PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP HARGA SAHAM (Sensus Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012) Oleh KIKI KHORI’AH NPM 093403046 Pembimbing : Iman Pirman Hidayat, SE.,M.Si., Ak. Rita Tri Yusnita, SE., MM.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Modal Intelektual secara parsial terhadap Harga Saham, (2) Pengaruh Kinerja Keuangan secara parsial terhadap Harga Saham (3) Pengaruh Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan secara simultan terhadap Harga Saham. Objek Penelitian ini meliputi, Modal Intelektual, Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada perusahaan sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif analitis dengan pendekatan sensus. Data yang digunakan adalah data sekunder. Alat analitis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian menunjukan bahwa Modal Intelektual secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 1,9%, Kinerja Keuangan secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 65,6%, Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 84,5%.
Kata Kunci : Modal Intelektual, Kinerja Keuangan dan Harga Saham.
1
1. Latar Belakang Perekonomian dunia berkembang sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang berdampak pada perusahaan yang harus mengubah strategi bisnisnya dari yang berbasis tenaga kerja menjadi basis pengetahuan agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management), kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Sawarjuwono, 2003:35). Selain itu, perusahaan yang berubah menjadi basis pengetahuan akan menyebabkan bergesernya fokus dari pemanfaatan aset-aset individual menjadi sekelompok aset yang sebagian utamanya adalah aktiva tidak berwujud, yaitu modal intelektual (intellectual capital) atau modal pengetahuan (knowledge capital) yang melekat dalam keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman, serta dalam sistem dan prosedur organisasional. Bidang modal intelektual (Intellectual Capital/IC) awalnya mulai muncul dalam pers populer pada awal 1990-an (Stewart, 1991:53,1994:68). Namun dengan adanya perkembangan ekonomi baru yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual atau intellectual capital (IC) (Stewart, 1997; Hong, 2007). Modal intelektual adalah bagian dari pengetahuan yang dapat memberi manfaat bagi perusahaan. Manfaat di sini berarti bahwa pengetahuan tersebut mampu menyumbangkan sesuatu atau memberikan kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan kegunaaan yang berbeda bagi perusahaan. Berbeda berarti pengetahuan tersebut merupakan salah satu faktor identifikasi yang membedakan suatu perusahaaan dengan perusahaaan yang lain. Intellectual capital memainkan peran penting dalam meningkatakan kemampuan perusahaan dalam menciptakan keunggulan kompetitif (Kaplan dan Norton, 2004:4). Berdasarkan pernyataan tersebut, kini modal intelektual dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan karenanya akan semakin menjadi suatu perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan. Modal intelektual didudukan di tempat strategis dalam konteks kinerja atau kemajuan suatu oraganisasi atau masyarakat. Hal ini dikarenakan pertama, fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Kedua, pada tataran mikro perusahaan, tampaknya agak sulit untuk tidak menyertakan atau mengaitkan perkembangan ini di dalam konteks persaingan dan pencarian basis keunggulan kompetitif (Rupidara, 2008). Salah satu bagian dari modal intelektual adalah teknologi informasi dimana teknologi merupakan kombinasi pengetahuan yang terhubung langsung dengan pengembangan produk dan jasa (Castro dan Sa'ez, 2008). Teknologi informasi tersebut dapat mendukung untuk meningkatkan kualitas modal intelektual dalam suatu perusahaan. Konsep modal intelektual telah mendapatkan perhatian besar oleh berbagai kalangan terutama para akuntan dan akademisi. Fenomena ini menuntut mereka untuk mencari informasi yang lebih rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan modal intelektual. Mulai dari cara pengidentifikasian, pengukuran sampai dengan pengungkapan modal intelektual dalam laporan keuangan perusahaan. Mengidentifikasi modal intelektual dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan, struktur dan strategi perusahaan, teknologi informasi, loyalitas pelanggan dan pemasok. Pengukurannya dapat dilakukan dengan berbagai metode yang kini sudah banyak mengalami perkembangan. Selanjutnya pengungkapan modal intelektual yang diungkapkan oleh Purnomosidhi (2006:15) menyatakan bahwa praktik pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunan berdasarkan hasil content analysis terhadap laporan tahunan dapat disimpulkan rata-rata jumlah atribut modal intelektual yang diungkapkan dalam laporan tahunan sebanyak 14 atribut (56 persen). Meskipun, praktik pengungkapan IC/Intellectual Capital di antara perusahaan sangat bervariasi. Persentase ini 2
