PENGARUH METODE CTL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 114 PALEMBANG Muttia Ratna PGSD Universitas PGRI Palembang
[email protected] Abstract: This study aims to determine the effect of the CTL Method of Problem-Based Learning Technique and Problem Posing Technique and the ability to think logically to the learning outcomes of natural sciences. The study was conducted at the grade IV Elementary School 114 Palembang. The amount of students as many as 32 students. Research design using experiment method with treatment by level 2 x 2. Data analysis is theanalysis of variance of two lanes (ANOVA). The results of this study indicate that (1) There are differences in learning outcomes of natural science between the groups given CTL method of problem-based learning technique and the groups given CTL method of problem posing technique (2) There are interactions between CTL method and the ability to think logically to the learning outcomes of natural science. Keywords: Problem-Based Learning Technique and Problem Posing Technique, Logical Thinking Ability, Learning outcomes. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Metode CTL Masalah Berbasis Teknik Belajar dan Problem Posing Teknik dan kemampuan untuk berpikir logis dengan hasil belajar ilmu alam. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar 114 Palembang. Jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Desain penelitian menggunakan metode eksperimen dengan pengobatan oleh tingkat 2 x 2. Analisis data adalah theanalysis varians dua jalur (ANOVA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada perbedaan hasil belajar ilmu pengetahuan alam antara kelompok diberikan metode CTL teknik pembelajaran berbasis masalah dan kelompok diberikan metode CTL masalah teknik (2) berpose Ada interaksi antara metode CTL dan kemampuan untuk berpikir logis dengan hasil belajar ilmu pengetahuan alam. Kata kunci: Problem-based learning, teknik dan problem posing teknik, logical thinking kemampuan, hasil belajar.
Pada abad ke-21 terbentuklah paradigma baru
(2009:48) menunjukkan 3 (tiga) struktur dan
di tengah-tengah masyarakat yang lebih
komponenyang menjadi subjek inti dari
dikenal dengan era globalisasi, antara lain
tuntutan abad ke-21 yang disebut dengan
dengan terjadinya perubahan-perubahan yang
“The
serba
Rainbow” seperti pada gambar 1.1 berikut.
cepat
dan
kompleks,
baik
yang
21st
Century
Knowledge-and-Skills
menyangkut perubahan nilai maupun struktur yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Untuk itu bangsa Indonesia perlu dibekali Gambar 1.1.The 21st Century Knowledge-andSkills Rainbow
dengan pendidikan yang berorientasi dengan tuntutan abad ke-21. Trilling dan Fadel 254
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
Berdasarkan gambar 1.1 di atas dapat dikatakan
bahwa
subjek
inti
keterampilan. Di dalam mengaplikasikan
dari
keterampilan
proses
dalam
kegiatan
pembelajaran abad ke-21 dikelilingi oleh 3
pembelajaran diharapkan siswa memiliki
(tiga) set keterampilan yang utama yakni
kemampuan
keterampilan
inovasi;
kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk
keterampilan informasi, media, dan teknologi;
memenuhi hasil belajar tersebut, seorang guru
serta keterampilan hidup dan karir. Namun
dituntut
keterampilan
harus
pembelajaran yang mampu mengembangkan
dipenuhi di abad ke-21 adalah keterampilan
keterampilan berpikir yakni proses saintifik.
belajar dan berinovasi.
Proses
belajar
paling
dan
utama
yang
Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran abad
ke-21
tersebut,
dan
maka
berbasis
tantangan
paradigma
teaching
pembelajaran
untuk
komprehensif
melaksanakan
saintifik
merupakan
seperti
proses
proses
pembelajaran di mana siswa melakukan
pendidikan
kegiatan pembelajaran yakni mengamati,
pembelajaran
menanya, mengumpulkan informasi, menalar,
diubah
berbasis
secara
dan
mengomunikasikan
gagasan.
