PENGARUH KEPATUHAN PAJAK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN PROYEKSI HARGA SAHAM EMITEN PADA SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT
RIZQI FADLILAH SJARIEF
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten pada Sektor Industri Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Rizqi Fadlilah Sjarief NIM H251120101
RINGKASAN RIZQI FADLILAH SJARIEF. Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA. Sebuah negara membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam pelaksanaan pembangunan. Dana tersebut diperoleh diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan luar negeri. Di Indonesia, pendapatan domestik didominasi oleh sektor pajak, yang telah berkontribusi rata-rata 70% dari total penerimaan dalam negeri selama satu dekade terakhir. Namun karena karakteristik pajak yang dapat dipaksakan dan pembayar pajak tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung, banyak pihak yang berusaha melakukan penghindaran pajak, seperti perusahaan. Dengan adanya pajak yang harus dibayarkan, perusahaan akan memiliki laba yang relatif lebih kecil, sehingga kinerja keuangan perusahaan akan turun yang menyebabkan pamor perusahaan menurun di mata pemangku kepentingan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar di bursa saham, hal ini dapat menyebabkan fluktuasi harga saham. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham dari emiten sektor kelapa sawit. Pemilihan terhadap sektor kelapa sawit, dikarenakan sektor ini mengalami banyak perubahan sejak terjadinya lonjakan harga produk kelapa sawit di pasar domestik dan internasional. Penelitian dilaksanakan dengan memilih 7 emiten industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jumlah data urut waktu yang terstruktur sekaligus data antar individu yang cukup untuk melakukan analisis data panel. Pengamatan berulang terhadap data antar individu yang memadai akan memungkinkan penelitian untuk mempelajari dinamika perubahan dengan data urut waktu. Melalui analisis regresi data panel, penelitian berusaha memantau pengaruh dari kepatuhan pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham. Untuk proyeksi harga saham emiten, penelitian dilakukan melalui pembentukan model Vector Autoregression (VAR) dengan data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kepatuhan perpajakan secara simultan bersama dengan kinerja keuangan setelah kepatuhan pajak, mempengaruhi harga saham emiten. Penelitian ini pun menyimpulkan bahwa proyeksi harga saham emiten kelapa sawit dapat dilakukan dengan bantuan data keuangan 7 (tujuh) triwulan ke belakang. Kata kunci: harga saham, kepatuhan pajak, kinerja keuangan perusahaan, perusahaan kelapa sawit.
SUMMARY RIZQI FADLILAH SJARIEF. The Effects of Tax Compliance on Company’s Financial performance and Stock Price Projection of Listed Palm Oil Companies. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA. A country requires enormous funds to finance its development activities. The funds are obtained from various sources, within and outside the country. In Indonesia, domestic state revenue is dominated by taxes, which has contributed an average of 70% of total revenues in the last decade. However, due to the characteristics of tax that can be imposed and its taxpayers are not getting direct considerations, a lot of taxpayers attempted to make tax evasion, such as companies. With the tax to be paid, the company will have small profit, so that the company’s financial performance will go down which led to the declining of the company’s prestige in the eyes of stakeholders. For companies that have been listed on the stock exchange, this may cause fluctuations in stock prices. This research was intended to look at the effect of taxes on company financial performance and stock price of listed palm oil companies. The selection of the palm oil sector was made because that sector has been experiencing a lot of changes since the surge in prices of palm oil products in the domestic and international markets. This research was conducted by selecting 7 listed palm oil companies that have been listed on the Indonesia Stock Exchange before the year 2009, in order to obtain structured time-series data and sufficient cross-section data to perform the analysis of panel data. Repeated observations on adequate cross-section data will allow this research to study the dynamics of changes with time-series data. Through regression analysis of panel data, this research tried to observe the effect of the tax compliance on the company's financial performance and stock price. In projecting the stock price, this research was continued by making a Vector Autoregression model with a panel data. The results showed that the tax compliance does not have a significant impact on company’s financial performance. Furthermore, the results showed that tax compliance simultaneously along with the financial performance after tax compliance, affect the stock price. This research also concluded that the projection of stock price of of listed palm oil companies can be done with the help of financial data of 7 (seven) previous trimester. Keywords: company financial performance, palm oil companies, stock price, tax compliance.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH KEPATUHAN PAJAK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN PROYEKSI HARGA SAHAM EMITEN PADA SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT
RIZQI FADLILAH SJARIEF
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Progam Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS
Judul Tesis : Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit Nama : Rizqi Fadlilah Sjarief NIM : H251120101
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Ketua
Ir Tb. Nur Ahmad Maulana,MBA, MSc, PhD Anggota
Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit” dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian tesis ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Istri tercinta (Aty Mulyati), kedua anakku (Thoriq Azhar Raditya dan Luthfi Akhtar Rayyan), Papa, Mama, dan semua keluarga atas doa dan dukungan yang selalu diberikan. Ungkapan terima kasih penulis kepada Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Ir. Tb. Nur Ahmad Maulana, MBA, MSc, PhD selaku komisi pembimbing, serta Dr. Ir. Muhamad Sjamsun, M.Sc selaku dosen metode penelitian manajemen yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis. Tak lupa ungkapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku penguji di luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan atas bantuan data statistik kepatuhan perpajakan emiten kelapa sawit untuk periode 2009-2013. Tidak lupa penulis pun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelas Manajemen khususnya angkatan September 2012, atas kebersamaan dan bantuan selama perkuliahan, serta kepada semua staf dan karyawan PascaSarjana Ilmu Manajemen atas bantuan selama perkuliahan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Rizqi Fadlilah Sjarief
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR PERSAMAAN
x
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 5 6 6
2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pajak Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) Wajib Pajak Patuh Perencanaan Pajak Rasio Keuangan Analisis Earning Per Share (EPS) Analisis Dupont : Pendekatan Integratif pada Analisis Rasio Economic Value Added (EVA) dan Market value Added (MVA) Rasio Keuangan Lainnya Penelitian Terdahulu yang Relevan
6 6 7 9 9 10 11 12 13 14 14
3 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pendekatan Penelitian Jenis Data dan Sumber Data Variabel Penelitian Populasi dan Sampel Pengolahan dan Analisis Data: Analisis Regresi dengan Data Panel Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel Hipotesis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Limitasi
16 16 17 17 17 17 18 21 23 24 24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Linier Berganda dengan Data Panel Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel Pengujian Hipotesis Implikasi Manajerial
24 26 30 33 41
5 SIMPULAN DAN SARAN
42
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
46
DAFTAR TABEL 1. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Efek Indonesia (BEI) dan nilai market capitalization selama tahun 2013 Perusahaan yang dijadikan contoh penelitian Uji Chow Output metode FEM Impulse response function harga saham Variance decomposition dari harga saham Uji kausalitas Analisis regresi FEM untuk pengaruh kinerja keuangan setelah pelaksanaan kepatuhan pajak Koefesien dalam perhitungan peramalan VAR
2 18 27 28 31 32 32 38 39
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran penelitian
2. Uji statistik Durbin-Watson 3. Penerimaan PPh badan sektor kelapa sawit tempat emiten terdaftar 4. Beban PPh badan emiten kelapa sawit 2009-2013
16 21 25 26
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar istilah
46
2. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Jakarta Islamic Index 3. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Kompas 100 4. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam LQ45 5. Uji multikolinearitas dan autokorelasi 6. Uji heteroskedastisitas 7. Metode Fixed Effect (FEM) dalam mengukur pengaruh kepatuhan pajak dan rasio keuangan terhadap harga saham 8. Persamaan Vector Auto Regression (VAR) dalam proyeksi harga saham emiten industri kelapa sawit 9. Uji Kausalitas
47 48 49 50 51 52 53 58
DAFTAR PERSAMAAN 1. Basic EPS 2. Diluted EPS
3. ROE (Analisis Dupont) 4. ROE (Analisis Dupont) 5. ROA (Analisis Dupont) 6. ROA (Analisis Dupont) 7. ROA (Analisis Dupont) 8. ROE (Analisis Dupont) 9. ROE (Analisis Dupont) 10. EVA 11. MVA 12. MVA 13. Quick Ratio (QR) 14. Net Profit Margin (NPM) 15. Price Earning Ratio (PER) 16. Kerangka dasar model regresi data panel 17. Model efek tetap data panel 18. Model efek random data panel 19. Model persamaan awal penelitian 20. Model VAR untuk variabel y 21. Model VAR untuk variabel x 22. Model persamaan regresi hasil penelitian 23. Model persamaan VAR hasil penelitian 24. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap EPS 25. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap PER 26. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap QR 27. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap EVA 28. Model pengaruh kepatuhan pajak terhadap MVA 29. Model persamaan regresi untuk pengujian hipotesis dua 30. Model persamaan regresi untuk pengujian hipotesis tiga 31. Model persamaan VAR untuk proyeksi harga saham 32. Model persamaan lengkap VAR untuk proyeksi harga saham
11 11 12 12 12 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 19 19 19 20 22 22 28 31 33 34 34 34 34 36 38 39 40
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan kelapa sawit yang sangat signifikan dalam satu dekade terakhir, membuat sektor industri ini menjadi salah satu sumber penerimaan pajak nasional yang potensial. Dengan perkebunan terluas di dunia dan produksi terbesar dunia, komoditas kelapa sawit Indonesia juga menguasai pasar ekspor dunia. Komoditas ini menjadi penyumbang terbesar devisa sektor perkebunan dan penyerap tenaga kerja yang besar. Berdasarkan informasi yang dirilis oleh situs Opini-Indonesia.com (2013), perkebunan kelapa sawit saat ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan didominasi oleh 2 kepulauan besar, Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2012, Sumatera memiliki lahan kelapa sawit dengan luas sebesar 62,5% dari total lahan kelapa sawit nasional (5,913,585 hektar) dan menjadi penyumbang produktivitas sebesar 73,6% dari total produksi nasional (17,317,295 ton). Sementara Kalimantan memiliki lahan kelapa sawit dengan luasan kebun sebesar 31% (2,814,782 hektar) menjadi penyumbang produktivitas sebesar 23,5% (5,520,207 ton). Kementerian Pertanian (2013) merilis berita bahwa nilai PDB perkebunan secara kumulatif terus meningkat cukup fantastis, dari Rp. 81,66 triliyun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp.153,731 trilyun pada tahun 2011 dan terus melambung menembus angka Rp.159,73 trilyun pada tahun 2012 atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 14,79%. Realisasi ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai volume 20,57 juta ton (minyak sawit/CPO dan minyak sawit lainnya) dengan nilai US $19,35 milyar. Neraca perdagangan untuk komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai US $19,34 milyar. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) tahun 2008 perkebunan kelapa sawit mempekerjakan 3,06 juta orang dimana 3,047 juta bekerja di perkebunan besar, 308.000 di PTPN. Sementara itu terdapat 1.920.000 petani sawit skala kecil. Sedangkan dari 470 pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Indonesia, atau yang tercatat di GAPKI, mempekerjakan 63.450 orang. Dalam mendukung kegiatan usahanya yang semakin berkembang, beberapa perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit, melakukan penawaran saham kepada publik untuk mendapatkan tambahan dana sebagai modal kerja. Saat ini jumlah perusahaan industri kelapa sawit yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah sekitar 15 buah, dan jumlah ini semakin akan bertambah dengan adanya beberapa perusahaan kelapa sawit yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana di awal tahun 2014. Dari data yang ada, para emiten dari kelapa sawit memang hanya memberikan sedikit pengaruh pada bursa saham, apabila dilihat dari jumlah volume transaksi dan nilai market capitalization (Tabel 1). Namun penulis percaya bahwa dengan kualitas produksi kelapa sawit yang dihasilkan, di masa depan industri sawit akan menjadi primadona yang dicari para calon investor. Hal ini diperkuat dengan adanya informasi yang disampaikan situs liputan6.com yang merilis
2
berita pada tanggal 21 Mei 2013 tentang pernyataan Duta Besar Uni Eropa (UE) Untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, bahwa masyarakat Uni Eropa sangat menggemari minyak kelapa sawit, hasil produksi dari Indonesia, karena kualitasnya bagus dan bisa digunakan untuk makanan. Tentunya informasi ini menjadi potensi bagi peningkatan pendapatan bagi para pelaku industri kelapa sawit Indonesia melalui perluasan cakupan wilayah penjualan. Tabel 1 Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan nilai market capitalization selama tahun 2013 (Dalam Milyar Rupiah) Volume Market % No. Nama Perusahaan Transaksi Capitalization 1. PT Astra Agro Lestari Tbk 1.574.745.000 39.526,09 0,94 2. PT Austindo Nusantara Jaya 3.333.350.000 4.966,69 0,12 Tbk 3. PT BW Plantation Tbk 4.336.211.750 5.767,16 0,14 4. PT Dharma Satya Nusantara 2.119.700.000 4.345,38 0,10 Tbk 5. PT Gozco Plantation Tbk 6.000.000.000 660,00 0,02 6. PT Jaya Agra Wattie Tbk 3.774.685.500 1.434,38 0,03 7. PT PP London Sumatera 6.822.863.965 13.168,13 0,31 Indonesia Tbk 8. PT Multi Agro Gemilang 9.000.000.000 900,00 0,02 Plantation Tbk 9. PT Provident Agro Tbk 7.039.980.000 2.534,39 0,06 10. PT Sampoerna Agro Tbk 1.890.000.000 3.780,00 0,09 11. PT Salim Ivomas Pratama 15.816.310.000 12.336,72 0,29 Tbk 12. PT Sinar Mas Agro 2.872.193.366 22.546,72 0,53 Resources and Technology Tbk 13. PT Sawit Sumbermas 9.525.000.000 7.810,50 0,19 Sarana Tbk 14. PT Tunas Baru Lampung 4.942.098.939 2.322,79 0,06 Tbk 15. PT Bakrie Sumatera 13.720.471.386 686,02 0,02 Plantation Tbk 2,91 Jumlah 92.767.609.906 122.784,99 Jumlah Market Capitalization di BEI 4.219.020,24 Sumber : www.sahamok.com (2014) Penelitian terhadap kepatuhan pajak emiten kelapa sawit ini pada awalnya dilatarbelakangi kasus Asian Agri yang berdasarkan keputusan Mahkamah Agung Nomor. 2239K/PID.SUS/2012 tanggal 18 Desember 2012, yang menetapkan bahwa Tax Manager Asian Agri Group bersalah karena secara sengaja melaporkan pembayaran pajak yang tidak benar untuk
3
tahun pajak 2002 sampai dengan 2005 sebagaimana disampaikan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) dalam siaran pers tanggal 30 Januari 2014. Modus yang dijalankan antara lain pembebanan biaya fiktif, transfer pricing, dan transaksi hedging atau lindung nilai. Berdasar kasus ini, peneliti tertarik untuk meneliti apakah perusahaan industri sawit yang lain juga memiliki intensi untuk melakukan hal yang sama dengan Asian Agri Group. Peneliti ingin mengetahui apakah pada saat suatu perusahaan sawit terungkap kondisi kepatuhan perpajakannya, maka kondisi tersebut akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian dan kemudahan mendapatkan data laporan keuangan perusahaan, peneliti memilih untuk meneliti perusahaan industri sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dilakukan karena data keuangan para emiten telah dipublikasikan oleh masing-masing emiten, sesuai dengan ketentuan BEI, sehingga akan memudahkan dalam pengumpulan data laporan keuangan. Untuk meneliti perubahan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para emiten di sektor kelapa sawit, peneliti menggunakan perubahan harga saham tiap emiten setelah terungkapnya kondisi pemenuhan kewajiban perpajakan di masingmasing perusahaan. Nilai perubahan harga saham ini pun telah dipublikasikan oleh BEI sebagai otoritas pengelola bursa efek. Data laporan keuangan dipublikasikan oleh para emiten kelapa sawit, dengan maksud selain untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan BEI, namun juga untuk menarik minat para calon investor. Para emiten sektor kelapa sawit ini berusaha untuk memberikan informasi terkini dari perusahaan mereka mulai dari besaran perusahaan, luasan perkebunan, besaran produksi, tingkat kinerja perusaaan yang baik, serta prospek perusahaan di masa mendatang. Semua itu dilakukan dengan menggunakan berbagai metode sehingga para calon investor dapat memperoleh gambaran terkini perusahaan. Salah satu alat ukur yang dipergunakan oleh para calon investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio keuangan untuk menentukan tingkat likuiditas, profitabilitas, leverage dan efesiensi perusahaan (Brealey et al. 2007). Wild et al. (2003) memberikan contoh rasio likuiditas antara lain: Current Ratio (CR), Acid-test Ratio (AR) dan lainnya. Sedangkan rasio profitabilitas yang paling sering dijadikan bahan rujukan bagi calon investor ataupun pemegang saham untuk mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau untuk melepas investasi adalah Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Pretax Profit Margin (PPM), Net Profit Margin (NPM), dan lainnya. Brealey et al. (2007) menjelaskan bahwa beberapa contoh rasio leverage antara lain: Debt Ratio (DR), Times Interest Earned Ratio, Cash Coverage Ratio, dan lainnya. Sedangkan contoh rasio efesiensi yang dapat digunakan adalah Collection Period, Days to sell Inventory, Inventory Turnover Ratio, dan lainnya. Dengan perkembangan industri sawit yang demikian pesat, pemerintah melakukan kegiatan intensifikasi perpajakan terhadap para pelaku dalam industri sawit, untuk meningkatkan penerimaan pajak. Kegiatan intensifikasi ini sangat gencar dilakukan, terutama saat harga CPO
4
yang melonjak cukup tajam di tahun 2007-2008, dan secara berkesinambungan dilakukan hingga saat ini. Pembayaran pajak dari industri kelapa sawit dapat dikatakan cukup besar, namun untuk dapat dikatakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit sebagai Wajib Pajak Patuh, masih harus diteliti lebih lanjut. Harinurdin (2009) mengungkapkan bahwa dengan berlakunya „self assessment” di Indonesia, peran wajib pajak sangat krusial dalam proses pemungutan pajak dalam menghimpun penerimaan negara. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Sistem ini diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada wajib pajak. Dengan demikian, pelaksanaan kepatuhan pajak dalam hal pembayaran dan pelaporan pajak yang terutang dari emiten sektor industri kelapa sawit akan lebih didasari oleh itikad baik dari masing-masing emiten. Pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik tentunya akan menunjukkan tingkat kepatuhan pajak setiap emiten. Apabila hal ini terlihat oleh para calon investor, terdapat 2 hal yang terlintas dalam pikiran mereka. Pertama, dengan tingkat kepatuhan pajak yang baik, apakah emiten di sektor industri kelapa sawit memiliki rasio keuangan yang baik, mengingat nilai pembayaran pajak dari emiten tidaklah sedikit. Sedangkan hal yang kedua, dengan adanya informasi tingkat kepatuhan pajak yang baik, apakah akan meningkatkan kepercayaan calon investor terhadap perusahaan yang berujung pada meningkatnya permintaan terhadap saham perusahaan dan naiknya harga saham perusahaan.. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan melakukan dan menganalisis pengaruh kepatuhan pajak terhadap nilai perusahaan dan prospektus saham perusahaan pada emiten sektor perkebunan kelapa sawit yang diberi judul “Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dan Proyeksi Harga Saham Emiten Sektor Industri Kelapa Sawit”. Perumusan Masalah Pada dasarnya, setiap pemegang saham dari perusahaan emiten sektor kelapa sawit menghendaki adanya return yang maksimal. Mereka menginginkan pendapatan yang sebesar-besarnya dan biaya yang serendahrendahnya agar dapat menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Dengan adanya pemenuhan kewajiban perpajakannya, tentunya ada biaya pajak yang cukup besar dalam mengurangi penghasilan bersih perusahaan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi Earning Per Share (EPS) yang akan berkurang, seiring membesarnya pembayaran beban pajak yang dilakukan perusahaan. Tidak hanya EPS, rasio keuangan lainnya seperti ROE, ROA, DER dan rasio lainnya juga akan terpengaruh dengan adanya pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh perusahaan. Di sisi lain, kepatuhan pajak yang disertai dengan publikasi tentang kriteria Wajib Pajak Patuh, tentunya akan membuat image (citra) perusahaan terlihat baik di mata masyarakat dan tentunya akan memberikan nilai lebih di mata masyarakat, terutama para calon investor. Hal ini disebabkan citra sebagai perusahaan yang patuh pajak tentunya akan membuat masyarakat
5
memandang perusahaan secara lebih positif, sehingga membuat nilai perusahaan meningkat dan membuat peluang permintaan terhadap saham perusahaan lebih besar daripada sebelumnya. Dua hal inilah yang menarik bagi penulis untuk diteliti, sebab dua hal yang kontradiktif tadi memiliki pengaruh masing-masing terhadap perusahaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kepatuhan pajak perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan di sisi lain sejauh mana pengaruh kepatuhan pajak tersebut dalam membentuk kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, yang pada akhirnya membuat mereka memilih untuk menanamkan investasinya dengan cara membeli saham perusahaan. Peningkatan permintaan terhadap saham perusahaan ini, sesuai dengan hukum permintaan, pada akhirnya akan membuat harga saham tersebut meningkat. Namun apabila hal yang sebaliknya terjadi, maka tentunya akan membuat permintaan terhadap saham menurun dan menyebabkan menurunnya harga saham. Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit? 2. Bagaimana pengaruh image “wajib pajak patuh” yang melekat pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh rasio keuangan setelah beban pajak akan mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Sejauh mana perubahan kepatuhan pajak dan perubahan rasio keuangan akan mempengaruhi proyeksi harga saham emiten kelapa sawit? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. 2. Untuk menganalisis pengaruh image wajib pajak patuh yang melekat pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk menganalisis pengaruh kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya pelaksanaan kepatuhan pajak terhadap pola pergerakan harga saham emiten industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk melakukan proyeksi harga saham emiten kelapa sawit dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan kepatuhan pajak dan rasio keuangan.
