih jauh dan kompleks dalam mencerna informasi verbal dan visual. Dengan adanya keterhubungan informasi/materi akan memancing pengetahuan siswa serta meningkatkan memori baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya. A’Echevarria dan Patience (2011, hlm. 30) juga menjelaskan bahwa ‘pemetaan pengetahuan/pemikiran akan dapat menantang siswa untuk mengklasifikasikan informasi secara
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
5 | Antologi UPI…Vol….Edisi No…Agustus 2016
hierarki, berpindah dari ide pusat dan menorganisasikannya melewati penghubung hingga ke subkelompoknya.’ Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan dan aktif. Pembelajaran dengan menggunakan mind mapping dinilai lebih efektif dan efisien karena karakteristik yang dimiliki oleh Mind Mapping yang dapat mempermudah siswa dalam proses mengingat, mencatat dan menyimpulkan secara runtut. Buzan (Fun, CS, dan Maskat, N. Thn 2010, hlm. 240) menyatakan bahwa ‘...Mind Mapping can increase memory retention and productivity.’ Pembelajaran dengan menggunakan mind maping dinilai lebih efektif dan efisien. Kemampuan berpikir kritis merupakan sutu ciri manusia Indonesia yang bersumber daya manusia yang berkualitas dan hal tersebut ditumbuhkan melalui transformasi pemanusiaan pada instansi pendidikan (Danim, S. 2005, hlm,31). Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam menggali, memeroses serta mempertanyakan sesuatu secara matang tentang segala sesuatu yang dianggap kurang tepat. Bayer (dalam Ormord, 2008, hlm. 409) menerangkan bahwa “proses berpikir kritis melibatkan dua hal: akurasi dan kelayakan informasi, serta alur penalaran”. Rosalin (2008, hlm. 55) menjelaskan bahwa ‘berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisir dan mengevaluasi secara sistematis melalui bobot pendapat pribadi dan orang lain’. Berkaitan dengan pembelajaran IPS SD, berpikir kritis juga harus dilandasi dengan konsep-konsep atau fakta yang mendudukung argumentasi yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Dengan demikian, argumentasi siswa dapat diperkuat dengan adanya fakta tersebut.
1) 2) 3)
Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis yang diteliti meliputi tiga aspek kemampuan berpikir kritis, yaitu: mengidentifikasi informasi ; memberikan alternative dan kemampuan siswa dalam berargumentasi. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan proses peningkatan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan perkembangan teknologi. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).PTK merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti atau guru dalam rangka memecahkan masalah yang ada di lapangan/kelas. Metode PTK atau dalam bahasa Inggris Classroom Action Research (CAR) dipilih dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran. Uno (2012, hlm. 51) menjelaskan bahwa action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Ia menambahkan bahwa action research dilakukan sendiri oleh peneliti dan diamati bersama rekan-rekannya. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK model Elliot. Model ini dikembangkan oleh Elliot dan Edelmen yang merupakan pengembangan dari model Kemmis yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya. Sukardi (2012, hlm. 242) menjelaskan bahwa model Elliot menekankan pada pendefinisian ulang dan evolusi yang tetap dari tujuan asli melalui serangkaian peninjauan berulang setiap siklus.Peninjauan tersebut harus mencakup beberapa tingkatan analisis.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3|6 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Cileunyi 04 yang terletak di Jalan Galumpit No.71 Desa Cileunyi Kulon Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A Sekolah Dasar Cileunyi 04 yakni sebanyak 26 orang siswa yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian berpikir kritis, lembar observasi, catatan lapangan dan soal evaluasi berpikir kritis. Dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, catatan lapangan, wawancara dan tes proses dan evaluasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif yang selanjutnya akan dilakukan trianulasi data. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Data tersebut berupa lembar hasil kegiatan observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik alanisis data ini dilakukan dengan cara analisis berdasarkan pokok permasalahan. Data-data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis kemudaian dijabarkan dalam bentuk deskripsi. Analisis kuantitatif digunakan dengan menggunakan rumus rata-rata. Data-data yang dihasilkan merupakan data statistika yang merupakan suatu cara untuk mengatur dan mengelompokkan data agar dapat ditarik kesimpulan yang berarti. Teknik triangulasi data dibutuhkan agar penelitian menjadi lebih ilmiah, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang diperoleh berdasarkan analisis data kuantitatif dan kualitatif selanjutnya kan dianalisis menggunakan triangulasi.
