PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Khalil Noverri Setiawan NIM: 1111082000021
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Khalil Noverri Setiawan NIM. 1111082000021
Dibawah Bimbingan Pembimbing II
Nur Wachidah, SE., M.S.Ak NIP.
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 20 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama
: Khalil Noverri Setiawan
2. NIM
: 1111082000021
3. Jurusan
: Akuntansi / Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 20 Juni 2016 1. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
(
NIP. 19760924 200604 2 002
) Ketua
2. Nur Wachidah, SE.,M.S.Ak
(
NIP.-
) Sekretaris
3. Dr. Yahya Hamja, MM
(
NIP. 19490602 1978 03 1 001
) Pembimbing 1
4. Nur Wachidah, SE.,M.S.Ak
(
NIP.-
) Pembimbing 2
5. Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,CPA NIP. 19620502 199303 1 003
(
) Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Khalil Noverri Setiawan
NIM
: 1111082000021
Jurusan
: Akuntansi / Audit
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya : 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakutas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2016 Yang Menyatakan
(Khalil Noverri Setiawan)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Identitas Diri Nama : Khalil Noverri Setiawan Tempat, tanggal lahir : Padang, 17 Juni 1993 Alamat : Komp. Jondul IV Blok RR.2 Kelurahan Parupuk Tabing Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat Agama : Islam Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI) Email :
[email protected] Handphone : 0857 6081 9181 / 0853 1374 4617 2. Pendidikan Formal 2011 – 2016 2008 – 2011 2005 – 2008 1999 – 2005
S1 Akuntansi, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta MAN 2 Padang SMPN 12 Padang SD Baiturrahmah Padang
3. Pelatihan 2015 2014
Pelatihan Bahasa Prancis UIN Jakarta Sekolah Pasar Modal Reguler dan Syariah level II di Bursa Efek Indonesia 2013 Sekolah Pasar Modal Reguler dan Syariah level I di Bursa Efek Indonesia 2012 Basic Training Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat 2011 Foreign Language Orientation (FLO) dan Annual Training (ANTHEM) UKM Bahasa FLAT 4. Pengalaman Organisasi 2016 – 2017 Dewan Pembina Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat 2014 – 2015 Pengurus Bidang Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa-FLAT 2014 – 2014 Anggota KPU UIN Jakarta dan Ketua KPPS Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2013 – 2014 Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis 2013 – 2014 Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2012 – 2013 Kepala Bidang Kaderisasi Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat vi
5. Latar Belakang Keluarga Ayah Tempat, Tanggal Lahir Ibu Tempat, Tanggal Lahir Alamat Anak ke dari
: Noviar M : Bukittinggi, 5 Februari 1959 : Revrida Harley : Payakumbuh, 4 September 1959 : Komp. Jondul IV Blok RR.2 TabingPadang : 2 dari 4 bersaudara
vii
ABSTRACT The purpose of this research is to finding out the effect of corporate governance mechanisms, audit tenure, and the size of the company on the integrity of financial statements. Corporate governance mechanism in this study was measured with institutional ownership, managerial ownership, audit committee and independent commissioner. Samples were 15 company-owned enterprises (SOEs) that are listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 20102014, bringing the total sample of this study is 75 samples. Methods of data analysis using multiple linear regression analysis. Based on the results of statistical tests t and F show the results of institutional ownership does not affect the integrity of financial statements. Managerial ownership, the audit committee, independent commissioner negatively affect the integrity of the financial statements. While the audit firm tenure and size of the positive effect on the integrity of financial statements. Simultaneous test conducted to demonstrate the value of Adjusted R Square of 0.165 shows that the value of the dependent variable is the integrity of the financial statements of 16.5% can be explained by the independent variables are institutional ownership, managerial ownership, audit committees, independent directors, audit tenure, and the size of the company. Keywords: Integrity Financial Report, Corporate Governance, Audit Tenure, Company Size
viii
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan komisaris independen. Sampel penelitian ini adalah 15 perusahaan badan usaha milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014 sehingga total sampel penelitian ini adalah 75 sampel. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji statistik t dan F menunjukan hasil kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan audit tenure dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Uji simultan yang dilakukan menunjukan nilai Adjusted R Square sebesar 0,165 nilai ini menunjukan bahwa variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan dapat dijelaskan sebesar 16,5% oleh variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Kata kunci: Integritas Laporan Keuangan, Corporate Governance, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai seluruh alam, yang telah memberikan nikmat hidup dan segala karunia-Nya. Shalawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan kabar bahagia kepada umat manusia. Alhamdulillah menyelesaikan
skripsi
berkat yang
rahmat
dan
hidayah-Nya
berjudul
“Pengaruh
penulis
Mekanisme
dapat
Corporate
Governance, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014”. Penelitian ini merupakan tugas akhir yang wajib diselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana satu pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis banyak dapat bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1.
Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rezeki kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.
2.
Kedua orang tua penulis, Ibunda Revrida Harley dan Ayahanda Noviar M atas segala motivasi, kasih sayang, perhatian, nasihat, semangat, dukungan, dan doa yang tiada henti yang telah diberikan kepada penulis. Mereka adalah motivator utama penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
3.
Abang penulis, Aulia Noverri Putra dan kedua adik penulis, Nurul Noverri Putri dan Biiznillah Noverri Achir yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. x
5.
Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM.,CA. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas segala ilmu dan arahannya untuk mengambil judul skripsi penulis semoga barokah.
7.
Bapak Dr. Yahya Hamja, MM. Selaku Pembimbing I skripsi penulis semoga ilmu yang diberikan barokah dan diberikan tempat yang terbaik oleh Allah SWT.
8.
Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE., M.S.Ak. Selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah meluangkan waktu, memberikan motivasi, pengarahan, saran, serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.
9.
Seluruh Dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama menuntut ilmu yang akan menjadi bekal dan pengalaman yang berharga bagi penulis di masa depan.
10. Abang Huzaimi Attamimi alias kocung, mentor saya yang senantiasa memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 khususnya keluarga besar akuntansi A yang telah memberikan motivasi, bantuan untuk segera menyelesaikan skripsi, pengalaman yang telah kita lalui selalu dikenang di hati penulis. 12. Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Minangkabau (KMM) Ciputat terima kasih telah membantu penulis selama ini. Semoga organisasi ini semakin baik kedepannya. 13. Keluarga Besar UKM Bahasa-FLAT terima kasih telah memberikan ilmu kebahasaan yang sangat berguna bagi penulis di masa depan. 14. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.
xi
15. Untuk
seluruh
teman,
sahabat,
dan
pihak
yang
telah
membantu
merampungkan skripsi ini dengan rendah hati penulis mohon maaf tidak dapat sebutkan satu demi satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhiru kalam, Semoga kita ditunjukan jalan yang lurus dan diridoi oleh Allah SWT.
Jakarta, Juni 2016
Khalil Noverri Setiawan
xii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i COVER DALAM .............................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi ABSTRACT ....................................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. . xviii BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 15 A. Landasan Teori .............................................................................. 15 1. Teori Agensi ............................................................................. 15 2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi .. 17 3. Mekanisme Corporate Governance ......................................... 25 a. Kepemilikan Institusional .................................................... 30 b. Kepemilikan Manajerial ...................................................... 31 c. Komite Audit ....................................................................... 32 d. Komisaris Independen ......................................................... 44 4. Audit Tenure ............................................................................. 48 5. Ukuran Perusahaan ................................................................... 50 B. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 52 C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 60 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .................. 62
xiii
a. Kepemilikan Institusional terhadap Integritas Laporan Keuangan .............................................................................. 62 b. Kepemilikan Manajerial terhadap Integritas Laporan Keuangan ............................................................................ 62 c. Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan ........ 63 d. Komisaris Independen terhadap Integritas Laporan Keuangan ............................................................................ 63 e. Audit Tenure terhadap Integritas Laporan Keuangan .......... 64 f. Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan ............................................................................ 65 g. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan terhadap Integritas Laporan Keuangan ............................................................. 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 67 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 67 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 67 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 68 D. Metode Analisis Data .................................................................... 69 1. Statistik Deskriptif ................................................................... 69 2. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 69 a. Uji Normalitas ..................................................................... 70 b. Uji Multikolonieritas ........................................................... 70 c. Uji Autokorelasi ................................................................. 71 d. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 72 3. Uji Hipotesis ............................................................................ 72 a. Uji Koefisien Determinasi (Adj R2) ..................................... 73 b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .......................... 74 c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ........ 74 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian.............................................. 75 xiv
1. Variabel Dependen ................................................................... 75 2. Variabel Independen ................................................................. 76 a. Kepemilikan Institusional .................................................... 76 b. Kepemilikan Manajerial ...................................................... 77 c. Komite audit ........................................................................ 77 d. Komisaris Independen .......................................................... 77 e. Audit Tenure ........................................................................ 78 f. Ukuran Perusahaan .............................................................. 78
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 80 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 80 B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian .................................................... 82 1. Hasil Uji Statisik Deskriptif ....................................................... 82 2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 86 a. Uji Normalitas ....................................................................... 86 b. Uji Multikolonieritas ............................................................. 88 c. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 88 d. Uji Autokorelasi ..................................................................... 91 C. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 92 a. Koefisien Determinasi ........................................................... 92 b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............................ 93 c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .......... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 103 A. Kesimpulan ...................................................................................... 103 B. Saran ................................................................................................ 104 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107 DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 111
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................................ 52
3.1
Operasional Variabel ......................................................................... 79
4.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ................................... 81
4.2
Daftar Nama Perusahaan .................................................................. 81
4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 83
4.4
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ..................................... 87
4.5
Hasil Uji Multikolineritas ................................................................. 88
4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser ......................................... 90
4.7
Hasil Uji Autokorelasi Run Test ....................................................... 91
4.8
Hasil Uji Koefisisen Determinasi (R2) .............................................. 92
4.9
Hasil Uji Statistik F .......................................................................... 93
4.10
Hasil Uji Statistik t ........................................................................... 94
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Berpikir ................................................................ 60
4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot .................. 89
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Populasi Penelitian Perusahaan BUMN ........................................... 112
2
Sampel Penelitian Perusahaan BUMN ............................................ 113
3
Hasil Output SPSS Regresi Linear Berganda ................................. 114
4
Analisis Variabel Independen .......................................................... 117
5
Analisis Variabel Dependen ............................................................. 123
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap
perusahaan
pertanggungjawaban
menyajikan
kepada
laporan
pihak-pihak
keuangan
sebagai
yang berkepentingan.
bentuk Laporan
keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi kepada pihak di luar perusahaan (Sari dan Asyik, 2013). Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (2012) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang dilaporkan seharusnya disajikan secara benar, jujur dan mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan seperti pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap suatu perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan (2012) menetapkan karakteristik kualitatif yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, 1
dan dapat diperbandingkan. Hedrikson dan Van Breda (2000) dalam Jama’an (2008) mengemukakan beberapa karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan yaitu cost and benefit, relevance, realibility, comparability, dan materiality. Relevan (relevance) apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan dan mengubah pengharapan para pengambil keputusan. Reliabel (realibility) apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut. Berkualitas andal jika bebas dari kesalahan material, menyesatkan dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Publikasi laporan keuangan sebagai produk informasi akuntansi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Dalam proses pembuatan laporan keuangan harus dibuat dengan benar dan disajikan dengan jujur dengan mengungkapkan fakta yang sebenarnya kepada pengguna laporan keuangan. Penelitian Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Penelitian Mulyadi (2004) dalam Jama’an (2008) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas 2
tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Namun, pada kenyataannya banyak terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi data akuntansi khususnya pada laporan keuangan. Banyak perusahaan menyajikan infomasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, dimana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Kasus manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di berbagai belahan dunia seperti: Olympus, Satyam, Enron, Xyrox, Tyco, Global Crossing Ltd, Worldcom dan Toshiba. Kasus seperti ini juga terjadi di Indonesia seperti PT. Kimia Farma dan Bank Lippo yang sebelumnya mempunyai kualitas audit yang tinggi (Susiana dan Herawaty, 2007). Salah satu contohnya pada kasus Satyam, perusahaan asal India ini merupakan perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di India dengan spesialisasi pada bisnis peranti lunak dan jasa back-office dengan klien-klien besar seperti General Electric, Nestle, dan General Motors. Skandal ini diketahui setelah pendiri sekaligus chairman Satyam, B. Ramalinga Raju mengakui bahwa pihaknya telah memalsukan neraca keuangan dan asetnya. Perusahaan telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun dan meningkatkan neracanya hingga lebih dari US$ 1 miliar. Manipulasi seperti ini disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor (Qomariyah, 2009). 3
Di Indonesia kasus manipulasi laporan keuangan juga dilakukan oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Kimia Farma yang terdeteksi adanya manipulasi. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen kimia farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 miliar, dan laporan tersebut telah di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali, karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar atau 24,7 % lebih rendah daripada laba awal yang dilaporkan. Kesalahan penyajian ini timbul karena nilai yang ada dalam daftar persediaan digelembungkan (Kencana, 2012). Kemudian pada tahun 2005, penggelembungan laporan keuangan masih terjadi pada salah satu Badan Usaha Milik Negara, yakni PT KAI. Dalam laporan kinerja yang diterbitkan pada tahun 2005, perusahaan mengumumkan keuntungan sebesar Rp. 6,90 miliar. Namun apabila diteliti lebih rinci perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan (Bambang, 2006).
4
Pada tahun 2009, Kementerian BUMN menemukan kelebihan pencatatan laba bersih pada perusahaan Waskita Karya tahun 2004-2007. Terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan saham perdana. Dalam pemeriksaan itu ditemukan kelebihan pencatatan sekitar Rp 400 miliar. Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu mengungkapkan kasus ini muncul sebagai akibat kedekatan persero dengan kantor akuntan publik. Akibatnya penewaran saham Waskita Karya ditunda hingga PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) menyelesaikan restrukturisasi dan menonaktifkan tiga direksi perusahaan (Rahadiana, 2009) Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai pada auditor eksternal. Hal ini menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perusahaan ditandai dengan turunnya harga saham perusahaan. Munculnya kasus ini menimbulkan pertanyaan apakah tata kelola perusahaan (corporate governance) tidak diterapkan dengan baik. Di Indonesia sendiri, perbincangan mengenai corporate governance masih menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan menjadi perhatian akibat terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan. Fenomena yang terjadi dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya laporan keuangan dalam penyajian informasi bagi pengguna laporan keuangan. Penyajian laporan tidak melaporkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. 5
Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Jadi, apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang tidak berintegritas maka, peluang seorang auditor untuk dituntut akan semakin besar. Apabila laporan keuangan itu overstate akan sangat merugikan bagi pengguna laporan keuangan tersebut (Hardiningsih, 2010). Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012), laporan keuangan merupakan gambaran keuangan dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan juga harus andal. Informasi yang memiliki kualitas andal yaitu apabila tidak menyesatkan, tidak ada kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai informasi yang jujur dan disajikan secara wajar. Informasi dalam laporan keuangan dikatakan benar dan jujur apabila sesuai dengan karakteristik faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Untuk menilai integritas informasi laporan keuangan yang disajikan, peranan dewan komisaris dalam perusahaan publik yaitu melakukan pengawasan dan menjamin tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) guna menghasilkan integritas informasi laporan keuangan yang bermutu. Menurut Widya (2005) dalam Astria (2011) pengukuran integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain
6
metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengukuran biaya riset. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008). Secara intuitif prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan memprediksi kondisi mendatang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan. Integritas laporan keuangan dapat tercapai dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen
bertindak
yang
terbaik
untuk
kepentingan
stakeholder.
