ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT AMANAH FINANCE DI MAKASSAR HELMY SYAMSURI STIE-YPUP Makassar
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah Finance mengalami penurunan selama Tahun 2007-2009. Untuk penganalisaan data dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka metode analisis yang digunakan ini adalah perbandingan rasio keuangan saat ini dengan tahuntahun sebelumnya (time series analysis) atau dengan kata lain membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, oleh karena itu rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Likuiditas dan rasioprofitabilitas. Dengan rata-rata rasio likuiditas yang menunjukkan angka 57,35% dimana kurang dari standar pembiayaan yang ditetapkan oleh sumber yaitu lebih dari 100%, yang berarti aktiva lancar perusahaan masih kurang mampu menjamin atau membayar kewajibankewajiban lancar perusahaan dan rata-rata rasio profitabilitas menunjukkan angka 2,84%, hal ini berarti perusahaan belum mampu menghasilkan profit yang cukup besar bagi perusahaan, dimana profit yang dihasilkan dalam kurung waktu 3 tahun ini hanya sebesar 3,94%. Kata Kunci: Laporan Keuangan, Likuiditas, Profitabilitas PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus memiliki laporan keuangan sebagai pusat informasi untuk menyajikan kemajuan perusahaan secara periodik. Laporan keuangan harus mampu memberikan informasi tentang kinerja perusahaan selama periode tertentu, yang terutama bermanfaat bagi investor dan kreditur untuk penilaian terhadap kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut, pemegang saham memerlukan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk menjamin bahwa modal yang di investasikan dalam perusahaan itu digunakan secara baik dan sesuai dengan tujuannya. Penilaian laporan keuangan perusahaan juga sangat diperlukan oleh stakeholder yang lainnya, misalnya oleh pemerintah, karyawan dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi perusahaan. Pemerintah perlu memahami kinerja operasi suatu perusahaan untuk penetapan kebijakan perpajakan, pembuatan berbagai regulasi, dan pemberian fasilitas yang akan berpengaruh terhadap perekonomian secara makro. Penilaian kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan. Dengan kata lain, penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap eksistensi perusahaan, karena menyangkut distribusi kesejahteraan di antara mereka. Untuk dapat menginterpretasikan laporan keuangan agar diperoleh informasi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat
teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik yang populer diaplikasikan dalam praktik bisnis adalah analisa rasio keuangan. Analisa rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indiktor keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Kebutuhan ini semakin mendorong para pemilik perusahaan untuk selalu memerhatikan kinerja keuangan perusahaan melalui analisis rasio keuangan tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya menggunakan analisis rasio likuiditas, dan profitabilitas. Kelebihan pengukuran dengan metode tersebut adalah kemudahan dalam perhitungannya selama data historis tersedia. Sedangkan kelemahannya adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja perusahaan secara akurat. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran atau estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam distorsi sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak terukur secara tepat dan akurat. Pentingnya analisis rasio likuiditas dan rasio profitabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang berasal dari laporan keuangan sehingga dapat diketahui efisiensi dan efektikitas penggunaan alokasi atau penggunaan pengambilan keputusan operasional, sehingga dapat mengusahakan keuntungan yang maksimal. PT. Amanah Finance merupakan perusahaan pembiayaan yang beroperasional berdasarkan prinsip syariah dan merupakan perusahaan pembiayaan syariah pertama di Idonesia. Aktivitas utama perusahaan adalah pembiayaan kendaraan bermotor dengan prinsip syariah. Inilah yang membedakan dengan perusahaan pembiayaan konvensional lainnya. Sumber dana pembiayaan diperoleh dari kerja sama beberapa perbankan syariah, sehingga dapat menerapkan bunga yang bersaing dengan pembiayaan konvesional. PT. Amanah Finance sebagai salah satu perusahaan pembiayaan di Indonesia, sudah tentu mempunyai laporan keuangan, laporan keuangan merupakan salah satu informasi untuk menganalisa keadaan perusahaan di masa akan datang, laporan keuangan diharapkan dapat memberi informasi tentang keadaan perusahaan dari hasilhasil usaha yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan itu. Informasi akan menjadi komoditi yang sangat penting saat ini, sebab setiap pengambilan keputusan harus didasari pada informasi yang akurat. Berikut merupakan gambaran data keuangan perusahaan periode 2007-2009 yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. PT. Amanah Finance Periode 31 Desember 2007 sampai dengan periode 31 Desember 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) Growth Growth 12/31/2007 12/31/2008 12/31/2009 (2007-2008) (2008-2009) Uraian
