PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )
TESIS Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh : HOKI SETIYAWAN A 120908013
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
HALAMAN PERSETUJUAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan )
Diajukan oleh : HOKI SETIYAWAN A. 120908013
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing:
Dewan Pembimbing : Jawaban
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd NIP.193907151962031001.
....................
.................
Pembimbing II
Prof. Dr. Siswandari, M.Stat NIP. 131 476 662
.....................
…………..
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd NIP. 193907151962031001.
ii
HALAMAN PENGESAHAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan ) Disusun oleh: HOKI SETIYAWAN A. 120908013 Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing: Dewan Pembimbing: Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Furqon H, M.Pd
___________
________
Sekretaris
dr. Dr. Mucshin Doewes, AIFO ___________
________
Anggota Penguji
1.Prof. Dr Sudjarwo, M.Pd
___________
________
2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat ___________
________
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
: Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd
___________
________
: Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D ___________
________
NIP. 193907151962031001
Direktur Program Pasca sarjana
NIP. 195708201985031004
iii
HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hoki Setiyawan NIM
: A.120908013
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI” ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan ), adalah betul-betul karya penulis sendiri. Hal-hal yang bukan karya penulis dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan penulis tidak benar, maka penulis bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang penulis peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 22 Juli 2010 Yang membuat pernyataan
Hoki Setiyawan
iv
MOTTO
Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Terjemahan Q.S. ArRa’du : 1)
Hidup adalah perjuangan, maka berusaha, berdoa dan bertawakallah ( Penulis )
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tercinta
Kakak dan Adik tersayang
Istri Anik terima kasih atas dukungan serta doanya
Keluarga besar SDN Glinggangan II Pacitan terima kasih atas doanya
Teman-teman IOR angkatan 2008 Prodi Pascasarjana UNS
Teman-teman POK’03 UNS
Teman-teman di Pacitan terima kasih atas bantuannya
Almamater
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayatNya dan bantuan berbagai pihak, maka penelitian yang berjudul “PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN PLYOMETRICS
DITINJAU
DARI
KECEPATAN
LARI
TERHADAP
PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI” ( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan ) Terwujudnya tesis ini melewati proses yang cukup panjang. Berbagai pihak telah memberikan dorongan, arahan, bimbingan, saran dan bantuan. Semua ini telah mendukung kelancaran dalam upaya menyelesaikan tesis ini, mulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis sampai penulisan tesis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk menyelesaikan Pendidikan Pascasarjana pada Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, diantaranya adalah: 1. Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, Sp. K.J. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pasca sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret. 3. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing dalam Penelitian tesis ini.
vii
4. Dr. dr. Muchsin Doewes. AIFO selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana (PPs) Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Prof. Dr. Siswandari, M.Stat selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun tesis ini. 6. Drs. Sukarni selaku Kepala SMK Negeri 2 Pacitan yang telah memberikan izin dan menggunakan siswanya sebagai naracoba 7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan perhatian dan dukungan moril maupun materiil sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis paparkan satu per satu, yang juga telah banyak membantu dalam penelitian tesis ini. Semoga amal kebaikan semua berbagai pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT, dan diharapkan karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan olahraga pada umumnya.
Surakarta, 22 Juli 2010
Hoki Setiyawan
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiv
ABSTRAK .......................................................................................................
xvi
ABSTRACT ..................................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
9
D. Perumusan Masalah .....................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
10
F. Manfaat Penelitian .......................................................................
10
ix
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ................................................................................
12
1. Power Otot Tungkai .......................................................................
12
a. Macam-macam Power ...............................................................
13
b. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Power ..................................
15
c. Hal-hal yang Pelu Diperhatikan dalam Melatih Power .............
17
d. Dosis Latihan untuk Meningkatkan Power ...............................
19
e. Unsur-unsur Pembebanan Latihan.............................................
20
f. Peranan Power Otot Tungkai dalam Berbagai Cabang Olahraga 21 2. Latihan .............................................................................................
23
a. Pengertian Latihan .....................................................................
23
b. Tujuan Latihan ...........................................................................
24
c. Prinsip-prinsip Latihan ..............................................................
25
d. Pengaruh Latihan .......................................................................
29
3. Sistem Energi Latihan ......................................................................
34
a. Sistem Penyediaan Energi .........................................................
34
b. Karakteristik Umum Sistem Energi ..........................................
37
4. Latihan Berbeban .............................................................................
37
5. Latihan Plyometrics .........................................................................
47
a. Pengertian dan Tujuan Latihan Plyometrics .............................
47
b. Dasar Fisiologis Latihan Plyometrics .......................................
48
c. Prinsip-prinsip Latihan Plyometrics ...........................................
49
1). Latihan Plyometrics Knee Tuck Jump ........................................
55
x
a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Knee Tuck Jump ..................
55
b. Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump ...........................................
56
2). Latihan Plyometrics Squat Jump .................................................
57
a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Squat Jump ...........................
57
b. Pengaruh Latihan Plyometrics Squat Jump................................
57
6. Kecepatan .........................................................................................
60
a. Pengertian Kecepatan .................................................................
60
b. Pengaruh Kecepatan terhadap Power Otot Tungkai ..................
60
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................
61
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................
63
D. Perumusan Hipotesis ...................................................................
66
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
67
B. Metoda Penelitian ........................................................................
67
C. Variabel Penelitian ........................................................................
69
D. Devinisi Operasional Variabel Penelitian .....................................
69
E. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................
71
a. Populasi .....................................................................................
71
b. Sampel .......................................................................................
71
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
72
1. Mencari Reliabilita Tes ..............................................................
72
2. Uji Coba Instrumen ....................................................................
73
G. Teknik Analisis Data ....................................................................
74
xi
1. Uji Prasyarat Analisis .................................................................
75
2. Uji Hipotesis ..............................................................................
77
3. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah ANAVA ...........................
80
4. Hipotesis Statistik ......................................................................
81
BAB VI. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ...........................................................................
83
B. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................
87
C. Pengujian Hipotesis ...................................................................
89
D. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
92
BAB. V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................
98
B. Implikasi ....................................................................................
99
C. Saran ..........................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
100
LAMPIRAN .....................................................................................................
104
xii
DAFTAR TABEL Tabel
Hal
1. Sistem Energi Predominan Berdasarkan Waktu Penampilan ...................
36
2. Karakteristik Umum Sistem Energi ...........................................................
37
3. Rancangan Penelitan Faktorial 2 x 2 ..........................................................
68
4. Tabel Koefisien Kategori Reliabilitas ........................................................
74
5. Satuan Harga untuk Uji Bartlett .................................................................
76
6. Analisis Variansi Dua Jalur........................................................................
77
7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Pengunaan Motode dan Tingkat Kecepatan ...............................................
83
8. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-masing sel (kelompok perlakuan) ....................................................................................................
85
9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data......................................................
87
10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data...................................................
88
11. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Tungkai Berdasarkan Jenis Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan …………………………….....
89
12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan (A1 dan A2)..................................................................................................
90
13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kecepatan (B1 dan B2)…………………………….....................................................
90
14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ......................................…
90
15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians ……………………………….......................................................
xiii
90
16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Hasil Power otot tungkai.……………………………
95
17. Grafik Program Latihan ………………………………………………....
104
18. Anatomi Latihan .......................................................................................
104
19. Kelompok Treatment Latihan Berbeban Dengan Kecepatan Tinggi.........
112
20. Kelompok Latihan Plyometrics Dengan Kecepatan Tinggi .....................
112
21. Kelompok Latihan Berbeban Dengan Kecepatan Rendah .......................
113
22. Kelompok Latihan Plyometrics Dengan Kecepatan Rendah....................
113
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Hal
1. Latihan Squat .............................................................................................
43
2. Latihan Leg Press .......................................................................................
45
3. Latihan Plyometrics Knee Tuck Jumps ......................................................
56
4. Latihan Plyometrics Squat Jump ................................................................
57
5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat Kecepatan 84 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Tingkat Pembebanan Pada Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan ....................................................................................................
86
7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Power Otot Tungkai ........................................................................................................
96
8. Vertical Jump Test .....................................................................................
106
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Hal
1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ..........................................................
104
2. Instrumen Penelitian.............................................................................. 105 3. Program Latihan Berbeban dengan Squat dan Leg Press ...................
108
4. Program plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump ............
110
5. Data Tes Awal Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 ..............................
112
6. Data Tes Akhir Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 ..............................
113
7. Data Tes Kecepatan Pada Siswa Putra kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan Jawa Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 ..................
114
8. Rekapitulasi data hasil tes kecepatan dan pengklasifikasian kategorinya. ..........................................................................................
115
9. Rekapitulasi data hasil tes awal dan tes akhir power otot tungkai, klasifikasi kecepatan beserta pembagian sampel ke sel-sel. ................
116
10. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada kelompok 1 (kelompok latihan berbeban)............................................
118
11. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada kelompok 2 (kelompok latihan plyometrics)........................................
118
12. Uji Reliabilitas Dengan Anava.............................................................
119
13. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal loncat tegak
122
14. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir loncat tegak
125
xvi
15. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors ...................................
128
16. Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas dan Analisis Varians 133 17. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet ...................................................
135
18. Analisis Varians ...................................................................................
136
19. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls ...............................................
137
xvii
ABSTRAK HOKI SETIYAWAN. A.120908013. Perbedaan Pengaruh Latihan berbeban dan Plyometrics Ditinjau dari Kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai (Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pejaran 2009/2010 ). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai, 2) Perbedaan peningkatan power otot tungkai siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan kecepatan rendah, 3) Pengaruh interaksi antara metode latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 2 Pacitan Jawa Timur yang berjumlah 70 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik purposive Random Sampling. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel : variabel independent yakni latihan berbeban dan latihan plyometrics, variabel atributif yakni kecepatan lari serta variabel dependent yakni power otot tungkai, Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran terhadap kecepatan dengan menggunakan lari cepat 40 meter serta power otot tungkai dengan vertical power jumps test. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varian (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman Keuls pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai. 2) Ada perbedaan yang signifikan peningkatan power otot tungkai antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan siswa yang memiliki kecepatan rendah. 3) Ada pengaruh interksi yang signifikan antara metode latihan dan tingkat kecepatan terhadap peningkatan power otot tungkai. Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi lebih tepat jika dilatih dengan latihan plyometrics, sedangkan kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah lebih baik jika dilatih dengan latihan beban Kata kunci : latihan berbeban, plyometrics, kecepatan, power otot tungkai
xviii
ABSTRACT Hoki Setiyawan. A. 120908013. The Effect Different of Weight Training and Plyometrics For Speed on the Leg Muscle Power (An Experimental Study on Weight Training and Plyometrics Of Grade XI Male Student Of SMK N 2 Pacitan East Java in Academic Year Of 2009/2010). Thesis: Postgraduate Program of Surakarta. Sebelas Maret University. Juli 2010. The aims of this research are to find out: 1) The difference effect of weight training and plyometrics on the leg muscle power, 2) The difference effect on the leg muscle power between the student having higher speed of leg muscle and the ones having lower speed of leg muscle, 3) Interaction effect between the training resistance and the speed on the muscle power. The method employed in this research was an experimental method using 2 x 2 factorial design. The Population of research was the male students of grade XI SMK N 2 Pacitan, as many as 70 studens. The sample of research is 40 students taken using purposive Random Sampling. The Variable of research consists of two independent variable: training resistance ( weight training and plyometrics) and speed; one dependent variable: leg muscle power. Entire data needed in this research was obtained throught test and measurement on the speed using sprint 40 metre as well as the leg muscle power using vertical power jumps test. Two-way analysis of variance was used to analysis data followed by Newman Keul’s interval test. The result shows that 1) there is significant different effect of training resistance and plyometrics on the leg muscle power. 2) There is significant difference of leg muscle power between the students having higher speed of leg muscle and the ones having lower speed of leg muscle. 3) There is significant interaction effect between the training resistance and the speed level with on the result of leg muscle power. The group of students having higher speed of leg muscle is more suitable to be coached using the plyometrics, while the group of students having lower speed of leg muscle is better to be coached using weight training. Keyword : Weight training, plyometrics, speed, leg muscle power
xix
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini peranan olahraga bagi bangsa Indonesia menjadi sangat penting. Melalui olahraga pada umumnya dan prestasi yang tinggi di bidang olahraga pada khususnya dapat membangkitkan rasa kebangsaan nasional. Selain itu olahraga dapat membawa kehormatan dan kebanggaan suatu bangsa. Prestasi disemua cabang olahraga perlu ditingkatkan dan mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Salah satu unsur penting yang harus disertakan dalam upaya pembinaan adalah pembinaan dalam kondisi fisik, mengingat bahwa olahraga melibatkan komponen jasmani dan rohani. Faktor yang paling dominan adalah jasmani atau yang lebih dikenal dengan istilah badan. Dalam hal ini M. Sajoto (1995: 8) menyatakan bahwa, “kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet”. Adapun dalam upaya pembinaan kondisi fisik adalah dengan peningkatan unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi :kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, dan koordinasi. Tungkai merupakan anggota tubuh yang dominan karena berfungsi sebagai
penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan
aktifitas seperti melompat, berjalan, berlari dan sebagainya. Setiap individu mempunyai kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda. Adapun kekuatan itu sendiri menurut kebutuhannya dapat dibedakan menjadi :kekuatan maksimal
2
(maximal strength), kekuatan daya ledak (explosive power), dan kekuatan daya tahan (power endurance) Bompa, D.Tudor (1993:23-25). Peningkatan power otot tungkai tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang diperlukan dalam mengembangkan power otot tungkai. Power otot tungkai dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah latihan resistence. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1993:108) mengemukakan bahwa, “latihan resistence adalah latihan dimana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet itu sendiri maupun bobot dari luar (external resistence)”. Latihan berbeban dan plyometrics merupakan metode yang bisa digunakan dalam penerapan latihan resistence. Kedua metode latihan tersebut ditinjau dari segi kecepatan lari, belum diketahui mana yang lebih efektif dalam meningkatkan power otot tungkai. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kelompok lain. Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.