Pelaksanaannya menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham minoritas. Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.
7
Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui pengawasan kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas menajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007). Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan diharapkan dapat mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Selain perkembangan industri pasar modal, perkembangan korporasi juga menjadi latarbelakang mengapa Corporate Governance menjadi keharusan. Perkembangan
konsep
Corporate
Governance
bersama
dengan
dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa dan Amerika pada tahun 1840. Istilah Corporate Governance pertama diperkenalkan Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia. Pengertian Corporate Governance dalam Cadbury Report ialah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Pergertian lain Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
8
Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik internal maupun eksternal diwajibkan (Walsh & Seward, 1990) dalam Arifin (2005). Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Di sisi lain kepemilikan pihak luar, kreditur, peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan. Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan adalah audit tenure. Audit tenure adalah lamanya jangka waktu seorang auditor bekerja dalam suatu kontrak di perusahaan tertentu. Independensi dari auditor akan menurun apabila auditor memiliki hubungan yang dekat dengan klien, karena hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan mental mereka dalam mengeluarkan opini. Maka, jika suatu perusahaan di audit oleh suatu kantor akuntan publik selama beberapa periode maka akan mempengaruhi objektivitas laporan keuangan. Oleh sebab itu, pemerintah telah mengatur dengan jelas jangka waktu perikatan audit yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3 yaitu pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. 9
Namun, ada pandangan lain berhubungan dengan tenur yang lama. Tenur audit yang lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi (Giri, 2010). Faktor lain yang mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu ukuran perusahan. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Taures, 2011). Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor kebijakan perusahaan akan berdampak pada arus kas di masa akan datang. Sedangkan bagi pemerintah (regulator) akan berdampak terhadap besarnya penerimaan pajak yang akan diterima, dan peran perlindungan terhadap masyarakat umum. Semakin besar suatu perusahaan makan akan semakin dikenal masyarakat, yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi perusahaan (Jogiyanto, 2003) dalam (Mutia et al., 2011) Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis ingin menguji variabel mekanisme corporate governance yang berpengaruh pada terhadap integritas laporan keuangan serta menambahkan variabel independen yaitu audit tenure dan ukuran perusahaan. Sehingga pada penelitian ini variabel yang digunakan yaitu mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik 10
Negara (BUMN) yang berada pada berbagai sektor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel ini dipilih karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan BUMN, karena kebanyakan penelitian sebelumnya terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur. BUMN adalah salah satu pilar ekonomi, karena beberapa BUMN berada dalam industri vital dan strategis sehingga peningkatan kinerja BUMN harus memberikan implikasi positif terhadap perekonomian Indonesia (Agrianti, 2009). Tahun pengamatan penelitian ini lima tahun dimulai tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan ? 2. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan ? 3. Apakah ada pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan ?
11
4. Apakah ada pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan ? 5. Apakah ada pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan keuangan 6. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan ? 7. Apakah ada pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan. b. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan. c. Menganalisis adanya pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan. d. Menganalisis adanya komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan. e. Menganalisis adanya pengaruh audit tenure terhadap integritas laporan keuangan.
12
f. Menganalisis adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan. g. Menganalisis adanya pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Teoritis 1) Ilmu Pengetahuan Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi dan acuan penelitian pada bidang akuntansi, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai integritas laporan keuangan. 2) Masyarakat Sebagai sarana informasi tentang integritas laporan keuangan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. 13
3) Peneliti Sebagai sarana memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai integritas laporan keuangan agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata 1. b. Kontribusi Praktis 1) Bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan jalannya mekanisme corporate governance dalam operasional perusahaan guna meningkatkan integritas laporan keuangan. 2) Bagi praktisi auditor sebagai suatu tinjauan yang dapat bermanfaat dalam rangka pengawal aktivitas pemeriksaan akuntansi secara professional dan menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pengguna laporan keuangan.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara dua pihak yaitu, pemilik (principal) dan manajemen (agent). Principal sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain yang disebut agent. Agent (manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas nama investor. Masalah keagenan adalah munculnya konflik kepentingan antara harapan investor dalam memperoleh return maksimal dan harapan manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan baik agar kepentingan investor menjadi optimal, ternyata dalam faktanya sering kali lebih mengedepankan kepentingan dirinya sendiri atau disebut tindakan moral hazard (Haryani et al., 2011) Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Masalah keagenan bisa terjadi karena adanya asimetri informasi antara agent dan principal. Akibat dari asimetri ini adalah agent mempunyai potensi untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal (Agrianti, 15
2009). Adanya asimetri informasi ini dapat menimbulkan dua masalah potensial yaitu: adverse selection dan moral hazard. Kedua masalah ini terjadi karena teori keagenan mengasumsikan bahwa manajer selalu bertindak oportunis, yaitu manajer akan memilih opsi terbaik untuk kepentingan manajemen dibandingkan yang terbaik untuk kepentingan investor. Adverse selection terjadi karena manajemen memiliki informasi lebih baik atau lebih lengkap tentang perusahaan dibandingkan investor. Sedangkan moral hazard terjadi karena perilaku manajemen yang tidak dapat diamati (Rozania et al., 2013). Munculnya masalah agensi yang disebabkan konflik perbedaan kepentingan dan asimetri informasi dapat membuat perusahaan menanggung biaya keagenan (agency cost). Teori agensi menyatakan bahwa konflik tersebut
dapat
dikurangi
dengan
mekanisme
pengawasan
dengan
menggunakan mekanisme corporate governance. Hal ini diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada shareholders bahwa mereka akan menerima pengembalian atas dana yang telah mereka investasikan kepada perusahaan (Nicolin dan Sabeni, 2013). Selain menggunakan mekanisme corporate governance dalam meminimalkan konflik, perusahaan juga membutuhkan pihak lain yang bersifat independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berguna untuk mengawasi perilaku agent apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan principal dan juga memberikan informasi yang 16
andal dan bermanfaat bagi principal yang berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. Auditor dianggap sebagai pihak yang mampu menjembatani kepentingan principal dengan agent dalam mengelola perusahaan (Setiawan, 2006). 2. Integritas Laporan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi a. Integritas Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang kondisi keuangan perusahaan atau aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2012) dalam PSAK No.1 mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Integritas laporan keuangan menunjukan informasi yang benar, jujur, akurat, serta bebas dari tindakan atau kegiatan yang dilakukan yang disengaja oleh pihak manajemen dalam memanipulasi angka-angka akuntansi untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan dalam menilai perusahaannya. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan 17
kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang diatur dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2012). Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reability (Kieso, 2008) dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Reability memiliki kualitas sebagai berikut: 1) Daya Uji (Verifiability) Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain mendapat opini yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda. 2) Ketepatan Penyajian (Representational faithfulness) Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada dan benar-benar terjadi. 3) Netralitas (Neutrality) Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.
18
Jama’an memberikan
(2008)
menyatakan
informasi
yang
laporan
berguna
keuangan
bagi
seharusnya
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Integritas informasi laporan keuangan menyangkut keandalan informasi akuntansi yang dihasilkan yaitu kejujuran dalam penyajian, dapat dipercaya, dan netralitas yang antara lain: 1) Kejujuran (Faithfulness) berarti bahwa terdapat kesesuain antara ukuran keuangan atau penjelasan dan fenomena aktivitas ekonomi yang diukur atau dijelaskan. Dalam akuntansi, sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan kejadian-kejadian yang membawa perubahan sumber-sumber dan kewajiban dinyatakan dalam laporan keuangan. 2) Dapat dipercaya (Reliability) bahwa seorang pengguna dapat menggantungkan atau memiliki keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Informasi akuntansi dipertimbangkan dapat dipercaya jika informasi secara menyatakan apa yang dimaksud, apa yang diungkapkan, dan dapat diuji kebenarannya. 3) Netral (neutrality) berarti bahwa informasi akuntansi harus netral, atau tidak memihak yang memberikan dampak pada perilaku pengguna informasi. Oleh karana informasi akuntansi memberi pengaruh terhadap lingkungannya, maka dipandang penting bahwa informasi akuntansi harus bersifat netral atau tidak bias.
19
Dalam penelitian Mayangsari (2003) integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur. Sedangkan Mulyadi (2004) dalam Jamaan (2008) mendefinisikan integritas sebagai prinsip moral yang tidak memihak, jujur dan seseorang yang berintegritas tinggi memandang fakta seperti apa adanya dan mengemukakan fakta tersebut seperti apa adanya. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu membuat keputusan (Mayangsari, 2003). Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme dan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003) laporan keuangan yang dapat dipercaya atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management. Informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat penyajian informasi dalam laporan keuangan tersebut.
20
b. Konservatisme Akuntansi Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002 dalam Pramana, 2010). Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi dari konsep ini terhadap akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Dewi, 2004 dalam Brilianti, 2013). Menurut Widya (2005) konservatisme merupakan prinsip yang penting dalam pelaporan keuangan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian. Ketidakpastian dan resiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan keuangan yang didasari pada kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi atau pemberian kredit dengan tepat atas prediksi yang 21
mereka lakukan yang memuat ketidakpastian dan resiko perusahaan. Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003 dalam Haniati dan Fitriany, 2010): 1) Net Asset Measure Ukuran ini digunakan untuk menilai nilai aset yang understated
dan kewajiban yang overstated. Salah satu model
pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu dengan menggunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai perusahaan. rasio yang berlebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya. 2) Earning/Stock Return Relation Pengukuran
konservatisme
bisa
dikaitkan
dengan
estimasi/negatif return disaham. Kaitannya dengan konservatisme adalah acuan untuk memverifikasi apakah gain/loss dapat diakui. Jika laba diakui maka akan meningkatkan net aset perusahaan, sebaliknya jika rugi diakui maka akan menurunkan net aset perusahaan. Jadi, return yang positif menandakan adanya kenaikan net aset sedangkan return yang negatif menandakan penurunan net aset. Jika rugi itu menjadi subjek yang menandakan adanya verifikasi lebih sedikit 22
tingkatnya, maka laba akan merespon rugi ini lebih cepat daripada laba (Seswanto, 2012) 3) Earning/Accrual Measures (a) Model Givoly dan Hayn (2000) Dwiputro (2009) menjelaskan bahwa Givoly dan Hayn memfokuskan konservatisme pada laporan laba rugi selama beberapa tahun. Mereka berpendapat konservatisme menghasilkan akrula negatif terus menerus. Akrual disini adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Landasannya bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat penggunaan biaya. Despresiasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan konservatisme akuntansi karena depresiasi merupakan alokasi biaya dari aktiva yang dimiliki perusahaan. (b) Model Zhang (2007) Zhang ini menggunakan konservatisme akrual sebagai salah satu pengukuran konservatisme. Konservatisme akrual didapatkan dengan membagi akrual non operasi dengan total aset. Akrual non operasi memperlihatkan pencatatan kejadian buruk dalam perusahaan contohnya biaya restrukturisasi dan penghapusan aset. Dalam penelitiannya konservatisme akrual dikalikan dengan -1 dengan tujuan mempermudah analisa. Dimana, semakin tinggi 23
konservatisme akrual maka penerapan konservatisme juga semakin tinggi. (c) Discretionary Accrual Terdapat beberapa model untuk menghitung Discretionary Accrual. Discretionary Accrual yang paling sering digunakan adalah
Discretionary
Accrual
Model
Kasznik
(1999).
Discretionary Accrual adalah suatu ukuran untuk mengetahui besarnya manipulasi laba yang dilakukan manajemen. 3.
Mekanisme Corporate Governance Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007) pengertian corporate governance adalah peran antara pemegang saham, direksi, dan manajer lainnya dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam suatu perusahaan. Menurut Deni, Khomsiyah dan Rika (2004) dalam Hardiningsih (2010) corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam menigkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen stakeholders
perusahaan, lainnya
dewan
yang
juga
komisaris,
pemegang
memberikan
suatu
saham, struktur
dan yang
memfasilitasi penentuan sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. The World Bank (2005), menjelaskan corporate governance mengacu pada proses struktur untuk arah dan kontrol perusahaan. Corporate 24
governance menyangkut hubungan antara manajemen, dewan direksi, pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas, dan pemegang saham lainnya. Bank Sentral Eropa (2004), mendefinisikan corporate governance sebagai prosedur dan proses menurut organisasi yang diarahkan dan dikendalikan. Corporate governance menentukan pembagian hak dan tanggung jawab diantara anggota dalam organisasi seperti direksi, manajer, pemegang saham, pemangku kepentingan lainnya dan menetapkan aturanaturan dan proses pengambilan keputusan. The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien. Price Waterhousecoopers menjelaskan corporate governance sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung jawab dengan 25
mementingkan kepentingan shareholders. Dalam sebuah forum corporate governance di Indonesia, corporate governance didefinisikan sebagai perangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate
governance
mengendalikan
adalah
perusahaan.
suatu
sistem
Corporate
yang
governance
mengatur bertujuan
dan untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan atas perusahaan (Hery, 2013) Tim corporate governance Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP)
menjelaskan
corporate
governance
sebagai
komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang penerapan praktik corporate governance pada BUMN mendefisinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan-undangan dan nilai-nilai etika. 26
Dalam SK Menteri BUMN tersebut, juga memuat mengenai prinsip dan tujuan dari penerapan corporate governance dalam lingkungan badan usaha milik Negara. Prinsipnya, yaitu: a. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pegambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materal dan relevan mengenai perusahaan. b. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. c. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. d. Kemandirian (independency), yaitu keadaaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders. Sedangkan tujuannya, yaitu: a. Memaksimalkan nilai BUMN. b. Mendorong pengelolaan BUMN. c. Mendorong agar keputusan yang dibuat dilandasi nilai moral yang tinggi, kepatuhan terhadap perundang-undangan, kesadaran akan 27
tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar. d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. e. Meningkatkan iklim investasi nasional. f. Mensukseskan program privatisasi. Organization for Economic Corporation and Development atau OECD (2004) dalam Citra (2013), prinsip dasar Good Corporate Governance adalah: a.
Kewajaran (fairness) yaitu prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham mayoritas maupun minoritas, termasuk pemegang saham asing serta investor lainnya.
b.
