Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan Bambang Pranowo Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Abstract: Investment policies represents investors’ reaction to firms’ performance. Theoretically, the growth of firm is affected by operating capital. The need of such capital can be provided by company through selffinancing taken from retained earning. As such, the amount of earning retained by firm will determine its future performance. This research is intended to address trading volume as intermediating variable on the effect of six independent variables to stock price. To address the research problems, this research has proposed 17 hypotheses to be examined. Financial statement data were used in this research to collected mainly from Jakarta Stock Eaxchage Directory with sample period of 1999 to 2002. Sample firms were drawn using a stratified proportional random sampling. Sampling stratification was based on stock liquidity as indicated by those included in LQ45. The findings of this research indicate some important theoretical and practical implications including: 1) firm managers need to be more profersional in improving operating capital and firm’s performance; 2) investors are suggested to include all independent variables addressed in this research in making decision on stock trading volume and price; 3) academicians are suggested not to asume that finacial management theories are not totally hold to our context where this research was conducted, they seem to need adjustment to some fundamental aspects such as social, economic, culture, and politic. Keywords: Capital Market, Financial Performance, Stock Price
Kebijakan investasi merupakan reaksi investor terhadap kinerja perusahaan. Menurut hasil penelitian Houlthausen dan Verrechia (1990), Cready dan Mynatt (1991), dan Penman (1992), bahwa kebijakan atau keputusan investasi dari para investor, sangat dipengaruhi oleh informasi kinerja keuangan perusahaan. Informasi kinerja keuangan perusahaan yang relevan untuk dasar pertimbangan pengambian keputusan investasi, diantaranya dilakukan oleh Mahfoedz (1994), Cheon (1995), Mardiyah dan Indriyantoro (2001). Para peneliti ini menemukan bahwa Dividend Payout, Leverage, dan Earning mencerminkan kinerja perusahaan, dan dapat dipergunakan untuk dasar pengambilan keputusan investasi. Selanjutnya, menurut Bird in Hand Theory yang adiajukan oleh Alamat Korespondensi: Bambang Pranowo, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang
ISSN: 0853-7283
Battacharya (1979), mengatakan bahwa investor lebih menyukai dividen yang tinggi. Sedang dalam Dividend signaling theory yang diajukan oleh Miller dan Rock (1985), mengatakan bahwa antara kebijakan dividen dengan investasi ada hubungan timbal balik. Pada prinsipnya, dividen merupakan pengembalian investasi kepada pemegang saham (investor). Oleh karena itu, Dividend memiliki kesamaan makna dengan Earning per Share, Dividend Yied. Di samping itu, pertumbuhan perusahaan sangat dipengaruhi oleh modal usaha. Salah satu modal usaha perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan, yakni Earning Retained. Dengan demikian, tingkat penghasilan yang ditahan perusahaan sangat menentukan kinerja mereka pada masa mendatang. Oleh karena itu, Gibson(1998), mengatakan bahwa rasio dari leverage (DFL), earning per Share (EPS), earning retained (ERR), price and earning ratio (PER), dividend payout (DP), dan dividend yield (DY), berpengaruh pada kebijakan investasi. Sejalan
241
241
Bambang Pranowo
dengan pembahasan di atas, penelitian ini ingin membuktikan apakah DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, benar-benar direaksi oleh pasar. Jika informasi ukuran rasio keuangan tersebut direaksi pasar, tentunya akan dapat dilihat dari volume penjualan dan harga saham, meskipun Bandi dan Hartono (2000) menemukan bahwa reaksi pasar terhadap volume dan harga berbeda. Dengan demikian permasalahan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, baik secara individual maupun kolektif, volume penjualan (V) dan harga saham(H). Disamping itu, penelitian ini juga akan melihat pengaruh keenam variabel independen tersebut terhadap H, jika diintermedasi oleh V.
saham, pembagian dividen, laba sebelum pajak dan bunga, laba sebelum pajak, keuntungan bersih, dan jumlah keseluruhan saham. Semua data yang dikumpulkan dipergunakan untuk mengukur variabel independen penelitian, seperti dijelaskan sebelumnya. Variabel independen penelitian meliputi: DFL; EPS; PER; ERR; DP; DY. Sedang variabel dependen penelitian meliputi: V dan H. Ukuran-ukuran keseluruhan variabel penelitian tersebut merupakan ukuran rata-rata, dari data tahun 1999–2002. Adapun untuk analisis data penelitian dipergunakan, regresi sederhana dan ganda dengan model Path Analysis, dengan bantuan program SPSS versi 11.5, pada taraf signifikansi 5%.
