Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
1
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM NILAM NOVITA UTARI
[email protected]
Sri Utiyati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of financial performance which is measured by using current ratio, return on investment, return on equity, debt to equity ratio, price earnings ratio, earnings per share and dividend payout ratio both simultaneously or partially to the stock price. The multiple regressions analysis as the analysis technique in this research and the research object is PT Tempo Scan Pasific, Tbk at Indonesia Stock Exchange in the year of 2000-2012. The simultaneous test result shows that influence of current ratio, roe, debt to equity ratio, per, eps and dividend payout ratio variables are simultaneously significant to the stock price. This result is also supported by the acquisition of multiple correlation coefficients of 96.5% which indicates that simultaneous in the relation among those independent variables to the fluctuation of stock price are strong. The partial test result shows that 6 variables which are used in the research model have significant influence to the stock price are return on equity, debt to equity ratio, price earnings ratio, and earnings per share. It is indicated by significant values which are generated by these variables are smaller than α = 5%. Keywords:
Financial Ratio, Stock Price, Simultaneous Influence, Partial Influence
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan current ratio, return on investment, return on equity, debt to equity ratio, price earnings ratio, earnings per share dan dividend payout ratio baik secara bersama-sama maupun parsial terhadap harga saham. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda yang dengan obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT Tempo Scan Pasicif, Tbk di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2000-2012. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan pengaruh variabel current ratio, roe, debt to equity ratio, pero, eps dan dividend payout ratio secara bersamasama adalah signifikan terhadap harga saham. Hasil ini juga didukung dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 96,5 % yang mengindikasikan bahwa hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap naik turunnya harga saham adalah kuat. Hasil parsial uji secara partial menunjukkan dari 6 variabel yang digunakan model penelitian yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, dan earning per share Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. Kata Kunci:
Rasio Keuangan, Harga Saham, Pengaruh Simultan, Pengaruh Parsial.
PENDAHULUAN Harga saham yang berlaku di bursa efek merupakan suatu harga yang tidak tetap (berfluktuasi). Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
2
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Saham perusahaan yang go-public merupakan komoditi investasi yang tergolong berisiko tinggi, karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri atau perubahan di dalam negeri, perubahan dibidang politik, ekonomi, moneter, Undang-undang atau peraturan, maupun perubahan yang terjadi di dalam industri dan perusahaan itu sendiri. Perubahan-perubahan tersebut dapat berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif. Pembentukan harga saham di pasar sangat tergantung pada perusahaan penerbit saham (share issuer) sebagai kekuatan penawaran dan pialang (broker) sebagai kekuatan permintaan. Pembentukan harga saham harus merupakan pembentukan harga yang wajar (fair price) bagi seluruh saham yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan meliputi Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan Laporan arus kas yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena informasi ini menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut. Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas “Apakah kinerja keuangan yang diukur dengan Current Ratio, ROI, ROE, Debt To Equity Ratio, PER, EPS dan Devidend Payout Ratio secara bersama-sama (simultan) dan parsial dapat mempengaruhi harga saham PT Tempo Scan Pasicif, Tbk di Bursa Efek Indonesia?” Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan Current Ratio, ROI, ROE, Debt To Equity Ratio, PER, EPS dan Devidend Payout Ratio secara bersama-sama (simultan) dan parsial terhadap harga saham PT Tempo Scan Pasicif, Tbk di Bursa Efek Indonesia”. TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Rasio Keuangan Menurut Prastowo (2008 : 3) Dengan menggunakan alat analisis laporan keuangan, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen, dapat diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan keuangan dan kemajuan perusahaan. Pemilik usaha dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan menilai kinerja manajemen perusahaan. Alat analisis laporan keuangan yang biasa digunakan adalah rasio – rasio keuangan. Ukuran untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan umumnya menggunakan lima analisis rasio keuangan yaitu: (a). Rasio likuiditas, menurut Prastowo (2008:56-57) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan jangka pendeknya. Likuidits perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur. Analisis rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas terdiri dari: (1). Current ratio / rasio lancer elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar.Current Ratio =
Aktiva Lancar x 100 % Hutang Lancar
Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan di asumsikan semua aktiva benar-benar digunakan untuk membayar sedangkan hutang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan di asumsikan semua hutang lancar benar-benar dibayar. (2). Quick Ratio ukuran likuiditas perusahaan yang lebih diteliti ditemukan pada angka ratio atau quick ratio, pos persediaan dan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
