Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 128-139
PENGARUH LATIHAN FARTLEK TERHADAP KEMAMPUAN LARI 60 METER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG Oleh: Yogi Metra (Dosen Universitas PGRI Palembang) Abstrak Olahraga merupakan proses pendidikan yang memberikan sumbangan berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Salah satu materi olahraga atletik, lari jarak pendek. Masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang (2) adakah pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang. Berdasarkan hasil analisis data mengunakan uji hipotesis diperoleh t hitung sebesar 2,43 sedangkan t tabel pada tabel distribusi t dengan dk = 18 dan taraf kepercayaan 95 % ( x = 0.05 ) yaitu sebesar 1,73, sehingga t hitung = 2,43 > t tabel = 1.67. Dengan demikian terdapat pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan Lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang. Kata Kunci: Fartlek, Kemampuan Lari, 60 Meter THE EFFECT OF FARTLEK TRAINING TO THE RUNNING ABILITY (60 METERS) FOR THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT SMP SRIWIJAYA PALEMBANG Abstract Sport is an educational process that makes a valuable contribution to the growth and development of students. One of sport materials is athletics. The problems in this study were (1) the impact of Fartlek training for the ability to run 60 yards in the seventh grade students of SMPN Sriwijaya Palembang (2) whether or not Fartlek training give an effect to the ability to run 60 yards for the seventh grade students of SMPN Sriwijaya Palembang. The aim of this study was to identify and describe the influence of Fartlek training for the ability to run 60 yards in the seventh grade students of SMPN Sriwijaya Palembang. Based on the results of data analysis using the t test hypotheses, it was obtained that 2,43 and t table in table t distribution with df = 18 and 95% confidence level (x = 0.05) was equal to 1.73, so that t-obtained = 2.43> t table = 1.67. Thus, Fartlek training gives an effect on the ability to run 60 meters for the seventh grade students of SMPN Sriwijaya Palembang. Keywords: Fartlek, Running Ability, 60 Meter
128
Pengaruh Metode Rangkaian Bermain...(M. Taheri Akbar)
A. PENDAHULUAN Perkembangan olahraga tidak pernah kebudayaan,
pandangan
hidup,
dan
lepas
tingkat
dari situasi,
kemajuan
suatu
kondisi, bangsa.
Perkembangan olahraga suatu bangsa merupakan penjelmaan dari taraf hidup kemajuan bangsa itu sendiri. Dengan demikian, perkembangan yang semakin maju baik partisipasi maupun prestasi olahraga akan semakin terasa persaingan atlet secara individu maupun kelompok. Aspek latihan yang perlu dikembangkan pada siswa adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pembina olahraga dituntut untuk memahami tahaptahap latihan dari aspek-aspek latihan. Latihan fartlek atau speed play yang diciptakan oleh Gosta Holmen dari Swedia dengan tujuan untuk membangun, mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik berupa kecepatan, daya tahan, kelincahan atau kekuatan. Oleh karena itu, kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan. Kecepatan lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang, khususnya pada nomor lari 60 meter rata-rata masih rendah karena masih adanya kelemahan-kelemahan terutama daya tahan dan kecepatan yang dimiliki atlet. Oleh karena itu, diperlukan latihan-latihan yang sesuai untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan salah satunya dengan latihan fartlek. Pada cabang olahraga atletik lari 60 meter merupakan salah satu nomor yang dilombakan pada siswa SMP baik tingkat daerah maupun tingkat nasional. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang? (2) adakah pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang? Tujuan penelitian ini adalah untuk
129
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 128-139
mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh latihan fartlek terhadap kemampuan lari 60 meter pada siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang.
B. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Atletik Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi jalan, lari, lompat dan lempar. Kata ini berasal dari yunani athlon yang berarti “kontes”. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) .
