PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE “5E” BERBANTUAN LKS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Putu Suarniti Noviantari Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Karangasem dan (2) mengetahui respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran Learning Cycle “5E” berbantuan LKS terstruktur. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Karangasem tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang. Data kemampuan tentang kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa dikumpulkan melalui tes berbentuk uraian dan data tentang respons siswa dikumpulkan melalui angket. Data-data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi model Learning Cycle “5E” berbantuan LKS terstruktur, dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Karangasem, yaitu dari rata-rata 23,06 (cukup baik) pada siklus I menjadi 28,57 (baik) pada siklus II, dan 34,2 (sangat baik) pada siklus III. Siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap implementasi model pembelajaran Learning Cycle “5E” berbantuan LKS terstruktur dengan nilai rata-rata sebesar 35,7. Kata kunci: model pembelajaran Learning Cycle “5E”, LKS terstruktur, kemampuan penalaran dan komunikasi matematika. ABSTRACT This study aimed at (1) improving the math reasoning and communicating skill of VIIIA students at SMP Negeri 3 Karangasem and (2) investigating the students’ responses towards the implementation of 5E Learning Cycle model assisted by structured student worksheet. This study was a classroom action research whisch was conducted in 3 cycles. Each cycle consisted of planning phase, action phase, observation/evaluation phase, and reflection phase. The subject of the study was 30 VIIIA students at SMP Negeri 3 Karangasem in the academic year 2013/2014. Math reasoning and communicating skill data were gathered through an essay test and the students’ response data was collected through a questionnaire. Afterwards, the data was analyzed by means of descriptive analysis. The findings revealed that the implementation of 5E Learning Cycle model assisted by structured student worksheet was able to improve the math reasoning and communicating skill of VIIIA students at SMP Negeri 3 Karangasem. It was proven by the mean score 23.06 (quite good) in cycle I turned into 28.57 (good) in cycle II, and it turned into 34.2 (very good) in
158
Putu Suarniti Noviantari - Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle …..
cycle III. The students gave positive responses towards the implementation of 5E Learning Cycle model assisted by structured student worksheet which was proven by the mean score 35.7. Keywords: 5E Learning Cycle model, structured student worksheet, math reasoning and communicating skill. PENDAHULUAN Pada awalnya pembelajaran
pemecahan
masalah
(Depdiknas,
2004).
matematika Orang-orang
matematika di sekolah bertujuan untuk
bernalar cenderung mencatat pola-
mempersiapkan
pola, struktur-struktur, atau kebiasaan-
siswa
agar
dapat
menggunakan matematika dan pola
kebiasaan
pikir matematika dalam kehidupan
Penalaran siswa biasanya terlihat pada
sehari-hari dan dalam mempelajari
kemampuan
berbagai ilmu (Depdiknas, 2004),
masalah-masalah yang dihadapi untuk
namun dewasa ini tujuan pembelajaran
mendapatkan penyelesaian yang logis
matematika sekolah telah difokuskan
(Mahayukti dan Suharta, 2003)
pada empat tujuan utama, yaitu: 1)
dalam
siswa
Tujuan
yang
melatih cara berpikir dan bernalar, 2)
pembelajaran
mengembangkan kemampuan berpikir
mengembangkan
divergen,
menyampaikan
3)
mengembangkan
situasi
nyata.
menganalisis
lain
matematika
dalam adalah
kemampuan informasi
atau
kemampuan menyampaikan informasi
mengomunikasikan gagasan. NCTM
atau mengomunikasikan gagasan, dan
(dalam Ansari, 2003) menyatakan
4)
bahwa
mengembangkan
kemampuan
komunikasi
matematika
pemecahan masalah dan membuat
merupakan kemampuan dalam hal
dugaan (Subando, 2005). Salah satu
menjelaskan suatu algoritma dan cara
dari tujuan pembelajaran matematika
unik
di atas adalah melatih cara berpikir
kemampuan siswa mengonstruksi dan
dan
menjelaskan sajian fenomena dunia
bernalar.
menggunakan membuat
Siswa
diharapkan
penalaran
generalisasi,
untuk
pemecahan
masalah,
dalam
nyata secara grafik, kata-kata/kalimat,
menyusun
persamaan, tabel dan sajian secara
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
fisik
pernyataan
Penalaran
memberikan dugaan tentang gambar
matematika adalah suatu cara berpikir
geometri. Penalaran dan komunikasi
yang
merupakan dua kemampuan umum
matematika.
sistematis,
logis,
dalam
atau
kemampuan
siswa
159
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015
yang
sangat
dekat.
