PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR DAN STATUS RAWAN BANJIR TERHADAP KEJADIAN DIARE (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh Muhamad Rizkiyanto NIM. 6411410037
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang November 2015 ABSTRAK Muhamad Rizkiyanto Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) xv + 150 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 17 lampiran Bencana banjir dan sarana sanitasi dasar yang buruk dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare. Sarana sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah dan saluran drainase. Penelitian ini bertujuan manganalisis pengaruh antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar dan status rawan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang, Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian ini seluruh warga Desa Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo, yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014 dan bukan penderita diare. Sampel penelitian sebanyak 29 responden kelompok kasus dan 29 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan lembar checklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat mengunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara kondisi fisik sarana air bersih (p=0,023, OR=3,9), kondisi fisik sarana jamban (p=0,016, OR=3,87), kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (p=0,036, OR=3,82), kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (p=0,017, OR=3,72), dan kondisi fisik saluran drainase (p=0,033, OR=3,23) dengan kejadian diare. Pengaruh antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik. Disarankan untuk dinas kesehatan terkait agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kondisi fisik sanitasi rumah untuk mengurangi risiko terhadap penularan penyakit diare. Kata Kunci: Diare, Sarana Sanitasi Dasar. Kepustakaan: 50 (1987 – 2014)
ii
Public Health Departement Sport Science Faculty Semarang State University November 2015 ABSTRACT Muhamad Rizkiyanto The Influence of Sanitation Tools Availability and Flood Troubled Status toward Diarrhea (Study Case in The Work Area of The Clinic of Mangkang District, Semarang 2014) xv + 150 pages + 17 tables + 2 figures + 17 appendices Flood and bad sanitation tools can be caused of environment borne disease. Sanitation tools ability includes water supply, latrines, garbage dumps, waste of discharge water and the drainages. The purpose of this research was to analyze the influence between physic sanitation tools and flood troubled toward diarrhea in the work area of the clinic of Mangkang district, Semarang. This research used the control case approach. The populations of this research were all citizen in Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, and Mangunharjo who diagnosed diarrhea by the clinic of Mangkang district from October 2013 to February 2014 and not the sufferer of diarrhea. The samples of the research were 29 case respondents and 29 control respondents. The research instruments were questionnaires and checklists. The researcher analyzed the data used univariat analysis and bivariat analysis with chi-square test. The result of the research shows that there was influence between water supply condition (p=0,023, OR=3,9), latrines condition (p=0,016, OR=3,87), garbage dumps condition (p=0,036, OR=3,82), waste of discharge water condition (p=0,017, OR=3,72), and the drainages condition (p=0,033, OR=3,23) with diarrhea. The influence between flood troubled status and diarrhea cannot analyze statistically. The researcher suggests the health service to give the citizen information to upgrade the sanitation tools availability in order to reduce the risk of diarrhea. Keywords: Diarrhea, Sanitation Tools Availability. References: 50 (1987 – 2014)
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO: 1.
Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus dihantam ombak dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain, karena hidup ini tidak abadi.
2.
Dia yang tau, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak tau (Lao Tse).
3.
Sejarah bukan hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran, kebanggaan, dan harta di dalamnya.
4.
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tetapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
5.
Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.
PERSEMBAHAN: Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.
Ayahanda (Muyadi) dan Ibunda (Suismi).
2.
Adik-adik
(Rifa’ul
Janah,
Risalatul
Masyhuroh, dan Muhamad Rizal Khusnaeni). 3.
Rekan-rekan IKM ’10 serta almamaterku, UNNES. vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang diberikan.
2.
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Irwan Budiono, S.KM., M.Kes.
3.
Dosen Pembimbing, Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Penguji I, Widya Hary Cahyati, S.KM., M.Kes. (Epid), dan Penguji II, Mardiana, S.KM., M.Si., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Dosen Wali, Chatila Maharani, S.T., M.Kes. dan drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc., atas bimbingan, pengarahan, dan masukan selama masa perkuliahan.
vii
6.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama di bangku kuliah.
7.
Kepala Puskesmas Mangkang, dr. Budi Mulyanto, atas ijinnya untuk melakukan pengambilan data dan penelitian.
8.
Kepala Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, dan Mangunharjo atas ijinnya untuk melakukan penelitian.
9.
Bapak, ibu, adik-adikku, Kuntarti S.Pd., dan keluarga tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, motivasi, serta doa selama menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2010, atas bantuan serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman Kontrakan SS Temanggungan, Kos Oblong, dan Kurawa Family, atas motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 12. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, sarana dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Semarang,
Penulis
viii
November 2015
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................................ i ABSTRAK ...................................................................................................... ii ABSTRACT ..................................................................................................... iii PENGESAHAN .............................................................................................. iv PERNYATAAN .............................................................................................. v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.3.1. 1.3.2. 1.4. 1.4.1. 1.4.2. 1.4.3. 1.5. 1.6. 1.6.1. 1.6.2. 1.6.3.
Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 Rumusan Masalah .............................................................................. 7 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 Tujuan Umum .................................................................................... 7 Tujuan Khusus ................................................................................... 7 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 8 Bagi Peneliti ....................................................................................... 8 Bagi Masyarakat ................................................................................ 8 Bagi Peneliti Lain .............................................................................. 8 Keaslian Penelitian............................................................................. 9 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 11 Ruang Lingkup Tempat ..................................................................... 11 Ruang Lingkup Waktu ....................................................................... 11 Ruang Lingkup Materi ....................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 12 2.1 Landasan Teori................................................................................... 12 2.1.1 Diare ................................................................................................... 12 2.1.1.1. Definisi ............................................................................................... 12 ix
2.1.1.2. Klasifikasi Diare ................................................................................ 12 2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare ...................................................................... 13 2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................. 15 2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare ........................................................................ 16 2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare ........................................................................ 17 2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare ............................................................. 18 2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare .............................................................. 21 2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare ................................................................ 21 2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare................................................................ 23 2.1.2 Sarana Sanitasi Dasar ......................................................................... 24 2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih ........................................................... 24 2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban .................................................. 28 2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah ................................................ 30 2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) .......................................... 32 2.1.2.5. Saluran Drainase ................................................................................ 33 2.1.3 Banjir.................................................................................................. 34 2.1.3.1. Definisi ............................................................................................... 34 2.1.3.2. Jenis Banjir......................................................................................... 35 2.1.3.3. Penyebab Banjir ................................................................................. 36 2.1.3.4. Dampak Banjir ................................................................................... 38 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 39 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 40 3.2. Variabel Penelitian ............................................................................. 41 3.2.1. Variabel Bebas ................................................................................... 41 3.2.2. Variabel Terikat ................................................................................. 41 3.2.3. Variabel Pengganggu ......................................................................... 41 3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 42 3.4. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ....................... 43 3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 48 3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 48 3.6.1. Populasi Penelitian ............................................................................. 48 3.6.1.1. Populasi Kasus ................................................................................... 48 3.6.1.2. Populasi Kontrol ................................................................................ 48 3.6.2. Sampel Penelitian............................................................................... 49 3.6.2.1. Sampel Kasus ..................................................................................... 49 3.6.2.2. Sampel Kontrol .................................................................................. 49 3.6.3. Besar Sampel Minimal ....................................................................... 50 3.6.4. Cara Pengambilan Sampel ................................................................. 52 3.7. Sumber Data....................................................................................... 52 3.7.1. Data Primer ........................................................................................ 52 3.7.2. Data Sekunder .................................................................................... 52 3.8. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ......................... 53 3.8.1. Instrumen Penelitian .......................................................................... 53 3.8.1.1. Validitas ............................................................................................. 54 x
3.8.1.2. Reliabilitas ......................................................................................... 56 3.8.2. Teknik Pengambilan Data .................................................................. 57 3.8.2.1. Wawancara ......................................................................................... 57 3.8.2.2. Observasi............................................................................................ 58 3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 58 3.9. Prosedur Penelitian ............................................................................ 58 3.9.1. Awal Penelitian .................................................................................. 58 3.9.2. Penelitian............................................................................................ 58 3.9.3. Akhir Penelitian ................................................................................. 59 3.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 59 3.10.1. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 59 3.10.2. Teknik Analisis Data.......................................................................... 60 3.10.2.1. Analisis Univariat .............................................................................. 60 3.10.2.2. Analisis Bivariat................................................................................. 60 BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 62 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 62 4.1.1. Keadaan Geografis ............................................................................. 62 4.1.2. Batas Wilayah Kerja .......................................................................... 62 4.1.3. Wilayah Kerja .................................................................................... 63 4.1.4. Demografis ......................................................................................... 63 4.1.5. Data Khusus ....................................................................................... 63 4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas ...................................................................... 63 4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas.............................................................. 63 4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 63 4.2.1. Karakteristik Responden .................................................................... 63 4.2.2. Analisis Univariat .............................................................................. 64 4.2.3. Analisis Bivariat................................................................................. 66 4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare ................................................................................... 66 4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 67 4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 68 4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 69 4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare ................................................................................... 70 4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian diare ......... 71 4.2.4. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .................................................. 72 BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 73 5.1. Pembahasan........................................................................................ 73 xi
5.1.1. 5.1.2. 5.1.3. 5.1.4. 5.1.5. 5.1.6. 5.2. 5.2.1. 5.2.2.
Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare ................................................................................... 73 Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban dengan Kejadian Diare ......................................................... 76 Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare ......................................................... 78 Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................................... 81 Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare ................................................................................... 83 Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare ........ 85 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................ 86 Hambatan Penelitian .......................................................................... 86 Kelemahan Penelitian ........................................................................ 86
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 87 6.1. Simpulan ............................................................................................ 87 6.2. Saran .................................................................................................. 88 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90 LAMPIRAN .................................................................................................... 94
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Keaslian Penelitian.......................................................................... 9 Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum..................................................... 25 Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya ............................... 26 Tabel 3.1. Definisi Operasional ....................................................................... 43 Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya ............................................................. 50 Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ......................................................... 55 Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................... 56 Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2 ............................................ 61 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden ................. 64 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis .................. 65 Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare ................................................................................. 66 Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban dengan Kejadian Diare ....................................................... 67 Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare ...................................................... 68 Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare ......................................... 69 Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare ................................................................................. 70 Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan banjir dengan Kejadian Diare ...... 71 Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square .............................................................................................. 72
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................ 39 Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi .............................. 95 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 96 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan ....................... 97 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang ............... 98 Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang................................. 99 Lampiran 6. Ethical Clearance ........................................................................ 100 Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ................................... 101 Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian ............................... 103 Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan ................................................................. 104 Lampiran 10. Kuesioner Penelitian .................................................................. 107 Lampiran 11. Lembar Checklist Penelitian ...................................................... 110 Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas ..................... 112 Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas ............................................ 117 Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square ........................................... 122 Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden ..................................... 128 Lampiran 16. Data Penelitian........................................................................... 132 Lampiran 17. Dokumentasi .............................................................................. 147
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Khasan dan Widjanarko, 2011). Masalah bencana tidak terlepas dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Aktivitas alam yang terjadi sebagai akibat interaksi antara unsurunsur yang ada dalam bumi dengan atmosfirnya dan interaksi antara planet bumi dengan tata suryanya. Kegiatan-kegiatan alam terjadi secara evolusi (Effendy, 1998). Gangguan lingkungan merupakan penyebab langsung terjadinya bencana alam karena unsur-unsur lingkungan termasuk manusia, yang pada akhirnya akan menimbulkan akibat positif dan negatif terhadap manusia. Salah satu akibat negatifnya adalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat (Effendy, 1998). Salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah banjir. Banjir didefinisikan sebagai suatu keadaan sungai, dimana aliran air sungai tidak tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi limpasan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. Banjir disebut pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan
1
2
yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase (Mawardi dan Sulaeman, 2011). Banjir sering diakibatkan oleh hujan yang terjadi selama beberapa jam. Banjir di Indonesia juga terjadi di kota-kota besar seperti Semarang, Jakarta, dan Surabaya. Bencana ini tidak dapat diantisipasi karena kekeliruan konsep drainase sejak awal (Agus Riyadi, 2009:43). Kota Semarang merupakan salah satu kota yang tiap tahunnya menjadi langganan banjir. Berdasarkan data dari Basarnas 2010, tercatat pada 9 November 2010 terjadi banjir bandang di Kelurahan Mangkang Kulon yang mengakibatkan 7 orang meninggal dunia akibat tersapu arus (Basarnas, 2010). Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 14 Januari 2014 banjir melanda Kelurahan Mangkang Wetan dan Kelurahan Mangunharjo, banjir tersebut disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Beringin dan disertai hujan yang deras (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2014). Dalam WHO (2003), disebutkan bahwa terdapat beberapa penyakit yang menjadi perhatian terkait dengan isu perubahan iklim, salah satunya adalah penyakit diare. Beberapa penelitian yang dilakukan di daerah tropis ditemukan pola kejadian penyakit diare mengikuti pola musim. Penyakit diare yang terjadi menunjukkan puncaknya pada musim penghujan, banjir, serta kemarau juga menunjukkan adanya hubungan baru dengan kejadian penyakit diare tersebut. Penyebab utama penyakit diare
yang berhubungan
dengan
air
yang
terkontaminasi
seperti
kolera,
3
Crysptosporidium, Escherichia coli, Giardia, Shigella, Thyphoid, dan virus seperti hepatitis A (World Health Organization, 2003). Air merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air mempunyai kemampuan atau pengaruh langsung terhadap manusia, khususnya kesehatan manusia. Pengaruh kesehatan tersebut tergantung sekali pada kualitas air yang digunakan, dan air pun dapat berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyakit (Slamet, 2009). Air dapat menjadi media dalam penyebaran penyakit yang dikenal dengan water borne disease, tidak terkecuali air minum (Rose, 2001). Diare merupakan salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Sumber air bersih masih menjadi isu prioritas utama di wilayah pasifik, termasuk negara Indonesia. Kurangnya cakupan air bersih merupakan salah satu faktor dalam kejadian penyakit diare (Singh, 2011). Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja, dan limbah. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia. Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian diare (Sander, 2005:2).