Akuntabilitas (accountability) yaitu prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan oleh adanya dewan komisaris dan direksi independen, dan komite audit.
c.
Transparansi
(transparency)
berhubungan
dengan
kualitas
yaitu
prinsip
informasi
dasar
yang
transparansi
disajikan
oleh
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan. d.
Responsibilitas (responsibility) yaitu tanggung jawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mamatuhi peraturan dan hukum 28
yang
berlaku
serta
pemenuhan
terhadap
kebutuhan
sosial.
Responsibilitas juga mengatur tanggung jawab perusahaan terhadap pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Kharisma (2014), ada beberapa prinsip yang mendasari pentingnya pemahaman good governance, Prinsip-prinsip tersebut yaitu: a.
Partisipasi masyarakat artinya semua warga mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah.
b. Tegaknya supremasi hukum artinya kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk hukum hak asasi manusia. c. Transparansi artinya keterbukaan dibangun atas dasar informasi yang bebas. Pemerintah, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. d. Peduli artinya lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus berupaya melayani pihak-pihak yang berkepentingan. e. Berorientasi pada konsensus artinya tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan yang berbeda agar terbangunnya suatu konsensus atau kesepakatan yang menyeluruh f. Kesetaraan artinya semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraannya. g. Efektivitas dan efisiensi artinya proses pemerintahan dan lembaga 29
menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menggunakan sumber daya tersebut seoptimal dan sebaik mungkin. h. Akuntabilitas artinya para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta, dan organisasi masyarakat bertanggung jawab, baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga yang berkepentingan. i. Visi strategis artinya para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemeritahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yag dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris independen. Mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Kepemilikan Institusional Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan persentase saham intitusi adalah penjumlahan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh intitusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusional lain) baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Keberadaan investor institusional dapat menunjukan corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor perusahaan pada umumnya dan manajemen pada khususnya. Tindakan monitoring yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak pemegang saham 30
institusional
lainnya
dapat
membatasi
perilaku
manajer
dalam
pengendalian dan pengambilan keputusan sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba dan menjamin kemakmuran pemegang saham (Oktadella, 2011). Investor institusional merupakan investor yang berbentuk badan usaha atau lembaga yang berpengalaman sehingga dapat melaksanakan fungsi pengawasan dengan lebih efektif dan tidak mudah diperdaya oleh tindakan manajer seperti manipulasi penyajian laporan keuangan. Sehingga,
keberadaan
investor
institusional
dapat
meningkatkan
integritas laporan keuangan. Adanya pemegang saham institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen, contohnya perusahaan asuransi, bank, dan perusahaan-perusahaan
investasi
lainnya.
Kepemilikan
ini
akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring ini akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. b. Kepemilikan Manajerial Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Penelitian Jensen dan Meckling (1976) dalam Nicolin dan Sabeni (2013) menyatakan kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme dalam mengatasi konflik keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham. 31
Kepemilikan saham yang tinggi akan membuat manajer secara langsung merasakan manfaat dari keputusan ekonomi yang telah diambil dan menanggung resiko dari pengambilan keputusan yang salah. Cornet et al (2006) dalam Jao dan Pagalung (2006) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai proporsi saham yang dimiliki manejemen yang secara aktif turut dalam pengambilan keputusan perusahaan, meliputi direksi dan komisaris. Sedangkan penelitian Susiana dan Herawaty (2007) menjelaskan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk di dalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan membuat manajemen memiliki tanggung jawab lebih besar dalam mengelola perusahaan dan menyajikan informasi yang benar dan jujur untuk kepentingan pemegang saham dan dirinya sendiri. Jumlah kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik kepentingan dan masalah agensi. Manajer yang memiliki saham di perusahaan akan merasa bahwa perusahaan tersebut juga dimiliki olehnya, untuk itu laporan keuangan yang disajikan tentunya tidak lepas dari integritas laporan keuangan yang tinggi (Saputra et al., 2014). c. Komite Audit Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit 32
sebagai suatu komite yang bekerja secara professional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris. Tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen resiko, pelaksanaan audit dan implementasi corporate governance di perusahaan (Effendi, 2009). Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan undangundang BUMN Nomor 19/2003, pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Komite audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Hardiningsih, 2010). Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit bagi BUMN menjelaskan bahwa komite audit diangkat dan diberhentikan oleh komisaris atau dewan pengawas dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Komite 33
Audit terdiri sekurang-kurangnya seorang anggota komisaris atau dewan pengawas, dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya yang berasal dari luar BUMN. Anggota komite audit harus memenuhi persyaratan antara lain: 1) Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di bidang pengawasan atau pemeriksaan. 2) Tidak memiliki kepentingan atau keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap BUMN. 3) Mampu berkomunikasi secara efektif. Jika ada anggota komite audit berasal dari sebuah institusi tertentu, maka institusi dimana anggota komite audit berasal tidak boleh memberikan jasa pada BUMN yang bersangkutan. Masa jabatan komite audit yang bukan berasal dari anggota komisaris atau dewan pengawas BUMN yang bersangkutan paling lama dua tahun dengan tidak mengurangi
hak
komisaris
atau
dewan
pengawas
untuk
memberhentikannya sewaktu-waktu. Anggota komite audit yang berakhir masa jabatannya, dapat diangkat kembali hanya untuk sekali masa jabatan berikutnya. Tugas dan tanggung jawab komite audit sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2006 Tentang Komite Audit bagi BUMN yaitu antara lain: 34
1) Membantu komisaris atau dewan pengawas untuk memastikan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. 2) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh satuan pengawasan intern ataupun auditor eksternal. 3) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya. 4) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan BUMN. 5) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris atau dewan pengawas serta tugas komisaris atau dewan pengawas dan dapat pula memberikan penugasan lain kepada komite audit namun terbatas pada: a) Melakukan penelahaan atas informasi mengenai BUMN, serta rencana jangka panjang, rencana kerja dan anggaran BUMN, laporan manajemen, dan informasi lainnya. b) Melakukan penelahaan atas ketaatan BUMN terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan BUMN. Untuk
menerapkan
good
corporate
governance,
perusahaan
membentuk komite audit yang independen, komite audit ini merupakan bagian dari internal perusahaan. Komite audit dimaksudkan agar pihak manajemen mengungkapkan informasi-informasi yang ada dalam laporan 35
keuangan secara benar agar dapat berguna pada pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat. Pengungkapan informasi ini melindungi para investor dan calon investor dalam mengambil keputusan investasi mereka. Selain itu, komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam mengawasi kinerja manajemen. Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, maka prinsip independensi, transparansi dan pengungkapan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran harus menjadi landasan utama dari aktivitas komite audit. Pelaksanaan prinsipprinsip GCG dalam aktivitas komite audit sebagai berikut (Effendi, 2009). 1) Prinsip Independensi Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap kepentingan pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak memiliki hubungan bisnis hubungan
apapun dengan
kekeluargaan
dengan
perusahaan maupun anggota
direksi
dan
komisaris perusahaan, sehingga terhindar dari benturan kepentingan. Oleh karena itu, nama-nama anggota komite audit haruslah diumumkan ke masyarakat sebagai wujud 36
terhadap sikap independensi mereka. 2) Prinsip Transparansi Prinsip ini ditunjukan melalui piagam komite audit, program kerja tahunan, serta rapat komite audit secara periodic yang didokumentasikan
dalam
setiap
rapat.
Komite
audit
hendaknya membuat laporan secara berkala kepada komisaris tentang pencapaian kinerjanya sebagai wujud pengungkapan. 3) Prinsip Akuntabilitas Prinsip ini ditunjukan dengan frekuensi pertenuan dan tingkat kehadiran anggota komite audit. Selain itu, komite audit haruslah memiliki kapasitas, kompetensi, dan pengalaman di bidang audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat bekerja secara professional. 4) Prinsip Pertanggungjawaban Prinsip ini ditunjukan dengan aktivitas komite audit yang dijalankan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik selain kepada dewan komisaris. 5) Prinsip Kewajaran Prinsip ini ditunjukan dengan sikap komite audit dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada sikap adil dan 37
objektif terhadap semua pihak. Komite audit berkewajiban menjaga tingkat kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan dan peraturan yang berlaku. Komite audit juga diharapkan dapat melakukan identifikasi risiko potensial yang dihadapi oleh perusahaan serta alternative solusi permasalahan. Di dalam pedoman GCG yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menjelaskan bahwa komite audit sebagai komite penunjang Dewan Komisaris yang memiliki beberapa poin penting, yaitu: 1) Komite audit bertugas membantu Dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. 2) Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan
jasanya
untuk
disampaikan
kepada
Dewan
Komisaris. 3) Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan 38
yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai
lingkungan,
Komite
dampak Audit
luas
terhadap
diketuai
oleh
kelestarian Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 yang diterbitkan tanggal 7 Desember 2012 mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, menyebutkan bahwa: 1) Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
jawab
kepada
Dewan
Komisaris
dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. 2) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki Komite Audit. 3) Komite
Audit
bertindak
secara
independen
dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. 4) Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris 39
5) Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit committee charter). Peraturan yang sama juga mengatur mengenai struktur dan keanggotaan komite audit, yaitu: 1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. 2) Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 juga mengatur mengenai persyaratan keanggotaan komite audit, yaitu: 1) Wajib
memiliki
pengetahuan,
integritas
pengalaman
yang sesuai
tinggi,
kemampuan,
dengan
bidang
pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik. 2) Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya. 3) Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
40
4) Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan. 5) Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan atau keuangan. 6) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir. 7) Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali Komisaris Independen. 8) Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik. 9) Anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib
41
dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut. 10) Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut. 11) Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut. Tugas dan tanggung jawab komite audit yang diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 adalah: 1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik dan atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik. 3) Memberikan
pendapat
independen
dalam
hal
terjadi
perbedaan pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.
42
4) Memberikan
rekomendasi
kepada
Dewan
Komisaris
mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee. 5) melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal. 6) Melakukan
penelaahan
terhadap
aktivitas
pelaksanaan
manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris. 7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 8) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik. 9) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik. Berdasarkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai komite audit dapat disimpulkan bahwa, komite audit merupakan suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu kinerja dewan komisaris dalam mewujudkan suatu praktik usaha yang sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 43
d. Komisaris Independen Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), menyebutkan bahwa kepengurusan Perseroan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (two tier board system) yaitu dewan komisaris dan direksi mempunyai wewenang dan tanggung jawab jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggran dasar dan peraturan perundang-undangan. Fungsi dewan direksi untuk menjalankan perusahaan sedangkan fungsi dewan komisaris untuk melakukan pengawasan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 1, menyatakan bahwa kelembagaan dewan komisaris merupakan salah satu organ perseroan selain RUPS dan direksi. Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada dewan direksi. Untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) maka perlu dibentuk komisaris independen. Komisaris independen adalah sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi menilai kerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham nimoritas dan pihak lain yang terkait (Astria, 44
2011). Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Karena, komisaris independen mempunyai fungsi untuk mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen, menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 114, tanggung jawab dewan komisaris merupakan tanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, dewan komisaris harus melakukan pengawasan yang baik terhadap tata kelola perusahaan. Selain itu. Dewan komisaris bertanggung jawab dalam membentuk sistem pengawasan yang baik untuk memastikan kepatuhan direksi terhadap sistem tersebut seperti membentuk komite audit. Adapun tugas-tugas utama dewan komisaris dalam FCGI (2002), yaitu: 1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian resiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta
45
memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset. 2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil. 3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. 4) Memonitor pelaksanaan corporate governance, dan mengadakan perubahan. 5) Memantau proses keterbukaan dan keefektivitasan komunikasi dalam perusahaan. Effendi (2009) menjelaskan bahwa dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan. Selain itu, komisaris independen berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris. Peran dewan komisaris penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan dan implementasi GCG. Lemahnya pengawasan dan terlalu besarnya kekuasaaan eksekutif telah menjadi salah satu penyebab tumbangnya perusahaan dunia seperti Enron, Satyam, dan lain-lain. Selain itu, lemahnya pengawasan terhadap manajemen menjadi indikasi sebagai salah satu penyebab krisis finansial di Asia, termasuk Indonesia. 46
Oleh karena itu, pemberdayaan komisaris independen diharapkan menjadi penggerak GCG telah menjadi bagian dari reformasi bisnis di Indonesia pasca krisis. Komisaris independen di Indonesia terkait dengan berbagai upaya yaitu: 1) Untuk menghapuskan praktik-praktik yang dianggap kurang fair terutama terhadap pemegang saham publik maupun minoritas. 2) Untuk dapat menerapkan praktik good corporate governance (GCG) yang secara sederhana dapat diungkapkan sebagai: (a) Tell the truth merupakan refleksi dari prinsip disclosure (b) Keep your promise merupakan hubungan dari akuntabilitas dan respontabilities yang juga merupakan cerminan ethical behavior (c) Be fair yakni menjunjung fairness dan independensi Terkait dengan upaya diatas maka penting bagi komisaris independen untuk memiliki motivasi yang sejalan dengan peran dan fungsi yang diembannya. Beberapa contoh motivasi positif yang perlu dikembangkan oleh komisaris independen yaitu tekad untuk memberikan kontribusi bermakana bagi nilai tambah perseroan, tekad untuk mengembangkan karir secara positif demi kemajuan pribadi dan perseroan dan tekad untuk mengasah kemampuan serta memperluas pengalaman yang ada untuk kepentingan perseroan (Alijoyo dan Zaini, 2004).
