Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
PENGARUH KEPUTUSAN IMPLUSE BUYING PADA PT. LOTTE MART CABANG MALL PANAKKUKANG MAKASSAR Syahruddin STIE AMKOP Makassar email:
[email protected] Abstrak Pengaruh bonus harga, bonus paket dan display pembelian toko terhadap keputusan pembelian banyak pada PT. Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah Untuk menganalisis dan menguji pengaruh bonus harga, bonus paket dan display pembelian toko secara simultan terhadap keputusan pembelian besar dan juga untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian paket banyak Pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. Penelitian ini menggunakan penelitian eksplorasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar yang berjumlah 100 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penyebaran kuesioner dan dokumentasi dari data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Kata Kunci : Harga diskon, Bonus paket, dan Display pembelian toko. Abstract The influence of price bonus, bonus packages and display purchase souvenirs of Impulse Buying at PT. Lotte Mart Panakkukang Makassar Mall Branch. The purpose of doing research is to analyze and test the influence of price bonus, bonus packages and display purchase stores simultaneously against a major purchasing decisions and also to know the variables that influence the purchase decision against dominant Pack much at Lotte Mart Panakkukang Makassar Mall Branch. This research uses research exploratory research. The sample in this research are the consumers who shop at Lotte Mart Panakkukang Makassar Mall Branch that add up to 100 people. Data collection techniques used are through the dissemination of the questionnaire and the documentation of the primary data and secondary data. Methods of analysis used was multiple linear regression analysis. Keywords: price discounts, Bonus package, and Display purchase souvenirs. toko ritel tradisional yang merupakan pesaing dari format yang berbeda namun menjual barang yang sama atau biasa disebut persaingan intertype. Pada masa resesi toko tradisional merupakan ancaman yang paling terasa oleh toko ritel moderen.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya jumlah outlet moderen menunjukkan semakin besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia sekaligus juga menunjukkan semakin ketatnya persaingan di industri ini. Pesaing utama ritel moderen adalah 581 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
Fenomena munculnya beragam klasifikasi perusahaan pengecer di Indonesia dalam bentuk toko-toko modern ini berlaku juga di kota Makassar. Hal ini mendorong perusahaan pengecer untuk tetap melakukan penelitian terhadap perilaku pelanggan guna memberi masukan bagi pihak manajemen dalam menyusun pengembangan strategi persaingan yang cukup ketat. Salah satu toko ritel yang bersaing di kota Makassar adalah Lotte Mart. Hypermarket merupakan toko dengan operasi yang relatif besar, biaya yang rendah, margin rendah tetapi dengan volume tinggi, sehingga harga jual produknya relative terjangkau oleh masyarakat. Lotte Mart merupakan salah satu Hypermarket yang ada di kota Makassar, toko ini menjual produk dengan kombinasi produk makanan antara 60-70% dan merchandise lainnya sebesar 30-40 %. Saat ini fungsi ritel modern, bukan hanya sekedar tempat belanja, melainkan juga sebagai tempat rekreasi bagi keluarga. Tentunya keadaan ini membuat para produsen lebih mudah dalam memasarkan produknya dan bagi peritelnya sendiri akan senantiasa berlomba untuk melakukan hal-hal yang lebih kreatif dalam upaya untuk menarik para konsumen yang dianggap potensial. Dalam hal ini tentu saja strategi pemasaran yang digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya kepada konsumen akan berperan sangat penting dan strategi ini pun harus dilakukan terintegrasi dan komprehensif agar sebuah pesan dapat tersampaikan dengan menyeluruh dan konsisten pada targetnya. Dengan menggunakan bauran promosi yang tepat, tujuan tersebut akan tercapai. Bauran promosi terdiri dari periklanan (advertising), hubungan masyarakat (public relations), promosi