1) 2) 3)
HASIL DAN PEMBAHASAN PTK ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Cileunyi 04 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi perkembangan teknologi.Model pembelajaran yang digunakan yaitu Learning Cycle (siklus belajar) 7E dengan bantuan Mind Mapping atau peta pikiran.Penggunaan model tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah. Penelitian ini menggunakan desain Elliot yang dilakukan dalam tiga siklus, masinmasing siklus terdiri dari tiga tindakan. Tahapan demi tahapan dalam penelitian ini dimulai dari tahap penemuan ide awal, temuan dan analisis kondisi subjek, perumusan dan implementasi tindakan di kelas, penelitian ini akan menuju kepada langkah-langkah selanjutnya yaitu analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, temuan dan analisis penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator menidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan berargumentasi mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi setelah mendapatkan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mappingdapat diketahui dari sajian gambar di bawah ini.
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
7 | Antologi UPI…Vol….Edisi No…Agustus 2016
rata Indikator Kemampuan Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Siswa 100,0
82,7
80,0 60,0
66,7 56,0
73,3 77,0
59,7 60,7
47,7 47,7
40,0 20,0 0,0
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kemampuan Mengidentifikasi Informasi Kemampuan Memberikan Alternatif Kemampuan Berargumentasi
Gambar 1 Nilai Rata-rata Kemampuan emampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan sajian gambar 1 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator mengidentifikasi informasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan ditandai dengan peningkatan kelancaran kemampuan siswa dalam mencari, mengolah dan menyimpulkan informasi informa dari siklus 1 ke siklus III mengalami peningkatan. Berdasarkan teori Piaget (dalam Slavin,R. 2011,hlm. 56) proses siswa dalam belajar dan memahami kebenaran dalam jawaban sangatlah penting untuk diperhatikan selain memeriksa jawaban siswa. Maka dalam hal ha ini guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam proses mengamati video, teks maupun gambar yang nantinya dapat memberikan informasi penting kepada siswa untuk diidentifikasi dan dicerna. Pada siklus I,rata-rata kemampuan siswa pada aspek mengidentifikasi asi informasi adalah 56 dalam hal ini separuh dari 26 siswa siswa belum mampu dalam mencari, mengolah dan menyimpulkan informasi sesuai dengan fakta yang didapat atau yang ditemukan dari berbagai sumber tersebut. Ditandai pula dengan Mind Mappingyang yang diisi oleh siswa yang kurang lengkap.
1) 2) 3)
Sedangkan pada siklus II telah mengalami kenaikan yang signifikan dengan rata-rata sebesar 66,7 66,7. Hal ini sejalan dengan kelancaran siswa dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengidentifikasi informasi sesuai den dengan fakta.Dibandingkan pada siklus sebelumnya, siswa hanya mampu menyalin informasi yang ada pada teks. Sedangkan hasil salinan tersebut masih belum tepat karena tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Hal sedemikian itu sudah berkurang pada siklus III. R Rata-rata peningkatan aspek mengidentifikasi informasi sebesar 82,7 yang menandakan bahwa peningkatan tersebut sangat signifikan dibandingkan siklus sebelumnya. Adapun Mind Mapping yang diisi oleh siswa sudah memenuhi kategori baik karena memuat informasi yang ang cukup lengkap. Dengan lengkapnya Mind Mapping Mappingakan menambah semangat siswa dalam menyalin dan mencatatnya sebagai upaya membantu siswa dalam mengingat. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapatOrmord Ormord (2009, hlm. 376) mengatakan bahwa “peta konsep merupakann diagram konsep konsep-konsep dan berkaitan; digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan memori terhadap suatu topik”. Adapun peningkatan kemampuan mengidentifikasi informasi juga terjadi dikarenakan stimulus dari guru yang diberikan kepada siswa serta telah terbiasanya erbiasanya dan memiliki pengalaman dalam mengidentifikasi informasi sebagaimana telah dibelajarkan pada dua siklus sebelumnya. Hal ini sejalan dengan salah satu pendapat Landsman Landsman(Sudjana; dalam Rakhmat dkk, 2006, hlm. 16) bahwa ‘pengalaman yang positif dap dapat mempercepat serta memudahkan terjadinyan proses sosialisasi gagasan gagasangagasan…’. Dengan pemberian pengalaman akan membantu siswa dalam mengestapetkan pengetahuannya ke skema
