PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, DAN AUDIT BRAND NAME TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan di Sektor Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) SKRIPSI
Oleh: Farida Wijayanti Rachman 1112082000058
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/1437H
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, DAN AUDIT BRAND NAME TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan di Sektor Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) SKRIPSI
Oleh: Farida Wijayanti Rachman 1112082000058
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/1437H
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI 1.Nama Lengkap
: Farida Wijayanti Rachman
2.Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang , 10 Maret 1994
3.Agama
: Islam
4.Alamat
: Jalan AMD Babakan Pocis RT 02 RW 02 No: 18, Kel. Bakti Jaya, Kec. Setu, Tangerang Selatan. 15315
5.No. Telepon
: 089517345608
6.E-mail
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1.SDN 1 Pamulang
: Tahun 2000-2006
2.SMPN 1 Pamulang
: Tahun 2006- 2009
3.SMAN 2 Kota Tangerang Selatan
: Tahun 2009-2012
4.S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: Tahun 2012-2016
III. PENDIDIKAN NON-FORMAL
1.Kursus Bahasa Inggris di Cambridge School of English Pamulang : Tahun 2007-2009 2.Kursus Komputer di LPIA Pamulang Tahun 20015
IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Periode 2012-2014 vi
:
V. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Sebagai peserta dalam “Seminar Motivasi dan Kewirausahaan”, 6 September 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sebagai peserta dalam “Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi’ 3 Oktober 2012, Teater Lt.2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Sebagai peserta dalam “Sekolah Pasar Modal 2015”, 2 Desember 2015 PT. Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange).
VI. PENGALAMAN KERJA 1. Magang
di
Bank
Indonesia
Divisi
Pengelolaan
Data
dan
Penanggulangan Uang Rupiah Palsu, Grup Kebijakan Pengelolaan Uang, Departemen Pengelolaan Uang tanggal 18 Februari 2016-17 Maret 2016.
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Suratman
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 1 Maret 1964
3. Ibu
: Sri Yanti
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 4 Juli 1971
5. Anak Ke Dari
: 1 dari 2 bersaudara
vii
THE INFLUENCE CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDITOR INDUSSTRIAL SPECIALIZATION, AND AUDIT BRAND NAME TO INTEGRITY OF FINANCIAL STATEMENT
ABSTRACT This research aims to obtain empirical evidence about the influence corporate governance mechanism, auditor industrial specialization, and audit brand name to integrity of financial statement. Independent variables used in this research is corporate governance mechanism analyzed by independent commissioner and audit committee, auditor industrial specialization analyzed by ratio of total client in industry to all firms in industry, and audit brand name analyzed by existence KAP/OAA affiliation. Dependent variable used is integrity of financial statement analyzed by non-operating accruals. The sample in this research was financial sector companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) period among 2010-2014. Data was collected by purposive sampling. Total 92 companies were taken as sample. Analysis method this research use multiple regression analysis. The result of this research showed that audit committee and auditor industrial specialization has significant effect to integrity of financial statement. While independent commissioner and audit brand name have not significant effect to integrity of financial statement. Keywords: Corporate governance, auditor industrial specialization, audit brand name and integrity of financial statement
viii
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, DAN AUDIT BRAND NAME TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, spesialisasi industri auditor dan audit brand name terhadap integritas laporan keuangan. Variabel independen yang digunakan adalah mekanisme corporate governance yang dianalisis dengan komisaris independen dan komite audit, spesialisasi industri auditor yang dianalisis dengan rasio jumlah klien dalam industri dan semua perusahaan di industri tersebut, dan audit brand name yang dianalisis dengan adanya afiliasi KAPA/OAA. Variabel dependen yang digunakan adalah integritas laporan keuangan yang dianalisis dengan non-operating accruals. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Data yang dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Total 92 perusahaan ditentukan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa komite audit dan spesialisasi industri auditor berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan komisaris independen dan audit brand name tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Kata Kunci: Corporate governance, spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas laporan keuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “ Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagi syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dan dukungannya dalam proses penyusunan skripsi ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik kepada: 1. Kedua orang tua yang tak henti-hentinya memberikan do’a, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua jasa-jasa yang telah kalian berikan. 2. Adik ku Satrio Budi Prakosa, yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Arief Mufriani, LC, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,M.M.,CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. x
6. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA. selaku dosen Pembimbing I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi selama ini. 7. Ibu Fitri Yani Jalin, SE., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan. Terimakasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penyusunan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 9. Semua Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan adminintrasi dan lain-lain. 10. Untuk sahabat seperjuangan buku KKN, kompre dan skripsian bareng Anisa Herdiyany dan Fitri Rahmawati terima kasih sudah memberikan semangat dan keceriaan selama ini. 11. Seluruh teman-teman Akuntansi B UIN 2012 seren, kia, rita, dina, fai, galih, lailatul, vivi, dita, dwi, om, fadil, mayeda, ilman, revan, aboy, randi, dan dara terima kasih selama empat tahun kita bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna terlebih lagi untuk “KITA” yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis. See you top guys!! 12. Untuk Kiki Rifqi Nasrulloh, yang selalu memberikan support dan do’anya yang tiada henti ketika penulisan skripsi ini dan mau direbetin kesana-kemari untuk penyelesaian buku KKN. 13. Semua pihak yang membantu yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh
xi
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 23 Juni 2016
Farida Wijayanti Rachman
xii
DAFTAR ISI
COVER COVER DALAM ........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... xi KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 12 1. Tujuan Penelitian ............................................................ 12 2. Manfaat Penelitian .......................................................... 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA xiii
A. Tinjauan Literatur .................................................................. 15 1. Teori Agensi.................................................................... 15 2. Integritas Laporan Keuangan .......................................... 19 3. Konservatisme ................................................................. 21 4. Mekanisme Corporate Governance ................................ 23 5. Spesialisasi Industri Auditor ........................................... 30 6. Audit Brand Name........................................................... 32 B. Penelitian Sebelumnya ........................................................... 34 C. Kerangka Pemikiran ............................................................... .40 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .......... 41 1. Komisaris Independen dan Integritas Laporan Keuangan ....................................................................... 41 2. Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan ............ 42 3. Spesialisasi Industri Auditor dan Integritas Laporan Keuangan ......................................................... 43 4. Audit Brand Name dan Integritas Laporan Keuangan .... 45 5. Komisaris Independen, Komite Audit, Spesialisasi industri auditor, Audit Brand Name, dan Integritas Laporan Keuangan ........................ 46 BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 48 B. Metode Penentuan Sampel ..................................................... 48 C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 49 xiv
D. Metode Analisis Data ............................................................. 50 1. Statistik Deskriptif .......................................................... 50 2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 50 a. Uji Multikolonieritas................................................ 51 b. Uji Autokorelasi ....................................................... 51 c. Uji Heterokedastisitas .............................................. 52 d. Uji Normalitas.......................................................... 53 3. Koefissien Determinasi ................................................... 53 4. Uji Hipotesis ................................................................... 54 a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uj Statistik F) ........................................................ 55 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ......................................................... 56 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................... 56 1. Variabel Independen (X)................................................ 56 2. Variabel Dependen (Y) .................................................. 60 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................... 63 1. Deskripsi Objek Penelitian.............................................. 63 2. Proses Seleksi Sampel..................................................... 64 B. Analisis dan Pembahasan ....................................................... 65 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif........................................... 65 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 68 xv
a. Uji Multikolonieritas................................................ 68 b. Uji Autokorelasi ....................................................... 70 c. Uji Heterokedastisitas .............................................. 71 d. Uji Normalitas.......................................................... 74 3. Koefisien Determinasi .................................................... 77 4. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 79 a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) ........................................................ 79 b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ......................................................... 80 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ 90 B. Saran ...................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92 LAMPIRAN .................................................................................................... 96
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 34 Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian............................................. 62 Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ................................ 64 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonearitas ........................................................... 69 Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi................................................................... 71 Tabel 4.5 Hasil Uji Glesjer ............................................................................ 73 Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnocv ................................................... 77 Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 78 Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) ......... 79 Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ........ 81
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran ..................................................... 40
Gambar 4.1
Hasil Uji Scatterplot ................................................................. 72
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal P-P Plot ............. 74
Gambar 4.3
Hasil Uji Mormalitas Menggunakan Grafik Histogram ........... 75
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar Tahun 2010-2014 ..................................................................... 97
Lampiran 2
Daftar Sampel Perusahaan Sektor Keuangan Tahun 2010-2014 ................................................................................ 99
Lampiran 3
Statistik Deskriptif.................................................................... 100
Lampiran 3
Hasil Output SPSS.................................................................... 100
xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Informasi akuntansi didefinisikan sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dan untuk menentukan pilihan diantara serangkaian tindakan-tindakan alternatif yang ada (Belkoui, 2011: 50). Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi akuntansi
yang digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu
perusahaan. Setiap entitas bisnis yang menjalankan aktivitas bisnisnya diwajibkan untuk membuat laporan keuangan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 7 (Revisi 2009) tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisis keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi Laporan keuangan merupakan bentuk dari pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu para stakeholder, sehingga laporan keuangan harus menyajikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Rozania, et.al , 2013). Belkoui (2011:213) mengemukakan beberapa tujuan kualitatif dalam laporan keuangan yaitu relevansi, dapat dimengerti, dapat diverifikasi, netralitas, ketepatan 1
waktu, komparabilitas dan kelengkapan. Sedangkan Hendriksen dan Van Breda (2000:140) mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu cost and benefit, relevance, reliability, comparability, dan materiality. Agar bermanfaat, informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas yang handal jika laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation) yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan (SAK, 2004). Namun pada kenyataanya, laporan keuangan tersebut mulai dipertimbangkan dan diragukan kredibilitasnya karena banyaknya kasus yang terjadi akibat manipulasi terhadap data akuntansi terutama laporan keuangan. Rozania, et.al (2013) menyatakan bahwa kasus kecurangan pada laporan keuangan berkaitan erat dengan masalah integritas laporan keuangan, artinya informasi yang ada tidak menyajikan informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian Mayangsari (2003) integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur. Ukuran integritas laporan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba (Mayangsari, 2003:3). Menurut Basu (1997) dalam Jamaan (2008) mendefinisikan 2
konservartisme sebagai praktik mengurangi laba dan mengecilkan aktiva bersih dalam merespon berita buruk (bad news) tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam merespon berita baik (good news). Konservatisme dibutuhkan dalam laporan dan pelaporan akuntansi disebabkan karena adanya ketidakpastian yang terjadi pada aktivitas ekonomi dan bisnis, sehingga diperlukan kehati-hatian (prudence). Bentuk kehati-hatian ini dilakukan melalui tingkat verifikasi yang lebih tinggi ketika menetapkan aset yang diakui dibandingkan dengan kewajiban. Konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan
untuk
opsi
yang
memiliki
dampak
paling
tidak
menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham (Belkoui, 2011:288). Namun kenyataannya, banyak perusahaan yang menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas (Nurjannah dan Pratomo, 2012), dimana informasi yang disampaikan oleh pihak manajemen tidak menunjukan keadaan yang sebenarnya. Informasi akuntansi
yang tidak reliable menyebabkan jatuhnya
perusahaan-perusahaan raksasa dunia pada awal dekade 2000 an yang diakibatkan dari skandal kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan perusahaan besar, karena melakukan tindakan earning management (Jamaan, 2008).
