PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP LARI JARAK PENDEK 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS XI MAN MODEL GORONTALO
Yusuf La Olu, Ruskin, Ucok Hasian Rafiater Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Pengaruh Latihan Sirkuit Terhadap Lari Jarak Pendek 100 meter Pada Siswa Putra Kelas XI MAN Model Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Apakah dengan latihan sirkuit dapat mempengaruhi terhadap lari jarak pendek 100 meter?”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah latihan sirkuit mempunyai pengaruh terhadap lari jarak pendek 100 meter pada siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI 20 orang yang terdiri dari laki-laki keseluruhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. dengan rancangan penelitian digunakan berupa one group prestest and posttest design. Rancangan ini hanya meliputi satu kelompok yang diberikan tes awal, perlakuan, dan tes akhir. Hasil penelitian yang dianalisis melalui uji t tes diperoleh nilai thitung lebih besar dari harga tdaftar dimana harga thitung 16.8 sedangkan harga sebesar tdaftar 2.09. Ternyata harga thitung lebih besar dari pada harga tdaftar atau harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan sirkuit dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil sprints siswa. Kata Kunci : Latihan Sirkuit, Sprints 100 meter.
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu mengemukakan kaki untuk melangka, kemudian berjalan, lari terdiri dari lari jarak pendek, menengah dan jarak jauh, lompat terdiri dari lompat jauh, lompat jangkit, lompat gala, lompat tinggi, dan lempar terdiri dari lempar cakram, lempar lembing, lontar martil, tolak peluru. Bila dilihat dari arti atau istilah “Atletik” berasal dari bahasa Yunani yaitu Atlon atau Athlum yang berarti lomba/perlombaan atau pertandingan. Amerika dan sebagian di Eropa dan Asia sering memakai istilah/kata dengan Track and Field dan Negara Jerman memakai kata leicht athletik dan negara belanda memakai istilah athletiek. Olahraga atletik di indonesia khususnya di propinsi gorontalo, telah berkembang di kalangan siswa baik itu di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Prestasi belajar yang telah di capai para atlet pada cabang olahraga ini telah mengharumkan nama baik gorontalo, antara lain cabang olahraga atletik khususnya nomor lari jarak pendek. Berdasarkan hasil observasi di MAN Model Gorontalo, pada cabang olahraga atletik khususnya lari jarak pendek siswa belum mampu melakukan sprint dengan baik sesuai apa yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas dan pengembangan keterampilan siswa kelas XI MAN Model Gorontalo untuk meningkatkan atlet-atlet berkualitas, oleh karena itu penulis mengkaji permasalahan ini supaya dalam cabang atletik khususnya lari jarak pendek yaitu lari sprint 100 meter menjadi lebih baik peningkatan kualitas kecepatannya, karena dalam kegiatan sehari-hari proses pelatihan tentang lari sprint belum di latih dan cara pelatihan yang kurang mempengaruhi kecepatan dalam lari sprint. Jika di tinjau dari karakteristik olahraga Atletik khususnya lari jarak pendek 100 meter, olahraga ini sangat membutuhkan unsur-unsur komponen kondisi fisik yang meliputih kecepatan (speed), kelincahan (agility), kekuatan (strength), daya tahan (endurance), kelentukan (fleksiblitas), dan daya ledak (power). Karena hanya dengan memiliki enam unsur fisik tersebut siswa dapat 1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
mampu melakukan sprint dengan sebaik-baiknya dalam melakukan aktivitas lari jarak pendek atau sprint 100 meter. Mengacu masalah yang dialami siswa kelas XI MAN Model Gorontalo adalah siswa belum mampu melakukan sprint dengan baik, yang disebabkan oleh unsur kelincahan dan kecepatan untuk bergerak yang masih kurang. Maka dari itu perlu adanya latihan-latihan rutin, agar dapat menunjang dalam melakukan gerakan-gerakan nomor lari pada cabang olahraga atletik. Dalam hal ini perlu diberikan bentuk-bentik latihan kecepatan, kelincahan, kekuatan dan sebagainya. Bergerak yang sangat berperan dalam melakukan gerakan-gerakan lari sprint, pelari dapat bergerak dengan cepat dan melakukan sprint sekuat mungkin. Adapun bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah lari pelanpelan (jogging), naik turun bangku, sit up, pus up, lompat kijang, lari cepat 10 meter, lari bolak-balik, squat stras dan squat jump, shuttle run. Menggunakan bentuk latihan ini guna untuk membentuk kekuatan otot tungkai di antaranya adalah otot paha quadriceps, otot hamstrings dan otot betis gastrocnemius. Kenyataan menunjukan bahwa unsur latihan sirkuit sering diabaikan dalam