Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM Tiara Mega Pratiwi
[email protected] Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of Current Ratio (CR), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning per Share (EPS) and Net Profit Margin (NPM) to the stock return. This research is conducted in the manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange in 2008-2012 by using 30 companies as samples which are in accordance with the criteria. The result of the research shows that the empirical model in this research is stable whereas the CR, ROA, DER, NPM, and EPS variables partially have positive but not significant influence to the stock return. Keywords: Current Ratio, return on asset, debt to equity ratio, earning per share, net profit margin. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Debt to EquityRatio (DER), Earning per Share (EPS) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap return saham. Penelitian dilakukan pada peusahaan manufaktur yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012 dengan menggunakan sampel yang sesuai dengan kriteria sebanyak 30 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model empiris dari penelitian ini ternyata stabil. Sedangkan secara parsial variabel CR, ROA, DER, NPM, dan EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Kata kunci : Current ratio, return on asset, debt to equity ratio, earning per share, net profit margin.
PENDAHULUAN Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh perkembangan pasar modal yang ada di Indonesia, investor tertarik dengan saham yang dapat mereka jadikan alternatif sebagai obyek investasi. Umumnya para investor akan tertarik pada investasi yang dapat memberikan keuntungan (return) yang relatif tinggi. Hal itu disebabkan karena investor pada dasarnya bertujuan untuk memaksimalkan kekayaannya. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal oleh masyarakat. Saham berupa surat bukti kepemilikan atas aset-aset yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang telah menerbitkan saham nya pada pasar modal dapat di katakan sebagai perusahaan yang Go Publik. Pasar modal yang ada di Indonesia, yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia) bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan. Laporan Keuangan menjadi salah satu sumber informasi akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
2
Laporan keuangan tersebut merupakan kumpulan data keuangan historis perusahaan yang dapat diolah untuk memprediksi kinerja dan kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini tercantum dalam PSAK No.1 pada paragraf 28 yang menyatakan bahwa “informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pengguna, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo”. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan sangat penting untuk dilakukan oleh para investor mengingat risiko dan jumlah dana yang akan diinvestasikan cukup signifikan bagi investor tersebut. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan menjadi suatu kewajiban bagi para investor sebelum mereka mengambil keputusan dalam berinvestasi, apakah saham akan dibeli, dijual atau tetap dipertahankan. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan informasi dari data keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Minimnya informasi akuntansi bagi calon investor, tentu akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat. Karena kemungkinan calon investor belum memahami pengaruh informasi akuntansi khususnya rasio-rasio keuangan dengan return yang diharapkan. Sehingga seorang investor harus mempertimbangkan lebih jauh dan memahami laporan keuangan terhadap kondisi perusahaan di masa datang. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dikenal oleh masyarakat. Saham berupa surat bukti kepemilikan atas aset-aset yang menerbitkan saham tersebut. Perusahaan yang telah menerbitkan saham nya pada pasar modal dapat di katakan sebagai perusahaan yang go publik. Pasar modal yang ada di Indonesia, yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia) bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan. Laporan Keuangan menjadi salah satu sumber informasi akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi” Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan sangat penting untuk dilakukan oleh para investor mengingat risiko dan jumlah dana yang akan diinvestasikan cukup signifikan bagi investor tersebut. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan menjadi suatu kewajiban bagi para investor sebelum mereka mengambil keputusan dalam berinvestasi, apakah saham akan dibeli, dijual atau tetap dipertahankan. Analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan informasi dari data keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Minimnya informasi akuntansi bagi calon investor, tentu akan menghasilkan keputusan yang tidak tepat. Karena kemungkinan calon investor belum memahami pengaruh informasi akuntansi khususnya rasio-rasio keuangan dengan return yang diharapkan. Sehingga seorang investor harus mempertimbangkan lebih jauh dan memahami laporan keuangan terhadap kondisi perusahaan di masa datang. Permasalahan pokok dari penelitian ini adalah apakah current ratio (CR), return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), dan net profit margin (NPM) berpengaruh terhadap return saham Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang diukur dengan menggunakan current ratio (CR), return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS) dan net profit margin (NPM) terhadap return saham. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