47
4. Audit Tenure Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai audit tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tahun berturut-turut. Akuntan publik dan KAP boleh menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut. Adanya kewajiban rotasi auditor memiliki kewajiban dan kelemahan. Rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan independensi audit melalui suatu pengurangan pengaruh klien terhadap auditor. Kurangnya pengaruh memnungkinkan terjadinya resiko kehilangan klien jika auditor tidak menyetujui pilihan pelaporan keuangan menajer (Farmer et al., 1987 dalam Adibowo, 2009). 48
Isu yang muncul akibat lamanya audit tenure adalah isu independensi auditor. Pada bulan Juli 2003, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) mengeluarkan suatu dokumen Rebuilding Public Confidence in Financial Reporting, dimana IFAC menganggap kekerabatan antara auditor dengan klien sebagai suatu ancaman bagi independensi auditor. Perhatian IFAC yang utama adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan keragu-raguan. Dengan demikian untuk mengurangi tingkat keragu-raguan diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam Adibowo, 2009). Lamanya hubungan antara auditor dan klien juga dapat mempengaruhi keputusan auditor dalam memberikan opini auditnya. Jangka waktu perikatan auditor dengan klien seringkali dikaitkan dengan independensi auditor. Independensi auditor sangat mempengaruhi kualitas audit auditor yang diberikan kepada klien. Namun, proses audit sangat membutuhkan kerjasama dari pihak manajemen perusahaan. Hubungan kerja yang erat antara auditor dengan manajemen perusahaan diwuudkan dengan jangka waktu perikatan yang lama. Masa perikatan yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka sehingga mengurangi independensi dan kualitas audit serta objektivitas dalam menilai laporan keuangan, karena akan menyesuaikan keinginan dari pihak manajemen dan pemegang saham. Peningkatan jangka waktu perikatan KAP ini yang dapat menyebabkan penurunan integritas laporan keuangan. 49
Dengan adanya regulasi dari pemerintah dapat meningkatkan dan mempertahankan independensi, kualitas dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor. Regulasi mengenai pembatasan masa perikatan audit ini dirasa penting bagi kepentingan semua pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan dalam pengambilan keputusan terhadap investasi disuatu perusahaan. 5. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar dan kecilnya perusahaan dengan berbagai cara. Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm). Perusahaan dengan ukuran besar diasumsikan dengan jumlah aktiva dan tingkat pendapatan yang besar sehingga menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Perusahaan berskala kecil dibandingkan dengan perusahaan berskala besar cenderung kurang menguntungkan (Saputra, Desmiawati, dan Anisma, 2014). Terdapat beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya ukuran perusahaan, seperti total penjualan, total aset, jumlah karyawan, dan nilai kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai instrumen tersebut, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ukuran 50
perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat didalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi. Teori sinyal memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan integritas laporan keuangan, karena perusahaan besar lebih andal dalam menyajikan laporan keuangan sehingga memiliki sinyal positif dimata masyarakat (Jam’an, 2008) Selain itu, perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan (Ningsaptiti, 2010).
51
B. Hasil Penelitian Sebelumnya Adapun hasil perbedaan dan persamaan penelitian sekarang dengan sebelumnya adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti No 1
(Tahun) Susiana dan
Judul
Metodelogi Penelitian Perbedaan Persamaan
Hasil Penelitian
Analisi Pengaruh
Variabel independen
Variabel
Independensi tahun 2000,
Independensi,
yaitu kualitas audit,
mekanisme
2001, dan 2002 tidak
Herawaty
Mekanisme
independensi
corporate
memiliki pengaruh yang
(2007)
Corporate
auditor. Sampel
governance, dan
signifikan, sedangkan tahun
Governance, dan
penelitian adalah
variabel dependen
2003 memiliki pengaruh
Kualitas Audit
perusahaan publik
yaitu integritas
signifikan terhadap integritas
terhadap Integritas
dari tahun 2000 –
laporan keuangan
laporan keuangan.
Laporan Keuangan
2003
Arleen
Mekanisme corporate governance memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan dan kualitas audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap 52
integritas laporan keuangan 2
Agrianti (2009)
Analisis Pengaruh
Vaiabel independen
Variabel
Hasil penelitian kepemilikan
Karakteristik
yaitu kualitas audit,
independen
saham institusional dan
Perusahaan, Kualitas
pergantian auditor
karakteristik
manajemen berpengaruh
Audit, Pergantian
dan independensi
perusahaan yaitu
negatif terhadap manajemen
Auditor, dan
auditor. Pengukuran
kepemilikan saham
laba. Komite audit
Independensi
integritas laporan
institusi,
berkorelasi positif terhadap
Auditor terhadap
keuangan
manajerial dan
integritas laporan keuangan.
Integritas Laporan
menggunakan
komite audit.
Auditor yang berkualitas
Keuangan
earnings
Variabel dependen
dapat mengurangi earnings
management
yaitu integritas
management. Pergantian
laporan keuangan.
auditor dan independensi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap integritas laporan keuagan.
53
3
Pancawati Hardiningsih (2010)
Pengaruh
Variabel independen
Variabel
Hasil penelitian yaitu
Independensi,
yaitu independensi
independen yaitu
independensi auditor, komite
Corporate
auditor, kualitas
variabel corporate
audit, komisaris independen,
Governance, dan
audit. Sampel
governance,
ukuran dewan komisaris,
Kualitas Audit
penelitian adalah
dependen yaitu
kepemilikan institusional, .
terhadap Integritas
perusahaan publik
integritas laporan
Kualitas audit (auditor
Laporan Keuangan
tahun 2005 -2008
keuangan
spesialisasi industri) tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.
54
4
Kenneth
Audit Committee and
Variabel independen
Variabel
Hasil penelitian ini adalah
Enoch
Integrity of
yaitu kepemilikan
independen komite
aktivitas komite audit
Okpala
Financial
institusional,
audit dan variabel
meningkatkan corporate
(2012)
Statements: A
manajerial,
dependen integritas
governance dalam sebuah
Preventive
komisaris
laporan keuangan
perusahaan melalui audit
Mechanisme for
independen, audit
laporan keuangan. Hubungan
Corporate Failure
tenure, dan ukuran
yang signifikan antara komite
perusahaan. Sampel
audit dengan integritas
penelitian pada 183
laporan keuangan.
perusahaan publik di Nigeria Stock Exchange 5
Octavia Nicolin dan Arifin Sabeni (2013)
Pengaruh Struktur
Variabel independen
Variabel indepeden
Hasil penelitian komisaris
Corporate
yaitu spesialisasi
yaitu Corporate
independen, komite audit
Governance, Audit
industri auditor dan
Governance,dan
memiliki pengaruh yang
Tenure, dan
ukuran perusahaan.
Audit Tenure.
signifikan terhadap integritas
Spesialisasi Industri
Sampel penelitian
Variabel dependen
laporan keuangan.
Auditor terhadap
perusahaan
yaitu integritas
Kepemilikan saham
Integritas Laporan
manufaktur yang
laporan keuangan
manajerial, institusional,
55
Keuangan
terdaftar di BEI
audit tenure tidak memiliki
tahun 2008-2011
pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan dan spesialisasi industri auditor tidak memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan
6
Rozania,
Pengaruh
Variabel independen
Variabel
Hasil penelitian komisaris
Mekanisme
yaitu pergantian
independen yaitu
independen berpengaruh
Corporate
auditor dan
komite audit,
negatif terhadap terhadap
Governance,
spesialisasi industry
komisaris
integritas laporan keuangan,
Nindito
Pergantian Auditor,
auditor. Sampel
independen, dan
sedangkan komite audit dan
(2013)
dan Spesialisasi
penelitian yaitu
variabel dependen
spesialisasi industry auditor
Industri Auditor
perusahaan publik
yaitu integritas
berpengaruh terhadap
terhadap Integritas
yang terdaftar pada
laporan keuangan
integritas laporan keuangan.
Laporan Keuangan
tahun 2008-2011.
Pergantian auditor tidak
Pengukuran
terbukti berpengaruh
integritas laporan
terhadap integritas laporan
Ratna Anggraini dan Masellisa
56
dengan
keuangan.
konservatisme menurut Penman dan Zhang 7
Listya
Influence of Auditor
Variabel independen
Variabel
Independensi auditor, audit
Yuniastuti
Independence, Audit
yaitu Corporate
Independen yaitu
fee berpengaruh signifikan
Tenure, and Audit
Governance, Ukuran
Audit Tenure
terhadap kualitas audit, audit
Fee on Audit Quality
perusahaan.
tenure tidak berpengaruh
Agoes
of Member of
Variabel dependen
terhadap kualitas audit.
(2014)
Capital Market
yaitu Integritas
Variabel independen
Accountant Forum
Laporan Keuangan
mempengaruhi variabel
Rahmina dan Sukrisno
in Indonesia 8
dependen sebesar 21,4%
N.P. Yani
Pengaruh Struktur
Variabel independen
Variabel
Hasil peneltian yaitu
Wulandari
Kepemilikan,
yaitu dewan direksi,
independen yaitu
kepemilikan instituasional
dan I Ketut
Komite Audit,
audit tenure, dan
kepemilikan
berpengaruh dan dewan
Budiartha
Komisaris
ukuran perusahaan.
institusional,
direksi berpengaruh
Independen, dan
Sampel penelitian
manajerial, komite
terahadap inegritas laporan
Dewan Direksi
pada perusahaan
audi, dan komisaris
keuangan sedangkan
terhadap Integritas
manufaktur pada
independen.
kepemilikan manajemen,
(2014)
57
Laporan Keuangan
tahun 2010-2012
komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
9
Wahyudi
Pengaruh
Variabel independen
Variabel
Hasil penelitian ini
Saputra,
Mekanisme Good
yaitu audit tenure,
independen good
kepemilikan institusional dan
Desmiawati,
Corporate
kualitas audit.
corporate
manajerial tidak berpengaruh
dan Yuneita
Governance, dan
Pengukuran
governance dan
terhadap integritas laporan
Anisma
Ukuran Perusahaan
konservatisme
ukuran perusahaan
keuangan sedangkan
(2014)
terhadap Integritas
diukur dengan skala
reputasi KAP dan ukuran
Laporan Keuangan
nominal
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan.
10
Atik Fajaryani (2015)
Analisis Faktor-
Variabel dependen
Variabel
Hasil penelitian kepemilikan
Faktor yang
yaitu komite audit,
kepemilikan
institusional, ukuran
Mempengaruhi
komisaris
institusional,
perusahaan, leverage,
Integritas Laporan
independen, audit
manajerial, dan
spesialisasi industri auditor
Keuangan
tenure, Leverage,
ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan pada
dan spesialisasi
integritas laporan keuangan. 58
industri auditor.
Sedangkan kepemilikan
Sampel penelitian
manajerial tidak berpengaruh
perusahaan
terhadap integritas laporan
pertambangan yang
keuangan. Secara simultan
terdaftar di BEI
berpengaruh terhadap
tahun 2008-2013
integritas laporan keuangan.
59
C. Kerangka Pemikiran Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
Judul Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Laporan keuangan dan annual report perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Basis teori: Teori Agensi
Variabel Independen Mekanisme Corporate Governance Terdiri dari 4 dimensi variabel: 1. Kepemilikan Institusional (XI) 2. Kepemilikan Manajerial (X2) 3. Komite Audit (X3) 4. Komisaris Independen (X4)
Variabel Dependen Integritas Laporan Keuangan (Y)
Audit Tenure (X5) Ukuran Perusahaan (Firm Size) (X6)
Bersambung pada halaman selanjutnya
60
(Lanjutan) 1. 2. 3. 4.
Metode Analisis Data: Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Uji Koefisien Determinasi Uji Hipotesis
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
61
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesi 1. Kepemilikan Institusional terhadap Integritas Laporan Keuangan Penelitian Fajaryani (2015) menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Keberadaan investor institusional dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga dapat meminimalkan tindakan oportunistik manajemen yang bertindak untuk kepentingannya sendiri. Hal ini sama dengan penelitian Wulandari dan Budiartha (2014) bahwa kepemilikan institusional seperti lembaga, perusahaan, asuransi, bank, dan institusi keuangan
lainnya
dapat
mendorong
peningkatan
dan
optimalisasi
pengawasan terhadap kinerja dalam perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H1: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. 2. Kepemilikan Manajerial terhadap Integritas Laporan Keuangan Penelitian Hardiningsih (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Sejalan dengan penelitian Hermalin dan Weisbach (1991) menunjukan bahwa semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial akan menurunkan integritas laporan keuangan dan berdampak pula pada menurunnya kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena manusia pada umumnya memiliki self interest sehingga seorang manajer ingin menampilkan laporan keuangan yang 62
sebaik-baiknya didepan pemegang saham agar kinerjanya terlihat lebih baik. Manajer sebagai manusia bersifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi. Sehingga manajer akan cenderung melakukan manajemen laba dalam pelaporan keuangan, karena manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai informasi internal dan prospek perusahaan di masa datang yang lebih banyak daripada pemilik perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H2: Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. 3. Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) komite audit terbukti berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Arah koefisien yang negatif menunjukkan bahwa keberadaan komite audit hanya sebatas pemenuhan regulasi, tetapi tidak disertai dengan kinerja yang efektif. Selain itu, komite audit belum mampu menunjukan kedudukannya yang berdiri sendiri, ini menunjukan besarnya pengaruh kekuasaan eksekutif daripada komite auditnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H3: Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. 4. Komisaris
Independen
terhadap
Integritas
Laporan
Keuangan
Hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) komisaris 63
independen berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Arah koefisien yang negatif menunjukkan bahwa ada kecenderungan keberadaan komisaris independen kurang efektif dalam melakukan pengawasan dan tata kelola perusahaan, sehingga dapat menyebabkan tingkat integritas laporan keuangan yang rendah. Ketidakefektifan dapat disebabkan karena pembentukan komisaris independen hanya sebatas pemenuhan regulasi saja, tetapi tidak disertai dengan kinerja yang baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H4: Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. 5. Audit Tenure terhadap Integritas Laporan Keuangan Penelitian Giri (2010) menyatakan bahwa audit tenure yang lama akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis bagi seorang auditor. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk merancang program audit yang efektif dan menciptakan laporan keuangan yang berkualitas tinggi. Penelitan yang dilakukan Giri (2010) menghasilkan temuan yang mendukung suatu argumen bahwa semakin lama bertugas, Kantor Akuntan Publik (KAP) akan memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk merancang prosedur audit yang baik dan benar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H5: Audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
64
6. Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil penelitian Fajaryani (2015) menunjukan bahwa ukuran perusahan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan banyaknya sorotan dari publik terhadap perusahaan besar terbukti mampu mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi secara jujur sehingga mencerminkan laporan yang berintegritas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputra, Desmiawati, dan Anisma (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan karena semakin menigkat ukuran perusahaan maka integritas laporan keuangan juga semakin meningkat dan jika ukuran perusahaan menurun maka integritas laporan keuangan juga menurun. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini: H6: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. 7. Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen, Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan Berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan Dalam penelitian ini akan diuji apakah semua variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan. Maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut: 65
H7: Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu pengaruh dari mekanisme corporate governance, audit tenure, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen terhadap integritas laporan keuangan sebagai variabel dependen. Objek penelitian ini adalah perusahaan badan usaha milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. B. Metode Penentuan Sampel Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling atau judgement sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dengan metode tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik, maka sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI, dengan listed sebagai perusahan publik dari periode 31 Desember 2010 sampai 31 Desember 2014. 2. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud lengkap adalah perusahaan harus memiliki data sebagai berikut: a. Laporan keuangan (audited) atau laporan tahunan (apabila laporan 67
keuangan tidak diperoleh) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2014. b. Data susunan dewan komisaris dan komite audit. 3. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan merger selama 31 Desember2010 sampai 31 Desember 2014. 4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah. Data yang didapat Bursa Efek Indonesia bahwa terdapat populasi sejumlah 21 perusahaan. Namun, peneliti hanya menggunakan sampel 15 perusahaan selama 5 tahun, sehingga total sampel yang digunakan sejumlah 75 perusahaan. Beberapa perusahaan lainnya tereliminasi karena tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksudkan di atas. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Penelusuran data ini diperoleh dengan cara: 1. Penelusuran secara manual, untuk data dalam bentuk kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam bentuk kertas hasil cetakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa buku dan jurnal ilmiah. 2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data berbentuk data elektronik. Seperti, jurnal, thesis, bahan dari internet, data yang dipublikasikan di BEI dari tahun 2010 sampai dengan 2014 dan annual report
yang 68
dikeluarkan oleh perusahaan. D. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 19. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel mekanisme corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan. 1.