menggambarkan bahwa perusahaan go public sudah memiliki kesadaran terhadap arti pentingnya IC bagi peningkatan keunggulan kompetitif. Namun, dalam praktik akuntansi tradisional tidak mengungkapkan identifikasi dan pengukuran aktiva tak berwujud ini pada organisasi, khususnya organisasi berbasis pengetahuan (International Federation of Accountants, 1998 dalam Hong, 2007; Hong, 2007). Intangibel baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional dan pelaporan manajemen. Hal ini sangat menarik karena intangibel tradisional seperti modal merk, paten dan goodwill tetap jarang dilaporkan dalam laporan keuangan (Intenational Federation of Accountants, 1998 dalam Hong 2007). Menurut fakta yang diperoleh, IAS (Intenational Accounting Standard) 38 tentang Intangible Assets atau aktiva tak berwujud melarang pengakuan merk yang dibuat secara internal seperti publishing titles dan daftar pelanggan (International Accounting Standards Board, 2004). Oleh karena itu, laporan keuangan tradisional dirasakan gagal untuk dapat menyajikan informasi yang penting ini. Perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam bentuk modal intelektual seperti Kantor Akuntan Publik, tidak mengungkapkan informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan karena dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan harus dapat mencerminkan adanya nilai aktiva tidak berwujud yang dapat diakui. Adanya perbedaan yang besar antara nilai pasar dan nilai yang dilaporkan akan membuat laporan keuangan menjadi tidak berguna untuk pengambilan keputusan bagi pemakai informasi akuntansi (Sawarjuwono, 2003:37) Pelaporan modal intelektual dapat memberikan manfaat untuk mengkomunikasikan keunggulan mereka dan perusahaan juga dapat menarik sumberdaya yang bernilai tambah (Mouritsen et.al., 2004:8). Selain itu, modal intelektual juga dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan nilai perusahaan (Chen et.al, 2004:195) Dalam kenyataannya praktik tingkat pengungkapan modal intelektual masih rendah karena implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga di lingkungan bisnis global , hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skadinavia. Hasil pengungkapan modal intelektual berperan dalam penilaian kinerja perusahaan. Bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola modal fisik, modal finansial dan modal intelektualnya diyakini mampu menciptakan value added serta mampu menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan inovasi penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Value Added tersebut dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat (Sawarjuwono dan Prihatin Kadir, 2003:36). Namun, pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan peningkatan kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam mengoptimalkan modal untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu, kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang menunjukan keefektifan, presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang terus meningkat pun diharapkan meningkat apabila kinerja perusahaan baik. Pertumbuhan kinerja perusahaan yang baik akan menyebabkan investor tertarik untuk melakukan investasi sebesar-besarnya terhadap perusahaan tersebut sehingga peningkatan investasi tersebut dapat berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut. Adanya fenomena ini, penelitian IC menjadi sebuah tantangan. Banyak peneliti yang meneliti bidang ini diantaranya Hidayat (2000) yang menyatakan bahwa orang di Indonesia hanya memberikan sedikit perhatian terhadap modal intelektual karena mereka tidak bisa melihat manfaat daya pikir dalam 3
balas jasa investasi mereka. Joia (2000) menyatakan bahwa aktiva tak berwujud perusahaan berhubungan dengan strategi perusahaan. Sedangkan menurut Belkaoui (2003:3) penyatuan aset berwujud dan tidak berwujud merupakan strategi potensial untuk meningkatkan kinerja. Penelitian modal intelektual sangat bermanfaat terutama untuk pengungkapan dan implementasi modal intelektual yang mengalami perkembangan dalam perusahaan yang mengalami persaingan bisnis global. Selain itu, penelitian mengenai modal intelektual dapat membantu BAPEPAM dan Ikatan Akuntan Indonesia menciptakan standar yang lebih baik dalam pengungkapan modal intelektual. Menurut Abidin (2000:46), modal intelektual masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Sampai dengan saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Di samping itu, perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap elemen dari modal intelektual yaitu human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Selanjutnya, Abidin (2000:46-47) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin favourable di mata konsumen. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Modal Intelektual, Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia 2. Bagaimana pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia 3. Bagaimana pengaruh secara simultan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia 4. Bagaimana pengaruh secara parsial Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia
3. Tinjauan Pustaka 3.1. Modal Intelektual Menurut Edvinsson dan Sullivan (1996: 358) mengungkapkan bahwa “Modal intelektual (Intellectual Capital) adalah pengetahuan yang dapat dikonversi menjadi nilai. Ini adalah definisi yang sangat luas, yang mencakup ide-ide, penemuan, pengetahuan umum, desain, program perangkat lunak dan publikasi”. Menurut sebagian besar praktisi menyatakan bahwa modal intelektual (intellectual capital) terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis 2000 dalam Sawarjuwono 2003:40) yaitu: 1. Human Capital (HC) Menurut Choong (2008:618-619) menyatakan bahwa “Human capital mencakup seperangkat kemampuan, sifat dan sikap dari karyawan suatu perusahaan. Human capital merupakan lifeblood dalam intellectual capital”. Pada human capital inilah terdapat sumber innovation dan improvement. Human capital merupakan sumber innovation dan improvement, karena di dalamnya terdapat pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dimiliki oleh karyawan perusahaan. Human capital dapat meningkat jika perusahaan dapat memanfaatkan dan mengembangkan pengetahuan, kompentensi dan keterampilan karyawannya secara efisien. Oleh karena itu, human capital merupakan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan 4