Mata
yang
pelajaran yang berelasi dengan pendekatan
memberikan siswa kesempatan yang lebih
saintifikadalah Ilmu Pengetahuan Alam yang
besar
selanjutnya disebut IPA.
untuk
menggali
terhadap materi
learning
menjadi
pemahamannya
yang diajarkan. Dalam
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
pendidikan, konteks learning dikonotasikan
pembelajaran di abad ke-21 harus bermakna,
sebagai kegiatan belajar dimana pelajar
maka begitu pula dalam pembelajaran IPA di
berperan aktif, bukan hanya pengajar, tetapi
Sekolah
interaksi aktif pelajar dan pengajar memegang
pembelajaran IPA yang bermakna, maka guru
peran sentral dalam proses belajar. Dengan
harus
perubahan paradigma tersebut maka terjadilah
pembelajaran yang bermakna. Glynn dan Duit
pembelajaran yang bersifat learning how to
(1995:4) menyatakan bahwa ada 5 (lima)
learn (belajar bagaimana seharusnya belajar).
kondisi agar pembelajaran IPA menjadi
Karakteristik perubahan paradigma di atas sejalan
dengan
keterampilan
Dasar.
mengetahui
bermakna;
proses.
(1)
adadiaktifkan;
(2)
Untuk
ciri
membentuk
dari
pengetahuan pengetahuan
kondisi
yang yang
Keterampilan proses memiliki karakteristik
adaterkait denganpengalaman pendidikan; (3)
bahwa
motivasi
proses
memberikan
pembelajaran
pengalaman
belajar
dapat kepada
intrinsikdikembangkan;
pengetahuanbarudibangun;
siswa, sehingga mereka memiliki berbagai
255
dan(5)
(4)
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis Mutia Ratna
pengetahuan baruditerapkan, dievaluasi, dan
pencapaian kurikulum sehingga pembelajaran
direvisi.
di kelas kurang meningkatkan kreativitas
Hal senada tentang pembelajaran IPA juga
siswa. Padahal esensi pembelajaran IPA di
dikemukakan oleh L.Moller et. al. (2009:49)
kelas terletak pada prosesnya sehingga tidak
Learning is a naturally active mental and social process. When learning in natural context, human interact with their environment and manipulate the objects in that environment, observing the effects of their interventions and constructing their own interpretations of the phenomena and the results of the manipulation and sharing those interpretations with others.
bisa diajarkan dengan hanya meminta siswa menghafal
konsep
melainkan
dengan
memahami konsep berdasarkan konteks yang ada di dalam kehidupan sehari-hari dengan penyesuaian terhadap materi yang ada di dalam kurikulum. Dari hasil pengamatan juga didapatkan temuan bahwa siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran IPA karena rendahnya
Belajar adalah proses mental dan sosial
minat
siswa
dalam
belajar
kelompok.
yang aktif secara alami. Ketika belajar dalam
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai
konteks alam, manusia berinteraksi dengan
ujian akhir semester mata pelajaran IPA
lingkungan mereka dan memanipulasi benda-
semester I tahun 2014/2015 siswa kelas IV E
benda dilingkungan tersebut, mengamati efek
SD Negeri 114 Palembang dari jumlah siswa
dari intervensi mereka dan membangun
sebesar 24 orang, ada 15 orang (62,5%) yang
interpretasi mereka sendiri dari fenomena dan
mencapai
hasil manipulasi dan berbagi interpretasi
(KKM) dengan nilai rata-rata kelas sebesar
mereka dengan orang lain.
75,2.