3
persekot biaya dikeluarkan dan total aktiva lancar dan hanya menyisakan pos-pos aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagikan dengan hutang lancar. Quick Ratio =
Aktiva Lancar - Persediaan x 100 % Hutang Lancar
(b). Rasio Laverage/solvabillitas menurut Sawir (2005:13) adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada itu dilikuidasi. Rasio-rasio laverage yang digunakan adalah: (1). Debt ratio (rasio hutang). Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Debt Ratio =
Total Hutang x 100 % Total Aktiva
Jika penjualan tinggi maka perusahaan bisa memperoleh keuntungan yang tinggi namun sebaliknya jika penjualan turun perusahaan terpaksa bisa mengalami kerugian karena adanya beban bunga yang harus dibayarkan ( Hanafi:2009;41). (2). Total Debt Equity Ratio (Rasio Hutang Atas Modal) Debt to Equuity Ratio =
Total Hutang x 100 % Total Equity
(c). Rasio Profitabilitas menurut Hanafi (2009:83) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal yang tertentu. Analisis yang digunakan meliputi: (1). Net Profit Margin: Net Profit Margin
Laba Bersih Setelah Pajak x 100 % Penjualan Bersih
=
(1). Return On Total Assets (ROA) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat assets yang tertentu, ROA juga sering disebut ROI (Return On Investmen). Return On Asset =
Laba Bersih Setelah Pajak x 100 % Total Aktiva
(2). Return on equity (ROE) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu, rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Return On Equity =
Laba Bersih Setelah Pajak x 100 % Modal Sendiri
(d). Rasio Aktivitas Menurut Sutrisno (2009:251) rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Analisis rasio yang digunakan meliputi: (1). Perputaran total aktiva (total asset turnover) digunakan untuk mengukur antara penjualan dengan total aktiva yang menyetujui efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan Total Asset Turnover =
Penjualan Total Aktiva
(2). Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan informasi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
4
yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan Inventory Turnover =
Penjualan Persediaan
(3). Perputaran Piutang (Receivable Turnover) merupakan ukuran efektivitas pengeloklaan piutang, semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Receivable Turnover =
Penjualan Rata - rata Piutang
(4). Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Fixed Asset Turnover =
Penjualan Aktiva Tetap
(e). Rasio pasar modal rasio ini juga disebut rasio nilai pasar, mengkaitkan harga saham perusahaan dengan labanya dan dengan nilai buku per sahamnya. Jika rasio nilai pasarnya tinggi maka harga sahamnya mungkin akan setinggi diperkirakan. Rasio ini digunakan dalam penelitian ini adalah: Harga per lembar saham Price earning ratio (PER) = Laba per lembar saham Saham Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2008: 10) harga saham dibentuk karena adanya permintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasi-informasi yang berkembang, selanjutnya Husnan (2005: 134) mengatakan apabila kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: (a). Faktor yang bersifat fundamental, merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi: (1).Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan. (2). Prospek bisnis perusahaan di masa datang. (3). Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan. (4). Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. (5). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. (b). Faktor yang bersifat teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek, baik secara individu maupun secara kelompok. Para analis teknis dalam menilai harga saham banyak memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1). Perkembangan kurs. (2). Keadaan pasar modal. (3). Volume dan frekuensi transaksi suku bunga. (4). Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan. (c). Faktor sosial politik adalah merupakan informasi yang dapat mempengaruhi prospek perusahaan serta perkembangan perdagangan efek baik secara fundamental maupun secara teknis.Faktor-faktor tersebut yaitu:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
5
(1). Tingkat inflasi yang terjadi. (2). Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah. (3). Kondisi perekonomian. (4). Keadaan politik suatu negara. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Tendelilin: 2006) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Investor perlu memiliki tolok ukur agar dapat mengetahui apakah jika ia melakukan investasi pada suatu perusahaan ia akan mendapatkan gain (keuntungan) apabila sahamnya dijual. Investor dapat menggunakan tingkat imbal hasil sebagai tolok ukur untuk melihat ekspektasi hasil suatu saham. Investor sebelum berinvestasi terlebih dahulu akan melihat laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kondisi keuangan perusahaan tercermin dalam rasio-rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas serta rasio pasar modal. Apabila kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan yang tercermin dalam rasiorasio keuangan itu baik, maka investor akan mendapatkan return yang tinggi karena perusahaan memperoleh laba. Pengujian-pengujian yang dilakukan pada pasar modal di Indonesia banyak diilhami oleh penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan di negara lain, yang memelopori studi mengenai hubungan antara rasio keuangan berguna bagi investor (pemegang saham biasa) untuk mengambil keputusan. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa analisis kekuatan dari variasi model ratio dengan rate of return menunjukkan adanya keragaman akan manfaat rasio keuangan bagi investor pemegang saham biasa. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa informasi akuntansi mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2007:51). Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini serta tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: Kinerja keuangan yang diukur dengan Current Ratio, Return On Investment,Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per share dan Devidend Payout Ratio secara bersama-sama (simultan)dan parsial dapat mempengaruhi harga saham PT Tempo Scan Pasicif, Tbk di Bursa Efek Indonesia. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian asosiatif atau hubungan. Menurut Sugiyono (2007;11-12). “Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala”. Maka penelitian ini, tergolong pada penelitian Asosiatif yakni : mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
