PENGARUH DESAIN PRODUK DAN HARGA JUAL TERHADAP PENJUALAN RUMAH PADA PT ABL JAYA MAKASSAR NURHANI STIE-YPUP Makassar
ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain produk dan harga jual terhadap peningkatan volume penjualan rumah, serta untuk mengetahui persentase perubahan desain produk dan harga jual dapat menghasilkan penjualan yang maksimal. Mula-mula diadakan analisis secara kualitatif deskriptif, yaitu dengan menganalisis data kualitatif yang telah diperoleh melalui wawancara, kuesioner, dan dokumentasi dari konsumen atau user PT ABL Jaya Makassar, kemudian dilakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda dengan bantuan komputer aplikasi SPSS 15.0, yang digunakan untuk mengetahui arah pengaruh variabel desain dan harga jual rumah sederhana terhadap peningkatan penjualan. Hasilnya ialah faktor desain produk dan harga jual secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih rumah sederhana pada PT ABL Jaya Makassar. Sedangkan keeratan hubungan terlihat dari hasil analisis korelasi yang memperlihatkan bahwa terdapat hubungan erat atau korelasi yang cukup erat antara desain produk, dan harga jual. Hal ini terlihat dari besarnya koefisien korelasi, yaitu untuk harga adalah sebesar 0,580 sedangkan untuk desain produk adalah sebesar 0,434. Hubungan yang terbalik (berkorelasi negatif) antara harga jual dengan penjualan menunjukkan bahwa jika harga jual rumah pada PT ABL Jaya Makassar dinaikkan maka penjualan rumah cenderung akan menurun tetapi untuk desain produk hubungannya adalah positif. Kata kunci: Desain produk, harga jual, volume penjualan. PENDAHULUAN Perusahaan sebagai suatu lembaga perekonomian dituntut untuk senantiasa berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan. Melalui aktivitas ekonomi maka perusahaan dapat memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam, baik kebutuhan akan pelayanan jasa maupun kebutuhan akan produk/barang. Bagi perusahaan yang menghasilkan produk, harus benar-benar memberikan perhatian terhadap produksi yang dihasilkan karena produk tersebut memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya perusahaan mengarahkan tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dan menjalankan operasi perusahaan secara kontinyu. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus mengungguli perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi perusahaan yang ada.
Strategi perusahaan adalah salah satu dari beberapa kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat penting sebab merupakan penunjang terhadap kegiatan perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal melalui penjualan yang optimal. Melihat kenyataan tersebut, tentunya permintaan akan rumah semakin meningkat sehingga akan menjadi pemicu munculnya perusahaan asing yang memproduksi barang yang sejenis, yang pada gilirannya menciptakan persaingan dalam merebut pangsa pasar. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, maka perusahaan harus mengikuti perkembangan dan perubahanperubahan yang terjadi pada pola dan selera konsumen karena sebagaimana diketahui bahwa perilaku dan selera konsumen itu terus berubah-ubah sehingga perusahaan harus mampu menciptakan produk yang tetap bisa digemari konsumen. Salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT ABL Jaya yang membangun perumahan di wilayah Kota Makassar, dengan melakukan desain rumah dan harga jual rumah yang bersaing yang dihasilkan, sebagai upaya untuk meningkatkan volume penjualannya. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat keberagaman produk di pasar melimpah, baik corak, desain. Atau lainnya, sehingga konsumen memiliki peluang mencari alternatif yang sesuai dengan selera dan minat mereka. Sama halnya dalam rumah, dewasa ini telah beragam desain, corak dan pilihan lokasi yang dianggap strategi bagi konsumen sesuai dengan perkembangan pasar. Dengan demikian, dalam keputusan pembelian rumah oleh konsumen, tentunya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, apalagi produk seperti rumah yang sifatnya yang kegunaannya berjangka panjang. Karena itu, jika perusahaan ingin meningkatkan volume penjualannya, maka mau tidak mau harus memperhatikan