sehingga perusahaan mampu bersaing dan bertahan di lingkungan bisnis yang dinamis. Dengan memiliki karyawan yang berkeahlian dan berketerampilan, maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menjamin keberlangsungan perusahaan tersebut. Meningkatnya kinerja perusahaan juga akan meningkatkan persepsi pasar. 2. Structural Capital (SC) Human capital tanpa dukungan sumber daya lain akan sia-sia. Oleh karena itu perlu dukungan modal struktural (Structural Capital) dalam mengembangkan kemampuan untuk menciptakan dan mengembangkan kemampuan untuk menciptakan dan mengembangkan ide-ide kreatif (Edvinson dan Sullivan, 1996: 358). Menurut Stewart (1997: 108-109) mengemukakan bahwa “Structural Capital adalah pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan dalam hal teknologi, penemuan, data, publikasi, strategi dan budaya, struktur dan system, rutinitas organisasi dan prosedur”. Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang dan kursus pelatihan. 3. Customer Capital Customer capital atau modal pelanggan adalah hubungan organisasi dengan orang-orang yang berbisnis dengan organisasi tersebut. Menurut Stewart (1997:143) mendefinisikan baha “Customer capital adalah kecenderungan pelanggan suatu perusahaan untuk tetap melakukan bisnis dengan perusahaan tersebut”. Customer capital (modal pelanggan) adalah yang paling nyata dari ketiga jenis modal intelektual. Fungsinya adalah menjembatani human capital agar mampu menciptakan hubungan yang positif dengan konsumen, pasar, dan lembaga tertentu. Contohnya kekuatan brand, kepuasan pelangan, hubungan dengan pemerintah, jaringan distribusi dan pemasaran, hak lisensi, kah distribusi, hubungan dengan rekanan, hubungan dengan perguruan tinggi dan riset.
3.2. Kinerja Keuangan Menurut Artin Shitawati (2006:14) menyatakan bahwa “Kinerja keuangan adalah hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen”. Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan selama perode waktu tertentu. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka perusahaan bisa dikatakan semakin berhasil (Atmaja, 1999).
3.3. Harga Saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Menurut Agus Sartono (2001:63) memaparkan bahwa “Harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya harga saham” Menurut Arifin (2001 :115-116), pergerakan harga saham di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. 2. Hukum permintaan dan penawaran
5
3.
4.
5.
6.
7.
Faktor hukum permintaan dan penawaran di gunakan oleh di gunakan investor untuk mengetahui kondisi fundamental perusahaan dalam melakukan transaksi jual beli. Transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham investor. Tingkat suku bunga Investor harus memperhatikan faktor suku bunga untuk mengetahui harapan hasil dari setiap investasi yang dilakukannya. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan, ada yang cenderung naik dan ada yang cenderung turun. Bunga yang tinggi ini tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Valuta asing Dolar Amerika merupakan mata uang kuat yang mempengaruhi nilai dari mata uang Negaranegara lain. Sebagai contoh ketika suku bunga dolar Amerika naik, investor mengharapkan hal yang sama. Mereka akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk di tempatkan di bank dalam bentuk dolar, otomatis harga saham akan turun. Dana asing di Bursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba begitupun sebaliknya. Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik dan sebaliknya. News dan romors Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita menyangkut reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
4. Kerangka Pemikiran Pada era ekonomi yang berbasis informasi dewasa ini, sumber daya manusia akan menjadi sumber kekuatan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya apabila sumber daya manusia tersebut memiliki kompetensi yang handal dan relevan dengan tuntutan pekerjaan yang akan dikerjakan. Dalam suatu organisasi atau perusahaan modal intelektual karyawan sangat penting karena dengan modal intelektual yang dimiliki oleh karyawan akan meningkatkan kinerja karyawannya dan dapat membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Tunggal (2002: 1) memaparkan bahwa modal intelektual adalah nilai total dari suatu perusahaan yang menggambarkan aktiva tidak berwujud (intangible assets) perusahaan yang bersumber dari tiga pilar, yaitu modal manusia, struktural, dan pelanggan. Sementara Bontis et al. (2000:110) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual, yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000:110), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience; and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Lebih lanjut Bontis et al. (2000:108) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC) merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing 6
channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal tersebut melalui proses berbisnis (Bontis et al., 2000:108). Teori stakeholder menjelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai/value creation, kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan meninggkatkan nilai tambah. Melalui penelitian oleh Bornemann et al. (1999) perusahaan ditemukan, yang mengelola modal intelektual mereka dengan lebih baik, dimiliki keunggulan kompetitif yang lebih kuat dari perusahaan umum, dan perusahaan yang memperkuat manajemen modal sendiri intelektual mereka sering melakukan lebih baik daripada perusahaan lain (Bomemann et al, 1999;. Johanson 1999). Berdasarkan teori berbasis sumber daya, sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan dari aset maupun kemampuan berwujud dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003:356). Teori ini menganjurkan bahwa kinerja dari sebuah perusahaan sebaiknya didefinisikan sebagai fungsi penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. Hal ini sejalan dengan teori Stakeholder yang menyatakan bahwa Value Added merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba akuntansi yang hanya merupakan ukuran return bagi pemegang saham. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa modal intelektual mempengaruhi kinerja perusahaan yang merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu (Sihasale, 2001). Selain itu, modal intelektual dapat memprediksi kinerja masa depan Hal ini didukung oleh makalah yang diterbitkan oleh Brennan dan Connell (2000) yang menunjukkan pengelolaan modal intelektual memainkan peran penting pada kinerja bisnis jangka panjang dari suatu perusahaan. Bontis (2000:116) juga menyatakan bahwa IC berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan di Malaysia tanpa memperhatikan jenis industrinya. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai oleh perusahaan maka dilakukan pengukuran kinerja. Ukuran kinerja yang umum digunakan yaitu ukuran kinerja keuangan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan (Purnomo, 1998). Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Berbagai rasio dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yaitu ROA (Return on Asset). Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Sedangkan menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196). ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan akiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih yang selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Dengan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam salah satu rasio keuangan yaitu ROA diharapkan akan menjadi peningkatan daya tarik para investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin meningkatnya perbedaan antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005:174). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap perusahaan, hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al., 1997 dalam Sawarjuwono, 2003:36). Selan itu, modal intelektual juga berpengaruh langsung terhadap nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Pada awal 1990-an, penulis dan ulama mengidentifikasi pentingnya tumbuh modal intelektual sebagai sumber jangka panjang penciptaan nilai bagi organisasi (Roslender & Fincham, 7
2004:179). Intellectual capital juga dapat dikatakan sebagai aset tak berwujud yang mana mempunyai dampak yang signifikan pada kinerja dan semua keberhasilan dalam bisnis (Muslich Ansori, 2009:213). Sementara itu Abidin (2000:46-47) juga mengemukakan bahwa market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Modal intelektual yang dikelola secara efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang dibayar investor atas sahamnya dipasar. Di Indonesia penelitian tentang modal intelektual diantaranya telah dilakukan oleh Astuti dan Sabeni (2005), Ulum dkk. (2008:83), Sianipar (2009) dan Solikhah dkk. (2010) yang menemukan bahwa modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan, sedangkan penelitian Kuryanto dan Muchamad (2008) serta Yuniasih dkk. (2010) tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif pada nilai pasar perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Williams (2003:356) yang di lakukan dengan menggunakan data dari 75 perusahaan publik Afrika Selatan tidak menemukan hubungan yang kuat antara modal intelektual dengan profitabilitas perusahaan. Selain itu, dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui (2003:16), Chen et al. (2005:174), dan Tan et al. (2007) membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai pasar perusahaan. Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, membuat peneliti melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan serta dampaknya terhadap harga saham perusahaan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam mengukur modal intelektual adalah model VAICTM (Pulic, 1998). VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) digunakan karena dianggap sebagai indikator yang cocok untuk mengukur IC (Intellectual Capital). Beberapa alasan utama yang mendukung penggunaan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) diantaranya yaitu yang pertama, VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan (Pulic dan Bornemann, 1999), sehingga memungkinkan lebih efektif melakukan analisis komparatif internasional menggunakan ukuran sampel yang besar di berbagai sektor industri. Kedua, semua data yang digunakan dalam perhitungan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didasarkan pada informasi yang telah diaudit, sehingga perhitungan dapat dianggap obyektif dan dapat diverifikasi (Pulic, 1998, 2000). Kinerja keuangan diproksikan dalam ROA, alasan dipilihnya ROA sebagai merupakan indikator dalam kinerja keuangan perusahaan adalaha karena ROA memberikan gambaran umum yang signifikan terhadap tingkat pengembalian aktiva seluruh perusahaan. Ini berarti, melalui pengukuran ROA tersebut investor dapat memperoleh gambaran secara jelas tentang tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukannya pada perusahaan tersebut. ROA dalam penelitian ini dihitung menurut menurut Sawir (2005 : 18) dengan rumus:
