EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Wahyu Anggraini Pramusinta NIM 13303244031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Wahyu Anggraini Pramusinta
NIM
: 13303244031
Program Studi
: Pendidikan Kimia
Fakultas
: MIPA
Judul TAS
: Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2016/2017
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Yogyakarta, Juni 2017 Penulis
Wahyu Anggraini Pramusinta NIM. 13303244031
iv
MOTTO
“Ilmu merupakan perbendaharaan, kuncinya adalah bertanya, karena itu
bertanyalah kalian, semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian. Sehubungan dengan masalah ini ada empat orang yang diberi pahala, yaitu: orang yang bertanya; orang yang mengajarkan ilmu; orang yang mendengarkan ilmu; dan orang yang mencintai ketiganya.” (HR: abu Naim melalui Ali k.w.)
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Surat Al-Insyiroh: 5-6)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Segala puji bagi Allah AWT yang senantiasa telah melimpahkan rahmat-Nya sampai saat ini. ......berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang. .......dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghingganya....(QS.Ibrahim: 34)
Karya ini ku persembahkan untuk: Kedua orangtuaku tercinta yang selalu memberikan semangat, doa, dan bimbingan, semoga selalu dalam perlindungan Allah SWT. Kakak-kakakku tersayang yang selalu mengingatkan Sinta, selalu ada buat Sinta, selalu menguatkan dalam kondisi apapun. Adikku Amana Salwa Najwa raih cita-cita setinggi langit ya dek. Teman spesial yang selalu buat ketawa sampai lupa masalah, selalu ada, sekaligus teman skripsi di rumah: Adnan Faruliansyah Sahabat-sahabatku yang
ceriwis, ngangenin ,paling heboh: Syifa,
Rahma, Safira, Arin, Tessa, Fitri, Dini, Fina, Aul, Nia, Anin, Silmi, Ayu Murid-murid Sherly Study Club yang telah memberikan kesempatan berbagi pengalaman dan ilmu. Sukses buat kalian Teman sekaligus sahabat seperjuangan Pendidikan Kimia C 2013. Terimakasih untuk kebersamaan dan keceriaan selama ini. Sukses buat kalian manss.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2016/2017” dapat disusun sesuai harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Hartono, M.Si, selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi. 2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta atas persetujuannya dalam Tugas Akhir Skripsi. 3. Bapak
Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi. 4. Ibu C. Budimarwanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, dan dorongan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi.
vii
5. Ibu Dr. Das Salirawati, M.Si selaku penguji utama yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi. 6. Bapak Dr. Suyanta selaku penguji pendamping yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi. 7. Bapak Maryono S.Pd., M.Pd selaku kepala SMA N 1 Godean yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi. 8. Para guru dan staf SMA N 1 Godean yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi. 9. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya. Yogyakarta,
Juni 2017
Penulis
Wahyu Anggraini Pramusinta NIM 13303244031
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN...............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO.....................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
vi
KATA PENGANTAR....................................................................................
vii
DAFTAR ISI...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xiii
ABSTRAK......................................................................................................
xiv
ABSTRACT......................................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Identifikasi Masalah......................................................................
6
C. Pembatasan Masalah......................................................................
6
D. Rumusan Masalah.........................................................................
7
E. Tujuan Penelitian...........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian.........................................................................
8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoretik.........................................................................
9
1. Pengertian Efektivitas...............................................................
9
2. Teori Belajar..............................................................................
10
3. Teori Belajar Konstruktivistik..................................................
12
4. Pengertian Model Pembelajaran................................................
15
5. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E..................................
16
6. Model Pembelajaran Children Learning In Science.................
21
7. Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik...................................
25
ix
8. Motivasi Belajar........................................................................
26
9. Prestasi Belajar Kimia...............................................................
28
10. Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit...........................
31
B. Penelitian yang Relevan...............................................................
34
C. Kerangka Berfikir.........................................................................
36
D. Hipotesis Penelitian......................................................................
37
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian..........................................................
38
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian.....................................
38
C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................
40
1. Populasi Penelitian....................................................................
40
2. Sampel Penelitian......................................................................
40
3. Teknik Pengambilan Sampel.....................................................
40
D. Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen...............................
40
1. Instrumen Penelitian..................................................................
40
2. Analisis Instrumen.....................................................................
43
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................
44
F. Teknik Analisis Data.....................................................................
46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................
52
B. Penguji Persyaratan Analisis........................................................
54
C. Pembahasan..................................................................................
59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................................
70
B. Saran.............................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. LAMPIRAN
x
71
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit....
32
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik…......
42
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar.....................................………........
42
Tabel 4. Tingkat Reliabilitas Soal Menggunakan Iteman Program.............
44
Tabel 5. Ringkasan Data Motivasi Belajar Awal Peserta Didik...................
52
Tabel 6. Ringkasan Data Motivasi Belajar Akhir Peserta Didik........……..
53
Tabel 7. Ringkasan Data Pengetahuan Awal kimia……………………......
53
Tabel 8. Ringkasan Data Prestasi Belajar Kimia............................………..
54
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas…………………………….........
55
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas................................................
56
Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji-t Beda Subjek……………………………....
57
Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Anakova Satu Jalur..……………………......
57
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Model Learning Cycle 5E...............………………….
19
Gambar 2. Struktur Model Children Learning In Science.....……………..
22
Gambar 3. Proses Pengambilan Data......………………………………….
45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1...........................................
74
Lampiran 1.2 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .........................................
86
Lampiran 1.3 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3...........................................
97
Lampiran 1.4 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1.................................................. 109 Lampiran 1.5 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2.................................................. 121 Lampiran 1.6 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3.................................................. 131 Lampiran 2
Angket Motivasi Belajar Kimia...................................................
143
Lampiran 3
Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kimia........................................... 146
Lampiran 4.1 Soal Prestasi Belajar Kimia ........................................................
147
Lampiran 4.2 Kunci Jawaban Soal Prestasi Belajar Kimia................................
158
Lampiran 4.3 Lembar Jawab Soal Prestasi Belajar Kimia.................................
159
Lampiran 5
Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal...................................... 160
Lampiran 6.1 Data Motivasi Awal dan Akhir Kelas Kontrol............................
171
Lampiran 6.2 Data Motivasi Awal dan Akhir Kelas Eksperimen...................... 172 Lampiran 7.1 Data Pengetahuan Awal dan Prestasi Belajar Kelas Kontrol....... 173 Lampiran 7.2 Data Pengetahuan Awal dan Prestasi Belajar Kelas Eksperimen
174
Lampiran 8
Uji Normalitas.............................................................................. 175
Lampiran 9
Uji Homogenitas..........................................................................
176
Lampiran 10 Uji-t Beda Subjek........................................................................
177
Lampiran 11 Uji Anakova.................................................................................
178
Lampiran 12 Uji Regresi...................................................................................
179
Lampiran 13 Daftar Hadir Peserta Didik Kelas Kontrol...................................
180
Lampiran 14 Daftar Hadir Peserta Didik Kelas Eksperimen............................
181
Lampiran 15
182
Dokumentasi Pengambilan Data Penelitian................................
xiii
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016 /2017 Oleh Wahyu Anggraini Pramusinta NIM 13303244031
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan motivasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Children Learning In Science, (2) ada tidaknya perbedaan antara prestasi belajar kimia peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Children Learning In Science, apabila pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain satu faktor, dua sampel, dan satu kovariabel. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester 2 SMA Negeri 1 Godean yang berjumlah 128 peserta didik. Sampel penelitian berjumlah 64 peserta didik, terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen (A4) sebanyak 32 peserta didik dan kelas kontrol (A2) sebanyak 32 peserta didik yang diambil secara purposive random sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pengetahuan awal kima peserta didik, data motivasi belajar kima peserta didik, dan data prestasi belajar kimia peserta didik. Data dianalisis dengan uji-t beda subjek dan analisis kovarian (anakova). Hasil perhitungan menggunakan analisis uji t-beda subjek memberikan hasil t0 = -3,649 dan p = 0,001. Karena p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan pada motivasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Children Learning In Science. Analisis kovarian menunjukkan bahwa Fhitung = 106,510 dan p = 0,000 karena p < 0,05 maka ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Children Learning In Science, apabila pengetahuan awal kimia dikendalikan secara statistik. Dengan demikian, model pembelajaran Leaning Cycle 5E efektif dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X semester 2 di SMA N 1 Godean. Kata kunci: Learning Cycle 5E, Children Learning In Science, motivasi, prestasi.
xiv
THE EFECTTIVENESS OF APPLICATION OF LEARNING CYCLE 5E TO CHEMISTRY STUDENTS LEARNING MOTIVATION AND ACHIEVEMENT IN THE SECOND SEMESTER OF THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI 1 GODEAN ACADEMIC YEAR 2016 /2017 By : Wahyu Anggraini Pramusinta 13303244031
ABSTRACT The aims of this research were to investigate: (1) wheter there was difference of chemistry learning motivation between of the students using Learning Cycle 5E model with the students using Children Learning In Science model, (2) wheter there was difference of chemistry learning achievement between of the students using Learning Cycle 5E model and Children Learning In Science model, when the student’s prior knowledge of chemistry was controlled statistically. This research was an experimental research with one factor design, two samples, and one covariable. The population in this research was of students in the second semester of the tenth grade of SMA N 1 Godean with population amount 128 students. The sampel is 64 students classified into two classes, which are experimental class (A4) with 32 students and control class (A2) with 32 students taken by purposive random technique. Data obtained were data prior knowledge of chemistry, students motivation learning chemistry, and students chemistry achievement. Data were analyzed with of different subject t-test and covariant (anacova). The analysis of different subject t-test showed t0 = -3.649 and p = 0.001. Because p < 0.05 this mean that there was signifficantly difference of chemistry learning motivation between of the students using Learning Cycle 5E model with the students using Children Learning In Science model. Analysis with the covariant gives F0= 106.510 and p = 0.000, because p < 0.05 this mean that there was signifficantly difference of chemistry learning achievement between of the students using Learning Cycle 5E model and Children Learning In Science model, when the student’s prior knowledge of chemistry was controlled statistically. This can be conclude that Learning Cycle 5E model was effective in improving students chemistry learning motivation and student chemistry learning achievement in the second semester of the tenth grade of SMA N 1 Godean. Keyword: Learning Cycle 5E, Children Learning In Science, motivation, achievement.
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu wahana yang digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia karena pendidikan tidak terlepas dari proses belajar. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, yang dimaksud dengan tujuan pendidikan dalam konteks nasional adalah meningkatkan kualitas, mengembangkan sikap dan perilaku yang kreatif serta inovatif dari peserta didik. Pendidikan memegang peranan penting di setiap negara karena menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Peran dunia pendidikan senantiasa harus dinamis dan tanggap dalam menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pada Bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunan yang cukup pesat masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan (Depdikbud, 2013: 1). Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan adalah dengan membenahi kurikulum yang berlaku. Kurikulum tahun 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum Tahun 2006 yang lebih menekankan pada pengembangan kecakapan hidup dan pengalaman langsung bagi peserta didik. Pendidikan di sekolah atau sering disebut sebagai pendidikan formal merupakan suatu tempat pendidikan yang utama dalam meningkatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dituntut untuk memiliki keterampilan dan teknik mengajar yang tepat dalam
1
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Dalam penerapannya, model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih tergolong konvensional. Sistem pembelajaran konvensional yang hanya berpusat pada guru dapat membuat pembelajaran menjadi terkesan monoton, peserta didik menjadi kurang aktif, dan rasa keingintahuan peserta didik dapat berkurang, karena peserta didik hanya menerima ilmu dan materi sesuai dengan yang disampaikan guru. Sistem pembelajaran yang masih konvensional menyebabkan kualitas pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang optimal. Hal ini tidak dapat terus dibiarkan, guru harus mampu mengemas proses pembelajaran menjadi variatif dan menarik dimana peserta didik merasa nyaman dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai, maka peserta didik akan lebih termotivasi untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih optimal dan peserta didik dapat memahami betul konsep-konsep yang diberikan. Adanya motivasi yang tinggi pada peserta didik dalam proses pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik, karena kemauan peserta didik untuk belajar juga menjadi tinggi. Faktor lain yang penting dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu pengetahuan awal peserta didik, dengan pengetahuan awal akan memudahkan peserta didik dalam mengaitkan antara informasi yang baru dengan informasi yang sudah dimiliki, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan penggunaan model pembelajaran akan lebih mudah diterapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan di kelas adalah model pembelajaran siklus (Learning Cycle). Pembelajaran melalui model siklus
2
belajar mengharuskan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing langsung oleh guru. Adanya konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki peserta didik. Peserta didik harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Dalam hal ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasi informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda (Fajaroh dan Dasna, 2008). Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Siklus belajar yang menggunakan 5 tahap kegiatan (5 fase) dikenal dengan Learning Cycle 5E. Tahapan-tahapan dari Learning Cycle 5E adalah engagement (pendahuluan), exploration (eksplorasi), explanation (penjelasan), elaboration (elaborasi), dan evaluation (evaluasi). Pada tahap engagement guru mengeksplorasi pengetahuan awal serta membangkitkan keingintahuan peserta didik terhadap topik yang akan diajarkan. Pada tahap exploration (eksplorasi) peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegiatan, seperti eksperimen dan telaah
3
literatur. Pada tahap explanation guru mendorong peserta didik untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Pada tahap elaboration (elaborasi) peserta didik menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari serta membuat hubungan antar konsep. Pada tahap evaluation (evaluasi) guru memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang dipelajari. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E ini, maka digunakan dua kelas. Kelas yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lain yang menggunakan model pembelajaran selain Learning Cycle 5E sebagai kelas kontrol. Model pembelajaran yang digunakan untuk kelas kontrol adalah model pembelajaran Children Learning In Science. Model ini digunakan sebagai pembanding, karena pada model ini dilandasi pandangan konstruktivisme dimana peserta didik menemukan konsepnya sendiri dan juga menggunakan lima tahapan. Kelima tahapan tersebut adalah orientasi, pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan, dan pemantapan gagasan. Model pembelajaran Children Learning In Science adalah model yang memiliki kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan tahapan yang dilaksanakan pada model pembelajaran Children Learning In Science, maka dapat diketahui karakteristik model pembelajaran Children Learning In Science, antara lain dilandasi oleh pandangan
konstruktivisme,
pembelajaran
berpusat
pada
peserta
didik,
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Perbedaan antara model
4
Learning Cycle 5E dengan Children Learning In Science terdapat pada sintaks pembelajarannya. Model Learning Cycle 5E menerapkan pembelajaran siklus, dimana apabila belum didapatkan hasil yang optimal, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya sampai hasilnya optimal. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi yang ada dalam pelajaran kimia kelas X semester 2, yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pemilihan materi ini dikarenakan materi elektrolit dan nonelektrolit merupakan materi yang bersifat teoritis yang melibatkan praktikum, sehingga sesuai diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Peneliti melakukan penelitian di SMA N 1 Godean dikarenakan sekolah tersebut sudah menggunakan Kurikulum 2013, walaupun penerapannya belum sepenuhnya sesuai dengan Kurikulum 2013. Guru masih terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas, selain itu, Laboratorium kimia yang tersedia di sekolah penggunaannya masih terbatas, sehingga belum maksimal untuk proses belajarmengajar. Dengan adanya penerapan model Learning Cycle 5E diharapkan dapat memberikan perubahan dalam pembelajaran di kelas, sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran dengan mudah dan senang. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E di SMA N 1 Godean dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. Dalam hal ini, akan diteliti ada tidaknya perbedaan motivasi dan prestasi belajar antara peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E
5
dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran model Children Learning In Science.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyak peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran kimia. 2. Banyak peserta didik kurang termotivasi belajar kimia. 3. Guru relatif masih kurang dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, jenis, dan sifat materi yang diajarkan. 4. Sebagian besar guru belum mampu mengemas proses pembelajaran menjadi variatif dan menarik dimana peserta didik merasa nyaman dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah Untuk menjaga kedalaman penelitian serta analisis data secara cermat tentang ruang lingkup penelitian, maka perlu dibatasi kajian penelitiannya. Masalah yang dibatasi dalam penelitian ini antara lain: 1.
Materi pelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada materi elektrolit dan nonelektrolit.
2.
Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dinyatakan efektif apabila motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia dengan menggunakan model Learning Cycle 5E ada
6
perbedaan yang signifikan dan positif dibandingkan dengan model Children Learning In Science.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan motivasi antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science? 2. Adakah perbedaan prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science, apabila pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. ada tidaknya perbedaan motivasi antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science. 2. ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan
7
peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science, apabila pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan, antara lain: 1. Bagi peserta didik, dapat memberikan pengalaman baru bagi peserta didik yang nantinya dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan motivasi dan mengoptimalkan proses belajar kimia, sehingga dapat dijadikan sebagai faktor penunjang dalam mencapai prestasi dan tujuan yang diharapkan. 3. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk perbaikan kualitas pembelajaran bagi guru, khususnya tentang model pembelajaran yang inovatif yang mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. 4. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran Learning Cycle 5E dan mengetahui keefektifannya terhadap motivasi belajar kimia dan prestasi belajar kimia peserta didik.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Efektivitas Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat, atau manjur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 284) kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau akibat. Selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil atau berhasil guna. Efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Istilah efektif (effective) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan. Tentang arti dari efektif dan efisien terdapat beberapa pendapat. Menurut Chester I. Barnard dalam Kebijakan Kinerja Karyawan (Prawirosentono, 1999: 27), menjelaskan bahwa arti efektif dan efisien adalah sebagai berikut : “When a specific desired end is attained we shall say that the action is effective. When the unsought consequences of the action are more important than the attainment of the desired end and are dissatisfactory, effective action, we shall say, it is inefficient. When the unsought consequences are unimportant or trivial, the action is efficient. Accordingly, we shall say that an action is effective if it specific objective aim. It is efficient if it satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not”. Jadi dapat dikatakan bahwa sebuah kegiatan efektif apabila tujuan kegiatan tersebut dapat dicapai. Jika akibat-akibat yang tidak dicari dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang dicapai, sehingga mengakibatkan ketidakpuasan, meskipun efektif kegiatan tersebut dapat dikatakan tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari dari kegiatan
9
itu mempunyai nilai tidak penting atau remeh, maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu, maka dapat dikatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu. Sesuatu dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakah efektif atau tidak. Pius A. Portanto (2004: 60), mengemukakan bahwa efektivitas diartikan sebagai suatu ketepatan penggunaan pendekatan, terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar pada sasarannya, yaitu tujuan pembelajaran yang berupa hasil belajar, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keefektifan diukur dengan melihat tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, jika kata efektif dihubungkan dengan penerapan suatu model pembelajaran, maka memiliki makna bahwa model pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2. Teori Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang tidak dimiliki sebelumnya. Dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, serta dapat melaksanakan dan memiliki “sesuatu” (Heri Rahyubi, 2011: 2). Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
10
sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Eveline siregar, 2010: 3). Berikut ini merupakan pemaparan dari beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar. W.H. Burton (1984) dalam The Guidance of Learning Activities (Eveline Siregar, 2010: 4), mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu, karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. H.C. Witherington dalam Educational Psychology (Eveline Siregar, 2010: 4), menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Jadi, belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan atau obat-obatan.
11
Kecuali itu perubahan tersebut haruslah bersifat relatif permanen, tahan lama, dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.
3. Teori Belajar Konstruktivistik Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada orang lain. Menurut Glaserfeld, Bettencout (1989) dan Matthews (1994) (Eveline Siregar, 2010: 35) menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Sementara Piaget (Eveline Siregar, 2010: 35) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses pembentukan berjalan terus menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru. Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Eveline Siregar, 2010: 32) menegaskan bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi,
dan
equilibrasi
(penyeimbangan).
Asimilasi
adalah
proses
pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibri adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Menurut Cruikshank (Benny A, 2010: 123) implementasi pendekatan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu a) belajar aktif (active learning), b) peserta didik terlibat dalam
12
aktivitas pembelajaran bersifat otentik dan situasional, c) aktivitas belajar harus menarik dan menantang, d) peserta didik harus dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dengan sebuah proses yang disebut “bridging”, e) peserta didik harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari, f) guru lebih berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu peserta didik dalam melakukan konstruksi pengetahuan, g) guru harus dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan peserta didik dalam menempuh proses belajar. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61). Berdasarkan pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak menurut Driver dan Oldham (Eveline Siregar, 2010: 35) adalah a) orientasi, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi, b)
13
elisitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi menulis, membuat poster dan lain-lain, c) restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru, d) penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi, e) review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar peserta didik itu sendiri. Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik belajar (Eveline Siregar, 2010: 41). Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, melalui bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya yang disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan
14
pada pengalaman, sehingga memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Pembelajaran konstruktivistik membantu peserta didik menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru, yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat diulang oleh peserta didik terhadap pembelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes, melainkan pada apa yang dapat dihasilkan peserta didik, didemonstrasikan, dan ditunjukkan.
4. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah pola dalam merancang pembelajaran, dapat juga didefinisikan sebagai langkah pembelajaran, dan perangkatnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola–pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan materi/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku–buku, film–film, tipe–tipe, program– program perangkat komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai berbagai tujuan (Trianto, 2010: 52).
15
5. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Model Learning Cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa, sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Woro Sumarni, 2010: 523). Model Pembelajaran Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar-mengajar, sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada peserta didik
(student
centered)
daripada guru (teacher centerred). Dengan kata lain pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle berpusat pada peserta didik dan guru berperan sebagai fasilitator (Trianto, 2007: 22 ). Menurut Rusman (Nurul Qomariyah, 2009: 14) ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik, yaitu model siklus belajar (Learning Cycle), model pembelajaran generatif, model pembelajaran interaktif, model Children Learning In Science, dan model strategi pembelajaran kooperatif. Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation.
16
Model Learning Cycle 5E mempunyai salah satu tujuan, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif, mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir, baik secara individu maupun kelompok, sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Model Learning Cycle 5E lebih menekankan pada peningkatan kemampuan peserta didik melakukan investigasi dan bukti-bukti untuk mendukung kesimpulan yang dibuatnya, serta mengaplikasikan konsep yang didapatnya pada situasi yang baru, sehingga konsep yang didapat akan lebih dipahami dengan baik (Rini Susanti, 2012: 61). Model pembelajaran Learning Cycle 5E dibagi menjadi beberapa fase, yaitu: a) Engegament (Pendahuluan) Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dengan keingintahuan (curioucity) peserta didik tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, peserta didik akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban peserta didik tersebut dijadikan pedoman oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik tentang pokok bahasan yang akan dibahas.
b) Exploration (Eksplorasi) Pada fase ini, peserta didik diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifan peserta didik untuk menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif
17
yang diambil, mencatat hasil pengamatan dan mendiskusikan dengan peserta didik yang lain. Dengan demikian, peserta didik memiliki kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru. Pada fase ini guru sebagai fasilitator.
c) Explanation (Penjelasan) Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan mengembangkan konsep yang diperoleh peserta didik. Peserta didik dituntut untuk menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dalam kalimat mereka sendiri. Pada fase ini peserta didik menemukan istilah–istilah dari konsep yang dipelajari.
d) Elaboration (Elaborasi) Kegiatan belajar ini mengarahkan peserta didik menerapkan konsepkonsep yang telah dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan menerapkannya pada situasi yang baru melalui kegiatan-kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep yang telah dipelajari.
e) Evaluation (Evaluasi) Peserta didik diberi pertanyaan untuk mendiagnosa pelaksanaan kegiatan belajar dan mengetahui pemahaman peserta didik mengenai konsep yang diperoleh. Kelima tahap tersebut dapat dituangkan dalam bentuk siklus seperti terlihat pada Gambar 1 (Made Wena, 2011: 176):
18
evaluate
elaborate
engegament
explain
explore
Gambar 1. Struktur Model Learning Cycle 5E Learning Cycle melalui kegiatan dalam setiap fase mewadahi peserta didik untuk aktif membangun konsep–konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi Learning Cycle dalam pembelajaran sesuai pandangan konstruktivistik yaitu: a) Peserta didik belajar aktif. Peserta didik mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman sendiri. b) Informasi dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik. Informasi baru yang dimiliki peserta didik berasal dari interpretasi individu.
Dengan demikian, proses belajar bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi merupakan proses memperoleh konsep yang berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri peserta didik menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasikan oleh peserta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
19
Effektifitas implementasi Learning Cycle 5E diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus belajar sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan. Dilihat dari dimensi guru, implementasi model pembelajaran ini dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Dilihat dari dimensi peserta didik, penerapan model pembelajaran ini memberikan kelebihan, yaitu: a) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; b) lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan; c) dapat menumbuhkan kegiatan belajar; dan d) pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Kekurangan penerapan Learning Cycle 5E dalam pembelajaran perlu diantisipasi, diantaranya (Soebagjo, 2000): a) Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran. b) Menuntut
kesungguhan
dan kreativitas
guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran. c) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
20
d) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
6. Model Pembelajaran Children Learning In Science Model pembelajaran Children Learning In Science adalah model mengajar yang urutannya sudah ditentukan oleh Rosalind Driver yang terdiri dari tahap, yaitu: a) Orientasi (orientation) b) Pemunculan gagasan (elicitation of ideas) c) Penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) d) Penerapan gagasan (application of ideas) e) Pemantapan gagasan (consolidation of ideas)
Tahap pemantapan gagasan (consolidation of ideas) terbagi lagi menjadi beberapa sub-sub tahap (Nuriman Wijaya, 1997: 9), yaitu: a) Pengungkapan dan pertukaran gagasan (clarification and exchange). b) Pembukaan situasi konflik (exposure to conflict situation), dan konstruksi gagasan baru dan evaluasi (construction of new ideas and evaluation).