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 1 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3|8 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa awal. Peningkatan tersebut juga dikarenakan motivasi belajar siswa yang cukup tinggi, pemberian stimulus oleh guru juga sangat mempengaruhi peningkatan prestasi siswa dan dukungan media, sarana dan prasarana pembelajaran yang juga menjadi faktor keberhasilan dalam pembelajaran. Bantuan Mind Mapping yang diberikan cukup membantu siswa dalam mengaitkan informasi satu dengan yang lain serta membantu dalam menyimpulkan. Sedangkan pada indikator kemampuan berpikir kritis yang kedua yaitu memberikan alternatif juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 3 meskipun tidak begitu signifikan pada indikator pertama.Peningkatan tersebut dilihat dari aspek mengungkapkan masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif. Pada siklus I, kemampuan memberikan alternatif siswa mencapai rata-rata sebesar 47,7 yang menandakan bahwa hampir sebagian siswa belum mampu dalam mengungkapkan masalah dengan tepat, belum mampu dalam mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif pada sikus I. Diketahui berdasarkan temuan, analisis dan refleksi bahwa pada siklus I, siswa cenderung ragu dalam memberikan alternatif. Siswa masih belum mengerti bagaimana cara agar alternatif yang diberikan dapat menjadi gagasan yang solutif terhadap permasalahan yang dibelajarkan pada siklus I. Pada siklus II, terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam indikator memberikan alternatif yaitu sebesar 59,7. Nilai tersebut masih belum mencapai kriteria siswa dikatakan mampu dalam mengungkapkan masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif. Meskipun terdapat peningkatan rata-rata sebesar 12,0 dari rata-rata nilai di siklus 1. Sedangkan pada siklus III, rata-rata nilai 1) 2) 3)
ketercapaian siswa yaitu 73,3. Nilai ini cukup memenuhi kriteria siswa dikatakan mampu dalam mengungkapkan masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin dan merumuskan solusi alternatif.Seperti pendapat Fisher (2009, hlm. 8), menyatakan bahwa salah satu indikator siswa mampu berpikir kritis adalah mampu mengevaluasi dan menghasilkan keputusankeputusan.Terbukti dengan kemampuan siswa dalam merumuskan dan memberikan solusi alternatif yang mengalami peningkatan dari segi ketepatan dan kelogisan alternatif yang dikomunikasikan oleh siswa. Pemberian stimulus yang diberikan oleh guru sangatlah penting agar siswa senantiasa aktif dalam belajar terutama mendorong siswa dalam berpikir dan memberikan alternatif solusi.Sejalan dengan pendapat Thorndike (dalam Rosalin, 2008, hlm. 3) yang menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respons (R).Pada pembelajaran, guru senantiasa memberikan motivasi dan stimulus yang baik kepada siswa.Terbukti salah satu faktor keberhasilan dari pembelajaran dikarenakan stimulus dari orang dewasa yang mampu memberikan rangsangan belajar kepada siswa. Pada indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang ketiga yaitu kemampuan dalam berargumentasi.Berdasarkan gambar 1, dikemukakan bahwa kemampuan siswa dalam berargumentasi telah mengalami peningkatan dalam aspek mampu memberikan, mempertahankan dan menganalisis argumentasi dalam menjawab pertanyaan/masalah dengan benar dan logis. Pada siklus I kemampuan siswa dalam berargumentasi adalah 47,7. Berdasarkan kriteria penilaian kemampuan berargumentasi, rata-rata siswa belum mampu dalam memberikan ataupun
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
9 | Antologi UPI…Vol….Edisi No…Agustus 2016
