PERAN KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMEDIASI PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Tia Pipit Naovila NIM 7211411187
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO : “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain.” (Q.S. Al Insyirah ayat 6-7) “Don‟t forget to always put a smile on your day. This life, that has given to you, should be grateful. I‟m blessed, you‟re blessed. Let‟s appreciate that.” (Fani Karina)
PERSEMBAHAN : Skripsi ini penulis persembahkan kepada : Dua malaikat tambahanku di bumi, Ibu Atiqoh dan Bapak Abdul Aziz tercinta, terimakasih untuk kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta do‟a yang senantiasa mengiringi setiap langkahku; Adikku, Ilma Nita Islamiyati, yang selalu mendukung, serta seluruh keluarga besar, terima kasih atas dukungan dan do‟anya; Sahabat-sahabat terbaikku, Kurawas (Hesti, Rosyi, Karina, Devina, Cancan, Citra dan Ayip) terima kasih untuk cerita hidup yang menakjubkan. Aku sayang kalian; Teman – Teman Akuntansi C 2011; Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
v
SARI
Naovila, Tia Pipit. “Peran Kinerja Keuangan untuk Memediasi Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dr. Agus Wahyudin, M. Si. Kata Kunci : Modal Intelektual, Kinerja Keuangan Perusahaan, Intellectual Capital Disclosure/ ICD. Pengungkapan modal intelektual yang dilakukan oleh perusahaan akan sangat berdampak pada pihak eksternal. Adanya pengungkapan yang lebih terbuka akan meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal intelektual; Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA sebagai variabel intervening. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan metode ini, diperoleh sample sebanyak 120 perbankan. Alat analisis untuk menguji hipotesis adalah path analysis dengan software AMOS versi 21. Metode analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis jalur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komponen modal intelektual (Capital Employed Efficiency, Human Capital Efficiency dan Structural Capital Efficiency) tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure (ICD). Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa pengaruh CEE terhadap ICD lebih kuat jika melalui ROA sebagai variabel intervening dibandingkan dengan pengaruh langsungnya terhadap ICD. Saran dari penelitian ini adalah apabila ingin meningkatkan ICDnya dapat melalui peningkatkan kinerja keuangan perusahaan dengan cara mengoptimalkan penggunaan CEEnya dan untuk penelitian mendatang diharapkan untuk mempertimbangkan rujukan teori yang akan digunakan.
vi
ABSTRACT
Naovila, Tia Pipit. 2015. “The Role of Financial Performance for Mediating Intellectual Capital Towards Intellectual Capital Disclosure Levels”. Final Project. Accounting Major. Faculty Of Economics. Semarang State University. Supervisor: Dr. Agus Wahyudin, M. Si. Keywords: Intellectual Capital, Financial Performance, Intellectual Capital Disclosure/ ICD. Disclosure of intellectual capital which made by the company will highly impact on the external parties. The existence of a more open disclosure will increase the value-added for the company. The aim of this research was to analyze the intellectual capital disclosure; Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE) and Structural Capital Efficiency (SCE) towards the intellectual capital disclosure levels with the company‟s financial performance which is proxied by the ROA as an intervening variable. This research‟s population is a banking companies listed in Indonesia Stock Exchange. The sample‟s selection used the purposive sampling methods. Based on this method, it obtained a sample of 120 banks. Analysis tool to test the hypothesis is a path analysis with AMOS software vesion 21. The analysis data method used the descriptive statistical analysis and path analysis. The result of this research indicates that the intellectual capital components (Capital Employed Efficiency, Human Capital Efficiency and Structural Capital Efficiency) does not affect the Intellectual Capital Disclosure (ICD). The result of this research also found that the effect of CEE towards ICD is stronger if through the ROA as an intervening variable compared to its direct impact on the ICD. The recommendation of this research is if you want to increase the ICD, you are able to do so by increasing the company‟s financial performance by optimizing the use of the CEE and for the future research are expected to consider the theory references that will be used.
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Kinerja Keuangan Sebagai variabel Intervening Pengaruh Modal Intelektual/ Value Added Intellectual Capital (VAIC) Terhadap tingkat Pengungkapan Modal Intelektual (Intellectual Capital Disclosure/ ICD)”. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah mendapatkan bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang, 2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 4. Dr. Agus Wahyudin, M.Si, Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan motivasi
dalam
penyelesaian skripsi ini, 5. Nanik Sri Utaminingsih, SE, M. Si., Akt dan Henny Murtini, SE, M.Si. Dosen Wali Akuntansi C 2011 yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang, 6. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang,
viii
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam proses perkuliahan, 8. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, doa yang sangat berarti, bantuan materiil maupun spiritual dalam penyelesaian skripsi ini, 9. Semua pihak – pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan.
Semarang, Maret 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Halaman ................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................
iii
PERNYATAAN ...........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
v
SARI .............................................................................................................
vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii PRAKATA ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................
9
1.3. Tujuan ......................................................................................... 10 1.4. Manfaat ....................................................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ........................................................................... 12 2.1.1. Resources Based Theory .................................................... 12 2.1.2. Stakeholder Theory ............................................................ 13 2.2. Pengungkapan Modal Intelektual ................................................ 16
x
2.3.Value Added Intellectual Capital (VAIC)...................................... 23 2.3.1.Capital Employed Efficiency (CEE)..................................... 25 2.3.2.Human Capital Efficiency (HCE) ........................................ 26 2.3.3. Structural Capital Efficiency (SCE) ................................... 26 2.4. Kinerja Keuangan ........................................................................ 27 2.5. Penelitian Terdahulu .................................................................... 30 2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ....... 31 2.6.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................ 31 2.6.2. Pengembangan Hipotesis .................................................. 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 48 3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sample ................... 48 3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 49 3.3.1. Variabel Independen .......................................................... 49 3.3.2. Variabel Intervening ........................................................... 51 3.3.3. Variabel Dependen ............................................................. 52 3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 56 3.5. Metode Analisis Data .................................................................... 56 3.5.1. Statistik Deskriptif .............................................................. 56 3.5.2. Pengujian Hipotesis ............................................................ 56 3.5.3. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi (Intervening) ..................... 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 62 4.1.1. Gambaran Objek Penelitian ............................................... 62
xi
4.1.2. Statistik Deskriptif ............................................................. 63 4.1.3. Pengujian Hipotesis ............................................................ 65 4.1.4. Analisis Jalur (Path Analysis) ........................................... 70 4.2. Pembahasan .................................................................................... 76 4.2.1. Pengaruh CEE (Capital Employed Efficiency) terhadap ICD (Intellectual Capital Disclosure) ....................................... 76 4.2.2. Pengaruh HCE (Human Capital Efficiency) terhadap ICD (Intellectual Capital Disclosure) ....................................... 78 4.2.3. Pengaruh SCE (Structural Capital Efficiency) terhadap ICD (Intellectual Capital Disclosure) ....................................... 79 4.2.4. Pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap ICD (Intellectual Capital Disclosure) ............................................................ 81 4.2.5. Pengaruh CEE (Capital Employed Efficiency) terhadap ICD (Intellectual Capital Disclosure) melalui ROA (Return On Asset).................................................................................. 82 4.2.6. Pengaruh HCE (Human Capital Efficiency) terhadap ICD (Intellectual Capital Disclosure) melalui ROA (Return On Asset) ................................................................................. 83 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 86 5.2. Saran
........................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 89 LAMPIRAN .................................................................................................. 94
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Perbandingan standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud .. 17 Tabel 3.1. Pemilihan Sampel. ..................................................................... 49 Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 54 Tabel 3.3. Index Pengujian Kelayakan Model ............................................ 60 Tabel 4.1. Kriteria Pengambilan Sampel ..................................................... 62 Tabel 4.2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................................... 63 Tabel 4.3. Hasil Pengujian Kelayakan Model ............................................. 65 Tabel 4.4. Hasil Analisis Regression weight ............................................... 68 Tabel 4.5. Hasil Analisis Standarized Regression Weight .......................... 68 Tabel 4.6. Koefisien Determinasi (Squared Multiple Correlation) ............. 70 Tabel 4.7. Hasil Estimasi standardized direct effects ................................... 71 Tabel 4.8. Hasil Estimasi standardized indirect effect ................................. 71 Tabel 4.9. Total pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung .............. 72 Tabel 4.10. Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 36 Gambar 2.2 Model Penelitian ................................................................... 47 Gambar 4.1 Path Diagram ........................................................................ 73
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ........................................................ 95 Lampiran 2 Pengukuran Modal Intelektual .................................................. 97 Lampiran 3 Pengukuran Kinerja Keuangan (ROA) ...................................... 103 Lampiran 4 Pengukuran Intellectual Capital Disclosure (ICD) ................... 107 Lampiran 5 Tabulasi Keseluruhan Data Penelitian ...................................... 111 Lampiran 6 Hasil Output Amos 21.0 ......................................................... 117 Lampiran 7 Hasil Output Analisis Statistik Deskriptif SPSS21 .................. 120
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktek pengelolaan aset tidak berwujud (intangible asset) telah meningkat secara dramatis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible asset tersebut adalah intelectual capital yang telah menjadi fokus dalam berbagai bidang baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi (Petty and Guthie, 2000; Sullivan dan Sullivan 2000). Di era global ini dunia telah berkembang begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan teknologi informasi, persaingan yang sangat ketat dan pertumbuhan inovasi yang sangat luar biasa yang menyebabkan banyak perusahaan mengubah cara bisnis. Agar dapat bertahan dan bersaing perusahaan mengubah dari bisnis yang berdasarkan labour based bussiness (bisnis berdasarkan tenaga kerja) kearah knowledge based bussines (bisnis berdasarkan pengetahuan). Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pergeseran tipe masarakat dari masyarakat industrialis ke masyarakat berbasis pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, menurut Sullivan dan Sullivan merupakan bagian besar dari nilai produk serta kekayaan perusahaan. Adanya masyarakat berbasis pengetahuan telah megubah penciptaan nilai organisasi. Masa depan dan prospek organisasi kemudian
bergantung
pada
bagaimana
kemampuan
manajemen
untuk
mendayagunakan the hidden value (nilai-nilai yang tidak tampak) dari aset tidak berwujud (Ikhsan, 2004 dalam Astuti, 2005). Aset tidak berwujud tidak dilaporkan 1
2
dalam sistem akuntansi konvensional, perusahaan lebih fokus pada aset berwujud yang dimilikinya. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penilaian aktiva tidak berwujud salah satunya dengan modal intelektual. Masalah sebenarnya dengan modal intelektual yaitu terletak pada pengukurannya. Para peneliti berusaha mencari cara perhitungan yang dapat diandalkan untuk menghitung aktiva yang tidak berwujud dan modal intelektual. Penilaian modal intelektual dengan tema berbeda mencoba untuk menghubungkan modal intelektual dengan kinerja perusahaan, beberapa penilaian yang telah dilakukan umumnya mengukur kinerja keuangan yang di ukur dengan return on equity (ROE), return on asset (ROA), dsb seperti yang di lakukan oleh Zhang Ji Jian Et Al (2006), Ulum (2007) dan Kuryanto (2007). Penelitian modal intelektual yang lain yaitu selain menghubungkan modal intelektual dengan kinerja keuangan juga menghubungkan modal intelektual dengan kinerja pasar atau nilai perusahaan. Umumnya nilai perusahaa di nilai dengan market to book ratio. Penggunaan market to book ratio untuk mengukur nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Firer (2003), Firer dan Williams (2003), Najibullah (2005) dan Puntillo (2009). Munculnya new economy, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga telah memicu tumbuhnya minat dalam Intellectual Capital (IC) (Petty dan Guthrie, 2000; Bontis, 2001). Salah satu area yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah yang terkait dengan kegunaan IC sebagai salah satu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 2001). Hal ini telah menjadi isu yang berkepanjangan, dimana beberapa penulis menyatakan bahwa manajemen dan sistem
3
pelaporan yang telah mapan selama ini secara berkelanjutan kehilangan relevansinya karena tidak mampu menyajikan informasi yang esensial bagi eksekutif untuk mengelola proses yang berbasis pengetahuan (knowledge-bassed processes) dan intangible resuorces (Bornemann dan Leither, 2002). Selama ini, perbedaan antara intangible assets dan IC telah disamarkan ke dalam pengertian intangible yang keduanya dirujuk pada istilah goodwill (APB, 1970; ASB, 1997; IASB, 2004). Hal ini dapat ditelusuri pada awal tahun 1980-an ketika catatan dan pemahaman umum tentang nilai intangible, biasanya diberi nama goodwill, mulai tampak dalam praktek bisnis dan akuntansi (International Federation of Accountants, 1998). Dalam penelusuran praktik pencatatan intangible tersebut, Guthrie et al. Dan IFA menemukan bahwa akuntansi tradisional tidak dapat menyajikan informasi tentang identifikasi dan pengukuran intangible dalam organisasinya, khususnya organisasi yang berbasis pengetahuan. Jenis intangible baru seperti kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, model-model simulasi, sistem administrasi dan komputer tidak diakui dalam model pelaporan manajemen dan keuangan tradisional. Bahkan dalam prakteknya, beberapa intangible tradisional seperti pemilikan merk, paten dan goodwill, masih jarang sekali dilaporkan di dalam laporan keuangan (IFA, 1998; IASB, 2004). Kenyataannya, IAS 38 tentang intangible assets melarang pengakuan merk yang diciptakan secara internal, logo, judul publikasi dan daftar pelanggan (IASB, 2004). Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak
4
dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun lebih kurang IC telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002). Paragraf 09 dari pernyataan PSAK tersebut menyatakan beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud antara lain ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, dan pengetahuan mengenai pasar dan merk dagang. Selain itu juga terdapat piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta, daftar pelanggan, hubungan dengan pemasok dan pelanggan, hak pemasaraan dan pangsa pasar. Meskipun PSAK 19 (revisi 2000) yang di dalamnya secara implisit menyinggung tentang IC telah mulai diperkenalkan sejak tahun 2000, namun dalam dunia praktek IC masih belum dikenal secara luas di Indonesia (Abidin, 2000). Menurut
Abidin
(2000),
perusahaan-perusahaan
di
Indonesia
cenderung
menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkan masih miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaanperusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun IC perusahaan (Sawarjuwono, 2003). Bertolak belakang dengan meningkatnya pengakuan IC dalam mendorong nilai dan kegunaan kompetitif perusahaan, pengukuran yang tepat terhadap IC perusahaan belum dapar ditetapkan. Misalnya, Pulic (1998; 1999; 2000) tidak
5
mengukur secara langsung IC perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC). Komponen utama VAIC dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu human capital, structural capital dan physical capital. Menurut Pulic, tujuan utama dari ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital (dana keuangan) dan intellectual potential (direpresentasikan oleh karywan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada mereka). Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAIC) menunjukan bagaimana kedua sumber daya perusahaan tersebut telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan. Hubungan antara VAIC dengan kinerja keuangan perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh Firer dan Williams (2003) di Afrika Selatan. Hasilnya mengindikasikan bahwa hubungan antara efisiensi dari Value Added Intellectual Capital (VAIC) dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitabilitas ROA, produktivitas ATO dan MB – market to book value) secara umum adalah terbatas dan tidak konsisten. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC) untuk menguji hubungan antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan
6
menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Hasilnya menunjukan bahwa IC (VAIC) berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Bahkan Chen et al juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian yang dilakukan Chen et al. (2005) dan Tan et al. (2007) menghasilkan bahwa IC berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan dan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata-rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang dan penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi IC terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Di Indonesia, penelitian tentang IC diantaranya telah dilakukan oleh Astuti dan Sabeni (2005) yang menguji hubungan IC terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan instrument kuisioner yang dibangun oleh Bontis (1998). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) human capital berhubungan positif dan signifikan dengan customer capital; (2) human capital berhubungan positif dan signifikan dengan struktural capital; (3) customer capital berhubungan positif dan signifikan dengan bussuness performance. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Bontis et al. (2000) di Malaysia dengan modifikasi hubungan elemen-elemen IC dan kinerja industri mengacu penelitian Bontis (1998) di Kanada. Sejauh ini, di Indonesia belum banyak ditemukan penelitian yang secara khusus menggunakan VAIC sebagai proksi atas IC. Penelitian yang menguji hubungan IC dengan kinerja perusahaan juga masih jarang. Penelitian ini mengukur
7
pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan disektor perbankan di Indonesia. Pemilihan sektor perbankan sebagai sampel mengacu pada penelitian Kamath (2006); Mavridis (2005); dan Firer dan William (2003). Sektor perbankan dipilih karena menurut Firer dan William (2003) industri perbankan adalah salah satu sektor yang paling intensif IC-nya. Selain itu, dari aspek intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002). Pemilihan model VAIC sebagai proksi atas IC mengacu pada penelitian Firer dan William (2003); Chen et al. (2005); dan Tan et al. (2007). Kinerja keuangan yang digunakan adalah profitabilitas ROA. Pemilihan indikator kinerja tersebut berdasarkan pada penelitian Susanto (2008). Dalam jumlah yang lebih terbatas, penelitian mengenai pengungkapan modal intelektual juga sudah mulai banyak dilakukan, terutama terkait dengan kesadaran pengungkapan modal intelektual perusahaan di berbagai negara. Abdolmohammadi (2005) melakukan penelitian mengenai hubungan pengungkapan modal intelektual dengan kapitalisasi pasar dengan sampel 58 perusahaan. Content analisys digunakan untuk mengembangkan framework deskriptif, yaitu kategori atau komponen modal intelektual
pada
laporan
keuangan.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
pengungkapan modal intelektual memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kapitalisasi pasar. Ditemukan juga perbedaan pengungkapan komponen modal intelektual yang berbeda pada perusahaan sektor ekonomi lama dan baru. Perusahaan sektor ekonomi lama lebih banyak melaporkan komponen brand dan partnership. Sedangkan perusahaan yang tergabung dengan sektor ekonomi baru lebih banyak mengungkapkan komponen tekhnologi informasi dan intellectual property. Yang
8
dimaksud dengan perusahaan ekonomi sektor baru adalah perusahaan yang bergerak di bidang alat-alat elektronika dan semi konduktor. Agnes (2008) menyatakan bahwa para pelaku bisnis mulai menyadari kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aset berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya organisasi yang dimilikinya. Oleh karena itu organisasi bisnis semakin menitik beratkan pentingnya aset pengetahuan sebagai salah satu bentuk dari aset tak berwujud. Menurut Guthrie dan Petty (2000) salah satu pendekatan yang digunakan untuk menilai dan mengukur aset pengetahuan adalah modal intelektual. Kegunaan modal intelektual sebagai salah satu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan telah menarik perhatian akademisi dan praktisi (Edvinsson dan Malone 1997; Sveiby 2001). Akses informasi ke perusahaan yang terbatas menyebabkan informasi yang dimiliki oleh calon investor mengenai prospek dan kualitas perusahaan masih sangat terbatas. Untuk memperkecil informasi yang tidak simetris ini maka pemilik lama harus menyampaikan sinyal tentang kualitas perusahaan yang ditawarkan kepada investor. Dengan menganalisis sinyal yang disampaikan oleh pemilik lama, maka investor dapat mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Terkait dengan pentingnya informasi dalam pasar yang efisien, pengungkapan informasi tentang modal intelektual memegang peranan yang sangat penting. Menurut Holland (2002), informasi informasi keuangan tudak cukup menjadi dasar bagi investor dalam memberikan penghargaan terhadap perusahaan, karena lebih di dominasi oleh output yang menunjukan kinerja tentang penciptaan nilai. Meskipun demikian, pengakuan aset tak berwujud dalam sistem akuntansi tidak cukup. Hal ini
9
dikarenakan beberapa unsur dari aset tak berwujud tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan karena masalah identifikasi, pengakuan dan pengukurannya. Salah satu alternatif yang diusulkan adalah dengan memperluas pengungkapan aset tidak berwujud melalui pengungkapan modal intelektual. Penelitian ini menggunakan resource based theory (RBT) dan stakeholder theory untuk melandasi hubungan antar variabelnya. Dalam teori RBT dijelaskan bahwa modal yang dimiliki oleh perusahaan adalah berbeda-beda dalam pengelolaannya, semakin efisien penggunaan modal yang dalam penelitian ini adalah modal intelektual maka akan meningkatkan produktivitas yang ditandai dengan meningkatnya laba perusahaan. Apabila laba perusahaan meningkat maka perusahaan akan melakukan pengungkapan yang lebih terbuka sehingga akan mempengaruhi opini para stakeholder yang akan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh modal intelektual terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual melalui ROA sebagi variabel intervening. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh capital employed efficiency (CEE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD)? 2. Bagaimana pengaruh human capital efficiency (HCE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD)?
10
3. Bagaimana pengaruh structural capital efficiency (SCE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD)? 4. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan (ROA) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD)? 5. Bagaimana pengaruh capital employed efficiency (CEE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) melalui kinerja keuangan perusahaan? 6. Bagaimana pengaruh human capital efficiency (HCE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) melalui kinerja keuangan perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh capital employed efficiency (CEE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh human capital efficiency (HCE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh structural capital efficiency (SCE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan (ROA) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh capital employed efficiency (CEE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) melalui kinerja keuangan perusahaan
11
6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh human capital efficiency (HCE) terhadap tingkat intellectual capital disclosure (ICD) melalui kinerja keuangan perusahaan 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, baik pemegang saham, (calon) investor, manajer, pemerintah maupun akademisi, di antaranya sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi literatur akuntansi mengenai pengaruh IC (Intellectual
Capital)
terhadap
kinerja
perusahaan
dan
tingkat
pengungkapannya 2. Sebagai referensi untuk menilai kinerja IC (Intellectual Capital) perusahaan sektor
perbankan
di
Indonesia
sehingga
(calon)
investor
dapat
menggunakannya sebagai indikasi perusahaan tersebut memiliki competitive advantage yang lebih 3. Sebagai petunjuk bagi kinerja manajerial dalam mengelola IC (Intellectual Capital) yang dimiliki sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan 4. Sebagai petujuk bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk diterapkan di perbankan Indonesia mengenai pengungkapan IC (Intellectual Capital).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Resouce Based Theory (RBT) Belakangan ini muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang dikenal dengan pendekatan berbasis sumberdaya (resource-based view of the firm/RBV). Ini dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/ learning economy) atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible asset). Resource based theory dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Teori ini memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Penrose 1959; Wernerfelt, 1984). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993). Asumsi RBV yaitu bagaiman perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia (Grant, 2002). Kemampuan menunjukan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan sumber dayanya (Amit dan Schoemaker, 1993). Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan
12
13
bersaing yang berkesinambungaan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud Empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu: (a) sumber daya harus menambah nilai positif bagi perusahaan, (b) sumber daya harus bersifat unik atau langka di antara calon pesaing yang ada sekarang ini, (c) sumber daya harus sukar ditiru, dan (d) sumber daya tidak dapat digantikan oleh sumber daya lainnya oleh perusahaan pesaing (Barney 1991, 2001, 2007). Barney (1991) menyatakan bahwa dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi lain, karena sumber daya tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan. Modal intelektual dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan teori RBV, semakin efisiennya pengelolaan modal intelektual yang ditandai dengan produktivitas yang semakin meningkat maka kinerja perusahaan akan meningkat sehingga akan menghasilkan return (laba) yang lebih bagi perusahaan. Apabila modal intelektual terbukti dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, maka hal ini akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam melakukan pengungkapan. Selain itu hal ini akan menjadi identitas tersendiri bagi perusahaan karena perusahaan lain tidak dapat menerapkan hal yang sama pada perusahaannya. 2.1.2. Stakeholder Theory Istilah stakeholder dalam definisi klasik adalah definisi Freeman dan Reed (1983, h.91) yang menyatakan bahwa stakeholder adalah: “any identifiable group or
14
individual who can affect the achievement of an organisation’s objectives, or is affected by the achievement of an organisation’s objectives”. Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004). Lebih
lanjut
Deegan
(2004)
menyatakan
bahwa
teori
stakeholder
menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi
dan
diatas
permintaaan
wajibnya,
untuk
memenuhi
ekspektasi
sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubunganhubungan dilingkungan perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori ini adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti dari teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.
15
Teori ini dapat diuji dengan berbagai cara dengan menggunakan content analysis atas laporan keuangan perusahaan (Guthrie et al., 2006). Menurut Guthrie et al. (2006), laporan keuangan merupakan cara yang paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategis tertentu dari organisasi. Content analysis atas pengungkapan IC (Intellectual Capital) dapat digunakan untuk menentukan apakah benar-benar terjadi komunikasi tersebut, apakah perusahaan merespon ekspektasi stakeholder, baik ekspektasi yang sesungguhnya maupun yang diakui oleh stakeholder, dengan menawarkan akun IC yang tidak wajib diungkapkan? (Guthrie et al., 2006). Dalam konteks untuk menjelaskan hubungan VAIC (Value Added Intellectual Capital) dengan tingkat pengungkapnnya, teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan, 2004). Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini. Penciptaan nilai (value creation) dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja perusahaan untuk kepentingan stakeholder.
16
Bidang manajerial dan stakeholder berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi (Watts dan Zimmerman, 1986). Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi. Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. 2.2. Pengungkapan Modal Intelektual/ Intellectual Capital Disclosure (ICD) Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antar aktiva tidak berwujud dan IC (Intellectual Capital). Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill, (ASB, 1997; IASB, 2004), dan IC adalah bagian dari goodwill. Paragraf 08 PSAK 19 (revisi 2000) mendefinisikan aktifa tidak berwujud sebagai aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif. Definisi tersebut merupakan adopsi dari pengertian yang disajikan oleh IAS 38 tentang intangible assets yang relatif sama dengan definisi yang diajukan dalam FRS 10 tentang goodwill and intangible assets.
17
Keduanya, baik IAS 38 maupun FRS 10, menyatakan bahwa aktiva tidak berwujud harus (1) dapat diidentifikasi, (2) bukan aset keuangan dan (3) tidak memiliki substansi fisik. Sementara APB 17 tentang intangible assets tidak menyajikan definisi yang jelas tentang aktifa tidak berwujud. Tabel berikut meringkas perbandingan diantara standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud. Tabel 2.1. Perbandingan standar akuntansi tentang aktiva tidak berwujud. FRS 10
IAS 38
Goodwill and intangible assets intangible assets Definisi intangible assets
Aktiva tetap non-keuangan yang tidak mempunyai wujud fisik tetapi dapat diidentifikasi dan dikendalikan oleh entitas melalui penjagaan dan undangundang.