Alfiati Syafrina (2000: 20) menyatakan bahwa model pembelajaran Children Learning In Science adalah suatu model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk membangkitkan perubahan konseptual peserta didik. Model pembelajaran Children Learning In Science ini dilandasi oleh pandangan konstruktivisme yang memperhatikan pengalaman dan konsep awal peserta didik, pembelajaran berpusat pada peserta didik melalui aktivitas hands on/minds on dan
21
menghadapi lingkungan sebagai bahan belajar. Kelima langkah model pembelajaran Children Learning In Science dapat dirangkum dalam bagan sebagai berikut (Driver, 1988: 175 dalam Nuriman Wijaya, 1997: 15):
ORIENTASI
PEMUNCULAN GAGASAN
PENYUSUNAN ULANG GAGASAN Pengungkapan dan pertukaran gagasan
Pembukaan situasi konflik Membandingkan dengan gagasan Konstruksi gagasan baru Evaluasi
PENERAPAN GAGASAN
MENGKAJI ULANG PERUBAHAN GAGASAN
Gambar 2. Struktur Model Children Learning In Science
22
Model pembelajaran Children Learning In Science dibagi menjadi beberapa fase, yaitu: a) Tahap orientasi (orientation) Pada tahap ini, perhatian dan minat peserta didik dibangkitkan dengan cara guru memberikan contoh-contoh fenomena alam yang menarik dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. b) Tahap pemunculan gagasan (elicitation of ideas) Pada tahap ini, guru mengungkapkan konsepsi awal peserta didik dengan menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan. c) Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) Pada tahap ini terdiri dari pengungkapan dan pertukaran gagasan, perubahan situasi konflik, kontruksi gagasan baru, dan evaluasi. Peserta didik diberikan LKPD dan melakukan kegiatan belajar dalam kelompok secara berdiskusi dan bertukar gagasan untuk menjawab pertanyaan dan masalah dalam LKPD. d) Penerapan gagasan (application of ideas) Pada tahap ini, peserta didik menjawab pertanyaan yang disusun dalam LKPD untuk menerapkan konsep ilmiah mengenai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. e) Pemantapan gagasan (consolidation of ideas) Pada tahap ini, peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang telah diperoleh.
23
Penerapan model pembelajaran Children Learning In Science mempunyai kelebihan-kelebihan, diantaranya (Nuriman Wijaya, 1997: 21-22): a) Membiasakan peserta didik belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah. b) Menciptakan kreativitas peserta didik untuk belajar, sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjalinnya kerjasama antar peserta didik, dan peserta didik terlibat secara langsung dalam melakukan kegiatan. c) Menciptakan belajar bermakna, karena timbulnya kebanggaan peserta didik menentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan peserta didik akan bangga dengan hasil temuannya. d) Guru dalam mengajar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya, sedangkan peserta didik dapat mencari sendiri jawabannya. e) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pengajaran yang sederhana yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Model Children Learning In Science selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan. M.D Salwin (1996: 8) mengemukakan beberapa kelemahan model pembelajaran Children Learning In Science, antara lain guru dituntut untuk menyiapkan model pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan sarana laboratorium harus lengkap. Selain itu, bagi peserta didik yang belum terbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan merasa asing dan sulit untuk menguasai konsep.
24
Dilihat dari kelebihan dan kekurangan kedua model pembelajaran tersebut, model pembelajaran Learning Cycle 5E diharapkan lebih efektif diterapkan. Hal ini dikarenakan pada model Learning Cycle 5E apabila hasil dan kualitas pembelajaran yang dicapai belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya diupayakan lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan. Selain itu guru akan terdorong untuk lebih kreatif dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, yang nantinya akan meningkatkan kualitas guru dalam mengajar.
7. Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik Pengetahuan awal kimia peserta didik adalah pengetahuan kimia yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelum belajar kimia lebih lanjut. Menurut Muhammad Nur (Oktaviana, 2011: 19) pengetahuan awal adalah kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka dan apa yang ia bawa kepada suatu pengalaman baru. Menurut Ausubel dan Robinson (Slameto, 2003: 23) faktor paling penting yang mempengaruhi hasil belajar adalah apa yang telah diketahui oleh peserta didik. Agar terjadi belajar yang bermakna, materi pokok baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan materi pokok yang telah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Pengertian atau pengetahuan baru akan lebih mudah dipelajari jika peserta didik telah memiliki informasi, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan dengan apa yang telah dipelajari.
25
Pengetahuan awal turut berperan penting bagi peserta didik dalam pemahaman konsep baru. Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami apabila peserta didik dapat menghubungkan kemampuan awal yang dimiliki dengan informasi baru. Kemampuan awal menunjukkan sejauh mana pemahaman awal peserta didik terhadap materi, sehingga guru dapat menentukan keluasan dan kedalaman materi yang disampaikan (Nur Indah, 2014: 194). Nana Sudjana dan Ibrahim (2009: 39) menyatakan bahwa 50% prestasi belajar peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh pengetahuan awal, 30% oleh faktor lingkungan, dan 20% oleh faktor lain. Dengan demikian, pengetahuan awal berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik. Seorang guru harus mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki peserta didiknya. Hal ini sangat perlu supaya pendidik dapat mengetahui sejauhmana peserta didik telah memahami materi yang akan disajikan.
8. Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin “ movere”, yang berarti menggerakkan. Motivasi menurut Wlodkowsky (Sugihartono, 2007:78) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Menurut Riduwan (Keke, 2008: 14) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
26
Hamzah B.Uno (2006: 27) menyatakan bahwa peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain adalah: a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, b) memperjelas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu kaitannya dengan kemaknaan belajar, c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, d) menentukan ketekunan belajar. Mc. Donald (Hamalik, 2001: 158), menyatakan bahwa, “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar kimia memegang peranan sangat besar sebagai penggerak dan pendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar kimia. Untuk itu diperlukan upaya yang mampu mendorong motivasi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar kimia. Dalam proses pembelajaran, terdapat dua peranan penting motivasi, pertama motivasi menunjukkan daya penggerak psikis dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi, maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis (Hamalik, 2001: 162), yaitu:
27
a) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik. Motivasi ini sering disebut motivasi murni. Motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini hadiah atau pujian tidak diperlukan, karena tidak akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah. b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Seringkali peserta didik belum memahami pentingnya belajar di sekolah, oleh karena itu motivasi terhadap pelajaran perlu dibangkitkan oleh guru, sehingga peserta didik memiliki kemauan untuk belajar.
9. Prestasi Belajar Kimia Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar (Alimuddin, 2009: 3).
28
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan (Hamalik, 2005: 31). Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan merubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspekaspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: a) Pengetahuan, b) Pengertian, c) Kebiasaan, d) Keterampilan, e) Apresiasi, f) Emosional, g) Hubungan sosial, h) Jasmani, i) Etis atau budi pekerti, j) Sikap. Menurut Winkel (Ghullam, 2011: 83) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar. Hasil belajar yang dicapai individu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam individu (faktor internal) maupun dari luar diri individu (faktor eksternal). Menurut M. Dalyono (2009: 55-60) mengemukakan faktorfaktor yang menentukan pencapaian hasil belajar, yaitu:
29
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, seperti kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi, cara belajar. b. Faktor- faktor lingkungan, meliputi: 1) Keluarga, seperti pendidikan orangtua, besar kecilnya pengasilan orangtua, perhatian orangtua, keadaan rumah. 2) Sekolah, berupa kualitas guru, metode mengajar, kurikulum fasilitas di sekolah, jumlah peserta didik per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah. 3) Masyarakat, misalnya pendidikan masyarakat dan moral sekitar. 4) Lingkungan sekitar, misalnya bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim.
Menurut Carrol (dalam Nana Sudjana, 2005: 40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: a. Bakat belajar b. Waktu yang tersedia untuk belajar c. Waktu yang diperlukan peserta didik untuk menjelaskan pelajaran d. Kualitas pengajaran e. Kemampuan individu
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: a. Faktor intern terdiri dari yaitu faktor fisiologis (kesehatan jasmani dan rohani) dan faktor psikologis (kecerdasan, motivasi, minat, bakat, dan kepribadian).
30
b. Faktor ekstern yaitu faktor dari luar diri peserta didik antara lain lingkungan belajar baik sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
10. Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan mempunyai peranan penting dalam kehidupan maupun di bidang industri. Larutan dapat berwujud cair, seperti larutan gula, berwujud gas seperti udara, dan berwujud padat yang diberi nama alloy contohnya perunggu. Larutan termasuk ke dalam campuran homogen yang komponennya terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang biasa digunakan adalah air, sedangkan zat terlarut terdiri dari berbagai senyawa, baik senyawa ionik maupun senyawa kovalen. Contoh senyawa ionik, yaitu KCl, NaOH, NaCl. Contoh senyawa kovalen, yaitu C 6H12O6, NH3, HCl, dan C2H5OH. Larutan berdasarkan daya hantar listriknya terbagi atas: a. Larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat mengahntarkan arus listrik, seperti larutan garam, natrium hidroksida, hidrogen klorida, amonia, dan cuka. b. Larutan nonelektrolit, yaitu larutan yang tidak mengahantarkan arus listrik, seperti larutan urea, larutan gula, dan alkohol.
Larutan elektrolit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. 1) Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang daya hantar listriknya kuat, mencakup asam kuat, basa kuat dan garam. Contoh: larutan NaCl, NaOH, HCl, dan H2SO4. 2) Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang daya hantar listriknya lemah, mencakup asam lemah dan basa lemah. Contoh: larutan CH3COOH dan NH3.
31
Perbedaan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah didasarkan pada reaksi ionisasi dalam air. Sebagai contoh, akan dibedakan bagaimana ionisasi HCl dan CH3COOH dalam air. Jika HCl dilarutkan dalam air, hampir seluruh molekul HCl akan terurai membentuk ion H+ dan ion Cl-. HCl terionisasi sempurna, artinya, jika 1 mol HCl dilarutkan akan dihasilkan 1 mol ion H+ dan 1 mol ion Cl-. HCl (aq) 1 mol
H+ (aq) + Cl- (aq) 1 mol 1 mol
Larutan CH3COOH tidak terionisasi sempurna tetapi hanya sebagian. Pada CH3COOH sekitar 0,4% molekul yang terionisasi, artinya jika 1 mol CH3COOH dilarutkan dalam air, jumlah ion H+ dan ion CH3COO- masing-masing hanya 0,004 mol CH3COOH (aq) 1 mol
H+ (aq) + CH3COO- (aq) 0,004 mol 0,004 mol
Berdasarkan uraian ini, maka kekuatan daya hantar listrik dari larutan elektrolit bergantung dari jumlah ion-ion yang ada dalam larutan. Secara garis besar, perbedaan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit Elektrolit Kuat Terionisasi sempurna dalam air Zat terlarut berada dalam bentuk ion-ion dan tidak ada molekul zat terlarut yang netral Jumlah ion dalam larutan relatif banyak Daya hantar listrik kuat
Elektrolit Lemah Terionisasi sebagian dalam air Zat terlarut sebagian besar berbentuk molekul netral dan hanya sedikit yang berbentuk iom Jumlah ion dalam larutan relatif sedikit Daya hantar listrik
32
Nonelektrolit Tidak terionisasi dalam air Zat terlarut tetap dalam bentuk molekulnya
Tidak mengalami ionisasi dalam larutan Tidak menghantarkan listrik
Adapun senyawa-senyawa pembentuk larutan elektrolit: 1) Senyawa ion NaCl merupakan senyawa ion. Jika kristal NaCl dilarutkan dalam air, maka ikatan antara ion positif Na+ dan ion negatif Cl- terputus dan ion-ion itu berinteraksi dengan molekul air. Ion-ion ini dikelilingi oleh molekul air. Peristiwa ini disebut hidrasi. Dalam keadaan terhidrasi, ion-ion bebas bergerak di seluruh bagian larutan. Semua senyawa ion merupakan zat elektrolit, sebab jika larut dalam air dapat menghasilkan ion-ion. Berikut reaksi ionisasi dari larutan elektrolit: Contoh: KCl (aq)
K+ (aq) + Cl- (aq)
Na2SO4 (aq)
2 Na+ (aq) + SO42- (aq)
NH4Cl (aq)
NH4+ (aq) + Cl- (aq)
2) Senyawa kovalen Senyawa kovalen adalah senyawa yang atom-atomnya bergabung melalui ikatan kovalen. Senyawa kovalen polar terbentuk karena dua atom yang bergabung mempunyai perbedaan keelektronegatifan. Contoh senyawa kovalen polar, diantaranya larutan asam klorida, larutan amonia, dan asam cuka murni.(Ari Hardianto dan Ruminten, 2009: 145-150). Pada larutan elektrolit yang dilengkapi elektroda dan rangkaian listrik, ionion negatifnya (anion) bergerak menuju elektroda yang bermuatan positif (anoda) dan melepaskan elektron. Sedangkan ion-ion positif (kation) bergerak menuju elektroda yang bermuatan negatif (katoda) dan mengambil elektron.
33
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, salah satunya dilakukan oleh Rina Rahayuningsih pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan Siklus Belajar 5E (Learning Cycle 5E) Disertai Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMA N 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA N 1 Kartasura dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA N 1 Kartasura. Penelitian lainnya berjudul “Context-based Lessons with 5E Model to Promote Conceptual Understanding of Chemical Reactions and Energy Concepts” yang dilakukan oleh Ceyhan dan Omer Gebran tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan kontekstual pendekatan model 5E terhadap reaksi kimia dan konsep energi apabila dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Berdasarkan penelitian ini pendekatan dengan model 5E memberi-kan pengaruh yang signifikan kepada peserta didik dalam memahami konsep reaksi kimia. Penelitian yang berjudul “A New Learning Model on Physical Education: 5E Learning Cycle” yang dilakukan oleh Evren dan Camliyer tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap mata pelajaran fisika sebagai pendekatan konstruktivistik baru dan untuk mengetahui persiapan guru dalam merencanakan pembelajaran fisika di
34
kelas. Berdasarkan penelitian ini model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas mengenai konsep-konsep fisika dan mendukung guru dalam pengaplikasian mengajar di kelas khususnya ilmu Sains. Penelitian yang berjudul “Learning Cycle Model to Foster Conceptual Understanding in Cell Division and Reproduction Concepts” yang dilakukan oleh Harika, Omer, dan Necdet tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 5E pada peserta didik kelas X dalam memahami materi pembelahan sel dan konsep reproduksi. Berdasarkan penelitian ini Learning Cycle 5E memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman peserta didik dalam memahami konsep pembelahan sel dan reproduksi. Peserta didik lebih mudah menerima konsep yang diberikan. Penelitian yang berjudul “The Impact of the 5E Model on Changes in Neuroscience, Drug Addiction, and Research Methods Knowledge of Science Teachers Attending California’s ARISE Professional Development Workshops” yang dilakukan Manzo, When, Liets, Adela, dan Rosa tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran guru IPA dalam mengatasi dan menyembuhkan seseorang yang kecanduan obat-obatan dengan menggunakan model 5E. Berdasarkan penelitian ini guru IPA yang memiliki daya kreativitas dan kurangnya pengetahuan dalam upaya mengatasi seseorang yang kecanduan obat-obatan lebih banyak. Dengan menggu-nakan model 5E, guru IPA dapat mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian yang berjudul “Using the 5E Learning Cycle with Metacognitive Technique to Enhance Student’s Mathematical Critical Thinking Skills”
35
yang dilakukan oleh Runisah, Tatag, dan Jarnawi tahun 2017. Tujuan penelitian ini untuk mendeskrip-sikan peningkatan dan pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang menerima Learning Cycle 5E dengan teknik metakognitif, Learning Cycle 5E, dan pembelajaran konvensional. Berdasarkan penelitian ini kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik yang menerima Learning Cycle lebih baik dari peserta didik yang menerima pembelajaran konvensional. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, karena mengungkap penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan daya kreativitas guru, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian mengenai model Learning Cycle 5E lebih lanjut, sedangkan perbedaannya terdapat pada materi yang digunakan dalam penelitian.
C. Kerangka Berpikir Prestasi dan motivasi peserta didik dalam belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah model yang digunakan untuk pembelajaran mampu menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar peserta didik, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Learning Cycle merupakan bagian dari active learning, dimana model ini merupakan salah satu model belajar yang menyenangkan dan dapat digunakan oleh seorang guru untuk membuat peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan model pembelajaran ini, peserta didik tidak merasa bosan dalam belajar, sehingga kemauan peserta didik dalam belajar kimia lebih besar dan mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu, model Learning Cycle 5E menuntut
36
peserta didik untuk menemukan konsepnya sendiri mengenai materi yang dipelajari. Peserta didik akan merasa senang dan bangga akan temuannya. Dengan demikian, diharapkan dapat mempengaruhi motivasi belajar peseta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketertarikan dan keaktifan peserta didik selama mengikuti pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar kimia, karena peserta didik dapat menerima materi pelajaran dengan baik dan informasi yang diperoleh akan dapat tersimpan lebih lama.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Ada perbedaan motivasi antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science. b. Ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science, apabila pengetahuan awal kimia dikendalikan secara statistik.
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan desain satu faktor, dua sampel, dan satu kovariabel. Satu faktor adalah model pembelajaran. Dua sampel yang digunakan adalah kelas eksperimen, yaitu kelas yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan kelas kontrol yaitu kelas yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Children Learning In Science. Satu kovariabel yang dikendalikan secara statistik adalah pengetahuan awal kimia peserta didik yang berupa hasil ulangan umum kelas X semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kimia. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Learning Cycle 5E
untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Children Learning In
Science untuk kelas kontrol. Model pembelajaran Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap, yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation yang diterapkan pada kelas eksperimen dengan waktu pelaksanaan empat kali pertemuan pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Adapun model pembelajaran Children Learning In Science adalah model pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap, yaitu orientasi, pemunculan
38
gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan, dan pemantapan gagasan yang diterapkan pada kelas kontrol dengan waktu pelaksanaan empat kali pertemuan pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. 2. Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik. Motivasi belajar adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan yang diungkap menggunakan angket motivasi belajar kimia peserta didik sebanyak 37 pernyataan yang terdiri dari aspek minat, ketertarikan, ketekunan dalam belajar, partisipasi aktif dalam belajar, usaha untuk belajar, besar perhatian untuk belajar, dan penyelesaian tugas yang diketahui melalui pengisian angket tersebut oleh peserta didik. Prestasi belajar kimia adalah hasil belajar kimia yang dicapai peserta didik dengan mengerjakan soal prestasi belajar kimia yang berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban yang sudah divalidasi sebanyak 37 soal dengan materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit. 3. Variabel kontrol Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal peserta didik yang berupa hasil ulangan umum mata pelajaran kimia kelas X semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Pengetahuan awal peserta didik merupakan pengetahuan kimia yang telah dimiliki oleh pesetta didik sebelum belajar kimia lebih lanjut.
39
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X semester 2 SMA N 1 Godean, Sleman tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah populasi sebanyak 128 peserta didik yang terbagi menjadi empat kelas, yaitu kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4.
2. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen (X MIA 2) sebanyak 32 peserta didik dan kelas kontrol (X MIA 4) sebanyak 32 peserta didik.
3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purpossive random sampling, yaitu penentuan dengan pertimbangan/kriteria tertentu (Sugiyono, 2011: 68). Pemilihan kedua kelas tersebut berdasarkan rerata hasil ulangan umum semester 1 yang memiliki rerata berdekatan, yaitu 75,83 kelas X MIA 2 dan 74,23 kelas X MIA 4. Selanjutnya untuk penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak (random) dengan cara mengundi.
D. Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen 1. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
40
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan instrumen untuk mewujudkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam setiap pertemuan. Pada penelitian ini digunakan dua jenis RPP, yaitu RPP untuk kelas eksperimen yang menggunakan model Learning Cycle 5E dan RPP untuk kelas kontrol yang menggunakan model Children Learning In Science.
b. Angket Angket motivasi belajar kimia yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari instrumen penelitian yang digunakan oleh Maryance Vitrianingsih (2006). Adaptasi dilakukan pada bagian pernyataan yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan Instrumen tersebut menggunakan model skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (J), dan tidak pernah (TP). Pernyataan positif memiliki skor 5, 4, 3, 2, dan 1, dan pernyataan negatif mempunyai skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Kisi-kisi instrumen angket motivasi belajar kimia peserta didik disajikan pada Tabel 2.
c. Soal Prestasi Belajar Kimia Soal prestasi belajar kimia berupa soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar. Soal prestasi belajar kimia divalidasi secara logis dan empiris. Untuk memenuhi validitas logis, maka soal disusun berdasarkan kisi-kisi butir soal sedangkan untuk memenuhi validitas empiris dilakukan uji validitas butir soal. Validasi
41
empiris dilakukan dengan mengujikan soal-soal tersebut kepada peserta didik di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
No
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik Pernyataan Indikator Pernyataan Positif Jumlah Negatif
1 2
Minat Ketertarikan
3 4
Ketekunan dalam belajar Partisipasi aktif dalam belajar Usaha untuk belajar Besar perhatian untuk belajar Penyelesaian tugas Jumlah
5 6 7
3, 4, 22, 25, 36 1, 2, 13, 21, 23, 28, 35, 37 5, 6, 7, 8, 29, 30 9, 10, 11, 12, 20, 24, 31 14, 15, 16, 17, 26, 27
34
6
-
8
-
6
-
7
-
6
18, 19
33
3
32 35
2
1 37
Uji validitas dilakukan di kelas X MIA 3 di SMA N 1 Godean dengan jumlah peserta didik sebanyak 32 orang. Butir soal yang valid selanjutnya diuji reliabilitasnya. Kisi-kisi soal tes prestasi belajar kimia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Aspek Kognitif
No 1.
2.
3.
4.
5.