Sedangkan untuk harga saham dinilai pada saat harga penutupan (closing price). 5. Hipotesis Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh antara modal intelektual dan kinerja keuangan secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Terdapat pengaruh antara modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. 8
3. Terdapat pengaruh antara modal intelektual secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. 4. Terdapat pengaruh antara kinerja keuangan secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. 6. Metode Penelitian 6.1. Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan sensus. Dimana menurut Mohammad Nasir (2005:54) yang dimaksud dengan Metode Deskriptif Analisis adalah “Suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.” Sedangkan yang dimaksud dengan Sensus menurut Suprapto (2004:61) adalah ”Cara pengumpulan data seluruh elemen populasi diteliti satu persatu, hasilnya merupakan data sebenarnya yang disebut parameter”. 6.2. Operasional Variabel a. Variabel Independen (X) Variabel Independen adalah suatu variabel bebas dimana keberadaannya tidak dipengaruhi variabelvariabel lain. Bahkan variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya menjadi faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel independennya adalah : a) Modal Intelektual (X1), dimana indikatornya Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency (CEE), b) Kinerja Keuangan (X2), dimana indikatornya adalah ROA ( Return on Asset). b. Variabel Dependen (Y) Adalah variabel yang di prediksikan oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model. Variabel dependen juga di pengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini variabel independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel dependen adalah harga saham (Y). Untuk harga saham dinilai pada saat harga penutupan (closing price). Secara rinci operasionalisasi variabel yang dimaksud dapat dilihat pada tabel secara berikut :
9
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No 1
Variabel Modal Intelektual (X1)
2
Kinerja Keuangan (X2)
3
Harga Saham (Y)
Definisi variabel Modal intelektual merupakan asset dan sumberdaya nontangible atau nonphysical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi.(Cut Zumali, 2008)
Dimensi Human Capital Efficiency
Indikator Value Added dibagi Human Capital
Ukuran Persen
Skala Rasio
Structural Capital Efficiency
Structural Capital dibagi Value Added
Persen
Rasio
Capital Employed Efficiency
Value Added dibagi Capital Employed ROA=Net Income di bagi total asset
Persen
Rasio
Persen
Rasio
Closing Persen Price= Perubahan harga saham untuk tahun periode tertentu
Rasio
Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetpkan oleh manajemen (Artin Shitawati, 2006 :14). Nilai saham yang beredar di pasar saham. (Agus Sartono,2001:63)
10
6.3. Paradigma Penelitian
X1
ρYX1 Y
rX2X1 X
ρYɛ1
ρYX2 ε1
Gambar 6.1 Paradigma Penelitian X1 X2 Y ε1 rX2X1 ρYX1 ρYX2
= Modal Intelektual = Kinerja Keuangan = Harga Saham = Faktor lain yang tidak diteliti = Koefisien jalur korelasi X1 dengan variabel X2 = Koefisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y = Koefisien jalur variabel X2 terhadap variabel Y
7. Hasil Penelitian dan Pembahasan 7.1. Hasil Penelitian Modal intelektual pada penelitian ini diperoleh berdasarkan perhitungan dengan metode VAIC dengan mengukur efisiensi efisiensi dari tiga jenis input perusahaan yaitu modal manusia, modal struktural, serta modal fisik dan finansial bahwa seluruh perusahaan sektor farmasi memiliki rata-rata nilai VAIC 1,84 yang dikategorikan Common Performers yang artinya perusahaan mampu mengelola modal intelektual yang dimilikinya dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan Value Added yang cukup baik bagi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memliki modal intelektual paling tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB). Selanjutnya kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan ROA (Return On Assets) diperoleh bahwa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan paling besar adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) dengan nilai ROA sebesar 0,34 atau 34%, hal itu menunjukan bahwa dengan asset yang dimilikinya PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.(SQBB) dapat memperoleh laba sebesar 0,34 kali dari total asetnya atau perusahaan memperoleh laba sebesar 34% dari total asetnya. Sedangkan dilihat dari perbandingan laba bersih dengan total asset dari seluruh peruahaan sektor farmasi diperoleh rata-rata ROA sebesar 0,13 atau 13%, hal itu menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan pada sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan total aset yang dimilikinya rata-rata perusahaan mampu memperoleh laba bersih sebesar 13% dari total asetnya dan dapat dikatakan pula bahwa efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba adalah 13%. Sementara itu untuk harga saham, perusahaan yang mengalami peningkatan terbesar adalah 198% yaitu pada harga saham PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB).