3
Terdapat beberapa kasus atau skandal keuangan yang terkait dengan kurangnya integritas dalam laporan keuangan, diantaranya terjadi pada beberapa perusahaan di sektor keuangan di Amerika Serikat seperti kasus Lehman Brothers yang merupakan perusahaan layanan keuangan global yang bergerak di bidang bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) menjamin hampir separuh dari total kredit perumahan di Amerika Serikat. Lehman Brothers mengumumkan kebangkrutannya pada Senin tanggal 15 September 2008. Dengan bangkrutnya Lehman Brothers, terungkap perekayasaan laporan keuangan dimana terjadi pengurangan jumlah kewajiban dengan menggunakan Repo 105 dan Repo 108. Hal ini dikarenakan krisis subprime mortgage yang menjadikan penggunaan Repo 105 dan 108 merupakan jalan keluar paling menguntungkan bagi Lehman Brothers dibandingkan dengan menjual aset yang harganya telah merosot tajam. Transaksi Repo yang digunakan oleh Lehman Brothers dilakukan untuk menutupi kewajiban sebesar lebih dari 50 Miliyar. KAP Enrst & Young dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit “palsu” terkait laporan keuangan Lehman Brothers. Menurut laporan tersebut, Lehman Brothers menggunakan rekayasa akuntasi untuk menutupi utang sebesar 50 Miliyar US Dollar di pembukuannya. Semua dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungannya dari utang. Kasus Bank of Credit Commerce International (BCCI) merupakan salah satu skandal terbesar dalam sejarah keuangan yang ditemukan oleh salah satu akuntan publik, Price Waterhouse. Price Waterhouse 4
melakukan audit dan mengungkapkan adanya kerugian ratusan juta dollar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan memberikan kredit kepada pemegang sahamnya sendiri sebesar 1,48 Miliar US Dollar dengan menggunakan saham BCCI sebagai jaminan. Pada Juli 1991 BCCI jatuh sebagai akibat internal fraud yang mencapai 4 Miliyar US Dollar dan berbagai kewajiban yang mencapai 14 Miliyar US Dollar. Tuduhan lainnya adalah manipulasi rekening untuk membantu peminjam terbesar BCCI, yang telah mendapat kredit sebesar 725 US Dollar, jauh melebihi batas, akuisisi ilegal dengan menggunakan nama pihak lain, tidak dicatatnya beberapa simpanan nasabah dalam jumlah besar untuk menutup kerugian dan mencatat banyak kredit fiktif kepada para debitur. Kasus skandal akuntansi di sektor keuangan juga pernah menimpa Indonesia yang terjadi pada Bank Lippo pada tahun 2002. Dalam kasus PT. Bank Lippo yang terjadi pada bulan November tahun 2002, terdapat laporan keuangan ganda yang dilaporkan kepada pihak eksternal dan satu laporan keuangan internal untuk manajemen yang memiliki beberapa perbedaan yang menimbulkan permasalahan. Pihak manajemen Bank Lippo membuat dua laporan keuangan yang berbeda demi kepentingan perusahaannya sendiri, dan pihak kantor akuntan publik Ernst & Young, Sarwoko and Sanjaya selaku auditor laporan keuangan Bank Lippo mengaku hanya mengaudit satu laporan keuangan saja. Dengan demikian, ada dugaan KAP ini memiliki
5
keterkaitan dengan kasus ini karena sebagai auditor, seharusnya KAP tahu seluk beluk perusahaan tersebut. Kasus Bank Lippo bermula dari terjadinya perbedaan laporan keuangan kuartal III Bank Lippo, antara yang dipublikasikan di media massa dan yang dilaporkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam laporan yang dipublikasikan melalui media cetak pada 28 November 2002 disebutkan total aktiva perusahaan sebesar Rp 24 triliun dengan laba bersih Rp 98 miliar. Sementara dalam laporan ke BEJ tanggal 27 Desember 2002, total aktiva berkurang menjadi Rp 22,8 triliun dan rugi bersih (yang belum diaudit) menjadi Rp 1,3 triliun. Fenomena kasus skandal kecurangan pada laporan keuangan merupakan kegagalan dari integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan (Jamaan:2008). Kasus skandal kecurangan tersebut banyak melibatkan banyak pihak dan merugikan
para
pengguna
laporan.
Pihak
yang terlibat
dalam
memanipulasi laporan keuangan diantaranya Chief Executive Officer (CEO), komisaris, komite audit, internal auditor bahkan hingga sampai ke eksternal auditor (Nicolin dan Sabeni, 2013). Untuk mengembalikan kepercayaan investor maka US SEC (securities and exchange commission) mengeluarkan undang-undang yaitu Sarbanes Oxley-Act 2002 yang mengatur good governance bagi perusahaan-perusahaan yang go public di Amerika Serikat untuk melindungi investor dari bisnis-bisnis yang tidak sehat. Good corporate 6
governance merupakan salah satu cara untuk meminimalkan kecurangankecurangan yang terjadi belakangan ini. Istilah corporate governance kian populer terutama di negara-negara berkembang yang mengalami transisi, seperti Indonesia dan beberapa Negara di Asia yang mengalami krisis sejak tahun 1997. Mencuatnya konsep corporate governance di Indonesia merupakan reaksi
atas
perilaku
para
pengelola
perusahaan
yang
tidak
memperhitungkan stakeholdernya. Hal ini dikarenakan terdapat konflik kepentingan (agency conflict) antara pihak manajemen sebagai pihak yang mengetahui semua informasi perusahaan dengan pihak pemilik (agent) sehingga menimbulkan asymmetry information. Melalui surat edaran BAPEPEM No SE.03 IPM/2000 yang diterbitkan tanggal 5 Mei 2000 menyatakan bahwa dalam rangka implementasi Good Corporate Governance, perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia wajib memiliki komisaris independen, komite audit dan sekretaris perusahaan (Corporate Secretary). Berkurangnya integritas laporan keuangan dapat disebabkan oleh faktor lemahnya struktur good corporate governance. Penerapan corporate governance yang baik berdampak pada laporan keuangan yang dihasilkan, perusahaan atau manajemen akan sulit untuk melakukan manipulasi akuntansi karena terdapat pengawasan dari dewan komisaris. Dalam penelitian ini menggunakan struktur corporate governance yang di ukur dari komisaris independen dan komite audit. Hal ini 7
dikarenakan peran dewan komisaris dapat meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Keberadaan komisaris independen menjadi penyeimbang dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihakpihak terkait. Menurut Siswanto dan Aldridge (2005) dalam Jamaan (2008) Badan Pengelola Pasar Modal di banyak negara menyatakan bahwa penerapan corporate governance yang baik telah berhasil mencegah pelaporan keuangan kepada stakeholder secara tidak transparan. Sehingga perusahaan dengan corporate governance yang berkualitas akan dapat melaksanakan tugas dan wewenang dengan semestinya dan menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan oleh komisaris independen dan akuntabilitas akan meminimalisir agency conflict yang akhirnya akan berdampak pada meningkatnya kinerja keuangan. Selain keberadaan komisaris independen peran dari komite audit juga merupakan salah satu upaya untuk memonitoring kegiatan operasional perusahaan. Menurut Hardiningsih (2010) berdasarkan surat keputusan Ketua BAPEPAM KEP 41/PM/2003, SK Dir. BEJ NoMOR 315/BEJ/06-2000, Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000 dan Undang-undang BUMN Nomor 19/2003. Pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Tujuan dari pembentukan komite audit adalah untuk merombak sistem keuangan dan menjunjung tinggi integritas laporan keuangan untuk mencerminkan substansi ekonomi 8
transaksi dan menyajikan pandangan yang benar dan adil (Ojo, 2006 dalam Okpala, 2012:32). Dengan keberadaan komite audit diharapkan menjamin
adanya
transparansi
dalam
laporan
keuangan
dan
pengungkapan informasi kegiatan yang dilakukan oleh manajemen. Selain peran dari pihak internal suatu perusahaan, peran dari eksternal juga merupakan kunci terciptanya integritas laporan keuangan. Peran eksternal diperoleh dari pihak auditor sebagai pihak yang diharapkan independensinya oleh pengguna laporan keuangan. Auditor eksternal yang independen menilai suatu laporan keuangan yang disajikan wajar atau tidak. Sehingga pihak pengguna mengharapkan hasil dari penilai laporan keuangan yang independen tanpa adanya campur tangan dari pihak lain. Seiring dengan meningkatnya persaingan dan kompetensi dalam profesi akuntan publik serta munculnya aturan akuntansi baru dalam industri tertentu, setiap KAP berusaha mencari cara untuk membedakan dirinya dengan KAP lainnya (Rozania, et,al, 2013). Salah satu caranya adalah dengan spesialisasi industri auditor. Spesialisasi industri yang dilakukan oleh KAP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menyediakan jasa audit yang berkualitas, sehingga hasil audit dapat lebih akurat. Dengan semakin baiknya hasil audit yang diberikan akan mencerminkan integritas laporan keuangan yang baik juga. Para pengguna laporan keuangan mempertanyakan kualitas audit yang dihasilkan. Kualitas audit berkaitan dengan kualitas dari kantor 9
akuntan publik. Kualitas kantor akuntan publik dalam hal ini mengacu pada nama KAP atau audit brand name yang tercermin dari kerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) dan Organisasi Audit Asing (OAA) (Jamaan, 2008). KAP yang mencamtumkan nama KAPA atau OAA pada nama kantor, kepala surat, dokumen, dan media lainnya diasumsikan ssebagai big KAP, setelah mendapat persetujuan dari sekretaris Jendral atas nama menteri. Audit brand name ini dipercaya akan meningkatkan kualitas audit sehingga laporan keuangan yang dihasilkan lebih berintegritas. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Spesialisasi Industri Auditor, dan Audit Brand Name Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan di Sektor Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20102014)“. Penelitian ini mengacu dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rozania, et.al, (2013) mengenai pengaruh mekanisme coporate governance, pergantian auditor dan spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan. Adapun perbedaan dari penelitian ini dibandingkan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1.Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian terdahulu adalah mekanisme corporate governance, pergantian auditor dan 10
spesialisasi indusri auditor. Penelitian kali ini mengganti variabel pergantian auditor dengan variabel audit brand name berdasarkan penelitian Jaman (2008). Penelitian terdahulu pada pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan terdapat resiko kegagalan audit pada tahun pertama perikatan setelah terjadinya pergantian auditor. Karena KAP baru kurang memiliki pengetahuan yang cukup berkenan dengan resiko perusahaan, sehingga mengakibatkan kegagalan audit yang kemungkinan meningkat. Oleh karena itu pergantian auditor tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Peneliti mengganti dengan audit brand name yang kemungkinan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 2.Sampel Penelitian Penelitian sebelumnya menggunakan sampel dari perusahaan non keuangan. Sedangkan penelitian kali ini menggunakan sampel dari perusahaan
sektor
keuangan.
Sektor
keuangan
dipilih
karena
perkembangan sektor tersebut yang terus meningkat. Indonesia memiliki peran penting dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk industri keuangan khususnya sektor perbankan yang mulai berlaku pada 2020 mendatang. Diharapkan dengan hadirnya MEA pada tahun 2020 untuk sektor perbankan, bank-bank nasional dapat melakukan ekspansi ke Negara ASEAN lainnya. (Apriyani, 2015).
11
Tahun penelitian terdahulu menggunakan data keuangan pada tahun 2008-2011, sedangkan penelitian kali ini menggunakan data keuangan tahun 2010-2014. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 2.Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 3.Apakah spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 4.Apakah audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 5. Apakah komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan maslaah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
12
a. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan. b. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan. c. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan. d. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh audit brand name terhadap integritas laporan keuangan. e. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name secara simultan terhadap integritas laporan keuangan. 2.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis 1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan
referensi
penelitian
selanjutnya
dan
pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas laporan keuangan.
13
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk mengetahui integritas laporan keuangan dan menambah pengetahuan terhadap akuntansi. 3) Bagi peneliti, dapat digunakan untuk membandingkan teori akuntansi yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan
mengenai
auditing,
terutama
komisaris
independen, komite audit, spesialisasi industri auditor, audit brand name, dan integritas laporan keuangan. b. Kontribusi Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: 1) Bagi perusahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menyajikan laporan keuangan yang lebih integritas sehingga berguna bagi pengambilan keputusan. 2) Bagi praktisi akuntan publik terutama auditor sebagai suatu tinjuan yang dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan. 3) Bagi pemerintah atau Bapepam, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pengawasan bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan penyajian laporan keuangan yang lebih berintegritas
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1.Teori Agensi Agency theory atau disebut teori agensi menjelaskan hubungan antara pihak pemilik (principal) dengan pihak agen (agent). Hal ini diasumsikan bahwa pihak pemilik dan agen merupakan orang ekonomi rasional yang semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi (Nuratama, 2011). Menurut agency theory, adanya pemisahaan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Menurut Rachmawati dan Triatmoko (2007) terjadinya konflik yang disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal sebagai pihak yang memberi kontrak atau pemegang saham dan agen sebagai pihak yang menerima kontrak dan mengelola dana prinsipal. Teori agensi menurut Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan agensi muncul karena satu atau lebih pihak (principal) memperkejakan orang lain (agent) untuk mengelola perusahaan dan mendelegasikan pengambilan keputusan. Menurut Eisenhardt (1989) dalam Nuratama (2011) agency theory dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki 15
sifat mementingkan dirinya sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded ratonality) dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian menekankan bahwa adanya konflik antar anggota organisasi dan adanya asimetri informasi antar pemilik dan agen, sedangkan asumsi informasi menekankan bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Pemikiran bahwa pihak manajemen akan melakukan tindakan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri didasarkan asumsi bahwa setiap orang memiliki sifat mementingkan diri sendiri atau self-interested behavior (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dengan pemegang saham menimbulkan
kemungkinan
manajemen
bertindak
merugikan
pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya pihak manajemen akan melaporkan laba oportunis untuk memaksimalkan kepentingan dirinya. Hal ini dilakukan oleh agen untuk mendapatkan kompensasi atas hasil kinerja yang tercermin dari laba. Salah satu cara agen untuk memaksimalkan laba dengan melakukan earnings management. Hal ini dikarenakan laba menjadi tolak ukur keberhasilan manajemen dalam mengelola kegiatan operasi perusahaan. Sehingga agen berfokus untuk meningkatkan laba dengan cara memyembunyikan beberapa kondisi dari prinsipal. 16
Akibatnya hubungan agensi antara pihak prinsipal dengan manajemen menyebabkan asimetri informasi. Asimetri muncul sebagai akibat adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dengan agen (Jamaan, 2008). Idealnya, pihak prinsipal memperoleh informasi yang sesuai untuk mengukur tingkat hasil yang diperoleh selama perusahaan beroperasi yang diwujudkan dalam laporan keuangan. Namun kenyataanya, beberapa agen berusaha untuk menyembunyikan keadaan yang sebenarnya dari principal. Menurut Rozania, et.al (2013) adanya informasi asimetri dapat menimbulkan dua masalah potensi yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection merupakan suatu keadaan dimana principal tidak mengetahui apakah dalam pengambilan suatu keputusan pihak agent menggunakan informasi yang benar-benar terdapat di laporan keuangannya. Adverse selection timbul karena manajemen memiliki informasi
yang
lebih
lengkap
terhadap
kondisi
perusahaan
dibandingkan dengan principal. Moral hazard adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh agen yang tidak diketahui oleh principal, sehingga agen dapat melaksanakan poin-poin yang tidak terdapat pada kontrak kerja. Agen dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak antara manajemen dengan pemegang saham atau tindakan yang melanggar etika, diluar sepengetahuan pemegang saham (Scott, 2009 dalam Primadita dan Fitriany, 2012).