2. Sejarah Atletik Atletik adalah event asli dari olimpiade pertama di tahun 776 sebelum Masehi, satu-satunya event adalah perlombaan lari atau state ada beberapa games yang digelar selama era klasik Eropa: Panhell Games The Pythian Game (dimulai sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun. The Isthmian Game (dimulai 523 sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tahun. The Roman Games berasal dari akar Yunani Murni, Romans Games memakai perlombaan lari dan melempar. Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di yunani, Olahraga Etruscan memakai pertempuran galiatoral, yang juga samasama 527 sebelum masehi di gelar di Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games (dimulai 51 memakai panggung). Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa kelt, teutonik dan goth yang juga digemari orang roma, tetapi olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang bangsawan akan dilatih dalam berlari, bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda, memanah dan pelatihan senjata. Kontes antarrival dan sahabat sangat umum di arena resmi maupun tidak resmi. Di abad 19, organisasi formal dari event moderen dimulai. Ini termasuk dengan olahraga reguler dan latihan di rezim sekolahan. Royal Millitary College di Sandhurst dilaksanakan pertama kali pada tahun 1812 sampai dengan 1825 130
Pengaruh Metode Rangkaian Bermain...(M. Taheri Akbar)
tetapi tanpa bukti nyata. Pertemuan yang paling tua diadakan di Shrewsbury, Shropshire di 1840 oleh royal Shrewsbury School Hunt. Atletik modern biasanya diorganisir sekitar lari 400 meter di lintasan pada semua event yang ada. Acara lapangan (melompat dan melempar) biasanya memakai tempat di dalam lintasan. Atletik termasuk di dalam olimpiade moderen di tahun 1896 dan membentuk dasar-dasarnya kemudian wanita pertama kali dibolehkan berpartisipasi di lintasan dan lapangan dalam event olimpiade tahun 1828. sebuah badan pengelola internasional dibentuk, IAAF dibentuk tahun 1912 (PASI, 1979:21).
3. Nomor-nomor Atletik Sajoto
(1988:61) mengemukakan bahwa nomor-nomor atletik sebagai
berikut. 1) Nomor Lari a. Lari jarak pendek (sprint:100 m,200 m dan 600 m). b. Lari jarak sedang / menengah (800 m, 1.500 m, dan 1.800 m). c. Lari jarak jauh (long distance): 5.000 m, 10.000 m dan marathon (42,195 km). 2) Nomor Lompat a. Lompat jauh. b. Lompat tinggi dan lompat tinggi galah. c. Lompat jangkit. 3) Nomor lempar a. Lempar lembing. b. Lempar cakram. c. Tolak peluru. d. Lontar martil.
3. Pengertian Latihan Menurut Gerry (2003:46), “Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah yang diberikan semakin hari semakin bertambah”.
131
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 128-139
Menurut Jonath (1987:68), “Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikn tekanan pada tubuh secara teratur sistematis berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktifitas fisik secara fisiologi, latihan ialah dapat dilihat hasil dan pengaruhnya dalam jangka waktu 46 minggu dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu”. Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa latihan adalah Proses yang sistematis yang dilakukan secara berkesinambungan dan berulang-ulang dengan prinsip kian hari beban kian bertambah.
4. Fartlek Menurut Sajoto (1988:213), “Latihan Fartlek adalah program latihan interval training yang tidak formal”. Latihan ini termasuk fast dan slow running yang bergantian. Fartlek adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan lari jarak jauh seperti halnya pada cross country. Bentuk latihan ini berasal dari Swedia yang berarti spee play atau bermain-main dengan kecepatan, waktu, latihan tidak dibatasi tetapi atlet bebas melakukan latihan ini dengan berbagai variasi bentuk lari sesuai dengan medianya. Sebaiknya untuk latihan fartlek ini dipilihnya latihan (medan) yang mempunyai pemandangan indah sedikit rintangan dengan lintasan yang berbeda-beda, seperti: lumpur keras, terjal, turun, pasir, rumput, salju atau lainnya. Banyak pelatih dan atlet memasukkan program latihan tersebut sebagai variasi dari latihan lari dalam intentitas tinggi, maupun variasi latihan interval. Walaupun para atlet bebas dalam melaksanakan latihannya tetapi secara periodik mereka harus mencapai tingkat intentitas yang tinggi pula. Berdasarkan di atas, peneliti disimpulkan bahwa latihan fartlek adalah segala upaya dari bentuk latihan yang tujuannya untuk meningkatkan daya tahan dan kecepatan dalam waktu yang lama. Fartlek biasanya dimulal dengan lari-lari lambat yang kemudian divariasi dengan sprint-sprint pendek yang intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan konstan yang cukup tinggi.