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
Berdasarkan hasil pengamatan awal yang
Berpijak pada data empiris tentang
dilakukan di SD Negeri 114 Kecamatan Sako
observasi proses pembelajaran di SDN 114
Palembang khususnya di kelas IV guru
Palembang di atas dapat kita tarik benang
memiliki
merah bahwa guru merupakan aktor penting
metode
kecenderungan pembelajaran
menggunakan
konvensional
saat
dalam skenario belajar mengajar. Guru harus
mengajar sehingga siswa cenderung pasif
mampu
karena kurang dilibatkan dan hanya menerima
dengan berorientasi pada aktivitas siswa
apa yang disampaikan guru. Lebih jauh
dalam menemukan dan menetapkan makna
dijelaskan bahwa pembelajaran di kelas dititik
secara mandiri sehingga proses pembelajaran
beratkan pada penguasaan konsep dan target
akan
256
menyelenggarakan
mampu
membentuk
pendidikan
kemampuan
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
berpikir tingkat tinggi pada diri siswa. Untuk
lebih tinggi, memandirikan peserta didik dan
itu diperlukan sebuah transformasi metode
meningkatkan kepercayaan
belajar yang berbasis aktivitas siswa. Salah
Masalah yang diangkat dari PBL merupakan
satu metode pembelajaranyang berorientasi
masalah yang dekat dengan kehidupan peserta
pada abad ke-21 adalah Metode Pembelajaran
didik (real problem) sehingga memotivasi
Kontekstual / Contextual Teaching and
peserta didik untuk memikirkan jalan keluar
Learning (CTL).
dari
Metode
CTL
pembelajaran
merupakan
yang
metode
membantu
masalah
diri
tersebutdan
sendiri.
meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
guru
situasi
mengaitkan antara materi yang diajarkannya
yang
berorientasi
pada
masalah
termasuk cara bagaimana belajar.
dengan situasi dunia nyata dan mendorong
Berbeda dengan PBL, teknik Problem
peserta didik membuat hubungan antara
Posing atau biasa disebut Pengajuan Masalah
pengetahuan
yang
dan
merupakan salah satu teknik pembelajaran
penerapannya
dalam
mereka
yang awalnya dikembangkan untuk mata
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
pelajaran Matematika namun berkembang
Dengan penerapan metode CTL di ruang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
kelas, maka pembelajaran akan menjadi lebih
karena
bermakna sehingga muatan materi akan
membutuhkan
bertahan lama dalam diri siswa. Dalam
pemecahan masalah dalam penerapannya,
aplikasinya, menurut Johnson (2007:310) ada
melainkan juga ilmu-ilmu lain termasuk mata
beragam teknik yang bisa diterapkan dalam
pelajaran IPA.
dimilikinya kehidupan
metode CTL di antaranya adalah teknik Problem
Based
Learning
(PBL)
tidak
hanya beragam
Matematika pengajuan
yang dan
Pendekatan saintifik pada mata pelajaran
/
IPA, kita akan menemukan istilah menalar.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan
Menurut Stenberg (2012:462), penalaran
teknik Problem Posing / Pengajuan Masalah.
adalah proses berpikir yang logis dan
Menurut Arrends yang dikutip oleh
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
Hosnan (2014:295), Problem Based Learning
diamati untuk memperoleh simpulan berupa
(PBL) adalah teknik pembelajaran dengan
pengetahuan. Selama mentransfer peristiwa-
pendekatan pembelajaran peserta didik pada
peristiwa
masalah autentik sehingga peserta didik dapat
tersimpan di memori otak kemudian berelasi
menyusun
dan
pengetahuannya
sendiri,
menumbuh-kembangkan keterampilan yang
khusus
berinteraksi
ke
otak,
dengan
pengalaman
pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Menalar erat
257
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis Mutia Ratna
kaitannya dengan proses berpikir logis pada
berpikir logis ada dua yaitu kemampuan
peserta didik dimana dalam berpikir logis
berpikir logis tinggi dan kemampuan berpikir
mereka
logis rendah (X2).