penjualan (sales promotion), pemasaran langsung (direct marketing), penjualan personal (personal selling), serta pemasaran interaktif (interactive marketing). Banyaknya media yang dapat digunakan akan semakin meningkatkan persaingan, yang pada akhirnya komunikasi pemasarannya akan lebih ditekankan pada aktivitas promosi penjualan (sales promotion), khususnya promosi yang bersifat dalam toko, (instore promotion), yang dapat lebih merangsang konsumen untuk melakukan pembelian impulsif. Promosi penjualan (sales promotion), merupakan kegiatan yang mengarahkan pada pemberian insentif dari produsen untuk menstimuli pedagang (wholesalers, peritel, atau jaringan distribusi lainnya) dan atau konsumen untuk membeli brand / produk dan meningkatkan penjualan secara agresif. B. Masalah Pokok Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah pokok sebagai berikut : 1. Apakah price discount, bonus pack, dan in-store display secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying Pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar ? 2. Apakah in-store display yang berpengaruh dominan terhadap keputusan impulse buying Pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk menganalisis dan menguji pengaruh price discount, bonus pack, dan in-store display secara simultan terhadap keputusan impulse buying
582 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
Pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. 2. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan impulse buying Pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun pihak lainnya. Dengan adanya penelitian ini, Lotte Mart akan dapat mengetahui bagaimana cara mendorong keputusan pembelian impulsif dan mengetahui kegiatan promosi penjualan mana yang dapat secara signifikan memicu tingkat pembelian dari konsumen sebagai bentuk keputusan pembelian impulsif. 2. Dijadikan bahan untuk menambah pengetahuan maupun perbandingan untuk membuat penelitian selanjutnya dengan topik promosi penjualan. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kerangka Pikir Penjualan eceran atau ritel adalah semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, bukan untuk diperdagangkan lagi (Kotler, 2008). Alma (2012) mengklasifikasikan pedagang eceran menjadi dua bagian besar, yaitu: 1. Eceran Besar a. Specialty Store b. Department Store c. Supermarket
d. Discount House (Hypermarket) e. General Store f. Chain Store 2. Eceran Kecil a. Berpangkalan tetap: kios, depot, dan warung. b. Berpangkalan Tidak Tetap: kaki lima, pasar sore, dan pasar mambo. c. Tidak berpangkalan: pakai alat (roda dorong, pedati, dan alat pikul),dan tanpa alat (tukang catut). Berman dan Evans dalam Foster (2008), mengemukakan bahwa terdapat beberapa karakteristik khusus penjualan eceran yang yang membedakannya dengan tipetipe usaha lain adalah sebagai berikut: 1. Small average sale Ukuran rata-rata dari transaksi penjualan para pedagang eceran masih kecil jika dibandingkan dengan yang dihasilkan para pengusaha manufaktur. 2. Impulse Purchase Kecenderungan konsumen yang melakukan pembelian impulsive (pembelian yang tidak direncanakan) semakin meningkat, maka para retailer (pedagang eceran) harus mengelola display, tata letak toko, etalase, dan sebagainya lebih baik lagi. 3. Popularity of Store Toko eceran tetap populer dan diminati konsumen walaupun sudah banyak diperkenalkan cara berbelanja baru via pos, telepon, internet, atau televisi.
583
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
Gambar 2.1. Karakteristik Khusus Affecting Retailers
Sumber : Berman dan Evans dalam Foster (2008) Berdasarkan ketiga karakteristik khusus ritel tersebut, maka ritel dapat merancang strategi promosi yang tepat untuk menarik perhatian konsumen (gambar 2.1). Menurut Berman & Evans dalam pelanggan, pengusaha manufatur, Foster (2008), fungsi ritel dalam dan pedagang besar. distribusi adalah sebagai berikut: 4. Ritel harus dapat menyediakan 1. Ritel merupakan tahap akhir dalam bantuan yang berguna seperti saluran distribusi yang terdiri dari transportasi, penyimpanan, usaha-usaha dan orang-orang yang periklanan, dan pembayaran lebih terlibat dalam perpindahan fisik dan dahulu untuk barang dagangan bagi penyerahan kepemilikan barang dan para pengusaha manufaktur dan jasa dari produsen ke konsumen. pemasok yang masih kecil. 2. Ritel sebagai perantara antara 5. Melalui ritel, transaksi para pengusaha menufaktur, pedagang pelanggan dilengkapi dengan besar, serta pemasok lain ke pelayanan pelanggan yang lebih baik konsumen akhir. Selengkapnya dapat seperti: pembungkus, pengiriman, dilihat pada Gambar 2.2. dan pemesanan. 3. Fungsi distribusi dari ritel adalah terjalinnya komunikasi dengan Gambar 2.2. A Typical Channel of Distributio