ISSN 2087-9016
Kemampuan
nilai raport di kelas VIIIA untuk aspek
penalaran dan komunikasi matematika
penalaran dan komunikasi matematika
sangatlah
selama 3 tahun terakhir.
diperlukan
dalam
mata
pelajaran matematika karena orang yang memiliki kemampuan penalaran yang
tinggi
serta
mampu
mengomunikasikan ide atau gagasan
Tabel 1. Nilai Rata-rata Kelas VIIIA untuk Nilai Kemampuan Penalaran dan Komunikasi No.
matematikanya dengan baik cenderung mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari serta
Tahun Pelajaran
1
2010/2011
2
2011/2012
3
2012/2013
Semester
Ganjil Genap Ganjil Genap Ganjil
mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari
yang
nantinya
(Arsip SMP Negeri 3 Karangasem)
akan
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Rendahnya
kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika diduga disebabkan oleh penekanan pembelajaran di kelas yang masih menekankan
pada
keterampilan
mengerjakan soal (drill), sehingga kurang kepada
memberikan siswa
untuk
sendiri pengetahuan
kesempatan membangun yang
mereka
miliki. Hal ini mengakibatkan siswa kurang terbiasa mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang menuntut mereka
untuk
mengomunikasikan
bernalar
dan
ide-idenya.
Rendahnya kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa juga ditemui di kelas VIIIA SMP Negeri 3 Karangasem. Hal ini terlihat dari data
160
Ratarata Kelas 64,25 65,99 66,45 68,05 69,25
Dari hasil observasi di kelas VIIIA SMP Negeri 3 Karangasem pada tanggal 22 Maret 2013 diperoleh gambaran bahwa: 1) siswa masih malu dalam mengomunikasikan gagasannya dan
masih
ragu-ragu
mengemukakan
dalam
permasalahannya
ketika siswa tersebut menghadapi suatu masalah dalam memecahkan persoalan matematika. Ketika ada masalah yang disajikan dalam bentuk lain (tidak sesuai dengan contoh yang diberikan)
siswa
masih
bingung
bagaimana menyelesaikannya. Hal ini mencerminkan penalaran siswa dalam proses pembelajaran relatif rendah; 2) siswa belum mampu menyampaikan atau
mengomunikasikan
pendapatnya.
Pendapat
ide
atau yang
Putu Suarniti Noviantari - Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle …..
disampaikan oleh siswa sering kurang
tampaknya belum membuahkan hasil
terstruktur sehingga sulit dipahami
yang optimal dalam meningkatkan
oleh
temannya.
kemampuan penalaran dan komunikasi
Berdasarka hasil wawancara dengan
matematika siswa. Hal ini dapat dilihat
beberapa orang siswa kelas VIIIA
dari data tes ulangan harian kelas
SMP Negeri 3 Karangasem diperoleh
VIIIA pada semester genap tahun
gambaran bahwa siswa menganggap
ajaran 2012/2013 materi garis dan
pelajaran
sebagai
sudut. Adapun data tes ulangan harian
pelajaran yang membosankan, banyak
tersebut dapat dilihat pada tabel
menghapal
rumus
berikut.
menyentuh
kehidupan
guru
maupun
matematika
serta
kurang
sehari-hari
siswa.
Tabel 2.
