KORELASI INDEKS MASSA TUBUH DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LARI JARAK PENDEK 100 METER (Studi Deskriptif pada Mahasiswi PJKR Angkatan 2013/2014 Universitas Siliwangi Tasikmalaya) oleh; Antoni Dwi Prasetyo; 1 Dr. H. Cucu Hidayat, M.Pd.;2 H. Gumilar Mulya, M.Pd.;3 dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing I) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing II) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang hasil hubungan indeks massa tubuh dan power otot tungkai terhadap hasil kecepatan lari jarak pendek 100 Meter pada mahasiswi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi angkatan 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi adalah mahasiswi PJKR FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2013/2014 sebanyak 20 orang yang semuanya ditentukan sebagai sampel. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, secara empirik terdapat hubungan yang berarti antara indeks massa tubuh dan power otot tungkai terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter Untuk menghasilkan prestasi lari jarak pendek yang efektif diutamakan memperhatikan indeks massa tubuh yaitu status gizi dalam batas ambang normal dan melatih unsur kondisi fisik power terutama power otot tungkai. Kata Kunci: Korelasi, Indeks Massa Tubuh, Power Otot Tungkai, Lari
1
2
ABSTRACT The aim of the research is to know the information about the result of the relationship body mass index and leg muscle power to the result of 100 meters sprint speed on the Students Physical Education, Health, and Recreation Department 2013/2014 academic. The method which is used in this research is descriptive method. The population are the PJKR FKIP students in Siliwangi University Tasikmalaya 2013/2014 academic consist of 20 people who are determined as sample. Based on the result of analysing the data by using statistical test, empirically, there is a meaningful relationship between body mass index and leg muscle power to the result of 100 meters sprint. To produce short-run achievement effectively, the priority attention of body mass index is nutritional status in the normal threshold and to train the physical elements of condition power, particularly leg muscle power. Key Words: Correlation, Body Mass Index, Leg Muscle Power, Run
3
A. PENDAHULUAN Atletik merupakan dasar dari segala cabang olahraga atau disebut juga “ibu” dari semua olahraga. Karena unsur-unsur gerakan yang ada didalam nomor-nomor atletik terdapat disebagian besar cabang-cabang olahraga maupun permainan tradisional yang ada di Indonesia khusunya yang ada pada saat ini seperti: (1) lari merupakan gerak dasar yang mendominasi olahraga sepak bola, futsal, bola basket, softball, hockey, kasti, rounders, bola bakar, baren, gerobak sodor dan sejenisnya; (2) lompat merupakan gerak dasar yang mendominasi untuk cabang olahraga bola voli, bulutangkis, lompat tali, dan sejenisnya, dan (3) lempar merupakan gerak dasar yang banyak dilakukan pada cabang olahraga bola basket, bola tangan, softball, kasti. Dari beberapa jenis nomor-nomor atletik yang sering diperlombakan salah satunya adalah nomor lari. Pada nomor lari ada beberapa macam yang biasa dilombakan diantaranya ialah: (1) lari jarak pendek; (2) lari jarak menengah; (3) lari jarak jauh; (4) lari halang rintang dan (5) lari estafet. Dari beberapa jenis nomor lari yang sering dilombakan diatas, salah satunya adalah lari jarak pendek atau biasa disebut sprint, sedangkan atlet lari jarak pendek disebut sprinter. Menurut Adisasmita (1992:35), “Sprint atau lari cepat adalah semua nomor lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh atau kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh”. Sejalan dengan pendapat Adisasmita, Menurut G. Aneke yang dikutip Moch. Soebroto (1979:12), sprint mempunyai arti gerakan secepatcepatnya dengan sepenuh tenaga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam lari jarak pendek baik 50 meter, 60 meter, maupun 100 meter. Setelah melihat pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa sprint adalah nomor lari yang gerakannya dilakukan dengan cepat untuk mencapai waktu tersingkat dalam menempuh suatu jarak tertentu. Dalam lari jarak pendek kemampuan yang paling dominan dan sangat penting adalah kecepatan dan kekuatan, karena untuk menjadi juara dalam lomba lari jarak pendek diperlukan kecepatan kekuatan yang maksimal dalam berlari, siapa yang tercepat maka dialah yang akan memenangkan perlombaan tersebut. Menurut komentar beberapa ahli, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan dalam berlari. Selanjutnya untuk memudahkan dalam menganalisis faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi faktor fisiologis dan anatomis. Adapun faktor fisiologis yang mempengaruhi kecepatan dalam berlari menurut para ahli antara lain: Kekuatan otot