6
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan usaha untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti. Agar diperoleh data yang relevan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak dari sumbernya langsung. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan dengan cara mengunakan dokumendokumen yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia berupa data-data kuantitatif yang meliputi harga saham closing price satu hari setelah laporan keuangan dipublikasikan, laporan keuangan neraca dan laba rugi konsolidasi pada perusahaan PT Tempo Scan Pacific, Tbk untuk periode tahun 2007-2012. Selain itu terdapat pula data dokumentasi yang mencakup hasil penelitian– penelitian terdahulu, buku-buku literatur, serta hasil pencarian dari internet. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier berganda. Regresi linier berganda merupakan alat analisis secara statistik untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Dengan model ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh variabel kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham PT Tempo Scan Pacific, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik pengaruh secara parsial maupun simultan. Metode regresi linier berganda akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak biasa jika telah memenuhi persyaratan Best Linear Unbiased Estimation (BLUE). Oleh karena itu diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan, yang mencakup pengujian multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan autokorelasi normalitas. Menurut Sugiyono (2007;11-12) tahap analisis yang dilakukan sebagai berikut: (1). Pengujian Asumsi Regresi Linier Berganda (a). Pengujian Normalitas. (b). Pengujian Multikonieritas. (c). Pengujian Autokorelasi. (d). Pengujian Heterokedastisitas (2). Analisis Regresi Linier Berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diukur melalui Current Ratio, Return On Investment,Return On Equity, Debt To Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per share dan Devidend Payout Ratio terhadap harga saham. Bentuk umum regresi linier berganda secara matematis adalah sebagai berikut: Y = a + b 1cr + b 2 roe + b 3roi + b 4der + b 5 per + b 6eps+ b7dpr + e Dimana : Y = harga saham a = konstanta b = koefisien regresi cr = Current Ratio roe = Return On Equity roi = Return On Investment der = Debt to Equity Ratio per = Price Earning Ratio eps = Earning Per Share dpr = Dividend Pay Out Ratio e = Standard Error
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
7
Untuk menguji regresi tersebut terdapat dua pengujian yaitu: (a). Uji Hipotesis Pertama, uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. (1). Merumuskan Hipotesis Ho : bi = 0 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen (Y). Ha : bi ≠ 0 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen) secara parsial terhadap variabel dependen (Y). Menentukan level of Significance () = 5% dengan nilai level of Significance sebesar 95%, dengan degree of freedom (df) = (n-1). (b). Uji Hipotesis Kedua, uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (1). Merumuskan Hipotesis Ho : b1 = b2 = b3= b4 = b5 = b6 = b7 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen (Y). Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3≠ b4 ≠ b5≠ b6≠ b7≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen (Y). (3). Kriteria pengujian: (a). Jika signifikansi F > 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. (b). Jika signifikansi F < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel secara simultan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel dependen. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui dan menguji apakah sebuah model analisis sudah cukup layak dan seberapa besar konstribusi atau sumbangannya terhadap variabel dependennya perlu mengetahui koefisien determinasinya (R2). Menurut Suharyadi dan Purwanto (2005:493), untuk mengetahui koefisien determinasi variabel dependen terhadap variabel independenya digunakan rumus sebagai berikut: R2 =
SSR SSE =1SST SST
Keterangan: R2 = Koefisien determinasi SSR = Sum of square regression SST = Sum of square total SSE = Sum of square error Koefisien determinasinya (R2) pada intinya mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (menurut Ghozali, 2007: 83). Sedangkan r2 untuk menyatakan koefisien determinasi parsial variabel independen terhadap variabel dependen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Dalam suatu persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh biasa. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi beberapa asumsi dasar (Klasik), yaitu apakah hasil
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
8