Berbagai usaha telah dilakukan
Data Hasil Tes Ulangan Harian Kelas VIIIA Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika 5,71 57,1 % 25,71 %
guru dalam mengatasi permasalahan tersebut di atas, seperti melakukan diskusi atau tanya jawab dalam kelas. Tetapi
usaha
itu
belum
mampu
Rata-rata Nilai Daya Serap Ketuntasan
merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran,
karena
siswa
Dalam kegiatan pembelajaran
yang
menjawab pertanyaan guru, cenderung
hendaknya
siswa
didominasi oleh beberapa orang saja.
berinteraksi dengan seluruh peserta
Sedangkan siswa yang lain hanya
belajar yang ada dalam kelas. Interaksi
mendengarkan dan mencatat informasi
ini
yang disampaikan temannya. Usaha
berkesinambungan
lain yang dilakukan guru adalah
tidak terlalu mendominasi kegiatan
dengan melaksanakan pembelajaran
pembelajaran
dalam setting kelompok kecil. Akan
akan memberikan kesempatan kepada
tetapi siswa lebih banyak bekerja
siswa
sendiri-sendiri dalam menyelesaikan
kemampuan penalarannya. Selain itu
soal-soal yang diberikan guru, kurang
dalam pembelajaran perlu diberikan
adanya diskusi antar siswa. Usaha-
soal-soal pemecahan masalah yang
usaha yang telah dilakukan guru
menuntut siswa untuk bernalar dan
harus
diajak
berlangsung sehingga
untuk
secara guru
yang berlangsung. Ini
untuk
mengembangkan
161
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015
mengomunikasikan
ide-ide
yang
mereka miliki.
ISSN 2087-9016
merupakan perwujudan dari filosofi konstruktivisme,
pengetahuan
Model pembelajaran Learning
dibangun dalam pikiran pebelajar.
Cycle “5E” merupakan salah satu
Beberapa keuntungan diterapkannya
model pembelajaran yang memberikan
pembelajaran Learning Cycle “5E”
kesempatan
yaitu:
kepada
mengoptimalkan
siswa
cara
untuk
belajar
dan
1)
berpusat
pembelajaran pada
menjadi
siswa
(student-
mengembangkan daya nalar siswa
centered); 2) proses pembelajaran
(Dasna dan Fajaroh, 2006). Dalam
menjadi
model pembelajaran Learning Cycle
mengutamakan pengalaman nyata; 3)
“5E”
dilakukan kegiatan-kegiatan
menghindarkan siswa dari cara belajar
yaitu berusaha untuk membangkitkan
tradisional yang cenderung menghafal;
minat
4)
siswa
pada
matematika
pelajaran
(engagement),
lebih
bermakna
memungkinkan
karena
siswa
untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi
memberikan kesempatan kepada siswa
pengetahuan
untuk memanfaatkan panca indera
masalah dan informasi yang didapat;
mereka semaksimal mungkin dalam
dan 5) membentuk siswa yang aktif,
berinteraksi
kritis, dan kreatif. Learning Cycle
dengan
lingkungan
lewat
pemecahan
literatur
“5E” pada dasarnya sesuai dengan
memberikan
teori konstruktivis Vigostky dan teori
kesempatan yang luas kepada siswa
belajar bermakna Ausubel. Vigostky
untuk menyampaikan ide atau gagasan
menekankan adanya hakikat sosial
yang mereka miliki melalui kegiatan
dari
diskusi (explaination), mengajak siswa
menggunakan
mengaplikasikan konsep-konsep yang
belajar
mereka dapatkan dengan mengerjakan
berbeda-beda untuk mengupayakan
soal-soal
perubahan
melalui
kegiatan
telaah
(exploration),
pemecahan
masalah
belajar
dengan
dan
menyarankan
kelompok-kelompok kemampuan
konseptual.
yang
Sedangkan
(elaboration) dan terdapat suatu tes
Ausubel menekankan pada belajar
akhir untuk mengetahui sejauh mana
bermakna
tingkat pemahaman siswa terhadap
pengulangan sebelum belajar dimulai.
konsep
yang
telah
dipelajari
(evaluation). Learning Cycle “5E”
162
Dalam
dan
pentingnya
melakukan
diskusi,
siswa akan mempunyai kesempatan
Putu Suarniti Noviantari - Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle …..
yang lebih luas untuk mengemukakan
setiap siklus melibatkan 4 tahap yaitu
pendapatnya
dan
tahap
menemukan
konsep
pemahamannya
siswa
akan
berdasarkan
sendiri.