APB 17
PSAK 19
intangible assets
Aktiva tidak berwujud
Aktiva non- Tidak moneter yang definisi eksplisit. dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif.
ada Aktiva nonyang moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan administratif.
18
Klasifikasi intangible assets
amortisasi
FRS 10 IAS 38 Goodwill and intangible intangible assets assets
APB 17
PSAK 19
intangible assets
Aktiva tidak berwujud
Suatu kategori: aktiva tidak berwujud yang memiliki ciri,
Diklasifikasikan berdasarkan beberapa dasar yang berbeda:dapat
Ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan
fungsi atau implementasi kegunaan sistem atau
diidentifikasi, cara
implementasi sistem atau
yang sama didalam bisnis perusahaan, misalnya: lisensi, kuota, paten, hak cipta, franchises, trademarks.
proses baru, lisensi hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai Pasar dan merek dagang.
perolehannya, masa manfaat yang diharapkan, dapat dipisahkan dari keseluruhan perusahaan.
proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang.
Aktiva tidak berwujud yang memiliki masa amanfaat ekonomis yang terbatas, maka aktiva tersebut harus diamortisasi secara sistematis selama masa manfaat tersebut. Sedangkan aktiva tidak berwujud yang
Jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya.
Aktiva tidak berwujud harus diamortisasi melalui pembebanan secara sistematis selama periode pendapatan berdasarkan masa manfaat yang diperkirakan.
Jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Pada umumnya
Ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan
19
masa manfaat ekonomisnya tidak dapat didefinisikan, maka aktiva tersebut tidak dapat diamortisasi.
masa manfaat dari aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap digunakan.
Sumber: Brenman dan Connell (2000); IAI (2002), diolah. Salah satu definisi IC yang paling banyak digunakan adalah yang ditawarkan oleh organisation for economic Co-operation and development (OECD, 1999) yang menjelaskan IC sebagai nilai ekonomis dari dua kategori aset tak berwujud: (1) organisational (structural) capital; (2) human capital. Lebih tepatnya, organisational (structural) capital mengacu pada hal-hal seperti sistem software, jaringan distribusi dan rantai pasokan. Human capital meliputi sumber daya manusia didalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/karyawan) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier. Meskipun demikian, definisi yang diajukan OECD menyajikan cukup perbedaan dengan meletakan IC sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan intangible asset secara keseluruhan suatu perusahaan. Dengan demikian, terdapat item-item intangible asset yang secara logika tidak membentuk bagian dari IC suatu perusahaan. Salah satunya adalah reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan mungkin merupakan hasil sampingan dari penggunaan IC secara bijak dalam perusahaan, tetapi itu bukan merupakan bagian dari IC.
20
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombiasi dari genetic inheritance; education; experience and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000). Pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Menurut Ghazali dan Chariri (2007), tiga konsep pengungkapan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Cukup artinya pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi tidak menyesatkan. Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Pengungkapan yang dilakukan secara transparan dan jujur
21
akan memenuhi kebutuhan informasi stakeholder. Sehingga kesenjangan informasi antara pihak manajemen dengan stakeholder dapat diminimalisir. Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2008: 580). Sedangkan secara khusus tujuan pengungkapan yaitu: 1. Tujuan melindungi. Tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos laporan keuangan. 2. Tujuan informatif. Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektivan pengambilan keputusan pemakai. 3. Tujuan kebutuhan khusus. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai sedangkan untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan yang menuntut pengungkapan secara rinci. Jika dikaitkan dengan pengungkapan informasi, Suwardjono (2008: 583) membedakan pengungkapan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang diharuskan oleh standar atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang tidak diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Kedua jenis
22
pengungkapan ini bisa ditemukan pada laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan. Menurut Bruggen et al (2009) pengungkapan modal intelektual
mampu
mengurangi asimetri informasi untuk menurunkan biaya modal dan meningkatkan citra perusahaan
serta mampu meningkatkan nilai relevansi laporan keuangan.
Sampai saat ini belum ada standar yang mengatur pengungkapan modal intelektual terkait
dengan
pengikhtisaran,
pengukuran,
dan
pelaporan
sehingga
pengungkapannya pun masih bersifat sukarela. Modal intelektual tidak dapat di kuantitatifkan pada neraca, karena sulit untuk diukur. Sehingga muncullah ICD Index yang mengukur pengungkapan modal intelektual. Pengungkapan modal intelektual dituangkan dalam informasi tambahan berupa laporan tahunan perusahaan yang sudah dipublikasikan. Dengan melakukan pengungkapan modal intelektual perusahaan dapat mengurangi adanya asimetri informasi antara agent dan principal; meningkatkan kepercayaan para stakeholder
yaitu ketika perusahaan melakukan
pengungkapan secara penuh makan akan meningkatkan kepercayaan para stakeholder tentang kinerja perusahaan karena kepercayaan stakeholder merupakan investasi jangka panjang perusahaan dan juga sebagai media pemasaran perusahaan. Jenkin’s Report (dalam Punomosidhi, 2005) mengusulkan kerangka kerja untuk pengungkapan sukarela berdasarkan kebutuhan informasi dari investor dan kreditor. Laporan menyajikan luas pengungkapan informasi diurutkan ke dalam lima kategori yaitu: 1. Data keuangan dan non keuangan; 2. Analisis manajemen data keuangan dan non keuangan;
23
3. Informasi masa depan; 4. Informasi tentang manajer dan pemegang kepentingan; dan 5. Latar belakang perusahaan. Dalam ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi , dalam aktivitasnya perusahaan lebih tergantung pada modal tidak berwujud dibandingkan dengan modal
berwujud dalam menciptakan nilai (Abeyysekera, 2006).
Pengungkapan informasi secara menyeluruh baik informasi keuangan maupun non keuangan menjadi sangat penting guna pengambilan keputusan. FASB menyebutkan pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain. 2.3. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) Metode VAIC, dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dengan menunjukan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation) (pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Tan et al. (2007) meyatakan bahwa output (out) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (in) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan
24
et al. (2007), hal penting dalam metode ini adalah beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual capital (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya dan tidak termasuk dalam komponen IN (Pulic, 1999). Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity) (Tan et al., 2007). VA dipengaruhi oleh efisiensi dari HC (Human Capital) dan SC (Structural Capital). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan (Tan et al., 2007). Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai didalam perusahaan (Tan et al., 2007). Konsisten dengan pandangan para penulis lainnya, Pulic (1998) berargumen bahwa total salary and wage cost adalah indikator dari HC perusahaan. Hubungan ketiga adalah „structural capital coefficient’ (STVA), yang menunjukan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan
25
merupakan indikasi bagaiman keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007). SC bukanlah ukuran yang independent sebagaiman HC, ia dependen terhadap value creation (pulic, 1999). Artinya, menurut Pulic, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000). Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan
koefisien-koefisien
yang
telah
dihitung
sebelumnya.
Hasil
penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru, yaitu VAIC (Tan et al., 2007). Keunggulan metode VAIC adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagi sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan, tidak tersedia atau tdak tercatat oleh perusahaan yang lain(Tan et al., 2007). Konsekuensinya, kemampuan untuk menerapkan pengukuran IC alternatif terseburt secara konsisten terhadap sampel yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer dan Williams, 2003). 2.3.1. Capital Employed Efficiency (CEE) Customer capital atau capital employment adalah orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Menurut Sawarjuwono dan Agustine (2003) elemen customer
26
capital merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan, bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Customer capital juga dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar. Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari VA(Value Added) terhadap CE. CEE menggambarkan berapa banyak nilai tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati, 2007). 2.3.2. Human Capital Efficiency (HCE) Human capital adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam human capital yaitu pendidikan, pengalaman, ketrampilan, kreatifitas dan attitude. Menurut Bontis (2004) human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan human capital. Sehingga human capital merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam tiap individu yang ada didalamnya. Human capital ini nantinya akan mendukung structural capital dan customer capital/capital employment.
27
Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal manusia. HCE merupakan rasio dari VA terhadap Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE menunjukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008) 2.3.3. Structural Capital efficiency (SCE) Structural capital adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merek dagang dan kursus pelatihan. Menurut nashih (2005), structural capital atau organizational capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang tersimpan dalam organisasi dan manajemen perusahaan. Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual. Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah modal struktural. SCE merupakan rasio dari SC terhadap VA. Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et al., 2007). 2.4. Kinerja Keuangan Pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan
28
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. (Rivai & basri, 2004:16). Kinerja perusahaan (companies performance) merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktifitas kinerja perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang dicapai. Penilaian kinerja aktivitas perusahaan dibagi dalam tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Penilaian kinerja sendiri memiliki beberapa pengertian, yaitu: - Suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan memepengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya dalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson, 1996:3). - Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu. Menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam bukunya yang berjudul Performance Appraisal, pada halaman 15 menyatakan bahwa ada 3 kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu yaitu tugas individu, perilaku individu dan ciri individu. Dari beberapa pengertian kinerja diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya, sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan dalam pekerjaan
29
tersebut. Prestasi yang dicapai akan menghasilkan suatu kepuasan kerja yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat imbalan. Suatu kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. kinerja individu sendiri dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu evaluasi, yang kemudian dikenal dengan penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja yang paling umum digunakan. Dalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada. Schuler dan jackson dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia edisi ke enam, jilid kedua pada tahun 1996 menjelaskan bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori, yaitu: a. Evaluasi yang menekankan perbandingan antara orang-orang
30
b. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu c. Pemeliharaan sistem d. Dokumentasi keputusan-keputusan daya manusia bila terjadi peningkatan. Efektifitas dari penilaian kinerja diatas yang dikategorikan dari dua puluh macam tujuan penilaian kinerja ini tergantung dalam sasaran bisnis strategis yang ingin dicapai. Oleh sebab itu penilaian kinerja diintegrasikan dengan sasaran-sasaran strategis karena berbagai alasan (Schuler & Jackson, 1996 : 48), yaitu: a. Mensejajarkan tugas-tugas individu dengan tujuan organisasi yaitu, menambahkan deskripsi tindakan yang harus diperhatikan karyawan dan hasil-hasil yang harus mereka capai agar suatu strategi dapat hidup. b. Mengukur kontribusi masing-masing unit kerja dan masing-masing karyawan c. Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tindakan dan keputusan-keputusan administratif yang mempertinggi dan mempermudah stategi d. Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi untuk mengidentifikasi kebutuhan bagi startegi dan program-program baru. Variabel kinerja keuangan menggunakan proksi profitabilitas ROE (Chen et al., 2005; Tan et al., 2007), ROA (Chen et al., 2005). ROA lebih dipilih daripada ROE karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah satu komponen dari VACA. Jika menggunakan ROE, maka akan terjadi penghitungan ganda atas akun yang sama (yaitu ekuitas), dimana VACA (yang dibangun dari ekuitas dan laba bersih) sebagai variabel intervening dan ROE(yang juga dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih menjadi variabel dependen. Return on total assets (ROA). ROA
31
merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al., 2005). 2.5. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008) mengenai Pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan menyatakan bahwa Tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai modal intelektual suatu perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi, tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan modal intelektual
sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan
perusahaan, kontribusi modal intelektual untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya. Menurut Santoso (2010) dalam penelitiannya tentang Pengaruh modal intelektual dan pengungkapannya terhadap kinerja perusahaan menyatakan bahwa Hasil penelitian ini tidak mendukung semua hipotesis yang diajukan. Modal intelektual dan pengungkapannya tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan baik kinerja yang menggunakan accounting based performance maupun market based performance. Baik pada saata ini maupun pada satu tahun yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui (2003), Chen et al. (2007) membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai pasar perusahaan. Bertentangan dengan penelitian tersebut, dimana penelitian Solikhah dkk. (2010) serta Yuniasih dkk. (2010) tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai pasar perusahaan. Penelitian ini
32
menambahkan variabel intervening (kinerja keuangan) untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung modal intelektual pada nilai perusahaan.
2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.6.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan teori berbasis sumber daya, sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan dari aset maupun kemampuan berwujud dan tak berwujud (Firer dan Williams, 2003). Teori ini menganjurkan bahwa kinerja dari sebuah perusahaan sebaiknya didefinisikan sebagi fungsi penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. Hal ini sejalan dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa VA (Value Added) merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba akuntansi yang hanya merupakan ukuran return bagi pemegang saham. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya, selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Setiap perusahaan menghendaki adanya kinerja keuangan yang bagus karena dari kinerja keuangan tersebut perusahaan akan mampu menarik investor dan mempertahankan pelanggannya sehingga akan sangat menentukan kemampuan bersaing suatu perusahaan.