Uraian Materi Pokok Larutan elektrolit dan nonelektrolit Teori ion Svante Arrhenius Elektrolit kuat dan elektrolit lemah Senyawa ion dan senyawa kovalen polar Larutan elektrolit dalam kehidupan Jumlah
C2
5, 16, 17*, 33, 43, 48 9, 15, 18, 22*, 35*, 36*, 41 1*, 42, 44
2*, 14, 19, 23, 45*
13
25, 26
14
11
6, 46
28
21
11
8
3, 10, 20, 32, 38*, 47 8*, 11, 30, 34*, 37, 39*
4, 7, 12
12
10
24
10
6
3
2
50
37
49* 19
C4,5,6
∑ Soal Valid
C1
29, 31, 40*
C3
∑ Soal Mulamula
27, 50
20
6
Keterangan: * = soal tidak valid (gugur)
42
5
2. Analisis Instrumen Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. a. Uji Validitas Butir Soal Penilaian soal objektif menggunakan penskoran dikotomi asli, yaitu skor satu untuk jawaban benar dan skor nol untuk jawaban salah. Validasi empiris dilakukan dengan menguji soal di luar kelas kontrol dan kelas eksperimen. Validitas butir soal objektif diuji dengan menggunakan rumus korelasi point biserial (Suharsimi Arikunto, 2005: 79), yaitu:
𝑟𝑝𝑏𝑖 =
Х𝑝 − Х𝑞 √𝑝𝑞 𝑆𝐵
Keterangan : rpbi
: koefisien korelasi point biserial
Xp
: rerata skor dari subjek yang menjawab benar
Xq
: rerata skor total
SB
: simpangan baku
p
: proporsi peserta didik yang menjawab benar
q
: proporsi peserta didik yang menjawab salah Kemudian harga rpbi dikonsultasikan dengan harga rtabel pada taraf
signifikansi 5%. Bila harga rpbi > rtabel, maka butir soal tersebut valid dan dapat diujikan.
b. Uji Reliabilitas Butir Soal Reliabilitas untuk soal objektif yang valid dapat dicari dengan menggunakan rumus KR-20:
43
𝑟11
𝑘 𝑆𝐵2 − ∑𝑝𝑞 = 𝑘 − 1 [𝑆𝐵2 ]
Keterangan : r11
: reliabilitas yang dicari
k
: jumlah butir soal atau pertanyaan
SB
: simpangan baku
p
: proporsi subjek yang menjawab benar
q
: proporsi subjek yang menjawab salah Pada penelitian ini digunakan analisis validitas dan reliabilitas dengan
menggunakan program iteman. Tingkat reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tingkat Reliabilitas Soal Menggunakan Iteman Program Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,99
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 3 macam data, yaitu data pengetahuan awal peserta didik, data motivasi belajar kimia peserta didik, dan data prestasi belajar peserta didik. Data pengetahuan awal peserta didik diperoleh dari hasil ulangan umum mata pelajaran kimia kelas X semester 1, data motivasi belajar kimia diperoleh dari angket motivasi belajar kimia, sedangkan untuk prestasi belajar diperoleh dari tes soal prestasi belajar kimia yang dilakukan
44
di akhir pembelajaran setelah materi larutan elektrolit dan non-elektrolit selesai disampaikan. Dalam memberikan perlakuan, materi yang diajarkan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Kelompok eksperimen menggunakan model Learning Cycle 5E dan untuk kelas kontrol menggunakan model Children Learning In Science. Proses pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 3. Pengetahuan awal peserta didik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Motivasi awal
Motivasi awal
Model Learning Cycle 5E
Model Children Learning In Science
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Motivasi Akhir
Motivasi Akhir
Analisis Data
Gambar 3. Proses Pengambilan Data
45
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t dan analisis kovarian satu jalur (Anakova A). Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis. Uji persyaratan hipotesis terdiri dari dua uji, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data terdistribusi normal atau tidak. Uji dilakukan terhadap pengetahuan awal dan prestasi belajar kimia peserta didik. Uji Normalitas yang digunakan adalah uji Chi kuadrat (χ2). Langkah-langkah uji normalitas χ2 adalah sebagai berikut: a. Menyusun data dari yang tertinggi ke yang terendah. b. Membuat interval kelas dan menentukan batas kelasnya. c. Menghitung harga z dengan rumus: 𝛧=
𝑋−𝑥 𝑆𝐵
dimana: x
: populasi
X : rerata kelas SB : simpangan baku d. Menghitung χ2 dengan rumus: χ2 = ∑
𝑓ℎ − 𝑓𝑜 𝑓ℎ
dimana: Fh : frekuensi harapan Fo : frekuensi observasi
46
e. Menjumlahkan harga-harga χ2 pada langkah 4, kemudian membandingkan dengan harga χ2 tabel pada taraf signifikan 5% dan db k-1. Data berdistribusi normal jika harga χ2 hitung < χ2 tabel.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil secara acak berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji yang dilakukan adalah uji homogenitas varians. Menurut Triton (2006: 175), uji-F sampel penelitian dapat dikatakan berasal dari populasi yang homogen apabila harga probabilitas perhitungan lebih besar dari 0,05 atau P > 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Langkah-langkah uji varians adalah sebagai berikut: a. Menghitung variansi masing-masing kelompok (SB2) b. Menghitung harga F dengan rumus:
𝐹=
𝑆12 𝑆22
atau
𝐹=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
3. Uji Hipotesis a. Uji-t beda subjek Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keadaan satu faktor dengan dua sampel. Uji-t terhadap gain skor, yaitu selisih antara skor motivasi awal dengan skor motivasi akhir, baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Oleh karena data yang digunakan berdistribusi normal dan populasi yang digunakan homogen maka hipotesis nolnya diuji menggunakan uji-t beda subjek dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2011: 180):
47
𝑡0 =
2
𝑆 =
|𝑥1 − 𝑥2 | 1 1 𝑆 √𝑛 + 𝑛 1 2
(𝑁1 − 1)𝑆21 + (𝑁2 − 1)𝑆22
𝑁1 + 𝑁2 − 2
Keterangan: S
: simpangan baku
S1
: simpangan baku untuk data kelompok 1
S2
: simpangan baku untuk kelompok 2
N1
: jumlah anggota kelompok 1
N2
: jumlah anggota kelompok 2
Besarnya t0 hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttabel pada tarif signifikan 5% (α = 0.05) dengan db = n1 + n2 – 2. Jika p hitung < 5%, maka db ditolak, berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik kelas X yang menerapkan model pembelajaran LC 5E dalam proses pembelajaran, dengan peserta didik yang menerapkan model pembelajaran CLIS dalam proses pembelajaran.
b. Uji Anakova Pengujian hipotesis dengan analisis kovarian 1 jalur (anakova rancangan rambang lugas satu kovariabel). Analisis ini digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rerata suatu variabel terikat antara dua kelompok dengan mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis nol diuji menggunakan anakova dengan rumus:
48
𝐹0 =
𝑀𝐾𝐴 𝑀𝐾𝐷
Keterangan : Fo
: f hitung (observasi)
MKA
: rerata kuadrat antar kelompok
MKD
: rerata kuadrat dalam kelompok Residu
Sumber Variasi Antar Kelompok (A) Antar Kelompok
Jumlah Kuadrat (JK)
db
Rerata jumlah Kuadrat (RJK)
JKA= JKr - JKD
k–1
MKA 𝑑𝑏𝐴
JKD =
−
(∑𝑥𝑦)𝐷
(D) Total (T)
∑𝑦𝐷2
JKT = ∑𝑌𝑇2 − (𝑥𝑦)𝑇
N-k–m N–m-1
Keterangan: k
: jumlah kelompok
m
: jumlah kovariabel
N
: jumlah kasus
JKA : jumlah kuadrat antar kelompok JKD : jumlah kuadrat dalam kelompok JKT : jumlah kuadrat total T dbA : derajad kebebasan antar kelompok dbD : derajad kebebasan dalam kelompok dbr : derajad kebebasan total kelompok MKA : rerata kuadrat antar kelompok MKD : rerata kuadrat dalam kelompok
49
F0
𝐽𝐾
𝐴
𝑀𝐾𝐷 =
-
𝐽𝐾𝐷 𝑑𝑏𝐷
𝑀𝐾𝐴 𝑀𝐾𝐷
-
Harga rerata sesuaian yaitu rerata koreksi variabel terikat oleh variabale kendali, ditentukan dengan rumus berikut: Ȳ = Ȳ𝐴1 = (𝑋(𝐴1) − 𝑋(𝑇) )𝑎𝐷 Ȳ = Ȳ𝐴2 = (𝑋(𝐴2) − 𝑋(𝑇) )𝑎𝐷
Harga F0 dibandingkan dengan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang sama dengan k-1 dan db penyebut sama dengan N-k-m. Apabila harga F0 lebih besar dari Ftabel, maka ada perbedaan rerata A1 dan A2, atau jika p hitung kurang dari 0.05 maka H0 ditolak, berarti ada perbedaan prestasi antara peserta didik kelas X yang menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam proses pembelajaran dengan peserta didik yang tidak menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam proses pembelajaran.
c. Analisis Regresi Satu Prediktor Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara prestasi belajar kimia peserta didk (Y) dengan kovariabel (variabel yang dikendalikan) pengetahuan awal kimia peserta didik kelas X semester 2. Langkah-langkah dalam analisis regresi satu prediktor adalah: 1. Menentukan variabel penelitian 2. Menentukan koefisien korelasi dan koefisien determinasi Koefisien korelasi ditentukan dengan teknik korelasi product moment, dengan rumus sebagai berikut:
50
𝑟𝑥𝑦 =
∑𝑋𝑌 − √|∑𝑋2 −
∑𝑋 ∑𝑌 𝑋
∑𝑋2 ∑𝑌2 2 | |∑𝑌 − 𝑋 𝑋 |
dimana rxy : harga koefisien korelasi X : predictor Y : kriterium Apabila harga rxy tabel (pada taraf signifikasi 5%, N-2) berarti ada hubungan yang positif antara prestasi belajar kimia dengan pengetahuan awal. Sedangkan r2 X 100% menunjukkan determinasi atau besarnya pengaruh X terhadap Y.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Children Learning In Science untuk kelas kontrol. Data dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar awal peserta didik, data motivasi belajar akhir peserta didik, data pengetahuan awal kimia dan data prestasi belajar kimia peserta didik.
1. Data Motivasi Belajar Awal Peserta Didik Data motivasi belajar awal peserta didik diperoleh dari pengisian angket motivasi belajar kimia. Angket dibagikan sebelum peserta didik mendapatkan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E untuk kelas eksperimen dan model Children Learning In Science untuk kelas kontrol. Secara lengkap, data motivasi belajar awal peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 6. Ringkasan data motivasi belajar awal peserta didik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan Data Motivasi Belajar Awal Peserta Didik Keterangan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah peserta didik
32
32
Skor tertinggi
159
167
Skor terendah
119
102
52
Rata-rata motivasi awal
139
134.5
2. Data Motivasi Akhir Peserta Didik Data motivasi belajar akhir peserta didik diperoleh dari pengisian angket motivasi belajar kimia. Angket dibagikan setelah peserta didik mendapatkan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E untuk kelas eksperimen dan model Children Learning In Science untuk kelas kontrol. Secara lengkap, data motivasi belajar akhir peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 6. Ringkasan data motivasi belajar akhir peserta didik dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ringkasan Data Motivasi Belajar Akhir Peserta Didik Keterangan Jumlah peserta didik Skor tertinggi Skor terendah Rata-rata motivasi akhir
Kelas Eksperimen 32 160 130 145
Kelas Kontrol 32 167 120 143.5
3. Data Pengetahuan Awal Kimia Peserta Didik Data pengetahuan awal kimia peserta didik diperoleh dari hasil ulangan akhir semester kelas X semester 1. Data hasil ulangan berupa nilai murni yang belum diolah dengan nilai ulangan harian dan nilai tugas. Secara lengkap data pengetahuan awal kimia peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 7. Ringkasan data pengetahuan awal peserta didik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ringkasan Data Pengetahuan Awal Kimia Keterangan Jumlah peserta didik Nilai tertinggi
Kelas Eksperimen 32 87,50
53
Kelas Kontrol 32 85,00
Nilai terendah Rata-rata nilai
70,00 75,83
67,50 74,23
4. Data Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Data prestasi belajar kimia berupa skor hasil mengerjakan soal-soal prestasi belajar kimia yang telah divalidasi pada kelas lain selain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara lengkap data prestasi belajar kimia peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 7. Ringkasan data prestasi belajar kimia peserta didik dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Ringkasan Data Prestasi Belajar Kimia Keterangan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah peserta didik
32
32
Nilai tertinggi
94,40
81,10
Nilai terendah
81,1
73,00
Rata-rata nilai
86,31
76,71
B. Penguji Persyaratan Analisis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis, meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Apabila kedua uji terpenuhi, maka selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Analisis Kovarian (Anakova).
1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masingmasing variabel terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap
54
data pengetahuan awal kimia peserta didik. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 16, diperoleh bahwa data pengetahuan awal kimia peserta didik, baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil uji normalitas terhadap data pengetahuan awal kimia peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 8. Ringkasan hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan awal kimia
Kelas
p
Sebaran
Eksperimen
0,249
Normal
Kontrol
0,092
Normal
Berdasarkan tabel tersebut, untuk data pengetahuan awal kimia kelas eksperimen diperoleh harga p = 0,249 dan untuk data pengetahuan awal kimia kelas kontrol harga p = 0,092. Pada uji normalitas dengan analisis menggunakan komputer, diperoleh harga p > 0,05, maka data dikatakan berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pengetahuan awal kimia peserta didik kelas X semester 2 di SMA Negeri 1 Godean mempunyai sebaran normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap data pengetahuan awal peserta didik. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji homogenitas variansi 1-jalur. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS 16 dapat disimpulkan bahwa variansi kedua kelas baik kelas eksperimen maupun
55
kelas kontrol adalah homogen. Diperoleh data perhitungan secara ringkas, yang tercantum dalam Tabel 10. Adapun perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Variabel
Sampel
p
Status
Pengetahuan awal
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
0,103
Homogen
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh harga p = 0,103 untuk data pengetahuan awal kimia kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada uji homogenitas dengan analisis menggunakan komputer, diperoleh harga p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan berasal dari populasi yang homogen. Dengan demikian variansi pengetahuan awal kimia peserta didik kelas X semester 1 ulangan akhir semester kelas kontrol dan kelas eksperimen merupakan variansi yang seragam. Hal ini berarti bahwa kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki kemampuan kognitif rata-rata yang hampir sama.
3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dapat dilakukan setelah uji homogenitas dan uji normalitas terpenuhi. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol telah terbukti memiliki sampel yang berdistribusi normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis dengan uji-t beda subjek dan uji anakova dapat dilakukan. a. Uji-t Beda Subjek Uji-t beda subjek digunakan untuk menentukan adanya perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji-t
56
beda subjek dilakukan terhadap gain skor, yaitu selisih antara skor motivasi awal dengan skor motivasi akhir, baik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini, uji-t beda subjek dihitung menggunakan program komputer SPSS 16. Ringkasan hasil uji-t beda subjek tercantum dalam Tabel 11. Adapun perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 11. Ringakasan Hasil Uji-t Beda Subjek Variabel
Sumber
to
p
Motivasi belajar kimia
A1-A2
-3,649
0,001
(A1: kelas eksperimen, A2: kelas kontrol) Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program komputer SPSS 16, diperoleh harga to = -3,649 dan p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa harga p < 0,05 berarti ada perbedaan motivasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan peserta didik yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E.
b. Uji Anakova Analisis anakova dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 16. Data perhitungan analisis anakova selengkapnya terdapat dalam Lampiran 11 dan ringkasannya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Anakova Satu Jalur Variabel
Sumber
JK
db
Prestasi
Antar A
1472,641
1
belajar
Dalam
857,234
62
57
RK
F
p
1472,641 106,510 0,000 13,826
-
-
Total
2329,874
63
-
-
-
Berdasarkan perhitungan untuk prestasi belajar kimia peserta didik didapatkan harga Fhitung = 106,510 dan p = 0,000. Data tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5%. Harga Ftabel diperoleh sebesar 3,986. Oleh karena Fhitung > Ftabel, dan p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning In Science jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik. Pengetahuan awal kimia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kimia peserta didik. Korelasi antara prestasi belajar kimia (Y) dengan kovariabel pengetahuan awal kimia (X) dapat ditentukan dengan rumus analisis regresi. Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh harga rxy sebesar 0,402 dan harga rxy2 = 0,162 pada p = 0,023. Dengan demikian ada hubungan korelasi antara pengetahuan awal kimia dengan prestasi belajar kimia peserta didik sebesar 0,402. Besarnya sumbangan efektif pengetahuan awal kimia pada prestasi belajar kimia sebesar 16,2%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa 83,8% prestasi belajar kimia peserta didik dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar kimia dapat berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal di antaranya adalah minat, bakat, kesehatan, motivasi, dan intelegensi sedangkan
58
faktor eksternal dapat berupa faktor sekolah, masyarakat, keluarga, dan cara pembelajaran guru. Rendahnya sumbangan efektif pengetahuan awal kimia peserta didik terhadap prestasi belajar kimia pada penelitian ini dikarenakan pengetahuan awal yang digunakan diperoleh dari data hasil ulangan akhir semester 1 yang tidak berkaitan dengan materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit yang digunakan dalam penelitian.
C. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar kimia sebelum dan sesudah proses pembelajaran pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learnig Cycle 5E, mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Children Learning In Science dan mengetahui ada tidaknya pengaruh prestasi belajar kimia peserta didik terhadap pembelajaran kimia, jika pengetahuan awal kimia SMA Kelas X Semester II dikendalikan secara statistik. Materi pembelajaran yang digunakan untuk penelitian adalah materi larutan elektrolit dan Non elektrolit. Pada penelitian ini, model pembelajaran Learning Cycle 5E dinyatakan efektif apabila mempunyai efek meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik. Dalam melaksanakan penelitian, penulis melakukan sendiri proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dilakukan agar penulis dapat melasanakan proses pembelajaran dengan baik dan sesuai
59
dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas eksperimen (yang diberi perlakuan) dan kelas kontrol (sebagai pembanding). Sebelum menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penulis terlebih dahulu melakukan uji homogenitas dan uji normalitas terhadap data pengetahuan awal peserta didik untuk mengetahui apakah data pengetahuan awal tersebut homogen dan terdistribusi normal atau tidak. Dari hasil uji tersebut diambil dua sampel yang berdistribusi normal dan homogen yaitu kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol.
1. Pelaksanaan Pembelajaran a. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Model pembelajaran Learning Cycle 5E pada penelitian ini meliputi 5 fase, yaitu engagement (pendahuluan), exploration (eksplorasi), explanation (penjelasan), elaboration (elaborasi), dan evaluation (evaluasi). Sebelum melaksanakan pembelajaran Learning Cycle 5E, guru terlebih dahulu melakukan apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari. Setelah peserta didik siap untuk menerima pelajaran, guru membagi kelompok diskusi, setiap kelompok terdiri dari 4 anak dan guru memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah kerja kelompok. Kemudian peserta didik dikondisikan untuk melakukan pembelajaran Learning Cycle 5E. Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Tahap-tahap pembelajaran Learning Cycle 5E sebagai berikut:
60
1) Engagment (pendahuluan) Pada tahap ini, penulis memberikan pertanyaan faktual yang akan mengarahkan peserta didik ke topik bahasan yang akan dipelajari. Peserta didik memberikan respon atau jawaban, kemudian jawaban peserta didik tersebut dijadikan pedoman oleh penulis untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik tentang pokok bahasan yang akan dibahas. Proses tanya jawab selain mengetahui pengetahuan awal peserta didik juga untuk membangkitkan keaktifan dan rasa keingintahuan mereka mengenai materi yang akan dipelajari. Penulis juga membagikan LKPD kepada setiap peserta didik untuk dikerjakan dan didiskusikan. 2) Eksploration (eksplorasi) Pada tahap ini, guru menayangkan sebuah video animasi mengenai larutan elektrolit dan non elektrolit. Ketika penulis menayangkan video, peserta didik diperintahkan untuk memperhatikan tayangan video dan dilanjutkan mengerjakan LKPD yang telah dibagikan. Peserta didik saling berdiskusi, bertukar pikiran, mencari referensi melalui buku atau internet untuk melengkapi LKPD. Pada saat peserta didik berdiskusi, penulis berkeliling ke tiap kelompok untuk mengamati kerja peserta didik dalam melengkapi LKPD. Mengecek apakah setiap kelompok berperan aktif semua atau tidak. 3) Eksplanation (penjelasan) Pada tahap ini, penulis meminta peserta didik untuk menemukan konsep berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan. Konsep yang didapat oleh setiap kelompok dipresentasikan ke depan kelas dengan menggunakan kalimat sendiri.
61
Penulis meminta kelompok lain untuk memperhatikan dan menanggapi apabila tidak sesuai dengan literatur atau konsep yang mereka dapat. Sehingga peserta didik akan mendapatkan konsep yang lebih mantap dan dapat menambah wawasan pengetahuan dengan bertukar pikiran dalam presentasi di kelas. Selain itu, peserta didik memungkinkan belajar lebih aktif, memiliki rasa tanggung jawab yang besar serta dapat memenuhi kebutuhan peserta didik secara optimal. 4) Elaboration (elaborasi) Pada tahap ini, penulis meminta peserta didik untuk mengaitkan konsep yang didapat pada pertemuan sebelumnya dengan konsep yang baru didapat. Hal ini dimaksudkan supaya peserta didik dapat mengetahui bahwa setiap konsep saling berhubungan sehingga peserta didik dapat menyadari bahwa suatu konsep itu penting untuk dipahami dan dimengerti, agar terhindar dari miskonsepsi pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Pada tahap elaborasi ini, peserta didik dapat meningkatkan daya kreativitas mereka dalam menyusun konsep-konsep yang didapat menjadi suatu konsep yang dapat memudahkan mereka dalam memahami dan mengingat, karena disusun sesuai dengan kalimat mereka sendiri. 5) Evaluation (evaluasi) Pada tahap evaluasi, penulis memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari. Hal ini dilakukan, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang sudah didapat peserta didik selama proses pembelajaran dan mengetahui pemahaman mengenai konsep yang diperoleh. Selain itu penulis juga memberikan penegasan dan pemantapan tentang konsep yang didapat. Lembar
62
kerja peserta didik yang telah dikerjakan dikumpulkan kembali. Penulis bersamasama dengan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Pembelajaran dengan Learning Cycle 5E pada kelas eksperimen membantu peserta didik belajar aktif. Peserta didik mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan didapat dari pengalaman sendiri sehingga akan mudah diingat daripada pengetahuan yang langsung diberikan guru. Kelebihan lain dari model pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan motivasi belajar, karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, serta peneliti dapat mengetahui tingkat kreativitas peserta didik dalam menemukan konsep sesuai dengan kalimat mereka sendiri. Berdasarkan LKPD yang dikumpulkan, penulis dapat mengecek hasil kerja dari masing-masing peserta didik dan dapat mengevaluasi kekurangan masing-masing peserta didik pada pertemuan berikutnya.
b. Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science dilaksanakan di kelas MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan peserta didik sebanyak 32 orang. Pada pertemuan pertama, angket motivasi belajar kimia diberikan kepada peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Angket motivasi ini digunakan untuk mengetahui motivasi awal belajar kimia peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran pada kelas kontrol pada dasarnya sama seperti kelas eksperimen, akan tetapi yang membedakan adalah pada model pembelajarannya.
63
Pada model ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap orientasi, tahap pemunculan gagasan, tahap penyusunan ulang gagasan, tahap penerapan gagasan, dan tahap pemantapan gagasan. 1) Orientasi (orientation) Pada tahap ini, guru memberikan contoh-contoh fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang selanjutnya akan mengarahkan peserta didik ke topik bahasan. Hal ini akan membangkitkan motivasi peserta didik, sehingga peserta didik akan siap untuk mengikuti pelajaran. 2) Pemunculan gagasan (eliciation of ideas) Pada tahap ini, guru memberikan permasalahan kepada peserta didik. Peserta didik saling menjawab dan memberi respon sesuai dengan pengetahuan yang mereka ketahui. 3) Penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) Pada tahap ini, guru memberikan sedikit penjelasan mengenai materi pembelajaran. Sedangkan untuk materi yang lebih detail, guru membagikan LKPD yang harus dikerjakan peserta didik secara berkelompok. Hal ini bertujuan agar peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam menemukan suatu konsep. Peserta didik dapat mencari melalui berbagai macam sumber. 4) Penerapan gagasan (application of ideas) Pada tahap penerapan gagasan, peserta didik mengerjakan dan melengkapi LKPD. Guru membimbing dan mengamati hasil kerja kelompok setiap peserta didik dan memberi pengarahan kepada peserta didik yang bertanya.
64
5) Pemantapan gagasan (consolidation of ideas) Pada tahap ini, peserta didik untuk setiap kelompok melakukan presentasi di depan kelas mengenai hasil diskusi dalam menyelesaikan LKPD. Guru membimbing peserta didik agar tidak terjadi miskonsepsi dan memberi penegasan pada materi-materi yang perlu ditekankan. Pada pertemuan terakhir, peserta didik mengerjakan soal prestasi belajar yang digunakan untuk mengetahui pemahaman materi yang sudah dipelajari. Soal-soal prestasi yang diberikan pada kelas kontrol sama dengan soal-soal prestasi yang diberikan pada kelas eksperimen. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai nilai evaluasi kimia peserta didik.
2. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Motivasi Belajar Kimia Peserta Didik Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah ada perbedaan motivasi peserta didik terhadap pembelajaran kimia sebelum dan sesudah proses pembelajaran pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science. Motivasi belajar kimia diukur dengan menggunakan instrumen angket. Angket yang digunakan untuk mengukur motivasi sebelum dan sesudah pembelajaran kimia berlangsung. Data angket motivasi belajar kimia dianalisis menggunakan uji-t antar kelompok. Berdasarkan hasil analisis uji-t beda subjek menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (to = -3,649 dan p = 0,001) pada motivasi belajar kimia
65
antara peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Adanya perbedaan motivasi yang signifikan antara peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang tidak menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E, di antaranya: a. Pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E dapat menyebabkan proses pembelajaran lebih bermakna. Peserta didik aktif dalam menggali informasi mengenai materi larutan elektrolit dan non elektrolit melalui berbagai macam sumber. b. Pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E lebih kreatif dan inovatif sehingga menumbuhkan motivasi belajar. c. Penggunaan model Learning Cycle 5E membuat peserta didik berpeluang menyampaikan pendapat dan gagasan sehingga dapat menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik. Sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan dan malas untuk belajar kimia, hal ini membuat motivasi belajar kimia menjadi meningkat.
3. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah ada pengaruh prestasi belajar kimia peserta didik terhadap pembelajaran kimia sebelum dan sesudah proses pembelajaran antara peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
66
Learning Cycle 5E, jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik. Hipotesis ini diuji dengan analisis kovarian (uji anakova). Data prestasi belajar peserta didik diperoleh setelah peserta didik selesai melaksanakan tes prestasi belajar kimia. Hasil dari tes tersebut menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar kimia peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 5E lebih tinggi dibandingkan dengan rerata prestasi belajar kimia peserta didik tanpa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Berdasarkan uji anakova dengan menggunakan program SPSS 16, diperoleh harga Fhitung adalah 106,510 dengan p = 0,000. Data tersebut kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5%. Harga Ftabel diperoleh sebesar 3,986. Oleh karena Fhitung > Ftabel, dan p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning In Science jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik. Secara matematis rerata nilai prestasi belajar kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih banyak daripada kelas kontrol, jika dibandingkan rerata pengetahuan awal. Rerata pengetahuan awal kimia peserta didik kelas eksperimen sebesar 75,83 dan kelas kontrol sebesar 74,23. Setelah mengalami pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 5E, rerata prestasi belajar kelas
67
eksperimen mengalami peningkatan menjadi 86,31. Sedangkan untuk kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model Children Learning In Science juga mengalami peningkatan, hanya saja tidak terlalu tinggi yaitu menjadi 76,71. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E lebih efektif diterapkan pada proses pembelajaran kelas X semester 2 di SMA Negeri 1 Godean untuk materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Faktor yang menyebabkan prestasi belajar peserta didik di kelas kontrol berbeda secara signifikan dengan prestasi belajar peserta didik di kelas eksperimen adalah peserta didik di kelas kontrol tidak mendapatkan suasana baru yang lebih menantang. Selain itu, antusiasme peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran relatif kurang karena tidak terjadi interaksi yang intensif antara peserta didik dengan peserta didik atau peserta didik dengan guru. Peserta didik lebih mengacu pada penjelasan guru dibanding dalam penemuan konsep sendiri. Hal ini mengakibatkan kreativitas peserta didik menjadi relatif rendah, dan kurangnya pemahaman mengenai materi pembelajaran dan kemampuan memecahkan soal, sehingga berdampak pada prestasi belajar yang dicapai kurang optimal. Berbeda dengan pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E, terjadi interaksi yang intensif antara peserta didik dengan peserta didik atau peserta didik dengan guru. Peserta didik lebih aktif dalam bertukar pikiran maupun dalam berdiskusi, bertanya dan mencari informasi melalui berbagai sumber. Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya karena peserta didik
68
merasa tertantang untuk menemukan konsep dan menyelesaikan lembar kerja yang diberikan guru. Motivasi belajar yang tinggi dari peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sumbangan efektif pengetahuan awal kimia peserta didik terhadap peningkatan prestasi belajar kimia peserta didik dengan analisis regresi diperoleh hasil sebesar 16,2%. Besarnya sumbangan efektif menunjukkan bahwa prestasi belajar relatif bergantung pada pengetahuan awal kimia peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E lebih efektif untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X di SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2016/2017.
69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan motivasi antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science. 2. Ada perbedaan prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science, apabila pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan halhal sebagai berikut: 1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam proses pembelajaran kimia di kelas sebagai variasi model pembelajaran di kelas agar peserta didik dapat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. 2. Perlu adanya penelitian lain yang menerapkan model pembelajaran lainnya, sehingga hasilnya dapat dibandingkan tingkat keefektifannya dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam penelitian ini.
70
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin, S. (2009). Hubungan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata diklat instalasi listrik siswa SMK Negeri 3 Makassar. Jurnal Medtek, 1 (1), 1-7. Alwi, Hasan. (2007). KBBI,edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian, cetakan ketujuh. Jakarta: Rineka Cipta. Benny, A. (2010). Pendekatan konstruktivistik dan pengembangan bahan ajar pada sistem pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan dan Jarak Jauh, 11 (2), 117-128. Ceyhan, C.,& Omer, G. (2015). “Context-based lessons with 5E model to promote conceptual understanding of chemical reactions and energy concepts”. Journal of Baltic Science Education, 14 (4), 435-447. Dalyono M. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta. Evren, H.,& Camliyer, H. (2016). “A new learning model on physical education: 5E Learning Cycle”. Universal Journal of Education Research, 4 (1), 2629. Ghullam, H., Lisa, A. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12 (1), 8185. Hadjar, I. (1999). Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persaja. Hamalik, O. (2001). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. (2005). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
71
Hamzah, U. (2006). Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Harika, Omer, & Necdet, S. (2015). “Learning cycle model to foster conceptual understanding in cell division and reproduction concepts”. Journal of Baltic Science Education, 14 (5). Keke, TA. (2008). Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 7 (7), 11-21. Made, W. (2011). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Manzo, RD., When, L.t, Liets, L., Adela, Rosa, GC. (2016). “The impact of the 5E Model on changes in neuroscience, drug addiction, and research methods knowledge of science teachers attending california’s ARISE professional development workshops”. Journal of Education and Learning, 5 (2), 109-120. Maryance Vitrianingsih. (2006). Pengaruh penerapan penilaian portofolio terhadap prestasi belajar kimia peserta didik kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2005/2006. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY. Nur Indah, F. (2014). Perbandingan hasil belajar kimia dengan model pembelajaran inquiry dan learning cycle 5e pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Jurnal Pendidikan Sains, 2 (4), 193-199. Poedjiadi, A. (1999). Pengantar filsafat ilmu bagi pendidik. Bandung: Penerbit Yayasan Cendrawasih. Portanto, P & Dahlan,M. (2004). Kamus ilmiah populer. Surabaya: Arkola,tt. Prawirosentono, S. (1999). Kebijakan kinerja karyawan. Yogyakarta: BPFE. Rahyubi, H. (2011). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik. Majalengka: Referensi. Rina, R., Masykuri, M., & Utami, B. 2012. “Penerapan Siklus Belajar 5E (Learning Cycle 5E) Disertai Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas.
72
Proses dan Hasil Belajar Kimia pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Kimia, 1 (1), 51-58. Rini, S., Widha S., Haryono. 2012. Pembelajaran kimia menggunakan siklus belajar 5E dan inkuiri bebas dimodifikasi ditinjau dari kemampuan berpikir analisis dan kreativitas siswa. Jurnal Inkuiri, 1 (1), 60-68. Runisah, Tatag, H.,& Jarnawi AD. (2017). “Using the 5E learning cycle with metacognitive technique to enhance student’s mathematical critical thinking skills”. International Journal on Emerging Mathematics Education (IJEME), 1 (1), 87-98. Salwin, MD. (1996). Model pembelajaran CLIS dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa memahami dan mengembangkan konsep fisika. Tesis Magister PPS UPI Bandung. Siregar, E & H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Cetakan kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Soebagio. (2000). Penggunaan siklus belajar dan peta konsep untuk peningkatan kualitas pembelajaran konsep larutan asam-basa. PPGSM. Sudjana N. (2005). Penelitian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugihartono. (2007). Psikologi belajar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2006). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA. Syafrina, A. (2000). Pengembangan model CLIS untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa kelas 3 SD pada konsep hewan dan benda. Tesis UPI Bandung. Trianto. (2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Belajar.
73
Triton. (2005). SPSS 13.0, Terapan riset statistik parametik. Yogyakarta: Andi. Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wijaya, N. (1997). Penerapan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) untuk meningkatkan konsepsi siswa tentang sumber makanan dalam pembelajaran IPA-SD.Tesis Magister. PPS UPI Bandung. Woro, S. (2010). Penerapan learning cycle sebagai upaya meningkatkan keterampilan generik SAINS inferensia logika mahasiswa melalui perkuliahan praktikum kimia dasar. Jurnal Inovasi pendidikan Kimia, 4(1), 521-531.
74
Lampiran 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN PERTAMA
Satuan Pendidikan
: SMAN 1 GODEAN
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit
Waktu
: 2 x 45 menit
A.
Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menyebutkan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit. 2.
Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
3.
Peserta didik dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit.
4.
Peserta didik dapat mendiskusikan sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik.
5.
Peserta didik dapat mempresentasikan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit serta sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya
B.
Kompetensi Dasar 3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya. 4.8
Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8.1 Menyebutkan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit. 3.8.2
Mengidentifikasi sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
3.8.3
Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit.
74
4.8.1 4.8.2
Mendiskusikan sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik. Mempresentasikan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit serta sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
D.
Materi Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Fakta Konduktor Isolator Pelarut Terlarut Konsep Larutan Larutan elektrolit Larutan non elektrolit E. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi kegiatan Pendahuluan
waktu
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
Guru
menyampaikan
indikator
pencapaian
kompetensi
Guru menyampaikan apersepsi Peserta didik diberikan pertanyaan yaitu: -
Pernahkah kalian menangkap ikan di sungai?
- Dengan alat apa kalian menangkap ikan di sungai? - Pernahkah kalian melihat orang menyetrum ikan di sungai? - Ketika menangkap ikan dengan setrum listrik yang disterum ikannya atau airnya? - Mengapa air disetrum ikannya tetap mati? - Air sungai itu, termasuk air murni atau ada zat terlarutnya? - Jadi air sungai termasuk larutan atau bukan? - Apakah semua larutan dapat menghantarkan listrik? (masalah)
75
15 menit
- Nah, kali ini kita akan mempelajari tentang larutan yang menghantarkan listrik dan larutan yang tidak menghantarkan listrik ( topik)
Guru membagi kelompok diskusi/observasi dan menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
Kegiatan Inti
60 menit
Engagment (Pendahuluan)
Guru memberikan pertanyaan faktual yang akan mengarahkan peserta didik ke topik bahasan mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Guru membagikan LKPD untuk masing-masing kelompok.
Eksploration (Eksplorasi)
Guru meminta peserta didik umtuk memperhatikan tayangan video mengenai larutan elektrolit dan non elektrolit.
Guru meminta peserta didik untuk mencatat, berdiskusi dan melengkapi
LKPD mengenai
konsep larutan elektrolit dan non elektrolit yang ditayangkan dalam video.. Eksplanation (Penjelasan)
Guru meminta peserta didik untuk menemukan konsep berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan.
Guru meminta peserta didik untuk menjelaskan konsep yang dipelajari dengan menggunakan kalimat sendiri.
Guru
meminta
peserta
didik
untuk
menyempurnakan konsep yang didapat dengan membaca literatur lain. Elaboration (Elaborasi)
Guru meminta peserta didik untuk mengaitkan
76
konsep yang diperoleh dengan konsep-konsep lain yang terkait untuk lebih memperdalam pemahaman tentang konsep yang dipelajari. Evaluation (Evaluasi)
Guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan pemantapan terhadap konsep yang telah diperoleh.
Penutup
Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil belajar
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa
F.
Media Pembelajaran 1. Media pembelajaran a. Powerpoint 2. Alat dan bahan pembelajaran Alat : a. Laptop b. LCD Bahan : a. Lembar kerja peserta didik 3. Sumber belajar Sri Rahayu,dkk. 2013. Kimia SMA/MA Kelas X.Jakarta: Bumi Aksara. Unggul
Sudarmo.
2013.
Kimia
X.Surakarta:Erlangga.
77
untuk
SMA/MA
Kelas
G.
Teknik Penilaian 1. Lembar penilaian pengetahuan Pertanyaan
Skor
1.
Apa yang dimaksud dengan larutan elektrolit dan nonelektrolit? 20
2.
Bagaimana ciri-ciri untuk larutan elektrolit berdasarkan alat uji 20 elektrolit?
3.
Apa yang menyebabkan suatu larutan dapat menghantarkan 20 arus listrik?
4.
Sebutkan 3 contoh larutan elektrolit kuat!
20
5.
Sebutkan 3 contoh larutan nonelektrolit!
20
Total skor
100
Jawab : 1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. 2. Ciri-ciri larutan elektrolit berdasarkan alat uji elektrolit adalah dapat menyalakan lampu, dan timbul gelembung-gelembung gas di sekitar elektroda. 3. Suatu larutan dapat menghantarkan listrik disebabkan karena adanya ionion yang bergerak bebas. 4. Contoh larutan elektrolit kuat adalah NaCl, HCl, KOH 5. Contoh larutan nonelektrolit adalah Alkohol, Glukosa, urea
78
2.
Rubrik Penilaian Keterampilan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN
Kelompok
:
Nama dan No.Absen : No.
Aspek Penilaian
Skor
A
Observasi/Mengamati
1
Relevansi
2
Kelengkapan
3
Pembahasaan
B
Diskusi
4
Keterampilan mengkomunikasikan
5
Keterampilan mendengarkan
6
Keterampilan berargumentasi
7
Keterampilan berkontribusi
C
Presentasi
8
Keterampilan menjelaskan
9
Keterampilan memvisualisasikan
10
Keterampilan merespon
Catatan
Jumlah Skor Keterangan Nilai Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran Kimia
Godean, Peneliti
Drs. Makhfudh NIP.
Wahyu Anggraini Pramusinta NIM. 13303244031
79
Januari 2017
Lampiran 1. Materi LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Masih ingatkah kalian, apakah larutan itu? Tentunya masih ingat bukan? Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dengan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi (tersebar secara merata) dalam zat pelarut. Jika Anda melarutkan 2 sendok makan gula putih (pasir) ke dalam segelas air, maka akan didapatkan larutan gula. Coba ingat kembali, manakah dari gula dan air yang berperan sebagai zat terlarut dan zat pelarut? Di SMP atau bahkan di SD Anda pernah membedakan benda-benda yang dapat menghantarkan listrik atau tidak dapat menghantarkan listrik, melalui percobaan berikut.
Gambar 1. Percobaan daya hantar listrik suatu benda Setelah diamati percobaan seperti di atas, kita dapat membedakan benda yang dapat menghantarkan listrik yang ditandai dengan lampu menyala. Sedangkan benda yang tidak menghantarkan listrik ditandai dengan lampu yang tidak menyala atau padam. Ternyata dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa paku dapat menghantarkan listrik sedangkan plastik tidak dapat menghantarkan listrik.
Bagaimanakah
dengan
larutan?
Apakah
semua
larutan
dapat
menghantarkan listrik? Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik, telah dijelaskan oleh seorang ahli kimia Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927). Didasarkan pada teori ionisasi Arhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena di dalam larutan terkandung atom-atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik yang bergerak bebas. Atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik disebut
80
ion. Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ionion, umumnya ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air dituliskan juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua persamaan: H+ + Cl-
HCl HCl + H2O
H3O+ + Cl-
CH3COOH
H+ + CH3COO-
CH3COOH + H2O
H3O+ + CH3COO-
Ketika diberi beda potensial, Ion yang bermuatan negatif bergerak menuju anoda (+) sedangkan ion yang bermuatan positif bergerak menuju katoda (-) karena adanya perbedaan muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul A. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Untuk lebih mudah memahami, cobalah perhatikan tabel1 berikut. Tabel 1. Perbedaan larutan elektrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit 1. Dapat menghantarkan listrik 2. 3.
Larutan non-elektrolit 1. Tidak dapat menghantarkan listrik Terjadi proses ionisasi (terurai 2. Tidak terjadi proses ionisasi menjadi ion-ion) Lampu dpaat menyala terang 3. Lampu tidak menyala dan tidak atau redup dan ada gelembung ada gelembung gas. gas Contoh : Contoh : Larutan gula (C12H22O11) Garam dapur (NaCl) Larutan urea (CONH2)
81
Cuka dapur (CH3COOH) Air accu (H2SO4) Garam magnesium (MgCl2)
Larutan alkohol (C2H5OH) Larutan glukosa (C6H12O6)
Adakah pengaruh daya hantar listrik dengan jenis zat tersebut? Seorang ahli kimia dari Swedia (1887), Svante August Arrhenius (1859 – 1927) menjelaskan bahwa larutan elektrolit mengandung atom-atom bermuatan listrik (ion-ion) yang bergerak bebas, hingga mampu untuk menghantarkan arus listrik melalui larutan. Contoh : larutan HCl Larutan HCl di dalam air mengurai
menjadi kation (H+) dan anion
(Cl).Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin. Perhatikan gambar 2 berikut.
Gambar 2. Hantaran listrik melalui larutan HCl B. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit. Sedangkan elektrolit dapat dikelompokkan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
82
Bagaimanakah kalian dapat dengan mudah mengelompokkan larutan ke dalam elektrolit kuat, elektrolit lemah ataupun non elektrolit? Pahamilah tabel di bawah ini! Tabel 2. Gambaran bentuk molekul dari elektrolit kuat,elektrolit lemah , dan non elektrolit. Jenis larutan Elektrolit kuat
Elektrolit lemah
Non elektrolit
Sifat dan pengamatan lain - Terionisasi sempurna - Menghantarkan arus listrik - Lampu menyala terang - Terdapat gelembung gas - Terionisasi sebagian - Menghntarkan arus listrik - Lampu menyala redup - Terdapat gelembung gas -
-
Tidak terionisasi Tidak menghantarkan listrik Lampu tidak menyala Tidak terdapat gelembung gas
83
Contoh senyawa NaCl, HCl, NaOH, H2SO4 dan KCl
Reaksi ionisasi NaCl Na+ + ClNaOH Na+ + OH H2SO4 2H+ + SO42KCl K+ + Cl-
CH3COOH, CH3COOH H+ + HCN dan CH3COO Al(OH)3 HCN H+ + CNAl(OH)3 Al3+ + 3OH-
C6H2O6, C6H2O6 C12H22O11, C12H22O11 CO(NH2)2 dan CO(NH2)2 C2H5OH C2H5OH
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Nama No. Absen Kelas
: : : LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
A. Tujuan 1.
Peserta didik dapat menyebutkan pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolit.
2.
Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit
B. Dasar Teori Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Pelarut adalah bagian larutan yang memiliki bagian lebih besar sedangkan zat terlarut akan lebih sedikit. Zat terlarut dan pelarut dapat berupa zat padat, zat cair atau gas. Bentuk larutan tergantung pada jenis pelarutnya. Tapi biasanya yang disebut larutan ini adalah berbentuk cairan. Pada penyetruman ikan di sungai, ikan-ikan di sungai tersebut mati. Padahal ikan tersebut berada di dalam air dan yang diberi tegangan adalah air sungai, bukanlah ikan. Mengapa ikan tersebut bisa mati? Apakah air sungai dapat menghantarkan listrik?
C. Pertanyaan 1.
Bahan yang dapat menghantarkan listrik disebut ................ , sedangkan bahan yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut dengan ................... .
2.
Biasanya bahan yang dapat menghantarkan listrik adalah bahan yang terbuat dari logam, apakah zat cair atau larutan dapat menghantarkan listrik? Jika “iya” maka larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut
84
................. . Jika “tidak” maka larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut ................... . 3.
Berdasarkan literatur, larutan garam termasuk larutan elektrolit sedangkan padatan
garam
termasuk
nonelektrolit.
Mengapa
demikian?
....................................................................................................................... 4.
Apa yang menyebabkan
suatu larutan dapat atau tidak
dapat
menghantarkan arus listrik? .......................................................................... ....................................................................................................................... 5.
Bagaimana ciri-ciri larutan yang dapat menghantarkan arus listrik berdasarkan alat uji elektrolit? ...................................................................... .......................................................................................................................
6.
Bagaimana ciri-ciri larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik berdasarkan alat uji elektrolit? ...................................................................... ........................................................................................................................
7.
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan elektrolit dibedakan menjadi 2 yaitu ................... dan .................... .
8.
Apa yang membedakan larutan elektrolit kuat dengan larutan elektrolit lemah? ........................................................................................................... .......................................................................................................................
9.
Berilah masing-masing 3 contoh yang termasuk : a.
Elektrolit kuat
: ..................................................................................
b.
Elektrolit lemah : ..................................................................................
c.
Non elektrolit
: ..................................................................................
D. Kesimpulan ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
85
Lampiran 1.2 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KEDUA
Satuan Pendidikan
: SMAN 1 GODEAN
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit
Waktu
: 1 x 45 menit
A.
Tujuan Pembelajaran 1.
Peserta didik dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
2.
Peserta didik dapat mendiskusikan contoh senyawa yang termasuk senyawa ion dan senyawa kovalen.
B.
Kompetensi Dasar 3.8
Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.8
Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8.3
Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
4.8.3
Mendiskusikan contoh senyawa yang termasuk senyawa ion dan senyawa kovalen.
D.
Materi Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Konsep Senyawa ion Senyawa kovalen Kekuatan elektrolit
86
Derajat ionisasi E.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi kegiatan
waktu
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
Guru
menyampaikan
indikator
5 menit
pencapaian
kompetensi
Guru menyampaikan apersepsi : Peserta didik diberikan pertanyaan yaitu: -
Pada
pertemuan
sebelumnya,
kita
sudah
membahas mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit dan daya hantar listrik. - Bagaimanakah daya hantar listrik untuk larutan elektrolit? - Apakah padatan garam dapat mengahantarkan arus listrik seperti larutan garam? (masalah). - Siapakah yang berperan menghantarkan arus listrik dalam larutan elektrolit? (masalah). - Nah, kali ini kita akan mempelajari senyawa ion dan senyawa kovalen. (topik).
Guru membagi kelompok diskusi/observasi dan menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
Kegiatan Inti
Engagment (Pendahuluan)
Guru memberikan pertanyaan faktual yang akan mengarahkan peserta didik ke topik bahasan mengenai senyawa ion dan senyawa kovalen.
Guru membagikan LKPD untuk masing-masing kelompok.
Eksploration (Eksplorasi)
Guru meminta peserta didik untuk memperhatikan tayangan video mengenai senyawa ion dan
87
30 menit
senyawa kovalen.
Guru meminta peserta didik untuk mencatat dan berdiskusi mengenai senyawa ion dan senyawa kovalen yang ditayangan dalam video.
Eksplanation (Penjelasan)
Guru meminta peserta didik untuk menemukan konsep berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan.
Guru meminta peserta didik untuk menjelaskan konsep yang dipelajari dengan menggunakan kalimat sendiri.
Guru
meminta
peserta
didik
untuk
menyempurnakan konsep yang didapat dengan membaca literatur lain. Elaboration (Elaborasi)
Guru meminta peserta didik untuk mengaitkan konsep yang diperoleh dengan konsep-konsep lain yang terkait untuk lebih memperdalam pemahaman tentang konsep yang dipelajari.
Evaluation (Evaluasi)
Guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang dipelajari.
Guru memberikan pemantapan terhadap konsep yang telah diperoleh.
Penutup
Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan 10 menit hasil belajar.
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
88
F.
Media Pembelajaran 1.
Media pembelajaran Powerpoint
2.
Alat dan bahan pembelajaran Alat : a.
Laptop
b.
LCD
Bahan : a. 3.
Lembar kerja peserta didik
Sumber belajar Sri Rahayu,dkk.2013. Kimia SMA/MA Kelas X.Jakarta: Bumi Aksara. Unggul
Sudarmo.2013.
Kimia
X.Surakarta:Erlangga.
89
untuk
SMA/MA
Kelas
G.
Teknik Penilaian 1. Lembar penilaian pengetahuan Pertanyaan
Skor
1.
Apa yang dimaksud dengan senyawa ion?
20
2.
Apa yang dimaksud dengan senyawa kovalen polar?
20
3.
Berilah 3 contoh yang termasuk senyawa ion?
20
4.
Berilah 3 contoh yang termasuk senyawa kovalen
20
polar? 5.
Berapa harga derajat ionisasi untuk larutan elektrolit
20
kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit? Total skor
100
Jawab: 1.
Senyawa ion adalah senyawa yang tersusun atas molekul-molekul yang memiliki ikatan ionik.
2.
Senyawa kovalen polar adalah senyawa yang terbentuk dari sesama unsur-unsur non logam dengan cara membentuk ikatan kovalen.
3.
Contoh yang termasuk senyawa ion adalah NaCl, NaBr, NaF, KBr, KF, NaOH, KOH, LiOH.
4.
Contoh senyawa yang termasuk kovalen polar adalah HF, HCl, HBr, CH3COOH, H2SO4.
5.
Larutan elektrolit kuat:
α=1
Larutan elektrolit lemah: 0 ≤ α ≥ 1 Larutan non elektrolit:
α=0
90
2. Rubrik Penilaian Keterampilan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN Kelompok
:
Nama dan No.Absen : No.
Aspek Penilaian
Skor
A
Observasi/Mengamati
1
Relevansi
2
Kelengkapan
3
Pembahasaan
B
Diskusi
4
Keterampilan mengkomunikasikan
5
Keterampilan mendengarkan
6
Keterampilan berargumentasi
7
Keterampilan berkontribusi
C
Presentasi
8
Keterampilan menjelaskan
9
Keterampilan memvisualisasikan
10
Keterampilan merespon
Catatan
Jumlah Skor Keterangan Nilai Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
Mengetahui,
Godean,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
Drs. Makhfudh
Wahyu Anggraini Pramusinta
NIP. 19630515 198903 1 016
NIM. 13303244031
91
Januari 2017
Lampiran 1. Materi SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN POLAR Ion-ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yaitu senyawa ionik dan senyawa kovalen polar. 1. Senyawa Ionik Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam bentuk padat atau kering. Misalnya NaCl dan NaOH. NaCl tersusun dari ion Na+ dan ion Cl¯ sedangkan NaOH tersusun dari ion Na+ dan ion OH– . Senyawa-senyawa
ionik dalam keadaan
padat tidak dapat
menghantarkan arus listrik karena ion-ion yang terikat dengan kuat, sehingga ion-ion tersebut tidak mengalami mobilisasi ketika diberi beda potensial. Namun apabila senyawa ionik dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik adalah suatu elektrolit. Hal ini disebabkan ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi, terlepas kemudian segera masuk dan menyebar dengan air sebagai medium untuk bergerak. Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang yang dapat larut dalam pelarut polar seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit. Tetapi lelehan senyawa ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding larutannya. Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih cepat bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial. 2. Senyawa kovalen polar Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan murni tidak dapat menghantarkan arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Hal ini disebabkan senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion. Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga 92
dapat menghantar arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk ion di dalam benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik. HCl, NH3 dan CH3COOH merupakan beberapa contoh senyawa kovalen polar. 3. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah Senyawa yang seluruhnya atau hampir seluruhnya di dalam air terurai menjadi ion-ion sehingga memiliki daya hantar listrik yang baik disebut elektrolit kuat. Senyawa yang termasuk elektrolit kuat mempunyai daya hantar listrik yang relatif baik walaupun memiliki konsentrasi yang kecil. Sebaliknya senyawa yang sebagian kecil terurai menjadi ion disebut elektrolit lemah. Senyawa yang termasuk elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif jelek walaupun memiliki konsentrasi tinggi (pekat). Beberapa contoh elektrolit kuat dan elektrolit lemah, serta perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 2. Larutan yang memberikan nyala bohlam terang termasuk elektrolit kuat sedangkan elektrolit lemah nyala bohlamnya redup atau hanya menimbulkan gelembung-gelumbung udara pada elektroda. Jika tidak ada reaksi atau perubahan apa-apa ketika kedua elektroda dicelupkan, maka larutan tersebut termasuk larutan nonelektrolit. Misalnya HCl, CH3COOH dan NH3, apabila diuji daya hantar listrik menggunakan konsentrasi larutan yang sama misalnya 1 M. Maka dapat diketahui ternyata HCl memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding dua senyawa lainnya. Hal ini dapat dilihat dari lampu bohlam yang menyala lebih terang. Menggunakan teori Arhenius dapat disimpulkan bahwa jumlah ion yang terbentuk dari HCl lebih banyak dibanding dua senyawa lainnya. Artinya di dalam air sebagian besar HCl terurai menjadi ion H+ dan ion Cl‾ sedangkan CH3COOH dan NH3 hanya sebagian kecil yang terurai ion H+ dan ion CH3COO‾ dan NH4+ dan OH‾ atau sebagian besarnya masih tetap dalam bentuk molekul kovalen.