11
7.2. Pembahasan 7.2.1. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 Dalam perhitungan yang penulis lakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Modal Intelektual dengan Kinerja Keuangan Perusaaan dan untuk mengetahui besarnya pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dapat diketahui dan dihitung dengan menggunakan SPSS versi 17. Untuk melihat hubungan antara Modal Intelektual dengan Kinerja Keuangan Perusahaan maka dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 1 halaman 19) yaitu sebesar 0,753. Positifnya nilai r menunjukan bahwa hubungan antara Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan memiliki hubungan positif artinya bahwa ketika Modal Intelektual meningkat maka Kinerja Keuangan Perusahaan pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r (korelasi) yaitu sebesar 0,753 termasuk dalam kategori hubungan yang kuat. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 1 halaman 19) yaitu sebesar 0,567 atau 56,7%. Hasil ini berarti Modal Intelektual berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan sebesar 56,7% dan sisanya 43,3 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti seperti rasio-rasio keuangan, return dan risiko, serta ukuran perusahaan. 7.2.2. Pengaruh Secara Simultan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan mengenai hubungan dan besarnya pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya penulis akan menganalisis dan menguraikan ada tidaknya hubungan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga saham dan besarnya pengaruh secara simultan Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam hal ini terdapat tiga variable yang akan diteiliti, yaitu terdiri dai Modal Intelektual sebagai variabel bebas ke-1 (X1) dan Kinerja Keuangan sebagai variabel bebas ke-2 (X2) dan Harga Saham sebagai Variabel terikat (Y). Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga saham dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh dari perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 20) yaitu sebesar 0,919. Positifnya nilai r menunjukan bahwa hubungan antara Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga Saham memiliki hubungan positif artinya bahwa ketika Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan secara bersama-sama meningkat maka Harga Saham pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r (korelasi) yaitu sebesar 0,919 termasuk dalam kategori hubungan yang sangat kuat. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (r 2) yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 20) yaitu sebesar 0,845 atau 84,5%. Hasil ini berarti Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham sebesar 84,5% dan sisanya 15,5 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti seperti ukuran peruahaan, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing di Bursa, indeks harga saham dan news dan rumors. .
12
7.2.3. Pengaruh Secara Parsial Modal Intelektual Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Modal Intelektual dengan Harga Saham dan untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial antara modal intelektual terhadap harga saham maka penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi.17 Untuk mengetahui hubungan antara Modal Intelektual dan Harga Saham maka dapat dilihat dari nilai r hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 21) yaitu sebesar 0,139. Positifnya nilai r menunjukan bahwa Modal Intelektual dengan Harga Saham memiliki hubungan positif, artinya bahwa ketika Modal Intelektual meningkat maka Harga Saham pun akan meningkat. Dilihat dari besarnya nilai r yaitu sebesar 0,139 termasuk dalam kategori hubungan yang sangat rendah. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh Modal Intelektual terhadap Harga Saham dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (r2) dengan perhitungan SPSS versi 17 yaitu sebesar 0,019 atau 1,9%. Hal ini berarti bahwa modal intelektual mempengaruhi harga saham sebesar 1,9% dan sisanya 98,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing di Bursa, indeks harga saham dan news dan romors. 7.2.4. Pengaruh Secara Parsial Modal Intelektual Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 Untuk mengetahui hubungan antara Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Harga Saham dan untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial antara kinerja keuangan terhadap harga saham maka penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS versi.17. Ada tidaknya hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dengan harga saham dapat dilihat dari nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS versi 17 (lampiran 2 halaman 21) yaitu sebesar 0,810. Positifnya nilai r menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dengan harga saham memiliki hubungan yang positif, artinya ketika kinerja keuangan peruahaan meningkat maka harga saham pun akan meningkat. Dilihat dari besarny r yaitu 0,810 termasuk dalam kategori yang sangat kuat. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) yaitu sebesar 0,656 atau 65,6%. Artinya kinerja keuangan perusahaan mempengaruhi harga saham sebesar 65,6% dan sisanya 34,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis teliti seperti hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, news dan rumor. 8