METODE
HASIL
Populasi adalah keseluruhan individu yang ada dalam suatu objek penelitian, sedang pengertian individu dapat berarti orang, peristiwa, maupun benda. (Sujana, 2000). Sejalan dengan pengertian ini, maka yang merupakan populasi penelitian adalah keseluruhan perusahaan yang tercatat (listing) di BEJ sampai akhir tahun 1998, yakni sebanyak 254 perusahaan. Mengingat data penelitian yang dianalisis adalah laporan keuangan perusahaan tahun 1999–2002, sehingga perusahaan go public dan tercatat di bursa pada tahun 2000 ke atas tidak memenuhi persyaratan, sehingga dieliminasi atau tidak termasuk populasi penelitian. Pengambilan sampel peneliti dilakukan dengan teknik stratified proportional random sampling, dengan penstrataan anggota populasi yang didasarkan pada tingkat likuiditas saham perusahaan, yakni menurut versi LQ45. Besarnya sampel, yang ditentukan dengan teknik proporsi, sebanyak 192 perusahaan yang terdiri dari 84 perusahaan yang pernah masuk LQ45, dan 108 perusahaan yang tidak pernah masuk LQ 45. Dari 192 sampel perusahaan, setelah diadakan analisis, ada 6 perusahaan yang tidak memenuhi syarat, sehingga sampel penelitian tinggal 186 perusahaan, atau 97 % dari yang seharusnya. Pengumpulan data dari sempel penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, yakni dilakukan dengan pengumpulkan data dari dari laporan keuangan perusahaan yang listing di BEJ, tahun 1999–2002. Data yang dikumpulkan meliputi volume penjualan dan harga saham umum, jumlah laba ditahan, jumlah keuntungan tiap lembar
Dari hasil pengujian hipotesis tersebut di atas terlihat bahwa, dari 17 hipotesis penelitian terdapat 8 (delapan) hipotesis yang diterima pada tingkat signifikasi antara 0%–5%. Hipotesis yang diterima tersebut adalah sebagai berikut: 1) DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, berpengaruh positif meyakinkan terhadap volume penjualan saham (V), pada alpha 0%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen terserbut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier V = -0,422 – 0,005DFL + 0,023 EPS + 0.015 PER - 0,586 ERR + 0,029 DP 0,061 DY. 2) DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, berpengaruh positif meyakinkan terhadap harga saham (H), pada α 0%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier H = -0,465 – 0,011 DFL + 0,020 EPS + 0.003 PER - 1,197 ERR + 0,032 DP - 0,002 DY. 3) ERR berpengaruh negatif yang meyakinkan terhadap V, pada alpha 0%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier V = -0,422 – 0,586 ERR. 4) DY berpengaruh secara negatif yang meyakinkan terhadap V, pada alpha 1,1%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier V = -0,422 –0,061DY. 5) EPS berpengaruh positif yang meyakinkan terhadap H, pada α 3,2%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier.
242
JURNAL EKONOMI Nama Orang BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 3 | NOPEMBER 2009
Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
H = -0,465 – 0,020 EPS. 6) ERR berpengaruh positif yang meyakinkan terhadap H, pada alpha 2,8%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier H = -0,465 – 0,197 ERR. 7) DP berpengaruh positif yang meyakinkan terhadap H, pada α 1,6%. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier H = -0,465 + 0,032 DP. 8) DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, V, berpengaruh positif yang meyakinkan terhadap harga saham (H). Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier H = - 0,443 – 0,11 DFL + 0,019 EPS – 0,004 PER + 0,226 ERR + 0,033 DP + ),005 DY + 0,050 V.
PEMBAHASAN Pengaruh DFL, EPS, PER, ERR, DP, dan DY, terhadap Volume Penjualan Saham Dari pengujian hipotesis terbukti bahwa kelima variabel penelitian DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, secara kolektif berpengaruh positif meyakinkan terhadap volume penjualan saham, pada alpha 0%. Dengan kata lain, kelima variabel independen penelitian tersebut secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap volume penjualan saham. Pengaruh tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk model persamaan linier sebagai berikut: V = -0,422 – 0,005 DFL + 0,023 EPS + 0.015 PER 0,586 ERR + 0,029 DP – 0,061 DY Model persamaan ini dapat dipergunakan untuk meramalkan volume penjualan pada masa mendatang, baik bagi investor maupun perusahaan (emiten) atau underwriter, dengan catatan jika keadaan ekonomi ceterisparibus. Akan tetapi, perlu disadari, jika keadaan ekonomi pada masa mendatang mengalami perubahan, maka keberlakuan formula tersebut perlu diuji. Implikasi dari hasil pengujian hipotesis di atas, bahwa setiap variabel independen (DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY) memiliki andil mempengaruhi variabel dependen penelitian volume penjualan. Andil tiap-tiap variabel independen untuk ikut mempengaruhi volume panjualan saham dapat diperiksa pada pembahasan di bawah. ISSN: 0853-7283
Pengaruh DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, terhadap Harga saham Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa keenam variabel penelitian (DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY) berpengaruh meyakinkan terhadap harga saham. Pengaruh variabel independen terhadap harga tersebut dapat divisualisasi dalam bentuk persamaan linier, sebagai berikut. H = -0,465 – 0,011 EPS + 0,020 EPS + 0,003 PER – 1,197 ERR + 0,032 DP – 0,002 DY Model persamaan di atas dapat dipergunakan untuk meramalkan harga saham pada masa depan, jika keadaan ekonomi tetap. Akan tetapi, jika keadaan ekonomi pada masa mendatang mengalami perubahan, maka formula tersebut perlu diuji akurasinya. Implikasi dari hasil pengujian hipotesis di atas, bahwa setiap variabel independen penelitian (DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY) ikut andil mempengaruhi variabel dependen, harga saham. Pengaruh untuk setiap variabel independen penelitian terhadap harga saham, disajikan pada pembahasan di bawah, sekaligus dikonfirmasikan dengan temuan sejenis yang dilakukan peneliti sebelumnya.