dilatih
untuk
menarik
sebuah
kesimpulan dari sebuah fakta yang belum
Percobaan
dilakukan
pada
dua
terdefinisi. Untuk itu penanaman kemampuan
kelompok siswa yakni kelompok berpikir
berpikir logis tepat bila diterapkan dalam
logis tinggi dan kelompok berpikir logis
pendekatan saintifik karena peserta didik
rendah
dianjurkan untuk tidak menerima begitu saja
pemberian metode CTL teknik Problem
sebuah
konsep,
menghubungkan
melainkan fakta-fakta
mendapat
perlakuan
dengan
juga
harus
Based Learning dan kelompok berpikir logis
yang
terjadi
tinggi dan kelompok berpikir logis rendah
sehingga mampu mengonstruksikan fakta
mendapat
serta
metode CTL teknik Problem Posing. Adapun
mendapatkan
pengetahuan
dan
perlakuan
dengan
pemberian
kesimpulan yang tepat.
rancangan dalam penelitian ini terlihat pada
METODE
Tabel 1 sebagai berikut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
metode
eksperimen
dengan
rancangan desain Treatment by level 2 x 2.
Metode CTL (A)
Metode CTL Teknik Problem Posing (A2)
Tinggi (B1)
Metode CTL Teknik Problem Based Learning (A1) A1B1
Rendah (B2)
A1B2
A2B2
KemampuanBerpikir Logis (B)
Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode eksperimen dengan variabel terikat
Tabel 1. Rancangan Treatment by level
adalah hasil belajar IPA (Y). Penelitian ini dilakukan
perlakuan
(treatment)
2x2
untuk
Oliver
mencari pengaruh di antara dua variabel yaitu variabel
perlakuan
adalah
diambil dari populasi dengan cara sedemikian
(X2).
rupa sehingga dapat dianggap mewakili
Variabel perlakuan adalah metode CTL yang
seluruh anggota populasi. Teknik penarikan
terdiri atas dua teknik yaitu teknik Problem
sampel dalam penelitian ini menggunakan
Based Learning dan Problem Posing (X1). moderator
adalah
mengemukakan
bagian dari seluruh jumlah populasi yang
pembelajaran (X1) dan variabel moderator
Variabel
(2013:128)
pengertian sampel secara sederhana sebagai
metode
adalah kemampuan berpikir logis
A2B1
cluster simple random sampling yakni cara
kemampuan
pengambilan sampel dari anggota populasi
258
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
dibandingkan dengan yang diberikan metode
9tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.
CTL teknik Problem Posing ( X = 75 dan s = 7,659).
Selanjutnya pada tes kemampuan berpikir logis ditentukan kelompok atas dan kelompok bawah.
Siswa
dikategorikan
ke
1. Interaksi Metode CTL dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Hasil Belajar IPA (INT A X B)
dalam
kelompok berpikir logis tinggi apabila skor Hasil
berada pada rentang 27% skor tertinggi.
diketahui
Kemudian siswa dikategorikan ke dalam
perhitungan bahwa
ANAVA
nilai
hasil
dapat
pengujian
hipotesis kedua yang disajikan dalam tabel
kelompok berpikir logis rendah apabila skor
ANAVA pada baris interaksi A X B
berada pada rentang 27% skor terendah. Maka
menunjukkan bahwa H0 ditolak berdasarkan
didapatkan 27% x 32 = 8 sampel untuk setiap
nilai Fhitung = 6,89 > Ftabel (0,05) = 4,15 dengan
kelompok.
demikian dapat diambil keputusan bahwa HASIL
terdapat pengaruh interaksi yang signifikan
Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok yang diberikan metode CTL teknik Problem Based Learning dan kelompok yang diberikan metode CTL teknik Problem Posing
antara metode CTL dan kemampuan berpikir
Berdasarkan
analisis
Data hasil penelitian, diperoleh skor ratarata hasil belajar IPA antara kelompok siswa
varians
yang memiliki kemampuan berpikir logis
(ANAVA) pada taraf signifikan α = 0,05,
tinggi yang diberikan metode CTL teknik
didapat Fhitung = 4,93 > Ftabel = 4,15. Dengan
Problem Based Learning adalah sebesar 87
demikian
dan
Fo>Ft,
hasil
logis terhadap hasil belajar IPA.