3
Latihan berbeban adalah suatu latihan yang menggunakan beban, baik latihan secara isometrik, secara isotonik maupun secara isokinetik. Latihan ini dilakukan dengan menggunakan beban berupa alat maupun berat badan atlet. Latihan berbeban adalah suatu cara penerapan prosedur tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan beban ini dalam pelaksanaannya menggunakan alat-alat berupa barbell atau beban yang telah dikombinasikan menjadi alat khusus untuk latihan beban (weight training) Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu latihan fisik yang sering dilakukan adalah latihan kekuatan menggunakan beban (weight training). Latihan berbeban merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan berbeban biasanya untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot tungkai. Berkaitan dengan peningkatan kekuatan otot, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti cara untuk meningkatkan power otot tungkai dengan latihan beban. Latihan dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai harus pula ditujukan pada otot-otot tungkai secara khusus. Bentuk gerakan latihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah squat dan legg pres. Bentuk latihan tersebut dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power otot tungkai
4
Peningkatan power otot tungkai tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang diperlukan dalam mengembangkan power otot tungkai. Latihan plyometrics merupakan metode yang bisa digunakan dalam penerapan latihan kekuatan. Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Latihan plyometrics berusaha untuk menggunakan berat badan itu sendiri atau menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsang latihan Pelatihan plyometrics menggunakan kekuatan gaya berat untuk meningkatkan energi elastik yang tersimpan di otot selama konstraksi eksentrik (masa persiapan) dari suatu kegiatan. Beberapa energi yang disimpan itu kemudian dilepaskan pada saat konstraksi konsentris (masa pelepasan) yang menyusul dengan segera. Energi simpanan ini memudahkan gerakan meninggi atau melompat. Pelatihan plyometrics digunakan untuk melatih aspek yang eksentris dari kerja otot. Disamping itu latihan plyometrics membantu mengembangkan seluruh
5
sistem neuro muskuler untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya jaringan yang berkonstraksi. Latihan-latihan perubahan
dalam
plyometrics
diperkirakan
neuromuskuler,
memperbesar
menstimulasi kemampuan
berbagai kelompok-
kelompok otot untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometrics tampaknya adalah pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga memungkinan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat, misalnya dari gerakan turun naik pada lompatan dan gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan. Pada dasarnya latihan plyometrics adalah gerakan dari rangsang peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat. Latihan tersebut dapat menghasilkan peningkatan daya ledak kekuatan otot kontraksi. Daya ledak dan kekuatan kontraksi otot merupakan cermin peningkatan adaptasi fungsional neuromuskuler. Peningkatan kontraksi otot merupakan perbaikan fungsi refleks peregangan dari muscle spindle. Latihan plyometris lebih ditekankan pada pengembangan power. Power Sendiri diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekuatan yang terbagi dengan waktu, maka beban lebih dan temporal harus diberikan. Mengacu pada permasalahan diatas latihan plyometrics merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Program latihan plyometrics harus diberikan beban lebih, temporal
6
dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban lebih yang tidak tepat menggangggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan beban yang resestif dari gerakan-gerakan plyometrics tertentu dapat meningkatkan kekuatan tetapi tidak selalu meningkatkan power eksplosif. Beban lebih resestif pada kebanyakan latihan plyometrics adalah berupa gaya momentum dari gravitasi dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara masalah momentum hasil kali masa dan kecepatan suatu benda yang jatuh semakin tinggi akan semakin cepat, sehingga momentumnya akan semakin besar. Untuk meningkatkan power dapat melalui latihan plyometrics. Adapun bentuk-bentuk latihan plyometrics adalah :melangkah, melompat, melayang, melompat dengan satu kaki, meloncat dengan menempuh jarak, skiping mengayun, dan memutar (Bompa, 1994 :77) Beberapa bentuk latihan plyometrics yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak anggota gerak bawah adalah “bounds, hops, jumps,leaps, skips, ricochets, jumping-in place, standing jums, multiple hop and jums, box drill, bounding dan dept jump”. (Radeliffe,J.C., Farentinos,R.C :1985; Chu: 1992) Tungkai merupakan anggota tubuh yang dominan karena berfungsi sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan aktifitas seperti melompat, berjalan berlari dan sebagainya. Otot tungkai dipakai sebagai tumpuan dan tolakan didalam lompat jauh. Setiap individu mempunyai kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda, adapun kekuatan itu sendiri menurut
7
kebutuhannya dapat dibedakan menjadi :kekuatan maksimal (maximal strength), kekuatan daya ledak (explosive power) dan kekuatan daya tahan (power endurance). Berdasarkan bentuk latihan plyometrics anggota gerak bawah, latihan untuk meningkatkan power otot tungkai dapat dilakukan dengan gerakan melompat-lompat, baik tanpa alat maupun dengan alat. Hal ini dikarenakan, latihan plyometrics menbacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat. Bentuk latihan plyometrics yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah knee tuck jump dan squat jump Berdasarkan pengamatan peneliti selama mengamati siswa khususnya putra saat pelajaran olahraga khususnya Atletik, banyak siswa yang mengalami kesulitan mengikuti materi pelajaran khususnya untuk nomor lari, lompat maupun lempar. Banyak faktor yang menjadi penyebab ketidak berhasilan siswa dalam menempuh pelajaran tersebut, diantaranya adalah kemampuan fisik siswa yang belum optimal, serta pendekatan latihan yang tidak sesuai dengan nomornomor yang ada dalam cabang atletik. Salah satu kemampuan fisik yang dominan dalam nomor-nomor tersebut adalah power otot tungkai, karena hampir semua nomor cabang ini membutuhkan power otot tungkai. Kekuatan otot tungkai merupakan faktor penting untuk meningkatkan power anggota gerak bawah. Otot-otot tungkai yang baik (kuat) akan membantu penampilan atlet dalam melakukan gerakan plyometrics. Karena gerakan
8
membutuhkan kekuatan dan kecepatan gerak dari otot-otot yang terlibat. Radcliffe,J.C., Farentinos,R.C (1985 :4) mengemukakan “setiap keterampilan olahraga yang menuntut power, yaitu kombinasi atau perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, dapat memperoleh manfaat dari latihan plyometrics”. Berdasarkan latar belakang diatas perlu adanya penelitian dengan menggunakan metode latihan berbeban dan latihan plyometrics serta pengaruhnya terhadap power otot, yang selanjutnya akan dikembangkan model dengan judul ” Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dan plyometrics Ditinjau dari kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai (Studi eksperimen latihan berbeban dan plyometrics pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruhi terhadap peningkatan power otot tungkai . 2. Sejauh mana peranan metode latihan yang diterapkan terhadap hasil latihan 3. Metode latihan berbeban dan plyometrics yang paling tepat yang dapat digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai. 4. Belum diketahui pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatkan power otot tungkai
9
5. Penerapan metode latihan berbeban dan plyometrics dengan kecepatan lari berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Metode latihan yang tepat untuk peningkatan power otot tungkai. 2. Pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010 3. Pengaruh metode latihan dan tinggi rendahnya kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pelajaran 2009/2010
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai ? 2. Adakah perbedaan peningkatan power otot tungkai antara siswa yang memiliki kecepatan lari tinggi dan rendah?
siswa yang memiliki kecepatan lari
10
3. Adakah pengaruh interaksi metode latihan dan kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai 2. Perbedaan pengaruh antara kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah terhadap peningkatan power otot tungkai 3. Pengaruh interaksi metode latihan berbeban dan plyometrics dengan kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai.
F. Manfaat Penellitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada pengajar, pembina maupun pelatih cabang olahraga tentang pentingnya memilih dan menggunakan metode latihan yang tepat dalam meningkatkan power otot tungkai. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan kepada pengajar, pembina maupun pelatih cabang olahraga, dalam merancang variasi metode latihan khususnya latihan untuk meningkatkan power otot tungkai 3. Dapat dijadikan pedoman untuk menentukan dan memilih metode latihan tahanan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan power otot tungkai.
11
4. Dapat dijadikan bahan referensi khususnya bagi pembina dan pelatih cabang olahraga dalam menerapkan metode latihan, sehingga akan lebih efektif dan efisien.
12
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Power Otot Tungkai Pada saat melakukan aktivitas olahraga, pengertian daya ledak atau power biasanya mengacu pada kemampuan seseorang dalam melakukan kekuatan maksimal dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Menurut Suharno HP. (1993:33) mendefinisikan power sebagai “ Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Berkaitan dengan power , M.Sajoto (1995 : 17) menyatakan bahwa, ”Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini dinyatakan bahwa daya ledak otot adalah hasil perkalian antara kekuatan dan kecepatan”. Hal senada dikemukakan oleh Sugiyanto & Sudjarwo (1992 : 21) bahwa, ”Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan kerja otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif. Eksplosif Power ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsangan syaraf serta kecepatan kontraksi”. Seperti yang dikemukakan Nossek (1982 : 46-48) bahwa ”Power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot”. Sedangkan menurut Harsono (1988 : 200) ”Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”.
13
Berbagai cabang olahraga memerlukan power dalam penampilannya, terutama cabang-cabang olahraga yang membutuhkan ketangkasan dan kecepatan dalam bereaksi, sebagai contoh: cabang olahraga atletik, hampir semua nomor dalam cabang ini memerlukan power, mulai dari nomor lari, lompat maupun lempar dan berbagai cabang olahraga permainan. Power otot tungkai memegang peranan penting dan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya suatu prestasi dalam berbagai cabang olahraga terutama untuk cabang-cabang olahraga yang didalamnya terdapat gerakan-gerakan melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara meksimal dalam waktu yang singkat Berdasarkan batasan atau definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa power pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkatsingkatnya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Power otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif yang melibatkan otot otot tungkai sebagai penggerak utama.
a. Macam-macam Power Berdasarkan jenisnya power dibedakan menjadi dua macam, Bompa (1990 : 285) mengemukakan bahwa ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni power acyclici dan power cyclic”. Pembedaan jenis power ini dilihat dari segi
14
kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga. Istilah asiklik yang melekat pada power merupakan atribut gerak fisik yang ditilik dari struktur dan fungsi ketrampilan gerak dalam olahraga. Asiklik sendiri berarti satu ketrampilan yang berbentuk dari gerak yang terus menerus berubah tanpa ada kemiripan gerak dengan yang lainnya. Sedangkan siklik adalah kebalikannya yang berarti satu ketrampilan yang terdiri atas gerak yang diulang secara terus menerus Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power asiklik secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti cabang atletik, unsur-unsur geraka pada senam, loncat indah dan permainan. Peran power asiklik dalam permainan akan sangat tampak pada gerakan smash dan block pada permainan bolavoli, slam-dunk dan jump-shot pada bola basket, jump smash pada permainan bulutangkis dan lainya sebagainya. Sedangkan power siklik lebih dominan untuk cabang olahraga yang dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.
Besarnya power seseorang dapat dinyatakan kerja per unit waktu dengan rumus : P =
FxD Work = P = (Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L 1988 : 11) t t
Keterangan : P = power, F = Force, D = Disatance, t = time
15
Dari rumus tersebut diatas menyatakan bahwa power menghasilkan suatu momentum, dan momentum ini merupakan tenaga untuk menghasilkan gerakan yang kuat dan cepat. Jadi power merupakan performa fungsi kerja otot maksimal dibagi satuan waktu. Besarnya power otot tungkai yang diperlukan pada masing-masing cabang tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot tungkai dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang diperlukan untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang olahraga atletik untuk cabang lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan dapat menentukan jenis dan model latihan yang tepat untuk mengembangkan power otot tungkai yang dimilikinya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Power Power atau daya ledak merupakan gabungan antara dua kemampuan yaitu kekuatan dan kecepatan. Power akan berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga yang membutuhkan gerakan-gerakan yang eksplosif. Kekuatan dan kecepatan yang dikombinasikan akan berperan penting dalam berbagai keterampilan olahraga. Berkenaan dengan itu, dalam rangka melakukan pembinaan dan peningkatan prestasi dalam olahraga, power otot yang dimiliki oleh atlet dalam pembinaan fisik di usia dini perlu ditingkatkan.
16
Dalam upaya meningkatkan power otot yang dimiliki oleh para siswa dengan tepat, pelatih atau guru olahraga perlu memahami hal-hal mengenai seluk beluk power otot. Dalam menghasilkan power otot yang baik banyak faktor yang turut menentukan. Suharno HP. (1993:38) menjelaskan bahwa faktor-faktor penentu power adalah : 1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet. 2) Kekuatan dan kecepatan otot Rumus P = F x V P = Power
F = Force
V = Velocity (kecepatan)
3) Waktu rangsangan dibatasi secara konkrit lamanya. 4) Koordinasi gerakan yang harmonis. 5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP) Selanjutnya Bucher seperti yang dikutip Harsono (1988:200) menyatakan bahwa : Seorang individu yang mempunyai power adalah orang yang mempunyai : 1) A high degree muscular strength, 2) A high degree of speed, 3) A high degree of skill in in intergrating speed and muscular strength Faktor utama yang menjadi dasar dari power otot adalah kekuatan dan kecepatan. Oleh karena itu segala hal yang mempengaruhi kekuatan dan kecepatan, juga akan berpengaruh terhadap power otot. Disamping unsur kecepatan dan kekuatan, power juga dipengruhi oleh teknik dan koordinasi gerakan. Dengan teknik dan koordinasi yang baik, maka akan memungkinkan gerakan yang dilakukan akan menjadi lebih cepat dan eksplosif.