Statistik Deskriptif Analisa statistik deskriptif memberikan gambaran ringkas dari sekumpulan
data yang didalamnya mencakup nilai tengah (median), nilai rata-rata (mean), nilai standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel yang digunakan dalam model penelitian, sehingga pada akhirnya data-data tersebut dapat disimpulkan secara mudah dan cepat. Hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik dan kewajaran data observasi yang digunakan untuk masing-masing variabel tersebut. Oleh karena itu, dengan melakukan analisa statistik deskriptif ini akan dapat diketahui apabila terdapat outlier dalam data observasi yang digunakan. Dalam penelitian ini, analisis deksriptif digunakan untuk mengetahui tingkat integritas laporan keuangan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure dan ukuran perusahaan (Ghozali, 2013). 2. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji 69
heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketehui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2013). Untuk melakukan uji normalitas dapat dilakukan melalui pengujian Kolmogorov Smirnov. Pengujian ini lebih sederhana untuk dilakukan dibandingkan dengan pengujian normalitas dengan menggunakan grafik yang seringkali menimbulkan perbedaan presepsi. Ghozali (2013) menjelaskan analisa dari hasil pengujian Kolmogorov Smirnov adalah: a) Jika signifikansi (Sig) > 0.05 maka data berdistribusi normal. b) Jika signifikansi (Sig) < 0.05 maka data berdistribusi tidak normal. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: 70
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel indpenden banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka adanya indikasi multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. c) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai toleransi dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sebuah model dinyatakan bebas dari masalah multikolinieritas apabila nilai VIF kurang dari 10. (Ghozali, 2013) c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut time (time series) 71
karena gangguan pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan Run Test. Autokorelasi tidak terjadi apabila probabilitas signifikan lebih besar dari α = 0,05 (Ghozali, 2013). d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Ghozali (2013) menyatakan ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu: a) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. b) Uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi berganda. Metode 72
regresi berganda (multiple regression) dilakukan untuk memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun rumus regresi berganda sebagai berikut: Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + βX5 + βX6 + e Dimana: Y= Integritas Laporan Keuangan α = Konstanta, harga Y bila X= 0 β= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X) X1= Kepemilikan Institusional X2= Kepemilikan Manajerial X3= Komite Audit X4= Komisaris Independen X5= Audit Tenure X6= Ukuran Perusahaan (Firm Size) e = Error Pengujian hipotesis ini dilakukan melalui uji koefisien determinan Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t. a. Uji Adj R2 Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai 73
koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan
menurut
Ghozali
(2013)
adalah
dengan
melihat
angka
probabilitasnya. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima yang menyatakan semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak yang menyatakan semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: Ho : bi = 0 Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas 74
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: HA : bi ≠ 0 Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: a) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi= 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain hipotesis alternatif diterima. b) Membandingkan nilai statistic t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistic t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif. E. Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan defenisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya 1. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
integritas
laporan
keuangan.
Pancawati
Hardinigsih
(2010)
mendefinisikan Integritas Laporan Keuangan sebagai ukuran sejauh mana laporan keuangan disajikan dengan jujur tanpa ada yang ditutupi. Integritas 75
laporan keuangan ini diukur dengan menggunakan indeks konservatisme. Indeks konservatisme digunakan dengan alasan keidentikan konservatisme yang menyajikan laporan keuangan yang understate yang memiliki resiko lebih kecil dibanding laporan keuangan yang overstate. Indeks konservatisme sebagai proksi Integritas laporan keuangan dihitung dengan model Beaver dan Ryan (2000) yang digunakan juga oleh Fajaryani (2015) menggunakan market to book ratio, yaitu:
Keterangan: ILK it = Integritas Laporan Keuangan perusahaan i pada tahun t. Harga Pasar Saham = Harga saham pada 31 Desember Nilai Buku Saham = Total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar 2. Variabel Independen Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan. a. Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional merupakan jumlah saham yang
76
dimiliki pihak eksternal. Susiana dan Herawaty (2007) menyatakan kepemilikan institusional oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri. Diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki oleh institusi dengan jumlah saham yang beredar. b. Kepemilikan Manajerial Penelitian
Fajaryani
(2015)
menyatakan
kepemilikan
manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki manajemen yang secara aktif turut dalam pengambilan keputusan perusahaan, meliputi dewan direksi dan dewan komisaris. Kepemilikan manajerial diukur dengan membagi jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dengan jumlah saham beredar. c. Komite Audit Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh sekelompok kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau melakukan tugas khusus. Komite audit diukur dengan menjumlah anggota komite audit pada suatu perusahaan setiap tahunnya (Saputra, Desmiawati dan Anisma, 2014). d. Komisaris Independen Komisaris independen diukur dengan membagi jumlah dewan komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan (Rozania, Anggraini, dan Nindito, 2013) 77
e. Audit Tenure Audit tenure di ukur dengan variavel dummy yaitu dengan tenure lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan tenur singkat (kurang dari 3 tahun) diberi angka 0 (Giri, 2010) f. Ukuran Perusahaan Ukuran
perusahaan
merupakan
besar
kecilnya
suatu
perusahaan yang dapat dilihat dari total aset. Saputra, Desmiawati dan Anisma (2014) menyatakan ukuran perusahaan dalam penelitian ini dihitung dengan logaritma natural dari total aset yang dimiliki perusahaan. Logaritma natural dari total aset perusahaan dapat menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset suatu perusahaan berarti semakin besar juga angka logaritmanya.
78
Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel
Indikator
Kepemilikan
Rasio
Institusional (X1) Kepemilikan
Rasio
Manajerial (X2) Komite Audit (X3)
Jumlah anggota komite audit
Komisaris
Ukuran Perusahaan (X6) Integritas laporan keuangan (Y)
Rasio Rasio
Independen (X4) Audit Tenure (X5)
Skala
Tenur lama (3 tahun atau lebih) diberi angka 1 dan tenur singkat (kurang dari 3 tahun) diberi angka 0 Logaritma natural dari Total Asset (Ln Assets)
Nominal
Rasio
Rasio
79
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 21 perusahaan. Berdasarkan jumlah tersebut, hanya 15 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang diterapkan. Perolehan data yang digunakan melalui website www.idx.co.id. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 31 Desember 2010 dan selama periode penelitian perusahaan tidak keluar atau delisting dari Bursa Efek Indonesia. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. Pemilihan perusahaan publik Badan Usaha Milik Negara ini didasarkan pada pertimbangan karena masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan ini. Perusahaan BUMN tersebar pada berbagai macam jenis usaha dan mayoritas saham dimiliki oleh pemerintah sehingga laporan yang dikeluarkan harus mempunyai integritas yang tinggi, selain itu beberapa BUMN berada dalam industri vital dan strategis sehingga peningkatan kinerja BUMN harus memberikan implikasi positif terhadap perekonomian Indonesia. Kebanyakan penelitian 80
sebelumnya mengenai integritas laporan keuangan masih terkonsentrasi pada perusahaan manufaktur. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel 4.1. Berikut tabel yang ditampilkan: Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria Kriteria
No 1
Jumlah
Total perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
21
Indonesia (BEI) 2
Perusahaan yang baru listing selama periode penelitian
(4)
3
Perusahaan tidak menggunakan mata uang rupiah
(2)
Data tersedia
15
Total sampel selama 5 tahun periode penelitian
75
Sumber: Data sekunder yang diolah
Adapun nama perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
ADHI
Adhi Karya Tbk.
2
ANTM
Aneka Tambang Tbk.
3 4 5 6
BBNI BBRI BBTN BMRI
Bank Negara Indonesia Tbk. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Bank Tabungan Negara Tbk. Bank Mandiri Tbk.
7
INAF
Indofarma (Persero) Tbk.
8
JSMR
Jasa Marga Tbk.
81
9
KAEF
Kimia Farma Tbk.
10
PTBA
Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk.
11
PTPP
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
12
SMGR
Semen Gresik Tbk.
13
TINS
Timah (Persero) Tbk.
14
TLKM
Telkom Indonesia Tbk.
15 WIKA Sumber: www.idx.co.id
Wijaya Karya Tbk.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,2013). Mean digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui nilat terbesar dari data bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui nilai terkecil dari suatu data bersangkutan. Variabel pada penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah integritas laporan keuangan sedangkan variabel independen adalah kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, jumlah komite audit, proporsi komisaris
82
independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan. Hasil pengujian deskriptif variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean 75 ,51000 ,98976 ,7007864 75 ,00000 ,00411 ,0004187 75 2,00000 8,00000 4,2666667 75 ,25000 ,71429 ,4266976 75 ,00000 1,00000 ,8000000 75 27,32172 34,38217 30,9002828 75 1,00000 8,00000 2,6533333 75
INTS MANJ KAUD KIND ATEN SIZE ILK Valid N (listwise) Sumber: Data sekunder yang diolah
Std. Deviation ,15143713 ,00081058 1,28750055 ,10490140 ,40269363 1,89871935 1,35060881
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah data (Valid N) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75 sampel yang berasal dari laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Berdasarkan hasil tersebut maka semua data pada sampel dapat diolah dan tidak terdapat kehilangan data. Variabel dependen pada penelitian ini adalah integritas laporan keuangan (ILK). Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap integritas laporan keuangan (ILK) menunjukkan nilai minimum 1 dan nilai maksimum sebesar 8 dengan rata-rata 2,653333. Nilai maksimum 83
pada Perusahaan Tambang Bukit Asam (PTBA) pada tahun 2010, ini mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai perusahaan. Nilai minimum pada Perusahaan ADHI (2011), ANTM (2011-2014), BBTN (2011-2014), INAF (2010, 2011, 2013), KAEF (2010). Variabel independen yang pertama pada penelitian ini adalah kepemilikan saham institusional (INT), perhitungan INT dengan cara membagi jumlah saham yang dimiliki oleh institusi dengan jumlah saham yang beredar.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap kepemilikan intstitusional (INT) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,51000 dan nilai maksimum sebesar 0,98976 dan rata-rata 0,7007864. Kepemilikan institusional paling kecil pada PTPP (20102014). Nilai maksimum paling besar pada BMRI (2012). Variabel independen yang kedua pada penelitian ini adalah kepemilikan saham manajerial (MAN), perhitungan MAN dengan cara membagi jumlah saham yang dimiliki oleh manajerial dengan jumlah saham beredar. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan manajerial (MAN) menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum 0,00411 dengan rata-rata 0,0004187. Nilai minimum pada kepemilikan manajerial pada BBRI (2010-2014), BBTN (2010), BMRI (2010), INAF (2011-2014), PTPP (2010-2014), SMGR (2010-2013), sedangkan nilai maksimum pada WIKA (2012). 84
Variabel indepeden yang ketiga pada penelitian ini adalah jumlah komite audit (KAUD), perhitungan KAUD dengan cara menjumlah komite audit pada perusahaan. Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap komite audit (KAUD) menunjukkan nilai minimum sebesar 2 dan nilai maksimum sebesar 8 sedangkan nilai rata-rata 4,2666667. Nilai minimum pada komite audit pada ADHI (2014), sedangkan nilai maksimum pada BBRI (2012-2013). Variabel independen yang keempat pada penelitian ini adalah komisaris independen (KIND), perhitungan KIND dengan membagi jumlah komisaris indepeden dengan jumlah komisaris pada suatu perusahaan. Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap komisaris independen (KIND) menunjukkan hasil nilai minimum sebesar 0,25000 dan nilai maksimum sebesar 0,71429 sedangkan nilai rata-rata 0,4266976. Nilai minimum pada komisaris independen pada INAF (2010), PTPP (2011), SMGR (2010), TLKM (2010), sedangkan nilai maksimum pada BBRI (2014). Variabel independen yang kelima pada penelitian ini adalah audit tenure (ATEN), pengukuran ATEN dengan variabel dummy. Pengukuran dengan memberi angka 1 pada panjang masa perikatan audit sama atau lebih dari 3 tahun dan angka 0 pada panjang masa perikatan audit singkat yaitu kurang dari 3 tahun. Hasil analisis menggunakan statistic deskriptif terhadap audt tenure (ATEN) menunjukkan hasil nilai minimum 0 dan 85
nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata 0,8000000. Untuk variabel audit tenure menggunakan variabel dummy, oleh karena itu hasil penelitian hanya muncul angka 0 dan 1. Variabel independen yang keenam pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan (SIZE), pengukuran SIZE dengan Log total asset. Hasil analisis menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan nilai minimum sebesar 27,32172 dan nilai maksimum sebesar 34,38217 sedangkan nilai rata-rata 30,9002828. Nilai minimum pada perusahaan INAF (2010) dengan total aset Rp. 733.957.862.392, sedangkan nilai maksimum pada perusahaan BMRI (2014) dengan total aset Rp. 855.039.673.000.000. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa hasil dapat digunakan. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada peneltian ini adalah uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan pengujian Kolmogorv-Smirnov. Pemilihan pengujian ini didasarkan pada pengujian normalitas menggunakan grafik seringkali menimbulkan perbedaan presepsi dan pengujian menggunakan Kolmogorv-Smirnov lebih sederhana karena menggunakan data statistik.
86
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas : Kolmogorov-Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 75 a,b Normal Parameters Mean ,0000000 Std. Deviation 1,18330918 Most Extreme Differences Absolute ,132 Positive ,132 Negative -,081 Kolmogorov-Smirnov Z 1,143 Asymp. Sig. (2-tailed) ,146 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.4 di atas menunjukan nilai Kolmogorv-Smirnov adalah 1,143 dengan probabilitas signifikansi 0.146 jauh diatas α = 0,05 hal ini berarti hipotesis nol diterima dengan arti bahwa data residual terdistribusi normal dan data penelitian telah memenuhi asumsi normalitas. b. Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas penelitian ini dilihat dari nilai tolerance (T) dan variance inflation factor (VIF). Tabel 4.5 merupakan tabel hasil uji multikolonieritas, dari nilai tolerance menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. 87
Nilai variance inflation factor (VIF) menunjukan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10,0. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi yang signifikan antar variabel independen. Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas
Model 1
Coefficientsa Collinearity Statistics Toleran ce VIF INT ,776 1,289 MAN ,895 1,118 KAUD ,691 1,447
KIND ,517 ATEN ,904 SIZE ,528 a. Dependent Variable: ILK
1,934 1,106 1,896
Sumber: Data sekunder yang diolah c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot dan uji glejser. Hasil menggunakan grafik scatterplot dengan melihat nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. 88
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas: Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah Dari gambar 4.1 menunjukan plots atau titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi integritas laporan
keuangan
(ILK)
berdasarkan
variabel-variabel
yang
mempengaruhinya yaitu kepemilikan institusional (INT), kepemilikan manajerial (MAN), komite audit (KAUD), komisaris independen (KIND), audit tenure (ATEN), dan ukuran perusahaan (SIZE). Selain
menggunakan
uji
grafik
scatterplot
peneliti
menggunakan uji glejser. Berikut ini hasil uji glejser:
89
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model 1
(Constant) INT
1,669 -,699
1,928 ,740
MAN -14,967 KAUD -,067 KIND -,722 ATEN ,293 SIZE ,000 a. Dependent Variable: ABSUT
128,726 ,092 1,308 ,258 ,072
T
Sig.