6
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Dengan adanya penelitian ini, maka penulis akan lebih memahami pengaruh transaksi perpajakan yang dilakukan perusahaan,baik terhadap kinerja perusahaan, maupun terhadap kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. 2. Sebagai dasar/referensi serta menambah kepustakaan yang diperlukan untuk peneliti-peneliti yang lain yang memiliki topik yang sama sehingga dapat dijadikan perbandingan. 3. Memberikan gambaran kepada perusahaan kelapa sawit yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia, mengenai pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja perusahaan dan pergerakan harga saham dan permintaannya dalam bursa saham. 4. Membantu pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Pajak dalam menghimpun penerimaan negara melalui intensifikasi perpajakan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada emiten pada sektor industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan cakupan data laporan keuangan tahun 2009-2013. Metode penelitian yangdipilih adalah metode kuantitatif dengan alat analisis Analisis Regresi Berganda dengan data panel dan Vector Auto Regression (VAR).
2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pajak Brotodiharjo (1982) dalam Sukardji (1999) menyitir definisi dari Prof. Dr. P.J.A Adriani sebagai berikut: “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Sedangkan Soemitro (1988) dalam Sukardji (1999) memberikan definisi pajak sebagai berikut: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.” Andreoni et al. (1998) menyimpulkan penelitiannya dengan menyatakan bahwa kepatuhan pembayar pajak sangat dipengaruhi oleh
7
pengaruh sosial,moral dan psikologis dari pembayar pajak , juga oleh dinamika serta birokrasi dari otoritas pajak dalam menangani pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemotongan pajak, baik yang tepat maupun yang keliru. Berlakunya „self assessment” di Indonesia mempunyai peranan wajib pajak dalam menentukan penerimaan negara dari sektor pajak. Masalahnya, apakah kepatuhan pajak sudah mendukung pelaksanaan sistem tersebut. Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Sistem self assesment diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada wajib pajak (Rahayu 2007 dalam Harinurdin 2009). James dan Alley (2004) menyatakan bahwa self-assessment memberikan sebuah risiko kepada otoritas pajak dalam pemenuhan kepatuhan perpajakan pembayar pajak dimana pelaksanaannya didukung oleh administrasi pajak yang dapat membuat pembayar pajak mau melakukan pemenuhan pajak, baik melalui penegakan hukum berupa penalti ataupun birokrasi perpajakan. Gangl et al. (2013) menyimpulkan penelitian yang dilakukannya bahwa supervisi yang terlalu ketat justru dapat memberikan dampak yang buruk pada otoritas perpajakan, sehingga sanksi perpajakan justru hanya menjadi “biaya” yang harus dikeluarkan untuk ketidakpatuhan, namun tidak memberikan efek jera bagi pembayar pajak yang tidak patuh. Feld dan Frey (2007) memberikan kesimpulan dalam penelitiannya bahwa kepatuhan pajak di Swiss-dimana penelitian dilakukan- dan juga negara lainnya, terbentuk dari sistem demokrasi yang membangun sebuah hubungan pertukaran fiskal antara pembayar pajak dengan negara, melalui sistem reward and punishment. Doran (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa dalam sistem pajak self assessment, sistem yang baik dari denda pajak seharusnya tidak hanya mendefinisikan kepatuhan pajak tetapi juga secara efektif meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sebab tidak semua pembayar pajak mau menghitung dan melaporkan pembayaran pajaknya dengan itikad yang baik. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) Tax compliance atau kepatuhan pajak diartikan sebagai kondisi ideal wajib pajak yang memenuhi peraturan perpajakan serta melaporkan penghasilannya secara akurat dan jujur. Dari kondisi ideal tersebut, kepatuhan pajak didenisikan sebagai suatu keadaan wajib pajak yang memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya dalam bentuk formal dan kepatuhan material. Konsep kepatuhan perpajakan di atas sesuai dengan pendapat Yoingco (1997) dalam Harinurdin (2009), yang menyebutkan tingkat kepatuhan perpajakan sukarela memiliki tiga aspek yaitu aspek formal, material (honestly), dan pelaporan (reporting). Hutagaol et al. (2007), memberikan pendapat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain besarnya penghasilan; tarif pajak; persepsi wajib pajak atas penggunaan uang pajak; perlakuan perpajakan; pelaksanaan penegakan hukum; berat (ringan) sanksi perpajakan; kelengkapan dan keakuratan database.
8
Devos (2012) menyimpulkan dari penelitian yang dilakukannya bahwa otoritas perpajakan suatu negara memegang peranan dalam mengatasi ketidakpatuhan pembayar pajak, dengan menunjukkan benefit yang dapat diterima oleh pembayar pajak, penegakan ketentuan perpajakan yang dibarengi dengan program preventif melalui pendidikan pajak di setiap lini. Alm et al. (1992) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa tingkat kepatuhan pajak secara positif dipengaruhi oleh besar penghasilan, frekuensi audit serta tingkat penerimaan benefit oleh pembayar pajak,dan terpengaruh secara negatif oleh perubahan tarif pajak, besaran penalti yang diterima. Kesadaran masyarakat atau kepatuhan masyarakat (tax compliance) yang tinggi sangat dibutuhkan untuk menopang penerimaan negara. Kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat memenuhi kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara. Trivedi et al. (2005) menemukan dalam penelitiannya bahwa variabel ekonomi tidak terlalu berpengaruh dalam menjelaskan perilaku kepatuhan pajak, yang mempunyai cukup pengaruh dalam kepatuhan pajak orang pribadi adalah etika dari pembayar pajak dalam menghadapi tingkat kedalaman audit pajak dan sanksi pajak. Sedangkan Cummings et al. (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa penegakan ketentuan yang dilakukan melalui adanya pendeteksian dan hukuman terhadap penyimpangan pajak akan mendukung terjadinya kepatuhan pajak, yang mana kepatuhan ini akan dapat membentuk norma sosial. Norma ini dipengaruhi oleh otoritas pajak dan tingkat respon pemerintah terhadap keinginan masyarakat tentang perpajakan. Machogu dan Amayi (2013) menyatakan bahwa pengetahuan tentang pajak sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan pajak secara sukarela, selain tingkat tarif pajak, persepsi tentang keadilan pemajakan, dan penggunaan serta manajemen pemanfaatan pajak oleh pemerintah, dimana pengetahuan pajak memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang tepat dalam bidang kepatuhan, seperti memfasilitasi pencatatan dalam bisnis, meminimalkan biaya kepatuhan pajak, dan lainnya. Kopczuk (2006) menyatakan dalam penelitiannya bahwa penyederhanaan sistem perpajakan akan menurunkan tingkat penghindaran maupun penggelapan pajak akibat adanya kebingungan, distorsi dan ketidakadilan di kalangan pembayar pajak sehingga tingkat kepatuhan pajak akan meningkat. Edlund dan Åberg (2002) menyatakan bahwa tingkat penggelapan pajak akan semakin meningkat saat tarif pajak meningkat,namun dengan adanya dukungan moral yang baik, sangat dimungkinkan bahwa apabila pembayar pajak dapat percaya bahwa semua orang membayar pajak mereka sebagaimana diamanatkan secara hukum, mereka mungkin memiliki keyakinan yang lebih besar dalam sistem pajak, serta tidak berkeinginan untuk menghindari pajak.
9
Wajib Pajak Patuh Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 192/PMK.03/2007 jo. PMK Nomor 74/PMK.03/2012, yang dimaksud dengan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan; b) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak; c) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan d) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. Dalam penelitian ini indikator kepatuhan pajak yang digunakan adalah jumlah pembayaran pajak selama 1 tahun pajak, kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan, kepatuhan untuk melakukan audit laporan keuangan oelh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, bagi emiten industri kelapa sawit. Perencanaan Pajak Zain (2003) memberikan definisi dari perencanaan pajak sebagai berikut: “Tax planning atau Perencanaan Pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajak, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefesienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebgai penghindaran pajak (tax avoidance) yang merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion).” Mangonting (1999) mengemukakan bahwa secara umum tax planning didefinisikan sebagai proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Noor et al. (2010) menjelaskan bahwa perencanaan pajak diperbolehkan dalam undang-undang pajak karena dianggap sebagai skema penghindaran pajak yang legal. Namun, tidak semua perusahaan memiliki peluang yang sama untuk melaksanakan perencanaan pajak. Itulah mengapa hanya beberapa perusahaan yang terlibat sangat besar dalam perencanaan pajak, sementara yang lain terlibat secukupnya. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan perencanaan pajak.
10
Selain itu, sifat kegiatan usaha juga mempengaruhi kesempatan bagi perusahaan untuk terlibat dalam perencanaan pajak. Dengan demikian, perusahaan dalam sektor yang berbeda mungkin terlibat secara berbeda dalam perencanaan pajak. Wahab dan Holland (2011) menyatakan bahwa secara tradisional, perencanaan pajak dipandang sebagai mengarah ke peningkatan laba setelah pajak dan karena itu berada di kepentingan para pemegang saham. Desai et al. (2006) sebagaimana dikutip Wahab dan Holland (2011) memprediksi bahwa perencanaan pajak akan dinilai negatif oleh pemegang saham dimana tata kelola perusahaan yang lemah akan mengizinkan pernyataan yang understatement terkait laba akuntansi. Ketika ketentuan tata kelola perusahaan yang kuat, laba akuntansi yang understatement tidak mungkin dilakukan dan karena itu perencanaan pajak tidak memberikan manfaat pengalihan. Boylan (2010) menyimpulkan dalam penelitiannya bahawa tingkat kepatuhan pembayar pajak dipengaruhi oleh situasi apakah pembayar tersebut pernah mengalami pemeriksaan pajak, namun pengaruhnya tergantung pada jumlah waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk menghasilkan penghasilan yang dikenakan pajak tersebut. Secara umum motivasi manajemen dalam perusahaan melakukan perencanaan pajak adalah untuk mengoptimalkan laba setelah pajak (after tax return), sebab hasil tersebut dapat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan atas tindakan operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisa secara cermat dan memanfaatkan peluang yang ada dalam ketentuan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan motivasi utama dari implimentasi perencanaan pajak diantaranya adalah dengan adanya perbedaan tarif pajak (tax rates), perbedaan dasar pengenaan pajak (tax base) dan celah-celah perpajakan (loopholes). Motivasi perecanaan pajak merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan strategi perusahaan secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan. Rasio Keuangan Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, digunakan rasio keuangan untuk menentukan tingkat likuiditas, profitabilitas, leverage dan efesiensi perusahaan (Brealey et al. 2007). Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemudahan sebuah perusahaan dalam memegang kas dan memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimilikinya (Wild et al. 2003). Contoh rasio yang digunakan adalah Current Ratio (CR), Acid-test Ratio (AR) dan lainnya. Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan serta mengevaluasi marjin keuntungan dari kegiatan operasi (Wild et al. 2003). Rasio inilah yang paling sering dijadikan bahan rujukan bagi calon investor ataupun pemegang saham untuk mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau untuk melepas investasi. Contohnya adalah Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit
11
Margin (OPM), Pretax Profit Margin (PPM), Net Profit Margin (NPM), dan lainnya Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar beban utang perusahaan. Melalui penggunaan rasio ini, pengguna laporan keuangan dapat mengetahui seberapa beban keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan (Brealey et al. 2007). Beberapa contoh rasio ini adalah Debt Ratio (DR), Times Interest Earned Ratio, Cash Coverage Ratio, dan lainnya. Rasio efesiensi adalah rasio untuk mengukur produktivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya serta efektivitas dan intensitas dari aktiva dalam menghasilkan peredaran usaha. (Brealey et al. 2007). Beberapa contoh rasio ini adalah Collection Period, Days to sell Inventory, Inventory Turnover Ratio, dan lainnya. Analisis Earning Per Share (EPS) EPS merupakan cara perhitungan rasio untuk mengevaluasi kinerja operasional dan profitabilitas dari sebuah perusahaan. Kunci penting dari perhitungan ini adalah identifikasi pengaruh potensial dari dilusi sekuritas. Dilusi merupakan penurunan dalam EPS yang dihasilkan dari sekuritas yang dapat dikonversikan ke dalam saham biasa. Pada perusahaan dengan struktur modal sederhana, yang tidak memiliki sekuritas yang terdilusi, perhitungan EPS diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut (Wild et al. 2003): -----------------------------(1) Sedangkan bagi perusahaan dengan struktur modal yang kompleks – biasanya perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara publik di pasar saham, yang memiliki sekuritas konvertibel, opsi dan waran, perhitungan EPS adalah sebagai berikut: Diluted EPS = Basic EPS - dampak opsi & waran terhadap EPS - dampak sekuritas konvertibel terhadap EPS atau ------------------------------------------------------------(2) Dimana: EAT = Penghasilan Bersih disesuaikan dengan bunga (setelah dikurangi pajak) dan preferen dividen pada sekuritas dilutif WAOC = Weighted Average of Outstanding Stock (Rata-rata tertimbang saham beredar termasuk sekuritas dilutif) Perusahaan dengan struktur modal yang kompleks harus melampirkan perhitungan Basic EPS dan Diluted EPS dalam laporan keuangannya, sehingga pengguna laporan keuangan dapat mengetahui nilai masing-masing rasio. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan EPS sangat bervariasi dan membutuhkan data yang cukup dan valid, yang menjadi tanggung jawab manajemen. Pengungkapan EPS membutuhkan sebuah
12
rekonsiliasi dari numerator dan denominator dari komputasi EPS diatas. Melalui pengungkapan ini, pengguna laporan keuangan akan mendapatkan gambaran mendalam terhadap struktur modal yang kompleks dari sebuah perusahaan. Hambatan serius yang mungkin timbul dari perhitungan EPS adalah (Wild et al. 2003): 1. Basic EPS tidak memperhitungkan efek dilusi dari opsi dan waran,sehingga berpotensi untuk meningkatkan nilai EPS sekitar 10-20% dari nilai EPS yang sebenarnya. 2. Masih terdapat inkonsistensi dalam mempertimbangkan sekuritas yang ekivalen dengan saham biasa dalam perhitungan EPS, dengan tidak memasukkannya dalam modal pemegang saham. 3. Efek dilusi dari opsi dan waran tergantung pada harga saham. Hal ini akan menimbulkan “efek sirkular”, dimana pengungkapan EPS akan mempengaruhi harga saham yang pada gilirannya, nanti akan mempengaruhi nilai EPS. Wild et al. (2003) mengungkapkan bahwa proyeksi dari EPS tidak hanya memperhitungkan pendapatan di masa depan, namun juga harga saham di masa depan. Disisi lain, Hermi dan Kurniawan (2011) menyimpulkan penelitiannya dengan pernyataan bahwa apabila EPS mengalami peningkatan, maka harga saham dan return akan berkorelasi positif sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Analisis Dupont : Pendekatan Integratif pada Analisis Rasio Keown et al. (2005) menjelaskan bahwa analisis Dupont adalah suatu metode yang dipergunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas. Komputasi analisis dupont dimulai dengan formula Return On Equity (ROE). ------------------------------------------------------(3) Kemudian analisis Dupont dilanjutkan dengan menelaah formula ROE tersebut, untuk mendapatkan kaitannya dengan Return on Assets (ROA). -------------------------------------------(4) Dimana ROA, dapat kita hitung dengan formula --------------------------------------------------------(5) Dari formula diatas, pengguna laporan keuangan dapat mengetahui bahwa tingkat pengembalian ekuitas (ROE) adalah sebuah fungsi dari seluruh profitabilitas perusahaan dan jumlah hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva. Analisis Dupont dilanjutkan dengan menelaah lebih dalam tentang ROA, dimana formula ROA dapat pula diperoleh dari perhitungan :
13
--(6) ---------------------------------------(7) Sehingga untuk menghitung tingkat pengembalian ekuitas, pengguna laporan keuangan dapat menggunakan formula berikut dalam analisis Dupont. -------------------------------(8) -----------(9) Dengan menggunakan analisis Dupont ini, memungkinkan pihak manajemen untuk meneliti lebih jauh, faktor apa sajakah yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas, dan hubungan antara marjin laba bersih, perputaran aktiva serta rasio utang. Analisis ini menyediakan petunjuk untuk menentukan efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan dalam rangka memaksimalkan tingkat pengembalian atas investasi pemilik perusahaan. Berdasarkan analisi ini pula, pemilik maupun manajemen dapat mengetahui mengapa tingkat pengembalian tersebut diterima. Economic Value Added (EVA) dan Market value Added (MVA) Keown et al. (2005) mendefinisikan Economic Value Added (EVA) atau Tambahan Nilai Ekonomi (TNP) sebagai perbedaan antara laba operasi bersih perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan beban modal pada suatu periode tertentu. Hal ini daat dirumuskan sebagai berikut: EVA = Laba Operasi Bersih Setelah pajak (NOPAT) - [Biaya modal tertimbang rata-rata(k wacc) ) x Modal yang ditanamkan(t-1) ] ----------------(10) Hasil perhitungan ini akan memberikan pengukuran kontribusi operasi perusahaan dalam periode tertentu terhadap nilai perusahaan. West dan Worthington (1999) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa EVA masih secara signifikan mempertimbangkan marjin dalam menjelaskan variasi return pasar, yang sebagian besar dijelaskan oleh variabel laporan keuangan yang umum tersedia. Hal ini akan mendukung kegunaan EVA untuk pengukuran kinerja internal dan eksternal. Sedangkan market value added (MVA) didefinisikan sebagai perbedaan dalam nilai pasar dari sebuah perusahaan dan modal yang telah diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ----------(11)