sehingga
H0
ditolak,
kelompok
siswa
yang
memiliki
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
kemampuan berpikir logis rendah yang
keseluruhan terdapat perbedaan pengaruh
diberikan
yang signifikan antara kelompok siswa yang
Posing Learning adalah sebesar 74,5. Untuk
diberikan metode CTL Teknik Problem Based
skor rata-rata hasil belajar IPA antara
Learning dengan kelompok siswa yang
kelompok siswa yang memiliki kemampuan
diberikan metode CTL Teknik Problem
berpikir logis tinggi
Posing terhadap hasil belajar IPA. Oleh
diberikan metode CTL teknik Problem Based
karena itu, hasil belajar IPA yang diberikan
Learning adalah sebesar 75 dan kelompok
metode CTL teknik Problem Based Learning
siswa yang memiliki kemampuan berpikir
( X =81 dan s = 8,453) lebih baik secara nyata
259
metode
CTL teknik
Problem
yang tinggi
yang
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis Mutia Ratna
logis rendah yang diberikan metode CTL
diberikan
teknik Problem Posing adalah sebesar 75,5.
Posing ( X = 74,5 dan s = 7,690).
2. Pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi, terdapa perbedaan Hasil Belajar IPA Kelompok siswa yang belajar dengan Metode CTL Teknik Problem Based Learning dengan Kelompok Siswa yang Belajar dengan Metode CTL Teknik Problem Posing.
3. Pada kelompok yang memiliki kemampuan berpikir logis rendah, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang diberikan metode CTL teknik Problem Based Learning dan kelompok siswa yang diberikan metode CTL teknik Problem Posing (A1B2& A2B2)
Perhitungan analisis varians tahap lanjut
Perhitungan analisis varians tahap lanjut
dengan
Uji
Tukey
adalah
untuk
dengan
metode
Uji
CTL teknik
Tukey
adalah
Problem
untuk
membandingkan kelompok yang memiliki
membandingkan kelompok yang memiliki
kemampuan
yang
kemampuan berpikir logis rendah yang
diberikan metode CTL teknik Problem Based
diberikan metode CTL teknik Problem Based
Learning dan yang diberikan metode CTL
Learning dan yang diberikan metode CTL
teknik Probem Posing. Perhitungan Uji
teknik Problem Posing. Perhitungan Uji
Tukey A1B1> A2B1 = Qhitung = 10,10 >
Tukey A1B2< A2B2 = Qhitung = -0,40 lebih
Qtabel0,05:4:8 = 4,07 atau Qhitung> Qtabel pada
kecil daripada Qtabel0,05:4:8 = 4,07 atau Qhitung<
taraf signifikan α = 0,05, dengan demikian H0
Qtabel pada taraf signifikan α = 0,05, dengan
ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
demikian H0 ditolak dan hipotesis alternatif
Sehingga dapat ditafsirkan hasil belajar IPA
diterima. Sehingga dapat ditafsirkan hasil
antara kelompok siswa yang diberikan metode
belajar IPA antara kelompok siswa yang
CTL teknik Problem Based Learning lebih
diberikan metode CTL teknik Problem Based
tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa
Learning lebih rendah dibandingkan dengan
yang diberikan metode CTL teknik Problem
kelompok siswa yang dibeirkan metode CTL
Posing.
teknik Problem Posing.
berpikir
logis
tinggi
Oleh karena itu, bagi siswa yang
Oleh karena itu, bagi siswa yang
memiliki kemampuan berpikir logis tinggi
memiliki kemampuan berpikir logis rendah
yang diberikan metode CTL Teknik Problem
yang diberikan metode CTL teknik Problem
Based Learning ( X = 87 dan s = 5,952) lebih
Based Learning ( X = 75 dan s = 5,952) lebih
tinggi
rendah secara nyata dibandingkan yang
secara
nyata
dibandingkan
yang
260
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
diberikan
metode
CTL teknik
Problem
sebanyak-banyaknya dari berbagai literatur, merumuskan soal atau pertanyaan dari situasi
Posing ( X = 75,5 dan s = 8,124).