Pengaruh ERR (secara individual) terhadap Volume Penjualan Saham Dalam pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan, bahwa secara individual ERR berpengaruh negatif yang meyakinkan terhadap volume penjualan saham. Artinya, perubahan ERR berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan saham. Jika perubahan ERR besar, maka perubahan volume kecil, demikian sebaliknya. Pengaruh ERR terhadap volume dapat disajikan dalam bentuk Model persamaan linier sebagai berikut: V = -0,422 – 0,586 ERR Persamaan di atas, dapat dipergunakan untuk meramalkan volume penjualan saham pada masa mendatang, dengan syarat kondisi ekonomi tetap (ceterisparibus). Akan tetapi jika kondisi ekonomi mengalami perubahan, persamaan di atas perlu diuji kembali akurasinya. ERR merupakan unkuran rasio dari keuntungan yang ditahan. Tujuan dari dari penahanan keuntungan adalah untuk membentuk dana cadangan ekspansi perusahaan, yang disebut juga dana reinvestasi. 243
Bambang Pranowo
Dalam kenyataannya, investor tidak menyukai jika keuntungan ditahan. Mereka lebih menyukai jika keuntungan dibagikan sebagai dividen, sebab pada prinsipnya investor mencari pengembalian investasi. Kajian ini sejalan dengan kesimpulan penelitian Litner (1956) yang mengatakan bahwa jika perusahaan tidak membayar dividen, dianggap memberikan signal yang buruk, sebab dianggap perusahaan butuh dana. Kesimpulan ini sejalan dengan Bird in Hand Theory yang diajukan oleh Battcarya (1979), yang menyimpulkan bahwa investor lebih meyukai dividen yang tinggi, dari pada ditahan sebagai dana investasi. Teori ini diperkuat dengan temuan McCabe (1979), Peterson dan Bernesh (1996), yang mengatakan bahwa keputusan investasi tergantung pada keputusan pendanaan (menghendaki ERR tinggi) dan dividen. Jika perusahaan menghendaki ERR tinggi, maka reaksi pasar rendah, dan volume penjualan menurun. Sebaliknya jika ERR rendah, maka reaksi pasar tinggi, dan volume penjualan saham meningkat. Oleh karena itu, dapatlah diterima bila pengaruh ERR terhadap volume penjualan saham negatif. Dengan demikian, dapat disimpulkan, temuan dalam penelitian ini mendukung dan mempekuat temuan Bird in Hand Theory yang diajukan Battcarya (1979), temuan dalam penelitian McCabe (1979), Peterson dan Bernesh (1983), Baskin (1989), tentang keterkaitan antara kebijakan dividen, pendanaan, dan investasi.
Pengaruh DY (secara individual) terhadap Volume Penjualan Saham Dalam pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa DY secara individual berpengaruh negatif terhadap volume penjualan saham, pada α 1,1%. Artinya, perubahan DY berbanding terbalik dengan perubahan volume. Jika perubahan DY besar, akan diikuti perubahan volume yang kecil. Sebalinya, jika perubahan DY kecil, akan diikuti dengan perubahan volume yang besar. Pengaruh DY terhadap volume ini, secara matematis ditunjukan oleh Model persamaan linier sebagai berikut: V = -0,422 –0,061DY Model matematis ini dapat dipergunakan untuk meramalkan volume penjualan saham pada masa mendatang, dengan syarat keadaan ekonomi tetap. Akan tetapi, jika keadaan ekonomi mengalami perubahan, maka akurasi dari model tersebut perlu diuji. 244
Pada hakekatnya, DY adalah ukuran rasio yang diukur dari perbandingan deviden per lembar saham, dengan harga saham. Dengan demikian dapat diartikan: 1) besarnya DY tergantung pada besarnya besarnya DP; 2) DY merupakan apresiasi investor terhadap kinerja perusahaan. Dari pengujian hipotesis, seperti dikutip di atas, terbukti pengaruh DY terhadap volume penjualan (selanjutnya disebut volume saja), adalan negatif. Kenyataan ini dapat difahami, bahwa menurut Dividend Signaling seperti yang diajukan oleh Miller dan Rock (1985), John dan William (1985) mengatakan bahwa kebiajakan dividen merupakan signal tentang kinerja perusahaan. Sedang Bird in Had Theory yang diajukan Battacarya (1979), mengatakan bahwa investor lebih menyukai dividen yang besar. Dalam realitanya, antara kebijakan dividen dengan pendanaan investasi sangat sulit dipisahkan, sebagaimana temuan Peterson dan Bernesh (1983). Pendanaan investasi sering memaksa, seperti di Indonesia saat ini, untuk menahan keuntungan (retained earning) untuk dana investasi, sehingga keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham (dividen) menjadi berkurang. Menurut data penelitian, sebanyak 82% perusahaan menahan keuntungan sebesar 80%–100% (periksa Tabel 12). Data ini termasuk kerugian yang dibebankan pada perkiraan laba di tahan. Dalam kaitan ini, dapat diperiksa pada Tabel 11, terdapat 33% perusahaan memiliki akumulasi retained earning negatif . Selanjutnya, data penelitian pada Tabel 11 dan 12, dapat diartikan bahwa: 1) kondisi dan kinerja perusahaan di Indonesia kurang memuaskan; 2) banyaknya laba ditahan untuk pembenahan struktur permodalan perusahaan dan atau dana cadangan investasi; 3) pembagian keuntungan kepada pemegang saham kecil, bahkan perusahaan tidak pernah membagi saham. Menurut data pada Tabel 9, menunjukan 35% perusahaan EPS negatif (berarti perusahaan mengalami kerugian). Sedangkan data pada tabel 13, menunjukan bahwa 52% perusahaan tidak pernah membagi saham. Kedaan yang dijelaskan di atas adalah relevan dengan teori dividend signaling dan Bird in Hand, sebab perusahaan yang banyak menahan keuntungan dan tidak membagi dividen (diditeksi dari DY) direaksi negatif oleh investor. Kesimpulan ini didukung Peterson dan Bernesh (1983), yang mengatakan
JURNAL EKONOMI Nama Orang BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 3 | NOPEMBER 2009
Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
antara kebijakan pendanaan, dividen, dan investasi saling tergantung. Dengan demikian dapat diartikan, adalah rasional jika DY, khusus di Indonesia, direaksi negatif oleh investor. Kesimpulan ini diperkuat dengan bukti DY bepengaruh negatif terhadap volume. Sebagai kesimpulan akhir, bahwa temuan dalam penelitian ini mendukung dan memperkuat dividend signaling Theory yang diajukan Miller dan Rock (1985), John dan William (1985); dan Bird in Hand Theory yang diajukan dan temuan Peterson dan Bernesh (1983) tetang interdependensi antara kebijakan dividen, pendanaan, dan investasi.