4
tungkai, daya ledak otot tungkai, dan kelentukan otot tungkai. Disamping faktor fisiologis, ada beberapa faktor penunjang dalam usaha untuk meningkatkan kecepatan lari. Menurut Sajoto (1988 : 3), salah satu faktor penunjang tersebut adalah faktor anatomis yang meliputi: ukuran tinggi, panjang, besar, lebar, dan berat tubuh. Setelah melihat pendapat para ahli diatas penulis dapat meyimpulkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil kecepatan sprint adalah daya ledak otot tungkai, berat badan dan tinggi badan. Daya ledak otot (power) menurut Badriah, (2011:36) adalah “kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kontraksi secara eksplosif dalam waktu yang sangat singkat”. Dengan demikian power otot tungkai sangat berpengaruh dalam hasil kecepatan sprint. Selain itu didalam ilmu antropometri terdapat pengukuran yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh menurut Suparisa, et.al., (2012:60) “IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.” Indeks Massa Tubuh hanya dapat digunakan untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih. Dari beberapa informasi dan hasil penelitian sebelumnya mengenai faktor anatomis
yang
memberikan kontribusi terhadap kecepatan lari masih
kurang
dan
terbatas. Sehingga diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui secara lebih fokus mengenai seberapa besar kontribusi faktor anatomis terhadap kecepatan laricepat (sprint ), oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana korelasi antara indeks massa tubuh dan power otot tungkai terhadap hasil kecepatan lari jarak pendek yang sekiranya dapat memberikan wawasan dan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis memberikan judul penelitian ini adalah Korelasi Indeks Massa Tubuh dan Power Otot Tungkai Terhadap Hasil Kecepatan Lari Jarak Pendek 100 Meter.
B. PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan sejauh mana korelasi indeks massa tubuh dan power otot tungkai terhadap hasil kecepatan lari sprint 100 meter pada mahasiswi PJKR angkatan 2013/2014 Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya. Untuk
5
membuktikan hipotesis yang penulis ajukan, maka penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif, karena metode ini dianggap penulis sesuai dan akurat dalam mencari data yang diperlukan dalam penelitian. Karena metode ini mengangkat fakta keadaan atau situasi sebenarnya pada saat penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto, Suharsimi (2010:3) yakni “penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki suatu keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”. Sejalan dengan pendapat tersebut Surakhmad dalam Kurniasari, Dita (2013:42) juga mengungkapkan sebagai berikut: Penyelidikan deskriptif tertuju kepada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, teknik interview, angket, observasi atau dengan teknik tes, studi kasus, studi komparatif.
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu cara yang menggambarkan tingkat hubungan dua variabel atau lebih yang menjadi objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel Penelitian Variabel penelitian menurut Arikunto, Suharsimi (2010:161) variabel adalah “Objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Kutipan tersebut menjelaskan variabel adalah fokus yang menjadi objek penelitian seorang peneliti. Tuckman (1972) yang dikutip oleh Marwan, Iis (2013:30) mengklasifikasi variabel menjadi: (1) variabel dependen, (2) variabel independent, (3) variabel moderator, (4) variabel control. Selanjutnya Marwan, Iis (2013:20) menjelaskan bahwa variabel independent adalah “variabel yang menimbulkan pengaruh, yang terdapat pada diri seseoang atau lingkungannya, terutama terhadap perubahan perilaku. Marwan, iis (2013:31) juga berpendapat bahwa variabel dependent “merupakan faktor yang teramati dan terukur guna menentukan pengaruh variabel independent”.
6
Karena itu sesuai dengan desain penelitian sebagaimana digambarkan diatas , maka variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Indeks massa tubuh dan power otot tungkai merupakan variabel bebas sedangkan hasil lari jarak pendek 100 meter merupakan variabel terikat. Untuk lebih jelasnya variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel bebas (X) a. Variabel kesatu (X₁) adalah indeks massa tubuh. b. Variabel bebas kedua (X₂) adalah power otot tungkai. 2. Variabel terikat (Y) adalah hasil lari jarak pendek 100 meter.