17
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa power otot dipengaruhi oleh kecepatan, kekuatan, keterampilan serta koordinasi gerakan. Disamping itu power juga dipengaruhi oleh serabut otot yang dimiliki. Serabut otot tersebut merupakan faktor bawaan. Jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet sejak lahir pada dasarnya ada dua macam yaitu “serabut otot cepat dan serabut otot lambat” (Sadoso sumosardjuno, 1994:15). Serabut otot cepat merupakan serabut otot putih, sedangkan serabut otot lambat merupakan serabut otot merah. Setiap atlet atau siswa memiliki kecenderungan jenis serabut otot yang berbeda. Jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut otot putih, maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan kemampuan fisik dengan waktu kontraksi pendek seperti, kecepatan power dan kekuatan. Sebaliknya jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut otot merah, maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan waktu kontraksi yang relatif lama atau daya tahan.
c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melatih Power Dalam melatih dan mengembangkan power otot tungkai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satu diantaranya proses terbentuknya power. Power merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, maka latihan yang diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan explosif power. Ciri-ciri latihan tersebut menurut Suharno HP (1993 : 59) antara lain : a) Melawan beban relatif ringan yaitu dengan berat badan sendiri, atau dapat pula dengan tambahan beban luar yang ringan. b) Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat c) Gerakannya merupakan satu gerakan yang singkat, serasi dan utuh
18
d) Bentuk gerakan bisa cyclic maupun acyclic e) Intensitas kerja submaksimal atau maksimal Pendapat tersebut menunjukkan bahwa ciri-ciri latihan untuk mengembangkan power adalah beban latihan ringan dengan gerakan yang aktif dinamis, cepat, singkat dan serasi serta utuh, gerakannya dapat berbentuk cyclic dan acyclic dengan intensitas submaksimal dan maksimal Selain ciri-ciri tersebut, ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam melatih power diantaranya adalah perlunya pemanasan. Lebih lanjut Suharno (1993 : 61) menambahkan bahwa masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam meliatih power diantaranya adalah ”Pemanasan badan sebelum masuk kelatihan inti harus cukup baik untuk menghindari cedera dan kesiapan kerja otot, gerakan-gerakan dalam latihan angkat besi harus benar dan teliti, sesuai dengan tujuan pengembangan otot yang ingin ditingkatkan kualitasnya”. Latihan yang benar terlebih dahulu harus diawali dengan peregangan otot skelet dan ligamen, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Peregangan bertujuan agar unsur kelentukan tetap terjaga dan untuk mencegah cedera, sedangkan pemanasan bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh yang selanjutnya akan membantu kelancaran sirkulasi darah, meningkatkan penyaluran oksigen dan pertukaran zat. Demikian pula dalam pelaksanaan penelitian ini. Treatment dilakukan sesuai dengan prosedur pelatihan dan dilaksanakan dalam tiga bagian yaitu pemanasan selama kurang lebih 15 menit, dilanjutkan dengan latihan inti berkisar 90 menit kemudian diakhiri dengan penutup atau penenangan selama kurang lebih 10 menit
19
Berdasarkan ciri-ciri latihan tersebut diatas, maka bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah latihan dengan beban ringan, gerakanya aktif dinamis, cepat, serasi dan utuh gerakannya dapat berbentuk cyclic dan acyclic, intensitas submaksimal dan maksimal. Beberapa metode latihan yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas diantaranya adalah dengan latihan berbeban (ketrampilan gerak asiklis), seperti yang dikemukakan Suharno HP (1993 : 59) bahwa untuk mengembangkan power ”dapat digunakan metode weight training, interval training, dan repetition training” dan latihan plyometrics (ketrampilan gerak kombinasi asiklis) (Redciffe,J.C., Farentinos, R.C. 1985 : 5). Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap power otot tungkai. Alasan yang digunakan berkaitan dengan metode latihan tahanan adalah seperti yang telah diuraikan diatas. Demikian pula dengan bentuk latihannya, masing-masing metode latihan terdiri dari 2 macam jenis latihan. Untuk latihan berbeban, bentuk latihannya squat dan leg pres, sedangkan untuk latihan plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump. Pemilihan jenis latihan tersebut, sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan latihan dalam penelitian.
d. Dosis Latihan untuk Meningkatkan Power Power berhubungan erat dengan kekuatan dan kecepatan, kontraksi otot dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot
20
maksimum dalam satu durasi waktu yang pendek. Harre (1982) menyatakan bahwa ”untuk meningkatkan power atau daya ledak diperlukan peningkatan kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama, sehingga bila seseorang dilatih kecepatan secara khusus, maka kemampuan power akan meningkat’. Pemberian latihan harus direncanakan, disusun dan diprogram dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Dosis beban latihan merupakan komponen yang sangat penting, yang harus diperhitungkan dengan cermat dalam menyusun program latihan.
e. Unsur-unsur Pembebanan Latihan Unsur-unsur pembebanan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan menurut M.Sajoto (1995 : 33-35) diantaranya adalah ”1) jumlah beban, 2) Repetisi dan set, 3) Frekuensi dan lamanya latihan” Beberapa pendapat berkaitan dengan dosis latihan untuk meningkatkan power atau daya ledak. Menurut Nossek (1982 : 80) sebagai berikut ”beban latihan 50% - 75% dari maksimal, repetisi 6-10, set 4-6, dan istirahat antar set 3-5 menit dan irama angkatan cepat, sedangkan menurut Harre (1982 : 81) ”beban latihan 30% - 50% dari maksimal, repetisi 6 – 10, set 4 – 6, istirahat antar set 2 – 5 menit dan irama angkatan cepat”. Dan dosis untuk latihan plyometrics menurut Bompa (1994 : 44) adalah dengan ”intensitas submaksimal, dengan jumlah repetisis 3-25, jumlah setnya 5-15 dan dengan istirahat antar set 3-5 menit”. Hal ini sesuai dengan pendapat Pyke (1991), bahwa dalam melatih power atau daya ledak, besarnya beban latihan sangat
21
penting, prinsipnya beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga dapat digerakkan dalam jumlah yang sangat dan cepat Mengenai berat latihan Moeloek & Arjatmo Tjokronagara (1984 ;1215) menyatakan bahwa ”berat pelatihan dapat diberikan dengan berbagai cara, antara lain dengan meningkatkan frekuensi pelatihan, jumlah pelatihan, macam pelatihan, ulangan (repetition), dalam suatu bentuk pelatihan, berat badan, kesukaran dalam suatu pelatihan dan memperpendek interval pelatihan”. Dari pendapat tersebut diatas, jelas bahwa beban latihan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan frekuensi latihan, meningkatkan intensitas latihan, meningkatkan program latihan maupun memodifikasi berbagai komponen dalam pelatihan, sehingga pelatih mempunyai kebebasan untuk berkreasi dalam melakukan pelatihan. Sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih dahulu beban yang akan diberikan disamakan, yaitu dengan intensitas latihan 50% - 75%, repetisi 10 kali, set 4-6, dan recovery 3-5 menit. Tujuan menyamakan beban yang diterima sampel sehingga dosis yang digunakan untuk kedua metode tersebut dari awal penelitian betul-betul merupakan sebuah keadaan yang seimbang
f. Peranan Power Otot Tungkai Dalam Berbagai Cabang Olahraga Power otot tungkai memuliki peranan yang sangat penting hampir disemua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang olahraga permainan baik olahraga individu maupun beregu, power otot tungkai mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya sebuah prestasi.
22
Berdasarkan jenis power dibedakan menjadi dua macam, Bompa (1990 : 285) mengemukakan bahwa ”power dibedakan dalam dua bentuk yakni power acyclic dan power cyclic”. Perbedaan jenis power ini dilihat dari segi kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan power asiklik secara dominan adalah cabang olahraga yang dalam penampilannya terdapat gerakan melempar, menolak dan melompat seperti pada cabang atletik, unsur-unsur gerakan pada senam, loncat indah dan permainan. Sedangkan power siklik lebih dominan untuk cabang olahraga yang aktivitasnya terdapat gerakan maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya. Besarnya power otot tungkai yang diperlukn pada masing-masing cabang tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot tungkai dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang diperlukan untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang olahraga atletik untuk nomor lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan dapat menentukan jenis dan model latihan yang paling tepat untuk mengembangkan power otot tungkai yang dimilikinya
23
2. Latihan a. Pengertian Latihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental dalam upaya untuk meningkatkan pencapaian prestasi. Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dalam olahraga, atlet harus melaksanakan latihan secara intensif. Menurut A. Hamidsyah Noer (1995:90) yang dimaksud dengan latihan adalah : “Suatu proses yang sistematis daripada berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada disampaikan Mulyono B (1992:21) yang menyatakan bahwa : Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu, dimana beban latihan dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya akan memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersamasama. Adapun menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:126) “ Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Ketiga teori tentang latihan tersebut diatas memiliki pengertian yang sama. Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa latihan adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan peningkatan beban
24
secara bertahap dan berkelanjutan yang dilakukan tertentu untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga.
b. Tujuan Latihan Upaya peningkatan prestasi di bidang olahraga mutlak memerlukan latihan. Proses latihan dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu dengan program yang baik. Latihan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian prestasi olahraga secara optimal. Tujuan serta sasaran utama dari latihan olahraga menurut A.Hamidsyah Noer (1995:90) adalah “Untuk membantu para atlet dalam meningkatkan keterampilan dan pencapaian prestasi semaksimal mungkin, disamping untuk menjaga stabilitas derajat kesehatan dan kesegaran jasmani atlet”. Sedangkan tujuan utama latihan dalam olahraga menurut Harsono (1988:100) adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin”. Jadi, tujuan akhir dalam pelaksanaan latihan adalah pencapaian prestasi yang semaksimal mungkin dalam olah raga. Untuk dapat mencapai hal tersebut mutlak diperlukan kemampuan fisik dengan tingkatan fitness yang tinggi. Sebab hanya dengan kemampuan fisik seperti itulah, seorang atlet akan dapat tampil prima dalam penampilam olahraganya. Dengan penampilan yang prima akan dapat memungkinkan pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya dalam olahraga. Karena tidak bisa ditinggalkan, maka kondisi fisik tersebut harus ditingkatkan melalui latihan fisik.
25
Sasaran dan tujuan latihan fisik menurut Harsono (1988:153) yaitu “untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dalam melakukan olahraga, sedangkan secara khusus latihan fisik ditunjukkan kepada komponen fisik tertentu. Memang semua komponenkomponen fisik dalam tubuh manusia tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Akan tetapi latihan fisik yang bersifat khusus, hanya akan menekan komponen-komponen fisik tertentu. Untuk meningkatkan komponen fisik tertentu, misalnya power otot, maka latihan fisik yang dilakukan harus bersifat khusus sesuai denngan karakteristik power otot tersebut.
c. Prinsip-prinsip Latihan Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga, menuntut adanya latihan secara intensif. Penyusunan program dan pelaksanaan latihan yang baik akan sangat diperlukan dalam pelaksanaan latihan, sebab hal itu akan turut menentukan terhadap hasil yang akan dicapai. Penyusunan program dan pelaksanaan latihan harus di dasarkan pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Nosseck (1982:14) bahwa prinsip-prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik”.
26
Usaha untuk mencapai suatu tujuan latihan haruslah dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsi latihan yang benar. Prinsip-prinsip tersebut menurut E.L Fox yang dikutip M. Sajoto (1995:30-31) yaitu : 1. Prinsip overload 2. Prinsip penggunaan beban secara progresif 3. Prinsip pengaturan latihan 4. Prinsip kekhususan program latihan Adapun menurut Bompa yang dikutip Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:130-140) prinsip-prinsip latihan tersebut adalah : 1. Prinsip beban lebih 2. Prinsip perkembangan multilateral 3. Prinsip intensitas latihan 4. Prinsip kualitas latihan 5. Prinsip berpikir positif 6. Variasi dalam latihan 7. Prinsip individualisasi 8. Penetepan sasaran (goal setting) 9. Prinsip perbaikan kesalahan Dari pendapat pendapat di atas ada kesamaan dan saling melengkapi, keduanya dapat disatukan. Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :
27
1) Prinsip Beban Lebih (overload) Prinsip latihan lebih merupakan faktor yang penting dalam peningkatan kemampuan atlet, karena pembebanan yang dilakukan lebih berat dari kemampuan atlet. Hal ini senada dengan Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1993:131) mengemukakan bahwa, “prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet”. Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, maka akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Dengan pembebanan lebih ini tubuh akan memberi respon terhadap rangsangan yang tepat dan akan beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut.
2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif Prinsip penggunaan beban secara progresif yang dimaksud adalah penggunaan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan beban adalah penentuan peningkatan harus berada dalam ambang rangsang. Dalam artian, pembebanan yang dilakukan tidak boleh terlalu berat karena dapat menyebabkan terjadinya over training. Nosseck (1982:49) menyatakan bahwa “periode stabilitas atau adaptasi organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”.
28
3) Prinsip Pengaturan Latihan Pembebanan yang dilakukan dalam latihan berbeban haruslah diatur sedemikian rupa, sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M. Sajoto (1995:31) mengemukakan bahwa : Latihan hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.
4) Prinsip Kekhususan Pengaruh yang ditimbulkan dalam latihan itu sangat bersifat khusus. Oleh karena itu, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus bersifat khusus pula. Dalam hal itu Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, “latihan itu harus bersifat khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan tersebut bersifat khusus sesuai dengan karakteristik gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan.
5) Prinsip Individual Kemampuan dan keadaan masing-masing orang berbeda, baik dari segi fisik, mental, watak, potensi, karakteristik belajarnya dan tingkat kemampuannya. Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis
29
latihan dan metode latihan dapat serasi untuk mencapai suatu prestasi bagi tiaptiap individu. Dosis latihan yang diberikan kepada atlet hendaknya bersifat individual. Meskipun sejumlah atlet atau siswa dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, namun kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai ciri yang berbeda. Faktor-faktor karakteristik individu harus dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan latihan. Dalam hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa : “Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmani, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain program latihan”. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet atau siswa. Dengan hal tersebut maka pelatih akan dapat memperhitungkan beban latihan yang akan diberikan kepada tiap atletnya dengan cepat.
d. Pengaruh Latihan Telah diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologi yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energy yang lebih besar dan memperbaiki penampilan fisik. Menurut Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L(1988 : 324) perubahan fisiologi yang terjadi akibat latihan fisik diklafikasikan menjadi 3
30
macam perubahan, yaitu : (a) perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang berhubungan dengan biomekanika, (b) perubahan yang terjadi secara sistematis, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi termasuk system pengangkutan oksigen, (c) perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan aklimatisasi panas. Secara lebih rinci perubahan-perubahan akibat latihan oleh Davis et al (1989 : 175-177) dijabarkan sebagai berikut. a. Perubahan-perubahan Biokimia : Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam otot rangka akibat latihan dikelompokkan menjadi dua, yakni : perubahan yang disebabkan oleh latihan aerobik dan perubahan yang disebabkan oleh latihan anaerobik. 1)
Perubahan yang terjadi pada aerobik otot akibat latihan aerobik a) Meningkatnya cadangan glukosa dan trigliserida b) Meningkatnya ekstraksi oksigen yang disebabkan adanya peningkatan konsentrasi mioglobin c) Meningkatnya pengangkutan oksigen melalui vaskularisasi, karena jumlah kapiler dalam otot meningkat d) Bertambahnya tempat untuk memproduksi energi karena bertambahnya ukuran dan jumlah mitokondria e) Terjadi peningkatan produksi ATP melalui sistem aerobik, karena jumlah enzim oksidatif meningkat sangat banyak.