14
Dimana nilai perusahaan adalah nilai pasar dari surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar, sedangkan modal yang diinvestasikan adalah seluruh dana yang telah diinvestasikan di dalam perusahaan. Sedangkan Kamaludin dan Indriani (2012) memberikan definisi MVA sebagai Nilai Tambah Pasar yang berasal dari pengurangan antara nilai pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang diinvestasikan, dengan rumusan sebagai berikut: MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Modal Ekuitas yang diinvestasikan oleh investor = (Saham beredar x harga saham)–(Total Ekuitas saham biasa) --(12) Rasio Keuangan Lainnya Formula rasio keuangan lainnya yang seringkali digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan antara lain; Rasio Likuiditas Quick Ratio (QR)
---------------------------------------(13) Rasio Profitabilitas Net Profit Margin (NPM) -------------------------------------------------(14) Rasio Pengukuran Pasar Price Earning Ratio (PER)
-------------------------------------------------(15) Penelitian Terdahulu yang Relevan Basuki (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Reaksi Saham Terhadap Rekomendasi Saham yang Dipulikasikan Harian Kontan Dalam Rubrik “REKOMENDASI”” bertujuan untuk menguji pengaruh informasi yang disampaikan melalui rubrik REKOMENDASI harian Kontan terhadap pergerakan harga saham yang dianalisa pada rubrik tersebut dilakukan. Hasilnya adalah terdapat dampak yang cukup signifikan antara harga ratarata saham yang muncul di pasar modal dan memberikan saran pada calon investor untuk mempertimbangkan rekomendasi dari rubrik REKOMENDASI dalam menentukan emiten mana yang akan dibelikan sahamnya. Penulis berpendapat bahwa penelitian sedikit relevan bagi penelitian yang akan dilakukan, sebab terdapat transaksi pembelian yang dipengaruhi oleh faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi saham. Satjawidjaja (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Komparasi Nilai Intrinsik Harga Saham PT Bank Bukopin Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2009-2010”, bertujuan untuk menganalisis harga saham
15
Bank Bukopin di pasar saham, dengan menentukan nilai intrinsik dari harga saham di tahun 2009 dan 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa saham Bank Bukopin diusulkan untuk dibeli oleh para calon investor, karena nilainya yang murah (undervalued) akibat perhitungan nilai intrinsik yang dilakukan. Anwar (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Return Saham” bertujuan untuk meneliti hubungan antara kinerja keuangan perusahaan beserta kualitas pengungkapan informasi terhadap nilai return saham yang dimiliki. Kesimpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa kinerja keuangan dari segi profitabilitas memiliki hubungan signifikan dengan return saham. Namun untuk penilaian kinerja dari segi likuiditas dan solvabilitas dan kualitas pengungkapan informasi, memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap (return). Rukmana (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Besaran Perusahaan (Company Size) Terhadap Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) Wajib pajak Badan (Studi Empiris di KPP Madya Tangerang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pajak bila dilakukan oleh perusahaan dengan besaran usaha tertentu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepatuhan pajak suatu institusi, dapat dipengaruhi oleh besarnya omset yang dimiliki perusahaa. Makin besar omset perusahaan, berdasar penelitian ini, maka akan memicu kepatuhan pajak yang tinggi. Handono (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks harga Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan Bank Terbesar)”, bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan dari 8 bank terbesar di Indonesia terhadap Indeks Harga Saham. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menjelaskan bahwa rasio keuangan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks harga Saham, namun arah pengaruhnya (positif/negatif) tergantung dari jenis rasio keuangan yang dipilih. Istianawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Investasi dan Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham pada Sektor Pertambangan Kelompok Saham Pro Lingkungan dan Syariah”, bertujuan untuk mengkaji potensi investasi pada sektor pertambangan dan menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap return saham pada sektor pertambangan yang terdaftar di Indeks SRI-Kehati dan JII. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menjelaskan bahwa EPS dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
16
3 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, penulis akan melakukan penelitian terhadap perusahaan emiten sektor kelapa sawit yang terdaftar di BEI. Penelitian diawali dengan ide pemikiran bahwa pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan sebuah perusahaan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penilaian kinerja perusahaan. Hal ini paling tidak disebabkan oleh adanya penggunaan sebagian kas perusahaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Peneliti tertarik untuk melihat dampaknya secara langsung terhadap kinerja keuangan perusahaan dan dampaknya, baik secara langsung atau tidak langsung , terhadap harga saham perusahaan saat ini dan masa yang akan datang. Emiten Sektor Kelapa Sawit
Kegiatan Usaha Perusahaan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Pembayaran Pajak dan Pelaporan Pajak
Kegiatan Penjualan dan Pengeluaran Biaya
Laporan Keuangan
Beban Pajak Naik, Laba Turun; Beban Pajak Turun, Laba Naik
Analisis LK
Beban pajak
Patuh
Tidak Patuh
Kinerja Perusahaan Buruk
Baik
Kepercayaan Masyarakat
Ketidakpercayaan Masyarakat
Kecenderungannya membuat permintaan naik, sehingga harga saham naik
Kecenderungannya membuat permintaan turun, sehingga harga saham turun
Implikasi Manajerial
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
17
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penulis melakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran laporan keuangan dari emiten perusahaan industri sawit, mengingat Induk Perusahaan tercatat sebagai salah satu emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data sekunder berupa laporan keuangan triwulanan dari emiten sektor pertanian yang telah terdaftar di BEI sebelum 2009, sehingga dapat terlihat tren dari pergerakan kinerja keuangan dari laporan keuangan tiap perusahaan. Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder, seperti literatur-literatur dan laporan keuangan triwulanan (laporan laba rugi dan neraca) periode 2009-2013 yang dapat diperoleh dari BEI untuk perusahaan yang sudah go public, data sekunder dari Direktorat Jenderal Pajak mengenai kepatuhan pajak emiten di sektor industri kelapa sawit, profil perusahaan, studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang terkait dengan penelitian, internet, jurnal dan artikel-atikel lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah perubahan (Δ) Kepatuhan Bayar/Byr (X1), Δ Kepatuhan Lapor/Lpr (X2), Δ Kepatuhan Audit/Aud (X3), Δ EPS (X4), Δ NPM (X5), Δ ROE (X6), Δ PER (X7), Δ QR (X8), Δ EVA (X9), Δ MVA (X10). Sedangkan Δ harga yang mencerminkan kepercayaan stakeholder (Y) sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dimensi yang diambil adalah persentase perubahan variabel, sebab masing-masing variabel memeiliki perbedaan dalam dimensi pengukurannya. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah 417 laporan keuangan triwulan dari semua emiten industri kelapa sawit, dari tahun terdaftarnya di bursa hingga tahun 2014. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan dari emiten yang terdaftar sebelum tahun 2009, dengan jumlah sampel sebesar 133 laporan keuangan triwulanan. Penarikan sampel ini dilakukan untuk mempermudah proses kalkulasi data, sebab bila terdapat emiten yang tidak memiliki rentang waktu dari 2009-2013, akan menimbulkan kerancuan dalam proses pengambilan kesimpulan. Tujuh perusahaan emiten sektor kelapa sawit yang terdaftar di BEI, antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Gozco Plantation Tbk (GZCO), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) dipilih karena telah listing di BEI setelah tahun 2008. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, seperti pelaksanaan tarif tunggal pajak perusahaan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 2009
18
yang akan dapat menyeragamkan jumlah pajak penghasilan emiten kepala sawit, sehingga berdasarkan tanggal IPO emiten sektor industri kelapa sawit, maka ketujuh perusahaan dipilih untuk diolah laporan keuangan dari triwulan II tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2013. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 7 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan contoh dalam penelitian ini. dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Perusahaan yang dijadikan contoh penelitian No 1.
Kode Saham AALI
2.
GZCO
3.
LSIP
4.
SGRO
5.
SMAR
6.
TBLA
7
UNSP
Nama Emiten
PT Astra Agro Lestari Tbk PT Gozco Plantation Tbk PT PP London Sumatera Indonesia Tbk PT Sampoerna Agro Tbk PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
Sumber : www.sahamok.com (2014) Pengolahan dan Analisis Data : Analisis Regresi Data Panel Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan data panel. Ariefianto (2012) menjelaskan bahwa data dengan karakteristik panel adalah data yang terstruktur time series (urut waktu) sekaligus cross section (antar individu). Green (2012) menjelaskan bahwa analisis data panel merupakan subyek dari salah satu bagian literatur yang paling aktif dan inovatif dalam ekonometri, antara lain karena data panel menyediakan sebuah lingkungan yang kaya untuk pengembangan teknik estimasi dan hasil teoritis. Dalam istilah yang lebih teknis, peneliti telah mampu untuk menggunakan data runtun waktu silang (time-series cross-sectional data) untuk meneliti masalah yang tidak dapat dipelajari secara sendiri-sendiri melalui teknis cross-sectional atau time-series saja. Data panel dapat menjelaskan dua macam informasi yaitu: informasi cross-section pada perbedaan antar subjek, dan informasi time series yang merefleksikan perubahan pada subjek waktu. Ketika kedua informasi tersebut tersedia, maka analisis data panel dapat digunakan. Dengan pengamatan berulang terhadap data cross section yang cukup, analisis data panel memungkinkan seseorang dalam mempelajari dinamika perubahan dengan data time series. Kombinasi data time series dan cross section dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas data dengan pendekatan yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan hanya salah satu dari data tersebut (Gujarati, 2006). Analisis data panel dapat mempelajari sekelompok subjek jika kita ingin mempertimbangkan baik dimensi data maupun dimensi waktu. Green (2012) menjelaskan bahwa manfaat fundamental dari suatu data panel yang terdiri dari data antar individu (cross section) adalah bahwa data panel memberikan peneliti fleksibilitas yang besar dalam pemodelan
19
perbedaan perilaku antar individu. Kerangka dasar untuk model regresi adalah seperti di bawah ini. yit = + + = + + ---------------------------------(16) berdasar persamaan diatas, merupakan pengaruh individu dimana berisi prasyarat konstan dan satu set individu atau kelompok tertentu variabel yang dapat diamati, seperti ras, jenis kelamin, lokasi dan sebagainya, atau tidak teramati, seperti karakteristik keluarga, heterogenitas dalam keterampilan atau preferensi dan sebagainya, semuanya yang diambil konstan dari waktu ke waktu t. Saat dapat diamati untuk semua individu, maka model regresi data panel dapat diperlakukan dengan model linear umum. Permasalahan timbul saat tidak dapat diamati. Ariefianto (2012) menjelaskan bahwa saat diyakini bahwa tidak terdapat komponen cross section dan urut waktu yang spesifik, maka persamaan umum regresi data panel dilakukan dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Namun apabila terdapat heterogenitas baik dalam cross section dan/atau urut waktu, maka pemodelan residual harus dilakukan secara eksplisit, benar dalam spesifikasi emipiris. Pemodelan yang tidak tepat akan memuat terjadinya bias, yang memungkinkan variabel bebas memiliki korelasi dengan residual. Terdapat tiga pendekatan dalam perhitungan model regresi data panel, antara lain: (1) Metode Common Constant (The Pooled OLS Method) (2) Model Efek Tetap / Fixed Effect Model (FEM) dan (3) Model Efek Random / Random Effect Model (REM). Metode OLS merupakan metode paling sederhana, dimana estimasinya diasumsikan bahwa semua unit undividu memiliki intersep dan slope yang sama. Model efek tetap menurut Green (2012) dibentuk dari asumsi bahwa efek diabaikan dalam model umum, berkorelasi dengan variabel disertakan, sehingga dapat dimasukkan dalam iterasi sebagai berikut: yit = + + ---------------------------------------------------------(17) Formulasi efek tetap menyiratkan bahwa perbedaan antar kelompok dapat direkam dalam perbedaan dalam jangka waktu yang konstan. Setiap diperlakukan sebagai parameter yang tidak diketahui, untuk dapat diperkirakan. Ariefianto (2012) menjelaskan bahwa terdapat sedikit kekurangan dalam pemodelan efek tetap ini, antara lain; (1) masalah kekurangan derajat kebebasan akibat jumlah sampel yang terbatas, (2) multikolinearitas akibat banyaknya variabel dummy yang diestimasi, (3) keterbatasan kemampuan estimasi, terutama bila terdapat varaibelyang tidak berubah berdasarkan waktu dan (4) kemungkinan terjadinya korelasi antara komponen reidual spesifik. Green (2012) menjelaskan, apabila efek individu secara ketat tidak saling berhubungan dengan regressor, maka akan lebih tepat untuk memodelkan konstanta dari individu yang spesifik untuk didistribusikan secara acak di seluruh unit cross-sectional. Hal ini dikenal dengan Model efek random yang direformulasi sebagai berikut. yit = + (α + ) + --------------------------------------------------(18)
20
dimana komponen ui merupakan heterogenitas acak yang spesifik untuk pengamatan ke-I dan konstan melalui waktu. Pemilihan FEM dan REM didasarkan pada apakah heterogenitas bersifat konstan (dan berkorelasi dengan variabel bebas) atau random. Untuk menentukan superioritas suatu model dibandingkan model lainnya dilakukan pengujian sepert Uji Chow dan Uji Hausman. Uji Chow digunakan untuk melihat penggunaan model yang dipilih, apakah OLS atau FEM, sedangkan Uji Hausman digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih metode FEM atau REM. Berdasarkan hipotesis yang ada, maka model persamaan yang dilakukan untuk penelitian ini adalah Y = β0 + βlXl + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+ β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + e--------------------------------------------------------------------------(19) Dimana: Y : Harga Saham (variabel dependen) X1 : ΔKepatuhan Bayar (Byr) β0 : Konstanta X2 : ΔKepatuhan Lapor (Lpr) β1 : Koefesien regresi dari variabel X1 X3 : ΔKepatuhan Audit (Aud) β2 : Koefesien regresi dari variabel X2 X4 : ΔEPS β3 : Koefesien regresi dari variabel X3 X5 : ΔNPM β4 : Koefesien regresi dari variabel X4 X6 : ΔROE β5 : Koefesien regresi dari variabel X5 X7 : ΔPER β6 : Koefesien regresi dari variabel X6 X8 : ΔQR β7 : Koefesien regresi dari variabel X7 X9 : ΔEVA β8 : Koefesien regresi dari variabel X8 X10 : ΔMVA β9 : Koefesien regresi dari variabel X9 β10 : Koefesien regresi dari variabel X10 e : tingkat kesalahan (error) Uji Asumsi Klasik Selain dua pengujian diatas, pemodelan penelitian juga harus memenuhi Uji asumsi klasik untuk mengetahui bebas tidaknya pemodelan dari heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autikorelasi. Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu masalah multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linier sederhana yang hanya melibatkan satu variabel independen. Hubungan korelasi yang tinggi belum tentu berpengaruh pada masalah multikolinearitas, namun kita dapat melihat indikasi multikolinearitas dengan tolerance value (TOL), eigenvalue, dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation factor (VIF). Tidak ada kriteria formal untuk menentukan batas terendah dari nilai toleransi atau VIF, beberapa ahli berpendapat bahwa nilai toleransi kurang dari 1 atau VIF lebih besar dari 10 menunjukkan multikolinearitas yang signifikan, sementara itu para ahli lainnya menegaskan bahwa besarnya R2 model dianggap mengindikasikan adanya multikolinearitas. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis
21
merupakan data time series. Alat analisis yang digunakan adalah uji DurbinWatson Statistik. Untuk mengetahui terjadi atau tidak autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson pada perhitungan regresi dengan statistik tabel Durbin-Watson pada gambar di bawah ini.
Gambar 2 Uji statistik Durbin-Watson Uji skedastisitas dilakukan dengan menggunakan program EViews melalui park test (uji Park) yang dilakukan dengan meregresikan meregresikan nilai residual yang dihasilkan dari persamaan awal, dengan variabel yang ada. Uji Statistik Model Uji F dikenal dengan uji serentak, yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Selain itu juga dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk peramalan, sebaliknya jika tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. Uji t dikenal dengan uji parsial, dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan Uji F. Uji Koefisien Determinasi (R Squared /R2 dan Adjusted R Squared), bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Apabila analisis yang digunakan adalah regresi sederhana, maka yang digunakan adalah nilai R Square. Namun, apabila analisis yang digunakan adalah regresi berganda, maka yang digunakan adalah Adjusted R Square. Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel Hill et al. (1997) memberikan definisi Vector Autoregression (VAR) sebagai model data urut waktu yang dipergunakan untuk meramalkan nilai dari dua atau lebih variabel ekonomi. Model ini berkaitan dengan model persamaan simultan model dimana variabel dianggap endogen dan ditentukan secara bersama, namun hanya menggunakan data dan pola dalam data historis sebagai dasar untuk peramalan.