Dalam
perencanaan,
pelaksanaan
tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi (Kemmis and Taggart, 1990).
berdiskusi, siswa memerlukan sarana
Penelitian
yang salah satunya berupa Lembar
Negeri
Kerja Siswa (LKS) sebagai acuan
penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA
yang dapat menuntun siswa dalam
SMP Negeri 3 Karangasem tahun
memahami
matematika.
ajaran 2013/2014 yang berjumlah 30
Dalam hal ini yang dimaksudkan
orang dengan 20 orang siswa laki-laki
adalah LKS terstruktur, dalam LKS ini
dan 10 orang siswa perempuan.
ringkasan materi ajar disusun secara
Objek yang ditangani dalam penelitian
sistematis, kemudian diikuti dengan
ini adalah kemampuan penalaran dan
penyajian contoh soal dan soal-soal
komunikasi matematika siswa dan
mulai dari yang mudah sampai yang
respons
sukar
pembelajaran Learning Cycle ”5E”
masalah
serta
soal-soal
pengayaan
(Pujawan dkk, 2001).
dilaksanakan 3
di
Karangasem.
siswa
terhadap
SMP Subjek
model
berbantuan LKS Terstruktur. Adapun hal-hal pokok yang dilaksanakan pada tahap tindakan
METODE PENELITIAN Penelitian
yang
akan
dalam siklus penelitian ini adalah
dilaksanakan termasuk jenis penelitian
sebagai berikut.
tindakan kelas (Classroom Action
pembelajaran sesuai dengan model
Research)
pembelajaran Learning Cycle ”5E”
yang
bertujuan memperbaiki pembelajaran.
secara
umum
meningkatkan
dan
proses Penelitian
kegiatan ini
direncanakan dalam 3 siklus dimana
berbantuan
LKS
Melaksanakan
1) Melaksanakan
Terstruktur; tes
2)
kemampuan
penalaran dan komunikasi untuk siklus .
Tabel 3. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Learning Cycle ”5E” berbantuan LKS Terstruktur. Fase Pendahuluan
Aktivitas Guru Guru menenangkan situasi kelas dan menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran.
Aktivitas Siswa Memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru berkaitan dengan indikator pembelajaran yang disampaikan
163
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015
Guru membentuk kelompok yang direncanakan sebelum pembelajaran dimulai. Dengan tanya jawab menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari. Guru meminta siswa membuat prediksi-prediksi tentang materi yang akan dipelajari. Guru memotivasi siswa untuk belajar, dengan mengajukan beberapa permasalahan yang dikaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa
Engagement
ISSN 2087-9016
Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk guru. Menjawab pertanyaan guru mengenai materi prasyarat. Membuat prediksi-prediksi mengenai materi yang akan mereka pelajari Memecahkan permasalahan yang disampaikan guru sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki baik itu membaca dari media, buku, dan sebagainya. Berdiskusi dalam kelompok, mencatat segala sesuatu yang di dapat melalui diskusi
Guru meminta siswa mengerjakan permasalahan yang terdapat dalam LKS terstruktur secara berkelompok. Guru membimbing Siswa dalam melaksanakan diskusi Guru meminta beberapa orang siswa Mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil diskusi yang didapat melalui kelompoknya. kegiatan diskusi Guru mengarahkan siswa menuju jawaban yang diinginkan. Guru meminta siswa mengerjakan Mengerjakan soal soal-soal pemecahan masalah yang pemecahan masalah terdapat di dalam LKS. Guru meminta salah seorang siswa Mengerjakan soal ke depan menuliskan jawabannya sesuai kelas. dengan cara mereka sendiri. Mengarahkan siswa menuju jawaban Mencermati penjelasan yang diinginkan. guru. Memberikan tes evaluasi hasil belajar Mengerjakan tes yang pada siswa diberikan oleh guru Melalui tanya jawab membimbing Menyimpulkan materi yang siswa untuk menyimpulkan konsep telah di bahas. yang telah dipelajari. Memberikan PR Mencatat PR yang ditugaskan oleh guru.