93
4. Elektrolit asam, basa dan Garam Larutan elektrolit dapat berupa asam, basa dan garam. Untuk asam dan basa dapat berupa elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Sedangkan garam yang mudah larut dalam air semuanya termasuk elektrolit kuat. Garam-garam yang sukar larut dalam air berupa elektrolit lemah walaupun tersusun atas ion-ion. Beberapa senyawa yang tergolong elektrolit kuat adalah 1) Asam-asam kuat umumnya asam-asam anorganik, misalnya: HCl, HClO3, H2SO4 dan HNO3. 2) Basa-basa kuat yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, misalnya: NaOH, KOH, Ca(OH)2 dan Ba(OH)2. 3) Garam-garam yang mudah larut, misalnya: NaCl, KI dan Al2(SO4)3 Beberapa senyawa yang tergolong elektrolit lemah 1) Asam-asam lemah, sebagian asam anorganik dan sebagian besar asam organik misalnya: CH3COOH, HCN, H2CO3 dan H2S. 2) Basa-basa lemah, misalnya amonia dan kebanyakan basa organik seperti NH4OH dan Ni(OH)2. 3) Garam-garam yang sukar larut, misalnya: AgCl, CaCrO4 dan PbI2 5.
Derajat Ionisasi Ketika suatu zat dilarutkan dalam air, maka terdapat 3 kemungkinan yang terjadi yaitu zat tersebut larut secara sempurna, larut sebagian dan tidak larut dalam air. Banyaknya spesi yang terionisasi dalam air dapat diketahui menggunakan derajat disosiasi atau derajat ionisasi (α). Derajat ionisasi diartikan sebagai perbandingan jumlah mol atau molekul zat yang terionisasi dengan banyaknya mol atau molekul mula-mula. Derajat ionisasi dapat dituliskan sebagai berikut, ɑ= Harga α di antara 0 ≤ α ≥ 1. α ≤ 0 artinya tidak terjadi ionisasi, sedangkan α = 1 artinya terjadi ionisasi secara sempurna.
94
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Nama No. Absen Kelas
: : :
DAYA HANTAR LISTRIK BERDASARKAN JENIS IKATAN
A. Tujuan 1. Peserta didik dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
B. Dasar Teori Proses daya hantar listrik akan menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa ada larutan yang dapat menghantarkan listrik dan ada yang tidak dapat menghantarkan listrik? Lantas, bagaimana proses penghantaran listrik itu dapat terjadi di dalam larutan? Hal ini dapat dijelaskan oleh teori dari Svante August Arrhenius. Arrhenius dapat menjelaskan mengenai proses penghantaran listrik di dalam larutan. Larutan dapat menghantarkan listrik karena di dalam larutan tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang dapat menghantarkan listrik Selain dengan teori Arrhenius, larutan yang dapat menghantarkan listrik dapat dijelaskan dengan jenis ikatan dalam zat terlarut penyusunnya.
C. Pertanyaan 1.
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terdiri dari ........................, ......................., dan .........................
2.
Apa yang mempengaruhi kekuatan daya hantar listrik suatu larutan ? ..............................................................................................................................
3.
Ada berapakah jenis senyawa kovalen? ................................................................
95
Apakah
semua
senyawa
kovalen
dapat
menghantarkan
arus
listrik?
Jelaskan!..................................................................................................................... ............................................................................................................................... 4.
5.
Apa yang dimaksud dengan : Senyawa ion
: ............................................................................
Senyawa kovalen
: ............................................................................
Senyawa kovalen polar
: ............................................................................
Berilah 3 contoh yang termasuk : Senyawa ion
: ............................................................................
Senyawa kovalen
: ............................................................................
Senyawa kovalen polar
: ............................................................................
D. Kesimpulan .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
96
Lampiran 1.3 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KETIGA
Satuan Pendidikan
: SMAN 1 GODEAN
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit
Waktu
: 2 x 45 menit
A.
Tujuan Pembelajaran 1.
Peserta didik dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan percobaan yang dilakukan.
2.
Peserta didik dapat menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
3.
Peserta didik dapat merancang alat uji elektrolit untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.
Peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil percobaan larutan elektrolit dan nonelektrolit.
B.
Kompetensi Dasar 3.8
Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.8
Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8.4
Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan percobaan yang dilakukan.
3.8.5
Menjelaskan
penyebab
kemampuan
larutan
elektrolit
menghantarkan arus listrik. 4.8.4
Merancang alat uji elektrolit untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
97
4.8.5
Mengkomunikasikan hasil percobaan larutan elektrolit dan nonelektrolit.
D.
Materi Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Prosedur Langkah kerja percobaan daya hantar listrik dalam larutan
E.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi kegiatan
waktu
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
Guru
menyampaikan
indikator
15 menit
pencapaian
kompetensi.
Guru menyampaikan apersepsi: Peserta didik diberikan pertanyaan yaitu: -
Pada
pertemuan
sebelumnya,
kita
sudah
membahas mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit. - Bagaimanakah sifat dari larutan elektrolit dan non elektrolit? - Ada berapa macam jenis ikatan senyawa kimia? - Senyawa apa yang dapat menghantarkan arus listrik? - Bagaimanakah
larutan
elektrolit
dapat
menghantarkan arus listrik? ( masalah ) - Nah, kali ini kita akan mempelajari daya hantar listrik larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan. (topik).
Guru membagi kelompok diskusi/observasi dan menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
Kegiatan Inti
Engagment (Pendahuluan)
Guru memberikan pertanyaan faktual yang akan
98
60 menit
mengarahkan peserta didik ke topik bahasan mengenai daya hantar listrik larutan.
Guru membagikan LKPD untuk masing-masing kelompok.
Eksploration (Eksplorasi)
Guru meminta perwakilan peserta didik untuk merancang alat uji elektrolit.
Guru meminta peserta didik melakukan percobaan menggunakan alat uji elektrolit.
Guru meminta peserta didik untuk mencatat dan berdiskusi
mengenai
hasil
percobaan
yang
dilakukan. Eksplanation (Penjelasan)
Guru meminta peserta didik untuk menemukan konsep berdasarkan hasil percobaan dan hasil diskusi yang dilakukan.
Guru meminta peserta didik untuk menjelaskan konsep yang dipelajari dengan menggunakan kalimat sendiri.
Guru
meminta
peserta
didik
untuk
menyempurnakan konsep yang didapat dengan membaca literattur lain. Elaboration (Elaborasi)
Guru meminta peserta didik untuk mengaitkan konsep yang didapat peserta didik pada pertemuan sebelumnya dengan konsep yang didapat saat ini.
Evaluation (Evaluasi)
Guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang dipelajari.
Guru memberikan penguatan mengenai konsep
99
yang didapat.
Penutup
Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan hasil belajar.
Guru menyampaikan informasi untuk menyiapkan diri mengikuti ujian mengenai larutan elektrolit dan nonelektrolit pada pertemuan berikutnya.
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
F.
Media Pembelajaran 1.
Media pembelajaran Powerpoint
2.
Alat dan bahan pembelajaran Alat : 1) 1 buah batu baterai 2) Lampu led 5volt 3) Elektroda 2 buah carbon 4) Selotip 5) Kabel 6) Gelas kimia Bahan : 1) Larutan NaCl 2) Air keran 3) Larutan HCl 4) Larutan NaOH 5) Alkohol 6) Asam asetat
3.
Sumber belajar Sri Rahayu,dkk.2013. Kimia SMA/MA Kelas X.Jakarta: Bumi Aksara. Unggul Sudarmo.2013. Kimia untuk SMA/MA Kelas X.Surakarta:Erlangga.
100
G.
Teknik Penilaian 1. Rubrik Penilaian Pengetahuan Soal Pertanyaan
Skor
1. Apa yang menyebabkan suatu larutan dapat
25
menghantarkan arus listrik? 2. Bagaimana gejala atau ciri yang ditimbulkan untuk
25
larutan elektrolit kuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan? 3. Bagaimana gejala atau ciri yang ditimbulkan untuk
25
larutan elektrolit lemah berdasarkan percobaan yang telah dilakukan? 4. Mengapa untuk larutan non elektrolit tidak terjadi
25
perubahan? Skor total
100
Jawab: 1.
Yang menyebabkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion yang bergerak bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus listrik.
2.
Ciri larutan elektrolit kuat berdasarkan percobaan yang dilakukan adalah nyala lampu terang dan terdapat banyak gelembung gas.
3.
Ciri larutan elektrolit lemah berdasarkan percobaan yang dilakukan adalah nyala lampu redup dan sedikit geembung gas.
4.
Larutan non elektrolit tidak terjadi perubahan karena pada larutan non elektrolit ion-ion tidak dapat bergerak bebas sehingga tidak dapat menghantarkan listrik.
101
2.
Rubrik Penilaian Keterampilan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN
Kelompok
:
Nama dan No.Absen : No.
Aspek Penilaian
A
Observasi/Mengamati
1
Relevansi
2
Kelengkapan
3
Pembahasaan
4
Skor
Catatan
Keterampilan menggunakan alat uji elektrolit
5
Keterampilan mengkomunikasikan
6
Keterampilan mendengarkan
7
Keterampilan berargumentasi
8
Keterampilan berkontribusi
9
Keterampilan menjelaskan
10
Keterampilan merespon Jumlah Skor
Keterangan Nilai Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
Mengetahui,
Godean,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
Drs. Makhfudh
Wahyu Anggraini Pramusinta
NIP. 19630515 198903 1 016
NIM. 13303244031
102
Januari 2017
Lampiran 1. Materi LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Sebelumnya kita telah mengetahui tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit dapat menghantarkan listrik, sedangkan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan percobaan seperti Gambar 1.
Gambar 1. Percobaan daya hantar listrik suatu benda
Pada gambar di atas, kita dapat mengetahui bahwa benda yang dapat menghantarkan listrik ditunjukkan dengan lampu menyala, sedangkan yang tidak dapat menghantarkan listrik, lampu tidak menyala. Berdasarkan prinsip kerja percobaan pada gambar tersebut, kita dapat menggunakan alat uji elektrolit untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Dengan alat uji elektrolit selain untuk mengetahui daya hantar listrik sutau larutan kita juga dapat membedakan antara larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit. Alat uji elektrolit terdiri atas dua elektroda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (baterai) dan dilengkapi dengan lampu bolam serta gelas kimia sebagai wadah atau tempat larutan yang akan diuji dan selanjutnya masingmasing omponen dihubungkan dengan kabel. Jika lampu menyala terang dan timbul gelembung-gelembung gas padasalah satu atau kedua elektrodanya, maka larutan tersebut merupakan larutan elektrolit kuat. Jika lampu menyala redup dan timbul gelembung-gelembung gas ataupun tidak, maka larutan tersebut termasuk larutan elektrolit lemah. Sedangkan jika lampu tidak menyala tetapi timbul gelembung-gelembung gas, aka termasuk
103
elektrolit lemah. Jika lampu tidak menyala sama sekali dan tidak timbul gelembung gas, maka termasuk larutan non-elektrolit. Jenis larutan dan konsentrasinya bergantung pada daya hantar listrik larutan. Larutan yang mempunyai daya hantar listrik relatif baik meskipun konsentrasinya relatif rendah disebut larutan elektrolit kuat, sedangkan larutan yang daya hantar listriknya buruk, meskipun konsentrasinya reltif tinggi disebut larutan elektrolit lemah. Pada konsentrasi yang sama larutan elektrolit kuat menghantarkan listrik lebih baik dibandingkan dengan larutan elektrolit lemah.
104
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Kelompok : Nama Anggota : 1) ............................................( 2) ............................................( 3) ............................................( 4) ............................................(
) ) ) )
DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT A. Tujuan Praktikum 1. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya 2. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik. B. Dasar Teori Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut. Contoh larutan yaitu larutan garam, larutan gula. Pada percobaan ini akan diselidiki larutan yang menghantarkan listrik dan yang tidak menghantarkan listrik. C. Alat dan Bahan Alat : 1. 1 buah adaptor 2. Lampu led 5volt 3. Elektroda 2 buah carbon 4. Kabel 5. Gelas kimia
105
Bahan : 1. Larutan KI 2. Larutan AgNO3 3. Larutan NH4OH 4. Larutan CH3COOH 5. Larutan H2SO4 6. Larutan HCl 7. Larutan NaOH 8. Larutan NaCl 9. Etanol 10. Urea 11. Glukosa 12. Garam kristal
D. Cara Kerja 1. Memasukkan larutan secukupnya ke dalam gelas beker yang bersih dan kering. 2. Memasukkan 2 batang karbon secara sejajar. 3. Mengamati gejala yang terjadi dengan menggunakan alat uji elektrolit, apakah lampu menyala dan terdapat gelembung gas. 4. Mencacat gejala yang terjadi. 5. Mencuci batang karbon dengan air, lalu dikeringkan dengan tissue. 6. Mengulangi langkah no 1-6 dengan larutan yang berbeda.
106
E. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan NO
Larutan
Nyala lampu Terang
1.
Larutan KI
2.
Larutan
Redup
AgNO3 3.
Larutan NH4OH
4.
Larutan CH3COOH
5.
Larutan H2SO4
6.
Larutan HCl
7.
Larutan NaOH
8.
Larutan NaCl
9.
Etanol
10.
Urea
11.
Glukosa
12.
Garam kristal
107
Gelembung Tidak
Banyak
Sedikit
Tidak ada
F. Pertanyaan Diskusi 1. Berdasarkan hasil percobaan, gejala atau ciri apa saja yang menandai adanya hantaran listrik? .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Kelompokkanlah larutan di atas berdasarkan gejala atau ciri yang sama! .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 3. Kelompokkanlah larutan tersebut ke dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit berdasarkan gejala atau cirinya! .................................................................................................................. .................................................................................................................. ..................................................................................................................
G. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah Anda lakukan, simpulkanlah! 1. Sebutkan ciri-ciri atau gejala yang ditimbulkan dari larutan elektrolit dan non-elektrolit! .................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Apa yang menyebabkan larutan memiliki sifat yang berbeda-beda dalam menghantarkan arus listrik? .................................................................................................................. ..................................................................................................................
108
Lampiran 1.4 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL PERTEMUAN PERTAMA
Satuan Pendidikan
: SMAN 1 GODEAN
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit
Waktu
: 2 x 45 menit
A.
Tujuan Pembelajaran 1.
Peserta didik dapat menyebutkan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit.
2.
Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
3.
Peserta didik dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit.
4.
Peserta didik dapat mendiskusikan sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik.
5.
Peserta didik dapat mempresentasikan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit serta sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya
B.
Kompetensi Dasar 3.8
Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.8
Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8.1
Menyebutkan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit.
3.8.2
Mengidentifikasi sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
109
3.8.3
Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit.
4.8.1
Mendiskusikan sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik.
4.8.2
Mempresentasikan pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit serta sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
D.
Materi Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Fakta Konduktor Isolator Pelarut Terlarut Konsep Larutan Larutan elektrolit Larutan non elektrolit
E.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi kegiatan
waktu
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
Guru
menyampaikan
indikator
pencapaian
kompetensi
Guru menyampaikan apersepsi Peserta didik diberikan pertanyaan yaitu: -
Pernahkah kalian menangkap ikan di sungai?
- Dengan alat apa kalian menangkap ikan di sungai? - Pernahkah kalian melihat orang menyetrum ikan di sungai? - Ketika menangkap ikan dengan setrum listrik yang disterum ikannya atau airnya?
110
15 menit
- Mengapa air disetrum ikannya tetap mati? - Air sungai itu, termasuk air murni atau ada zat terlarutnya? - Jadi air sungai termasuk larutan atau bukan? - Apakah semua larutan dapat menghantarkan listrik? (masalah) - Nah, kali ini kita akan mempelajari tentang larutan yang menghantarkan listrik dan larutan yang tidak menghantarkan listrik ( topik)
Guru membagi kelompok diskusi/observasi dan menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
Kegiatan Inti
60 menit
Orientasi
Guru menunjukkan percobaan daya hantar listrik melalui video
Pemunculan Gagasan
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik: “Apa yang menyebabkan larutan NaCl dapat menyalakan lampu sedangakan larutan gula tidak dapat menyalakan lampu?”
Penyusunan Ulang Gagasan
Guru meminta peserta didik untuk menemukan alasan mengenai gejala tersebut, berdasarkan pengetahuan awal yang didapat (membuat dugaan sementara).
Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan mengenai larutan elektrolit dan non elektrolit dengan melengkapi LKPD yang telah dibagikan.
Penerapan Gagasan
Guru
meminta
111
peserta
didik
untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Guru memberikan feedback terhadap hasil diskusi mengenai larutan elektrolit dan non elektrolit.
Pemantapan Gagasan.
Guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan tentang materi yang dipelajari.
Guru memberikan pemantapan terhadap konsep yang telah diperoleh.
Penutup
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa
F.
Media Pembelajaran 1.
Media pembelajaran a.
2.
Powerpoint
Alat dan bahan pembelajaran Alat : a.
Laptop
b.
LCD
Bahan : a. 3.
Lembar kerja peserta didik
Sumber belajar Sri Rahayu,dkk.2013. Kimia SMA/MA Kelas X.Jakarta: Bumi Aksara. Unggul
Sudarmo.2013.
Kimia
X.Surakarta:Erlangga.
112
untuk
SMA/MA
Kelas
G.
Teknik Penilaian 1. Lembar penilaian pengetahuan Pertanyaan
Skor
1.
Apa yang dimaksud dengan larutan elektrolit dan nonelektrolit? 20
2.
Bagaimana ciri-ciri untuk larutan elektrolit berdasarkan alat uji 20 elektrolit?
3.
Apa yang menyebabkan suatu larutan dapat menghantarkan 20 arus listrik?
4.
Sebutkan 3 contoh larutan elektrolit kuat!
20
5.
Sebutkan 3 contoh larutan nonelektrolit!
20
Total skor
100
Jawab : 1.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
2. Ciri-ciri larutan elektrolit berdasarkan alat uji elektrolit adalah dapat menyalakan lampu, dan timbul gelembung-gelembung gas di sekitar elektroda. 3. Suatu larutan dapat menghantarkan listrik disebabkan karena adanya ionion yang bergerak bebas. 4. Contoh larutan elektrolit kuat adalah NaCl, HCl, KOH 5. Contoh larutan nonelektrolit adalah Alkohol, Glukosa, urea
113
2.
Rubrik Penilaian Keterampilan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN
Kelompok
:
Nama dan No.Absen : No.
Aspek Penilaian
Skor
A
Observasi/Mengamati
1
Relevansi
2
Kelengkapan
3
Pembahasaan
B
Diskusi
4
Keterampilan mengkomunikasikan
5
Keterampilan mendengarkan
6
Keterampilan berargumentasi
7
Keterampilan berkontribusi
C
Presentasi
8
Keterampilan menjelaskan
9
Keterampilan memvisualisasikan
10
Keterampilan merespon
Catatan
Jumlah Skor Keterangan Nilai Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
Mengetahui,
Godean,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
Drs. Makhfudh
Wahyu Anggraini Pramusinta
NIP. 19630515 198903 1 016
NIM. 13303244031
114
Januari 2017
Lampiran 1. Materi LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Masih ingatkah kalian, apakah larutan itu? Tentunya masih ingat bukan? Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dengan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi (tersebar secara merata) dalam zat pelarut. Jika Anda melarutkan 2 sendok makan gula putih (pasir) ke dalam segelas air, maka akan didapatkan larutan gula. Coba ingat kembali, manakah dari gula dan air yang berperan sebagai zat terlarut dan zat pelarut? Di SMP atau bahkan di SD Anda pernah membedakan benda-benda yang dapat menghantarkan listrik atau tidak dapat menghantarkan listrik, melalui percobaan berikut.
Gambar 1. Percobaan daya hantar listrik suatu benda Setelah diamati percobaan seperti di atas, kita dapat membedakan benda yang dapat menghantarkan listrik yang ditandai dengan lampu menyala. Sedangkan benda yang tidak menghantarkan listrik ditandai dengan lampu yang tidak menyala atau padam. Ternyata dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa paku dapat menghantarkan listrik sedangkan plastik tidak dapat menghantarkan listrik.
Bagaimanakah
dengan
larutan?
Apakah
semua
larutan
dapat
menghantarkan listrik? Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik, telah dijelaskan oleh seorang ahli kimia Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927). Didasarkan pada teori ionisasi Arhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena di dalam larutan terkandung atom-atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik yang bergerak bebas. Atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik disebut ion. Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ion-
115
ion, umumnya ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air dituliskan juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua persamaan: H+ + Cl-
HCl
Ketika diberi beda potensial, Ion yang bermuatan negatif bergerak menuju anoda (+) sedangkan ion yang bermuatan positif bergerak menuju katoda (-) karena adanya perbedaan muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul C. Perbedaan Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terbagi menjadi 2 golongan yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Untuk lebih mudah memahami, cobalah perhatikan tabel1 berikut. Tabel 1. Perbedaan larutan elektrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit 4.
Larutan non-elektrolit
Dapat menghantarkan listrik
4.
Tidak
dapat
menghantarkan
listrik 5.
Terjadi proses ionisasi (terurai
5.
Tidak terjadi proses ionisasi
6.
Lampu tidak menyala dan tidak
menjadi ion-ion) 6.
Lampu dpaat menyala terang atau redup dan ada gelembung
ada gelembung gas.
gas
Contoh :
Contoh :
Larutan gula (C12H22O11)
Garam dapur (NaCl)
Larutan urea (CONH2)
Cuka dapur (CH3COOH)
Larutan alkohol (C2H5OH)
Air accu (H2SO4)
Larutan glukosa (C6H12O6)
Garam magnesium (MgCl2)
116
Adakah pengaruh daya hantar listrik dengan jenis zat tersebut? Seorang ahli kimia dari Swedia (1887), Svante August Arrhenius (1859 – 1927) menjelaskan bahwa larutan elektrolit mengandung atom-atom bermuatan listrik (ion-ion) yang bergerak bebas, hingga mampu untuk menghantarkan arus listrik melalui larutan. Contoh : larutan HCl Larutan HCl di dalam air mengurai
menjadi kation (H+) dan anion
(Cl).Terjadinya hantaran listrik pada larutan HCl disebabkan ion H menangkap elektron pada katoda dengan membebaskan gas Hidrogen. Sedangkan ion-ion Cl melepaskan elektron pada anoda dengan menghasilkan gas klorin. Perhatikan gambar 2 berikut.
Gambar 2. Hantaran listrik melalui larutan HCl
D. Pengelompokkan Larutan Berdasarkan Jenisnya Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit. Sedangkan elektrolit dapat dikelompokkan menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Bagaimanakah kalian dapat dengan mudah mengelompokkan larutan ke dalam elektrolit kuat, elektrolit lemah ataupun non elektrolit? Pahamilah tabel di bawah ini!
117
Tabel 2. Gambaran bentuk molekul dari elektrolit kuat,elektrolit lemah , dan non elektrolit. Jenis larutan
Sifat dan pengamatan Contoh lain
Elektrolit
-
kuat -
Reaksi ionisasi
senyawa Terionisasi
NaCl,
sempurna
NaOH, H2SO4 NaOH
Menghantarkan
dan KCl
arus listrik -
Lampu
Na+ +
OH2H+ +
H2SO4 SO42-
menyala
terang -
Na+ + Cl-
HCl, NaCl
KCl
K+ + Cl-
Terdapat gelembung gas
Elektrolit
-
lemah -
-
Terionisasi
CH3COOH,
sebagian
HCN
CH3COOH dan CH3COO-
Menghntarkan arus Al(OH)3
HCN
listrik
Al(OH)3
Lampu
H+ + CN-
3OH-
menyala
redup -
Terdapat gelembung gas
Non
-
Tidak terionisasi
C6H2O6,
C6H2O6
elektrolit
-
Tidak
C12H22O11,
C12H22O11
menghantarkan
CO(NH2)2 dan CO(NH2)2
listrik
C2H5OH
-
Lampu
tidak
menyala -
Tidak
terdapat
gelembung gas
118
H+ +
C2H5OH
Al3+ +
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Nama No. Absen Kelas
: : : LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
A. Tujuan 1.
Peserta didik dapat menyebutkan pengertian larutan elektrolit dan non-elektrolit.