132
Pengaruh Metode Rangkaian Bermain...(M. Taheri Akbar)
5. Tujuan Latihan Fartlek Menurut Sajoto (1988:192), “Latihan fartlek merupakan bentuk latihan endurance. Adapun tujuan dilakukannya latihan endurance adalah untuk meningkatkkan kemampuan seluruh tubuh untuk selalu bergerak dalam tempo sedang sampai cepat, yang cukup lama”. Tujuan dari latihan tersebut adalah sama dengan cross country terutama untuk daya tahan atau stamina. Bentuk latihan ini baik sekali dilakukan pada periode persiapan atau bahkan pada periode latihan. Pelatih ataupun atlitnya sendiri dapat menentukan bentuk larinya maupun lamanya latihan, kecepatan bentuk lari dapat diatur dengan berbagai variasi sebagai berikut. 1. Mulai dengan lari lambat 5-10 menit. 2. Kecepatan yang konstan dan cukup tinggi. 3. Jalan cepat (istirahat aktif). 4. Lari lambat-lambat diselingi lari yang makin lama makin cepat (win sprint). 5. Lari lambat-lambat diselingi 3-4 langkah mendadak cepat. 6. Naik bukit dengan kecepatan tinggi. 7. Lari dengan tempo yang cepat (pace) selama 1 menit.
6. Bentuk Latihan Fartlek Fartlek merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan daya tahan, hal ini sesuai dengan pendapat Sajoto (1988:215) menyatakan bahwa fartlek merupakan bentuk latihan untuk meningkatkanya endurance. Bentk latihan endurance sebagai berikut. 1) Interval Training Dalam interval training terdapat bermacam-macam pembendaharaan istilah yang dipergunakan menyusun program-program latihan. Istilah-istilah tersebut meliputi: set, repetisi, waktu latihan, jarak latihan, frekuensi dan waktu istirahat antara repetasi dan set. 2) Latihan Interval Circuit Konsep latihan interval circuit ini adalah penggabungan latihan interval dan circuit training. Jarak circuit kira-kira satu sampai lima mil. Dengan stasiun
133
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 128-139
setiap jarak 400-1.600 yard. Para atlet melakukan jogging atau sprint di antara stasiun, kemudian berhenti disetiap stasiun untuk melakukan latihan kekuatan, fleksibilitas, atau melakukan latihan endurance otot dengan cara seperti pada circuit training biasa, dan kemudian melanjutkan jogging atau sprint, menuju ke stasiun berikutnya. Tempat yang dipakai latihan ini seperti tempat parkir yang cukup luas, atau dilakukan di tepi kota yang banyak pohon dan berbukitbukit. Tujuan latihan sama dengan cross country terutama untuk daya tahan atau stamina. Bentuk latihan in baik sekali dilakukan pada periode persiapan atau bahkan pada periode latihan.
