DETERMINAN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL BERDASARKAN VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011-2013)
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Suci Yuli Priyanti NIM 7211411022
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan; Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)” (QS. Al –Insyirah 94: 6-7). “Allah
SWT
tidak
membebani
seseorang
melainkan
sesuai
dengan
kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah 2: 286). “Tak perlu tunggu hebat untuk berani memulai apa yang kau impikan, hanya perlu memulai, untuk menjadi hebat raih yang kau impikan” (Tehebat, CJR).
Persembahan: Allah SWT untuk setiap kasih sayang dan Kuasa-Nya; Super parents Bapak Cipto Sumaryo dan Ibu Salimah tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, mengiringi dengan segala usaha dan doa; Pemerintah Republik Indonesia yang telah memberikan
program
beasiswa Bidikmisi
(Kemendikbud); Kakakku Mbak Titi dan Mas Muji terima kasih atas doa dan dukungannya; Adekku Sahwa dan keponakanku Devan, yang selalu menghibur, semoga ini bisa menjadi penyemangat belajar dan jadilah lebih baik dari Mba Uci; Mbah
Buyut
Amad
yang
senantiasa
mendoakan dan menanti kelulusan ini; Segenap Keluarga Besar terimakasih atas segala doa v
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan, keberkahan, kekuatan dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan Variabel Keuangan dan Non Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011-2013)“ sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Wahyono., M.M. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Agus Wahyudin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Dr. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Badingatus Solikhah., SE., M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
vi
7. Kiswanto, SE., M.Si selaku Dosen Wali Akuntansi A 2011 yang memberikan bimbingan dan motivasi selama menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang. 8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang atas bimbingan, bantuan dan kesabaran dalam memberikan ilmu yang tak terhitung jumlahnya. 9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam proses perkuliahan. 10. Ummi, Tirta, Gilang, Adel, Jundhi, Faisal, Defy, Lusi, Ajeng, teman-teman Akuntansi A 2011, Shinta Kost dan teman-teman KKN PPM 2014 Dusun Manggung atas bantuan dan semangatnya. 11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Berbagai upaya telah penulis lakukan agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan kaidah karya ilmiah. Namun penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang menjadi perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari.
Semarang,
Maret 2015
Penulis
vii
SARI Priyanti, Suci Yuli. 2015. “Determinan Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan Variabel Keuangan dan Non Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011-2013”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Agus Wahyudin, M.Si. Kata Kunci : Pengungkapan Modal Intelektual, Tingkat Utang, Pertumbuhan Laba, Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Umur Perusahaan, Kompleksitas Bisnis. Modal intelektual merupakan kekayaan tidak berwujud perusahaan yang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Modal intelektual melekat dalam keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang merupakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Namun, dewasa ini pengungkapan modal intelektual masih sangat rendah. Penyebabnya antara lain adalah sifat pengungkapan yang masih sukarela, sulitnya mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan modal intelektual, serta belum adanya standar atau peraturan terutama untuk perusahaan yang sudah go public. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel keuangan yang terdiri dari tingkat utang, pertumbuhan laba, ukuran perusahaan dan variabel non keuangan yang terdiri dari ukuran dewan komisaris, umur perusahaan dan kompleksitas bisnis terhadap pengungkapan modal intelektual pada perbankan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2011 sampai 2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 90 unit analisis yang menjadi objek pengamatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda SPSS 21 dengan pemenuhan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat utang, ukuran dewan komisaris, dan kompleksitas bisnis berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Pertumbuhan laba berpengaruh signifikan tetapi dengan arah hubungan yang negatif. Sedangkan ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Simpulan dari penelitian ini yaitu tingkat utang, ukuran dewan kimisaris, kompleksitas bisnis terbukti mampu meningkatkan pengungkapan modal intelektual. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu menggunakan teknik lain seperti kuesioner yang langsung diberikan kepada perusahaan dalam mencari tingkat pengungkapan modal intelektual pada perusahaan. viii
ABSTRACT
Priyanti, Suci Yuli. 2015. “Determinants of Intellectual Capital Disclosure Based on Financial and Non Financial Variable (Empirical Study in Banking Companies Listed in Indonesia Stock Exchange in 2011-2013)”. Final Project. Accounting Department. Economic Faculty. Semarang State University. Advisor Dr. Agus Wahyudin, M.Si. Keywords: Intellectual Capital Disclosure, Leverage, Earning Growth, Company Size, Board of Commissioner Size, Company Age, Business Complexity. Intellectual capital is an intangible asset which is capable to increase company’s value. Intellectual capital attached to skill, knowledge and experience is a competitive advantage for company. Nevertheless, nowadays, intellectual capital disclosure is still inadequate. The causes are disclosure is voluntary, difficulties to identify, measure and report intellectual capital, and also neither standard nor regulation exist. The purposes of this study is to analyze the effect of financial variable consisting of leverage, earning growth, company size, and non financial variable consisting of board of commissioner size, company age, and business complexity on intellectual capital in banking industry. The population of this study is banking companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2011 until 2013. Samples are selected using purposive sampling method, and obtained 90 unit analyses as observations’ objects. Analyses tool uses SPSS 21 multiple regression analyses complying classical assumption test. The study results show that leverage, board of commissioner, and business complexity effect positively significant on intellectual capital disclosure. Earning growth has significantly influenced but in negative way. While company size and company age has no effect on intellectual capital disclosure. The conclusion from this study is leverage, board of commissioner size, and business complexity evidently adequate to increase intellectual capital disclosure. The recommendation for further study is to use the other techniques such as questionnaires that is directly given to company for discovering the level of company’s intellectual capital disclosure. .
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................... iii PERNYATAAN............................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi SARI............................................................................................................... viii ABSTRACT ................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 11 1.3. Tujuan Penelitian................................................................................ 12 1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 13 BAB II TELAAH TEORI .............................................................................. 15 2.1 Legitimacy Theory .............................................................................. 15 2.2 Agency Theory .................................................................................... 17 2.3 Signalling Theory ............................................................................... 18 2.4 Modal Intelektual .............................................................................. 19 x
2.4.1Definisi Modal Intelektual ......................................................... 19 2.4.2Komponen Modal Intelektual .................................................... 21 2.5 Pengungkapan Modal Intelektual ....................................................... 24 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Modal Intelektual ............................................................................... 28 2.7 Tingkat Utang ..................................................................................... 32 2.8 Pertumbuhan Laba.............................................................................. 33 2.9 Ukuran Perusahaan ............................................................................. 35 2.10Ukuran Dewan Komisaris .................................................................. 37 2.11 Umur Perusahaan .............................................................................. 38 2.12 Kompleksitas Bisnis .......................................................................... 39 2.13 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 40 2.14 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 44 2.15 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 47 2.15.1 Pengaruh Tingkat Utang terhadap Pengungkapan Modal Intelektual.................................................................... 47 2.15.2 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Pengungkapan Modal Intelektual.................................................................... 50 2.15.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual.................................................................... 53 2.15.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Modal Intelektual.................................................................... 56 2.15.5 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ............................................................................... 59 2.15.6 Pengaruh Komplesitas Bisnis terhadap Pengungkapan Modal Intelektual.................................................................... 63 xi
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 67 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 67 3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 67 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 68 3.3.1 Variabel Dependen ................................................................... 68 3.3.2 Variabel Independen ................................................................. 69 1. Tingkat Utang................................................................................. 69 2. Pertumbuhan Laba ......................................................................... 70 3. Ukuran Perusahaan......................................................................... 70 4. Ukuran Dewan Komisaris ............................................................. 71 5. Umur Perusahaan .......................................................................... 71 6. Kompleksitas Bisnis ...................................................................... 72 3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 74 3.5 Metode Analisis Data ......................................................................... 74 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 74 3.5.2 Uji Asusmsi Klasik ................................................................... 75 1. Uji Normalitas ........................................................................... 75 2. Uji Autokorelasi ........................................................................ 75 3. Uji Multikolinieritas .................................................................. 76 4. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 77 3.5.3 Pengujian Hipotesis .................................................................. 77 1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 78 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................................ 79 xii
3. Uji Signifikansi Paramenter Individual (Uji Statistik t) .......................................................................... 79 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 80 4.1 Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 80 4.2 Hasil Penelitian.................................................................................... 81 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif…………………………………… 81 1. Pengungkapan Modal Intelektual (ICD) ..................................... 81 2. Tingkat Utang (Lev) .................................................................... 83 3. Pertumbuhan Laba (EG).............................................................. 85 4. Ukuran Perusahaan (Size)............................................................ 86 5. Ukuran Dewan Komisaris (Comm)............................................. 87 6. Umur Perusahaan (Age) .............................................................. 89 7. Kompleksitas Bisnis (Complex) .................................................. 90 4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik.............................................................. 91 1. Uji Normalitas ............................................................................. 91 2. Uji Autokorelasi .......................................................................... 94 3. Uji Multikolinieritas .................................................................... 95 4. Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 97 4.2.3. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 98 4.2.4. Uji Hipotesis ............................................................................. 100 1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2).......................................... 100 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................. 102 3. Uji Signifikansi Parameter Individu (Uji Statistik t)................... 103 xiii
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 105 4.3.1 Pengaruh Tingkat Utang terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ...................................................................... 106 4.3.2 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ...................................................................... 108 4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ...................................................................... 110 4.3.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ...................................................................... 112 4.3.5 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ..................................................................... 113 4.3.6 Pengaruh Kompleksitas Bisnis terhadap Pengungkapan Modal Intelektual ...................................................................... 117 BAB V PENUTUP......................................................................................... 120 5.1 Simpulan .................................................................................................. 120 5.2 Saran ......................................................................................................... 121 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 123
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema Modal Intelektual .................................................................. 22 Tabel 2.2 Framework Modal Intelektual ......................................................... 23 Tabel 2.3 Penelitian-penelitian Empiris tentang Modal Intelektual.................. 41 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 72 Tabel 3.2 Nilai Durbin-Watson ......................................................................... 76 Tabel 4.1 Ikhtisar Pemilihan Sampel ................................................................ 80 Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Pengungkapan Modal Intelektual ........ 81 Tabel 4.3 Hasil Analisis Frekuensi Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ........................................ 82 Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Tingkat Utang ...................................... 83 Tabel 4.5 Hasil Analisis Frekuensi Tingkat Utang pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ............................................................ 84 Tabel 4.6 Analisis Statistik Deskriptif Pertumbuhan Laba ............................... 85 Tabel 4.7 Hasil Analisis Frekuensi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ............................................................ 85 Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan .............................. 86 Tabel 4.9 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ............................................................ 87 Tabel 4.10 Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris ................. 87 Tabel 4.11 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Dewan Komisaris pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ...................................... 88 xv
Tabel 4.12 Analisis Statistik Deskriptif Umur Perusahaan ............................... 89 Tabel 4.13 Hasil Analisis Frekuensi Umur Perusahaan pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ......................................................... 89 Tabel 4.14 Analisis Statistik Deskriptif Kompleksitas Bisnis .......................... 90 Tabel 4.15 Hasil Analisis Frekuensi Kompleksitas Bisnis pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 ......................................................... 90 Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorv Smirnov (K-S) ......... 94 Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 95 Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Coefficients Correlations ........ 96 Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Collinearity Statistics .............. 96 Tabel 4.20 Hasil Persamaan Regresi Berganda ................................................ 99 Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................... 101 Tabel 4.22 Hasil Uji Signifikansi Simultan ...................................................... 102 Tabel 4.23 Simpulan Hasil Uji Hipotesis.......................................................... 105
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Teoritis ............................................................................... 46 Gambar 2.2 Model Empiris ............................................................................... 66 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan ICD ............................................................ 83 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ....................................... 92 Gambar 4.3 Hasil Uji Normal p-plot................................................................. 93 Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 98
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan sampel ............................................................. 128 Lampiran 2 Item Pengungkapan Modal Intelektual .......................................... 129 Lampiran 3 Pengungkapan Modal Inteletual (ICD).......................................... 134 Lampiran 4 Pengungkapan Modal Inteletual (ICD).......................................... 152 Lampiran 5 Tingkat Utang (Lev)....................................................................... 153 Lampiran 6 Pertumbuhan Laba (EG) ................................................................ 154 Lampiran 7 Ukuran Perusahaan (Size) .............................................................. 155 Lampiran 8 Ukuran Dewan Komisaris (Comm) ............................................... 156 Lampiran 9 Umur Perusahaan (Age) ................................................................. 157 Lampiran 10 Kompleksitas Bisnis (Complex) .................................................. 158 Lampiran 11 Hasil Pengolahan Data Statistik .................................................. 159
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pengungkapan informasi adalah salah satu cara pemenuhan tanggung jawab suatu perusahaan terhadap pemegang kepentingan. Dewasa ini baik pemilik perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan bahkan masyarakat menuntut adanya keterbukaan informasi terkait dengan operasional perusahaan. Transparansi informasi baik informasi keuangan maupun non keuangan menjadi aspek yang penting guna mengetahui pelaksanaan dan kinerja perusahaan. Informasi keuangan tersaji dalam laporan keuangan yaitu seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan arus kas. Lain halnya dengan informasi non keuangan yaitu segala hal yang mendukung aktivitas perusahaan seperti pengetahuan, karyawan, pelanggan, merek, paten, teknologi yang merupakan bagian dari modal intelektual dimana informasi ini tidak tersaji dalam laporan keuangan namun biasanya dijabarkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan dan sulit untuk dikuantifikasikan. Perkembangan ekonomi dunia semakin meningkat. Perubahan ekonomi bisnis dari ekonomi bisnis berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menuju ekonomi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan (Sawarjuno, 2003). Perubahan tersebut merupakan tanda bahwa modal intelektual merupakan aset penting pada suatu perusahaan. Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka 1
2
modal konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aset fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi (Sawarjuno, 2003). Proses menciptakan nilai (value creation) telah bergeser dari pemanfaatan aset berwujud menjadi pemanfaatan aset tidak berwujud yaitu modal intelektual yang melekat dalam keterampilan, pengetahuan dan pengalaman (Purnomisidhi, 2005). Modal intelektual mempunyai berbagai macam definisi, salah satu definisi yang komprehensif adalah definisi dari Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) dalam Bhasin (2008) modal intelektual adalah kepemilikan dari pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan profesional dan keahlian, hubungan yang baik dan kapasitas penguasaan teknologi, yang jika diterapkan akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Belum adanya standar atau peraturan tentang pengidentifikasian, pengukuran dan pengungkapan modal intelektual menyebabkan sulitnya mendefinisikan modal intelektual yang ada pada perusahaan. Menurut Sveiby dalam Punomoshidi (2005) komponen modal intelektual terbagi menjadi tiga kategori yaitu internal structure, external structure, dan employee competence. Internal structure menjabarkan tentang operasional perusahaan yaitu budaya perusahaan, proses manajemen, sistem informasi, penelitian dan pengembangan, dan perangkat lunak. External structure merupakan informasi mengenai aset luar perusahaan yaitu pelanggan, loyalitas pelanggan, brand, rantai distribusi, dan lisensi. Sedangkan employee competence terkait dengan sumber daya manusia perusahaan sebagai penggerak atau pelaksana
3
operasional perusahaan meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional yang merupakan penghasil utama pendapatan. Ho et al (2012) menyatakan perusahaan dapat memutuskan jenis dan jumlah informasi modal intelektual yang akan dipublikasikan. Hal ini memperjelas fenomena yang terjadi bahwa pengungkapan modal intelektual masih bersifat sukarela (voluntary). Abeysekera dan Guthrie (2005) menyebutkan bahwa sumber daya manusia (yang merupakan salah satu komponen modal intelektual) merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan namun pengukuran dan pelaporannya belum mendapatkan ruang dalam laporan tahunan perusahaaan. Hal ini juga membuktikan bahwa pengungkapan modal intelektual pada perusahaan masih sangat kecil. Belum adanya standar item-item apa saja yang termasuk dalam modal intelektual, sifat pengungkapan yang masih voluntary (sukarela), dan juga tidak ada kewajiban bagi perusahaan terutama perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan beberapa penyebab sulitnya pengungkapan modal intelektual. PriceWaterhouseCoopers
melakukan
survey
terhadap
organisasi-
organisasi untuk mengetahui tipe kebutuhan informasi investor ( Eccles et al (2001) dalam Bozzolan et al (2003). Di antara sepuluh tipe informasi hanya tiga yang merupakan tipe informasi keuangan (cash flow, earnings, gross margin) dan sisanya yaitu tujuh yang terdiri dari data internal perusahaan (strategic direction dan competitive landscape) dan lima tipe lainnya yang dipertimbangkan adalah intangible (market growth, quality/experience of the management team, market size and market share, speed to market). Dari survey tersebut tipe informasi yang
4
dipertimbangkan oleh investor lebih banyak masuk dalam komponen modal intelektual. Namun pada kenyataannya tipe informasi ini tidak diungkapkan oleh manajer, dan hal ini menyebabkan adanya “information gap” (Bozzolan et al, 2003). Bozzolan et al (2003) lebih lanjut menyatakan bahwa terjadi peningkatan ketidakpuasan atas pelaporan keuangan tradisional dan kemampuan menyediakan ketercukupan informasi bagi pemegang kepentingan untuk menciptakan kemakmuran.