2.
Peserta didik dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit
B. Dasar Teori Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan terdiri atas pelarut dan zat terlarut. Pelarut adalah bagian larutan yang memiliki bagian lebih besar sedangkan zat terlarut akan lebih sedikit. Zat terlarut dan pelarut dapat berupa zat padat, zat cair atau gas. Bentuk larutan tergantung pada jenis pelarutnya. Tapi biasanya yang disebut larutan ini adalah berbentuk cairan. Pada penyetruman ikan di sungai, ikan-ikan di sungai tersebut mati. Padahal ikan tersebut berada di dalam air dan yang diberi tegangan adalah air sungai, bukanlah ikan. Mengapa ikan tersebut bisa mati? Apakah air sungai dapat menghantarkan listrik?
C. Pertanyaan 1.
Bahan yang dapat menghantarkan listrik disebut ................ , sedangkan bahan yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut dengan ................... .
2.
Biasanya bahan yang dapat menghantarkan listrik adalah bahan yang terbuat dari logam, apakah zat cair atau larutan dapat menghantarkan listrik? Jika “iya” maka larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut
119
................. . Jika “tidak” maka larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut ................... . 3.
Berdasarkan literatur, larutan garam termasuk larutan elektrolit sedangkan padatan
garam
termasuk
nonelektrolit.
Mengapa
demikian?
....................................................................................................................... 4.
Apa yang menyebabkan
suatu larutan dapat atau tidak
dapat
menghantarkan arus listrik? .......................................................................... ....................................................................................................................... 5.
Bagaimana ciri-ciri larutan yang dapat menghantarkan arus listrik berdasarkan alat uji elektrolit? ...................................................................... .......................................................................................................................
6.
Bagaimana ciri-ciri larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik berdasarkan alat uji elektrolit? ...................................................................... ........................................................................................................................
7.
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan elektrolit dibedakan menjadi 2 yaitu ................... dan .................... .
8.
Apa yang membedakan larutan elektrolit kuat dengan larutan elektrolit lemah? ........................................................................................................... .......................................................................................................................
9.
Berilah masing-masing 3 contoh yang termasuk : d.
Elektrolit kuat
: ..................................................................................
e.
Elektrolit lemah : ..................................................................................
f.
Non elektrolit
: ..................................................................................
D. Kesimpulan ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
120
Lampiran 1.5 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KEDUA
Satuan Pendidikan
: SMAN 1 GODEAN
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit
Waktu
: 1 x 45 menit
A.
Tujuan Pembelajaran 1.
Peserta didik dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
2.
Peserta didik dapat mendiskusikan contoh senyawa yang termasuk senyawa ion dan senyawa kovalen.
B.
Kompetensi Dasar 3.8
Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.8
Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8.3
Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
4.8.3
Mendiskusikan contoh senyawa yang termasuk senyawa ion dan senyawa kovalen.
D.
Materi Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Konsep Senyawa ion dan senyawa kovalen Kekuatan elektrolit Derajat ionisasi
121
E.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi kegiatan
waktu
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
Guru
menyampaikan
indikator
5 menit
pencapaian
kompetensi
Guru menyampaikan apersepsi : Peserta didik diberikan pertanyaan yaitu: -
Pada
pertemuan
sebelumnya,
kita
sudah
membahas mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit dan daya hantar listrik. - Bagaimanakah daya hantar listrik untuk larutan elektrolit? - Apakah padatan garam dapat menghantarkan arus listrik seperti larutan garam? (masalah). - Nah, kali ini kita akan mempelajari senyawa ion dan senyawa kovalen. (topik).
Guru membagi kelompok diskusi/observasi dan menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
Kegiatan Inti
30 menit
Orientasi
Guru mengulas sedikit materi pada pertemuan sebelumnya.
Pemunculan Gagasan
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik: “Siapakah yang berperan menghantarkan arus listrik dalam larutan elektrolit?”
Penyusunan Ulang Gagasan
Guru meminta peserta didik untuk menemukan alasan mengenai pertanyaan tersebut, berdasarkan pengetahuan awal yang didapat (membuat dugaan
122
sementara).
Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan mengenai senyawa ion dan senyawa kovalen dengan melengkapi LKPD yang telah dibagikan.
Penerapan Gagasan
Guru
meminta
peserta
didik
untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Guru memberikan feedback terhadap hasil diskusi mengenai senyawa ion dan senyawa kovalen.
Pemantapan Gagasan
Guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari
Guru memberikan pemantapan terhadap konsep yang telah diperoleh.
Penutup
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari 10 menit pada pertemuan berikutnya.
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
F.
Media Pembelajaran 1.
Media pembelajaran Powerpoint
2.
Alat dan bahan pembelajaran Alat : a.
Laptop
b.
LCD
Bahan : a. 3.
Lembar kerja peserta didik
Sumber belajar Sri Rahayu,dkk.2013. Kimia SMA/MA Kelas X.Jakarta: Bumi Aksara. Unggul
Sudarmo.2013.
Kimia
X.Surakarta:Erlangga.
123
untuk
SMA/MA
Kelas
G.
Teknik Penilaian 1. Lembar penilaian pengetahuan Pertanyaan
Skor
1.
Apa yang dimaksud dengan senyawa ion?
20
2.
Apa yang dimaksud dengan senyawa kovalen polar?
20
3.
Berilah 3 contoh yang termasuk senyawa ion?
20
4.
Berilah 3 contoh yang termasuk senyawa kovalen
20
polar? 5.
Berapa harga derajat ionisasi untuk larutan elektrolit
20
kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit? Total skor
100
Jawab: 1.
Senyawa ion adalah senyawa yang tersusun atas molekul-molekul yang memiliki ikatan ionik.
2.
Senyawa kovalen polar adalah senyawa yang terbentuk dari sesama unsur-unsur non logam dengan cara membentuk ikatan kovalen.
3.
Contoh yang termasuk senyawa ion adalah NaCl, NaBr, NaF, KBr, KF, NaOH, KOH, LiOH.
4.
Contoh senyawa yang termasuk kovalen polar adalah HF, HCl, HBr, CH3COOH, H2SO4.
5.
Larutan elektrolit kuat:
α=1
Larutan elektrolit lemah: 0 ≤ α ≥ 1 Larutan non elektrolit:
α=0
124
2.
Rubrik Penilaian Keterampilan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN
Kelompok
:
Nama dan No.Absen : No.
Aspek Penilaian
Skor
A
Observasi/Mengamati
1
Relevansi
2
Kelengkapan
3
Pembahasaan
B
Diskusi
4
Keterampilan mengkomunikasikan
5
Keterampilan mendengarkan
6
Keterampilan berargumentasi
7
Keterampilan berkontribusi
C
Presentasi
8
Keterampilan menjelaskan
9
Keterampilan memvisualisasikan
10
Keterampilan merespon
Catatan
Jumlah Skor Keterangan Nilai Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
Mengetahui,
Godean,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
Drs. Makhfudh
Wahyu Anggraini Pramusinta
NIP. 19630515 198903 1 016
NIM. 13303244031
125
Januari 2017
Lampiran 1. Materi SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN POLAR Ion-ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yaitu senyawa ionik dan senyawa kovalen polar. 1. Senyawa Ionik Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam bentuk padat atau kering. Misalnya NaCl dan NaOH. NaCl tersusun dari ion Na+ dan ion Cl¯ sedangkan NaOH tersusun dari ion Na+ dan ion OH– . Senyawa-senyawa
ionik dalam keadaan
padat tidak dapat
menghantarkan arus listrik karena ion-ion yang terikat dengan kuat, sehingga ion-ion tersebut tidak mengalami mobilisasi ketika diberi beda potensial. Namun apabila senyawa ionik dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik adalah suatu elektrolit. Hal ini disebabkan ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi, terlepas kemudian segera masuk dan menyebar dengan air sebagai medium untuk bergerak. Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang yang dapat larut dalam pelarut polar seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit. Tetapi lelehan senyawa ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding larutannya. Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih cepat bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial. 2. Senyawa kovalen polar Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan murni tidak dapat menghantarkan arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Hal ini disebabkan senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion. Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga 126
dapat menghantar arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk ion di dalam benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik. HCl, NH3 dan CH3COOH merupakan beberapa contoh senyawa kovalen polar. 3. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah Senyawa yang seluruhnya atau hampir seluruhnya di dalam air terurai menjadi ion-ion sehingga memiliki daya hantar listrik yang baik disebut elektrolit kuat. Senyawa yang termasuk elektrolit kuat mempunyai daya hantar listrik yang relatif baik walaupun memiliki konsentrasi yang kecil. Sebaliknya senyawa yang sebagian kecil terurai menjadi ion disebut elektrolit lemah. Senyawa yang termasuk elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif jelek walaupun memiliki konsentrasi tinggi (pekat). Beberapa contoh elektrolit kuat dan elektrolit lemah, serta perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 2. Larutan yang memberikan nyala bohlam terang termasuk elektrolit kuat sedangkan elektrolit lemah nyala bohlamnya redup atau hanya menimbulkan gelembung-gelumbung udara pada elektroda. Jika tidak ada reaksi atau perubahan apa-apa ketika kedua elektroda dicelupkan, maka larutan tersebut termasuk larutan nonelektrolit. Misalnya HCl, CH3COOH dan NH3, apabila diuji daya hantar listrik menggunakan konsentrasi larutan yang sama misalnya 1 M. Maka dapat diketahui ternyata HCl memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding dua senyawa lainnya. Hal ini dapat dilihat dari lampu bohlam yang menyala lebih terang. Menggunakan teori Arhenius dapat disimpulkan bahwa jumlah ion yang terbentuk dari HCl lebih banyak dibanding dua senyawa lainnya. Artinya di dalam air sebagian besar HCl terurai menjadi ion H+ dan ion Cl‾ sedangkan CH3COOH dan NH3 hanya sebagian kecil yang terurai ion H+ dan ion CH3COO‾ dan NH4+ dan OH‾ atau sebagian besarnya masih tetap dalam bentuk molekul kovalen.
127
4. Elektrolit asam, basa dan Garam Larutan elektrolit dapat berupa asam, basa dan garam. Untuk asam dan basa dapat berupa elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Sedangkan garam yang mudah larut dalam air semuanya termasuk elektrolit kuat. Garam-garam yang sukar larut dalam air berupa elektrolit lemah walaupun tersusun atas ion-ion. Beberapa senyawa yang tergolong elektrolit kuat adalah 4) Asam-asam kuat umumnya asam-asam anorganik, misalnya: HCl, HClO3, H2SO4 dan HNO3. 5) Basa-basa kuat yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, misalnya: NaOH, KOH, Ca(OH)2 dan Ba(OH)2. 6) Garam-garam yang mudah larut, misalnya: NaCl, KI dan Al2(SO4)3 Beberapa senyawa yang tergolong elektrolit lemah 4) Asam-asam lemah, sebagian asam anorganik dan sebagian besar asam organik misalnya: CH3COOH, HCN, H2CO3 dan H2S. 5) Basa-basa lemah, misalnya amonia dan kebanyakan basa organik seperti NH4OH dan Ni(OH)2. 6) Garam-garam yang sukar larut, misalnya: AgCl, CaCrO4 dan PbI2 6.
Derajat Ionisasi Ketika suatu zat dilarutkan dalam air, maka terdapat 3 kemungkinan yang terjadi yaitu zat tersebut larut secara sempurna, larut sebagian dan tidak larut dalam air. Banyaknya spesi yang terionisasi dalam air dapat diketahui menggunakan derajat disosiasi atau derajat ionisasi (α). Derajat ionisasi diartikan sebagai perbandingan jumlah mol atau molekul zat yang terionisasi dengan banyaknya mol atau molekul mula-mula. Derajat ionisasi dapat dituliskan sebagai berikut, ɑ= Harga α di antara 0 ≤ α ≥ 1. α ≤ 0 artinya tidak terjadi ionisasi, sedangkan α = 1 artinya terjadi ionisasi secara sempurna.
128
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Nama No. Absen Kelas
: : :
DAYA HANTAR LISTRIK BERDASARKAN JENIS IKATAN
A.
Tujuan
1. Peserta didik dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
B.
Dasar Teori Proses daya hantar listrik akan menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa ada larutan yang dapat menghantarkan listrik dan ada yang tidak dapat menghantarkan listrik? Lantas, bagaimana proses penghantaran listrik itu dapat terjadi di dalam larutan? Hal ini dapat dijelaskan oleh teori dari Svante August Arrhenius. Arrhenius dapat menjelaskan mengenai proses penghantaran listrik di dalam larutan. Larutan dapat menghantarkan listrik karena di dalam larutan tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang dapat menghantarkan listrik Selain dengan teori Arrhenius, larutan yang dapat menghantarkan listrik dapat dijelaskan dengan jenis ikatan dalam zat terlarut penyusunnya.
C.
Pertanyaan
1. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan terdiri dari ........................, ......................., dan ......................... 2. Apa yang mempengaruhi kekuatan daya hantar listrik suatu larutan ? ........................................................................................................................ 3. Ada
berapakah
jenis
..............................................................
129
senyawa
kovalen?
4. Apakah semua senyawa kovalen dapat menghantarkan arus listrik? Jelaskan!......................................................................................................... ........................................................................................................................ 5. Apa yang dimaksud dengan : Senyawa ion
: .....................................................................
Senyawa kovalen
: ....................................................................
Senyawa kovalen polar
: .....................................................................
6. Berilah 3 contoh yang termasuk :
D.
Senyawa ion
: ......................................................................
Senyawa kovalen
: ......................................................................
Senyawa kovalen polar
: .....................................................................
Kesimpulan ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
130
Lampiran 1.6 RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KETIGA
Satuan Pendidikan
: SMAN 1 GODEAN
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/2
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit
Waktu
: 2 x 45 menit
A.
Tujuan Pembelajaran 1.
Peserta didik dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan percobaan yang dilakukan.
2.
Peserta didik dapat menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
3.
Peserta didik dapat merancang alat uji elektrolit untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.
Peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil percobaan larutan elektrolit dan nonelektrolit.
B.
Kompetensi Dasar 3.8
Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
4.8
Membedakan daya hantar listrik berbagai larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan.
C.
Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8.4
Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan percobaan yang dilakukan.
3.8.5
Menjelaskan
penyebab
kemampuan
larutan
elektrolit
menghantarkan arus listrik. 4.8.4
Merancang alat uji elektrolit untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
131
4.8.5
Mengkomunikasikan hasil percobaan larutan elektrolit dan nonelektrolit.
D.
Materi Larutan elektrolit dan larutan non elektrolit Prosedur Langkah kerja percobaan daya hantar listrik dalam larutan
E.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi kegiatan
waktu
Berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik
Guru
menyampaikan
indikator
15 menit
pencapaian
kompetensi.
Guru menyampaikan apersepsi: Peserta didik diberikan pertanyaan yaitu: -
Pada
pertemuan
sebelumnya,
kita
sudah
membahas mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit. - Bagaimanakah sifat dari larutan elektrolit dan non elektrolit? - Ada berapa macam jenis ikatan senyawa kimia? - Senyawa apa yang dapat menghantarkan arus listrik? - Bagaimanakah
larutan
elektrolit
dapat
menghantarkan arus listrik? ( masalah ) - Nah, kali ini kita akan mempelajari daya hantar listrik larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan. (topik).
Guru membagi kelompok diskusi/observasi dan menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
132
Kegiatan Inti
60 menit
Orientasi
Guru menunjukkan percobaan daya hantar listrik melalui video.
Guru membagikan LKPD untuk masing-masing kelompok.
Pemunculan Gagasan
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik: “Bagaimakah cara merancang alat uji elektrolit?”
Penyusunan Ulang Gagasan
Guru meminta peserta didik untuk merancang alat uji elektrolit.
Guru
meminta
peserta
didik
melakukan
percobaan menggunakan alat uji elektrolit.
Guru meminta peserta didik untuk mencatat dan berdiskusi mengenai hasil percobaan yang dilakukan.
Penerapan Gagasan
Guru
meminta
peserta
didik
untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Guru memberikan feedback terhadap hasil diskusi mengenai percobaan daya hantar listrik berbagai larutan
Pemantapan Gagasan
Guru meminta peserta didik untuk menyimpulkan tentang materi yang dipelajari.
Guru memberikan pemantapan terhadap konsep yang telah diperoleh.
Penutup
Guru menyampaikan informasi untuk menyiapkan diri mengikuti ujian mengenai larutan elektrolit dan
133
nonelektrolit pada pertemuan berikutnya.
Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
F.
Media Pembelajaran 1.
Media pembelajaran Powerpoint
2.
Alat dan bahan pembelajaran Alat : 1) 1 buah batu baterai 2) Lampu led 5volt 3) Elektroda 2 buah carbon 4) Selotip 5) Kabel 6) Gelas kimia Bahan : 1) Larutan NaCl 2) Air keran 3) Larutan HCl 4) Larutan NaOH 5) Alkohol 6) Asam asetat
G.
Sumber belajar Sri Rahayu,dkk.2013. Kimia SMA/MA Kelas X.Jakarta: Bumi Aksara. Unggul
Sudarmo.2013.
Kimia
X.Surakarta:Erlangga.
134
untuk
SMA/MA
Kelas
H. Teknik Penilaian 1. Rubrik Penilaian Pengetahuan Soal Pertanyaan
Skor
5. Apa yang menyebabkan suatu larutan dapat
25
menghantarkan arus listrik? 6. Bagaimana gejala atau ciri yang ditimbulkan untuk
25
larutan elektrolit kuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan? 7. Bagaimana gejala atau ciri yang ditimbulkan untuk
25
larutan elektrolit lemah berdasarkan percobaan yang telah dilakukan? 8. Mengapa untuk larutan non elektrolit tidak terjadi
25
perubahan? Skor total
100
Jawab: 1.
Yang menyebabkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion yang bergerak bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus listrik.
2.
Ciri larutan elektrolit kuat berdasarkan percobaan yang dilakukan adalah nyala lampu terang dan terdapat banyak gelembung gas.
3.
Ciri larutan elektrolit lemah berdasarkan percobaan yang dilakukan adalah nyala lampu redup dan sedikit geembung gas.
4.
Larutan non elektrolit tidak terjadi perubahan karena pada larutan non elektrolit ion-ion tidak dapat bergerak bebas sehingga tidak dapat menghantarkan listrik.
135
2. Rubrik Penilaian Keterampilan LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN Kelompok
:
Nama dan No.Absen : No.
Aspek Penilaian
A
Observasi/Mengamati
1
Relevansi
2
Kelengkapan
3
Pembahasaan
4
Skor
Catatan
Keterampilan menggunakan alat uji elektrolit
5
Keterampilan mengkomunikasikan
6
Keterampilan mendengarkan
7
Keterampilan berargumentasi
8
Keterampilan berkontribusi
9
Keterampilan menjelaskan
10
Keterampilan merespon Jumlah Skor
Keterangan Nilai Sangat Baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Nilai =
Mengetahui,
Godean,
Guru Mata Pelajaran Kimia
Peneliti
Drs. Makhfudh
Wahyu Anggraini Pramusinta
NIP. 19630515 198903 1 016
NIM. 13303244031
136
Januari 2017
Lampiran 1. Materi LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Sebelumnya kita telah mengetahui tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit dapat menghantarkan listrik, sedangkan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan percobaan seperti Gambar 1.
Gambar 1. Percobaan daya hantar listrik suatu benda
Pada gambar di atas, kita dapat mengetahui bahwa benda yang dapat menghantarkan listrik ditunjukkan dengan lampu menyala, sedangkan yang tidak dapat menghantarkan listrik, lampu tidak menyala. Berdasarkan prinsip kerja percobaan pada gambar tersebut, kita dapat menggunakan alat uji elektrolit untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Dengan alat uji elektrolit selain untuk mengetahui daya hantar listrik sutau larutan kita juga dapat membedakan antara larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit. Alat uji elektrolit terdiri atas dua elektroda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (baterai) dan dilengkapi dengan lampu bolam serta gelas kimia sebagai wadah atau tempat larutan yang akan diuji dan selanjutnya masingmasing omponen dihubungkan dengan kabel. Jika lampu menyala terang dan timbul gelembung-gelembung gas padasalah satu atau kedua elektrodanya, maka larutan tersebut merupakan larutan elektrolit kuat. Jika lampu menyala redup dan timbul gelembung-gelembung gas ataupun tidak, maka larutan tersebut termasuk larutan elektrolit lemah. Sedangkan jika lampu tidak menyala tetapi timbul gelembung-gelembung gas, aka termasuk
137
elektrolit lemah. Jika lampu tidak menyala sama sekali dan tidak timbul gelembung gas, maka termasuk larutan non-elektrolit. Jenis larutan dan konsentrasinya bergantung pada daya hantar listrik larutan. Larutan yang mempunyai daya hantar listrik relatif baik meskipun konsentrasinya relatif rendah disebut larutan elektrolit kuat, sedangkan larutan yang daya hantar listriknya buruk, meskipun konsentrasinya reltif tinggi disebut larutan elektrolit lemah. Pada konsentrasi yang sama larutan elektrolit kuat menghantarkan listrik lebih baik dibandingkan dengan larutan elektrolit lemah.
138
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Kelompok : Nama Anggota : 5) ............................................( 6) ............................................( 7) ............................................( 8) ............................................(
) ) ) )
DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT A. Tujuan Praktikum 1. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya 2. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik. B. Dasar Teori Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut. Contoh larutan yaitu larutan garam, larutan gula. Pada percobaan ini akan diselidiki larutan yang menghantarkan listrik dan yang tidak menghantarkan listrik. C. Alat dan Bahan Alat : 1. 1 buah adaptor 2. Lampu led 5volt 3. Elektroda 2 buah carbon 4. Kabel 5. Gelas kimia
139
Bahan : 1. Larutan KI 2. Larutan AgNO3 3. Larutan NH4OH 4. Larutan CH3COOH 5. Larutan H2SO4 6. Larutan HCl 7. Larutan NaOH 8. Larutan NaCl 9. Etanol 10. Urea 11. Glukosa 12. Garam kristal
D. Cara Kerja 1. Memasukkan larutan secukupnya ke dalam gelas beker yang bersih dan kering. 2. Memasukkan 2 batang karbon secara sejajar. 3. Mengamati gejala yang terjadi dengan menggunakan alat uji elektrolit, apakah lampu menyala dan terdapat gelembung gas. 4. Mencacat gejala yang terjadi. 5. Mencuci batang karbon dengan air, lalu dikeringkan dengan tissue. 6. Mengulangi langkah no 1-6 dengan larutan yang berbeda.
140
E. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan NO
Larutan
Nyala lampu Terang
1.
Larutan KI
2.
Larutan
Redup
AgNO3 3.
Larutan NH4OH
4.
Larutan CH3COOH
5.
Larutan H2SO4
6.
Larutan HCl
7.
Larutan NaOH
8.
Larutan NaCl
9.
Etanol
10.
Urea
11.
Glukosa
12.
Garam kristal
141
Gelembung Tidak
Banyak
Sedikit
Tidak ada
F. Pertanyaan Diskusi 1. Berdasarkan hasil percobaan, gejala atau ciri apa saja yang menandai adanya hantaran listrik? .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Kelompokkanlah larutan di atas berdasarkan gejala atau ciri yang sama! .................................................................................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 3. Kelompokkanlah larutan tersebut ke dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit berdasarkan gejala atau cirinya! .................................................................................................................. .................................................................................................................. ..................................................................................................................
G. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah Anda lakukan, simpulkanlah! 1. Sebutkan ciri-ciri atau gejala yang ditimbulkan dari larutan elektrolit dan non-elektrolit! .................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Apa yang menyebabkan larutan memiliki sifat yang berbeda-beda dalam menghantarkan arus listrik? ................................................................................................................. .................................................................................................................
142
Lampiran 2 Angket Motivasi Belajar Kimia
ANGKET MOTIVASI BELAJAR KIMIA
Nama
:
Kelas/No. Abesen
:
Petunjuk Pengisian Angket Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda pilih, dari kelima alternatif jawaban pertanyaan dibawah ini. Keterangan : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
R
: Ragu-ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pernyataan Saya tertarik belajar tentang materi kimia Saya senang dengan model pembelajaran yang digunakan. Saya terdorong untuk duduk di depan agar semua materi kimia dapat diterima dengan baik. Di rumah saya mempelajari terlebih dahulu materi kimia yang akan dipelajari di sekolah. Saya mempelajari kembali materi kimia yang baru saja diterangkan oleh guru. Saya mencatat materi kimia dengan lengkap dan rapi. Saya mengerjakan soal-soal pada buku tentang materi kimia yang sedang dipelajari meskipun tidak
143
SS
S
R
TS
STS
8.