7. Pengertian Lari 60 Meter Menurut Gerry (2003:24) “Sprint sebagai salah satu kategori cabang lomba mencakup semua jarak hingga 400 meter diklafikasikan sebagai sprint panjang. Sprint yang baik membutukan reaksi yang cepat, akselarasi yang baik, dan jenis lari yang efisien”. Sprinter juga harus mengembangkan start sprint yang baik dan mempertahankan kecepatan puncak selama mungkin. Latihan biasanya dimulai dengan latihan untuk meningkatkan tenaga, teknik dan daya tahan. Ketika perlombaan akan dimulai, kurangi latihan tenaga dan tekankan latihan pada “kualitas” sprint kecepatan tinggi. Atlet berusaha berlari pada kecepatan puncak dengan santai mungkin dan tekanan sekecil mungkin. Kebanyakan latihan teknik akan diselesaikan dalam prasesi lomba dan tidak dilupakan sepenuhnya dalam periode kompetisi. Bagi pemula yang berhadapan dengan sesi pendek dan hanya memiliki sedikit waktu untuk bersiap-siap, latihan harus dikonsentrasikan pada peningkatan teknik sprint dan kemampuan untuk tetap santai pada saat berlari pada kecepatan puncak. Menurut Jonath (1987:67), “Sprint adalah hasil kali antara panjang dan frekuensi ( jumlah perdetik ) langkahnya”. Untuk menambah kecepatan didalam berlari seorang atlet harus bisa memilih suatu kemungkinan yaitu, memperlebar langkah atau mempercepat frekuensi gerakan kaki dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang ditempuh. 134
Pengaruh Metode Rangkaian Bermain...(M. Taheri Akbar)
Seorang pelari jarak pendek (sprinter) yang potensi bila dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot persentase serabut otot cepat (fast twich) lebih besar atau tinggi dengan kemampuan sampai 40 kali perdetik dalam vitro dibanding dengan serabut otot lambat (slow twich) dengan kemampuan sampai 10 kali perdetik dalam vitro. Suatu analisa struktural prestasi lari jarak pendek dan kebutuhan latihan dan pembelajaran untuk memperbaiki harus dilihat sebagai suatu kombinasi yang kompleks dari proses-proses biomekanika, biomotor, dan energetic. Lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut. 1. Tahap reaksi dan dorongan (reaction dan drive). 2. Tahap percepatan (acceleration). 3. Tahap transisi atau perubahan (transition). 4. Tahap pemeliharaan kecepatan (maintenance speed). 5. Finish. Berdasarkan pernyataan di atas, disimpulkan bahwa sprint adalah kecepatan di dalam berlari yang merupakan hasil kali antara panjang dan frekuensi langkah dan membutuhkan serta membutuhkan reaksi yang cepat, akselarasi yang baik dan efisien.
C. METODE PENELITIAN Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. (Arikunto,2006:118). variabel dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan fartlex. 2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah lari 60 meter. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang untuk nomor lari 60 meter dengan jumlah populasi 20 orang.
135
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 128-139
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlahnya subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Mengingat populasi dalam penelitian ini lebih kecil dari 100, maka peneliti mengambil sampel seluruh jumlah siswa kelas VII SMP Negeri Sriwijaya Palembang berjumlah 20 orang sehingga dapat diartikan bahwa sampel penelitian ini adalah penelitian populasi. Sebelum
mengadakan
penelitian,
hal-hal
yang
dilakukan
dalam