Sumber : Berman dan Evans dalam Foster (2008) 1. Diduga bahwa price discount, bonus B. Hipotesis Berdasarkan masalah pokok pack, dan in-store display secara dalam penelitian ini, maka dapat ditarik simultan berpengaruh positif dan hipotesis sebagai berikut: signifikan terhadap keputusan impulse buying pada Lotte Mart
584 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
Cabang Mall Panakkukang Makassar. 2. Diduga bahwa in-store display yang berpengaruh dominan terhadap keputusan impulse buying pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT.Lotte Shopping Indonesia Cabang Mall Panakkukang yang berlokasi di Jl. Pengayoman Makassar. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena lokasinya yang strategis, gerainya yang besar dan luas, dan senantiasa ramai dikunjungi konsumen, karena letaknya di dalam kompleks Mall Panakkukang. Adapun rencana penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan yaitu dari bulan Nopember 2015 sampai dengan bulan Januari 2016. B. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi atau pengamatan, yaitu penulis mengamati secara langsung kondisi di lapangan mengenai penerapan promosi penjualan di Lotte Mart Panakkukang Makassar. 2. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait dengan penelitian ini. 3. Dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data yang diambil dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi secara lisan maupun tertulis. Atau data yang tidak dapat dihitung atau
tidak berupa angka melainkan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti gambaran umum lokasi penelitian, struktur organisasi, dan data hasil pengisian kuesioner oleh responden dengan skala likert. b. Data Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Sedangkan sumber datanya adalah : a. Data primer, yang diperoleh dari Internal Communication Manager dan divisi bagian marketing Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar, serta dari responden. Responden yang digunakan adalah konsumen yang sedang berkunjung dan berbelanja di Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar pada saat dilakukan penelitian. Konsumen diwawancarai dan diberikan kuesioner untuk dijawab sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya. Penyebaran kuesioner ditujukan untuk mengetahui respon konsumen terhadap Price Discount, Bonus Pack, dan In-store display yang dilakukan Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. b. Data sekunder diperoleh dari hasil laporan tertulis/dokumen perusahaan, hasil penelitianpenelitian terdahulu, dan literaturliteratur terkait dengan judul penelitian yang diperoleh dari buku dan internet. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah gabungan seluruh elemen, yang memiliki serangkaian karakteristik serupa terkait dengan kepentingan masalah penelitian. Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang diteliti. Populasi 585 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. Sedangkan untuk memenuhi persyaratan teknis dalam penarikan sampel, harus ada batasan sampel yang mengatur masuk atau tidaknya suatu kasus menjadi objek penelitian. Untuk itu diperlukan penentuan cakupan dan batasan waktu penelitian. Dalam penelitian ini, cakupan penelitian adalah seluruh konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar yang berusia mulai dari 18 tahun. Usia 18 tahun dipilih dengan alasan karena pada usia tersebut seseorang dinyatakan sebagai pelanggan dewasa yang dapat mengambil keputusan pembelian atau paling tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian.