33
Menurut Khasmir (2005: 263) untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan secara periodik. Penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi peusahaan yang bersangkutan. Analisis yang dapat dipakai dalam laporan keuangan salah satunya adalah menggunakan analisis rasio. Analisis rasio merupakan metode analisis yang objektif karena didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dalam laporaan keuangan. Rasio keuangan yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang sering dipakai untuk menentukan tingkat profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROA diproksikan dengan laba sebelum pajak yang dibagi dengan total aktiva yang dimiliki bank. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005; 118). Banyak variabel yang telah diungkapkan untuk menguji kinerja keuangan perusahan. Penelitian ini menggunakan intellectual capital sebagai variabel untuk menguji kinerja keuangan perusahaan. Intellectual capital merupakan bagian dari intangible asset yang memegang peranan lebih besar dalam menentukan kinerja keuangan perusahaan dibandingkan dengan tangible asset. Intangible asset mampu untuk menciptakan nilai tambah atas pengelolaan tangible asset perusahaaan menjadi output yang mendatangkan penghasilan bagi perusahaan. Intangible asset ini terdiri
34
atas sumber daya manusia yang dapat diukur melalui intellectual capitalnya dan teknologi informasi yang mampu untuk memperkenalkan dan membuka jaringan bagi perusahaan. Intellectual capital merupakan keunggulan kompetitif yang harus dimiliki perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis saat ini. Intellectual capital yang diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya akan menghasilkan ide-ide kreatif serta inovasi yang akan mampu mempertahankan eksistensi perusahaan tersebut atau bahkan membuatnya berkembang. Menurut Guthrie, et al. (2006) dalam Ulum (2007: 12), teori yang lebih tepat menjelaskan tentang intellectual capital adalah teori stakeholder. Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut kepada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pihak perusahaan harus dapat mengelola organisasi secara maksimal khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan agar dapat mendorong meningkatnya kinerja keuangan perusahaan (Ulum, 2007: 15). Penciptaan nilai adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan melalui
35
intellectual capitalnya, yang terdiri dari human capital (ketrampilan, kemampuan dan motivasi karyawan), aset fisik, maupun customer/employed capital. Dalam beberapa penelitian terdahulu terdapat bukti empiris yang menyatakan pengaruh pengungkapan sukarela dan pengungkapan modal intelektual terhadap nilai perusahaan atau kapitalisasi pasar, walaupun bukan dalam konteks IPO. Hasil penelitian Healy dan Palepu (1993), Welker (1995) dan Botosan (1997) mengindikasikan bahwa pengungkapan modal intelektual yang makin tinggi akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya, dan akan mengurangi kesalahan investor dalam mengevaluasi harga saham perusahaan, sekaligus meningkatkaan kapitalisasi pasar. Abdolmohammadi (2005) membuktikan bahwa jumlah pengungkapan komponen modal intelektual dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Artinya, perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak komponen modal intelektual dalam laporan tahunannya cenderung memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Sitohang dan Winata (2008) dengan mengambil sampel perusahaan publik di Indonesia yang berbasis teknologi, menemukan bukti bahwa ada kecenderungan peningkataan dalam pengungkapan modal intelektual selama periode pengamatan. Penelitian tersebut juga menemukan bukti bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan modal intelektual dengan kapitalisasi pasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, VAIC merupakan komponen dari modal intelektual, VAIC terdiri dari CEE, HCE dan SCE yang masing-masing menggambarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kombinasi dari ketiga
36
komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, ketrampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam
mengelola ketiga komponen IC,
menunjukan semakin baik pula perusahaan dalam mengelola aset yang dimilikinya. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan dan tentu saja kinerja perusahaan akan semakin meningkat. Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior (Barney, 1991). Modal intelektual akan memberikan konteribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005). Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan sebelumnya, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: KK
VAIC T. sumber Daya
ICD T. Stakeholder
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.6.2. Pengembangan Hipotesis a. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD)
37
Hubungan antara penggunaan modal perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan dengan stakeholder theory. Stakeholder theory menyatakan bahwa para pemangku kepentingan di luar pemegang saham seperti pemerintah, investor, pelanggan, dan lain-lain berhak untuk mendapatkan informasiinformasi tertentu dari perusahaan. Berdasarkan teori ini, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Hal tersebut penting dilakukan karena keberlangsungan suatu perusahaan juga bergantung pada dukungan dari para stakeholder. Adanya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan mempengaruhi opini para stakeholder terhadap perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat pengungkapan yang dipublikasikan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut telah bersikap terbuka terhadap penggunaan modal yang dikelolanya guna menghasilkan suatu produk atau jasa. Hal ini akan menambah opini baik para stakeholder terhadap perusahaan dan akan meningkatkan nama baik perusahaan. Selain itu, hubungan antara CEE dengan kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan dengan resources based theory, dalam teori ini disebutkan bahwa dengan pengelolaan sumber daya perusahaan baik pengelolaan aset berwujud dan tidak berwujud secara efisien akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan adanya kinerja perusahaan yang meningkat, maka produktivitaspun akan meningkat, dan apabila hal ini diungkapkan dalam laporan keuangan, maka para stakeholder akan memberikan respon yang baik terhadap perusahaan tersebut.
38
Deegan (2004) menyebutkan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi. Ketika perusahaan melaporkan informasi secara akurat dan menyeluruh maka masyarakat maupun lingkungan memberikan respon yang baik terhadap keberadaan perusahan. Respon baik tersebut diwujudkan dalam bentuk loyalitas pelanggan atau masyarakat. Dan ketika perusahaan menjalankan aktivitasnya tidak memperhatikan norma dan batas-batas yang ada di masyarakat maka perusahaan akan menciptakan image yang buruk di mata masyarakat. Sehingga manajemen perusahaan akan mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2008: 583). Modal yang digunakan (Capital Employed/CE) didefinisikan sebagai modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003). Pengungkapan modal yang telah digunakan akan berpengaruh terhadap opini publik dalam hal ini para stakeholder dalam menilai apakah suatu perusahaan telah secara efisien memanfaatkan modal yang dimilikinya atau tidak. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H1
: Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap tingkat
Intellectual Capital Disclosure (ICD)
39
b. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD) Human capital merupakan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga perusahaan mampu bersaing dan bertahan dilingkungan bisnis yang dinamis. Dengan memiiki karyawan yang berkeahlian dan berketerampilan, maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menjamin keberlangsungan perusahaan tersebut. Meningkatnya kinerja perusahaan juga akan meningkatkan persepsi pasar. Seiring dengan meningkatnya kinerja dalam sebuah organisasi, maka pihak-pihak yang terlibat didalamnya akan merasa bangga atas pencapaian yang didapat sehingga akan terdorong untuk melaporkan pos sumber daya manusia yang dimilikinya karena besar kemungkinan akan mempengaruhi opini pihak luar tentang perusahaan tersebut. Resource based theory mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Teori ini memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan. Adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bekerja dengan efisien, maka produktivitas akan semakin meningkat. Apabila sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu perusahaan bagus, terbukti dengan meningkatnya produktivitas perusahaan, maka perusahaan akan terdorong untuk mengungkapkan pos penggunaan sumber daya manusia yang dimilikinya karena hal ini akan meningkatkan persepsi pasar yang baik terhadap perusahaan dan akan berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan.
40
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H2
: Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap tingkat
Intellectual Capital Disclosure (ICD) c. Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD) Structural Capital (SC) mencakup semua pengetahuan dalam perusahaan selain pengetahuan yang ada pada modal manusia, yang mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai materi (Bontis et al., 2000). Structural capital merupakan sarana pendukung human capital dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Karyawan yang sangat kompeten sekalipun tidak akan bisa bekerja secara maksimal apabila sarana dan prasarananya kurang mendukung. Dengan adanya karyawan dan sarana yang memadai tentu saja akan meningkatkan produktifitas perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Adanya sumber daya yang memadai selain sumber daya manusia mengindikasikan bahwa perusahaan sangat memanfaatkan SC yang dimilikinya guna menunjang produktifitas perusahaan. Selain itu hal ini akan menambah nilai bagi suatu perusahaaan apabila pihak luar dapat mengetahui informasi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang cenderung memiliki human capital dan structural capital yang cukup bagus akan mengungkapkannya pada laporan keuangan perusahaan karena hal ini terkait dengan kebutuhan para stakeholder yang berhak mendapatkan informasi perusahaan dan juga untuk menunjang nilai perusahaan tersebut.
41
Pengembangan dan pemanfaatan structural capital oleh organisasi akan membuat perusahaan memiliki sistem prosedur yang baik dalam memanfaatkan potensi serta teknologi yang ada dengan secara maksimal. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), seorang individu yang memiliki intelektual yang tinggi serta organisasi memiliki prosedur yang baik maka intellectual capitalnya dapat mencapai kinerja yang optimal. Menurut Margaretha dan Rukman (2006) dan Ulum, dkk (2008), structural capital yang tinggi dapat mendorong perusahaan menghasilkan keunggulan bersaing yang secara relatif menghasilkan kinerja keuangan yang lebih tinggi. Dengan adanya structural capital yang memadai dalam suatu perusahaan maka akan mendorong karyawannya untuk bekerja lebih efisien pula, akibatnya produktifitas akan meningkat dan tentu saja kinerja perusahaan semakin meningkat. Apabila kinerja suatu perusahaan meningkat maka akan mendorong perusahaan tersebut untuk melakukan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tan et. Al (2008) yang menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang. Rata-rata pertumbuhan modal intelektual berhubungan positif dengan kinerja perusahaan dimasa mendatang. Kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan industrinya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H3
: Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap tingkat
Intellectual Capital Disclosure (ICD)
42
d. Pengaruh kinerja keuangan perusahaan (ROA) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD) Leif Edvinsson dan Pat Sullivan (2000) mendefinisikan intellectual capital sebagai knowledge yang dapat dikonversikan menjadi nilai (Tobing, 2007). VAIC sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu CEE, HCE dan SCE. Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, ketrampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola komponen Intellectual Capital-nya menunjukan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior (Barney, 1991). Modal intelektual akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sulivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005). Hasil penelitian Sarayuth Saengchan (2007) di Thailand menunjukan bahwa VAIC (Value Added Intellectual capital) secara positif signifikan berkaitan dengan ROA. Semakin tinggi nilai VAICnya maka perusahaan dapat memperoleh ROA dengan lebih baik. Apabila kinerja perusahaan meningkat karena pemanfaatan VAICnya, maka perusahaan akan menginformasikan kepada pihak eksternal melalui laporan tahunan
43
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggungjawab untuk melaporkan kinerjanya kepada pihak eksternal. Hal ini sejalan pula dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa stakeholder berhak untuk mendapatkan informasi dari perusahaan, karena informasi yang didapat akan mempengaruhi opini mereka terhadap perusahaan dan akan berdampak pada kelangsungan perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H4: ROA berpengaruh positif signifikan terhadap ICD e. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE), kinerja keuangan perusahaan terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD) Teori stakeholder menyatakan bahwa para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. Dengan berpayung pada teori ini, maka prerusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan kinerjanya demi meningkatkan produktifitas dan kinerja perusahaan yang akan berpengaruh juga pada tingkat pengungkapannya. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha untuk terus memperbaiki
kinerjanya
agar
semakin
baik
sehingga
akan
meningkatkan
profitabilitas selain itu apabila kinerja perusahaan meningkat, maka para stakeholderpun akan merespon baik hal ini.