Pengaruh EPS (secara individual) terhadap Harga Saham Dalam pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa EPS secara individual berpengaruh positif terhadap harga saham, pada α 3,2%. Dengan kata lain, EPS berpengaruh positif signifikan terhadap volume penjualan saham. Pengaruh ini dapat divisualisasikan dalam bentuk model matematis sebagai berikut: H = -0,465 – 0,020 EPS Model matematis di atas dapat dipergunakan untuk meramalkan harga saham pada masa mendatang, dengan syarat keadaan ekonomi tetap. Akan tetapi, jika keadaan ekonomi mengalami perubahan, maka akurasi dari model matematis di atas perlu diuji. Earning per Share (EPS), menurut teori pendapatan bersih (net income theory) adalah isentik dengan net income, earning, atau laba. Oleh karena itu, dalam kajian berikut pendekatan terhadap pengaruh EPS terhadap volume penjualan, dilakukan melalui net income, earning, atau laba. Penelitian yang relevan dengan hasil pengujian pengaruh EPS terhadap harga saham telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, diantaranya Morse (1981), Bamber (1987), Cready dan Mynaat (1991). Para Peneliti ini menemukan, bahwa besarnya reaksi harga dan volume adalah meningkat terhadap unexpeted earning. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa volume dan harga saham akan meningkat ketika adanya kenaikan pendapatan. Sedangkan Ou Penman (1989), menemukan bahwa rasio keuntungan (profitabilitas) merupakan penduga yang baik untuk keuntungan pada masa mendatang. Jika rasio keuntungan merupakan penduga keuntungan pada masa mendatang, maka informasi ISSN: 0853-7283
tentang keuntungan perusahaan merupakan faktor yang penting untuk direaksi oleh investor, karena perusahaan akan memberikan pengembalian yang baik. Kesimpulan ini sejalan dengan temuan Ball dan Browan (1968) yang mengatakan bahwa informasi yang menggembirakan (good news) akan memperoleh abnormal return positif, demikian juga sebaliknya. Selanjutnya, jika EPS menunjukan rasio keuntungan bersih untuk setiap lembar saham, maka besarkecilnya nilai EPS sangat menentukan reaksi pasar. Reaksi pasar tercermin pada volume dan harga saham. Oleh karena itu, adalah rasional jika EPS ikut mempengaruhi harga saham. Dengan demikian dapat diartikan, temuan dalam penelitian ini mendukung dan memperkuat temuan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Cready dan Mynaat (1991), tentang reaksi harga dan volume terhadap pendapatan, Ou Penman (1989), tentang pengaruh laba terhadap keuntungan yang akan datang.
Pengaruh ERR (secara individual) terhadap Harga Saham Dalam pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa ERR berpengaruh terhadap harga saham, pada alpha 2,8%. Artinya, bahwa ERR berpengaruh positif yang sangat signifikan terhadap harga saham. Pengaruh ini dapat divisualisasikan dalam bentuk model matematis sebagai berikut: H = -0,465 – 0,197 ERR Model matematis di atas dapat dipergunakan untuk meramalkan harga saham pada masa mendatang, dengan syarat keadaan ekonomi tetap. Akan tetapi, jika keadaan ekonomi berubah akurasi model tersebut perlu diuji. Dari hasil pembuktian hipotesis di atas, menunjukkan bahwa ERR secara individual berpengaruh positif pada harga saham. Pengaruh ini dapat dirasionalkan sebagai berikut: pertama, ERR merupakan ukuran yang mencerminkan rasio jumlah keuntungan bersih yang ditahan perusahaan untuk kepentingan investasi atau pengembangan perusahaan, sehingga ERR mencerminkan peluang perkembangan perusahaan pada masa mendatang. Kedua, perkembangan perusahaan sangat diharapkan oleh investor, dengan harapan perusahaan dapat meningkatkan
245
Bambang Pranowo
keuntungan, dan meningkatkan dividen yang mereka terima. Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dilakukan oleh Mougoue danMukherjee (1994). Dalam penelitiannya mereka menemukan bahwa antara investasi, dividen, dan pendanaan adalah saling lepas. Jika memang antara investasi , dividen dan pendanaan saling lepas, maka retained earning dinilai positif oleh investor. Gibson (1998) berpendapat, semakin banyak laba perusahaan yang ditahan untuk kepentingan investasi akan berpengaruh pada jumlah dan harga jual saham. Dengan demikian ERR memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar. Reaksi pasar terlihat dari volume penjualan saham. Oleh karena itu, ERR berpengaruh terhadap volume penjualan saham4. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung temuan, Mougoue dan Mukherjee (1994), dan pendapat Gibson (1998), seperi dikutip di atas.