Pelaporan
keuangan
tradisional
tidak
secara
khusus
mempertimbangkan informasi pengungkapan modal intelektual (IC) yang merupakan persentase yang signifikan dari nilai perusahaan (Guthrie et al, 2006 dalam Haji dan Ghazali, 2013). Bagi perusahaan yang sebagian besar asetnya dalam bentuk modal intelektual seperti perusahaan yang bergerak di bidang teknologi (contoh Microsoft), Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak adanya informasi ini dalam laporan keuangan akan menyesatkan, karena dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan (Sawarjuno, 2003). Oleh karena itu laporan keuangan harus mampu menyajikan informasi modal intelektual dan besarnya nilai yang diakui. Salah satu kasus terkait dengan pentingnya pengungkapan modal intelektual diulas dalam situs berita online pada bulan Desember 2013 mengenai demo pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Cahya, 2013: 4). Perusahaan ini dituntut untuk menyelesaikan kewajibannya kepada pensiunan seperti uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak. Kasus ini mengindikasikan kurangnya pegungkapan informasi yang menyeluruh
5
mengenai aktivitas dan operasional perusahaan. Informasi-informasi mengenai kasus tersebut dapat diungkapkan secara sukarela pada annual report sebagai informasi pendukung demi memenuhi kebutuhan informasi para stakeholder. Perusahaan dapat melakukan penjelasan tentang jumlah pengeluaran atau biaya yang dibelanjakan untuk karyawan seperti biaya pendidikan dan pelatihan, pensiun, pengembangan kompetensi karyawan, dan biaya lainnya terkait dengan peningkatan kualitas karyawan. Selama lebih dari satu dekade para peneliti, lembaga akuntansi dan pengguna profesional menekankan bahwa pelaporan keuangan tradisional tidak memiliki kemampuan untuk menangkap informasi pada modal intelektual (Elliot, 1992; American Institute of Certified Public Accountants, 1994; Wallman, 1995, 1996, 1997; Beattie, 1999; Lev and Zarowin, 1999; Eustace, 2001; Financial Accounting Standards Board, 2001; Lev, 2001; Institute of Chartered Accountants in England andWales, 2003;Gu and Lev, 2004 dalam Rimmel et al, 2009). Dengan adanya peningkatan ketidakpuasan pelaporan keuangan menandakan bahwa laporan keuangan kehilangan relevansinya dalam melaporkan dan menggambarkan kinerja perusahaan. Fenomena ini menjadi faktor pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara penuh termasuk pengungkapan modal intelektual. Pengungkapan modal intelektual sangat penting bagi investor dan pemegang kepentingan lainnya untuk melihat prospek dan nilai masa depan perusahaan. Dan juga untuk mengurangi adanya asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik perusahaan dan pemegang kepentingan lainnya.
6
Penelitian ini menguji kemampuan determinan variabel keuangan yang terdiri dari tingkat utang (leverage), pertumbuhan laba (earning growth), ukuran perusahaan (firm size) dan determinan non keuangan yang terdiri dari ukuran dewan komisaris (board of commissioner size), umur perusahaan (firm age) dan kompleksitas bisnis (business complexity) pada perusahaan perbankan yang listing di BEI. Pengukuran pengungkapan modal intelektual (ICD) menggunakan indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) yang terdiri dari 78 item. Item-item ini dicari pada laporan tahunan (annual report) perusahaan. Penggunaan dan/atau penambahan variabel baru yaitu pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis. Alasan penambahan dua variabel pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis yaitu pertumbuhan laba perusahaan yang positif atau meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik. Pertumbuhan laba yang positif merupakan aspek penting terutama bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Sedangkan perusahaan yang kompleks rentan terjadi kesenjangan informasi. Sehingga penting kiranya jika perusahaan yang pertumbuhan labanya positif dan operasinal bisnisnya kompleks mempertimbangkan pengungkapan modal intelektual untuk diperoleh pengungkapan informasi yang lengkap dan menyeluruh. Penggunaan annual report dikarenakan menyediakan informasi yang dapat dipercaya (reliable) secara komprehensif tentang operasional perusahaan, kebijakan, kinerja perusahaan dan informasi keuangan maupun non keuangan. Pemilihan sektor perbankan dikarenakan merupakan salah satu industri IC Intensif yaitu industri yang mempunyai kekayaan modal intelektual yang tinggi (Firrer dan
7
Williams, 2003). Penelitian Talliyang et al (2011) juga menemukan bahwa industri
keuangan
yang di
dalamnya
termasuk perbankan mempunyai
pengungkapan modal intelektual yang lebih tinggi dibanding dengan industri lain seperti information, consumer product, dan trading/ services. Pengambilan waktu tiga tahun dianggap sudah memenuhi jumlah sampel dan pemilihan tahun 2011, 2012, dan 2013 karena merupakan tahun terbaru penelitian. Teori yang digunakan untuk menjelaskan pengungkapan informasi pada annual report yang diaplikasikan pada pengungkapan modal intelektual adalah legitimacy theory, agency theory dan signalling
theory. Teori-teori ini
menjelaskan hubungan antara manajer perusahaan dengan para pemegang kepentingan. Legitimacy theory adanya kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat menyebabkan perusahaan harus meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas perusahaan sesuai dengan nilai dan batas-batas yang ditentukan dan juga perusahaan akan berusaha mewujudkan harapan-harapan yang berkembang di masyarakat. Agency theory mendefinisikan adanya hubungan keagenan antara manajemen perusahaan (agents) dengan pemilik kepentingan (principal). Pemilik perusahaan mendelegasikan kewenangan untuk mengelola perusahaan kepada manajemen perusahaan. Manajemen perusahaaan tidak selalu mematuhi atau bekerja sesuai dengan harapan pemilik perusahaan sehingga terjadilah kesenjangan informasi antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan. Sedangkan
signaling
theory
menjelaskan
bahwa
dengan
melakukan
pengungkapan yang menyeluruh dapat memberikan sinyal positif atau sinyal baik kepada pasar.
8
Tingkat utang diprokiskan dengan rasio total hutang dibagi dengan total modal (debt to equity ratio). Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi berarti bahwa modal perusahaan sebagian dari utang yang diperoleh dari pihak eksternal yang dalam hal ini yaitu kreditur. Kondisi ini akan menyebabkan perusahaan untuk melakukan lebih banyak pengungkapan untuk mengurangi cost of debt ( Jensen dan Mecling, 1976). Pertumbuhan
laba
mewakili
kinerja
perusahaan
secara
umum.
Pertumbuhan laba adalah besarnya kenaikan laba tahun sekarang dibanding dengan tahun lalu. Pertumbuhan laba yang meningkat akan memberikan sinyal positif kepada pasar untuk melakukan investasi. Banyaknya pihak yang berinvestasi menuntut adanya pengungkapan informasi menyeluruh demi mencukupi kebutuhan informasi pemegang kepentingan. Ukuran perusaahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan
yang
semakin
besar
menunjukkan
perusahaan
mengalami
perkembangan. Purnomosidhi (2005) menyebutkan semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan agency theory yang menyatakan bahwa biaya keagenen (agency cost) yang harus ditanggung perusahaan yang berukuran besar jauh lebih besar dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil sehingga untuk menurunkan biaya tersebut, perusahaan perlu mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan pengendalian atas kinerja manajemen perusahaan.
9
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan. Keberadaan
dewan
komisaris
mampu
mengefektifkan
pengawasan
dan
pengendalian aktivitas manajemen perusahaan. Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan dalam dunia bisnis yaitu dari awal pendidirian sampai perusahaan masih eksis dalam dunia bisnis. Umur perusahaan yang semakin lama menandakan bahwa perusahaan mampu memenuhi harapan masyarakat dan mematuhi norma dan batas-batas yang telah ditetapkan. Umur perusahaan juga menunjukkan bahwa aktivitas dan produk perusahaan diterima oleh masyarakat. Kompleksitas bisnis adalah jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan dengan struktur bisnis yang kompleks membutuhkan adanya sistem informasi yang efektif untuk memonitoring dan mendorong lebih banyak pengungkapan informasi (Hossain dan Hammami, 2009). Penelitian terkait modal intelektual sudah dilakukan pada peneliti-peneliti sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh White et al (2007) menemukan bahwa tingkat utang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Ousama (2012), Artinah (2013) dan Setiono dan Rudiarwani (2012) menemukan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian Ousama (2012) yang meneliti tentang ukuran perusahaan, tipe industri, tingkat utang dan tipe audit pada perusahaan yang listing di Malaysia membuktikan hanya ukuran perusahaan dan tipe industri yang merupakan
10
determinan pengungkapan modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian Bruggen et al (2009) dengan meneliti ukuran perusahaan, tipe industri dan asimetri informasi membuktikan bahwa tipe industri dan ukuran perusahaan merupakan determinan pengungkapan modal intelektual. Berbeda dengan hasil penelitian penelitian Rimmel et al (2009) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian
Cahya
(2013)
dengan
sampel
perusahaan
perbankan
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Sedangkan penelitian Arifah (2012) dengan sampel perusahaan IC Intensive menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian yang dilakukan oleh Rimmel et al (2009) menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil yang berbeda pada penelitian Artinah (2013) yang menemukan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan modal
intelektual. Penelitian Hossain dan Hammami (2009) yang meneliti karakteristik perusahaan
yaitu
umur
perusahaan,
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
kompleksitas bisnis dan asset in place terhadap pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan di Qatar. Menemukan bahwa variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, kompleksitas bisnis dan assets in place signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Sedangkan pada penelitian
11
Jindal dan Kumar (2012) yang meneliti determinan pengungkapan sumber daya manusia pada perusahaan India menemukan bahwa kompleksitas bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sumber daya manusia perusahaan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dengan adanya fenomena gap dan inkonsistensi dari hasil penelitian terdahulu (research gap) mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengungkapan modal intelektual maka penelitian ini penting untuk diteliti kembali guna meningkatkan kesadaran atas pentingnya pengungkapan modal intelektual bagi perusahaan. Penelitian ini diteliti kembali dengan judul “Determinan Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan Variabel Keuangan dan Non Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Tahun 2011-2013)”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah kebanyakan penelitian terdahulu melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan modal intelektual. Pada penelitian ini menguji determinan pengungkapan modal intelektual dari segi variabel keuangan dan non keuangan. Penggunaan variabel baru yaitu pertumbuhan laba perusahaan dan kompleksitas bisnis dengan proksi jumlah anak perusahaan yang dimiliki.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah tingkat utang berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
12
2. Apakah pertumbuhan laba berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia? 4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia? 5. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia? 6. Apakah kompleksitas bisnis berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh tingkat utang terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia; 2. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pertumbuhan laba terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia; 3. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia; 4. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia;
13
5. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan di Indonesia; 6. Mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kompleksitas bisnis terhadap pengungkapan modal intelektual pada perbankan di Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dijelaskan di atas diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pengembangan ilmu akuntansi, pertimbangan dalam pengambilan keputusan, dan juga penyusunan suatu kebijakan. Pelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmu dalam menambah wawasan pembaca tentang modal intelektual perusahaan. Dewasa ini, masyarakat cenderung tidak menyadari bahwa dalam operasionalnya perusahaan tidak hanya mengandalkan modal berwujud tetapi juga digerakkan oleh pengetahuan dan teknologi, kompetensi sumber daya manusia yang tinggi yang termasuk dalam modal intelektual. Penelitian ini dapat membantu pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditur untuk menambah bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi maupun keputusan pemberian pinjaman dengan melihat modal intelektual pada perusahaan. Karena sebaik apapun sumber daya atau kekayaan perusahaan tanpa didukung dengan modal intelektual seperti sumber daya manusia yang kompeten, teknologi dan pengetahuan yang tinggi tidak akan mendapatkan output yang maksimal. Bagi pembuat kebijakan dan peraturan seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Bapepam-LK dapat dijadikan sebagai
14
pertimbangan pembuatan peraturan tentang pengukuran dan pengungkapan modal intelektual sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama perusahaan yang sudah go public.
BAB II TELAAH TEORI
2.1 Legitimacy Theory Mathews (1993) dalam Deegan (2002) menyatakan bahwa: The social contract would exist between corporations (usually limited companies) and individual members of society. Society (as a collection of individuals) provides corporation with their legal standing and attributes and the authority to own and use the natural resources and to hire employees. … Pernyataan Mathew di atas menunjukkkan adanya ‘social contract’ antara perusahaan dengan masyarakat. Kontrak sosial ini berisi pemberian izin pendirian perusahaan yang legal, kewenangan kepemilikan, menggunakan sumber daya alam, dan membayar pekerja. Ketika masyarakat tidak puas bahwa perusahaan yang berdiri di lingkungannya melakukan operasional yang tidak sah maka masyarakat dapat menarik kembali kontrak sosial yang telah dibuat. Pendapat ini konsisten dengan Lindblom (1994) dalam Deegan (2002) yang menyatakan bahwa: … a condition or status which exists when an entity’s value system is congruent with the value system of the larger social system of which the entity is a part. When a disparity, actual or potential, exist between the two values systems, there is a threat to the entity’s legitimacy. Lindblom menyatakan ketika terdapat kesesuaian antara sistem nilai perusahaan dengan sistem nilai yang berkembang di masyarakat maka aspek legitimasi tercapai. Perusahaan harus meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas perusahaan sesuai dengan harapan atau nilai yang berkembang di masyarakat. Perusahaan akan melakukan pengungkapan informasi demi memenuhi harapan tersebut. 15
16
Deegan (2004 :254) beranggapan legitimacy theory adalah adanya kontrak sosial (social contract) antara organisasi dan masyarakat dimana organisasi itu berada. Kontrak sosial ini memang sulit untuk didefinisikan. Deegan mendefinisikannya dengan menggunakan harapan-harapan yang berkembang di masyarakat tentang pelaksanaan operasi usaha. Meskipun harapan tersebut senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Legitimacy theory berkaitan dengan membangun, memelihara dan memperbaiki kontrak sosial antara organisasi dan masyarakat (Suchman, 1995; Campbell et al, 2003 dalam Whiting dan Woodcock, 2011). Sehingga perusahaan akan berusaha untuk memastikan bahwa operasi dan aktivitas mereka dianggap sah (Deegan, 2004:256). Teori ini mengemukakan bahwa perusahaan berusaha memastikan bahwa kegiatan operasinya sesuai dengan batas-batas dan norma sosial, mendapatkan persetujuan dari masyarakat dalam melakukan tindakan dan memastikan bahwa kegiatan usahanya dianggap sah (Whiting dan Woodcoock, 2011). Dan juga menekankan bahwa organisasi tidak hanya mementingkan investor, tetapi juga harus mempertimbangkan hak masyarakat umum (Deegan, 2004 : 256). Dengan demikian, perusahaan akan melaporkan secara sukarela aktivitas tertentu yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengungkapkan informasi tertentu (misalnya sosial, lingkungan, modal intelektual) secara sukarela untuk meyakinkan masyarakat bahwa kegiatan mereka diperbolehkan dan telah memberi kontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Organisasi juga harus menyesuaikan harapan masyarakat jika ingin sukses (Deegan, 2004: 258).
17
Legitimacy theory sangat mampu menunjukkan pelaporan modal intelektual dengan penggunaan metode content analysis untuk mengukur keluasan pelaporan modal intelektual. Perusahaan akan melaporkan modal intelektual jika memang dibutuhkan oleh masyarakat meskipun pelaporannya tidak seperti aset berwujud yang langsung tertera pada laporan keuangan dan menggambarkan keberhasilan perusahaan (Purnomosidhi, 2005).
2.2 Agency Theory Agency theory adalah hubungan keagenan sebagai kontrak di mana salah satu pihak atau lebih principal mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent (Jensen dan Meckling, 1976). Agency theory menunjukkan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu manajemen yang dalam hal ini biasa disebut agent dan pemilik perusahaan yaitu principal. Pihak principal mendelegasikan pekerjaan kepada pihak agent untuk mengelola perusahaan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pihak manajemen lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Hal ini dikarenakan pihak manajemen setiap hari berinteraksi dengan kegiatan perusahaan sehingga pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih lengkap tentang perusahaan yang dikelolanya. Berbeda dengan pemegang saham dimana pemegang saham tidak berinteraksi secara langsung dalam kegiatan perusahaan sehingga hanya mengetahui informasi dalam bentuk laporan yang diberikan oleh manajemen. Manajemen
seolah-olah
berperilaku
bahwa
dia
akan
memaksimalkan
18
kesejahteraan pemilik perusahaan (Jensen dan Mecling, 1976). Tetapi manajemen perusahaan ingin memaksimalkan dirinya dengan mendapatkan insentif atau keuntungan dari perusahaan. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan yang akan menimbulkan biaya agensi. Jensen dan Mecling (1976) mendefinisikan biaya agensi sebagai jumlah dari : 1. Pengeluaran monitoring oleh principal 2. Pengeluaran ikatan oleh agen 3. Kerugian residual
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa masalah agensi dapat terkurangi jika persentase saham yang dimiliki oleh manajer besar. Jensen dan Meckling (1976) menggunakan hutang sebagai pengganti dari kepemilikan manajerial yang bertujuan untuk mengurangi konflik agensi antara manajemen dengan pemilik perusahaan. Adanya pendelegasian wewenang dari pemilik perusahaan atau pemegang saham kepada manajermen perusahaan menimbulkan konflik kepentingan. Untuk mengurangi konflik kepentingan ini, pemilik perusahan dapat menuntut kepada manajemen perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang menyeluruh termasuk modal intelektual demi memenuhi kebutuhan informasi para stakeholder guna pengambilan keputusan.