3
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan (Munawir, 2007:1). Unsur-unsur Laporan Keuangan Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009): (1) aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan; (2) kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi; (3) ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan menggunakan informasi yang ada dalam laporan tersebut untuk berbagai kebutuhan yang berbeda. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Par. 9 menyatakan bahwa pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan antara lain (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009): (1) investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada infirmasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden; (2) karyawan memerlukan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan (stabilitas dan profitabilitas) dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja; (3) pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman beserta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo; (4) pemasok dan kreditor lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman; (5) para pelanggan berkepentingan dengan informasi tentang kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila pelanggan terikat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan tersebut; (6) pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya; (7) laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Tujuan dan Manfaat laporan Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan bahwa pada umumnya perusahaan mempunyai laporan keuangan dengan tujuan sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009): (1) menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam keputusan ekonomi; (2) memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu; (3) menunjukkan apa yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
4
telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan padanya. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:9), Laporan Keuangan mempunyai beberapa keterbatasan antara lain : (1) laporan keuangan yang disusun secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final; (2) laporan keuangan yang menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah; (3) laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang salah (missleading); (4) laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. Analisis Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaanatau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio pembanding yang digunakan standard (Munawir, 2007:64). Brigham dan Houston (2006:95) mengelompokkan rasio keuangan dalam lima macam, yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, rasio manajemen utang (laverage), rasio profitabilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Van Horne & Wachowicz, 2005:206). (a) rasio lancar (current ratio) adalah salah satu dari rasio likuiditas yang paling umum dan sering digunakan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya; (b) rasio cepat (quick ratio) rasio ini menunjukan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling cepat. Rasio ini berfungsi sebagai pelengkap rasio lancar dalam menganalisis likuiditas. Rasio ini sama dengan rasio lancar, hanya saja rasio tersebut tidak meliputi persediaan. Persedian dianggap bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Rasio aktivitas atau rasio manajemen aktiva digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan tertekan. Di pihak lain, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang (Brigham & Houston, 2006:97). Rasio ini meliputi: (a) rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas persediaan perusahaan berputar setiap tahunnya, sedangkan rata-rata umur persediaan melihat barapa lamanya dana tertanam pada persediaan, perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tinggi persediaan berputar dalam satu tahun hal ini menunjukkan efektivitas manajemen persediaan; (b) rasio perputaran aktiva tetap digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, rasio ini memperlihatkan sejauh mana
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
5
efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia untuk menghasilkan volume persediaan; (c) rasio perputaran total aktiva digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva perusahaan dapat menghasilkan volume penjualan dalam setahun, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini, semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia untuk menghasilkan volume penjualan. Rasio hutang (leverage) digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage-nya sama dengan nol artinya dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal miliknya sendiri tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah rasio leverage perusahaan berartiperusahaan mempunyai resiko keuangan yang rendah, sebaliknya dengan perusahaan yang mempunyai tingkat rasio leverage yang tinggi membuat perusahaan mempunyai resiko keuangan yang tinggi pula karena semakin banyak pinjaman yang diperoleh. Ada dua rasio leverage yang sering digunakan yaitu : (a) rasio hutang (debt ratio) rasio hutang merupakan prosentase jumlah dana yang digunakan untuk membiayai aktiva yang berasal dari hutan. Standar umum dari rasio hutang adalah 50%, semakin rendah nilai rasio hutang menyatakan proporsi hutang perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki perusahan (asset), sehingga semakin rendah nilai debt ratio maka semakin rendah pula resiko keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan semakin baik; (b) rasio jumlah hutang atas modal (debt to equity ratio) merupakan perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan terhadap modal sendiri, semakin rendah jumlah hutang terhadap modal sendiri mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan baik dan resiko yang ditanggung perusahaan semakin kecil. Rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan aktiva maupun ekuitas. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable) tanpa adanya keuntungan yang cukup, akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditor, pemilik perusahaan dan terutama manajemen perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungannya karena keuntungan akan sangat penting bagi masa depan perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Semakin besar nilai besar nilai rasio profitabilitas menunjukkan semakin baiknya kinerja perusahaan menghasilkan laba. Ada empat macam rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu: (a) rasio margin laba kotor (gross profit margin) merupakan prosentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan (harga penjualan). Semakin besar rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal ini mengindikasikan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dari harga jual; (b) rasio margin laba bersih (net profit margin) merupakan perbandingan antara keuangan bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan (setelah dikurangi biaya-biaya termasuk dengan pajak). Rasio ini menunjukkan seberapa besar bagian penjualan yang terealisir menjadi laba bersih, semakin tinggi rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan; (c) return on asset merupakan pengukuran tingkat kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan kinerja keuangan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan, rasio ini return on asset disebut juga dengan return on investment (ROI), semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik pula keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan; (d) return on equity (ROE) dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan ekuitas tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham tetapi rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Nilai return on investment menunjukkan kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
6
manajemen perusahaan dalam mengelola modal sendiri dan kemampuan untuk memperoleh laba bersih dari investasi yang dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio pasar adalah rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku perusahaan. Contoh dari rasio ini adalah: (a) earning per share (EPS) dipergunakan untuk mengukur berapa besar pendapatan yang dihasilkan perusahaan untuk tiap-tiap lembar saham yang beredar. Bagi investor, rasio ini diperlukan analisisnya untuk mengetahui kemampulabaan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning) tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai suatu saham pada dasarnya tergantung pada kemampulabaan perusahaan yang merupakan sumber dana untuk membayar dividend. Laba per lembar saham (EPS) analisis laba dari sudut pandang pemilik yang dipusatkan pada laba per lembar saham dalam satu perusahaan. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka EPS paling sering digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum, dengan asumsi bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per saham dikemudian hari. Selain itu EPS juga dianggap relevan dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian dividen. Perhitungan EPS mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga pasar saham dan menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan (Kieso dan Weygant, 1995:202); (b) price book value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca. Rasio ini dapat digunakan untuk menilai apakah suatu saham undervalued atau overvalued. Para investor memperhatikan PBV dengan tujuan untuk mengetahui apakah harga saham yang dibeli sesuai dengan nilai kekayaan bersih perusahaan. Semakin dekat harga saham dengan nilai kekayaan bersih perusahaan, berarti semakin baik saham tersebut untuk dibeli. Konsep Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2003:109). Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return history ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa datang, sedangkan return ekspektasi (expected return) merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Current Ratio terhadap Return Saham Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2009) menyatakan bahwa secara parsial CR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Thamrin (2012) menunjukan bahwa current ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Ha1 : CR berpengaruh positif terhadap return saham. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
7
Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio debt-to-equity. Rasio ini menekankan pada pentingnya pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Rasio ini juga menunjukan bahwa semakin besar persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham, maka semakin besar perlindungan yang didapat oleh kreditor perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2009) menyatakan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sementara penelitian yang dilakukan Anggraini (2009) yaitu berhasil menemukan pengaruh negatif signifikan rasio DER terhadap return saham. Thamrin (2012) meneliti pengaruh CR dan DER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur menunjukan bahwa DER merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap return saham. Ha2 : DER berpengaruh negatif terhadap return saham. Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perlembar saham dapat menghasilkan laba. Meningkatnya laba bersih perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki berpotensi dalam menghasilkan peningkatan EPS-nya. Sehingga investor menjadi tertarik membeli saham untuk melakukan investasi di Perusahaan. Hal ini tentu akan berpengaruh juga terhadap kenaikan harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Hermy dan Kurniawan (2011), menunjukkan bahwa rasio EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Selain itu, rasio EPS mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham itu berarti apabila nilai EPS perusahaan yang tinggi, tentu akan memperoleh return saham yang tinggi juga. Hasil penelitian yang sama dilakukan Tampubolon (2009) yang menggunakan rasio EPS. PER. DER, ROI, ROE menunjukkan bahwa EPS juga berpengaruh signifikan terhadap return saham. Ha3 : EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Return Saham Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah mempertimbangkan semua biaya dan pajak penghasilan. Penelitian yang dilakukan Nathaniel (2008) menyatakan bahwa net profit margin (NPM) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sehingga mempengaruhi investor maupun calon investor untuk melakukan investasi. Pada saat ini, investor tidak bersedia membeli saham dengan harga tinggi dengan nilai net profit margin (NPM) perusahaan rendah, akibatnya net profit margin (NPM) tidak mempengaruhi tingkat pengembalian (return) perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Rinanti (2012) menyimpulkan bahwa NPM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Ha4 : NPM berpengaruh positif terhadap return saham. Pengaruh Return on Asset terhadap Return Saham Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. Penelitian yang dilakukan Tampubolon (2009) dan Putri (2011) menyatakan bahwa berdasarkan uji parsial ROI atau ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Rinanti (2012) menggunakan rasio NPM, ROE, dan ROA, menyimpulkan bahwa secara parsial hanya variabel return on assets (ROA) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, maka dapat dikatakan bahwa ROA memiliki kontribusi dominan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
8
oleh Hermi dan Kurniawan (2011) menunjukkan bahwa rasio ROA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Ha5 : ROA berpengaruh positif terhadap return saham. METODA PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan pada pengukuran gejala-gejala atau indikasi-indikasi sosial yang diterjemahkan dalam bentuk angka-angka untuk dianalisis secara statistik. Penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini menguji pengaruh rasio keuangan yaitu CR, DER, EPS, NPM, ROA terhadap return saham. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:115) Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 133 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel yang digunakan adalah berdasarkan pertimbangan (Purposive Sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 131). Kriteria perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah : (1) Perusahaan manufaktur di BEI sebelum 31 Desember 2008 dan masih terdaftar sampai dengan 31 Desember 2012; (2) Laporan Keuangan merupakan hasil auditan tahun 2008-2012; (3) Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam Laporan Keuangannya; (4) Perusahaan yang tidak melakukan stock split tahun 2008-2012. Variabel dan Definisi Operasional Variabel. Variabel Variabel Terikat (Dependen) (Y) : Return Saham Variabel Bebas (Independen) (X) :(X1) Current Ratio (CR), (X2) Return On Asset (ROA) (X3) Debt to Equity Ratio (DER) (X4) Net Profit Margin (NPM) (X5) Earning per Share (EPS) Definisi Operasional Variabel. Variabel-variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang di wakili oleh rasio keuangan (variabel bebas), yang kemudian dihubungkan dengan pengaruh nya terhadap tingkat return saham (variabel terikat) yang di peroleh. Untuk menjelaskan variabel yang akan di uji, berikut adalah penjelasannya : 1.
Return Saham Return merupakan hasil yang akan diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Ri = Ri Pt Pt-1
p t −P t−1 P t−1
= = =
Return Saham Harga saham sekarang Harga saham periode lalu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
9
2.
Current Ratio Merupakan rasio yang umum dipakai untuk mengukur tingkat likuiditas sebuah perusahaan. Rasio ini menunjukan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. (Brigham & Houston, 2006: 95). Menurut Van Horne dan Machowicz ( 2005: 206) rumus yang dipakai untuk Current Ratio : Rasio Lancar =
Aktiva lancar X 100% Kewajiban jangka pendek
3.
Debt to Equity Ratio Merupakan ukuran kekayaan terhadap pendanaan hutang yang relatif digunakan terhadap pendanaan ekuitas (Van Horne dan Wachowich, 2005: 235). berikut ini rumus yang dapat dipakai untuk menghitung DER : Total hutang Debt to Equity Ratio = X 100 Ekuitas pemegang saham
4.