yang
ada,
menentukan
jawaban
atau
PEMBAHASAN
pemecahan dari permasalahan yang mereka
1. Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok yang diberikan metode CTL Teknik Problem Based Learning dan kelompok yang diberikan metode CTL Teknik Problem Posing
buat serta mencari alternatif pemecahannya
Hasil pendapat
penelitian
diperkuat
Arrends
(2012:396)
mengatakan mengonstruksi
bahwa
secara mandiri. Hal ini berarti hipotesis penelitian secara keseluruhan adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang diberikan
dengan
metode CTL teknik Problem Based Learning
yang
dengan yang diberikan metode CTL teknik
siswa
belajar
pengetahuannya
melalui
Problem Posing.
interaksi dengan lingkungannya. Teknik PBL
2. Interaksi
Metode
CTL
dan
dapat membuat siswa belajar melalui upaya
Kemampuan Berpikir Logis terhadap
penyelesaian dunia nyata secara terstruktur
Hasil Belajar IPA (INT A X B)
untuk mengonstruksi pengetahuan siswa.
Teknik Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif
mengemuka karena adanya keprihatinan para
melakukan
praktisi akan rendahnya kemampuan praktis
menyelesaikan
penyelidikan permasalahan
dalam dan
guru
para
calon
dokter
yang
akademik.
Pembelajaran
menguraikan sebuah ilmu dalam bentuk teori
dapat
membentuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi
(higher
mereka
secara
berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. akan
Artinya
cerdas
mampu
tetapi tidak mampu mempraktekkannya dalam
order thinking skills) dan meningkatkan
kehidupan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
dikembangkan menjadi sebuah teknik yang
Dengan berlandaskan objek yang sama
nyata.
Untuk
itu
PBL
mampu mengasah keterampilan siswa dalam
dengan PBL, yaitu sebuah masalah atau
mengkaji
persoalan, Brown dan Walter (2004:12)
kontekstual dengan menggunakan berbagai
mendefinisikan
disiplin
teknik
Problem
Posing
dan
ilmu.
memecahkan
Arrends
masalah
(2012:398)
sebagai teknik pembelajaran yang dapat
menjabarkan 3 (tiga) hasil belajar (outcome)
digunakan untuk mengembangkan kecakapan
dari teknik PBLberupa (1) keterampilan
berpikir siswa karena dalam pembelajaran ini,
penyelidikan dan mengatasi masalah; (2)
siswa dikondisikan untuk menggali informasi
perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran
261
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis Mutia Ratna
orang dewasa; dan (3) keterampilan untuk
induktif.
belajar secara mandiri. Dari outcome tersebut
bernalar
dapat dipastikan bahwa teknik ini mampu
keputusan. Hal ini berarti hipotesis penelitian
mengembangkan keterampilan berpikir siswa
terdapat interaksi antara metode CTL dengan
ke tahap yang lebih tinggi (higher order
kemampuan berpikir logis terhadap hasil
thinking skills).
belajar IPA.