Instrumen Penelitian Untuk memperolah data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu instrumen penelitian supaya data yang diperoleh benar-benar objektif. Hali ini sejalan dengan pendapat Nurhasan dan Abdul Narlan (2013:3) bahwa “Dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu objek tertentu sehingga kita dapat mengungkapkan tentang keadaan objek tersebut secara objektif”. Maka instrumen penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: Untuk menghitung atau mengukur indeks massa tubuh menurut Mulya dan Ucu Muhamad Afif (2012:56) menggunakan rumus Berat Badan dibagi dengan Tinggi Badan dalam kuadrat. Untuk mengukur athletic power menurut Jhonson dan Nelson yang dikutip oleh Nurhasan dan Abdul Narlan (2013:130) menggunakan : (1) Vertical Jump; (2) Standing Broad Jump dan Two Hand Medicine Ball Put. Setelah melihat pendapat para ahli,maka dari itu untuk mengukur power otot tungkai penulis menggunakan standing broad jump, karena adanya karakteristik perpindahan tempat yang sama dengan variabel terikat yakni kecepatan lari jarak pendek 100 meter. Untuk mengukur variabel terikat yakni kecepatan lari jarak pendek 100 meter, penulis menggunakan tes lari sprint 100 meter, hal ini sesuai dengan pendapat Jhonson dan Nelson (1969) yang dikutip oleh Nurhasan dan Abdul Narlan (2013:129) “Kecepatan umunya diukur dengan lari menempuh jarak pendek. Pendapat ini sejalan dengan Eckert (1974) yang dikutip oleh Nurhasan dan Abdul Narlan (2013:129) menjelaskan”Pengukuran kecepatan pada umumnya adalah lari lurus jarak minimal 30 yard dan maksimal 100 yard.
7
Populasi dan Sampel Populasi menurut Arikunto, Suharsimi (2010:173) adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa populasi adalah sekumpulan subjek yang ingin diteliti oleh peneliti. Mengacu pada pendapat Arikunto di atas, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi PJKR angkatan 2013/2014 Universitas Siliwangi yang berjumlah 20 orang. Sampel menurut Arikunto, Suharsimi (201:173) adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Mengingat terbatasnya jumlah populasi, maka penulis jadikan sebagai sampel penelitian atau disebut juga penelitian populasi (total sampling) sebanyak 20 orang. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan pendekatan statistik, hipotesis penelitian yang penulis ajukan yaitu : 1.
Hipotesis pertama menyatakan, “Terdapat hubungan yang berarti antara indeks massa tubuh dengan hasil kecepatan lari jarak pendek 100 meter pada mahasiswi PJKR angkata 2013/2014 Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
2.
Terdapat hubungan yang berarti antara power otot tungkai dengan hasil kecepatan lari jarak pendek 100 meter pada mahasiswi PJKR angkatan 2013/2014 Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
3. Terdapat hubungan yang berarti antara indeks massa tubuh dan power otot tungkai dengan hasil kecepatan lari jarak pendek 100 meter pada mahasiswi PJKR angkata 2013/2014 Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya dukungan indeks massa tubuh terhadap lari jarak pendek 100 meter yaitu sebesar 54,76% dan tingkat korelasinya termasuk kedalam kategori tinggi (0,74), dukungan power otot tungkai terhadap lari jarak pendek 100 meter adalah sebesar 40,96% dan korelasinya termasuk kategori sedang (0,64), dan sedangkan keduanya terhadap lari jarak pendek 100 meter mempunyai dukungan sebesar 67,24% dan tingkat korelasinya termasuk kedalam kategori tinggi yakni sebesar (0,81). Sedangkan sisanya sebesar 32,76% merupakan dukungan dari faktor lain. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data dengan pendekatan statistik, maka hipotesis yang penulis ajukan diterima dan terbukti. Dengan demikian, jelas
8
bahwa dukungan dari kedua komponen tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter. D. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil penelitian, yang diperoleh melalui pengukuran indeks massa tubuh, power otot tungkai dan lari jarak pendek 100 meter, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1.
Terdapat hubungan yang berarti antara indeks massa tubuh dengan hasil lari jarak pendek 100 meter mahasiswi PJKR FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya angkatan 2013/2014.
2.