2.3 Signalling Theory Teori ini menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar (Spence,
19
1973). Perusahaan akan selalu berusaha memberikan sinyal berupa informasi positif kepada investor dan pemegang saham dengan menggunakan mekanisme pengungkapan, salah satunya adalah laporan tahunan perusahaan ( Oliveira 2006 dalam
Cahya
2013:15).
Pengungkapan
informasi
yang
lengkap
akan
meningkatkan nilai perusahaan dan manajemen juga akan mendapatkan sorotan atas kinerjanya. Oleh karena itu manajemen akan mengungkapkan informasi secara menyeluruh meskipun tidak diwajibkan atau bersifat sukarela (voluntary). Ketika perusahaan memberikan sinyal positif yaitu berupa informasi yang baik maka pasar juga akan memberikan respon yang positif sehingga nilai perusahaan menjadi baik di mata pasar. Signalling theory menunjukkan pentingnya informasi
perusahaan bagi
keputusan investasi
pihak luar.
Pengungkapan informasi perusahaan yang menyeluruh mampu menjelaskan kinerja perusahaan baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang. Penyajian informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu sangat berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pada teori ini perusahaan akan menggunakan mekanisme pengungkapan informasi untuk memberikan sinyal kepada pasar guna mengevaluasi nilai perusahaan.
2.4 Modal Intelektual 2.4.1
Definisi Modal Intelektual Perkembangan teknologi dan pengetahuan menuntut perusahaan untuk
mempunyai keuanggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan global.
20
Keunggulan kompetitif ini biasanya berupa pengetahuan, teknologi, karyawan dan lain sebagainya yang termasuk dalam modal intelektual. Terdapat berbagai definisi modal intelektual dari para ahli. Menurut Chartered Institute of Managemnt Accountants (CIMA) dalam Bhasin (2008) modal intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan professional, hubungan dan kerjasama yang baik, serta kapasitas kemampuan teknologi. Bukh et al (2001) dalam Bukh et al (2005) mendefinisikan modal intelektual sebagai sumber pengetahuan yang berbentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang perusahaan dapat menggunakannya untuk proses penciptaan nilai. Dalam praktiknya modal intelektual terdiri dari informasi keuangan dan non keuangan seperti tingkat perputaran karyawan dan kepuasan pekerjaan, pelatihan, tingkat perputaran pelanggan, kepuasan pelanggan, dan sebagainya. Purnomosidhi (2005) menyatakan modal intelektual pada tataran individual meliputi pengetahuan, keterampilan dan bakat. Sebaliknya pada tataran organisasional modal intelektual meliputi database, teknologi, metode-metode, prosedur-prosedur, dan budaya organisasional.
PSAK No. 19 (revisi 2009)
menyebutkan bahwa entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas dalam perolehan, pengembangan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud, seperti, ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi
sistem atau proses baru, lisensi, hak
pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang.
kekayaan intelektual,
21
Menurut Ho et al (2012) Istilah "modal intelektual" mengacu pada semua sumber daya berwujud yang menentukan nilai dan daya saing perusahaan. Dalam hal ini merupakan sumber pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses, dan teknologi, perusahaan yang dapat memobilisasi dalam proses penciptaan nilai. Abeysekera dan Guthrie (2005) menyebutkan bahwa modal intelektual perusahaan dapat didefinisikan sebagai bentuk unaccounted capital pada sistem akuntansi tradisional. Dengan demikian, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki modal intelektual yang mewujud pada aset tidak berwujud. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal intelektual adalah kekayaan tidak berwujud yang meliputi pengetahuan, teknologi, karyawan, manajemen proses dalam perusahaan yang merupakan keuanggulan kompetitif perusahaan dan berguna dalam aktivitas operasional serta penciptaan nilai perusahaan.
2.4.2
Komponen Modal Intelektual Modal inteleketual terdiri dari beberapa komponen yang dapat dijadikan
dasar perusahaan untuk menghadapi persaingan ekonomi dan menciptakan nilai perusahaan. Menurut Purnomosidhi (2005) terdapat tiga skema yang sering diusulkan dalam penelitian, yaitu skema yang diusulkan Sveiby (1997), Stewart (1997) serta Edvinsson dan Sullivan (1996). Ketiga skema tersebut memiliki elemen yang sama, yaitu modal intelektual pada manusia, modal intelektual yang melekat pada perusahaan, dan modal intelektual yang terkait dengan pihak eksternal. Ketiganya dapat diringkas pada tabel 2.1 berikut ini.
22
Tabel 2.1. Skema Modal Intelektual
Elemen
Modal intelektual yang melekat pada manusia
Edvinsson
Human Capital
Stewart
Human Capital Employee Sveiby Competence Sumber : Purnomosidhi, 2005
Modal intelektual yang melekat pada organisasi Organizational Capital Structure Capital
Modal intelektual yang melekat pada hubungan
Internal Structure
External Structure
Customer Capital Customer Capital
Menurut Sawarjuno (2003), intellectual capital terdiri dari tiga element utama yaitu : 1. Human Capital. Merupakan sumber inovasi dan pengembangan. Mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. 2. Structural Capital atau Organizasional Capital. Merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufaktur budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. 3. Relational Capital atau Customer Capital. Merupakan hubungan yang harmonis yang dimiliki perusahaan kepada mitra. Seperti pemasok, pelanggan, pemerintah maupun masyarakat.
23
Dalam penelitian ini digunakan framework dari Sveiby (dalam Punomosidhi, 2005). Sveiby mengklasifikasikan modal intelektual ke dalam tiga kategori yaitu internal structure, external structure dan employee competence. Komponen-komponen dari ketiga kategori tersebut diringkas dalam tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Framework Modal Intelektual Internal Structure Internal Property a. Patents b. Copyrights c. Trademarks Infrastructure Assets a. Management Philosophy b. Corporate Culture c. Information System d. Management Process e. Networking Systems f. Research Projects
External Structure a. Brands b. Customers c. Customer Loyalty d. Company Names e. Distribution Channels f. Bussiness Collaborationn g. Favourable Contracts h. Finacial Contacs i. Licensing Agreements j. Franchising Agreement
Employees Competence a. Know-how b. Education c. Vocational qualification d. Work-related Knowledge e. Work-related Competence f. Entrepreneurial Spirit
Sumber : Punomosidhi, 2005
Dari tabel 2.2 di atas internal structure terdiri dari karakteristik pada perusahaan, external structure mencakup merk dagang dan hubungan perusahaan dengan pelanggan dan pemasok, sedangkan employee competence meliputi pendidikan dan
pelatihan bagi staf atau karyawan perusahaan yang menjadi
penggerak utama aktivitas. Dengan memahami komponen modal intelektual,
24
perusahaan mampu menyusun strategi untuk menghadapi persaingan ekonomi dan menciptakan nilai perusahaan.
2.5 Pengungkapan Modal Intelektual Pengungkapan memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data pengungkapan berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Menurut Ghozali dan Chariri (2007: 378), tiga konsep pengungkapan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Cukup artinya pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi tidak menyesatkan. Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Pengungkapan yang dilakukan secara transparan dan jujur akan memenuhi kebutuhan informasi stakeholder. Sehingga kesenjangan informasi antara pihak manajemen dengan stakeholder dapat diminimalisir. Secara umum tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda (Suwardjono, 2008: 580). Sedangkan secara khusus tujuan pengungkapan yaitu: 1. Tujuan melindungi. tidak semua pemakai cukup canggih sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah
25
informasi untuk menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos laporan keuangan. 2. Tujuan informatif. Pengungkapan ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai. 3. Tujuan kebutuhan khusus. Apa yang harus diungkapka kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai sedangkan untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan yang menuntut pengungkapan secara rinci.
Jika dikaitkan dengan pengungkapan informasi, Suwardjono (2008:583) membedakan pengungkapan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang diharuskan oleh standar atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang tidak diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Kedua jenis pengungkapan ini bisa ditemukan pada laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan modal intelektual sampai saat ini merupakan pengungkapan sukarela (voluntary). Belum adanya standar atau peraturan resmi yang mengatur tentang pengungkapan modal intelektual menyebabkan sulitnya mengidentifikasi item-item apa saja yang merupakan komponen modal intelektual. Hal ini juga menyebabkan masih rendahnya kesadaran perusahaan untuk mengungkapkan modal intelektual yang dimiliki sebagai keuanggulan kompetitif perusahaan.
26
Menurut Bruggen et al (2009) pengungkapan modal intelektual mampu mengurangi asimetri informasi untuk menurunkan biaya modal dan meningkatkan citra perusahaan serta mampu meningkatkan nilai relevansi laporan keuangan. Sulitnya pengindentifikasian, pengukuran dan pelaporan modal intelektual menyebabkan berkembanglah indeks yang mampu mengidentifikasi item-item apa saja yang merupakan kekayaan intelektual perusahaan yang disebut ICDIndex. Di antaranya yaitu indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) dan White et al (2007). Indeks yang dikembangkan Bukh et al (2005) terdiri dari 78 item yang dibagi menjadi 6 kategori yaitu employees (27 item), customer (14 item), information technology (5 item), processes (8 item), research and development (9 item), dan strategic statement (15 item). Sedangkan indeks yang dikembangkan oleh White et al (2007) terdiri dari 56 item yang terbagi menjadi 5 kategori yaitu employees (24 item), customers (8 item), information technology (5 item), processes (8 item), dan strategic statement (11 item). Modal intelektual tidak dapat dikuantifikasikan pada neraca, karena sulit untuk diukur. Sehingga pengungkapan modal intelektual dituangkan dalam informasi
tambahan
berupa
laporan
tahunan
perusahaan
yang
sudah
dipublikasikan. Dengan melakukan pengungkapan modal intelektual perusahaan dapat mengurangi adanya asimetri informasi antara agent dan principal; meningkatkan kepercayaan para stakeholder yaitu ketika perusahaan melakukan pengungkapan secara penuh maka akan meningkatkan kepercayaan para stakeholder tentang kinerja perusahaan karena kepercayaan stakeholder
27
merupakan investasi jangka panjang perusahaan dan juga sebagai media pemasaran perusahaan. Jenkin’s Report (dalam Bozzolan et al, 2003) mengusulkan kerangka kerja pengungkapan sukarela berdasarkan kebutuhan informasi investor dan kreditur. Laporan tersebut menyajikan luas pengungkapan informasi diurutkan ke dalam lima kategori yaitu: 1. Data keuangan dan non keuangan; 2. Analisis manajemen data keuangan dan non keuangan; 3. Informasi masa depan; 4. Informasi tentang manajer dan pemegang kepentingan; dan 5. Latar belakang perusahaan.
Analisis empiris dari praktik pengungkapan laporan keauangan (FASB, 2001) menambahkan dimensi modal intelektual ke dalam lima kategori dari Jenkins report. Era ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi, dalam aktivitasnya perusahaan lebih tergantung pada modal tidak berwujud dibandingkan dengan modal berwujud dalam menciptakan nilai (Abeyysekera, Indra 2006). Pengungkapan informasi secara menyeluruh baik informasi keuangan maupun non keuangan menjadi sangat penting guna pengambilan keputusan. FASB menyebutkan pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh
28
sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007: 382).
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Modal Intelektual Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, penulis merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan modal intelektual, di antaranya yaitu: 1. Tingkat utang, perusahaan dengan tingkat utang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kewajiban para stakeholder terutama kreditur. Hal ini dikarenakan adanya risiko yang tinggi atas proporsi utang yang besar. Sehingga kreditur menuntut adanya keterbukaan informasi untuk memastikan keamanan dan keterjaminan dana yang telah dipinjamkan (Williams, 2001; Purnomosidhi, 2005; White, 2007). 2. Ukuran Perusahaan, semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar tuntutan atas keterbukaan informasi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Karena perusahaan yang besar lebih terlihat dan diawasi oleh masyarakat maupun pemerintah (Purnomosidhi, 2005; White et al, 2007; Yau et al, 2009; Hossain dan Hammami, 2009; Ousama, 2012; Setiono dan Rudiawarni, 2012; Artinah, 2013; Lina, 2013). 3. Kinerja Modal Intelektual, perusahaan dengan kinerja modal intelektual yang tinggi merupakan keunggulan kompetitif perusahaan. Sehingga perusahaan dengan kinerja modal intelektual yang tinggi harus
29
mengungkapkan informasi yang menyeluruh guna meningkatkan nilai perusahaan dan menaikkan nilai saham (Purnomosidhi, 2005). 4. Profitabilitas, semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin banyak pengungkapan informasi dalam rangka memberikan sinyal kepada pasar tentang keberhasilan perusahaan, bagaimana dan dari mana laba perusahaan diperoleh (Yau et al, 2009; Wardhani, 2009; Ousama, 2012; Setiono dan Rudiawarni, 2012). 5. Tipe industri, perusahaan yang memiliki teknologi yang tinggi lebih banyak mengungkapkan informasi dibanding dengan perusahaan yang berteknologi rendah (Ousama, 2012). 6. Corporate governance, perusahaan dengan corporate governance yang baik maka memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap praktik pengungkapan modal intelektual (Meizaroh dan Lucyanda, 2012; Haji dan Ghazali, 2013). 7. Pertumbuhan Perusahaan (MTBV), perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan lebih banyak mengungkapkan modal intelektual guna memberikan informasi positif kepada pasar tentang kinerja perusahaan (Talliyang et al, 2011). 8. Umur
perusahaan,
perusahaan
dengan
umur
yang
lama
akan
mengungkapkan modal intelektual yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan yang lebih muda (White et al, 2007; Hossain dan Hammami, 2009; Lina, 2013).
30
9. Konsentrasi kepemilikan, semakin besar kepemilikan saham oleh pemegang saham maka semakin tinggi wewenang dalam pengambilan keputusan (Artinah, 2013; Puasanti, 2013). 10. Komisaris independen, semakin banyak komisaris indepeden dalam dewan, maka semakin berperan dalam mempengaruhi pengungkapan. Hal ini demi menyelaraskan kepentingan para stakeholder (White et al, 2007, Puasanti, 2013). 11. Ukuran dewan komisaris, semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin tinggi pengawasan yang dilakukan untuk mengurangi adanya asimetri informasi dan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan (Cahya, 2013). 12. Jumlah rapat dewan komisaris, semakin banyak frekuensi rapat dewan komisaris maka semakin baik mekanisme pengawasan dan pengevaluasian dalam mendorong dan menekan manajer untuk melakukan pengungkapan modal intelektual yang lebih banyak dan relevan (Cahya, 2013). 13. Ukuran komite audit, semakin besar ukuran komite audit maka semakin tinggi pengawasan kepada manajemen untuk tidak melakukan kecurangan. Sehingga
semakin
mendorong
manajemen
untuk
melakukan
pengungkapan modal intelektual yang lebih luas (Ariyudha, 2010; Cahya, 2013). 14. Tipe Audit, perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four lebih tinggi dalam mengungkapkan modal intelektual dibanding dengan perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP Big Four (Whiting dan Woodcock, 2011).
31
15. Listing status, perusahaan yang listing di luar negeri mengungkapkan informasi modal intelektual yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan yang listing di dalam negeri (Williams, S.Mitchel, 2001).
Pada penelitian ini hanya fokus pada variabel tingkat utang dan ukuran perusahaan (sebagai variabel keuangan) serta ukuran dewan komisaris dan umur perusahaan (sebagai variabel non keuangan). Hal dikarenakan keempat variabel tersebut merupakan hal yang paling mendasar bagi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela termasuk pengungkapan modal intelektual. Dan juga adanya inkonsistensi pada hasil penelitian sehingga peneliti ingin membuktikan kembali pengaruh variabel tersebut. Penelitian ini juga menggunakan variabel baru yaitu
pertumbuhan laba dan kompleksitas bisnis dengan proksi jumlah
entitas anak yang dimiliki perusahaan. Laba merupakan indikator umum perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan laba yang positif maka memberikan sinyal baik kepada terutama
investor
untuk
melakukan
investasi.
Bertambahnya
pasar
investor
menyebabkan tuntutan informasi yang lebih menyeluruh demi memenuhi kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan. Begitu juga dengan kompleksitas bisnis yang menimbulkan tuntutan cakupan informasi yang semakin luas.
32
2.7 Tingkat Utang Tingkat utang yang dihitung dengan debt to equity ratio menjelaskan proporsi total hutang dibagi dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan perusahaan untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aktivitas atau aset perusahaan. Semakin besar tingkat utang menunjukkan bahwa modal perusahaan sebagian besar dibiayai dari hutang. Sehingga kreditur menuntut adanya keterbukaaan informasi untuk menjamin utang yang telah diberikan kepada perusahaan. Ada beberapa macam rasio tingkat utang antara lain debt to total assets, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan time interested earned. Namun, pada penelitian ini menggunakan debt to equity ratio. Debt to equity ratio menunjukkan seberapa besar persentase penyediaan dana oleh para pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Brigham et al (2013:140) menyebutkan alasan di balik dampak penggunaan leverage yaitu: 1. Bunga dapat menjadi pengurang pajak. Penggunaan utang akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi yang lebih besar bagi investor. 2. Jika laba operasi sebagai persentase terhadap aset melebihi tingkat bunga atas utang seperti pada umumnya yang diharapkan, maka perusahaan dapat menggunakan utang untuk membeli aset, membayar bunga, atau utang dan bonus bagi pemegang saham.