44
CEE (Capital Employed Efficiency) diperoleh jika modal yang digunakan lebih sedikit maka dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau modal yang digunakan lebih besar diiringi pula dengan penjulan yang semakin meningkat lagi. Modal yang digunakan merupakan nilai aset yang berkontribusi pada kemampuan perusahaan untk menghasilkan pendapatan. Sehingga apabila modal yang digunakan suatu perusahaan tersebut juga relatif besar maka mengakibatkan total aset perusahaan tersebut juga relatif besar, sehingga pendapatan perusahaan pun akan meningkat. Hal ini dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Hal ini berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik (Murdyanto, 2008). Semakin tinggi CEE suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Apabila kinerja keuangan suatu perusahaan terbukti baik, maka perusahaan dengan sangat bangga akan mempublikasikannya kepada publik, baik pos tangible asset maupun intangible assetnya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pengungkapan modal intelektual juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui (2003), Chen et al. (2007) membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai pasar perusahaan. Bertentangan dengan penelitian tersebut, dimana penelitian Solikhah dkk. (2010) serta Yuniasih dkk. (2010) tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai pasar perusahaan. Penelitian ini menambahkan variabel intervening (kinerja keuangan) untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung modal intelektual pada nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah:
45
H5
: Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap tingkat
Intellectual Capital Disclosure (ICD) melalui kinerja keuangan perusahaan. f. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), kinerja keuangan perusahaan terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD) HCE (Human Capital Efficiency) diperoleh jika gaji dan tunjangan yang lebih rendah dapat menghasilkan penjualan yang meningkat atau dengan gaji dan tunjangan yang lebih besar diiringi dengan penjualan yang semakin meningkat lagi. Gaji dan tunjangan yang lebih besar kepada karyawan diharapkan dapat memotivasi karyawan tersebut untuk meningkatkan produktivitasnya dalam proses produksi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik dalam perusahaan dapat meningkatkan produktivitas karyawan yang nantinya juga akan meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan (Imaningati, 2007). Produktivitas karyawan yang semakin meningkat menunjukan bahwa karyawan semakin baik dalam mengelola aset dan perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on asset (ROA). Semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih (Anita dan Rahadian, 2003). Semakin tinggi HCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu HCE berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian Shu-Lien Chang (2008) dalam semua kategori IT, secara statistik HCE, SCE dan CEE signifikan positif terhadap ROA. HC (Human Capital) diduga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, karena HC yang ada pada karyawan apabila dimanfaatkan dengan baik maka akan
46
mengahasilkan inovasi seperti produk dan jasa yang berbeda dengan yang lain. Produk dan jasa yang berbeda akan menarik minat konsumen sehingga menyebabkan penjualan terhadap produk tersebut meningkat sehingga akan mendorong meningkatnya kinerja keuangan, sehingga HC yang tinggi akan mendorong meningkatnya kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Firer dan Willams (2003) bahwa HC mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa apabila suatu peusahaan mempunyai sumber daya manusia yang kompeten, maka perusahaan cenderung akan mengungkapkan penggunaan sumber daya manusianya sebagai sarana untuk meningkatkan nilai pasar perusahaan dan mempengaruhi keputusan para stakeholder. Dengan adanya SDM yang kompeten dibidangnya tentu hal ini akan meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila kinerja perushaan meningkat, perusahaan akan dengan sangat bangga mengungkapkan laporan keuangannya secara lebih terbuka termasuk mengungkapkan modal intelektual yag telah digunakan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H6
: Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap tingkat
Intellectual Capital Disclosure (ICD) melalui kinerja keuangan perusahaan Penelitian ini, menguji dua komponen modal intelektual (CEE dan HCE) yang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapannya melalui ROA sebagai variabel intervening. Pemilihan dua komponen ini karena SCE bukanlah suatu ukuran yang independen. Ia dependen terhadap human capitalnya. Artinya semakin besar kontribusi HC terhadap value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC
47
(structural capital) dalam hal tersebut, sehingga SC tidak dapat berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut : (H2)
CEE (H1)
(H5)
HCE (H6)
ROA SCE
ICD
(H4)
(H3)
Gambar 2.2 Model Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang digunakan merupakan data sekunder
yang berasal dari laporan tahunan yang sudah
dipublikasikan secara resmi pada www.idx.com serta data keuangan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010 sampai 2013. Laporan tahunan yang diterbitkan berfungsi sebagai sumber informasi yang penting bagi banyak pemangku kepentingan yang ingin menilai kesehatan keuangan organisasi (Bontis, 2002). Penggunaan laporan tahunan karena laporan tahunan mewakili fokus, operasional dan
kinerja perusahaan secara menyeluruh. Bhasin
(2008) menyatakan bahwa laporan tahunan merupakan media yang ideal untuk menerapakan kerangka modal intelektual karena kemudahan dalam membandingkan posisi modal intelektual dan trend perusahaan, industry dan Negara. Laporan perusahaan juga merupakan proksi yang mampu mengukur pengungkapan modal intelektual (Abeysekera dan Guthrie, 2006). 3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan
yang
beroperasi di Indonesia yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pemilihan
48
49
sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu. Adapaun kriteria tersebut yaitu : 1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI ; 2. Menerbitkan laporan tahunan berturut-turut tahun 2011-2013 yang sudah diaudit dan dipublikasikan; 3. Tahun fiskal perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember. Adapun proses pemilihan sampel dilihat pada table berikut : Tabel 3.1. Pemilihan Sampel. No
Kriteria
Jumlah Perusahaan
1.
Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011, 2012, dan 2013
37
2.
Perusahaan perbankan yang berturut-turut menyajikan laporan keuangan yang telah di audit pada tahun 2011, 2012, dan 2013
30
3.
Jumlah sampel yang digunakan
30
4.
Tahun pengamatan
4
5.
Jumlah unit analisis
120
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 3.3. Variabel Penelitian dan Defini Operasional 3.3.1. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah modal intelektual (Intellectual Capital). Modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai (Williams, 2001 dalam Purnomosidhi 2006). Saat ini upaya memberikan penilaian terhadap modal intelektual merupakan hal yang penting.
50
Pulic (1998) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah Intelektual (Value Added Intellectual Coeffisient/VAIC) untuk menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan. VAIC adalah sebuah prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama. Nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara Total pendapatan (OUT) dan beban usaha (IN). Rumus untuk menghitung VA atau Value Added yaitu: VA
= OUT – IN
OUT
= Total pendapatan
IN
= Beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) mengukur efisiensi tiga
jenis input perusahaan: modal manusia, modal struktural serta modal fisik dan finansial, yaitu: a.
Modal yang digunakan (Capital Employed/CE) didefinisikan sebagai total modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Capital Efficiency Employed (CEE) yang merupakan indicator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal yang digunakan. Rumus untuk menghitung CEE yaitu: CEE = VA : CE CE = nilai buku aktiva bersih
51
b.
Modal manusia (Human Capital/HC) mengacu pada nilai kolektif dari modal intelektual perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Human Capital Efficiency (HCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal manusia. Rumus untuk menghitung HCE yaitu: HCE = VA : HC HC = Gaji dan tunjangan karyawan
c.
Modal struktural (Structural Capital/SC) dapat didefinisikan sebagai competitive intelligence, formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan dari waktu ke waktu (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003), diukur dengan Structural Capital Efficiency (SCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal struktural. Rumus untuk menghitung SCE yaitu: SCE = SC : VA SC = VA – HC
3.3.2. Variabel Intervening Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Variabel kinerja keuangan perusahaan menggunakan proksi profitabilitas ROE (Chen et al., 2005; Tan et al., 2007), ROA (Chen et al., 2005). ROA lebih dipilih daripada ROE karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah satu komponen dari VACA (Value Added Capital Efficiency). Jika menggunakan ROE, maka akan terjadi penghitungan ganda atas akun yang sama (yaitu ekuitas), dimana VACA (yang
52
dibangun dari ekuitas dan laba bersih) sebagai variabel intervening dan ROE(yang juga dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih menjadi variabel dependen. Return on total assets (ROA), merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al., 2005). ROA dikalkulasikan dengan formula: ROA = Laba bersih : Total aset 3.3.3. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital Disclosure (ICD). Pengukuran dari intellectual capital disclosure dalam penelitian ini mengacu pada informasi dari komponen-komponen IC yang dimiliki oleh setiap perusahaan dan dilaporkan dalam laporan tahunan perusahaan, dengan mengadopsi 58 komponen IC yang dikembangkan oleh Abdolmohammadi (2005) dalam Sir et al (2010). Komponen-komponen yang dimaksud diantaranya adalah: a. Merek terdiri dari 5 komponen, diantaranya adalah komponen yang mengenai ketenaran merek, pengembangan merek, goodwill, merek dagang, nama dan logo. b. Kompetensi sumber daya manusia terdiri dari 11 komponen, diantaranya adalah komponen yang mengenai kecerdasan, pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, kemampuan, motivasi, keahlian, softskills, daya pemikiran, spesialisasi, kualitas karyawan dan pelatihan. c. Budaya perusahaan terdiri dari 4 komponen, diantaranya dalah komponen yang mengenai budaya perusahaan, filosofi manajemen, kepemimpinan dan komunikasi dalam perusahaan. d. Database pelanggan terdiri dari 8 komponen, diantaranya dalah komponen yang mengenai kepuasan konsumen, ketenaran merek dalam pandangan konsumen,
53
kesetiaan konsumen, data mengenai pelanggan, mempertahankan ingatan konsumen mengenai merek, pelayanan konsumen, pendukung konsumen dan segmentasi pasar. e. Teknologi informasi terdiri dari 7 komponen, diantaranya adalah komponen yang mengenai penggunaan teknologi informaasi, jaringan kerja, perangkat lunak komputer, sistem operasi, pertukaran data elektronik, telekomunikasi serta sarana dan prasarana teknologi informasi f. Kekayaan intelektual terdiri dari 7 komponen, diantaranya adalah komponen yang mengenai proses kepemilikan intelektual, hak paten, hak cipta, aktiva tidak berwujud, perjanjian lisensi dan perjanjian waralaba g. Hubungan kerja terdiri dari 2 komponen, diantaranya adalah komponen mengenai relasi bisnis dan hubungan kerja sama h. Kepegawaian terdiri dari 7 komponen, diantaranya dalah komponen mengenai sumber daya manusia, kepuasan karyawan, kepegawaian, usaha perusahaan dalam mempertahankan karyawan, fleksibilitas waktu, telekomunikasi antar pegawai dan jenjang karir i. Proses kepemilikan terdiri dari 6 komponen, diantarnya adalah komponen yang mengenai inovasi dan kreativitas, sikap terbuka terhadap hal baru, proses kepemilikan, rahasia perdagangan, metodologi dan nilai tambah perusahaan j. Research dan development atau penelitian dan pengembangan terdiri dari komponen yang membahas mengenai penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan
54
Total keseluruhan jumlah kompone IC yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 58 komponen, dengan demikian maka pengukuran mengenai luas pengungkpan IC yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menghitung jumlah total komponen pengungkapan IC yang dilakukan perusahaan dibagi dengan total komponen pengungkapan IC yang berjumlah 58 komponen. Penelitian ini menggunakan teknik analisis konten dengan bentuk yang paling sederhana untuk mengukur pengungkapan modal intelektual yang dilakukan oleh perusahaan. Pemberian
skor untuk
item
pengungkapan dilakukan dengan
menggunakan skala dikotomi tidak tertimbang, dimana jika setiap kategori pengungkapan modal intelektual diungkapkan dalam prospektus akan diberi nilai satu (1) dan nol (0) jika item tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari tiap item dijumlahkan untuk memperoleh total skor pengungkapan untuk tiap perusahaan. Presentasi pengungkapan modal intelektual dihitung dengan rumus berikut: ICD =
∑ ∑
Dimana: ICD
= presentase pengungkapan modal intelektual perusahaan
Ditem
= total skor pengungkpan modal intelektual pada prospektus
perusahaan ADIitem
= total item dalam indeks pengungkapan modal intelektual.
55
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi
1.
Pengungkapan Modal Intelektual (ICD)
Pengungkapan item-item modal intelektual yang terdiri dari CEE, HCE dan SCE
Pengukuran
Skala Data
Score = ( Rasio ΣijDitem/ΣijADItem)
Ket : di = 1 jika item ICD diungkapkan dalam laporan tahunan dan 0 jika tidak diungkapkan dalam laporan tahunan. M = Total jumlah item yang diungkapkan (58 item) 2.
CEE ( Capital Employed Efficiency)
Rasio total modal yang dimanfaatkan CEE = VA : CE dalam aset tetap dan lancar VA = output-input suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003) CE = nilai buku aktiva bersih
3.
HCE (Human Capital Efficiency)
Kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah yang dikeluarkan pada modal manusia
HCE = VA : HC
SCE (Structural Capital Efficiency)
competitive intelligence, formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang
SCE = SC : VA
4.
Rasio
HC = Gaji dan tunjangan karyawan
SC = VA – HC
Rasio
56
telah diciptakan dari waktu ke waktu (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003) 5.
Kinerja keuangan kinerja adalah suatu prestasi perusahaan yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya
ROA=
Rasio
Laba bersih : Total aset
3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumentasi laporan tahunan dan laporan keuangan auditan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2013, yang memuat informasi tentang sumber daya manusia dan tekhnologi serta informasi keuangan yang lengkap. 3.5. Metode Analisis Data 3.5.1. Statistik Deskriptif Pengujian statistik dilakukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi variabel – variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari penentuan nilai rata – rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standard deviasi masing-masing variabel eksogen, variabel endogen dan variabel intervening. 3.5.2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (path analysis). Menurut Ghozali (2014 : 21) Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Regresi
57
dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness-of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness-of-fit. Menurut Ghozali (2014:66), Goodness-of-fit mengukur kesesuaian input observasi atau sesungguhnya (matrik kovarian atau korelasi) dengan prediksi dari model yang diajukan (proposed model). Ada tiga jenis ukuran goodness-of-fit yaitu: 1.
Absolute Fit Measures Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (Ghozali, 2014:66).