-,126
,866 -,945
,390 ,348
-,014 -,102 -,090 ,140 ,001
-,116 -,725 -,552 1,138 ,005
,908 ,471 ,583 ,259 ,996
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.6 di atas, semua variabel independen memiliki angka sigifikansi ditas 0,05. Jadi, dapat disimpulkan data penelitian tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. d. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah model regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Run Test. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 90
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi: Run Test Runs Test Unstandardi zed Residual a Test Value -,15927 Cases < Test Value 37 Cases >= Test Value 38 Total Cases 75 Number of Runs 33 Z -1,278 Asymp. Sig. (2,201 tailed) a. Median Sumber : Data sekunder yang diolah Tabel 4.7 di atas menunjukan Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau Run Test sebesar 0,201 lebih besar daripada 0,05. Hal ini berarti data yang dipergunakan random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi. C. Pengujian Hipotesis a. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah 0 dan 1, jika nilainya kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, namun jika nilai mendekati 1 berarti variabel independen menjelaskan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk 91
memprediksi variasi variabel dependen. Berikut adalah tabel hasil uji koefisien determinasi: Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model 1
R ,482a
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate ,232 ,165 1,23441058
a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INT, MAN, KAUD, KIND b. Dependent Variable: ILK Sumber: Data sekunder yang diolah Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square sebesar 0,165 hal ini berarti hanya 16,5% variabel integritas laporan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan sedangkan sisanya sebesar 83,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam analisis regresi ini, seperti independensi auditor, kualitas audit, leverage, dan spesialisasi indutri auditor. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistic F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara
92
bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat probabilitas signifikansi 0,05. Berikut adalah hasil uji statistic F: Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statisitik F) ANOVAb Model 1 Regression
Sum of Squares 31,370
df 6
Mean Square 5,228
F 3,431
Sig. ,005a
Residual 103,616 68 1,524 Total 134,987 74 a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INT, MAN, KAUD, KIND b. Dependent Variable: ILK Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa nilai F sebesar 3,431 dengan tingkat probabilitas signifikansi yaitu sebesar 3,431 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 dan lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statitik t dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen, dengan tingkat probabilitas signifikan yang digunakan pada penelitian ini adalah
93
0,05. Tabel 4.9 merupakan hasil pengujian uji signifikansi parameter individual (uji statistik t). Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model 1 (Constant) INT MAN KAUD KIND ATEN
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -2,604 2,804 -,742 1,076 -,083 -466,594 187,156 -,280 -,320 ,134 -,305 -3,836 1,902 -,298 ,760 ,375 ,227
SIZE ,271 a. Dependent Variable: ILK
,104
,381
t -,929 -,690 -2,493 -2,388 -2,016 2,027
Sig. ,356 ,493 ,015 ,020 ,048 ,047
2,602
,011
Sumber: Data sekunder yang diolah Hasil uji dari tabel 4.10 di atas dideskripsikan sebagai berikut: 1) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INT) terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil pengujian untuk variabel kepemilikan institusional memiliki nilai t hitung -0,690 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,493 lebih besar daripada 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0,742. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1 ditolak,
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemilikan
94
institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 2) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MAN) terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil pengujian untuk variabel kepemilikan manajerial nilai t hitung sebesar -2,493 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,015 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -466,594. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H2 diterima,
sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hardiningsih (2010) yang menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Mayangsari (2003) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif kepemilikan saham oleh manajemen terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dapat dijelaskan dari teori agensi yang menggunakan tiga asumsi sifat manusia (Eisenhardt, 1989 dalam Hardinigsih,
2010),
yaitu
manusia
pada
umumnya
lebih
mementingkan dirinya sendiri, manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa akan datang, dan manusia selalu 95
menghindari resiko. Manajer perusahan yang lebih banyak mengetahui perusahaan sehingga manajer berkewajiban untuk memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik berupa
pengungkapan
informasi
akuntansi
seperti
laporan
keuangan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukan bahwa semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen ada kecenderungan
akan
semakin
rendah
integritas
laporan
keuangannya. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin dan Sabeni (2013) yang menunjukan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Dengan hasil koefisien regresi yang negatif menunjukan bahwa manajemen kurang melakukan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat terjadi akibat sifat menajer yang mengutamakan kepentingan pribadi serta kesempatan yang diberikan kepadanya dalam
mengelola
perusahaan.
Penelitian
Fajaryani
(2015)
menunjukan bahwa kepemilikan manajerial juga tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, hal ini disebabkan karena kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen terlalu kecil sehingga tidak cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan. 3) Pengaruh Komite Audit (KAUD) terhadap Integritas Laporan Keuangan 96
Hasil pengujian untuk variabel komite audit memiliki t hitung sebesar -2,388 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,020 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta -0,320. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H3 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) yang menunjukan bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Arah koefisien yang negatif menunjukan bahwa keberadaan komite audit hanya sebatas pemenuhan regulasi, tetapi tidak disertai dengan kinerja yang efektif. Selain itu, ada kecenderungan
komite
audit
belum
mampu
menunjukan
kedudukannya yang berdiri sendiri, ini menandakan masih besarnya pengaruh kekuasaan eksekutif daripada komite auditnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mayangsari (2003) yang juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuagan. Hal ini menunjukan masih
kurang
efektifnya
keberadaan
komite
audit
untuk
meningkatkan integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin dan Sabeni (2013) yang menunjukan bahwa komite audit berpengaruh 97
signifikan terhadap integritas laporan keuangan dengan arah pengaruh positif. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin banyak anggota komite audit akan meningkatkan integritas laporan keuangan. Sejalan dengan fungsi komite audit yaitu untuk mengawasi kebijakan manajemen serta menilai informasi yang disajikan telah berjalan dengan baik. Hasil penelitian menunjukan komite audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan, arah koefisien yang negatif mengindikasikan bahwa komite audit belum bekerja secara maksimal, adanya pengaruh dari eksekutif menyebabkan komite audit kurang memaksimalkan perannya di perusahaan. 4) Pengaruh Komisaris Independen (KIND) terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil pengujian untuk variabel komisaris independen memiliki t hitung sebesar -2,016 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,048 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta -3,836. Hal ini menunjukan bahwa H4 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan dengan koefisien negatif. Hasil pengujian 98
ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Mayangsari (2003) dan Linata dan Sugiarto (2012) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini disebabkan masih cukup banyaknya perusahaan yang belum membentuk komisaris independen atau jumlah komisaris independen dalam perusahaan kurang dari 25%, sehingga menyebabkan kurang efektifnya dalam menjalankan pengawasan terhadap proses penyusunan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap
mengindikasikan
integritas komisaris
laporan
keuangan,
independen
yang
hal
ini
kurang
memaksimalkan perannnya dan juga banyak perusahaan yang kurang memperhatikan komposisi dewan komisaris, selain itu pengetahuan dan latar belakang komisaris independen harus sesuai dengan bisnis perusahaan. 5) Pengaruh Audit Tenure (ATEN) terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil pengujian untuk variabel audit tenure memiliki t hitung sebesar 2,027 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,047 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta 0,760. Hal ini menunjukan bahwa H5 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. 99
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Giri (2010) yang menunjukan bahwa tenur KAP yang lama akan menaikan kualitas audit. Beberapa alasan yang mendasari hasil ini adalah tenur KAP yang panjang akan menciptakan pengetahuan yang cukup bagi auditor/KAP untuk melaksanakan tugas audit secara profesional, tenur auditor yang panjang justru akan menghasilkan kos yang lebih rendah dan pengetahuan yang cukup dimiliki oleh auditor/KAP akan membuat auditor semakin teliti. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin dan Sabeni (2013) yang menunjukan bahwa audit tenure tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Masa perikatan yang singkat maupun lama antara KAP dan perusahaan tidak mempengaruhi pelaksanaan audit yang dilakukan terhadap klien dan juga tidak mempengaruhi integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, koefisien yang positif menunjukan bahwa semakin panjang masa perikatan audit maka akan menambah integritas laporan keuangan, hal ini karena auditor telah paham mengenai perusahaannya sehingga auditor dapat bekerja lebih efektif dan efisien. 6) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Integritas Laporan Keuangan 100
Hasil pengujian untuk variabel ukuran perusahaan memiliki t hitung sebesar 2,602 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,011 lebih kecil daripada 0,05. Nilai koefisien beta 0,624. Hal ini menunjukan bahwa H6 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fajaryani (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
Ukuran
perusahaan dianggap memiliki peranan penting dalam penyajian laporan keuangan. Perusahaan besar akan menghadapi tuntutan yang lebih besar dari para pemegang saham untuk menyajikan laporan keuangan yang berintegritas tinggi. Banyaknya sorotan baik leh pasar maupun publik terhadap perusahaan besar akan mendorong perusahaan besar untuk mengungkapkan informasi secara jujur dan apa adanya. Penelitian Saputra, Desmiawati, dan Anisma (2014) menunjukan hasil yang sama bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini menunjukan bahwa semakin meningkat ukuran perusahaan maka akan semakin meningkat integritas laporan keuangannya, sebaliknya apabila ukuran perusahaan menurun maka integritas laporan keuangan perusahaan 101
tersebut juga akan mengalami penurunan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
integritas
laporan
keuangan,
hal
ini
sesuai
mengindikasikan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin memperhatikan laporan keuangannya, karena perusahaan besar mempunyai banyak pemangku kepentingan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dihasilkan harus mempunyai integritas yang tinggi.
102
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang mekanisme corporate governance, audit tenure dan ukuran perusahaan yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 19. Data sampel perusahaan sebanyak 75 pengamatan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2014. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan melakukan analisa regresi berganda, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Susiana dan Herawaty (2007) dan Nicolin dan Sabeni (2013). Hasil penelitian tidak konsisten dengan hasil penelitian Fajaryani (2015). 2. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Hardinigsih (2010) dan Mayangsari (2003). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nicolin dan Sabeni (2013) dan Fajaryani (2015) 3. Komite Audit berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013) dan
118
Mayangsari (2003). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nicolin dan Sabeni (2013) 4. Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Rozania, Anggraini, dan Nindito (2013), Mayangsari (2003) dan Linata dan Sugiarto (2012). 5. Audit Tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Giri (2010). Hasil penelitian tidak sejalan dengan hasil penelitian Nicolin dan Sabeni (2013) 6. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Konsisten dengan hasil penelitian Fajaryani (2015) dan Penelitian Saputra, Desmiawati, dan Anisma (2014) 7. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, audit tenure, ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhahdap integrtas laporan keuangan. B. Saran Peneliti dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik dengan adanya beberapa masukan diantaranya: 1. Menambah tahun pengamatan penelitian atau dapat menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai objek penelitian sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi. 2. Untuk peneliti selanjutnya, indicator penelitian dapat diganti dengan proxy lain ataupun ditambah dengan variabel lain seperti ukuran dewan direksi, 104
ukuran dewan komisaris, spesialisasi auditor, kualitas audit, independensi auditor dan lain sebagainya. 3. Untuk peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan model berbeda dalam pengukuran integritas laporan keuangan sehingga dapat dilihat hasil yang berbeda. Seperti pengukuran menggunakan Discretionary Accrual, model Zhang (2007), model Givoly dan Hayn (2000), dan Earning/Stock Return Relation.
105
DAFTAR PUSTAKA Adibowo, S. “Pengaruh Audit Firm Tenure, Audit Firm Size dan Industry Spesialization terhadap Earning Quality”, Skripsi, Jurusan Akuntansi Universitas Dipenogoro, Semarang, 2009. Agrianti. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kualitas Auditor, Pergantian Auditor, dan Independensi Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Vol.12 No.2, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Lampung, 2009. Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. “Komisaris Independen; Penggerak Praktik GCG di Perusahaan”, PT Indeks kelompok Gramedia, Jakarta, 2004. Antaranews. “Komisaris Bongkar Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan PT Kereta Api”,http://www.antaranews.com/berita/38743/komisaris-bongkar-dugaanmanipulasi-laporan-keuangan-pt-kereta-api. Diakses pada 20 Desember 2015 pukul 16.00 WIB. Arifin. “Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro, Semarang, 2005. Astria, Tia. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Brilianti, Dinny Prastiwi. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Leverage, dan Komite Audit terhadap Konservatisme Akuntansi”, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2013. Citra, Nesia Elva. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Padang, 2013. Detik, “Bursa India Diguncang Skandal Keuangan Satyam”, http://finance.detik.com/read/2009/01/07/150554/1064537/6/bursa-indiadiguncang-skandal-keuangan-satyam. Diakses pada 20 Desember 2015 pukul 16.00 WIB. Effendi, Muhammad Arief, “The Power Of Good Corporate Governance; Teori dan Implementasi”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Fajaryani, Atik. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di
118
BEI Periode 2008-2013)”, Vol. IV No. 1, Jurnal Nominal, Yogyakarta, 2015. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”, Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2013. Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010. Hamid, Abdul, “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. Haniati, Sri dan Fitriany, “Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme”, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 2010. Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi, Februari 2010. Haryani, et al. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi sebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh, 2011. Hery, “Setiap Auditor Harus Baca Buku Ini”, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2013 IAI, “Standar Akuntansi Keuangan”, IAI, Jakarta, 2012. Jama’an, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik di BEJ) ”, Tesis Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Jao, Robert dan Gagaring Pagalung, “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Vol. 8, No.1, Jurnal Akuntansi dan Auditing, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2011. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Komite Audit.