33
Jensen dan Mecling (1976) dalam Purnomosidhi (2005) mengemukakan bahwa terdapat suatu potensi untuk mentransfer kekayaan dari debthholders kepada pemegang saham dan manajer pada perusahaan-perusahaan yang tingkat ketergantungannya kepada utang sangat tinggi sehingga menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang tinggi. Untuk mengatasi biaya keagenan, manajer dapat melakukann pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) termasuk informasi mengenai modal intelektual. Dalam konteks teori agensi tradisional, manajer perusahaan diperkirakan memiliki kebijakan akuntansi (termasuk pengungkapan sukarela), karena kewajiban kepada pemberi pinjaman dalam perjanjian hutang yang ada (Dhaliwal et al., 1982 dalam White et al, 2010).
2.8 Pertumbuhan Laba Laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajemen dan operasional suatu perusahaan. laba merupakan pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya. Laba bersih (net profit) adalah pendapatan perusahaan perusahaan setelah dikurangi bunga dan pajak. Setiap perusahaan mencoba untuk memperoleh laba yang maksimal. Karena laba yang semakin meningkat memberikan sinyal peningkatan kinerja perusahaan secara umum kepada investor sedangkan laba yang menurun memberikan sinyal penurunan kinerja perusahaan kepada investor. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefiniskan laba sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
34
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Ghozali dan Chariri, (2007 : 350) menyebutkan informasi tentang laba perusahaan berguna untuk: 1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam peruahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital) 2. Sebagai pengukur prestasi manajemen 3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak 4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu ekonomi 5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus 6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan 7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran 8. Sebagai dasar pembagian deviden
Melihat kegunaan laba di atas tentulah berbagai pihak menginginkan adanya keterbukaan informasi dari perusahaan. Penyajian laba melalui laporan keuangan menunjukkan kinerja perusahaan dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan adalah pertumbuhan laba. Rasio ini menggambarkan tingkat pertumbuhan laba di setiap tahunnya. Pertumbuhan laba perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan akan eksistensi usahanya dalam perkembangan ekonomi. Menurut Angkoso (2006) dalam Simarmata (2010) pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain:
35
1.
Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka pertumbuhan laba diharapkan semakin tinggi.
2.
Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3.
Tingkat utang. Jika perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi, maka manajemen cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4.
Tingkat penjualan. Semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin tinggi pula pertumbuhan laba.
5.
Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.9 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengukur besar kecilnya perusahaan. Ada beberapa cara pengukuran ukuran perusahaan yaitu total aset, log size, total penjualan, nilai pasar saham, total modal. Namun yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan dengan proksi logaritma natural total aset. Karena perusahaan dengan total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Aset juga digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan sehari-hari. Hackstone dan Milne (1996) dalam Purnomosidhi (2005) menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan melakukan
36
aktivitas yang lebih banyak dan memiliki banyak unit usaha sehingga mampu menciptakan nilai perusahaan untuk jangka panjang. Peneltian Ousama et al (2012) yang meneliti determinan pelaporan modal intelektual pada perusahaan yang listing di Malaysia menemukan bahwa ukuran perusahaan merupakan determinan pengungkapan modal intelektual. Sedangkan penelitan Rimmel et al (2009) yang meneliti pengungkapan sukarela modal intelektual pada perusaaan yang melakukan IPO di Jepang pada tahun 2003 menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dalam pengungkapan modal intelektual. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang penting dalam mengungkapkan informasi laporan tahunan perusahaan termasuk pengungkapan modal intelektual. Ousama (2012) menyebutkan beberapa alasan kenapa perusahaan yang berskala besar perlu mengungkapkan modal intelektual yaitu: 1. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih besar; 2. Dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, perusahaan besar cenderung memiliki sistem informasi manajemen internal yang baik karena berbagai macam aktivitas yang dilakukan; 3. Terjadinya kesenjangan yang lebih besar antara nilai pasar dan buku. Sehingga dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut dalam pengungkapan modal intelektual;
Beberapa alasan Ousama di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang berskala besar harusnya melakukan pengungkapan modal intelektual yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil.
37
2.10
Ukuran Dewan Komisaris
Menurut UU No. 40 Tahun 2007, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris bertugas melakukan pengendalian dan pengawasan atas tindakan manajer dalam mengelola perusahaan agar tidak bertindak curang. Di Indonesia, dewan komisaris ditunjuk oleh RUPS. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 pasal 108 ayat 5 perusahaan perseroan terbatas wajib memiliki sedikitnya dua anggota dewan komisaris. Sedangkan menurut Pedoman Umum GCG Indonesia (KNKG, 2006), jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Menurut Pedoman Umum GCG Indonesia (2006), agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipatuhi prinsip-prinsip berikut: 1. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2. Anggota dewan komisaris harus professional, yaitu berintegrasi dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan.
38
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.
Dewan komisaris merupakan alat pengendali internal yang memastikan bahwa perilaku manajer atau dewan direksi sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan dan pemangku kepentingan. Haji dan Ghazali (2013) menyatakan ukuran dewan komisaris yang lebih besar mampu meningkatan pengawasan dalam organisasi perusahaan. Fungsi pengendalian (control) dewan komisaris dapat mengurangi biaya agensi yaitu mampu menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pihak agen dengan pihak principal dengan melakukan pengungkapan informasi modal intelektual.
2.11
Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan bentuk eksistensinya di dunia bisnis dalam
menghadapi tantangan persaingan dan memanfaatkan peluang bisnis. Dengan mengetahui umur perusahaan maka akan diketahui pula sejauh mana perusahaan tersebut dapat survive (Artinah, 2013). Umur perusahaan menandakan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Seiring berjalannya waktu aset perusahaan akan meningkat, perusahaan private akan tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan public, investor semakin bertambah dan lain sebagaimya. Keberhasilan untuk mencapai umur yang panjang menandakan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan peluang dan menangani tantangan bisnis dengan baik. Umur perusahaan menunjukkan juga bahwa produk dan layanan
39
yang diberikan diterima oleh pasar atau masyarakat. Semakin lama umur perusahaan maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat sehingga semakin mampu mengungkapkan informasi keuangan.
2.12
Kompleksitas Bisnis Kompleksitas organisasi atau operasi merupakan akibat dari pembentukan
departemen dan pembagian pekerjaan yang memiliki fokus terhadap jumlah unit yang berbeda (Ariyani dan Budiartha, 2014). Perusahaan dengan struktur bisnis yang kompleks membutuhkan sistem informasi manajemen yang efektif dalam memonitoring dan mendorong lebih banyak informasi yang diungkapkan (Courtis, 1978 dan Cooke,1989 dalam Hossain dan Hammami, 2009). Perusahaan akan mengalami perkembangan bisnis dalam menjalankan usahanya. Sehingga ada kemungkinan bagi perusahaan untuk mengembangkan daerah pemasaran dengan membuka cabang atau anak perusahaan. Kompleksitas bisnis dikaitkan dengan jumlah entitas anak yang dimiliki oleh perusahaan. Pendirian entitas anak perusahaan sebagai bentuk upaya untuk memperluas pemasaran dan mencukupi kebutuhan masyarakat akan produk dan layanan perusahaan. Entitas anak ini biasanya dilakukan dengan diversifikasi produk dari perusahaan induknya. Seperti PT. Bank Negara Indonesia memiliki beberapa anak perusahaan diantaranya yaitu BNI Life Insurance, Obligasi BNI Securities, BNI Remittrance Ltd, BNI Multi Finance. Kompleksitas bisnis menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai unit-unit usahan yang aktivitasnya harus diawasi lebih ketat. Entitas anak perusahaan harus
40
menyediakan informasi yang akurat dan menyeluruh. Banyaknnya anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan juga menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai ukuran atau skala usaha yang besar. Biasanya sebagian besar modal pada anak perusahaan merupakan modal para pemegang saham di perusahaan induk. Sehingga tuntutan akan keterbukaan informasi akan lebih luas.
2.13 Penelitian Terdahulu Sejalan dengan meningkatnya pemberdayaan intangible asset terutama setelah dikeluarkannya PSAK No. 19 (Revisi 2009) tentang aset tidak berwujud, penelitian
tentang
modal
intelektual
di
Indonesia
mulai
berkembang.
Purnomosidhi (2005) dengan sektor perusahaan publik dan metode pengumpulan datanya menggunakan content analysis menunjukkan bahwa leverage, size, dan kinerja modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual sedangkan tipe industri, foreign listing status, kinerja perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Rimmel et al (2009) dengan metode pengumpulan data content analysis membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual, industri yang berteknologi tinggi lebih banyak mengungkapkan modal intelektual dibanding dengan industri yang berteknologi rendah, sedangkan kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Yau et al (2009) membuktikan ukuran perusahaan, perusahaan yang berlink dengan pemerintah, pertumbuhan perusahaan dan profitabilias berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela modal
41
inntelektual. Tabel 2.3 di bawah ini menunjukkan ringkasan penelitian terdahulu tentang pengungkapan modal intelektual.
Tabel 2.3 Penelitian-penelitian Empiris tentang Modal Intelektual No
Peneliti
Judul
Variabel
1.
Bambang Purnomosidhi (2005)
Analisi Empiris terhadap Determinan Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ
Dependen: Pengungkapan Modal Intelektual. Independen: Ukuran Perusahaan (Size), Tipe Industri, Foreign Listing Status, Kinerja Perusahaan, Ketergantungan pada Utang (leverage), Kinerja Modal Intelektual.
2.
Budi Artinah (2013)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Intelektual Capital pada Lembaga Keuangan yang Terdaftar di BEI.
Dependen: Pengungkapan Modal Intelektual.
Pengaruh Corporate Governance,Kin erja Perusahaan, dan Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan
Dependen: Pengungkapan Modal Intelektual. Independen: Corporate Governance (CGI), Kinerja
3.
Meizaroh dan Jurica Lucyanda (2012)
Metode Analisis Content Analysis, Regresi Berganda
Content Analysis, Regresi Berganda
Independen: Konsentrasi Kepemilikan, leverage, Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan.
Content Analysis, Regresi Berganda
Hasil Leverage, Size, dan Kinerja Modal Intelektual berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual sedangkan tipe industri, foreign listing status, performance tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual.
Dari lima variabel independen yaitu konsentrasi kepemilikan, leverage, komisaris independen umur perusahaan dan ukuran perusahaan yang dimasukkan kedalam regresi, hanya konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan yang signifikan. Corporate Governanve berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal intelektual; Kinerja
42
No
4.
Peneliti
Mohammed Hossain dan Helmi Hammami (2009)
Judul
Variabel
Modal Intelektual.
Perusahaan (ROE), Umur Perusahaan.
Voluntary Disclosure in the Annual Reports of An Emerging Country: The Case of Qatar
Dependen : Pengungkapan sukarela modal intelektual
5.
Dr. Gregory White et al (2007)
Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure in Listed Biotechnology Companies
6.
Foong Soon Yau et al (2009)
Intellectual Capital Reporting and Corporate Characteristics of Public Listed Companies in Malaysia
Independen: Umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas bisnis, asset in place Dependen: Pengungkapan Modal Intelektual Independen: Komisaris Independen, Konsentrasi Kepemilikan, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, leverage.
Dependen: Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual Independen: Ukuran Perusahaan, Perusahaan
Metode Analisis
Content analysis, ordinary least square.
Korelasi Bivariat, Regresi Berganda
Content Analysis,
Hasil Perusahaan tidak berpengaruh terhadapa pengungkapan modal intelektual; Umur Perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Umur perusahaan, ukuran perusahaan, kompleksitas bisnis, dan asset inplace signifikan dalam menjelaskan pengungkapan sukarela modal intelektual sedangkan profitabilitas tidak signifikan. Adanya korelasi positif yang kuat antara tingkat pengungkapan modal intelektual sukarela dengan komisaris independen, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan leverage. Serta tidak ada korelasi antara pengungkapan modal intelektual sukarela dengan tingkat konsentrasi kepemilikan. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual,
43
No
Peneliti
Judul
Variabel
Metode Analisis
berlink Pemerintah, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan
7.
8.
9.
Talliyang et al (2011)
Ousama et al (2012)
Cahya (2013)
TheDeterminant s Of Intellectual Capital Disclosure Among Malaysian Listed Companies
Dependen: Pengungkapan modal intelektual.
Determinants of Intellectual Capital Reporting Evidence from Annual Reports of Malaysian Listed Companies
Dependen: Luas Pengungkapan Modal Intelektual
Determinan Luas Pengungkapan Modal Intelektual pada Perbankan
Dependen: Pengungkapan Modal Intelektual.
Content analysis, Multiple Regressi on.
Independen: Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Tingkat Utang, Konsentrasi Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan.
Perusahaan yang berlink dengan pemerintah berpengaruh signifikan, Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan, profitabilitas berpengaruh signifikan. Umur perusahaan, ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan dan pertumbuhan perusahaaan merupakan determinan pengungkapan modal intelektual.
Correlati on Analysis, Multiple Regressi on
Ukuran perusahaan, profitabilitas, tipe industri merupakan determinan dalam pengungkapan modal intelektual sedangkan tingkat utang dan tipe audit tidak berpengaruh signifikan.
Content analysis, Regresi Berganda .
Ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap luas
Independen: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat utang, Tipe Audit Perusahaan, Tipe Industri
Independen: Tingkat utang, kinerja modal
Hasil
44
No
Peneliti
Judul
Variabel intelektual, ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, konsentrasi kepemilikan saham dan umur listing.
Metode Analisis
Hasil pengungkapan modal intelektual. Kinerja modal intelektual, tingkat utang, konsentrasi kepemilikan saham tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.
2.14 Kerangka Pemikiran Teoritis Kesadaran perusahaan terhadap modal intelektual meningkat seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Informasi modal intelektual dianggap penting oleh perusahaan demi memberikan ketercukupan informasi kepada pemangku kepentingan, untuk menarik investor dan meningkatkan daya saing yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dewasa ini perusahaan cenderung lebih banyak mengungkapkan aset berwujud dibanding dengan aset tidak berwujud. Hal ini dikarenakan aset tidak berwujud sulit untuk dikuantifikasikan. Pengungkapan modal intelektual pada penelitian ini dijelaskan dengan tiga teori yaitu legitimacy theory, agency theory dan signaling theory. Pengungkapan modal intelektual melengkapi pengungkapan informasi keuangan sebagai wujud transparansi informasi perusahaan. Dalam operasionalnya perusahaan harus memperhatikan batas-batas, nilai dan norma yang berlaku di lingkungan perusahaan tersebut berdiri. Hal ini dikarenakan adanya kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar (legitimacy theory).
45
Kontrak sosial ini menuntut perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis sesuai dengan batasan-batasan yang dianggap sah oleh masyarakat. Sebagai wujud pemenuhan kontrak sosial ini perusahaan harus mengungkapkan informasi yang menyeluruh termasuk informasi modal intelektual kepada masyarakat atau lingkungan. Dalam melaksanakan bisnisnya pemilik perusahaan mendelegasikan kewenangan kepada pihak manajemen. Pendelegasian ini menimbulkan adanya konflik kepentingan di kedua belah pihak. Kinerja perusahaan yang baik mendorong
manajemen
untuk
mendapatkan
insentif
guna
memenuhi
kesejahteraan pribadi. Sedangkan pemilik perusaahaan yang tidak mengetahui detail operasional perusahaan, seakan kekurangan informasi dibanding dengan pihak manajemen yang terlibat dalam operasional perusahaan sehari-hari. Hal ini menimbulkann adanya asimetri informasi. Dari segi signalling theory, pengungkapan informasi yang lengkap dan menyeluruh termasuk informasi aset tidak berwujud perusahaan berupa kekayaan intelektual akan memberikan sinyal positif kepada pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan, investor, karyawan, masyarakat, dan lain sebagainya atas ketersediaan informasi untuk pengambilan keputusan. Sinyal positif ini akan mendapatkan respon atau tanggapan positif sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan. Atas dasar ini pemilik perusahaan atau pemegang kepentingan menuntut adanya keterbukaan informasi dengan melaporkan seluruh informasi baik informasi keuangan maupun non keuangan, informasi aset berwujud maupun aset
46
tidak berwujud. Terlebih jika perusahaan sudah mempunyai tempat di masyarakat, struktur bisnis perusahaan kompleks dan sebagian modal perusahaan berasal dari pihak eksternal maka pihak manajemen harus lebih luas dan lengkap dalam mengungkapkan informasi perusahaan. Berdasarkan uraian di atas kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini tersaji pada gambar 2.1.