Aktiva Kewajiban Modal Laba bersih
160,332 143,141 17,190 1,006
318,505 275,796 42,709 1,367
362,016 301,430 60,586 1,902
98,65% 92,67% 148,45% 35,88%
13,66% 9,29% 41,85% 39,13%
Sumber : Data Diolah Tahun 2010 Dilihat dari data perusahaan PT. Amanah Finance bahwa asset yang dimiliki terus mengalami peningkatan, selama tahun 2009 perusahaan dapat meningkatkan assetnya mencapai 362,016 milyar atau meningkat 13,66% dimana Tahun 2008 asset perusahaan yaitu 318,505. Sedangkan laba bersih dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang menunjukkan pendapatan perusahaan semakin meningkat. Dengan menggunakan rasio keuangan tersebut dari sisi likuiditasnya apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, dan dari sisi profitabilitasnya ingin melihat seberapa besar potensi dari laba bersih yang dihasilkan dari pembiayaan serta ingin melihat potensi keuntungan bagi pemegang saham yang dihasilkan oleh laba bersih. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dirumuskanlah permasalahan yang akan dibahas yaitu: “Apakah tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah Finance mengalami penurunan selama Tahun 2007-2009.” Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah Finance mengalami penurunan selama Tahun 2007-2009. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK edisi revisi Tahun 2007 menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dengan berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Bapepam Nomor: VII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan keuangan dijelaskan bahwa laporan keuangan terdiri dari: Neraca yang menggambarkan posisi keuangan yang menunjukkan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu; Laporan Rugi Laba yang merupakan ringkasan aktivitas perusahaan untuk periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugan yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitasnya; Laporan Perubahan Ekuitas yaitu laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan; Laporan Arus Kas yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dengan diklasifikasikan menurut aktivitas periode, investasi dan pendanaan; Catatan Atas Laporan Keuangan yang memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan Laporan keuangan digunakan oleh perusahaan di dalam menentukan tujuan dari analisis keuangan, memahami konsep dan prinsi-prinsip yang mendasari laporan keuangan, memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang memengaruhi usaha suatu perusahaan. Adapun unsur-unsur dari laporan keuangan, terdiri dari : A. Neraca Pengertian neraca menurut Darsono dan Ashari (2005:6) adalah sebagai berikut; “Neraca adalah “ringkasan informasi dari kelompok aktiva, kewajiban dan modal”. Berdasarkan pengertian tersebut berarti neraca berisikan informasi-informasi mengenai posisi dari saldo aktiva (harta kekayaan yang dimiliki perusahaan), utang (kewajiban perusahaan untuk membayar utang perusahaan dengan utang atau aktiva lain yang dimiliki perusahaan kepada pihak lain pada waktu tertentu di masa yang akan datang).” Dapat diuraikan komponen-komponen dari neraca yang terdiri dari : a) Aktiva (assets) yang pada dasarnya aktiva diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu : Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Aktiva tetap adalah akitiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. b) Hutang atau kewajiban (liabilities) adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang dan kewajiban perusahaan dapat dibedakan dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. c) Modal (equity) adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan salah satu dari beberapa unsur dari laporan keuangan. Menurut Fraser dan Ormaniston (2008:124) Laporan laba rugi adalah : “Suatu alat analistik yang bermanfaat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan tingkat penjualan atau total aktiva yang berbeda, untuk memudahkan analisis internal atau analisis struktur suatu perusahaan, untuk mengevaluasi kecenderungan, dan membandingkan industri”. Adapun menurut Jumingan (2006:4); “laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari barang atau jasa ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu (umumnya satu tahun).” Tujuan Laporan Keuangan Tujuan fungsional pelaporan keuangan (Suwaldiman. 2005:38-39), yaitu :
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Meningkatkan lapangan kerja akuntan, auditor, dan pengajar akuntansi. Membantu perusahaan memasarkan sekuritas kepada investor dan kreditor dalam membentuk saham obligasi. Membantu pihak-pihak luar untuk membantu kinerja manajemen. Memaksimumkan kekayaan pemilik kepada perusahaan. Meminimumkan pajak penghasilan yang memenuhi perusahaan. Membantu pemerintah dalam pengawasan dan pengendalian inflasi. Mengungkap dampak operasi perusahaan terhadap kualitas lingkungan. Membantu manajemen menghindari pengambilalihan perusahaan oleh pihak luar. Mencatat secara sistematis, mengklasifikasi dan melaporkan atas mengenai transaksi-transaksi bisnis perusahaan. Membantu pemerintah dalam pelaksanaan undang-undang anti trush.
Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Maka pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004:503) adalah merupakan kata benda yang artinya ; “Sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan kemampuan kerja.” Sedangkan Stephen P. Robbins (2002) mendefinisikan bahwa “Kinerja merupakan semua tindakan atau perilaku yang dikontrol oleh individu dan memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan dari organisasi.” Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004:36) ada dua metode analisis yang digunakan setiap penganalisaan laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertical. Analisis horizontal adalah analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya, sedangkan metode analisis dinamis yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode saja, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Aspek dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Likuiditas Menurut Harahap (2007:301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid. Untuk menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur. Dalam hal ini alat ukur yang digunakan penulis untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah : a.
Current Ratio (Rasio Lancar) Harahap (2007:301) mengemukakan bahwa rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
b.
Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio kas ini menggambarkan kemampuan kas dan setara kas dalam memenuhi utang atau kewajiban-kewajiban lancar perusahaan.
2. Rentabilitas atau Profitabilitas Rentabilitas atau profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas dari suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Adapun alat ukur yang digunakan penulis dalam menilai tingkat rentabilitas perusahaan yaitu : a. Profit Margin Kasmir (2009:200) menyebutkan bahwa profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. b. Return On Asset (Pengembalian Aktiva) Menurut Sugiono (2009:80-81), Return On Asset (ROA) atau Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada atau rasio yang menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. c. Return On Equity (Pengembalian Equitas) Sugiono (2009:81) mengemukakan bahwa rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. Faktor-faktor tersebut di atas (likuiditas dan profitabilitas) akan dapat diketahui dengan cara melakukan analisis dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisis yang tepat/sesuai dengan tujuan analisis, hal ini menunjukkan bahwa dengan analisis tersebut akan dapat diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasilhasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Hipotesis Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah, “Diduga bahwa tingkat rasio likuiditas dan profitabilitas PT. Amanah Finance Makassar mengalami penurunan selama Tahun 2007-2009.” METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada dalam wilayah Makassar yaitu pada PT. Amanah Finance yang terletak di Jl. Ratulangi No. 8 Wisma Kalla Lantai 3 Makassar, waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah atas dasar pertimbangan faktor kemudahan memperoleh data, faktor biaya dan masalah fasilitas transportasi serta komunikasi dengan pihak internal perusahaan.