2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu metode convenience sampling. Convenience sampling adalah penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang dipilih adalah konsumen yang berkunjung dan berbelanja di Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar pada saat penelitian dilakukan. Nonprobability sampling merupakan teknik sampling yang tidak menggunakan pemilihan peluang dan tergantung pada keputusan personal dari peneliti. Jumlah responden yang diambil berdasarkan rumus Slovin, yaitu:
N n = -----------1 + Ne2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Persen kelonggaran karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir, yaitu 10%. Berdasarkan data kunjungan konsumen Lotte Marta Cabang Mall Panakkukang Makassar, diperoleh jumlah rata-rata konsumen yang berbelanja perbulan selama setahun sekitar 188.154 orang. Maka dengan menggunakan rumus Slovin, diperoleh nilai n sebagai berikut “ 188.154 n = -------------------------- = 99,9468 dibulatka ke atas = 100 orang 1 + 188.154 (0,1)2 Berdasarkan perhitungan HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan rumus Slovin dengan nilai A. Analisis Karakteristik Konsumen kesalahan sampel yang dapat ditolerir Lotte Mart Cabang Mall sebesar 10% tersebut menghasilkan Panakkukang Makassar. ukuran sampel sebanyak 100 orang. Profil responden yang ditanyakan pada kuesioner adalah mengenai jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan perbulan, 586 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
perencanaan belanja, dan jenis produk Makassar. Data yang diperoleh akan tambahan yang dibeli tanpa perencanaan disajikan pada tabel berikut : di Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang 1. Jenis Kelamin Tabel 5.1 Karakteristik Jenis Kelamin Konsumen Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%) Pria 42 42 Perempuan 58 58 Jumlah 100 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Hasil analisis karakteristik jenis di dalam berbelanja, apalagi jika melihat kelamin pada tabel 5.2 menunjukkan display potongan harga atau bonusbahwa mayoritas konsumen (responden) bonus yang ditawarkan suatu produk, yaitu sebanyak 58 persen berjenis maka perempuan akan lebih senang kelamin perempuan dan sebanyak 42 berlama-lama untuk berbelanja. persen berjenis kelamin pria. Hal ini Walaupun begitu, tetap saja Lotte Mart dapat dimaklumi karena pada umumnya juga sebaiknya memperhatikan konsumen yang paling suka berbelanja konsumen laki-laki dan merancang adalah perempuan. Perempuan promosi yang menarik sehingga cenderung lebih senang dan emosional diharapkan impulse buying dapat terjadi. 2. Usia Tabel 5.2. Karakteristik Usia Konsumen Usia Frekuensi Persentase(%) 15 - 24 tahun 29 29 25 – 34 tahun 37 37 35-45 tahun 13 13 > 45 tahun 21 21 Jumlah 100 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Hasil analisis untuk karakteristik usia pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar adalah 37 persen berada pada usia 25-34 tahun, 29 persen usia 15-24 tahun, 21 persen usia >45 tahun, dan 13 persen usia 35-45 tahun. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar mayoritas berusia 25-34 tahun. Biasanya konsumen pada usia ini berbelanja bersama keluarga atau anak-anak mereka. Maka pihak Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar dapat merancang promosi-promosi yang tepat
dan cocok untuk konsumen usia 25-34 tahun tersebut dan untuk anak-anak mereka yang dibawa serta dalam berbelanja. Anak-anakn biasanya sering meminta untuk dibelikan mainan, cokelat, atau permen yang menjadi favorit mereka atau yang diletakkan pada tempat yang menarik perhatian. Biasanya ini dijadikan barang barang tambahan yang dibeli tanpa perencanaan sebelumnya oleh orang tua mereka yang umumnya berusia 25-34 tahun. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan impulse buying pada konsumen sehingga dapat meningkatkan penjualan.
587 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
3.
Tingkat Pendidikan Tabel 5.3. Karakteristik Tingkat Pendidikan Konsumen Pendidikan Frekuensi Persentase(%) SD 1 1 SLTP/MTS 10 10 SMA/SMK/MA 30 30 Diploma 15 15 Sarjana 35 35 Pascasarjana 9 9 Jumlah 100 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Hasil analisis untuk karakteristik Tingkat pendidikan konsumen pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar didominasi oleh lulusan sarjana sebesar 35 persen, kemudian sisanya adalah lulusan SMA/SMK/MA sebesar 30 persen, lulusan diploma sebesar 15 persen, lulusan SLTP/MTS sebesar 10 persen, lulusan pasca sarjana sebesar 9 persen, dan lulusan SD sebesar 1 persen.
Mayoritas konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar adalah sarjana harus membuat pihak Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar bukan hanya menyediakan produk yang murah saja, tetapi juga harus lebih meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada konsumen. Tingginya tingkat pendidikan konsumen akan membuat konsumen menjadi selektif dan pintar dalam memilih, membeli, dan mengkonsumsi suatu produk.