17
Teori agensi menyatakan bahwa konflik kepentingan dapat diminimalkan dengan mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance berperan sebagai badan yang mengawasi dan memonitori hasil kerja yang dilakukan oleh pihak agen. Selain itu, mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang lebih berkualitas. Dengan adanya mekanisme corporate governance diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada stakeholder bahwa pihaknya akan menerima pengembalian atas dana yang telah mereka investasi kepada perusahaan (Sabeni dan Nicolin, 2013). Sehingga dengan adanya penerapan dari corporate governance, diharapkan akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Selain menggunakan mekanisme corporate governance untuk meminimalisir konflik keagenan, perusahaan juga membutuhkan pihak lain, yang bersifat independen sebagai mediator antara principal dan agen. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agen apakah terlalu bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan informasi yang andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agen dalam mengelola perusahaan (Setiawan, 2006 dalam Sabeni dan Nicolin, 2013). 18
2.
Integritas Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Paragraf 7 (Revisi 2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan merupakan hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Ikatan
Akuntan
Indonesia
(IAI,
2002)
dalam
PSAK
No.1
mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan harus memenuhi syarat guna menjamin keadaan yang sebenarnya dan berisi fakta-fakta aktual terkait penyajian posisi keuangan perusahaan (Okpala, 2012). Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang memiliki kualitas andal yaitu apabila laporan keuangan tidak menyesatkan, tidak terdapat kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar. Jamaan (2008) menyatakan bahwa laporan keuangan menyangkut keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran 19
(faithfulness), dapat dipercaya (reliable), dan netralitas (neutrality) yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Kejujuran (faithfulness) berarti bahwa terdapat kesesuaian antara satu ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas ekonomi yang diukur atau dijelaskan. 2) Dapat dipercaya (reliability) berarti bahwa seorang pengguna dapat menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. 3) Netral (neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku para pengguna informasi. Laporan
keuangan
dikatakan
berintegritas
apabila
laporan
keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability (Kieso, 2001). Menurut Mayangsari (2005) dalam (Oktadella dan Zulaikha, 2010) laporan keuangan yang berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena laporan keuangan dapat dikatakan reliable apabila laporan keuangan tidak bersifat konservatif dan tidak disajikan overstated sehingga tidak ada pihak yang dirugikan terkait informasi dalam laporan keuangan. Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenar-benarnya, tanpa ada yang disembunyikan.
20
3.
Konservatisme Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengatur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan utang yang mempunyai kemungkinan akan terjadi (Watts, 2003). Menurut Penman dan Zhang (2002) dalam Untari dan Budiasi (2013) bahwa konservatisme akuntansi merupakan suatu pemilihan metode dan estimasi akuntansi yang menjaga nilai buku dari net assets relatif rendah. Basu (1997) menjelaskan bahwa konservatisme tidak berarti bahwa semua arus kas pendapatan harus diterima sebelum keuntungan diakui, melainkan arus kas tersebut harus diverifikasi terlebih dahulu. Dalam hal ini akuntan dikatakan cenderung memerlukan tingkat verifikasi yang tinggi untuk mengakui kabar baik (good news) sebagai laba daripada saat mengakui kabar buruk (bad news) sebagai rugi. Praktik konservatisme terjadi karena standar akuntansi yang berlaku mengizinkan perusahaan untuk memilih metode akuntansi dari kumpulan metode yang dapat diterapkan dalam kondisi yang sama, sehingga perusahaan dapat memilih salah satu metode akuntansi yang dirasa paling tepat (Widya, 2004 dalam Jamaan 2008). Setiap metode akuntansi mempunyai tingkat konservatisme yang berbeda. Pemilihan metode akuntansi akan berpengaruh terhadap angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laporan laba-rugi perusahaan. 21
Praktik akuntansi konservatif akan membebankan biaya mengakui rugi pada periode terjadinya, sebaliknya mengakui pendapatan dan keuntungan apabila benar-benar telah terealisasi, sehingga laba yang dihasilkan akan lebih rendah pada periode bersangkutan dibandingkan apabila perusahaan yang menganut prinsip yang lebih optimis. Apabila periode berikutnya tidak terjadi atau terjadi penurunan biaya, atau pendapatan telah terealisasi maka laba periode berikutnya akan dilaporkan lebih tinggi untuk perusahaan yang menganut prinsip konservatisme. Sehingga laba yang dilaporkan untuk perusahaan yang menganut prinsip konservatisme cenderung lebih berfluktuatif daripada perusahaan yang menganut prinsip akuntansi yang lebih optimis (Hendriksen dan Van Breda, 2000). Pada kenyataanya masih terdapat kontroversi mengenai penerapan akuntansi konservatif. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa penerapan konservatif akuntansi bermanfaat tetapi terdapat juga yang menyatakan bahwa penerapan konservatif akan menimbulkan bias dalam laporan keuangan. a. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat Meskipun prinsip konservatisme telah diakui dan digunakan sebagai dasar laporan keuangan tetapi masih terdapat keraguan manfaat konservatisme. Hal ini dikarenakan konservatisme dianggap sebagai sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh defenisi akuntansi yang mengakui biaya dan kerugian lebih cepat dan 22
menunda pengakuan pendapatan dan keuntungan, sehingga menilai aktiva lebih rendah dan kewajiaban lebih tinggi (Anggraini dan Trisnawati, 2008). Sehingga akan menyebabkan laba periode masa kini menjadi understatement dan menyatakan laba pada periode berikutnya menjadi overstatement. b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat Konsep konservatisme tetap disarankan untuk tetap digunakan dalam praktik akuntansi. Hal ini dikarenakan akuntansi konservatif dapat menguntungkan pada saat kontrak dengan pihak-pihak dalam perusahan dengan luar perusahaan. Selain itu penggunaan prinsip konservatisme ini akan meminimalisir asymmetry information yang dilakukan
oleh
manajemen
untuk
membesar-besarkan
laba.
Konservatisme juga berguna untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham
(Ahmed et.al, 2000
dalam Dewi, 2003). Konflik kepentingan dapat terjadi jika pemegang saham berusaha mengambil keuntungan melalui pembayaran dividen yang berlebihan. Untuk menghindari konflik manajemen cenderung menggunakan akuntansi yang lebih konservatif. 4.
Mekanisme Corporate Governance Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007) pengertian corporate governance adalah : ”The roles of shareholders, directors and other managers in corporate decision making.” 23
Sedangkan menurut Tunggal (2011:11) corporate governance adalah hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja suatu perusahaan. Corporate governance yang efektif dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham sehingga menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Forum
for
Corporate
Governance
in
Indonesia
(FCGI)
merumuskan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Adanya teori agensi yang menyatakan bahwa jika terdapat pemisahan antara pemilik sebagai principal dan agen sebagai manajer akan menimbulkan masalah agensi karena masing-masing selalu berusaha memaksimalkan keuntungan untuk diri sendiri yang akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Menurut Nicolin dan Sabeni (2013) salah satu cara untuk meminimalkan konflik keagenan dengan penerapan mekanisme corporate governance. Dengan penerapan corporate governance yang memiliki fungsi sebagai memonitor maka akan memberikan keyakinan kepada stakeholder atas pengambalian return yang mereka investasikan (Jamaan, 2008). 24
Peraturan No. 1-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka penyenggraan pengelolaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki (Susiana dan Herawaty, 2007): 1.
Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang
saham
pengendali
dengan
ketentuan
jumlah
komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris. 2.
Komite audit yang terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
3.
Sekretaris perusahaan Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) dalam
Jamaan (2008) menyatakan penerapan corporate governance bermanfaat sebagai berikut: 1)
Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2) Mengurangi
kemampuan
manajemen
untuk
melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan pemegang saham, maupun stakeholders yang lain. 25
3) Mengembalikan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak kaku (faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance yang dipakai untuk penelitian ini menggunakan komisaris independen dan komite audit. Hal ini dikarenakan dalam mencapai integritas laporan keuangan tidak hanya dilihat dari pihak internal tetapi pihak eksternal tidak luput dari salah satu faktornya. Oleh karena itu komisaris independen dan komite audit yang digunakan untuk melihat pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Berikut ini dijelaskan mengenai komisaris independen dan komite audit sebagai berikut: a.
Komisaris Independen Definisi komisaris independen menurut ketentuan Bapepam No.Kep-29/PM/2004 adalah : “Anggota komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung melalui emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, Komisaris, Direksi atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik serta tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak
26
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.” Keberadaan komisaris indepeden dapat menjadi penyeimbang dalam pengambilan keputusan ekonomi khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham terutama pemegang saham minoritas (Nicolin dan Sabeni, 2013). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/ 2014 tentang direksi dan dewan komisaris emiten atau perusahaan public menjelaskan dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik, perusahaan
tercatat
wajib
memiliki
komisaris
independen
jumlahnya secara proposional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali (minoritas) dengan
ketentuan
jumlah
komisaris
independen
sekurang-
kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris. Mengacu pada keputusan Bapepam No. Kep-29/PM/2004 kriteria komisaris independen yaitu: 1) Komisaris independen bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin,
mengendalikan,
atau
mengawasi
emiten
atau
perusahan publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir. 2) Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik.
27
3) Komisaris independen tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, anggota dewan komisaris, anggota direksi, atau pemegang saham atau perusahaan publik. 4) Komisaris independen tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik tersebut. Komisaris independen merupakan pihak yang mempunyai tanggung jawab untuk mendorong diterapkannya prinsip good corporate governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberi nasihat kepada manajer secara efektif dan ebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Rozania, et.al, 2013). Sehingga memungkinkan dengan adanya komisaris independen dapat memberikan laporan keuangan yang berkualitas. b.
Komite Audit Berdasarkan 29/PM/2004,
surat
keputusan
pembentukan
komite
Ketua
BAPEPAM
KEP
audit
merupakan
suatu
keharusan. Komite audit merupakan komponen vital dalam stuktur corporate
governance
untuk
mendukung
akuntabilitas
dan
transparansi laporan keuangan yang berkualitas. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta 28
kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit. Keputusan Ketua Bapepam Kep-29/PM/2004 menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Hal ini terutama berkaitan dengan manfaat komite audit di perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung jawab dari dewan komisaris. Menurut Susiana dan Herawaty (2007) keberadaan komite audit dapat memberikan fungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Sehingga dapat dikatakan bahwa komite audit merupakan kepanjang tanganan dari dewan komisaris untuk mengawasi kegiatan manajemen. Peraturan Bapepam No.KEP-29/PM/2004 menyatakan bahwa komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris, antara lain meliputi: 1. Melakukan penelahaan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya. 29
2. Melakukan penelahaan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 3. Melakukan penelahaan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal. 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi. 5. Melakukan
penelahaan
dan
melaporkan
kepada
dewan
komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten. 6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. Sehingga peran sentral komite audit sebagai pengawas sistem keuangan dan transparansi pelaporan perusahaan, dengan demikian transparansi informasi yang diungkap manajemen sangat ditentukan oleh keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya 5.