selera, minat konsumen sesuai yang diharapkannya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada PT ABL Jaya wilayah Kota Makassar, dengan judul: “Pengaruh Desain Produk dan Harga Jual terhadap Peningkatan Penjualan Rumah PT ABL Jaya Makassar”. PERMASALAHAN Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Berapa besar pengaruh desain produk dan harga jual terhadap peningkatan volume penjualan rumah pada PT ABL Jaya Makassar?. METODOLOGI Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah penghuni rumah sederhana di Makassar yang dibangun oleh PT ABL Jaya, sedangkan sampel diambil dengan menggunakan metodepurposive sampling, yaitu dengan menentukan jumlah sampel melalui data series yakni jumlah penjualan rumah selama 5 tahun dengan sampel 100 orang konsumen responden (20 orang tiap periode). Metode analisis yang dipakai adalah pendekatan analisis regresi berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh desain produk rumah dan harga jual terhadap penjualan rumah. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e, di mana : Y adalah volume penjualan rumah, X1adalahdesain produk, X2adalah harga jual rumah, b0adalah koefisien regresi yang nilainya tetap (konstanta), b1, b2adalah koefisien regresi yang akan dicari nilainya, dan eadalah faktor kesalahan. Sedangkan untuk menguji keeratan hubungan antara desain produk dan harga jual terhadap peningkatan penjualan rumah PT ABL Jaya Makassar digunakan analisis korelasi dengan formula yang digunakan adalah sesuai Sudjana (2001: 434): r=
n( xy ) ( x )( y) n( x ) ( x ) 2 n( y 2 ) ( y) 2 2
Di mana : r = Koefisien korelasi, y = Variabel terikat, x = Variabel bebas dan n = Jumlah responden. Seluruh proses pengolahan data dalam penelitian ini, karena pertimbangan praktis maka penulis menggunakan oleh data komputer aplikasi SPSS for Window’s Versi 15.0. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pemasaran yang berorientasi Konsumen Perusahaan yang berorientasi pada konsumen harus menentukan secara cermat apa yang terjadi menjadi kebutuhan konsumen dari sudut pandang konsumen, bukan dari sudut pandang produsen, karena tujuannya bagaimanapun juga adalah menciptakan penjualan melalui kepuasan konsumen. Pentingnya kepuasan konsumen diperhatikan karena pada dasarnya pembeli adalah pelanggan baru dan pembeli ulang. Dan lebih sukar menarik pelanggan yang baru daripada mempertahankan pelanggan lama. Sehingga mempertahankan pelanggan lama lebih penting daripada memikat pelanggan baru dan kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan dari pelanggan adalah kepuasan itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa konsumen memberikan pengarahan kegiatan produksi perusahaan. Dan perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen harus: a. Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan dilayani. b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan. c. Menentukan produk dan program pemasaran. d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sifat serta perilaku mereka. e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik apakah menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik. Konsep Desain Produk Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan atau dipasarkan oleh produsen. Produsen dapat berupa barang berwujud dan barang tak berwujud seperti. Baik barang berwujud dan tak berwujud dipasarkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Apa yang dibeli oleh konsumen ketika membeli suatu produk adalah tidak semata-mata produk tersebut, tetapi juga
membeli kepuasan pribadi yang diperoleh dari penggunaan produk tersebut. Menurut Vernon Musselman dan John Jackson (1992 : 318) dalam bukunya Pengantar Ekonomi Perusahaan mendefinisikan produk sebagai berikut :“Produk adalah suatu kombinasi dari atribut-atribut yang menimbulkan daya tarik kepada pelanggan yaitu corak, mode, desain, kegunaan, pengemasan, warna, ukuran dan prestise.” Adapun menurut Philip Kotler (1978 : 432), memberikan batasan produk sebagai berikut ; “Produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Ia meliputi benda fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan.” Jadi jelaslah bahwa produk merupakan suatu