pelaksanaan latihan. Hal ini tampak pada sebagian pelari hanya mengutamakan latihan kecepatan, kelincahan saja atau meniti beratkan pada latihan keterampilan bukan pada untuk kekuatan otot. Latihan sirkuit ini merupakan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan dimana latihan tersebut digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kekuatan otot. Hal ini dilakukan guna mencapai tujuan tertentu seperti memperbaiki kondisi fisik, kekuatan, kesehatan pada suatu cabang olahraga dan sebagainya. Untuk bisa melakukan sprint dengan baik, maka dilakukan program latihan sirkuit yang terarah baik yang menyangkut kondisi fisik, maupun teknik lari sprint. Selain itu, pelaksanaan latihan juga harus teratur dan sistematis, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Selain faktor kekuatan otot, faktor yang turut menunjang antara lain adalah faktor gizi. Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan 1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
jarak 400 meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut (Muhajir ,2004) dalam Ricky Saputra Jaya (2012:02) sprint atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m. Lari jarak pendek adalah lari yang menempuh jarak antara 100 m sampai dengan jarak 400 m (Munasifah, 2008: 04) dalam Luli Gita Adrianto (2011) Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi (Purnomo dan Dapan, 2011:04). Menurut Ballesteros (1993:04) komponen kecepatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk nomor lari jarak pendek. Lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari dari beberapa tahap yaitu: 1) tahap reaksi dan dorongan, 2) tahap percepatan, 3) tahap transisi/perubahan, dan 4) tahap pemeliharaan kecepatan. Bompa (1983:04) dalam Taufik Y.M (2005) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adalah (1) keturunan, (2) waktu reaksi, (3) kemampuan mengatasi hambatan eksternal, (4) teknik, (5) konsentrasi dan kemauan keras, dan (6) elastisitas otot. Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah. Untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;03) dalam Ricky Saputra Jaya (2012). Lomba lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
langkah dalam persatuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah. Dalam penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi tercapainya penguasaan teknik yang baik. Menurut (Thomson Peter J.L) (1993; 03) ada 5 (lima) kemampuan biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran atau komponen-komponen fitnes yaitu kekuatan 20%, daya tahan 20%, kecepatan 30%, kelentukan 10%, dan koordinasi 20%. 1. Kekuatan (Strength) Menurut M. Sajoto ( 1988:4), Kekuatan adalah kemampuan seseorang pada saat mempergunakan otot-ototnya untuk menerima beban kerja dalam rentang waktu yang tertentu. Secara fisiologis, otot adalah salah satu alat gerak manusia. Nossek (1982:5), membagi kekuatan menjadi 2 bagian, yaitu: a) Kekuatan statis yaitu kemampuan kontraksi otot dalam memegang, menarik, mendorong, dengan tidak terjadi pemanjangan otot (isometric). b) Kekuatan dinamis yaitu jenis kekuatan dimana tampak adanya gerakan pada anggota tubuh disebabkan karena otot memanjang dan memendek (isotonic). 2. Daya Tahan (Endurance) Harsono (2008:13), menyatakan bahwa daya tahan merupakan keadaan kondisi tubuh yang mampu bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah melakukan pekerjaan tersebut. 3. Kecepatan (Speed) M. Sajoto (2005:28), menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang singkat-singkatnya, seperti lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan ada kecepatan explosive. 4. Kelentukan (Flexibility) 1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
Menurut Len Kravizt (1997:25), menyatakan kelentukan adalah daerah gerak otot-otot dan persendiahan tubuh. Kelentukan sangatlah erat hubungannya dengan otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal. 5. Koordinasi (Coordination) M. Sajoto (2005:32) menyatakan bahwa koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam gerakan pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam bermain tenis, seseorang akan kelihatan memiliki koordinasi yang baik bila dapat bergerak kearah bola sambil mengayun raket kemudian memukul dengan teknik yang benar. Untuk dapat melatih atau berlatih secara efisien adalah melalui latihan sirkuit. Karena dalam latihan sirkuit ini akan tercakup unsur-unsur yang terlatih, seperti Kekuatan otot, ketahanan otot, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, dan ketahanan jantung-paru. Dan latihan-latihan ini harus merupakan siklus, sehingga tidak membosankan. Dalam satu sirkuit biasanya ada 6 sampai 10 