estimasi yang dilakukan betul-betul terbebas dari adanya gejala multikolinieritas, gejala autokorelasi dan gejala heterokedastisitas. Berdasarkan hasil Uji Asumsi Klasik dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil, yaitu sebagai berikut: Pengujian Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik. (a). Pendekatan Kolmogorov Smirnov, Menurut Santoso, (2001 : 214) dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai beikut: (a). Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal. (b). Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel 1 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber : Lampiran 2 Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,985 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. (b). Pendekatan Grafik Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard, dengan pengujian ini disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0 dan pertemuan sumbu X dan Y. Grafik normalitas disajikan dalam gambar berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
9
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Harga Saham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 1 Grafik Pengujian Normalitas Data Sumber: diolah penulis Menutut Santoso (2001: 214) jika penyebaran data (titik) di sekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Pengujian Multikolinieritas Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 2 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Variabel Current Ratio Return On Equity Return On Investment Debt to Equity Ratio Price Earning Ratio Earning Per Share Dividend Payout Ratio Sumber: diolah penulis
VIF 5,429 1571,975 1812,381 15,849 3,369 32,638 2,311
Keterangan Bebas Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
10
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio, Return On Equity, Return On Inverstment, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share serta Dividen Payout Ratio, yang memiliki nilai VIF yang melebihi 10 adalah variabel Return On Equity, Return On Invertsment, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share. Hal ini mengindikasikan bahwa keempat variabel bebas tersebut memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan model penelitian masih terjadi gangguan multikolinieritas. Pengujian Autokorelasi Asumsi klasik berikutnya yang diuji adalah ada tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Uji autokorelasi Durbin Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi didalamnya. Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut: -
Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada gangguan autokorelasi Jika DW < batas bawah (dL), maka terjadi gangguan autokorelasi Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak
Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,981 dengan jumlah variabel yang di diteliti (k) sebanyak 7 variabel serta jumlah data (n) sebesar 13, maka nilai dL sebesar 0,230 dan dU sebesar 2,985. Mengingat nilai durbin watson sebesar 2,981 berada diantara nilai dL dan dU maka dapat disimpulkan tidak diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. Pengujian Heteroskedaktisitas Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Santoso (2006:210), jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut: Scatterplot
Dependent Variable: Harga Saham
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 2 Heterokedaktisitas Sumber: diolah penulis
2
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
11
Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa model analisis tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik model analisis menunjukkan bahwa secara eksplisit asumsi yang paling serius terlanggar adalah adanya gejala multikolinieritas pada variabel dari Return On Equity, Return On Invertsment, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share serta gejala autokorelasi. Uji Asumsi Klasik Dalam Bentuk Log Natural Pengujian Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik. (a). Pendekatan Kolmogorov Smirnov, Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Dalam Bentuk Log Natural
Sumber : diolah penulis Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,989 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. (a). Pendekatan Grafik Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard, dengan pengujian ini disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0 dan pertemuan sumbu X dan Y. Grafik normalitas disajikan dalam gambar berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
12
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Ln_CP 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 3 Grafik Pengujian Normalitas Dalam Bentuk Log Natural Sumber: diolah penulis Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Pengujian Multikolinieritas Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Dalam Bentuk Log Natural Variabel Current Ratio Return On Equity Return On Investment Debt to Equity Ratio Price Earning Ratio Earning Per Share Dividend Payout Ratio
VIF 5,429 1571,975 1812,381 15,849 3,369 32,638 2,311
Keterangan Bebas Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas BebasMultikolinieritas Terjadi Multikolinieritas Terjadi Multikolinieritas
Sumber: diolah penulis Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio, Return On Equity, Return On Inverstment, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share serta Dividen Payout Ratio, yang memiliki nilai VIF yang melebihi 10 adalah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
13