Metode Analisis Untuk penganalisaan data dalam menguji kebenaran hipotesis yang diajukan maka metode analisis yang digunakan ini adalah perbandingan rasio keuangan saat ini dengan tahun-tahun sebelumnya (time series analysis) atau dengan kata lain membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, oleh karena itu rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Suad Husnan, (2004:71) adalah ; 1. Rasio Likuiditas Ada dua alat ukur dalam perhitungan tingkat likuiditas perusahaan yaitu : a. Current Ratio (Rasio Lancar) Aktiva Lancar Current Ratio =
------------- (1) Utang Lancar
b. Cash Ratio (rasio kas) Kas dan Setara Kas Cash Ratio =
------------- (2) Utang Lancar
2. Rasio Profitabilitas Adapun rumus rasio profitabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Profit Margin Laba Bersih Profit Margin = ------------- (1) Total Pendapatan b. Return on Total Asset (ROA) Laba Bersih ROA = Total Aktiva c. Return on Equity (ROE) Laba Bersih ROE = Total Equitas
------------- (2)
--------------- (3)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dibutuhkan sebagai alat penelaah atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan PT. Amanah Finance. Analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan perusahaan agar dapat mengurangi ketidakpastian dalam analisis bisnis. Hasil dari analisis yang dilakukan haruslah sudah sesuai dengan system dan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga laporan keuangan dapat dipercaya dengan tingkat akuntabilitas yang tinggi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam menunjang visi dan misi perusahaan.
Berdasarkan data laporan keuangan yang telah tersaji sebelumnya, maka dilakukan beberapa analisis. Adapun rasio yang digunakan dalam analisis ini meliputi rasio likuiditas dan rasio profitabilitas. Berikut rincian perhitungannya ; 1. Rasio Likuiditas a. Current ratio (rasio lancar) Aktiva lancar Current ratio = Hutang lancar Tahun 2007
× 100%
=
151.414.286.258 × 100% ------- (1) 143.072.663.996
=
105,83% atau Rp. 1,06
Dengan nilai current ratio pada tahun 2007 sebesar 105,83%, ini menandakan setiap Rp. 1,06 dari aktiva lancar perusahaan dapat membayar Rp. 1,- hutang lancar (dalam jangka pendek). Dengan menghasilkan current ratio yang tinggi, perusahaan akan mampu dalam membayar hutang lancarnya. Current ratio yang cukup baik, dapat memberikan kepuasan bagi para kreditur. 309.733.402.743 Tahun 2008 = × 100% ------- (1) 275.481.937.891 = 112,43% atau Rp. 1,12 Terjadi peningkatan current ratio yang signifikan di tahun 2008 ini, hal tersebut disebabkan karena terjadi peningkatan kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi hutang lancarnya sebesar 6% dari tahun sebelumnya yang berarti dengan rasio sebesar Rp. 1,12 perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar utang lancarnya yang sebesar Rp. 1,- Walaupun current ratio di tahun 2008 ini masih belum dikisaran normal. Tahun 2009
=
353.089.445.162 301.115.750.616
=
117,26% atau Rp. 1,17
× 100% ------- (1)
Tahun 2009 ini terjadi peningkatan current ratio sebesar 4% yang disebabkan karena terjadinya peningkatan kemampuan aktiva lancar dalam memenuhi hutang lancar. Current ratio dari tahun ke tahun semakin bagus karena persentasenya semakin naik. Dengan nilai current ratio sebesar 117,26%, atau sebesar Rp. 1,17 perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar hutang lancarnya sebesar Rp. 1,-. Jadi rata-rata current ratio selama 3 tahun adalah sebagai berikut : 105,83% 112,43% 117,26% Rata - rata = 3 =
111,84%
Current ratio untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2 atau dengan persentase 200%. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar. Tetapi, dengan meningkatnya persentase current ratio tiap tahunnya berarti terjadi peningkatan kemampuan aktiva lancar dalam menjamin hutang lancar perusahaan. Walapun current ratio sudah dikisaran normal, tetapi disini perlu diperhatikan perputaran piutangnya, karena setiap tahunnya memang aktiva lancar sudah meningkat tetapi piutang perusahaan juga semakin meningkat, sehingga nilai kas menjadi rendah, yang berarti perusahaan perlu mengupayakan piutang agar segera dapat ditagih. b. Cash ratio (rasio kas) Kas dan setara kas Cash ratio
=
× 100% Hutang lancar
Tahun 2007
= =
6.564.910.177 × 100% ------- (2) 143.072.663.996 4,59% atau Rp. 0,05
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancarnya. Cash ratio pada tahun 2007 yaitu sebesar 4,59%, yang berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin sebesar Rp. 0,05 kas, tetapi sama halnya dengan current ratio, perputaran piutang di tahun ini sangat besar, sehingga nilai kas yang ada di perusahaan tidak terlalu besar jumlahnya, hal ini dapat menjadi kendala perusahaan untuk membayar hutang lancarnya. 8.035.757.393 Tahun 2008 = × 100% ------- (2) 275.481.937.891 =
2,92% atau Rp. 0,03
Terjadi penurunan cash ratio di tahun 2008, yang disebabkan karena peningkatan jumlah kewajiban lancar yang tinggi tidak mengimbangi peningkatan kas perusahaan. Dengan nilai cash ratio sebesar 2,92%, berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin sebesar Rp. 0,03 kas.
