perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN HOLLOW SPRINTS DAN REPETITION SPRINTS TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU DARI POWER OTOT TUNGKAI (Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya )
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan Oleh: Muhammad Syafaruddin A 120809023
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN HOLLOW SPRINTS DAN REPETITION SPRINTS TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU DARI POWER OTOT TUNGKAI (Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya )
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan Oleh: Muhammad Syafaruddin A 120809023
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN HOLLOW SPRINTS DAN REPETITION SPRINTS TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU DARI POWER OTOT TUNGKAI
(Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupatan Kubu Raya)
Disusun Oleh: Muhammad Syafaruddin A 120809023
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Sugiyanto NIP : 19491108197609 1 001
Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO NIP : 19480531197603 1 001
Mengetahui Ketua Proram Studi Ilmu Keolahragaan
Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO NIP : 19480531197603 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PEMBIMBING
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN HOLLOW SPRINTS DAN REPETITION SPRINTS TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI 100 METER DITINJAU DARI POWER OTOT TUNGKAI (Studi Eksperimen Metode Latihan pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya ) Disusun oleh : MUHAMMAD SYAFARUDDIN Nim : A.120809023
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
: Prof. Dr. M. Furqon H, M. Pd
........................
……..
Sekretaris
: Dr. Kiyatno, dr, MARS. AIFO .........................
……..
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. Sugiyanto
........................
: 2. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO .........................
……..
……..
Surakarta, 13 januari 2011
Direktur PPS UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 195708201985031004
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO commit to user NIP. 19480531197603 1 001 v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad Syafaruddin
NIM
: A120809023
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau dari Power Otot Tungkai”. (Studi Eksperimen Metode Latihan Pada Siswa Putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya), adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
November 2010
Yang membuat pernyataan
Muhammad Syafaruddin
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
v Carilah ilmu setinggi-tingginya karena dengan ilmu hidup akan mudah … dengan agama hidup akan terarah. v Suatu perjuangan tidak dapat diukur oleh suatu penghargaan namun hanya dari niat yang suci. v Beri satu kunci untuk mengenal hidup, Jadikan setiap langkah kita sebagai ibadah, Insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada : v Ayah dan ibu tercinta v Wiwin Winarni tersayang
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga tesis saya yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau dari Power Otot Tungkai”, dapat saya selesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : a. Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr., Sp. KJ (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd selaku ketua Program Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas dukungan dan arahan guna kelancaran studi. d. Prof. Dr. Sugiyanto dan Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO sebagai pembimbing tesis yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan
pikiran, waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan commit to user sampai tesis ini dapat selesai. ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Prof. Dr. Sujarwo, M.Pd dan Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd sebagai dosen yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu serta tenaga untuk memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini. f. Bapak Lahmudin A. Rani, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya serta staf yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. g. Bapak Kaseri selaku guru pendidikan jasmani SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dalam membantu selesainya penelitian ini dari awal sampai akhir. h. Siswa-siswa SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang telah bersedia menjadi sampel penelitian serta, i. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril ataupun materil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang sifatnya membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini. Surakarta, November 2010
Penulis commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
ABSTRAK ...................................................................................................... xviii ABSTRACT ...................................................................................................... BAB I
xix
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
8
C. Pembatasan Masalah .................................................................
9
D. Perumusan Masalah .................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
10
F. Manfaat Penelitian .................................................................... commit to user
10
xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori .............................................................................
11
1. Latihan Fisik ......................................................................
11
a. Pengaruh Latihan Fisik .................................................
12
b. Jenis-Jenis Latihan Fisik...............................................
19
2. Metode Latihan Lari Cepat .................................................
22
a. Metode latihan lari cepat Hollow (Hollow Sprints) ......
23
b. Metode latihan lari cepat Repetisi (Repetition of Sprints) 25 3. Lari Cepat 100 meter...........................................................
28
a. Kecepatan .....................................................................
29
b. Latihan Lari Cepat .......................................................
35
c. Energi Utama Aktivitas Lari Cepat 100 Meter .............
41
d. Kecepatan Lari 100 Meter.............................................
42
4. Power Otot Tungkai ...........................................................
45
B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
49
C. Kerangka Pemikiran .................................................................
50
D. Perumusan Hipotesis ................................................................
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
56
B. Metode Penelitian ....................................................................
57
C. Variabel Penelitian ...................................................................
58
D. Definisi Operasional Variabel ..................................................
58
E. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... commit to user
60
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
62
G. Teknik Analisis Data ................................................................
64
1. Uji Prasyarat Analisis .........................................................
64
2. Uji Hipotesis ........................................................................
66
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
A. Deskripsi Data ..........................................................................
69
B. Reliabilitas ...............................................................................
73
C. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................
74
1. Uji Normalitas ....................................................................
74
2. Uji Homogenitas ................................................................
75
D. Pengujian Hipotesis .................................................................
73
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................
80
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................
85
B. Implikasi ..................................................................................
86
C. Saran ........................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
92
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Karakteristik Umum Sistem Energi ................................................
19
Tabel 2.
Perbandingan Karakteristik Otot Fast Twitch dan Slow Twitch ....
30
Tabel 3.
Latihan Interval Pedoman Waktu ...................................................
38
Tabel 4.
Latihan Interval Pedoman Jarak .....................................................
38
Tabel 5.
Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ............................................
57
Tabel 6.
Ringkasan Anava Untuk Menghitung Eksperimen Faktorial 2 x 2 ...............................................................................................
Tabel 7.
67
Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Power Otot Tungkai ..................................................................................
Tabel 8.
69
Nilai Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Masing-masing Sel (Kelompok Perlakuan) ...................................................................
71
Range Kategori Reliabilitas ...........................................................
73
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ...........................................
73
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data .........................................
74
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ......................................
75
Tabel 9.
Tabel 13. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Jenis Metode Latihan dan Power Otot Tungkai .....................................
76
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaan Metode Latihan Lari Cepat (A1 dan A2) .................................................... commit to user xiv
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Power Otot Tungkai (B1 dan B2) ....................................................................................
77
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ..............................
77
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians ...........................................................................................
78
Tabel 18. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Kecepatan Lari ....................................................
commit to user xv
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan Kecepatan pada Lari 100 Meter .........................
43
Gambar 2. Perkembangan Frekuensi Langkah pada Lari 100 Meter ...........
43
Gambar 3. Perkembangan Panjang Langkah pada Lari 100 Meter ..............
44
Gambar 4. Ilustrasi Keterkaitan Diantara Kemampuan Biomotorik ............
46
Gambar 5. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Power Otot Tungkai ..............
70
Gambar 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Pada Tiap kelompok Perlakuan ........................................
71
Gambar 7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari ..............................................................................................
commit to user xvi
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Tahapan Penelitian ......................................................
92
Lampiran 2. Deskripsi Pelaksanaan Eksperimen ..........................................
93
Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan Test Power Otot Tungkai .....................
96
Lampiran 4. Test Kecepatan Lari 100 Meter ...............................................
98
Lampiran 5. Program Latihan Tiap Pertemuan ............................................
99
Lampiran 6. Daftar Siswa Putra Kelas VIII ................................................
108
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Test Power Otot Tungkai Berdasarkan Rengking .................................................................................. 112 Lampiran 8. Rekapitulasi Data Test Power Otot Tungkai Beserta Klasifikasinya .......................................................................... 116 Lampiran 9. Rekapitulasi
Data
Power
Otot
Tungkai
Beserta
Klasifikasinya .......................................................................... 120 Lampiran 10. Data Test Awal Kecepatan Lari 100 Meter ............................ 122 Lampiran 11. Data Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter ........................... 124 Lampiran 12. Rekapitulasi Data Hasil Test Awal dan Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter, Klasifikasi Power Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel ke Sel-sel ................................................. 126 Lampiran 13. Rekapitulasi Data Test Awal dan Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Hollow Sprints) ..................................................................................... 128 commit to user xvii xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Test Awal dan Test Akhir Kecepatan Lari 100 Meter pada Kelompok 1 (Kelompok Latihan Repetition Sprints) ..................................................................................... 129 Lampiran 15. Uji Reabilitas Test Awal Lari 100 Meter ................................ 130 Lampiran 16. Uji Reabilitas Test Akhir Lari 100 Meter ................................ 134 Lampiran 17. Uji Normalitas Data dengan Metode Lilliofors ....................... 138 Lampiran 18. Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians ....................................................................... 142 Lampiran 19. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ....................................... 144 Lampiran 20. Analisis Varians ....................................................................... 145 Lampiran 21. Tabel Ringkasan Hasil Analisis Varians ................................. 146 Lampiran 22. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls .................................... 147 Lampiran 23. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ...................................... 149
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK MUHAMMAD SYAFARUDDIN. Perbedaan Pengaruh Latihan Hollow Sprints Dan Repetition Sprints Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau Dari Power Otot Tungkai. Tesis. Surakarta. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Desember 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011. (2) perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011. (3) pengaruh interaksi antara metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen melibatkan dua variabel, yaitu variabel independen(metode latihan) terdiri dari dua variabel manipulative (hollow sprints dan repetition sprints) dan satu variabel atributif ( power otot tungkai) dan variabel dependen ( peningkatan kecepatan lari 100 meter). Rancangan penelitian menggunakan faktorial 2X2. Sampel penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupatan Kubu Raya tahun pelajaran 2010/2011 yang mengikuti ekstrakulikuler. Teknik pengambilan sampel adalah purposive random sampling dengan cara undian. Teknik analisis data adalah Anava Rancangan 2X2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05. Penelitian menyimpulkan : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints dalam meningkatkan kecepatan lari 100 meter. (2) Ada perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter yang signifikan, antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah. Peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik di banding yang memiliki power otot tungkai rendah. (3) Ada interaksi antara latihan lari cepat dan tingkat power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Interaksinya adalah Siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih cocok jika diberikan latihan repetition sprints dan Siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan latihan hollow sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Kata-kata kunci : metode latihan, hollow sprints, repetition sprints, power otot tungkai.
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Muhammad Syafaruddin. The Difference of Hollow Sprints and Repetition Sprints Training Effects to Increased 100 Metre Run Speed Evaluated from Leg Muscle Power. Thesis, Surakarta. The Postgraduate Program of Sport Science of Surakarta Sebelas Maret University, December 2010. The aim of This research is to know (1) Difference between hollow sprints and repetition sprints training method effects to increased of 100 metre run speed in the students 7th of SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya 2010/2011, (2) Difference of result increased of 100 metre run speed between high leg muscle power and low leg muscle power, (3) Interaction between training method with leg muscle power to increased of run speed. This research applies two method experiment that included two variables are: variable independent (training method) that consists two manipulative variables (hollow and repetition sprints) and one attributive variable (leg muscle power) and variable dependent (increased 100 metre run speed). This research applies factorial design 2 x 2 planning. Subject applied in this research is the students 7th of SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya 2010/2011 which followed extracurricular. The data analyse technique using ANAVA. Hypothesis test is used significant level 0,05. This research conclusion is follows (1) There is significance effect difference between hollow sprints and repetition sprints training methods in increasing 100 metre run speed, (2) There is significance difference of result increase of 100 metre run speed between students having high leg muscle power with low leg muscle power. Run speed increase of student having high leg muscle power better than students having low leg muscle power, (3) There is interaction between run speed training and level of leg muscle power to increased of 100 metre run speed. The interaction is the students having high leg muscle power more compatibly if they were given repetition sprint training and the students with low leg muscle power more compatibly if they were given hollow sprint training to increased 100 metre run speed. Keywords: Training method, Hollow sprints, Repetition sprints, and Leg muscle power.