Pengaruh DP (secara individual) terhadap Harga Saham Dalam pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa DP secara individual berpengaruh positif terhadap harga saham, pada α 1,6%. Artinya, per bahan yang terjadi pada DP ikuti perubahan Harga dengan arah yang sama. Jika perubahan DP besar, ikuti harga tinggi, sebaliknya jika perubahan DP rendah diikuti dengan perubahan harga juga rendah. Pengaruh DP terhadap harga, dalam bentuk matematis, merupakan model persamaan linier sebagai berikut: H = -0,465 + 0,032 DP Model matematis ini dapat dipergunakan untuk meramalkan harga saham pada masa mendatang, dengan syarat keadaan ekonomi ceterisparibus. Akan tetapi jika keadaan ekonomi mengalami perubahan, maka akurasi dari model tersebut perlu diuji. DP merupakan bagian keuntungan yang benarbenar diterimakan kepada investor. Battacarya (1979), dalam penelitiannya menyimpulkan, bahawa investor lebih menyukai dividen yang tinggi (Bird in Hand Theory). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa para investor mengharapkan pengembalian investasi yang tinggi. Semakin besar dividen yang mereka terima, semakin tinggi pengembalian investasi yang mereka terima, dan investor semakin mereaksi pasar. Sebaliknya, jika semakin rendah dividen yang mereka terima, semakin kecil pengembalian investasi yang 246
mereka terima, dan semakin rendah reaksi mereka terhadap saham perusahaan. Reaksi pasar tercermin dalam permintaan dan harga saham. Hasil penelitian yang sejalan dengan pembahasan di atas, dilakukan oleh Capstaff (1992), Mardiyah dan Indriantoro (2001), yang menyimpulan bahwa DP berpengaruh negatif terhadap risiko persepsian. Artinya DP adalah bebas dari risiko investasi. John dan William (1985), dalam penelitiannya yang mendukung teori dividend signaling menyimpulkan bahwa DP adalah signifikan sebagai penduga nilai perusahaan. Dari semua hasil penelitian ini menunjukan bahwa DP merupakan signal kinerja perusahaan yang akurat. Oleh karena itu, DP merupakan salah satu faktor penting untuk dasar mengambil keputusan investasi. Dengan kata lain, informasi DP akan direaksi pasar. Besar-kecilnya reaksi pasar, seperi di atas telah disebutkan, tercermin pada permintaan dan harga saham. Dari pembahasan di atas terlihat bahwa adalah rasional jika DP baik secara kolektif dan individual mempengaruhi harga saham. Dengan demikian, hasil penelitian pengaruh DP terhadap harga saham, dalam penelitian ini, mendukung temuan sebelumnya yang dilakukan oleh Capstaff (1992), tentang Dividend Signaling Model.
Pengaruh DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, dan V, terhadap Harga Saham Dalam pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, V, berpengaruh secara meyakinkan terhadap harga saham (H), pada alpha 0 %. Dengan kata lain bahwa tujuh variabel independen penelitian tersebut, secara bersama-sama, berpengaruh yang sangat meyakinkan terhadap harga saham. Pengaruh tersebut dapat divisualisasi dalam bentuk persamaan linier seperti di bawah. H = -0,443 – 0,11 DFL + 0,019 EPS – 0,004 PER + 0,226 ERR + 0,033 DP + 0,005 DY + 0,050 V. Model persamaan ini dapat dipergunakan untuk meramal harga saham pada masa mendatang, dengan syarat keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi mengalami perubahan maka akurasi model tersebut harus diukur kembali. Bahasan pengaruh variabel independen DFL, EPS, PER, ERR, DP, dan DY, telah dilakukan sebelumnya. Khusus untuk variabel independen V dan pengaruhnya terhadap harga saham dapat dijelaskan
JURNAL EKONOMI Nama Orang BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 3 | NOPEMBER 2009
Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
melalui hukum permintaan dan penawaran, dan sejalan dengan temuan Bamber, et al. (1995), bahwa permintaan saham akan mempengaruhi harga saham. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat temuan Bamber, et al. (1995).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Temuan ini telah menunjukkan bahwa: 1) Terbukti bahwa keenam variabel independen penelitian DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY, secara kolektif berpengaruh positif sangat meyakinkan (α = 0%) terhadap volume penjualan saham (V). Artinya, perubahan yang terjadi pada lima variabel penelitian yang besar, akan diikuti dengan perubahan pada volume yang kecil. Pengaruh kelima variabel indpenden terhadap variabel dependen tersebut, dapat dirumus dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut: V = -0,422 – 0,005 DFL + 0,023 EPS + 0.015 PER - 0,586 ERR + 0,029 DP - 0,061 DY. Formula ini berlaku jika keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi berubah, maka perlu diuji kembali akurasinya. Formula tersebut dapat dipergunakan untuk meramalkan volume penjualan pada masa depan, terutama bagi underwriter atau perusahaan untuk dasar menentukan target penjualan; 2) Terbukti kelima variabel independen penelitian (DFL, EPS, PER, ERR, DP, DY) berpengaruh negatif sangat meyakinkan (α= 0%) terhadap harga saham (H). Artinya, perubahan yang terjadi dalam lima variabel indpenden penelitian di atas, berbanding terbalik dengan perubahan harga. Jika kelima variabel penelitian bertambah besar, akan diikuti perubahan harga yang kecil. Pengaruh kelima variabel independen penelitian tersebut terhadap harga saham dapat disajikan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut: H = 0,465 – 0,011 DFL + 0,020 EPS + 0.003 PER - 1,197 ERR + 0,032 DP - 0,002 DY. Formula ini berlaku jika keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi berubah, maka perlu diuji kembali akurasinya. Formula tersebut dapat dipergunakan untuk meperkirakan harga saham pada masa depan, terutama bermanfaat bagi underwriter atau fihak lain yang berkepentingan untuk menentukan harga penawaran pada lelang di bursa. Bagi investor, masih bermanfaat sebagai patokan untuk mengajukan penawaran harga dalam lelang di bursa; 3) Terbukti ERR, secara individual, ISSN: 0853-7283