variabel Return On Equity, Return On Invertsment, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share. Hal ini mengindikasikan bahwa keempat variabel bebas tersebut masih memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan model penelitian masih terjadi gangguan multikolinieritas.. Pengujian Autokorelasi Asumsi klasik berikutnya yang diuji adalah ada tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Uji autokorelasi Durbin Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi didalamnya. Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut: Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada gangguan autokorelasi Jika DW < batas bawah (dL), maka terjadi gangguan autokorelasi Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. (Arif Pratisto, 2004:164) Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,926 dengan jumlah variabel yang di diteliti (k) sebanyak 7 variabel serta jumlah data (n) sebesar 13, maka nilai dL sebesar 0,230 dan dU sebesar 2,985. Dari sini dapat dilihat nilai durbin watson sebesar 2,926 berada diantara dari nilai dL = 0,230 dan dU = 2,985 maka dapat disimpulkan model analisis tidak diketahui terjadi gangguan autokorelasi atau tidak. -
Pengujian Heteroskedaktisitas Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Singgih Santoso (2001:210), jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut: Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: Ln_CP
1
0
-1
-2
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4 Heterokedaktisitas Dalam Bentuk Log Natural Sumber: diolah penulis
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
14
Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik setelah merubah model analisis menunjukkan bahwa secara eksplisit asumsi yang paling serius terlanggar adalah adanya gejala multikolinieritas pada variabel dari Return On Equity, Return On Invertsment, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share dan gangguan autokorelasi. Untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias dalam model penelitian dan menghindari penafsiran yang keliru terhadap hasil penelitian, maka asumsi yang terlanggar harus dilakukan penanggulangan, salah satu cara yaitu dengan mengeluarkan variabel return on investment dari model analisis mengingat variabel ini memiliki nilai VIF paling tinggi yaitu sebesar 1.812,381. Uji Asumsi Klasik Dalam Bentuk Log Natural Tanpa ROI Pengujian Normalitas Data Pendekatan Kolmogorov Smirnov Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel. 4 Hasil Uji Normalitas Dalam Bentuk Log Natural Tanpa ROI
Sumber : diolah penulis Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,984 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. (a). Pendekatan Grafik Pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard, dengan pengujian ini disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0 dan pertemuan sumbu X dan Y. Grafik normalitas disajikan dalam gambar berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
15
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Ln_CP 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 5 Grafik Pengujian Normalitas Dalam Bentuk Log Natural Tanpa ROI Sumber: diolah penulis Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi tanpa ROI telah memenuhi asumsi normalitas. Pengujian Multikolinieritas Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 5 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Dalam Bentuk Log Natural Tanpa ROI Variabel Current Ratio Return On Equity Debt to Equity Ratio Price Earning Ratio Earning Per Share Dividend Payout Ratio Sumber: diolah penulis
VIF 5,022 7,824 7,863 2,525 3,276 1,756
Keterangan Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
16
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas yang terdiri dari Current Ratio, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share dan Dividend Payout Ratio, semuanya memiliki nilai VIF dibawah 10. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas tersebut tidak memiliki keterikatan atau hubungan yang sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan model penelitian tidak terdapat gangguan multikolinieritas. Pengujian Autokorelasi Asumsi klasik berikutnya yang diuji adalah ada tidaknya auto korelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Uji autokorelasi Durbin Watson dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi didalamnya. Adapun kriteria pengujiannya adalah nampak dalam tabel berikut: Jika DW > batas atas (dU) maka tidak ada gangguan autokorelasi Jika DW < batas bawah (dL), maka terjadi gangguan autokorelasi Jika dL < DW < dU, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. (Arif Pratisto, 2004:164) Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,904 dengan jumlah variabel yang di diteliti (k) sebanyak 6 variabel serta jumlah data (n) sebesar 13, maka nilai dL sebesar 0,323 dan dU sebesar 2,622. Dari sini dapat dilihat nilai durbin watson sebesar 2,904 lebih besar dari nilai dU = 2,622 maka dapat disimpulkan model analisis tidak mengalami gangguan otokorelasi. -
Pengujian Heteroskedaktisitas Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Singgih Santoso (2001:210), jika sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: Ln_CP
1
0
-1
-2
-2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 6 Heterokedaktisitas Dalam Bentuk Log Natural Tanpa ROI Sumber: diolah penulis
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
17
Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik setelah merubah model analisis dalam bentuk loga natural dan mengeluarkan return on investment, dari model analisis menunjukkan bahwa secara eksplisit tidak terdapat, sehingga model analisis belum layak untuk dilakukan analisa regresi Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu mengenai variabel current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio terhadap harga saham pada PT Tempo Scan Pacific, Tbk di Bursa Efek Indonesia secara linier. Setelah mengeluarkan variabel return on investment dari model analisis, dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS 12.0 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Bebas Current Ratio Return On Equity Debt to Equity Ratio Price Earning Ratio Earning Per Share Dividend Payout Ratio Konstanta Sig. F R R2 Sumber Data : diolah penulis
Koefisien Regresi 0,004 0,115 -0,128 0,036 0,005 0,002 2,292 0,003 0,965 0,932
Sig.