Simpulan dan Saran
8.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan pada sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia yang memiliki modal intelektual paling tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB), perusahaan dengan kinerja keuangan paling besar adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB), dan perusahaan dengan peningkatan harga saham terbesar adalah PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB). 2. Modal intelektual berpengaruh positif sebesar 56,7% terhadap kinerja keuangan perusahaan. 3. Secara simultan modal intelektual dan kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif sebesar 84,5% terhadap harga saham. 4. Secara parsial modal intelektual berpengaruh positif sebesar 1,9% terhadap harga saham sedangkan kinerja keuangan perusahaan perusahaan secara parsial berpengaruh positif sebesar 65,6% terhadap harga saham. 13
8.2 Saran Saran dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagi Investor Sebelum investor mengambil keputusan membeli saham pada suatu perusahaan, maka perlu melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan salah satunya adalah profitabilitas dan melakukan penilaian harga saham berdasarkan rasio pasar sehingga saham yang dibeli dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan oleh investor. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya a. Pada penelitian ini penilaian modal intelektual diukur dengan mengukur efisiensi modal manusia, struktural dan modal fisik dan finansial dengan menggunakan metode VAIC yang berbasis moneter, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penilaian modal intelektual dengan menggunakan yang berbasis non moneter. b. Bagi peneliti yang ingin mengkaji kembali modal intelektual,kinerja keuangan dan harga saham lebih mendalam agar dapat menambah objek yang ditelitinya dan memperhatikan jenis industrinya sehingga hasilnya akan lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA Abidin.2000. Upaya Mengembangkan Ukuran-Ukuran Baru. Media Akuntansi. Edisi.7 Thn.VIII.pp.46-47. Artinah, Budi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan), Jurnal Vol.3 No.1 Februari 2011. 2-4. Arya, Ngurah. Zuliyati. 2011. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Nopember 2011, Vol. 3, No. 1. 113-125. Astuti, Pratiwi Dwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business formance. Jurnal MAKSI. Vol 5, 34-58. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: a Study of The Resource-Based and Stakeholder Views. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 2. pp. 215-226. Bontis, N., Dragonetti, N., Jacobsen, K. and Roos, G. (1999), “The knowledge toolbox: a review of the available to measure and manage intangible resources”, European Management Journal, Vol. 17 No. 4, pp. 391-402. Bontis, N. and Girardi, J. (2000), “Teaching knowledge management and intellectual capital lessons: an empirical examination of the TANGO simulation”, International Journal of Technology Management, Vol. 27 Nos 5-8, pp. 545-55. Bontis, N. 2001. Assessing Knowledge Assets: a Review of the Models Used to Measure Intellectual Capital. International Journal of technology Management. Vol.3 No. 1.pp. 41-60. Bontis, N. and Fitz-enz, J. (2002), “Intellectual capital ROI: a causal map of human capital antecedents and consequents”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 3 No. 3, pp. 223-47. Bontis, N. (2004), “National Intellectual Capital Index: a United Nations initiative for the Arab region”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 5 No. 1, pp. 332-346. Ceicilia Bintang Hari Yudhanti1 dan Josepha C. Shanti2. 2011. Intellectual Capital dan Ukuran Fundamental Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13, No. 2, 57-66. Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. “An Empirical Investigation of the Relationship Between Intellectual Capital and firms’ Market Value and Financial Performances”. Journal of Intellectual Capital Vol. 6 No. 2.pp. 159-176. Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney. Edvinsson, L. and M. Malone. 1997. Intellectual Capital: Realizing your Company’s True Value by Finding its Hidden Brainpower. Harper Collins, New York, NY. Firer, S., and S.M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of corporate performance. Journal of Intellectual Capital Vol.4 No.3, 348-360. 15
Guthrie, James. 2001. The Management, Measurement and The Reporting Intellectual Capital. Journal of Intellectual Capital. Vol.2 No.1, 27-41. Harrison, S., and P.H. Sullivan. 2000. Profitting form Intellectual Capital: Learning from Leading Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol.1 No.1.pp.33-46. Hasnawati,s.2005a. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan. No.09/Th XXXIX. September 2005: 33-41. Hidayat. 2000. Peranan Strategis Modal Intelektual dalam Persaingan Bisnis di Era Jasa. Ekuitas. Vol 5, No. 3, 293-312. Hermawan, Sigit. 2010. Pengukuran Non Keuangan Mengungguli Pengukuran Keuangan Pada Intellectual Capital. Jurnal JAMBSP STIESIA Surabaya, Vol 7 No 1, 2-11. (
). 2011. Optimalisasi Intellectual Capital Guna Meningkatkan Kinerja Bisnis Ikm Batik Dan Memenangkan Persaingan Di Cafta. Telah dipresentasikan di Seminar Nasional FEB Universitas Muhammadiyah Malang, 1 Oktober 2011.