4. Pekerjaan Tabel 5.4. Karakteristik Pekerjaan Konsumen Pekerjaan Frekuensi Persentase(%) Mahasiswa/Pelajar 20 20 Swasta 40 40 Wirausaha 9 9 PNS 6 6 Ibu rumah tangga 20 20 Lainnya 5 5 Jumlah 100 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Hasil analisis untuk karakteristik pekerjaan pada tabel 5.4. menunjukkan bahwa jenis pekerjaan konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar adalah swasta sebesar 40 persen. Selain itu terdapat mahasiswa atau pelajar sebesar 20 persen dan ibu rumah tangga yang memiliki jumlah
yang sama yaitu sebesar 20 persen. Sisanya adalah wirausaha sebesar 9 persen, PNS sebesar 6 persen, dan lainnya sebesar 5 persen yaitu pegawai BUMN dan seniman. Berdasarkan analisis tersebut maka jumlah konsumen terbanyak Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar adalah bekerja 588 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
di swasta. Hal tersebut dapat dimanfaatkan Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar untuk lebih meningkatkan promosi pada produk-
produk yang berkaitan dan menunjang pekerjaan mereka seperti pakaian kerja, ikat pinggang, dasi, perlengkapan kantor, dan lain-lain.
5. Pendapatan Perbulan Tabel 5.5. Karakteristik Pendapatan Perbulan Konsumen Pendapatan Perbulan Frekuensi Persentase(%) < Rp. 1.000.0000,26 26 Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 34 34 Rp. 3.000.001 – Rp. 5.000.000 16 16 >Rp. 5.000.000 24 24 Jumlah 100 100 Sumber : Data primer yang telah diolah, 2016 Hasil analisis untuk karakteristik bulan konsumenLotte Mart Cabang Mall tingkat pendapatan per bulan konsumen Panakkukang Makassar adalah Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Rp.1.000.000-Rp.3.000.000. Hasil Makassar seperti yang dijelaskan pada analisis deskriptif tersebut juga tabel 55 adalah Rp.1.000.000menunjukkan bahwa Lotte Mart Cabang Rp.3.000.000 sebesar 34 persen, Mall Panakkukang Makassar memiliki
Rp.5.000.000 sebesar 24 persen, dan masyarakat yaitu bawah, menengah, dan Rp.3.000.001-Rp.5.000.000 sebesar 16 atas. Hal ini dapat dilihat dari hasil persen. Berdasarkan hasil analisis persentase yang cukup merata antara tersebut maka mayoritas pendapatan per kategori pendapatan. 2,70. Dengan demikian nilai F hitung = B. Pengujian Hipotesis (3,972) > F tabel (2,70). Hal ini berarti 1. Uji F ( Pengujian hipotesis secara bahwa hipotesis yang menyatakan simultan) Pengujian pengaruh variabel bahwa secara simultan variabel price bebas secara bersama-sama terhadap discount, bonus pack, dan in-store variabel terikatnya dilakukan dengan display mempunyai pengaruh yang menggunakan uji F. Hasil perhitungan positif dan signifikan terhadap impulse statistik menunjukkan nilai F hitung = buying pada Lotte Mart Cabang Mall 3,972 dengan signifikansi sebesar 0,000 Panakkukang Makassar dapat diterima. < 0,05. Nilai F tabel diperoleh sebesar Jadi hipotesis pertama diterima. menunjukkan nilai t hitung = 1,846 2. Uji t ( Pengujian Hipotesis Secara Parsial) dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 < Untuk menguji keberartian 0,05. Nilai t tabel diperoleh sebesar model regresi untuk masing-masing 1,661 (one tailed). Dengan demikian variabel secara parsial dapat diperoleh diperoleh t hitung (1,846) > t tabel dengan menggunakan uji t. Berikut akan (1,661) yang berarti bahwa secara parsial dijelaskan pengujian masing-masing variabel price discount berpengaruh variabel secara parsial, antara lain : positif dan signifikan terhadap impulse buying pada Lotte Mart Cabang Mall a. Variabel Gaya Price Discount (x1) Hasil pengujian diperoleh nilai t Panakkukang Makassar. hitung untuk variabel price discount 589 1
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