4
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2012 menurun dibandingkan tahun 2011 dari 3.003 kasus menjadi 1.585 kasus pada 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi, dengan CFR 1,45%. Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB diare yang tersebar di 5 provinsi, 6 kabupaten / kota dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%) (Kementrian Kesehatan RI, 2014:148). Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2013, jumlah kasus diare di 35 kabupaten / kota di Jawa tengah sebanyak 839.555 penderita. Dengan cakupan penemuan penyakit diare sebesar 48,5%. Data selama lima tahun
5
terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan penyakit diare masih di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%, IR sebesar 1,95% dengan CFR sebesar 0,021%. Pada tahun 2012 cakupan penemuan dan penanganan diare sebesar 42,66% lebih rendah dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 57,9% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Semarang angka kejadian diare dari tahun ke tahun di Kota Semarang masih tinggi. Pada tahun 2010 tercatat jumlah penderita diare sebanyak 34.593 kasus dengan IR sebesar 24/1000 penduduk. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 48.051 kasus dengan IR sebesar 32/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07%. Pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 42.349 kasus dengan IR sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,01%. Pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.001 kasus dengan IR sebesar 23/1000 penduduk, CFR sebesar 0,06%. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 38.134 kasus dengan IR sebesar 25/1000 penduduk, CFR sebesar 0,07% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014:36). Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, pada tahun 2010 Puskesmas Mangkang memiliki IR diare > 40/1000 penduduk dan menempati peringkat 3 besar se-Kota Semarang. Pada tahun 2011 IR diare mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama seKota Semarang. Pada tahun 2012 IR diare masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 35/1000 penduduk dan menempati peringkat pertama se-Kota
6
Semarang. Pada tahun 2013 IR diare mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 39,1/1000 penduduk dan menempati peringkat kedua se-Kota Semarang (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013:39). Berdasarkan data Profil Puskesmas Mangkang tercatat kasus diare di Puskesmas Mangkang pada tahun 2011 sebanyak 417 kasus, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Januari, November, dan Desember yaitu sebanyak 45 kasus. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 421 kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak 53 kasus. Pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 355 kasus diare, kasus terbanyak ditemukan pada bulan Januari yaitu sebanyak 42 kasus. Pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 292 kasus diare, dan kasus terbanyak ditemukan pada bulan Desember yaitu sebanyak 53 kasus (Puskesmas Mangkang, 2014). Dengan tingginya angka kejadian diare ini peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran faktor-faktor sanitasi dasar dan status rawan banjir pada penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang yaitu Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014)”.
7
1.2.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, masalah dalam penelitian
ini adalah apakah ada hubungan antara ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)? 1.3.
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status
rawan banjir terhadap kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang). 1.3.2. 1.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
2.
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
3.
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
8
4.
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
5.
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
6.
Untuk mengetahui hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang).
1.4.
MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.4.1.
Bagi Peneliti Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian khususnya mengenai ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir dengan kejadian diare. 1.4.2.
Bagi Masyarakat Sebagai informasi untuk upaya preventif kejadian diare pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang. 1.4.3.
Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut di bidang epidemologi
penyakit dan kesehatan lingkungan, khususnya tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare.
9
1.5.
KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No.
Nama / Tahun
Judul
1.
Anjar Purwadiana Wulandari, 2009
2.
Umiati, 2010
Hubungan antara faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali.
3.
Lailatul Mafazah, 2013
4.
Retno Purwaningsih, 2012
Hubungan antara ketersediaan sarana sanitasi dasar dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwiharjo Kabupaten Pemalang. Hubungan antara penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi dengan
Metode Penelitian dan Sampel Observasional dengan pendekatan crosssectional. Sampel 70 responden.
Observasional dengan metode pendekatan cross-sectional. Sampel 60 responden.
Explanatory research dengan metode pedekatan cross-sectional. Sampel 95 responden.
Analitik observasional dengan rancangan pendekatan kasus kontrol.
Hasil Ada hubungan antara sumber air minum dan tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Blimbing,
Ada hubungan antara sumber air minum, kepemilikan jamban keluarga, dan jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita. Tidak ada hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian diare pada balita. Ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih, ketersediaan sarana pembuangan tinja, ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah, ketersediaan sarana pembuangan air limbah, dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita. Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum, kuantitas air bersih, kondisi fisik tempat pebuangan
10
Lanjutan (Tabel 1.1. Keaslian Penelitian) No.
Nama / Tahun
Judul kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
Metode Penelitian dan Sampel Sampel 29 responden kasus, dan 29 responden kontrol.
Hasil sampah, kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar menggunakan air bersih dan sabun, kebiasaan buang air besar, dan kebiasaan membuang sampah, dengan kejadian diare. Tidak ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum, dan kebiasaan menutup hidangan makanan dengan kejadian diare.
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian mengenai pengaruh ketersediaan sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang belum pernah dilakukan sebelumnya.
2.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini lebih beragam dengan menggunakan parameter-parameter dalam sarana sanitasi dasar dan status rawan banjir, yaitu sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), saluran drainase, dan status rawan banjir.
11
1.6.
RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1
Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota
Semarang, yaitu Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. 1.6.2
Ruang Lingkup Waktu Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2015.
1.6.3
Ruang Lingkup Materi Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat, dengan kajian
bidang epidemiologi dan kesehatan lingkungan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
LANDASAN TEORI
2.1.1.
Diare
2.1.1.1. Definisi Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:9), definisi diare adalah berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih). Menurut Suriadi & Rita (2006:80), diare adalah kelebihan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair. 2.1.1.2. Klasifikasi Diare Diare dibagi menjadi 2, yaitu: 1.
Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2.
Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.
Diare kronik sering juga dibagi menjadi 5, yaitu: 1.
Diare persisten: diare yang disebabkan oleh infeksi.
2.
Protacted diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih per hari.
12
13
3.
Diare intraktabel: diare yang berulang kali dalam waktu yang singkat (misalnya 1-3 bulan).
4.
Prolonged diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
5.
Chronic non spesifik diarrhea: diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu, tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorbsi.
2.1.1.3. Etiologi Penyakit Diare Menurut Widjaja (2002:4), diare disebabkan antara lain: 1.
Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare anak. Jenis-jenis yang umumnya menyerang sebagai berikut: a.
Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera), dan serangan
bakteri
(memanfaatkan
lain
yang
kesempatan
jumlahnya ketika
berlebihan
kondisi
tubuh
dan
patogenik
lemah)
seperti
pseupodomonas. b.
Infeksi basil (disentri).
c.
Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
d.
Infeksi parasit oleh cacing (askaris).
e.
Infeksi jamur (candidiasis).
f.
Infeksi akibat organ lain seperti radang tonsil dan radang tenggorokan.
g.
Keracunan makanan.
14
2.
Faktor Malabsorbsi a.
Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap laktoglobin dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b.
Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserids. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak manjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase akan terjadi kerusakan mukosa usus. Diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja yang mengandung lemak.
3.
Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare merupakan makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran (mentah), dan kurang matang. 4.
Faktor Psikologi
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Menurut Suriadi & Rita (2006:82), penyakit diare disebabkan oleh: 1.
Faktor Infeksi a.
Bakteri: Neteropathogenic, E.coli, Salmonella, Shigella.
b.
Virus: Enterovirus, Adenovirus.
c.
Jamur: Candida.
d.
Parasit: Giardia lamblia, Crystosporodium.
15
e. 2.
3.
Protozoa.
Bukan Faktor Infeksi a.
Alergi makanan: susu, protein.
b.
Gangguan metabolik atau malabsorbsi.
c.
Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
d.
Obat-obatan: antibiotik.
e.
Penyakit usus.
f.
Obstruksi usus.
Penyakit Infeksi
Penyakit otitis media, infeksi saluran nafas atas, dan infeksi saluran kemih. 2.1.1.4. Epidemiologi Penyakit Diare Di Indonesia pada tahun 1970 sampai 1980-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1.000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 7080% menyerang anak di bawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini mengalami 2-3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya. KLB diare menyerang hampir semua provinsi di Indonesia. Angka kematian yang jauh lebih tinggi daripada kejadian kasus diare biasa membuat perhatian para ahli kesehatan masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB diare secara cepat (Widoyono, 2008:146-147). Di Provinsi Jawa Tengah, penemuan penyakit diare pada tahun 2012 sebesar 42,66%. Data selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa cakupan penemuan
16
diare masih di bawah target yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Incidence Rate sebesar 1,95% dengan Case Fatality Rate sebesar 0,021% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). 2.1.1.5. Gejala Penyakit Diare Menurut Suriadi dan Rita (2006:81), gejala diare meliputi: 1.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer.
2.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3.
Keratin abdominal.
4.
Demam.
5.
Mual dan muntah.
6.
Anorexia.
7.
Lemah.
8.
Pucat.
9.
Perubahan tanda vital, nadi, dan pernapasan cepat.
10. Pengeluaran urin menurun atau tidak ada. Menurut Widjaja (2002:7), gejala diare antara lain: 1.
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi.
2.
Tinja bayi encer, berlendir, dan berdarah.
3.
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
4.
Anusnya lecet.
5.
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.
17
6.
Muntah sebelum atau sesudah diare.
7.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
8.
Dehidrasi.
2.1.1.6. Akibat Penyakit Diare Akibat penyakit diare antara lain: 1.
Dehidrasi Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi, karena bayi kehabisan cairan dalam tubuh. Hal ini terjadi karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun sedikit demi sedikit. a.
Dehidrasi Ringan Gejala gelisah atau sakit, denyut nadi normal. Pernapasan, ubun-ubun, dan kelopak mata masih ada dan normal. Kehilangan cairan 5%.
b.
Dehidrasi Sedang Gejala gelisah, ngantuk, denyut nadi cepat dan lemah. Pernapasan dalam tapi cepat, ubun-ubun dan kelopak mata cekung.
c.
Dehidrasi Berat Gejala lemah, berkeringat, pucat, dan pingsan. Denyut nadi cepat, halus, kadang tak teraba. Sudah kehilangan cairan 10%.
2.
Gangguan Pertumbuhan Gangguan ini terjadi karena asupan makann terhenti, sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan (Widjaja, 2002:7).
18
2.1.1.7. Faktor Risiko Penyakit Diare Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2008:11) menyatakan faktor risiko diare antara lain: 1.
Faktor Lingkungan dan Perilaku Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor yang mempengaruhi yaitu sarana air bersih, pembuangan tinja, pembuangan limbah, tempat pembuangan sampah, dan saluran drainase. Faktor-faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. a.
Sarana Air Bersih Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makan. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi mencuci, dan sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.
b.
Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Kepemilikan tempat pembuangan tinja merupakan salah satu fasilitas yang harus ada dalam rumah yang sehat. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
19
binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya. Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja, antara lain penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:7, Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 172-180). c.
Sarana Pembuangan Air Limbah Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran yang berasal dari perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal dari industri-industri dan juga air hujan (Juli Soemirat, 2000:128). Cara pembuangan air limbah dapat dilakukan dengan cara campuran (air hujan bersama-sama air kotoran) dan cara terpisah (air hujan dibuang terpisah dari air kotoran) (Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin, 2009: 309).
d.
Sarana Tempat Pembuangan Sampah Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah seperti sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat kesehatan.
20
e.
Saluran Drainase Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
2.
Faktor Penjamu yang Meningkatkan Kerentanan Terhadap Diare a.
Tidak memberikan ASI eksklusif pada bulan pertama, dan ASI tidak diteruskan sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Shigella dan Vibrio cholera.
b.
Kurang Gizi Beratnya penyakit, lama, dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.
c.
Campak Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat
21
dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Virus campak menyerang sistem mukosa tubuh, sehingga bisa juga menyerang saluran cerna. d.
Imunodefisiensi / Imunosupresi Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS. Pada anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
2.1.1.8. Pemeriksaan Penyakit Diare Menurut Suriadi dan Rita (2006:83), pemeriksaan diagnostik diare meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.
Riwayat alergi pada makanan.
2.
Pemeriksaan BUN (Blood Area Nitrogen), creatinine, dan glukosa.
3.
Pemeriksaan tinja, pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.
2.1.1.9. Pengobatan Penyakit Diare Pengobatan diare berdasarkan dehidrasinya: 1.
Tanpa Dehidrasi, dengan Terapi A Pada keadaaan ini, buang air besar 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makanan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajen, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A.
22
Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat diberikan di rumah:
2.
a.
Memberikan anak lebih banyak cairan.
b.
Memberikan makanan terus menerus.
c.
Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari.
Dehidrasi Ringan / Sedang, dengan Terapi B Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan 6-7% dari berat badan. Untuk mengobati diare pada derajat dehidrasi ringan / sedang digunakan terapi B, yaitu pada jam pertama, jumlah oralit yang digunakan bila berumur kurang dari 1 tahun sebanyak 300 ml, umur 1 – 4 tahun sebanyak 600 ml, dan umur lebih dari 5 tahun sebanyak 1.200 ml.
3.
Dehidrasi Berat, dengan Terapi C Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau RS untuk diinfus RL (Ringer Laktat).
4.
Teruskan Pemberian Makan Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapat ASI. Bila sebelumnya tidak mendapat ASI, dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.
23
5.
Antibiotik Bila Perlu Sebagian penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan antobiotok dalam penatalaksanaan kasus diare, karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya merugikan penderita (Widoyono, 2008:152).
2.1.1.10. Pencegahan Penyakit Diare Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:15), cara pencegahan terhadap penyakit diare adalah melalui upaya sebagai berikut: 1.
Memasak makan dengan benar, disimpan dalam suhu yang benar agar bakteri tidak dapat berkembang biak.
2.
Susu harus dipasteurisasi.
3.
Mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar.
4.
Menyimpan pestisida dan bahan beracun lainnya di tempat yang berlainan dengan tempat menyimpan bahan makanan.
5.
Tidak memakan makanan yang sudah kadaluarsa atau basi.
6.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan, dan menghidangkan makan.
7.
Menyimpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis makanan atau bahan makanan. Menurut Widoyono (2008:151), penyakit diare dapat dicegah melalui
promosi kesehatan, antara lain: 1.
Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
24
2.
Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit.
3.
Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar.
4.
Memberikan ASI pada anak sampai usia 2 tahun.
5.
Menggunakan jamban yang sehat.
6.
Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
2.1.2.
Sarana Sanitasi Dasar Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi melibatkan tiga komponen yang sangat penting, yakni persampahan, penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah rumah tangga. Sanitasi juga berpengaruh pada kesehatan, terutama sanitasi lingkungan sekitar rumah. Banyak waktu yang dihabiskan di rumah, terutama ibu rumah tangga dan balitanya. Oleh karena itu, sanitasi yang buruk mempunyai dampak penting bagi kesehatan ibu dan balitanya (Otto Soemarwoto, 1998:45). 2.1.2.1. Sarana Penyediaan Air Bersih Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Selama hidupnya, manusia selalu memerlukan air. Dengan demikian, semakin naik jumlah laju penduduk serta laju pertumbuhannya, semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk
25
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sumber persediaan atau tidak. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum yaitu: Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum No. 1.