Hong, Pew, Tan., David Plowman dan Phil Hancock. 2007. Intellectual Capital and Financial Return of Companies. Journal of Intellectual Capital. Vol 3, No.1, 51-61. Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : AMP YKPN. Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2004). Strategy Maps: Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Harvard Business School Press, Boston, MA. Marsanti, Endang Kiswara. 2012. Analisis Hubungan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital. Diponegoro Journal Of Accounting Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-11. Mavridis, D.G. 2004. The Intellectual Capital Performance of the Japanese Banking Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5 No. 3. pp. 92-115. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Nahaphiet, Janine dan Sumantra Goshal. 1998. Social Capital, Intellectual Capital and The Organizational Advantage. Academy of Management. The Academy of Management Review; Apr 1998; 23, 2; ABI/INFORM Global pg. 242. Nasarudin, Irsan dan Indra Surya. 2003. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Prenada Media. Nazir, Mohamad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. Nazwirman. 2008. Penilaian Harga Saham dengan Price Earning Ratio. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 12, No. 2, 98-106. Ni Made Sunarsih. Ni Putu Yuria Mendra. 2011. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Univesitas Mahasaraswati Denpasar.
16
Pulic,A. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential. ______. 1999. Basic information on VAICTM. available at: www.vaic-on.net . Diakses pada 15 Maret 2013. ______. 2000. VAICTM- an Accounting Tool for Intellectual Capital Management. available at: www.measuring-ip.at/papers/ham99txt.htm Diakses pada 15 Maret 2013. Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 9, No.1, 1-20. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi,. Edisi ke-3, Yogyakarta : B PFE. Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, 31-51. Setiarso, Bambang. 2006. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge-Management) Dan Modal Intelektual ( Intellectual Capital) Untuk Pemberdayaan UKM . Makalah Disampaikan pada Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi ke 2. Stewart, T A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations. New York: Doubleday. Sugeng, Imam. 2000. Mengukur dan Mengelola Intellectual Capital. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15, No.2, 247-256. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Pertama. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Susanto, A.B.2007. Resource Based Versus Market Based. Eksekutif No. 338 Mei. Ulum, Ihyaul. 2009. Intllectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris. Malang : Graha Ilmu. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali & Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Wicaksana, Adityas. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Pertumbuhan Dan Nilai Pasar Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro Semarang. Wahdikorin, Ayu. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2007-2009. Universitas Diponegoro Semarang. Yogidanarinto, Adriant Prabani. 2011. Analisis Nilai Tambah Sebagai Indikator Modal Intelektual Dan Pengaruhnya Pada Kinerja Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Diponegoro Semarang. 17
Lampiran 1
X1 Ke X2 Regression Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1
VAICa
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROA
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
ROA
.1267
.10864
9
VAIC
1.8356
3.23882
9
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.753a
.567
.505
.07642
a. Predictors: (Constant), VAIC
ANOVAb Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
.054
1
.054
9.166
.019a
Residual
.041
7
.006
Total
.094
8
a. Predictors: (Constant), VAIC b. Dependent Variable: ROA
18
Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
.080
.030
VAIC
.025
.008
Standardized Coefficients
1
Correlations Zero-order Partial
.753
Part
(Constant) VAIC
.753
.753
Sig.
2.701
.031
3.028
.019
Beta
Coefficientsa Model
t
.753
a. Dependent Variable: ROA
19
Lampiran 2
X1,X2,Y Regression Variables Entered/Removed Variables Entered
Model
Variables Removed
Method
ROA, VAICa . a. All requested variables entered. b. Dependent Variabel: Saham 1
Enter
Descriptive Statistics Saham VAIC ROA
Mean
Std. Deviation
N
.4622 1.8356 .1267
.68448 3.23882 .10864
9 9 9
Model Summary Model
R
R Square
1
.919a
.845
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .793
.31158
a. Predictors: (Constant), ROA, VAIC ANOVAb Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
3.166
2
1.583
16.304
.004a
Residual
.582
6
.097
Total
3.748
8
a. Predictors: (Constant), ROA, VAIC b. Dependent Variable: Saham
20
Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Sig.
-1.374
.219
B
Std. Error
Beta
(Constant)
-.238
.173
VAIC
.029
.052
.139
.567
.591
ROA
5.103
1.541
.810
3.312
.016
a. Dependent Variable: Saham
Coefficientsa Model
1
t
(Constant) VAIC ROA
Correlations Zero-order Partial .749 .914
.226 .804
Part .091 .533
a. Dependent Variable: Saham
21