Spesialisasi Industri Auditor Setiap perusahaan memiliki spesialisasi di bidang mana perusahaan tersebut bergerak. Sehingga auditor memiliki suatu keahlian atau spesialisasi agar dapat memberikan hasil audit yang lebih baik. Solomon, et.al (1999) dalam Romanus, et.al (2008:391) menyatakan bahwa spesialisasi industri auditor adalah pemahaman serta kemampuan auditor yang spesifik pada suatu industri yang diperoleh dari pengalaman
30
dan pelatihan khusus mengenai audit suatu industri tertentu sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. Audit yang dilakukan diperusahaan yang berbeda spesialisasi pun berbeda karena kegiatan operasionalnya berbeda. Spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang diberikan auditor hal ini dikarenakan auditor spesialis diyakini mampu mendeteksi kesalahankesalahan secara lebih baik, meningkatkan efesiensi dan meningkatkan penilaian tentang kejujuran laporan keuangan. Pengetahuan yang harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan juga industri perusahaan klien. Pengetahuan yang lebih mendalam yang dimiliki oleh auditor spesialis memberikan kualitas audit laporan keuangan yang lebih baik (Nicolin dan Sabeni, 2013). Kemampuan auditor untuk meningkatkan hasil dari kualitas audit dapat
dilakukan
dengan
mengikuti
pelatihan
dan
pengalaman
melaksanakan audit. Menurut Rozania et.al (2013) jika auditor memiliki kemampuan dalam industri klien, secara relatif akan meningkatkan kualitas audit yang lebih tinggi, sehingga akan meningkatkan kualitas laba, sedangkan jika auditor tidak memiliki kemampuan dalam industri kliennya, akan memberikan kualitas audit yang lebih rendah. Aspek spesialisai industri dapat mempengaruhi kualitas audit oleh KAP, disamping
karakteristik
industri
yang
berpengaruh
pada
suatu
perusahaan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain. Adanya 31
perbedaan ini membutuhkan keahlian tertentu untuk bisa mendeteksi dengan lebih baik seberapa besar pengaruh tersebut. Spesialisasi industri auditor adalah banyaknya jasa atestasi atau banyaknya klien industri sejenis yang dikerjakan atau ditangani oleh auditor KAP dalam tahun pengamatan. Sehingga semakin banyak auditor yang memberikan jasa audit dalam satu industri maka akan meningkatkan wawasan dan pemahaman yang komprehensif bagi auditor untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Aspek spesialisasi industri auditor dapat mempengaruhi kualitas audit oleh KAP, disamping karakteristik industri yang berpengaruh pada suatu perusahaan lebih besar dibanding perusahaan dengan perusahaan lain (Jamaan, 2008). 6.
Audit Brand Name Dalam melakukan audit, perusahaan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam mengaudit laporan keuangannya. Pada umumnya calon auditee menggunakan jasa KAP yang telah memiliki reputasi atau nama baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan (Darmiari dan Ulupui, 2014). Sehingga tidak jarang untuk meningkatan nilai tambah KAP dalam menarik calon auditee, umumnya beberapa KAP memilih untuk berafiliasi dengan KAP internasional. KAP name atau audit brand name tercermin dari Kantor Akuntan Publik lokal yag berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Asing 32
(KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA) (Jamaan, 2008). KAP lokal yang berafiliasi dengan KAPA atau OAA dianggap memiliki standar
mutu,
pengalaman,
dan
keahlian
yang
lebih
besar
dibandingkan dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan asing (Sari, 2013). Dengan adanya kerjasama dengan KAP asing dianggap dapat memberikan hasil audit yang lebih berkualitas daripada KAP yang tidak berafiliasi karena KAP yang berafiliasi dinilai memiliki pemahaman dan wawasan yang lebih luas dalam mengaudit perusahaan. Menurut Giri (2010) KAP bereputasi cenderung menunjukan kemapuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional sebab KAP menjadi tidak bergantung secara ekonomi kepada klien. Sehingga klien tidak dapat mepengaruhi opini auditor. KAP yang berafiliasi dengan KAPA ataupun OAA berusaha untuk meningkatkan kualitas audit sehingga dapat mendeteksi adanya manajemen laba karena mereka memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat mencegah tindakan manajemen laba yang oportunis oleh klien (Sari, 2013). KAP yang mencantumkan nama KAPA atau OAA pada nama kantor, kepala surat, dokumen, dan media lainnya diasumsikan sebagai big KAP, setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Jendral atan nama Menteri.
33
B.
Penelitian Sebelumnya Adapun hasil penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: integritas laporan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul Penelitian
(Tahun)
Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan Variabel komisaris independen, spesialisasi industri dan audit brand name.
1
Keneth Enoch Okpala (2012)
Audit Committee and Integrity of Financial Statements: A preventive Mechanism for Corporate Failure.
Variabel komite audit dan integritas laporan keuangan.
2
Wuchun Chi, Chiawen Liu, dan Taychang Wang (2009)
What Affects Accounting Conservatism: A Corporate Governance Prespective.
Variabel corporate Variabel independen governance yaitu menggunakan komisaris independen. kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kompetensi dewan komisaris dan peran CEO.
Hasil Penelitian
Terdapat pengaruh signifikan antara komite audit dan integritas laporan keuangan.
Kepemilikan institusional memiliki peran untuk memperkecil tindakan akuntansi konservatif. Sedangkan peran CEO atas dualitas perannya dapat memperbesar tindakan akuntansi konservatif.
Bersambung ke halaman selanjutnya 34
No
Peneliti
Judul Penelitian
(Tahun)
3
4
Robin N. Romanus, John J. Maher, dan Damon M.Fleming (2008)
Rozania, Ratna Anggraini ZR, Marsellisa Nindito (2013)
Metode Penelitian Persamaan
Auditor Industri Specialization, Auditor Changes, and Accounting Restatements
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Pergantian Auditor, dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Variabel independen spesialisasi industri auditor.
Variabel independen corporate governance (komisaris independen dan komite audit) spesialisasi industri auditor. Variabel dependen
Hasil Penelitian
Perbedaan Penggunaan indeks konservatif menggunakan indeks C-Score. Variabel accounting restatements, perubahan auditor, mekanisme corporate governance , kuailtas audit dan integrasi laporan keuangan.
Variablel independen audit brand name. Sampel perusahaan non-keuangan tahun 2008-2011.
Perubahan auditor dari nonspesialis menjadi spesialis meningkatkan penyajian kembali dan perubahan auditor dari spesialis menjadi non spesialis mengurangi penyajian kembali. Spesialisasi industri peran auditor meningkatkan kualitas proses laporan keuangan. Variabel mekanisme corporate governance, pergantian auditor dan spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sementara variabel
Bersambung ke halaman selanjutnya 35
No
Peneliti
Judul Penelitian
(Tahun)
Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
integritas laporan keuangan.
5
Lita Nurjanah dan Dudi Pratomo (2013)
Pengaruh Komite Audit, Komisaris Independen dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Variabel independen Variablel independen komite audit dan kualitas audit, komisaris independen. spesialisasi industri auditor dan audit Variabel dependen brand name. integritas laporan keuangan. Sampel penelitian perusahaan manufaktur tahun 2012.
6
Ocktavia Nicolin dan Arifin Sabeni (2013)
Pengaruh Struktur Corporate Governance,Audit Tenure, dan Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Variabel independen komisaris independen, komite audit dan spesialisasi industri auditor .
Variabel independen kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi dan audit brand name.
Variabel dependen integritas laporan
Sampel perusahaaan adalah perusahaan
pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komite audit dan komisaris independen berpengaruh tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan kualitas audit memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan kepemilikan manajerial , kepemilikan institusional, audit tenure
Bersambung ke halaman selanjutnya 36
No
Peneliti
Judul Penelitian
(Tahun)
Metode Penelitian Persamaan keuangan.
7
Pancawati Hardiningsih (2010)
Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Variabel independen komisaris independen dan komite audit.
Perbedaan manufaktur tahun 2008-2011. Indeks konservatisme menggunakan indeks C-Skor Variabel independen independensi, kualitas audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan konstitusional. Data akuntansi diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
8
Jama’an (2008)
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap
Hasil Penelitian
Sampel merupakan perusahaan manufaktur. Variabel independen Variabel independen komisaris independen, kepemilikan komite audit, kualitas institusional dan KAP audit brand ukuran perusahaan.
dan spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh.
Independensi auditor, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Variabel corporate governancedan kualitas kantor akuntan publik yang diproksikan sebagai
Bersambung ke halaman selanjutnya 37
No
Peneliti
Judul Penelitian
(Tahun)
Metode Penelitian Persamaan
Integritas Informasi Laporan Keuangan.
name, spesialisasi industri auditor. Variabel dependen integritas laporan keuangan. Sampel merupakan perusahaan bank.
Hasil Penelitian
Perbedaan Sampel merupakan perusahaan manufaktur, industri, jasa, perdagangan dan property.
spesialisasi industri auditor dan audit brand name berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Data berasal dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) tahun 2003-2007. Indeks konservatisme menggunakan indeks conservatism.
9
Susiana dan Arleen Herawaty (2007)
Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance,dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Mekanisme corporate governance dan integritas laporan keuangan.
Variabel independen independensi dan kualitas audit. Sampel perusahan digunakan hanya perusahaan yang tergolong tidak
Independensi, mekanisme corporate governance dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Bersambung ke halaman selanjutnya 38
No
Peneliti
Judul Penelitian
(Tahun)
Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan teregulasi. Indeks konservatisme menggunakan indeks conservatism
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
39
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Kasus- kasus skandal akuntansi terkait laporan keuangan perusahaan atas perintah manajemen
GAP
Prinsip konservatisme yang merupakan prinsip kehati-hatian terhadap laporan keuangan dalam menghadapi ketidakpastian justru menurunkan integritas laporan keuangan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus manipulasi laporan keuangan perusahaan. Basis Teori: Agency Theory Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Mekanisme Corporate Governance: 1. Komisaris Independen (X1) 2. Komite Audit (X2)
Integritas Laporan Keuangan
Spesialisasi Industri Auditor (X3) Audit Brand Name (X4)
Model Regresi: Analisis Regresi Regresi Liner Berganda Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan, dan Saran 40
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Komisaris Independen dan Integritas Laporan Keuangan Komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat menjadi penengah apabila terjadi perselisihan antar internal manajer maupun antara manajer dengan pemegang saham serta dapat mengawasi arah kebijakan-kebijakan. Selain menjadi perantara antara manajer dengan pemegang saham, keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan
dapat
menjadi
penyeimbang
dalam
pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Oktadella dan Zulaikha, 2010). Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi kecenderungan laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen lebih berintegritas, karena di dalam perusahaan terdapat badan yang memonitoring secara langsung dan melindungi pihakpihak diluar manajemen. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rozania et.al (2013) yang meneliti variabel mekanisme corporate governance, pergantian auditor, dan spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Jama’an (2008) serta Nicolin dan Sabeni (2013) menyatakan hasil yang sama berkaitan 41
dengan komisaris independen yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Perusahaan dengan proporsi dewan komisaris independen yang besar memiliki integritas laporan keuangan yang lebih besar. Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan adalah sebagai berikut: H1: Komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 2. Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan Komite audit merupakan salah satu komite yang dibentuk oleh dewan direksi dan memiliki peranan penting dalam terciptanya corporate governance. Komite audit bertugas memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijakan keuangan yang berlaku telah terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan yang berlaku dan konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite dan menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal (Sabeni dan Nicolin, 2013). Sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya komite audit, salah satunya menjadi pengawas terhadap tindakan manajemen yang memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap laporan 42
keuangan sehingga laporan keuangan
yang dihasilkan tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum, maka sedikit banyak keberadaan dan efektivitas komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nicolin dan Sabeni (2013) bahwa komite audit memiliki pengaruh terhadap terciptanya integritas laporan keuangan. Penelitian ini didukung dengan penelitian lain seperti, Oktadella dan Zulaikha (2010) dan Rozania, et.al (2013) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh untuk menciptakan integritas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan anggota komite audit yang banyak memiliki integritas laporan keuangan yang lebih besar. Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan adalah sebagai berikut: H2: Komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan 3. Spesialisasi Industri Auditor dan Integritas Laporan Keuangan Spesialisasi
auditor
berkontribusi
pada
kredibilitas
yang
diberikan auditor. Pengetahuan yang harus dimilki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan juga industri perusahaan klien. Kecenderungan perusahaan yang memiliki risiko tinggi, memaksa auditor untuk memberikan audit yang lebih 43
berkualitas
untuk
menghindari
adanya
tuntutan
hukum
dan
kecurangan atas laporan keuangan. Sehingga, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat keintegritasan yang lebih tinggi (Nicolin dan Sabeni, 2013). Auditor spesialis memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai karakteristik perusahaan sehingga lebih mungkin untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi dalam pelaporan keuangan (Wahyuni dan Fitryany, 2008). Kemampuan auditor spesialis untuk memberikan kualitas audit yang lebih baik berasal dari pengalaman banyaknya perusahaan yang diaudit dalam industri yang sama dan mempelajari praktik-praktik terbaik di suatu industri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008) tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas laporan keuangan, hasilnya menunjukan bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil yang sama ditemukan dalam penelitian Rozania et.al (2013) bahwa spesialisasi industri auditor memberikan kualitas audit yang lebih tinggi karena auditor memiliki wawasan yang lebih baik pada industri klien, sehingga memudahkan untuk mendeteksi adanya kesalahan dalam penyajian laporan keuangan
dan
menghasilkan
laporan
keuangan
yang
lebih
berintegritas. 44
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih (2010) dan Nicolin dan Sabeni (2013) menunjukan bahwa spesialisai industri auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh spessialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan adalah sebagai berikut: H3 : Spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan 4. Audit Brand Name dan Integritas Laporan Keuangan Audit merupakan salah satu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka meminimalisir terjadinya masalah agensi (agency problems) dan informasi asimetris (Primadita dan Fitriany, 2012). Auditor bertanggungjawab untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen dapat dipercaya sebagai dasar dalam membuat keputusan (Sagara dan Jalil, 2013:8). Sehingga sebagian besar perusahaan mempercayakan jasa audit pada KAP yang bereputasi. KAP bereputasi dapat menunjukan kemampuan untuk
bersikap
independen
dan
melaksanakan
audit
secara
profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. Klien juga kurang dapat mempengaruhi oipini auditor (Nuratama, 2011).