Earning Per Share EPS merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu.EPS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : EPS =
Laba bersih setelah pajak − Deviden saham preferen X 100% Jumlah saham beredar
5.
Net Profit Margin Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya, atau disebut juga tingkat kemampulabaan suatu perusahaan. Berikut adalah rumus yang dapat digunakan untuk menghitung NPM : Laba bersih setelah pajak Net Profit Margin = X 100% Penjualan bersih 6.
Return on Asset Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuantungan. Rumus untuk menghitung return on assets : Return on Asset =
Laba bersih setelah pajak X 100% Total aktiva
Teknik Analisis Data Transformasi Data Untuk melakukan transformasi data, SPSS menyediakan menu Transform yang pada prinsipnya berfungsi mentransformasi atau mengubah sebuah variabel (data) untuk keperluan yang khusus. Menu transform tidak ada yang terkait dengan teknik statistik tertentu, namun hanya menyiapkan data untuk perlakuan suatu prosedur statistik. Menu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
10
transform yang dipergunakan yaitu perintah compute. Perintah compute dipergunakan untuk melakukan perhitungan terhadap nilai dari variabel yang sudah ada maupun untuk variabel baru pada file data yang akan dilakukan transformasi. Transformasi-transformasi yang digunakan adalah : (1) transformasi akar pangkat dua adalah transformasi yang menggantikan setiap skor yang diperoleh dalam penelitian menjadi skor akar pangkat dua. Transformasi ini cocok apabila variansi-variansinya sebanding dengan rata-rata dan (2) transformasi logaritma adalah transformasi yang digunakan apabila variansi-variansinya tidak proporsional terhadap rata-ratanya. Data Outlier Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain (Santoso, 2010: 32). Data outlier terjadi karena beberapa sebab : (1) Kesalahan dalam pemasukan data; (2) Kesalahan pada pengambilan sample; (3) Memang ada data ekstrem yang tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Sebuah variabel yang mempunyai sebaran data yang tidak normal dapat dilakukan dengan menghilangkan data yang dianggap penyebab tidak normalnya data serta melakukan transformasi data dalam bentuk akar pangkat dua dan logaritma kemudian dilakukan pengujian ulang. Regresi Linier Berganda Data-data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan software komputer dan menggunakan program IBM SPSS STATISTICS 20. Teknik analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Sebelum melakukan analisis regresi berganda, harus dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas dan data variabel terikat pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau tidak (Sunyoto, 2011: 84). Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, data berdistribusi normal jika menghasilkan nilai signifikan>α=5%. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara variabel independen dalam model regresi. Untuk mengetahuinya maka dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF. Nilai umum yang digunakan adalah tolerance >0,1 dan VIF < 10 , menunjukan tidak adanya gejala multikolinieritas pada regresi ini. 3. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Sunyoto, 2011:91). Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dengan ketentuan sebagai berikut : a. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2). b. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan 2 atau -2 ≤ DW ≤ 2. c. Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas 2 atau DW > 2. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Jika varians tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan gejala heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas .Uji ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Pengujian Hipotesis
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
11
Dengan menggunakan model regresi linier berganda, maka bentuk persamaan matematisnya adalah : Y = a + β1 X 1+ β2X2+ β3X 3+ β4X4+ β5X5 +e Y = return saham tahunan a = konstanta X1 = current ratio (CR) X2 = debt to equity ratio (DER) = earning per share (EPS) X3 X4 = net profit margin (NPM) = return on asset (ROA) X5 Β1,2,3,4,5 = koefisien regresi e = error Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji F dan uji parsial (uji t). 1. Uji Kesesuaian Model (uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Tahapan uji F sebagai berikut: a. Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat atau Ha diterima. b. Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat atau Ha ditolak. 2. Uji Parsial (uji t) Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.Untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dasar pengambilan keputusan yang dilakukan adalah : a. Apabila nilai probabilitas (p) < α= 5%, maka hipotesis (Ha) = diterima b. Apabila nilai probabilitas (p) > α = 5%, maka hipotesis (Ha) = ditolak Koefisien Determinasi (R2) Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik hasil garis regresi yang diperoleh antara variabel independent terhadap variabel dependent. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Setelah melakukan transformasi data, pada grafik normal P-Plot terlihat titik-titik sebaran lebih mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas dapat terpenuhi. b.