3.234.715.298 × 100% ------- (2) 301.115.750.616 = 1,07% atau Rp. 0,01 Di Tahun 2009 ini terjadi penurunan dikarenakan kewajiban lancar semakin tinggi dan terjadi penurunan terhadap kas. Dengan nilai cash ratio sebesar 1,07%, menandakan kas sebesar Rp. 0,01 dapat membayar hutang lancar perusahaan sebesar Rp. 1,Tahun 2009
=
Jadi rata-rata cash ratio selama 3 tahun adalah sebagai berikut : 4,59% 2,92% 1,07% Rata - rata = 3 = 2,86%
Jadi rata-rata cash ratio selama 3 tahun yaitu dari tahun buku 2007 hingga tahun buku 2009 sebesar 2,86%, menggambarkan kurang atau rendahnya kemampuan kas dan setara kas dalam memenuhi hutang atau kewajibankewajiban lancar perusahaan. Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui rasio likuiditas perusahaan, sebagai berikut : 111,84% 2,86% Rata-rata Likuiditas = 2 = 57,35% Hal tersebut di atas menggambarkan bahwa kemampuan likuiditas perusahaan masih kurang dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, Sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan dalam penagihan piutang perusahaan agar kas perusahaan dapat lebih efektif di dalam menjamin dan membayar hutang lancar perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
Rasio-rasio Current Ratio Cash Ratio
Tabel 1 PT. Amanah Finance Rasio Likuiditas Periode 2007 – 2009 (Dalam Persentase) Tahun 2007 Rahun 2008 Tahun 2009
Rata-rata dalam 3 tahun
105.83
112.43
117.26
111.84
4.59
2.92
1.07
2.86
Sumber : Data Diolah Tahun 2010
2. Rasio Profitabilitas Ada tiga macam rasio dalam rasio profitabilitas ini, yaitu : a. Profit margin Laba Bersih Profit margin = × 100% Total Pendapatan
1.006.349.274 × 100% ------- (1) 15.357.165.712 = 6,55% atau Rp. 0,07 Setiap Rp. 1,- pendapatan yang dihasilkan di Tahun 2007 ini menghasilkan Rp. 0,07 laba bersih. Profit margin pada tahun ini sangat rendah disebabkan pendapatan yang rendah tetapi dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan biaya yang lebih besar dari pendapatan. Tahun 2007
=
Tahun 2008
=
1.367.393.257 50.109.369.519
× 100% ------- (1)
= 2.73% atau Rp. 0,03
Terjadi penurunan profit margin pada Tahun 2008 sebesar 4% yang berarti setiap Rp. 1,- pendapatan menghasilkan laba bersih Rp. 0,03. Sama halnya di tahun 2008 ini, biaya yang dibutuhkan perusahaan juga masih lebih tinggi dibanding dengan pendapatan perusahaan. Tahun 2009
1.902.402.163 × 100% ------- (1) 74.607.852.851 = 2.55% atau Rp. 0,03 =
Setiap Rp. 1,- dari pendapatan hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,03 pada Tahun 2009. Jadi rata-rata rasio profit margin selama 3 tahun adalah sebagai berikut : 6,5% 2,73% 2,55% Rata-rata = 3 = 3,92% Dengan terjadinya penurunan Profit margin dari Tahun 2007 hingga Tahun 2009, berarti pendapatan hanya bisa menghasilkan laba bersih yang kecil. Profit margin yang rendah seperti perhitungan 3 tahun di atas terus mengalami penurunan yang sangat signifikan dikarenakan peningkatan biaya yang terus bertambah setiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan omzet penjualan mengakibatkan beban penjualan perusahaan juga semakin besar sehingga dapat meningkatkan hutang bank yang semakin besar. b. Return on Total Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset/aktiva yang tertentu. Perhitungan ROA ini dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran aktiva. Berikut perhitungannya ; Laba Bersih ROA = × 100% Total Pendapatan