menganalisis argumentasi dalam menjawab pertanyaan/masalah dengan benar dan logis. Siswa hanya mampu dalam memberikan argumentasinya berdasarkan pendapat yang spontasnitas bahkan terdapat siswa yang menyatakan kan jawabanya sama dengan temannya. Sedangkan pada siswa yang sudah menunjukkan kemampuan berargumentasinya, namun masih belum sepenuhnya mampu dalam mempertahankan argumentasi tersebut. Argumentasi siswa masih dapat digoyahkan dengan argumentasi pancingan dari siswa lain. Sedangkan Pada siklus II kemampuan siswa dalam berargumentasi menjadi 60,7 yang mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya sebesar 13,0. Meningkatnya kemampuan berargumentasi ini dikarenakan siswa mulai dapat memberikan argumentasinya sinya secara cukup tepat berkat pelatihan, stimulus dan motivasi belajar siswa.Siswa mulai berani memberikan argumentasinya meskipun secara singkat. Sedangkan kemampuan berargumentasi pada siklus III dengan perolehan nilai ketercpaian sebesar 77,0 yangtergolong yangterg mampu/baik. Siswa dilibatkan dalam memberikan argumentasinya mengenai dampak kemajuan teknologi transportasi bagi kesehatan dan lingkungan.Keterlibatan siswa dalam memberikan argumentasinya merujuk kepada pendapat Santrock (dalam Desmita, 2012.Hlm. 160--161) yang menjelaskan bahwa guru dalam membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam perencanaan dan strategi.Tentunya dalam hal ini siswa diminta menyampaikan argumentasinya argu dalam upaya memecahkan masalah.Didapati dari kegiatan tersebut siswa sudah dapat memberikan argumentasinya mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing masing alat
1) 2) 3)
transportasi; dampak positif dan negatif yang didapatkan dari transportasi serta mengatasinya.Dalam atasinya.Dalam mempertahankan dan ଷ menganalisis argumentasi, sebanyak (± ) ସ siswa yang secara benar dan logis didukung dengan antusiasme siswa dalam berpendapat. Untuk lebih memudahkan dalam melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklus, maka persentase yang diperoleh pada setiap tindakan dan setiap tindakan dan siklus digambarkan pada diagram batang berikut. rata Kemampuan Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Siswa Tindakan 1
46,2 49,0
55,1
Siklus I
Tindakan 2
57,4
62,5 67,0
Siklus II
Tindakan 3 69,2
79,5 84,0
Siklus III
Gambar 2. Nilai Rata-rata rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Tindakan Nilai berpikir kritis siswa dilihat dari setiap tindakan dalam tiga siklus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada tindakan 1 sebesar 46,2, tindakan 2 sebesar 49,0 dan tindakan 3 sebesar 55,1. Perolehan nilai rata rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa meningkat pada siklus II yaitu; tindakan 1 sebesar 57,4 dengan kategori kurang, tindakan 2 sebesar 62,5 dengan kategori cukup, dan tindakan 3 sebesar 67,0 dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus III, perolehan nilai nilairata-rata rata kemampuan berpikir kritismengalami peningkatan signifikan. Pada tindakan 1, rata-rata rata nilai yang diperoleh sebesar 69,2 dengan kategori cukup, tindakan 2 sebesar 79,5 dengan
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 1 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3|10 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 100
78
80 60
63 50
40 20
Hasil belajar siswa dalam kemampuan berpikir kritis melaui model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping disajikan dalam gambar berikut. Nilai Hasil Belajar Siswa 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Nilai Hasil Belajar
kategori baik, dan pada tindakan 3 memperoleh kategori sangat baik dengan nilai rata-rata rata sebesar 84,0. Berikut sajian gambar ..dilihat dari nilai rata-rata rata pada tiap siklus.
0 Siklus I
Siklus I
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Tindakan 1
59,4
69,6
77,9
Tindakan 2
62,4
68,1
78,1
Tindakan 3
66,3
72,9
85
Siklus I
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Gambar 3.. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Gambar 4.. Nilai Hasil Belajar Siswa Berdasarkan gambar 3,, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dari setiap siklus telah mengalami kenaikan yan signifikan.Pada siklus I, kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah yaitu dengan rata-rata rata nilai hanya sebesar 50.Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan siswa yang masih belum mampu mengidentifikasi informasi, memberikan alternatif tif dan argumentasinya secara tepat dan logis.Sedangkan pada siklus II, kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan.Rata-rata rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus II adalah sbesar 63.Meskipun mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, namun terbilang cukup signifikan.Ditandai dengan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi informasi, memberikan alternatif dan argumentasinya yang mengalami peningkatan kemampuan.Sedangkan peningkatan yang signifikan adalah pada siklus III yang mencapai rata-rata 78 dan tergolong kriteria baik (70-79).