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembinaan prestasi dalam olahraga, merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatian sebab prestasi dibidang olahraga merupakan sesuatu yang sangat bergengsi. Karena prestasi dalam olahraga dapat disebut sebagai parameter bagi kemajuan dalam pembinaan dan kepelatihan olahraga, tetapi dalam hal prestasi saat ini, dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa prestasi atlet-atlet Indonesia sangat minim dibandingkan dengan prestasi yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, ditingkat Asia dan tingkat dunia. Hal ini sangat memprihatinkan dan tentunya perlu adanya jalan keluar yang harus dipikirkan, maka untuk dapat mencapai prestasi yang optimal dalam olahraga memang harus ditunjang dengan pengembangan teori dan metodologi latihan yang didukung dari berbagai disiplin ilmu, karena berlatih pada masa sekarang ini harus berdasar pada prinsip-prinsip ilmiah. Dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dalam latihan olahraga serta metode latihan yang berkualitas dan diimbangi adanya dukungan dan peran dari berbagai disiplin pengetahuan dan teknologi, akan dapat memacu perkembangan prestasi dalam olahraga terutama cabang atletik. Pembinaan cabang olahraga atletik belum mampu melakukan inovasi dalam metode latihan. Inovasi metode latihan dapat dilakukan dengan mengkaji penemuan-penemuan baru hasil penelitian ilmiah maupun menerapkan metode commit to user latihan yang relevan dan selaras dengan pemanfaatan perkembangan bidang ilmu 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pengetahuan dan teknologi. Kendala yang dapat menimbulkan terhambatnya pembinaan olahraga cabang atletik adalah pelatih yang masih mengacu pada pengalaman selama menjadi atlet dan berasal dari mantan atlet sehingga jenis dan bentuk latihan bersifat praktis, tanpa menerapkan dan memperhatikan ilmu keolahragaan yang semakin komplek dan berkembang. Pada tingkat Pengurus Daerah Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PENGDA PASI) masih kurang memperhatikan\program latihan dan proses pernbinaan yang berkelanjutan. Dalam proses pembinaan tidak memiliki program yang jelas dan terukur, program latihan yang tidak berjalan secara kontinyu dan berkesinambungan yang dibarengi dengan evaluasi yang tidak pernah dilakukan secara berkala. Bila hal ini terus berlangsung akan berakibat tidak sesuainya metode latihan yang diharapkan. Penerapan teori dan teknologi secara optimal ke dalam olahraga semakin dirasakan manfaatnya, terutama bagi olahraga prestasi. Dalam penampilan puncaknya, prestasi yang dicapai merupakan usaha yang dilaksanakan secara terprogram, juga peranan dan usaha yang di rencanakan berdasarkan pada penelitian ilmiah, pendekatan ilmiah, dan teknologi. Pencapaian prestasi dalam olahraga memerlukan berbagai kajian serta analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi. Faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam menyusun program latihan. Program latihan yang diharapkan harus disusun berdasarkan pada kaidahcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
kaidah metodologi yang benar, sesuai dengan faktor-faktor yang secara khusus terkait dengan pola dan bentuk latihan yang dilakukan. Faktor yang menentukan secara lebih khusus dalam kecepatan lari adalah unsur kecepatan, kekuatan, dan power. “Unsur kecepatan merupakan unsur fisik yang banyak diperlukan untuk lari cepat dalam atletik, sehingga banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu kecepatan kontraksi otot, kecepatan gerak menahan suatu hambatan, koordinasi kekuatan berbagai macam otot dan panjang pengungkit (Jensen, C.R. Schultn, G.W. and Bongerter, B.C.1983: 185189)”. Pada nomor lari cepat kekuatan dan kecepatan mempunyai pengaruh yang besar terhadap power yang banyak diperlukan dalam kecepatan yang membutuhkan kontraksi otot yang cepat terutama pada kegiatan yang membutuhkan waktu singkat. Bompa (1990: 315-317) berpendapat, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan lari adalah: 1. Keturunan (heredity) 2. Waktu reaksi 3. Kemampuan mengatasi tahanan (resistance) eksternal 4. Teknik, misalnya gerakan lengan, tungkai, sikap tubuh pada waktu lari dan sebagainya 5. kosentrasi dan semangat 6. Elasitas otot, terutama otot-otot dipergelangan kaki dan pinggul ”Lari cepat pada dasarnya adalah gerak laju seluruh tubuh ke depan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
secepat mungkin yang dihasilkan oleh gerakan dari langkah-langkah kaki. Sehingga dalam hal ini unsur pokoknya adalah ayunan lengan, panjang lengan, dan kecepatan frekuensi langkah (Hay James, 1985: 395401)”. Gerakan langkah kaki dalam lari cepat terdiri dari serangkaian tolakan, ayunan dan pendaratan, unsur utamanya adalah power tungkai (untuk tolakan) kecepatan (untuk ayunan) dan koordinasi kerja otot (untuk keseimbangan dan koordinasi dari serangkaian gerakan tersebut). Oleh karena itu Pyke, (1991: 136) menyarankan agar dalam melakukan latihan untuk lari cepat agar berprinsip pada pengembangan kecepatan gerak anggota tubuh, frekuensi langkah, power tungkai, langkah panjang, dan percepatan yang efisien. Oleh karena itu dalam menyusun program latihan untuk meningkatkan prestasi lari cepat harus cermat dan penuh perhitungan, agar latihan tersebut dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Peningkatan kecepatan lari cepat diperlukan latihan yang intensif, program latihan yang baik, dan diperlukan metode latihan yang benar. Selain itu juga diperlukan metode latihan yang bersifat khusus yang sesuai dengan karakteristik nomor lari cepat tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Fox, Edward L. Bowers, Richard W and Foss, Merie L (1988: 171) bahwa untuk meningkatkan prestasi harus dilakukan latihan yang bersifat khusus, yaitu: "khusus terhadap sistem energi yang digunakan dan khusus terhadap pola gerak yang sesuai dengan olahraga tersebut". Kecepatan erat kaitannya dengan kekuatan dapat ditingkatkan melalui latihan power otot. Berdasarkan pada kaidah-kaidah metodologi yang benar, commit to user faktor-faktor secara khusus terkait dan pola gerak keterampilan dalam kecepatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
lari, perlu mempertimbangkan inovasi dalam bidang metode latihan yang mengkaji pada pengembangan teori dan metodologi latihan, penemuan baru hasil penelitian yang relevan yang selaras dengan pemanfaatan pengembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecepatan merupakan faktor atau komponen bio-motorik yang diperlukan pada lari cepat, selain unsur-unsur : kekuatan, power, kelentukan, dan daya tahan. Kecepatan adalah faktor yang paling penting dan paling berat dari berbagai faktor-faktor atau komponen bio-motorik yang diperlukan pada lari cepat tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Nossek (1982 : 63), yang menyatakan bahwa kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui latihan yang dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100 %. Sebaliknya peningkatan kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan kecepatan lari cepat hanya 20-30 %. Kecepatan lari cepat merupakan fungsi dari bentuk secara biomekanika, yaitu:
mempertahankan
kecepatan
maksimal,
kecepatan
akselerasi
dan
peningkatan baik panjang langkah maupun frekuensi langkah. Jika seorang pelatih ingin meningkatkan kecepatan lari seorang atlet maka factor kecepatan dan power (kecepatan x kekuatan) adalah faktor-faktor kondisi fisik yang harus diperhatikan paling utama pada program latihannya selain komponen biomotorik lainya. Frekuensi langkah dan panjang langkah menentukan kecepatan lari, hal ini merupakan peran dari power otot tungkai seseorang. Power otot tungkai yang dimaksudkan disini adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai tidak hanya dibutuhkan atau berperan dalam lari cepat saja, tetapi pada hampir semua cabang olahraga, terutama untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan menentukan frekuensi langkah (stride rate) dan panjang langkah (stride length) pada saat berlari sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan larinya. Latihan yang intensif dan terprogram secara baik diperlukan dalam upaya meningkatkan kecepatan lari seseorang. Selain itu diperlukan adanya suatu metode latihan atau strategi pendekatan latihan yang bersitat khusus, yakni : khusus terhadap sistem energi yang digunakan, khusus terhadap kelompok otot yang dilatih, khusus terhadap pola gerak yang sesuai dengan keterampilan gerak lari cepat. Metode latihan untuk melatih kecepatan 100 meter, diantaranya acceleration sprints, hollow sprints, dan repetition sprints. Semua metode latihan tersebut memiliki kontribusi yang sangat baik terhadap peningkatan kecepatan lari, walaupun dalam pelaksanaannya berbeda-beda. Oleh karena itu, metode latihan tersebut sangat menarik untuk di kaji lagi, untuk menemukan metode mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Di SMP Negeri 3 Sungai Raya, kabupaten Kubu Raya sebelumnya belum pernah ada siswa sekolah tersebut mumpunyai prestasi sampai di tingkat provinsi khususnya lari 100 meter. Untuk itu saya berkeinginan mengadakan penelitian di SMP Negeri 3 Sungai Raya untuk meningkatkan prestasi khususnya lari 100 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
meter. Berdasarkan
berbagai
pertimbangan
yang
melatarbelakangi
permasalahan ini, maka peneliti ingin mengadakan penelitian yang berkaitan dengan metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari. Dari berbagai metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari tersebut sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, saya tertarik pada dua metode latihan lari cepat yaitu metode latihan hollow sprints dan metode latihan repetition sprints. Alasan pemilihan kedua metode latihan lari cepat tersebut karena kedua metode tersebut sama-sama biasa digunakan dalam upaya untuk meningkatkan kecepatan lari dan kekuatan otot, walaupun karakteristik kedua metode latihan lari cepat tersebut berbeda. Pada metode latihan hollow sprints kecepatan lari dengan dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan, sedangkan pada metode latihan repetition sprints kecepatan maksimal dimulai sejak dari awal lari sampai finis. Selain pada kedua metode latihan lari cepat tersebut, penelitian ini juga dikenakan pada subyek penelitian yang memiliki power otot tungkai tinggi dan subyek yang memiliki power otot tungkai rendah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh di antara kedua metode tersebut pada subyek yang memiliki power otot tungkai berbeda. Karena power otot tungkai juga merupakan faktor utama yang menentukan kecepatan lari seseorang. Metode-metode latihan lari cepat yang digunakan pada penelitian ini adalah metode latihan hollow sprints dan metode latihan repetition sprints. Dengan harapan peneliti dapat mengetahui metode mana yang paling tepat untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
mengembangkan kecepatan lari. Untuk selanjutnya dalam penelitian ini akan dikembangkan lebih jauh, dengan mengambil judul penelitian “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau dari Power Otot Tungkai” (Studi eksperimen metode latihan pada siswa putra SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya)”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, muncul sejumlah pertanyaan atau perrnasalahan yang perlu diidentifikasi antara lain sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan
lari 100
meter siswa putra kelas VIII SMP. 2. Metode latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints yang diterapkan akan meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 3. Bentuk latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 4. Power otot tungkai dapat mempengaruhi peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 5. Penerapan metode latihan dan power otot tungkai berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini terbatas pada: 1. Metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 2. Tinggi rendahnya power otot tungkai dapat mempengaruhi peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 3. Perbedaan pengaruh metode latihan dan tinggi rendahnya power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan : 1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan metode latihan Repitition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP ? 2. Adakah perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP ? 3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan dengan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints
dan metode
latihan Repetition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 2. Perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP. 3. Interaksi antara metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Secara ilmiah dapat memberikan dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi guru pendidikan jasmani, pembina olahraga, pelatih cabang olahraga dan bagi peneliti sendiri tentang
pentingnya memilih dan
menggunakan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 2. Memberi sumbangan pengetahuan sebagai bahan pertimbangan tentang pentingnya memperhatikan faktor power otot tungkai didalam upaya meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 3. Secara praktis bagi peneliti hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan perbandingan apa bila para peneliti akan mengadakan penelitian tentang metode latihan terutama hollow Sprints dan repetition sprints dan power otot commit to user tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Latihan Fisik Latihan adalah suatu proses yang harus dilalui oleh seorang atlet untuk mencapai suatu prestasi. Salah satu upaya untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga adalah melalui latihan. Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian atau definisi dari latihan. Berkaitan dengan proses dan jangka waktu latihan, Nossek, Josef (1982:10). menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi”. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah “Proses yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan”.
”Latihan fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan secara sistematik, berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang dengan peningkatan beban secara
bertahap dan bersifat individual yang
bertujuan untuk membentuk kondisi fisiologis dan psikologis, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik (Brooks, GA & Fahay, TD, 1984:231)”. commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Melalui latihan fisik, seseorang dapat meningkatkan sebagian besar sistem fisiologis dan dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari dirinya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan fisik adalah suatu cara yang berbentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang secara terus menerus dengan penambahan beban latihan (over load principle) secara periodik yang dilaksanakan berdasarkan pada intensitas, pola dan metode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi atlet. Pemilihan suatu metode latihan yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program latihan. Pemilihan metode latihan yang tepat menurut Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin ( 1996 : 142 ) tergantung pada: 1) Tujuan umum melatih 2) Tugas-tugas tertentu 3) Kekhususan suatu cabang olahraga 4) Kedewasaan fisik dan mental 5) Tingkat kemampuan atlet
a. Pengaruh Latihan Fisik Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta menerapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan commit to useryang mengarah pada peningkatan terjadinya perubahan-perubahan terhadap tubuh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat. Agar dapat mencapai
hasil sesuai yang diharapkan, program latihan
yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara benar. Prinsip-prinsip Latihan yang perlu digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan, menurut Sajoto, M. (1995:30-31) yaitu: 1) Prinsip overload (beban Lebih ) 2) Prinsip penggunaan beban secara progresif 3) Prinsip pengaturan latihan 4) Prinsip kekhususan program latihan Latihan terprogram dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan secara benar, akan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar latihan tersebut perlu dipedomani dalam melaksanakan latihan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program latihan dapat disusun. Dalam penyusunan program latihan perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1) Intensitas latihan Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet dalam suatu program latihan tertentu. Intensitas (intensity) latihan sering diartikan commit to user selama latihan dengan indikator sebagai besarnya beban yang harus ditanggung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
jumlah denyutan jantung meningkat tiap menitnya atau denyut nadi latihan (heart rate). Intensitas yang diberikan tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Apabila intensitas terlalu rendah maka pengaruh latihan sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya apabila terlalu tinggi dapat berakibat terjadinya cedera atau sakit. Jadi dalam menentukan intensitas latihan harus memperhatikan kemampuan masing-masing atlet. Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang anaerobik. Cara yang termudah adalah dengan pengukuran perhitungan denyut nadi. Menurut Harre, D (1982: 116), “untuk meningkatkan daya ledak adalah dengan berat beban 30%-50% atau 60%-70%, ulangan 6-10 kali, set 4-6 kali, istirahat 2-5 menit, irama eksplosit”.
2) Lama latihan Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program latihan itu dijalankan serta berapa lama latihan dilakukan setiap kali latihan (Soekarman, 1987:63), sehingga seorang atlet dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila user lebih singkat, sebaliknya bila intensitas latihan tinggi maka commit durasi to latihan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang. Sajoto, M (1995: 70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya dilakukan 4-8 minggu”. Sedangkan Harsono (1988: 117) berpendapat bahwa “untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”.
3) Frekuensi latihan Yang dimaksud dengan frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum latihan. Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan.
“Sajoto, M (1995: 35) mengemukakan bahwa, program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih. Latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sangat sesuai bagi pemula dan tidak menimbulkan kelelahan yang berarti”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
4) Prosedur Pelatihan Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, dimana pelatihan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pemanasan, pelatihan inti dan pelatihan penutup. Hal-hal tersebut di atas sangat penting dalam menyusun program latihan suatu cabang olahraga, sehingga usaha latihan untuk meningkatkan dari maksimal ke super maskimal dapat terwujud tanpa merugikan atlet karena terjadinya cedera.
“Otot yang dilatih secara teratur dengan dosis dan waktu yang cukup, akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan secara fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan dapat memperbaiki penampilan fisik (Fox, Edward L.Bowers, Richard W and Foss, Marie L :l988)”. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam otot skelet sebagai akibat dari latihan yang dilakukan berupa : 1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan Glikogen 66%. 2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat 3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil dan tidak dapat ditentukan. 4) Aktivitas enzim daur Kreb's mengalami sedikit peningkatan. 5) Konsentrasi mitochondria tampak menurun karena akibat meningkatnya ukuran myofibril dan bertambahnya cairan otot atau sarkoplasma. Sedangkan perubahan fisiologis sebagai sebagai berikut:
commit to user
akibat dari latihan adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
1) Perubahan biokimia dalam jaringan 2) Perubahan sistemik, yaitu perubahan sistem sirkulasi dan respirasi dan sistem pengangkutan oksigen 3) Perubahan yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol dan trigliserida, perubahan tekanan darah, perubahan oklimatisasi pada panas. Fox, Edward. L; Bowers; Richard W and Foss, Marie L (1988).
“Fox, Edward. L; Bowers; Richard W and. Foss, Marie L. (1988:27) menyatakan bahwa, prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan aktivitas dan kemudian melalui prinsip overload, disusunlah suatu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi khusus tersebut”. Menurut Fox
(1984 : 34-36 ), sistem energi berdasarkan waktu
penampilan olahraga secara umum dibedakan menjadi 4 (empat) bidang, yaitu : 1) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC, contoh olahraganya adalah lari 100 m, pukulan dalam tenis dan golf, gerakan lari pemain belakang sepakbola. 2) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 30 detik sampai 1½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATPPC dan asam laktat, contoh olahraganya adalah lari 200 meter dan 400 meter, renang gaya bebas 100 meter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
3) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 1½ menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat dan Oksigen, contoh olahraganya adalah lari 800 meter dan 1500 meter, renang gaya bebas 200 dan 400 meter, nomor-nomor senam, tinju (3 menit tiap ronde) dan gulat (2 menit tiap babak). 4) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Contoh olahraganya adalah lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging. Berdasarkan pendapat di atas, lari 100 meter merupakan olahraga yang masuk pada bidang 1, karena lari menggunakan power otot tungkai maksimal dalam waktu yang singkat dan gerakan selanjutnya juga sangat cepat, sehingga sistem
energi utama untuk adalah ATP-PC. Konsentrasi ATP-PC yang
dibutuhkan untuk lari 100 meter adalah 100%. Sedangkan karakteristik umum dari sistem energi tersebut, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi Sistem ATP-PC Anaerobik (tanpa oksigen) Sangat cepat Bahan bakar kimia: PC Produksi ATP sangat
Sistem Lactid Acid
Sistem Oksigen
Anaerobik
Aerobik
Cepat
Lambat
Bahan bakar makanan:
Bahan bakar makanan:
Glikogen
glikogen dan protein
Produksi ATP terbatas
Terbatas
Produksi ATP tidak terbatas
Penyimpanan /
Dengan memproduksi
penimbunan di otot
Lactid Acid menyebabkan memproduksi, tidak
terbatas Menggunakan aktivitas
kelelahan otot Menggunakan aktivitas
melelahkan Menggunakan daya
dengan lama antara 1- 3
tahan atau aktivitas
menit
dengan durasi panjang
lari cepat atau berbagai power yang tinggi, waktu
Dengan
aktivitasnya (Dikutip dari Fox. Edward, L, 1984:22) b. Jenis-Jenis Latihan Fisik Latihan fisik mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam gerakan, agar gerakan-gerakan yang semula sulit dilakukan menjadi semakin mudah dan terjadi otomatisasi gerakan sehingga dalam penggunaan energi dapat dihemat. Tujuan latihan fisik yang lain menurut Bompa (1990:3-5) adalah bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih baik. Untuk mencapai puncak penampilan yang lebih baik, perlu kiranya memperhatikan tujuan-tujuan latihan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
1) Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh. 2) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga. 3) Menanamkan kualitas kemampuan melalui latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang cukup. 4) Mempertahankan keadaan kesehatan. 5) Mencegah cedera melalui penanganan terhadap penyebabnya dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan gerakan. 6) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.
Disamping itu latihan fisik juga bertujuan untuk : 1) Meningkatkan perkembangan fisik secara umum. 2) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga tertentu. 3) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu (Bompa.1990:45) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Latihan fisik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1) Latihan aerobik 2) Latihan anaerobik 3) Latihan beban (weight training) Perbedaan dari ketiga jenis latihan tersebut adalah pada jenis latihan dan sistem energinya. Latihan aerobik biasanya untuk latihan ketahanan atau daya tahan. Latihan ini masuk pada kategori latihan dengan sistem energi bidang 4, yaitu semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit dan sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Latihan aerobik digunakan untuk melatih olahraga seperti lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging. Latihan anaerobik masuk pada bidang 1, yaitu semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC. Latihan anaerobik biasanya untuk melatih power, kecepatan dan kelincahan. Salah satu jenis latihan anaerobik adalah Latihan lari cepat (sprint). Latihan beban (weight training) merupakan latihan fisik dengan bantuan alat berupa besi yang merupakan beban, yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna membantu kemajuan penampilan seseorang. Latihan beban sistem energinya tergantung pada jenis latihan beban yang akan dilakukan, misalnya untuk melatih kekuatan maksimal, latihan beban dilakukan dengan intensitas maksimal, sedikit pengulangan gerakan namun bebannya maksimal, sistem energicommit latihantoiniuser adalah ATP-PC dan asam laktat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Berdasarkan jenis-jenis latihan fisik di atas, penelitian ini menggunakan metode latihan (lari cepat hollow dan repetisi) karena
bermanfaat untuk
meningkatkan kecepatan yang sangat diperlukan dalam lari 100 meter. 2. Metode Latihan Lari Cepat Metode latihan untuk mengembangkan kondisi fisik dalam cabang olahraga atletik nomor lari, khususnya lari cepat atau jarak pendek, menurut Fox (1984: 212), terdiri dari “latihan cepat akselerasi (acceleration sprint) dan latihan kemampuan mengembangkan sistem energi yang berbeda, namun semuanya sama-sama mengembangkan sistem energi yang menunjang di cabang olahraga atletik pada nomor lari. Menurut Jonath, Haag & Kremple
(1987 : 19-20) kecepatan
didefinisikan sebagai hasil kerja suatu massa. Di dalam dasar gerakan manusia, massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh dan tenaga merupakan kekuatan otot yang digunakan seseorang menurut massa yang digerakkan. Lari cepat (sprint) sangat memerlukan kondisi fisik yang sangat prima, oleh karena itu perlu dicari suatu metode yang cocok dan pas untuk tiap-tiap atlit sesuai dengan karakteristik masing-masing atlit. Sebagai dasar pengembangan metode latihan yang baik perlu diketahui bahwa kualitas fisik dasar sangatlah penting diketahui oleh setiap pelatih atau guru olahraga (Nossek, Josef. 1982 : 19), kualitas fisik dasar meliputi : a. Kecepatan (speed) b. Kekuatan (strength) c. Ketahanan (endurance)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Sedangkan unsur lain yang sangat mendukung pencapaian prestasi antara lain disiplin, motivasi, fleksibilitas (kelenturan), agility (kelincahan dan keseimbangan gerak). Dalam pembinaan kecabangan olahraga unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan dalam program, melainkan merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga sebagai konsekuensi dari analisa-analisa semacam itu dapat dikatakan pada masing-masing kecabangan olahraga, kualitas fisik dasar bertindak bersamasama dan “campuran” dengan unsur lain dilatih dan dikembangkan dengan memberi tekanan yang sesuai pada unsur fisik tertentu yang penting dan dominan pada masing-masing kecabangan olahraga tertentu secara tepat.
a. Metode latihan lari cepat Hollow (Hollow Sprints) Latihan hollow sprints merupakan suatu bentuk latihan yang dilakukan berselang. Menurut Rex Hazeldine (1985: 102) menyatakan bahwa hollow sprints menggunakan dua kali sprint yang diselingi dengan periode recovery dengan cara lari pelan atau jogging. Sprint sejauh 30-50 meter, jogging 30-50 meter, sprint lagi 30-50 meter, kemudian berjalan sebagai fase recovery. Pada fase recoveri memungkinkan kita untuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke repetisi berikutnya. Misalnya sprint sepanjang 30 meter, jogging atau jalan 30 meter, lalu sprint lagi 30 meter, kemudian jalan 30 meter. Jadi pelaksanaannya dalam ulangan (repetisi) yaitu, cepat-pelan cepat. Di antara ulangan yang dilakukan diselingi dengan periode istirahat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Hollow sprints merupakan latihan yang dilakukan pada satu repetisi terdapat dua ka1i kerja lari menempuh jarak tertentu pada intensitas tinggi diantara sekali jarak intensitas rendah. Dengan periode kerja pada intensitas tinggi yang dilakukan secara berulang pada satu repetisi, terjadi pengurasan energi ATP dan PC untuk kerja otot. Latihan hollow sprints jika dilakukan secara berulang-ulang dapat memungkinkan terjadinya akumulasi LA di dalam darah dan otot. Dengan adanya akumulasi LA tersebut maka pengembangan kondisi fisiknya terutama dalam daya tahan anaerobik, dengan sistem energi ATP-PC dan LA. Latihan hollow sprints dapat meningkatkan kemampuan daya tahan dan membuat tubuh lebih toleran terhadap asam laktat. Latihan hollow sprints mengembangkan sistem energi LA 10% dan sistem energi 25%. Latihan hollow sprints ini cukup baik untuk meningkatkan daya tahan, khususnya daya tahan anaerobik atau daya tahan kecepatan. Dengan peningkatkan daya tahan anaerobik ini maka kemampuan pelari dalam melakukan kerja dapat meningkat. Dengan demikian latihan hollow sprints dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Pada latihan hollow sprints yang ditekankan adalah latihan banyaknya frekuensi langkah. Dalam usaha meningkatkan kualitas fisik pada tingkat yang lebih tinggi, perlu mempunyai pengetahuan yang cukup pada tingkat yang lebih tinggi, perlu mempunyai pengetahuan yang cukup efek pelatihan terhadap organ tubuh dan perototan. Pengembangan kondisi fisik sebagai efek pelatihan commit to user tergantung dari pada bentuk pelatihan serta beban yang diberikan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
memperoleh efek pelatihan yang maksimal, pelatihan harus spesifik sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni. Latihan hollow sprints jika dilakukan secara berulang-ulang dapat memungkinkan terjadinya akumulasi LA di dalam darah dan otot. Dengan adanya akumulasi LA tersebut maka pengembangan kondisi fisiknya terutama dalam daya dalam anaerobik, dengan sistem energi ATP-PC dan LA. Latihan hollow sprints memiliki keuntungan dan kelemahan yang dapat di analisis sebagai berikut: Keuntungan
Kelemahan
Efektif untuk
Kurang efektif untuk mengembangkan
mengembangkan frekuensi
langkah (stredle length) pada lari cepat
langkah pada lari cepat Dapat memberikan pengaruh
Resiko cedera yang terjadi tinggi,
pada peningkatan kecepatan
terutama cedera otot kaki, karena
reaksi, terutama reaksi
kecepatan lari tambah secara tidak
sederhana
bertahap
Efektif untuk mengembangkan kekuatan otot dan kecepatan reaksi Recovery yang cukup untuk bisa melanjutkan ke repetisi berikutnya
b. Metode latihan Lari Cepat Repetisi (Repetition of Sprints) Lari cepat repetisi mempunyai pengertian yang sama dengan Short sprint training, yang merupakan salah satu metode latihan untuk meningkatkan commit to user kecepatan lari dengan penekanan pada pengembangan kecepatan (sistem ATP-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
PC) dan kekuatan otot. Tipe latihan lari cepat repetisi ini terdiri dari beberapa ulangan lari cepat pada kecepatan maksimal repetisi di sini melibatkan suatu jarak tertentu, kecepatan yang konstan dan periode pulih asal yang cukup panjang guna mempertahankan bentuk dan tingkat kualitas yang diperlukan. Durasi ulangan pada lari cepat repetisi harus dikerjakan dengan sangat singkat (5-10 detik) agar kecepatan maksimal dapat dicapai tanpa terjadi kelelahan dini. Fox, & Bowers, & Foss (1988 : 315), memberikan definisi bahwa latihan lari cepat repetisi adalah lari cepat yang dilakukan dengan kecepatan maksimal, berulang-ulang dengan diselingi periode pulih asal (recovery) sempurna diantara ulangan yang dilakukan. Sebelum ulangan (repetisi) dilakukan, perlu adanya pulih asal yang cukup lama, hal ini penting terutama untuk meningkatkan power anaerobic dan oksigen-dept yang tinggi. Menurut Bossey (1980 : 15), pulih asal waktu istirahat dalam lalihan lari cepat repetisi biasanya menggunakan aktivitas jogging atau jalan. Metode latihan lari cepat repetisi mengembangkan: (a) kecepatan sebesar 90%; (b) daya tahan anaerobic sebesar 6%; dan (c) daya tahan aerobic sebesar 4% (Wilt, F. 1968 : 407). Sedangkan Fox, & Bowers, & Foss (1988 : 316), mengemukakan bahwa lari cepat repetisi mengembangkan system energi: (a) ATP-PC dan LA sebesar 90%; (b) LA dan 02 sebesar 6%; dan (c) 02 sebesar 4%. “Menurut Rushall, & Pyke (1990 : 265), bahwa hasil latihan yang diperoleh dari program latihan lari cepat repetisi adalah selain peningkatan terjadi pada power anaerobik dan hanya sedikit power aerobik, peningkatan juga terjadi pada serabut-serabut otot cepat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
peningkatan mekanik pada neuromuskuler”. Peningkatan yang terjadi pada serabut otot cepat dicerminkan dengan adanya perubahan ukuran serabut-serabut otot, isi total phosphagen pada otot dan konsentrasi enzim-enzim yang bertanggung jawab untuk pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan menghancurkan phosphate energi tinggi. Sedangkan peningkatan mekanika yang terjadi pada neuromuskuler dicerminkan dengan adanya peningkatan panjang langkah dan frekuensi langkah serta koordinasi gerakan pada waktu mengangkat lutut. Dari literatur yang ada, jarak dan pulih asal waktu istirahat untuk latihan lari cepat repetisi sangat beragam. Berbagai jarak dan bentuk pulih asal untuk latihan lari cepat repetisi dari beberapa penulis dapat dikemukakan sebagai berikut: (a) menturut Boosey (1980 : 15), adalah lari cepat berulang-ulang 15 kali menempuh jarak 40-50 meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi pulih asal jogging atau berjalan diantara ulangan yang dilakukan; (b) menurut Nossek (1982: 71 ), adalah lari cepat berulang 10-16 ulangan dalam 3-4 seri pada jarak 30-80 meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi pulih asal aktif diantara ulangan yang dilakukan; (c) menurut Rex Hazeldine (1985 : 103), adalah lari cepat berulang pada jarak 20-70 meter dengan kecepatan maksimal dan diselingi pulih asal jogging diantara ulangan yang dilakukan. Penerapan metode latihan lari cepat repetisi dalam suatu unit latihan akan memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Keuntungan
Kelemahan
Efektif untuk mengembangkan
Resiko cidera sangat tinggi bagi
frekuensi langkah pada lari cepat.
atlet-atlet pemula, terutama cidera otot kaki.
Efektik untuk mengembangkan
Kurang efektif untuk
kecepatan reaksi, terutama reaksi
mengembangkan panjang
pada saat start bagi pelari cepat.
langkah pada lari cepat.
Efektif untuk mengembangkan kecepatan maksimum dan kekuatan otot kaki.
3.Lari Cepat 100 Meter Lari 100 meter sebagai nomor lari jarak pendek merupakan salah satu nomor lari cepat (sprint). Lari cepat (sprint), adalah gerakan maju yang dilakukan untuk mencapai tujuan (finish) secepat mungkin atau dengan waktu yang sesingkat mungkin. Adapun yang dimaksud dengan lari cepat 100 meter adalah lari yang diusahakan atau dilakukan dengan secepat-cepatnya (kecepatan maksimal) mulai start hingga finish dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk menempuh jarak 100 meter. Inti olahraga lari cepat 100 meter adalah terletak pada kecepatannya, oleh karena itu faktor kecepatan adalah unsur utama yang harus diperhatikan dalam lari cepat. Bompa (1990:314) mengemukakan bahwa kecepatan adalah salah serta kemampuan biomotorik yang sangat penting dilakukan dalam olahraga yaitu: kecepatan, atau kapasitas berpindah, bergerak secepat mungkin. Menurut Harsono (1988:216) kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Lari jarak pendek adalah suatu cara lari dimana atlet harus menempuh seluruh jarak atau sepanjang jarak yang tempuh dengan kecepatan yang semaksimal mungkin atau dengan kecepatan penuh (Aip Syarifuddin, 1992:15). Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lain atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulangulang yang lama serta berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. a. Kecepatan Kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat esensial dalam berbagai cabang olahraga. Kecepatan adalah salah satu kemampuan biomotorik yang penting untuk aktivitas olahraga (Bompa, 1990: 263). Berdasarkan sifatnva, menurut Bompa (1990:315) kecepatan dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu: 1. Kecepatan umum Kecepatan umum yaitu kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang tepat. Persiapan fisik umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum. 2. Kecepatan khusus Kecepatan khusus yaitu kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau keterampilan tertentu biasanya sangat tinggi, kecepatan ini adalah khusus untuk cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat ditransferkan, kemungkinan hanya dapat dikembangkan melalui metode khusus namun perlu kiranya dicarikan bentuk latihan alternatifnya. Tidak mungkin akan terjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
transfer yang positif kecuali jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola ketrampilannya. Lebih lanjut Bompa (1999: 18-19) menyampaikan perbandingan karakteristik otot putih atau fast twitch (FT) dengan otot merah atau slow twitch (ST). Fast twitch mempunyai sel saraf yang besar hingga 300 sampai 5000 fiber, slow twitch mempunyai sel saraf yang kecil antara 10 sampai dengan 180 fiber sehingga fast twitch mempunyai fungsi keberhasilan pada kecepatan dan power tetapi juga cepat mengalami kelelahan. Untuk slow twitch dapat berfungsi untuk intensitas yang lama dalam aktivitas yang membutuhkan ketahanan atau endurance, lebih jelasnya perhatikan tabel berikut. Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Otot Fast Twitch dan Slow Twitch (Bompa,1999:9) Comparison of FT and ST Characteristics Fast twitch (FT) White, Type II, anaerobic • Fast fatiguing • Large nerve cell-innervates from300 to more than 500 muscle fibers • Develops short, forceful contractions • Speed and power • Recruited only during highintensity work
Slow twitch (ST) Red, Type 1, aerobic • Slow fatiguing • Smaller nerve cell-innervates from 10 to 180 muscle fibers only • Develops long, continuous contractions • Endurance • Recruited during low-and high intensity work
“Hay James (1985:403) memandang kecepatan lari dari segi ruang dan waktu, berpendapat bahwa kecepatan atlet dalam berlari merupakan hasil beberapa faktor yaitu jarak diantara tiap-tiap langkah yang dilakukan (panjang langkahnya), jumlah langkah yang dilakukan per waktu (frekuensi langkahnya), dan ayunan lengan dari belakang yang kuat”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Kecepatan adalah bagian integral dari tiap olahraga dan dapat dinyatakan sebagai bagian dari atau kombinasi antara kecepatan maksimum, kekuatan dan daya tahan. Untuk meningkatkan kecepatan adalah pergerakan eksplosif dan kekuatan fungsional terhadap resistensi sedang sampai berat, intensitas latihan untuk meningkatkan kecepatan antara 85 sampai 100% kecepatan maksimum. Untuk melatih kecepatan dilakukan kecepatan tinggi atau maksimal dengan interval
singkat
atau
pendek.
(Speed
Training.
Mbt. Training for Speed , Power, Strength. download 3 Juni 2010). Menurut Kirkendall, Gruber J. Johnson (1987: 18) kecepatan didefinisikan sebagai jarak persatuan waktu yakni kecepatan diukur dengan satuan jarak dibagi dengan satuan waktu (V = S/t). Lebih lanjut menurut Schmolinsky (1983:120-142) bahwa faktor-faktor yang menjadi parameter prestasi lari cepat (sprint) adalah sebagai berikut: : a. Tenaga otot adalah salah satu persyaratan yang terpenting bagi kecepatan. Terutama para pelari yang masih jauh dari puncaknya, dapat memperbaiki prestasinya dengan latihan tenaga secara terarah. b. "Viskositas" otot, hambatan gesekan dalam sel (intraseluler) serat-serat otot, dengan pemanasan otot dapat diturunkan. “Viskositas” tinggi pada otot dengan mempengaruhi secara negatif kecepatan maksimal yang dapat dicapai. c. Kecepatan reaksi atau daya reaksi pada waktu start, sudah banyak yang dapat di latih. d. Kecepatan kontraksi, yaitu kecepatan pengerutan otot setelah mendapat rangsangan syaraf, tidak dapat ditingkatkan dengan latihan. Hal ini terutama commit to user oleh bakat. bergantung pada struktur ototnya dan ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
e. Koordinasi, kerjasama antara sistem syaraf pusat dan otot-otot yang digunakan. f. Ciri antropometris yaitu bentuk tabuh atlet terutama perbandingan badan dengan kaki. g. Stamina anaerobik umum atau stamina kecepatan pada lari cepat jarak pendek (sprint). Terutama pada meter terakhir, mempunyai pengaruh terhadap prestasi. Hal ini, tergantung pada potensi otot untuk mengeluarkan energi, tanpa pemasukan oksigen. Kecepatan dipengaruhi oleh kekuatan otot, power otot, daya tahan anaerobik, koordinasi gerakan, ketrampilan teknik lari dan juga dipengaruhi oleh jenis serat otot yang dimiliki oleh atlet. Pada serat otot pada manusia terdiri dari dua macam yaitu "serat otot merah dan serat" otot putih. Jenis serat otot yang dimiliki oleh seseorang merupakan bawaan sejak lahir. Menurut Nossek (1982:59) bahwa: Seseorang atlet yang ototnya terutama terdiri dari serat-serat otot merah tidak bisa berkembang menjadi pelari cepat, atlet yang memiliki serat otot putih lebih berpeluang untuk menjadi pelari cepat. Dapat diketahui bahwa kecepatan lari itu dapat ditingkatkan walaupun peningkatan kecepatan itu sangat terbatas, karena dibatasi oleh bakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nossek (1982:54): bahwa peningkatan kecepatan sangat terbatas, peningkatan kecepatan lari berkisar antara 20-30%. Latihan yang dilakukan agar dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan, harus diperhatikan dan diperhitungkan dengan cermat mengenai dosis latihan yang akan dilakukan. Atlet harus berlatih dengan beban kerja yang ada di atas ambang rangsang kepekaannya. (threshold sensitivity). Dalam latihan ada dua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
macam beban latihan, yaitu beban dalam (innerload) dan beban luar (outload). Beban dalam berkaitan dengan efek fisiologis peningkatan denyut nadi. Sedangkan beban luar, menyangkut masalah: intensitas, volume, frekuensi dan durasi ( Bompa .1990: 77). Pemberian dosis latihan untuk program latihan Iari cepat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Intensitas Latihan lari cepat adalah latihan yang dilaksanakan secara berulangulang dalam waktu yang singkat dengan intensitas tinggi. Dan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intensitas latihan lari cepat adalah maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Bompa (1990:79) yaitu bahwa prinsip latihan lari cepat adalah dengan memberikan beban maksimal yang dikerjakan untuk waktu yang pendek dan diulang-ulang beberapa kali. Jadi intensitas latihan sangat erat dengan kualitas suatu latihan yang mana intensitas latihan adalah jumlah beban dalam
latihan
yang
dilakukan
dengan
sungguh-sungguh
dan
benar
pelaksanaannya. 2. Volume Volume beban latihan untuk program latihan lari cepat, menurut Bompa (1990:317-318) adalah sebagai berikut : a. Intensitas rangsangan antara submaksimal dan super maksimal b. Durasi (waktu) rangsangannya antara 5-20 detik. c. Volume totalnya antara 5-15 kali jarak Kompetisi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Sedangkan menurut Nossek (1982: 100) secara garis besar penentuan beban latihannya adalah sebagai berikut : a. Intesitas kerjanya adalah sub maksimal dan maksimal. b. Jarak yang ditempuh antara 30-80 meter. c. Volume berjumlah 10-16, pengulangan dalam 3-4 kali. 3. Frekuensi Frekuensi adalah jumlah ulangan suatu latihan dilakukan. Dalam menentukan frekuensi latihan untuk lari cepat, Bompa (1990:318) berpendapat bahwa: "latihan kecepatan yang dilakukan dengan intensitas maksimal hanya mungkin diulang 5-6 kali per latihan, 2-4 per minggu selama fase kompetitif." 4. Durasi (lama latihan) Durasi adalah merupakan lamanya waktu suatu latihan dilakukan. Menurut Bompa (1990:317), durasi latihan untuk lari" cepat tiap ulangannya adalah 5-20 detik”. Sedangkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengetahui pengaruh latihan lari cepat menurut Fox, & Bowers, & Foss (1988:269) adalah 810 minggu. 5. Pulih asal (recovery) Suatu yang juga sangat penting yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan adalah pulih asal. Internal istirahat mulai dengan dalam latihan lari cepat menurut Pyke. FS. (1991:137) adalah 3-6 menit istirahat akhir selama 10-12 menit. Dengan pulih asal yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk memaksimalkan aktivitas latihan selanjutnya. Dengan demikian bentuk dan kualitas kecepatan dalam latihan lari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
cepat tersebut dapat dipertahankan. Pulih asal dalam latihan dapat dilakukan dengan lari-lari kecil, jogging, berjalan, dan sebagainya. b. Latihan Lari Cepat Prestasi atau peningkatan kemampuan kecepatan lari yang didapat merupakan perpaduan dari sekian banyak kemampuan yang dibangun dalam waktu yang cukup lama melalui proses latihan lari cepat sehingga terwujud prestasi tersebut. Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian dari latihan lari cepat, diantaranya adalah sebagai berikut : "Latihan lari cepat (sprint training) ialah suatu latihan yang diselesaikan dalam waktu singkat, dikerjakan berulang-ulang dengan intensitas yang relatif tinggi" (Smith, 1983 : 184). Prinsip untuk Latihan lari cepat adalah dengan memberikan beban maksimal yang dikerjakan. guna mempertahankan bentuk dan tingkat kualitas yang diperlukan. Menurut Rushal, & Pyke (1990 : 269), latihan lari cepat sebagai metode latihan fisik dapat dibedakan menjadi 3 macam latihan, yaitu : ”Ultra short Interval sprints training" , "Short Interval sprints training" dan "Sustained sprints training". Sedangkan menurut Rex Hazeldine(1985 : 102), Latihan lari cepat sebagai metode latihan fisik dapat, dibedakan menjadi tiga macam latihan lari cepat, yaitu: lari cepat akselerasi (acceleration sprint), lari cepat hollow (hollow sprint), lari cepat repetisi (repetition of sprint). Dari literatur yang ada, terdapat beragam jarak dan waktu kerja untuk latihan lari cepat yang dikemukakan oleh para ahli. Berbagai jarak untuk latihan lari cepat menurut pendapat beberapa ahli tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
1) Menurut Shaver (1981 : 275), antara 20-220 yard. 2) Menurut Nossek (1982 : 71), antara 30-80 meter. 3) Menurut Rex Hazeldine (1985 : 103), antara 20-75 meter. Sedangkan waktu kerja yang diperlukan untuk latihan lari cepat menurut pendapat beberapa ahli dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Menurut Shaver (1981 : 274), antara 20-30 detik. 2) Menurut Nossek (1982 : 65), sekitar 10 detik. 3) Menurut Bompa (1999 : 370), antara 5-20 detik. 4) Menurut Fox, & Bowers, & Foss (1988: 296), antara 10-20 detik. Latihan lari cepat sebagai metode latihan untuk mengembangkan kualitas fisik, selain harus mengikuti dan memperhatikan prinsip-prinsip dasar secara umum, juga harus mengikuti pedoman khusus untuk latihan kecepatan agar tujuan yang diharapkan dari latihan bisa tercapai. Menurut Rushal, & Pyke (1990 : 269-271), bahwa latihan lari cepat untuk meningkatkan kecepatan mengikuti pedoman sebagai berikut : 1) Jika latihan itu tergolong "Ultra-short Interval sprints training", maka pedoman yang dipakai adalah sebagai berikut : a) durasi periode kerja
: 3-6 detik
b) intensitas kerja
: 100 %(maksimal)
c) durasi pulih asal
: 30-45 detik
d) repetisi
: sampai penampilan mulai memburuk
e) sistem energi
: alactacid (ATP-PC ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
2) Jika latihan itu tergolong "Short Interval sprints training”, maka pedoman yang dipakai adalah sebagai berikut : a) durasi periode kerja
: 6-15 detik
b) intensitas kerja
: 100 % (maksimal)
c) durasi pulih asal
: 1-2 menit
d) repetisi
: sampai lelah atau penampilan memburuk
e) sistem energi
: alactacid dengan sedikit lactacid pada interval yang lama.
3. Jika latihan yang dilakukan itu tergolong "Sustained sprints training", maka pedoman yang dipakai adalah sebagai berikut : a) durasi periode kerja
: 20-45 detik
b) intensitas kerja
: 95 %
c) durasi pulih asal
: 3-5 menit
d) repetisi
: 5-10
e) sistem energi
: alactacid, lactacid, and sedikit aerobic pada interval yang lama.
Menurut Fox, & Bowers, & Foss (1988 : 308), pedoman untuk latihan sistem energi adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Tabel : 3 latihan interval pedoman waktu Energy System ATP – PC
ATP-PCLA
LA – 02
02
Repetitions
Set per
Work/rest
10 dtk 15 dtk 20 dtk 25 dtk 30 dtk 40 - 50 dtk 60 - 70 dtk 70 dtk lebih 1.30-2.00 mnt 2.10-2.40 mnt
per set 10 9 10 8 5 5 5 5 4 6
workout 5 5 4 4 5 4 3 2 2 1
ratio 1: 3 1: 3 1: 3 1: 3 1: 3 1: 3 1: 3 1: 2 1: 2 1: 2
2.50-3.00 mnt
4
1
1: 1
3.00- 4.00 4.00-5.00
4 3
1 1
1: 1 1:1/2
Training time
Tabel : 4 latihan interval pedoman jarak Energy
Training
Repetitions
Set per
Work/rest
System
Distance (meter) 50 100 200 400 600 800 1000 1500
per set
workout
ratio
10 8 4 4 5 2 3 3
5 3 4 2 1 2 1 1
1:3 1:3 1:3 l:2 1: 2 1: 1 1: 1 l:1/2
ATP - PC ATP-PCLA LA-02 02
Selain mengikuti pedoman seperti di atas, untuk keperluan peningkatan kecepatan, khususnya untuk kecepatan lari cepat, harus memperhatikan pula halhal sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
1. Prinsip kekhususan latihan adalah penting manakala atlet hendak mengerjakan program latihan. Aktivitas lari yang dikerjakan dengan intensitas dan kecepatan tinggi selain akan meningkatkan kecepatan dan power otot, juga akan meningkatkan fungsi serabut otot cepat. Jika atlet berkeinginan untuk menjadi lebih kuat, maka atlet tersebut harus berlatih kekuatan. Jika atlet berkeinginan untuk menjadi lebih cepat, maka atlet tersebut harus berlatih kecepatan. 2. Pada dasarnya kecepatan lari dapat dilatih, melalui potensi kecepatan lebih ditentukan karena faktor genetik. Gerakan lari memerlukan koordinasi neuromuskuler yang kompleks. Melalui ulangan atau repetisi, fungsi kecepatan dan koordinasi neuromuskuler dapat ditingkatkan. 3. Latihan lari cepat harus dilakukan dengan seluruh tenaga, tetapi jarak harus dijaga atau dipertahankan kurang dari jarak kompetisi agar latihan dapat diulang kembali pada intensitas maksimal. 4. Efisiensi percepatan dan kecepatan lari bisa ditingkatkan melalui proses latihan lari cepat secara aksplosif dengan mempergunakan posisi start yang bervariasi. 5. Jika kecepatan lari yang ditingkatkan, maka atlet harus meningkatkan : power dari otot-otot ekstensor tungkai sehingga lebih banyak. menimbulkan tenaga dinamis atau gaya cepat, meningkatkan koordinasi neuromuskuler melalui lari dengan kecepatan puncak atau maksimal, mengoreksi kesalahan-kesalahan didalam mekanika gerak lari. Menurut Nossek (1982 : 71), Latihan kecepatan siklik dan non siklik dituntun dengan prinsip-prinsip diantaranya sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
a) Otot-otot yang dipersiapkan dengan baik selama intensitas pemanasan yang intensif, penguatan dan pengenduran otot-otot berlangsung kira-kira 30 menit. b) Latihan kecepatan dilatih di dalam permulaan bagian utama unit latihan, jika otot-otot belum mengalami kelelahan. c) Intensitas maksimal dan submaksimal harus diterapkan. Latihan dengan intensitas tinggi memerlukan konsentrasi penuh dan kualitas daya kehendak. d) Jarak antara 30-80 meter dipandang menguntungkan untuk pengembangan kecepatan lari secara umum. e) Volume berjumlah 10-16 ulangan dalam 3-4 seri. f) Kekuatan eksplosif dilakukan dengan beban tidak lebih dari 20 % dari beban maksimal,
meskipun
demikian
kekuatan
ditingkatkan
dengan
mengorbankan kecepatan. g) Jarak waktu diantara ulangan tunggal sampai 3 menit, sedangkan jarak walau recoveri antara seri-seri sampai 6 menit. h) Interval adalah aktif, agar selalu menjaga organisme dalam keadaan siap yang efektif untuk beban berikutnya. i) Kecepatan dapat dilatih setiap hari, bahkan untuk yang bukan pelari cepat. Namun
demikian,
tidak
setiap
latihan
yang
berturut-turut
harus
dilaksanakan sampai intensitas maksimal. Biasanya untuk yang bukan spesialis 2-3 unit per minggu sudah cukup. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
j) Dalam latihan tahunan, prinsip peningkatan kecepatan secara bertahap harus diikuti dengan tegas. k) Cara-cara latihan utama adalah metode ulangan dan interval intensif. c. Energi Utama Aktivitas Lari Cepat 100 Meter Hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan dalam menyusun program latihan adalah kebutuhan energi utama pada cabang olahraga yang akan dikembangkan. Jenis energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intensitas kerja dan waktu kerja. Bagi atlet lari cepat 100 meter umumnya dilakukan dengan intensitas maksimal, dengan waktu kerja kurang dari 15 detik. Aktivitas kerja dengan intensitas tinggi dalam waktu kurang dari 15 detik, energi yang digunakan adalah ATP-PC. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa energi utama yang diperlukan dalam lari cepat 100 meter adalah ATP-PC dan sedikit LA. Oleh karena itu tujuan utama latihan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter terutama harus ditujukan pada pengembangan sistem energi ATP-PC dan ditambah pengembangan LA. Aktivitas dengan sistem energi utama ATP-PC dan LA merupakan aktivitas yang menggunakan sistem phosphagen dan sistem glikolisis anaerob sebagai penyuplai ATP ke dalam otot yang bekerja. Dengan demikian aktivitas lari cepat 100 meter merupakan aktivitas anaerob. Untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter maka latihan yang tepat adalah latihan anaerob.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
d. Kecepatan Lari 100 Meter
Kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat esensial dalam berbagai cabang olahraga. Kecepatan adalah salah satu kemampuan biomotorik yang penting untuk aktivitas olahraga (Bompa, 1990: 263). Berdasarkan sifatnva, menurut Bompa (1990:315) kecepatan dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu: 1) Kecepatan umum Kecepatan umum yaitu kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang tepat. Persiapan fisik umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum. 2) Kecepatan khusus Kecepatan khusus yaitu kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau ketrampilan tertentu biasanya sangat tinggi, kecepatan ini adalah khusus untuk cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat ditransferkan, kemungkinan hanya dapat dikembangkan melalui metode khusus namun perlu kiranya dicarikan bentuk latihan alternatifnya. Tidak mungkin akan terjadi transfer yang positif kecuali jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola ketrampilannya. Menurut Jonath, Haag & Kremple (1987 : 56-60) pada lari 100 meter kecepatannya dapat dibagi dalam waktu reaksi langsung sebelum start, periode percepatan positif (kadang-kadang sampai 60 meter) hingga tercapai kecepatan tertinggi, periode kecepatan tetap dan periode percepatan negatif dengan kecepatan menurun. Grafik analisis perkembangan lari 100 meter menurut Jonath, commit to user Haag & Kremple (1987) sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Gambar 1. Perkembangan Kecepatan pada Lari 100 Meter
Frekuensi langkah dan panjang langkah sejak dari start sampai jarak 20 meter sangat meningkat (gambar 8 dan 9). Setelah jarak 60-70 meter frekuensi langkah (gambar 8) dan panjang langkah menurun (gambar 9), maka frekuensi langkah pada 10-20 meter terakhir menurun, demikian juga pada panjang langkahnya.
Gambar 2. Perkembangan Frekuensi Langkah pada Lari 100 Meter commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Keterangan : A. Pelari pria tercepat B. Semua pelari pria bersama C. Pelari pria paling lambat D. Pelari wanita tercepat E. Semua pelari wanita bersama F. Pelari wanita paling lambar
Gambar 3. Perkembangan Panjang Langkah pada Lari 100 Meter
Dalam analisisnya Nossek (1982 : 60) menyatakan dalam empat fase kecepatan, yakni : 1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi 2) Percepatan atau akselerasi 3) Kecepatan dasar atau kecepatan lari cepat, dan 4) Daya tahan kecepatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Kecepatan seorang pelari tidak dicapai dengan segera, tetapi sesudah suatu kecepatan atau akselerasi sekurang-kurangnya 20 meter. Kecepatan dicapai setelah jarak 30 meter, atau 5-6 detik setelah start, dan dapat dipertahankan secara terus-menerus sampai 60 meter. Setelah titik ini kecepatan naik-turun, karena sistem syaraf pusat mengalami kelelahan dan memperhatikan adanya hambatan. Peningkatan lebih lanjut hanya dengan memperbaiki power dan daya tahan otot. Kecepatan lari merupakan fase yang sangat penting bagi pelari cepat dalam menyelesaikan lari 100 meter dalam waktu yang sesingkat mungkin, dengan
upaya
mencapai
kecepatan
secepat
mungkin
dan
dapat
mempertahankannya selama mungkin, untuk itu diperlukan upaya pelatihan yang tepat dalam pemilihan metode latihan lari cepat dalam program latihan.
4. Power Otot Tungkai Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu aktivitas yang sangat berat adalah power, karena dapat menentukan seberapa orang dapat orang berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal yang explosive tergantung pada power (Jansen, C.R. Schultn. G W and Bongerter, B.C 1983 : 167-178). Menurut Bompa (1990 : 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atas keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
a. Power asiklik Dalam kegiatan olahraga power ini dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan melompat pada atletik lebih dominan pada power asikliknya. b. Power siklik Dari segi kesesuaian jenis gerakan dari peranannya pada suatu cabang olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya. Daya ledak atau power memainkan peranan yang sangat penting terhadap mobilitas fisik. Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa komponen diantaranya komponen yang menonjol adalah kekuatan dan kecepatan. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi/keterkaitan diantara komponen-komponen power digambarkan oleh Bompa (1990 : 264) sebagai berikut : Strength
Endurance
Muscular Endurance
Speed
Endurance of Speed
Coordination
Agility
Flexibility
Mobility
Power
Maximum Strength
Anaerobic Endurance
Aerobic Endurance
Maximum Speed
Perfect Coordination
Full Range of Flexibility
Gambar 4. Ilustrasi Keterkaitan Diantara Kemampuan Biomotorik commit to user (Bompa, 1990 : 264)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Sementara Nossek (1982 : 46-48) menyampaikan power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot. Jadi, power otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara explosive. Menurut Jansen, C.R. Schultn. G W and Bongerter, B.C (1983 : 167-178) untuk meningkatkan power dapat dengan cara meningkatkan kekuatan, meningkatkan
kecepatan
kontraksi,
atau
meningkatkan
keduanya,
yaitu
meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Kekuatan kecepatan semata-mata merupakan suatu hakekat dinamis dan diperlukan dalam kebanyakan cabang olahraga. Untuk mendapatkan kekuatan kecepatan kontraksi otot tungkai dibutuhkan waktu, sebab hal tersebut tidak bisa timbul dalam waktu yang singkat. Jadi timbulnya kekuatan kecepatan otot tungkai diperlukan program latihan fisik. Program latihan fisik diharapkan memperbaiki sistem energi, memperbaiki persyaratan serabut otot fast twich. Ketergantungan pada faktor waktu dalam menerapkan kekuatan memainkan peranan penting dalam kualitas kecepatan. Misalnya take of dalam lompat jauh berlangsung kira-kira 0,12 detik. Jarak yang mendukung dalam lari cepat bahkan 0,08 detik. Ini berarti untuk latihan olahraga pengembangan kekuatan kecepatan maksimum bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Jumlah latihan tergantung pada tekanan atau bentuk yang harus dikuasai pada cabang olahraga masing-masing. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Peranan Power Otot Tungkai Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter Power otot tungkai memiliki peranan yang sangat penting hampir pada semua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang olahraga permainan, baik olahraga individu maupun beregu power otot tungkai mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya sebuah prestasi. Besarnya power otot tungkai yang diperlukan pada masing-masing cabang tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power otot tungkai dalam cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang diperlukan untuk cabang olahraga bolavoli, tentunya berbeda dengan yang diperlukan untuk cabang olahraga sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang olahraga atletik dan sebagainya. Kecepatan lari 100 meter adalah serangkaian tolakan, melayang dan pendaratan yang dilakukan secara otomatis yang komponen dasarnya adalah kecepatan dan kekuatan (power) otot tungkai. Meningkatnya kecepatan dan kekuatan otot tungkai akan menyebabkan Koordinasi kerja neuromuskuler menjadi lebih baik, sehingga peningkatan frekuensi langkah dalam segi waktu yang disebabkan oleh meningkatnya kecepatan dan peningkatan panjang langkah dalam segi ruang yang disebabkan oleh meningkatnya kekuatan otot tungkai akan menghasilkan kecepatan lari. Kecepatan lari pada hakekatnya merupakan penampilan kecepatan dan kekuatan dari otot tungkai, keadaan power otot tungkai dalam hal ini sangat tergantung pada kemampuan seorang atlit untuk memperhitungkan dan membina kondisi fisiknya dengan cara yang kuat dan cepat melalui gerakan pergantian tungkainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan latihan untuk meningkatkan prestasi lari 100 meter banyak dilakukan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan M. Furqon H,(1991) menyatakan bahwa metode latihan lari cepat akselerasi (acceleration sprint) dan lari cepat hollow (hollow sprint) berpengaruh terhadap peningkatan prestasi 100 meter. Metode latihan lari cepat hollow (hollow sprint) memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada lari cepat akselerasi (acceleration sprint) terhadap peningkatan prestasi lari 100 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan prestasi lari cepat 100 meter terutama ditujukan pada pengembangan sistem energi ATP-PC. Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai kajian untuk hipotesis. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: penelitian yang dilakukan oleh Rumps Agus Sudarko, yang berjudul "Pengaruh Latihan Lompat-lompat dan Latihan Loncat-loncat Terhadap Kecepatan Lari 50 meter." Dengan menggunakan sampel penelitian sejumlah 75 siswa putra umur antara 15 -18 tahun. Hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Latihan lompat-lompat dan latihan loncat-loncat kedua dapat meningkatkan kecepatan lari 50 meter dengan sangat signifikan (p < 0,01). 2. Latihan lompat-lompat dan latihan loncat-loncat tidak diperoleh adanya perbedaan yang signifikan (p > 0,05) dalam meningkatkan kecepatan lari 50 meter. 3. Latihan lompat-lompat jauh lebih efektif dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dibandingkan dengan latihan loncat-loncat (p < 0,01). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut : 1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Didalam kita mengamati perbedaan pengaruh antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints terhadap kecepatan lari 100 meter, terutama diarahkan pada bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan, komponen bentuk aktivitas, pengaruh dan bentuk aktivitas yang dilakukan, dan pengembangan sistem energi yang digunakan dari kedua metode latihan tersebut. Pengaruh dan karakteristik bentuk latihan hollow sprints dan latihan repetition sprints terhadap kecepatan lari 100 meter ternyata berbeda. Perbedaan yang ada akan tampak jelas apabila pengaruh dari kedua metode latihan lari cepat tersebut diperbandingkan. Bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan metode latihan hollow sprints adalah suatu bentuk pelatihan yang terdiri dari dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan. Pelatihan lari cepat berselang dilakukan dengan lari secepat-cepatnya (sprint) kemudian lari pelan (jogging atau jalan) dan dilanjutkan dengan lari secepat-cepatnya (sprint). Hollow sprints menggunakan dua kali sprint yang diselingi dengan periode recovery dengan cara lari pelan atau jogging. Sedangkan bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan metode latihan repetition sprints terdiri dari beberapa ulangan lari cepat pada kecepatan maksimal. Repetisi disini melibatkan suatu jarak tertentu, kecepatan yang konstan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
dan periode pulih asal yang cukup panjang guna mempertahankan bentuk dan tingkat kualitas yang diperlukan. Durasi ulangan pada latihan repetition sprints harus dikerjakan dengan sangat singkat (5-10 detik) agar kecepatan maksimal dapat dicapai tanpa terjadi kelelahan dini. Dari segi pengaruh komponen bentuk aktivitas yang dilakukan dari masing-masing metode latihan lari cepat memiliki pengaruh tersendiri, sesuai dengan karakteristik komponen tersebut. Pengaruh metode latihan repetition sprints lebih baik dari pada hollow sprints. Berdasarkan perbedaan pengaruh dan karakteristik bentuk latihan yang telah diuraikan di atas dan dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangannya yang ada pada masing-masing metode latihan lari cepat tersebut, bahwa antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints diperkirakan akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. 2. Perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah. Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua cabang olahraga, terutama untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Pada lari cepat, kecepatan lari seseorang selain ditentukan oleh faktor biomotorik seperti kecepatan itu sendiri, commit to user faktor biomotorik lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kekuatan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Kecepatan lari adalah merupakan hasil perpaduan antara kecepatan dan kekuatan (power), terutama power dari otot tungkai. Power otot tungkai yang dimiliki seseorang tidaklah sama, ada yang tinggi dan ada yang rendah, tinggi dan rendahnya power otot tungkai seseorang tentunya akan berpengaruh pada kecepatan larinya. Pada seseorang yang memiliki power otot tungkai yang tinggi ia akan mudah mengembangkan kecepatan larinya, baik pada kecepatan reaksinya (pada saat start), percepatan gerak (pada beberapa meter pertama), kecepatan dasar (sebagai kecepatan maksimal) dan pada stamina kecepatannya (daya tahan kecepatan) jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki power otot tungkai yang rendah. Bagi seseorang yang memiliki power otot tungkai yang tinggi ia akan menghasilkan frekuensi langkah (stride rate) yang lebih tinggi dan panjang langkah (stride length) yang lebih panjang pada saat lari jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki frekuensi langkah yang rendah, hal ini sangat berguna untuk menghasilkan kecepatan lari yang maksimal pada saat berlari, karena kecepatan lari merupakan hasil dari frekuensi langkah dan panjang langkah seseorang. Peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang memiliki power otot tungkai rendah. Dari uraian di atas dapat diperkirakan bahwa perbedaan power otot tungkai yang tinggi dan yang rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan lari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
3. Interaksi antara metode latihan dengan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Kecepatan lari adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan didalam usaha meningkatkan kecepatan lari seseorang, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan metode latihan yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari seseorang diantaranya adalah metode latihan hollow sprints dan metode latihan repetition sprints. Kedua-duanya sama-sama mengembangkan kecepatan dan kekuatan otot dalam hal ini kecepatan dan kekuatan dari otot-otot tungkai (power otot tungkai) tetapi memiliki bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan, komponen bentuk aktivitas, pengaruh dari bentuk aktivitas yang dilakukan, dan pengembangan sistem energi yang digunakan berbeda. Power otot tungkai memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pelaksanaan teknik lari yang efisien dan kecepatan lari seseorang. Power otot tungkai dihasilkan oleh peran kerja otot yang maksimal, khususnya otot-otot yang menunjang kerja tungkai atau otot ekstremitas bawah. Peran power otot tungkai dalam kecepatan lari akan menjadi lebih baik, apabila metode latihan yang digunakan mempunyai efek adaptasi terhadap otot-otot penunjang gerakan lari cepat. Perbedaan power otot tungkai yang dimiliki seseorang, juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan larinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Metode latihan hollow sprints dan repetition sprints jika dikaitkan dengan tinggi dan rendahnya power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari. Power tinggi lebih cocok menggunakan metode latihan repetition sprints, sedangkan power rendah lebih cocok menggunakan metode latihan hollow sprints. Latihan repetition sprints dilakukan dengan lari cepat maksimal dan berulang-ulang, diselingi periode pulih asal (recoveri) dilakukan sempurna diantara ulangan yang dilakukan, sehingga lebih cocok menggunakan power tinggi. Sedangkan hollow sprints dimana latihan lari cepat yang terdiri dari dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan. Latihan lari cepat
berselang
dilakukan dengan lari secepat-cepatnya kemudian lari pelan (jogging atau jalan) dan dilakukan lari secepat-cepatnya. Metode latihan hollow sprints lebih cocok menggunakan power rendah. Diperkirakan terdapat interaksi antara metode latihan lari cepat dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan
kajian
teori
dan
kerangka
pemikiran
yang
telah
dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 2. Ada perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP. 3. Ada interaksi antara metode latihan dengan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian berlangsung
selama kurang lebih dua bulan.
Pelaksanaan perlakuannya selama kurang lebih 8 minggu
dengan frekuensi
latihan 3 kali dalam seminggu. Perlakuan tiap pertemuannya mengacu pada 2 jam (2x45 menit). Penentuan waktu latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sesuai dengan pendapat Brooks dan Thomas D. Fahey (1984 :405) bahwa dengan frekuensi tiga kali per minggu akan terjadi peningkatan kualitas ketrampilan. Dengan alasan bahwa latihan tiga kali per minggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi secara fisiologis terhadap beban yang diterima. Latihan dilakukan di luar jam sekolah. yaitu pada sore hari mulai pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Secara keseluruhan latihan dilakukan selama 24 kali pertemuan, ditambah pelaksanaan pree test dan post test sebanyak 1 pertemuan (jadwal latihan terlampir). commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
B. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah eksperimen lapangan dengan menggunakan rancangan faktorial 2X2. Sutrisno hadi (2000 : 462) menjelaskan disain faktorial adalah suatu pola yang menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk sekaligus menyelidiki pengaruh dari dua jenis variable eksperimen atau lebih. Menurut Sudjana (2002:148) eksperimen faktorial adalah eksperimen yang menyangkut sejumlah faktor dengan banyak taraf. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dua faktor dan dua taraf. Sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf yang ada dalam eksperimen. Desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat, disamping pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antar variabel (Furchan. 1982:362) Secara skematis rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut: Tabel 5. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 Power otot tungkai (B) Power otot tinggi Power otot rendah (b1) (b2) Hollow sprint (a1) a1b1 a2b1 Repetition sprint (a2) a1b2 a2b2 Kecepatan Lari 100 meter Metode Latihan Lari Cepat (A)
Keterangan: a1b1
= metode latihan hollow sprints dengan power otot tinggi
a2b1
= metode latihan repetition sprints dengan power otot tinggi
a1b2
= metode latihan hollow sprints dengan power otot rendah
a2b2
commit to user = metode latihan repetition sprints dengan power otot rendah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent) dengan perincian sebagai berikut. 1. Variabel bebas a. Variabel manipulatif yaitu: metode latihan yang terdiri dari dua sel variabel: 1) metode latihan Hollow Sprints 2) metode latihan Repetition Sprints b. Variabel bebas dikendali (atributif) dalam penelitian ini adalah: 1) kemampuan power otot tungkai tinggi, 2) kemampuan power otot tungkai rendah. 2. Variabel terikat (dependen) Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu peningkatan kecepatan lari 100 meter. D. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dari masing-masing variabel penelitian perlu Jelaskan agar supaya tidak menimbulkan bias dan penafsiran yang berbeda. 1. Metode latihan lari cepat hollow (hollow Sprints) Metode latihan Hollow sprints adalah lari cepat yang terdiri dari lari cepat berselang dilakukan dengan lari secepat-cepatnya (sprint) kemudian lari pelan (jogging atau jalan) dan dilanjutkan dengan lari secepat-cepatnya (sprint) dimana dilakukan dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan. Jogging atau berjalan sebagai fase recovery. Pada fase recovery commit to user memungkinkan kita untuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke repetisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
berikutnya. Latihan hollow sprints ini cukup baik untuk meningkatkan daya tahan, khususnya daya tahan anaerobik atau daya tahan kecepatan. Dengan peningkatan daya tahan anaerobik ini maka kemampuan pelari dalam melakukan kerja dapat meningkatkan.
2. Metode latihan lari cepat repetisi ( repetition sprints) Metode latihan repetition sprints adalah lari cepat yang dilakukan dengan kecepatan maksimal, berulang-ulang dengan diselingi periode pulih asal atau recoveri sempurna diantara ulangan yang dilakukan. Repetition sprints mempunyai pengertian yang sama dengan Short sprint training, yang merupakan salah satu metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari dengan penekanan pada pengembangan kecepatan (sistem ATP-PC) dan kekuatan otot. Tipe latihan repetition sprints ini terdiri dari beberapa ulangan lari cepat pada kecepatan maksimal repetisi disini melibatkan suatu jarak tertentu, kecepatan yang konstan dan periode pulih asal yang cukup panjang guna mempertahankan bentuk dan tingkat kualitas yang diperlukan. Durasi ulangan pada repetition sprints harus dikerjakan dengan sangat singkat (5-10 detik) agar kecepatan maksimal dapat dicapai tanpa terjadi kelelahan dini.
3. Power Otot Tungkai Power otot tungkai adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kelompok sampel power otot tinggi dan power otot rendah adalah sampel yang diberi perlakuan (tes awal) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
vertical jump, kemudian hasilnya dirangking dari sampel yang mempunyai power otot tinggi sampai pada sampel yang mempunyai power otot rendah. Hasilnya dibagi menjadi kelompok, kelompok sampel dengan power otot tinggi, sedang dan rendah. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua kelompok sampel dengan power otot tinggi dan power otot rendah.
4. Kecepatan Lari 100 Meter Kecepatan lari 100 meter adalah Lari yang diusahakan atau dilakukan dengan secepat-cepatnya (kecepatan maksimal) mulai start hingga finish dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk menempuh jarak 100 meter. Inti olahraga Lari cepat 100 meter adalah terletak pada kecepatannya, oleh karna itu faktor kecepatan adalah unsur utama yang harus diperhatikan dalam Lari cepat.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya tahun angkatan 2010/2011 yang berjumlah 99 siswa. 2. Sampel Penelitian Untuk menentukan besar sampel dilakukan undian secara acak (random) dari populasi yang ada. Sehingga besar sampel 40 sampel kemudian dilakukan penelitian pendahuluan (pre tes) dengan tes vertical jump, selanjutnya menentukan besarnya sampel dalam tiap kelompok commit to user digunakan 10 sampel sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
jumlah seluruhnya adalah: 10 x 4 kelompok = 40 sampel. Besar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 siswa putra yang terdiri dari 20 siswa yang memiliki kemampuan power otot tungkai tinggi dan 20 siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Selanjutnya 20 siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan yang memiliki power otot tungkai rendah masing-masing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 10 siswa yang mendapatkan latihan Hollow Sprints dan 10 siswa sebagai kelompok yang mendapatkan latihan Repetition Sprints. Tahap-tahap
yang
dilaksanakan
dalam
melaksanakan
perubahan
perubahan penelitian tersebut diatas adalah: a. Melakukan tes kemampuan power otot tungkai (vertical .jump) terhadap 40 siswa yang menjadi subyek penelitian. hasil tes disusun berdasarkan urutan kemampuan power otot tungkai dari yang tinggi ke yang rendah (dirangking). b. Membagi seluruh subjek penelitian kedalam dua kelompok yang terdiri dari kelompok berkemampuan power otot tinggi dan kelompok berkemampuan power otot rendah. Adapun teknik pembagian kelompok yang digunakan adalah dengan membagi hasil pengukuran tes vertical jump kedalam dua kelompok yaitu 20 responden yang memiliki power otot tungkai terbaik (peringkat 1-20 ) dijadikan kelompok yang memiliki kemampuan power otot tungkai tinggi. Sementara itu responden yang memiliki kemampuan power otot tungkai rendah (peringkat 21-40). c. Langkah berikutnya yang dilakukan adalah kelompok yang mempunyai power otot tinggi dibagi menjadi dua sub kelompok yang dilakukan dengan commit to user menggunakan cara ordinal pairing (A-B B-A). Begitu juga pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
yang memiliki kemampuan power otot rendah, dengan cara yang Sama dibagi menjadi dua sub kelompok. Dengan menggunakan cara ordinal pairing akan didapat empat sub kelompok yang memiliki kemampuan awal seimbang. Dengan demikian diperoleh dua kelompok latihan Hollow Sprints terhadap 10 responden yang mempunyai kemampuan power otot tinggi dan 10 responden yang mempunyai kemampuan power otot rendah. Demikian halnya dengan kelompok latihan Repetition Sprints terdapat 10 responden yang mempunyai power otot tinggi dan 10 responden yang mempunyai power otot rendah. d. Selanjutnya untuk menentukan kelompok mana yang mendapat latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints dilakukan dengan cara diundi. Hasilnya kelompok A mendapat latihan Hollow Sprints dan kelompok B mendapat latihan Repetition Sprints.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes dan pengukuran beberapa variabel penelitian: 1. Data power otot tungkai Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dengan melakukan pengukuran power otot tungkai. Data power otot tungkai untuk menentukan atau membagi kelompok-kelompok eksperimen, data ini diperoleh dengan tes vertical jump dari (Berry L. Johnson : 1984 : 293). Power otot tungkai diukur sebanyak I kali yaitu, pada awal perlakuan, sebelum diberikan perlakuan subyek melakukan pre-test vertical jump, petunjuk pelaksanaan tes (lampiran 1). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
2. Data Kecepatan Lari 100 meter Data ini diperoleh dengan melakukan tes lari 100 meter menggunakan peraturan dari PASI Data diambil pada waktu tes awal dan tes akhir. dengan kesempatan melakukan tes sebanyak 2 kali. Hasil catatan waktu yang terbaik dipakai sebagai data sampel, petunjuk pelaksanaan tes (lampiran 2).
3. Uji Reliabilitas Tes Derajat reliabilitas dinyatakan oleh koefisien korelasi dengan rentangan dari 0,00 sampai 1,00. Untuk menentukan derajat konsistensi, tes diberikan dua kali, skor-skor dalam pelaksanaan tes pertama berkorelasi dengan skor-skor dalam pelaksanaan tes kedua. Untuk mencari besarnya koefisien reliabilitas, digunakan metode Anava (Baumgartner and Jackson, 1991:134) dengan rumus: R=
MS S - MSW MS S
Dengan: MS s =
SS s df s
MS W =
SS1 + SS1 df1 + df1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Keterangan: SS : Jumlah kuadrat perlakuan MS : Rata-rata kuadrat perlakuan t
: Perlakuan kolom
s
: Perlakuan baris
i
: Interaksi antar perlakuan baris dan perlakuan kolom
Kemudian koefisien reliabilitas (R) tersebut dikoreksi menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut: r=
2.R 1+ R
G. Teknik Analisis Data. 1. Uji Prasarat Analisis a. Uji Normalitas Untuk menguji normalitas data digunakan teknik Lilifors dari Sudjana (1996:466). Pada taraf signifikansi a = 0,05 kriteria pengujian. 1). Mencari simpangan baku dengan rumus Zi =
xi - x S
2). Peluang angka baku menggunakan daftar normal dengan rumus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Szi =
Banyaknyaz1, z2, z3......zn yang £ Zi n
3) Harga mutlak dihitung dengan rumus: F = (Zi) – S(Zi) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas data digunakan untuk menguji kesamaan varians antara dua kelompok yang dibandingkan. Untuk menghitung uji homogenitas data digunakan rumus uji Bartlet pada taraf signifikansi a = 0,05 (Sudjana, 1996: 261). Criteria pengujian yang digunakan adalah apabila X2n < X2t pada taraf signifikansi a = 0,05 yang berarti penyebaran data dalam penelitian tersebut bersifat homogen adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut: 1. Menghitung varians gabungan dari tiap kelompok sampel
(å x )
2
2
S =
åx
2
n n -1
B = (log S2) S (ni-1) 2. Menghitung nilai x2 hitung dengan nilai x2tabel ( = 0,05;3) 3. Membuat kesimpulan Jika X2hitung < X2tabel Maka dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti bahwa varians dari kelompok-kelompok sampel tersebut homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
2. Uji Hipotesis a. Anava Rancangan Faktorial 2x2 Dengan metode AB untuk perhitungan Anava Dua Faktor. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis yang diajukan untuk mengolah data yang berupa angka sehingga dapat ditarik keputusan logis. Pengajuan digunakan teknik ANAVA dengan taraf signifkansi a= 0,05. Dari basil penghitungan data akan dilakukan analisis varians dengan rumus sebagai berikut : 1. SY2 = SX2tot 2. Ry =
åX
2 tot
N X 12 + X 22 + X 32 + X 24 R y
3. Jab =
n.sel
4. Ay =
åX
5. By =
åX
2 A1
+ å X 2A2 R y n.A
2 B1
+ å X 2B2 R y n.B
6. ABy = JAB – (RJKA + RJKB) 7. Ey = Y2 – Ry - JAB 8. FA =
RJK A RJK E
9. FB =
RJK B RJK E
10. FAB =
RJK AB RJK E
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Tabel 6. Ringkasan Anava Untuk Menghitung Eskperimen Faktorial 2 x 2 Sumber Variasi Rata-rata Perlakuan
dk 1
JK Ry
RJK R
Fo
A
a–1
Ay
A
A/E
B
b–1
By
B
B/E
Ab
(a-1) (b-1)
Aby
AB
AB/E
Kekeliruan
Ab (n-1)
Ey
E
Keterangan: A
= Taraf Faktorial A
B
= Taraf Faktorial B
n
= jumlah sampel b. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls Uji rata-rata setelah Anava adalah pengujian perbandingan nilai-nilai
rata-rata yang berbeda-beda secara signifikan dari hasil penghitungan Anava. Pengujian rata-rata setelah Anava digunakan Uji Rentang Newman-Keuls. Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut : 1. Mengurutkan nilai-nilai perlakuan dari yang paling kecil ke yang besar. 2. Menghitung kekeliruan baku rata-rata tiap perlakuan, menggunakan rumus : Sy =
RJK E (Kekeliruan) ni
3. Menghitung RST (Rentang Signifikan Terkecil). Untuk uji Newman Keuls, diambil v = dk dari RJKE dan p = 2.3,...k. Dengan a= 0,05 dan v = 36, maka commit to user RST dihitung dengan mengalikan antara p dan S.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
4. Menguji signifikansi tidaknya antara selisih dua rerata den«an nilai RST, jika selisih-selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan. signifikan pada P < 0,05. Keterangan : A = Taraf Faktorial A B = Taraf Faktorial B n = Jumlah Sampel 5. Kriteria Pengujian Hipotesis Jika F> P(I-(x) ( VI - V2), maka hipotesis nol ditolak Jika F < P(I-(x) (VI -V2), maka hipotesis nol diterirna dengan : dk pembilang VI (k-1) dan dk V2 (nl +.... nk - k) a = taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis. 6). Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST p = (k-?), dan seterusnya. Dengan jalan begini semuanya akan ada'/z k(k-l) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara rata-rata perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kecepatan lari 100 meter. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes kecepatan lari yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan : Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Power Otot Tungkai Perlakuan
Power Otot Tungkai Tinggi
Latihan Hollow Sprints Rendah
Tinggi Latihan Repetition Sprints Rendah
Jumlah
Hasil Tes Awal 156.43
Hasil Tes Akhir 142.25
Rerata
15.64
14.23
1.42
SD
0.61
0.73
0.29
Jumlah
175.10
161.26
13.84
Rerata
17.51
16.13
1.38
SD
0.75
0.76
0.46
Jumlah
164.33
143.28
21.05
Rerata
16.43
14.33
2.11
SD
1.06
0.90
0.60
Jumlah
177.56
164.57
12.99
Rerata
17.76
16.46
1.30
commit to user SD 0.45
0.60
0.29
Statistik
69
Peningkatan 14.18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Gambar menyeluruh dari nilai rata-rata kecepatan lari 100 meter maka dapat di buat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
§ Pre-tess § Post-test
156.43 142.25
175.1 161.26
164.33 143.28
177.56 164.57
Gambar 5. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Power Otot Tungkai HS = Kelompok Latihan Hollow Sprints RS = Kelompok Latihan Repetition Sprints PT = Kelompok Power Tinggi PR = Kelompok Power Rendah Masing-masing sel (Kelompok perlakuan) memiliki peningkatan kecepatan lari yang berbeda. Nilai peningkatan lari masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 8. Nilai Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)
1
Kelompok Perlakuan (Sel) a1b1(KP1)
Nilai Peningkatan Kecepatan Lari 14.18
2
a1b2(KP2)
13.84
3
a2b1(KP3)
21.05
4
a2b2(KP4)
12.99
No
Keterangan : a1b1(KP1)
= metode latihan hollow sprints dengan power otot tinggi
a2b1(KP2)
= metode latihan repetition sprints dengan power otot tinggi
a1b2(KP3)
= metode latihan hollow sprints dengan power otot rendah
a2b2(KP4)
= metode latihan repetition sprints dengan power otot rendah
Nilai rata-rata peningkatan kecepatan lari yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
§
14.18
13.84
21.05
12.99
Kelompok Gambar 6. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan commit to user Kecepatan Lari 100 Meter Pada Tiap kelompok Perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Keterangan : KP1 = Kelompok siswa dengan power otot tungkai tinggi yang mendapat perlakuan metode latihan hollow sprints KP2 = Kelompok siswa dengan power otot tungkai rendah yang mendapat perlakuan metode latihan hollow sprints KP3 = Kelompok siswa dengan power otot tungkai tinggi yang mendapat perlakuan metode latihan repetition sprints KP4 = Kelompok siswa dengan power otot tungkai rendah
yang mendapat
perlakuan metode latihan repetition sprints Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan hollow sprints dan dengan latihan repetition sprints dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan latihan repetition sprints memiliki peningkatan kecepatan lari sebesar 6.02 point lebih tinggi dari pada kelompok latihan hollow sprints Jika antara siswa memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari sebesar 8.40 point lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
B. Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes dilakukan uji reliabilitas pada tes awal dan tes akhir kecepatan lari. Hasil uji reliabilitas data kecepatan lari kemudian dikategorikan, dengan menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip Mulyono B.(1992:22), yaitu : Tabel 9. Range Kategori Reliabilitas Kategori
Reliabilita
Tinggi Sekali
0,90-1,00
Tinggi
0,80-0,89
Cukup
0,60-0.79
Kurang
0,40-0,59
Tidak Signifikan
0,00-0,39
Adapun hasil uji reliabilitas data kecepatan lari 100 meter pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Variabel
Reliabilita
kategori
0.80
Tinggi
Kecepatan lari 100 meter a. Tes awal b. Tes akhir
commit 0.97 to user
Tinggi Sekali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
C. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu di uji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok Perlakuan
N
M
SD
Lhitung
Ltabel 5%
kesimpulan
KP1
10
1.42
0.29
0.2103
0.258
Berdistribusi Normal
KP2
10
1.38
0.46
0.2157
0.258
Berdistribusi Normal
KP3
10
2.11
0.60
0.0967
0.258
Berdistribusi Normal
KP4
10
1.30
0.29
0.1520
0.258
Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo = 0.2103, nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikan 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo= 0.2157, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikan 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo= 0.0967, yang ternyata lebih kecil commit tosignifikan user dari angka batas penolakan menggunakan 5% yaitu 0.258.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi normal. adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo= 0.1520, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikan 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut : Tabel 12. Rangkuman Hasil UJi Homogenitas Data Kelompok
Ni
SD2gab
X2o
X2tabel 5%
Kesimpulan
4
10
5.6321
7.1077
7.81
Varians Homogen
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai X2o = 7.1077. Sedangkan dengan K-1=4-1=3, angka X2tabel
5%
= 7.81 , yang ternyata bahwa nilai X2o =
7.1077 lebih kecil dari X2tabel 5% = 7.81, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
D. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus di uji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumusksn pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut : Tabel 13. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Jenis Metode Latihan dan Power Otot Tungkai Variabel A1
Rerata
A2
B1
B2
B1
B2
Hasil tes awal
156.43
175.10
164.33
177.56
Hasil tes akhir
142.25
161.26
143.28
164.57
Peningkatan
14.18
13.84
21.05
12.99
Kecepatan lari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Keterangan : A1 = Latihan hollow sprints A2 = Latihan repetition sprints B1 = Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi B2 = Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaan Metode Latihan Lari Cepat (A1 dan A2) Sumber Variasi A kekeliruan
dk
JK
RJK
Fo
Ft
1
0.91
0.91
4.88 *
4.11
36
6.68
0.19
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Power Otot Tungkai (B1 dan B2) Sumber Variasi B kekeliruan
dk
JK
RJK
Fo
Ft
1
1.76
1.76
9.51 *
4.11
36
6.68
0.19
Fo
Ft
4.11
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Rata-rata
dk
JK
RJK
Perlakuan
1
96.29
96.29
A
1
0.91
0.91
4.88 *
B
1
1.76
1.76
9.51 *
AB
1
1.49
1.49
8.03 *
Kekeliruan
36
6.68
0.19
Total
40
commit to user 107.13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians a2b2
a1b2
a2b1
a1b1
KP
Rerata
1.30
1.38
2.11
1.42
RST
a2b2
1.30
-
0.08
0.12
0.81 *
0.7113
a1b2
1.38
-
0.04
0.89 *
0.8556
a2b1
2.11
-
0.93
0.9426
a1b1
1.42
-
Keterangan : a2b2
= metode latihan repetition sprints dengan power otot rendah
a1b2
= metode latihan hollow sprints dengan power otot rendah
a2b1
= metode latihan repetition sprints dengan power otot tinggi
a1b1
= metode latihan hollow sprints dengan power otot tinggi
Yang bertanda * signifikan pada P ≤ 0,05 Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut : 1. Pengujian Hipotesis I Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan hollow sprints memiliki peningkatan yang berbeda dengan latihan repetition sprints. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung = 4.88 > Ftabel = 4.11, dengan demikian hipotesa nol (Ho) ditolak. Yang berarti bahwa latihan hollow sprints memiliki commit to user peningkatan yang berbeda dengan latihan repetition sprints dapat diterima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata latihan repetition sprints memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada latihan hollow sprint, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2.11 dan 1.30 point. 2. Pengujian Hipotesis II Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang berbeda dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 9.51 > Ftabel = 4.11, dengan demikian hipotesa nol (Ho) di tolak. Yang berarti bahwa siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan lari yang berbeda dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 1.42 dan 2.11 3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan lari cepat dan power otot tungkai sangat bermakna. Karena Fhitung = 8.03 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol diterima. Yang berarti terdapat interaksi commit to user yang signifikan antara jenis metode latihan lari cepat dan power otot tungkai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
E. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis, yaitu : (a) Ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian. Faktor utama yang di teliti meliputi : 1) Perbedaan jenis metode latihan lari cepat 2) Perbedaan power otot tungkai (b) Ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut : 1. Perbedaaan Pengaruh Metode Latihan Hollow Sprint dan Repetition Sprint Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan hollow sprints dan kelompok siswa yang mendapatkan latihan repetition sprints terhadap peningkatan kecepatan lari cepat 100 meter. Pada kelompok siswa yang mendapat latihan repetition sprints mempunyai peningkatan lari yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok commit to user siswa yang mendapat latihan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
hollow sprints. Latihan repetition sprint mengembangkan kondisi fisik yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan fisik kecepatan lari. Latihan repetition sprints mengembangkan kecepatan maksimum dan daya tahan kecepatan. Dengan peningkatan kecepatan maksimum dan daya tahan kecepatan ini maka prestasi lari 100 meter dapat meningkat. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase kecepatan lari yang dihasilkan oleh latihan repetition sprints lebih tinggi 0.60 point dari pada dengan latihan hollow sprints. 2. Perbedaan Pengaruh Antara Power Otot Tungkai Tinggi dan Rendah Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa dengan power otot tungkai tungkai tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah, karena power otot tungkai merupakan modalitas untuk pembentukan kecepatan lari. Power otot tungkai baik menunjang kecepatan gerak lari. Power otot tungkai merupakan dasar fisik untuk membentuk kecepatan lari dan untuk meningkatkan panjang langkah pada saat lari. Dengan power otot tungkai commit to userlari siswa dapat meningkat secara yang baik, memungkinkan kecepatan gerak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
maksimal. Siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan lari dengan meningkatkan frekuensi langkah dan panjang langkah yang lebih baik, dari pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi 0.84 point .lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. 3. Interaksi Antara Latihan Lari Cepat Dengan Tingkat Power Otot Tungkai Dari tabel 18 ringkasan hasil analisis varians dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel di bawah ini. Tabel 18.
Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Kecepatan Lari
Faktor B=Power Otot Tungkai
Rerata b1-b2
A=Metode Latihan Lari Cepat Taraf
a1
a2
Rerata
a1-a2
b1
1.42
2.11
1.77
0.69
b2
1.38
1.30
1.34
0.08
1.40
1.71
1.56
0.39
commit 0.04 to user0.81
0.43
-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat diliat pada gambar berikut :
2,40 2,20 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
1
2
1
2
2,40 2,20 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
Gambar 7. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari.
Keterangan : Berdasarkan gambar 7 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai kecepatan lari adalah tidak sejajar. Garis perubahan commit to user peningkatan antar kelompok memiliki suatu titik pertemuan atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
persilangan. Antara jenis latihan lari cepat dan tingkat power otot tungkai memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan di antara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa power otot tungkai berpengaruh terhadap hasil latihan lari cepat. Berdasarkan hasil penelitian yang di capai, ternyata siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dengan latihan repetition sprints memiliki peningkatan kecepatan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan mendapat perlakuan latihan lari cepat hollow sprints. Siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dengan latihan lari cepat hollow sprints, memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dan mendapat perlakuan latihan lari cepat repetition sprints. Keefektifan penggunaan metode latihan lari cepat dipengaruhi oleh klasifikasi power otot tungkai yang dimiliki siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Bardasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints dalam meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. Pengaruh metode latihan repetition sprints lebih baik dari pada hollow sprints. 2. Ada perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP yang signifikan, antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah. Peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang memiliki power otot tungkai rendah. 3. Ada interaksi yang signifikan latihan lari cepat dan tingkat power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. Interaksinya adalah sebagai berikut : (a) Siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih cocok jika diberikan latihan repetition sprints. (b) Siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan latihan hollow sprints. commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
B. Implikasi Berdasarkan pada hasil kesimpulan dalam penelitian ini, ternyata latihan lari hollow sprints dan repetition sprints memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP, dan tinggi rendahnya power otot tungkai memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. Hal ini menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki implikasi baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri. Atas dasar itulah dapat dijelaskan implikasi yang ditimbulkan, yaitu : Metode latihan hollow sprints dan repetition sprints merupakan salah satu cara untuk mengembangkan sistem latihan yang menghasilkan terjadinya peningkatan kecepatan lari. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode latihan lari cepat secara keseluruhan dapat meningkatkan kecepatan lari. Hasil penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah berdasarkan fakta-fakta yang ada. Oleh karena itu selaku guru olahraga, pelatih dan Pembina olahraga khususnya cabang atletik dapat menerapkan hasil penelitian ini. Orientasi metode latihan hollow sprint dan repetition sprint terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter memiliki pengembangan yang tepat. Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbilkan. Atas dasar kesimpulan yang di ambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode latihan lari cepat dan power otot tungkai merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan kecepatan lari 100 meter putra kelas VIII SMP. 2. Latihan repetition sprints ternyata memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. Metode latihan repetition sprints ini bisa digunakan sebagai solusi bagi pengajar maupun pelatih dalam upaya meningkatkan kecepatan lari. 3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode latihan lari cepat dalam meningkatkan kecepatan lari, masih ada faktor lain yaitu power otot tungkai. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan kecepatan lari yang sangat signifikan antara kelompok power otot tinggi dan power otot tungkai rendah. Hal ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru, pelatih, dan pembina olahraga khususnya cabang atletik, bahwa dalam upaya meningkatkan kecepatan lari hendaknya memperhatikan faktor power otot tungkai. Bagi guru, pelatih, dan Pembina yang ingin menerapkan kedua metode latihan ini supaya diperhatikan juga indikasi power otot tungkai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
C. Saran Saran-saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Latihan repetition sprints memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. Sehingga guru, pelatih dan Pembina olahraga dapat menggunakan metode latihan repetition sprints dalam upaya meningkatkan kecepatan lari siswanya. 2. Penerapan penggunaan metode latihan lari cepat untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP perlu memperhatikan faktor power otot tungkai, bagi siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi disarankan menggunakan metode latihan repetition sprints, dan bagi siswa yang memiliki power otot tungkai rendah disarankan menggunakan metode latihan hollow sprints. 3. Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang upaya meningkatkan kecepatan lari 100 meter dengan metode latihan( hollow sprints dan repetition sprints) disarankan menggunakan jarak antara 40-60 meter saja untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Bagi pelatih dan pembina yang ingin meningkatkan kecepatan lari atlet supaya diperhatihan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
commit to user