1.006.349.274 × 100% -------- (2) 160.331.838.151 = 0,63% atau Rp. 0,006 Bahwa setiap Rp. 1,- dari aktiva perusahaan dapat menghasilkan laba bersihnya sebesar Rp. 0,006 pada Tahun 2007. Tahun 2007
=
Tahun 2008
=
1.367.393.257 318.505.146.197
× 100% ------- (2)
= 0,43% atau Rp. 0,004 Terjadi penurunan ROA pada Tahun 2008 ini, disebabkan karena kurangnya produktivitas aktiva menghasilkan laba bersih. Walaupun nilai persentasenya menurun atau lebih kecil dari tahun sebelumnya, tetapi hal ini dapat
menunjukkan perusahaan sudah cukup aktif dalam penjualannya, hal ini dapat dilihat dari nilai aktiva lancar perusahaan yang mengalami kenaikan. Berarti dalam setiap Rp. 1,- dari aktiva perusahaan dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,004.
1.902.402.163 × 100% -------- (2) 362.016.361.085 = 0,53% atau Rp 0,005 Jadi peningkatan ROA sebesar 0,01% dari tahun sebelumnya, disebabkan karena meningkatnya produktivitas aktiva dalam menghasilkan laba bersih, yang berarti dalam setiap Rp. 1,- aktiva perusahaan dapat menghasilkan laba sebesar Rp. 0,005. Tahun 2009
=
Jadi rata-rata ROA selama 3 tahun adalah sebagai berikut : 0,63% 0,43% 0,53% Rata-rata = 3 = 0,53% Dengan persentase rata-rata rasio dari Tahun 2007 hingga 2009 yaitu sebesar 0,53% hal tersebut menggambarkan kurang meningkatnya produktivitas atau perputaran aktiva perusahaan yang mengakibatkan rendahnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Terjadi penurunan persentase pada Tahun 2008 disebabkan karena adanya pengeluaran yang begitu besar yaitu pembelian asset yang besar sehingga persentase ROA mengalami penurunan yang begitu signifikan, tetapi pada Tahun 2009 perusahaan sudah bisa perlahan mengembalikan keadaan ROA menjadi seperti pada tahun sebelumnya. c. Return on Equity (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Return on Equity (ROE) merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Laba Bersih ROE
=
× 100% Total Equitas
Tahun 2007
= =
1.006.349.274 × 100% -------- (3) 17.190.492.161 5,85% atau Rp. 0,06
Berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari modal yang dimiliki oleh perusahaan dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,06 pada Tahun 2007. Tahun 2008
1.367.393.257 × 100% -------- (3) 42.708.879.217 = 3,20% atau Rp. 0,03 =
Terjadi penurunan ROE pada Tahun 2008, hal ini disebabkan karena kurang efektinya penggunaan modal perusahaan sehingga terjadi penurunan terhadap
laba bersih yang dihasilkan. Sehingga pada Tahun 2008 setiap Rp. 1,- modal perusahaan dapat menghasilkan Rp. 0,03 laba bersih.