Jenis Parameter
Kadar Maksimum yang Diperbolehkan
Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi 1) E. Coli 2) Total Bakteri Koliform
2.
Satuan
b. Kimia an-organik 1) Arsen 2) Flourida 3) Total Krominum 4) Kadmium 5) Nitrit (sebagai NO2) 6) Nitrat (sebagai NO2) 7) Sianida 8) Selenium Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter Fisik 1) Bau 2) Warna 3) Total Zat Padat Terlarut (TDS) 4) Kekeruhan
Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel
0 0
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
0,01 1,5 0,05 0,003 3 50 0,07 0,7
TCU mg/l NTU
Tidak Berbau 15 500 5
26
Lanjutan (Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Minum) No.
Jenis Parameter
C
Kadar Maksimum yang Diperbolehkan Tidak Berasa Suhu udara + 3
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
0,2 0.3 500 250 0.4 6,5 – 8,5 3 250 2 1,5
Satuan
5) Rasa 6) Suhu b. Parameter Kimiawi 1) Alumunium 2) Besi 3) Kesadahan 4) Khlorida 5) Mangan 6) pH 7) Seng 8) Sulfat 9) Tembaga 10) Amonia
0
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum.
Nomor:
Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:95), peran air dalam terjadinya penyakit menular adalah sebagai berikut: 1.
Air sebagai penyebar mikroba patogen.
2.
Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
3.
Bila jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.
4.
Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnya Agent Virus: Rotavirus V. Hepatitis A V. Poliomyelitis Bakteri: Vibrio cholera Ascherichia coli enteropatogenik Salmonella typhi Salmonella partyphi Shigella dysenteriae
Penyakit Diare pada anak Hepatitis A Poliomyelitisanterior acuta Cholera Diare/Dysenterie Typhus abdominalis Paratyphus Dysenterie
27
Lanjutan (Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agentnnya Agent Protozoa: Extamoeba histolytica Balantidia coli Giardia lamblia Metazoa: Ascaris lumbricoides Clonorchis sinensis Diphyllobothrium latum Taenia sagianata/solium Schistosoma
Penyakit Dysenterie amoeba Balantidiasis Giardiasis Ascariasis Clonorchiasis Diphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis
Air yang bersih juga dipengaruhi oleh sarana air bersih. Sarana air bersih yang sehat harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:17): 1.
Sumur Gali (SGL) Lokasi sumur gali berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah) dengan sumber pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah / lubang sampah dan kandang ternak. Lantai sumur kedap air minimal 1 meter dari bibir sumur mengitari / mengelilingi bibir sumur, lantai tidak licin, mudah dibersihkan, tidak tergenang air. Tinggi bibir sumur minimal + 2 cm dari lantai sumur, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air. Dinding sumur terbuat dari bahan kedap air dan tidak mudah rusak. Tutup sumur mudah dibuka dan ditutup.
2.
Sumur Pompa Tangan (SPT) Lokasi sumur pompa tangan berjarak + 10 meter (tergantung struktur tanah) dengan sumber pencemar, comberan, SPAL, sampah / pembuangan sampah / lubang sampah dan kandang ternak. Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari sumur pompa / sumber air dan mengelilingi sumur pompa, lantai tidak retak /
28
bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air. Dudukan pompa harus kuat, kedap air, dan ketinggian 50-60 cm. 3.
Perlindungan Mata Air dengan Perpipaan Pipa yang digunakan harus kuat dan tidak mudah patah, jaringan pipa tidak boleh terendam air kotor. Lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, luas lantai minimal 1 m2 dan tidak tergenang air, tinggi kran minimal 50-70 cm dari lantai.
2.1.2.2. Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Masalah tinja dan limbah cair berhubungan erat dengan masalah yang ada, akan dapat dieliminasi, ditekan, atau dikurangi apabila faktor penyebab masalah dikurangi derajat kandungannya, dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan manusia. Sebagai contoh agar tidak berperan sebagai sumber penular penyakit, tinja harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu lubang dalam tanah atau bak tertutup yang tidak terjangkit oleh lalat, tikus, dan kecoa, serta berjarak minimal 15 meter dari sumber air minum (Soeparman & Suparmin, 2002:3). Proses pemindahan kuman dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, serta sayuran. Pebuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit dengan menghilangkn faktor ke empat dari enam faktor itu dan merupakan penghalang sanitasi (sanitation barrier) kuman penyakit untuk berpindah dari tinja ke inang yang potensial (Soeparman & Suparmin, 2002:7).
29
Jamban merupakan sarana yang biasa digunakan masyarakat dalam pembuangan tinja. Menurut Soeparman & Suparmin (2002:56), jamban dapat dibedakan atas beberapa macam, antara lain: 1.
Jamban Cubluk Dilihat dari penempatan dan konstruksinya, jenis jamban ini tidak mencemari tanah ataupun mengkontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup.
2.
Jamban Air Jamban ini merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki pembusukan. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air permukaan tidak akan terkontaminasi.
3.
Jamban Leher Angsa Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan modifikasi yang penting dari slab lantai jamban biasa. Menurut Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, jamban sehat
adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Sebuah jamban dikategorikan sehat jika: 1.
Mencegah kontaminsai ke badan air.
2.
Mencegah kontak antara manusia dan tinja.
3.
Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya.
4.
Mencegah bau yang tidak sedap.
30
5.
Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna. Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan
adalah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25): 1.
Septic tank tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan sumber air > 10 meter.
2.
Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok.
3.
Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya.
2.1.2.3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya (A Tresna Sastrawijaya, 2000:73). Menurut Juli Soemirat Slamet (2002:152), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Menurut UndangUndang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut:
31
1.
Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian, dan lainnya.
2.
Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya.
3.
Sampah yang berupa debu atau abu.
4.
Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah yang berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya (Juli Soemirat, 2002:153). Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber / penghasil sampah seperti sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat kesehatan, antara lain (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25): 1.
Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 2 kali 24 jam (2 hari), dan segera dibuang.
2.
Penempatan tempat sampah hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat yang banyak menghasilkan sampah.
3.
Jika halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang sampah dan bila sudah penuh dapat ditutup kembali dengan tanah atau dibakar sedikit demi sedikit.
4.
Tempat sampah tidak menjadi sarang / tempat berkembangbiaknya serangga ataupun binatang penular penyakit (vektor).
32
5.
Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak berceceran sehingga mengundang datangnya lalat.
2.1.2.4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Menurut Sugiharto (1987:5), limbah cair rumah tangga adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga / pemukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi, WC, tempat cuci, serta tempat memasak. Sarana pembuangan air limbah bisa berupa selokan atau pipa yang dipergunakan untuk membawa air buangan dari sumbernya. Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis besar, zat-zat yang terdapat di dalam air limbah antara lain terdiri dari air dan bahan padat (0,1%). Bahan padat ini terdiri dari bahan organik (protein 65%, karbohidrat 25%, lemak 10%) dan bahan anorganik (butiran, garam, metal) (Sugiharto, 1987:16). Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga
33
ataupun dapat mencemari lingkungan / sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:16). Sarana Pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1.
Tidak mencemari sumber air bersih.
2.
Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
3.
Tidak menimbulkan bau.
4.
Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan.
2.1.2.5. Saluran Drainase Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Secara umum, jenis saluran drainase dibagi 2 jenis yaitu terbuka dan tertutup. 1.
Saluran terbuka, umumnya diterapkan pada daerah yang lalu lintas pejalan kakinya rendah dan atau tersedia lahan bebas.
34
2.
Saluran tertutup, umumnya diterapkan pada daerah perdagangan, pertokoan, yang lalu lintas pejalan kakinya padat dan atau tidak tersedia lahan bebas. Demikian pula jika saluran melintasi jalan raya. Berdasarkan letaknya, saluran drainase dibagi menjadi:
1.
Saluran drainase primer yaitu saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air.
2.
Saluran drainase sekunder yaitu bagian dari sistem primer yang langsung melayani wilayah permukiman.
3.
Saluran drainase tersier adalah cabang dari saluran sekunder yang menerima air hujan yang berasal dari persil bangunan.
2.1.3.
Banjir
2.1.3.1. Definisi Banjir adalah tergenangnya daratan oleh air yang meluap dari tempat-tempat penampungan air di bumi. Banyaknya air yang masuk ke penampungan melebihi kapasitas (daya tampungnya), sehingga air meluap. Luapan air dari penampungan ternyata juga melebihi daya serap, sehingga air tidak dapat lagi terserap ke dalam tanah. Akibatnya, air menggenangi daratan dalam waktu tertentu yang tidak terlalu lama. Daerah-daerah yang tidak memiliki sistem drainase yang baik dapat terkena banjir jika terjadi hujan yang sangat lebat. Air hujan yang seharusnya mengalir lancar akan terhenti dan tergenang jika tidak ada sistem drainase yang baik. Selokan yang tertutup oleh timbunan sampah merupakan salah satu contoh sistem drainase yang tidak baik (Samadi, 2007).
35
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan hutan di sepanjang sungai, sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012). 2.1.3.2. Jenis Banjir Menurut Samadi (2007), berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang. 1.
Banjir Sungai Terjadi karena air sungai meluap. Banjir sungai dapat terjadi secara berkala dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang tinggi serta mencairnya es atau gletser di kawasan hulu menjadi penyebab meluapnya sungai. Di daerah tropis seperti di Indonesia, banjir sungai dapat terjadi pada musim hujan.
2.
Banjir Danau Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Meluapnya air danau disebabkan hal berikut: a.
Terjadinya badai atau angin yang sangat kuat dapat menggerakkan air danau hingga keluar melewati batas (tanggul) danau.
b.
Masuknya air ke dalam danau, baik curah hujan maupun dari sungai hingga melewati batas daya tampung danau.
36
3.
Banjir Laut Pasang Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Seperti halnya pada banjir danau, badai membawa air laut hingga ke daratan. Banjir berupa gelombang pasang yang sampai ke daratan akibat gempa bumi disebut tsunami. Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012).
2.1.3.3. Penyebab Banjir Penyebab banjir menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah: 1.
Curah hujan tinggi.
2.
Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
3.
Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit.
4.
Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
5.
Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
37
6.
Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012). Curah hujan yang tinggi ditambah dengan bertambahnya aliran permukaan
menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir. Curah hujan yang tinggi, lereng yang curam di daerah hulu, dan perubahan jenis vegetasi dapat memperbesar aliran permukaan yang mengakibatkan tanah longsor. Hujan sangat deras yang terjadi di kawasan hulu sungai dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang, yaitu banjir besar yang datangnya tiba-tiba dalam waktu yang sangat cepat dan mengalir dengan deras. Aliran banjir bandang ini dapat menghanyutkan benda-benda yang besar, misalnya batu dan kayu. Banjir bandang sering membawa banyak korban jiwa (Samadi, 2007). Banjir ada kalanya terjadi dengan waktu yang cepat dengan waktu genangan yang cepat pula, tetapi ada kalanya banjir terjadi dengan waktu yang lama dengan waktu genangan yang lama pula. Banjir bisa terjadi karena curah hujan yang tinggi, luapan dari sungai, tanggul sungai yang jebol, luapan air laut pasang, tersumbatnya saluran drainase, atau bendungan yang runtuh. Banjir berkembang menjadi bencana jika sudah mengganggu kehidupan manusia dan bahkan mengancam keselamatannya (Mawardi dan Sulaeman, 2011). Banjir merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dicegah oleh manusia. Oleh karena itu, selama ini banjir cenderung dipandang sebagai takdir. Penduduk yang tinggal di daerah yang sering terkena banjir juga menganggap bahwa kebanjiran sebagai nasib. Secara umum penyebab terjadinya banjir adalah rendahnya
38
kemampuan DAS dalam menyimpan air, berkurangnya kemampuan DAS dalam mengalirkan air, berkurangnya areal resapan untuk tempat penyimpanan air, dan pemahaman masyarakat terhadap sumber daya air yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan cara yang efektif dan lebih dikenal masyarakat dalam upaya pengendalian banjir (Samadi, 2007). 2.1.3.4. Dampak Banjir Beberapa dampak adanya banjir menurut Wardiyatmoko (2006) yaitu sebagai berikut: 1.
Mendatangkan kerugian bagi manusia misalnya rumah rusak, jalan rusak, dan jembatan hancur.
2.
Daerah sawah yang tergenang air akan mengakibatkan gagal panen.
3.
Daerah pemukiman penduduk yang terkena banjir akan terjadi polusi air, sehingga dapat menjadi media penyebaran penyakit perut dan penyakit kulit.
39
2.2.
KERANGKA TEORI
Sarana Sanitasi Dasar
Sarana Air Bersih
Pendidikan dan Pengetahuan
Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Praktik
Perilaku Tidak Sehat
Sarana Tempat Pembuangan Sampah Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sikap
Kuman / Mikro Organisme
Infeksi
Diare
Ketahanan Tubuh
Saluran Drainase Umur
Status Rawan Banjir
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Widjaja (2004), Juli Soemirat (2007), Sukidjo Notoadmodjo (2003), Depkes RI (2002).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
KERANGKA KONSEP Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus, sehingga tidak dapat langsung diukur (Soekidjo, 2002:68). Variabel Bebas - Kondisi Fisik Sarana Sanitasi 1. Sarana Air Bersih 2. Sarana Pembuangan Tinja / jamban 3. Sarana Tempat Pembuangan Sampah 4. Sarana Pembuangan Air Limbah 5. Saluran Drainase - Status Rawan Banjir
Variabel Pengganggu Ketahanan tubuh*
Keterangan: * : Variabel dikendalikan Gambar 3.1 Kerangka Konsep
40
Variabel Terikat Kejadian Diare
41
3.2.
VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1.
Variabel Bebas Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang bila berubah akan
mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian adalah ketersediaan sarana sanitasi dasar yang meliputi air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran drainase, dan status rawan banjir. 3.2.2.
Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat
perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare. 3.2.3.
Variabel Pengganggu Variabel pengganggu (confuonding variable) yaitu jenis variabel yang
berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan merupakan variabel antara. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah ketahanan tubuh. Variabel pengganggu pada penelitian ini dikendalikan dengan metode restriksi, dimana dalam metode ini terjadi pembatasan dalam pemilihan subjek penelitian berdasarkan variabel pengganggu yang dapat mengancam validitas penetian. Selain berdasarkan variabel pengganggu, pemilihan subjek juga berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ada. Pengendalian ketahanan tubuh dengan memilih responden berumur 5-59 tahun, karena penelitian memang akan dilakukan pada usia umum, sedangkan untuk
42
umur di bawah 5 tahun atau di atas 59 tahun pengklasifikasian diare sudah berbeda dengan umur umum. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan, dan karena saling diperbandingkan, maka kekuatan variabel umur menjadi mudah dilihat (Widyastuti, 2005:14). Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikanpenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir
semua
keadaan
menunjukkan
hubungan
dengan
umur
(Soekidjo
Notoatmodjo, 2003:15). WHO Menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu 0 – 14 tahun: bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun: orang muda dan dewasa, 50 tahun ke atas: orang tua (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:20). 3.3.
HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban atau dugaan yang bersifat
sementara dalam suatu penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:72). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1.
Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare.
2.
Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare.
43
3.
Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare.
4.
Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare.
5.
Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare.
6.
Ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare.
3.4.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
DAN
SKALA
PENGUKURAN
Tabel 3.1. Definisi Operasional No
Variabel
1.
Kejadian diare
2.
Sarana air bersih
Definisi Operasional Merupakan kejadian diare yang pernah dialami responden pada bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014. (berdasarkan catatan medis di Puskesmas Mangkang) Ketersediaan air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Penyediaan air minum, ketentuan: (1). Sumur gali dan sumur pompa:
Alat Ukur Kuesioner
Cara Pengukuran Wawancara
Hasil Pengukuran 0= mengalami diare. 1 = tidak mengalami diare.
Lembar checklist
Observasi
1. Memenuhi syarat: ≥ 2 2. Tidak memenuhi syarat: < 2
Skala Ordinal
Ordinal
44
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional) No
Variabel
3.
Sarana pembuangan tinja / jamban
Definisi Operasional terdapat dinding 3 meter ke bawah. Perlindungan mata air dan perpipaan: jaringan pipa tidak bocor / terendam air, skor = 1. (2). Tempat penampungan air dalam keadaan bersih dan dikuras sekurangkurangnya seminggu sekali, skor = 1. (3). Tempat penyimpanan air minum dalam keadaan bersih dan dicuci sekurangkurangnya seminggu sekali, skor = 1. Ketersediaan sarana yang digunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia. Ketentuan sebagai berikut: (1). Mencegah kontaminasi ke badan air, skor = 1. (2). Mencegah kontak antara manusia dan tinja, skor = 1. (3). Membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Hasil Pengukuran
Lembar checklist
Observasi
1. Memenuhi syarat: ≥ 6 2. Tidak memenuhi syarat: < 6
Skala
Ordinal
45
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional) No
Variabel
4.
Sarana tempat pembuangan sampah
Definisi Operasional binatang lainnya, skor = 1. (4). Mencegah bau yang tidak sedap, skor = 1. (5). Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna, skor = 1. (6). Septic tank tidak mencemari air tanah dan air permukaan, jarak dengan sumber air > 10 meter, skor = 1. (7). (a) bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok, skor = 1. (b) bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya, skor = 1. Ketersediaan tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah sampah dihasilkan yang harus ada di setiap sumber atau penghasil sampah
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Hasil Pengukuran
Lembar checklist
Observasi
1. Memenuhi syarat: ≥ 1 2. Tidak memenuhi syarat: < 1
Skala
Ordinal
46
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional) No
Variabel
5.
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Definisi Operasional seperti sampah rumah tangga. Ketentuan sebagai berkut: (1). Setiap keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri di rumah, skor = 1. (2). Tempat pembuangan sampah tertutup hingga tidak terjamah lalat dan kedap air, skor = 1. Ketersediaan sarana untuk menyalurkan pembuangan limbah rumah tangga yang meliputi air bekas cucian, air dari kamar mandi, air dari dapur. Ketentuan sebagai berikut: (1). Tidak mencemari sumber air bersih, skor = 1. (2). Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, skor = 1. (3). Tidak menimbulkan bau, skor = 1. (4). Tidak
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Hasil Pengukuran
Lembar checklist
Observasi
1. Memenuhi syarat: ≥ 3 2. Tidak memenuhi syarat: < 3
Skala
Ordinal
47
Lanjutan (Tabel 3.1. Definisi Operasional) No
Variabel
6.
Saluran drainase
7.
Status rawan banjir
Definisi Operasional menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan, skor = 1. Ketersediaan sarana untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Ketentuan sebagai berikut: (1). Mampu mengalirkan serta meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah, skor = 1. (2). Tidak menerima dan mengalirkan air limbah, skor = 1. (3). Dipasang diatas tanah yang stabil, skor = 1. (4). Tidak menimbulkan genangan air, skor = 1. Merupakan status rawan banjir rumah responden, apakah rumah responden terkena banjir atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden.
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Hasil Pengukuran
Lembar checklist
Observasi
1. Memenuhi syarat: ≥ 3 2. Tidak memenuhi syarat: < 3
Ordinal
Kuesioner
Wawancara
0 = daerah rawan banjir. 1 = daerah non-rawan banjir.
Ordinal
Skala
48
3.5.
JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analitik observasi dengan
rancangan pendekatan kasus kontrol. Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus (kelompok yang menderita efek / penyakit yang sedang diteliti). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol terkena efek atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:147). 3.6.
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1.
Populasi Penelitian Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol, yang
selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian. 3.6.1.1. Populasi Kasus Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Mangkang dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014. 3.6.1.2. Populasi Kontrol Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh warga di wilayah kerja Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang tidak menderita diare dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014.
49
3.6.2.
Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009;60). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol. 3.6.2.1. Sampel Kasus Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang pernah berobat ke Puskesmas Mangkang pada saat menderita diare, yaitu berjumlah 29 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: 3.6.2.1.1. Kriteria Inklusi 1.
Bersedia untuk mengkuti penelitian.
2.
Berdasarkan rekam medis Puskesmas Mangkang, responden didiagnosis diare dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014
3.
Usia responden 5-59 tahun.
3.6.2.1.2. Kriteria Eksklusi Tidak berada di tempat pada saat penelitian. 3.6.2.2. Sampel Kontrol Merupakan warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangkang (Kelurahan Mangkang Kulon, Mangunharjo, dan Mangkang Wetan) yang tidak mempunyai riwayat penyakit diare, yaitu berjumlah 29 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
50
3.6.2.2.1. Kriteria Inklusi 1.
Bersedia untuk mengkuti penelitian.
2.
Tidak mempunyai riwayat penyakit diare dari bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014.
3.
Usia responden 5-59 tahun.
3.6.2.2.2. Kriteria Eksklusi Tidak berada di tempat pada saat penelitian. 3.6.3.
Besar Sampel Minimal Penentuan besar sampel untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam
penelitian ini adalah berdasarkan pada perhitungan dari nilai OR dari penelitian terdahulu dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (Zα=1,960) dan kekuatan 80% (Zβ=0,842). Berdasarkan perhitungan OR serta paparan proporsi pada kelompok kontrol terdahulu sebagai berikut: Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya No 1. 2. 3. 4.
Nama Peneliti / Tahun Muhajirin / 2007 Muhajirin / 2007 Muhajirin / 2007 Muhajirin / 2007
Variabel Kualitas bakteriologis air bersih Kualitas jamban Kualitas pembuangan air limbah Jenis tempat sampah
OR 0,434 3,059 0,269 0,312
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai OR penelitian terdahulu yang terbesar adalah 3,059 dari variabel kualitas jamban pada penelitian Muhajirin tahun 2007. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
51
√ (
)
(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:369) Keterangan: n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol Zα
: Tingkat kepercayaan (95%=1,960)
Zβ
: Power penelitian (80%=0,842)
P
: Perkiraan proporsi efek pada kasus
Q
: Proporsi kontrol terpapar
R
: OR penelitian terdahulu 0,75
√ (
) √
52
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh sampel sebanyak 29 responden. Penelitian ini menggunakan perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol 1:1 dengan jumlah 29 kasus dan 29 kontrol. 3.6.4.
Cara Pengambilan Sampel Teknik sampling atau cara pengambilan sampel merupakan suatu proses
seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009;60). Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan metode acak sederhana (simple random sampling) yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Adapun cara pengambilan dari metode ini dengan menggunakan undian. 3.7.
SUMBER DATA
3.7.1.
Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi dengan responden, pengetahuan responden atau keluarga responden tentang diare, dan kondisi sarana sanitasi dasar. 3.7.2.
Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Mangkang.
53
3.8.
INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
3.8.1.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Kuesioner Kuesioner merupakan suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis pula (Sonny Sumarsono, 2004:75). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh jawaban yang akurat dari responden mengenai diare dan ketersediaan sarana sanitasi dasar. a.
Kuesioner Penjaringan Kuesioner penjaringan dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan responden masuk ke dalam kelompok responden kasus atau kontrol.
b.
Kuesioner Penelitian Kuesioner penelitian dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ketersediaan dan jenis sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan saluran drainase yang terdapat pada rumah responden. Kuesioner penelitian dalam penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui status rawan banjir pada rumah responden.
2.
Checklist Checklist adalah suatu daftar kegiatan yag harus dilakukan selama riset (Sonny Sumarsono, 2004:75). Checklist dalam penelitian ini digunakan untuk
54
memperoleh data yang akurat mengenai kondisi fisik sarana air bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), serta kondisi fisik saluran drainase. 3.8.1.1. Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:129). Suatu kuesioner dikatakan valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masingmasing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan korelasi Pearson Product Moment dalam Agus Riyanto (2010:40) yaitu:
Keterangan: rxy
: Koefisien korelasi antara x dan y
n
: Jumlah subyek
X
: Skor item
Y
: Skor total
∑X
: Jumlah skor item
55
∑Y
: Jumlah skor total
∑X2
: Jumlah kuadrat skor item
∑Y2
: Jumlah kuadrat skor total
Keputusan uji: bila r hitung (r pearson) > r tabel, maka Ho ditolak, artinya pertanyaan valid (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:167). Adapun ringkasan hasil uji validitas sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner No. No. Pertanyaan r hitung r tabel (30) 1. Kondisi Fisik Sarana Air Bersih 1. 0,379 0,361 2. 0,504 0,361 3. 0,504 0,361 2. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban 1. 0,504 0,361 2. 0,498 0,361 3. 0,498 0,361 4. 0,507 0,361 5. 0,490 0,361 6. 0,490 0,361 7. 0,490 0,361 3. Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah 1. 0,450 0,361 2. 0,430 0,361 4. Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 1. 0,407 0,361 2. 0,504 0,361 3. 0,507 0,361 4. 0,507 0,361 5. Kondisi Fisik Saluran Drainase 1. 0,407 0,361 2. 0,479 0,361 3. 0,379 0,361 4. 0,498 0,361
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih, 7 pertanyaan kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban, 2 pertanyaan kondisi fisik sarana tempat
56
pembuangan sampah, 4 pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase didapatkan r
hitung
>r
tabel
(0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan kuesioner adalah valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. 3.8.1.2. Reliabilitas Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Agus Riyanto, 2010:40, Soekidjo Notoatmodjo, 2010:133). Pada penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan nilai konstanta ”bisa juga dengan r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai „Alpha‟ (terletak di awal output). Ketentuannya: bila r Alpha > konstanta, maka pertanyaan tersebut reliabel (Agus Riyanto, 2010:46). Adapun ringkasan hasil uji reliabilitas sebagaimana yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner No.
Variabel
r cronbach’s 0,364
r tabel 5% (30) 0,361
0,385
0,361
Reliabel
0,499
0,361
Reliabel
0,703
0,361
Reliabel
0,620
0,361
Reliabel
alpha
1. 2. 3. 4. 5.
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Kondisi Fisik Saluran Drainase
Keterangan Reliabel
57
Dari 3 pertanyaan kondisi fisik sarana air bersih (r alpha = 0,364), 7 pertanyaan kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban (r alpha = 0,385), 2 pertanyaan kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah (r alpha = 0,499), 4 pertanyaan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) (r alpha = 0,703), dan 4 pertanyaan kondisi fisik saluran drainase (r alpha = 0,620) didapatkan hasil r alpha > r tabel (0,361), sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan kuesioner adalah reliabel, sehingga kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. 3.8.2.
Teknik Pengambilan Data
3.8.2.1. Wawancara Dalam penelitaan ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara mengenai identitas responden, karakteristik responden, dan status rawan banjir pada rumah responden dengan menggunakan kuesioner. 3.8.2.2. Observasi Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan gejala gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan checklist mengenai kondisi fisik sarana air bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja atau jamban, kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), serta kondisi fisik saluran drainase.
58
3.8.2.3. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder sebagai informasi pendukung dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran umum Puskesmas Mangkang, jumlah penderita diare dan sebarannya di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang. 3.9.
PROSEDUR PENELITIAN
3.9.1.
Awal Penelitian Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah: 1.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang terjadi di lokasi penelitian.
2.
Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Mangkang, Kantor Kelurahan Mangkang Kulon, Kantor Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kantor Kelurahan Mangunharjo
3.
Menentukan sampel penelitian.
4.
Menyusun kuesioner dan lembar checklist.
5.
Mempersiapkan instrumen penelitian.
3.9.2.
Penelitian Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan
penelitian. Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah: pengisian kuesioner dan lembar checklist mengenai sarana sanitasi dasar dan kejadian diare.
59
3.9.3.
Akhir Penelitian Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai
penelitian. Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah: 1.
Pencatatan data hasil penelitian.
2.
Analisis data.
3.
Pembuatan laporan.
3.10.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
3.10.1. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Editing Adalah pengeditan data apabila dalam pengisian kuesioner terdapat kesalahan dan ketidaksesuaian informasi.
2.
Coding Adalah memberikan kode-kode tertentu pada jawaban yang ada untuk mempermudah pengolahan.
3.
Scoring Adalah pemberian skor pada masing-masing jawaban.
4.
Tabulating Adalah
proses
mengelompokkan
jawaban-jawaban
yang
serupa
menjumlahkan secara teliti dan teratur ke dalam tabel yang sudah disediakan.
dan
60
3.10.2. Teknik Analisis Data 3.10.2.1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil tiap penelitian (Soekidjo Notoatmojo, 2010: 188). Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Variabelnya meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan saluran drainase. 3.10.2.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat karena untuk mengetahui hubungan variabel kategorik dengan kategorik (Agus Riyanto, 2010:75). Besarnya risiko relatif (odds rasio) point estimate dan confidence interval 95% dan dengan menggunakan α = 0,05. Untuk menghitung odds rasio digunakan tabel 2 × 2, sedangkan untuk menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan:
61
Tabel 3.5. Merumuskan Data dalam Tabel 2 × 2 Faktor Risiko + Jumlah
Kasus a c a+b
Kelompok Studi Kontrol b d b+d
Jumlah a+b c+d a+b+c+d=N
Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil yang digunakan Confidence Interval (CI) 95%: 1.