45
KAP bereputasi indentik dengan KAP yang telah berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA). KAP afiliasi dianggap memiliki pengetahuan yang cukup sehingga dapat mencegah tindakan manajemen laba yang oportunis
oleh
klien
(Nuratama,
2011).
Sehingga
dapat
meminimalkan tindak kecurangan pada laporan keuangan dan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Penelitian Jamaan (2008) menyatakan bahwa audit brand name memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan karena KAP yang melakukan kerjasama dapat menjaga kualitas kinerja KAP dengan afiliasi KAPA atau OAA. Tetapi penelitian Giri (2010) dan Nuratama (2011) menyatakan KAP afilisi tidak memiliki pengaruh untuk meminimalkan kecurangan dalam laporan keuangan. Berdasarkan temuan empiris dari penelitian terdahulu, maka hipotes yang diajukan dalam penelitian mengenai pengaruh audit brand name terhadap integritas laporan keuangan adalah sebagai berikut: H4: Audit brand name berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 5. Komisaris Independen, Komite Audit, Spesialisasi Industri Auditor, Audit Brand Name, dan Integritas Laporan Keuangan Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah semua variabel independen yaitu komisaris independen, komite audit, 46
spesialisasi industri auditor dan audit brand name secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan. Sehingga diajukan hipotesis sebagai berikut: H5: komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name berpengaruh secara simultan terhadap integritas laporan keuangan.
47
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kasualitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh variabel independen yaitu, mekanisme corporate governance (komisaris independen dan komite audit), spesialisasi industri auditor dan audit brand name terhadap variabel dependen, yaitu integritas laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah perusahaan di sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. B. Metode Penentuan Sampel Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), dengan
teknik
berdasarkan
pertimbangan
(judgement
sampling).
Judgement sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah peneelitian (Indrianto dan Supomo, 2009:131). Dengan metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria sebagai berikut:
48
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010 - 2014. 2.Perusahaan yang bergerak di sektor keuangan yang menyertakan laporan auditor independen bersamaan dengan laporan keuangan yang telah diaudit pada periode 2010-2014. 3.Perusahaan yang bergerak di sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia yang tidak melakukan akuisisi dan merger selama periode 2010-2014 4.Nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tertera dengan jelas pada laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI. 5.Perusahaan memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada yang biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Misbahuddin dan Hasan, 2013:21). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan maupun yang tidak (Indrianto dan Supomo, 2009:147). Data yang dipakai dalam penelitian ini berupa annual report dan laporan audit dari perusahaan yang bergerak 49
di sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 yang diperoleh dari www.idx.co.id. D. Metode Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses penyerdahanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisa suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), maksimum dan minimum (Ghozali, 2013:19). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi diperkirakan dalam sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dari populasi. Sedangkan minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dari nilai populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. 2. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian regresi berganda maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk model yang digunakan 50
dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini antara lain melakukan, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskidestisitas, dan uji normalitas. a. Uji Multikolonieritas Menurut Ghozali (2013:105), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya
tidak
terjadi korelasi
diantara variabel
independen. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam penelitian ini adalah dengan melihat tolerance dan Variance Inflation Factors (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yng tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nialai tolerance < 0,10 sama dengan nilai VIF > 10. b. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 51
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem autokorelasi.
Autokorelasi
muncul
karena
observasi
yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Run Test. Run test merupakan bagian dari statistik non-parametrik yang dapat juga digunakan untuk menguji apakah antara residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antara residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa residual acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2013:120). H0= residual (res_1) random HA= residual (res_1) tidak acak c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 52
Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada gambar scatterplot. Jika terdapat pola tertentu maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, namun jika tidak terjadi pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). d. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati
normal.
Dalam
penelitian
ini,
uji
normalitas
menggunakan Normal Probability Plot (P-Plot). Suatu variabel dikatakan normal data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013:163). 3.
Koefisien Determinasi Menurut Ghozali (2013:97) koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu).
53
Nilai R2 sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang dapat menyebabkan fluktuasi variabel dependen, dan jika nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Untuk mengetahui besar atau kecilnya presentasi pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terkait (Y) dipergunakan koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut: KD= R2 X 100% Keterangan: KD= Koefisien Determinasi R=Koefisien Korelasi 4. Uji Hipotesis Pada penelitian ini menggunakan empat variabel independen dan satu varaibel dependen. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda (multiple regression) yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Siregar, 2013:405). Adapun persamaan regresi berganda adalah: LnILKit= β0 + β1KI + β2KA + β3SPEC + β4KAPBN + 𝜀
54
Keterangan: ILKit
: Integritas laporan keuangan yang diukur menggunakan non- operating accrual.
β0
: Konstanta.
β 1 - β4
: Koefisien Regresi.
KI
:Komisaris independen yang diukur dengan menggunakan persentase jumlah komisaris independen.
KA
:Komite audit diukur dengan menggunakan jumlah anggota audit yang ada di perusahaan.
SPEC
:Spesialisasi
industri
auditor
yang diukur
dengan
menggunakan persentase jumlah klien yang diaudit dalam satu industri KAPBN :KAP
audit
brand
name
yang
diukur
dengan
menggunakan ukuran KAP kerjasama dengan KAPA atau OAA dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika kerjasama afiliasi ddengan KAPA atau OAA dan nilaai 0 jika tidak. 𝜀
: Error
Uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel 55
dependen atau terikat. Jika nilai signifikansinya F < 0,05 maka Ha diterima dan jika nilai signifikansinya F > 0,05 maka Ha ditolak (Ghozali,2013:98). b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masingmasing varaibel independen secara individual terhadap variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi 0,05.
Jika
probability t lebih besar 0,05 maka Ha ditolak namun jika probability t kurang dari 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikansi antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2013:98) E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan dan disertai dengan operasionalisai variabel-variabel tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen (X) Varaibel independen adalah tipe variabel yang manjelaskan atau mempengaruhi varaibel yang lain (Indrianto dan Supomo, 2009:65). 56
Varaibel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance, spesialisasi industri auditor dan audit brand name. adapun penjelasan variabel-variabel tersebut sebagai berikut: a) Mekanisme Corporate Governance Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan
efisiensi
ekonomis,
yang
meliputi
serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya yang juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Salah satu fungsi diterapkannya mekanisme corporate governance
menjadi
fungsi
pengawas
atau
monitoring,
mengendalikan dan mengawasi jalannya perusahaan agar tercapainya keseimbangan antara pihak internal dengan pihak eksternal. Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance yang digunakan adalah: 1)
Komisaris Independen Komisaris Independen yang merupakan organ dalam good
coporate
governance
yang
berfungsi
untuk
menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya
57
dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Dalam penelitian ini komisaris independen diukur dengan
menggunakan
persentase
jumlah
komisaris
independen di dalam perusahaan. (Rozania, et.al, 2013) KI:
Jumlah komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
2)
Komite Audit Komite audit menurut Rozania, et.al (2013) adalah organ dalam good corporate governance yang bertugas untuk membantu komisaris dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan eksternal audit. Biasanya berdasarkan
pengukuran
keberadaan
terhadap
komite
audit
komite
audit
dalam
suatu
perusahaan. Namun pengukuran tersebut tidak dapat digunakan lagi karena berdasarkan keputusan BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2000 dan SE-07/PM/2004 menyatakan bahwa perusahaan yang go public wajib memiliki komite audit. Sehingga model pengukuran komite audit dalam penelitian ini menjadi jumlah anggota komite audit. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh jumlah anggota
58
komite audit dalam suatu perusahaan (Okatadella dan Zulaikha, 2011). b) Spesialisasi Industri Auditor Spesialisasi industri auditor adalah banyaknya klien industri sejenis yang dikerjakan atau ditangani oleh auditor KAP dalam tahun pengamatan (Jamaan, 2008). Pengukuran spesialisasi industri auditor dilakukan dengan menghitung persentase jumlah klien yang diaudit dalam satu industri (Neal dan Roley, 2004 dalam Rozania et.al, 2013). SPEC : Σ perusahaan yang diaudit oleh KAP dalam satu industri Σ perusahaan di dalam industri Dalam pengukuran spesialisai industri auditor digunakan ambang batas sebesar 15%. Sehingga Kantor Akuntan Publik yang memiliki presentase jumlah klien dalam satu industri lebih dari 15% dinyatakan memiliki spesialisasi industri auditor diberi angka 1 dan yang kurang dari 15% diberi angka 0. c) Audit Brand Name Kualitas kantor akuntan publik audit brand name adalah menggunakan ukuran kerjasama KAP dengan KAPA (kantor akuntan publik asing) atau OAA (organisasi audit asing) sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan 59
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 dan dengan mengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor:17/PMK.01/2008, yang diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika ada kerjasama dengan KAPA atau OAA dan nilai 0 jika tidak ada kerjasama afiliasi dengan KAPA atau OAA (Jamaan, 2008). 2. Variabel Dependen (Y) Menurut Indrianto dan Supomo (2009:60), variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan menjadai variabel dependen. Integritas laporan keuangan yaitu sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Dalam peneltitian ini, peneliti akan menggunakan pengukuran konservatisme dalam mengukur integritas laporan keuangan. Pengukuran konservatisme menggunakan non-operating accruals dalam model Givoly dan Hayn (2000). Laba digolongkan sebagai konservatif apabila laba memiliki nilai akrual bernilai negatif yang disebabkan karena laba lebih rendah dari arus kas operasi yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu (Givoly dan Hayn, 2002).
60
Persamaan non-operating accruals dapat dilihat sebagai berikut: Non-operating accruals = Total accruals (before depreciation)operating accrual. Keterangan : 1. Total accruals (before depreciation) = (Net Income + Depreciation) – Cash Flow from Operations. 2. Operating Accrual = ∆ Accounts Receivable + ∆ Inventories + ∆ Prepaid Expense - ∆ Accounts Payable - ∆ Taxes Payable Semakin besar nilai non-operating accruals, maka semakin kecil terdapat penerapan konservatisme akuntansi dalam perusahaan.