1.902.402.163 × 100% -------- (3) 60.586.281.381 = 3,14% atau Rp. 0,03
Tahun 2009
=
Ini berarti bahwa dalam setiap Rp. 1,- dari modal perusahaan dapat menghasilan laba bersih sebesar Rp. 0,03 pada Tahun 2009. Jadi rata-rata ROE selama 3 tahun adalah sebagai berikut :
5,85% 3,2% 3,14% 3 = 4,06%
Rata-rata
=
Dengan persentase rata-rata ROE selama 3 tahun ini menggambarkan kurang efektifnya modal saham terhadap operasional perusahaan sehingga mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui rasio profitabilitas perusahaan, sebagai berikut: 3,94% 0,53% 4,06% Rata-rata Profitabilitas = 3 = 2,85% Dengan nilai rata-rata profitabilitas selama 3 periode yaitu sejak Tahun 2007 hingga 2009 yaitu sebesar 2,85%, berarti pada tingkat pendapatan, kepemilikan aktiva, dan kepemilikan modal saham tertentu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitability) belum terlalu bagus dan jauh dari standar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut : Tabel 2 PT. Amanah Finance Rasio Profibilitas Periode 2007–2009 (Dalam Persentase) Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Rasio Profit Margin
6.55
2.73
2.55
Rata-rata dalam 3 tahun 3.94
ROA
0.63
0.43
0.53
0.53
ROE
5.85
3.20
3.14
4,06
Sumber : Data Diolah Tahun 2010 Tabel 3 PT. AMANAH FINANCE RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERIODE 2007-2009 (Dalam Persentase) Rasio
Rata-rata
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Likuiditas Current ratio Cash Ratio Profitabilitas Profit Margin Return on Total Asset Return on Equity
57,35% 111,84% 2,86% 2,85% 3,94% 0,53% 4,06%
105,83% 4,59%
112,43% 2,92%
117,26% 1,07%
6,55% 0,63% 5,85%
2,73% 0,43% 3,20%
2,55% 0,53% 3,14%
Sumber : Data Diolah Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat rasio likuiditas pada PT. Amanah Finance menunjukkan angka 57,35% yang berarti kemampuan likuiditas perusahaan masih dikategorikan cukup bagus dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, hal tersebut karena kurang lancarnya piutang yang menyebabkan turunnya nilai aktiva dan asset perusahaan. Rasio profitabilitas perusahaan menunjukkan angka 2,85%, dimana rasio profibilitas perusahaan ini dikategorikan kurang bagus karena standar yang diinginkan yaitu >10%, karena terjadi penurunan persentase yang sangat drastis pada Tahun 2008 disebabkan besarnya pembelian asset yang mempengaruhi ROA.
Rasio
Tabel 4 Biro Riset Info Bank Standar Pembiayaan (Dalam Persentase) Nilai
Predikat
81 s/d 100
Sangat bagus
66 s/d <81
Bagus
51 s/d <66
Cukup bagus
0 s/d <51
Tidak bagus
7 s/d 10
Sangat bagus
4 s/d <7
Bagus
2 s/d <4
Cukup bagus
0 s/d <2
Tidak Bagus
Rasio Likuiditas
Rasio Profitabilitas
Sumber : Biro Riset Info Bank Beberapa penjelasan sebelumnya, dapat dilihat pada neraca perusahaan hanya mengklasifikasikan satu jenis kelompok piutang yaitu piutang pembiayaan bersih dimana biasanya menurut teori piutang itu terdiri atas dua, yaitu piutang jangka pendek atau piutang lancar dan piutang jangka panjang, hal ini disebabkan karena sebelumnya kepada nasabah untuk melakukan pelunasan dipercepat dalam jangka waktu 3 tahun sehingga tidak mengklasifikasikan piutang jangka panjang.