mempersiapkan latihan ini sebagai berikut. 1. Mempersiapkan dan mengurusi kelengkapan surat izin penelitian dan tempat penelitian. 2. Menghubungi guru yang berperan dalam penelitian khususnya guru pendidikan jasmani dan kesehatan. 3. Mempersiapkan tenaga pembantu pelaksanaan penelitian dalam mengambil data. 4. Menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data sebagai berikut. - Stopwatch - Bendera kecil - Peluit - Alat tulis - Nomor peserta 5. Melaksanakan tes variabel yang diteliti melalui pengukuran sebagai berikut. - Sebelum melakukan tes lari 60 meter sampel diberikan untuk mencoba. - Masing-masing sampel diberi 3 kali kesempatan melakukan lari 60 meter. - Hasil dari lari 60 meter tersebut diambil dari waktu tercepat. - Pelaksanaan lari 60 meter sesuai dengan peraturan. (PASI, 1979:86) Pelaksanaan kegiatan penelitian terhadap sampel dalam penelitian ini sebagai berikut: a. melakukan test awal (pretest) lari 60 meter sebelum memberikan prilaku terhadap pelaku kelompok eksperimen; 136
Pengaruh Metode Rangkaian Bermain...(M. Taheri Akbar)
b. tereatmen yaitu dengan memberikan perilaku berupa latihan lari fartlek dengan bentuk latihan; c. melakukan test akhir(postest) lari 60 m melakukan tes akhir setelah mendapatkan perlakuan (kelompok eksperimen). Untuk menganalisa data digunakan rumus uji t dengan langkah-langkah sebagai beriikut :
Mx My
t=
(Arikunto, 2006:311)
x y2 1 1 2 Nx Ny Nx Ny
Y 2
x 2 Dapat diperoleh dari
X2
N
Y 2
Y Dapat diperoleh dari
Y
2
N
Keterangan : M : Mean dari perbedaan pretes dan post test perkelompok N
: Banyak mean
X
: Deviasi setiap nilai X2 dan X1
Y
: Deviasi setiap nilai Y2 dan Y1
X
: Kelompok Eksperimen
Y
: Kelompok Kontrol
Kriteria pengujian: Terima Ho Jika t hitung < t table ( 1-a ), dan ditolak Ha jika t hitung > t tabel (1-a),dimana t 1-a adalah t yang terdapat dalam tabel distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dan peluang ( 1-a ).
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, dapat dijelaskan bahwa temuan hasil hipotesis mengungkapkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian latihan lari fartlek terhadap hasil uji statistik t. jika t hitung diperoleh 650 sedangkan t 0.95 ( 18 ) adalah distribusi t dengan dk = 62 dan taraf kepercayaan 95 % ( œ = 0.05 ) tapi t 0.95 ( 18 ) tidak terdapat dalam tabel 137
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 128-139
distribusi t. maka harus ditentukan besarnya dengan cara interpilasi sehingga t hitung 650 > t 0.95 ( 18 ) = 1.67 dengan demikian tolak Ho yang berbunyi tidak ada pengaruh latihan fartlek terhadap lari 60 meter,dan terima Hi yang berbunyi ada pengaruh latihan fartlek terhadap lari 60 meter pada siswa SMP Negeri Sriwijaya Palembang. Pemberian latihan lari fartlek dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan lari 60 meter.
E. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian latihan lari fartlek terhadap hasil uji statistik t. jika t hitung diperoleh 650 sedangkan t 0.95 ( 18 ) adalah distribusi t dengan dk = 62 dan taraf kepercayaan 95 % ( œ = 0.05 ) tapi t 0.95 ( 18 ) tidak terdapat dalam tabel distribusi t. maka harus ditentukan besarnya dengan cara interpilasi sehingga t hitung 650 > t 0.95 ( 18 ) = 1.67 dengan demikian tolak Ho yang berbunyi tidak ada pengaruh latihan fartlek terhadap lari 60 meter,dan terima Hi yang berbunyi ada pengaruh latihan fartlek terhadap lari 60 meter pada siswa SMP Negeri Sriwijaya Palembang. Pemberian latihan lari fartlek dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan lari 60 meter. Bagi atlet lari sprint sebaiknya dapat melakukan latihan lari fartlek secara terus menerus dan seimbang, dengan cara yang benar dan bagi pelatih khususnya pelatih atletik lari jarak pendek bersedia menggunakan latihan lari fartlek agar dapat memperbaiki kemampuan lari jarak pendek ( sprint ) khususnya lari 60 meter.
138
Pengaruh Metode Rangkaian Bermain...(M. Taheri Akbar)
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Gerry A. Carr. 2003. Atletik untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jonath. 1987. Atletik 1. Jakarta: Rosda Jaya Putra. PASI. 1979. Pedoman Latihan Dasar Atletik-IAAF. Jakarta: PB PASI. Sajoto, Mochamad. 1988. Pembinaan Kondisi fisik dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
139