2) Perubahan yang terjadi pada otot kaki akibat latihan anaerobik Perubahan yang terjadi dalam otot akibat anaerobik meliputi :
31
a) Peningkatan sistem ATP-PC seiring dengan meningkatnya cadangan ATPPC b) Peningkatan cadangan glukosa dan aktivitas enzim-enzim glikolitik. c) Meningkatnya kecepatan kontraksi otot. d) Hipertropi otot ( paling banyak pada serabut-serabut otot cepat). (1) Meningkatnya area crossectional, dengan demikian meningkatnya kekuatan (force) otot. (2) Meningkatnya jumlah dan ukuran myofibril per serabut otot. (3) Meningkatnya jumlah aktin dan moisin. (4) Meningkatnya diameter dan (mungkin) jumlah serabut otot. e) Meningkatnya densitas kapiler per serabut otot. f) Meningkatnya kekuatan tendon dan ligament. g) Meningkatnya kemampuan rekruitmen motor unit. h) Meningkatnya berat tubuh tanpa lemak. b.
Perubahan Pada Sistem Kardiorespiratori Perubahan yang terjadi pada sistem kardiorespiratori akibat latihan adalah : 1) Hipertropi jantung Pada latihan aerobik peningkatan ukuran jantung disebabkan oleh bertambah luasnya ventrikel kiri tanpa disertai penebalan dinding ventrikel, sedangkan pada latihan anaerobik perubahan ukuran jantung disebabkan karena terjadi penebalan dinding ventrikel. 2) Bertambahnya volume sekuncup jantung.
32
Dengan bertambah luasnya chambers (bagian dari ventrikel kiri), bertambah
tebalnya
dinding
ventrikel,
dan
ekstensibilitas,
serta
kontraktilitas jantung. Volume darah yang dipancarkan setiap detak menjadi lebih banyak. 3) Menurunnya frekuensi detak jantung pada saat istirahat. Cardiac output yang dibutuhkan pada saat istirahat adalah konstan, dengan meningkatnya isi sekuncup maka frekuensi detak jantung akan menurun. 4) Meningkatnya volume darah dan haemoglobin Latihan merangsang peningkatan plasma dan volume sel-sel darah merah, dengan demikian pengangkutan oksigen dan pembersihannya kembali menjadi lebih efektif. 5) Tekanan darah pada penderita hipertensi, latihan akan menurunkan tekanan darahnya sehingga menjadi normal. 6) Sistem respiratori Pengaruh latihan pada sistem respiratori adalah meningkatnya volume paru secara keseluruhan, dan pada orang-orang tertentu meningkatkan kapasitas difusi pulmonal. c.
Perubahan-Perubahan Lain Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti : 1)
Perubahan dalam komposisi tubuh.
2)
Perubahan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
3)
Perubahan dalam tekanan darah.
33
Perubahan dalam aklimatisasi ; dan
5)
Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung.
d.
4)
Perubahan Pada Saraf Perubahan fisiologis yang lain, selain dari 3 hal yang telah dikemukakan adalah perubahan-perubahan pada struktur saraf. Perubahan pada sruktur saraf ini tidak dibahas secara rinci seperti pada perubahan-perubahan otot skelet, tetapi hanya dikemukakan sebagian saja. Kebanyakan penelitian fisiologis dari latihan terfokuskan pada perubahan-perubahan dalam otot skelet.
Meskipun
demikian,beberapa
penelitian
yang
memusatkan
perhatiannya pada neurumuskuler junction dan motoneuron tidak kalah pentingnya, bahkan mungkin lebih penting karena ditemukan bahwa susunan atau struktur ini menunjukkan perubahan sebagai hasil dari latihan (Fox, 1984 : 231). Kekuatan dan power tidak hanya ditentukan oleh jumlah dan kualitas massa otot yang terlibat, tetapi juga oleh massa otot yang dapat diaktifkan melalui usaha yang disadari (volunter). Lebih lanjut ekspresi dari kekuatan dan power volunter disamakan dengan gerakan yang terampil, yang mana otot-otot penggerak utama harus diaktifkan secara keseluruhan, demikian juga otot-otot sinergis, sedangkan otot-otot antagonis dihambat. Latihan kekuatan dan power menyebabkan perubahan dalam sistem saraf, yang membuat seseorang lebih baik koordinasi kelompok ototnya, dan dengan demikian power menjadi lebih besar (Sale dalam Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ., 1986 : 289-299)
34
3. Sistem Energi Latihan a. Sistem Penyediaan Energi Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan suatu gaya melalui suatu jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan (Fox EL., 1984 : 11). Banyaknya energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan uatau kontraksi otot tak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP ( Adenosin Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung digunakan otot untuk melakukan kontraksi. ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam otot rangka yang sangat terbatas jumlahnya. Agar supaya kontraksi otot tetap berlangsung, maka ATP ini harus segera disintesis kembali. ATP bias diberikan pada sel-sel otot melalui 3 cara metabolisme, yaitu 2 secara anaerobik dan 1 secara aerobik
1) ATP-PC (Sistem Phosphagen) Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka persediaan ATP menjadi labih besar. Agar otot dapat berkontraksi berulang-ulang
35
dengan cepat kuat maka ATP harus dibentuk dengan cepat. Pembentukan kembali ATP (Resistensi ATP) diperlukan energi, energi tersebut berasal dari PC (Phosphocreatine) yang juga terdapat dalam otot. Apabila PC dipecah akan keluar energi, pemecahan tersebut tidak memerlukan oksigen. PC ini jumlahnya sangat sedikit tetapi merupakan sumber energi tercepat untuk pembentukan kembali ATP. ATP-PC sudah tersimpan dalam otot, keduanya dapat memberikan energi yang cukup dalam kerja fisik maksimal yang dilakukan dalam waktu 5 – 10 detik. Substansi tersebut segera terbentuk kembali setelah 30 detik, sumber energi ini sudah terbentuk sekitar 70%, untuk mencapai 100% diperlukan waktu 2 – 3 menit. Sistem ini merupakan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang diperlukan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan tinggi.
2) Glikolisis anaerobik (sistem asam laktat) Apabila cadangan PC yang digunakan untuk resintesis ATP berkurang, maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa menggunakan oksigen (anaerobik glikolisis). Dalam proses ini diperlukan reaksi yang lebih panjang dari pada sistem phospahagen, karena glikolisis ini menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat. Aktivitas yang diperlukan secara maksimal dalam waktu 45 – 60 detik menimbulkan akumulasi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dalam glikolisis anaerobik akan menurunkan pH dalam otot maupun darah. Perubahan pH ini akan menghambat kerja ensim-ensim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot, sehingga menyebabkan kontraksi menjadi lemah dan akhirnya otot
36
mengalami kelelahan. Untuk menghilangkan diperlukan waktu 3 – 5 menit. Apabila glikolisis anaerobik ini terus berlangsung maka pH akan menjadi sangat rendah sehingga menyebabkan atlet tidak dapat meneruskan aktivitasnya. Semua olahraga yang memerlukan kecepatan, pertama-tama menggunakan sistem phosphagen dan kemudian sistem asam laktat. Selanjutnya timbunan asam laktat dapat diubah menjadi glukosa lagi dalam hati. Untuk olahraga yang memerlukan waktu 1 sampai 3 menit energi yang digunakan terutama dari glikolisis ini.
1) Sistem aerobik Untuk jenis olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat, pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik. Apabila cukup oksigen, maka 1 mole glukosa dipecah secara sempurna menjadi CO2 (karbon dioksida) dan H2O (air), serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resistesis 3 mole ATP. Untuk reaksi tersebut diperlukan berates-ratus reaksi kimia serta pertolongan berates-beratus ensim, dengan sendirinya sangat rumit bila dibandingkan dengan kedua sistem terdahulu. Reaksi aerobik ini terjadi di dalam mitikondria Tabel 1 : Sistem Energi Predominan Berdasarkan Waktu Penampilan Waktu Penampilan Kurang dari 30 detik 30 detik – 90 detik 90 detik – 3 menit Lebih dari 3 menit
Sistem Energi Predominan ATP – PC ATP – PC dan Asam Laktat Asam Laktat dan Oksigen Oksigen
Contoh Jenis Kegiatan Lari cepat 100 meter Lari cepat 200 – 400 meter Lari 800 dan 1500 meter Lari 5000 - marathon
37
b. Karakteristik Umum Sistem Energi Secara ringkas karakteristik umum sistem penyediaan energi yang telah dikemukakan dapat dirangkum seperti dikemukakan oleh Davis. D., Kimmet, T., and Auty, M. (1989 : 52) sebagai berikut Tabel 2 : Karakteristik Umum Sistem Energi ATP – PC System
Lactic Acid System
Oxigen System
Anaerobik
Anarobic
Aerobic
Very rapid
Rapid
Slow
Chemical fuel : PC
Food fuel : glycogen
Food fuels : glycogen, fats and protein
Very limited ATP production
Limited ATP production
Unlimited ATP production
Muscular stores limited
By-product, lactic acid, couse muscular fatigue
No fatlguing by- products
Used with sprint or any highpower,short-duration activity
Used with activities of 1 to 3 min. duration
Used with endurance or long duration activities
Dalam kaitannya dengan sistem penyediaan energi yang telah diuraikan, kebanyakan aktivitas fisik atau olahraga menggunakan secara kombinasi. Aktivitas fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagaian diperoleh dari sistem anaerobik (ATP-PC dan LA), sedangkan aktivitas fisik dalam waktu yang lama energi dicukupi dari sistem aerobik.
4.
Latihan Berbeban Yang dimaksud dengan latihan berbeban, menurut Yusuf Hadisasmita dan
Aip Syarifuddin (1993:109) adalah “latihan-latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot,
38
untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut M. Furqon (1996:1) adalah “suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian secara sistematis pada berbagai otot tubuh”. Pelaksanaan dan penerapan latihan berbeban haruslah dilakukan secara sistematis dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1993:109) mengemukakan beberapa syarat dan prinsip yang penting diperhatikan dalam latihan beban adalah : 1. Latihan beban harus didahului oleh pemanasan yang menyeluruh. 2. Prinsip beban lebih, harus diterapkan. 3. Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak kurang dari 8 ulangan, untuk setiap bentuk latihan. 4. Setiap
mengangkat,
mendorong
atau
menarik
beban,
harus
dilaksanakan dengan teknik yang benar. 5. Ulangan angkatan (repetition) sedikit, dengan beban maksimum akan menghasilkan adaptasi terhadap kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan, sedangkan ulangan banyak dengan beban ringan, pada umumnya akan menghasilkan perkembangan daya tahan otot. 6. Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak seluasluasnya yaitu sampai batas gerak sendi, sehingga otot agag terasa tertarik. 7. Setelah latihan, pengaturan pernafasan harus diperhatikan. 8. Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya untuk sementara.
39
9. Latihan beban sebaiknya dilakukan tiga kali seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat. 10. Latihan beban harus diawasi oleh pelatih yang mengerti betul dengan latihan beban. Dalam melakukan latihan beban, agar efek atau pengaruh yang ditimbulkan dari latihan berbeban dapat efektif, latihan berbeban harus dilakukan dengan hati-hati. Selain itu pelatih juga harus memperhatikan kondisi fisik atlet. Latihan berbeban perlu juga memperhatikan umur dari orang yang akan melakukan latihan berbeban tersebut. Penyusunan program latihan berbeban akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi prinsip-prinsip latihan beban yang telah digariskan. Dalam menyusun
program
latihan
harus
memperhatikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi terhadap hasil latihan. Menurut M. Sajoto (1995:33-35), hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan beban yaitu : 1. Jumlah beban. 2. Repetisi dan set 3. Frekuensi dan lama latihan
a. Jumlah Beban Jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan harus tepat. Berkaitan dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan kekuatan, Nosseck (1982:46) mengelompokkan menjadi tiga tujuan yaitu : “ (a) kekuatan maksimum, (b) kekuatan kecepatan dan (c) ketahanan kekuatan”. Beban yang diberikan dalam
40
latihan kekuatan berbeda-beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Unsur kondisi fisik yang diperlukan dalam meningkatkan kekuatan terutama kekuatan kecepatan atau yang lebih dikenal dengan daya ledak menurut Nosseck bebannya adalah ± 70% dari maksimal sedangkan menurut Berger dalam Suharno HP (1985 :33) intensitas bebannya adalah 40%-60% dari maksimal. Beban awal yang diberikan kepada tiap individu berbeda-beda sesuai dengan kemampuan maksimal masing-masing individu yang bersangkutan.
b. Repetisi dan Set Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedangkat set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisis. Misalnya latihan dilakukan dalam 2 set dengan 8 repetisi maksudnya adalah melakukan angkatan sebanyak 8 kali diselingi istirahat kemudian melakukan ulangan sebanyak 8 kali lagi. Penentuan jumlah repetisi dan set disesuiakan dengan tujuan latihan, apakah untuk meningkatkan kecepatan, kekuatan, daya tahan atau power Latihan untuk meningkatkan kekuatan kecepatan (power) menurut Nossek (1982 : 81) adalah ”dengan intensitas 30% - 50%, repetisi 6 – 12, antara 4-6 set, dengan intirahat 2-5 menit, dengan irama cepat dan eksplosif”. Sedangkan menurut Sajoto (1995 : 34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan ”10-12 repetisi untuk 3-4 set”. Sedangkan dalam menentukan masa istirahat antara dua rangkaian latihan, menurut Ozolin yang dikutip Bompa (1994 : 44) yang menyatakan bahwa ”interval antar rangkaian latihan 2-5 menit, dan apabila dilakukan secara habis-habisan interval antara 5-10 menit”. Lebih spesifik lagi
41
Harsono (1988 : 198) menyatakan bahwa latihan power dengan weight training dilakukan dengan ”waktu istirahat 3 – 5 menit”. Selanjutnya antar set satu dengan set berikutmya dari latihan yang dilakukan harus terdapat waktu interval (recovery) untuk istirahat dengan tujuan memberikan kesempatan kepada tubuh untuk pemulihan. Dengan adanya waktu untuk recovery, dimungkinkan kondisi tubuh sudah siap untuk melakukan latihan berikutnya Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini latihan berbeban yang dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah dengan repetisi 10 kali, set 4-6, dengan istirahat antar set 3-5 menit, dan beban latihan ditingkatkan setelah 3 kali latihan.
c. Frekuensi Frekuensi adalah jumlah berapa kali latihan dilakukan tiap minggunya. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan waktu untuk melatih hingga terjadi perubahan yang nyata. Pendapat dikemukakan oleh Sajoto (1995 : 48) mengemukakan banwa ”Para pelatih dewasa ini umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”. Sedangkan Harsono (1988 : 194) mengemukakan bahwa Latihan sebaiknya dilakukan tiga kali seminggu, misalnya senin, rabu,jumat diselingi satu hari istirahat dengan alasan bahwa istirahat antara dua session latihan sebaiknya 48 jam dan tidak lebih dari 96 jam. Penelitian ini menunjukkan bahwa istirahat yang dianjurkan sedikitnya adalah 48 jam.