Segala ketentuan mengenai pelunasan dipercepat itu telah tercakup dalam akad murabahah. Akad musyawarah dan mufakat atas pengadaan barang yang dilakukan oleh PT. Amanah Finance kemudian dijual kepada nasabah dimana harga jual tersebut terdiri dari harga pokok plus margin yang telah disepakati sebelumnya. Kinerja Keuangan PT. Amanah Finance Berikut tabel kinerja keuangan pada PT. Amanah Finance periode 31 Desember 2007 sampai dengan periode 31 Desemer 2009 : Tabel 5. Kinerja Keuangan PT. Amanah Finance PT. Amanah Finance Kinerja Keuangan Periode 31 Desember 2007 sampai dengan periode 31 Desember 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) Growth Growth Uraian 12/31/2007 12/31/2008 12/31/2009 (2007-2008) (2008-2009) Aktiva Pembiayaan Kewajiban Modal Laba bersih
160,332 135,479 143,141 17,190 1,006
318,505 284,011 275,796 42,709 1,367
362,016 320,552 301,430 60,586 1,902
98,65% 109,63% 92,67% 148,45% 35,88%
Sumber : Data Diolah Tahun 2010
Pada Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa selama Tahun 2009, perusahaan ini dapat meningkatkan asetnya sebesar 13,66% menjadi Rp362.016.361.085, dimana ditahun 2008 aset perusahaan sebesar Rp318.505.146.197 yang naik 98,65% dari Tahun 2007. Modal perusahaan juga telah mencapai Rp. 60.586.281.318 atau meningkat sebesar 148,45% dari Tahun 2008. Perusahaan ini juga berhasil membukukan laba bersih di Tahun 2009 sebesar Rp. 1.902.402.163 yang naik 39,13% dibandingkan dengan Tahun 2008 yang sebesar Rp. 1.367.393.257. Laba bersih digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui kinerja perusahaan. Dengan laba bersih yang didapatkan PT. Amanah Finance ini meningkat tiap tahunnya, menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat tiap tahunnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas dan profitabilitas perusahaan selama Tahun 2007 hingga Tahun 2009 yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa ; a.
Tingkat likuiditas perusahaan yaitu Current Ratio naik dari sebesar 105,83% pada Tahun 2007 menjadi 117,26% pada Tahun 2009. Sedangkan Cash Ratio mengalami penurunan dari sebesar 4,59% pada Tahun 2007 menjadi 1,07% di Tahun 2009. Dengan rata-rata rasio likuiditas yang menunjukkan angka 57,35% dimana kurang dari standar pembiayaan yang ditetapkan oleh sumber yaitu lebih dari 100%, yang berarti aktiva lancar perusahaan masih kurang mampu menjamin atau membayar kewajiban-kewajiban lancar perusahaan.
13,66% 12,86% 9,29% 41,85% 39,13%
b.
Rasio profitabilitas perusahaan yaitu Profit Margin turun dari sebesar 6,55% pada Tahun 2007 menjadi 2,55% pada Tahun 2009 dan Return on Total Asset turun (ROA) turun dari sebesar 0,63% pada Tahun 2007 menjadi 0,53% di Tahun 2009. Sedangkan Return on Equity (ROE) juga mengalami penurunan dari Tahun 2007 sebesar 5,85% menjadi 3,14% di Tahun 2009. Rata-rata rasio profitabilitas menunjukkan angka 2,84%, hal ini berarti perusahaan belum mampu menghasilkan profit yang cukup besar bagi perusahaan, dimana profit yang dihasilkan dalam kurung waktu 3 tahun ini hanya sebesar 3,94%. DAFTAR PUSTAKA
Darsono & Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Andi Offet. Yogyakarta. Fraser, M. Lyn & Ormaniston, Aileen. 2008. Memahami Laporan Keuangan. Edisi Ketujuh PT. Macanan Jaya Cemerlang. New Jersey. Hanafi, M. Mamduh & Halim Abdul. 2000. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. AMP-YKPN Yogyakarta. Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Husnan, Suad. 2004. Dasar-Dasar Laporan Keuangan. Edisi Keempat. AMP-YKPN Yogyakarta. Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta. Keown J. Arthur. 2008. Prinsip Dan Penerapan Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jilid 1. PT. Macanan Jaya Cemerlang. Munawir. S. 2004. Anaisis Laporan Keuangan. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. PSAK I. 2007. Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (SAK-IAI), edisi revisi, Penerbit salemba empat, Jakarta. Rahardji. Budi. 2005. Laporan Keuangan Perusahaan. Gadjah Mada Universitas Press Yogyakarta. Robbins P. Stephen. 2002. Prinsip – Prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta. Suwaldiman, 2005, Tujuan Pelaporan Keuangan, Konsep, Perbandingan dan Rekayasa Sosial. Ekonomis Kampus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. Umar, Husee. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja grafindo Persada Jakarta.