yang dipandang sebagai cara untuk memuaskan konsumen sebagai pembeli dan merupakan suatu dasar dari suatu kegiatan di dalam perusahaan. Sebab dengan produk maka konsumen dapat mengenali perusahaan yang memproduksi barang tersebut. Oleh sebab itu pengambilan keputusan tentang produk, produsen harus diteliti dalam menawarkan suatu produk supaya kebutuhan dan keinginan konsumen dapat terpenuhi. Salah satu unsur dari pemasaran adalah produk yang pada suatu saat dalam daur hidupnya akan mengalami kemunduran dalam penjualannya, yang disebabkan oleh karena timbulnya saingan-saingan yang potensial, maupun karena kemajuan teknologi sehingga suatu produk tidak lagi disukai oleh konsumen, yang menyebabkan bergesernya pola konsumsi pada produk lain yang menawarkan manfaat yang lebih unggul dari produk yang lama. Untuk menghadapi kejadian seperti itu, strategi yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan desain pada produknya yang disesuaikan dengan selera konsumen yang baru. Adapun yang dimaksud dengan melakukan desain pada produknya yang disesuaikan dengan selera konsumen yang baru. Adapun yang dimaksud dengan desain produk menurut N. Sutjiono (1977 : 643) adalah sebagai berikut ; “Desain produk adalah aktivitas untuk memperbaiki produk yang telah dihasilkan atau untuk menambah banyaknya ragam dari produk yang dihasilkan.” Definisi tersebut mengandung pengertian desain produk sebagai usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk memperbaiki produk yang ada atau untuk menambah banyaknya ragam dari produk yang dihasilkan dan dipasarkan. Sementara Philip Kotler (1900 : 27), memberikan batasan desain produk sebagai berikut ; “Product development consist of the company’s seeking in creased sales by developing improved for its present market.”Desain produk terdiri dari usaha-usaha pengusahaan untuk meningkatkan penjualan dengan mengembangkan produk yang lebih baik untuk pasar yang ada. Kemudian untuk modifikasi produk, Philip Kotler (1990 : 237) mendefinisikannya sebagai berikut ; “Calculated change in the product characteristics that will attract new users and or more usage by current users.”
Perubahan yang dipertimbangkan dari ciri-ciri yang akan menarik pelanggan baru dan atau tambahan manfaat oleh pelanggan lama, Kotler memberikan 3 (tiga) jenis bentuk perbaikan yaitu : 1.
Quality Improvement Strategi perbaikan kualitas ini bertujuan untuk meningkatkan mutu produk dengan cara menggunakan bahan baku dan penanganan dengan teknik yang lebih baik. Strategi perbaikan kualitas ini dapat berhasil apabila dilaksanakan pada produk-produk yang mempunyai perbedaan variasi mutu dan setelah dilaksanakan perbaikan, hal ini dapat terlihat dengan jelas bahwa ada perubahan mutu pada produk tersebut. Karena sebagian besar dari konsumen akan tergerak oleh pertimbangan kualitas dalam melakukan pembelian sehingga program pemasaran dapat tercapai.
2.
Feature Improvement Strategi ini dilakukan untuk memperbaiki kegunaan atau manfaat, termasuk mendesain ulang suatu produk sehingga produk itu lebih aman dalam pemakaian, lebih efisien, dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada pemakai. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan strategi ini antara lain adalah : a. Meningkatkan citra yang baik bagi perusahaan karena mungkin dianggap perusahaan yang maju. b. Meningkatkan fleksibilitas dalam persaingan, karena dapat diadaptasikan atau ditingkatkan dengan cepat. c. Perusahaan akan lebih mudah dikenal. d. Meningkatkan gairah bagi para distributor dan tenaga penjual.
3.
Style Improvement Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai estetika dari suatu produk agar terlihat lebih menarik, walaupun tidak selalu berhasil, karena seringkali konsumen tidak menyukai style yang dikembangkan. Untuk sekedar menekan kemungkinan terjadinya kegagalan karena tidak disukainya perubahan pada produk itu dapat dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : a. Modifikasi produk dilakukan sedikit demi sedikit. b. Dalam memasarkan produk baru, produk lama dalam batasan-batasan tertentu harus juga dipasarkan. c. Perubahan berani mengeluarkan investasi yang cukup besar untuk mengadakan riset pasar.