Tingkat Utang (LEV) Pertumbuhan Laba (EG) Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran Dewan Komisaris (COMM)
Agency Theory
Signalling Theory Agency dan Legitimacy Theory
Pengungkapan Modal Intelektual (ICD)
Agency Theory
Umur Perusahaan (AGE)
Kompleksitas Bisnis (COMPLEX)
Legitimacy Theory
Agency Theory
Gambar 2.1 Model Teoritis
2.15 Pengembangan Hipotesis Penelitian 2.15.1 Pengaruh Tingkat Utang terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Tingkat utang merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada dana dari kreditur dalam membiayai investasi. Tingkat utang pada penelitian ini menggunakan rasio total hutang dibanding dengan total modal
47
perusahaan (debt to equity ratio) yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk memenuhi modalnya sendiri. Rasio ini menjelaskan struktur keuangan perusahaaan terkait dengan bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Aktivitas perusahaan didanai oleh hutang dan modal pemegang saham. Ketika hutang lebih tinggi dari pada modal perusahaan maka pendanaan perusahaan sangat bergantung pada pinjaman pihak eksternal yaitu hutang dari kreditur. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat utang rendah berarti bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan asetnya atau modal pemegang saham untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Perusahaan menggunakan dana dari kreditur dengan tujuan untuk memenuhi kecukupan modal yang digunakan untuk operasional perusahaan dan untuk mebiayai investasi. Ketika kreditur meminjamkan dana kepada perusahaan, tentulah kreditur akan melihat prospek atau kinerja perusahaan. Hal ini terkait dengan keamanan dana yang diberikan. Prospek perusahaan ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh. Keuntungan perusahaan mempengaruhi keputusan kreditur. Ketika keuntungan perusahaan tinggi maka kreditur yakin bahwa keamanan dan keterjaminan dana yang dipinjamkan besar. Kreditur dapat memastikan bahwa dana tersebut akan mampu dibayar atau dikembalikan oleh perusahaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dengan menggunakan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, wajar kiranya jika kreditur menginginkan adanya keterbukaan informasi yang dapat dilakukan dengan melakukan pengungkapan yang akurat dan menyeluruh demi memastikan keamanan dan keterjaminan dana yang dipinjamkan.
48
Dalam memonitoring dana yang telah dipinjamkan, kreditur melihat seberapa besar dana yang telah dipinjamkan kepada perusahaan. Jika dana yang dipinjamkan jumlahnnya besar, maka kreditur akan cenderung melakukan pengawasan yang ketat. Sebaliknya jika dana yang dipinjamkan tidak terlalu besar, maka kreditur akan melakukan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Pengawasan ini didampingi dengan tuntutan keterbukan informasi perusahaan baik informasi keuangan maupun non keuangan termasuk modal intelektual. Alasan pentingnya informasi modal intelektual baik untuk kreditur maupun pihak eksternal lainnya adalah modal intelektual mampu melengkapi informasi perusahaan. Dewasa ini perusahaan cenderung hanya mengungkapkan informasi tentang kinerja perusahaan tanpa memberikan sorotan tentang sumber daya atau kekayaan lain peruahaan yang dijadikan sebagai penggerak dalam akitivitas perusahaan. Contoh dari kekayaan ini seperti pengetahuan, teknologi dan karyawan perusahaan. Tanpa disadari informasi ini juga sebenarnya berharga bagi pihak eksternal. Terutama untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang pengetahuan. Dimana modal penggerak utamanya adalah pengetahuan dan keterampilan karyawannya. Pada penelitian ini tingkat utang dijelaskan dengan agency theory. Pemberian wewenang oleh pemilik perusahaan kepada manajemen menimbulkan adanya konflik kepentingan. Manajemen sebagai pengelola perusahaan yang mengetahui operasional perusahaan cenderung ingin memaksimalkan dirinya demi mendapatkan kesejahteraan tanpa memperhatikan keinginan pemilik perusahaan. Disisi lain pemilik perusahaan menginginkan adanya keterbukaan
49
informasi atas aktivitas yang manajer lakukan. Keadaan seperti ini menimbulkan adanya asimetri informasi antara manajer yang bertindak sebagai agent dengan pemilik perusahaan yang disebut sebagai principal. Berdasarkan agency theory, perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi memiliki biaya agensi yang tinggi. Biaya agensi ini sebagai teknik pengendalian dan pengawasan kreditur kepada perusahaan. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi para stakeholder, hal ini dikarenakan adanya risiko yang tinggi akibat proporsi utang yang besar terutama bagi kreditur. Sebagai contoh ketika perusahaan pailit, kecilnya modal pemegang saham tidak mampu menutupi utang yang dipinjam. Sehingga dalam hal ini kreditor mentut adanya informasi yang penuh dan menyeluruh termasuk modal intelektual. Hal ini rasional dilakukan karena kreditur memiliki kewajiban untuk memastikan keamanan dan keterjaminan dana yang dipinjamkan dapat dibanyar atau dilunasi pada waktu yang sudah ditentukan dan dapat digunakan dengan baik untuk operasional perusahaan guna memperoleh keuntungan. Logika teori ini didukung dengan hasil penelitian Purnomosidhi (2005) yang menyatakan bahwa tingkat utang dengan proksi long term debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian White el al (2007) yang menggunakan proksi total liabilities to total assets, menghasilkan bahwa tingkat utang merupakan salah satu key driver atau key factor dalam pengungkapan modal intelektual. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara
50
tingkat utang dengan pengungkapan modal intelektual. Begitu juga dengan hasil penelitian Williams (2001) yang menemukan bahwa tingkat utang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: H1
: Semakin tinggi tingkat utang maka semakin tinggi pengungkapan modal
intelektual.
2.15.2 Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Laba adalah selisih antara pendapatan dengan beban-beban yang ditanggung oleh perusahaan. Laba merupakan pengukuran kinerja perusahaan secara umum. Laba yang besar menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menjalankan aktivitas usahanya. Baik dalam menghadapi tantangan seperti pesaing maupun memanfaatkan peluang pasar. Sehingga hal yang lazim jika perusahaan yang labanya tinggi akan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Pertumbuhan laba (earning growth) menggambarkan tingkat kenaikan atau penurunan laba perusahaan pada setiap tahunnya. Pertumbuhan laba yang positif atau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun merupakan berita baik (good news) bagi investor yang menandakan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik. Besarnya laba yang diperoleh menunjukkan bahwa bahwa produk dan layanan perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Pertumbuhan laba yang naik dari tahun ke tahun memberikan sinyal positif kepada pasar atau investor untuk melakukan investasi. Bertambahnya investor ini
51
menyebabkan adanya tuntutan transparasi kinerja dan informasi perusahaan kepada manajemen. Hal ini dikarenakan, bagi investor dan pihak lainnya informasi tentang perusahaan merupakan hal yang sangat penting guna pengambilan keputusan. Sehingga manajemen harus mampu memenuhi kebutuhan informasi untuk para investor dan pihak lainnya baik informasi keuangan maupun non keuangan. Pertumbuhan laba dijelaskan dengan signalling theory. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal-sinyal yang berguna dalam pengambilan keputusan investor. Ketika pertumbuhan laba perusahaan positif maka pasar juga akan memberikan respon positif terhadap perusahaan. Semakin meningkat pertumbuhan laba maka investor akan mempertimbangkan untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena mereka meyakini bahwa perusahaan yang berkinerja baik dengan melihat angka pertumbuhan laba yang positif, akan memberikan keuntungan pada investasi yang ditanam. Sedangkan ketika pertumbuhan laba negatif maka akan memberikan sinyal kepada pasar bahwa produknya tidak diterima masyarakat. Sehingga investor akan enggan untuk melakukan invesatasi. Dari segi karyawan terkait dengan gaji dan tunjangan, pertumbuhan laba yang positif memberikan sinyal bahwa karyawan mendapatkan jaminan dan keamanan dalam pekerjaaanya dan juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan bonus. Bagi pemerintah, pertumbuhan laba yang positif memberikan sinyal terkait dengan kewajiban pajak yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Bagi kreditur, mereka merasa aman bahwa dana yang diberikan akan mampu
52
dikembalikan oleh perusahaan pada waktu yang sudah ditentukan. Dan bagi masyarakat, pertumbuhan laba yang positif mampu memberikan reward kepada masyarakat dalam bentuk corporate social responsibility perusahaan. Dari penjelasan tersebut didapat bahwa laba sangat berguna bagi berbagai pihak terutama dalam pengambilan keputusan. Sehingga akan lebih bijak jika perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang positif lebih mampu mengungkapkan informasi
yang menyeluruh termasuk
informasi modal
intelektual yang dimiliki perusahaan. Pertumbuhan
laba
diperkirakan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan modal intelektual. Karena semakin meningkat pertumbuhan laba perusahaan, dalam arti bergerak positif maka semakin tinggi pula pengungkapan informasi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik dan mampu menghadapi tantangan yang ada. Atau dengan kata lain pertumbuhan laba yang meningkat menunjukkan adanya prospek yang baik dari perusahaan. Untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan dapat
melakukan
pengungkapan
informasi
secara
sukarela
termasuk
pengungkapan informasi modal intelektual yang sangat diperlukan demi memenuhi kecukupan informasi baik untuk pihak eksternal maupun internal. Logika teori dimana semakin tinggi pertumbuhan laba maka semakin banyak pengungkapan modal intelektual didukung atau terbukti pada hasil penelitian Taliyang et al (2011). Namun pada penelitian Taliyang et al (2011) menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan (growth) dengan proksi market to
53
book value of common share. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: H2
: Semakin meningkat pertumbuhan laba perusahaan maka semakin tinggi
pengungkapan modal intelektual.
2.15.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang dapat diukur dengan total aset, total penjualan, dan total karyawan. Ukuran perusahaan pada penelitian ini adalah besarnya logaritma natural dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar total aset yang dimilik oleh perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Aset yang besar dapat digunakan untuk memenuhi biaya operasional dan investasi perusahaan. Alasan utama ukuran perusahaan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang lebih besar mempunyai hubungan yang lebih kompleks dan aktivitas yang lebih banyak dalam penciptaan nilai dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Besarnya sumber daya yang dimiliki perusahaan dan adanya kesenjangan informasi merupakan kondisi yang memerlukan pengungkapan informasi yang menyeluruh termasuk modal intelektual perusahaan. Seperti yang kita ketahui bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan merupakan aset penggerak jalannya operasional perusahaan. Keunggulan kompetitif perusahaan
54
terletak pada sumber daya yang dimilikinya. Keunggulan kompetitif ini akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan bisa tercermin dari sumber daya pengetahuan, yang dapat berbentuk pelanggan, karyawan, dan teknologi. Perusahaan yang berskala besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai track record yang baik dalam dunia bisnis. Sehingga hal yang rasional jika perusahaan berskala besar lebih banyak mengungkapkan informasi termasuk modal intelektual demi menjaga nilai perusahaan di mata pasar. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan dengan agency theory dan legitimacy theory. Dari segi agency theory perusahaan yang besar memiliki aktivitas yang lebih banyak dan hubungan yang lebih kompleks akibat dari pendelegasian wewenang. Pihak manajemen (agent) dan pemilik perusahaan (principal) cenderung memiliki konflik kepentingan sehingga meningkatkan biaya agensi. Dengan demikian untuk mengurangi biaya agensi ini, perusahaan akan secara sukarela melakukan pengungkapkan informasi yang lebih lengkap, termasuk informasi mengenai modal intelektual (Ousama, 2012). Dengan mengungkapkan informasi yang lebih banyak, perusahaan juga membuktikan bahwa telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) terutama prinsip transparansi. Dan hal ini juga akan menjadi poin positif bagi perusahaan yang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Dari segi legitimacy theory Ousama (2012) menyebutkan bahwa perusahaan berskala besar menjadi lebih terlihat serta diawasi oleh masyarakat
55
dan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pemahaman legitimacy theory, dimana perusahaan harus melaksanakan aktivitas operasional perusahaan yang sah serta tidak merugikan lingkungan dan masyarakat. Sehingga perusahaan berskala besar mempunyai kewajiban untuk mematuhi norma dan memenuhi harapan masyarakat di sekitar perusahaan tersebut berada, salah satunya adalah dengan melakukan pengungkapan sukarela. Ukuran perusahaan yang semakin besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor merespon positif dan nilai perusahaan meningkat (Soejoko dan Soebiantoro, 2007 dalam Cahya, 2013). Sedangkan perusahaan berskala kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan yang lebih lengkap. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dibanding dengan manfaat yang akan diperoleh. Karena pada umumnya perusahaan kecil masih mengalami persaingan yang ketat dalam mengembangkan bisnisnya. Logika teori ini didukung dengan hasil penelitian Purnomosidhi (2005) yang mengukur ukuran perusahaan dengan the natural log of total assets dengan hasil bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang dapat menjelaskan variasi pengungkapan sukarela modal intelektual dalam laporan tahunan. Abeysekera dan Guthrie (2006) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset merupakan determinan yang penting dalam pengungkapan sukarela. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian White et al (2007) yang mengukur ukuran perusahan dengan natural log of market capitalization. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
56
antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Singh et al (dalam White et al, 2007) yang meneliti adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual pada perusahaan gas dan minyak di Australia. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H3
: Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan
modal intelektual.
2.15.4 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang menjalankan fungsi pengawasan untuk memastikan pelaksanaan berbagai aktivitas dan mekanisme sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada pada perusahaan. Dewan komisaris bertugas untuk melakukan monitoring terhadap tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan agar tidak bertindak curang. Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan. Menurut UU No. 40 Tahun 2007 jumlah anggota dewan komisaris pada perusahaan terbuka sedikitnya dua orang dan menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006 jumlah anggota dewan komisaris disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas perusahaan. Dalam tugasnya, pengendalian dan pengawasan dewan komisaris dibantu oleh komite-komite yang berada dibawahnya seperti komite audit, komite
57
pemantau risiko, komite remunerasi dan nominasi dan komite lain sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap komite bertanggung jawab untuk melakukan review dan melakukan pengawasan berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan berdasarkan tugas dan wewenang masing-masing komite. Dewan komisaris
dalam
fungsinya
sebagai
pengawas,
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh direksi. Dewan komisaris juga berkewajiban untuk memastikan bahwa direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari auditor internal, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia. Kemudian laporan tersebut disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan (Pedoman Umum GCG Indonesia, 2006). Laporan dewan komisaris berisi laporan pelaksanaan aktivitas usaha dan kinerja perusahaan dalam tahun yang bersangkutan. Misalnya mengenai evaluasi kebijakan strategis yang dilakukan terhadap sejumlah bidang diantaranya kinerja bank, profil dan citra perusahaan, kebijakan manajemen risiko, tindak lanjut atas hasil pemeriksaan audit eksternal/internal, sumber daya manusia, teknologi informasi dan sebagainya. Laporan ini merupakan bagian dari laporan tahunan perusahaan. Dewan komisaris mengawasi setiap jalannya aktivitas perusahaan dari mulai pelaksanaan sampai dengan pelaporan. Selain itu dewan komisaris juga memberikan tanggapan atas pelaporan berkala dewan direksi terkait dengan tugasnya mengelola perusahaan. Sehingga tentulah untuk menjadi dewan komisaris harus dipastikan memiliki integritas dan kompetensi di bidang keuangan yang memadai dan bertanggung jawab. Ukuran
58
dewan komisaris yang efektif juga didukung dengan komunikasi dan koordinasi yang baik antar anggota dewan komisaris sehingga menghasilkan kontrol yang baik dalam peruahaan. Asumsi utama digunakannya variabel ini adalah dewan komisaris berfungsi sebagai alat pengendalian teritinggi bagi perusahaan. Tindakan pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk mengurangi biaya agensi melalui penekanan kepada manajer untuk melakukan pengungkapan informasi secara lengkap dan akurat termasuk modal
intelektual. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi adanya asimetri informasi demi menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemilik perusahaan. Semakin besar ukuran dewan komisaris suatu perusahaan, maka kinerja pengawasan dan pengendalian menjadi lebih baik dan efektif sehingga perusahaan akan melakukan pengungkapan penuh termasuk modal intelektual demi memenuhi kebutuhan informasi pemilik perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan. Tetapi ukuran dewan komisaris yang besar tanpa diimbangi dengan komunikasi dan koordinasi antar anggota tentunya akan menimbulkan ketidaksepahaman. Sehingga seperti yang telah disebutkan di atas bahwa ukuran dewan komisaris disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan dan dituntut juga untuk dapat mengambil keputusan secara tepat dan cepat. Penelitian Cahya (2013) yang meneliti karakteristik perusahaan dengan variabel kontrol umur listing terhadap luas pengungkapan modal intelektual. Hasilnya menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan
59
terhadap luas pengungkapan modal intelektual. Alasan yang mendasarinya adalah dewan komisaris bertugas sebagai pengawas dan pengendali perusahaan sehingga dalam kegiatannya dewan komisaris akan memastikan bahwa aktivitas manajemen sesuai dengan harapan pemilik perusahaan dan pelaporan kinerja disajikan secara benar, akurat, dan menyeluruh demi memenuhi ketercukupan informasi bagi pihak yang berkepentingan. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu: H4
: Semakin besar ukuran dewan komisaris maka akan semakin tinggi
pengungkapan modal intelektual.
2.15.5 Pengaruh
Umur
Perusahaan
terhadap
Pengungkapan
Modal
Intelektual Keberhasilan perusahaan dalam bisnisnya tidak terlepas dari lingkungan dimana
perusahaan
tersebut
berada.