42
Lamanya waktu yang diperlukan dalam latihan disebut duration, lebih lanjut M.Sajoto (1995 : 139) menambahkan bahwa ”yang dimaksud dengan lama latihan atau disebut duration, adalah sampai seberapa mingu, atau berapa bulan program dijalankan”. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan untuk melatih hingga terjadi perubahan yang nyata. Oleh karena itu untuk mendapatkan perubahan yang nyata dan akzn memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan kondisi fisik. Dalam penelitian ini dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat mulai pukul 15.30 sampai selesai, secara teratur selama 8 minggu atau 24 kali pertemuan.
d. Latihan Berbeban untuk Meningkatkan Power Otot Tungkai Bentuk-bentuk latihan berbeban yang sesuai untuk meningkatkan power otot tungkai diantaranya adalah : 1) Squat Gerakan squat
bertujuan untuk melatih otot-otot gluteus,
hamstring, quadriseps, spinal erector dan soulder girdle, yang berperan terhadap grakan vertical jump. Pelaksanaan gerakan latihan squat adalah berdiri jongkok dengan menekuk lutut kurang lebih 90 derajat dan berdiri tegak (dengan meluruskan lutut), secara lengkap latihan squat tersebut adalah sebagai berikut a) Sikap awal Berdiri dengan kaki terbuka selebar bahu, selanjutnya pegang barbell dengan pegangan overhand dibelakang leher dan disandarka pada bahu.
43
b) Gerakan Tekuklah lutut untuk melakukan squat (kurang lebih 90 derajat), selanjutnya luruskan kedua lutut untuk kembali keposisi awal. Gerakan dilakukan secara terus menerus sesuai dengan program latihan yang harus dilaksanakan. c) Beban Latihan Latihan squat ini dilakukan dengan beban latihan 50% - 75% dari beban maksimal (Beban maksimal = 1 RM), dengan 3 – 6 set, istirahat 3-5 menit
dengan
gerakan
cepat.
Program
latihan
berbeban
ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 18. Sedangkan bentuk latiahn squat dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Latihan Squat (M. Sajoto , 1995:58)
2) Pelaksanaan Latihan Leg press Gerakan leg press bertujuan untuk melatih otot-otot gluteus, hamstring, quadriceps dan soleus, yang berperan terhadap gerakan vertical jump.
44
Gerakan leg press adalah latihan yang dilakukan dengan mendorong beban tertentu dengan kaki. Latihan ini dilakukan dengan gerakan menekuk dan meluruskan kaki dari posisi duduk, secara lengkap latihan leg press tersebut adalah sebagai berikut: a. Sikap awal Duduk rileks dan punggung bersandar pada bangku, lutut ditekuk dengan kedua kaki disatukan menahan beban, selanjutnya luruskan kaki mendorong beban. b. Gerakan Luruskan lutut dengan mendorong beban dengan kedua kaki bersamasama, selanjutnya tekuk kedua lutut untuk kembali keposisi awal. Gerakan dilakukan secara terus menerus sesuai dengan program latihan yang harus dilaksanakan, dengan menekuk dan meluruskan lutut dari posisi duduk c. Beban latihan Latihan leg press ini dilakukan dengan beban latihan 50%-75% dari beban maksimal (Beban Maksimal = 1 RM), dengan 3-6 set, istirahat 35 menit dengan gerakan cepat. Bentuk latihan
leg press
menurut
Baechle & Earle (1996 : 151) dapat dilihat pada gambar berikut:
45
Gambar 2. Latihan Leg Press
e. Pengaruh Latihan Berbeban Manfaat dari latihan berbeban adalah bersifat khusus terhadap sekelompok otot yang dilatih. Misalnya untuk meningkatkan kemampuan vertical jump, maka atlet mengikuti program latihan yang telah disusun yang melatih sekelompok otot yangmenunjang gerakan vertical jump Latihan berbeban merupakan latihan yang memberikan pembebanan terhadap otot. Selama latihan, otot-otot tubuh khususnya otot tungkai terlibat dalam gerakan melawan beban yang dilakukan secara berulang-ulang. Gerakan melawan beban yang dilakukan terus menerus akan dapat menimbulkan superkompensasi dan meningkatkan efisiensi gerak dari otot tungkai, sehingga otot-otot yang terlibat dapat beradaptasi dengan beban, yang akhirnya dapat meningkatkan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot ini terjadi akibat adanya pembesaran (hipertropy) otot. Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ., (1986 : 10) mengemukakan bahwa ”otot yang terlatih pada umumnya menjadi lebih besar dan kuat dari pada yang tidak terlatih. Ukuran penampang lintang
46
maupun volumenya menjadi lebih besar”. Otot yang terlatih dapat menjadi lebih besar, sehingga kekuatan otot pun akan meningkat. Secara fisiologis latihan beban dapat meningkatkan efektifitas kerja enzim di dalam otot dan kerja cardiovaskuler. Dengan kondisi tersebut maka kemampuan kerja otot pun akan meningkat. Latihan berbeban yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dapat merangsang kerja enzim didalam tubuh dan merangsang pertumbuhan sel otot. Hal ini sesuai pendapat (Fox,EL, Bower,R.W., Fose M.L, 1988) bahwa dengan latihan akan ”terdapat peningkatan jumlah mitokondria dalam otot rangka dan meningkatkan aktivitas enzim untuk metabolisme energi, baik secara aerobik maupun anaerobik”. Otot dilatih dengan latihan beban akan menjadi lebih besar dan lebih kuat, karena ukuran penampang lintang maupun volumenya menjadi lebih besar. Meningkatkan kekuatan otot tungkai menjadi modal dasar untuk mengembangkan power, mengingat power merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan power maka antara kekuatan dan kecepatan harus dikembangkan dan dilatih secara bersama-sama. Penekanan
latihan
berbeban
memberikan
beberapa
keuntungan
diantaranya adalah 1) Peningkatan kekuatan otot tungkai yang cukup besar, 2) Dengan adanya beban tambahan dari luar, lebih memberikan tantangan bagi pelaku sehingga dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam latihan. 3) Kontrol kesungguhan dan kebenaran dalam pelaksanaan program latihan lebih mudah. 4) Dapat dirancang untuk berbagai keperluan dan 5) Prinsip overload benar-benar terlihat
47
Sedangkan kelemahan dari latihan berbeban ini diantaranya adalah 1) Kecepatan gerak otot tungkai terabaikan karena beban terlalu berat sehingga peningkatan kecepatan lebih rendah, 2) Resiko terjadinya kelelahan dan cedera otot lebih besar, 3) peningkatan beban latihan, kadang-kadang tidak sesuai dengan perhitungan karena berat beban yang tersedia ukuranyya terbatas dan 4) Timbulnya kejenuhan saat melakukan latihan. Namun demikian latihan ini pun juga dapat digunakan untuk meningkatkan power
5.
LATIHAN PLYOMETRICS
a. Pengertian dan Tujuan Latihan Plyometrics Pengertian latihan plyometrics tidak terlepas dari pengertian latihan pada umumnya. Adapun pengertian latihan atau training secara umum, menurut Harsono (1988:101) adalah ,” Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau pekerjaannya”. Adapun menurut A. Hamidsyah Noer (1995:9) bahwa : “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulangulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah beban latihan untuk mencapai tujuan yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga. Latihan dalam olahraga meliputi latihan fisik, teknik, taktik dan mental.
48
Latihan plyometrics merupakan salah satu jenis latihan dari latihan fisik. Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh. Dalam hal ini Harsono (1988:153) menyatakan bahwa tujuan latihan fisik adalah “untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Latihan Plyometrics merupakan metode latihan yang bersifat khusus. Latihan plyometrics merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk meningkatkan power otot. Tipe kerja dalam latihan plyometrics yaitu cepat dan eksposif, sehingga latihan plyometrics cocok untuk mengembangkan power otot. Menurut Chu D. A (1992:1) bahwa, “ plyometrics adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan merupakan perwujudan dari daya ledak otot.
b. Dasar Fisiologis Latihan Plyometrics Tipe kerja latihan plyometrics yaitu dengan adanya kontraksi-kontraksi otot yang dilakukan dengan cepat dan kuat. Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:2) bahwa, “Plyometrics mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat”. Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam latihan plyometrics bersifat reflek dan reaktif. Radcliffe & Farentinos (1985:9) menyakan bahwa , “Dasar – dasar proses gerak sadar maupun tidak sadar yang terlibat dalam pliometrik adalah apa yang disebut refleks peregangan (stretch reflex), juga di sebut refleks spindle atau
49
refleks miotatik”. Dalam hal ini Pyke (1991:144) menyatakan bahwa, “Latihan dan drill plyometrics didasarkan pada prinsip-prinsip peregangan pendahuluan (pra-peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan”. Ciri khas dari latihan plyometrics adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliometrik merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-tipe seperti ini merupakan tipe kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan plyometrics merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power)
c. Prinsip-Prinsip Latihan Plyometrics Latihan plyometrics merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk latihan plyometrics. Selain mengikuti prinsip latihan olahraga secara umum, latihan plyometrics juga mengikuti prinsip khusus. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan pada latihan plyometrics, menurut Sarwono & Ismaryati (1999:39-42) antara lain, “(1) memberi regangan (stretch) pada otot, (2) beban lebih yang meningkatkan (progresive overload), (3) kekhususan latihan, (4) pulih asal”. Prinsip-prinsip latihan plyometrics tersebut diuraikan sebagai berikut :
50
1) Memberi Regangan Dasar gerak latihan plyometrics adalah adanya refleks peregangan sebelum kontraksi otot untuk melawan berat yang berlangsung dengan cepat. Menurut Sarwono & Ismaryati (1999:39) bahwa, “Tujuan dari pemberian regangan yang cepat (segera) pada otot-otot sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara fisiologis untuk, (1) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2) mendapatkan tenaga elastis dan (3) menimbulkan refleks regang”. Gerakan plyometrics didasarkan pada kontraksi refleks dari serabutserabut otot dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan otot secara cepat pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan stimulasi pada sistem neuromuskuler dan meningkatkan refleks peregangan dinamis pada otot.
2) Beban Lebih yang Meningkat (progresive Overload) Prinsip beban lebih atau overload merupakan prinsip dasar latihan, termasuk dalam latihan plyometrics. Prinsip beban lebih dapat merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang dapat mendorong peningkatan kemampuan otot atau tubuh. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelummnya secara teratur dan kontinyu. Dalam hal ini Pate R., Clenaghan M. B. & Rotella R. (1993:318) mengemukakan bahwa, “Sebagian besar sistem fisiologis dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari”.
51
Dengan demikian agar kemampuan atlet dapat meningkat, maka beban yang diberikan dalam latihan harus merupakan beban yang lebih berat dari beban yang telah terbiasa diterima sebelumnya. Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya tersebut, akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Oleh karena itu, prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan latihan. Harus selalu diingat, bahwa peningkatan beban latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau berlebihan. Jika beban latihan yang diberikan tersebut terlalu tinggi dan berlebihan, yang diperoleh bukan kemajuan kondisi fisik, tetapi malah sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik. Karena beban yang berlebihan kemungkinan dapat menimbulkan cidera sehingga kondisi fisiknya menurun karena sakit. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka peningkatan beban latihan diberikan secara progresif. Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa : “Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum. Dan jangan berlatih melebihi kemampuan”. Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektivitas kemampuan fisik. Pembebanan dalam latihan plyometrics memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus. Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:17) bahwa, “program latihan plyometrics harus diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif),
52
kecepatan (temporal) dan jarak (spasial)”. Peningkatan beban latihan plyometrics dapat dilihat dari beban yang digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh.
3) Kekhususan Latihan Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik, pola gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan pola gerak jenis olahraga yang akan dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, “latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Latihan hendaknya melibatkan gerakan yang langsung menuju pada nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang bersangkutan. Prinsip kekhususan yang juga berlaku untuk latihan plyometrics. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang digunakan, sistem energi serta pola gerakan (ketrampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang dikembangkan. Bentuk latihan-latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
53
Agar memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka program latihan yang disusun untuk meningkatkan lompat jauh, juga harus berpegang teguh pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik dalam pola gerak, jenis kontraksi otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan dalam latihan tersebut harus sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik lompat jauh.
4) Pulih Asal Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan recovery atau sering pula disebut prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal yang cukup. Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam proses pelaksanaan latihan. Menurut Suharno H.P (1993:17), manfaat prinsip interval ini antara lain untuk “(a) menghindari terjadinya overtraining, (b) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan, dan (c) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”. Cidera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat dan dilakukan secara terus menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan dapat memberikan kesempatan pada tubuh untuk istirahat, sehingga dapat menghindari terjadinya cidera. Interval yang cukup juga dapat memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan, sehingga dapat diperoleh superkompensasi yang baik. Prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan, termasuk dalam latihan plyometrics. Lama waktu pulih asal untuk latihan plyometrics, menurut Chu (1992:14) yaitu, “menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1 : 5 sampai 1 : 10 “. Dalam hal ini Radcliffe & Farentinos (1985:20) mengemukakan bahwa,
54
“Periode istirahat 1-2 menit di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan plyometrics untuk pulih kembali”. Dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Jika tidak ada waktu pemulihan yang cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan akibatnya penampilannya akan menurun. Latihan plyometrics merupakan metode latihan yang relatif masih baru. Menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa, “plyometrics adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Perpaduan antara kecepatan dan kekuatan merupakan perwujudan dari daya ledak otot. Oleh karena itu plyometrics merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power). Tipe kerja dalam latihan plyometrics yaitu cepat dan eksplosif. Gerakangerakan yang dilakukan bersifat reaktif. Menurut Pyke (1991:144) bahwa Latihan drill plyometrics didasarkan pada prinsip-prinsip peregangan pendahuluan (praperegangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan. Ciri khas dari latihan plyometrics adalah adanya peregangan pendahuluan (prestretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan plyometrics merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam latihan plyometrics adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-
55
tipe seperti ini merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan plyometrics merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power).