Uji Multikolinearitas Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. c.
Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi menunjukan bahwa nilai hitung Durbin-Watson adalah 1,670 maka kesimpulannya tidak terjadi autokorelasi. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan 2 atau -2 ≤ DW ≤ 2.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
12
d.
Uji Heteroskedasitisitas Setelah melakukan transformasi data, dari gambar grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik data tersebar dengan baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model tersebut layak digunakan untuk prediksi return saham. Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan regresi linear berganda mempunyai tujuan untuk melakukan taksiran variasi nilai suatu variabel terikat yang disebabkan oleh variasi nilai suatu variabel bebas. Dengan demikian fungsi dari persamaan ini adalah untuk melakukan pendugaan terhadap variabel terikat, apabila terjadi perubahan pada variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Dalam mengolah data untuk menyusun model regresi ini digunakan program IBM SPSS STATISTICS 20. Tabel 1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -58,430 77,386 CR_1 10,110 14,265 ,091 ROA_1 13,353 33,884 ,085 1 DER_1 44,693 25,794 ,230 NPM_1 21,158 28,885 ,146 EPS_1 10,607 10,166 ,141 a. Dependent Variable: RETURN Sumber: Output SPSS
t
Sig.
-,755 ,709 ,394 1,733 ,732 1,043
,452 ,480 ,694 ,086 ,465 ,299
Dari output diatas menunjukan bahwa prediksi return saham dapat dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Y =-58,430+10,110 CR+13,353 ROA+44,693 DER+21,158 NPM+10,607 EPS Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa koefisien yang bertanda positif adalah semua variabel bebas yaitu CR, ROA, DER, NPM, dan EPS. Hal ini berarti semua variabel bebas mempunyai pengaruh searah dengan return saham. 1. Konstanta Regresi Konstanta regresi sebesar 58,430 menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa rata-rata kontribusi variabel lain diluar model memberikan dampak negatif terhadap return saham. 2. Koefisien b1 (CR) Besarnya koefisien b1 adalah 10,110 menunjukkan hubungan yang positif antara CR dengan return saham. Hasil ini menunjukkan apabila variabel CR mengalami kenaikan sebesar satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap, maka return saham akan mengalami kenaikan sebesar 10,110. 3. Koefisien b2 (ROA) Besarnya koefisien b2 adalah 13,353 menunjukkan hubungan yang positif antara ROA dengan return saham. Hasil ini menunjukkan apabila variabel ROA mengalami kenaikan sebesar satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap, maka return saham akan mengalami kenaikan sebesar 13,353. 4. Kofesien b3 (DER) Besarnya koefisien b3 adalah 44,693 menunjukkan hubungan yang positif antara DER dengan return saham. Hasil ini menunjukkan apabila variabel DER yang mengalami
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
13
kenaikan sebesar satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap, maka return saham akan mengalami kenaikan sebesar 44,693 . 5. Koefisien b4 (NPM) Besarnya koefisien b4 adalah 21,158 menunjukkan hubungan yang positif antara NPM dengan return saham. Hasil ini menunjukkan apabila variabel NPM yang mengalami kenaikan sebesar satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap, maka return saham akan mengalami kenaikan sebesar 21,158. 6. Koefisien b5 (EPS) Besarnya koefisien b5 adalah 10,607 menunjukkan hubungan yang positif antara EPS dengan return saham. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel EPS yang mengalami kenaikan sebesar satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain tetap, maka return saham akan mengalami kenaikan sebesar 10,607. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi R2 merupakan hasil pengkuadratan dari hasil koefisien korelasi (R) yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent . Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik hasil garis regresi yang diperoleh antara variabel independent terhadap variabel dependent. Penggunaan koefisien determinasi memiliki kelemahan adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Berikut ini adalah hasil uji koefisien determinasi : Tabel 2 Hasil Pengujian Determinasi Model Summaryb Model R R Square AdjustedR Square Std. Error of the Estimate 1 ,338a ,114 ,074 77,454771930209 a. Predictors: (Constant), EPS_1, CR_1, NPM_1, DER_1, ROA_1 b. Dependent Variable: RETURN Sumber : Output SPSS