107
Keputusan Menteri Keuangan Nomor. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor. PER–01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik Negara. _______, Nomor. PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit bagi BUMN. Kharisma, Bayu, “Good Governance sebagai Suatu Konsep dan Mengapa Penting dalam Sektor Publik dan Swasta: Suatu Pendekatan Ekonomi Kelembagaan”, Vol. 19 No.1, Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 2014. Kieso, E, Weygandt J Jerry dan Warfield Terry D, “Akuntansi Intermediate”, Erlangga, 2008. Komite Nasional Good Corporate Governance (KNKG), “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, 2006. Kompasiana, “Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis)”, http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farmaetika-bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb. Diakses pada 20 Desember 2015 pukul 16.00 WIB. Mayangsari, Sekar, “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 2003. Mutia, Evi, Zuraida, Devi Andriani, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR pada perusahaan Manufaktur di BEI”, Vol.4 No.2, Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi, Aceh, 2011 Nasution, M dan Doddy Setiawan, “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007. Nicolin, Octavia dan Arifin Sabeni, “Pengaruh Struktur Corporate Governance, Audit Tenure, dan Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Vol.2 No.3, Dipenogoro Journal of Accounting, Semarang, 2013. Ningsaptiti, Restie, “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro, 2010.
108
Oktadella, Dewanti, “Analisis Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Skripsi, Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011. Okpala, Kenneth Enoch, “Audit Committee and Integrity of Financial Statements: A Preventive Mechanism for Corporate Failure”, Vol. II, Australian Journal of Business and Management Research, Australia, 2012. Pramana, Arif Duta, “Pengaruh Tingkat Keuangan dan Tingkat Hutang terhadap Konservatisme dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi”, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2010. Rahmina, Listya Y dan Sukrisno Agoes, “Influence of Auditor Independence, Audit Tenure, and Audit Fee on Audit Quality of Members of Capital Market Accountant Forum in Indonesia”, Procedia Social and Behavioral Sciences, Malaysia, 2014. Rozania, Ratna Anggraini, Marsellisa Nindito, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Pergantian Auditor, dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado, 2013. Sari, Septiana Sari dan Nur Fadjrih Asyik, “Pengaruh Leverage dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”, Vol. 2 No.6, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Surabaya, 2013. Saputra, Wahyudi, Desmiawati, Yunaeita Anisma, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Vol. 1 No.2, JOM FEKON, Pekanbaru, 2014. Seswanto, Herbowo, “Pengaruh Konservatisme terhadap Kualitas Laba dengan Pendekatan Accounting Based dan Market Based”, Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia, Depok, 2012. Susiana, Arleen Herawaty, “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007. Taures, S, “Analisis Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dengan Pengungkapan Risiko”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro, 2011.
109
Tempo, “Tiga Direksi Waskita Dinonaktifkan”, https://bisnis.tempo.co/read/news/2009/08/28/090194968/tiga-direksiwaskita-dinonaktifkan. Diakses pada 20 Desember 2015 pukul 16.00 WIB. Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Widya, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Akuntansi Konservatif”, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 2005. Wulandari, Yani dan I Ketut Budiartha, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Komite Audit, Komisaris Independen, dan Dewan Direksi terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi Udayana, Bali, 2014. www.idx.co.id
110
LAMPIRAN
118
Lampiran 1: Populasi Penelitian Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No
Kode
Emiten
1
ADHI
Adhi Karya Tbk.
2
ANTM
Aneka Tambang Tbk.
3
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk.
4
BBRI
Bank Rakyat Indonesia Tbk.
5
BBTN
Bank Tabungan Negara Tbk.
6
BMRI
Bank Mandiri Tbk.
7
GIAA
Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
8
INAF
Indofarma (Persero) Tbk.
9
JMSR
Jasa Marga Tbk.
10
KAEF
Kimia Farma Tbk.
11
KRAS
Krakatau Steel Tbk.
12
PGAS
Perusahaan Gas Negara Tbk.
13
PTBA
Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk.
14
PTPP
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
15
SMBR
Semen Baturaja Tbk.
16
SMGR
Semen Gresik Tbk.
17
TINS
Timah (Persero) Tbk.
18
TLKM
Telkom Indonesia Tbk.
19
WIKA
Wijaya Karya Tbk.
20
WSKT
Waskita Karya Tbk.
112
21
WTON
Wijaya Karya Beton Tbk.
Lampiran 2: Sampel Penelitian Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No
Kode
Emiten
1
ADHI
Adhi Karya Tbk.
2
ANTM
Aneka Tambang Tbk.
3
BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk.
4
BBRI
Bank Rakyat Indonesia Tbk.
5
BBTN
Bank Tabungan Negara Tbk.
6
BMRI
Bank Mandiri Tbk.
7
INAF
Indofarma (Persero) Tbk.
8
JMSR
Jasa Marga Tbk.
9
KAEF
Kimia Farma Tbk.
10
PTBA
Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk.
11
PTPP
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
12
SMGR
Semen Gresik Tbk.
13
TINS
Timah (Persero) Tbk.
14
TLKM
Telkom Indonesia Tbk.
15
WIKA
Wijaya Karya Tbk.
113
Lampiran 3: Hasil Output SPSS Regresi Linear Berganda Descriptive Statistics N INTS MANJ KAUD KIND ATEN SIZE ILK Valid (listwise)
Minimum 75 75 75 75 75 75 75 75
N
,51000 ,00000 2,00000 ,25000 ,00000 27,32172 1,00000
Maximum ,98976 ,00411 8,00000 ,71429 1,00000 34,38217 8,00000
Mean ,7007864 ,0004187 4,2666667 ,4266976 ,8000000 30,9002828 2,6533333
Std. Deviation ,15143713 ,00081058 1,28750055 ,10490140 ,40269363 1,89871935 1,35060881
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
SIZE, ATEN, . INTS, MANJ, KAUD, KIND
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ILK
Model Summaryb Model 1
R
R Square a
,482
,232
Adjusted R Square ,165
Std. Error of the Estimate 1,23441058
a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INT, MAN, KAUD, KIND b. Dependent Variable: ILK
114
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
df
Mean Square
31,370
6
5,228
Residual
103,616
68
1,524
Total
134,987
74
F
Sig. ,005a
3,431
a. Predictors: (Constant), SIZE, ATEN, INTS, MANJ, KAUD, KIND b. Dependent Variable: ILK
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1(Constant)
-2,604
2,804
-,742
1,076
MANJ
-466,594
KAUD
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Toleranc e
VIF
-,929
,356
-,083
-,690
,493
,776
1,289
187,156
-,280
-2,493
,015
,895
1,118
-,320
,134
-,305
-2,388
,020
,691
1,447
KIND
-3,836
1,902
-,298
-2,016
,048
,517
1,934
ATEN
,760
,375
,227
2,027
,047
,904
1,106
SIZE
,271
,104
,381
2,602
,011
,528
1,896
INTS
a. Dependent Variable: ILK
115
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1,669
1,928
INTS
-,699
,740
MANJ
-14,967
KAUD
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. ,866
,390
-,126
-,945
,348
128,726
-,014
-,116
,908
-,067
,092
-,102
-,725
,471
KIND
-,722
1,308
-,090
-,552
,583
ATEN
,293
,258
,140
1,138
,259
SIZE
,000
,072
,001
,005
,996
a. Dependent Variable: ABSUT
116
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
75 ,0000000 1,18330918 ,132 ,132 -,081 1,143 ,146
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2tailed)
-,15927 37 38 75 33 -1,278 ,201
a. Median
117
Lampiran 4: Analisis Variabel Independen (Kepemilikan Institusional, Manajerial, Komite Audit, Komisaris Independen) No
Nama
Tahun
Jumlah
Jumlah
Jumlah Saham
Kepemilikan
Kepemilikan
Jumlah
Jumlah
Saham
Saham
Beredar
Institusional
Manajerial
Komite
Komisaris
Institusional
Manajerial
Independen
Komisaris Independen
Audit
1
ADHI
2010
1.008.680.000
4.905.000
1.801.320.000
0,55997
0,00272
3
5
2
0,40000
2
ADHI
2011
1.008.680.000
850.000
1.801.320.000
0,55997
0,00047
3
5
2
0,40000
3
ADHI
2012
1.008.680.000
850.000
1.801.320.000
0,55997
0,00047
3
6
2
0,33333
4
ADHI
2013
1.008.680.000
100.000
1.801.320.000
0,55997
0,00006
3
6
2
0,33333
5
ADHI
2014
918.680.000
5.400
1.801.320.000
0,51000
0,00000
2
6
2
0,33333
6
ANTM
2010
6.200.000.000
511.250
9.538.459.750
0,65000
0,00005
6
4
2
0,50000
7
ANTM
2011
6.200.000.000
594.750
9.538.459.750
0,65000
0,00006
7
6
2
0,33333
8
ANTM
2012
6.200.000.000
1.110.500
9.538.459.750
0,65000
0,00012
6
6
2
0,33333
9
ANTM
2013
6.200.000.000
1.147.250
9.538.459.750
0,65000
0,00012
6
6
2
0,33333
10
ANTM
2014
6.200.000.000
1.200.750
9.538.459.750
0,65000
0,00013
4
6
2
0,33333
11
BBNI
2010
18.190.195.450
691.423
18.648.656.458
0,97542
0,00004
4
7
4
0,57143
12
BBNI
2011
18.190.195.450
685.926
18.648.656.458
0,97542
0,00004
4
7
4
0,57143
13
BBNI
2012
18.190.195.450
39.834.068
18.648.656.458
0,97542
0,00214
4
7
4
0,57143
14
BBNI
2013
18.190.195.450
40.931.446
18.648.656.458
0,97542
0,00219
3
7
4
0,57143
15
BBNI
2014
18.129.767.700
37.541.246
18.648.656.458
0,97218
0,00201
3
8
4
0,50000
16
BBRI
2010
7.000.000.000
0
12.334.581.000
0,56751
0,00000
6
7
4
0,57143
17
BBRI
2011
14.000.000.000
0
24.669.162.000
0,56751
0,00000
6
6
3
0,50000
18
BBRI
2012
14.000.000.000
0
24.669.162.000
0,56751
0,00000
8
8
5
0,62500
118
19
BBRI
2013
14.000.000.000
0
24.669.162.000
0,56751
0,00000
8
8
5
0,62500
20
BBRI
2014
14.000.000.000
0
24.669.162.000
0,56751
0,00000
6
7
5
0,71429
21
BBTN
2010
6.354.000.000
0
8.714.057.000
0,72917
0,00000
4
5
3
0,60000
22
BBTN
2011
6.354.000.000
14.727.500
8.835.970.500
0,71911
0,00167
4
6
3
0,50000
23
BBTN
2012
7.027.294.079
9.945.650
10.356.440.500
0,67854
0,00096
3
6
3
0,50000
24
BBTN
2013
6.895.719.968
14.124.650
10.564.853.500
0,65270
0,00134
5
6
3
0,50000
25
BBTN
2014
6.449.597.181
5.396.150
10.567.696.000
0,61031
0,00051
4
6
3
0,50000
26
BMRI
2010
20.716.184.651
0
20.996.494.742
0,98665
0,00000
5
7
4
0,57143
27
BMRI
2011
22.914.330.556
24.034.591
23.333.333.333
0,98204
0,00103
5
7
4
0,57143
28
BMRI
2012
23.094.488.419
22.132.760
23.333.333.333
0,98976
0,00095
6
7
4
0,57143
29
BMRI
2013
23.041.402.931
15.598.741
23.333.333.333
0,98749
0,00067
6
7
4
0,57143
30
BMRI
2014
16.827.792.265
13.892.900
23.333.333.333
0,72119
0,00060
6
7
4
0,57143
31
INAF
2010
2.500.000.001
364.000
3.099.267.500
0,80664
0,00012
5
4
1
0,25000
32
INAF
2011
2.500.000.001
0
3.099.267.500
0,80664
0,00000
5
5
2
0,40000
33
INAF
2012
2.500.000.001
0
3.099.267.500
0,80664
0,00000
4
5
2
0,40000
34
INAF
2013
2.500.000.001
0
3.099.267.500
0,80664
0,00000
3
4
2
0,50000
35
INAF
2014
2.500.000.001
0
3.099.267.500
0,80664
0,00000
3
3
1
0,33333
36
JSMR
2010
4.930.191.500
1.945.500
6.800.000.099
0,72503
0,00029
4
6
2
0,33333
37
JSMR
2011
4.894.289.500
1.459.000
6.800.000.000
0,71975
0,00021
3
7
3
0,42857
38
JSMR
2012
4.875.689.500
961.500
6.800.000.000
0,71701
0,00014
3
5
2
0,40000
39
JSMR
2013
4.908.751.000
961.500
6.800.000.000
0,72188
0,00014
3
6
2
0,33333
40
JSMR
2014
4.760.000.000
801.500
6.800.000.000
0,70000
0,00012
3
6
2
0,33333
41
KAEF
2010
5.000.000.000
272.500
5.554.000.000
0,90025
0,00005
3
4
2
0,50000
119
42
KAEF
2011
5.000.000.000
272.500
5.554.000.000
0,90025
0,00005
4
5
2
0,40000
43
KAEF
2012
5.000.000.000
125.000
5.554.000.000
0,90025
0,00002
3
5
2
0,40000
44
KAEF
2013
5.000.000.000
125.000
5.554.000.000
0,90025
0,00002
3
5
2
0,40000
45
KAEF
2014
5.000.000.000
125.000
5.554.000.000
0,90025
0,00002
3
5
2
0,40000
46
PTBA
2010
2.077.272.148
373.000
2.304.131.850
0,90154
0,00016
3
5
2
0,40000
47
PTBA
2011
2.000.112.401
60.000
2.304.131.850
0,86805
0,00003
3
6
2
0,33333
48
PTBA
2012
1.930.209.673
60.000
2.304.131.850
0,83772
0,00003
3
6
2
0,33333
49
PTBA
2013
1.498.087.500
60.000
2.304.131.850
0,65017
0,00003
4
6
2
0,33333
50
PTBA
2014
1.498.087.500
60.000
2.304.131.850
0,65017
0,00003
4
6
2
0,33333
51
PTPP
2010
2.469.642.760
0
4.842.436.500
0,51000
0,00000
4
3
1
0,33333
52
PTPP
2011
2.469.642.760
0
4.842.436.500
0,51000
0,00000
4
4
1
0,25000
53
PTPP
2012
2.469.642.760
0
4.842.436.500
0,51000
0,00000
4
6
2
0,33333
54
PTPP
2013
2.469.642.760
0
4.842.436.500
0,51000
0,00000
4
5
2
0,40000
55
PTPP
2014
2.469.642.760
0
4.842.436.500
0,51000
0,00000
4
5
2
0,40000
56
SMGR
2010
3.025.406.000
0
5.931.520.000
0,51006
0,00000
3
4
1
0,25000
57
SMGR
2011
3.025.406.000
0
5.931.520.000
0,51006
0,00000
3
6
2
0,33333
58
SMGR
2012
3.025.406.000
0
5.931.520.000
0,51006
0,00000
4
6
3
0,50000
59
SMGR
2013
3.025.406.000
0
5.931.520.000
0,51006
0,00000
4
6
2
0,33333
60
SMGR
2014
3.025.406.000
58.400
5.931.520.000
0,51006
0,00001
4
6
2
0,33333
61
TINS
2010
3.271.470.000
20.000
5.033.020.000
0,65000
0,00000
5
6
3
0,50000
62
TINS
2011
3.271.470.000
20.000
5.033.020.000
0,65000
0,00000
4
6
3
0,50000
63
TINS
2012
3.271.470.000
120.000
5.033.020.000
0,65000
0,00002
4
6
3
0,50000
64
TINS
2013
3.271.470.000
340.000
5.033.020.000
0,65000
0,00007
4
6
3
0,50000
120
65
TINS
2014