Dalam Absolute fit measures terdapat beberapa pengukuran, yaitu : a. Chi-Square Statistic Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chi-square. Nilai chisquare yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α). Sebaliknya nilai chi-square yang kecil akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi (Ghozali, 2014:66). b. CMIN Nilai Chi-Square sangat sensitif terhadap besarnya sampel. Ada kecenderungan nilai chi-square akan selalu signifikan.Oleh karena itu, jika nilai Chi-Square
58
signifikan, maka dianjurkan untuk mengabaikan dan melihat ukuran goodness fit lainnya (Ghozali, 2014:67). c. CMIN/DF CMIN/DF adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit (Ghozali, 2014:67). d. GFI Nilai GFI (goodness of fit index) berada pada rentang 0 (poor fit) sampai 1.00 (perfect fit). Nilai GFI yang lebih tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit (Ghozali, 2014:67). e. RMSEA Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi-square yang menolak model dengan jumlah sample besar.Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima (Ghozali, 2014:67). 2. Incremental Fit Measures Incremental Fit Measures yakni ukuran untuk membandingkan proposed model dengan model lainnya yang dispesifikasi oleh peneliti (Ghozali, 2014:66). Incremental Fit Measures membandingkan proposed model dengan based line model sering disebut null model. Null model merupakan model realistic dimana model –
59
model yang lain harus diatasnya (Ghozali, 2014:68). Terdapat beberapa pengukuran, yaitu : a. AFGI Adjusted Goodness of fit merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah sama tau > 0,90 (Ghozali, 2014:68). b. TLI c. Tucker Lewis Index menggabungkan ukuran parsimory kedalam indek komparasi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berksiar dari 0 sampai 1,0. Nilai TLI yang direkomendasikan adalah sama atau > 0,90 (Ghozali, 2014:68). d. NFI Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (not fit at all) sampai 1,0 (perpect fit). Sepertinya halnya TLI tidak ada nilai absolute yang digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan sama atau > 0,90 (Ghozali, 2014:68). 3. Parsimonious Fit Measures Parsimonious Fit Measures merupakan adjusment terhadap pengukuran fit untuk dapat diperbandingkan antar model dengan jumlah koefisien berbeda (Ghozali, 2014:66). Ukuran ini menghubungkan goodness of fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuannya adalah untuk mendiagnosa apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien (Ghozali, 2014:68). Terdapat beberapa pengukuran, yaitu:
60
a. PNFI PNFI (Parsimonius Normal Fit Index) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlah degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utamanya adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan (Ghozali,2014:69). b. PGFI Parsimonious Goodness of fit Index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimory estimate model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1,0 dengan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimory (Ghozali,2014:69). 4. Struktural Model Fit Untuk menilai struktural model fit melibatkan signifikansi dari koefisien. Dengan tingkat signifikansi tertentu yakni 0,05 maka kita dapat menilai signifikansi masing – masing koefisien secara statistik (Ghozali,2014:70). Analisis jalur digunakan karena diduga terdapat hubungan korelasional antar variabel bebas, sehingga terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, penelitian ini memilih menggunakan path analysis dengan AMOS 21. Penelitian ini menggunakan path analysis sehingga perlu adanya pengujian kelayakan model sebagai acuan., dengan standar yang dijelaskan sebelumnya yang terkemas dalam tabel 4.4 sebagai berikut :
61
Tabel 3.3. Index Pengujian Kelayakan Model Goodness of Fit Index Cut of Value X2 – Chi Square
Kecil
Significance Probability
≥ 0,05
RMSEA
≥ 0,05
GFI
≥ 0,90
AGFI
≥ 0,90
CMIN/DF
≤ 2,00
TLI
≥ 0,90
CFI
≥ 0,90
Sumber: Amos 21, 2015 3.5.3. Uji Deteksi Pengaruh Mediasi (Intervening) Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dalam Ghozali (2013:248) dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel Test). Uji Sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel eksogen (X) kepada variabel endogen (Y) melalui variabel intervening (M). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c – c‟), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, sedangkan c‟ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M. Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, besarnya standar error tidak langsung (indirect effect) Sab dihitung dengan rumus berikut ini : Sab
√
62
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut: t = ab Sab Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel dan jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2013:255).
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh intellectual capital yang terdiri dari Capital Employed Efficiency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE) dan Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual (Intellectual Capital Disclosure/ ICD) dengan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROA sebagai variabel intervening pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan, peneliti dapat meringkas hasil pada penelitian sebagai berikut: 1. CEE berpengaruh negatif terhadap tingkat ICD. Hal ini berarti CEE tidak bisa menjadi salah satu komponen modal intelektual yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pengungkapannya. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa CEE berpengaruh positif dan signifikan terhadap ICD ditolak. 2. HCE tidak bisa menjadi salah satu indikator modal intelektual yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan modal intelektualnya. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa HCE berpengaruh terhadap ICD tidak dapat diterima. 3. SCE terbukti tidak signifikan dalam mempengaruhi tingkat ICD, hal ini berarti SCE sebagai salah satu komponen modal intelektual tidak dapat dijadikan indikator variabel yang dapat mempengaruhi ICD. Sehingga
87
88
hipotesis yang menyatakan bahwa SCE berpengaruh positif dan signifikan terhadap ICD tidak dapat diterima. 4. Kinerja keuangan perusahaan yang dalam penelitian ini diproksikan dengan ROA terbukti berpengaruh positif dan signifikan dalam mempengaruhi ICD. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ICD dapat diterima. 5. Pengaruh tidak langsung CEE terhadap ICD lebih besar apabila melalui ROA dibandingkan dengan pengaruh langsungnya. Sehinggan ROA dinyatakan efektif dalam menjembatani pengaruh CEE terhadap ICD. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa CEE berpengaruh positif dan signifikan melalui ROA dapat diterima. 6. Pengaruh langsung HCE terhadap ICD lebih besar dibandingkan jika melalui ROA sebagai variabel intervening. Hal ini berarti adanya ROA sebagai variabel intervenig tidak dapat memperkuat hubungan antara HCE terhadap ICD. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa HCE berpengaruh positif dan signifikan melalui ROA sebagi variabel intervening ditolak. 5.2. Saran Berdasarkan pembahasan di muka, maka saran yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pada penelitian ini, ketiga komponen modal intelektual; Capital Employed Efficency (CEE), Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE) terbukti tidak dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan
89
modal intelektual, sehingga dalam penelitian selanjutnya diharapkan agar mengganti variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan modal intelektualnya. 2. Dari hasil penelitian, CEE terbukti dapat mempengaruhi tingkat ICD melalui ROA sebagai variabel intervening. Sehingga upaya untuk memaksimalkan tingkat
pengungkapan
modal
intelektual
dapat
dilakukan
dengan
meningkatkan kinerja perusahaan yaitu dengan memaksimalkan pengelolaan CEE secara efektif agar kinerja keuangan meningkat sehingga akan mempengaruhi tingkat pengungkapannya. 3. Pada penelitian ini, hipotesis 1, 3, 4 dan 5 terbukti tidak siginifikan terhadap ICDnya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan proksi lain dalam pengukurannya dan mempertimbangkan rujukan teori-teori yang bisa menjelaskannya.
90
DAFTAR PUSTAKA Abdolmohammadi, M.J. 2005. “Intellectual capital disclosure and market capitalization”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 No. 3. pp. 397-416. Abidin. 2000. “Upaya Mengembangkan Ukuran-ukuran Baru”. Media Akuntansi. Edisi 7. Thn. VIII. pp. 46-47. Accounting Principles Board. 1970. “Intangible Assets, APB Opinion 17”. American Institute of Certified Public Accountants, New York, NY. Accounting Standards Board. 1997. “Goodwill and Intangible Assets, FRS 10”. Accounting Standards Board, London. Accounting Principles Board. 1970. “Intangible Assets, APB Opinion 17”. American Institute of Certified Public Accountants, New York, NY. Accounting Standards Board. 1997. “Goodwill and Intangible Assets, FRS 10”. Accounting Standards Board, London. Agnes, U. W. 2008. Sebuah Tinjauan Akuntansi atas Pengukuran dan Pelaporan Knowledge. Paper disajikan pada The 2nd National Conference UKWMS. Surabaya: 6 September. Astuti, Pratiwi Dwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance. Jurnal MAKSI. Vol 5, 34-58. Boedi, Soelistijono (2008). “Pengungkapan Intellectual Capital dan Kapitalisasi Pasar (Studi Empiris pada Perusahaan Publik di Indonesia)”. Thesis. Universitas Diponegoro. Bontis, N. 1998a. “Intellectual capital questionnaire”. Available online at: www.bontis.com. (accessed Desember 2014). Bornemann and K.H. Leitner. 2002. “Measuring and reporting intellectual capital: the case of a research technology organisation”, Singapore Management Review. Vol. 24 No. 3. pp. 7-19. Botosan, C. (1997). Disclosure level and the cost of equity capital. Accounting Review 72 (3): 323-350. Chen, Ming-Chin, Cheng, Shu-Ju & Hwang Yuhchang (2005). “An Empirical Investigation of the Relationship Between Intellectual Capital and Firms‟
91
Market Value and Financial Performance”. Journal of Intellectual Capital. page 159-176. Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney. Firer, Steven & Williams, Mitchell S. (2003). “Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance”. Journal of Intellectual Capital. page 348-360. Freeman, R.E., and Reed. 1983. “Stockholders and stakeholders: a new perspective on corporate governance”. Californian Management Review. Vol 25. No. 2. pp. 88-106. Guthrie, J., and L.D. Parker. 1989. “Corporate social reporting: a rebuttal of legitimacy theory”. Accounting and Business Research. Vol. 19 No. 76. pp. 343-52. Guthrie, J., Petty R., Yongvanich K. & Ricceri, F. (2004). “Using Content Analysis as a Research Method to Inquire into Intellectual Capital Reporting”. Journal of Intellectual Capital. page 282. Harrison, S., and P.H. Sullivan. 2000. “Profitting form intellectual capital; Learning from leading companies”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 1. pp. 33- 46. Healy, P. M., dan K. G. Palepu, (1993), The Effect of Firms' Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. Accounting Horizons 7 (1): 1-11. Holland, J. (2002), Fund Management, Intellectual Capital, Intangibles and Private Disclosure. Working Paper, University of Glasgow, UK. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19. Salemba Empat. Jakarta Imaningati. 2007. Pengaruh Intellectual Capital pada Nilai Pasar Perusahaan dan Kinerja Perusahaan. Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. International Accounting Standards Board. 2004. “Summary of IAS 38”. Available online at: www.iasplus.com. (accessed Desember 2014)
92
International Federation of Accountants. 1998. “The Measurement and Management of Intellectual Capital”. available online at: www.ifac.org. (accessed Desember 2014). Kamath, G.B. 2007. “The intellectual capital performance of Indian banking sector”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 1. pp. 96-123. Kamath, Bharathi (2008). “Intellectual Capital Disclosure in India: Content Analysis of “TecK” Firms”. Journal of Human Resource Costing & Accounting. page 213-224. Kaplan, R.S. and D.P. Norton. 1992. “The balanced scorecard – measures that drive performance”. Harvard Business Review. Vol. 70 No. 1. pp. 71-9. Kuryanto, Benny & Muchamad Syafrudin. 2008. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Mavridis, D.G. 2004. The Intellectual Capital Performance of the Japanese Banking Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5 No. 3. pp. 92-115. Najibullah, Syed. December 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance in Context of Commercial Banks of Bangladesh. School of Business Independent University, Bangladesh. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). 1999. International Symposium on Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experience, Issues and Prospects. Amsterdam, 9-11 June 1999. Petty, P. and J. Guthrie. 2000. “Intellectual capital literature review: measurement, reporting and management”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 2. pp. 155-75. Petty, Richard, Cuganesan, Suresh, Finch, Nigel & Ford, Guy (2009). “Intellectual Capital and Valuation: Challenges in the Voluntary Disclosure of Value Drivers”. Working Paper Series, http://ssrn.com/abstract=1490208 Pulic, A. 1998. “Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy”. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.
93
_______. 1999. “Basic information on VAIC™”. www.vaicon.net. (accessed Desember 2014).
available
online
at:
_______. 2000. “VAICTM – an accounting tool for IC management”. available online at: www.measuring-ip.at/Papers/ham99txt.htm (accessed Desember 2014). _______, and Kolakovic, M. 2003. “Value creation efficiency in the new economy”. available online at: www.vaic-on.net. (accessed Desember 2014). _______. Ante dan Kolakovic, Marko. (1998). “Value Creation Efficiency in the New Economy”, http://www.vaic-on.net/download/Papers. Partiwi, Dwi Astuti dan Sabeni, Arifin. 15-16 September 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance dengan Diamond Specification: Sebuah Perspektif Akuntansi. SNA VIII Solo. Puntillo, Pina. 2009. Intellectual Capital and business performance. Evidence from Italian banking industry. Purnomosidhi, Bambang. Januari 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 9, No. 1, Hal. 1-20. Riahi-Belkaoui, A. (2003). “Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: a Study of the Resource-based and Stakeholder Views”. Journal of Intellectual Capital. page 215-226. Saengchan, Sarayuth. 2008. The Role of Intellectual Capital in Creating Value in the Banking Industry. Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research).” Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5, No. 1, 31-51. Sihotang, Parulian & Sanjaya, Yulia (2009). “Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from Indonesia”. Indonesian Capital Market Review,page 125-152. Sullivan Jr., P.H. and P.H. Sullivan Sr. 2000. “Valuing intangible companies, an intellectual capital approach”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 4. pp. 328-340.
94
Susanto, AB. Mei 2007. Resource-Based Versus Market-Based. Eksekutif no.333. Halaman 24-25. Suwardjono. 1986. Seri Teori Akuntansi: No. 1 Pokok-pokok Pikiran Paton & Littleton Tentang Prinsip Akuntansi Untuk Perseroan. Yogyakarta: BPFE. Sveiby, K. E. 2001. Method for measuring intangible assets. available online at: www.sveiby.com/articles Tan, How Peng, Plowman, David & Hancock Phil (2007). “Intellectual Capital and Financial Return of Companies”. Journal of Intellectual Capital. page 1. Ulum, Ihyaul (2009), Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris, Edisi 1, Graha Ilmu. Welker, M. (1995). 'Disclosure Policy, Information Asymmetry and Liquidity in Equity Markets', Contemporary Accounting Research 11: 801-828. Watts, R.L. and J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall. Englewood Cliffs. NJ.