berpengaruh negatif yang sangat meyakinkan (α = 0%) terhadap volume penjualan saham.(V). Artinya, perubahan ERR berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan saham. Jika perubahan ERR besar, maka perubahan volume kecil, demikian sebaliknya. Pengaruh ERR terhadap volume dapat disajikan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut: V = -0,422 – 0,586 ERR. Formula ini hanya berlaku jika keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi berubah, maka perlu diuji kembali akurasinya. Formula tersebut dapat dimanfaatkan oleh underwriter ataupun fihak lain yang berkepentingan untuk melihat peluang volume penjualan saham pada masa depan. Hasil temuan di atas mendukung dan memperkuat hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Bamber (1987), Cready dan Mynaat (1991), yang meyimpulkan, perubahan income akan direaksi oleh investor; Beaver menyimpulkan, laba mengakibatkan terjadinya harga dan volume abnormal; Morse, Bamber, Cready dan Mynaat, yang menyimpulan besarnya reaksi harga dan volume terhadap penghasilan (earning); Ou Penman (1989), menemukan bahwa rasio keuntungan (profitabilitas) merupakan penduga yang baik untuk keuntungan pada masa mendatang; dan Utami dan Suharmadi (1999), yang meyimpulkan semakin besar penghasilan (earning) semakin optimis investor terhadap kinerja perusahaan; 4) Terbukti bahwa DY secara individual berpengaruh negatif kuat (α = 1,1%) terhadap volume penjualan saham (V). Artinya, perubahan DY berbanding terbalik dengan perubahan V. Pertambahan pada variabel DY akan dikuti dengan perubahan V yang berlawanan arah. Jika DY bertambahan besar, maka V bertambah kecil, demikian sebaliknya. Pengaruh DY terhadap volume ini, dapat ditunjukan dalam persamaan linier seperti di bawah: V = -0,422 –0,061DY. Persamaan ini dapat dipergunakan untuk meramalkan volume penjualan pada masa depan, jika keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi berubah, maka perlu diuji kembali akurasinya. Formula tersebut dapat dimanfaatkan oleh underwriter ataupun fihak lain yang berkepentingan untuk melihat peluang volume penjualan saham pada masa depan. Hasil penelitian mendukung temuan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh (1985), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara dividend yield (DY) dengan return yang direalisasi perusahaan; Gwilym, et al. (2000), yang 247
Bambang Pranowo
menyimpulkan bahwa DY memiliki peran untuk return portofolio (di Inggris); Lynch (1999), yang menemukan bahwa DY adalah suatu faktor dalam proses menyeleksi saham; 5) Terbukti EPS secara individual berpengaruh positif yang meyakinan (α = 3,2%) terhadap harga saham H). Artinya, perubahan pada EPS akan diikuti searah dengan perubahan harga. Pengaruh EPS terhadap H dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut: H = -0,465 – 0,020 EPS. Formula di atas hanya berlaku jika keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi berubah, maka perlu diuji kembali akurasinya. Formula tersebut dapat dimanfaatkan oleh underwriter ataupun fihak lain yang berkepentingan untuk melihat peluang volume penjualan saham pada masa depan. Hasil penelitian di atas mendukung dan memperkuat temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bamber (1987), Cready dan Mynaat (1991), yang menyimpulkan bahwa besarnya reaksi harga dan volume adalah meningkat terhadap unexpected earning; Ou Penman (1989), yang menemukan bahwa rasio keuntungan (profitabilitas) merupakan penduga yang baik untuk keuntungan pada masa mendatang; Ball dan Browan (1968), yang menyimpulkan bahwa informasi yang menggembirakan (good news) akan memperoleh abnormal return positif, demikian juga sebaliknya; 6) Terbukti ERR berpengaruh positif yang meyakinkan (α = 2,8%) terhadap harga saham (H). Artinya, perubahan ERR akan diikuti searah dengan perubahan H. Pengaruh EPS terhadap H dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut: H = -0,465 – 0,197 ERR. Formula di atas hanya berlaku jika keadaan ekonomi tetap. Jika keadaan ekonomi berubah, maka perlu diuji kembali akurasinya. Formula tersebut dapat dimanfaatkan oleh underwriter ataupun fihak lain yang berkepentingan untuk melihat peluang volume penjualan saham pada masa depan. Hasil penelitian di atas mendukung temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mougoue dan Mukherjee (1994), yang menyimpulkan bahwa antara investasi dengan deviden dan pendanaan adalah saling lepas. Jika memang investasi , dividen dan pendanaan saling lepas, maka retained earning dinilai negatif oleh investor. Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat Gibson (1998) yang mengatakan bahwa semakin banyak laba perusahaan yang ditahan untuk kepentingan investasi, m
e n j e l a s k a n
248
d i s t r i b u s i
akan berpengaruh positif pada harga jual saham; 7) Terbukti bahwa DP secara individual berpengaruh positif meyakinkan (α= 1,6%) terhadap harga saham (H). Artinya, perubahan DP akan diikuti searah dengan perubahan H.