Dukungan
dari
lingkungan
akan
mempermudah perusahaan dalam menjalankan bisnis. Keberhasilan tersebut ditandai dengan lamanya perusahaan berdiri atau bisa dikuantifikasikan dengan umur perusahaan. Umur perusahaan adalah rentan waktu pada awal pendirian sampai dengan saat perusahaan masih beroperasi. Umur perusahaan menandakan kemampuan eksistensinya dalam dunia bisnis dengan segala persaingan dan peluang usaha yang ada. Kemampuan untuk mempertahankan eksistensi di tengah persaingan bisnis dan ekonomi yang semakin kuat membutuhkan usaha yang tidak mudah. Tentunya perusahaan melakukan berbagai usaha dengan meningkatkan kreativitas
60
dan inovasi agar produk dan layanannya tetap unggul dan diterima oleh masyarakat. Logika teori pada variabel ini dipayungi dengan teori legitimasi (legitimacy theory). Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan akan melakukan usahanya sesuai dengan batas-batas dan norma yang berlaku di lingkungan dan masyarakat. Perusahaaan juga akan menjalankan usahanya sesuai dengan harapan yang berkembang di masyarakat. Dan harapan tersebut senantiasa berubah dan berkembang. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat yang harus dipenuhi (Deegan, 2002). Masyarakat menuntut adanya keterbukaan informasi dari perusahaan yang beroprasi di lingkunganya. Legitimacy theory sangat mampu mengungkapkan modal intelektual. Perusahaan akan mengungkapan informasi secara sukarela ketika memang dibutuhkan oleh masyarakat termasuk pengungkapan modal intelektual. Hal ini dilakukan sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi perusahaan. Ketika perusahaan melaporkan informasi secara akurat dan menyeluruh maka masyarakat/lingkungan memberikan respon yang baik terhadap keberadaan perusahan. Respon baik tersebut diwujudkan dalam bentuk loyalitas pelanggan atau masyarakat. Dan ketika perusahaan menjalankan aktivitasnya tidak memperhatikan norma dan batas-batas yang ada di masyarakat maka perusahaan akan menciptakan image yang buruk di mata masyarakat. Sehingga dari hal ini manajemen perusahaan akan mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2008: 583).
61
Owusu-Ansah (1998) dalam Hossain dan Hammami (2012) menyatakan ada tiga alasan kenapa perusahaan yang berusia lebih muda tidak mengungkapkan informasi yang menyeluruh: 1. Perusahaan yang lebih muda mungkin akan menderita kerugian yang cukup besar jika mereka mengungkapkan item-item tertentu seperti informasi pengeluaran penelitian, belanja modal dan pengembangan produk. 2. Manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan tidak seimbang. Untuk perusahaan yang lebih muda biaya dan kemudahan pengumpulan , pengolahan dan menyebarluaskan informasi. 3. Perusahaan yang lebih muda dimungkinkan kurang berpengalaman atau kurang memiliki track record terkait dengan kemampuan pengungkapan informasi.
Dari tiga alasan di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang berumur lebih muda menganggap bahwa pengungkapan informasi dianggap sebagai pemborosan. Dan perusahaan yang lebih tua seharusnya mampu untuk mengungkapkan informasi karena didukung dengan pengalaman yang telah didapat. Dan juga akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan biaya yang dikeluarkan karena dengan pengungkapan informasi yang menyeluruh akan meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan. Penelitian White et al (2007) yang meneliti pada perusahaan bioteknologi menjelaskan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara umur perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual. Hasil ini juga didukung oleh Rimmel et
62
al (2009) menyatakan bahwa luas pengungkapan informasi berhubungan dengan berapa lama perusahaan menjalankan bisnisnya. Hasil tersebut membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual. Alasan yang mendasarinya adalah semakin lama perusahaan berdiri maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat karena perusahaan mengetahui kebutuhan informasi dari pemegang kepentingan termasuk masyarakat sehingga semakin luas dalam mengungkapkan informasi termasuk informasi modal intelektual pada laporan tahunan. Hal ini dikarenakan perusahaan sudah mengalami kedewasaan dalam berbisnis dengan banyaknya pengalaman dan tingginya pemahaman dunia bisnis sehingga perusahaan memahami harapan dan keinginan lingkungan dimana perusahaan berdiri. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu: H5
: Semakin lama umur perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan
modal intelektual.
2.15.6 Pengaruh Kompleksitas Bisnis terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Perusahaan akan mengalami perkembangan usaha dalam menjalankan bisnisnya.
Sehingga
terdapat
kemungkinan
bagi
perusahaan
untuk
mengembangkan daerah pemasaran dengan membuka cabang atau anak perusahaan. Didirikannya anak perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan produk yang sama atau dengan diversifikasi produk dari perusahaan induk.
63
Adanya anak perusahaan akan menambah kompleksitas struktur bisnis perusahaan. Dimana pada anak perusahaan tersebut akan terdapat pendelegasian kewenangan yang berantai. Pendelegasian kewengan ini akan menyebabkan arus informasi perusahaan yang semakin panjang. Sehingga menimbulkan adanya biaya agensi. Pendirian anak perusahaan bertujuan untuk memperluas jaringan pemasaran untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Setiap anak perusahaan tentulah mempunyai sumber daya dalam mendukung operasional perusahaan baik sumber daya yang berwujud seperti aset maupun sumber daya yang tidak berwujud yaitu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Semakin besar sumber daya yang dimiliki menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan dan semakin baik prospek perusahaan. Banyaknya jumlah anak perusahaan yang dimiliki maka kompleksitas bisnis juga semakin tinggi. Tingginya kompleksitas bisnis ini menimbulkan hubungan keagenan yang semakin panjang. Manajemen yang ada pada anak perusahaan juga harus melaporkan dan mengungkapakan informasi kinerjanya. Kemudian manajemen perusahaan mengkonsolidasikan laporan tersebut untuk diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Kompleksitas bisnis ini menimbulkan cakupan pengungkapan yang semakin luas dan menuntut manajemen perusahaan untuk mampu mengungkapkan informasi secara akurat dan menyeluruh termasuk informasi pengungkapan modal intelektual. Hal ini dilakukan sebagai bentuk transparansi perusahaan.
64
Pada penelitian ini kompleksitas bisnis dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Asumsi utama yang mendasarinya adalah struktur bisnis yang kompleks memerlukan sistem informasi manajemen yang efektif (Courtis, 1978 dan Cooke, 1989a dalam Hossain dan Hammami, 2009). Sistem informasi manajemen yang efektif dapat dilakukan dengan melakukan pengungkapan. Dan struktur bisnis yang kompleks ditunjuk
oleh
juga menimbulkan banyaknya
pemilik perusahaan
(principal)
untuk
pihak yang
menjalankan
atau
mengoperasikan bisnisnya. Kondisi ini menyebabkan adanya hubungan keagenan yang semakin panjang. Hubungan keagenan yang semakin panjang
ini akan
menyebabkan asimetri informasi. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi asimetri informasi ini adalah dengan melalui pengungkapan. Baik pengungkapan mandatory maupun voluntary. Hal yang rasional jika perusahaan yang mempunyai struktur bisnis yang kompleks melakukan pengungkapan informasi yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan yang tidak begitu kompleks atau tidak memiliki entitas anak. Alasan yang mendasarinya adalah banyaknya entitas anak perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan mampu berkembang dan mempunyai pemasaran yang luas. Perkembangan perusahaan ini merupakan tanda bahwa produk dan layanan perusahaan diterima oleh pasar. Sehingga struktur bisnis yang kompleks membutuhkan adanya sistem informasi yang efektif untuk mengawasi dan mendorong lebih banyak pengungkapan informasi (Hossain dan Hammami, 2009). Termasuk pengungkapan informasi modal intelektual yang dimiliki perusahaan.
65
Logika teori ini didukung dengan hasil penelitian Hossain dan Hammami (2009) yang meneliti karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan yang listing di Qatar. Karakteristik perusahaan ini menggunakan variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas operasi usaha, dan asset in place meghasilkan bahwa umur perusahaan, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi usaha dan assets in place signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela, sedangka profitabilitas tidak signifikan dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H6
:
Semakin
kompleks
operasi
perusahaan
maka
semakin
tinggi
pengungkapan modal intelektual.
Berdasarkan uraian yang telah
dijelaskan
di
atas untuk memahami
bagaimana kemampuan variabel keuangan dan non keuangan dalam menjelaskan variasi pengungkapan modal intelektual dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
66
Tingkat Utang (LEV) H1 + Pertumbuhan Laba (EG) H2 + Ukuran Perusahaan (SIZE)
Pengungkapan Modal Intelektual (ICD)
H3 + Ukuran Dewan Komisaris (COMM) Umur Perusahaan (AGE)
H4 +
H5 + H6 +
Kompleksitas Bisnis (COMPLEX)
Gambar 2.2. Model Empiris
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari laporan tahunan yang sudah dipublikasikan secara resmi pada www.idx.co.id serta diambil dari web resmi perusahaan perbankan tahun 2011 sampai 2013. Laporan tahunan (annual report) yang diterbitkan berfungsi sebagai sumber informasi yang penting bagi para pemangku kepentingan yang ingin menilai kesehatan keuangan organisasi (Bontis, 2002). Penggunaan annual report dikarenakan mampu mewakili fokus, operasional dan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Bhasin (2008) menyatakan bahwa laporan tahunan merupakan media yang ideal untuk menerapakan
kerangka
modal
intelektual
karena
kemudahan
dalam
membandingkan posisi modal intelektual dan trend perusahaan, industri dan negara.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang beroperasi di Indonesia yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Daftar perusahaan perbankan di Indonesia yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada lampiran 1.
67
68
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu. Adapaun kriteria tersebut yaitu : 1. Menerbitkan laporan tahunan berturut-turut tahun 2011-2013 yang sudah diaudit dan dipublikasikan; 2. Tidak melakukan delisting pada tahun 2011-2013; 3. Menggunakan mata uang rupiah; 4. Tahun fiskal perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Dependen Variabel dependen pada penelitian ini adalah pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunan. Modal intelektual adalah kekayaan perusahaan yang biasanya berupa pengetahuan, keterampilan, loyalitas, karyawan dan lain sebagainya yang tidak ditampilkan di neraca dan dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan modal intelektual atau dikenal dengan ICDIndex. ICDIndex merupakan suatu metode pemberian skor 1 untuk informasi yang diungkapkan pada laporan tahunan dan skor 0 untuk informasi yang tidak diungkapkan pada laporan tahunan. Kemudian skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh total skor pengungkapan di setiap perusahaan. Penelitian ini menggunakan ICDIndex yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) meskipun nanti hasilnya tidak sebaik dengan menggunakan indeks dari
69
White et al (2007). Hal ini karena item pembaginya lebih banyak dari White et al (2007) yang hanya 56 item. Tetapi disisi lain ICDIndex Bukh et al (2005) itemitemnya lebih lengkap dibandingkan dengan indeks yang dikembangkan oleh White et al (2007). Dengan alasan itu peneliti menggunakan indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005). Score = ( Σdi/ M ) x 100% Keterangan: di (disclosure index)
= 1 jika item ICD diungkapkan dalam laporan
tahunan dan 0 jika tidak diungkapkan dalam laporan tahunan. M = Total jumlah item yang diungkapkan (78 item) Adapun rincian item-item indeks pengungkapan modal intelektual yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) dapat dilihat pada lampiran 2.
3.3.2 Variabel Independen 1. Tingkat Utang Tingkat utang adalah perbandingan besarnya dana yang disediakan oleh pemilik dengan dana yang diperoleh dari kreditur. Semakin tinggi tingkat hutang maka semakin tinggi ketergantungan perusahaan kepada hutang. Sehingga semakin tinggi pula pengungkapan informasi modal intelektual kepada kreditur. Hal ini karena tuntutan dari keamanan dana yang diberikan kreditur kepada perusahaan. Variabel ini diukur dengan rasio total hutang dengan total ekuitas. Le v
=
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏 𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝒕 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏 𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝒕
70
2. Pertumbuhan Laba Pertumbuhan laba adalah besarnya persentase kenaikan laba perusahaan pada setiap tahunnya. Pertumbuhan laba perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan akan eksistensi usahanya dalam perkembangan ekonomi. Kenaikan laba perusahaan pada setiap tahun menunjukkan bahwa produk dan pelayanan perusahaan diterima oleh masyarakat. Kenaikan laba ini memberikan sinyal positif kepada investor dan pemegang kepentingan lain akan nilai perusahaan. Pertumbuhan laba diukur dengan mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan laba periode sebelumnya. EG Keterangan:
= (EATt – EAT t-1/ EAT t-1) x 100%
EG
= Earning Growth (Pertumbuhan Laba)
EAT t = Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) tahun sekarang EAT t-1
= Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) tahun sebelumnya
3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan atau size merupakan variabel yang dapat diukur dengan total aset, total penjualan, total modal dan total karyawan dari perusahaan tersebut. Pada penelitian ini logaritma natural total aset dijadikan sebagai proksi ukuran perusahaan karena total aset mencakup aset lancar dan aset tidak lanacar yang digunakan oleh perusahaan, sehingga lebih mempresentasikan ukuran perusahaan yang sebenarnya (Wardhani, 2009). Bentuk logaritma natural digunakan karena pada umumnya nilai total aset perusahaan sangat besar,
71
sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai total aset diubah ke dalam bentuk logaritma natural. SIZE = LN (Total Aset) Keterangan
:
LN
= Logaritma Natural
4. Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada direktur atau direksi yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen perusahaan yang mengelola dan melakukan aktivitas perusahaan. Aktivitas manajemen diawasi agar manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Semakin besar jumlah dewan komisaris maka diharapkan semakin baik pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen sehingga mampu mengungkapkan modal intelektual yang semakin tinggi. Pengukuran pada variabel ini yaitu dengan menghitung jumlah dewan komisaris dalam laporan tahunan perusahaan. Comm
= ∑ Dewan komisaris pada perusahaan
Keterangan : Comm = Ukuran Dewan Komisaris
5. Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan awal perusahaan berdiri sampai dengan perusahaan tetap eksis dalam dunia bisnis. Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis. Semakin lama umur perusahaan maka semakin berpengalaman dan terpercaya dalam
72
penyajian
dan
pengungkapan
informasi
termasuk
pengungkapan
modal
intelektual. Variabel ini diukur dengan menghitung awal perusahaan berdiri sampai tahun penelitian. AGE = Tahun penelitian - tahun awal perusahaan berdiri
6. Kompleksitas Bisnis Kompleksitas bisnis adalah struktur bisnis perusahaan yaitu banyaknya entitas anak perusahaan. Kompleksitas bisnis pada penelitian ini ditentukan dengan jumlah anak perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki maka semakin tinggi pengungkapan modal intelektual. Pengukuran variabel ini yaitu: = ∑ Entitas anak perusahaan
COMPLEX
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi
Pengukuran
1.
Pengungkapa n Modal Intelektual (ICD)
Pengungkapan itemitem modal intelektual yang terdiri dari internal structure, external structure, dan employees competences.
Score = ( Σdi/ M ) x 100%
Tingkat Utang (LEV)
Menunjukkan persentase atas penggunaaan utang
2.
Skala Data Rasio
Ket : di = 1 jika item ICD diuangkapkan dalam laporan tahunan dan 0 jika tidak diungkapkan dalam laporan tahuna. M = Total jumlah item yang diungkapkan (78 item) Rasio DER =
73
No
Variabel
Definisi untuk membiayai investasi perusahaan
3.
4.
Pertumbuhan Laba (EG)
Besarnya persentase kenaikan laba setiap tahun yang diperoleh perusahaan
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Skala yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan.
Pengukuran
Skala Data
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 Rasio Earning Growth = (EATt – EAT t-1/ EAT t1) x 100% Ket: EAT t = Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) tahun sekarang EAT t-1 = Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) tahun sebelumnya Rasio Size = Ln (Total Aset) Ket: Ln= Logaritma natural
5.
Ukuran Dewan Komisaris (COMM)
Banyaknya dewan Comm = ∑ Dewan yang bertugas Komisaris melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada direktur atau direksi.
Rasio
6.
Umur Perusahaan (AGE)
Awal perusahaan Age = Tahun awal berdiri sampai pendirian – tahun perusahaan tetap eksis penelitian dalam dunia bisnis
Rasio
Struktur bisnis Complex = ∑ Entitas perusahaan yaitu anak perusahaan kepemilikan entitas anak. Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014 7.
Kompleksita s Bisnis (COMPLEX)
Rasio
74
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu teknik pengumpulan data penelitian melalui observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu teks, kandungan (content) dari sepenggal tulisan atau dokumen, kemudian digolongkan ke dalam berbagai kriteria yang telah ditetapkan (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999 dalam Bambang Purnomosidhi, 2005). Tujuan content analysis adalah melakukan mencari informasi pengungkapan pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif. Sedangkan data-data keuangan didapat dari laporan tahunan atau laporan keuangan perusahaan sampel dengan menghitung menggunakan rumus atau sudah tersedia pada laporan. Content analysis dilakukan dengan membaca dan mencari informasi dalam laporan tahunan pada setiap perusahaan dan memberikan kode informasi yang terkandung di dalamnya.
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat pengungkapan modal intelektual, tingkat utang, pertumbuhan laba, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, umur perusahaan, dan kompleksitas bisnis pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang menerbitkan laporan tahunan pada tahun 2011-2013. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.
75
3.5.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menghindari bias karena tidak semua data dapat diolah dengan analisis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu (residual) mempunyai distribusi normal (Ghozali (2013: 160). Proses uji normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, normal p-plot dan Kolmogorov Smirnov (K-S), Adapun penjelasannya yaitu: 1.
Grafik. Yaitu jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data menyebar jauh dari diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model tidak memenuhi asumsi normalitas.
2.
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika probabilitas signifikansi berada di atas tingkat kepercayaan (5%).
2.