61
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian No
Variabel
Jenis
Indikator
Variabel 1
Skala Pengukuruan
Integritas Laporan Keuangan (Givoly dan Hayn, 2000) Komisaris Indenpen (Rozania, et.al, 2013) Komite Audit (Oktadella dan Zulaikha,2011)
Dependen
menggunakan nonoperating accruals
Rasio
Independen
Persentase Jumlah Komisaris independen
Rasio
Independen
Nominal
4
Spesialisasi Industri Auditor (Rozania et.al, 2013)
Independen
Jumlah anggota komite audit dari komisaris independen Persentase jumlah klien yang diaudit. Diatas 15% diberi angka 1 sedangkagkan kurang 15% diberi angka 0
5
Audit Brand Name (Jamaan,2008)
Independen
2
3
Nominal
Nominal Variabel dummy nilai 1 jika berafiliasi dengan KAPA atau OAA dan 0 jika tidak berafiliasi dengan KAPA atau OAA
62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Data penelitian saat ini menggunakan populasi dari sampel perusahan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima tahun pengamatan (2010-2014). Total perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini mencapai 92 perusahaan dalam lima tahun pengamatan. Perusahaan keuangan tersebut telah terdaftar di BEI sebelum Januari 2010 dan tidak mengalami delisting maupun melakukan merger selama periode penelitian. Fokus penelitian saat ini adalah untuk melihat pengaruh mekanisme corporate governance yaitu komisaris independen dan komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name terhadap integritas laporan keuangan. Pemilihan perusahaan keuangan didasarkan karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan keuangan, kebanyakan
penelitian
mengenai
integritas
laporan
keuangan
sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur dalam penelitian karena jumlah perusahaan yang banyak. Perusahaan keuangan merupakan urat nadi perekonomian sehingga sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan. Pemilihan perusahaan keuangan ini berdasarkan pada pertimbangan industri sejenis dimana industri perusahaan yang 63
memiliki lebih dari 30 jenis yaitu industri manufaktur aneka industri, industri perbankan, industri dasar serta perdagangan dan jasa sesuai dengan definisi Craswell (1995) dalam Jamaan (2008). 2. Proses Seleksi Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian saat ini dipilih secara purposive sampling, sehingga sampel dalam penelitian saat ini merupakan representasi dari populasi sampel yang ada, serta sesuai dengan tujuan penelitian. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No Kriteria 1
Total perusahaan keuangan yang listing di Bursa
Jumlah 295
Efek Indonesia pada periode 2010-2014 2
Perusahaan yang melakukan merger periode
(4)
2010-2014 3
Perusahaan yang tidak memiliki data keuangan
(196)
secara lengkap periode 2010-2014 4
Perusahaan yang dibuang karena tidak sesuai
(3)
dengan kriteria 5
Total perusahaan yang menjadi sampel
92
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016. Tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun (2010-2014) sebanyak 295 perusahaan. Dari 295 perusahaan tersebut terdapat 4 64
perusahaan yang melakukan merger yaitu perusahaan Bank OCBC Indonesia yang merger dengan dengan Bank OCBC NISP pada 7 Februari 2011. Sedangkan sebanyak 196 perusahaan tidak memiliki kelengkapan yang dibutuhkan untuk penelitian serta data yang dibuang karena tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan untuk penelitian sehingga dapat mengganggu hasil penelitian. Sehingga perusahaan sektor keuangan yang dijadikan sampel sebanyak 92 perusahaan selama 5 tahun. Adapun daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian saat ini dapat dilihat pada lampiran. B. Analisis dan Pembahasan 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik
deskriptif memberikan
gambaran
atau deskripsi
mengenai suatu data yang terlihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Dalam penelitian ini variabel independen
yang
digunakan
meliputi
mekanisme
corporate
governance (komisaris independen dan komite audit), spesialisasi industri auditor dan audit brand name. Sedangkan variabel dependen, yaitu integritas laporan keuangan. Hasil dari uji statistik deskriptifnya terlihat pada tabel 4.2.
65
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
KI
92
.33
1.00
.5584
.13330
KA
92
1
4
1.26
.591
SPEC
92
0
1
.60
.493
KAPBN
92
0
1
.96
.205
LnILK
92
21.38
32.43
27.3903
2.64702
Valid N (listwise)
92
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016. Pada tabel statistik deskriptif diperoleh 92 data observasi yang berasal dari lima tahun periode penelitian (2010-2014). Tabel 4.2 menunjukan statistik deskriptif untuk variabel independen dan variabel dependen. Hasil analisis statistik deskriptif terhadap variabel independen komisaris independen (KI) menunjukan nilai minimum 0,33 dan nilai maksimum 1,00. Hal ini menunjukan bahwa jumlah presentase minimum perbandingan dewan komisaris dan komisaris independen sebesar 33% . Sedangkan maksimumnya 100%, sehingga menunjukan terdapat perusahaan yang semua anggota dewan komisaris berasal dari luar perusahaan yaitu Bank QNB Kesawan Tbk tahun 2010 dan Bank ICB Bumiputera Tbk tahun 2012. Nilai ratarata untuk komisaris independen sebesar 0,5584 dan standar deviasi 0,1330. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata presentase perbandingan antara dewan komisaris dan komisaris independen sebanyak 55,84% 66
yang dapat diartikan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki komisaris independen yang jumlahnya sama dengan jumlah dewan komisarisnya. Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel komite audit (KA) menunjukan nilai minimum 1 dan maksimum 4. Hal ini menunjukan bahwa jumlah minimum anggota komite audit yang berasal dari komisaris independen sebanyak 1 dan maksimumnya 4 yang berasal dari komisaris independen. Sedangkan nilai rata-ratanya sebesar 1,26 dan standar deviasi 0,591. Analisis statistik deskriptif untuk variabel spesialisasi industri auditor (SPEC) menunjukan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,60 dan nilai standar deviasi sebesar 0,493. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang terspesialisasi sebanyak 60% dan sisanya 40% tidak menggunakan jasa auditor yang terspesialisasi. Analisis statistik deskriptif untuk variabel audit brand name (KAPBN) menunjukan bahwa nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1, dengan nilai rata-rata 0,96 dan standar deviasi sebesar 0,205. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar perusahaan yang diteliti menggunakan jasa KAP yang telah berafiliasi sebanyak 96% sedangkan sisanya 4% perusahaan tidak menggunakan KAP yang telah berafiliasi. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa hampir sebagian besar perusahaan sektor keuangan mempercayakan audit laporan 67
keuangan kepada KAP yang telah berafiliasi yang dianggap dapat meningkatkan kepercayaan atas hasil laporan keuangan. Hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel dependen integritas laporan keuangan (LnILK) menunjukan nilai minimum 21,38 dan nilai maksimum 32,43. Ini menunjukan bahwa perusahaan Asuransi Ramayana Tbk pada tahun 2013 memiliki nilai terendah 21,38 dalam penerapan integritas laporan keuangan sehingga dapat diartikan bahwa penerapan yang besar dalam konservatisme. Sedangkan perusahaan Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tahun 2014 memiliki nilai tertinggi 32.43 yang mengindikasikan bahwa penerapan yang kecil dalam konservatisme dengan nilai rata-rata 27,903 dan standar deviasi 2,64702. Nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebagain besar perusahaan menerapkan prinsip konservatisme dalam nilai yang kecil dalam laporan keuangan. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas. a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas diperlukan untuk menguji dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk melihat adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
68
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Berikut ini hasil uji multikolinearitas yang disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
KI
.969
1.032
KA
.963
1.039
SPEC
.945
1.058
KAPBN
.953
1.049
a. Dependent Variable: LnILK Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016. Pada tabel 4.3 menunjukan nilai tolerance sebesar 0,969 dan nilai VIF sebesar 1,032 untuk variabel komisaris independen (KI) terhadap integritas laporan keuangan. Nilai tolerance sebesar 0,963 dan nilai VIF sebesar 1,032 untuk variabel komite audit (KA) terhadap integritas laporan keuangan. Selanjutnya, untuk variabel spesialisasi industri auditor terhadap integritas laporan keuangan memiliki nilai tolerance sebesar 0,945 dan nilai VIF 2,058. Dan untuk variabel audit brand name (KAPBN) terhadap integritas laporan keuangan memiliki nilai tolerance senilai 0,953 dan VIF sebesar 1,049.
69
Dapat
disimpulkan
bahwa
masing-masing
variabel
independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF lebih kecil dari 10 yang berarti tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi diperlukan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah model regresi terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu
pada
periode
t
dengan
kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokorelasi menggunakan uji Run-Test yang merupakan bagian dari statistik non-parametrik dan dapat juga digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Model regresi yang baik adalah terbebas dari masalah autokorelasi. Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi yang dapat dilihat pada tabel 4.4
70
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea
.20295
Cases < Test Value
46
Cases >= Test Value
46
Total Cases
92
Number of Runs
39
Z
-1.677
Asymp. Sig. (2-tailed)
.093
a. Median Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016. Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai test 0,20295 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,093. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak menolak H0 yang menunjukan bahwa data residual random (acak) atau tidak terdapat korelasi antara periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya lebih besar dari 5% sehingga tidak terjadi masalah autokorelasi. c. Uji Heterokedastisitas Untuk menguji
apakah dalam model regresi
terjadi
ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain diperlukan uji heterokedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola 71
tertentu pada gambar scatterplot. Jika terdapat pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasi terjadi heterokedastisitas. Sedangkan jika tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas maupun dibawah
angka
0
pada
sumbu
Y
maka
tidak
terjadi
heterokedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil Uji Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016. Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Analisis dengan grafik scatterplot memiliki kelemahan yang cukup 72
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan maka semakin sulit untuk menginterpretasikan hasil grafik scatterplot. Sehingga diperlukan uji statistik untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu uji glejser. Berikut ini hasil uji glejser yang dijelaskan pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1.527
.950
KI
-.506
1.096
KA
.102
SPEC KAPBN
Beta
T
Sig.
1.606
.112
-.050
-.462
.645
.248
.044
.412
.682
.439
.300
.159
1.466
.146
.145
.718
.022
.203
.840
a. Dependent Variable: AbsUT Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
Pada tabel 4.5 ditunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut UT (AbsUT). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%.
73
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat adanya heterokedastisitas. d. Uji Normalitas Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini sebagai berikut. Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
74
Berdasarkan gambar 4.2 grafik normal P-Plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain pengujian normalitas menggunakan grafik P-Plot, dapat juga dilihat dari gambar histogramnya. Berikut ini hasil uji normalitas menggunakan grafik histogram. Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa data terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak melenceng ke kanan maupun ke kiri. Pengujian normalitas menggunakan grafik P-plot dan histogram dapat menyesatkan jika tidak hati-hati, meskipun 75
secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistik dapat sebaliknya. Sehingga disamping melihat grafik P-Plot dan histogram perlu juga dilengkapi uji statistik. Pengujian secara statistik dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorovsmirnov (K-S test). Berikut ini hasil pengujian menggunakan uji statistik kolmogorov-smirnov. Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parametersa,b
92 Mean Std. Deviation
.0000000 2.24492534
Most Extreme
Absolute
.049
Differences
Positive
.033
Negative
-.049
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
.049 .200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
76
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai kolmogorovsmirnov adalah 0,049 dengan signifikansi 0,200, yang berarti data residual terdistribusi secara normal. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas 5%. Dalam pengujian statistik kolmogorov-smirnov memiliki hasil yang konsisten dengan pengujian menggunakan grafik P-Plot dan histogram yaitu data terdistribusi secara normal. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen integritas laporan keuangan dan variabel independen yaitu mekanisme corporate governance yang diwakili oleh komisaris independen dan komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name. Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square dapat dilihat dalam tabel 4.7 dibawah ini.
77
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb Mode
R
l
R
1
.530a
Square
Adjusted R Std. Error of Square
.281
the Estimate
.248
2.29595
a. Predictors: (Constant), KAPBN, KI, KA, SPEC b. Dependent Variable: LnILK Sumber: Data Sekunder yang diolah
Tabel 4.7 memperlihatkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,281, hal ini berarti 28,1% variabel integritas laporan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 71,9% (100%-28,1%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi pada penelitian ini. Variabel
lain
tersebut
misalnya
kepemilikan
isntitusional
(Oktadella,2011), pergantian auditor (Rozania et.al, 2013), kualitas audit (Nurjanah dan Pratomo, 2012), kepemilikan manajerial (Nicolin dan Sabeni, 2013), dan ukuran perusahaan (Sakastoma dan Cahyonowati, 2014).
78
4. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) Hasil uji statistik F pada penelitian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi apakah variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh secara bersama-sama dengan variabel dependennya. Apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F) ANOVAa Sum of Model 1
Squares
Mean Df
Square
Regression
179.001
4
44.750
Residual
458.612
87
5.271
Total
637.613
91
F
Sig. .000b
8.489
a. Dependent Variable: LnILK b. Predictors: (Constant), KAPBN, KI, KA, SPEC Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2016.
Berdasarkan
tabel
4.8
menunjukan
bahwa
nilai
signifikansinya 0,000, nilai signifikansinya tersebut lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi integritas laporan keuangan atau 79
dapat
dikatakan
bahwa
mekanisme
corporate
governance
(komisaris independen dan komite audit), spesialisasi industri auditor dan audit brand name secara bersama-sama berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Hasil uji statistik t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individu (parsial) yaitu komisaris independen, komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name dalam menerangkan variasi variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak namun jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima dan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 4.9 menyajikan hasil uji statistik t dalam penelitian ini.
80
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
23.538
1.592
KI
1.787
1.835
KA
1.893
Beta
T
Sig.