1) LATIHAN PLYOMETRICS KNEE TUCK JUMPS a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Knee Tucks Jumps Latihan plyometrics knee tuck jumps merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai dengan gerakan meloncat-loncat di tempat. Pelaksanaan dari latihan ini adalah sikap berdiri tegak dan sewaktu akan melakukan gerakan meloncat lutut sedikit ditekuk, kemudian meloncat setinggitingginya dengan ujung telapak kaki. Pada saat kaki sudah terangkat, kedua lutut ditekuk hingga siku-siku dan kedua lengan disentuhkan dengan lutut. Selanjutnya mendarat dengan ujung telapak kaki mengeper dan dilanjutkan meloncat kembali hingga berulang-ulang. Dalam latihan ini harus meloncat-loncat setinggi-tingginya dengan cepat dan berulang-ulang. Pada saat melakukan gerakan tersebut otot-otot tungkai dituntut untuk bekerja secara berulang-ulang dan terus-menerus. Dengan keadan tersebut maka dapat meningkatkan power otot tungkai. Karena pelaksanaannya yang cepat dan tidak ada saat relaksasi, maka hal ini dapat meningkatkan kekuatan sekaligus kecepatan gerak otot tungkai. Dengan demikian latihan ini dapat memberi manfaat terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai.
56
Gambar 3. Latihan Plyometrics Knee Tuck Jumps (Chu Donald A., 1992 : 28) b. Pengaruh latihan Plyometrics Knee Tucks Jumps Knee Tuck Jumps/loncatan dengan lutut ditekuk yang dimaksudkan adalah : kaki menolak pada tanah untuk melompat dengan kaki ditekuk secara vertikal dan mendarat dengan lutut diluruskan kembali seperti semula. Kemungkinan pengaruh yang ditimbulkan dari pemberian latihan tersebut terhadap peningkatan power otot tungkai dapat diketahui dari power yang diperoleh dari latihan Dengan melihat power yang terdiri dari dua komponen yaitu kekuatan dan kecepatan maka dimungkinkan power otot tungkai akan meningkat. kelebihan berupa peningkatan kecepatan yang cukup besar dan disisi lain juga memiliki kelemahan yaitu tidak optimalnya unsur kekuatan.
57
2) LATIHAN PLYOMETRICS SQUAT JUMP a. Latihan Pelaksanaan Plyometrics Squat Jump Menurut James Radcliffe A Robhert & Farentinos (1985:12) “Squat Jump menekankan pada meloncat untuk mencapai ketinggian maksimal”. Berdasarkan pendapat tersebut, jelas bahwa Latihan Plyometrics Squat Jump menekankan pada kemampuan melompat lompat yang tinggi. Pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat Jump adalah meloncat keatas setinggi mungkin. Setelah mendarat, segera ulangi gerakan ini. Kerjakan latihan ini setinggi mungkun, untuk lebih jelasnya pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat Jump disajikan gambar sebagai berikut :
Gambar 4. Latihan Plyometrics Squat Jump (Chu Donald A., 1992:61) b. Pengaruh Latihan Plyometrics Squat Jump Di tinjau dari pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat Jump, latihan ini dapat meningkatkan kekuatan dan power otot tungkai. Gerakan Squat Jump dilakukan dengan kuat dan cepat agar dapat melompat setinggi-tingginya, setelah
58
itu mendarat dengan memantul / mengeper selanjutnya meloncat lagi yang dilakukan secara berkesinambungan. Unsur kekuatan dan
kecepatan pada
gerakan
Squat
Jump
ini
dikembangkan secara optimal, sehingga akan terbentuk kekuatan dan power otot tungkai. Menurut Pyke (1991:144) “Semua latihan ( lompat memantul ) itu sangat baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan, karena latihan itu menjembatani perbedaan kekuatan dan power “. Pelaksanaan latihan plyometrics Squat Jump ini dilakukan dengan kedua kaki secara bersamaan sehingga hal ini akan menghasilkan power otot tungkai yang berimbang. Kekuatan otot tungkai mempunyai peran penting untuk aktifitas gerakan-gerakan olahraga seperti melompat, meloncat dan sebagainya. Pada gerakan lompat jauh, keberadaan kekuatan otot tungkai mempunyai peranan penting untuk menghasilkan daya tolak yang maksimal dengan tenaga yang eksplosif. Penekanan latihan plyometrics memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah 1) Resiko terjadinya cedera otot lebih rendah, sehingga aman pada saat latihan, 2) Kontrol kesungguhan dan kebenaran dalam pelaksanaan program latihan lebih mudah 3) Peningkatan beban latihan lebih tepat, sesuai dengan ketentuan, 4) Memungkinkan sejumlah peserta untuk berlatih bersama, sehingga menghemat waktu Sedangkan kelemahan dari latihan plyometrics ini diantaranya adalah 1) Beban latihan relatif ringan, sehingga peningkatan lebih rendah 2) Unsur tantangan lebih rendah, sehinggan kurang menarik 3) Timbulnya kejenuhan saat
59
melakukan latihan 4) Timbulnya kelelahan yang sangat bagi pelaku. Namun demikian latihan ini pun juga dapat digunakan untuk meningkatkan power
1. 2.
3.
4. 5. 1.
2. 3.
4.
KEUNTUNGAN LATIHAN BERBEBAN PLYOMETRICS Peningkatan kekuatan otot tungkai 1. Resiko terjadinya cedera otot lebih yang cukup besar rendah, sehingga aman pada saat Dengan adanya beban tambahan dari latihan luar, lebih memberikan tantangan 2. Kontrol kesungguhan dan kebenaran bagi pelaku sehingga dapat dalam pelaksanaan program latihan meningkatkan semangat dan lebih mudah motivasi dalam latihan 3. Peningkatan beban latihan lebih Kontrol kesungguhan dan kebenaran tepat, sesuai dengan ketentuan dalam pelaksanaan program latihan 4. Memungkinkan sejumlah peserta lebih mudah untuk berlatih bersama, sehingga Dapat dirancang untuk berbagai menghemat waktu keperluan dan Prinsip overload benar-benar terlihat KEKURANGAN Kecepatan gerak otot tungkai 1. Beban latihan relatif ringan, sehingga terabaikan karena beban terlalu berat peningkatan lebih rendah sehingga peningkatan kecepatan 2. Unsur tantangan lebih rendah, lebih rendah, sehinggan kurang menarik Resiko terjadinya kelelahan dan 3. Timbulnya kejenuhan pada saat cedera otot lebih besar, beban latihan semakin bertambah, Peningkatan beban latihan, kadangkarena jenis latihan yang tidak kadang tidak sesuai dengan berubah perhitungan karena berat beban yang 4. Timbulnya kelelahan yang sangat tersedia ukuranyya terbatas dan bagi pelaku Timbulnya kejenuhan saat melakukan latihan.
60
6.
KECEPATAN
a. Pengertian Kecepatan Kecepatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang memegang peranan dalam beerbagai cabang olahraga. Kecepatan menurut Suharno HP (1993:47) “adalah kemampuan atlet untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Adapun menurut A. Hamidsyah Noer (1995:158) faktor-faktor yang turut menentukan baik tidaknya kecepatan yang dimiliki oleh seorang atlet antara lain ditentukan oleh 1. Usia, bakat dan jenis kelamin 2. Macam fibril otot berdasarkan pembawaan sejak lahir 3. Pengaturan sistem dan koordinasi yang baik 4. Kekutan otot 5. Sifat Elastisitas dan rileks dari otot. Kecepatan sendiri terbagi menjadi beberapa macam, dalam hal ini menurut Nosseck (1982:91) kecepatan dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1. Kecepatan sprint 2. Kecepatan reaksi 3. Kecepatan bergerak
b. Pengaruh Kecepatan terhadap Power Otot Tungkai Dalam melakukan aktivitas olahraga, kecepatan akan berpengaruh terhadap cabang olahraga yang dilakukan. Seperti dalam kaitannya dengan power otot tungkai, kecepatan akan berpengaruh terhadap power otot tungkai. Hal ini
61
dikarenakan semakin cepat seseorang maka kemampuan power yang dihsilkan akan semakin baik. Hal ini dikarenakan kecepatan merupakan unsur pembangun dari power. Pada dasarnya serat otot manusia terdiri dari dua macam yaitu serat otot putih dan serat otot merah. Jenis serat otot yang dimiliki oleh seseorang merupakan pembawaan dari lahir.seseorang yang mempunyai serat otot putih yang lebih dominan maka orang tersebut akan memiliki kecenderungan lebih cepat dari pada yang mempunyai serat otot merah yang dominan. Kemampuan kecepatan seseorang sangat tergantung pada bakat yang dibawa sejak lahir. Namun demikian kecepatan seseorang akan dapat dikembangkan
dengan
melatih
atau
mengembangkan
unsur-unsur
yang
mendukung kecepatan tersebut. Jadi kemampuan kecepatan dapat ditingkatkan walaupun peningkatan tersebut relatif kecil. Dalam hal ini Nosseck (1982:59) berpendapat bahwa “peningkatan kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan lari hanya berjumlah 20-39%”.
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebuah kajian untuk hipotesis. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :penelitian yang dilakukan oleh :Indra Jati Kusuma yang berjudul Pengaruh Metode Latihan dan power lengan terhadap kecepatan smas bulu tangkis, hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
62
1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan plyometrics dengan metode latihan berbeban terhadap peningkatan kecepatan smas bulu tangkis 2. Ada perbedaan kecepatan smes bulu tangkis antara mahasiswa yang memiliki power lengan tinggi dan power lengan rendah setelah pemberian latihan. 3. Ada interaksi antara metode latihan dan power lengan terhadap kecepatan smes bulu tangkis. a. Kelompok mahasiswa yang memiliki power lengan rendah memiliki peningkatan hasil kecepatan smas bulutangkis yang besar jika dilatih dengan latihan plyometrics b. Kelompok mahasiswa yang memiliki power lengan tinggi memiliki peningkatan kecepatan smas bulutangkis yang lebih baik jika mendapat latihan beban Slamet Riyadi yang berjudul Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan terhadap Power Otot Tungkai , hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan beban dengan latihan plyometrics terhadap power otot tungkai. 2. Ada perbedaan yang signifikan power otot tungkai antara mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dengan mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. 3. Ada interaksi yang signifikan antara latihan beban dan tingkat kekuatan otot terhadap hasil power otot tungkai. Bagi kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi, lebih baik jika dilatih dengan latihan
63
pliometrik dan bagi kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah, lebih baik jika mendapat latihan berbeban.
C. Kerangka Penelitian Setelah mengkaji uraian diatas maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
1) Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dan Plyometrics Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Salah satu faktor kondisi fisik untuk mencapai prestasi dalam olahraga adalah power otot tungkai. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif. Untuk meningkatkan prestasi olahraga, kemampuan power otot tungkai atlet harus ditingkatkan. Metode latihan untuk meningkatkan power harus bersifat khusus sesuai dengan karakteristik power otot tungkai. Salah satu metode latihan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah latihan berbeban dan plyometrics. Latihan berbeban adalah latihan tahanan dengan menggunakan media beban sebagai alat pembebanannya. Latihan ini sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot. Latihan ini mempunyai keunggulan dalam hal pembebanan karena menggunakan beban tambahan dari luar. Keuntungan dari latihan berbeban adalah adanya peningkatan kekuatan otot tungkai yang cukup besar. Padahal kekuatan otot tungkai merupakan faktor utama pembentuk power. Sedangkan kelemahan dari latihan ini adalah belum maksimalnya unsur kecepatan, yaitu kecepatan gerak otot
64
tungkai terabaikan karena beban terlalu berat sehingga peningkatan kecepatan lebih rendah Latihan plyometrics adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan. Oleh karena itu plyometrics merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power). Latihan ini mempunyai kelebihan dalam hal kecepatan karena hanya menggunakan beban dengan berat badan sendiri. Latihan plyometrics ini memiliki kelebihan berupa peningkatan kecepatan yang cukup besar dan disisi lain juga memiliki kelemahan yaitu tidak optimalnya unsur kekuatan. Namun demikian jika latihan dilakukan dengan cermat, sesuai dengan program latihan yang telah direncanakan, maka kelemahan dari latihan ini dapat diperkecil Dari uraian tersebit diatas dan dengan memperhatikan kelebihan serta kekurangan yang ada pada masing-masing metode latihan, maka dapat diduga bahwa antara latihan berbeban dan latihan plyometrics akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan power otot tungkai. Sehingga diduga ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai
2) Perbedaan Siswa yang Memiliki Kecepatan Lari Tinggi dan Memiliki Kecepatan Lari Rendah Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Selain metode latihan, kecepatan juga berpengaruh terhadap kemampuan power otot tungkai seseorang karena semakin bagus kecepatan seseorang maka
65
kemampuan yang power dihasilkan akan cenderung lebih baik. Hal ini dikarenakan kecepatan merupakan salah satu unsur pembangun power. Hal ini semakin memperjelas bagaimana berpengaruhnya kecepatan terhadap peningkatan power otot tungkai. Dengan power otot tungkai yang sama, maka akan jauh lebih optimal seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi daripada yang mempunyai kecepatan rendah. Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa perbedaan tinggi rendahnya kecepatan yang dimiliki seseorang, akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan power otot tungkai orang yang bersangkutan. Sehingga diduga ada perbedaan pengaruh terhadap perbedaan power otot tungkai antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dengan siswa yang memiliki kecepatan rendah.
3) Pengaruh Interaksi Latihan berbeban dan plyometrics Ditinjau dari Kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai. Latihan berbeban dan plyometrics merupakan bentuk latihan yang bisa digunakan dalam meningkatkan power otot tungkai.
Dalam pelaksanannya
latihan berbeban menuntut seseorng untuk mengangkat beban dari luar. Sedangkan plyometrics menuntut kecepatan gerak karena hanya menggunakan berat badan sendiri sebagai pembebanannya. Ditinjau dari pelaksanaannya, masing-masing metode mempunyai kelebihan masing-masing. Latihan berbeban lebih unggul dalam hal pembebanan, sedangkan plyometrics lebih unggul dalam hal kecepatan. Karena power otot tungkai adalah suatu bentuk usaha dalam melakukan daya dalam waktu yang
66
sesingkat-singkatnya, maka kecepatan akan mempengaruhi kerja dari power otot tungkai. D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai. 2. Ada perbedaan antara siswa yang memiliki kecepatan lari tinggi dan rendah terhadap peningkatan power otot tungkai. 3. Ada pengaruh interaksi latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai.