r
0,097 0,045 0,025 0,003 0,003 0,540
0,626 0,678 -0,772 0,893 0,885 0,256
Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah: Y = 2,292 + 0,004 + 0,115X2 - 0,128X3+ 0,036X4+ 0,005X5+ 0,002X6 Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut: (1). Konstanta (α) Konstanta (α) merupakan intersep fungsi regresi dengan Y jika X = 0, menunjukkan bahwa jika variabel independen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 2,292 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio = 0, maka variabel harga saham PT Tempo Scan Pacific, Tbk sebesar 2,292. (2). Koefisien Regresi Current Ratio. Besarnya nilai b1 adalah 0,004 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara current ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel current ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat current ratio naik sebesar satu satuan maka harga saham akan juga naik sebesar b1 yaitu 0,004 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. (3). Koefisien Regresi Return On Equity. Besarnya nilai b2 adalah 0,115 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara return on equity dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel return on equity meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
18
sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat return on equity naik sebesar satu satuan maka harga saham akan juga naik sebesar b2 yaitu 0,115 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. (4). Koefisien Regresi Debt to Equity Ratio. Besarnya nilai b3 adalah -0,128 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan) antara debt to equity ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel debt to equity ratio meningkat akan diikuti dengan penurunan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat debt to equity naik sebesar satu satuan maka harga saham akan turun sebesar b3 yaitu 0,128 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. (5). Koefisien Regresi Price Earning Ratio. Besarnya nilai b4 adalah 0,036 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara price earning ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel price earning ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat price earning ratio naik sebesar satu satuan maka harga saham akan juga naik sebesar b4 yaitu 0,036 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. (6). Koefisien Regresi Earning Per Share. Besarnya nilai b5 adalah 0,005 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara earning per share dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel earning per share meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat earning per share naik sebesar satu satuan maka harga saham akan juga naik sebesar b5 yaitu 0,005 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. (7). Koefisien Regresi Dividend Payout Ratio. Besarnya nilai b6 adalah 0,002 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara dividend payout ratio dengan harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel dividend payout ratio meningkat akan diikuti dengan peningkatan harga saham dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat dividend payout ratio naik sebesar satu satuan maka harga saham akan naik sebesar b6 yaitu 0,002 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Pengujian Secara Simultan Koefisien Korelasi dan Determinasi Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS 12.0 diperoleh output untuk koefisien determinasi berganda sebagai berikut : Tabel 7 Model Summary
Sumber : diolah penulis Melihat hasil output SPSS 12.0 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,932 atau 93,2% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham adalah besar. Sedangkan sisanya (100 % - 93,2 % = 6,8 %) dikontribusi oleh faktor lainnya. Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara simultan antara variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
19
on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R) sebesar 0,965 atau 96,5 % yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas yang terdiri atas current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat. Pengujian Hipotesis Uji F / Model F Uji hipotesis yang pertama adalah uji F, yaitu digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham dengan taraf signifikan 5% Adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut: (a). Jika Sig F > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak menunjukkan variabel current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. (b). Jika Sig F < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima menunjukkan variabel current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil analisa dengan software SPSS 12.0. sebagai berikut. Tabel 8 Anova
Sumber: diolah penulis Dari hasil output analisa dengan software SPSS di atas didapat tingkat signifikan uji F = 0,003 < 0.05 (level of signifikan), maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti pengaruh variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya harga saham pada perusahaan PT Tempo Scan pacific, Tbk di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio yang dimiliki oleh perusahaan PT Tempo Scan pacific, Tbk.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
20
Pengujian Secara Partial Analisis Pengujian Hipotesis Uji t Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas tingkat current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu perubahan harga saham. Adapun prosedur pengujian
yang digunakan, sebagai berikut: (a). Jika nilai signifikansi Uji t > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. (b). Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham Hasil analisa menggunakan software SPSS seri 12.0 adalah tampak dalam tabel berikut. Tabel 9 Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan Variabel