9. 10. 11
12. 13. 14.
15.
16.
17.
18.
19. 20.
21. 22.
23.
ditugaskan oleh guru. Untuk menambah, memperluas, dan memperdalam materi kimia, saya mengunjungi dan mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan materi tersebut di perpustakaan. Saya mendiskusikan dengan teman-teman persoalan tentang kimia di luar jam pelajaran. Saya menanyakan materi kimia yang belum jelas, setelah guru menerangkan materi tersebut. Saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang materi yang sedang dipelajari. Saya mengajukan pendapat setelah guru menjelaskan materi yang sedang dibahas. Mengikuti pelajaran kimia membuat saya gembira Saya memperhatikan penjelasan guru, supaya tidak ketinggalan dalam menerima materi yang sedang dibahas. Saya terpacu untuk bersaing, meraih prestasi yang lebih tinggi, jika ada teman yang mendapatkan nilai kimia yang lebih baik dari saya. Untuk mendapatkan nilai kimia yang lebih baik, saya meluangkan waktu untuk belajar tentang materi tersebut. Pada waktu saya tidak mengikuti pelajaran materi kimia tertentu karena suatu hal, saya mengejar ketinggalan itu dengan meminjam catatan pada teman atau membaca buku wajib sendiri. Saya belum puas dengan prestasi kimia yang diperoleh dan akan terus meningkatkan kegiatan belajar kimia. Dalam menghadapi kesulitan belajar kimia, saya berusaha belajar dengan teman. Kadang-kadang guru kimia dalam memberikan tugas secara kelompok, partisipasi sangat menentukan penilaian yang diberikan. Seberapa besar partisispasi saya dalam kelompok. Saya senang mengaitkan permasalahan kimia dengan kehidupan sehari-hari. Meskipun nilai ulangan kimia saya lebih baik dari teman-teman, saya tetap berusaha untuk mendapatakan nilai yang lebih baik lagi. Saya tidak bosan mengikuti pelajaran kimia dengan
144
24.
25. 26.
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
36. 37.
model pembelajaran yang digunakan. Dalam mengikuti pelajaran kimia saya dapat memusatkan perhatian dengan baik terhadap materi yang diberikan. Saya membuat ringkasan pelajaran kimia sebelum menghadapi ulangan. Kadang- kadang saya dihadapkan pada masalah yang sulit dipecahkan. Jika ini terjadi, saya berusaha secara maksimal untuk memecahkan masalah itu baik sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Saya berusaha untuk menyenangi semua pokok bahasan dalam pelajaran kimia yang ditempuh. Saya tertarik untuk memecahkan masalah terkait pelajaran kimia. Saya senang mengerjakan soal- soal kimia, karena dapat melatih berpikir kritis. Saya merasa bangga jika dapat mengerjakan soal kimia di depan kelas ataupun dalam presentasi. Menurut saya ilmu kimia adalah pelajaran yang sangat menarik Saya terdorong untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu. Selama ini saya cenderung menganggap pelajaran kimia sulit, maka saya malas belajar kimia. Kesulitan-kesulitan yang saya hadapi dalam materi kimia membuat semangat belajar saya turun. Saya senang guru mengawali pelajaran dengan memunculkan masalah mengenai topik yang akan dipelajari. Pelajaran dengan tayangan video membuat saya tidak jenuh dalam belajar kimia Saya senang melakukan praktikum untuk mengetahui gejala dan kondisi yang sebenarnya.
145
Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kimia Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Kimia Jenjang Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Jumlah Soal
: SMA : Kimia : X/II : Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit : 50 butir
Aspek Kognitif No 1.
2.
3.
4.
Uraian Materi Pokok Larutan elektrolit dan non-elektrolit Teori ion Svante Arrhenius
Elektrolit kuat dan elektrolit lemah Senyawa ion dan senyawa kovalen polar
C1 5, 16, 17*, 33, 43, 48 9, 15, 18, 22*, 35*, 36*, 41 1*, 42, 44
∑ butir soal mulamula
∑ butir soal yang valid
C2
C3
C4,5,6
2*, 14, 19, 23, 45*
13
25, 26
14
11
6, 46
28
21
11
8
12
10
10
6
27, 50
3
2
5 10%
50 100%
37 74%
3, 10, 20, 32, 38*, 47
29, 31, 8*, 11, 40* 30, 34*, 37, 39*
Larutan elektrolit 49* dalam kehidupan Jumlah 19 20 Persen 38% 40% Keterangan : * = soal tidak valid (gugur)
4, 7, 12
24
5.
146
6 12%
Lampiran 4.1 Soal Prestasi Belajar Kimia
Soal Prestasi Belajar Kimia Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat di antara jawaban pada huruf A, B, C, D, dan E pada lembar jawaban yang disediakan! 1. Suatu percobaan larutan elektrolit, dimana tidak terdapat gelembunggelembung pada elektroda dan nyala lampu redup, larutan tersebut memiliki sifat …. A. elektrolit kuat
D. non elektrolit
B. basa lemah
E. asam lemah
C. elektrolit lemah 2. Pengujian larutan NaCl di laboratorium menunjukkan nyala lampu terang dan banyak gelembung-gelembung gas. Hal ini disebabkan zat-zat yang dilarutkan dalam air akan terurai menjadi .... A. gas-gas tertentu
D. molekul-molekul
B. unsur-unsur
E. ion negatif dan ion positif
C. atom-atom 3. Senyawa berikut yang termasuk larutan elektrolit lemah adalah …. A. NaCl, CH3COOH, C6H12O6 B. CH3COOH, NaOH, HCl C. CH3COOH, CO(NH2)2, H2SO4 D. NH4OH, NaOH, CH3COOH E. NH4OH, CH3COOH, HCN 4. Perhatikan larutan berikut ini: a) Bensin b) Air aki c) Air jeruk Urutan larutan tersebut yang sesuai dengan sifat daya hantar listrik dari yang kuat ke lemah adalah ….
147
A. a, b, dan c
D. b, c, dan a
B. a, c, dan b
E. c, b, dan a
C. b, a, dan c 5. Berikut ini adalah data hasil pengujian beberapa larutan dengan alat uji elektrolit: Larutan 1 2 3 4
Nyala Lampu Menyala Menyala Tidak menyala Tidak menyala
Gejala di Sekitar Elektroda Banyak gelembung gas Sedikit gelembung gas Sedikit gelembung gas Tidak ada gelembung gas
Larutan elektrolit kuat dan lemah ditunjukkan oleh berturut-turut larutan nomor adalah .… A. 1 dan 2
D. 3 dan 4
B. 1 dan 4
E. 3 dan 1
C. 2 dan 4 6. Penghantaran arus listrik pada larutan asam sulfat, dimana ion-ion H+ akan bergerak untuk mengambil elektron ke arah .… A. katode
D. kation
B. anode
E. elektrode
C. anion 7. Perhatikan tabel data eksperimen daya hantar listrik dan sifat larutan Larutan A B C
Daya Hantar Listrik Lampu Gelembung Nyala Ada Padam Ada Nyala Ada
Perlakuan Terhadap Kertas Lakmus Sebelum Sesudah Merah Biru Merah Merah Biru Biru
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa larutan .… A. A adalah elektrolit lemah dan bersifat basa B. A adalah elektrolit kuat bersifat netral C. A adalah elektrolit kuat dan bersifat asam D. B adalah elektrolit lemah dan bersifat netral E. C adalah elektrolit kuat dan bersifat asam 8. Senyawa berikut ini jika dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion paling banyak adalah .…
148
A. NH4OH 0,2 M
D. C2H5OH 0,2 M
B. CH3COOH 0,2 M
E. H2SO4 0,2 M
C. C6H12O6 0,2 M 9. Hasil ionisasi dari Ca3(PO4)2 yang tepat adalah .… A. Ca2+ dan PO43B. Ca2+ dan PO42-
D. Ca+ dan PO43E. Ca2+ dan PO2-
C. Ca3+ dan PO4210. Berikut data hasil pengujian terhadap beberapa air limbah beserta nilai derajat ionisasinya (α): Pengamatan ɑ Nyala Lampu Gelembung Gas K Terang Ada 1 L Tidak Ada 0,001 M Tidak Tidak ada 0 N Tidak Tidak ada 0 O Terang Ada 0,8 Limbah yang bersifat elektrolit kuat dan elektrolit lemah berturut-turut adalah .… Air Limbah
A. K dan L
D. L dan N
B. M dan O
E. N dan O
C. K dan O 11. Lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan listrik karena .… A. ikatannya sangat lemah
D. terdiri dari molekul–molekul
B. ion–ionnya dapat bergerak bebas
E. larutan elektrolit dalam fase cair
C. perbedaan kelektronegatifan kecil 12. Larutan elektrolit terbagi menjadi dua, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Pada larutan elektrolit kuat mempunyai ciri, yaitu larutan terionisasi sempurna. Di dalam air larutan elektrolit kuat mempunyai harga α = 1, artinya .... A. semua molekul bernilai α = 1 B. semua molekul bersifat larutan kuat C. semua molekul memiliki harga pH tinggi D. molekul menunjukan bersifat garam kuat E. semua molekul terionisasi, tidak ada molekul tersisa dalam larutan 13. Perhatikan gambar dibawah ini
149
Larutan yang sesuai dengan gambar tersebut adalah …. A. KOH, NH3, MgCl2
D. HF, H2SO4, Be(OH)2
B. NH3, CH3COOH, KCl
E. NaI, HBr, Al(OH)3
C. MgSO4, HCl, Ca(OH)2 14. Larutan berikut ini yang menunjukan ada sedikitnya gelembung dan padamnya pada alat uji elektrolit adalah …. A. CO(NH2)2
D. Al(OH)3
B. C2H5OH
E. NaCl
C. C12H22O11 15. Sistem berikut ini yang tidak dapat menghantarkan arus listrik adalah .… A. NaCl(l)
D. KCl(aq)
B. NaCl(s)
E. KCl(l)
C. KBr(aq) 16. Suatu larutan merupakan penghantar listrik yang baik jika larutan tersebut mengandung .... A. air yang terionisasi B. logam yang menghantar listrik C. elektron yang bebas bergerak D. air yang merupakan penghantar listrik E. ion-ion yang bebas bergerak 17. Pernyataan yang benar tentang larutan elektrolit adalah .... A. terurai menjadi kation saja B. tidak dapat digunakan sebagai larutan infus C. dapat menghantarkan arus listrik D. hanya merupakan senyawa kovalen E. hanya merupakan senyawa ion
150
18. Pernyataan di bawah ini yang benar adalah .... A. lelehan senyawa kovalen polar dapat menghantarkan listrik B. larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik C. lelehan senyawa ionik tidak menghantarkan arus listrik D. daya hantar listrik larutan elektrolit tidak tergantung pada jenis larutan E. senyawa kovalen nonpolar dapat membentuk larutan elektrolit 19. Larutan berikut yang dapat menghantarkan listrik paling baik adalah larutan .... A. gula 0,1 M
D. NaCl 0,1 M
B. asam asetat 0,1 M
E. NaCl 1 M
C. asam asetat 1 M 20. Di bawah ini adalah hasil percobaan daya hantar listrik dari beberapa larutan. Larutan
Lampu
Banyaknya Gelembung
1
Menyala terang
Banyak
2
Menyala redup
Banyak
3
Tidak menyala
Sedikit
4
Tidak menyala
Tidak ada
Berdasarkan data tersebut, maka yang termasuk elektrolit kuat dan elektrolit lemah berturut-turut adalah .... A. 1 dan 2
D. 2 dan 4
B. 1 dan 3
E. 3 dan 4
C. 1 dan 4 21. Lampu alat penguji elektrolit tidak menyala ketika elektrodanya dicelupkan ke dalam larutan asam cuka, tetapi pada elektroda tetap terbentuk gelembung gas. Penjelasan untuk keadaan ini adalah .... A. larutan asam cuka bukan larutan elektrolit B. larutan cuka yang terionisasi hanya sedikit C. cuka merupakan elektrolit kuat D. alat penguji elektrolit rusak E. gas yang terbentuk adalah cuka yang menguap 22. Garam dapur dan cuka keduanya menghantarkan arus listrik. Hal ini menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut adalah ....
151
A. bersifat asam
D. dapat saling bereaksi
B. bersifat basa
E. mengandung ion
C. bersifat netral 23. Data uji elektrolit air dari berbagai sumber sebagai berikut: No.
Jenis Air
Nyala Lampu
Timbul Gas
1
Air sumur
-
sedikit
2
Air laut
Terang
banyak
3
Air sungai
-
sedikit
4
Air hujan
-
sedikit
Pernyataan yang tepat untuk data tersebut adalah .... A. air laut tergolong elektrolit kuat B. air sungai tergolong elektrolit paling lemah C. daya hantar listrik air sungai lebih kecil dari air hujan D. daya hantar listrik air hujan paling lemah E. air dari berbagai sumber adalah elektrolit 24. Kelompok senyawa berikut yang memiliki ikatan ion adalah .... A. HCl dan CH3COOH B. HBr dan HI C. NaCl dan KCl D. CH3COOH dan NH4Cl E. HCl dan NH3 25. Di bawah ini merupakan pernyataan yang benar mengenai larutan elektrolit, kecuali .... A. dapat menghantarkan arus listrik B. mengandung ion positif dan ion negatif yang bergerak bebas C. tidak dapat menghantarkan arus listrik D. berasal dari senyawa ionik E. dapat terurai menjadi ion positif dan ion negatif 26. Dua buah larutan A dan B diuji menggunakan alat uji elektrolit. Larutan A dapat menyalakan lampu uji daya hantar listrik sedangkan larutan B tidak menyala, kedua
larutan
tersebut
menghasilkan
152
gelembung-gelembung
gas
pada
elektrodenya. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa larutan .... A. A elektrolit lemah dan larutan B non elektrolit B. A dan larutan B elektrolit kuat C. A non elektrolit dan larutan B elektrolit kuat D. A elektrolit kuat dan larutan B elektrolit lemah E. A dan larutan B non elektrolit 27. Ketika kita selesai berolahraga atau beraktivitas fisik yang melelahkan, seringkali kita merasa segar kembali setelah minum minuman isotonik, alasannya .... A. tidak terjadi reaksi metabolisme setelah minum minuman isotonik B. reaksi kimia dalam tubuh menjadi terhenti C. minuman isotonik tidak berpengaruh pada tubuh D. minuman isotonik mengandung ion-ion yang dibutuhkan tubuh E. minuman isotonik tidak ada kaitannya dengan tubuh yang lelah 28. Larutan X mempunyai derajat ionisasi 0,2 artinya .... A. 0,2% ion-ion X bereaksi membentuk molekul kembali B. 20% ion-ion X bereaksi membentuk molekul kembali C. hanya 20% molekul X yang terionisasi D. 80% molekul zat X terionisasi E. 0,8% molekul terionisasi 29. HCl dalam bentuk lelehan tidak dapat menghantarkan arus listrik tetapi dalam bentuk larutan dapat menghantarkan arus listrik. Pernyataan yang tepat untuk menjelaskan fakta ini adalah .... A. lelehan HCl terdiri atas ion-ion B. air menimbulkan perubahan pada kekuatan arus listrik C. larutan HCl terdiri atas molekul-molekul D. lelehan HCl tidak terionisasi, tetapi larutan HCl terionisasi E. arus listrik akan mengalir bila ada air sebagai medium 30. Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan dengan derajat ionisasi. Rumus derajat ionisasi adalah ....
153
A. jumlah zat yang mengion dibagi volume larutan B. jumlah zat mula-mula dibagi jumlah zat yang mengion C. jumlah zat yang mengion dibagi jumlah zat mula-mula D. jumlah zat yang mengion dibagi jumlah zat pelarut E. jumlah zat yang mengion dibagi jumlah mol larutan 31. Zat berikut yang merupakan senyawa kovalen dan bersifat elektrolit adalah .... A. NaCl
D. MgCl2
B. KCl
E. HCl
C. CaCl2 32. Zat berikut yang dapat menghantarkan arus listrik adalah .... A. larutan NaCl
D. larutan gula
B. kristal gula
E. alkohol
C. kristal NaCl 33. Diantara senyawa berikut, maka senyawa yang tidak dapat menghantarkan listrik jika dilarutkan dalam air adalah .... A. NaOH
D. CH4
B. MgCl2
E. NaCl
C. HCl 34. Dalam uji daya hantar listrik, kristal NaCl tidak menghantarkan arus listrik. Pernyataan yang dapat menjelaskan fakta ini adalah .... A. NaCl berikatan ion B. NaCl berikatan kovalen non polar C. NaCl hanya dapat menghantarkan arus jika ada medium air D. NaCl berikatan kovalen polar E. ion-ion dalam kristal NaCl tidak bergerak bebas 35. Ion Ag+ dan PO43-, merupakan hasil ionisasi dari .... A. AgPO4
D. Ag3PO4
B. Ag(PO4)3
E. 3AgPO4
C. Ag4PO4 36. Larutan elektrolit lemah memiliki derajat ionisasi (ɑ) sebesar .... A. ɑ = 0
D. 0 < ɑ < 1
154
B. ɑ =
E. ɑ = 1
C. ɑ > 1 37. Suatu senyawa dapat menghantarkan listrik karena mengalami gaya tarik menarik yang dapat memutuskan ikatan-ikatan tertentu dalam molekul tersebut. Senyawa tersebut tergolong senyawa .... A. ion
D. kovalen nonpolar
B. non ion
E. kovalen koordinasi
C. kovalen polar 38. Larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik dengan baik, besarnya derajat ionisasi untuk larutan tersebut adalah .... A. ɑ = 0
D. ɑ > 1
B. 0 < ɑ < 1
E. ɑ = -1
C. ɑ = 1 39. Suatu senyawa kovalen polar dalam bentuk murninya merupakan penghantar listrik yang tidak baik, akan tetapi jika senyawanya dilarutkan dalam air akan menghasilkan arus listrik dengan baik. Senyawa tersebut adalah .... A. H2SO4
D. NaCl
B. CaCl2
E. KCl
C. Air suling 40. Jika padatan kristal senyawa ion dilelehkan, maka .... A. bersifat non elektrolit B. ion-ionnya tidak bergerak bebas C. memiliki momen dipol sama dengan nol D. tidak akan terurai menjadi ion-ionnya E. ion-ionnya relatif bergerak bebas 41. Anoda pada proses hantaran listrik merupakan elektroda yang dihubungkan ke kutub .... A. katoda
C. positif
B. negatif
D. konduktor
E. isolator
42. Senyawa berikut yang termasuk elektrolit kuat adalah ....
155
A. NaCl dan H2SO4 B. CH3COOH dan NH3 C. NaCl dan C12H22O11 D. H2SO4 dan HCN E. Ca(OH)2 dan HCN 43. Pasangan berikut yang termasuk dalam golongan larutan elektrolit adalah .... A. larutan urea dan larutan glukosa B. larutan natrium klorida dan larutan urea C. larutan asam klorida dan larutan glukosa D. larutan natrium hidroksida dan larutan natrium klorida E. larutan kalsium hidroksida dan alkohol 44. Larutan yang mempunyai daya hantar listrik paling lemah adalah .... A. asam klorida 0,1 M
D. natrium hidroksida 0,1 M
B. asam sulfat 0,1 M
E. natrium klorida 0,1 M
C. asam asetat 0,1 M 45. Diantara bahan berikut: a) b) c) d) e) Bahan
Gula Garam Cuka Urea Pemutih yang larutannya dalam air tidak dapat menghantarkan listrik
adalah .... A. a, b, dan c
D. a, d, dan e
B. a, c, dan e
E. b, c, dan d
C. b, c, dan e 46. Larutan H2SO4 akan terionisasi di dalam air. Reaksi ionisasi yang tepat adalah .... A. H2SO4 (aq) 2H+(aq) + SO42-(aq) B. H2SO4 (aq) 2H+(aq) + SO4-(aq) C. H2SO4 (aq) H2+(aq) + SO42-(aq) D. H2SO4 (aq) H2+(aq) + SO4-(aq) E. H2SO4 (aq) H2+(aq) + SO42-(aq)
156
47. Senyawa elektrolit kuat yang menghasilkan 2H+ dalam reaksi ionisasinya adalah .... A. H2SO4
D. H3PO4
B. H2S
E. HBr
C. H2CO3 48. Pasangan berikut yang termasuk dalam larutan non elektrolit adalah larutan .... A. urea dan larutan garam B. alkohol dan larutan asam cuka C. garam dan larutan asam cuka D. gula dan larutan urea E. gula dan larutan asam cuka 49. Dalam mesin mobil atau motor dilengkapi dengan aki, yang berfungsi untuk menyalakan mobil atau motor, sehingga dapat bergerak. Hal ini disebabkan .... A. sel aki memiliki kekuatan yang sangat canggih B. cairan aki dapat menghantarkan listrik C. pengaruh dari tekanan sel aki D. suhu yang ada dalam sel aki dapat bereaksi dengan mesin mobil E. bergeraknya mobil tidak ada kaitannya dengan aki 50. Pada saat banjir, PLN biasanya melakukan pemadaman listrik, hal ini disebabkan .... A. air banjir dapat menyebabkan arus pendek B. menghemat listrik C. air banjir dapat mengotori kabel D. memudahkan akses jaringan litrik E. tidak terjadi gangguan listrik ---Good Luck--keterangan: soal yang di bold merupakan soal tidak valid (gugur).
157
Lampiran 4.2 Kunci Jawaban Soal Prestasi Belajar Kimia
KUNCI JAWABAN 1. C 2. E 3. E 4. D 5. A 6. A 7. D 8. E 9. A 10. A
11. D 12. E 13. C 14. D 15. B 16. E 17. C 18. B 19. E 20. B
21. B 22. E 23. E 24. C 25. C 26. D 27. D 28. C 29. D 30. C
31. E 32. A 33. D 34. E 35. D 36. D 37. C 38. C 39. A 40. E
158
41. B 42. A 43. D 44. C 45. D 46. A 47. A 48. D 49. B 50. A
Lampiran 4.3 Lembar Jawab Soal Prestasi Belajar Kimia
Nama
:
Kelas
:
No. Absen
:
LEMBAR JAWABAN
PILIHAN GANDA Silanglah Pilihan Jawaban yang Anda Anggap Benar! 1. A 2. A 3. A 4. A 5. A 6. A 7. A 8. A 9. A 10. A 11. A 12. A 13. A 14. A 15. A 16. A 17. A 18. A 19. A
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
D D D D D D D D D D D D D D D D D D D
E E E E E E E E E E E E E E E E E E E
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
159
A A A A A A A A A A A A A A A A A A
B B B B B B B B B B B B B B B B B B
C C C C C C C C C C C C C C C C C C
D D D D D D D D D D D D D D D D D D
E E E E E E E E E E E E E E E E E E
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Soal
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ITEMAN No.
Kunci
Soal
Jawaban
Hasil Analisis Item Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Skor
Ket
Skor
Ket
1
0,966
Mudah
2
0,966
Mudah
0,033 0,213
3
0,345
Sedang
0,288
Diterima
4
0,586
Sedang
0,186
Diperbaiki
5
0,517
Sedang
0,225
Diperbaiki
6
0,207
Sukar
0,197
Diperbaiki
7
0,103
Sukar
Diperbaiki
8
0,897
Mudah
0,239 0,059
9
0,552
Sedang
0,194
Diperbaiki
10
0,759
Mudah
0,31
Diterima
11
0,138
Sukar
0,418
Diterima
12
0,655
Sedang
0,333
Diterima
13
0,241
Sukar
0,201
Diperbaiki
14
0,207
Sukar
0,251
Diterima
15
0,552
Sedang
0,15
16
0,897
Mudah
Diterima
17
1.000
Mudah
0,407 9.000
18
0,862
Mudah
0,437
Diterima
19
0,931
Mudah
0,297
Diterima
20
0,655
Sedang
0,448
Diterima
21
0,931
Mudah
Diterima
22
0,966
Mudah
0,426 0,093
23
0,034
Sukar
0,093
Diperbaiki
24
0,621
Sedang
0,133
Diperbaiki
25
0,897
Mudah
0,192
Diperbaiki
26
0,414
Sedang
0,258
Diterima
27
0,897
Mudah
0,084
Diperbaiki
28
0,793
Mudah
0,073
Diperbaiki
29
0,862
Mudah
0,183
Diperbaiki
30
0,724
Mudah
0,014
Diperbaiki
31
0,552
Sedang
0,391
Diterima
32
0,759
Mudah
0,029
Diperbaiki
33
0,207
Sukar
Diperbaiki
34
0,931
Mudah
0,197 0,134
Ditolak Ditolak
Ditolak
Diperbaiki
Ditolak
Ditolak
Ditolak
160
35
0,414
Sedang
36
0,966
Mudah
37
0,655
Sedang
38
1.000
Mudah
39
0,241
Sukar
40
0,034
41
0,655
42
0,008 0,272
Ditolak Ditolak
0,172 9.000
Diperbaiki
Ditolak
Sukar
-0,08 0,147
Sedang
0,149
Diperbaiki
0,69
Sedang
0,355
Diterima
43
0,966
Mudah
0,087
Diperbaiki
44
0,379
Sedang
Diperbaiki
45
1.000
Mudah
0,047 9.000
46
0,276
Sukar
0,425
Diterima
47
0,69
Sedang
0,237
Diperbaiki
48
1
Mudah
Diperbaiki
49
1.000
Mudah
0 9.000
50
0,897
Mudah
0,228
Diperbaiki
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Keterangan : Tingkat Kesukaran:
Daya Pembeda
Skor < 0,3
= sukar
Skor ≤ 0,7
= sedang
Skor > 0,7
= mudah
: Skor < 0
= ditolak
Skor ≤ 0,25
= diperbaiki
Skor > 0,25
= diterima
161
Item Statistics
Alternative
Statistics ---------------------------------Seq. Scale Prop. Point Point No. -Item Correct Biser. Biser. Biser. Key ---- ----- ------- ------ ----------- --1
0-1
0.966
-0.079
-0.033
CHECK THE KEY C was specified, D works better
2
0-2
0.966
-0.508
-0.213
CHECK THE KEY E was specified, A works better
3
0-3
0.345
0.371
0.288
----------------------Prop. Alt.