DurbinWatson 1,670
Dapat diketahui tabel diatas menunjukkan bahwa hasil R2 adalah sebesar 0,114. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa variabel CR, ROA, DER, NPM, EPS hanya mampu menjelaskan variabel return saham hanya sebesar 11,4 % sedangkan sisanya 88,6 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Pengujian Hipotesis Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan uji F dan uji t. uji F (simultan) dilakukan untuk melihat pengaruh CR, ROA, DER, NPM, EPS secara bersama-sama terhadap return saham. Sedangkan Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh CR, ROA, DER, NPM, EPS terhadap return saham. 1. Uji Kesesuaian Model (uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel CR,ROA, DER, NPM, EPS terhadap variabel return saham.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
Model
14
Tabel 3 Hasil Uji F ANOVAa Df Mean Square
Sum of Squares Regression 85948,475 5 17189,695 2,865 Residual 1 665915,828 111 5999,242 Total 751864,303 116 a. Dependent Variable: RETURN b. Predictors: (Constant), EPS_1, CR_1, NPM_1, DER_1, ROA_1 Sumber : Output SPSS
F
Sig. ,018b
Berdasarkan tabel diatas diperoleh F hitung sebesar 2,865 pada tingkat signifikan 5% , dengan nilai probabilitas = 0,018 < 0,05, atau nilai sig. kurang dari nilai probabilitas 0,05 yaitu sebesar 0,018. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas CR, ROA, DER, NPM, dan EPS secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. 2.
Uji t (Parsial) Uji parsial ini bertujuan untuk menguji apakah variabel bebas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. a. Pengaruh CR terhadap Return Saham Berdasarkan tabel 1, Hasil Uji Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh t sebesar 0,709 pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,480 > 0,05 menunjukkan bahwa CR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan walaupun current ratio relatif besar, artinya perusahaan cukup aman untuk melangsungkan usahanya, namun demikian dengan current ratio yang besar bila tidak digunakan seoptimal mungkin, perusahaan tidak akan mampu memperoleh hasil yang maksimal, khususnya laba perusahaan. Sebaiknya investor berhatihati dalam menginvestasikan modalnya. Hal ini konsisten dengan penelitian Anggraini (2009) yang tidak menemukan pengaruh signifikan CR terhadap return saham. b.
Pengaruh ROA terhadap Return Saham Berdasarkan tabel 1, Hasil Uji Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh t sebesar 0,394 pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,694 > 0,05 menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah beberapa perusahaan memiliki data komponen ROA yaitu laba setelah pajak dan total aktiva yang tidak stabil pada setiap tahun selama periode 2008-2012. Alasan lain adalah setiap jenis sektor atau subsektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki komposisi yang berbeda, baik ukuran perusahaan ataupun jenis perusahaannya. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Kusuma dan Priatinah (2012) berhasil menemukan pengaruh signifikan ROA terhadap harga saham. c.
Pengaruh DER terhadap Return Saham Berdasarkan tabel 1, Hasil Uji Regresi Linier Berganda menunjukkan hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh t sebesar 1,733 pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,086 > 0,05 menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Tidak bepengaruhnya DER terhadap return saham dikarenakan sebagian investor hanya menganggap bahwa perusahaan yang memiliki prospek keberanian yang baik untuk menggunakan hutang yang tinggi dalam struktur modalnya. Proporsi hutang yang semakin
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
15
tinggi akan menyebabkan fixed payment yang tinggi dan akan menimbulkan risiko kebangkrutan atau terlikuidasi, sehingga mengurangi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Nathaniel (2008) dan Tampubolon (2009) yang tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. d.