14.788
.000
.090
.974
.333
.415
.422
4.557
.000
SPEC -1.431 .502 Sumber: Data sekunder yang diolah KAPBN 1.383 1.202
-.266
-2.849
.005
.107
1.150
.253
a. Dependent Variable: LnILK Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.9 juga menunjukan bahwa variabel independen komite audit (KA) dan spesialisasi industri auditor (SPEC) memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan 0,005. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit dan spesialisasi industri auditor berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan variabel komisaris independen (KI) dan audit brand name (KAPBN) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
81
Hipotesis1: Komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil pengujian variabel komisaris independen (KI) mempunyai nilai signifikan 0,333. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan (LnILK). Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Oktadella dan Zulaikha (2011), Wulandari dan Budiarta
(2014) dan Hardiningsih (2010). Tetapi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jamaan (2008), Rozania et.al (2013) dan Nicolin dan Sabeni (2013) yang menemukan pengaruh proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris yang memiliki fungsi sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan terutama terhadap pemegang saham minoritas. Sehingga keberadaan komisaris independen diharapkan dapat mencegah timbulnya konflik antara pemegang saham mayoritas maupun minoritas (Jansen dan Meckling, 1976). Selain itu, masuknya dewan komisaris dari luar perusahaan juga meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen sehingga meminimalisir terjadinya kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian proporsi jumlah komisaris independen 82
dapat meningkatkan integritas laporan keuangan sejalan dengan meningkatnya keseinbangan dalam pengambilan keputusan yang tidak memihak (Saksatoma dan Cahyonowati, 2014). Namun
di
dalam
penelitian
ini
proporsi
komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan atau penambahan anggota
komisaris
independen
dimungkinkan
hanya
untuk
memenuhi ketentuan formal (Hardiningsih, 2010). Peraturan Bapepam mewajibkan bahwa proporsi jumlah komisaris independen minimal 30% dari jumlah seluruh dewan komisaris. Nilai mean untuk komisaris independen sebesar 0,5584 mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan yang bergerak di keuangan sudah memenuhi ketentuan formal sehingga diharapkan dapat efektif dalam menjalankan pengawasan terhadap penyusunan laporan keuangan. Tetapi nilai yang tidak signifikan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa ketidakefektifan yang disebabkan karena pembentukan komisaris independen yang hanya sebatas pemenuhan regulasi saja tanpa dimaksudkan untuk menegakan good corporate governance (GCG) (Hardinigsih, 2010). Kenyataan ini tidak sesuai dengan fungsi komisaris independen yaitu menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan dengan memonitoring kinerja manajemen agar terciptanya perusahaan yang good 83
corporate governance dan menjadikan lingkungan perusahan menjadi lebih objektif dan independen. Menurut survei Asian Development Bank bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tidak efektif (Rozania et.al, 2013). Sehingga diperlukan regulasi pemerintah yang lebih tegas untuk menciptakan kondisi good corporate governance. Hipotesis2: Komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan Hasil pengujian variabel komite audit (KA) mempunyai nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H2 diterima yang berarti bahwa komite audit (KA) berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan (LnILK). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nicolin dan Sabeni (2013), Rozania et.al (2013) dan Jaman (2008) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah dan Pratomo (2013). Hal ini menunjukan bahwa pembentukan komite audit yang merupakan suatu keharusan bagi perusahaan publik yang terdaftar di BEI dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Sehingga 84
dengan adanya keberadaan komite audit sebagai salah satu mekanisme corporate governance mampu mengurangi tindak kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris untuk melakukan pengawasan proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen agar meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. Arah koefisien yang positif juga menunjukan bahwa peningkatan jumlah komite audit di dalam perusahaan dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan fungsi komite audit yaitu untuk mengawasi kebijakan manajemen serta menilai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah berjalan dengan baik (Nicolin dan Sabeni, 2013). Hipotesis3:
Spesialisasi
industri
auditor
berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan Hasil pengujian variabel spesialisasi industri auditor (SPEC) mempunyai nilai signifikansi 0,005. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H3 diterima yang berarti bahwa spesialisasi industri auditor (SPEC) berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan (LnILK). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozania et.al (2013), Jamaan (2008) dan Mayangsari (2003) yang menyatakan bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan 85
spesialisasi industri auditor ini akan memiliki wawasan yang lebih baik
tentang
industri
klien,
sehingga
memudahkan
untuk
mendeteksi adanya kesalahan maupun kecurangan pada laporan keuangan (Rozania et.al,2013). Perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis memiliki tingkat asimetri yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh auditor nonspesialis (Primadita dan Fitriany, 2012). Kemampuan auditor spesialis dalam memberikan kualitas audit diperoleh dari banyaknya pengalaman mengaudit pada industri yang sama sehingga auditor mampu untuk mempelajari praktikpraktik terbaik disuatu industri. Rozania et.al (2013) menyatakan semakin besarnya klien industri sejenis yang ditangani oleh auditor KAP, maka semakin berpengalaman, kompeten, dan berkualitas auditor yang melakukan audit dan hasil audit KAP sehingga dapat meningkatkan integritas pada laporan keuangan. Namun, pengaruh yang ditemukan berlawanan dengan prediksi peneliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat arah koefisien negatif sebesar -1,431. Wahyuni dan Fitriany (2012) juga menemukan arah berlawanan antara spesialisasi industri auditor terhadap kualitas audit, yang dikarenakan auditor cenderung untuk mempertahankan kliennya sehingga independensi dan objektivitas berkurang. Sehingga semakin spesialis auditor dalam industrinya maka semakin tinggi asimetri informasi didalam laporan keuangan 86
yang mengindikasikan kualitas audit yang menurun. Akibat kualitas audit yang menurun maka berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang rendah juga. Hipotesis4:
Audit
brand
name
berpengaruh
terhadap
integritas laporan keuangan. Hasil pengujian variabel audit brand name (KAPBN) mempunyai nilai signifikansi 0,253. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H4 ditolak yang berarti bahwa audit brand name tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan (LnILK). Hasil penelitian ini sejalan dengan Sari (2013), Giri (2010) dan Nuratama (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan pada perusahaan yang menggunakan KAP yang berafiliasi terhadap kualitas audit. Sedangkan dalam penelitian Jamaan (2008) KAP yang berafiliasi mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Pada
umumnya
perusahaan
cenderung
memilih
menggunakan jasa KAP yang telah berafiliasi dengan kantor akuntan publik asing (KAPA) atau organisasi audit asing (OAA) untuk meningkatkan deteksi adanya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen yang oportunis (Giri, 2010). Bagi para pengguna laporan keuangan penggunaan jasa KAP yang berafiliasi
87
dianggap memberikan kualitas audit yang lebih baik sehingga menjadikan laporan keuangan lebih berintegritas. Akan tetapi dalam penelitian ini
tidak adanya pengaruh
yang signifikan dari audit brand name mencerminkan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang berafiliasi hanya semata untuk
menaikan reputasi perusahaan dan kredibilitas
laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan secara tidak langsung dipengaruhi oleh integritas dari auditor secara individual. Sehingga tidak menjamin bahwa KAP yang berafiliasi dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya praktik kecurangan dalam laporan keuangan dapat terjadi jika auditor secara individual memiliki integritas rendah sekalipun berasal dari KAP Big-4. Alasan ini didukung karena keterlibatan KAP Arthur Enderson dalam kasus Enron (Nuratama, 2011). Setelah melakukan uji t yang tertera dalam tabel 4.9, maka persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu: Pada tabel 4.9 menunjukan hasil uji regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Model regresi berganda yang diperoleh dari pengujian persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
LnILKit = 23,538 + 1,787 KI + 1,893 KA - 1,431 SPEC + 1,383 KAPBN + 𝜀
Keterangan: 88
LnILKit : Integritas laporan keuangan KI
: Komisaris independen
KA
: Komite audit
SPEC : Spesialisasi industri auditor KAPBN : KAP audit brand name
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian saat ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang terdiri dari komisaris independen dan komite audit, spesialisasi industri auditor dan audit brand name, terhadap integritas laporan keuangan. Populasi pada penelitian saat ini adalah perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id periode 2010-2014 dan terdapat 92 sampel perusahaan yang dapat diolah. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktadella dan Zulaikha (2011), Wulandari dan Budiarta (2014) dan Hardiningsih (2010). 2. Komite audit berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nicolin dan Sabeni (2013), Rozania et.al (2013) dan Jamaan (2008).
90
3. Spesialisasi industri auditor berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rozania et.al (2013), Jamaan (2008) dan Mayangsari (2003). 4. Audit brand name tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013). B. Saran Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa saran diantaranya: 1. Menambah variabel lain diluar penelitian ini sebagai faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan seperti fee audit, workload, audit tenure dan leverage. 2. Dalam penelitian ini menggunakan konsep konservatif yaitu nonoperating accrual (Givoly dan Hayn, 2002). Diharapkan pada penelitian selanjutnya menggunakan metode lain seperti discretionary accrual , indeks conservatism maupun accrual measure. 3. Pada penelitian ini hanya dilakukan selama 5 tahun, diharapkan penelitian dimasa dating dapat menambah jumlah tahun pengamatan sehingga hasil penelitian dapat lebih akurat.
91
DAFTAR PUSTAKA Annraini, Fivi dan Ira Trisnawati. “Pengaruh Earnings Management Terhadap Konservatisma Akuntansi”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.10, hal. 23-36, April 2008. Apriyani. “Pasar Terbesar MEA adalah Indonesia”, artikel diakses tanggal 17 Desember 2015, dari http://infobank.news.com/pasar-terbesarmea-adalah-indonesia/ Basu, Sudipta. ”The Conservatism Principle and The Asymetric Timeliness of Earning”, Journal of Accounting and Economics, 24:3-37, 1997. Belkouhi, Ahmed Riahi. ”Accounting Theory. Teori Akuntansi”, Buku 1, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Chi, Wuchun, Ciawen Liu dan Taychang Wang. “What Affects Accounting Conservatism: A Corporate Governance Perspective”, Journal of contempory Accounting and Economics, page: 47-59, 2009. Darmairi, Ni Putu Dessy dan Ulupuli, I Gusti Ketut Agung. “Karakteristik Perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Reputasi Kantor Akuntan Publik dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, hal. 38-57, 2014. Gayatri, Ida Ayu Sri dan I Dewa Gede Dharma Suputra. “Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perushaan dan Leverage Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Jurnal akuntansi Universitas Udayana, Bali, 2013. Givoly, Dan dan Carla Hayn. “The Changing Time-Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative”, Journal of Accounting and Economics 287-320, 2000. Givoly, Dan dan Carla Hayn. “Rising Conservatism: Implication for Financial Analysis”, Financial Analysts Journal, Vol. 58, No.1 (JanFeb, 2002), pp 56-74, 2002. Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP Terhadap Kualitas Ausit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariet dengan Program IBM SPSS 19”, Edisi Ketujuh, Salemba Empat, Jakarta, 2013. 92
Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Hal: 61-67, 2010. Hendriksen, Eldon S dan Michael F. Van Breda. “Teori Akuntansi”, Edisi Kelima, Buku Satu, Batam: Interaksara, 2000. Hery. ”Teori Akuntansi”, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta, 2009. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metode Penelitian Bisnis”, Yogyakarta: BPFE, 2009. Imamanuel, Raymond dan Yuyeta, Etna Nur Afri. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Audit Fees”, Diponegoro Journal of Accounting , Vol. 3, Nomor 3, 2014. Jamaan. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas laporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Publik di BEJ)”,Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Jensen, M.C dan W.H Meckling. “Theory of The Firm: Manageerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics,V.3, No.4,pp.305-360, 1976. Mayangsari, Sekar. “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi V1, Surabaya, 2003. Misbahuddin dan Hasan, Iqbal. “Analisis Data Penelitian Dengan Statistik”, Edisi Ke-2, Bumi Aksara, 2013. Nicolin, Octavia dan Sabeni Arifin. ”Pengaruh Struktur Corporate Governance, Audit Tenure, dan Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Dipenogoro Journal of Accounting, Volume 2, Nomer 3, Hal 1-12, 2013. Norwani, Mat Norlia, Mohamad, Zam Zuriyati dan Chek, Ibrahim Tamby. “Corporate Governance Failure And Its Impact of Financial Reporting Within Selected Companies”, International Journal of Business and Social Science, vol. 2, No. 21, November 2011.
93
Nurjannah, Lita dan Dudi Pratomo.”Pengaruh Komite Audit, Komisaris Independen dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Universitas Telkom, Bandung, 2012. Nuratama, I Putu.”Pengaruh Tenur dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Pada Kualitas Audit Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2009)”, Thesis, Universitas Udayana, 2011. Okpala, Kenneth Enoch. “Audit Committe And Integrity of Financial Statements”. Australian Journal of Business and Management Research, Vol. 2, No.08, 32–41, 2012. Oktadella, Dewanti dan Zulaikha.“Analisis Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (Revisi 2009). Penman, Stephen H. dan Xiao-Jun Zhang.“Accounting conservatism, the quality of earnings and stock return”, The Accounting Review, Vol.77, No. 2, pp. 237-264, April 2002. Peraturan Bapepam No.Kep-29/PM/2004 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/ POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Primadita, Indria dan Fitriyany. “Pengaruh Tenure Audit Dan Auditor Spesialis Terhadap Informasi Asimetri”, Universitas Indonesia, 1– 46, 2012. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007. Romanus, R.N, John J Maher dan Damon M Fleming.“Auditor Industri Spelization, Auditor Change, and Accounting Restatement”, Accounting Horizon, Vol.22, No.4, pp.389-413, 2008. Rozania, Ratna Anggraini ZR, Marsellisa Nindito. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Pergantain Auditor, Spesialisai Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi XIV, Manado, 2013.