22
Misalkan xt dan yt merupakan variabele konomi yang akan diramalkan nilainya. Maka sebuah model VAR dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut. yt= θ0 + θ1 yt-1 + … + θp yt-p + Φ1xt-1 + … + Φpxt-p + et ---------------(20) xt= δ0 + δ 1 yt-1 + … + δp yt-p + α1xt-1 + … + α pxt-p + ut ---------------(21) dalam model ini, nilai dari variabel yt dijelaskan oleh nilai y dari periodeperiode sebelumnya dan nilai variabel x dari periode-periode sebelumnya, ditambah dengan random error (et). perlu dipahami bahwa nilai yt tidak secara langsung dan sepenuhnya dipengaruhi oleh nilai dari xt, dan dua persamaan diatas bukanlah merupakan model persamaan yang simultan. Nilai et sendiri diasumsikan memiliki rata-rata nol dan varians yang konstan serta secara serial tidak saling berhubungan. Demikian pula halnya dengan variabel xt pada persamaan 19 yang dijelaskan oleh nilai x dari periode-periode sebelumnya dan nilai variabel y dari periode-periode sebelumnya, ditambah dengan random disturbance (ut). Setiap variabel xt dan yt dijelaskan oleh masing masing nilai dari peride sebelumnya, namun diasumsikan tidak terdapat variabel ekonomi lain yang terlibat, sehingga dapat disimpulkan bahwa model VAR menggunakan pola historis dari masing-masing variabel dan hubungannya dengan variabel lainnya. Satu hal yang menarik adalah, model ini melibatkan hubungan antara random errors et dan ut. Termasuk kedalam komponen kedua error ini adalah kejutan kondisi ekonomi (economic shocks) terhadap x dan y, yang berasal dari luar sistem persamaan seperti perubahan kebijakan pemerintah, peristiwa nasional dan internasional dan faktor lain yang tidak berada dalam model persamaan. Masalah yang mungkin timbul dalam penggunaan model VAR adalah penentuan panjang lag, untuk menentukan jumlah periode sebelumnya yang akan dipergunakan dalam estimasi model VAR. Juanda dan Junaidi (2012) mengungkapkan bahwa model VAR dibangun dengan pendekatan meminimalkan teori agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik, sehingga disebut model nonstruktural/tidak teoritis. Data yang dipergunakan dalam model VAR haruslah data yang stasioner, agar dapat dihasilkan model yang baik. Bentuk-bentuk model VAR secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Unrestricted VAR. Terdapat dua bentuk dari model ini, antara lain: - VAR in level. Jika data tidak stasioner pada level, harus distasionerkan dulu sebelum menggunakan model VAR. - VAR in difference. jika data tidak stasioner dalam level dan tidak memiliki hubungan kointegrasi, estimasi VAR dilakukan pada data diferens. 2. Restricted VAR atau disebut Vector Error Correction Model (VECM), yaitu bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi diberikan karena data tidak stasioner namun terkointegrasi. 3. Structural VAR. Bentuk VAR direstriksi berdasarkan hubungan teoritis yang kuat dan skema ordering hubungan terhadap variabel-
23
variabel yang digunakan. S-VAR dikenal sebagai VAR yg teoritis (theoritical VAR) . Juanda dan Junaidi (2012) menjelaskan bahwa terdapat beberapa analisis penting dalam model VAR. Empat diantaranya adalah: (1) Peramalan; Sebelum digunakan untuk peramalan, biasanya dilakukan simulasi untuk mencocokkan dataaktual dengan nilai fitted value. Simulasi yang relevan dengan model VAR adalah simulasi dinamis yang menggunakan semua persamaan yang ada dalam VAR secara simultan. (2) Impulse response; Model VAR dapat digunakan untuk melihat dampak perubahan dari satu variabel terhadap variabel lainnya dalam sistem secara dinamis. Caranya dgn memberikan guncangan (shocks) pada salah satu variabel endogen. Shock yang diberikan biasanya sebesar satu standar deviasi dari variabel (disebut innovations). Penelusuran pengaruh guncangan terhadap nilai semua variabel saat ini dan beberapa periode mendatang disebut sebagai teknik Impulse Response Function (IRF). (3) Forecast error decomposition variance (FEDV) Bertujuan memprediksi kontribusi persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR. Analisis FEDV digunakan untuk menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel dalam sistem VAR karena adanya shock. (4) Uji kausalitas. Pengujian untuk menentukan hubungan sebab akibat antara variabel dalam sistem VAR. Hubungan sebab akibat diuji dengan uji kausalitas Granger (Granger Causality Test). Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini, hipotesis dikembangkan adalah: Hipotesis Pertama H10: kepatuhan pajak (tax compliance) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. H11: kepatuhan pajak (tax compliance) memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. Hipotesis Kedua H20: Image “wajib pajak patuh” yang melekat pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi harga saham. H21: Image “wajib pajak patuh” yang melekat pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi harga saham. Hipotesis Ketiga H30: Kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya tax compliance akan mempengaruhi harga saham.
24
H31: Kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya tax compliance akan mempengaruhi harga saham. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Direktorat Teknologi dan Informasi, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta dan Bogor pada rentang waktu Mei-Juni 2014. Limitasi Penelitian ini memiliki keterbatasan yang disebabkan adanya keterbatasan data yang dapat diberikan oleh DJP. Hal ini disebabkan oleh adanya kerahasiaan jabatan sebagaimana diatur Pasal 34 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sehingga data yang diberikan hanya berupa statistik penerimaan pajak dari setiap KPP tempat para emiten sektor kelapa sawit terdaftar sebagai wajib pajak, sehingga tidak dapat diketahui secara spesifik nilai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh masing-masing emiten keepada DJP. Data penerimaan pajak dan pelaporan pajak lebih didasarkan pada rata-rata penerimaan dan pelaporan pajak dibandingkan dengan jumlah beban pajak di masing-masing laporan keuangan dan jumlah masa pelaporan pajak yang seharusnya dilaporkan setiap emiten.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, penulis akan melakukan penelitian terhadap 7 (tujuh) perusahaan emiten sektor kelapa sawit yang terdaftar di BEI, antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Gozco Plantation Tbk (GZCO), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP). Ketujuh perusahaan ini dipilih karena telah listing di BEI setelah tahun 2008. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, seperti pelaksanaan tarif tunggal pajak perusahaan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 2009 yang akan dapat menyeragamkan jumlah pajak penghasilan emiten kepala sawit, sehingga berdasarkan tanggal IPO emiten sektor industri kelapa sawit, maka ketujuh perusahaan dipilih untuk diolah laporan keuangan dari triwulan II tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2013. Berdasarkan data statistik penerimaan pajak sektor industri sawit di tempat Emiten terdaftar sebagai Wajib Pajak, peneliti mendapatkan informasi bahwa penerimaan pajak darisektor kelapa sawit terus mengalami peningkatan, teutama sejak tahun 2011. Dari data yang peneliti dapatkan, terdapat indikasi bahwa tiap emiten membukukan pembayaran pajak yang cukup signifikan di tiap triwulan keempat sejak tahun 2011. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya pembukuan laba akuntansi di akhir tahun akibat transaksi dengan pihak ketiga yang berasal dari dalam atau luar negeri. Biasanya pembukuan laba akuntansi yang besar ini akan
25
menimbulkan pajak penghasilan yang cukup signifikan, yang akan dibayarkan pada triwulan pertama tahun berikutnya. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, para emiten berusaha untuk melakukan penyetoran pajak penghasilan pasal 25 (PPh Pasal 25), yang lebih besar dari biasanya untuk memperingan beban pengeluaran kas untuk pembayaran pajak di triwulan pertama atau kedua tahun berikutnya, sebab batas waktu pembayaran pajak terutang akan berada di bulan April tahun berikutnya. Hal ini dilakukan karena pembayaran PPh Pasal 25 berfungsi sebagai kredit pajak penghasilan badan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh Badan yang akan dilaporkan pada akhir bulan keempat di tahun berikutnya. 1.400.000.000.000 1.200.000.000.000 1.000.000.000.000 Triwulan I
800.000.000.000
Triwulan II 600.000.000.000
Triwulan III Triwulan IV
400.000.000.000 200.000.000.000 2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 3 Penerimaan PPh badan sektor kelapa sawit tempat emiten terdaftar Apabila kita telusuri lebih lanjut dengan melakukan equalisasi dengan beban pajak penghasilan badan yang dilaporkan dalam laporan keuangan komersial yang dipublikasikan para emiten, peneliti mendapatkan informasi bahwa nilai beban pajak yang dilaporkan laporan keuangan emiten tidaklah otomatis sama dengan jumlah penerimaan PPh Badan di kantor pelayanan pajak tempat emiten terdaftar. Hal ini disebabkan oleh adanya intepretasi yang sedikit berbeda antara pemahaman masing-masing emiten terhadap suatu ketentuan perpajakan dengan maksud pemerintah dalam menerbitkan ketentuan perpajakan. Dari gambar 3 dan 4, peneliti berpendapat bahwa perlu dilakukan penyamaan persepsi antara pemerintah dan pelaku industri kelapa sawit tentang ketentuan perpajakan, sehingga jumlah penerimaan pajak dari sektor kelapa sawit yang ditargetkan di tempat emiten kelapa sawit terdaftar akan sama (equal) dengan jumlah pembayaran beban pajak yang dilaporkan oleh emiten dalam laporan keuangan yang telah dipublikasikan kepada masyarakat. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak bermaksud untuk meneliti mengenai perbedaan persepsi ini, melainkan untuk melihat pengaruh dari kepatuhan emiten dalam membayar dan melaporkan pajak penghasilan badan yang terutang terhadap perubahan harga saham di BEI. Selain itu juga,
26
peneliti bertujuan untuk melihat pengaruh kepatuhan perpajakan emiten kelapa sawit terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan juga untuk melihat pengaruh kinerja keuangan pasca pelaksanaan kepatuhan perpajakan terhadap perubahan harga saham. 500.000.000.000 400.000.000.000 AALI
300.000.000.000
SGRO
200.000.000.000
TBLA
100.000.000.000
UNSP
2013-3
2013-1
2012-3
2012-1
2011-3
2011-1
2010-3
GZCO 2010-1
(200.000.000.000)
2009-3
(100.000.000.000)
2009-1
-
LSIP SMAR
(300.000.000.000)
Gambar 4 Beban PPh badan emiten kelapa sawit 2009-2013 Analisis Regresi Linier Berganda dengan Data Panel Sebelum dilakukan pembentukan persamaan regresi perlu dilakukan uji asumsi klasik, dengean pengujian multikolineritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. a. Uji multikolineritas Dalam penelitian ini pengujian multikolineritas dilakukan dengan bantuan software Minitab 14 yang menghasilkan informasi sebagai berikut. Nilai VIF pada output menunjukkan keberadaan multikolinearitas yang signifikan pada variabel EPS, NPM dan ROE, artinya ada indikasi multikolinearitas dalam model. Oleh karenanya perlu dihilangkan variabel yang memiliki kolinearitas tinggi, seperti NPM dan ROE. EPS dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2010) dan Istianawati (2014) menunjukkan bahwa EPS merupakah variabel yang berpengaruh besar pada return saham. Kemudian dilakukan kembali pengujian multikolinearitas dengan 7 variabel. Pengujian kali ini menghasilkan output yang menyatakan tidak adanya multokilinearitas. Ini ditunjukkan dengan nilai VIF berturut-turut untuk X1, X2, X4, X7, X8, X9, X10 adalah 1,1; 1,1; 1,2; 1,1; 1,2; 1,0; dan 1,0 yang nilainya tidak ada yang lebih dari 10. b. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan program EViews 7.2 melalui Uji Park yang meregresikan nilai residual yang dihasilkan dari persamaan awal, dengan variabel yang ada. Dari koefesien yang dihasilkan dari uji Park, didapatkan nilai koefesien variabel independen yang nilainya diatas nilai α (0,05), yaitu X1, X2,
27
X4, X7, X8, X9, X10 adalah 0,1514; 0,0449; 0,4481; 0,3445; 0,3793; 0,5638; dan 0,2241 yang nilainya lebih dari 0,05 dan disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Murhadi (2011), apabila terjadi heteroskedastisitas ini diatasi dengan bantuan software EViews melalui prosedur equation dengan menggunakan opsi heteroscedastisity consistent koefisient covarian. Dari pengujian yang dilakukan, nilai heteroskedastisitas menurun dan Standar error intercept menurun. c. Uji autokorelasi Dalam penelitian ini pengujian multikolineritas dan autokorelasi dilaksanaan secara bersamaan dengan menggunakan bantuan software Minitab 14. dengan langsung melakukan perhitungan semua variabel kecuali Kepatuhan Audit. Melalui perhitungan regresi yang dilakukan, diperoleh nilai Durbin-Watson statistic = 1,75112. Nilai tersebut terletak pada daerah tidak ada autokorelasi dalam rentang pengujian autokorelasi Durbin Watson. Hal ini memperlihatkan bahwa nilai 1,75112 berada dalam rentang 1,54 dan 2,46 yang merupakan daerah terima Ho (tidak ada autokorelasi). Untuk pengujian model dimulai dengan memasukkan data kedalam model dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk menghitung perubahan rasio keuangan emiten kelapa sawit dan mengkalkulasi data perubahan pembayaran pajak, pelaporan pajak serta audit. Setelah data tersebut selesai dibuat, pemodelan dilanjutkan dengan menggunakan software EViews 7.2 untuk memfasilitasi metode analisis regresi linier berganda berbentuk data panel. Data hasil olahan Excel dimasukkan ke dalam kertas kerja Eviews 7.2 melalui prosedur impor data. Setelah semua data berada dalam software EViews, penelitian dilanjutkan dengan pembentukan model OLS, FEM dan REM. Namun karena model REM membutuhkan jumlah cross section (individu) yang diteliti, harus lebih besar dari jumlah variabel maka pemodelan dengan metode REM tidak dapat dilaksanakan sebab jumlah cross section yang ada hanya 7 sedangkan jumlah variabel penelitian adalah 10. Dalam penelitian ini dilakukan uji Chow dengan hasil output, nilai Prob=0.9791 untuk Cross section F, yang berarti lebih dari 0.05 (keputusan: Terima Ho) sehingga dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan 95 persen model Common Effect (OLS) lebih baik daripada model Fixed Effect. Tabel 3 Uji Chow Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
0.190081 1.268593
d.f.
Prob.
(6,119) 6
0.9791 0.9734
Namun karena model yang dihasilkan metode Fixed Effect memiliki kofesien determinasi yang relatif lebih baik, penelitian dilanjutkan dengan
28
menggunakan model yang dihasilkan metode Fixed effect. Ariefianto (2012) menyebutkan bahwa unruk meningkatkan kualitas regresi dan mengakomodir gejala heteroskedastisitas maka dilakukan penyesuaian pada metode Generalized Least Square (GLS) melalui pemilihan cross-section weights pada opsi GLS Weight dan pemilihan cross-section SUR pada opsi Coef Covariance method. Dari penelitian yang dilakukan maka dihasilkan output persamaan regresi data panel dari metode FEM sebagai berikut: Tabel 4 Output metode FEM Dependent Variable: HRG Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 07/11/14 Time: 15:32 Sample: 2009Q2 2013Q4 Periods included: 19 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 133 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BYR LPR EPS PER QR EVA MVA
0.064381 -0.009803 0.429571 0.006377 0.003162 0.009663 0.003350 -0.007195
0.027068 0.009980 0.371959 0.002353 0.005200 0.025030 0.001038 0.004118
2.378465 -0.982268 1.154888 2.709807 0.608204 0.386054 3.227280 -1.747207
0.0190 0.3280 0.2505 0.0077 0.5442 0.7001 0.0016 0.0832
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.242494 0.159741 1.030314 2.930340 0.001001
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.173387 1.128655 126.3240 1.967049
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.140463 8.114416
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.051199 1.416675
Berdasarkan output diatas, peneliti membuat persamaan regresi sebagai berikut. Y = 0,064381 - (0,009803 Xl) + (0,429571 X2) + 0 X3 + (0,006377 X4)* + (0,003162 X7) + (0,009663 X8) + (0,003350 X9)* - (0,007195 X10) + e --(22) Dari persamaan regresi di atas, peneliti mendapatkan informasi bahwa perubahan kepatuhan bayar yang dilakukan emiten (X1) memiliki pengaruh
29
negatif walaupun tidak besar terhadap perubahan harga saham emiten. Hal ini disebabkan adanya sentimen pasar terhadap kondisi likuiditas perusahaan, karena calon investor tentunya merasa likuiditas perusahaan akan terganggu apabila jumlah pembayaran pajak yang dilakukan emiten membesar. Mereka khawatir likuiditas yang terganggu ini akan mengganggu perusahaan dalam pembagian dividen yang diharapkan investor. Pengaruh negatif lainnya adalah perubahan MVA. hal ini lebih disebabkan bahwa nilai pasar perusahaan tidak terlalu berpengaruh bagi calon investor, sebab yang lebih dicari adalah tingkat pengembalian (return) yang diterima oleh investor. Variabel yang memiliki pengaruh positif bagi perubahan harga saham adalah perubahan kepatuhan lapor (X2), EPS (X4), PER (X7), QR (X8) dan EVA (X9). Perubahan kewajiban lapor memiliki pengaruh positif terhadap perubahan harga saham, karena makin patuh suatu perusahaan akan mengecilkan resiko dilakukannya pemeriksaan terhadap suatu perusahaan. Ketidakpatuhan pelaporan perpajakan akan memberikan efek negatif berupa tambahan pengeluaran biaya untuk pembayaran sanksi administrasi dan Ketetapan Pajak yang juga akan membuat likuiditas dan keberlangsungan perusahaan akan mengalami gangguan. Sedangkan rasio keuangan seperti EPS, PER, QR dan EVA akan memberikan pengaruh positif terhadap perubahan harga saham emiten kelapa sawit. Makin besar EPS, kemungkinan investor untuk mendapatkan return yang besar akan semakin terbuka. Hal ini akan menyebabkan investor untuk menanamkan modalnya pada emiten sektor kelapa sawit. Demikian halnya dengan PER dan QR, akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kepercayaan calon investor kepada perusahaan. Untuk rasio keuangan seperti EVA, merupakan gambaran laba ekonomis yang sebenarnya dari kegiatan bisnis emiten sektor kelapa sawit, menjadikannya daya tarik bagi investor dengan harapan return yang lebih besar dari saham yang telah dimilikinya atau akan dibelinya. Untuk mengetahui kesuaian model regresi yang dihasilkan agar dapat digunakan dalam proses peramalan maka perlu dilakukan uji statistik model. Uji F Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 2,93034 yang lebih besar dari F Tabel (2,09) yang memberi kesimpulan untuk menolak H0. Hal ini berarti bahwa minimal terdapat 1 variabel penjelas (X) yang mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel respon (Y). Uji t Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai p-value dari beberapa variabel memiliki nilai kurang dari α (0,05) yang memberi kesimpulan bahwa terdapat variabel penjelas (X) seperti ΔEPS (0,0077) dan ΔEVA (0,0016) mempunyai pengaruh secara sendiri-sendiri secara signifikan terhadap variabel respon (Y), sedangkan variabel yang memiliki nilai pvalue diatas 0,05 seperti ΔBayar, ΔLapor, ΔPER, ΔQR dan ΔMVA tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap Δharga saham (Y).