Bila OR hitung > 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti merupakan risiko timbulnya penyakit.
2.
Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti belum tentu faktor risiko timbulnya penyakit.
3.
Bila OR hitung = 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
4.
Bila OR hitung < dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.
5.
Bila OR huting < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti belum tentu merupakan faktor protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011:120). Aturan pengambilan keputusan:
1.
Jika p value ≥ α (0,05), maka Ho ditolak.
2.
Jika p value < α (0,05), maka Ho diterima.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.1.
Keadaan Geografis UPTD Puskesmas Mangkang adalah salah satu puskesmas dari 37
puskesmas yang ada di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Puskesmas Mangkang terletak di sebelah utara Kota Semarang, yang berbatasan dengan daerah Kabupaten Kendal, sebagai daerah pengembangan perkotaan dengan keadaan daerah tropis dan keadaan geografis daerah dataran rendah. Akses antar kelurahan di wilayah kerja Puseksmas Mangkang dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda dan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat dengan medan jalan berupa jalan aspal kondisi baik. 4.1.2.
Batas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Mangkang memiliki wilayah kerja dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Barat
: Kabupaten Kendal
Sebelah Selatan
: Kecamatan Ngaliyan
Sebelah Timur
: Kelurahan Randugarut, Kecamatan Tugu
62
63
4.1.3.
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Mangkang yang berada di Kecamatan Tugu dengan luas
wilayah 1.226,88 Ha memiliki 3 kelurahan wilayah kerja. Wilayah kerja tersebut diantaranya: 1.
Kelurahan Mangkang Kulon.
2.
Kelurahan Mangunharjo.
3.
Kelurahan Mangkang Wetan.
4.1.4.
Data Khusus
4.1.5.1. Ketenagaan Puskesmas UPTD Puskesmas Mangkang memiliki jumlah dokter umum (2 orang), dokter gigi (1 orang), bidan (7 orang), perawat (7 orang), perawat gigi (1 orang), sanitarian (1 orang), asisten apoteker (1 orang), analisis kesehatan / laborat (1 orang), nutrisionis (1 orang), pengadministrasi (5 orang), petugas loket (2 orang), penjaga malam (1 orang), pengemudi (1 orang), dan petugas kebersihan (1 orang). 4.1.5.2. Sarana Prasarana Puskesmas UPTD Puskesmas Mangkang memiliki sarana prasarana berupa mobil ambulan / puskesling (1 unit), sepeda motor (5 unit), gedung puskesmas (1 unit), dan gedung puskesmas pembantu (1 unit). 4.2.
HASIL PENELITIAN
4.2.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Ketersediaan Sarana
Sanitasi Dasar dan Status Rawan Banjir terhadap Kejadian Diare (Studi Kasus di
64
Wilayah Kerja puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) dengan jumlah 58 responden diperoleh data mengenai umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan responden sebagai berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden No. 1.
2.
3.
Karakteristik Responden Umur (tahun) 5 – 14 15 – 49 50 – 59 Jumlah Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Tingkat pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi / PT Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
7 39 12 58
12 67 21 100
20 38 58
34 66 100
9 20 12 14 3 58
16 34 21 24 5 100
Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden berumur 15 – 49 tahun dengan jumlah 39 responden (67%), frekuensi terbesar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 38 responden (66%), dan frekuensi terbesar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SD dengan jumlah 20 responden (34%). 4.2.2.
Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Pada analisis
ini akan menghasilkan distribusi frekuansi tiap-tiap variabel yang berhubungan dengan kejadian diare. Adapun variabel yang dianalisis yaitu kondisi fisik sarana air
65
bersih, kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban, kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah, kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), kondisi fisk saluran drainase, dan status rawan banjir. Disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Variabel yang dianalisis No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Variabel yang dianalisis Kondisi fisik sarana air bersih Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah Kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah Kondisi fisik saluran drainase Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Jumlah Status rawan banjir Daerah rawan banjir Daerah non-rawan banjir Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
40 18 58
69 31 100
35 23 58
60 40 100
43 15 58
74 26 100
34 24 58
59 41 100
34 24 58
59 41 100
29 29 58
50 50 100
Dari data distribusi tersebut dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat dengan jumlah 40 responden (69%), frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dengan jumlah 35 responden (60%),
66
frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dengan jumlah 43 responden (74%), frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi syarat dengan jumlah 34 responden (59%), frekuensi terbesar responden memiliki kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat dengan jumlah 34 responden (59%), serta frekuensi sama besar antara responden yang tinggal di daerah rawan banjir (50%) dan responden yang tinggal di daerah non-rawan banjir. 4.2.3.
Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.2.3.1. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare Tabel 4.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare Kondisi Fisik Sarana Air Bersih Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian Diare Kasus Kontrol n % n % 16 55 24 83 13 45 5 17
n 40 18
% 69 31
29
58
100
100
29
100
Total
p value
OR (CI 95%)
0,023
3,9 (1,16 – 13,08)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden kelompok kasus, sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat dan sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 24 responden (86%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat dan sejumlah 5 responden (17%) mempunyai kondisi fisik sarana air bersih tidak memenuhi syarat.
67
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,023) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,9), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,9 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana air bersih yang memenuhi syarat. 4.2.3.2. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban dengan Kejadian Diare Tabel 4.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban dengan Kejadian Diare Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian Diare Kasus Kontrol
Total
n
%
n
%
n
%
13 16
45 55
22 7
76 24
35 23
60 40
29
100
29
100
58
100
p value
OR (CI 95%)
0,016
3,87 (1,26 – 11,88)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 22 responden (76%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat dan
68
sejumlah 7 responden (24%) mempunyai kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,016) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,87), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,87 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat. 4.2.3.3. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Tabel 4.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Sampah Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian Diare Kasus Kontrol
Total
n
%
n
%
n
%
18 11
62 38
25 4
86 14
43 15
74 26
29
100
29
100
58
100
p value
OR (CI (95%)
0,036
3,82 (1,05 – 13,94)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden kelompok kasus, sejumlah 18 responden (62%) mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan sejumlah 11 responden (38%) mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 25 responden (86%)
69
mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat dan sejumlah 4 responden (14%) mempunyai kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,036) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,82), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,82 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat. 4.2.3.4. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare Tabel 4.6. Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian Diare Kasus Kontrol
Total
n
%
n
%
n
%
13 16
45 55
21 8
72 28
34 24
59 41
29
100
29
100
58
100
p value
OR (CI 95%)
0,017
3,72 (1,24 – 11,17)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat, dan sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak
70
memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, sejumlah 21 responden (72%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi syarat, dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,017) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,72), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,72 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang memenuhi syarat. 4.2.3.5. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare Tabel 4.7. Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare Kondisi Fisik Saluran Drainase Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Jumlah
Kejadian Diare Kasus Kontrol n % n % 13 45 21 72 16 55 8 28
n 34 24
% 59 41
29
58
100
100
29
100
Total
p value
OR (CI 95%)
0,033
3,23 (1,08 – 9,65)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden kelompok kasus, sejumlah 13 responden (45%) mempunyai kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat dan sejumlah 16 responden (55%) mempunyai kondisi fisik saluran drainase tidak memenuhi syarat. Sementara itu dari 29 responden
71
kelompok kontrol, sejumlah 21 responden (72%) mempunyai kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat dan sejumlah 8 responden (28%) mempunyai kondisi fisik saluran drainase tidak memenuhi syarat. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p value (0,033) < α (0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare. Perbandingan risk estimate diperoleh dari nilai odds ratio (OR=3,23), sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki saluran drainase yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,23 kali untuk mengalami diare apabila dibandingkan dengan responden yang memiliki saluran drainase yang memenuhi syarat. 4.2.3.6. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare Tabel 4.8. Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare Status Rawan Banjir Daerah Rawan Banjir Daerah Non-rawan Banjir Jumlah
Kejadian Diare Kasus Kontrol n % n % 29 100 0 0
n 29
% 50
0
0
29
100
29
50
29
100
29
100
58
100
Total
p value
OR (CI 95%)
-
-
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diperoleh informasi bahwa dari 29 responden kelompok kasus, seluruh responden (100%) tinggal di daerah rawan banjir dan tidak ada responden (0%) yang tinggal di daerah non-rawan banjir. Sementara itu dari 29 responden kelompok kontrol, seluruh responden (100%) tinggal di daerah non-rawan banjir dan tidak ada responden (0%) yang tinggal di daerah rawan banjir.
72
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik karena didapatkan seluruh responden penderita diare tinggal di daerah rawan banjir dan seluruh responden bukan penderita diare tinggal di daerah non-rawan banjir. 4.2.4.
Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square No. Variabel Bebas 1. Sarana air bersih 2. Sarana pembuangan tinja / jamban 3. Sarana tempat pembuangan sampah 4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 5. Saluran drainase 6. Status rawan banjir
p value 0,023 0,016
OR 3,9 3,87
CI (95%) 1,16 – 13,08 1,26 – 11,88
Keterangan Ada hubungan Ada hubungan
0,036
3,82
1,05 – 13,94
Ada hubungan
0,017
3,72
1,24 – 11,17
Ada hubungan
0,033 -
3,23 -
1,08 – 9,65 -
Ada hubungan Tidak dapat dianalisis secara statistik
BAB V PEMBAHASAN 5.1.
PEMBAHASAN Hasil analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare, yaitu faktor sarana air bersih, sarana pembuangan tinja / jamban, faktor sarana tempat pembangan sampah, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan saluran drainase. Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik. 5.1.1.
Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare Kondisi fisik sarana air bersih dinilai dengan melihat apakah rumah
responden memiliki sarana air bersih yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 40 responden (69%) memiliki kondisi fisik sarana air bersih memenuhi syarat, sedangkan 18 responden (31%) memiliki kondisi fisik sarana air bersih tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel sarana air bersih dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,023 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare. Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,9 yang berarti bahwa responden yang memiliki sarana air bersih tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
73
74
untuk mengalami diare 3,9 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana air bersih memenuhi syarat. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil pada responden kasus yang memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat masih cukup tinggi yaitu sebesar 45%, hal ini dikarenakan pada rumah responden kasus masih banyak yang tidak membersihkan tempat penampungan air dan tempat penyimpanan air minum sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan masih banyak dijumpai jaringan pipa PDAM yang terendam air kotor. Pada responden kontrol, sebagian besar memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sebesar 83%, hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi fisik sarana air bersih yang memenuhi syarat yaitu sumur gali telah terdapat dinding 3 meter ke bawah, jaringan pipa tidak bocor / terendam air, tempat penampungan air dalam keadaan bersih dan dikuras sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan tempat penyimpanan air minum dalam keadaan bersih dan dicuci sekurang-kurangnya seminggu sekali. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,6. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Wulandari (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,01.
75
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juli Soemirat Slamet (2002:95), bahwa sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water borne disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan jamban, lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah, dan sumber-sumber pengotor lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya. Pada umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat penampungan akhir (TPA) kotoran atau tinja tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak di bawah sumber-sumber tersebut. Sarana air bersih dapat menjadi media penular berbagai penyakit yang dibawa oleh air apabila sarana tersebut tidak sanitier. Sarana air bersih selain kuantitasnya, kualitasnya harus memenuhi standar yang berlaku, untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Akan tetapi, air yang sudah bersih seringkali ditampung di tempat air yang tidak bersih atau mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali (Juli Soemirat Slamet, 2002:111). Salah satu upaya memperkecil risiko terkena penyakit diare yaitu menjaga kebersihan sarana air bersih, sehingga sarana tersebut terhindar dari kontaminasi agen penyebab penyakit. Selain itu, masyarakat harus memasak air minum terlebih dahulu untuk mematikan agen penyebab yang terdapat dalam air bersih tersebut (Widoyono, 2008:151).
76
5.1.2.
Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban dengan Kejadian Diare Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dinilai dengan melihat
apakah rumah responden memiliki sarana pembuangan tinja / jamban yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 35 responden (60%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat, sedangkan 23 responden (40%) memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,016 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare. Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,87 yang berarti bahwa responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban tidak memenuhi syarat mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,87 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana pembuangan tinja / jamban memenuhi syarat. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar responden kasus memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Keadaan ini didukung dengan banyaknya rumah responden kasus yang tidak memiliki septic tank, maka tinja dari jamban yang seharusnya diolah di dalam septic tank langsung dibuang ke sungai. Hal ini yang menyebabkan bau tidak sedap, tinja dapat dihinggapi serangga dan vektor penyakit.
77
Pada responden kontrol, sebagian besar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu sebesar 76%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan tinja / jamban yang memenuhi syarat yaitu mencegah kontaminasi ke badan air, mencegah kontak antara manusia dengan tinja, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga dan vektor penyakit, mencegah bau yang tidak sedap, konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna, septic tank tidak mencemari air tanah dan air permukaan, jarak septic tank dengan sumber air lebih dari 10 meter. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Umiati (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,018. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mafazah (2013) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana pembuangan tinja dengan kejadian diare pada balita denga p value = 0,002, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,1. Hasil penelitian yang sama juga dilakuka oleh Muhajirin (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,011, dari hasil analisis diperoleh OR sebesar 3,05.
78
Responden yang memiliki kondisi jamban tidak memenuhi syarat kesehatan akan berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare, karena sarana jamban yang tidak mudah digelontor serta tinja yang tidak ditampung dan diolah secara tertutup akan dapat terjangkau oleh vektor penyebab penyakit diare yang kemudian secara tidak langsung mencemari makanan atau minuman. Selain itu, jarak antara lubang penampungan kotoran dengan sumber air atau sumur yang kurang dari 10 meter, akan menyebabkan kuman penyebab diare yang berasal dari tinja mencemari sumber air bersih yang digunakan orang untuk keperluan sehari-hari. Hal ini juga diperkuat dengan Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, yang mengemukakan jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif umtuk memutus mata rantai penularan penyakit. Menurut Soeparman dan Suparmin (2002:5), pembuangan tinja yang sanitier merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Agar tidak berperan sebagai penularan penyakit, tinja harus dibuang dengan cara ditampung serta diolah pada suatu lubang dalam tanah / bak tertutup yang tidak terjangkau oleh lalat, tikus, dan kecoa, serta harus berjarak minimal 10 meter dari sumber air bersih. 5.1.3.
Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dinilai dengan melihat
apakah rumah responden memiliki sarana tempat pembuangan sampah yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 43 responden (74%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat,
79
sedangkan 15 responden (26%) memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,036 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare. Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,82 yang berarti bahwa responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana tempat pembuangan sampah memenuhi syarat. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa antara kelompok kasus dan kelompok kontrol memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang hampir sama, yaitu sebagian besar rumah responden memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat, pada kelompok kasus sebesar 62% dan kelompok kontrol sebesar 86%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden telah memiliki kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat yaitu setiap rumah memiliki sarana tempat pembuangan sampah sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan tertutup hinga tidak terjamah lalat dan kedap air. Responden dengan kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus sebesar 38% dan kelompok kontrol sebesar 14%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut tidak memiliki sarana tempat pembuangan
80
sampah sendiri di rumah dan sarana tempat pembuangan sampah dalam keadaan terbuka. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,8. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Purwaningsih (2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada masyarakat dengan p value = 0,017, perhitungan risk estimate didapatkan OR sebesar 3,71. Hasil ini sesuai dengan teori dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:25), bahwa tempat sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan tujuan agar tempat tidak menjadi sarang atau berkembang biaknya serangga ataupun binatang penular penyakit (vektor). Teori ini di perkuat oleh Juli Soemirat Slamet (2002:155), bahwa kondisi sampah yang seperti ini dapat berpotensi menimbulkan penyakit diare karena tempat sampah yang tidak tertutup, bau, serta dibiarkan berserakan tersebut akan dihinggapi lalat maupun serangga lainnya yang nantinya akan membawa kuman atau bakteri ke dalam makanan dan minuman. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat sampah tidak menjadi sarang vektor penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah rapat-rapat. Sedangkan bagi masyarakat yang membuang sampah di kebun, disarankan untuk membakar atau menimbunkan tumpukan sampah dan menutup
81
dengan tanah agar tidak dihinggapi lalat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa tengah, 2005:24). 5.1.4.
Hubungan antara Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare Kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dinilai dengan
melihat apakah rumah responden memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 34 responden (59%) memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,017 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare. Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,72 yang berarti bahwa responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak memenuhi syarat mempunyai risiko untuk mengalami diare 3,72 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi syarat. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar responden kasus memiliki kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
82
yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Hal ini didukung dengan kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) pada sebagian besar rumah responden kasus masih menimbulkan genangan air, bau tidak sedap dan becek-becek yang dapat menjadi tempat perindukan vektor penyakit. Pada responden kontrol, frekuensi terbesar memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol memiliki kondisi fisik sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang memenuhi syarat yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mafazah (2013) bahwa ada hubungan antara ketersediaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001, dari hasil analisis diperoleh nilai RP (Rasio Prevalensi) sebesar 2,1. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Muhajirin (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kualitas pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita dengan p value sebesar 0,001. Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang tergenang di sekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga atau dapat mencemari lingkungan maupun sumber air (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005:25). Hal ini diperkuat dengan teori oleh Juli Soemirat Slamet (2002:128), bahwa air limbah domestik termasuk air bekas mandi, bekas cuci pakaian, maupun perabot dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini mengandung
83
banyak sabun atau detergen dan mikroorganisme. Selain itu, ada juga air limbah yang mengandung tinja dan urin manusia. Dibandingkan air bekas cuci, tinja dan urin ini jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak kuman patogen dan merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air. Pembuangan air limbah yang dilakukan secara sanitier, merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan. Sarana pembuangan air limbah yang sanitier juga akan mengurangi kemungkinan terjadi penyakit infeksi, misalnya penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002:4). 5.1.5.
Hubungan antara Kondisi Fisik Saluran Drainase dengan Kejadian Diare Kondisi fisik saluran drainase dinilai dengan melihat apakah rumah
responden memiliki saluran drainase yang telah memenuhi syarat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 34 responden (59%) memiliki kondisi fisik saluran drainase memenuhi syarat, sedangkan 24 responden (41%) memiliki kondisi fisik saluran drainase tidak memenuhi syarat. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel saluran drainase dengan kejadian diare didapatkan p value sebesar 0,033 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare. Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 3,23 yang berarti bahwa responden yang memiliki saluran drainase tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
84
untuk mengalami diare 3,23 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki saluran drainase memenuhi syarat. Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa frekuensi terbesar responden kasus memiliki kondisi fisik saluran drainase yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 55%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kasus masih terjadi genangan air pada saluran drainase. Pada responden kontrol, frekuensi terbesar memiliki kondisi fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu sebesar 72%. Hal ini dikarenakan pada sebagian besar rumah responden kontrol telah memiliki kondisi fisik saluran drainase yang memenuhi syarat yaitu mampu mengalirkan serta meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah, tidak menerima dan mengalirkan air limbah, dipasang di atas tanah yang stabil, dan tidak menimbulkan genangan air. Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan / atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut, sehingga dapat mengurangi genangan air di sekitar rumah agar tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit bawaan air, misalnya penyakit diare.
85
5.1.6.
Hubungan antara Status Rawan Banjir dengan Kejadian Diare Status rawan banjir dinilai dengan bertanya kepada responden apakah rumah
responden berada di daerah rawan banjir atau di daerah non-rawan banjir. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah 29 responden (50%) tinggal di daerah rawan banjir, sedangkan 29 responden (50%) tinggal di daerah non-rawan banjir. Hasil analisis penelitian dengan uji chi square yang dilakukan terhadap variabel status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik, tetapi secara kualitatif kemungkinan ada hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa seluruh responden penderita diare tinggal di daerah rawan banjir dan seluruh responden bukan penderita diare tinggal di daerah non-rawan banjir, maka dari itu variabel status rawan banjir tidak dapat dianalisis secara statistik. Hasil penelitian Nandiroh (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi sebagai akibat dampak banjir dengan kejadian diare dengan nilai OR sebesar 5,7, dan ada hubungan antara perilaku sebagai dampak banjir dengan kejadian diare dengan nilai OR sebesar 9,8. Setiap tahun lebih dari 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha dan merugikan sekitar satu juta orang. Saat ini kecenderungan bencana banjir terus meningkat baik di perkotaan maupun di perdesaan. Banjir yang terjadi selalu menimbulkan kerugian bagi mereka yang terkena banjir baik secara langsung maupun tidak langsung yang dikenal sebagai dampak banjir. Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak
86
sehat karena segala sampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari lingkungan. Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit gatal-gatal di kulit. Sumber air bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir kesulitan air bersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare. (Kodoatie, 2013). 5.2.
HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN
5.2.1.
Hambatan Penelitian Hambatan dalam penelitian ini adalah: Ditemukan data dari Puskesmas Mangkang yang tidak sesuai dengan alamat
pasien yang sebenarnya, sehingga peneliti harus mencari lagi data pasien yang sesuai untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian. 5.2.2.
Kelemahan Penelitian Kelemahan dalam penelitian ini adalah: Penelitian ini meneliti hubungan antara kondisi fisik sarana sanitasi dasar
dan status rawan banjir dengan kejadian diare, sedangkan faktor risiko diare masih banyak yang lain seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan masih banyak lainnya.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: 1.
Ada hubungan antara kondisi fisik sarana air bersih dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014) dengan p value 0,023 dan nilai OR = 3,9.
2.
Ada hubungan antara kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014) dengan p value 0,016 dan nilai OR = 3,87.
3.
Ada hubungan antara kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014) dengan p value 0,036 dan nilai OR = 3,82.
4.
Ada hubungan antara kondisi fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014) dengan p value 0,017 dan nilai OR = 3,72.
5.
Ada hubungan antara kondisi fisik saluran drainase dengan kejadian diare (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang tahun 2014) dengan p value 0,033 dan nilai OR = 3,23.
6.
Hubungan antara status rawan banjir dengan kejadian diare tidak dapat dianalisis secara statistik.
87
88
6.2.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan saran sebagai
berikut: 1.
Bagi UPTD Puskesmas Mangkang Kota Semarang a.
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan kesehatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit diare, salah satunya dengan penyuluhan mengenai penyakit diare, kesehatan lingkungan dan sarana sanitasi dasar.
b.
Pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan ketersediaan sarana sanitasi dasar untuk mengurangi risiko terhadap kejadian diare seperti pengadaan jamban sehat, dan lain sebagainya.
2.
Bagi masyarakat a.
Membersihkan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan saluran drainase jangan sampai ada genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan vektor penyakit.
b.
Membuang sampah pada tempatnya dan jangan lupa menutup tempat sampah agar tidak dihinggapi lalat dan hewan lainnya.
c.
Secara teratur membersihkan jamban minimal seminggu sekali dan segera membangun septic tank bagi masyarakat yang belum memiliki septic tank, agar tinja tidak dibuang di sungai.
89
3.
Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti faktor makanan, ketahanan tubuh, sosial ekonomi, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
DAFTAR PUSTAKA A Tresna Sastrawijaya, 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta. Agus Riyadi, 2009, Bahaya Banjir dan Cara Penanggulangannya, Jakarta: Bengawan Ilmu. Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Offset. Anjar Purwadiana Wulandari, 2009, Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009, Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Diakses dari www.geospasial.bnpb.go.id tanggal 10 Maret 2015. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2012, Laporan Kejadian Bencana Tahun 2009 – 2011, Diakses dari www.bnpb.go.id tanggal 15 Januari 2015. Basarnas, 2010, Banjir Bandang Semarang, 7 Korban Meninggal, Diakses dari www.basarnas.go.id tanggal 15 Januari 2015. DepKes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013, Semarang: DKK Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014, Semarang: DKK Semarang. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2005, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2005, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2008, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Effendy, N, 1998, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat edisi 2, Jakarta: EGC.
90
91
Hidayat, AA, 2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika. Juli Soemirat Slamet, 2000, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lailatul Mafazah, 2013, Hubungan antara Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang tahun 2013, Skripsi: Universitas Negeri Semarang. Khasan, M., & Widjanarko, M., 2011, Perilaku Coping Masyarakat Mengahadapi Banjir, Jurnal Psikologi Pitutur, Vol 1 No. 2. Kodoatie, Robert, 2013, Rekayasa Dan Manajemen Banjir Kota, Yogyakarta: Andi. Mawardi, E., & Sulaeman, A., 2011, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir, Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Muhajirin, 2007, Hubungan antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, Tesis: Universitas Diponegoro. M.C Widjaja, 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita, Jakarta: Kawan Pustaka. Otto Soemarwoto, 1998, Artikel Judul Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan dalam Buku Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, Bandung: Alumni. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air minum. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Jamban Sehat. Puskesmas Mangkang, 2014, Rencana Tingkat Puskesmas Mangkang, Semarang. Retno Purwaningsih, 2012, Hubungan Antara Penyediaan Air Minum dan Perilaku Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Diare Di Daerah Paska Bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
92
Rose, J.B., Epstein, P.R., Lipp, E.K., Sherman, B.H., Bernard, S.M., & Patz, J.A., 2001, Clmate Variability and Change in United States: Potential Impact on Water and Foodborne Disease Caused by Microbiologic Agents, Environmental Health Perspectives, 109, 211-221. Samadi, 2007, Geografi 1, Jakarta: Yudhistira. Sander, 2005, Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika, Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005: 163-193. Singh, R.B.K., Hales, S., Wet, N.D., Raj, R., Heamden, M., & Weinstein, P., 2011, The Influence of Climate Variation and Change in Diarrheal Disease in the Pacific Islands, Environmental Health Perspectives, 109, 155-159. Siti Kholifatun Nandiroh, 2014, Hubungan antara Dampak Banjir dan Kejadian Diare pada Anak Balita Usia Dibawah Lima Tahun di Puskesmas Kelurahan Pekojan II Jakarta Barat tahun 2014, Skripsi: Universitas Esa Unggul Jakarta. Slamet, J. S., 2009, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: UGM Press. Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Soeparman & Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta: Penerbitan Buku Kedokteran UI. Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Sopiyudin Dahlan, 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika. Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismail, 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto. Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Penerbit UI Press.
93
Suriadi & Rita Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: Penebar Swadaya. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Umiati, 2010, Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009, Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Wahid Iqbal Mubarak & Nur Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: teori dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika. Widyastuti, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta: EGC. Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga. World Health Organization, 2003, Climate Change and Human Health Risks and Responses, Ganeva: Author.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi
96
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan
97
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Keolahragaan
98
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Semarang
99
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Puskesmas Mangkang
100
Lampiran 6. Ethical Clearance
101
Lampiran 7. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK Saya, Muhamad Rizkiyanto, Mahasiswa S1 Peminatan Epidemiologi dan Biostatistika, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Semarang akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar Terhadap Kejadian Diare pada Masyarakat di Wilayah Rawan Banjir (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014)”. Dana penelitian ini berasal dari peneliti sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang. Saya mengajak Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 42 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan sekitar 30 Menit. A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa denda sesuatu apapun. B. Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus kontrol / Case Control, di mana peneliti akan datang langsung menemui responden dalam satu waktu. Instrumen yang di gunakan adalah lembar kuesioner. Saudara wajib mengisi kuesioner selama waktu yang sudah diberikan dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang yang meliputi sarana air bersih, sarana jamban, sarana tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, saluran drainase. C. Kewajiban Subjek Penelitian Saudara diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini. D. Risiko dan efek samping dan penangananya Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini, karena intervensi yang dilakukan oleh saya (peneliti) tidak mempengaruhi nilai akademik/presatasi belajar Saudara.
102
E. Manfaat Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dalam upaya preventif kejadian diare pada masyarakat. F. Kerahasiaan Informasi yang didapatkan dari Saudara terkait dengan penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu pengetahuan). G. Kompensasi / ganti rugi Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk Saudara, yang diwujudkan dalam bentuk barang. H. Pembiayaan Penelitian ini dibiayai oleh peneliti sendiri. I. Informasi tambahan Penelitian ini dibimbing oleh Rudatin Windraswara, S.T., M.Sc sebagai dosen pembimbing. Saudara diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu ada efek samping atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Saudara dapat menghubungi : Muhamad Rizkiyanto, no HP +6285876474456 di Rt.01 Rw.02 Desa Caturanom Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Kode Pos 56254. Saudara juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telepon 0218508107 atau email
[email protected]
Semarang, 28 Mei 2015 Hormat saya,
Muhamad Rizkiyanto
103
Lampiran 8. Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepada Muhamad Rizkiyanto.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tandatangan subjek
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
Tanggal
104
Lampiran 9. Kuesioner Penjaringan KUESIONER PENJARINGAN PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) No. Responden
:
Tanggal wawancara : Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun 2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.