67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK N 2 Pacitan 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan
selama delapan minggu, dimulai
pada bulan November sampai dengan bulan Januari dengan frekuensi pertemuan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat. Penentuan waktu pembelajaran dengan frekuensi tiga kali seminggu sesuai dengan pendapat Brooks,GA, Fahey D (1984 : 405) bahwa dengan rekuensi tiga kali perminggu akan terjadi peningkatan kualitas penampilan. Dengan alasan bahwa pembelajaran tiga kali perminggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban yang diterima Pertemuan dilaksanakan diluar jam sekolah yaitu sehabis pulang sekolah, dengan tujuan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Secara keseluruhan kegiatan perlakuan berlangsung selama 24 kali pertemuan
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
68
memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 x 2. menurut Sugiyanto (1995:30-31) bahwa : “rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independent”. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian sebagai berikut : Tabel 3. Rancangan Penelitan Faktorial 2 x 2 Metode Latihan (B)
Latihan berbeban (b1)
Latihan Plyometrics (b2)
Kecepatan Tinggi (a1)
a1b1
a1b2
Kecepatan Rendah (a2)
a2b1
a2b2
Kecepatan Lari (A)
Keterangan : a1 b1
: kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi yang dilatih dengan latihan berbeban.
a2 b1
: kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi yang dilatih dengan latihan plyometrics
a1 b2
: kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah yang dilatih dengan latihan berbeban
69
a2 b2
: kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah yang dilatih dengan latihan plyomertics.
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependen) dengan perincian sebagai berikut : 1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. a. Variabel manipulatif , yang terdiri dari dua perlakuan : 1. Latihan berbeban. 2. Latihan plyometrics. b. Variabel atributif yang dikendali yaitu kecepatan lari, merupakan variabel yang melekat pada sampel dan menjadi sifat dari sampel tersebut yang dibedakan menjadi dua yaitu 1. Kecepatan lari tinggi 2. Kecepatan lari rendah 2. Variabel terikat (dependent) Variabel dependent dalam penelitian ini adalah peningkatan power otot tungkai
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Untuk memberikan penafsiran
terhadap variabel-variabel
dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari vareabel-variabel penelitian yang ada. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
70
1) Latihan berbeban adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berupa besi yang merupakan beban sebagai saran untuk meningkatkan dan mengembangkan power otot tungkai Latihan squat adalah latihan yang dilakukan dengan gerakan menekuk lutut, dan meluruskan kembali pada posisi tegak dengan mengangkat beban tertentu. Latiahan leg press adalah latihan yang dilakukan dengan mendorong beban tertentu dengan kaki. Latihan ini dilakukan dengan gerakan menekuk dan meluruskan kaki dari posisi duduk. 2) Latihan plyometrics, yaitu knee tuck jump dan squat jump. Latihan plyometrics adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya terdapat kontraksi dan regangan otot secara cepat yang memungkinkan otot mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat Latihan knee tuck jump adalah loncatan dengan lutut ditekuk dengan kaki menolak pada tanah untuk meloncat dan mendarat dengan mengeper. Latihan squat jump
adalah loncatan keatas setinggi-
tingginya, setelah mendarat segera ulangi gerakan ini 3) Kecepatan lari yang dibedakan atas kecepatan tinggi dan kecepatan rendah, 4) Power otot tungkai dapat diartikan sebagai kemampuan otot tungkai seseorang untuk mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Diukur dengan vertical power jump test, yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan
71
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Negeri 2
Pacitan tahun ajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 70 siswa. 2.
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Negeri 2
Pacitan tahun ajaran 2009/2010, yang besarnya 40 orang. Besar sampel tersebut diperoleh dengan teknik purposive random sampling, yaitu dari sejumlah populasi yang ada, untuk menjadi sampel harus memenuhi ketentuan-ketentuan sesuai dengan tujuan penelitian. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah : a. Berjenis kelamin laki-laki b. Berminat untuk mengikuti latihan beban dan plyometrics c. Sehat jasmani dan rokhani d. Tidak melakukan akrivitas atau latihan fisik yang lain yang terprogram e. Bersedia menjadi sampel penelitian Seluruh populasi penelitian selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap kecepatan, dengan tujuan untuk mengetahui siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan kecepatan rendah kemudian dirangking. Dari hasil rangking tersebut diambil 20 siswa, urutan atau peringkat 1 sampai dengan 20 sebagai sampel dengan kecepatan tinggi dan peringkat 1 sampai dengan 20 urutan rangking dari bawah sebagai sampel dengan kecepatan rendah. Kemudian populasi yang berada pada rangking antara 21 yang memiliki kecepatan tinggi sampai dengan urutan 21 yang
72
memiliki kecepatan rendah dihilangkan. Sehingga terbentuk dua kelompok latihan yang memiliki kecepatan relatif sama. Dari dua kelompok yang sudah terbentuk pada setiap taraf, selanjutnya dengan cara undian (random) ditetapkan sebagai kelompok latihan tahanan yang mendapat perlakuan latihan berbeban dan latihan plyometrics, yang selanjutnya untuk membentuk 4 kelompok latihan yang masing-masing jumlahnya sama yaitu 10 orang
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran yaitu dengan pengukuran kecepatan dengan lari cepat 40 m Ismaryati (2006: 57-58) dan pengukuran power otot tungkai dilakukan dengan vertical power jump test (Kirkendall DR, Gruber J.J,Johnson R.R 1986 :189-190).
1. Mencari Reliabilita Tes Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari reliabilitanya, untuk mengetahui keajegan dri tes yang bersangkutan. Untuk mencari besarnya koefisien reliabilita, dipergunakan ANAVA (Thomas, Nelson., 2001 : 187) dengan rumus : R=
MS B MSW MS B
Dengan : MSB =
MS B df B
73
MSB =
SS A SS AB df A df AB
Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas
SS
= Jumlah kuadrat perlakuan
MS
= Rata-rata kuadrat perlakuan
df
= Derajat kebebasan
A
= Perlakuan kolom
B
= Perlakuan baris
AB
= Interaksi antara perlakuan baris dan perlakuan kolom
2. Uji Coba Instrumen Uji coba instrument penelitian untuk tes kecepatan lari dan tes power otot tungkai adalah dengan mencari koefisien reliabilitasnya. Tes kekuatan otot tungkai akan dilakukan pada awal bulan mei dan tes power otot tungkai pertama kali dilakukan setelah tes kakuatan otot tungkai. Tes kekuatan otot tungkai ini oleh Bossey Derek (1980 : 26) mempunyai validitas face validity. Setelah dilakukan uji tes, ternyata diperoleh reliabilita 0.872, selanjutnya hasil tes ini digunakan untuk mencari dan menetukan sampel yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu sampel yang masuk kategori kekuatan tinggi dan kategori kekuatan rendah. Sedangkan tes power otot tungkai oleh Johnson (1986 : 293) dinyatakan mempunyai reliabilitas 0.977 untuk laki-laki, objektivitas 0.99 dan validitas 0.989 untuk siswa laki-laki, dan selanjutnya setelah dilakukan uji tes diperoleh reliabilitas tes 0.989
74
Dalam kategori koefisien reliabilita hasil tersebut dengan menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B (1992 : 22) yaitu : Tabel 4. Tabel Koefisien Kategori Reliabilitas Kategori
Validita
Reliabilita
Obyektivita
Tinggi sekali
0.80 – 1.00
0.90 – 1.00
0.95 – 1.00
Tinggi
0.70 – 0.79
0.80 – 0.89
0.85 – 0.94
Cukup
0.50 – 0.69
0.60 – 0.79
0.70 – 0.84
Kurang
0.30 – 0.49
0.40 – 0.59
0.50 – 0.69
Tidak signifikan
0.00 – 0.29
0.00 – 0.39
0.00 – 0.49
G. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul selanjutnya di analisis dngan menggunakan teknik analisis statistik, untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam penelitian ini. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil tes power otot tungkai pada masing-masing sel atau masing-masing kelompok pada desain eksperimen Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varian (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05. Selanjutnya untuk membandingkan pasangan rata-rata dari perlakuan yang diberikan uji Rentang Newman Keuls (Sudjana, 2002 : 36-40).
75
1. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilanjutkan ke uji hipotesis, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat berupa :
a. Uji Normalitas Sampel Uji normalitas data dilakukan dengan uji kenormalan secara nonparametric. Uji normalitas data dilaksanakan dengan menggunakan Uji Lilliefors dengan α = 0,05, dengan rumus: = (
dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel) Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dengan cara membandingkan
hasil Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari table Lilliefors dengan taraf signifikansi 5% dari rumus L = Max F(Zi) – S(Zi) : F(Zi) – P (Z ≤ (Zi). Ho diterima bila Lhit < Ltab, yang berarti sampel berasal dari populasi normal
b. Uji Homogenitas Varians Untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan rata-rata dari masingmasing kelompok sampel yang digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan uji homogenitas yang meliputi : 1) Uji homogenitas antara sampel latihan berbeban dan latihan plyometrics. 2) Uji homogenitas antara sampel kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah.
76
Untuk menaksir rata-rata dan menguji kesamaan atau perbedaan dua ratarata perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua kelompok sampel mempunyai variansi yang sama. Kelompok-kelompok sampel dengan variansi yang sama besar ini dinamakan homogeny. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho adalah : F=
(Sudjana, 2002 :250)
Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan Uji Bartlett dengan α = 0,05), dengan rumus : =
(Sudjana, 2002 : 261-466)
Ho diterima bila
<
tab, yang berarti sampel-sampel berasal dari
populasi yang homogeny. Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji Bartlett menurut Sudjana (2002 : 262) akan lebih mudah dan lebih baik bila disusun kedalam tabel sebagai berikut : Tabel 5. Satuan Harga untuk Uji Bartlett Sampel ke
Dk
1/(dk)
Log
(dk) log
1
-1
1/(
-1)
Log
(
) Log
2
-1
1/(
-1)
Log
(
) Log
-1
1/(
-1)
Log
(
) Log
. . . K Jumlah
∑ ( -1)
∑
-
-
∑(
) Log
77
2. Uji Hipotesis Data hasil tes akhir power otot tungkai dianalisis dengan anava dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 yang sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat yaitu normalitas sampel (uji Lilliefirs dengan α = 0,05) dan uji homogenitas varians (Uji Bartlett dengan α = 0,05). Selanjutnya prosedur Analisis dua jalur secara rinci sebagai berikut: Tabel 6. Analisis Variansi Dua Jalur Source Of Variance
SS
Df
MS
F
Between group
SS B
df B
MS B
FB
A
SS 1
df 1
MS 1
F1
SS 2
df 2
MS 2
F2
SS 1X 2
df 1x 2
MS 1x 2
F 1x 2
SS w
df w
MS W
SS T
df t
B A*B Within groups Total
Langkah-Langkah Perhitungan : a). Sum of Square 1) Total Sum of Square (SS r ) SS r = X
2
X -
2
N
2) Between group sum sguare (SS B )
SS B
X = 1
N1
2
+
X 2
N2
2
X X 2
+
k
Nk
N
2
78
3) Within group sum square (SS W ) SS W = SS r - SS B 4) Sum of square for factor 1 (SS 1 )
SS 1 =
2 Sumofeachc olumn 2 - X
N
Ninearchco lumn
5) Sum of square for factor 2 (SS 2 )
SS 2 =
2 Sumofeachrow 2 - x
Nineachrow
N
6) Sum of square for Interactions (SS 1x 2 ) SS 1x 2 = SS b - SS 1 - SS 2
b). Degrees of freedom 1) Total Degrees of Freedom df r = N – 1 2) Degrees of Freedom Within Groups df w = N – K 3) Degrees of Freedom for Factor 1 df 1 = one less than the number of levels for factor 1 4) Degrees of Freedom for factor 2 df 1 = one less than the number of levels for factor 2 5) Degrees of Freedom for interaction df 1x 2 = df 1 xdf 2
79
6) Degrees of Freedom Between Groups df B = k – 1 c). Mean Square 1) Mean Square Between Groups(MS B ) MS B =
SS B df b
2) Mean Square within Groups (MS W ) MS W =
SSW df w
3) Mean Square for factor 1 (MS 1 ) MS B =
SS1 df 1
4) Mean Square for factor 2 (MS 2 ) MS B =
SS 2 df 1
MS B =
SS 3 df 3
5) Mean Square for interactioa (MS 1X 2 ) MS 1X 2 =
SS1 X 2 df 1x 2
d). Frations and test of significance 1) Effect of Between group (F B ) F=
MS B MSW
80
2) Effect of factor 1 (F 1 ) F=
MS1 MSW
3) Effect of factor 2 (F 2 ) F=
MS 2 MSW
4) Effect of interaction (F 1X 2 ) F=
MS1x 2 MSW
= Penggunaan anava harus memenuhi persyaratan : (1) observasi untuk masingmasing kelompok independen, (2) setiap kelompok perlakuan memiliki variansi yang sama (Homogen), (3) populasi berdistribusi normal.