Exploration
Explaination
Elaboration
Evaluation Penutup
Untuk lebih jelasnya jenis instrumen Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini
adalah
1)
nilai
kompetensi dasar aspek kemampuan penalaran
dan
komunikasi
matematika, 2) respons siswa terhadap implementasi model Learning Cycle “5E” berbantuan LKS terstruktur.
164
dan
teknik
pengumpulan
disajikan dalam Tabel 4.
data
Putu Suarniti Noviantari - Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle …..
Tabel. 4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data No. 1
2
Teknik pengumpulan data Tes
Jenis Data Aspek kemampuan penalaran dan komunikasi matematika Respons siswa
Pengisian angket
Instrumen Penelitian
Waktu
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika
Di akhir setiap siklus
Angket respons
Di akhir siklus III
Keterangan : Data
kemampuan
penalaran
_
X
dan komunikasi matematika siswa di analisis secara deskriptif yakni dengan menentukan skor rata-rata kemampuan penalaran dan komunikasi matematika
siswa X dengan rumus berikut.
N
= skor rata-rata kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa X i = jumlah skor rata-rata kemampuan penalaran dan matematika siswa = banyak siswa
komunikasi
_
Selanjutnya
X
X i 1
mengenai
kemampuan penalaran dan komunikasi
n
_
data
i
matematika
N
matematika
siswa
ditentukan dengan kriteria
Tabel. 5 Kriteria Umum Penggolongan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika No 1
Kriteria
Kategori Sangat Baik
X M i 1,5Sdi
2
M i 0,5Sd i X M i 1,5Sd i
Baik
3
M i 0,5Sd i X M i 0,5Sd i
Cukup
4
M i 1,5Sd i X M i 0,5Sd i
Kurang
5
X M i 1,5Sd i
Sangat kurang
(dimodifikasi dari Ratumanan dan Theresia, 2003)
1 (skor maksimum + skor minimum) 2 1 Standar deviasi Ideal ( Sd i ) = (skor maksimum - skor minimum) 6 Dengan, Mean Ideal ( M i ) =
Untuk
mengetahui
respons
yang dituangkan dalam angket respons
siswa terhadap pembelajaran yang
siswa. Data respons siswa dianalisis
diterapkan akan dilakukan analisis
berdasarkan rata-rata skor respons
deskriptif terhadap pendapat siswa
165
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015
ISSN 2087-9016
n
P
siswa ( P ), mean ( M i ) dan standar
P =
deviasi ( Sd i ) dimana:
P adalah jumlah skor pendapat siswa perbanyaknya siswa 1 (Skor tertinggi ideal + M i adalah 2 skor terendah ideal) 1 (Skor tertinggi ideal Sd i adalah 6 skor terendah ideal) Dari data respons siswa yang dikumpulkan akan dihitung rata-rata
i 1
i
n
Keterangan : = rata-rata skor respons siswa P Pi = jumlah skor rata-rata respons siswa n = banyaknya siswa Rata-rata respons siswa yang diperoleh akan dicocokkan dengan penggolongan
kriteria/tingkatan
sebagai berikut.
tanggapan ( P ) dengan rumus: Tabel. 6 Kriteria Umum Penggolongan Respons Siswa No 1
Kriteria
Kategori Sangat positif
P M i 1,5Sd i
2
M i 0,5Sd i P M i 1,5Sd i
Positif
3
M i 0,5Sd i P M i 0,5Sd i
Cukup Positif
4
M i 1,5Sd i P M i 0,5Sd i
Negatif
5
P M i 1,5Sd i
Sangat negatif
(dimodifikasi dari Ratumanan dan Theresia, 2003) penalaran dan komunikasi matematika HASIL
PENELITIAN
DAN
siswa.
PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut menyajikan ringkasan hasil penelitian tentang kemampuan Tabel 7 Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Tahapan Siklus I Siklus II Siklus III
Total Skor 669 857 1026
Data peningkatan rata-rata skor kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa pada Tabel 07 disajikan dalam Gambar 01 berikut.
166
Rata-Rata Skor 23,06 28,57 34,2
Kriteria Cukup Baik Baik Sangat Baik
Putu Suarniti Noviantari - Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle …..
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika
40
permasalahan yang ada dalam LKS.