pos. Menurut M. Sajoto (1995:07) latihan sirkuit adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikan latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Latihan Circuit merupakan sistim latihan yang dapat memperkembangkan secara serempak fitness keseluruhan dari tubuh, yaitu komponen power, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, dan komponen-komponen fisik lainnya. Pelaksanaan Circuit Training didasarkan pada asumsi bahwa seorang atlet akan dapat memperkembangkan kekuatannya, daya tahannya, kelincahannya, total fitnessnya dengan jalan : (1) melakukan sebanyak mungkin pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dan (2) melakukan suatu jumlah pekerjaan atau latihan dalam waktu yang singkat. 1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
Prestasi olahraga tidak akan meningkat jika dalam berlatih tidak berlandaskan prinsip-prinsip latihan. Banyak orang yang melakukan latihan tetapi sebenarnya mereka tidak melakukan latihan dengan benar. Sebelum kita bahas latihan lebih lanjut ada baiknya kita ketahui pengertian latihan. Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari kerja fisik yang dilakukan berulang-ulang dengan menerapkan prinsip-rinsip latihan. Adapun yang dimaksud sistematis bahwa latihan tersebut dilaksanakan secara berencana, teratur, berpola, dan berkesinambungan. Sedangkan berulang-ulang diartikan bahwa gerakan yang dipelajari dilakukan beberapa kali sehingga gerakan itu menjadi otomatis dan refleksif dalam koordinasi gerak yang lebih mulus dan efisien. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa latihan sirkuit dapat meningkatkan prestasi siswa terutama dalam nomor lari sprint 100 meter karena gerakan-gerakan dalam latihan sirkuit seperti kekuatan lari dan melangka secara horizontal dapat mengaktifkan otot-otot yang terdapat di dalam organ tubuh manusia. Selain itu juga dapat mempertinggi gaya koordinasi gerakkan dari otot-otot yang di latih. Dengan demikian dalam melakukan aktivitas latihan berupa latihan sirkuit di pandang memberikan dukungan yang sangat berarti pada kecepatan sprint. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah latihan sirkuit mempunyai pengaruh terhadap keterampilan lari jarak pendek 100 meter pada siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan yang ingin dikaji, maka dalam penelitian ini akan digunakan metode eksperimen, one group “Pre test and Pos test” yang untuk melihat gambar secara umum mengenai Pengaruh Latihan Sirkuit Terhadap Lari Jarak Pendek 100 meter Pada Siswa Putra Kelas XI Man Model Gorontalo. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan sirkuit terhadap lari 100 meter pada siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo. 1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X1 adalah skor data yang di peroleh melalui pengukuran pree-test atau test awal kecepatan lari jarak pendek 100 meter. Data hasil penelitian menunjukkan dari 20 sampel penelitian skor tertinggi untuk kecepatan lari jarak pendek 100 meter pada pree-test diperoleh nilai sebesar 19.18 dan terendah 13.00. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh skor rata-rata (𝑋) sebesar 15.34. Median sebesar 10.5. Modus sebesar 7 dan standar deviasi sebesar 1.872. Hasil distribusi dari data variabel (X1). Sedangkan Variabel X2 adalah skor data yang diperoleh melalui pengukuran post-test atau test akhir kecepatan lari jarak pendek 100 meter. Dari data hasil penelitian menunjukkan dari 20 sampel memperoleh skor tertinggi sebesar 18.21 dan skor terendah sebesar 12.12. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh skor rata-rata sebesar 14,40 median sebesar 10.5 modus sebesar 9, dan standar deviasi sebesar 1,791. Hasil distribusi data variabel X2 dan secara lengkap disajikan pada tabel berikut. Dilihat dari pengukuran besaran-besaran statistik diatas dapat diartikan bahwa adanya peningkatan kecepatan lari jarak pendek 100 meter pada siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo. Hal ini terbukti dari peningkatan rata-rata pada pree-test (X1) sebesar 15.34 dan post-test sebesar 14.40 (X2). Dengan demikian terjadi peningkatan yang sangat signifikan oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa semakin banyak melakukan latihan Sirkuit maka semakin baik pula kecepatan lari 100 meter yang dihasilkan. Sehingganya, latihan Sirkuit memberikan pengaruh terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo. Sebagai persyaratan dalam rangka pengujian hipotestis melalui analisis statistik parametrik, Maka pengujian homogenitas varians data perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari populasi dengan varians yang homogen atau tidak.