Terdapat hubungan yang berarti antara power otot tungkai dengan hasil lari jarak pendek 100 meter mahasiswi PJKR FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya angkatan 2013/2014.
3.
Terdapat hubungan yang berarti antara indeks massa tubuh dan power otot tungkai secara bersama-sama dengan hasil lari jarak pendek 100 meter mahasiswi PJKR FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya angkatan 2013/2014.
Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait dengan bidang keolahragaan, khususnya dalam cabang olah raga atletik pada nomor lari, bahwa untuk menghasilkan kecepatan yang maksimal dalam lari jarak pendek 100 meter harus dapat memperhatikan indeks massa tubuh yaitu status gizinya dalam batas ambang normal. Selain itu untuk menghasilkan lari jarak pendek 100 meter perlu diutamakannya melatih unsur kondisi fisik power terutama power otot tungkai, karena di dalam power terdapat kecepatan dan kekuatan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup yang terbatas, oleh karena itu penulis menyarankan kepada lain yang hendak melakukan
9
penelitian serupa agar menggunakan ruang lingkup penelitian yang lebih luas, misalnya dengan subjek dan objek yang bervariasi (atlet putera dan puteri), pada kelompok sampel yang lebih besar, pada kelompok usia tertentu atau pada atlet profesional. DAFTAR PUSTAKA Apriani, Ani. (2013) Perbandingan Pengaruh Antara Latihan Single Leg Hop Dengan Double Leg Hop Terhadap Power Otot Tungkai (Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 20 Tasikmalaya 2012/2013). Skripsi. Tasikmalaya: PJKR-FKIP Unsil, tidak dipublikasikan. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Badriah, Dewi Laelatul. (2011). Fisiologi Olahraga Edisi II. Bandung: Multazam. Bellesteros, Jose Manuel. (1979) Pedoman Latihan Dasar Atletik. I.A.A.F: Komisi Pengembangan. Cahya, Bahtiar N. (2012) Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Lari Antara Menggunakan Pendekatan Permainan Bola Tangkap Dengan Konvensional Terhadap Kecepatan Lari jarak Pendek (Eksperimen pada Siswa Kelas III SMPN 8 Kota Tasikmalaya). Skripsi. Tasikmalaya: PJKR-FKIP Unsil, tidak dipublikasikan. Carr, Gerry A.(1997) Atletik Untuk Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-Apek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma. Hendarson, Joe. (1997). Cara Terbaik Olahraga Lari. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jarver, Jess. (1986). Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pionir Jaya Kurniasari, Dita. (2013) Hubungan Antara Power Otot Tungkai, Power Otot lengan Dan Fleksibilitas Punggung Dengan Keterampilan Spike Dalam Permainan Bola Voli (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Putra Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Bola Voli Universitas Siliwangi Tasikmalaya). Skripsi. Tasikmalaya: PJKR- FKIP Unsil, tidak dipublikasikan. Marwan, Iis. (2013). Pengantar Metode Penelitian Pendidikan Olahraga. Tasikmalaya: PJKR FKIP Unsil. Mulya, Gumilar dan Ucu Muhamad Afif. (2012). Ilmu Gizi Olahraga,Tasikmalaya: PJKR Universitas Siliwangi. Narlan, Abdul. (2011). Hand Out Statistika Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Tasikmalaya: PJKR FKIP Unsil. Nugraha, Gagah. (2012) Hubungan Antara Power Otot Lengan dan Tinggi Badan Dengan Keterampilan Shooting (Free Throw) Dalam Permainan Bola Basket (Studi Deskriptif pada Tim Bola Basket SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2011/2013). Skripsi. Tasikmalaya: PJKR-FKIP Unsil, tidak dipublikasikan. Nurhasan dan Narlan, Abdul. (2013). Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga,Tasikmalaya:PJKR Universitas Siliwangi. PASI. (2010). Atletik Untuk Pemula. Tasikmalaya Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-DasarPenelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksekta Lainnya. Bandung: Tarsito.
10
Supariasa,I Dewa Nyoman, et.al. (2012). Penilaian Status Gizi.Jakarta: EGC. Suryani, Enny. (2011) Pengaruh Permainan Bola Tembak Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai (Eksperimen pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri 01 Kertijayan Kebupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi. Tasikmalaya: PJKR-FKIP Unsil, tidak dipublikasikan.