t hitung
Sig
Keterangan
Current Ratio
1,965
0,097
Tidak Signifikan
Return On Equity
2,461
0,045
Signifikan
Debt to Equity Ratio
-2,971
0,025
Signifikan
Price Earning Ratio
4,862
0,003
Signifikan
Earning Per Share
4,664
0,003
Signifikan
Dividend Payout Ratio
0,649
0,540
Tidak Signifikan
Sumber: diolah penulis Uji Parsial Pengaruh Variabel Current Ratio Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel current ratio = 0,097 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh current ratio terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Current Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kwajiban jangka pendeknya. Semakin besar perbandingan current ratio semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mempunyai current ratio tinggi cenderung memiliki kemapuan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, perusahaan yang memiliki current ratio tinggi juga lebih cenderung mempunyai asset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya. Hasil pengujian menunjukkan current ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa dengan tingginya tingkat current ratio yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya juga tinggi. Namun perusahaan dengan likuiditas yang tinggibelum tentu akan menarik investor untuk berinvestasi, karena current ratio yang tinggi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
21
juga menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Karena pada umumnya investor lebih menyukai laba (gain) serta menghindari resiko. Uji Parsial Pengaruh Variabel Return On Equity Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel return on equity = 0,045 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh return on equity terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. Return on equity merupakan rasio yang membandingkan antara laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukur efisiensi perusahaan. ROE juga disebut profitabilitas modal sendiri. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa pengaruh yang ditunjukkan return on equity terhadap harga saham adalah positif, artinya jika return on equity tinggi maka harga saham juga tinggi. Perusahaan yang mempunyai nilai return on equity tinggi menunjukkan kemampuan dalam menghasilkan laba baik, dan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut semakin baik karena tingkat kembalian yang semakin besar. Dengan tingginya laba yang diperoleh perusahaan maka kemungkinan besar investor mendapat dividen juga semakin besar. Jika perusahaan memutuskan untuk menyisihkan pendapatan dari laba untuk pembagian dividen maka akan berakibat tingginya harga saham. Uji Parsial Pengaruh Variabel Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel debt to equity ratio = 0,025 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. Debt to equity ratio merupakan rasio untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan hutang yang dimilki oleh perusahaan dengan cara menghitung perbandingan antara total hutang dengan total modal. Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa debt to equity ratio mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat debt to equity ratio maka harga saham akan turun. Hasil ini sejalan dengan pendapat Damodaran (2001:706) perusahaan dengan leverage yang tinggi cenderung memberi dividen yang kecil dibanding perusahaan dengan leverage yang rendah, karena mereka memiliki kewajiban untuk menggunakan pendapatan mereka untuk membayar tagihan hutang. Leverage dapat mempengaruhi dividen, oleh karena itu akan mempengaruhi pendapatan saham perusahaan juga. Uji Parsial Pengaruh Variabel Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel price earning ratio = 0,003 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh price earning ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. Price earning ratio menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar persatuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadi instrumen yang cukup penting. Price earning ratio juga menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin kecil nilai Price Earning Ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli, sebaliknya semakin tinggi berarti semakin mahal.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
22
Hasil pengujian menyatakan bahwa price earning rasio menunjukkan hubungan yang positif terhadap harga saham Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat price earning ratio maka harga saham juga juga akan semakin tinggi. Price Earning Ratio yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan dimasa mendatang cukup baik, sehingga investor akan bersedia untuk menanamkan modalnya. Karena dengan tingginya Price Earning Ratio maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan investor, dimana akan berdampak pada kenaikan harga saham maupun kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Sebaliknya Price Earning Ratio yang rendah menunjukkan prospek perusahaan dimasa mendatang kurang baik sehingga investor tidak akan mendapatkan return saham yang tinggi. Uji Parsial Pengaruh Variabel Earning Per Share Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel earning per share = 0,003 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh earning per share terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham, hal ini mengindikasikan semakin besar earning per share yang dibagikan akan mendorong harga saham perusahaan tersebut semakin tinggi. Besar kecilnya earning pershare yang diberikan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, karena yang kita ketahui dengan earning per share yang tinggi akan sangat menarik para investor untuk menanamkan modalnya. Karena pada dasarnya earning per share sering digunakan oleh investor (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai. Uji Parsial Pengaruh Variabel Dividend Payout Ratio Terhadap Harga Saham Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel dividend payout ratio = 0,540 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh dividend payout ratio terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Dividen pay out ratio merupakan rasio yang menunjukkan persentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dalam bentuk cash dividen. Hasil pengujian diatas menunjukkan dividen payout ratio tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham. Hal ini mencerminkan umumnya para investor lebih mempertimbangkan tujuan jangka panjang dari pada tujuan jangka pendek dalam berinvestasi sehingga investor lebih mementingkan capital gain yang besar dari pada dividen. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo (2005:104) bahwa harga saham dipengaruhi oleh seberapa jauh tujuan para investor dalam menginvestasikan sahamnya pada perusahaan. Jika tujuan utama seorang investor adalah jangka panjang maka lebih tertarik pada perusahaan yang memberikan capital gain besar daripada dividen. Tetapi apabila tujuan investor adalah jangka pendek, maka dividen merupakan pertimbangan penting dalam membeli suatu saham. Koefisien Determinasi Partial Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui faktor manakah yang paling berpengaruh dari variabel bebas yang terdiri atas dari current ratio, price earning ratio, debt to equity ratio, dan dividen payout ratio terhadap harga saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
23
Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 10 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel Current Ratio Return On Equity Debt to Equity Ratio Price Earning Ratio Earning Per Share Dividend Payout Ratio Sumber: diolah penulis
R
r2
0,626 0,678 -0,772 0,893 0,885 0,256
0,3916 0,4601 0,5954 0,7976 0,7838 0,0656
Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial dan pengertiannya sebagai berikut: (a). Koefisien determinasi parsial variabel current ratio = 0,3916 yang menunjukkan sekitar 39,16 % yang besarnya kontribusi variabel current ratio terhadap perubahan harga saham. (b). Koefisien determinasi parsial variabel return on equity = 0,4601 yang menunjukkan sekitar 46,01 % yang besarnya kontribusi variabel return on equity terhadap perubahan harga saham. (c). Koefisien determinasi parsial variabel debt to equity ratio = 0,5954 yang menunjukkan sekitar 59,54 % yang besarnya kontribusi variabel debt to equity ratio terhadap perubahan harga saham. (d). Koefisien determinasi parsial variabel price earning ratio = 0,7976 yang menunjukkan sekitar 79,76 % yang besarnya kontribusi variabel price earning ratio terhadap perubahan harga saham. (e). Koefisien determinasi parsial variabel earning per share = 0,7838 yang menunjukkan sekitar 78,38 % yang besarnya kontribusi variabel earning per share terhadap perubahan harga saham. (f). Koefisien determinasi parsial variabel dividen payout ratio = 0,0656 yang menunjukkan sekitar 6,56% yang besarnya kontribusi variabel dividen payout ratio terhadap perubahan harga saham. Kesimpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut (1). Hasil pengujian simultan menunjukkan variabel bebas yang terdiri dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil ini juga didukung dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 96,5 % yang mengindikasikan bahwa hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap naik turunnya harga saham adalah kuat. (2). Hasil pengujian parsial menunjukkan dari 6 variabel yang digunakan model penelitian yaitu dari current ratio, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, earning per share dan dividend payout ratio yang menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, dan earning per share Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. (3). Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah price earning ratio karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 9 (2013)
24
Saran Dari hasil analisis tersebut di atas dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : (1). Hendaknya perusahaan lebih mengoptimalkan penggunaan total aktiva yang dioperasikan dalam perusahaan untuk menghasilkan laba bersih. Hal ini dikarenakan, investor amat berkepentingan untuk mengetahui kinerja dari modal yang diinvestasikan. Untuk mengetahui kinerja dari modal yang diinvestasikan dapat diukur dari laba yang dihasilkan. (2). Dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan, usaha yang sebaiknya dilakukan adalah dengan meningkatkan nilai rasio yaitu dengan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan cara meningkatkan penjualan, menurunkan biaya administrasi dan penjualan, biaya operasi, serta biaya lainnya. (3). Hendaknya perusahaan memanfaatkan modal yang ada dengan melakukan investasi yang menguntungkan misalnya pengembangan produk guna meningkatkan penjualan. DAFTAR PUSTAKA Darmadji. T dan H. M. Fakhruddin. 2008. Pasar Modal di Indonesia. Ghozali. I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Diponegoro. Yogyakarta. Ghozali. I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Diponegoro. Yogyakarta. Hanafi. M. M dan A. Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Husnan, S. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofilo dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Prastowo, D. 2002. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Santoso, S. 2006. SPSS Statistik Parametrik. Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sugiyono, 2007, Metodologi penelitian Bisnis. Edisi Revisi, Cetakan kesebelas, Penerbit Alfabeta. Bandung. Tendelilin. E. 2006. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.