Trianto (2007:67-68) menjelaskan teknik Problem
Posing
dengan
istilah
siswa mengajukan masalah atau soal yang didasarkan pada situasi yang diberikan oleh guru. Situasi dalam hal ini bisa berupa (pernyataan),
pertanyaan
yang
merupakan
sama-sama
teknik
menghasilkan
3. Pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi, terdapa perbedaan Hasil Belajar IPA Kelompok siswa yang belajar dengan Metode CTL Teknik Problem Based Learning dengan Kelompok Siswa yang Belajar dengan Metode CTL Teknik Problem Posing.
pengkonstruksian masalah. Dalam teknik ini,
informasi
Keduanya
Hasil penelitian didukung dengan
dan
sebagainya. Tentunya saat mengonstruksi
adanya
masalah atau pertanyaan, siswa melakukan
(2006)yang
kegiatan berpikir dengan berlandaskan situasi
Problem
yang dirancang oleh guru.
perhatian pada masalah yang terjadi dan dekat
Dalam dipaparkan
kedua di
teknik
atas,
siswa
yang
pendapat
menjelaskan Based
dengan
telah
Langen
dan
Welsh
bahwa
teknik
Learning
kehidupan
memusatkan
sehari-hari
siswa.
Kebermaknaan belajar merupakan ciri dari
memerlukan
kemampuan berpikir yang mengarah pada
teknik
kesimpulan yang benar. Semakin baik proses
dituntut untuk berpikir ilmiah dengan cara
berpikir yang dilakukan, maka seseorang
bernalar dan memikirkan pemecahan dari
dapat menentukan dengan jelas tindakan apa
setiap
yang harus dilakukan. Proses berpikir yang
pilihan-pilihan pemecahan masalah, sehingga
menghasilkan kesimpulan yang benar disebut
dihasilkan sebuah kesimpulan yang benar.
dengan berpikir logis.
pembelajaran
permasalahan
Sementara
Di dalam berpikir
ini.
Karena
melalui
Problem
Posing
merupakan
ada meliputi (1) pengertian (concept), (2)
pembelajaran kontekstual yang bertujuan
keputusan
untuk memandirikan siswa dengan jalan
(3)
penalaran
dalam
penguraian
logis, terdapat 3 (tiga) komponen yang harus
(decision),
teknik
siswa
(reasoning). Ketiga komponen dalam berpikir
mengonstruksi
logis tersebut bisa diwujudkan melalui dua
memecahkannya.
cara yakni melalui teknik deduktif dan
mengonstruksi masalah, guru menguraikan
262
masalah
metode
lalu
kemudian
Sebelum
siswa
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
terlebih dahulu pertanyaan atau pernyataan
keterampilan untuk berkolaborasi bagi siswa.
yang dapat dijadikan bahan bagi siswa untuk
Karena siswa dituntut untuk berpikir ilmiah
membuat suatu pertanyaan kembali. Dari
dengan
pernyataan di atas, dapat digaris bawahi
pemecahan dari setiap permasalahan melalui
bahwa siswa masih diberikan bimbingan dari
penguraian
guru untuk mengonstruk sebuah masalah dan
masalah,
permasalahan yang diajukan guru bisa jadi
kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang
tidak sesuai dengan konteks permasalahan
didapat
yang dekat dengan kehidupan siswa.
pengamatan akan menghasilkan sebuah fakta
4. Pada kelompok yang memiliki kemampuan berpikir logis rendah, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang diberikan metode CTL teknik Problem Based Learning dan kelompok siswa yang diberikan metode CTL teknik Problem Posing (A1B2& A2B2)
atau data baru yang bisa dipertanggung
oleh
Arrends
bernalar
dan
memikirkan
pilihan-pilihan sehingga
dari
pemecahan
dihasilkan
sebuah
sebuah
pemikiran
dan
jawabkan kebenarannya. Sementara Problem Posing merupakan teknik
dalam
kontekstual
Teknik Problem Based Learning yang dikembangkan
cara
metode
yang
memandirikan
siswa
mengonstruksi
masalah
pembelajaran
bertujuan
untuk
dengan lalu
jalan
kemudian
(2012:396)
memecahkannya. Dengan adanya peran guru
mendefinisikan PBL sebagai suatu teknik
sebagai main role, siswa mengonstruksi
pembelajaran yang berpusat pada siswa
pertanyaan
(student-centered),
pertanyaan yang diajukan guru terlebih
mengorganisasikan
kurikulum dengan pembelajaran kontekstual
&
Somenjelaskan
dan
Kemampuan menalar memang datang dari
studi
sebuah permasalahan atau data yang sudah
ilmiahnya bahwa pembelajaran dengan teknik
diketahui, namun ada baiknya jika data atau
ini membuat siswa menjadi lebih aktif,
permasalahan
terintegrasi
dan
kontekstual bukan dengan bimbingan guru.