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
Berdasarkan kriteria pengujian bahwa, terima hipotestis varians populasi homogen jika : X2hitung ≤ X2daftar (1-α)(k-1) dengan taraf nyata α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = k-1, maka chi kuadrat hitung atau X2hitung diperoleh harga sebesar 0.68. Berdasarkan daftar tabel distribusi chi kuadrat pada α = 0,05 yaitu X2daftar(1α)(k-1)
atau X2daftar(1-0,05)(2-1) = X2daftar(0,95)(1) diperoleh harga sebesar = 3,84. Lebih jelasnya bahwa : X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau (0,68 < 3,84). Hal
ini sesuai dengan kriteria pengujian, sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian memiliki varians populasi yang homogen. Untuk menguji hipotestis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Sirkuit terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo, maka hal ini dapat dianalisis dengan pengujian analisis varians dua rata-rata dengan menggunakan rumus Uji t. Berdasarkan kriteria penggujian bahwa, terima H0 jika : -t(1-1/2α) ≤ t ≤ t(1-1/2α) dengan taraf nyata α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = ni – 1. Dengan demikian –t(1-1/2α 0,05) ≤ t ≤ t(1-1/2α 0,05) dengan dk = 20-1 atau –t(1-0,025) ≤ t ≤ t(0,975) = (19) dengan taraf nyata α = 0,05 diperoleh harga thitung sebesar 16.8 dan tdaftar diperoleh harga sebesar 2.09. Hal ini membuktikan bahwa harga thitung lebih besar dari pada harga tdaftar. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga thitung lebih besar dari tdaftar (16.8 > 2.09) atau harga thitung telah berada di luar penerimaan H0. Sehingga menerima HA yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara latihan Sirkuit dengan kecepatan lari 100 meter pada pree-test (X1) dan post-test (X2). Lari jarak pendek khususnya nomor lari 100 meter boleh dilakukan oleh siapa saja untuk mengembangkan bakat serta minat yang dimilikinya. Namun untuk melakukan peningkatan kecepatan dalam lari 100 meter guna menjadi seorang atlit yang baik sangat diperlukan adanya latihan yang intensif. Melalui latihan ini dapat diperoleh manfaat terhadap peningkatan kesehatan fisik serta peningkatan kecepatan. Disamping itu dapat menunjang upaya pengembangan minat dan bakat yang dimiliki. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
mengukur seberapa besar kecepatan lari jarak pendek terutama nomor lari sprint 100 meter siswa putra kelas XI MAN Model Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata kecepatan lari 100 meter yang dilakukan pada pree-test dan post-test. Dimana nilai rata-rata dari pree-test (X1) sebesar 15,34 sedangkan pada post-test (X2) sebesar 14,40 hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat signifikan. Sehingga hal tersebut dapat dibuktikan dengan pengujian analisis varians menggunakan rumus Uji t dimana setelah dianalisis menunjukkan harga thitung = 16,08 dan tdaftar = 2,09 dengan demikian harga thitung lebih besar dari pada harga tdaftar atau harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotestis yang menyatakan bahwa “Terdapat Pengaruh Latihan Sirkuit Terhadap Lari jarak pendek 100 Meter Siswa Putra Kelas XI MAN Model Gorontalo” dapat diterima. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data menggunakan besaran-besaran statistik yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kecepatan lari jarak pendek 100 meter dibutuhkan latihan sirukuit. Kecepatan seseorang dapat dilatih dengan berbagai cara salah satunya dengan latihan Sirkuit. Oleh karena itu latihan Sirkuitp sangat berpengaruh pada kemampuan lari jarak pendek 100 meter. Hasil pengujian hipotestis dalam penelitian ini diperoleh harga thitung sebesar 16,08 sedangkan tdaftar sebesar 2,09. Dari hasil perhitungan tersebut ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar (16,08 > 2,09), oleh karena itu harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan HA diterima. Dengan demikian hipotestis penelitian yang berbunyi “ Terdapat pengaruh latihan Sirkuit terhadap lari jarak pendek 100 meter pada siswa Putra Kelas XI MAN Model Gorontalo” dapat diterima.
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
SARAN Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: a) Untuk meningkatkkan prestasi atlit dalam cabang olahraga atlitik khususnya nomor lari 100 meter, perlu adanya persiapan yang matang dari pelatih terutama dalam pembuatan program latihan. b) Disarankan kepada guru mata pelajaran penjas khususnya yang ada di MAN Model Gorontalo, kiranya lebih giat dalam melatih bibit atlit khususnya cabang olahraga atlitik nomor lari 100 meter agar supaya memiliki prestasi yang membanggakan. DAFTAR RUJUKAN Bompa, Taufik 1983. Theory and Methodology Of Training. IOWA: Kendall/Hunt Publishing Company. Ballesteros. J.M., 1979. Pedoman Latihan dasar Atletik. Alih Bahasa SDS, Jakarta. PB PASI. Harsono, 2008. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta P2LPTK. IAAF, Ricky S. 2001. Guideline of IAAF CECS Level I, Olympic Solidarity. Monaco. Len Kravizt. Hartono. 1997. Pedoman Belajar Anggar. Surabaya:Training Camp. Munasifah, Luli G.A 2008. Atletik Cabang Lari. Semarang: Aneka Ilmu. Muhajir. Risky 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta ; Yudistira. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize M. Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta.PPLPTK. M. Sajoto. Hartono. 2005. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta.PPLPTK Nossek, Taufik. 1982. General Theory Of Training. Lagos: National Institute for Sport. Purnomo, E.& Dapan. 2011. Dasar- Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta: Alfamedia. Thomoson Peter J. L. 1993. Introduction to Coaching Theory. England. IAAF. 1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
1
Yusuf La Olu, Drs. Ruskin, M.Pd, Ucok Hasian Rafiater, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIKK Universitas Negeri Gorontalo.