34,2
35 28,57
30 23,06
25
Siswa yang mempunyai kemampuan
20 15
akademik
10
kurang
tidak
berani
5
mengungkapkan
0 Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
pendapatnya
serta
Tahapan
siswa yang Gambar 1 Peningkatan Rata-Rata Skor Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
akademik
memiliki kemampuan
baik,
memberikan
ragu-ragu
untuk
penjelasan
kepada
temannya. 2) Siswa terlihat masih kaku, tegang, dan kurang santai dalam mengikuti proses pembelajaran. Ini
Pembahasan Secara skor
kuantitatif,
kemampuan
rata-rata
penalaran
dan
komunikasi matemaika siswa pada siklus I adalah 23,06 (secara kualitatif tergolong
”cukup
baik”).
Dengan
demikian secara klasikal kemampuan penalaran dan komunikasi siswa masih belum
memenuhi
kriteria
yang
tercapainya
kriteria
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika yang diharapkan pada siklus I disebabkan oleh adanya beberapa
kekurangan
pelaksanaan
tindakan
pada siklus
Kekurangan-kekurangan teridentifikasi
pada
I. yang
pelaksanaan
tindakan siklus I adalah sebagai
masih terlihat ada siswa yang enggan berdiskusi
sekelompoknya
guru
yang
mengajar lain dari biasanya. 3) Pada saat
pengerjaan
LKS
banyak
kelompok yang kurang disiplin, hal ini terlihat dari pengerjaan LKS yang melebihi batas waktu. 4) Jawaban yang diberikan siswa masih kurang terstruktur, banyak siswa yang belum
diketahui dan ditanyakan dalam soal. Siswa juga belum terbiasa menuliskan rencana penyelesaian soal. 5) Sebagian besar
dengan saat
teman
menjawab
siswa
belum
terbiasa
menyimpulkan konsep-konsep yang telah
dipelajari.
Siswa
masih
mengalami kesulitan dalam membuat simpulan yang sistematis dan sesuai dengan yang diharapkan. Bertolak
berikut. 1) Dalam diskusi kelompok
untuk
karena
terbiasa untuk menuliskan apa yang
diharapkan. Belum
disebabkan
dari
kekurangan-
kekurangan yang hadapi pada siklus I, peneliti
bersama
mendiskusikan
dengan
perbaikan
guru
tindakan
167
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015
ISSN 2087-9016
untuk selanjutnya diterapkan pada
tes
siklus II. Perbaikan tindakan yang
komunikasi matematika mengalami
dilakukan adalah sebagai berikut. 1)
peningkatan dari 23,06 menjadi 28,57
Memberikan motivasi kepada setiap
dari kategori ”cukup baik” menjadi
kelompok
”baik”.
tentang
pentingnya
kerjasama antar anggota kelompok dalam
diskusi;
2)
motivasi
kepada
manfaat
dari
sedang
diterapkan
Memberikan
siswa
mengenai
pembelajaran
kemampuan
Bertolak
penalaran
dari
dan
kekurangan-
kekurangan pada siklus II peneliti bersama
guru
mendiskusikan
yang
perbaikan tindakan untuk selanjutnya
3)
diterapkan pada siklus III. Perbaikan
Memberikan batas waktu maksimal
tindakan yang dilakukan pada siklus
dalam
serta
III ini ternyata mampu meningkatkan
memberikan teguran atau peringatan
kemampuan penalaran dan komunikasi
kepada kelompok yang mengerjakan
matematika siswa. Pada siklus ini rata-
LKS
4)
rata skor kemampuan penalaran dan
untuk
komunikasi matematika mengalami
mengerjakan kembali permasalahan
peningkatan dari siklus II ke siklus III
yang ada pada LKS di rumah; 5)
yaitu dari 28,57 menjadi 34,2; dari
Mengarahkan siswa dalam membuat
kategori baik menjadi sangat baik.
pengerjaan
melebihi
Menugaskan
simpulan
batas
setiap
dengan
guru;
LKS
waktu; siswa
memberikan
Terkait dengan respons siswa
pertanyaan pancingan yang mengarah
terhadap
implementasi
model
pada simpulan yang diharapkan.
pembelajaran Learning Cycle ”5E”
Selain kekurangan-kekurangan
berbantuan LKS terstruktur diketahui
yang terjadi pada siklus I terdapat
66,67 % siswa merespons sangat
suatu kelebihan yang sebaiknya tetap
positif terhadap pembelajaran yang
dipertahankan untuk siklus berikutnya,
diterapkan,
yaitu siswa sudah terlihat aktif dalam
respons positif, dan hanya 6,67 %
mengikuti
pembelajaran
yang
memberikan respons cukup positif.
diterapkan
guru.