Uji Autokorelasi Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
76
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilakukan dengan pengujian nilai Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.2 Nilai Durbit-Watson Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negative Tidak ada korelasi negative Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
Jika 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 – dl < d < 4 4- du ≤ d ≤ 4-dl du < d < 4-du
Sumber : Ghozali, 2013: 111
3.
Uji Multikolinieritas Ghozali (2013: 105) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinieritas atau adanya hubungan yang sempurna di antara variabel-variabel independennya. Atau dengan kata lain tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai coefficients correlations antar variabel independen dan nilai tolerance dan Variance Inflation Faktor (VIF) yang dihitung dengan rumus: VIF =
1 𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑒
Jika nilai coefficients correlations di atas 0,95 atau 95 % maka terjadi multikolinieritas yang serius. Dan jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
77
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
4.
Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2013:139) uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokesdastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residulanya SRESID. Dasar analisisnya yaitu jika grafik scatterplot membentuk pola-pola tertentu yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit)
maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan
menggunakan SPSS 21 (Statistical Packages for Social
Science). Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel
78
dependen. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen pada penelitian ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : ICD
= β0 +β1Levi+ β2EGi + β3Sizei+ β4Commi+ β5Agei +β6Complexi + ε
Keterangan : ICD
= Pengungkapan Modal Intelektual
Lev
= Tingkat utang
EG
= Pertumbuhan Laba
Size
= Ukuran Perusahaan
Comm
= Ukuran Dewan Komisaris
Age
= Umur Perusahaan
Complex
= Kompleksitas Bisnis
β0
= Konstanta
β1-β6
= Koefisien 1-6 pada variabel independen
ε
= Error
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai Adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 97)
79
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Menurut Ghozali (2013:98) uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara bersama-sama variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Ghozali (2013:98) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Cara untuk mengetahuinya yaitu menggunakan significance level sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi (p value) > 0,05 maka secara individu variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai signifikansi (p value) < 0,05 maka secara individu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data di muka, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa keenam variabel independen yaitu tingkat utang, pertumbuhan laba, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, umur perusahaan dan kompleksitas bisnis berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual. 2. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa tingkat utang berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Artinya setiap kenaikan tingkat utang diikuti dengan meningkatnya pengungkapan modal intelektual. 3. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh signifikan dengan arah hubungan yang negatif. Artinya semakin meningkat pertumbuhan laba perusahaan pengungkapan modal intelektual akan menurun. Hal ini dikarenakan adanya prinsip kehatihatian manajemen perusahaan terhadap pesaing, agar tidak mengetahui celah peluang yang ada. 4. Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Perusahaan yang lebih besar melakukan berbagai aktivitas komersial. Banyaknya aktivitas ini 120
121
menimbulkan biaya yang dikeluarkan besar. Manajemen merasa bahwa pengungkapan modal intelektal tidak terlalu penting, mengingat hanya akan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. 5. Hasil pengujian hipotesis keempat dengan variabel ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Artinya setiap kenaikan ukuran dewan komisaris maka pengungkapan modal intelektual juga akan meningkat. 6. Hasil pengujian hipotesis kelima dengan variabel umur perusahaan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Semakin lama umur perusahaan ternyata tidak menjamin akan lebih banyak pengungkapan modal intelektual. Hal ini sesuai dengan kesadaran dan kebijakan manajemen tentang penting tidaknya melakukan pengungkapan informasi yang lebih menyeluruh. 7. Hasil pengujian hipotesis keenam dengan variabel kompleksitas bisnis mempunyai pengaruh signifikan positif. Artinya semakin kompleks operasional perusahaan maka akan meningkatkan pengungkapan modal intelektual.
5.2 Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan di muka, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1.
Pada penelitian ini item pengungkapan modal intelektual menggunakan indeks yang dikembangkan oleh Bukh et al (2005) yang sesuai dengan
122
kondisi di luar negeri. Hal ini telah lazim dilakukan pada penelitian. Namun demikian bahwa kiranya menarik jika dikembangkan indeks baru yang lebih disesuaikan dengan kondisi nyata di Indonesia yang lebih mampu mengidentifikasi item-item modal intelektual yang dimiliki perusahaan di Indonesia terutama item pengungkapan modal intelektual pada perusahaan perbankan. 2. Penelitian ini menggunakan content analysis dengan melihat isi atau kandungan dari laporan tahunan. Hal ini tentu dipengaruhi oleh subjektivitas peneliti. Penelitian selanjutnya akan lebih baik jika kiranya menggunakan teknik lain seperti kuesioner yang langsung diberikan kepada perusahaan. Sehingga mendapatkan hasil yang akurat atas modal intelektual yang ada di perusahaan. 3. Upaya untuk mendorong optimalisasi pengungkapan modal intektual pada perusahaan perbankan di Indonesia dapat dilakukan dengan mengelola tingkat utang, ukuran dewan komisaris, dan kompleksitas bisnis. Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat utang, ukuran dewan komisaris, dan kompleksitas bisnis berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. 4. Pada penelitian ini hipotesis ke-2, ke-3, dan ke-5 tidak terbukti mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
modal
intelektual. Riset selanjutnya dapat menggunakan proksi lain dalam pengukurannya dan mempertimbangkan rujukan teori-teori lain yang bisa menjelaskannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, Indra dan J Guthrie. 2005. “An Empirical Investigation of Annual Reporting Trends of Intellectual Capital in Sri Lanka”. Dalam Critical Perspecives on Accounting, Volume. 16 No. 3. Hal 151- 163. Australia: University of Wollongong. Abeysekera, Indra. 2006. “The Project of Intellectual Capital Disclosure: Researching the Research”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 7 No. 1. Hal. 61-77. Australia : University of Wollongong. Arifah, Dista Amalia. 2012. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Intellectual Capital : pada Perusahaan IC Intensive”. Dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Volume 9 No. 2. Hal 189-210. Semarang : Universitas Islam Sultan Agung. Ariyani, Ni Nyoman T.D dan I Ketut Budhiartha. 2014. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan, dan Reputasi KAP terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur”. Dalam EJournal Akuntansi Universitas Udayana, Volume 8 No.2. Hal 217-230. Bali : Universitas Udayana. Ariyudha, Anantya. 2010. Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual. eprints.undip.ac.id/26465/1/JURNAL.pdf. [14 November 2014] Artinah, Budi. 2013. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital pada Lembaga Keuangan yang Terdaftar di BEI”. Dalam Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Volume 5 No.2. Hal 235-242. Banjarmasin : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Bhasin, Madan Lal. 2008. “Intellectual Capital Reporting Sudy of IT Sector Corporations in India”. Dalam Australian Journal of Business and Management Research (AJBMR), Volume 1 No.1. Hal 16-26. Fiji Islands : Fiji National University. Bollen, Laury., Philip Vergauen and Stephanie Schnieders. 2005. ”Linking Intellectual Capital and Intellectual Property to Company Performance”. Dalam Management Decision, Volume 43 No. 9. Hal 161-185. Bontis, Nick. 2002. “Intellectual Capital Disclosure in Canadian Corporation”. Dalam Journal of Human Resource Costing & Accounting. www.nickbontis.com/ic/.../BontisJHRCA.pdf [ 6 Desember 2014] 123
124
Bozzolan, S., Francesco Favotto and Federica Ricceri. 2003.”Italian Annual Intellectual Capital Disclosure”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 4 No.4. Hal 543-558. Brigham, Eugene F and Joel F Houston. 2013. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Terjemahan Ali Akbar Yulianto. Jakarta : Salemba Empat. Bruggen, A., Philip Vergauwen and Mai Dao. 2009. “Determinants of Intellectual Capital Disclosure: Evidence from Australia”. Dalam Management Decision, Volume 47 No. 2. Hal 233-245. Bukh, Per Nikolaj et al. 2005. “Disclosure of Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectuses”. Dalam Accounting, Auditing & Accountability Journal, Volume 18 No.6. Hal 713-732. Cahya, Henggar M.P. 2013. “Determinan Luas Pengungkapan Modal Intelektual pada Perbankan”. Dalam Accounting Analysis Journal, Volume 2 No. 4. Hal 395-403. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Davis, James H., Schoorman, F David., and Donaldson, Lex. 1997. “Toward a Stewardship Theory of Management”. Dalam Academy of Management, Volume 22 No. 1. Hal 20-47 diakses pada http://search.proquest.com/docview/210975871?accountid=25704 Deegan, Craig. 2002. “The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosure - a Theoretical Foundation”. Dalam Accounting, Auditing & Accountability Journal, Volume. 15 No. 3. Hal. 282-311. 2004. Financial Accounting Theory. Australia : Mc. Graw Hill-Australia Pty Limited. Firer, Steven and S. Mitchell Williams. 2003. “Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 4 No. 3. Hal 348-360. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Haji, Abdifatah Ahmed and Nazli A. Mohd Ghazali. 2013. “A Longitudinal Examination of Intellectual Capital Disclosure and Corporate Governance Attributes in Malaysia”. Dalam Asian Review of Accounting, Volume 21 No.1. Hal. 27-52. Ho, Horace., Kin Chau and Pauline Cheung. 2012. “Intellectual Capital and Initial Public Offerings : Evidence from Hong Kong”. Dalam Journal of Applied
125
Economics and Business Research, Volume 2 No. 2. Hal 56-68. Hong Kong: Hang Seng Management College. Hossain, Mohammed and Helmi Hammami. 2009. “Voluntary Disclosure in the Annual Reports of an Emerging Country: The Case of Qatar”. Dalam Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting, Volume 25. Hal 255-265. Qatar : Qatar University. http://www.sahamok.com/emiten/sektor-keuangan/sub-sektor-bank/ diakses 18 November 2014 pkl. 11.18 WIB IDX. www.idx.go.id diakses tanggal 18 November 2014 pkl. 10.47 WIB Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2009). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Istanti,
Sri Layla Wahyu. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Listing di BEI”. Tesis. Semarang : Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
Jensen, Michael C and William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm : Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Dalam Journal of Financial Economics 3, Hal. 305-306. Jindal, Sonia and Manoj Kumar. 2012. “The Determinants of HC Disclosure of Indian Firms”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 13 No. 2 . Hal 221-247. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta. Lina. 2013. “Faktor-faktor Penentu Pengungkapan Modal Intelektual”. Dalam Media Riset Akuntansi, Volume 3 No. 1. Hal 48-64. Tanggerang: Universitas Pelita Harapan. Meizaroh dan Jurica Lucyanda. 2012. “Pengaruh Corporate Governance, Kinerja Perusahaan dan Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal Intelektual”. Dalam Media Riset Akuntansi, Volume 2 No.1. Hal 65-81. Jakarta: Universitas Bakrie. Ousama, Abdulrahman Anam., Abdul-Hamid Fatima dan Abdul Rashid HafizMajdi. 2012. “Determinants of Intellectual Capital Reporting Evidence from Annual Reports of Malaysian Listed Company”. Dalam Journal of Accounting in Emerging Economic, Volume 2 No.2. Hal 119-139.
126
Puasanti, Ariva. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan, Komisaris Independen, dan Leverage terhadap Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Purnomosidhi, Bambang. 2005. ”Analisis Empiris terhadap Determinan Praktik Pegungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ”. Dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6 No. 2. Hal 111-146. Surabaya: Universitas Brawijaya. Rimmel, Gunnar., Christian Nielsen and Tadanori Yosano. 2009. “Intellectual Capital Disclosure in Japanese IPO prospectuses”. Dalam Journal of Human Resource Costing & Accounting, Volume 13 No.4. Hal 316-337. Sawarjuno, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. “Intellectual Capital : Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”. Dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 5 No. 1. Hal 35-57. Surabaya : Universitas Airlangga. Setiono, Isyana Ningsih dan Feliza A. Rudiawarni. 2012. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Human Capital Disclosure pada Perusahaan High IC Intensive Industries yang terdaftar di BEI Periode 2009-2011”. Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 1 No.1. Hal 1-16. Surabaya: Universitas Surabaya. Simarmata, EM 2010. http: \\repository.usu.ac.idbitstream123456789180374 Chapter%20II.pdf (16 Desember 2014) Spence, Michael. 1973. “ Job Market Signalling”. Dalam The Quarterly Journal of Economics, Volume 87 No. 3. Hal 355-374. Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Taliyang, Siti M., Rohaida Abdul L, dan Nurul Huda M. 2011. “The Determinants of Intellectual Capital Disclosure Among Malaysian Listed Companies”. Dalam International Journal of Management and Marketing Research, Volume 4 No. 3. Hal 25-33. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2007. Jakarta. http://www.bapepam.go.id/reksadana/files/ regulasi/UU%2040%202007%20Perseroan%20Terbatas.pdf(11 November 2014).
127
Wardhani, Mari. 2009. “Intellectual Capital Disclosure: Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. White, Gregory., Alina Lee and Greg Tower. 2007. “Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure in Listed Biotechnology Companies”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 8 No. 3. Hal 517-537. White, Gregory., Alina Lee and Yuni Yuningsih. 2010. “The Nature and Extend of Voluntary Intellectual Capital Disclosure by Australian and UK Biotechnology Companies”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 11 No.4. Hal 519-536. Whiting, Rosalind H dan James Woodcock. 2011. “Firm Characteristics and Intellectual Capital Disclosure by Australian Company”. Dalam Journal of Human Resource Costing & Accounting, Volume 15 No. 2. Hal 102-126. Williams, S. Mitchell. 2001. “Is Intellectual Capital Performance and Disclosure Practices Related?”. Dalam Journal of Intellectual Capital, Volume 2 No. 3. Hal 192-203. Yau, Foong Soon., Loo Shin Chan and Rajewwary Balaraman. 2009. “Intellectual Capital Reporting and Corporate Characteristics of Public-Listed Companies in Malaysia”. Dalam Journal of Financial Reporting & Accounting, Volume 7 No.1. Hal 17-35. Malaysia: Universiti Putra Malaysia.