Pengaruh NPM terhadap Return Saham Berdasarkan tabel 1, Hasil Uji Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh t sebesar 0,732 pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,465 > 0,05 menunjukkan bahwa NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan oleh tingkat Net Profit Margin (NPM) yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai kemampuan menghasilkan laba bersih dengan prosentase yang tinggi dalam pendapatan operasional, hal ini belum tentu menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak mempengaruhi besar kecilnya return yang dihasilkan. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Hermi dan Kurniawan (2011) menunjukkan bahwa NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Pengaruh EPS terhadap Return Saham Berdasarkan tabel 1, Hasil Uji Regresi Linier Berganda menunjukkan hasil uji hipotesis secara parsial diperoleh t sebesar 1,043 pada tingkat signifikansi 5% dengan probabilitas 0,299 > 0,05 menunjukkan bahwa EPS memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak bepengaruhnya Earning per Share (EPS) terhadap return saham disebabkan karena investor tidak mau lagi menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut. Akibatnya laba perusahaan akan semakin menurun, sehingga Earning per Share (EPS) tidak mempengaruhi harga saham. Tidak adanya pengaruh pada harga saham tersebut juga akan mempengaruhi return saham perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yg dilakukan Putra (2012) yang tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Namun demikian, tetap saja variabel EPS masih tetap dapat menjadi acuan bagi investor untuk menilai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham. e.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Model empiris dari penelitian ini ternyata stabil. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel Current Ratio, Return On Asset, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Earning Per Share bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja keuangan menjadi salah satu pertimbangan bagi calon investor untuk menginvestasikan modalnya. Hasil uji t menunjukkan adalah sebagai berikut : (1) bahwa variabel CR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini diindikasikan dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,480 lebih besar daripada α=5%; (2) variabel ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini diindikasikan dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,694 lebih besar daripada α=5%; (3) variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini diindikasikan dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,086 lebih besar daripada α=5%; (4) variabel NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini diindikasikan dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,465 lebih besar daripada α=5%; (5) variabel EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
16
saham. Hal ini diindikasikan dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,299 lebih besar daripada α=5%. Saran Adapun beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : (1) penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya dibidang yang sama akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki dengan memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat lebih mencerminkan hasil penelitian; (2) obyek penelitian yang dipakai sebagai sampel sebaiknya diperluas dengan melakukan penelitian dari berbagai jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dengan generalisasi yang tinggi; (3) untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor diluar fundamental keuangan perusahaan seperti kondisi makro ekonomi, dan situasi politik suatu negara. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, D. A. 2009. Skripsi:Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Brigham dan Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP. Hermi dan A. Kurniawan. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik. Vol. 6 No. 2 Juli 2011. Hal 8395. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Indriantoro, N. dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. Kieso, Donald E dan J. J. Weygant,. 1995. Akuntansi Intermediate. Jilid Satu. Edisi 7. Terjemahan: Hermawan Wibowo. Jakarta : Binarupa Aksara. Kusuma, P. A dan D. Priatinah. 2012. Pengaruh Return On Investment (ROI), Earnings Per Share (EPS), dan Dividen Per share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010. Jurnal Nominal. Vol. 1 No. 1 2012. Munawir, S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty. Nathaniel, N. 2008. Tesis:Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate and Property di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006). Putra, D. A. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Universitas Gunadarma. Putri, T. R. 2011. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas Gunadarma. Rinanti, I. 2012. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Rturn On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Tercantum Dalam LQ45. Jurnal Universitas Gunadarma. Ritonga, A. 1987. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tampubolon, R. 2009. Skripsi:Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)
17
Thamrin, Y. 2012. Skripsi: Analisis Current Ratio (CR) Dan Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Van Horne, J. dan Wachowicz. 2005. Fundamentals of Financial Management: Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Terjemahan : Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Edisi 12. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. ●●●