94
Saksatoma, Hana Paramita dan Cahyonowati, Nur. “Determinan Integritas Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, No. 2, Hal. 1-13, 2014. Sari, Dika Karlinda. “ Pengaruh Afiliasi, Tenur Audit, Spesialisasi Industri, Professional Fee, dan Size Kantor AKuntan Publik Terhadap Kualitas Audit”, Tesis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2013. Sagara, Yusar dan Jalil, Fitri Yani. “Auditing : Dilengkapi dengan Kasus dan Pembahasan Kasus”, Cetakan pertama, UIN Jakarta Press, 2013. Siregar, Sofyan. ”Metode Penelitian Kuantitatif SPSS”, Prenada Media Grup, 2011. Susiana dan Herawaty, Arleen. “Analsis Pengaruh independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007. Tunggal, Amin W. “Internal Auditing (Suatu Pengantar), Harvarindo: Jakarta, 2011. Untari, Made D.A dan Budiasih, I Gusti A.N. 2013.”Pengaruh Konservatisme Laba dan Voluntary Disclousre Terhadap Earnings Response Coefficient”. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado. Wahyuni, Nur dan Fitriyany.“Pengaruh Client Importance, Tenure, dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin, 2012. Watts, Ross L. ”Conservatism in Accounting Part 1: Explanation and Implication”, Accounting Horizon, Vol. 17, No: 207-221, 2003. Weku, Pricilia. ”Efektifitas Dewan Komisris, Efektifitas Komite Audit, Kepemilikan Keluarga dan Penerapan Konservatisme Akuntansi di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado, 2013. Wulandari, N.P. Yani dan Budiartha, I Ketut. “Pengaruh Sruktur Kepmilikan, Komite Audit, Komisaris Independen dan Dewan Direksi Terhadap Integritass Laporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, hal. 574-586, 2014.
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
96
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar Tahun 2010-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kode Perusahaan ABDA ADMF AGRO AHAP AKSI AMAG APIC ARTA ASBI ASDM ASJT ASRM BABP BACA BBCA BBKP BFIN BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BFIN BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BSIM BPFI
Bersambung pada halaman berikutnya
Nama Perusahaan Asuransi Bina Dana Arta Tbk Adira Dinamika Multi Finance Tbk Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk Asuransi Harta Aman Pratama Tbk Majapahit Securities Tbk Asuransi Multi Artha Guna Tbk Pasific Strategic Financial Tbk Arthavest Tbk Asuransi Bintang Tbk Asuransi Dayin Mitra Tbk Asuransi Jasa Tania Tbk Asuransi Ramayana Tbk Bank ICB Bumiputera Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Buana Finance Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Nusantra Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk BFI Finance Indonesia Tbk Bank Jawa Barat dan Banten Tbk Bank QNB Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Maybank Indonesia Tbk Bank Sinarmas Tbk Batavia Prosperindo Finance Tbk 97
No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Kode Perusahaan BSWD BTPN BVCI CFIN DEFI HADE INPC KREN LPGI MAYA MCOR MEGA MFIN MREI OCAP PANS PEGE PNBN PNIN RELI SDRA TRUS TRIM VRNA WOMF YULE
Nama Perusahaan Bank of India Indonesia Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Bank Victoria Internasional Tbk Clipan Finance Indonesia Tbk Dana Supra Erapasific Tbk HD Capital Tbk Bank Artha Graha Internasional Tbk Kresna Graha Sekurindo Tbk Lippo General Insurance Tbk Bank Mayapada Internasional Tbk Bank Windu Kentjana Internasional Tbk Bank Mega Tbk Mandala Multifinance Tbk Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Onix Capital Tbk Panin Sekurities Tbk Panca Global Sekurities Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Panin Insurance Tbk Relience Sekurities Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Trus Finance Tbk Trimegah Sekurities Tbk Verena Multi Finance Tbk Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Yulie Sekurindo Tbk
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
98
Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Sektor Keuangan Tahun 2010-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kode Perusahaan ABDA ASJT ASRM ARTA BABP BBNI BBNP BBRI BBTN BEKS BJBR BKSW BNBA BSIM BTPN BVIC INPC MAYA MCOR OCAP LPGI PNBN PNIN SDRA
Nama Perusahaan Asuransi Bina Dana Arta Tbk Asuransi Jasa Tania Tbk Asuransi Ramayana Tbk Arthavest Tbk Bank ICB Bumiputera Tbk Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Bank Nusantra Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jawa Barat dan Banten Tbk Bank QNB Kesawan Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank Sinarmas Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Bank Victoria Internasional Tbk Bank Artha Graha Internasional Tbk Bank Mayapada Internasional Tbk Bank Windu Kentjana Internasional Tbk Onix Capital Tbk Lippo General Insurance Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Panin Insurance Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
99
Lampiran 3 Statistik Deskriptif
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kode Perusahaan BABP BBNI BBNP BBRI BJBR BKSW BNBA BSIM BVIC INPC PNBN ABDA ASJT ASRM LPGI BABP BBNI BBNP BBRI BJBR BKSW BNBA BSIM BVIC INPC MAYA PNBN SDRA ARTA ASJT ASRM LPGI BABP
ILK -1,458,684,653,000 3,472,864,000,000 -591,288,087,000 -78,335,942,000,000 -7,755,069,000,000 -186,957,786,444 -246,239,593,087 -2,216,714,000,000 -983,293,930,000 -563,165,740,451 -26,834,014,000,000 -223,849,548,000 13,168,222,504 -88,439,173,812 43,156,292,325 1,460,403,678,000 -36,375,751,000,000 -1,152,536,258,000 -42,964,533,000,000 -6,662,425,000,000 342,026,000,000 -250,618,209,054 -4,370,829,000,000 -1,742,722,859,000 -2,365,159,497,097 -2,869,450,947,000 -2,063,776,000,000 -3,691,066,000,000 139,667,169,157 26,674,018,159 -89,026,401,769 2,988,950,856 -218,023,884,000
Bersambung pada halaman berikutnya
100
LnILK 28.01 28.88 27.11 31.99 29.68 25.95 26.23 28.43 27.61 27.06 30.92 26.13 23.3 25.21 24.49 28.01 31.22 27.77 31.39 29.53 26.56 26.25 29.11 28.19 28.49 28.69 28.36 28.94 25.66 24.01 25.21 21.82 26.11
KI 0.67 0.5 0.6 0.57 0.6 1 0.5 0.67 0.67 0.5 0.5 0.33 0.5 0.67 0.67 0.8 0.57 0.6 0.5 0.6 0.5 0.33 0.5 0.67 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.67 0.33 1
KA 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
SPEC 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
KAPBN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
No 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Kode Perusahaan BBNI BBNP BBRI BEKS BJBR BKSW BNBA BSIM BVIC INPC MCOR PNBN SDRA ARTA ABDA ASJT ASRM LPGI BABP BBNI BBNP BBRI BBTN BEKS BJBR BNBA BSIM BTPN BVIC INPC MCOR PNBN SDRA ARTA OCAP ABDA ASJT
ILK -36,742,971,000,000 -1,632,338,240,000 -12,897,310,000,000 -2,114,265,000,000 -13,166,280,000,000 -1,738,462,000,000 -469,457,535,677 1,239,588,000,000 7,055,586,584,000 1,255,885,000,000 201,328,000,000 -10,251,241,000,000 -2,240,304,000,000 11,136,063,791 -1,436,150,173,000 2,062,760,202 16,478,156,921 -62,695,619,898 -648,969,397,000 -43,627,194,000,000 2,925,453,395,000 -66,122,422,000,000 -95,264,000,000 -723,523,000,000 -32,404,875,000,000 -472,007,778,486 -410,386,000,000 -1,664,690,000,000 -2,657,048,401,000 -92,286,000,000 -945,899,000,000 -107,453,980,000,000 -580,318,000,000 -9,979,905,840 -20,542,379,819 -183,809,958,000 -21,911,592,996
Bersambung pada halaman berikutnya
101
LnILK 31.23 28.12 30.19 28.38 30.21 28.18 26.87 27.85 29.58 27.86 26.03 29.96 28.44 23.13 27.99 21.45 23.53 24.86 27.2 31.41 28.7 31.82 25.28 27.31 31.11 26.88 26.74 28.14 28.61 25.25 27.58 32.31 27.09 23.02 23.75 25.94 23.81
KI 0.57 0.5 0.5 0.75 0.67 0.5 0.67 0.67 0.75 0.5 0.5 0.5 0.67 0.5 0.33 0.67 0.67 0.5 0.5 0.57 0.5 0.63 0.5 0.67 0.8 0.33 0.67 0.5 0.75 0.6 0.67 0.5 0.67 0.5 0.33 0.33 0.5
KA 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1
SPEC 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1
KAPBN 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
No 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Kode Perusahaan ASRM LPGI PNIN BBNI BBNP BBRI BBTN BEKS BJBR BNBA BSIM BTPN INPC MCOR PNBN SDRA ARTA OCAP ABDA ASJT ASRM LPGI
ILK 1,933,330,681 32,857,762,091 1,133,113,000,000 -15,722,231,000,000 614,146,711,000 -120,812,791,000,000 -12,028,159,300,000 -63,993,000,000 -6,703,984,000,000 -1,092,008,611,060 -3,695,689,000,000 -6,912,236,000,000 -2,013,056,000,000 -2,008,199,000,000 91,836,983,000,000 -5,242,190,000,000 -14,992,572,157 -11,951,716,168 -129,582,603,000 -6,627,760,898 -46,637,054,260 250,423,304,555
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016.
102
LnILK 21.38 24.22 27.76 30.39 27.14 32.43 30.12 24.88 29.53 27.72 28.94 29.56 28.33 28.33 32.15 29.29 23.43 23.2 25.59 22.61 24.57 26.25
KI 0.67 0.33 0.5 0.5 0.5 0.63 0.5 0.5 0.57 0.67 0.67 0.5 0.5 0.67 0.5 0.75 0.5 0.33 0.33 0.5 0.5 0.33
KA 1 1 1 1 1 3 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SPEC 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
KAPBN 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 4 Hasil Output SPSS 1. Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
KI
92
.33
1.00
.5584
.13330
KA
92
1
4
1.26
.591
SPEC
92
0
1
.60
.493
KAPBN
92
0
1
.96
.205
LnILK
92
21.38
32.43
27.3903
2.64702
Valid N (listwise)
92
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
23.538
1.592
KI
1.787
1.835
KA
1.893
SPEC
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
14.788
.000
.090
.974
.333
.969
1.032
.415
.422
4.557
.000
.963
1.039
-1.431
.502
-.266
-2.849
.005
.945
1.058
1.383
1.202
.107
1.150
.253
.953
1.049
KAPBN a. Dependent Variable: LnILK
103
3. Uji Autokorelasi
Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea
.20295
Cases < Test Value
46
Cases >= Test Value
46
Total Cases
92
Number of Runs
39
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.677 .093
a. Median
4. Uji Heterokedastisitas a) Grafik Scatterplot
104
b) Uji Glesjer Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
1.527
.950
KI
-.506
1.096
KA
.102
SPEC KAPBN
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.606
.112
-.050
-.462
.645
.969 1.032
.248
.044
.412
.682
.963 1.039
.439
.300
.159
1.466
.146
.945 1.058
.145
.718
.022
.203
.840
.953 1.049
a. Dependent Variable: AbsUT
5. Uji Normalitas a) Grafik P-Plot
105
b) Grafik Histogram
c) Uji Kolmogorov- Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal
92 Parametersa,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 2.24492534
Absolute
.049
Positive
.033
Negative
-.049
Test Statistic
.049 .200c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
106
6. Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.530a
1
Adjusted R
.281
.248
2.29595
a. Predictors: (Constant), KAPBN, KI, KA, SPEC b. Dependent Variable: LnILK
7. Uji F ANOVAa Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
179.001
4
44.750
Residual
458.612
87
5.271
Total
637.613
91
F
Sig. .000b
8.489
a. Dependent Variable: LnILK b. Predictors: (Constant), KAPBN, KI, KA, SPEC
8. Uji t Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 23.538
1.592
KI
1.787
1.835
KA
1.893
SPEC KAPBN
Coefficients Beta
t
Sig.
14.788
.000
.090
.974
.333
.415
.422
4.557
.000
-1.431
.502
-.266
-2.849
.005
1.383
1.202
.107
1.150
.253
a. Dependent Variable: LnILK
107