b. Variabel Bonus Pack (x2) Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel bonus pack menunjukkan nilai t hitung = 2,197 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai t tabel diperoleh sebesar 1,661 (one tailed). Dengan demikian diperoleh t hitung (2,197) > t tabel (1,661) yang berarti bahwa secara parsial variabel bonus pack berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. c. Variabel In-Store Display (x3) Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel in-store display menunjukkan nilai t hitung = 2,656 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai t tabel diperoleh nilai t sebesar 1,661 (one tailed). Dengan demikian diperoleh t hitung (2,656) > t tabel (1,661) yang berarti bahwa variabel in-store display berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. Dari hasil uji-t menunjukkan bahwa dari ketiga variabel tersebut (price discount, bonus pack, dan in-store display) maka yang berpengaruh dominan adalah variabel in-store display dimana t hitung (2,656) > t tabel (1,661) dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,005. Dengan demikian hipotesis kedua juga diterima. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perilaku pembelian impulsif (impulse buying) konsumen Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar ditandai dengan adanya pembelian item tambahan berupa makanan dan minuman ringan (cokelat, permen, soft drink), buah
dan sayuran, toiletris, serta produk kebutuhan pokok. Jadi, walaupun konsumen sebagian besar selalu merencanakan pembelian tetapi tetap saja ada produk tambahan yang mereka beli tanpa direncanakan. 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel price discount, bonus pack, dan in-store display secara simultan terhadap impulse buying pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F tabel (3,972 > 2,70) dan nilai P yang lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). 3. Variabel in-store display yang berpengaruh dominan terhadap impulse buying pada Lotte Mart Cabang Mall Panakkukang Makassar. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel (2,656 > 1,661) dan nilai P yang lebih kecil dari α (0,000 < 0,05).
DAFTAR PUSTAKA Belch, G. E. & Belch, M. E. 2007. Advertising and Promotion, an Integrated Marketing Communication Perspective, Mc Graw Hill. New York: Alma, B. 2012. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Ke-enam. Alfabeta Bandung. Engel, B,M, 2005. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Alih bahasa FX Budiyanto. Binapura Aksara, Jakarta. Esch, F.R, 2010. Promotional Efficiency And The Interaction Between Buying Behavior Type And Product Presentation Format (Evidence From An Exploratory Study. Personal
590
Vol. 11 No.2 Jun-Sep 2016 [Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar] ISSN : 1907-3313
Selling and Sales Management Track, p. 1838-1845 Foster, B. 2008. Manajemen Ritel. Alfabeta. Bandung. Grafura, L. 2009. Pendekatan, Teknik, dan Metode Deskriptif. www.lubisgrafura. wordpress.com. [21 Oktober 2015]. Hawkins, et. al. 2008. Consumer Behavior Building Marketing Strategy. McGraw Hill, New York Kotler, P. 2008. Marketing Management 11th Edition. New Jersey : Prentice Hall. Kotler, P, and Amstrong, G. 2008. Principles of Marketing, 10th edition, Prentice Hall Upper Sadle River, New Jersey. Loudon, D. L., & Bitta, B. A. J. 2003. Consumer Behavior 4th Edition. Mc Graw Hill. New York. Malhotra, N. K. 2004. Marketing Research an Applied Orientation 2nd Edition. New Jersey : Pearson Education. Ma’ruf, H. 2006. Pemasaran Ritel. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mowen, C. J, dan l Minor,M, 2008. Perilaku Konsumen. Erlangga, Bandung. Prasetyo, B, dan Jannah,M 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Razzouk, N. Y., Seitz, V., Kumar, V. 2012. The impact of perceived display completeness/incompleteness on shoppers’ in-store selecyion of merchandise: an empirical study. Journal of Retailing and ConsumerServices, 9, 31-35. Rook, D.W. 2007. The Buying Impulse. Journal of Consumer Research, 14 (September): 189-199 Shimp, T. A, 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid 5. Erlangga, Jakarta. Simatupang, D. S. No.08/11/Agustus/2013/. Mari Menggaet Langsung Pembeli. Majalah MARKETING: hlm 3132. Suharyadi dan Purwanto, 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta. Sumarwan, U. 2012. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta. Utami, C.W, 2006. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Ritel Modern. Salemba Empat, Jakarta. Verplanken. B. & Herabadi. A. 2009. Individual Differences in Impulse Buying Tendency Feeling and No Thinking. European Journal of Personality.
591 1