4.841.053.952
560.338
7.447.753.454
0,65000
0,00008
4
5
2
0,40000
66
TLKM
2010
12.715.441.368
23.112
20.159.999.280
0,63073
0,00000
5
4
1
0,25000
67
TLKM
2011
13.273.436.248
23.112
20.159.999.280
0,65840
0,00000
6
5
2
0,40000
68
TLKM
2012
12.518.158.928
5.724
20.159.999.280
0,62094
0,00000
6
5
2
0,40000
69
TLKM
2013
61.633.483.340
29.160
100.799.996.400
0,61144
0,00000
5
6
2
0,33333
70
TLKM
2014
61.075.273.740
88.620
100.799.996.400
0,60591
0,00000
5
7
3
0,42857
71
WIKA
2010
4.000.000.000
13.036.500
6.001.540.500
0,66650
0,00217
3
5
2
0,40000
72
WIKA
2011
4.000.000.000
13.036.500
6.027.267.500
0,66365
0,00216
3
5
2
0,40000
73
WIKA
2012
4.000.000.000
25.121.500
6.105.627.500
0,65513
0,00411
5
6
2
0,33333
74
WIKA
2013
4.000.000.000
13.474.500
6.139.968.000
0,65147
0,00219
5
6
2
0,33333
75
WIKA
2014
4.000.000.000
4.769.000
6.149.225.000
0,65049
0,00078
6
5
2
0,40000
Lampiran 5: Analisis Variabel Independen (Audit Tenure, dan Ukuran Perusahaan) No
Nama
Tahun
Audit Tenure
Ukuran Perusahaan
Nama Kantor Akuntan Publik
Nilai
Total Asset
LN Asset
1
ADHI
2010
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
4.927.696.202.275
29,22589269
2
ADHI
2011
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
6.112.953.591.126
29,44143118
3
ADHI
2012
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
7.872.073.635.468
29,69434263
4
ADHI
2013
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
9.720.961.764.422
29,90530568
5
ADHI
2014
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
10.458.881.684.274
29,97847266
6
ANTM
2010
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
10.573.147.722.000
29,98933867
121
7
ANTM
2011
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
15.201.235.077.000
30,3523978
8
ANTM
2012
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
19.708.540.946.000
30,61207321
9
ANTM
2013
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0
21.865.117.391.000
30,71591367
10
ANTM
2014
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0
22.044.202.220.000
30,72407075
11
BBNI
2010
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
0
248.580.529.000.000
33,14678797
12
BBNI
2011
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
0
299.058.161.000.000
33,33165919
13
BBNI
2012
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
333.303.506.000.000
33,44007462
14
BBNI
2013
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
386.654.815.000.000
33,58855346
15
BBNI
2014
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
416.573.708.000.000
33,66308453
16
BBRI
2010
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
404.285.602.000.000
33,63314268
17
BBRI
2011
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
469.899.284.000.000
33,7835395
18
BBRI
2012
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
551.336.790.000.000
33,94336697
19
BBRI
2013
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
626.182.926.000.000
34,07066366
20
BBRI
2014
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
801.955.021.000.000
34,31807364
21
BBTN
2010
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
68.385.539.000.000
31,8561825
22
BBTN
2011
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
89.121.459.000.000
32,12102126
23
BBTN
2012
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
111.748.593.000.000
32,34727276
24
BBTN
2013
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
131.169.730.000.000
32,50751325
25
BBTN
2014
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
144.575.961.000.000
32,60482617
26
BMRI
2010
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
449.774.551.000.000
33,73976758
27
BMRI
2011
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
551.891.704.000.000
33,94437295
28
BMRI
2012
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
635.618.708.000.000
34,08561998
29
BMRI
2013
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
733.099.762.000.000
34,22830291
122
30
BMRI
2014
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
855.039.673.000.000
34,38216898
31
INAF
2010
Husni, Mucharam &Rasidi
0
733.957.862.392
27,32171746
32
INAF
2011
Husni, Mucharam &Rasidi
0
1.114.901.669.774
27,73978733
33
INAF
2012
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
1.188.618.790.410
27,80381307
34
INAF
2013
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
1.294.510.669.195
27,88915388
35
INAF
2014
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
1.248.343.275.406
27,85283841
36
JSMR
2010
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0
18.952.129.334.000
30,57293741
37
JSMR
2011
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0
21.432.133.718.000
30,69591249
38
JSMR
2012
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
24.753.551.441.000
30,83999009
39
JSMR
2013
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
28.366.345.328.000
30,97622453
40
JSMR
2014
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
1
31.857.947.989.000
31,09230801
41
KAEF
2010
Hendrawinata Gani & Hidayat
0
1.657.291.834.312
28,13620596
42
KAEF
2011
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
1.794.399.675.018
28,21569164
43
KAEF
2012
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
2.076.347.580.785
28,3616315
44
KAEF
2013
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
2.471.939.548.890
28,5360242
45
KAEF
2014
Hendrawinata Eddy & Siddharta (Kreston Internasional)
1
2.968.184.626.297
28,71897164
46
PTBA
2010
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
8.772.699.000.000
29,80266563
47
PTBA
2011
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
11.507.104.000.000
30,0739857
48
PTBA
2012
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
12.728.981.000.000
30,17490248
49
PTBA
2013
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
11.677.155.000.000
30,08865548
50
PTBA
2014
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
1
14.812.023.000.000
30,32646033
51
PTPP
2010
Soejatna, Mulyana & Rekan
1
5.444.073.899.824
29,32554878
52
PTPP
2011
Soejatna, Mulyana & Rekan
1
6.933.353.587.843
29,56736474
123
53
PTPP
2012
Soejatna, Mulyana & Rekan
1
8.550.850.524.674
29,77705187
54
PTPP
2013
Soejatna, Mulyana & Rekan
1
12.415.669.401.062
30,14998045
55
PTPP
2014
Soejatna, Mulyana & Rekan
1
14.611.864.850.970
30,31285498
56
SMGR
2010
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
15.562.998.946.000
30,37591735
57
SMGR
2011
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
19.661.602.767.000
30,60968875
58
SMGR
2012
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
26.579.083.786.000
30,9111457
59
SMGR
2013
Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte)
0
30.792.884.092.000
31,05830474
60
SMGR
2014
Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte)
0
34.314.666.027.000
31,16659396
61
TINS
2010
Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte)
1
5.881.108.000.000
29,4027663
62
TINS
2011
Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte)
1
6.569.807.000.000
29,51350557
63
TINS
2012
Osman Bing Satrio &Eny (Deloitte)
1
6.101.007.000.000
29,43947496
64
TINS
2013
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0
7.883.294.000.000
29,69576695
65
TINS
2014
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0
9.752.477.000.000
29,90854242
66
TLKM
2010
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0
99.758.447.000.000
32,23377285
67
TLKM
2011
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0
103.054.000.000.000
32,26627424
68
TLKM
2012
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
111.369.000.000.000
32,34387013
69
TLKM
2013
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
127.951.000.000.000
32,48266849
70
TLKM
2014
Purwanto, Suherman & Surja (Ernst&Young)
1
140.895.000.000.000
32,57903605
71
WIKA
2010
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
1
6.286.304.902.000
29,46939456
72
WIKA
2011
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
1
8.322.979.571.000
29,75004143
73
WIKA
2012
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
1
10.945.209.418.000
30,02392298
74
WIKA
2013
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
1
12.594.962.700.000
30,16431806
75
WIKA
2014
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
1
15.915.161.682.000
30,39829334
124
Lampiran 6 : Analisis Variabel Dependen (Integritas Laporan Keuangan) No
Nama
Tahun
Integritas Laporan Keuangan Harga Pasar Saham per
Total Ekuitas
31 Desember
Jumlah Saham
Nilai Buku
Integritas
Beredar
Saham per 31
Laporan
Desember
Keuangan
1
ADHI
2010
910
861.113.484.045
1.801.320.000
478
2
2
ADHI
2011
580
990.367.790.588
1.801.320.000
550
1
3
ADHI
2012
1.760
1.180.918.969.692
1.801.320.000
656
3
4
ADHI
2013
1.510
1.548.462.792.571
1.801.320.000
860
2
5
ADHI
2014
3.480
1.751.543.349.644
1.801.320.000
972
4
6
ANTM
2010
2.450
8.835.268.321.000
9.538.459.749
926
3
7
ANTM
2011
1.620
10.772.043.550.000
9.538.459.749
1.129
1
8
ANTM
2012
1.280
12.832.316.056.000
9.538.459.749
1.345
1
9
ANTM
2013
1.090
12.793.487.532.000
9.538.459.750
1.341
1
10
ANTM
2014
1.065
11.929.561.267.000
9.538.459.750
1.251
1
11
BBNI
2010
3.875
33.119.626.000.000
18.648.656.458
1.776
2
12
BBNI
2011
3.800
37.843.024.000.000
18.648.656.458
2.029
2
13
BBNI
2012
3.700
43.525.291.000.000
18.648.656.458
2.334
2
14
BBNI
2013
3.950
47.683.505.000.000
18.648.656.458
2.557
2
15
BBNI
2014
6.100
61.021.308.000.000
18.648.656.458
3.272
2
16
BBRI
2010
10.500
36.673.110.000.000
12.334.581.000
2.973
4
17
BBRI
2011
6.750
49.820.329.000.000
24.669.162.000
2.020
3
18
BBRI
2012
6.950
64.881.779.000.000
24.669.162.000
2.630
3
125
19
BBRI
2013
7.250
79.326.422.000.000
24.669.162.000
3.216
2
20
BBRI
2014
11.650
97.737.429.000.000
24.669.162.000
3.962
3
21
BBTN
2010
1.640
6.447.278.000.000
8.623.000.000
748
2
22
BBTN
2011
1.210
7.321.643.000.000
8.835.970.500
829
1
23
BBTN
2012
1.450
10.278.871.000.000
10.356.440.500
993
1
24
BBTN
2013
870
11.556.753.000.000
10.564.853.500
1.094
1
25
BBTN
2014
1.205
12.206.406.000.000
10.567.696.000
1.155
1
26
BMRI
2010
6.500
41.542.808.000.000
20.996.494.742
1.979
3
27
BMRI
2011
6.750
62.654.408.000.000
23.333.333.333
2.685
3
28
BMRI
2012
8.100
76.532.865.000.000
23.333.333.333
3.280
2
29
BMRI
2013
7.850
88.790.596.000.000
23.333.333.333
3.805
2
30
BMRI
2014
10.775
104.844.562.000.000
23.333.333.333
4.493
2
31
INAF
2010
80
311.268.183.245
3.099.267.500
100
1
32
INAF
2011
163
609.193.834.668
3.099.267.500
197
1
33
INAF
2012
330
650.102.176.989
3.099.267.500
210
2
34
INAF
2013
153
590.793.367.889
3.099.267.500
191
1
35
INAF
2014
355
591.963.192.465
3.099.267.500
191
2
36
JSMR
2010
3.425
7.740.013.867.000
6.800.000.000
1.138
3
37
JSMR
2011
4.200
9.420.280.261.000
6.800.000.000
1.385
3
38
JSMR
2012
5.450
9.787.785.568.000
6.800.000.000
1.439
4
39
JSMR
2013
4.725
10.866.980.040.000
6.800.000.000
1.598
3
40
JSMR
2014
7.050
11.424.995.629.000
6.800.000.000
1.680
4
41
KAEF
2010
159
1.114.028.943.712
5.554.000.000
201
1
126
42
KAEF
2011
340
1.252.505.683.826
5.554.000.000
226
2
43
KAEF
2012
740
1.441.533.689.666
5.554.000.000
260
3
44
KAEF
2013
590
1.624.354.688.981
5.554.000.000
292
2
45
KAEF
2014
1.465
1.811.143.949.913
5.554.000.000
326
4
46
PTBA
2010
22.950
6.366.736.000.000
2.304.131.850
2.763
8
47
PTBA
2011
17.350
8.165.002.000.000
2.304.131.850
3.544
5
48
PTBA
2012
15.100
8.505.169.000.000
2.304.131.850
3.691
4
49
PTBA
2013
10.200
7.551.569.000.000
2.304.131.850
3.277
3
50
PTBA
2014
12.500
8.670.842.000.000
2.304.131.850
3.763
3
51
PTPP
2010
800
1.261.842.880.698
4.842.436.500
261
3
52
PTPP
2011
485
1.425.439.849.740
4.842.436.500
294
2
53
PTPP
2012
830
1.655.849.031.797
4.842.436.500
342
2
54
PTPP
2013
1.160
1.984.747.306.312
4.842.436.500
410
3
55
PTPP
2014
3.575
2.390.270.175.491
4.842.436.500
494
7
56
SMGR
2010
9.450
12.006.438.613.000
5.931.520.000
2.024
5
57
SMGR
2011
11.450
14.615.096.979.000
5.931.520.000
2.464
5
58
SMGR
2012
15.850
18.164.854.648.000
5.931.520.000
3.062
5
59
SMGR
2013
14.150
21.803.975.875.000
5.931.520.000
3.676
4
60
SMGR
2014
16.200
25.002.451.936.000
5.931.520.000
4.215
4
61
TINS
2010
2.750
4.202.765.000.000
5.033.020.000
835
3
62
TINS
2011
1.670
4.597.795.000.000
5.033.020.000
914
2
63
TINS
2012
1.540
4.558.200.000.000
5.033.020.000
906
2
64
TINS
2013
1.600
4.892.110.000.000
5.033.020.000
972
2
127
65
TINS
2014
1.230
5.608.242.000.000
7.447.753.454
753
2
66
TLKM
2010
7.950
44.418.742.000.000
20.159.999.280
2.203
4
67
TLKM
2011
7.050
60.981.000.000.000
20.159.999.280
3.025
2
68
TLKM
2012
9.050
66.978.000.000.000
20.159.999.280
3.322
3
69
TLKM
2013
2.150
77.424.000.000.000
100.799.996.400
768
3
70
TLKM
2014
2.865
86.125.000.000.000
100.799.996.400
854
3
71
WIKA
2010
680
1.801.623.781.000
6.001.540.500
300
2
72
WIKA
2011
610
2.071.561.000.000
6.027.267.500
344
2
73
WIKA
2012
1.480
2.814.005.594.000
6.105.627.500
461
3
74
WIKA
2013
1.580
3.226.958.875.000
6.139.968.000
526
3
75
WIKA
2014
1.300
4.978.758.224.000
6.149.225.000
810
2
128