berhubungan satu dengan yang lain tanpa
Sehingga proses pemikiran atau bernalar tidak
terpecah-pecah. Siswa dapat bekerja sama
sengaja diarahkan menuju kebenaran atau
dalam kelompok berdiskusi dengan tanggung
kesimpulan yang sesungguhnya.
jawab untuk belajar bersama dalam prosesnya
SIMPULAN
antar
disiplin
dalam
pernyataan
dahuiu.
dalam situasi dan masalah nyata sehari-hari. Kwan
melalui
ilmu,
tersebut
datang
secara
dapat membangun kemampuan berpikir dan
Penelitian ini menggunakan metode
keterampilan memecahkan masalah serta
eksperimen yang melibatkan variabel bebas,
263
Metode CTL Dan Kemampuan Berfikir Logis Mutia Ratna
yaitu metode CTL teknik Problem Based Learning dan metode CTL teknik Problem Posing
dan
kemampuan
berpikir
DAFTAR PUSTAKA
logis,
Arends, R. I & Ann Klicher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. New York: Routledge.
sedangkan sebagai variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 114 Palembang.
Brown, Stephen I & Marrion I. Walter. 2004. The Art of Problem Posing: Third Edition. New York: Routledge.
Berdasarkan hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis dan hasil pembahasan
Glynn, Shawn M & Reinders Duit, 1995. Learning Science in The Schools. USA: Lawrence.
penelitian yang telah diperoleh dijelaskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode CTL teknik Problem Based
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Learning memiliki pengaruh yang lebih tinggi nilainya dari metode CTL teknik
Moller, Leslie, Jason Bond Huett, & Douglas M. Harvey. 2014. Learning and Instructional Technologies for The 21st Century. New York: Springer ScienceBusiness Mediarn LLC.
Problem Posing terhadap hasil belajar IPA. 2. Terdapat interaksi antara metode CTL teknik Problem Based Learning dan
Oliver, Paul. 2013. Writing Your Thesis. Sage Publications Ltd
metode CTL teknik Problem Posing dan kemampuan berpikir logis terhadap hasil
Setiawan, Ibnu. 2007. Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar dan Bermakna. Bandung: MLC.
belajar IPA. 3. Metode CTL teknik Problem Based Learning
lebih
tinggi
nilainya
dari
metode CTL teknik Problem Posing pada kelompok
siswa
yang
Stenberg, Robert & Karin Stenberg, 2002. Cognition. Canada: Wadswoth Cengage Learning.
memiliki
kemampuan berpikir logis tinggi terhadap
Tan, Oon Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using Problem to Power Learning in The 21st Century. Singapore: Thomson Learning.
hasil belajar IPA. 4. Metode CTL teknik Problem Based Learning lebih rendah nilainya dari
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
metode CTL teknik Problem Posing pada kelompok kemampuan
siswa
yang
berpikir
logis
memiliki rendah
Trilling, Bernie & Charles Fadel. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Fransisco: Jossey Bass.
terhadap hasil belajar IPA.
264
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 2 Desember 2015
Langen, Tom A. & Rick Welsh, 2006. “Effects of PBL Approach on Attitude Change and Science and Policy Content Knowledge.” Conservation Biology Vol.20 No. 3:600-608, (dikutip darihttp://m.ebscohost.com) diakses tanggal 23 Februari 2015. Kwan, Tammy & Max So, International Research Group, (dikutip dari http://m.ebscohost.com) diakses tanggal 23 Februari 2015.
265