1) 2) 3)
Berdasarkan gambar 4,, dapat dik diketahui nilai rata-rata rata hasil belajar siswa pada siklus 1 yaitu sebesar 62,7. Angka tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus 1 memenuhi kriteria cukup (60 (60-69), meskipun perolehan rata-rata rata nilai pada setiap tindakan di siklus I mengalami kenaikan. Sedangkan pada siklus II mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari sebelumnya yaitu mencapai rata rata-rata nilai 70,2. Nilai tersebut memenuhi kriteria baik (70-79).Pencapaian 79).Pencapaian ini dibuktikan dengan banyaknya rata-rata rata nilai siswa yang mengalami kenaikan kan dibandingkan dengan siklus sebelumnya.Namun pada siklus II ditemukan penurunan nilai rata rata-rata hasil belajar pada tindakan 2.Menanggapi hal tersebut, berdasarkan hasil temuan dan analisis ditemukan bahwa pada pelaksanaan siklus II tindakan 2 dilaksanak dilaksanakan dengan kurang optimal. Pada tahap akhir terjadi pergantian jam pelajaran sehingga pada saat pembagian dan pengerjaan soal evaluasi
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 1 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
11 | Antologi UPI…Vol….Edisi No…Agustus 2016
menjadi sedikit terburu-buru. Pencernaan bahan materi kedalam memori siswa menjadi kurang maksimal karena diburu waktu.Menurut Rakhmat (2006, hlm. 102) faktor non-sosial yang berpengarh pada keberhasilan belajar siswa adalah alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.faktor lain dari penurunan nilai ratarata hasil belajar siswa pada tindakan 2 siklus II adalah pada soal evaluasi yang dibuat oleh guru. Beberapa butir soal memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Kenaikan rata-rata nilai hasil belajar siswa juga ditemukan pada siklus III yang mencapai nilai 80,3 dengan kriteria sangat baik (80-100). Peningkatan tersebut dibuktikan dengan nilai siswa pada siklus III yang mengalami peningkatan pada tiap tindakan.Peningkatan tersebut terjadi karena beberapa faktor sebagaimana pada temuan dan analisis, diantaranya adalah pengalaman siswa dan motivasi belajar siswa.Pengalaman dapat motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar siswa (Crawley dan Mountai; dalam Rahim, 2011, hlm. 20). Pengalaman yang diberikan guru selama pembelajaran melalui aktivitas berpikir secara kritis dalam mengerjakan soal evaluasi yang memiliki karakteristik yang hampir sama. KESIMPULAN Berdasarkan Penelitian, temuan dan pembahasan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPS dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle7E yang dikombinasikan dengan teknikMind Mapping menjadi meningkat secara signifikan pada setiap siklus. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada
1) 2) 3)
siklus I sebesar 50,1 dengan kategori kurang, siklus II meningkat menjadi 62,3 dengan kategori cukup dan siklus III menjadi 77,6 dengan kategori baik. 2. Hasil belajar siswa dapat meningkat secara signifikan dengan menggunakan model Learning Cycle 7E berbantuan Mind Mapping. Peningkatan tersebut diperoleh dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 62,7 dengan kategori cukup, siklus II menjadi 70,2 dengan kategori baik, dan pada siklus III meningkat secara signifikan yaitu mencapai 80,3 dengan kategori sangat baik. DAFTAR PUSTAKA A’echevarria, A dan Patience, I. (2011). Strateg Pengajaran Berpikir. Jakarta: Esensi Erlangga Group. Abidin, Y. (2014). Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Interes Media Abidin, Y. dkk (2015). Pembelajaran Literasi Dalam Konteks Pendidikan Multiliterasi, Integratif, dan Berdiferensiasi. Bandung. Rizqi Press Danim, S. (2005). Menjadi Komunitas Pembelajar.Jakarta: Bumi Aksara Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya Fisher, A. (2008). Berpikir kritis. Jakarta: Erlangga Fun, C S. (2010).Prosedia Social and Behavioral Acience.Teacher Centered Mind Mapping vs Student Centered Mind Mapping in the Teaching of Accounting at Pre-U Level-An Action Research, 7 (C), hlm. 240-246
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Qurrotul A’yun1, Tuti Istianti2, Dudung Priatna3|12 Model Learning Cycle 7E Berbantuan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Nesa, N M. (2012).Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Siswa SMP.(Skripsi). Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia , Bandung. Ormrod. J. E. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga Rahim, F. (2011). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.Jakarta: Bumi Aksara Rakhmat, C. Dkk. (2006).Psikologi Pendidikan.Bandung: UPI Press Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada Slavin, R E. (2011). Pendidikan: Teoridan Jakarta: Indeks
Psikologi Praktik.
Sukardi. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta: Kencana Uno, H. dkk (2012).Menjadi Peneliti PTK yang Profesional.Jakarta :Bumi Aksara Wena, M. (2012).Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
1) 2) 3)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203250 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.