30
Uji Koefisien Determinasi (R Squared /R2 dan Adjusted R Squared) Nilai R2 yang diperoleh dari pengujian ini adalah sebesar 24,25% yang memiliki pengertian bahwa keragaman perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh perubahan kepatuhan pajak dan perubahan rasio keuangan perusahaan sebesar 24,25%. Sedangkan nilai Adjusted R2 sebesar 15,97% berarti sebesar 15,97% perubahan harga saham emiten kelapa sawit dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel Untuk melakukan peramalan harga saham, peneliti menggunakan VAR dengan bantuan software Eviews 7.2. Sebelum dilakukan pembentukan model VAR perlu dilakukan uji stasioneritas data time series dan uji kestabilan model. Dalam penelitian ini pengujian stasioneritas dilakukan dengan melakukan pengecekan dengan unit root test terhadap semua data time series mulai dari harga, kepatuhan bayar, kepatuhan lapor, EPS, PER, QR, EVA dan MVA. dari hasil pengujian masing-masing variabel, ternyata diperoleh hasil bahwa data stasioner pada difference pertama dan kedua untuk variabel Harga, EPS, QR dan MVA. Pada dasarnya untuk membuat model VAR, sebenarnya harus dengan syarat bahwa seluruh variabel stasioner pada level (ketika memakai VAR dengan data level) atau salah satu variabel stasioner pada level dan yang lainnya pada difference (ketika memakai VAR dengan different data). Setelah dilakukan uji stasioneritas, penelitian dilanjutkan dengan model Unrestricted VAR (VAR in difference). Uji stabilitas dilakukan dengan menggunakan program EViews 7.2 melalui prosedur: View > Lag Structure > AR Roots Table. Dari prosedur yang dilakukan didapatkan data yang stabil. Untuk pembuatan model VAR dimulai dengan memasukkan data kedalam model dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk menghitung perubahan rasio keuangan emiten kelapa sawit dan mengkalkulasi data perubahan pembayaran pajak, pelaporan pajak serta rasio keuangan yang akan diuji. Setelah data tersebut selesai dibuat, pemodelan dilanjutkan dengan menggunakan software EViews 7.2. Setelah penentuan lag maksimum dan lag optimal, peramalan harga saham dengan model VAR dilanjutkan dengan mengestimasi sistem VAR. dari estimasi yang dilakukan didapatkan output persamaan VAR sebagaimana tertera dalam lampiran 4. Sedangkan persamaan VAR tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Yt = - (0,83812*(Yt-1)) - (0,882291*(Yt-2)) - (1,001118*(Yt-3)) (0,876623*(Yt-4)) - (0,306347*(Yt-5)) - (0,449236*(Yt-6)) - (0,08927*(Yt-7)) + (0,027182*(X1,t-1)) - (0,016293*(X1,t-2)) + (0,002464*(X1,t-3)) (0,002218*(X1,t-4)) - (0,006342*(X1,t-5)) + (0,032284*(X1,t-6)) + (0,000918*(X1,t-7)) + (0,130174*(X2,t-1)) + (0,616371*(X2,t-2)) (1,437076*(X2,t-3)) - (0,687153*(X2,t-4)) + (4,820136*(X2,t-5)) (0,16654*(X2,t-6)) - (2,244069*(X2,t-7)) + (0,012028*(X4,t-1)) + (0,019796*(X4,t-2)) + (0,046497*(X4,t-3)) + (0,062519*(X4,t-4)) + (0,052534*(X4,t-5)) + (0,022543*(X4,t-6)) + (0,006729*(X4,t-7)) +
31
(0,005376*(X7,t-1)) - (0,018112*(X7,t-2)) - (0,030087*(X7,t-3)) (0,02958*(X7,t-4)) (0,031841*(X7,t-5)) (0,046422*(X7,t-6)) (0,035188*(X7,t-7)) + (0,070896*(X8,t-1)) + (0,079478*(X8,t-2)) + (0,149514*(X8,t-3)) + (0,078741*(X8,t-4)) + (0,116641*(X8,t-5)) + (0,062997*(X8,t-6)) + (0,089804*(X8,t-7)) - (0,003455*(X9,t-1)) (0,0018*(X9,t-2)) (0,000206*(X9,t-3)) + (0,002596*(X9,t-4)) (0,001911*(X9,t-5)) - (0,001983*(X9,t-6)) + (0,001717*(X9,t-7)) + (0,034543*(X10,t-1)) + (0,048485*(X10,t-2)) + (0,178585*(X10,t-3)) (0,056113*(X10,t-4)) - (0,132626*(X10,t-5)) - (0,011133*(X10,t-6)) (0,070105*(X10,t-7)) - 0,049289 ------------------------------------------------(23) Analisis impulse response function (IRF) Setelah diperoleh persamaan, analisis dilanjutkan dengan proses analisis impulse response function (IRF) untuk melihat dampak perubahan variabel satu dengan yang lain. Dari prosedur yang dilaksanakan, didapatkan tabel sebagai berikut. Tabel 5 Impulse response function harga saham Response of D(HRG): Period D(HRG) D(BYR) 1 0,172841 0,000000 2 -0,175628 0,022005 3 0,017494 -0,025380 4 -0,019837 -0,037759 5 -0,052996 0,052144 6 0,104884 0,027961 7 -0,055094 -0,118625 8 0,145118 0,213993 9 0,349041 0,373118 10 -0,061565 -0,356750
D(LPR) 0,000000 0,002539 0,027159 -0,095485 0,062139 0,053088 -0,245971 0,178283 0,128373 0,767955
D(EPS) 0,000000 0,045512 -0,001282 -0,038617 -8,46E-06 -0,337422 -0,280967 0,932767 0,101467 0,790921
D(PER) 0,000000 0,011586 -0,008403 -0,041372 -0,030329 0,132594 -0,387682 -0,524674 0,465258 2,365965
D(QR) 0,000000 0,025728 0,005499 -0,002792 -0,028778 -0,001665 -0,038150 -0,192847 0,288926 0,253534
D(EVA) 0,000000 -0,038673 0,011329 0,031992 0,076864 -0,151592 0,179135 0,322550 -0,571084 -0,519397
D(MVA) 0,000000 0,010748 -0,004158 0,039171 0,008460 -0,049671 -0,107602 -0,171594 0,116330 -0,531517
Dari Tabel 5 terlihat bahwa pengaruh perubahan harga terhadap dirinya sendiri menunjukkan adanya pergerakan yang fluktuatif. Variabel lainnya pun memiliki efek yang sama terhadap perubahan harga saham. Hal ini berarti selama 10 triwulan ke depan, dampak respons yang diterima oleh variabel perubahan harga akibat guncangan seluruh variabel yang ada, bersifat divergence, dimana perubahan variabel yang ada, akan memberikan guncangan yang meninggalkan pengaruh terhadap perubahan harga dimasa depan. Namun untuk beberapa triwulan kedepan, pengaruh tiap variabel terhadap perubahan harga saham masih berada di daerah keseimbangan, namun tidak menghilang seiring berjalannya waktu. Analisis forecast error decomposition variance (FEDV) Untuk analisis forecast error decomposition variance (FEDV), prosedur dilakukan untuk memprediksi kontribusi persentase varians setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR. Dari prosedur dalam Eviews 7.2, didapatkan tabel sebagai berikut.
32
Tabel 6 Variance decomposition dari harga saham Variance Decomposition of D(HRG): Period S.E. D(HRG) 1 0,172841 100,0000 2 0,256298 92,43507 3 0,260047 90,24145 4 0,290396 72,83180 5 0,318507 63,31175 6 0,522429 27,56294 7 0,790509 12,52409 8 1,428128 4,869834 9 1,722494 7,453765 10 3,244644 2,136669
D(BYR) 0,000000 0,737165 1,668558 3,028702 5,197932 2,218475 3,220777 3,232064 6,913974 3,157447
D(LPR) 0,000000 0,009817 1,100300 11,69397 13,52713 6,060543 12,32880 5,335887 4,223400 6,792192
D(EPS) 0,000000 3,153268 3,065428 4,226519 3,513396 43,02088 31,42246 52,28670 36,28968 16,16938
D(PER) 0,000000 0,204339 0,302904 2,272624 2,795892 7,480766 27,31854 21,86745 22,32781 59,46453
D(QR) 0,000000 1,007640 1,023512 0,830004 1,506335 0,560908 0,477886 1,969869 4,167679 1,785137
D(EVA) 0,000000 2,276836 2,401448 3,139440 8,433635 11,55447 10,18158 8,220619 16,64319 7,252997
Dari tabel 6 terlihat bahwa sumber penting dari variasi perubahan harga untuk satu periode kedepan adalah guncangan dari harga itu sendiri, sedangkan untuk dua periode kedepan, variasi nilai prediksi perubahan harga disumbangkan oleh harga sebesar 92,43% sedangkan sisanya disumbangkan oleh kepatuhan bayar pajak sebesar 0,73%; kepatuhan lapor sebesar 0,01%; EPS sebesar 3,15%; .PER sebesar 0,20%; QR sebesar 1,01%; EVA sebesar 2,27% dan MVA sebesar 0,17%. Demikian selanjutnya untuk periode-periode selanjutnya. Analisis Kausalitas (Granger Causality Test) Pengujian kausalitas dilakukan dengan menggunakan prosedur Eviews 7.2 yang menghasilkan output sebagaimana terlampir dalam Lampiran 6. Sebagian isi Lampiran 6 telah peneliti tuliskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 7 Uji kausalitas Pairwise Granger Causality Tests Sample: 2009Q2 2014Q2 Lags: 7 Null Hypothesis: BYR does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause BYR
F-Statistic 2.41632 3.28122
Prob. 0.0284 0.0045
LPR does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause LPR
2.69716 3.90764
0.0157 0.0012
EPS does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause EPS
1.29753 1.99075
0.2647 0.0688
PER does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause PER
0.78985 0.97882
0.5982 0.4538
QR does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause QR
1.34323 1.64914
0.2436 0.1364
EVA does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause EVA
1.23618 0.29178
0.2953 0.9550
MVA does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause MVA
0.78212 4.88737
0.6045 0.0002
D(MVA) 0,000000 0,175867 0,196402 1,976948 1,713929 1,541023 2,525865 2,217575 1,980501 3,241647
33
Dari tabel 7 diketahui bahwa perubahan kepatuhan bayar dan lapor berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Demikian juga halnya perubahan harga saham, yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kepatuhan bayar dan lapor.dengan demikian, terjadi hubungan kausalitas 2 arah antara perubaan harga dan perubahan bayar dan lapor. Pengujian Hipotesis Pengaruh kepatuhan pajak (tax compliance) terhadap kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ketiga indikator yang dijadikan parameter untuk menilai kepatuhan pajak suatu perusahaan, yaitu pelaporan pajak, pembayaran pajak dan audit laporan keuangan. Secara teoritis, kepatuhan pajak yang dilambangkan oleh adanya pembayaran pajak, tentunya akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, terutama pada bagian Laba Bersih Setelah Pajak (Earning After Tax /EAT). Hal ini tentunya akan mempengaruhi rasio keuangan yang mengandung unsur EAT dalam perhitungannya seperti EPS, PER dan EVA serta beberapa rasio lainnya, karena setiap rupiah dari pembayaran pajak tentunya akan menimbulkan perubahan dalam perhitungan rasio dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. Untuk meningkatkan besaran rasio keuangan, biasanya perusahaan akan melakukan perencanaan pajak, agar nilai pembayaran pajak yang dilakukan dapat seminimal mungkin namun tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan yang berlaku. Dari 7 emiten yang diteliti, data pembayaran pajak dari DJP tidak dapat dirinci satu per satu mengingat adanya kerahasiaan jabatan sebagaimana diatur dalam pasal 34 UU Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, yang menyebutkan bahwa setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sehingga dalam menganalisis kepatuhan pajak 7 emiten, digunakan statistik penerimaan PPh Badan dari KPP tempat ketujuh emiten tersebut terdaftar. Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan secara sendiri terhadap perubahan kepatuhan pajak dan perubahan rasio keuangan perusahaan, didapatkan hasil sebagai berikut: Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap EPS ΔEPS = - 0,21984 + (0,093043*ΔKepatuhan Bayar) (7,378884*ΔKepatuhan Lapor) ------------------------------------------------(24) F-stat : 1,125177; p-value: 0,351031; R2 :0.067679 dan Adjusted R2 : 0.007529 F Tabel 3,07
34
Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap PER ΔPER = -0,101349 + (0,284167*ΔKepatuhan Bayar) + (5,927645*ΔKepatuhan Lapor) ------------------------------------------------(25) F-stat : 1,225963; p-value: 0,289362; R2 :0,073297 dan Adjusted R2 : 0,013510 F Tabel 3,07 Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap QR ΔQR = 0,053906 – (0,002977*ΔKepatuhan Bayar) (0,044527*ΔKepatuhan Lapor) ------------------------------------------------(26) F-stat : 0,544124; p-value: 0,821231; R2 : 0,033914 dan Adjusted R2 : 0,028414 F Tabel 3,07 Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap EVA ΔEVA = 0,977412 – (0,798669*ΔKepatuhan Bayar) + (4,65539*ΔKepatuhan Lapor) -------------------------------------------------(27) F-stat : 0,499781; p-value: 0,854455; R2 : 0,031237 dan Adjusted R2 : 0,031264 F Tabel 3,07 Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap MVA ΔMVA = - 0,101349 + (0,284167*ΔKepatuhan Bayar) + (5,927645*ΔKepatuhan Lapor) ------------------------------------------------(28) F-stat : 1,225963; p-value: 0,289362; R2 : 0,073297 dan Adjusted R2 : 0,01351 F Tabel 3,07 Dari analisis regresi yang dilakukan, sebagian besar pengujian memiliki F hitung dibawah F Tabel, hal ini mengindikasikan bahwa perubahan kepatuhan perpajakan tidak akan mempengaruhi perubahan rasio keuangan perusahaan. Namun secara perhitungan setiap bagan dari rasio kinerja keuangan, perusahaan seharusnya merasakan dampak positif maupun negatif dari setiap pelaksanaan kepatuhan perpajakan, sebab disadari atau tidak setiap pembayaran pajak tentunya akan sangat mempengaruhi likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Selain itu perubahan tiap elemen dari tiap rasio keuangan tidaklah sesederhana yang dibayangkan, sebab elemen perhitungan rasio kadang kala memiliki perhitungan yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh kepatuhan pajak. Namun berdasarkan persamaan regresi yang dilakukan, pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan tetap ada, namun tidak signifikan. Ketidaksignifikanan hasil regresi antara perubahan kepatuhan perpajakan dengan kepatuhan perpajakan ini, kemungkinan disebabkan data penelitian berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan dari masing-masing emiten yang tidak secara lengkap diperoleh dari DJP, mengingat terdapat limitasi berupa kerahasiaan jabatan yang harus dipegang teguh oleh DJP. Hal ini diatur secara jelas dalam Pasal 34 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang melarang setiap pejabat DJP untuk memberitahukan
35
kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Peneliti meyakini bahwa apabila tidak terdapat limitasi ini, maka setiap emiten akan dapat terdeskripsikan kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya, sehingga secara spesifik akan dapat terlihat pengaruh dari pembayaran pajak terhadap EPS, PER, QR, EVA dana MVA. karena dalam pembentukan rasio keuangan ini terdapat komponen beban pajak yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi nilai laporan keuangan dan rasio keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka berdasarkan persamaan regresi yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pajak yang dilakukan oleh perusahaan akan tidak berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan, sehingga hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “kepatuhan pajak (tax compliance) memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit” tidak dapat diterima (H01 diterima.) Pengaruh image “wajib pajak patuh” yang melekat pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit terhadap harga saham. Kriteria Wajib Pajak Patuh yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 192/PMK.03/2007 jo. PMK Nomor 74/PMK.03/2012, berupa Wajib Pajak yang tepat waktu melaporkan pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan, tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir, sepertinya cukup sulit dipenuhi oleh para emiten sektor kelapa sawit, mengingat tingkat pelaporan dan pembayaran pajaknya belum sesuai dengan yang diharapkan oleh DJP sebagai penghimpun penerimaan pajak. Oleh karenanya, dalam penelitian ini ditetapkan 3 indikator yang dianggap mampu menggambarkan image “wajib pajak patuh” pada ketujuh emiten sektor kelapa sawit, antara lain, pembayaran pajak, pelaporan Surat Pemberitahuan dan audit terhadap laporan keuangan. Di sisi lain, untuk mengukur tingkat kepercayaan investor terhadap emiten, digunakan 2 indikator, a ntara lain harga saham pada akhir pelaporan laporan keuangan triwulanan dan rata-rata volume penjualan saham dalam satu triwulan. Namun saat uji validitas, dan reliabilitas melalui analisis SEM yang juga sempat dilakukan dalam peneltian ini, hanya indikator harga saham yang dianggap valid dan reliabel untuk menggambarkan tingkat kepercayaan konsumen (dalam hal ini investor).