Bardasarkan
Secara klasikal rata-rata respons siswa
26,67
%
memberikan
implementasi rancangan pada siklus II
terhadap
yang merupakan perbaikan pada siklus
pembelajaran Learning Cycle ”5E”
I, secara kuantitatif rata-rata skor hasil
berbantuan LKS terstruktur diperoleh
168
implementasi
model
Putu Suarniti Noviantari - Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle …..
rata-rata respons siswa adalah 35,7. Berdasarkan
kriteria
2.
penggolongan
Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Karangasem
secara
klasikal
respons siswa secara umum respons
memberikan respons yang sangat
siswa terhadap implementasi model
positif
terhadap
pembelajaran Learning Cycle ”5E”
model
pembelajaran
berbantuan LKS terstruktur tergolong
Cycle
“5E”
sangat positif. Adanya siswa yang
terstrukur.
belum
66,67 % siswa merespons sangat
menyambut
positif
implementasi Learning
berbantuan Secara
terhadap
LKS
individual,
diterapkannya pembelajaran ini diduga
positif
pembelajaran
karena siswa belum terbiasa dengan
yang
pembelajaran yang diterapkan oleh
memberikan respons positif, dan
guru.
hanya
diterapkan,
6,67
26,67
%
%
memberikan
respons cukup positif. PENUTUP Simpulan
Saran
Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, dapat disimpulkan
ini, disampaikan saran sebagai berikut.
hal-hal sebagai berikut.
1.
1.
Implemenatsi pembelajaran ”5E”
Learning
mampu
Diharapkan kepada guru Kelas
model
VIIIA
Cycle
mengimplementasikan
model
pembelajaran
Cycle
meningkatkan
untuk
tetap
Learning
kemampuan
penalaran
dan
“5E” berbantuan LKS terstrukur
komunikasi
matematika
siswa
minimal dengan menggunakan
kelas
VIIIA
SMP
Negeri
3
skenario
pembelajaran
seperti
Karangasem baik secara kualitatif
yang diterapkan dalam penelitian
maupun kuantitatif. Pada siklus I
ini sebagai salah satu alternatif
rata-rata penalaran
skor
kemampuan
dalam
dan
komunikasi
pembelajaran yang lebih inovatif.
matematika siswa adalah 23,06 (cukup
baik)
dan
2.
melaksanakan
Kepada pembaca yang berminat
meningkat
untuk
mengadakan
penelitian
menjadi 28,57 (baik) pada siklus
lebih
lanjut
mengenai
II, menjadi 34,2 (sangat baik)
implementasi model pembelajaran
pada siklus III.
Learning Cycle “5E” pada bidang
169
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, September 2015
ilmu matematika maupun pada bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar
memperhatikan
kendala-kendala alami
yang
sebagai
pertimbangan
untuk
segala peneliti bahan perbaikan
dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Ansari, B. I. 2003. Model Pembelajaran Berbasis Komunikatif dengan Strategi Think-Talk-Write dalam rangka Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU. Makalah. Disajikan dalam The 6th National Seminar On Science and Mathematics Education. Bandung. Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas. Kemmis dan Taggart. 1990. The Action Research Planner. Civtoria: Deakin University Press. Pujawan, dkk. 2001. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan hasil Belajar Siswa SLTP. Usulan Reseach Grant (tidak diterbitkan). IKIP Negeri Singaraja. Ratumanan, T. G. dan Theresia L. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang relevan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press. Subando, J. 2005. Pembelajaran Matematika dengan Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
170
ISSN 2087-9016
Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Online (http://jokobando.tripod.com/ind ex_files/pembat.htm, diakses 30 Desember 2007).