Perlu diketahui bahwa disamping perusahaan mengadakan perbaikanperbaikan pada desain produknya, sekaligus harus mengupayakan peningkatan pada mutu produk serta memperhatikan kebijaksanaan harga produk tersebut. Karena mutu dan harga juga akan menentukan permintaan pihak konsumen, volume penjualan dan laba. Untuk itu harus diadakan perencanaan yang sebaikbaiknya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Faktor-faktor yang mendorong pelaksanaan desain produk antara lain adalah persaingan, pemanfaatan perkembangan teknologi baru, perubahan atau
pergeseran pola konsumsi konsumen. Persaingan dapat memperlemah posisi produk di pasar dan dengan adanya desain produk diharapkan produk akan memperoleh posisinya kembali, atau malah akan lebih baik lagi. Bagi perusahaan yang melaksanakan orientasi pasar, mengikuti perkembangan teknologi baru akan lebih besar mudah melakukan penyempurnaan produknya, sehingga konsumen akan lebih tergerak/tertarik untuk membeli produk-produknya. Sementara dalam hal produk mengalami kekunoan, sehingga tidak disukai lagi oleh konsumen, maka desain produk diharapkan akan menyebabkan terjadinya recycle dari produk sehingga akan memperpanjang umur produk yang bersangkutan. Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa desain produk merupakan suatu usaha untuk menanggulangi kemerosotan volume penjualan suatu produk yang mengalami tekanan karena persaingan atau kekunoan, pemanfaatan perkembangan teknologi baru atau karena terjadinya pergeseran pola konsumsi konsumen. Pelaksanaan desain produk dapat dilakukan dengan mengadakan modifikasi produk yang telah ada, atau menambah ragam produk. Pengertian lain dari desain produk adalah salah satu tahap penjelmaan suatu produk baru. Harga (Price) Untuk mengetahui pengertian harga itu sendiri, maka penulis mengutip definisi yang dikemukakan oleh Swastha dan Irawan(1983 : 241) sebagai berikut : Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dari definisi di atas, kita dapat mengetahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli atas suatu barang itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Pada prinsipnya, produsen menetapkan tingkat harga atas suatu produknya dengan beberapa tujuan antara lain : a. Meningkatkan penjualan b. Mempertahankan dan memperbaiki market share c. Stabilitas harga d. Mencapai laba maksimum Penetapan harga pasar di mana terdapat persaingan yang tidak sehat, hal ini tidak selalu sulit sebab semua perusahaan menyesuaikan dan menawarkan barangnya sesuai dengan harga yang berlaku dan tidak ada produsen yang dapat mempengaruhi harga. Seorang manajer manajemen pemasaran, hendaknya dapat memahami faktor yang dapat mempengaruhi tingkat harga suatu produk yang dihasilkan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah : (1) Keadaan perekonomian, (2) Penawaran dan permintaan, (3) Elastisitas permintaan, (4) Persaingan, (5) Biaya, (6) Tujuan perusahaan, (7) Pengawasan pemerintah. Sedangkan prosedur penetapan harga seorang manajer harus mampu memahami tahap-tahap yang diperlukan antara lain sebagai berikut : (1) Mampu mengestimasi permintaan-permintaan untuk barang tersebut, (2) Mengetahui lebih dahulu reaksi dan permintaan, (3) Menentukan pangsa pasar yang dapat diharapkan, (4) Memilih strategi harga untuk mencapai target pasaran, (5) Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan, (6) Memilih harga tertentu.
Dengan demikian jelas kiranya bahwa yang merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang penting dalam hubungannya memajukan perusahaan adalah harga karena dengan tingkat harga yang tepat, dapat terjangkau juga menguntungkan dan semua pihak akan dapat mempercepat lakunya suatu komoditi atau barang yang dihasilkan serta jasa yang ditawarkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Desain Produk Peningkatan volume penjualan adalah situasi dan kondisi yang selalu diharapkan oleh pihak perusahaan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka perusahaan harus melakukan kegiatan-kegiatan atau menetapkan suatu kebijaksanaan yang sekiranya dapat menunjang pencapaian penjualan yang optimal. Salah satunya adalah bagaimana mengkombinasikan variabel-variabel pemasaran yang meliputi produk, harga, tempat, dan promosi yang lebih dikenal dengan istilah marketing mix. Kebijaksanaan mengenai desain produk sangat penting pula untuk diperhatikan khususnya pada penataan desain, corak dan lokasi dari rumah. Dalam hal ini PT ABL JayaMakassar perlu mengadakan perbaikan atau penataan rumahnya agar produk tersebut dapat bersaing dan dapat memperluas pasar yang sudah ada, memasuki pasar baru atau merebut pasar pesaing, sehingga akan meningkatkan volume penjualan. Mengingat pentingnya perbaikan atau penataan produk untuk meningkatkan volume penjualan, maka penulis kemudian mengarahkan perhatian pada usaha untuk mengetahui sejauh mana pengaruh frekuensi perubahan desain, corak dan lokasi serta harga jual terhadap hasil penjualan. Sehubungan dengan sasaran yang ingin diketahui oleh penulis, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi berganda dengan menggunakan data hasil penjualan rumah, frekuensi perubahan desain, corak dan lokasi, dan harga jual dari produk rumah tersebut dari periode tahun 2006 sampai pada tahun 2010. Tabel 1. Target Penjualan Rumah PT ABL Jaya Makassar Tahun 2006 – 2010(unit)
2006 18.500 42.000 25.800
2007 21.900 47.300 26.300
Tahun 2008 24.500 49.100 27.400
Total 85.300 Sumber: PT ABL JayaMakassar.