Endorsing
Biser.
----- ---------
------
A B C D E Other
0.000 0.000 0.966 0.034 0.000 0.000
-9.000 -9.000 -0.079 0.079 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -0.033 0.033 -9.000 -9.000
A B C D E Other
0.034 0.000 0.000 0.000 0.966 0.000
0.508 -9.000 -9.000 -9.000 -0.508 -9.000
0.213 -9.000 -9.000 -9.000 -0.213 -9.000
* ?
?
*
A B C D E
0.069 0.207 0.345 0.034 0.345
-0.485 -0.217 0.015 -0.207 0.371
-0.254 -0.153 0.012 -0.087 0.288
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C D
0.069 0.000 0.345 0.586
-0.156 -9.000 -0.192 0.235
-0.082 -9.000 -0.149 0.186
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A
0.517
0.282
0.225
B C D E Other
0.448 0.000 0.000 0.034 0.000
-0.216 -9.000 -9.000 -0.350 -9.000
-0.172 -9.000 -9.000 -0.147 -9.000
A
0.207
0.279
0.197
* 4
0-4
0.586
0.235
0.186
*
5
0-5
0.517
0.282
0.225
*
6
0-6
0.207
0.279
0.197
*
162
B C
0.207 0.241
-0.409 0.275
-0.288 0.201
D E Other
0.172 0.172 0.000
0.075 -0.267 -9.000
0.051 -0.180 -9.000
A B C D
0.034 0.862 0.000 0.103
0.079 -0.357 -9.000 0.404
0.033 -0.228 -9.000 0.239
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
CHECK THE KEY ? A was specified, C works better
7
0-7
0.103
0.404
0.239
*
8
0-8
0.897
-0.100
-0.059
CHECK THE KEY
A B C
0.000 0.069 0.034
-9.000 -9.000 0.009 0.004 0.222 0.093
D E
0.000 0.897
-9.000 -0.100
-9.000 -0.059
Other
0.000
-9.000
-9.000
A
0.552
0.244
0.194
B C D E Other
0.034 0.414 0.000 0.000 0.000
0.365 -0.319 -9.000 -9.000 -9.000
0.153 -0.252 -9.000 -9.000 -9.000
A
0.759
0.425
0.310
B C D E Other
0.000 0.241 0.000 0.000 0.000
-9.000 -0.425 -9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -0.310 -9.000 -9.000 -9.000
A B C D
0.207 0.000 0.655 0.138
-0.179 -9.000 -0.252 0.655
-0.126 -9.000 -0.196 0.418
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A B
0.138 0.207
-0.337 -0.294
-0.215 -0.207
? E was specified, C works better * 9
0-9
0.552
0.244
0.194
*
10
0-10
0.759
0.425
0.310
*
11
0-11
0.138
0.655
0.418
*
12
0-12
0.655
0.429
0.333
163
C D E
0.000 0.000 0.655
-9.000 -9.000 0.429
-9.000 -9.000 0.333
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B
0.207 0.103
-0.026 0.343
-0.019 0.203
C
0.241
0.275
0.201
D E Other
0.241 0.207 0.000
-0.040 -0.447 -9.000
-0.029 -0.315 -9.000
A B C D
0.172 0.069 0.207 0.207
0.332 0.338 -0.447 0.356
0.224 0.177 -0.315 0.251
E Other
0.345 0.000
-0.281 -9.000
-0.218 -9.000
A
0.034
0.365
0.153
B
0.552
0.188
0.150
C D E Other
0.172 0.069 0.172 0.000
-0.053 0.255 -0.481 -9.000
-0.036 0.134 -0.325 -9.000
A B C D E
0.034 0.069 0.000 0.000 0.897
-0.636 -0.567 -9.000 -9.000 0.689
-0.266 -0.297 -9.000 -9.000 0.407
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C
0.000 0.000 1.000
-9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000
D E Other
0.000 0.000 0.000
-9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000
A B
0.034 0.862
-1.000 0.684
-0.446 0.437
C D E
0.069 0.034 0.000
-0.567 0.079 -9.000
-0.297 0.033 -9.000
* 13
0-13
0.241
0.275
0.201
? CHECK THE KEY * C was specified, B works better
14
0-14
0.207
0.356
0.251
*
15
0-15
0.552
0.188
0.150
? * CHECK THE KEY B was specified, A works better
16
0-16
0.897
0.689
0.407
* 17
0-17
1.000
-9.000
-9.000
*
18
0-18
0.862
0.684
0.437
*
164
19
0-19
0.931
0.567
0.297
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C D E
0.000 0.000 0.000 0.069 0.931
-9.000 -9.000 -9.000 -0.567 0.567
-9.000 -9.000 -9.000 -0.297 0.297
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B
0.345 0.655
-0.578 0.578
-0.448 0.448
C D E Other
0.000 0.000 0.000 0.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
A B
0.000 0.931
-9.000 0.814
-9.000 0.426
C D E Other
0.000 0.034 0.034 0.000
-9.000 -1.000 -0.350 -9.000
-9.000 -0.446 -0.147 -9.000
A
0.034
0.222
0.093
B C D E
0.000 0.000 0.000 0.966
-9.000 -9.000 -9.000 -0.222
-9.000 -9.000 -9.000 -0.093
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C D E
0.966 0.000 0.000 0.000 0.034
-0.222 -9.000 -9.000 -9.000 0.222
-0.093 -9.000 -9.000 -9.000 0.093
Other
0.000
-9.000
-9.000
A
0.103
0.283
0.167
B C
0.103 0.621
-0.203 0.170
-0.120 0.133
D
0.138
0.010
0.007
E Other
0.034 0.000
-1.000 -9.000
-0.446 -9.000
A
0.034
-0.207
-0.087
* 20
0-20
0.655
0.578
0.448
*
21
0-21
0.931
0.814
0.426
*
22
0-22
0.966
-0.222
-0.093
? CHECK THE KEY E was specified, A works better * 23
0-23
0.034
0.222
0.093
* 24
0-24
0.621
0.170
0.133
? CHECK THE KEY * C was specified, A works better
25
0-25
0.897
0.324
0.192
165
B C
0.069 0.897
-0.321 0.324
-0.168 0.192
D E Other
0.000 0.000 0.000
-9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000
A
0.103
0.525
0.310
B C D
0.138 0.310 0.414
-0.089 -0.341 0.326
-0.057 -0.260 0.258
E Other
0.034 0.000
-1.000 -9.000
-0.446 -9.000
A B C D
0.000 0.103 0.000 0.897
-9.000 -0.142 -9.000 0.142
-9.000 -0.084 -9.000 0.084
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A B C
0.000 0.172 0.793
-9.000 -0.139 0.103
-9.000 -0.094 0.073
D E Other
0.000 0.034 0.000
-9.000 0.079 -9.000
-9.000 0.033 -9.000
A B C
0.034 0.034 0.034
0.079 -0.350 0.508
0.033 -0.147 0.213
D
0.862
0.287
0.183
E Other
0.034 0.000
-1.000 -9.000
-0.446 -9.000
A B C
0.000 0.138 0.724
-9.000 -0.238 0.019
-9.000 -0.152 0.014
D
0.103
0.222
0.131
E Other
0.034 0.000
0.079 -9.000
0.033 -9.000
A B C
0.345 0.000 0.069
-0.311 -9.000 -0.814
-0.241 -9.000 -0.426
*
26
0-26
0.414
0.326
0.258
? CHECK THE KEY D was specified, A works better *
27
0-27
0.897
0.142
0.084
*
28
0-28
0.793
0.103
0.073
*
29
0-29
0.862
0.287
0.183
CHECK THE KEY ? D was specified, C works better *
30
0-30
0.724
0.019
0.014
CHECK THE KEY * C was specified, D works better ?
31
0-31
0.552
0.492
0.391
166
D E
0.034 0.552
0.365 0.492
0.153 0.391
Other
0.000
-9.000
-9.000
A
0.759
0.040
0.029
B C D E
0.034 0.000 0.103 0.103
-0.350 -9.000 -0.446 0.525
-0.147 -9.000 -0.263 0.310
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C D
0.069 0.103 0.034 0.207
0.009 -0.446 -0.207 0.279
0.004 -0.263 -0.087 0.197
E Other
0.586 0.000
0.039 -9.000
0.031 -9.000
A
0.069
0.255
0.134
B C D E
0.000 0.000 0.000 0.931
-9.000 -9.000 -9.000 -0.255
-9.000 -9.000 -9.000 -0.134
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C
0.000 0.552 0.034
-9.000 -0.032 0.222
-9.000 -0.026 0.093
D
0.414
-0.011
-0.008
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A B
0.000 0.034
-9.000 0.651
-9.000 0.272
C D
0.000 0.966
-9.000 -0.651
-9.000 -0.272
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A B C
0.345 0.000 0.655
-0.222 -9.000 0.222
-0.172 -9.000 0.172
D
0.000
-9.000
-9.000
* 32
0-32
0.759
0.040
0.029
* CHECK THE KEY A was specified, E works better ? 33
0-33
0.207
0.279
0.197
*
34
0-34
0.931
-0.255
-0.134
? CHECK THE KEY E was specified, A works better * 35
0-35
0.414
-0.011
-0.008
CHECK THE KEY ? D was specified, C works better *
36
0-36
0.966
-0.651
-0.272
? CHECK THE KEY D was specified, B works better *
37
0-37
0.655
0.222
0.172
*
167
38
0-38
1.000
-9.000
-9.000
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A B C
0.000 0.000 1.000
-9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000
D E Other
0.000 0.000 0.000
-9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000
A
0.241
-0.110
-0.080
B C D
0.000 0.034 0.552
-9.000 0.508 0.354
-9.000 0.213 0.282
E Other
0.172 0.000
-0.566 -9.000
-0.383 -9.000
A B C D
0.034 0.069 0.000 0.862
-0.064 -0.238 -9.000 0.287
-0.027 -0.125 -9.000 0.183
E
0.034
-0.350
-0.147
Other
0.000
-9.000
-9.000
*
39
0-39
0.241
-0.110
-0.080
* CHECK THE KEY A was specified, D works better ?
40
0-40
0.034
-0.350
-0.147
CHECK THE KEY E was specified, D works better ? * 41
0-41
0.655
0.192
0.149
A B
0.172 0.655
-0.139 -0.094 0.192 0.149
*
42
0-42
0.690
0.465
0.355
C D E Other
0.172 0.000 0.000 0.000
-0.139 -9.000 -9.000 -9.000
-0.094 -9.000 -9.000 -9.000
A
0.690
0.465
0.355
B C D E Other
0.034 0.069 0.207 0.000 0.000
0.365 -0.650 -0.370 -9.000 -9.000
0.153 -0.340 -0.261 -9.000 -9.000
A B C D
0.000 0.034 0.000 0.966
-9.000 -0.207 -9.000 0.207
-9.000 -0.087 -9.000 0.087
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A
0.034
-0.207
-0.087
*
43
0-43
0.966
0.207
0.087
*
44
0-44
0.379
0.059
0.047
168
CHECK THE KEY
B C
0.241 0.379
-0.285 0.059
-0.208 0.047
D E
0.138 0.207
-0.039 0.318
-0.025 0.224
Other
0.000
-9.000
-9.000
A B C D
0.000 0.000 0.000 1.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A
0.276
0.569
0.425
B C D E Other
0.379 0.138 0.138 0.069 0.000
-0.113 -0.684 -0.188 0.338 -9.000
-0.088 -0.437 -0.120 0.177 -9.000
A
0.690
0.310
0.237
B C D E Other
0.172 0.034 0.000 0.103 0.000
-0.010 -0.064 -9.000 -0.567 -9.000
-0.007 -0.027 -9.000 -0.335 -9.000
A B C D
0.000 0.000 0.034 0.966
-9.000 -9.000 -0.350 0.350
-9.000 -9.000 -0.147 0.147
E Other
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
A B
0.000 1.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
C D E Other
0.000 0.000 0.000 0.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
A
0.897
0.385
0.228
B C
0.000 0.000
-9.000 -9.000
-9.000 -9.000
* C was specified, E works better ? 45
0-45
1.000
-9.000
-9.000
*
46
0-46
0.276
0.569
0.425
*
47
0-47
0.690
0.310
0.237
*
48
0-48
0.966
0.350
0.147
*
49
0-49
1.000
-9.000
-9.000
*
50
0-50
0.897
0.385
0.228
*
169
D E Other
There were 29 examinees in the data file. Scale Statistics ---------------Scale:
0 ------N of Items 50 N of Examinees 29 Mean 32.448 Variance 9.971 Std. Dev. 3.158 Skew -0.401 Kurtosis -0.670 Minimum 25.000 Maximum 37.000 Median 33.000 Alpha 0.613 SEM 2.616 Mean P 0.649 Mean Item-Tot. 0.162 Mean Biserial 0.225
170
0.000 0.103 0.000
-9.000 -0.385 -9.000
-9.000 -0.228 -9.000
Lampiran 6.1 Data Motivasi Awal dan Akhir Kelas Kontrol DATA MOTIVASI KELAS MIA 4 (KELAS KONTROL) SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA AMANDA NOVITASARI ANMA MAILAINNAJAH ARGA SURYA PERMANA AULIA MAULANI SYIFA NUR H AULIA SYARIEFA RAMADHANTI AZIZAH SYIFA SANIYYAH BRAMASTYA ZAKI HUSENI DWIVI RIZKI ISTANTI DYAH NURRI RACHMAWATI EKA SAFITRI FARAH ADHI SYACHSHIA FARAH CAHYANINGTYAS FARAH FARIHA’ATHAA FAUZI ANGGA WARDANA FERDIKA LAMBANG EKA PRASETYA FERLINDA YUNI SETYAWATI GONDHAN RIKI SAPUTRO HUSNA NUR SAGITA LUTFIANI NUR AZIZAH MUHAMMAD ARI RAMDHANI MUHAMMAD AUFA MAULIDINA MUHAMMAD EKA NUR SAPUTRA MUHAMMAD ILHAM PRADANTO NABILA AMELIA MAHARANI NAIM NUR YASIN FARHAN NUR AISYAH DYAH PUSPITASARI OKTIANA NURAINI RANI FEBRIYANTI SALMA MEITA HENDRASTUTI SOLECHAH WATI ULYA FRISTA FERDIANA VIVI ROSIAN RAHMADIKA RIANTO JUMLAH
171
MOTIVASI AWAL 126 122 136 136 148 143 127 134 150 167 138 156 132 135 127 102 158 131 151 148 144 133 140 146 132 132 147 137 140 142 144 132 4436
MOTIVASI AKHIR 167 134 141 134 144 153 130 137 148 157 142 151 162 142 120 124 167 137 152 144 149 135 137 141 138 144 152 137 132 139 145 138 4573
Lampiran 6.2 Data Motivasi Awal dan Akhir Kelas Eksperimen DATA MOTIVASI KELAS MIA 2 (KELAS EKSPERIMEN) SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA ANANDA DHARMA WIJAYA ANNISA LUTHFI NURAINI ANNISAA MARDIYANI APRITA DEWI ANGGRAINI ARFAN NUR HIMAWAN DEVI PUTRI HERYATI DHIANTI LINGGAR SATITI DINDA FATHIKA ZUHRO DITA SUCI PUTRI RAHMAWATI DWI NURYANTO DWITYA NURLISTYO DEVI FATHNA’IM RUSYDANTYA KIRANA GABRIL CAHYA LUKITA HASNA NUR AINI HASNA NUR NABILA HESTI VIRRA ADVENTIA IQBAL DIAN WANADRI JOKO SULAKSONO MEYDIA WINDY UTAMI MUHAMMAD AGUNG NUGROHO MUHAMMAD FATHURROHMAN NADIA NUR ARFANI PINASINDI WIKANDARI RATNA TRIUTAMI RATYA KHELIN TABITHA RIFA ZENIKA ILVIASARI RISHANA SHANTI YUSTIKARINI RUDITA CAHYA NADILA STEFFANI DIAS ANGGITASARI VALENTA RIAS MAHARDITA WAHYU NUR RAHMAN YUNI SULISTYANINGSIH JUMLAH
172
MOTIVASI AWAL 145 136 133 137 126 150 143 147 126 137 159 143 139 138 136 132 140 129 129 136 119 119 135 133 136 149 128 134 136 140 137 133 4360
MOTIVASI AKHIR 160 151 158 151 144 156 150 157 151 148 158 160 146 148 150 153 151 149 145 144 137 141 130 146 144 157 138 143 147 150 148 145 4756
Lampiran 7.1 Data Pengetahuan Awal dan Prestasi Belajar Kelas Kontrol DAFTAR NILAI KELAS MIA 4 (KELAS KONTROL) SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA AMANDA NOVITASARI ANMA MAILAINNAJAH ARGA SURYA PERMANA AULIA MAULANI SYIFA NUR H AULIA SYARIEFA RAMADHANTI AZIZAH SYIFA SANIYYAH BRAMASTYA ZAKI HUSENI DWIVI RIZKI ISTANTI DYAH NURRI RACHMAWATI EKA SAFITRI FARAH ADHI SYACHSHIA FARAH CAHYANINGTYAS FARAH FARIHA’ATHAA FAUZI ANGGA WARDANA FERDIKA LAMBANG EKA PRASETYA FERLINDA YUNI SETYAWATI GONDHAN RIKI SAPUTRO HUSNA NUR SAGITA LUTFIANI NUR AZIZAH MUHAMMAD ARI RAMDHANI MUHAMMAD AUFA MAULIDINA MUHAMMAD EKA NUR SAPUTRA MUHAMMAD ILHAM PRADANTO NABILA AMELIA MAHARANI NAIM NUR YASIN FARHAN NUR AISYAH DYAH PUSPITASARI OKTIANA NURAINI RANI FEBRIYANTI SALMA MEITA HENDRASTUTI SOLECHAH WATI ULYA FRISTA FERDIANA VIVI ROSIAN RAHMADIKA RIANTO JUMLAH RERATA
173
PENGETAHUAN AWAL 67,5 82,5 67,5 82,5 80 67,5 67,5 80 80,5 80 72,5 72,5 75 70 80 72,5 85 77,5 72,5 70 75 70 72,5 80 70 82,5 72,5 70 70 67,5 70 72,5 2375,5 74,23438
PENGETHUAN AKHIR 73 81,1 73 78,4 73 73 73 73 78,4 81,1 75,7 75,7 78,4 78,4 73 78,4 81,1 75,7 81,1 75,7 75,7 73 81,1 73 78,4 81,1 78,4 78,4 73 78,4 81,1 73 2454,8 76,7125
Lampiran 7.2 Data Pengetahuan Awal dan Prestasi Belajar Kelas Eksperimen DAFTAR NILAI KELAS MIA 2 (KELAS EKSPERIMEN) SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA ANANDA DHARMA WIJAYA ANNISA LUTHFI NURAINI ANNISAA MARDIYANI APRITA DEWI ANGGRAINI ARFAN NUR HIMAWAN DEVI PUTRI HERYATI DHIANTI LINGGAR SATITI DINDA FATHIKA ZUHRO DITA SUCI PUTRI RAHMAWATI DWI NURYANTO DWITYA NURLISTYO DEVI FATHNA’IM RUSYDANTYA KIRANA GABRIL CAHYA LUKITA HASNA NUR AINI HASNA NUR NABILA HESTI VIRRA ADVENTIA IQBAL DIAN WANADRI JOKO SULAKSONO MEYDIA WINDY UTAMI MUHAMMAD AGUNG NUGROHO MUHAMMAD FATHURROHMAN NADIA NUR ARFANI PINASINDI WIKANDARI RATNA TRIUTAMI RATYA KHELIN TABITHA RIFA ZENIKA ILVIASARI RISHANA SHANTI YUSTIKARINI RUDITA CAHYA NADILA STEFFANI DIAS ANGGITASARI VALENTA RIAS MAHARDITA WAHYU NUR RAHMAN YUNI SULISTYANINGSIH JUMLAH RERATA
174
PENGETAHUAN AWAL 72,5 77,5 72,5 80 77,5 80 72,5 77,5 80,5 82,5 80 72,5 78 87,5 80 70 70 72,5 72,5 80 72,5 72,5 75 70 70 75 75 70,5 75 77,5 82,5 75 2426,5 75,82813
PENGETAHUAN AKHIR 81,1 86,5 86,5 83,8 89,2 89,2 86,5 89,2 86,5 94,4 89,2 89,2 81,1 94,4 89,2 89,2 89,2 86,5 81,1 94,2 86,5 86,5 81,1 83,8 81,1 81,1 83,8 81,1 89,2 81,1 81,1 89,2 2761,8 86,30625
Lampiran 8 Uji Normalitas
HASIL UJI NORMALITAS
NPar Tests
175
Lampiran 9 Uji Homogenitas
HASIL UJI HOMOGENITAS
Oneway
176
Lampiran 10 Uji-t Beda Subjek
HASIL UJI-T BEDA SUBJEK
T-Test
177
Lampiran 11 Uji Anakova
HASIL UJI ANOVA Oneway
178
Lampiran 12 Uji Regresi
HASIL UJI REGRESI
Regression
179
Lampiran 13 Daftar Hadir Peserta Didik Kelas Kontrol
DAFTAR HADIR PESERTA DIDIK KELAS X MIA 4 (KELAS KONTROL) SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA AMANDA NOVITASARI ANMA MAILAINNAJAH ARGA SURYA PERMANA AULIA MAULANI SYIFA NUR H AULIA SYARIEFA RAMADHANTI AZIZAH SYIFA SANIYYAH BRAMASTYA ZAKI HUSENI DWIVI RIZKI ISTANTI DYAH NURRI RACHMAWATI EKA SAFITRI FARAH ADHI SYACHSHIA FARAH CAHYANINGTYAS FARAH FARIHA’ATHAA FAUZI ANGGA WARDANA FERDIKA LAMBANG EKA PRASETYA FERLINDA YUNI SETYAWATI GONDHAN RIKI SAPUTRO HUSNA NUR SAGITA LUTFIANI NUR AZIZAH MUHAMMAD ARI RAMDHANI MUHAMMAD AUFA MAULIDINA MUHAMMAD EKA NUR SAPUTRA MUHAMMAD ILHAM PRADANTO NABILA AMELIA MAHARANI NAIM NUR YASIN FARHAN NUR AISYAH DYAH PUSPITASARI OKTIANA NURAINI RANI FEBRIYANTI SALMA MEITA HENDRASTUTI SOLECHAH WATI ULYA FRISTA FERDIANA VIVI ROSIAN RAHMADIKA RIANTO
180
13-012017 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20-012017 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27-012017 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 14 Daftar Hadir Peserta Didik Kelas Eksperimen
DAFTAR HADIR PESERTA DIDIK KELAS X MIA 2 (KELAS EKSPERIMEN) SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2016/2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NAMA ANANDA DHARMA WIJAYA ANNISA LUTHFI NURAINI ANNISAA MARDIYANI APRITA DEWI ANGGRAINI ARFAN NUR HIMAWAN DEVI PUTRI HERYATI DHIANTI LINGGAR SATITI DINDA FATHIKA ZUHRO DITA SUCI PUTRI RAHMAWATI DWI NURYANTO DWITYA NURLISTYO DEVI FATHNA’IM RUSYDANTYA KIRANA GABRIL CAHYA LUKITA HASNA NUR AINI HASNA NUR NABILA HESTI VIRRA ADVENTIA IQBAL DIAN WANADRI JOKO SULAKSONO MEYDIA WINDY UTAMI MUHAMMAD AGUNG NUGROHO MUHAMMAD FATHURROHMAN NADIA NUR ARFANI PINASINDI WIKANDARI RATNA TRIUTAMI RATYA KHELIN TABITHA RIFA ZENIKA ILVIASARI RISHANA SHANTI YUSTIKARINI RUDITA CAHYA NADILA STEFFANI DIAS ANGGITASARI VALENTA RIAS MAHARDITA WAHYU NUR RAHMAN YUNI SULISTYANINGSIH
181
10-012917 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17-012017 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24-012017 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 15 Dokumentasi Pengambilan Data Penelitian DOKUMENTASI
Gambar 1. Proses Pembelajaran di kelas eksperimen
Gambar 2. Proses pembelajaran di kelas kontrol
182
Gambar 3. Peserta didik melakukan percobaan elektrolit dan nonelektrolit
Gambar 4. Peserta didik melakukan diskusi mengenai hasil percobaan
183