36
Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan, dihasilkan persamaan: Y = 0,064381 - (0,009803 Xl) + (0,429571 X2) + 0 X3 + (0,006377 X4)* + (0,003162 X7) + (0,009663 X8) + (0,003350 X9)* - (0,007195 X10) + e --(29) F hitung adalah 2,93034; p value: 0,001; R2: 0,242494 F Tabel 2,09 Dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan kepatuhan perpajakan berikut kinerja keuangan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham emiten kelapa sawit. (Kesimpulan pengujian adalah tolak Ho, karena F Hitung lebih besar F Tabel). Apabila ditelusuri lebih lanjut, kepatuhan bayar memiliki pengaruh yang negatif terhadap perubahan harga saham. Hal ini dimungkinkan karena kepatuhan membayar yang belum 100% dilaksanakan, akan memicu investor untuk mengurangi kepercayaan terhadap perusahaan yang berimbas pada turunnya kemungkinan untuk melakukan permintaan terhadap saham emiten sektor kelapa sawit yang pada akhirnya akan memicu perubahan harga saham. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, perubahan kepatuhan bayar yang dilakukan emiten (X1) memiliki pengaruh negatif walaupun tidak besar terhadap perubahan harga saham emiten. Hal ini disebabkan adanya sentimen pasar terhadap kondisi likuiditas perusahaan, karena calon investor tentunya merasa likuiditas perusahaan akan terganggu apabila jumlah pembayaran pajak yang dilakukan emiten membesar. Mereka khawatir likuiditas yang terganggu ini akan mengganggu perusahaan dalam pembagian dividen yang diharapkan investor. Sedangkan dari sisi pelaporan yang memiliki pengaruh positif, diperkirakan karena tingkat kepatuhan lapor emiten yang mengindikasikan bahwa para emiten telah berusaha melaporkan kegiatan usaha dan pembayaran pajaknya walaupun belum sesempurna yang diinginkan pemerintah, sehingga menimbulkan image bahwa perusahaan patuh terhadap ketentuan perpajakan. Indikasi adanya kepatuhan pajak akan menimbulkan image perusahaan yang baik sehingga membuat calon investor percaya akan kredibilitas perusahaan. Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, perubahan kewajiban lapor memiliki pengaruh positif terhadap perubahan harga saham, karena makin patuh suatu perusahaan akan mengecilkan resiko dilakukannya pemeriksaan terhadap suatu perusahaan. Ketidakpatuhan pelaporan perpajakan akan memberikan efek negatif berupa tambahan pengeluaran biaya untuk pembayaran sanksi administrasi dan Ketetapan Pajak. Kedua jenis kepatuhan pajak ini, yaitu kepatuhan bayar dan kepatuhan lapor, tentunya tidak secara sendiri berpengaruh terhadap perubahan harga saham emiten, sebab satu hal yang secara eksplisit dilihat oleh masyarakat, adalah laporan keuangan emiten yang telah dipublikasikan kepada khalayak, sehingga tentunya rasio keuangan perusahaan yang dipadukan dengan informasi kepatuhan perpajakanlah yang akkan berpengaruh dalam perubahan harga saham emiten. Hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa perubahan kepatuhan perpajakan secara bersama-sama dengan perubahan kinerja keuangan perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham emiten kelapa sawit
37
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pajak perusahaan akan berpengaruh pada perubahan harga saham perusahaan, sehingga hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “image “wajib pajak patuh” yang melekat pada emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi harga saham” dapat diterima (H21 diterima). Kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya pelaksanaan kepatuhan pajak akan mempengaruhi harga saham. Kinerja keuangan emiten sektor kelapa sawit sedikit banyak akan terpengaruh oleh pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan. Biasanya perusahaan-perusahaan tersebut akan mengalami perubahan dalam laporan keuangannya. Pada model awal yang diajukan dalam penelitian ini, terdapat 7 indikator yang dianggap mampu menggambarkan kinerja keuangan emiten sektor kelapa sawit, antara lain EPS, ROE, NPM, QR, PER, EVA dan MVA. Berdasarkan pengujian model FEM dalam analisis data panel, hanya 5 (empat) indikator yang dianggap dapat menjelaskan kinerja keuangan dari emiten sektor kelapa sawit pasac terlaksananya kepatuhan pajak, antara lain, EPS, PER, QR, EVA dan MVA. Hasil uji ini selaras dengan hasil penelitian yang dikemukakan Anwar (2010) yang menyimpulkan bahwa EPS dan return saham saling mempengaruhi. Demikian juga Handono (2011) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan pada Indeks harga Saham Gabungan terutama di sektor perbankan. Untuk menjawab hipotesis ketiga ini, penelitian difokuskan dengan melakukan analisis regresi terhadap harga saham dan kinerja keuangan setelah dilakukannya kepatuhan perpajakan. Untuk melakukannya,peneliti melihat perubahan kinerja perusahaan 1 triwulan setelah dilakukannya kepatuhan perpajakan, sehingga rentang waku yang digunakan adalah dari triwulan ke 3 tahun 2009 hingga triwulan 4 tahun 2013, sehingga didapatkan 126 data observasi. Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dengan bantuan software Eviews 7.2, dihasilkan output persamaan regresi sebagai berikut:
38
Tabel 8 Analisis regresi FEM untuk pengaruh kinerja keuangan setelah pelaksanaan kepatuhan pajak Dependent Variable: HRG Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/10/14 Time: 06:03 Sample: 2009Q3 2013Q4 Periods included: 18 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 126 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EPS PER QR EVA MVA
0.012419 0.006867 0.006719 0.045990 0.002937 -0.006172
0.026935 0.002875 0.005613 0.030372 0.001556 0.004073
0.461094 2.388335 1.196977 1.514217 1.887907 -1.515329
0.6456 0.0186 0.2338 0.1327 0.0616 0.1325
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.184901 0.106251 0.180570 2.350940 0.011905
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.013869 0.191129 3.717036 2.209781
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.194950 3.739662
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.012195 2.172202
Berdasarkan output diatas, peneliti membuat persamaan regresi sebagai berikut. Y = 0,012419 + (0,006867 X4)* + (0,006719 X7) + (0,045990 X8) + (0, 002937 X9) - (0,006172 X10) + e ------------------------------------------(30) F hitung adalah 2,350940; R2: 0,184901 F Tabel 2,29 Dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan kepatuhan perpajakan berikut kinerja keuangan perusahaan setelah publikasi kepatuhan perpajakan akan memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham emiten kelapa sawit. (Kesimpulan pengujian adalah tolak Ho, karena F Hitung lebih besar F Tabel). Dari analisis regresi yang dilakukan, pengujian memiliki R2 sekitar 18,49%, sehingga disimpulkan bahwa perubahan kinerja keuangan setelah pelaksanaan kepatuhan pajak dapat menjelaskan 18,49% variabilitas perubahan harga saham emiten sektor kelapa sawit. Kemudian dari pengujian simultan dan parsial terhadap analisis regresi dapat terlihat bahwa F hitung berada diatas F tabel dan p-value berada dibawah nilai α (0,05),
39
sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan setelah pelaksanaan kepatuhan pajak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap perubahan harga saham emiten sektor kelapa sawit dan terdapat rasio keuangan yang secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan perubahan harga saham seperti EPS (ditandai dengan tanda „*‟). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Istianawati (2014), Handono (2011) dan Anwar (2010) yang menyatakan dalam kesimpulan penelitiannya bahwa rasio keuangan yang memiliki pengaruh terhadap kepercayaan investor adalah EPS. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan setelah pajak akan berpengaruh pada harga saham perusahaan, sehingga hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu “kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya tax compliance akan mempengaruhi harga saham” dapat diterima (H31 diterima). Proyeksi harga saham emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya tax compliance dan rasio keuangan. Proyeksi harga saham dilakukan dengan menggunakan metode Vector Auto Regression (VAR) dengan bantuan software Eviews 7.2. Setelah melakukan uji stasioneritas data time series dan uji kestabilan model serta uji kausalitas, penelitian yang dilakukan menghasilkan persamaan VAR untuk dapat melakukan proyeksi harga saham dari variabel yang ada. Berikut hasil persamaannya Yt = ki + li + mi + ni + oi + pi + qi + ri + C ----------------------------------(31) dimana k : koefesien untuk Yt-1 (ΔHRG) l : koefesien untuk X1,t-1 (ΔBYR) n : koefesien untuk X4, t-1 (ΔEPS) p : koefesien untuk X8,t-1 (ΔQR) l : koefesien untuk X10,t-1 (ΔMVA)
i m o q C
: 1-7. : koefesien untuk X2, t-1 (ΔLPR) : koefesien untuk X7, t-1 (ΔPER) : koefesien untuk X9,t-1 (ΔEVA) : konstanta
Tabel 9 Koefesien dalam perhitungan peramalan VAR ki
li
mi
ni
oi
pi
qi
ri
C
1
-0,838120
0,027182
0,130174
0,012028
0,005376
0,070896
-0,003455
0,034543
-0,049289
2
-0,882291
-0,016293
0,616371
0,019796
-0,018112
0,079478
-0,001800
0,048485
3
-1,001118
0,002464
-1,437076
0,046497
-0,030087
0,149514
-0,000206
0,178585
4
-0,876623
-0,002218
-0,687153
0,062519
-0,029580
0,078741
0,002596
-0,056113
5
-0,306347
-0,006342
4,820136
0,052534
-0,031841
0,116641
-0,001911
-0,132626
6
-0,449236
0,032284
-0,166540
0,022543
-0,046422
0,062997
-0,001983
-0,011133
7
-0,089270
0,000918
-2,244069
0,006729
-0,035188
0,089804
0,001717
-0,070105
40
Sedangkan persamaan VAR secara lengkap dapat dituliskan dibawah ini. Yt = - (0,83812*(Yt-1)) - (0,882291*(Yt-2)) - (1,001118*(Yt-3)) (0,876623*(Yt-4)) - (0,306347*(Yt-5)) - (0,449236*(Yt-6)) - (0,08927*(Yt-7)) + (0,027182*(X1,t-1)) - (0,016293*(X1,t-2)) + (0,002464*(X1,t-3)) (0,002218*(X1,t-4)) - (0,006342*(X1,t-5)) + (0,032284*(X1,t-6)) + (0,000918*(X1,t-7)) + (0,130174*(X2,t-1)) + (0,616371*(X2,t-2)) (1,437076*(X2,t-3)) - (0,687153*(X2,t-4)) + (4,820136*(X2,t-5)) (0,16654*(X2,t-6)) - (2,244069*(X2,t-7)) + (0,012028*(X4,t-1)) + (0,019796*(X4,t-2)) + (0,046497*(X4,t-3)) + (0,062519*(X4,t-4)) + (0,052534*(X4,t-5)) + (0,022543*(X4,t-6)) + (0,006729*(X4,t-7)) + (0,005376*(X7,t-1)) - (0,018112*(X7,t-2)) - (0,030087*(X7,t-3)) (0,02958*(X7,t-4)) (0,031841*(X7,t-5)) (0,046422*(X7,t-6)) (0,035188*(X7,t-7)) + (0,070896*(X8,t-1)) + (0,079478*(X8,t-2)) + (0,149514*(X8,t-3)) + (0,078741*(X8,t-4)) + (0,116641*(X8,t-5)) + (0,062997*(X8,t-6)) + (0,089804*(X8,t-7)) - (0,003455*(X9,t-1)) (0,0018*(X9,t-2)) (0,000206*(X9,t-3)) + (0,002596*(X9,t-4)) (0,001911*(X9,t-5)) - (0,001983*(X9,t-6)) + (0,001717*(X9,t-7)) + (0,034543*(X10,t-1)) + (0,048485*(X10,t-2)) + (0,178585*(X10,t-3)) (0,056113*(X10,t-4)) - (0,132626*(X10,t-5)) - (0,011133*(X10,t-6)) (0,070105*(X10,t-7)) - 0,049289 ------------------------------------------------(32) Berdasarkan hasil persamaan diatas, dengan nilai R2 sebesar 88,75% yang berarti bahwa keragaman dalam proyeksi perubahan harga saham emiten sektor kelapa sawit dapat dijelaskan sebesar 88,75% oleh 7 variabel yang diuji dalam penelitian ini dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Asumsi yang digunakan dalam peramalan harga saham ini adalah bahwa variabel lain selain yang dimasukkan dalam model VAR ini diangga tidak memiliki pengaruh. Asumsi lain yang digunakan adalah, bahwa tidak terdapat kejadian luarbiasa dari sisi pemerintah dan lingkungan ekonomi yang akan mempengaruhi peramalan, sebab sebagaiaman kita ketahui banyak peristiwa yang dapat merubah pergerakan harga dan permintaan saham, seperti kerusuhan, bencana, pemilihan umum dan sebagainya. Untuk mendapatkan nilai peramalan harga saham yang stabil, calon investor memerlukan data laporan keuangan hingga tujuh triwulan ke belakang. Hal ini dimaksudkan agar semua variabel yang ada dapat membentuk proyeksi dengan tingkat signifikansi yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis IRF dan FEDV yang dilakukan model VAR yang dihasilkan pada pembahasan sebelumnya, penelitian ini mengindikasikan bahwa pengaruh perubahan harga terhadap dirinya sendiri menunjukkan adanya pergerakan yang fluktuatif. Variabel lainnya pun memiliki efek yang sama terhadap perubahan harga saham. Hal ini berarti selama beberapa triwulan ke depan, dampak respons yang diterima oleh variabel perubahan harga akibat guncangan seluruh variabel yang ada, bersifat divergence, dimana perubahan variabel yang ada, akan memberikan guncangan yang meninggalkan pengaruh terhadap perubahan harga dimasa depan. Sedangkan dari analisis FEDV, didapatkan informasi bahwa sumber penting dari variasi perubahan harga untuk satu periode kedepan adalah guncangan
41
dari harga itu sendiri, sedangkan untuk dua periode kedepan, variasi nilai prediksi perubahan harga disumbangkan oleh harga sebesar 92,43% sedangkan sisanya disumbangkan oleh variabel lainnya. Hal ini berarti bahwa untuk prediksi satu triwulan ke depan, pengguna laporan keuangan dapat memprediksi perubahan harga saham dengan menggunakan variabel yang ada dalam model VAR, namun yang paling berpengaruh adalah harga saham periode sebelumnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, untuk menunjang keakuratan proyeksi perubahan harga saham, dapat digunakan model VAR dengan menggunakan data keuangan perusahaan dari 7 triwulan sebelumnya. Implikasi Manajerial Tujuan utama para investor menanamkan modalnya dalam saham suatu perusahaan adalah mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang baik yang berasal dari capital gain saat terjadi transaki jual beli maupun adanya pemberian laba berupa dividen yang berasal dari laba bersih perusahaan. Untuk mendapatkan return maksimal dari investasi saham, investor perlu menganalisis informasi yang dapat memberikan return maksimal, antara rasio keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan dan informasi tentang perusahaan yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham, yang otomatis akan berpengaruh juga terhadap return saham, seperti corporate action, image perusahaan sebagai wajib pajak patuh, dan informasi mengenai kondisi makroekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung kepatuhan pajak dari emiten sektor kelapa sawit terhadap harga saham dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang pada akhirnya juga berpengaruh pada harga saham. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa pengaruh kepatuhan pajak dalam pembayaran pajak dapat dikatakan negatif namun dalam tingkatan yang tidak signifikan. Yang sangat berpengaruh bagi perubahan harga saham emiten sektor kelapa sawit adalah informasi kinerja keuangan melalui rasio keuangan seperti EPS, PER, MVA dan EVA. Emiten kelapa sawit yang menginginkan nilai EPS dan EVA yang dapat menarik perhatian calon investor untuk menanamkan modalnya, dapat melakukan efesiensi biaya dan maksimalisasi pendapatan melalui pemanfaatan aset perusahaan untuk berproduksi secara efektif, agar diperoleh nilai EPS dan EVA yang baik. Calon investor yang ingin berinvestasi di sektor kelapa sawit dapat melakukan analisa terhadap laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan untuk melakukan proyeksi harga saham, dalam rangka pengambilan keputusan investasi dalam saham. Semua informasi yang berhubungan dengan perusahaan kelapa sawit yang akan diinvestasikan modal saham, perlu didapatkan dalam rangka akurasi data agar proyeksi harga dapat dilakukan dengan lebih akurat.. Implikasi manajerial lainnya yang dapat disampaikan adalah implikasi manajerial terhadap pemerintah, dimana diperlukan tindak lanjut dari pemerintah untuk menghimpun penerimaan pajak dari Wajib Pajak. Hal ini
42
disebabkan adanya sikap mendasar dari setiap pembayar pajak, bahwa sebenarnya mereka sebisa mungkin menghindari untuk membayar pajak, sebab akan mempengaruhi likuiditas. Untuk mengatasi ini diperlukan langkah strategis yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong Wajib Pajak, dalam konteks penelitian ini yaitu wajib pajak di industri kelapa sawit, dalam membayar pajak, dengan membuat kebijakan perpajakan (tax policy) seperti insentif perpajakan yang dapat digunakan oleh investor ataupun perusahaan dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya dimasukkannya pengeluaran natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan dalam perhitungan penghasilan kena pajak, tax holiday atas kegiatan investasi yang dilakukan, pemberian pembebasan dari pemotongan dan pemungutan PPh oleh pihak lain, dan sebagainya.
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepatuhan pajak (tax compliance) tidak memiliki pengaruh langsung terhadap perubahan kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. 2. Kepatuhan pajak (tax compliance) memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham emiten sektor industri kelapa sawit. 3. Kinerja keuangan perusahaan setelah pelaksanaan kepatuhan pajak (tax compliance) memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham emiten sektor industri kelapa sawit. 4. Proyeksi harga saham emiten sektor kelapa sawit dapat dilakukan melalui persamaan VAR yang dihasilkan penelitian ini dengan nilai R2 sebesar 88,75% dengan bantuan data keuangan 7 (tujuh) triwulan ke belakang. Saran Dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang dipublikasikan para emiten sektor kelapa sawit dalam laporan keuangan triwulanannya, tidak serta merta terlaporkan seluruhnya dalam Surat Pemberitahuan yang dilaporkan wajib pajak sektor kelapa sawit. Disarankan kepada DJP selaku lembaga penghimpun penerimaan pajak untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap laporan keuangan wajib pajak sektor kelapa sawit berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar kinerja keuangan perusahaan dapat menggambarkan tidak hanya kinerja perusahaan berdasarkan perhitungan komersial namun juga secara fiskal,sehingga akan mengurangi risiko sanksi perpajakan akibat tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. Untuk penelitian di masa datang dengan tema yang sama, disarankan agar memasukkan lebih banyak emiten sektor kelapa sawit sehingga nilai cross section dapat mengimbangi jumlah variabel yang akan dipergunakan
43
dalam analisi data panel, sebab makin banyak data yang diolah, maka analisis yang dihasilkan dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Alm J, Jackson BR. McKee M. 1992. Estimating The Determinants of Taxpayer Compliance With Experimental Data. National Tax Journal, Vol. 45, No. 1 (March, 1992), 107-114. Andreoni J, Erard B, Feinstein J. 1998. Tax Compliance. Journal of Economic Literature, Vol. 36, No. 2 (June, 1998), 818-860. Anwar AB. 2011. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Return Saham [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Ariefianto MD. 2012. Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan EViews. Jakarta (ID): Erlangga. Basuki O. 2012. Reaksi Saham Terhadap Rekomendasi Saham yang Dipulikasikan Harian Kontan Dalam Rubrik “REKOMENDASI” [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Boylan SJ. 2010. Prior Audits and Taxpayer Compliance: Experimental Evidence on the Effect of Earned Versus Endowed Income, Journal of the American Taxation Association - American Accounting Association Vol. 32, No. 2, Fall 2010, 73–88. Brealey RA, Myers SC, Marcus AJ. 2007. Fundamentals of Corporate Finance, Fifth Edition. New York (US): McGraw-Hill. Cummings RG, Vazquez JM, McKee M, Torgler B. 2009. Effects of Tax Morale on Tax Compliance: Experimental and Survey Evidence. Journal Economic Behavior & Organization, Vol. 70, 447-457. Devos K. 2012. A Comparative Study of Compliant and Non- Compliant Individual Taxpayers in Australia. Journal of Business and Policy Research Vol. 7, No. 2, July 2012, 180 – 196. Doran M. 2009. Tax Penalties and Tax Compliance. Harvard Journal on Legislation. [Vol. 46], 111-161. Edlund J, Aberg R. 2002. Social norms and Tax Compliance. Swedish Economic Policy Review Vol. 9. 201-228. Feld LP, Frey BS. 2007. Tax Compliance as the Result of a Psychological Tax Contract: The Role of Incentives and Responsive Regulation. LAW & POLICY, Vol. 29, No. 1, January 2007, 102-120. Gangl K, Torgler B, Kirchler E, Hofmann E. 2013. Effects of supervision on tax compliance: Evidence from a field experiment in Austria. CREMA Working Paper Series 2013-15, Center for Research in Economics, Management and the Arts (CREMA). Green WH. 2012. Econometric Analysis, Seventh Edition. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Gujarati DN. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Erlangga. Handono T. 2011. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks harga Saham Individu (Studi Kasus Pada Delapan Bank Terbesar) [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
44
Harinurdin E. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Volume 16 No. 2, Universitas Indonesia, Jakarta. Hermi, Kurniawan A. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol. 6, No.2, Juli 2011, 83-95. Hill RC, Griffiths WE, Judge GG. 2012. Undergraduate Econometric. Canada (CAN): John Wiley & Sons, Inc. Hutagaol J, Winarno WW, Pradipta A. 2007. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntabilitas, Volume 6 No. 2, Jakarta. [ICW] Indonesia Corruption Watch. 2014. Jangan Kompromi dengan Pengemplang Pajak - Siaran Pers. [internet]. [diunduh 2014 Agustus 29]. Tersedia dari : http://www.antikorupsi.org/en/content/jangankompromi-dengan-pengemplang-pajak. Istianawati H. 2014. Potensi Investasi dan Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham pada Sektor Pertambangan Kelompok Saham Pro Lingkungan dan Syariah [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. James S, Alley C. 2004. Tax Compliance, Self-Assessment and Tax Administration. Journal of Finance and Management in Public Services. Volume 2 Number 2 (2004), 27 – 42. Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press. Kamaludin, Indriani R. 2012. Manajemen Keuangan: Konsep Dasar dan Penerapannya, Edisi Revisi. Bandung (ID): Mandar Maju. [Kemenkeu] Kementerian Keuangan. 2012. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 jo. Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Jakarta (ID): Kemenkeu. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Kelapa Sawit Sumbang Ekspor Terbesar Untuk Komoditas Perkebunan [internet]. [diunduh 2014 Maret 5]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id/berita-292kelapa-sawit-sumbang-ekspor-terbesar-untuk-komoditasperkebunan.htm. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF. 2005. Financial Management: Principles and Applications, Tenth Edition. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Kopczuk W. 2006. Tax Simplification and Tax Compliance: An Economic Perspective. Max Sawicky (ed.), Bridging the Tax Gap. Addressing the Crisis in Tax Administration, Washington, DC: Economic Policy Institute, 111-143. [Liputan6.com] www.liputan6.com. 2013. Warga Eropa Paling Suka Pakai Minyak Kelapa Sawit RI. [internet]. [diunduh 2014 Agustus 29]. Tersedia pada: http://bisnis.liputan6.com/read/592083/warga-eropapaling-suka-pakai-minyak-kelapa-sawit-ri
45
Machogu CG, Amayi JB. 2013. The Effect of Taxpayer Education on Voluntary Tax Compliance, Among SMES In Mwanza City – Tanzania. International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research, Vol.2, No. 8, August 2013, 12-23. Mangonting Y. 1999. Tax Planning: Sebuah Pengantar sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Volume 1 No.1, 43-53, Universitas Kristen Petra, Jakarta. Murhadi WR. 2011. Regresi dengan Eviews [internet]. [diunduh 2014 Juli 7]. Tersedia dari: http://wernermurhadi.files.wordpress.com/2011/08/regresi-denganeviews.pdf. Noor RM, Fadzillah, NSM. Mastuki NA. 2010. Corporate Tax Planning - A Study On Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed Companies. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 1, No. 2, 189-193. [Opini-Indonesia.com] www.opini-indonesia.com. 2013. Profil Kelapa Sawit Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Maret 5]. Tersedia dari: http://www.opini-indonesia.com/?title=profil-kelapa-sawit-indonesia. Ray RS. 2013. Profil Kelapa Sawit Indonesia. [Diunduh 2013 20 Oktober].Tersedia pada: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/06/28/profil-kelapasawit-indonesia-569054.html. Rukmana SA. 2008. Pengaruh Besaran Perusahaan (Company Size) Terhadap Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) Wajib pajak Badan (Studi Empiris di KPP Madya Tangerang [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. [SahamOK.com] www.sahamok.com. 2013. Kapitalisasi Pasar 2013. [internet]. [diunduh 2014 Maret 31]. Tersedia dari: http://www.sahamok.com/emiten/kapitalisasi-pasar/kapitalisasi-pasar2013/ Satjawidjaja A. 2012. Komparasi Nilai Intrinsik Harga Saham PT Bank Bukopin Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2009-2010 [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Sukardji U. 1999. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta (ID): Rajagrafindo Persada. Trivedi VU, Shehata M, Mestelman S. 2005. Attitudes, Incentives, and Tax Compliance, Canadian Tax Journal, Vol. 53, No. 1, 29-61. Wahab NSA, Holland K. 2011. Tax Planning, Corporate Governance and Equity Value. British Accounting Review, Vol. 44, No. 2, 2012. West T, Worthington A. 1999. The information content of economic valueadded: A comparative analysis with earnings, cash flow and residual income. School of Economics and Finance Discussion Papers and Working Papers Series from School of Economics and Finance No 66, Queensland University of Technology. Wild JJ, Subramanyam KR, Halsey RF. 2003. Financial Statement Analysis, Eighth Edition. New York (US): McGraw-Hill. Zain M. 2003. Manajemen Perpajakan, Edisi Pertama. Jakarta (ID): Salemba Empat.