IDENTITAS RESPONDEN Nama
:
Alamat
: RT/RW: :
Umur
:
tahun
Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda. Jenis kelamin
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan terakhir
: 1. Tidak tamat SD
4. Tamat SMA
2. Tamat SD
5. Tamat perguruan tinggi
3. Tamat SMP Pekerjaan
: 1. Buruh
5. PNS
105
2. Petani
6. Siswa / Mahasiswa
3. Wiraswasta
7. Lainnya,.............(sebutkan)
4. Karyawan swasta PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan. 1.
Apakah rumah Anda pernah mengalami banjir selama tahun 2014? a. Ya
2.
b. Tidak
Apakah pada selang waktu bulan Oktober 2013 s/d bulan Februari 2014 Anda ingat atau pernah mengalami buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari (diare)? a. Ya
3.
b. Tidak
Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala tinja cair (gejala khusus diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)? a. Ya
4.
b. Tidak
Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala mual (gejala khusus diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)? a. Ya
5.
b. Tidak
Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala demam (gejala khusus diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)? a. Ya
b. Tidak
106
6.
Apakah saat Anda diare disertai dengan gejala feses berlendir (gejala khusus diare yang disebabkan oleh bakteri Escherchia coli)? a. Ya
7.
b. Tidak
Apakah Anda bisa memprediksi penyebab diare yang anda alami? a.
Keracunan makanan
b.
Tidak mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar dan sebelum makan
8.
c.
Buang air besar sembarangan
d.
Menggunakan air yang kurang dan tidak bersih
Apa yang Anda lakukan ketika diare tersebut terjadi? a.
Dibiarkan saja
b.
Diobati sendiri
c.
Dibawa ke puskesmas
d.
Dibawa ke dokter / bidan
107
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) No. Responden
:...............................................................................
Tanggal wawancara :............................................................................... Kelompok
: kasus / kontrol (coret salah satu)
Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh ketersediaan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada masyarakat di wilayah rawan banjir (studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Mangkang kota Semarang Tahun 2014). Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan program kesehatan masyarakat mengenai penyakit diare.
IDENTITAS RESPONDEN Nama
:
Alamat
: RT/RW: :
Umur
:
tahun
Beri tanda (X) sesuai pilihan Anda. Jenis kelamin
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan terakhir
: 1. Tidak tamat SD
4. Tamat SMA
2. Tamat SD 3. Tamat SMP
5. Tamat perguruan tinggi
108
Pekerjaan
: 1. Buruh
5. PNS
2. Petani
6. Siswa / Mahasiswa
3. Wiraswasta
7. Lainnya,.............(sebutkan)
4. Karyawan swasta PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban disamping sesuai dengan yang anda lakukan. A. Kejadian Diare 1.
Apakah Anda pernah mangalami diare pada selang waktu bulan Oktober 2013 s/d bulan Februari 2014?
a. Ya B. Kejadian Banjir
b. Tidak
1.
a) Apakah rumah Anda pernah terkena banjir?
2.
a. Ya b. Tidak b) Jika pernah, kapan rumah Anda terkena banjir? Jelaskan. ............................................................................................................ a) Apakah sekolah atau tempat kerja Anda pernah terkena banjir? a. Ya b. Tidak b) Jika pernah, kapan sekolah atau tempat kerja Anda terkena banjir? Jelaskan. ............................................................................................................
109
C. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar 1.
Apakah di rumah Anda mempunyai sarana penyedia air bersih?
2.
a. Ya b. Tidak Jenis sumber air bersih yang ada di rumah Anda termasuk yang mana?
3.
a. Sumur Gali b. Sumur Pompa c. PDAM Apakah di rumah Anda mempunyai jamban?
4.
a. Ya b. Tidak Apakah di rumah Anda mempunyai tempat pembuangan sampah?
5.
a. Ya b. Tidak Apakah di rumah Anda mempunyai saluran pembuangan air kotor? Misalnya, air bekas mencuci pakaian dan piring.
6.
a. Ya b. Tidak Apakah di rumah Anda mempunyai saluran air hujan (drainase)? a. Ya
b. Tidak
110
Lampiran 11. Lembar Cheklist Penelitian LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA SANITASI DASAR TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA MASYARAKAT DI WILAYAH RAWAN BANJIR (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Kota Semarang Tahun 2014) PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda (√) pada kolom jawaban disamping sesuai dengan yang Anda lakukan. No
VARIABEL
KONDISI FISIK SARANA SANITASI DASAR 1. Kondisi fisik sarana air bersih Sumur gali dan sumur pompa: terdapat dinding 3 meter ke bawah. Perlindungan mata air dan perpipaan: jaringan pipa tidak bocor / terendam air. Tempat penampungan air dalam keadaan bersih dan dikuras sekurang-kurangnya seminggu sekali. Tempat penyimpanan air minum dalam keadaan bersih dan dicuci sekurangkurangnya seminggu sekali. 2. Kondisi fisik sarana pembuangan tinja / jamban Mencegah kontaminasi ke badan air. Mencegah kontak antara manusia dan tinja. Membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga. Mencegah bau yang tidak sedap. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna. Septic tank tidak mencemari air tanah dan air permukaan, jarak dengan sumber air > 10 meter. (a) Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat jongkok. (b) Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang kainnya. 3. Kondisi fisik sarana tempat pembuangan sampah
JAWABAN YA TIDAK
SKOR
111
No
4.
5.
VARIABEL
JAWABAN YA TIDAK
SKOR
Setiap keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri di rumah. Tempat pembuangan sampah tertutup hingga tidak terjamah lalat dan kedap air. Kondisi fisik sarana pembuangan air limbah Tidak mencemari sumber air bersih. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk. Tidak menimbulkan bau. Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan. Kondisi fisik saluran drainase Mampu mengalirkan serta meresapkan sebagian air hujan ke dalam tanah. Tidak menerima dan mengalirkan air limbah. Dipasang di atas tanah yang stabil. Tidak menimbulkan genangan air.
KETERANGAN PEMBERIAN NILAI LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN
Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Ya diberi skor 1.
Untuk pertanyaan yang dijawab (√) pada kolom Tidak diberi skor 0.
112
Lampiran 12. Hasil Output SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas. 1.
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N
%
Valid 30 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,364 3 Item Statistics Mean Std. Deviation P1 P2 P3
,83 ,57 ,57
N
,379 ,504 ,504
30 30 30
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected ItemCronbach's if Item Deleted Total Alpha if Item Correlation Deleted P1 1,13 1,016 -,391 1,000 a P2 1,40 ,248 ,714 -1,204 a P3 1,40 ,248 ,714 -1,204 a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings. Scale Mean if Item Deleted
Mean 1,97
Scale Statistics Variance Std. Deviation ,861 ,928
N of Items 3
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r
hitung
dari 3 pertanyaan > r
tabel
(0,361), sehingga didapatkan 3 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r dinyatakan reliabel.
alpha
(0,364) > r
tabel
(0,361), sehingga kuesioner
113
2.
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N
%
Valid 30 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,385 7 Item Statistics Mean Std. Deviation P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
,57 ,60 ,60 ,53 ,63 ,63 ,63
,504 ,498 ,498 ,507 ,490 ,490 ,490
Scale Mean if Item Deleted P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
Mean 4,20
N
3,63 3,60 3,60 3,67 3,57 3,57 3,57
30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation 1,757 ,425 2,593 -,163 2,248 ,055 2,092 ,157 2,116 ,156 2,185 ,106 1,633 ,563
Scale Statistics Variance Std. Deviation 2,579 1,606
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,193 ,515 ,410 ,356 ,356 ,383 ,106
N of Items 7
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r
hitung
dari 7 pertanyaan > r
tabel
(0,361), sehingga didapatkan 7 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r dinyatakan reliabel.
alpha
(0,385) > r
tabel
(0,361), sehingga kuesioner
114
3.
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N
%
Valid 30 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,499 2 Item Statistics Mean Std. Deviation P11 P12
,73 ,23
,450 ,430
Scale Mean if Item Deleted P11 P12
Mean ,97
N
,23 ,73
30 30
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation ,185 ,333 ,202 ,333
Scale Statistics Variance Std. Deviation ,516 ,718
Cronbach's Alpha if Item Deleted . .
N of Items 2
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r
hitung
dari 2 pertanyaan > r
tabel
(0,361), sehingga didapatkan 2 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r dinyatakan reliabel.
alpha
(0,499) > r
tabel
(0,361), sehingga kuesioner
115
4.
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N
%
Valid 30 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,703 4 Item Statistics Mean Std. Deviation P13 P14 P15 P16
,80 ,57 ,53 ,53
,407 ,504 ,507 ,507
Scale Mean if Item Deleted P13 P14 P15 P16
Mean 2,43
N
1,63 1,87 1,90 1,90
30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation 1,482 ,334 1,085 ,609 1,059 ,634 1,266 ,399
Scale Statistics Variance Std. Deviation 1,978 1,406
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,721 ,559 ,541 ,698
N of Items 4
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r
hitung
dari 4 pertanyaan > r
tabel
(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r dinyatakan reliabel.
alpha
(0,703) > r
tabel
(0,361), sehingga kuesioner
116
5.
Kondisi Fisik Saluran Drainase
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N
%
Valid 30 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cases
Reliability Statistics Cronbach's N of Items Alpha ,620 4 Item Statistics Mean Std. Deviation P17 P18 P19 P20
,80 ,67 ,83 ,60
,407 ,479 ,379 ,498
Scale Mean if Item Deleted P17 P18 P19 P20
Mean 2,90
N
2,10 2,23 2,07 2,30
30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Variance Corrected Itemif Item Deleted Total Correlation ,921 ,495 ,806 ,507 1,030 ,388 ,976 ,252
Scale Statistics Variance Std. Deviation 1,472 1,213
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,487 ,462 ,563 ,671
N of Items 4
Dari uji validitas dan reliabilitas, diperoleh nilai r
hitung
dari 4 pertanyaan > r
tabel
(0,361), sehingga didapatkan 4 pertanyaan yang valid. Dari uji juga didapatkan hasil r dinyatakan reliabel.
alpha
(0,620) > r
tabel
(0,361), sehingga kuesioner
117
Lampiran 13. Hasil Output SPSS Uji Normalitas 1.
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
Explore Case Processing Summary Cases Valid N Percent 42 100,0%
Sarana_Air_Bersih
Missing N Percent 0 0,0%
N
Total Percent 42 100,0%
Descriptives Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
Sarana_Air_Bersih
Std. Error
Lower Bound
2,38 2,09
Upper Bound
2,67
5% Trimmed Mean
2,42
Median
3,00
Variance
,876
Std. Deviation
,936
Minimum
1
Maximum
3
Range
2
Interquartile Range
2
Skewness Kurtosis
,144
-,855 -1,335
,365 ,717
Shapiro-Wilk df 42
Sig. ,000
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. ,436 42 ,000 Sarana_Air_Bersih a. Lilliefors Significance Correction
2.
Statistic ,582
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban
Explore Case Processing Summary Cases N Sarana_Jamban
Valid Percent 42 100,0%
N
Missing Percent 0 0,0%
Total N 42
Percent 100,0%
118
Descriptives Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
Sarana_Jamban
Std. Error
Lower Bound
5,90 5,50
Upper Bound
6,30
5% Trimmed Mean
6,01
Median
6,00
Variance
1,649
Std. Deviation
1,284
Minimum
3
Maximum
7
Range
4
Interquartile Range
2
Skewness Kurtosis
,198
-,903 -,244
,365 ,717
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Sarana_Jamban
Statistic ,279
df
Shapiro-Wilk
Sig. ,000
42
Statistic ,800
df 42
Sig. ,000
a. Lilliefors Significance Correction
3.
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
Explore Case Processing Summary Cases
Sarana_Tempat_Pem buangan_Sampah
N 42
Valid Percent 100,0%
N 0
Missing Percent 0,0%
Total Percent
N 42
100,0%
Descriptives Statistic 1,12
Mean Lower Bound
,88
Upper Bound Sarana_Tempat_Pemb uangan_Sampah 5% Trimmed Mean
1,36
Median
1,00
Variance
,595
95% Confidence Interval for Mean
1,13
Std. Error ,119
119
,772
Std. Deviation Minimum
0
Maximum
2
Range
2
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis
-,211 -1,263
,365 ,717
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Sarana_Tempat_Pembu angan_Sampah
Statistic ,230
df
Shapiro-Wilk
Sig. Statistic ,000 ,803
42
df
Sig. 42
,000
a. Lilliefors Significance Correction
4.
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Explore Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
42
N
100,0%
Total
Percent 0
0,0%
N
Percent 42
100,0%
SPAL
Descriptives Statistic 2,60
Mean 95% Confidence Interval for Mean
SPAL
Std. Error
Lower Bound
2,17
Upper Bound
3,03
5% Trimmed Mean
2,66
Median
3,00
Variance
1,905
Std. Deviation
1,380
Minimum
0
Maximum
4
Range
4
,213
120
3
Interquartile Range Skewness Kurtosis
-,442 -1,229
,365 ,717
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov
SPAL
Statistic ,227
Shapiro-Wilk
df
Sig. 42
Statistic ,842
,000
df
Sig. 42
,000
a. Lilliefors Significance Correction
5.
Kondisi Fisik Saluran Drainase
Explore Case Processing Summary Cases Valid N Percent 42 100,0%
Sarana_Drainase
Missing N Percent 0 0,0%
Total N Percent 42 100,0%
Descriptives Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
Sarana_Drainase
Std. Error
Lower Bound
2,64 2,22
Upper Bound
3,07
5% Trimmed Mean
2,71
Median
3,00
Variance
1,845
Std. Deviation
1,358
Minimum
0
Maximum
4
Range
4
Interquartile Range
2
Skewness Kurtosis
-,777 -,364
,210
,365 ,717
121
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov
Sarana_Drainase
Statistic ,198
a. Lilliefors Significance Correction
df 42
Sig. ,000
Shapiro-Wilk Statistic ,824
df 42
Sig. ,000
122
Lampiran 14. Hasil Output SPSS Uji Chi Square 1.
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih Case Processing Summary Cases N Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare
Valid Percent 58 100,0%
N
Missing Percent 0 0,0%
N
Total Percent 58 100,0%
Sarana_Air_Bersih * Kejadian_DIare Crosstabulation Kejadian_DIare Kontrol 24
Kasus 16
40
% within Kejadian_DIare Count % within Kejadian_DIare Count
82,8%
55,2%
69,0%
5 17,2%
13 44,8%
18 31,0%
29
29
58
% within Kejadian_DIare
100,0%
100,0%
100,0%
Count Memenuhi syarat Sarana_Air_Bersih Tidak memenuhi syarat Total
Total
Chi-Square Tests Value
Continuity Correction
b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
a
1
,023
3,947
1
,047
5,294
1
,021
5,156
Pearson Chi-Square
df
5,067
1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
,045
,023
,024
58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00. b. Computed only for a 2x2 table
123
Risk Estimate Value
3,900
Lower 1,163
Upper 13,078
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol
2,160
,984
4,744
For cohort Kejadian_DIare = Kasus
,554
,344
,891
N
Total Percent 58 100,0%
Odds Ratio for Sarana_Air_Bersih (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
58
N of Valid Cases
2.