95
LAMPIRAN
96
LAMPIRAN 1 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
97
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kode Saham AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BINA BJBR
15
BJTM
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
BKSW BMAS BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC DNAR INPC MAYA MCOR MEGA
No
Nama Emiten Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Ina Perdana Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Maspion Indonesia Tbk Bank Manndiri (Persero)Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Dinar Indonesia Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk
Tanggal IPO 8 /08/ 2003 08/10/2007 08/01/2008 31/05/2000 10/07/2006 25/ 11/1996 10/01/2001 10 /11/2003 17/12/2009 25/06/1997 06/12/1989 13/07/2001 16/01/2014 08/07/2010 12/07/2012 21/ 11/2002 11/07/2013 14/07/2003 31/12/1999 29/11/1989 21/11/ 1989 15/01/1990 13/12/2010 01/05/2002 12/03/2008 30/06/1999 11/07/2014 29/08/1990 29/08/1997 03/07/2007 17/04/2000
98
No 32 33 34 35 36 37
Kode Saham NAGA NISP NOBU PNBN PNBS SDRA
Nama Emiten Bank Mitraniaga Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Nationalnobu Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Pan Indonesia Syariah Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Tanggal IPO 09/07/2013 20/10/1994 20/05/2013 29/12/1982 15/01/2014 15/12/2006
99
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN MODAL INTELEKTUAL
100
LAMPIRAN 2 PENGUKURAN MODAL INTELEKTUAL Kode No. Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA
Tahun
Value Added (VA)
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
70012,129 194488,748 399373,175 665985 20414592 1047443 8229838 142718,934 19653587 -226786 -226786 6822515 -201318 1687105 72491,30638 15082621 86991,29481 3971423
Capital Employed Efficiency (CEE) 0,022924035 0,022437716 0,090778916 0,030943921 0,062926609 0,022056369 0,033107332 0,027018561 0,048613126 0,057717 -0,021030077 0,057716883 -0,12891596 0,038832497 0,027989835 0,033533736 0,032690569 0,027645974
Human Capital Efficiency (HCE) 1,250542289 1,169607683 12,06802432 1,80024166 4,492043874 1,882850656 1,994319349 1,807469499 2,265354891 1,777273 -1,510688045 1,777273303 -4,620564609 2,420940478 1,309050883 2,599477989 1,599053863 1,994415128
Structural Capital Efficiency (SCE) 0,200346914 0,145012456 0,917136395 0,444519021 0,777384187 0,468890431 0,498575792 0,446740318 0,558568062 0,43734 1,661950032 0,437340336 1,216423767 0,586937387 0,236087754 0,615307379 0,374630197 0,498599872
101
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Value Added (VA)
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
2102379 3356188 205711 56131,19131 2483666,033 301277,3153 247309,951 92979 1721747 1137483 2119566 131952,0924 111897,945 215503,941 110313 777226 18819936 1822693 10483732 189070,92 23240283 2398160
Capital Employed Efficiency (CEE) 0,027983054 0,045468522 0,018314434 0,035744798 0,24101907 0,017656664 0,024480589 0,02135259 0,033369156 0,025575887 0,019454849 0,040653646 0,03214391 0,02952179 0,023496152 0,032251267 0,049278671 0,033174839 0,03633726 0,028793212 0,049458009 0,026908895
Human Capital Efficiency (HCE) 1,33802704 2,618013043 1,979798855 2,656487625 46,7388632 1,384495109 1,451726637 1,437389853 2,236188984 1,393125756 3,005240398 1,832381785 1,585442376 1,198558356 2,430069391 1,72563116 3,616187123 3,21383823 2,228436762 1,563536757 2,671036854 1,814587005
Structural Capital Efficiency (SCE) 0,252630948 0,618030933 0,494898182 0,623563087 0,978604529 0,277715036 0,311165081 0,304294518 0,552810605 0,282189712 0,667247918 0,454262202 0,369261214 0,165664321 0,588489117 0,420501887 0,723465638 0,688845571 0,551254935 0,360424374 0,625613552 0,448910415
102
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Value Added (VA)
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012
109382 7739443 187531 1725347 250922 17048065 102372,3701 5448630 2590316 2667347 770282 70301,3407 192625,486 342319 402105,268 108481 2064076 1669298 3048768 187886 154054,691 224343,691
Capital Employed Efficiency (CEE) 0,065225662 0,054391194 0,03129147 0,031687595 0,069820472 0,030890236 0,034548512 0,032665426 0,02728972 0,026324927 0,046239144 0,033791772 0,016320649 0,017842649 0,03104772 0,001752265 0,033340469 0,027898635 0,024437959 0,03694353 0,038131026 0,030178857
Human Capital Efficiency (HCE) 0,684565943 1,753752882 0,523388092 2,262299188 1,017835919 2,519491327 1,713408943 1,687376551 1,349671221 1,765906483 5,315002139 2,948327083 1,246203672 1,41530746 1,812030217 1,313265701 1,936214221 1,758353321 3,48496345 1,992048177 2,130029892 1,240206994
Structural Capital Efficiency (SCE) -0,460779653 0,429794237 -0,910628109 0,557971817 0,017523374 0,603094486 0,416368168 0,407364053 0,259078815 0,433718598 0,811853321 0,660824606 0,197562949 0,293439745 0,448132823 0,238539468 0,483528223 0,431286086 0,713052945 0,498004109 0,530523021 0,193682986
103
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Value Added (VA)
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
104946 784830 18053489 2065100 11921232 238431,739 28292927 2973767 433139 9245328 825977 2160644 208566 23932241 123831,715 7153861 3775512 3809189 1240604 73954,35685 363817,243 413924
Capital Employed Efficiency (CEE) 0,018521483 0,03094109 0,040753331 0,032902759 0,037076089 0,029033815 0,051316958 0,026611225 0,028421025 0,059344312 0,107507961 0,030499961 0,044904529 0,037651883 0,035547905 0,036238139 0,03261136 0,02890159 0,081877828 0,029107397 0,025348101 0,020133695
Human Capital Efficiency (HCE) 1,816743413 1,45895453 2,933158201 3,098303742 2,324207019 1,558357945 2,945477962 1,999926695 2,219234021 1,790557001 1,361876936 2,233593152 1,291902305 2,974532161 1,684229667 2,482510695 1,682418504 1,964214297 5,463747627 2,573224735 3,236635351 1,475270427
Structural Capital Efficiency (SCE) 0,449564538 0,314577679 0,659070554 0,677242749 0,569745728 0,358298905 0,660496526 0,499981673 0,549394074 0,441514568 0,265719263 0,552290891 0,225947662 0,663812678 0,406256748 0,597181997 0,405617569 0,490890581 0,816975441 0,611382564 0,691037175 0,322158174
104
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Value Added (VA)
85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106
MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
525349,524 169131 2541577 2021281 3682396 221926 151611,901 83399,015 125906 910979 19868926 2092428 9487274 281001,705 33584633 3323618 -890951 9789644 899886 2642330 249882 28426400
Capital Employed Efficiency (CEE) 0,03060309 0,002593274 0,038969822 0,025540013 0,024748513 0,029119145 0,029588179 0,010213127 0,017635682 0,031686048 0,040033735 0,031614998 0,025591747 0,02814031 0,053633901 0,0253383 -0,061124126 0,053136045 0,099952639 0,037237821 0,022618638 0,038775623
Human Capital Efficiency (HCE) 2,02270166 1,580840842 2,183175924 1,723476351 2,675343282 1,698110031 1,777728631 0,232900745 1,72193274 1,673332599 2,894398141 2,395751731 1,755172123 1,598710913 2,745638446 2,060325375 -3,917559635 1,713605948 1,28125921 2,087242475 2,74598622 3,01403714
Structural Capital Efficiency (SCE) 0,505611717 0,36742525 0,54195171 0,419777359 0,626216192 0,41111001 0,437484449 -3,293674548 0,419257224 0,402390176 0,65450503 0,582594479 0,430255308 0,374496044 0,635785986 0,514639769 1,255260952 0,416435266 0,219517806 0,520898979 0,635832113 0,668219085
105
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Value Added (VA)
107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
132590,2077 7206437 3909504 4318696 1329468 113961,038 417206,257 544023 668066,963 185973 1646955 2359832 4047413 249656
Capital Employed Efficiency (CEE) 0,032773344 0,03292619 0,027816395 0,026042295 0,076198391 0,031644102 0,021761963 0,025675291 0,027818075 0,002797609 0,024775295 0,024197316 0,024670987 0,030331769
Human Capital Efficiency (HCE) 1,514396376 32,35372791 1,659403133 2,063252036 4,715228124 3,467172225 2,699144232 1,71024785 2,205712398 1,606608786 1,467642805 1,737880916 3,680232521 1,5175734
Structural Capital Efficiency (HCE) 0,339670897 0,969091661 0,397373682 0,515328238 0,787921184 0,711580523 0,629512203 0,415289427 0,546631736 0,377570938 0,3186353 0,424586581 0,728278038 0,341053289
106
LAMPIRAN 3 PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN (ROA)
107
LAMPIRAN 3 PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN (ROA) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kode Perusahaan AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA
Tahun
ROA
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011
0,67 0,24 0,74 1,78 3,5 1,65 2,5 1,4 4,64 2,05 2,3 2,79 -12,9 3,15 0,17 3,4 3,47 2,75 1,01 1,9 0,84 2,93 1,71 0,76 7,28 1,11 2,45 1,09 1,87 2,78 1,39 -1,64 0,84
108
No. 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Kode Perusahaan BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI
Tahun
ROA
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
1,49 3,8 1,87 2,9 1,53 4,93 2,03 2,17 2,5 4,75 2,65 0,46 3,37 2,11 2,85 1,13 1,66 1,07 3,66 2,65 0,72 2,07 0,96 2,29 1,81 2,02 3 1,63 0,09 1,32 1,02 3,6 1,83 2,9 1,57 5,15
109
No. 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
Kode Perusahaan BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW
Tahun
ROA
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
1,94 1,06 2,7 0,98 2,46 -0,81 3,55 2,47 3,18 1,62 1,7 1,74 3,14 2,17 0,66 2,41 2,04 2,74 1,79 1,96 2,78 1,66 -0,93 1,59 1,19 3,8 1,75 3,4 1,58 5,03 1,79 7,58 2,6 1,23 2,61 0,07
110
No. 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Kode Perusahaan BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Tahun
ROA
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
3,66 2,05 2,76 1,71 1,55 1,71 3,8 1,99 1,39 2,53 1,74 1,74 1,91 1,85 2,23
111
LAMPIRAN 4 PENGUKURAN INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE (ICD)
112
LAMPIRAN 4 PENGUKURAN INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Tot. Skor Pengungkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011
20 12 25 23 28 28 32 13 29 30 15 21 20 29 7 20 20 27 35 30 25 26 27 25 23 24 25 22 25 25 23
Tot. Item dalam Indeks Pengungkapan 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58
Tot. Item Pengungkapan 0,344827586 0,206896552 0,431034483 0,396551724 0,482758621 0,482758621 0,551724138 0,224137931 0,5 0,517241379 0,25862069 0,362068966 0,344827586 580,5 0,120689655 0,344827586 0,344827586 0,465517241 0,603448276 0,517241379 0,431034483 0,448275862 0,465517241 0,431034483 0,396551724 0,413793103 0,431034483 0,379310345 0,431034483 0,431034483 0,396551724
113
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Tot. Skor Pengungkapan
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012
6 27 23 28 28 33 11 31 30 17 22 21 29 9 17 17 32 35 29 24 26 27 25 24 24 26 23 26 25 19 13 27 23 28 28
Tot. Item Tot. Item dalam Indeks Pengungkapan Pengungkapan 58 0,103448276 58 0,465517241 58 0,396551724 58 0,482758621 58 0,482758621 58 0,568965517 58 0,189655172 58 0,534482759 58 0,517241379 58 0,293103448 58 0,379310345 58 0,362068966 58 0,5 58 580,155172414 58 0,293103448 58 0,293103448 58 0,551724138 58 0,603448276 58 0,5 58 0,413793103 58 0,448275862 58 0,465517241 58 0,431034483 58 0,413793103 58 0,413793103 58 0,448275862 58 0,396551724 58 0,448275862 58 0,431034483 58 0,327586207 58 0,224137931 58 0,465517241 58 0,396551724 58 0,482758621 58 0,482758621
114
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Tot. Skor Pengungkapan
67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
34 15 32 31 20 24 22 29 14 20 29 28 35 30 28 32 29 26 25 25 25 26 28 25 22 24 27 23 28 28 33 13 30 32 21
Tot. Item dalam Indeks Pengungkapan 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58
Tot. Item Pengungkapan 0,586206897 0,25862069 0,551724138 0,534482759 0,344827586 0,413793103 0,379310345 0,5 0,24137931 0,344827586 0,5 0,482758621 0,603448276 0,517241379 0,482758621 0,551724138 0,5 0,448275862 0,431034483 0,431034483 0,431034483 0,448275862 0,482758621 0,431034483 0,379310345 0,413793103 0,465517241 0,396551724 0,482758621 0,482758621 0,568965517 0,224137931 0,517241379 0,551724138 0,362068966
115
No.