46
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar istilah 1. 2. 3. 4.
5. 6.
EPS : laba per lembar saham yang diperoleh dari laba setelah pajak dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Dividen : pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Saham : tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Emiten : perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar modal baik dengan menerbitkan saham dan menjualnya secara umum kepada masyarakat. Initial public offering (IPO) : penjualan pertama saham umum sebuah perusahaan kepada investor umum. Market Capitalization : sebuah harga yang harus dibayar seseorang untuk membeli seluruh perusahaan.
47
Lampiran 2 Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Jakarta Islamic Index
AALI SGRO LSIP SMAR TBLA UNSP GZCO
JII 12/1005/11 X X X -
JII 06/1111/11 X X -
JII 12/1105/12 X X -
JII 06/1211/12 X X -
JII 12/1205/13 X X -
JII 06/1311/13 X X -
48
Lampiran 3 Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Kompas 100
A A L I S G R O L S I P S M A R T B L A U N S P G Z C O
Kom pas 08/ 0701/ 08
Kom pas 02/ 0807/ 08
Kom pas 08/ 0801/ 09
Kom pas 02/ 0907/ 09
Kom pas 08/ 0901/ 10
Kom pas 02/ 1007/ 10
Kom pas 08/ 1001/ 11
Kom pas 02/ 1107/ 11
Kom pas 08/ 1101/ 12
Kom pas 02/ 1207/ 12
Kom pas 08/ 1201/ 13
Kom pas 02/ 1307/ 13
Kom pas 08/ 1301/ 14
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
-
-
-
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
-
X
X
X
X
X
-
-
-
-
-
49
Lampiran 4 Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam LQ45
A A L I S G R O L S I P S M A R T B L A U N S P G Z C O
LQ 45 08/ 0701/ 08
LQ 45 02/ 0807/ 08
LQ 45 08/ 0801/ 09
LQ 45 02/ 0907/ 09
LQ 45 08/ 0901/ 10
LQ 45 02/ 1007/ 10
LQ 45 08/ 1001/ 11
LQ 45 02/ 1107/ 11
LQ 45 08/ 1101/ 12
LQ 45 02/ 1207/ 12
LQ 45 08/ 1201/ 13
LQ 45 02/ 1307/ 13
LQ 45 08/ 1301/ 14
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
X
X
X
X
-
-
-
-
-
-
-
X
-
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
X
X
X
-
-
-
-
-
-
-
-
-
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
50
Lampiran 5 Uji multikolinearitas dan autokorelasi Regression Analysis: Hrg versus Byr; Lpr; EPS; PER; QR; EVA; MVA Setelah Penyesuaian Variabe The regression equation is Hrg = 0,0721 - 0,0195 Byr + 0,423 Lpr + 0,0118 EPS + 0,00694 PER + 0,0096 QR + 0,00367 EVA - 0,0105 MVA Predictor Constant Byr Lpr EPS PER QR EVA MVA
Coef 0,07209 -0,01952 0,4232 0,011831 0,006944 0,00955 0,003668 -0,010506
S = 0,252766
SE Coef 0,02530 0,01359 0,5212 0,003621 0,007819 0,04004 0,001988 0,005374
R-Sq = 15,4%
T 2,85 -1,44 0,81 3,27 0,89 0,24 1,85 -1,95
P 0,005 0,153 0,418 0,001 0,376 0,812 0,067 0,053
VIF 1,1 1,1 1,2 1,1 1,2 1,0 1,0
R-Sq(adj) = 10,7%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source Byr Lpr EPS PER QR EVA MVA
DF 1 1 1 1 1 1 1
DF 7 125 132
SS 1,45590 7,98634 9,44224
MS 0,20799 0,06389
Seq SS 0,11454 0,02666 0,73742 0,08426 0,00185 0,24701 0,24417
Durbin-Watson statistic = 1,75710
F 3,26
P 0,003
51
Lampiran 6 Uji heteroskedastisitas Dependent Variable: LOG(RES2) Method: Panel Least Squares Date: 07/11/14 Time: 08:35 Sample: 2009Q2 2013Q4 Periods included: 19 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 133
Variable C BYR LPR EPS PER QR EVA MVA R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coeffi cient
Std. Error
tStatistic
Prob .
-4.142477 -0.171938 9.060248 0.024156 -0.064975 0.309465 0.010078 -0.057564
0.221152 0.119108 4.472872 0.031744 0.068476 0.350725 0.017414 0.047117
-18.73137 -1.443553 2.025599 0.760948 -0.948874 0.882357 0.578719 -1.221725
0.0000 0.1514 0.0449 0.4481 0.3445 0.3793 0.5638 0.2241
0.064160 0.011753 2.214987 613.2707 -290.3612 1.224270 0.294365
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-4.377296 2.228119 4.486635 4.660491 4.557283 1.886231
52
Lampiran 7
Metode fixed effect (FEM) dalam mengukur pengaruh kepatuhan pajak dan rasio keuangan terhadap harga saham
Dependent Variable: HRG Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 07/11/14 Time: 15:32 Sample: 2009Q2 2013Q4 Periods included: 19 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 133 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C BYR LPR EPS PER QR EVA MVA
0.064381 -0.009803 0.429571 0.006377 0.003162 0.009663 0.003350 -0.007195
0.027068 0.009980 0.371959 0.002353 0.005200 0.025030 0.001038 0.004118
2.378465 -0.982268 1.154888 2.709807 0.608204 0.386054 3.227280 -1.747207
0.0190 0.3280 0.2505 0.0077 0.5442 0.7001 0.0016 0.0832
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.242494 0.159741 1.030314 2.930340 0.001001
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.173387 1.128655 126.3240 1.967049
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.140463 8.114416
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.051199 1.416675
53
Lampiran 8 Persamaan Vector Auto Regression (VAR) dalam proyeksi harga saham emiten industri kelapa sawit Vector Autoregression Estimates Date: 07/14/14 Time: 12:46 Sample (adjusted): 2011Q2 2013Q4 Included observations: 77 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] D(HRG) D(HRG(-1))
D(BYR)
D(LPR)
D(EPS)
D(PER)
D(QR)
D(EVA)
D(MVA)
-0.838120 -0.275159 -0.037834
18.54762
5.601086
0.307969
15.84798 -0.278444
(0.25216)
(5.54129)
(3.77947)
(0.39775)
(21.1587)
(0.93881)
(0.04585)
(0.73236)
[-3.32372] [-0.29309] [-0.82519] [ 3.34717] [ 1.48198] [ 0.77427] [ 0.74900] [-0.38020] D(HRG(-2))
-0.882291
0.873925
0.008746
5.817205
1.132864 -0.803380 -11.71008
0.361720
(0.37767)
(1.40607)
(0.06867)
(8.29929)
(5.66059)
(1.09687)
(0.59572)
(31.6898)
[-2.33614] [ 0.62154] [ 0.12737] [ 0.70093] [ 0.20013] [-1.34859] [-0.36952] [ 0.32978] D(HRG(-3))
-1.001118 -1.827053 -0.034349 -21.24680
6.917742 -0.421621
59.03835
4.004970
(0.90029)
(13.4937)
(75.5422)
(2.61471)
(3.35178)
(0.16369)
(19.7839)
(1.42008)
[-1.11199] [-0.54510] [-0.20984] [-1.07395] [ 0.51266] [-0.29690] [ 0.78153] [ 1.53171] D(HRG(-4))
-0.876623
2.339655
0.068359 -23.82897
1.958691 -0.535584 -54.02795
0.456291
(0.59515)
(2.21576)
(0.10821)
(8.92028)
(1.72850)
(13.0785)
(0.93877)
(49.9387)
[-1.47293] [ 1.05591] [ 0.63171] [-1.82200] [ 0.21958] [-0.57052] [-1.08189] [ 0.26398] D(HRG(-5))
-0.306347
2.423237
0.059738 -20.90330
4.466808 -0.496789
2.023348
3.165659
(0.51854)
(1.93054)
(0.09428)
(7.77202)
(43.5104)
(1.50600)
(11.3950)
(0.81793)
[-0.59078] [ 1.25521] [ 0.63359] [-1.83443] [ 0.57473] [-0.60738] [ 0.04650] [ 2.10203] D(HRG(-6))
-0.449236
1.126297
0.002073 -13.59080
6.434698
1.576107 -50.85619 -0.718565
(0.47696)
(1.77574)
(0.08672)
(7.14881)
(0.75234)
(10.4813)
(40.0214)
(1.38524)
[-0.94187] [ 0.63427] [ 0.02391] [-1.29668] [ 0.90011] [ 2.09494] [-1.27072] [-0.51873] D(HRG(-7))
-0.089270
0.536878
0.040398 -5.174496 -1.771514
0.503493 -6.458856
0.228715
(0.18726)
(0.69719)
(0.03405)
(0.29538)
(0.54387)
(4.11514)
(2.80676)
(15.7132)
[-0.47671] [ 0.77006] [ 1.18647] [-1.25743] [-0.63116] [ 1.70454] [-0.41105] [ 0.42053] D(BYR(-1))
0.027182 -0.852878 -0.004089 -0.172355 -0.189239 -0.226545
2.385912 -0.154355
(0.05437)
(4.56221)
(0.20242)
(0.00989)
(1.19480)
(0.81492)
(0.08576)
(0.15791)
[ 0.49993] [-4.21334] [-0.41365] [-0.14425] [-0.23222] [-2.64153] [ 0.52297] [-0.97749] D(BYR(-2))
-0.016293 -0.422847
0.005405 -0.634859 -0.471838 -0.181572
1.358999 -0.074517
(0.06208)
(0.01129)
(5.20905)
(0.23112)
(1.36421)
(0.93046)
(0.09792)
(0.18030)
[-0.26246] [-1.82953] [ 0.47886] [-0.46537] [-0.50710] [-1.85424] [ 0.26089] [-0.41330] D(BYR(-3))
0.002464 -0.429735
0.022728 -1.055211 -0.292179 -0.032758
3.248662 -0.146605
(0.05231)
(0.00951)
(4.38952)
(0.19476)
(1.14958)
(0.78408)
(0.08252)
(0.15193)
[ 0.04709] [-2.20647] [ 2.38946] [-0.91791] [-0.37264] [-0.39699] [ 0.74009] [-0.96493] D(BYR(-4))
-0.002218 -0.420618
0.014679 -1.111153 -0.464969 -0.052833
6.012416 -0.024540
(0.05623)
(0.01022)
(4.71821)
(0.20935)
(1.23566)
(0.84279)
(0.08870)
(0.16331)
[-0.03945] [-2.00920] [ 1.43578] [-0.89924] [-0.55170] [-0.59567] [ 1.27430] [-0.15027] D(BYR(-5))
-0.006342 -0.327145 -0.010955
0.190935
0.497769
0.010471
3.658405 -0.105504
(0.03392)
(0.74545)
(0.50844)
(0.05351)
(2.84640)
(0.12629)
(0.00617)
(0.09852)
[-0.18695] [-2.59034] [-1.77616] [ 0.25614] [ 0.97902] [ 0.19569] [ 1.28527] [-1.07088]
54
Lanjutan Lampiran 8 D(HRG) D(BYR(-6))
D(BYR)
D(LPR)
D(EPS)
D(PER)
D(QR)
D(EVA)
D(MVA)
0.032284 -0.424167 -0.008319
0.124131
0.772518 -0.027930
4.079512
0.091971
(0.03824)
(0.84032)
(0.57314)
(3.20865)
(0.11106)
(0.14237)
(0.00695)
(0.06032)
[ 0.84425] [-2.97940] [-1.19652] [ 0.14772] [ 1.34786] [-0.46304] [ 1.27141] [ 0.82812] D(BYR(-7))
0.000918 -0.493363 -0.007667 -0.820667
0.073306 -0.039299
2.166590
0.248847
(0.03287)
(0.49265)
(2.75804)
(0.09546)
(0.12237)
(0.00598)
(0.72231)
(0.05185)
[ 0.02793] [-4.03162] [-1.28289] [-1.13617] [ 0.14880] [-0.75797] [ 0.78555] [ 2.60675] D(LPR(-1))
0.130174
0.971783 -1.027081
38.62407
2.919909
2.315514 -49.84919
2.835809
(0.91529)
(3.40763)
(20.1135)
(13.7185)
(1.44374)
(2.65827)
(0.16642)
(76.8009)
[ 0.14222] [ 0.28518] [-6.17156] [ 1.92031] [ 0.21284] [ 1.60383] [-0.64907] [ 1.06679] D(LPR(-2))
0.616371 -6.475493 -1.088969
19.82670
3.189360
1.800467
7.728017
6.335875
(1.16184)
(25.5314)
(17.4139)
(1.83264)
(97.4886)
(3.37433)
(4.32554)
(0.21125)
[ 0.53051] [-1.49704] [-5.15487] [ 0.77656] [ 0.18315] [ 0.98245] [ 0.07927] [ 1.87767] D(LPR(-3))
-1.437076
5.373067 -1.542077
43.00952 -16.24778
1.300676 -7.526268
4.289337
(1.69472)
(6.30945)
(37.2414)
(2.67318)
(4.92197)
(0.30814)
(25.4008)
(142.202)
[-0.84797] [ 0.85159] [-5.00446] [ 1.15488] [-0.63966] [ 0.48657] [-0.05293] [ 0.87147] D(LPR(-4))
-0.687153
12.21447 -0.669534
18.28046
12.49722 -0.423394
207.1273
1.535241
(2.64444)
(9.84526)
(58.1115)
(39.6353)
(221.892)
(7.68024)
(0.48082)
(4.17123)
[-0.25985] [ 1.24064] [-1.39247] [ 0.31458] [ 0.31531] [-0.10150] [ 0.93346] [ 0.19990] D(LPR(-5))
4.820136 -5.708844 -0.658840 -15.95077
36.31291 -0.458389
602.8982
12.65501
(3.72814)
(55.8780)
(312.824)
(10.8276)
(13.8799)
(0.67787)
(81.9258)
(5.88061)
[ 1.29291] [-0.41130] [-0.97193] [-0.19470] [ 0.64986] [-0.07795] [ 1.92728] [ 1.16877] D(LPR(-6))
-0.166540
3.920854 -2.963400
77.91390
42.06663
4.316576 -65.23379
1.988503
(2.91554)
(10.8546)
(64.0689)
(43.6986)
(4.59885)
(8.46759)
(0.53012)
(244.639)
[-0.05712] [ 0.36122] [-5.59010] [ 1.21609] [ 0.96265] [ 0.93862] [-0.26665] [ 0.23484] D(LPR(-7))
-2.244069
11.41955 -1.408674
85.99485
23.49238
6.764676 -386.0366
3.311931
(3.19386)
(11.8908)
(70.1851)
(47.8702)
(5.03786)
(9.27593)
(0.58072)
(267.993)
[-0.70262] [ 0.96037] [-2.42573] [ 1.22526] [ 0.49075] [ 1.34277] [-1.44047] [ 0.35705] D(EPS(-1))
0.012028
0.069616
0.004388 -1.076321 -0.131927 -0.010001
1.018980
0.121179
(0.02039)
(0.07591)
(0.00371)
(1.71078)
(0.05921)
(0.44804)
(0.30559)
(0.03216)
[ 0.58995] [ 0.91712] [ 1.18379] [-2.40230] [-0.43172] [-0.31096] [ 0.59562] [ 2.04644] D(EPS(-2))
0.019796
0.130052
0.004576 -1.820874
1.065907
0.001764
3.073559 -0.644668
(0.02749)
(0.10233)
(0.00500)
(0.41196)
(0.04335)
(2.30629)
(0.60400)
(0.07983)
[ 0.72023] [ 1.27092] [ 0.91567] [-3.01471] [ 2.58740] [ 0.04069] [ 1.33269] [-8.07586] D(EPS(-3))
0.046497
0.198134
0.013864 -0.778937
0.079288
0.016632
7.656980 -0.647527
(0.06554)
(0.24402)
(0.01192)
(0.98239)
(0.10339)
(5.49974)
(1.44033)
(0.19036)
[ 0.70940] [ 0.81195] [ 1.16334] [-0.54080] [ 0.08071] [ 0.16087] [ 1.39224] [-3.40159] D(EPS(-4))
0.062519
0.306784
0.015220 -2.084216
0.719272
0.093864
10.37932 -0.360394
(0.07436)
(0.27683)
(0.01352)
(1.11447)
(0.11729)
(6.23916)
(1.63398)
(0.21595)
[ 0.84081] [ 1.10821] [ 1.12572] [-1.27554] [ 0.64539] [ 0.80029] [ 1.66358] [-1.66885]
55
Lanjutan Lampiran 8 D(HRG) D(EPS(-5))
D(BYR)
D(LPR)
D(EPS)
D(PER)
D(QR)
D(EVA)
D(MVA)
0.052534
0.141439
0.006906 -1.101898
0.811847
0.101101
6.464960 -0.170717
(0.06892)
(0.25660)
(0.01253)
(1.03302)
(0.10871)
(5.78317)
(1.51456)
(0.20017)
[ 0.76222] [ 0.55121] [ 0.55111] [-0.72754] [ 0.78590] [ 0.92997] [ 1.11789] [-0.85286] D(EPS(-6))
0.022543
0.157728
0.003466
0.290357
0.276435
0.086268
3.080220 -0.126225
(0.04699)
(0.17494)
(0.00854)
(1.03258)
(0.70428)
(0.07412)
(3.94279)
(0.13647)
[ 0.47975] [ 0.90161] [ 0.40570] [ 0.28120] [ 0.39251] [ 1.16393] [ 0.78123] [-0.92493] D(EPS(-7))
0.006729 -0.010679
0.000146 -0.174475
0.414472
0.005912
1.439679
0.030320
(0.01573)
(0.00286)
(0.23573)
(0.02481)
(1.31969)
(0.04568)
(0.05855)
(0.34562)
[ 0.42786] [-0.18238] [ 0.05114] [-0.50482] [ 1.75825] [ 0.23830] [ 1.09092] [ 0.66378] D(PER(-1))
0.005376
0.043550
0.003247
1.582884 -0.410965 -0.098037 -0.952295
0.070637
(0.02083)
(0.07754)
(0.00379)
(0.45767)