95% Confidence Interval
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Case Processing Summary Cases N Sarana_Jamban * Kejadian_DIare
Valid Percent 58 100,0%
N
Missing Percent 0 0,0%
Sarana_Jamban * Kejadian_DIare Crosstabulation
Memenuhi syarat Sarana_Jamban Tidak memenuhi syarat Total
Kejadian_DIare Kontrol Kasus 22 13 75,9% 44,8%
Count % within Kejadian_DIare Count % within Kejadian_DIare Count % within Kejadian_DIare
Continuity Correction
16 55,2%
23 39,7%
29
29
58
100,0%
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests df Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided) a 5,836 1 ,016
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
4,611
1
,032
5,958
1
,015
Exact Sig. (1sided)
,031 5,735
1
35 60,3%
7 24,1%
Value Pearson Chi-Square
Total
,017
58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. b. Computed only for a 2x2 table
,015
124
Risk Estimate Value Odds Ratio for Sarana_Jamban (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,868
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol For cohort Kejadian_DIare = Kasus
2,065 ,534 58
N of Valid Cases
3.
95% Confidence Interval Lower 1,260
Upper 11,880
1,059 ,321
4,029 ,888
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah Case Processing Summary Valid N Percent 58 100,0%
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampa h * Kejadian_DIare
Cases Missing N Percent 0
N
0,0%
Total Percen t 58 100,0%
Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah * Kejadian_DIare Crosstabulation Kejadian_DIare Total Kontro Kasus l Count 25 18 43 Memenuhi syarat % within 86,2% 62,1% 74,1% Kejadian_DIare Sarana_Tempat_Pembuangan _Sampah Count 4 11 15 Tidak memenuhi % within 13,8% 37,9% 25,9% syarat Kejadian_DIare Count 29 29 58 Total % within 100,0 100,0 100,0 Kejadian_DIare % % % Chi-Square Tests df Asymp. Sig. Exact Sig. (2(2-sided) sided) a 4,406 1 ,036
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
3,237
1
,072
4,542
1
,033
4,330
1
,037
Exact Sig. (1sided)
,070
58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50. b. Computed only for a 2x2 table
,035
125
Risk Estimate Value Odds Ratio for Sarana_Tempat_Pembuangan_Sampah (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,819
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol For cohort Kejadian_DIare = Kasus
2,180 ,571 58
N of Valid Cases
4.
95% Confidence Interval Lower 1,046
Upper 13,943
,907 ,358
5,239 ,910
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
SPAL * Kejadian_DIare
Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 58 100,0% 0 0,0%
N
Total Percent 58 100,0%
SPAL * Kejadian_DIare Crosstabulation
Memenuhi syarat SPAL Tidak memenuhi syarat Total
Kejadian_DIare Kontrol Kasus 21 12
Count % within Kejadian_DIare Count % within Kejadian_DIare Count % within Kejadian_DIare
Total 33
72,4% 8 27,6% 29
41,4% 17 58,6% 29
56,9% 25 43,1% 58
100,0%
100,0%
100,0%
Chi-Square Tests Value
Continuity Correction
b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
a
1
,017
4,499
1
,034
5,800
1
,016
5,695
Pearson Chi-Square
df
5,596
1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
,033
,016
,018
58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50. b. Computed only for a 2x2 table
126
Risk Estimate Value Odds Ratio for SPAL (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
3,719
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol For cohort Kejadian_DIare = Kasus
1,989 ,535 58
N of Valid Cases
5.
95% Confidence Interval Lower 1,238
Upper 11,168
1,062 ,316
3,722 ,904
Kondisi Fisik Saluran Drainase Case Processing Summary Cases N Sarana_Drainase * Kejadian_DIare
Valid Percent 58 100,0%
N
Missing Percent 0 0,0%
N
Total Percent 58 100,0%
Sarana_Drainase * Kejadian_DIare Crosstabulation Kejadian_DIare Kontrol 21
Kasus 13
34
% within Kejadian_DIare Count % within Kejadian_DIare Count
72,4%
44,8%
58,6%
8 27,6%
16 55,2%
24 41,4%
29
29
58
% within Kejadian_DIare
100,0%
100,0%
100,0%
Count Memenuhi syarat Sarana_Drainase Tidak memenuhi syarat Total
Total
Chi-Square Tests Value
Continuity Correction
b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2-sided)
a
1
,033
3,483
1
,062
4,619
1
,032
4,549
Pearson Chi-Square
df
4,471
1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
,061
,030
,034
58
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table
127
Risk Estimate Value
95% Confidence Interval
3,231
Lower 1,081
Upper 9,656
For cohort Kejadian_DIare = Kontrol
1,853
,992
3,460
For cohort Kejadian_DIare = Kasus
,574
,344
,957
Odds Ratio for Sarana_Drainase (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat)
N of Valid Cases
58
128
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Identitas Responden Identitas Responden Kelompok Kasus No. Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
R01 R02 R03 R04 R05 R10 R11 R12 R51 R52 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R55 R56 R33 R34 R35 R41 R42
Nama Kasmudi Kasimah Aminah Sarjinah Sri Mulyani Bagas Abu Khoiri Solikin Sutini Zahra F. Farikin Wiji Widodo Sri Sari Khomsatun Wati Supriyadi Rizki Nugroho Widiarti Nanang Agung Wibisono Imronah Khusnul Fatimah Mualifah Solekhah Ali Emran
JK L P P P P L L L P P L L P P P L L P L L P P P P L
Umur (tahun) 59 38 53 53 56 20 36 36 54 6 41 33 47 45 50 39 11 35 32 11 48 38 50 58 23
Alamat RT / RW Kelurahan 2 / III Mangunharjo 1 / III Mangunharjo 4 / III Mangunharjo 1 / III Mangunharjo 3 / III Mangunharjo 2 / II Mangunharjo 2 / II Mangunharjo 7 / II Mangunharjo 2 / II Mangunharjo 3 / III Mangunharjo 2 / II Mangkang Wetan 2 / II Mangkang Wetan 3 / II Mangkang Wetan 3/I Mangkang Wetan 2/I Mangkang Wetan 1/I Mangkang Wetan 3/I Mangkang Wetan 4 / II Mangkang Wetan 2/I Mangkang Wetan 1/I Mangkang Wetan 1 / IV Mangkang Kulon 3 / IV Mangkang Kulon 1 / IV Mangkang Kulon 2 / II Mangkang Kulon 5 / IV Mangkang Kulon
Pendidikan
Pekerjaan
Kelompok
SMA SMP SD SD SD SMA SMP SMA SD TTSD SD SD SMP SMA SD SMP SD SD SMA TTSD SD TTSD SD SD SMP
Wiraswasta IRT Wiraswasta Karyawan Swasta IRT Karyawan Swasta Buruh Petani IRT Siswa SD Buruh Buruh IRT IRT Wiraswasta Wiraswasta Siswa SMP Petani Karyawan Swasta Siswa SD Buruh Karyawan Swasta IRT IRT Karyawan Swasta
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus
129
No. Kode 26. 27. 28. 29.
R43 R44 R45 R46
Nama Candra Siti Muyasaroh Ghufron Sri Romadonah
JK L P P P
Umur (tahun) 7 18 42 28
RT / RW 1/I 2 / II 4 / II 1 / III
Alamat Kelurahan Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon
Pendidikan
Pekerjaan
Kelompok
TTSD SMA SD SMP
Siswa SD Karyawan Swasta Karyawan Swasta IRT
Kasus Kasus Kasus Kasus
130
Identitas Responden Kelompok Kontrol No. Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
R06 R07 R08 R09 R13 R14 R15 R16 R53 R54 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R32 R57 R58 R36 R37 R38 R39 R40 R47 R48
Nama Muniroh Imron Saiman Larasati Sujono Uswatun Khasanah Siti Kodriyah Anjar Quen Salma Z. Kusdiyanto Isti Suamah Bunga Teja Usmiyati Muasrofin Nur Yanti Mutiah Sutrisno M. Tegar Ardiansyah Arsyad Desti Endah Budi Setiyawati Suprihatin Rokhayati Miskiyah Amanah Sapta Wahyu Tutik Farikhah
JK P L L P L P P P P L P P P P P P P L L P P P P P P L P
Umur (tahun) 42 44 59 48 40 35 34 23 6 47 27 43 52 41 51 34 51 28 8 16 18 38 34 46 45 24 19
RT / RW 2 / III 4 / II 1 / III 3 / III 1 / II 5 / III 9 / III 6 / II 4 / II 6 / II 4 / II 4 / II 4 / II 4 / II 3 / II 3 / II 3 / II 2/V 4 / II 6 / II 1 / IV 4 / IV 4 / IV 4 / IV 1 / IV 2 / III 1 / IV
Alamat Kelurahan Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangunharjo Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Wetan Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon Mangkang Kulon
Pendidikan
Pekerjaan
Kelompok
SMP SMA SD SMP PT PT PT SMA TTSD SD SMA TTSD TTSD SD SD SMA SMP SMA TTSD SD SMP SMA SD SMP SD SMA SMP
Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta IRT PNS PNS PNS Wiraswasta Siswa SD Buruh IRT Wiraswasta IRT Wiraswasta IRT IRT IRT Karyawan Swasta Siswa SD Siswa SMP Siswa SMA IRT IRT IRT Karyawan Swasta Wiraswasta Karyawan Swasta
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
131
No. Kode 28. 29.
R49 R50
Nama Khamalia Rahmawati Yuliani
JK P P
Umur (tahun) 8 27
RT / RW 1 / IV 2 / IV
Alamat Kelurahan Mangkang Kulon Mangkang Kulon
Pendidikan TTSD SMA
Pekerjaan Siswa SD IRT
Kelompok Kontrol Kontrol
132
Lampiran 16. Data Penelitian Kondisi Fisik Sarana Air Bersih
No.
No. Rspndn
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih P1 P2 P3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 3 3 1 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3
Kategori Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
133
No.
No. Rspndn
24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51.
R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih P1 P2 P3 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0
Jumlah 1 3 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 2 3 0 2 1
Kategori Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus
134
No.
No. Rspndn
52. 53. 54. 55. 56. 57. 58.
R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58
Kondisi Fisik Sarana Air Bersih P1 P2 P3 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
Jumlah 2 3 1 3 2 3 2
Kategori Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 1 2 1 1 1 1
Kasus Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kontrol Kontrol
135
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban No. No. Rspndn 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 0 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 0 1 0 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 0 1 1 0 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 0 0 0 0 1 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus
136
No.
No. Rspndn
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 0 0 1 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 1 0 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 1 0 1 0 1 0 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 0 1 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 0 1 1 0 0 0 3 Tidak Memenuhi Syarat 0 1 0 0 1 0 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 0 6 Memenuhi Syarat 0 1 0 1 0 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat 1 1 1 0 1 1 1 6 Memenuhi Syarat 0 0 1 0 1 1 1 4 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 0 0 1 1 0 4 Tidak Memenuhi Syarat 0 1 1 1 0 1 1 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 1 1 1 1 1 1 7 Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kontrol Kontrol
137
No.
No. Rspndn
55. 56. 57. 58.
R55 R56 R57 R58
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Tinja / Jamban Jumlah Kategori P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 1 1 1 1 1 0 1 6 Memenuhi Syarat 0 0 0 1 0 1 1 3 Tidak Memenuhi Syarat 0 1 1 1 1 1 0 5 Tidak Memenuhi Syarat 1 0 1 1 1 1 1 6 Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 2 2 1
Kasus Kasus Kontrol Kontrol
138
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah
No.
No. Rspndn
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah P11 P12 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0
Jumlah 0 1 2 1 1 2 1 1 1 0 2 2 1 2 1 0 2 0 0 2 1 1 1 0 1 1
Kategori Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus
139
No.
No. Rspndn
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah P11 P12 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1
Jumlah 1 0 0 1 2 2 0 2 1 2 1 2 2 2 0 2 0 1 2 1 1 0 1 2 0 1 1 2
Kategori Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kontrol Kontrol
140
No.
No. Rspndn
55. 56. 57. 58.
R55 R56 R57 R58
Kondisi Fisik Sarana Tempat Pembuangan Sampah P11 P12 0 0 0 0 1 0 1 1
Jumlah 0 0 1 2
Kategori Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
2 2 1 1
Kasus Kasus Kontrol Kontrol
141
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
No.
No. Rspndn
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) P13 P14 P15 P16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
Jumlah 4 4 4 4 3 4 0 4 4 2 1 1 3 3 2 3 3 4 4 0 2 2 1 0 2 1
Kategori Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus
142
No.
No. Rspndn
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) P13 P14 P15 P16 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1
Jumlah 4 1 2 1 4 4 4 3 1 4 3 3 4 4 1 1 2 0 3 4 3 4 1 4 0 1 2 4
Kategori Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kontrol Kontrol
143
No.
No. Rspndn
55. 56. 57. 58.
R55 R56 R57 R58
Kondisi Fisik Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) P13 P14 P15 P16 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
Jumlah 2 3 3 4
Kategori Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
2 1 1 1
Kasus Kasus Kontrol Kontrol
144
Kondisi Fisik Saluran Drainase No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
No. Rspndn R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27
Kondisi Fisik Saluran Drainase P17 P18 P19 P20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 4 4 4 2 2 4 2 4 4 0 2 3 2 3 4 3 4 4 4 4 2 2 0 4 2 4 4
Kategori Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kasus
145
No. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56.
No. Rspndn R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56
Kondisi Fisik Saluran Drainase P17 P18 P19 P20 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0
Jumlah 3 2 3 2 2 0 0 0 4 3 3 3 3 0 2 0 1 3 4 4 3 0 3 1 4 4 3 0 3
Kategori Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1
Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kasus Kasus Kontrol Kontrol Kasus Kasus
146
No. 57. 58.
No. Rspndn R57 R58
Kondisi Fisik Saluran Drainase P17 P18 P19 P20 1 1 1 1 0 1 1 0
Jumlah 4 2
Kategori Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat
Kode
Kelompok
1 2
Kontrol Kontrol
147
Lampiran 17. Dokumentasi
Wawancara dengan responden
Wawancara dengan responden
148
Wawancara dengan responden
Sungai Beringin
149
Puskesmas Mangkang
Kondisi Fisik Sarana Jamban
150
Kondisi Fisik Saluran Drainase