95.500
100.000
Jenis Rumah Type Sangat Sederhana Type Sederhana Type Mewah
2009 19.000 55.000 23.300
2010 17.400 55.500 19.200
97.300
92.100
Tabel 2. Realisasi Penjualan Rumah PT ABL Jaya Makassar Tahun 20062010(unit) Tahun Jenis Rumah 2006 2007 2008 2009 2010
Type Sangat 16.135 Sederhana 38.211 Type Sederhana 20.050 Type Mewah Total 75.214 Sumber: PT ABL JayaMakassar
16.213 40.122 21.213
16.913 41.518 20.110
14.592 39.004 18.450
14.895 36.013 17.395
77.548
80.541
72.046
68.303
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, maka terlihat bahwa penjualan yang dicapai perusahaan semakin menurun, sehingga jauh dari target penjualan yang diperkirakan sebelumnya. Pada tahun 2006PT ABL JayaMakassar menargetkan penjualan rumah sebesar 85.300 unit dari total rumah yang dibangun, namun dari realisasinya hanya mencapai 75.214. Pada tahun 2007 target yang dicanangkan adalah sebesar 95.500 unit dari seluruh jumlah dan type rumah yang dibangun, namun yang dicapai hanya sebesar 77.548 unit. Pada tahun 2008 jumlah unit rumah yang ditargetkan terjual adalah sebesar 100.000 unit, tetapi realisasinya hanya mencapai 80.541 unit. Pada tahun 2009 realisasi penjualan hanya mencapai sebesar 72.046. unit. Sedangkan yang ditargetkan sebesar 97.300 unit. Dan pada tahun 2010 realisasi penjualan hanya sebesar 68.303 unit sementara target yang ingin dicapai sebesar 92.100 unit. Tabel 3. Frekuensi Perubahan Desain, Corak, LokasiPT ABL Jaya MakassarTahun 2006-2010 Frekuensi Perubahan Desain, Corak, dan Lokasi Tahun Desain Corak Lokasi Jumlah 2006 3 3 1 7 2007 3 3 1 7 2008 2 2 1 5 2009 2 3 1 6 2010 3 2 1 6 Sumber: PT ABL JayaMakassar. Tabel 4. Harga Jual Rumah Type RS 36 padaPT ABL Jaya Makassar Tahun 2006-2010 Tahun Harga Jual 20063 22500000 2007 25300000 2008 27500000 2009 32500000 2010 37800000 Sumber: PT ABL JayaMakassar. Analisis Pengaruh dan Hubungan Dalam mendeskripsikan temuan dari hasil jawaban responden konsumen pembeli rumah pada PT ABL JayaMakassar, sebagaimana telah diungkapkan di depan, diketahui bahwa dalam keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk mengukur adanya pengaruh tersebut menunjukkan kuatnya hubungan antara variable dependent
(keputusan pembelian) dengan variable independent desain produk dan harga).Tetapi seberapa besar hubungan tersebut, belum dapat diketahui. Dalam melakukan perhitungan dengan menggunakan analisis regresi, karena pertimbangan praktis, maka semua data diolah dengan menggunakan komputer aplikasi soft ware SPSS 15,0 for Window’s. Sebagian output proses pengolahan data tersebut dapat dilihat dalam lampiran. Dari perhitungan dengan menggunakan Model Full Regression, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5. Output Analisis Regresi Linear Berganda ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 12456517 4683912 17140429
df 2 2 4
Mean Square 6228258,410 2341956,190
F 2,659
Sig. ,000 a
a. Predictors: (Constant), Harga, Desain/Corak/Lokasi b. Dependent Variable: Penjualan/Pembelian
Coe fficientsa
Model 1
(Cons tant) Desain/Corak/Lokasi Harga
Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error 368,345 8886,562 ,427 1014,886 -,301 ,140
Standardi zed Coef f icien ts Beta ,693 -,881
t 6,568 1,690 -2,147
Sig. ,000 ,000 ,000
a. Dependent Variable: Penjualan/Pembelian Model Sum m ary
Model 1
R ,852 a
R Square ,727
A djusted R Square ,453
Std. Error of the Estimate 1530,3451
a. Predictors: (Constant), Harga, Desain/Corak/Lokasi