(0.06049)
(0.31216)
(0.03285)
(1.74756)
[ 0.25810] [ 0.56165] [ 0.85751] [ 3.45856] [-1.31653] [-2.98426] [-0.54493] [ 1.16780] D(PER(-2))
-0.018112 -0.130980 -0.007102
1.600586 -0.097040 -0.044134 -3.400112 -0.032916
(0.03757)
(0.82556)
(0.13987)
(0.00683)
(0.56308)
(0.05926)
(3.15229)
(0.10911)
[-0.48212] [-0.93646] [-1.03976] [ 1.93879] [-0.17234] [-0.74477] [-1.07862] [-0.30168] D(PER(-3))
-0.030087 -0.241512 -0.008117
3.204846 -2.817663 -0.076784 -5.396163 -0.078754
(0.04199)
(0.92283)
(0.15635)
(0.00764)
(0.62942)
(0.06624)
(3.52370)
(0.12196)
[-0.71644] [-1.54473] [-1.06301] [ 3.47286] [-4.47660] [-1.15917] [-1.53139] [-0.64572] D(PER(-4))
-0.029580 -0.207306 -0.004651
1.167275 -1.246364 -0.001404 -6.740268
0.036516
(0.06846)
(1.50436)
(0.19882)
(0.25487)
(0.01245)
(1.02606)
(0.10798)
(5.74422)
[-0.43208] [-0.81338] [-0.37369] [ 0.77593] [-1.21471] [-0.01300] [-1.17340] [ 0.18366] D(PER(-5))
-0.031841 -0.426860 -0.010425
0.916689 -1.648964 -0.151645 -4.878149
0.339596
(0.06493)
(1.42684)
(0.18858)
(0.24174)
(0.01181)
(0.97319)
(0.10242)
(5.44823)
[-0.49038] [-1.76581] [-0.88299] [ 0.64246] [-1.69439] [-1.48065] [-0.89536] [ 1.80083] D(PER(-6))
-0.046422 -0.095932 -0.004596
0.371697 -1.296015 -0.178560 -5.607615 -0.001243
(0.06028)
(1.32463)
(0.22442)
(0.01096)
(0.90347)
(0.09508)
(5.05792)
(0.17507)
[-0.77013] [-0.42747] [-0.41934] [ 0.28061] [-1.43449] [-1.87797] [-1.10868] [-0.00710] D(PER(-7))
-0.035188 -0.116383
0.001096 -0.350234 -0.582152 -0.183834 -1.175874
0.116182
(0.04151)
(0.00755)
(0.12055)
(0.15454)
(0.91215)
(0.62214)
(0.06547)
(3.48294)
[-0.84772] [-0.75311] [ 0.14526] [-0.38396] [-0.93573] [-2.80774] [-0.33761] [ 0.96374] D(QR(-1))
0.070896
0.455659
0.009790 -0.099013 -0.500159 -0.404974 -10.16663
0.027427
(0.12592)
(0.46879)
(0.02289)
(0.36570)
(2.76704)
(1.88728)
(0.19862)
(10.5656)
[ 0.56303] [ 0.97198] [ 0.42761] [-0.03578] [-0.26502] [-2.03897] [-0.96224] [ 0.07500] D(QR(-2))
0.079478
0.092882
0.007887 -1.165780 -2.270021 -0.360525
10.94643
0.523529
(0.14081)
(0.52423)
(0.02560)
(11.8151)
(0.40895)
(3.09428)
(2.11047)
(0.22211)
[ 0.56444] [ 0.17718] [ 0.30807] [-0.37675] [-1.07560] [-1.62321] [ 0.92648] [ 1.28018] D(QR(-3))
0.149514
1.063137
0.034341 -0.687532
1.016545 -0.410554
2.083354 -0.386392
(0.17895)
(0.66624)
(0.03254)
(2.68218)
(15.0157)
(3.93248)
(0.28227)
(0.51973)
[ 0.83549] [ 1.59572] [ 1.05543] [-0.17483] [ 0.37900] [-1.45446] [ 0.13874] [-0.74345]
56
Lanjutan Lampiran 8 D(HRG) D(QR(-4))
D(BYR)
D(LPR)
D(EPS)
D(PER)
D(QR)
D(EVA)
D(MVA)
0.078741
0.696366
0.032766 -4.463415
0.880811 -0.369259 -0.701099 -0.334622
(0.16902)
(0.62924)
(0.03073)
(2.53323)
(3.71410)
(0.26660)
(14.1818)
(0.49087)
[ 0.46588] [ 1.10667] [ 1.06624] [-1.20175] [ 0.34770] [-1.38508] [-0.04944] [-0.68169] D(QR(-5))
0.116641
0.656634
0.030615 -4.170404 -0.078245 -0.190366
6.842684
0.129806
(0.14662)
(0.54586)
(0.02666)
(12.3025)
(0.42582)
(3.22192)
(2.19753)
(0.23127)
[ 0.79554] [ 1.20294] [ 1.14842] [-1.29438] [-0.03561] [-0.82314] [ 0.55620] [ 0.30484] D(QR(-6))
0.062997
0.369463
0.009856 -4.129892
1.013894
0.067217
0.142865 -0.300280
(0.12744)
(0.47445)
(0.02317)
(1.91007)
(0.20102)
(10.6932)
(2.80046)
(0.37012)
[ 0.49433] [ 0.77871] [ 0.42535] [-1.47472] [ 0.53082] [ 0.33439] [ 0.01336] [-0.81131] D(QR(-7))
0.089804
0.129821
0.014494
0.625376
2.098093 -0.096219
0.870498 -0.174643
(0.09052)
(0.33701)
(0.01646)
(1.98920)
(1.35675)
(7.59552)
(0.14278)
(0.26290)
[ 0.99208] [ 0.38521] [ 0.88059] [ 0.31439] [ 1.54641] [-0.67388] [ 0.11461] [-0.66429] D(EVA(-1))
-0.003455 -0.006333 -5.62E-05 -0.214918 -0.066258 -0.002925 -0.942311
0.000440
(0.00327)
(0.00951)
(0.01218)
(0.00060)
(0.07192)
(0.04905)
(0.00516)
(0.27462)
[-1.05550] [-0.51976] [-0.09448] [-2.98823] [-1.35071] [-0.56652] [-3.43127] [ 0.04633] D(EVA(-2))
-0.001800 -0.002968
0.000289 -0.062745 -0.026396
0.002981 -0.445003 -0.015337
(0.00407)
(0.00074)
(0.00641)
(0.01513)
(0.08933)
(0.06093)
(0.34111)
(0.01181)
[-0.44282] [-0.19608] [ 0.39166] [-0.70237] [-0.43322] [ 0.46493] [-1.30458] [-1.29899] D(EVA(-3))
-0.000206
0.002302
0.000304 -0.078926
0.103723
0.007796 -0.306204 -0.027259
(0.00585)
(0.02178)
(0.00106)
(0.08770)
(0.00923)
(0.12858)
(0.49096)
(0.01699)
[-0.03525] [ 0.10567] [ 0.28617] [-0.61384] [ 1.18274] [ 0.84476] [-0.62369] [-1.60413] D(EVA(-4))
0.002596 -0.028484 -0.000747 -0.070710 -0.018504
0.004111
0.396159
0.022670
(0.00472)
(0.00745)
(0.39631)
(0.01372)
(0.01758)
(0.00086)
(0.10379)
(0.07079)
[ 0.54954] [-1.61986] [-0.86928] [-0.68128] [-0.26139] [ 0.55187] [ 0.99962] [ 1.65268] D(EVA(-5))
-0.001911 -0.019912 -0.001003 -0.000128
0.006118
0.003988 -0.034516 -0.021662
(0.00381)
(0.05715)
(0.00601)
(0.01420)
(0.00069)
(0.08379)
(0.31996)
(0.01107)
[-0.50103] [-1.40259] [-1.44698] [-0.00152] [ 0.10705] [ 0.66310] [-0.10788] [-1.95604] D(EVA(-6))
-0.001983 -0.010428 -0.000217
0.070991 -0.004988
0.001623
0.039513 -0.014319
(0.00476)
(0.10466)
(0.00751)
(0.39963)
(0.01773)
(0.00087)
(0.07138)
(0.01383)
[-0.41645] [-0.58812] [-0.25070] [ 0.67831] [-0.06988] [ 0.21598] [ 0.09887] [-1.03518] D(EVA(-7))
0.001717 -0.001686 -3.52E-05
0.022207 -0.007020
0.006650
0.564491
0.007522
(0.00361)
(0.07934)
(0.00570)
(0.30297)
(0.01049)
(0.01344)
(0.00066)
(0.05412)
[ 0.47564] [-0.12540] [-0.05355] [ 0.27988] [-0.12973] [ 1.16757] [ 1.86322] [ 0.71730] D(MVA(-1))
0.034543
0.038001
0.010394
0.778082 -0.710282
0.089998
4.531222 -0.913421
(0.09171)
(0.34145)
(0.01668)
(2.01538)
(0.14466)
(7.69550)
(1.37461)
(0.26636)
[ 0.37664] [ 0.11129] [ 0.62334] [ 0.38607] [-0.51672] [ 0.62212] [ 0.58881] [-3.42927] D(MVA(-2))
0.048485
0.061708
0.008626 -0.731193 -0.234652
0.049344
8.586931 -0.353815
(0.09041)
(0.33661)
(0.01644)
(0.14262)
(7.58658)
(1.98686)
(1.35515)
(0.26259)
[ 0.53625] [ 0.18332] [ 0.52470] [-0.36801] [-0.17316] [ 0.34599] [ 1.13186] [-1.34740]
57
Lanjutan Lampiran 8 D(HRG) D(MVA(-3))
D(BYR)
D(LPR)
D(EPS)
D(PER)
D(QR)
D(EVA)
D(MVA)
0.178585
1.085714 -0.004189
17.47405 -5.733477
0.730966 -59.00033 -2.687787
(0.62526)
(2.32783)
(13.7400)
(0.98625)
(0.11369)
(9.37144)
(52.4645)
(1.81593)
[ 0.28562] [ 0.46641] [-0.03684] [ 1.27177] [-0.61180] [ 0.74116] [-1.12458] [-1.48012] D(MVA(-4))
-0.056113 -0.978154 -0.048416
14.21759
1.111246
0.039788
2.490085 -1.839018
(0.40686)
(8.94085)
(6.09816)
(0.64177)
(34.1395)
(1.51476)
(0.07398)
(1.18166)
[-0.13791] [-0.64575] [-0.65447] [ 1.59018] [ 0.18223] [ 0.06200] [ 0.07294] [-1.55631] D(MVA(-5))
-0.132626 -0.878636 -0.014145
12.73939 -3.735363
0.934897 -8.026747 -2.804660
(0.35966)
(7.90349)
(0.56731)
(1.33901)
(0.06539)
(5.39063)
(30.1785)
(1.04456)
[-0.36876] [-0.65618] [-0.21630] [ 1.61187] [-0.69294] [ 1.64795] [-0.26598] [-2.68503] D(MVA(-6))
-0.011133
0.217438
0.049192
7.031277 -3.796191 -0.227070
15.16083 -0.887321
(0.32247)
(1.20056)
(0.05863)
(7.08626)
(27.0580)
(4.83323)
(0.50865)
(0.93655)
[-0.03452] [ 0.18111] [ 0.83899] [ 0.99224] [-0.78544] [-0.44642] [ 0.56031] [-0.94744] D(MVA(-7))
-0.070105
0.214548
0.004101
0.097231
0.278642 -0.078955 -0.731613 -0.491481
(0.05738)
(0.21361)
(0.01043)
(1.26084)
(0.85996)
(0.09050)
(4.81436)
(0.16664)
[-1.22185] [ 1.00438] [ 0.39311] [ 0.07712] [ 0.32402] [-0.87240] [-0.15196] [-2.94941] C
-0.049289
0.021274 -0.032108
0.185856
0.335244
0.044893
3.502183 -0.024364
(0.04856)
(0.18079)
(1.06712)
(0.72784)
(0.07660)
(4.07468)
(0.00883)
(0.14104)
[-1.01500] [ 0.11767] [-3.63638] [ 0.17417] [ 0.46060] [ 0.58609] [ 0.85950] [-0.17275] R-squared
0.887505
0.978808
0.961571
0.966435
0.923689
0.957899
0.776822
0.998881
Adj. R-squared
0.572518
0.919472
0.853968
0.872452
0.710020
0.840016
0.151924
0.995747
Sum sq. resids
0.597482
8.281554
0.019753
288.5240
134.2216
1.486568
4206.684
5.039724
S.E. equation
0.172841
0.643489
0.031427
3.798183
2.590576
0.272632
14.50290
0.501982
F-statistic
2.817594
16.49593
8.936333
10.28314
4.322980
8.125829
1.243119
318.7567
Log likelihood
77.80692 -23.41194
209.0700 -160.1157 -130.6522
42.71414 -263.2823 -4.289781
Akaike AIC
-0.540440
2.088622 -3.949871
5.639369
4.874084
0.371061
8.319021
1.591942
Schwarz SC
1.194585
3.823647 -2.214846
7.374394
6.609108
2.106086
10.05405
3.326967
Mean dependent
0.018497
0.051713 -0.007068
0.337635 -0.109905 -0.017860 -0.096798
0.016157
S.D. dependent
0.264356
2.267606
10.63506
7.697477
Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood
0.000367 7.61E-09 -154.3422
Akaike information criterion
15.85304
Schwarz criterion
29.73324
0.082239
4.810743
0.681614
15.74844
58
Lampiran 9 Uji kausalitas Pairwise Granger Causality Tests Date: 09/10/14 Time: 14:59 Sample: 2009Q2 2014Q2 Lags: 7 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
BYR does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause BYR
84
2.41632 3.28122
0.0284 0.0045
LPR does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause LPR
84
2.69716 3.90764
0.0157 0.0012
EPS does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause EPS
84
1.29753 1.99075
0.2647 0.0688
PER does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause PER
84
0.78985 0.97882
0.5982 0.4538
QR does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause QR
84
1.34323 1.64914
0.2436 0.1364
EVA does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause EVA
84
1.23618 0.29178
0.2953 0.9550
MVA does not Granger Cause HRG HRG does not Granger Cause MVA
84
0.78212 4.88737
0.6045 0.0002
LPR does not Granger Cause BYR BYR does not Granger Cause LPR
84
12.3095 3.28390
4.E-10 0.0045
EPS does not Granger Cause BYR BYR does not Granger Cause EPS
84
0.82816 1.55857
0.5675 0.1626
PER does not Granger Cause BYR BYR does not Granger Cause PER
84
0.41396 1.27599
0.8905 0.2751
QR does not Granger Cause BYR BYR does not Granger Cause QR
84
1.48944 2.62758
0.1856 0.0182
EVA does not Granger Cause BYR BYR does not Granger Cause EVA
84
1.41302 0.78639
0.2142 0.6010
MVA does not Granger Cause BYR BYR does not Granger Cause MVA
84
1.88236 0.73499
0.0857 0.6430
EPS does not Granger Cause LPR LPR does not Granger Cause EPS
84
1.72543 1.09164
0.1174 0.3783
PER does not Granger Cause LPR LPR does not Granger Cause PER
84
1.28478 0.61916
0.2708 0.7383
QR does not Granger Cause LPR LPR does not Granger Cause QR
84
1.85594 0.79731
0.0904 0.5922
EVA does not Granger Cause LPR LPR does not Granger Cause EVA
84
0.69582 1.21449
0.6753 0.3067
59
Lanjutan Lampiran 9 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
MVA does not Granger Cause LPR LPR does not Granger Cause MVA
84
2.11904 1.46020
0.0528 0.1961
PER does not Granger Cause EPS EPS does not Granger Cause PER
84
34.2977 8.66555
4.E-20 1.E-07
QR does not Granger Cause EPS EPS does not Granger Cause QR
84
0.16622 0.36986
0.9910 0.9168
EVA does not Granger Cause EPS EPS does not Granger Cause EVA
84
0.07217 0.34402
0.9994 0.9307
MVA does not Granger Cause EPS EPS does not Granger Cause MVA
84
0.52588 416.775
0.8120 8.E-54
QR does not Granger Cause PER PER does not Granger Cause QR
84
2.58069 17.9283
0.0201 2.E-13
EVA does not Granger Cause PER PER does not Granger Cause EVA
84
0.16314 0.10691
0.9915 0.9977
MVA does not Granger Cause PER PER does not Granger Cause MVA
84
1.79939 73.2926
0.1013 2.E-29
EVA does not Granger Cause QR QR does not Granger Cause EVA
84
0.93771 0.22356
0.4835 0.9785
MVA does not Granger Cause QR QR does not Granger Cause MVA
84
0.77652 16.8327
0.6090 9.E-13
MVA does not Granger Cause EVA EVA does not Granger Cause MVA
84
0.01950 0.14843
1.0000 0.9937
60
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Mei 1979. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Sjarief Priatna dan Ibu Masitoh. Penulis telah bersatus menikah, dengan istri bernama Aty Mulyati dan telah dikaruniai 2 orang putra bernama Thoriq Azhar Raditya dan Luthfi Akhtar Rayyan. Selama menempuh pendidikan formal, penulis bersekolah di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor (Lulus Tahun 1997), dan melanjutkan pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (Lulus tahun 2000). Untuk jenjang Strata 1, penulis melanjutkan pendidikan melalui Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (Lulus tahun 2004). Sebelum melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, penulis telah bekerja di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, dengan posisi terakhir sebgai Penelaah Keberatan di Direktorat Keberatan dan Banding, Direktorat Jenderal Pajak. Di tahun 2012, penulis menjalani program beasiswa internal melalui PPSDM di Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan mendaftarkan diri sebagai mahasiswa program studi Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.