Kode Perusahaan
Tahun
Tot. Skor Pengungkapan
102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
24 21 29 14 26 29 28 35 30 30 34 30 25 24 25 27 29 28 25
Tot. Item dalam Indeks Pengungkapan 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58 58
Tot. Item Pengungkapan 0,413793103 0,362068966 0,5 0,24137931 0,448275862 0,5 0,482758621 0,603448276 0,517241379 0,517241379 0,586206897 0,517241379 0,431034483 0,413793103 0,431034483 0,465517241 0,5 0,482758621 0,431034483
116
LAMPIRAN 5 TABULASI KESELURUHAN DATA PENELITIAN
117
LAMPIRAN 5 TABULASI KESELURUHAN DATA PENELITIAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Kode Perusahaan AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII
Tahun
CEE
HCE
SCE
ROA
ICD
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
0,022924035 0,022437716 0,090778916 0,030943921 0,062926609 0,022056369 0,033107332 0,027018561 0,048613126 0,057717 -0,021030077 0,057716883 -0,12891596 0,038832497 0,027989835 0,033533736 0,032690569 0,027645974 0,027983054
1,250542289 1,169607683 12,06802432 1,80024166 4,492043874 1,882850656 1,994319349 1,807469499 2,265354891 1,777273 -1,510688045 1,777273303 -4,620564609 2,420940478 1,309050883 2,599477989 1,599053863 1,994415128 1,33802704
0,200346914 0,145012456 0,917136395 0,444519021 0,777384187 0,468890431 0,498575792 0,446740318 0,558568062 0,43734 1,661950032 0,437340336 1,216423767 0,586937387 0,236087754 0,615307379 0,374630197 0,498599872 0,252630948
0,67 0,24 0,74 1,78 3,5 1,65 2,5 1,4 4,64 2,79 2,3 2,79 -12,9 3,15 0,17 3,4 3,47 2,75 1,01
0,344827586 0,206896552 0,431034483 0,396551724 0,482758621 0,482758621 0,551724138 0,224137931 0,5 0,517241379 0,25862069 0,362068966 0,344827586 0,5 0,120689655 0,344827586 0,344827586 0,465517241 0,603448276
118
No. 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Kode Perusahaan BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN
Tahun
CEE
HCE
SCE
ROA
ICD
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
0,045468522 0,018314434 0,035744798 0,24101907 0,017656664 0,024480589 0,02135259 0,033369156 0,025575887 0,019454849 0,040653646 0,03214391 0,02952179 0,023496152 0,032251267 0,049278671 0,033174839 0,03633726 0,028793212 0,049458009 0,026908895 0,065225662 0,054391194
2,618013043 1,979798855 2,656487625 46,7388632 1,384495109 1,451726637 1,437389853 2,236188984 1,393125756 3,005240398 1,832381785 1,585442376 1,198558356 2,430069391 1,72563116 3,616187123 3,21383823 2,228436762 1,563536757 2,671036854 1,814587005 0,684565943 1,753752882
0,618030933 0,494898182 0,623563087 0,978604529 0,277715036 0,311165081 0,304294518 0,552810605 0,282189712 0,667247918 0,454262202 0,369261214 0,165664321 0,588489117 0,420501887 0,723465638 0,688845571 0,551254935 0,360424374 0,625613552 0,448910415 -0,460779653 0,429794237
1,9 0,84 2,93 1,71 0,76 7,28 1,11 2,45 1,09 1,87 2,78 1,39 -1,64 0,84 1,49 3,8 1,87 2,9 1,53 4,93 2,03 2,17 2,5
0,517241379 0,431034483 0,448275862 0,465517241 0,431034483 0,396551724 0,413793103 0,431034483 0,379310345 0,431034483 0,431034483 0,396551724 0,103448276 0,465517241 0,396551724 0,482758621 0,482758621 0,568965517 0,189655172 0,534482759 0,517241379 0,293103448 0,379310345
119
No. 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
Kode Perusahaan BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA
Tahun
CEE
HCE
SCE
ROA
ICD
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012
0,03129147 0,031687595 0,069820472 0,030890236 0,034548512 0,032665426 0,02728972 0,026324927 0,046239144 0,033791772 0,016320649 0,017842649 0,03104772 0,001752265 0,033340469 0,027898635 0,024437959 0,03694353 0,038131026 0,030178857 0,018521483 0,03094109 0,040753331
0,523388092 2,262299188 1,017835919 2,519491327 1,713408943 1,687376551 1,349671221 1,765906483 5,315002139 2,948327083 1,246203672 1,41530746 1,812030217 1,313265701 1,936214221 1,758353321 3,48496345 1,992048177 2,130029892 1,240206994 1,816743413 1,45895453 2,933158201
-0,910628109 0,557971817 0,017523374 0,603094486 0,416368168 0,407364053 0,259078815 0,433718598 0,811853321 0,660824606 0,197562949 0,293439745 0,448132823 0,238539468 0,483528223 0,431286086 0,713052945 0,498004109 0,530523021 0,193682986 0,449564538 0,314577679 0,659070554
4,75 2,65 0,46 3,37 2,11 2,85 1,13 1,66 1,07 3,66 2,65 0,72 2,07 0,96 2,29 1,81 2,02 3 1,63 0,09 1,32 1,02 3,6
0,362068966 0,5 0,155172414 0,293103448 0,293103448 0,551724138 0,603448276 0,5 0,413793103 0,448275862 0,465517241 0,431034483 0,413793103 0,413793103 0,448275862 0,396551724 0,448275862 0,431034483 0,327586207 0,224137931 0,465517241 0,396551724 0,482758621
120
No. 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
Kode Perusahaan BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP
Tahun
CEE
HCE
SCE
ROA
ICD
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0,032902759 0,037076089 0,029033815 0,051316958 0,026611225 0,028421025 0,059344312 0,107507961 0,030499961 0,044904529 0,037651883 0,035547905 0,036238139 0,03261136 0,02890159 0,081877828 0,029107397 0,025348101 0,020133695 0,03060309 0,002593274 0,038969822 0,025540013
3,098303742 2,324207019 1,558357945 2,945477962 1,999926695 2,219234021 1,790557001 1,361876936 2,233593152 1,291902305 2,974532161 1,684229667 2,482510695 1,682418504 1,964214297 5,463747627 2,573224735 3,236635351 1,475270427 2,02270166 1,580840842 2,183175924 1,723476351
0,677242749 0,569745728 0,358298905 0,660496526 0,499981673 0,549394074 0,441514568 0,265719263 0,552290891 0,225947662 0,663812678 0,406256748 0,597181997 0,405617569 0,490890581 0,816975441 0,611382564 0,691037175 0,322158174 0,505611717 0,36742525 0,54195171 0,419777359
1,83 2,9 1,57 5,15 1,94 1,06 2,7 0,98 2,46 -0,81 3,55 2,47 3,18 1,62 1,7 1,74 3,14 2,17 0,66 2,41 2,04 2,74 1,79
0,482758621 0,586206897 0,25862069 0,551724138 0,534482759 0,344827586 0,413793103 0,379310345 0,5 0,24137931 0,344827586 0,5 0,482758621 0,603448276 0,517241379 0,482758621 0,551724138 0,5 0,448275862 0,431034483 0,431034483 0,431034483 0,448275862
121
No. 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111
Kode Perusahaan PNBN SDRA AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM
Tahun
CEE
HCE
SCE
ROA
ICD
2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0,024748513 0,029119145 0,029588179 0,010213127 0,017635682 0,031686048 0,040033735 0,031614998 0,025591747 0,02814031 0,053633901 0,0253383 -0,061124126 0,053136045 0,099952639 0,037237821 0,022618638 0,038775623 0,032773344 0,03292619 0,027816395 0,026042295 0,076198391
2,675343282 1,698110031 1,777728631 0,232900745 1,72193274 1,673332599 2,894398141 2,395751731 1,755172123 1,598710913 2,745638446 2,060325375 -3,917559635 1,713605948 1,28125921 2,087242475 2,74598622 3,01403714 1,514396376 32,35372791 1,659403133 2,063252036 4,715228124
0,626216192 0,41111001 0,437484449 -3,293674548 0,419257224 0,402390176 0,65450503 0,582594479 0,430255308 0,374496044 0,635785986 0,514639769 1,255260952 0,416435266 0,219517806 0,520898979 0,635832113 0,668219085 0,339670897 0,969091661 0,397373682 0,515328238 0,787921184
1,96 2,78 1,66 -0,93 1,59 1,19 3,8 1,75 3,4 1,58 5,03 1,79 7,58 2,6 1,23 2,61 0,07 3,66 2,05 2,76 1,71 1,55 1,71
0,482758621 0,431034483 0,379310345 0,413793103 0,465517241 0,396551724 0,482758621 0,482758621 0,568965517 0,224137931 0,517241379 0,551724138 0,362068966 0,413793103 0,362068966 0,5 0,24137931 0,448275862 0,5 0,482758621 0,603448276 0,517241379 0,517241379
122
No. 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Kode Perusahaan BSWD BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Tahun
CEE
HCE
SCE
ROA
ICD
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0,031644102 0,021761963 0,025675291 0,027818075 0,002797609 0,024775295 0,024197316 0,024670987 0,030331769
3,467172225 2,699144232 1,71024785 2,205712398 1,606608786 1,467642805 1,737880916 3,680232521 1,5175734
0,711580523 0,629512203 0,415289427 0,546631736 0,377570938 0,3186353 0,424586581 0,728278038 0,341053289
3,8 1,99 1,39 2,53 1,74 1,74 1,91 1,85 2,23
0,586206897 0,517241379 0,431034483 0,413793103 0,431034483 0,465517241 0,5 0,482758621 0,431034483
LAMPIRAN 6 HASIL OUTPUT AMOS 21.0
124
LAMPIRAN 6 HASIL OUTPUT AMOS 21.0 UJI KELAYAKAN MODEL CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 14 15 5
CMIN ,196 ,000 121,914
DF 1 0 10
P ,658
CMIN/DF ,196
,000
12,191
RMR ,008 ,000 ,440
GFI ,999 1,000 ,753
AGFI ,990
PGFI ,067
,629
,502
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
Baseline Comparisons Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 ,998 1,000 ,000
RFI rho1 ,984 ,000
IFI Delta2 1,007 1,000 ,000
TLI rho2 1,072 ,000
Parsimony-Adjusted Measures Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO ,100 ,000 1,000
PNFI ,100 ,000 ,000
PCFI ,100 ,000 ,000
CFI 1,000 1,000 ,000
125
RMSEA Model Default model Independence model
RMSEA ,000 ,311
LO 90 ,000 ,263
HI 90 ,188 ,361
PCLOSE ,702 ,000
HASIL ESTIMATE Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
ROA ROA ICD ICD ICD ICD
<--<--<--<--<--<---
CEE HCE CEE HCE SCE ROA
Estimate 42,157 -,101 -,735 ,004 ,025 ,018
S.E. 6,700 ,040 ,430 ,002 ,021 ,005
C.R. 6,292 -2,512 -1,709 1,617 1,226 3,492
P *** ,012 ,088 ,106 ,220 ***
Label par_4 par_5 par_6 par_7 par_8 par_9
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate ROA ROA ICD ICD ICD ICD
<--<--<--<--<--<---
CEE HCE CEE HCE SCE ROA
,648 -,259 -,228 ,195 ,111 ,357
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate ROA ICD
,273 ,120
126
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
ROA ICD
CEE ,648 ,003
SCE ,000 ,111
HCE -,259 ,103
ROA ,000 ,357
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
ROA ICD
CEE ,648 -,228
SCE ,000 ,111
HCE -,259 ,195
ROA ,000 ,357
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
ROA ICD
CEE ,000 ,231
SCE ,000 ,000
HCE ,000 -,092
ROA ,000 ,000
127
LAMPIRAN 7 HASIL OUTPUT ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIVE SPSS 21
128
LAMPIRAN 7 HASIL OUTPUT SPSS 21.0 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ROA Descriptive Statistics N
Minimum
ROA
117
Valid N (listwise)
117
Maximum
-12,90000
7,28000
Mean 1,9184615
Std. Deviation 2,03783506
Hasil Analisis Statistik Deskriptif CEE Descriptive Statistics N
Minimum
CEE
117
Valid N (listwise)
117
Maximum
-,12892
,24102
Mean ,0334882
Std. Deviation ,03133267
Hasil Analisis Statistik Deskriptif HCE Descriptive Statistics N
Minimum
HCE
117
Valid N (listwise)
117
Maximum
-4,62056
46,73886
Mean 2,6764996
Std. Deviation 5,20588873
Hasil Analisis Statistik Deskriptif SCE Descriptive Statistics N
Minimum
SCE
117
Valid N (listwise)
117
Maximum
-3,29367
1,66195
Mean ,4599622
Std. Deviation ,44456647
Hasil Analisis Statistik Deskriptif ICD Descriptive Statistics N
Minimum
ICD
117
Valid N (listwise)
117
,10345
Maximum ,60345
Mean ,4319187
Std. Deviation ,10116501
129