Berdasarkan hasil di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :Konstanta sebesar 368,345 menyatakan bahwa jika tidak ada unsur dan atribut marketing mix yang dilakukan oleh perusahaan(secara matematis X1 X2 adalah 0), maka pembelian rumah adalah 368 unit. Koefisien regresi X1 (corak/desain/lokasi) sebesar 0,427 menyatakan bahwa setiap penambahan tawaran atribut corak/desain/lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini sebesar 1 satuan akan meningkatkan pembelian rumah (Y) sebesar 0,427 unit dengan asumsi faktor lainnya yaitu harga, promosi dan faktor lainnya konstan. Koefisien regresi X2 (harga) sebesar -0,301 menyatakan bahwa setiap kenaikan harga sebesar 1 satuan, akan menurunkan pembelian rumah (Y) sebesar
0,301 unit rumah dengan asumsi faktor lainnya yaitu corak/desain/lokasi, dan faktor lainnya konstan. Hasil perhitungan menunjukkan pada taraf nyata α = 0,05 (5%), maka faktor corak/desain/lokasi, dan harga secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam pembelian rumah pada PT ABL JayaMakassar. Besarnya atau kuatnya pengaruh variable bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,727. Dengan demikian dikatakan bahwa seluruh variabel bebas yang terdiri dari corak/desain/lokasi, dan harga secara bersamasama mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pembelian rumah pada PT ABL JayaMakassar sebesar 0,727 (72,7%), sedangkan selebihnya 0,273 (27,3%) merupakan pengaruh dari faktor lain di luar faktor yang diteliti. KESIMPULAN Dari hasil analisa regresi terlihat bahwa koefisien regresi b1 adalah positif dan b2 adalah negatif, sehingga dapat mempengaruhi volume penjualan, yakni bahwa apabila desain produk mendapat perhatian dari manajemen untuk dikelola dengan baik maka akan dapat meningkatkan volume penjualan rumah oleh PT ABL Jaya di Wilayah Kota Makassar. Hasil analisis koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,727 atau 72,7 persen, ini berarti bahwa volume penjualan rumah sederhana pada PT ABL Jayasebagian besar yakni 72,7% adalah dipengaruhi oleh variabel desain produk dan harga jual, sedangkan sisanya sebesar 27,3 persen adalah pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti. Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa terdapat hubungan erat atau korelasi yang cukup erat antara desain produk, dan harga. Hal ini terlihat dari besarnya koefisien korelasi, yaitu untuk harga adalah sebesar 0,580 sedangkan untuk corak/desain/lokasi adalah sebesar 0,434. Hubungan yang terbalik (berkorelasi negative) antar dengan penjualan menunjukkan bahwa jika harga jual rumah pada PT ABL Jaya wilayah Kota Makassar dinaikkan maka penjualan rumah cenderung akan menurun tetapi untuk desain produk hubungannya adalah positif. DAFTAR PUSTAKA Asri Marwan, 2004. Marketing. Edisi Pertama, Penerbit FE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kotler, Philip, 2009. Manajemen Pemasaran. Analisis Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Nitisemito, Alex, S., 2002. Marketing, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Santoso, Singgih. 2003. SPSS Versi 10, Menglah Data Statistik Secara Profesional, Cetakan Kelima, Elex Media Komputindo, Jakarta. Supranto, J., 2003. Metode Riset : Aplikasinya Dalam Pemasaran, Edisi Kelima, Lembaga Penerbit FE – UI, Jakarta.
Swastha Basu DH, dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern, YKPN, Yogyakarta. William J. Stanton, 2005. Fundamental of Marketing, Fouth Edition, Mc. Graw Hill, Kogakusha, Tokyo. Winardi, 2000. Manajemen Pemasaran (Marketing Management), Penerbit Alumni, Bandung.