Saran Adapun saran atas hasil penelitian adalah 1) Khusus untuk para peneliti disarankan dalam pengambilan sampel perusahaan, perlu diklasifikasi kualitas kinerja keuangan mereka. Dalam kenyataannya, kualitas kinerja keuangan antara perusahaan yang pernah masuk LQ-45 dan tidak, karena keduanya memiliki kualitas kinerja keuangan yang berbeda, dan reaksi pasar terhadap keduanya berbeda pula. Saran ini disampaikan agar para peneliti memperoleh sampel yang representatif terhadap populasi. Di samping itu, diharapkan para peneliti yang ingin menguji atau mengembangkan penelitian ini perlu menekankan variabel non keuangan, misalkan intervensi otoritas pasar terhadap harga saham, pengetahuan investor tentang informasi keuangan, dasar pengambilan keputusan investasi bagi para investor, dan sebagainya; 2) kepada perusahaan dan partner di pasar modal, sebagai berikut. Ditemukan bahwa, pada umum reaksi pasar terhadap kinerja perusahaan kurang menggembirakan. Hal ini terbukti dari besarnya jumlah perusahaan yang mengalami penurunan volume dan harga jual saham. Sejalan dengan temuan ini, disarankan perusahaan untuk tidak terlalu besar menahan keuntungan, sehingga dapat memberikan dividen kepada investor dan memulihkan reaksi pasar. Sudah barang tentu langkah ini diimbangi dengan keterbukaan atau menghindari anomali pasar. Penataan modal usaha dapat dilakukan dengan perlahan (penahanan laba kecil), dan mencari pinjaman, atau menjual saham mayoritas ke pasar. Karena untuk memperbaiki posisi modal usaha sebagian dari dana pinjaman, maka disarankan: a) untuk memperbaiki rasio DFL yang saat ini kurang menggembirakan; b) melakukan efisiensi biaya (cost) secara ketat. c) jika keadaan ekonomi nasional masih lesu, maka sebaiknya perusahaan melakukan terobosan untuk ekspor; d) mencari sistem produksi yang paling hemat biaya untuk menekan harga pokok dan jual produk, sehingga mampu bersaing di pasar global, untuk menaikan penghasilan; e) sistem
JURNAL EKONOMI Nama Orang BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 3 | NOPEMBER 2009
Pengaruh Beberapa Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan
manajemen perusahaan harus dicari yang lebih profesional, sehingga pengawasan terhadap pusatpusat biaya dapat dilakukan secara baik untuk efisiensi biaya dan menaikan keuntungan; 3) Investor hendaknya meningkatkan kemampuan untuk membaca informasi keuangan dan pemilihan perusahaan yang menjanjikan memberikan pengembalian investasi yang baik. Jika tidak, diharapkan selalu mempergunakan konsultan dalam menentukan kebijakan investasi, sebab jika tidak akan terjadi anomali pasar yang dapat merusak situasi pasar. Di samping itu, langkah ini merupakan langkah preventif untuk menghidari risiko investasi.
DAFTAR RUJUKAN Bakery, R. 2001, Dividends: Forgotten but Not Gone. Manage. Hal. 6–7. Ball, R., S.P. Kothari, and R.L. Watts. 1998. The Economics of The Relation Between Earnings Change And Stock Return. Accounting Review 70. Hal. 417–441. Bamber, L.S. 1986. The Information Content of Earning Releases : A Trading Volume Approach. Journal of Accounting Research. Vol. 24. Hal. 40–56. Bamber, L.S., Cheon, dan Youngson, S. 1995. Tdifferential price and volume reactions to accounting earning announcements.Approach. Journal of Accounting Research. Hal. 40–56. Bandi, dan Jogiyantoro, H. Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap Pengumuman Dividen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3. Hal 203–213. Barret, P.J. 1998. Faktors Affecting Corporate Dividend Policy : A Survey Investigation of the Belief of Market Partipationts (Diseertation Abstract). UMI Company. Hal. 229. Barlev, B., and Joshua, L. 1990. The Information Content of Fund Statement Ratios, Journal of Accounting,Auditing and Finance. Hal. 441–443. Blanchard, O.1997. Macroeconomics. New-Jersey: Prentice-Hall, Inc. Brigham, Eugen, F., dan Joel, F.H. 1999. Manajemen Keuangan. buku I dan II. Jakarta: Peneribit Erlangga. Budiarti, E. 1996. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beta Saham di BEJ Jakarta periode Juli 1992– Desember 1994. PPS-UGM. Hal. 654–682. Burgstahler, David, dan Illia, D. 1997. Earning Management to Avoid Earning Decreases and Losses. The Jopurnal of Accounting and Economics 24. Hal. 99– 126.