3. Uji Rentang Newman – Keuls Setelah ANAVA Menurut Sudjana (2002:36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman-Keuls adalah sebagai berikut : 1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai yang terbesar 2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya. 3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus :
81
= RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA 4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan Daftar Rentang Student. Untuk uji Newman-Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2,3,…,k. Harga-harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya dicatat. 5) Kalikan harga-harga yang didapat dititik……..di atas masing-masing dengan Sy dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan yang terkecil (RST). 6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada
1/2
K(k-1) pasangan yang
harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan
4. Hipotesis Statistik Hipotesis 1
H0 = A1 = A2 H1 = A1 ≠ A2
Hipotesis 2
H0 = B1 = B2
82
H1 = B1 ≠ B2 Hipotesis 3
H0 = A1 B2 = A1 B2 H1 = A1 B2 A1 B2
Keterangan:
= Nilai rata-rata
A
= Metode latihan
B
= Tingkat kekuatan
A1
= Rata-rata kelompok dengan latihan berbeban
A2
= Rata-rata kelompok dengan latihan plyometrics
B1
= Rata-rata kelompok dengan kecepatan tinggi
B2
= Rata-rata kelompok dengan kecepatan rendah
A1 B2 = Interaksi antara metode latihan berbeban dan plyometrics dengan kecepatan
83
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir hasil power otot tungkai. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes hasil power otot tungkai yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut: Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Pengunaan Motode dan Tingkat Kecepatan Perlakuan
Tingkat Kecepatan
Tinggi
Latihan berbeban Rendah
Tinggi
Latihan plyometrics Rendah
Statistik
Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD
Hasil Tes Awal 954.6 95.460 7.976 813.3 81.330 7.694 945.8 94.580 11.181 860.5 86.050 11.114
Hasil Peningkatan Tes Akhir 1005.3 50.7 100.530 5.070 7.448 1.721 874.1 60.8 87.410 6.080 8.347 1.678 1033 87.2 103.300 8.720 11.686 2.017 911.9 51.4 91.190 5.140 11.231 1.646
84
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan yang berbeda. Nilai rata-rata peningkatan power otot tungkai yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram. Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata power otot tungkai maka dapat dibuat histogram perbandingan
Nilai Power Otot Tungkai
nilai-nilai sebagai berikut:
104 102 100 98 96 94 92 90 88
Tes Awal Tes Akhir
86 84 82 LB (A1)
LP (A2)
K T (B1)
K R (B2)
Kelompok
Gambar 5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat Kecepatan LB
= Kelompok latihan berbeban
LP
= Kelompok latihan plyometrics
KT
= Kelompok kecepatan tinggi
KR
= Kelompok kecepatan rendah = Hasil tes awal = Hasil tes akhir
85
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan nilai power otot tungkai yang berbeda. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masingmasing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel
No
8. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-masing sel (kelompok perlakuan) Kelompok Perlakuan
Nilai Peningkatan
(Sel)
Power Otot Tungkai
1
A1B1 (KP1)
4.91
2
A1B2 (KP2)
5.75
3
A2B1 (KP3)
8.62
4
A2B2 (KP4)
5.32
Keterangan : KP 1
= Kelompok latihan berbeban dengan tingkat kecepatan tinggi
KP 2
= Kelompok latihan berbeban dengan tingkat kecepatan rendah
KP 3
= Kelompok latihan plyometrics dengan tingkat kecepatan tinggi
KP 4
= Kelompok latihan plyometrics dengan tingkat kecepatan rendah
Gambaran dari nilai peningkatan power otot tungkai pada masing-masing kelompok berdasarkan tingkat pembebanan dan tingkat kecepatan dapat dilihat pada histogram sebagai berikut:
86
Nilai Peningkatan Power Tungkai
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 A1B1 (KP1) A1B2 (KP2)
A2B1 (KP3)
A2B2 (KP4)
Kelompok Gambar 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Tingkat Pembebanan Pada Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan Kelompok siswa yang mendapat latihan berbeban dan plyometrics memiliki peningkatan power otot tungkai yang berbeda. Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan berbeban dan plyometrics dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan plyometrics memiliki peningkatan hasil power otot tungkai sebesar 1.64 yang lebih tinggi dari pada kelompok latihan berbeban. Perbedaan tingkat kecepatan berpengaruh pada peningkatan power otot tungkai. Jika antara kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai sebesar 1.23 yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah.
87
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok Perlakuan
N
M
SD
Lhitung
Ltabel 5%
Kesimpulan
KP1
10
4.910
1.415
0.1611
0.258
Berdistribusi Normal
KP2
10
5.750
1.329
0.1389
0.258
Berdistribusi Normal
KP3
10
8.620
1.758
0.1212
0.258
Berdistribusi Normal
KP4
10
5.320
2.172
0.1370
0.258
Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
KP1 diperoleh nilai Lo =
0.1611. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0. 1389, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan
hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
KP3 diperoleh nilai Lo = 0.1212.
Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
88
pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1370, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ∑ Kelompok
Ni
SD2gab
χ2 o
χ2tabel 5%
Kesimpulan
4
10
2.894
2.768
7.81
Varians homogen
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 2.768. Sedangkan dengan K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2o = 2.768 lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
89
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 11. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Tungkai Berdasarkan Jenis Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan Variabel A1 Rerata Power Otot Tungkai
Hasil tes awal Hasil tes akhir Peningkatan
A2
B1
B2
B1
B2
95.460
81.330
94.580
86.050
100.530
87.410
103.300
91.190
5.070
6.080
8.720
5.140
Keterangan : A1
= Latihan berbeban.
A2
= Latihan plyometrics.
B1
= Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi
B2
= Kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah
90
Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan (A1 dan A2) Sumber Variasi A Kekeliruan
dk 1 36
JK
RJK
26.8960 115.7460
Fo
26.896 3.215
Ft
8.3654 *
4.11
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kecepatan (B1 dan B2) Sumber Variasi B Kekeliruan
dk 1 36
JK
RJK
15.1290 115.7460
Fo
15.129 3.215
Ft
4.7055 *
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan A B AB Kekeliruan Total
dk 1 1 1 1 36 40
JK
RJK
1512.9000 26.8960 15.1290 42.8490 115.7460 1713.5200
Fo
1512.900 26.896 15.129 42.849 3.215
Ft
8.3654 * 4.7055 * 13.3271 *
4.11
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians KP A1B1 A2B2 A1B2 A2B1
Rerata 4.910 5.320 5.750 8.620
A1B1 4.910 -
A2B2 5.320 0.410 -
Keterangan ; Yang bertanda * signifikan pada 0,05.
A1B2 5.750 0.840 0.430 -
A2B1 8.620 3.710 3.300 2.870 -
RST * * *
1.6387 1.9732 2.1774
91
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan berbeban
memiliki
peningkatan yang berbeda dengan latihan plyometrics. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 8.365 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa latihan berbeban memiliki peningkatan yang berbeda dengan latihan plyometric dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata latihan plyometrics memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada latihan berbeban, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 5.33 dan 6.97.
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang berbeda dengan siswa yang memiliki kecepatan rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 4.706 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang berbeda dengan
siswa yang memiliki kecepatan rendah dapat
diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang lebih baik
92
dari pada siswa yang memiliki kecepatan rendah, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 6.77 dan 5.34
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan berbeban dan tingkat kecepatan sangat bermakna. Karena Fhitung = 13.327 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Terdapat interaksi yang signifikan antara jenis latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai dan tingkat kecepatan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Perbandingan Pengaruh Latihan Berbeban dan Plyometrics Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan berbeban dan kelompok siswa yang mendapatkan latihan plyometrics terhadap peningkatan hasil power otot tungkai. Pada kelompok siswa yang mendapat latihan
93
plyometrics mempunyai peningkatan hasil power otot tungkai yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat latihan berbeban. Latihan plyometrics lebih memungkinkan untuk melakukan gerakan dengan cepat. Pada latihan ini otot-otot dituntut untuk bekerja melawan beban yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus dengan cepat. Beban latihan plyometric yaitu berupa berat badan sendiri (beban internal). Latihan plyometrics yang terapkan berupa gerakan melompat-lompat. Gerakan melompat-lompat yang dilakukan dengan cepat dan eksplosif dapat meningkatkan kecepatan sekaligus kecepatan gerak otot. Latihan plyometrics dapat mengembangkan kecepatan dan kekuatan secara terpadu. Kecepatan dan kekuatan gerak yang terpadu dalam satu gerakan merupakan kemampuan daya ledak (power). Power otot tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh secara eksplosif. Faktor utama power otot adalah kekuatan dan kecepatan. Power otot dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui latihan fisik yaitu dengan meningkatkan unsur kekuatan dan unsur kecepatan secara bersamasama. Latihan plyometrics dapat mengembangkan kekuatan dan kecepatan secara terpadu. Oleh karena itulah latihan plyometrics memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan latihan berbeban dalam meningkatkan power otot tungkai. Latihan plyometrics merupakan latihan yang sangat efektif mengembangkan power otot. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase hasil power otot tungkai yang
94
dihasilkan oleh latihan plyometrics lebih tinggi 1.64 dari pada dengan power otot tungkai.
2. Perbandingan Antara Taraf Kecepatan Tinggi dan Rendah Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan kecepatan tinggi dan kecepatan rendah terhadap peningkatan power otot tungkai. Pada kelompok siswa dengan kecepatan tinggi mempunyai peningkatan power otot tungkai lebih tinggi dibanding kelompok siswa dengan kecepatan rendah. Pada kelompok siswa kecepatan tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecepatan rendah. Kecepatan merupakan modalitas untuk melakukan latihan. Kecepatan yang baik menunjang kesiapan siswa untuk melakukan latihan khususnya yang bertujuan untuk meningkatkan power. Kekuatan merupakan unsur dasar pembentuk power otot. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi, lebih memungkinkan memiliki power otot tungkai yang baik. Makin tinggi tingkai kecepatan yang dimiliki siswa maka makin besar pula potensi power otot yang dimungkin dapat dicapai. Oleh karena itulah siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan power otot tungkai yang lebih baik, dari pada siswa yang memiliki kecepatan rendah. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan hasil power otot tungkai pada siswa yang memiliki kecepatan tinggi 1.23 yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah.
95
3. Pengaruh Interaksi Latihan Berbeban dan Plyometrics dengan Tingkat Kecepatan Dari tabel 10 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel 12 dibawah ini.
Tabel 16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Hasil Power otot tungkai. Faktor
A = Metode latihan berbeban Taraf
B = Kecepatan
Rerata
A1 – A2
A1
A2
B1
4.910
8.620
6.765
3.710
B2
5.750
5.320
5.535
0.430
Rerata
5.33
6.97
6.15
1.23
B1 – B2
0.840
3.300
1.64
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 A1
A2
96
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 B1
B2
Gambar 7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Hasil Power Otot Tungkai Keterangan : : A1 = Latihan berbeban : A2 = Latihan plyometrics. : B1 = Kecepatan tinggi : B2 = Kecepatan rendah Atas dasar gambar 7 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil power otot tungkai adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis perubahan peningkatan power otot tungkai antar kelompok memiliki suatu titik pertemuan atau persilangan. Antara jenis latihan (metode latihan) untuk meningkatkan power otot tungkai dan tingkat kecepatan memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kecepatan berpengaruh terhadap hasil latihan berbeban. Berdasarkan tabel 16, hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang besar jika dilatih dengan latihan plyometrics yaitu sebesar 8.620. Siswa yang
97
memiliki kecepatan rendah dengan latihan berbeban, memiliki peningkatan power otot tungkai yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kecepatan tinggi dan mendapat perlakuan latihan berbeban yaitu sebesar 5.750. Kefektifan metode latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kecepatan yang dimiliki siswa.
98
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan latihan berbeban dan plyometrics terhadap peningkatan power otot tungkai. Hasil tersebut dibuktikan dengan harga F- hitung dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05 2. Ada perbedaan peningkatan power otot tungkai yang signifikan siswa yang memiliki kecepatan tinggi dengan kecepatan rendah. Hasil tersebut dibuktikan dengan harga F- hitung dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05 3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai. Hasil tersebut dibuktikan dengan harga F- hitung dengan tingkat signifikansi lebih besar 0,05 a. Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang besar jika dilatih dengan latihan plyometrics. b. Kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah memiliki peningkatan power otot tungkai yang lebih baik jika mendapat latihan berbeban
99
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, ternyata latihan berbeban dan plyometrics memiliki efek peningkatan yang signifikan, sehingga guru, pelatih dan pembina olahraga dapat menerapkan salah satunya untuk mendukung latihan kecepatan dalam rangka peningkatan power otot tungkai. Dengan demikian latihan plyometrics dapat dipergunakan bagi siswa yang memiliki kecepatan tinggi agar power otot tungkai meningkat, sedangkan latihan berbeban dapat dipergunakan bagi siswa yang memiliki kecepatan rendah agar power otot tungkai meningkat
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa yang memiliki kecepatan tinggi agar power otot tungkai meningkat sebaiknya dilatih dengan latihan plyometrics 2. Bagi siswa yang memiliki kecepatan rendah agar power otot tungkai dapat meningkat sebaiknya dilatih dengan latihan berbeban. 3. Penerapan latihan plyometrics dan latihan berbeban untuk meningkatkan hasil power otot tungkai, perlu memperhatikan faktor kecepatan.
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1995. Ilmu kepelatihan lanjut, Surakarta, Universitas Sebelas Maret Press Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson 1986. Practical Measurement For Evaluation Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company Bompa, D. Tudor, 1990, Theory and Methodology of Training : The key To Atletic Performance, Second Edition Dubuque Lowa : Kendall/Huns Publishing Company , 1994. Power Training for Sport : Plyometrics for Maximum for Power Development. Two Edition. Ontario Coaching Association of Canada Brooks, GA, Fahey D. 1984. Exercise physiology human Bionergenetics and its Aplication. New York : Juhn Willy an Sons Inc Chu Donald. A. 1992. Jumping into Plyometrics. California : Leisure Press Champaign. IIIians Davis. D., Kimmet, T., and Auty, M., 1989 Physical Education :Theory and Practice. South Melbourne :The Macmillian Company of Australia, Pty. Ltd Foss, M.L., Keteyian, S.J. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and Sport, Boston. WCB. Mc Graw-Hill Companies Fox, EL, Bower, R.W., Fose M.L. 1988, The Physicological Basis of Physical Education an Atletic, New York : Sounder College Publishing
101
Fox, EL., 1984. Sport Pphysiology. Tokyo :Sounders College Publishing Fox, Merle L, Foss, Steven J. 1998, Physiological Basis For Exercise and Sport, Sixth Edition, Dubuque lowa : The Mc. Graw-Hill Companies Harre, Dietrich. 1982.Principle of Sport Training Introduction to The Theory and Methods of Training. Berlin: Sport Verlag Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching, Jakarta : Ditjendikti James C, Radelife & Farentinos, R. C. 1999, Training For Speed And Endurance, Sydney : Allen dan Unwin Johnson, B.L., Nelson, J.K. 1987. Practical Measurment for Evaluation Physical Education.Fuor Edition. Minesota USA: Macmillan Publishing Company Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ., 1986. Human Muscle Power (Ed) Illionis :Human Kinetics Publisher Inc. Kirkendall DR, Gruber J.J,Johnson R.R. 1986. Measurement and Evalution for Physical Educators. Dubuque, Lowa :Wm. C. Brown Company Publiser M. Furqon H. 1996. Latihan Berbeban. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olagraga. Semarang : Dahara Prize Moeloek, D., Arjatmo Tjokronagara, A. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Mulyono, B. 1992. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press
102
Nossek. J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press. Ltd Pate R., Clenaghan M. B. & Rotella R. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan, Alih Bahasa Kasiyo Dwijowinoto. Semarang : IKIP Semarang Press Pyke F. S. 1991. Better Coaching. Australia : Austalian Coaching Council Incorporated Radcliffe, J. C., Farentinos, R. C. 1985. Plyometrics: Explosive Power Training. Illionis: Human Kinetics Publisher. Inc. Sadosa Sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : Gramedia. Sarwono & Ismaryati. 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Metode Kombinasi latihan Sirkuit Pliometrik, Berat Badan dan Waktu Reaksi Terhadap Kelincahan. Surakarta : FKIP UNS Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih Dan Atlet. Jakarta : Inti Idayu Press Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjarwo. 1995. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press. 1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto & Sudjarwo. 1992. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud. Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II. Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Thomas, J.P. Nelson, J.K. 2001. Research Methods in Physical Activity. Second Edition. Champaign Illinois: human Kinetic Publiser
103
Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik