Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
PENGARUH METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL INTENSIF TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100 METER SISWA SMP NEGERI 1 PARIAMAN 1)
Arisman
1)
Universitas PGRI Palembang Jl. Ahmad Yani, Plaju, Palembang Email :
[email protected] 1)
Kegiatan olahraga sering menjadi agenda tahunan untuk tingkat pelajar di mana kegiatan tersebut dilakukan dalam suatu daerah, contohnya di Pariaman. kegiatan tersebut merupakan agenda rutin dan salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan ini merupakan wahana bagi siswa dalam menerapkan hasil dari pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani serta kreatifitas yang dimilikinya.
Abstract The purpose of this research is to find out the differences This research is conducted due to the students’ low ability to perform 100 meter running ability. The purpose of this research is to explain the improvement of 100 meter running ability by using repetition and interval intensive methods. The sample of the research was 22 students of SMPN 1 Pariaman. It is an experimental research design with quantitative method. The findings of the research revealed that : 1) Repetition method was significantly correlated to 100 meter running ability of the students of SMPN 1 Pariaman, 2)Interval Intensive method was significantly correlated to 100 meter students’ running ability of SMPN 1 pariaman, 3) Repetition and Interval Intensive methods do not give any significant influence toward students’ 100 meter running ability.
Pembinaan olahraga pada jenjang pendidikan formal seperti Sekolah Menegah Pertama (SMP), dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler atau Pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri merupakan wahana pembinaan siswa yang dilakukan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah ataupun dicari jadwal khusus, baik secara berkala ataupun pada waktu-waktu tertentu. Karena kegiatan pengembangan diri tersebut bertujuan untuk menunjang kegiatan intrakurikuler untuk mencapai prestasi dalam kompetisi olahraga. Kompetisi yang diadakan untuk siswa sekolah se-Kota Pariaman
Keywords: Repetition method, Intensive interval method, Running ability in 100 meter.
Cabang olahraga yang sangat digemari oleh siswa SMP dalam Pekan Olahraga Pelajar Daerah adalah atletik. Jonath, dkk. [2] mengatakan bahwa “Atletik adalah cabang olahraga yang memerlukan kekuatan, ketangkasan dan kecepatan seperti: jalan, lari, lompat dan lempar. Berjalan, berlari, melompat, dan melempar merupakan latihan yang paling tua dan alami serta memungkinkan orang untuk mengembangkan naluri primitifnya yang bersifat dasar untuk bergerak. Dengan latihan atletik dapat memperbaiki peredaran darah, sistem syaraf, maupun pembentukan fisik seperti tenaga, kecepatan, stamina kemudahan gerak lincah, kecekatan, ketangkasan dan sebagainya. Di samping itu, gerakan dalam atletik merupakan dasar-dasar gerak bagi berbagai cabang olahraga lainnya”. Dengan demikian pantaslah atletik disebut sebagai induk segala cabang olahraga.
1. Pendahuluan Olahraga merupakan bagian yang sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang sehat merupakan prasyarat pertumbuhan kecerdasan intelektual, fisikal, emosional, dan sosial. Oleh karena itu, program olahraga sesungguhnya menempati posisi penting dalam program pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pengembangan olahraga harus digalakkan dengan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, karena aktivitas berolahraga memiliki beberapa tujuan khusus dalam aplikasinya, sehingga hal tersebut membuat kedudukan olahraga menjadi penting dalam kehidupan masyarakat. Tujuan khusus tersebut, yaitu: 1) rekreasi, 2) pendidikan, dan 3) kesegaran jasmani, (4) prestasi [1].
Nomor-nomor perlombaan dalam atletik meliputi lari, lompat, dan lempar. Lari merupakan cabang olahraga utama dalam atletik. Lari merupakan bawaan dari lahir dengan teknik dasarnya yaitu menempatkan kaki yang satu di depan yang lain dengan gerakan lebih cepat. Adapun nomor lari yang diperlombakan yaitu lari jarak pendek, menengah dan jauh. Nomor lari yang diperlombakan dalam Kompetisi Olahraga tingkat pelajar se-Kota Pariaman adalah nomor lari 100 meter.
Kegiatan olahraga diberikan mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, kegiatan olahraga di sekolah dimasukkan dalam kurikulum sekolah sebagai sarana penunjang pertumbuhan dan peningkatan kesegaran jasmani siswa. Aktivitas olahraga di sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa senang berolahraga dan meningkatkan prestasi.
61
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
Lari 100 meter adalah salah satu nomor lari yang cukup popular dalam cabang Atletik. Aktivitas ini berlangsung dengan intensitas yang tinggi, sehingga untuk memperoleh prestasi maksimal dibutuhkan kualitas fisik yang prima. Apabila dilihat dari sasaran utama pelari adalah peningkatan prestasi yang diwujudkan dengan peningkatan kecepatan yang terukur, maka kecepatan merupakan komponen yang sangat penting.
kompetisi yang diadakan tiap tahunnya itu. Maka dari itu perlu kerja keras dari guru sekaligus pelatih untuk membina siswa di sekolah tersebut agar mampu bisa menghasilkan prestasi yang diinginkan”. Proses pembinaan dan latihan disekolah selama ini begitu sangat memprihatinkan, di mana pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam kegiatan berolahraga minim dan hanya dilakukan satu kali dalam seminggu dan ditambah dengan jam kegiatan pengembangan diri atau ektrakulikuler. Jika kita merenungkan hal tersebut tentunya untuk memperoleh prestasi dalam bidang olahraga sangat jauh dari harapan. Sulit rasanya bagi siswa jika hanya melakukan aktifitas olahraga dengan pertemuan seperti itu dalam menghasilkan prestasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapat informasi bahwa Guru olahraga sekaligus pelatih hanya mampu menghasilkan atlet yang bisa ikut membela sekolah dalam kompetisi saja. Sebagai bukti pada kompetisi olahraga tingkat pelajar tahun 2013 pada cabang lari tidak ada satupun yang memperoleh penghargaan dan selalu mengalami kekalahan sehingga tidak dapat prestasi yang diinginkan oleh sekolah tersebut. Apabila hal ini terus dibiarkan maka atlet siswa SMP Negeri 1 Pariaman tidak akan bisa berprestasi dan bersaing dengan sekolah-sekolah lain baik itu menuju provinsi maupun nasional. Sebagai data kejuaraan tingkat daerah untuk tahun 2013 siswa SMPN 1 Pariaman hanya menempati posisi terbawah dengan waktu tempuh 16,23 detik, sedangkan yang menempati posisi teratas diraih oleh sekolah lain memiliki waktu 14.79, posisi kedua 15.21 dan posisi ketiga 15.34. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data Pemenang No Utusan Peringkat 1 SMPN7 I 2 SMP N 9 II 3 SMP N 15 III
Proses pembelajaran tidak terlalu menekankan pada siswa untuk bergerak aktif. Dalam arti aktivitas gerak yang diberikan hanya sebatas lari tanpa proses-proses pembelajaran yang mungkin akan menambah peningkatan hasil belajar dalam lari sprint, sehingga pada akhirnya siswa jadi kurang memahami gerakan lari yang baik dan efektif. Namun, kenyataannya pada pembelajaran lari sprint ini justru siswa kurang memperoleh pembelajaran sehingga mereka hanya mengenal sekedar lari dengan kecepatan tanpa mendalami berbagai teknik-teknik melakukan start dengan baik dan gaya lari, sehingga hasil dari lari sprint kurang mencapai hasil yang diinginkan dikalangan pelajar, atletik khususnya pada nomor lari sprint belum dipelajari secara mendalam.
Waktu 14.79 15.21 15.3
Perlombaan untuk tingkat pelajar setiap tahunnya selalu dilaksanakan baik itu di tingkat kabupaten maupun kota. Hal ini guna menjaring siswa yang mempunyai potensi di bidang olahraga khususnya atletik pada nomor lari sprint. Dalam upaya meningkatkan potensi siswa dalam lari 100 meter dalam berlatih maka kita perlu memberikan metode latihan sebagai penunjang peningkatan kemampuan dalam berlari. Untuk meningkatkan lari 100 meter siswa banyak faktor yang perlu diperhatikan pelatih, sarana prasarana yang mendukung, lamanya waktu latihan, motivasi siswa dalam latihan. Selain itu, faktor yang menyebabkan meningkatnya kemampuan lari 100 meter adalah metode yang digunakan. Sebelumnya metode yang digunakan adalah metode konvensional.
Prestasi para siswa yang mengikuti nomor lari 100 meter mengalami penurunan. Beberapa tahun belakangan prestasi yang diperoleh berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2006 sampai dengan 2009 prestasi cabang lari 100 meter sangat baik. Kemampuan dalam melakukan aktivitas ini berdasarkan wawancara dengan pembina olahraga yang merupakan guru mata pelajaran penjasorkes di sekolah tersebut juga mengalami penurunan dari beberapa tahun sebelumnya. Menurut informasi yang disampaikan bahwa siswa banyak kurang dalam hal pemahaman teknik-teknik dalam lari 100 meter yang baik. Selain itu, faktor kemampuan fisik merupakan indikator yang menjadi pembahasan utama siswa lemah dalam kondis fisik, bahkan ketika kegiatan latihan diberikan siswa banyak mengeluh akan kemampuan mereka. Selain alasan tersebut selama ini pembina atau guru hanya menerapkan latihan dengan metode yang kurang bervariasi dan hanya terpaku dalam pelaksanaan lari 100 meter saja dalam materi latihan yang diberikan sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa. Hal tersebut merupakan indikasi utama dalam lemahnya kondisi fisik yang dialami siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil metode interval intensif dan metode repetisi, karena kedua metode ini sangat cocok digunakan dalam meningkatkan kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman, di mana kedua metode ini bisa menghasilkan kekuatan kecepatan (power). Untuk pengembangan kecepatan gerakan siklik dan asiklik serta percepatan (akselelasi) dapat digunakan metode repetisi dan metode interval. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian dengan masalah yang ditemukan di atas.
Guru penjasorkes dan didampingi kepala sekolah bahwasanya mengatakan, “untuk dua atau tiga tahun kedepan SMPN 1 harus mampu masuk tiga besar dalam
Atletik merupakan suatu cabang olahraga yang dilombakan, baik di tingkat regional maupun internasional, karena atletik merupakan cabang olahraga
62
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
yang terbagi dalam beberapa nomor pertandingan. Salah satunya adalah nomor lari jarak pendek atau dikenal dengan istilah sprint. Dalam cabang atletik, jika berlatih bersungguh-sungguh, seseorang akan mencapai hasil yang baik. Di sekolah telah diajarkan tentang teknik dasar atletik. Salah satu cabang olahraga yang diperlombakan dalam kejuaraan adalah lari 100 meter [3]. Lari 100 meter termasuk salah satu lari sprint, yaitu lari yang dilakukan dengan menggunakan kecepatan penuh/maksimal sepanjang jarak yang di tempuh.
sedang 30-60 detik, dengan tempo gerakan eksplosif dan efek latihan ini adalah meningkatkan kecepatan.
Lari jarak pendek (sprint) merupakan olahraga anaerobic, dan secara biomekanika, sprint merupakan olahraga siklik yang terdiri dari tiga fase gerakan, yaitu fase awal (persiapan sebelum start), fase utama (aba-aba siap sampai pada gerakan berlari), dan fase akhir (sikap tubuh saat memasuki garis finish). Start yang dilakukan merupakan start jongkok, dimana pelari melakukan start dengan posisi tubuh jongkok di atas blok start biasanya digunakan dalam lari jarak pendek.
Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Pariaman yang mengikuti kegiatan ektrakulikuler lari 100 meter. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dari peneliti. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengambil siswa putra yang terdaftar dalam kegiatan ektrakulikuler lari 100 meter. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 orang.
Dalam melakukan lari jarak pendek seorang pelari harus memahami prinsip-prinsip dari teknik lari tersebut dan juga seorang pelari harus mengetahui faktor-faktor yang bisa dikembangkan dalam lari jarak pendek tersebut. Menurut Syafruddin [4], faktor-faktor yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kecepatan sprint yaitu kecepatan reaksi (pada start), kekuatan kecepatan (power), kecepatan gerakan maksimal, dan daya tahan kecepatan (speed endurance).
Dari 22 siswa putera yang dijadikan sampel, maka sebelum perlakuan (treatment) dilaksanakan, terlebih dahulu diberikan pretest kepada sampel. Setelah pre-test maka sampel dibagi menjadi dua kelompok masingmasing 11 orang dengan cara ordinary matched pairing agar kedua sampel ini tergolong homogen. Selanjutnya dilakukan undian untuk menentukan kelompok mana yang diberikan perlakuan menggunakan metode interval dan kelompok yang diberi perlakuan menggunakan metode repetisi.
2. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini termasuk Eksperimen Semu (quasi eksperimen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode interval intensif dan metode repetisi, Variabel terikatnya adalam kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman.
Metode latihan repetisi adalah suatu metode latihan yang lebih menekankan pada kerja dengan intensitas yang sangat tinggi kemudian diberikan istirahat penuh dengan waktu istirahat yang lebih panjang. Di antara pengulangan isi materi latihan dengan intensitas beban yang sangat tinggi terhadap interval-interval yang memberi kepemulihan sempurna [5].
Data yang terkumpul dari hasil pre-test, post-test dianalisis dengan menggunakan statistik uji normalitas dan uji-t. Uji normalitas dengan menggunakan Lilliefors, bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh apakah berdistribusi normal atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan Uji Homogenitas varians, untuk melihat apakah data berada dalam homogeny.
Ciri atau tanda khusus dari metode repetisi ialah bahwa diantara pengulangan isi/materi latihan dengan intensitas beban yang sangat tinggi terdapat interval-interval yang membawa kepemulihan sempurna (penuh). Metode repetisi dengan ciri-ciri intensitas beban maksimal (90100%), volume beban rendah (1-5 ulangan perseri), interval beban relatif lama 3 – 5 menit, durasi beban relatif singkat [4].
3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas, kelompok rancangan penelitian ditemukan bahwa harga Lobesrvasi (Lo) yang diperoleh lebih kecil dari harga Ltabel pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data pada penelitian ini diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Metode latihan interval adalah metode yang latihannya dilakukan secara selang seling antara interval latihan dan waktu istirahat latihan atau recovery [6]. Jumlah kerja (lari) dibagi-bagi atau dipotong-potong menjadi jarak yang lebih pendek dengan diselingi waktu istirahat sebagai pemulihan (recovery) diantara bagian-bagian tersebut. Sehubungan dengan ini Suharno [7] menjelaskan bahwa “interval training mengacu kepada suatu metode latihan yang dilakukan dengan rest interval atau istirahat diantara setiap repetisinya”.
Kemudian dilanjutkan berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas, Hasil analisis di atas terlihat bahwa nilai Fhitung adalah 1,15 sedangkan F tabel dengan menggunakan derajat kebebasan (n1-1), (n2-1) dan dengan taraf signifikansi probability pada setiap variabel lebih besar dari 0,05, jadi didapat Ftabel= 3,36 dengan demikian berarti bahwa data penelitian ini adalah homogen, ini dikarenakan 1,15 < 3,36. sehingga dapat dilanjutkan untuk analisis pengujian hipotesis.
Menurut Syafruddin [4] ciri-ciri metode interval intensif adalah intensitas beban 80-90% dari kemampuan maksimum, jumlah/volume beban sedang yaitu 6-10 kali perseri, interval 90-180 detik tiap seri, dan durasi beban
Berdasarkan rangkuman hasil perhitungan normalitas dan homogenitas maka hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Hipotesis pertama, berdasarkan data yang di peroleh thitung (12,14) > ttabel (1,812). Hal ini 63
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
berarti bahwa hipotesis penelitian dapat diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa latihan repetisi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan lari 100 meter SMPN 1 Pariaman, 2) Hipotesis kedua, Berdasarkan data yang di peroleh thitung (3,27) > ttabel (1,812). Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian dapat diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa latihan interval intensif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan lari 100 meter SMPN 1 Pariaman, dan 3) Hipotesis ketiga, Berdasarkan data yang di peroleh thitung (0,28) < ttabel (1,860). Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian ditolak. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari latihan repetisi dengan latihan interval intensif thitung < ttabel (0,28 < 1,860). Artinya ke dua metode latihan ini memberikan pengaruh terhadap kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman.
meter siswa SMPN 1 Pariaman, hal tersebut juga diperkuat setelah dilakukan dengan uji t, di mana diperoleh hasil t hitung sebesar 3,27 yang lebih besar dari t tabel dalam taraf α = 0.05 sebesar 1.812. Untuk dapat meningkatkan kemampuan lari 100 meter salah satu bentuk latihan yang dilakukan yaitu dengan metode latihan interval intensif. Suharno [7], menyatakan bahwa “latihan lari interval adalah latihan yang dilaksanakan sampai periode tinggi dan kemudian diganti dengan istirahat singkat kemudian mengulangnya kembali”. Prinsip interval merupakan prinsip latihan berdasarkan suatu pergantian periode/tahap dari pembebanan kepemulihan atau dari bekerja ke istirahat yang dilakukan secara berselang seling [9]. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat kita simpulkan bahwa metode latihan interval intensif merupakan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan lari 100 meter. Oleh karena itu, guru dapat memilih dan menjadikan metode interval intensif sebagai bentuk latihan peningkatan kemampuan lari 100 meter.
Hasil penelitian membuktikan terdapat pengaruh latihan repetisi terhadap kemampuan lari 100 meter siswa SMP 1 pariaman. Sebelum diberikan perlakuan terhadap sampel terlebih dahulu dilakukan tes awal. Berdasarkan hasil tes tersebut diperoleh kemampuan lari 100 meter dengan mean (rata-rata) pada saat pretes yaitu sebesar 16,11. Namun, setelah diberikan perlakuan dengan metode repetisi sehingga terjadi peningkatan kemampuan lari 100 m dengan mean (rata-rata) menjadi 15,26. Dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan repetisi terhadap kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman, hal tersebut juga diperkuat setelah dilakukan dengan uji t, di mana diperoleh hasil t hitung sebesar 12,14 yang lebih besar dari t tabel dalam taraf α = 0.05 sebesar 1.812.
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan pengaruh metode latihan repetisi dan latihan interval intensif terhadap kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman dapat dilihat dengan diperolehnya nilai thitung (0,28) < ttabel (1,860). Berdasarkan skor ini maka Ha diterima, Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari latihan repetisi dan latihan interval intensi fthitung < ttabel (0,28 < 1,860) siswa SMPN 1 Pariaman. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya kedua metode latihan tersebut sama-sama efektif digunakan untuk kemampuan lari 100 meter pada siswa SMPN 1 Pariaman.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan lari 100 meter salah satu bentuk latihan yang dilakukan yaitu dengan metode latihan repetisi. Hadisasmita [8] menjelaskan bahwa metode latihan pengulangan terdiri dari mengulangi latihan-latihan tertentu yang dilakukan dengan istirahat penuh.
4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode latihan repetisi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan lari 100 meter siswa SMP 1 Pariaman. 2. Metode latihan interval intensif berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman. 3. Latihan repetisi sama efektif dengan latihan interval intensif terhadap kemampuan lari 100 meter, di mana hasil yang di peroleh thitung< ttabel , artinya tidak terdapat perbedaan antara kedua latihan sehingga kedua bentuk latihan ini bisa digunakan untuk proses peningkatan kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat kita simpulkan bahwa metode latihan repetisi merupakan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kemampuan lari 100 meter. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi masukan bagi para pelatih, guru untuk dapat memilih dan menjadikan metode repetisi sebagai bentuk latihan dalam meningkatkan kemampuan lari 100 meter. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh latihan interval intensif terhadap kemampuan lari 100 meter siswa SMPN 1 Pariaman. Sebelum diberikan perlakuan terhadap sampel terlebih dahulu dilakukan tes awal. Berdasarkan hasil tes tersebut diperoleh kemampuan lari 100 meter dengan mean (rata-rata) pada saat pre tes yaitu sebesar 16,12, namun setelah diberikan perlakuan dengan metode interval intensif sehingga terjadi peningkatan kemampuan lari 100 m dengan mean (rata-rata) menjadi 15,17. Dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan interval intensif terhadap kemampuan lari 100 64
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka diajukan beberapa saran kepada : 1. Diharapkan kepada guru atau pelatih yang mengajar agar memiliki program pengajaran yang sudah disempurnakan demi mendapatkan hasil yang maksimal dalam meningkatkan kemampuan lari 100 meter. 2. Diantara kedua bentuk metode latihan samasama dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan lari 100 meter pada siswa SMPN 1 Pariaman. 3. Diharapkan kepada seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ektrakulikuler agar dapat melakukan kedua metode latihan ini secara serius dan disiplin dalam upaya meningkatkan kemampuan lari 100 meter. 4. Penelitian ini terbatas pada siswa laki-laki saja, oleh sebab itu bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini pada sampel yang lain serta dengan jumlah yang lebih banyak. Daftar Pustaka [1] M. Sajoto, "Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga," P2lptk, Dirjen Dikti Depdikbud, Jakarta1988. [2] U Jonath, et al., Atletik. Jakarta: Rosda Jayaputra, 1987. [3] S. Syafaruddin, "Pengaruh Metode Latihan Lari Cepat, Motivasi dan Status Gizi Terhadap Hasil Lari 100 Meter pada Mahasiswa Universitas Bina Darma Palembang," JURNAL ILMU OLAHRAGA & KESEHATAN ALTIUS, vol. 2, pp. 26-35, 2012. [4] Syafruddin, Ilmu Kepelatihan Olahraga. Padang: UNP Press, 2012. [5] Syafruddin, Pengantar Ilmu Melatih. Padang: FPOK Ikip Padang, 1992. [6] J. Hairy, "Fisiologi Olahraga Jilid I," Depdikbud, Dirjen Dikti, Jakarta, 1989. [7] H. Suharno, Metodologi Pelatihan. Jakarta: Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, 1993. [8] M. Hadisasmita, Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta: Dinas Pendidikan Tinggi, 1992. [9] Syafruddin, Dasar-dasar Kepelatihan Olahraga. Padang: Fakultas Ilmu keolahragaan Universitas Negeri Padang, 1999.
65