ISSN: 0853-7283
Capstaff, J. 1992. The Usefulness of UK Accounting and Market Data for Prerdicting the Perceived Risk Class Securities. Accounting and Business Research. Vol. 22. Hal. 219–288. Carlson, J.B. 2001. Why is the Dividend Yield So Low? Ecocomic Commentary. MI Company. Cleary, S. 1999. The Relationship between Firm Invesment and Financial Satus. The Journal of Finance 2. Hal. 673–692. Cready, W.M., dan Patricia, G.N. 1991. The Information Content of Annual Report: A Practice and Trading Rensponse Analysis. The Accounting Review. Hal. 191–312. Darmadji, T., dan Hendy, M.Fn. 2001. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Dhaliwal, dan K.R. Subramanyam, Robert, T. 1999. Is Comprehensive Income Superior to Net Income as a Measure of Firm Performance. Journal of Accounting and Economics. 24. Hal. 43–67. D’Souza, Juliet, dan William, L.M. 1999. Finacial and Operating Performance of Privatized Firm during the 1990s. The Journal of Finance 4. Hal. 1397. Elton, E.J., dan Martin, J.G. 1994. Modern Fortofolio Theory and Investment. Singapore: John Wiley & Sons Inc. Fabozzi, F.J. 1999. Invesment Management. New-Jersey: New-Jersey : Prentice Hall Inc. —————————. 2002. Foundations of Capital Market and Institutions. New Jersey: Prentice Hall. ————————. 1992. The Cross Section of Expected Stock Returns. Journal of Finance 47. Hal. 427–465. Fenn, Geore, W., dan Nellie, L. 2000. Corporate Payout Policy and Managerial Stock Insentives. Ferdinand, A. 2000. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Univesitas Diponegoro. Gibson, C.H.1998. Financial Statement Analysis. Ohio : International Thomson Publishing. Gitman, L.J. 2000. Principles of Management Finance. United State: Edison Wesley. Griblatt, M., dan Matti, K. 2000. The Investment behavior and Performance of various investor types: A Study of Filand’s Unique data set. Journal of Financial Economics 55. Hal 43–67. Guay, W., dan Jarrad, H. 1999. The Cash Flow Permanence and Information Content of Dividend Increases versus Reopurchases. The Wharton School, University of Pennsylvania, Philadelphia, Dan Lundquist Business, University of Oregon, Uegene. Gwilym, Owin, A.P., Gareth, M., dan Stephen, T. 2000. Dividend Stability, Dividend Yield and Stock Returns: UK Evidence. Journal of Business Finance & Accounting 27. Hal. 261–281. 249
Bambang Pranowo
Holthusen, Robert, W., dan Robert, E.V. 1991. The Effect of Informedness and Consensus on Price and Volume Behavior. The Accounting Review. Hal. 191–208. Horne, J.C.V. 1998. Financial Management and Policy. New Jersey : Prentice Hall. (National Bureau of Economic Research, New York). Hubbard, R.G. 1997. Money, the Financial System, and the Economy.USA: Addison Wesley. Husnan, S. 1992. Efisiensi Pasar Modal Indonesia: Perkembangan, Kecenderungan, Kebutuhan, dan Prospek. Jurnal Akuntansi Indonesia (April). Hal. 100–113. —————————. 1998. Dasar-Dasar Teori Fortofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UUP AMP YKPN. Husnan, S., et. al. Dampak Laporan Keuangan terhadap Kegiatan Perdagangan Saham dan hal. 110–125. Jagannathan, M., Clifford, P.S., dan Michael, S. 2000. Weisback. Financial Flexibility and the Choice between Dividend and Stock Repurchases. The Journal of Financial Economics. Hal. 9252. Jati, B.P. 1998. Pengaruh Laba Akuntansi terhadap Perubahan Harga Saham pada Bursa Efek. Jakarta: Wahana. Kaplan, S.N., dan Luigi, Z. 1997. Do Financing Explain why Investment is Correlated with Cash Flow? Quaterly Journal of Economics. 112. Hal. 169–215. Kim, M., dan Jay, R.R. 1999. Valuing IPOs. Journal of Financial Economics. Hal. 40–437. Koski, J.L. 1998. Measure Effects and the Variance of Return After Stock Split and Stock Dividends. The Review of Financial Studies 11. Hal. 143–-162. Machfoedz, M. 1994. Financial Ratio Analyasis and The Predicition of Earning Changes in Indonesia. Kelola 7. Hal. 114–137. Mardiyah, A.A., dan Nur, I. 2001. Pengaruh Variabel Akuntansi dan Data Pasar terhadap Risiko Persepsian (Perceived Risk) Saham pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di BEJ. Journal Riset Akuntansi Indonesia 4.Hal. 277–301. Mc Nicohols, M., dan A. David. 1990. Stock Splits and Stock Dividens. Jurnal of Finance, 45. Hal. 857–880. Mear, dan Firth. 1998. Risk Perception of Zfinancial Analysis and Use of Market and Accounting Data. Accounting and Business Research. Hal. 335–340.
250
Mendenhall, Richard, R., dan Donald, H.F. 1999. Option Listing and the Stock Price Response to Earning Announcement. Journal of Accounting and Economics. 27. Hal. 57–87. Mishkin, F.S., dan Stanley, G.E. 2000Fanancial Market and Insitutions. USA : Addison-Wesley. ————————————.1998. The Economics of Money, Banking, and Financial Market. Singapore: Eddison Wesley. Mougoue’, M., dan Tarun, K.M. 1994. An Investigation Into The Causality Among Firms Dividend, Investment, and Fianancial Decision. Hal. 517–530. Muhammad, A. 1999. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Ou, J.A. 1990. The Information Content of Nonearnings Accounting as Earnings Predictions. Journal of Accounting Research. Hal. 144–163. Parkin, M. 2000. Economics.United State of America: Addison-Wesley Publishing Company. Inc. Peterson. 1996. The Economic Consquences of Accounting for Stock Splits and Large Stock Dividends. The Accounting Review. Hal. 241–253. Pindyck, R.S., dan Daniel, L.R. 2001. Microeconomic.NewJersey: Prentice-Hall, Inc. Porta, et al. 2000. Asgency Problems and Dividend Policies around the World. The Journal of Finance. No. 1. Pratomo, E.P., dan Ubaidillah, N. 2002. Reksa Dana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pratt, J. 2000. Financial Accounting in An Economic Content. Ohio: South-Western College Publishing. Samuelson, Paul, A., dan William, D.N. 1992. Macro Economics (terjemahan). Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Scott, and William, R. 1997. Financial Accounting Theory. New Jersey : Prentice Hall. Schultz, P. 2000. Stock Splits, Tick Size, and Sponsorship. The Journal of Finance 1. Sharpe, William F, Gordon J. Alexander, dan Jeffery V. Bailey. 1999. Investment. New-Jersey: Prentice- Hall. Shell, A. 1998. International Evidence on the Relationship between Dividend Yield and Common Stock Return : Empirical Study (Global Equty Markets). Dissertation Abstract. UMI Company. Hal. 4467.
JURNAL EKONOMI Nama Orang BISNIS | TAHUN 14 | NOMOR 3 | NOPEMBER 2009