128
LAMPIRAN
129
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Kode Saham 1 AGRO 2 BACA 3 BAEK 4 BBCA 5 BBKP 6 BBNI 7 BBNP 8 BBRI 9 BBTN 10 BCIC 11 BDMN 12 BEKS 13 BJBR 14 BKSW 15 BMRI 16 BNBA 17 BNGA 18 BNII 19 BNLI 20 BSIM 21 BSWD 22 BTPN 23 BVIC 24 INPC 25 MAYA 26 MCOR 27 MEGA 28 NISP 29 PNBN 30 SDRA Sumber:www. idx.co.id NO
Nama Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
130
Lampiran 2 Item-item Pengungkapan Modal Intelektual Keterangan Kode Employees 27 items
E1 E2 E3 E4 E5 E6
Indikator dalam Bahasa Inggris Employee breakdown by age Employee breakdown by seniority Employee breakdown by gender Employee breakdown by nationality Employee breakdown by department Employee breakdown by job function
E7
Employee breakdown by level of education
E8
Rate of employees turn over
E9
Comments on changes in number of employees
E10
Comments on employees health and safety
E11 E12 E13
E14 E15 E16
Employees absenteeisme rate Discussion of employee interview Statements of policy on competence development Description of competence development program and activities Education and training expenses Education and training expenses by number of
Indikator dalam Bahasa Indonesia Breakdown Karyawan berdasarkan usia Breakdown Karyawan berdasarkan senioritas Breakdown karyawan berdasarkan gender Breakdown Karyawan berdasarkan kebangsaan Breakdown Karyawan oleh departemen Breakdown Karyawan berdasarkan fungsi kerja Breakdown karyawan berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat perputaran karyawan Penjelasan tentang perubahan jumlah karyawan Penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan karyawan Tingkat ketidakhadiran karyawan Diskusi wawancara karyawan Pernyataan kebijakan pengembangan kompetensi karyawan Deskripsi program pengembangan kompetensi dan kegiatan Beban pendidikan dan pelatihan Beban pendidikan dan pelatihan per karyawan
131
Keterangan Kode
E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Customers 14 items
C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10
Indikator dalam Bahasa Inggris employees Employee expenses by number of employee Recruitment policies of the firm Separate indication firm has a HRM departmen, division or function Job rotation opportunities Career opportunities Remuneration and incentive systems Pensions Insurance Policies Statements of dependence on key personnel Revenues per employee Value added per employee Number of customers Sales breakdown by customer Annual sales per segment or product Average purchase size by customer Dependence on key customers Description of customer involvement in firm's operations Description of customer relations Education/ training of customers Ratio of customers to employees Value added per
Indikator dalam Bahasa Indonesia
Beban karyawan dengan jumlah karyawan Kebijakan rekruitmen perusahaan Perusahaan memiliki departemen, divisi atau fungsi HRM Kesempatan rotasi pekerjaan Peluang karier Sistem remunerasi dan insentif Pensiun Kebijakan asuransi Laporan ketergantungan pada personil kunci Pendapatan per karyawan Nilai tambah per karyawan Jumlah pelanggan Rincian penjualan berdasarkan pelanggan Penjualan tahunan per segmen atau produk Ukuran rata-rata pembelian oleh pelanggan Ketergantungan pada pelanggan utama Deskripsi keterlibatan pelanggan dalam operasi perusahaan Deskripsi hubungan dengan pelanggan Pendidikan atau pelatihan pelanggan Rasio pelanggan untuk karyawan Nilai tambah per
132
Keterangan Kode
C11
C12
C13 C14 IT 5 items
IT1 IT2
IT3
IT4 IT5 Processes 8 items
P1 P2 P3 P4 P5 P6
P7 P8
Indikator dalam Bahasa Inggris customer or segment Absolute market share (per cent) of the firm within its industry Relative market share (not expressed as percentage) of the firm Market share (per cent) breakdown by country/ segment/product Repurchase Description of investment in IT Description of existing IT systems Software assets held or developed by the firm Description of IT facilities IT expenses Efforts related to the working environment Information and communication within the company Working from home Internal sharing of knowledge and information Measure of internal or external failures External sharing of knowledge and information Discussion of fringe benefits and company sicial programs Environmental approvals and statement/policy
Indikator dalam Bahasa Indonesia pelanggan atau segmen Pangsa pasar absolut (%) dari perusahaan dalam industrinya Pangsa pasar relatif (tidak dinyatakan sebagai persentase) dari perusahaan Pangsa pasar (%) dibreakdown per negara/segmen/produk Pembelian kembali Deskripsi dari investasi di bidang TI Deskripsi sistem TI yang ada Aset perangkat lunak yang dimiliki atau dikembangkan oleh perusahaan Deskripsi fasilitas TI Biaya TI Upaya yang berkaitan dengan lingkungan kerja Informasi dan komunikasi dalam perusahaan Bekerja dari rumah Sharing internal atas pengetahuan dan informasi Mengukur kegagalan internal dan eksternal Sharing eksternal pengetauan dan informasi Penjelasan mengenai tunjangan dan program sosial perusahaan Persetujuan lingkungan dan
133
Keterangan Kode
R&D 9 items
RD1
RD2 RD3
RD4
RD5
RD6 RD7 RD8 RD9 Strategic Statements 15 items
SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6
Indikator dalam Bahasa Inggris
Indikator dalam Bahasa Indonesia pernyataan/kebihakan
Pernyataaan kebijakan, Statements of policy, strategi dan objek dari a strategy and/or objectives ktivitas penelitian dan of R&D activities pengembangan Biaya penelitian dan R&D expenses pengembangan Rasio penelitian dan Ratio of R&D expenses to pengmbangan untuk sales penjualan Penelitian dan R&D invested in basic pengembangan yang research diinvestasikan dalam penelitian dasar Penelitian dan pengembangan yang R&D invested in product diinvestasikan dalam design/development desain atau pengembangan produk Rincian prospek masa Details future prospects depan tentang penelitian regarding R&D dan pengembangan Details of existing Rincian paten company patents perusahaan yang ada Number of patents and Jumlah paten, lisensi dan licenses, etc sebagainya Informationon pending Informasi tentang paten patents yang tertunda Description of new Deskripsi dari teknoligi production technology produksi baru Statements of corporate Pernyataan kinerja quality performance kualitas perusahaan Information abaout Informasi tentang strategic alliancesof the alliansi strategis firm perusahaan Objectives and reason Tujuan dan alasan aliansi for strategic alliances strategis Comments on effect of the Komentar dampak dari strategic alliances aliansi strategis Description of the Penjelasan jaringan network of suppliers and pemasok dan distributor
134
Keterangan Kode
Indikator dalam Bahasa Inggris distributors
Statements of image and brand Corporate culture SS8 statements Statement abaou best SS9 Practise Organisational structure SS10 of the firm Utilisation of energy, raw SS11 materials and other input goods Investment in the SS12 environment Description of community SS13 involvement Information on corporate social social SS14 responsibility and objective Description of employee SS15 contracts/ contractual issues Sumber : Bukh et al (2005) SS7
Indikator dalam Bahasa Indonesia
Pernyataan dari citra dan merek Pernyataan budaya perusahaan Pernyataan tentang praktik terbaik Strutur organisasi perusahaann Pemanfaatan energi, bahan baku dan barang lain Investasi pada lingkungan Deskripsi keterlibatan masyarakat Informasi tentang tanggung jawab sosial perusahanann dan tujuannya Deskripsi kontrak karyawan/ masalah kontrak
135
Lampiran 3 Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kode Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Jumlah 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 18
1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 23
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 4 29
0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 3 22
1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 22
0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 19
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 25
1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 21
0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 11
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 18
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 21
1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 17
1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 17
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
11 6 8 7 14 16 10 14 12 14 14 9 14 7 9 10 15 15 13 11 9 5 9 7 6 6 12 12 11 15 321
136
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 Jumlah 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9
0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 15
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 2 4 3 3 2 3 2 2 5 2 2 1 4 1 3 2 2 1 1 5 2 1 1 2 2 2 2 2 67
137
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun
IT1
IT2
IT3
IT4
IT5
Jumlah
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 19
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24
1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 5
2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 0 2 2 3 3 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 2 4 66
138
Pengungkapan Modal Intelektual No
Nama Perusahaan
Tahun
P1
P2 P3
P4
P5
P6
P7
P8
Jumlah
1 2 3 4
AGRO BACA BAEK BBCA
2011 2011 2011 2011
0 1 1 1
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 0 1
0 0 0 0
0 1 1 1
0 1 1 1
0 0 0 0
2 5 4 5
5
BBKP
2011
0
1
0
1
0
0
1
0
3
6 7
BBNI BBNP
2011 2011
0 0
1 1
0 0
1 1
0 0
1 1
1 0
0 0
4 3
8
BBRI
2011
0
1
0
1
0
1
1
0
4
9 10 11 12 13 14 15
BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0
4 4 4 3 4 2 4
16 17 18 19
BNBA BNGA BNII BNLI
2011 2011 2011 2011
0 0 0 1
0 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
0 1 0 1
0 1 1 1
0 0 0 0
1 4 3 5
20 21 22 23
BSIM BSWD BTPN BVIC
2011 2011 2011 2011
0 0 0 0
0 1 1 1
0 0 0 0
1 0 1 1
0 0 0 0
1 0 0 0
0 1 0 0
0 0 0 0
2 2 2 2
24
INPC
2011
0
1
0
1
0
1
0
0
3
25
MAYA
2011
0
1
0
1
0
0
1
0
3
26 27 28
MCOR MEGA NISP
2011 2011 2011
0 0 0
1 1 1
0 0 0
1 1 1
0 0 0
1 1 1
1 1 1
0 0 0
4 4 4
29 30
PNBN SDRA TOTAL
2011 2011
1 0 6
1 1 28
0 0 0
1 1 28
0 0 0
1 1 20
1 1 21
0 0 0
5 4 103
139
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun R&D1 R&D2 R&D3 R&D4 R&D5 R&D6 R&D7 R&D8 R&D9 Jumlah 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 2 0 3 0 2 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 17
140
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Tahun SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6 SS7 SS8 SS9 SS10 SS11 SS12 SS13 SS14 SS15 Jumlah Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 24
1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 17
0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 9
1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 22
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 21
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 27
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 3 5 7 6 5 4 7 5 8 7 5 4 6 6 2 5 6 6 4 6 4 5 6 3 5 7 5 4 3 153
141
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Jumlah 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 17
1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 22
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 2 28
0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5 25
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 27
0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 7
0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 21
1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 20
1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 14
1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 13
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6
9 8 9 8 10 14 9 16 11 15 12 11 10 11 15 8 15 17 10 14 6 11 14 5 7 9 7 12 10 12 325
142
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 Jumlah 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 4 2 3 1 2 4 1 3 2 0 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 48
143
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun
IT1
IT2
IT3
IT4
IT5
Jumlah
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 20
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 24
0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 17
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 64
144
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
P8
Jumlah
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 3 5 4 5 4 4 5 4 5 5 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 118
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 26
145
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun R&D1 R&D2 R&D3 R&D4 R&D5 R&D6 R&D7 R&D8 R&D9 Jumlah 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 1 2 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 15
146
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Tahun SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6 SS7 SS8 SS9 SS10 SS11 SS12 SS13 SS14 SS15 Jumlah Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 27
0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 15
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 23
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 5 6 4 5 4 4 6 6 6 6 4 5 6 6 3 4 7 6 4 4 6 6 3 4 6 8 5 6 6 156
147
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 Jumlah 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 23
1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 23
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 2 28
0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 9 23
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 14
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 12
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 23
1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 17
1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 13
0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
10 8 8 12 14 15 11 11 11 11 11 8 10 10 14 8 14 18 11 11 7 13 14 7 8 8 10 12 10 15 330
148
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10C11C12C13C14 Jumlah 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 27
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 1 0 2 1 2 2 2 1 0 4 4 1 1 0 1 1 1 2 43
149
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun
IT1
IT2
IT3
IT4
IT5
Jumlah
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 21
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6
2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 2 2 4 1 3 4 4 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 4 73
150
Pengungkapan Modal Intelektual No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun
P1 P2 P3 P4 P5
P6
P7
P8
Jumlah
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4 3 4 5 4 5 4 5 4 5 5 1 2 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 3 4 5 4 4 112
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 24
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 26
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
151
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun R&D1 R&D2 R&D3 R&D4 R&D5 R&D6 R&D7 R&D8 R&D9 Jumlah 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 2 0 1 2 1 0 1 2 2 0 0 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 21
152
Pengungkapan Modal Intelektual
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Perusahaan AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA TOTAL
Tahun SS1 SS2 SS3 SS4 SS5 SS6 SS7 SS8 SS9 SS10 SS11 SS12 SS13 SS14 SS15 Jumlah 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 21
0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 28
0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 27
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 5 5 5 9 6 5 5 7 8 5 7 5 7 7 3 6 7 6 5 7 5 6 6 5 5 6 6 4 3 170
153
Lampiran 4 Pengungkapan Modal Intelektual (ICD) NO
Kode Saham
Nama Perusahaan
2011
2012
2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
25.64% 24.36% 26.92% 33.33% 37.18% 41.03% 26.92% 43.59% 32.05% 41.03% 43.59% 25.64% 33.33% 20.51% 32.05% 20.51% 38.46% 39.74% 37.18% 24.36% 25.64% 26.92% 26.92% 25.64% 20.51% 24.36% 34.62% 33.33% 30.77% 35.90%
25.64% 25.64% 32.05% 29.49% 32.05% 35.90% 29.49% 39.74% 35.90% 39.74% 38.46% 29.49% 25.64% 32.05% 39.74% 23.08% 33.33% 42.31% 29.49% 28.21% 21.79% 33.33% 35.90% 19.23% 23.08% 26.92% 28.21% 33.33% 29.49% 32.05%
26.92% 25.64% 29.49% 35.90% 43.59% 41.03% 30.77% 32.05% 33.33% 38.46% 34.62% 24.36% 25.64% 30.77% 41.03% 21.79% 35.90% 46.15% 35.90% 28.21% 24.36% 37.18% 39.74% 25.64% 23.08% 21.79% 29.49% 34.62% 26.92% 35.90%
154
Lampiran 5 Tingkat Utang (Lev) NO
Kode Saham
Nama Perusahaan
2011
2012
2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
9.01 6.71 8.50 8.07 12.07 6.90 10.28 8.43 11.17 12.10 4.49 11.94 8.74 3.03 7.20 5.22 8.08 10.93 10.09 11.86 5.00 7.31 8.74 15.62 6.79 10.57 11.70 8.08 6.85 9.75
9.86 7.61 8.45 7.52 12.15 6.66 11.42 7.50 9.87 11.25 4.42 10.74 10.28 4.38 6.78 5.67 7.72 10.98 9.55 7.30 5.80 6.64 8.77 9.61 8.30 7.60 9.41 7.84 7.43 13.17
5.12 6.88 8.69 6.74 10.18 7.11 8.49 6.89 10.35 9.60 4.84 11.54 9.06 6.31 6.72 6.17 7.45 10.33 10.74 5.33 6.92 6.03 10.66 7.11 8.96 6.65 9.86 6.23 7.22 13.24
155
Lampiran 6 Pertumbuhan Laba (EG) NO
Kode Saham
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Nama Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2011
2012
2013
134.23% 20.03% -18.07% 27.58% 50.47% 41.55% 33.40% 31.52% 22.13% 19.49% 15.59% -66.11% 8.14% 410.07% 35.51% 51.62% 23.98% 26.35% 14.42% 9.03% 36.99% 67.31% 75.47% 20.03% 122.57% 28.00% 12.77% 79.78% 41.70% 50.22%
23.86% 71.59% -20.98% 8.33% 12.58% 21.35% 25.36% 23.86% 21.93% -44.10% 21.01% -131.83% 23.95% -577.18% 26.37% 34.00% 33.77% 80.47% 15.45% 102.31% 14.40% 41.35% 10.16% -37.15% 53.80% 159.79% 28.33% 21.63% 10.97% 31.98%
58.78% 47.71% 25.87% 21.66% 11.97% 28.51% 23.18% 14.27% 14.53% -880.28% 1.02% 105.42% 15.34% -111.38% 17.37% -1.61% 1.09% 29.66% 26.15% -2.99% 48.18% 7.69% 27.76% 69.43% 46.36% -16.77% -60.76% 24.83% 7.73% 4.06%
156
Lampiran 7 Ukuran Perusahaan (Size) NO
Kode Saham
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Nama Perusahaan
2011
2012
2013
Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
15.06 15.36 17.00 19.76 17.86 19.52 15.70 19.97 18.31 16.39 18.77 15.61 17.81 15.09 20.13 14.90 18.93 18.37 18.43 16.63 14.55 17.66 16.28 16.77 16.38 15.68 17.94 17.91 18.64 15.44
15.21 15.55 17.05 19.91 18.00 19.62 15.92 20.13 18.53 16.54 18.86 15.85 18.08 15.35 20.27 15.06 19.10 18.57 18.70 16.53 14.75 17.89 9.57 16.84 9.75 15.69 17.99 18.19 18.82 15.85
15.45 15.78 17.17 20.02 18.06 19.77 16.12 20.26 18.69 16.49 19.03 16.01 18.08 16.22 20.41 15.21 19.20 18.76 18.93 16.67 15.10 18.06 16.77 16.87 16.99 15.88 18.01 18.40 18.92 15.92
157
Lampiran 8 Ukuran Dewan Komisaris (Comm) NO
Kode Saham
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Nama Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2011
2012
2013
4 3 4 5 5 7 5 6 6 4 8 3 5 6 7 3 8 7 9 1 4 6 3 6 3 3 3 7 4 4
4 3 4 5 5 7 4 8 6 3 8 4 6 6 8 3 8 7 9 3 5 6 4 5 6 4 3 8 4 3
5 3 2 5 6 7 4 8 6 3 8 3 5 6 7 3 8 6 8 3 5 6 4 5 5 3 4 8 4 3
158
Lampiran 9 Umur Perusahaan (Age) NO
Kode Saham
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
AGRO BACA BAEK BBCA BBKP BBNI BBNP BBRI BBTN BCIC BDMN BEKS BJBR BKSW BMRI BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MAYA MCOR MEGA NISP PNBN SDRA
Nama Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk Bank Capital Indonesia Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Bank Nusantara Parahyangan Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Bank Mutiara Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Pundi Indonesia Tbk Bank Jabar Banten Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Bumi Arta Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Internasional Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Sinar Mas Tbk Bank Swadesi Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Bank Victoria International Tbk Bank Artha Graha International Tbk Bank Mayapada International Tbk Bank Widu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Bank NiSP OCBC Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2011
2012
2013
22 22 22 54 41 65 39 116 114 21 55 19 50 98 13 44 56 52 9 22 43 53 19 38 22 37 42 70 40 18
23 23 23 55 42 66 40 117 115 22 56 20 51 99 14 45 57 53 10 23 44 54 20 39 23 38 43 71 41 19
24 24 24 56 43 67 41 118 116 23 57 21 52 100 15 46 58 54 11 24 45 55 21 40 24 39 44 72 42 20
159
Lampiran 10 Kompleksitas Bisnis (Complex) Kode NO Nama Perusahaan Saham 1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga, Tbk 2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 4 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 BBKP Bank Bukopin Tbk 6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 10 BCIC Bank Mutiara Tbk 11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 13 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 14 BKSW Bank Kesawan Tbk 15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 18 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 19 BNLI Bank Permata Tbk 20 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 21 BSWD Bank Swadesi Tbk 22 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 23 BVIC Bank Victoria International Tbk 24 INPC Bank Artha Graha International Tbk 25 MAYA Bank Mayapada International Tbk 26 MCOR Bank Widu Kentjana International Tbk 27 MEGA Bank Mega Tbk 28 NISP Bank NiSP OCBC Tbk 29 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 30 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
2011 2012 2013 0 0 0 4 2 5 0 3 0 0 3 0 1 0 10 0 2 2 2 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0
0 0 0 4 2 5 0 3 0 0 3 0 0 0 10 0 2 2 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0 4 0
0 0 0 5 2 5 0 3 1 0 3 0 3 0 10 0 2 2 5 0 0 0 1 0 0 0 2 0 3 0
160
Lampiran 11 Hasil Pengolahan Data Statistik 1. Statistik Deskriptif 1.1. Pengungkapan Modal Intelektual (ICD) Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Pengungkapan Modal Intelektual
ICD Valid N (listwise)
N 90 90
Minimum Maximum Mean Std. Deviation 19.23% 46.15% 31.3675% 6.48103%
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 Tabel 4.3 Hasil Analisis Frekuensi Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No 1 2 3 4 5
Interval Kriteria 19,23% - 24,23% Sangat rendah 24,24% - 29,24% Rendah 29,25% - 34,25% Cukup 34,26% - 39,26% Tinggi >39,27% Sangat Tinggi TOTAL Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan ICD Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Frekuensi 10 25 23 18 14 90
Persentase 11% 28% 26% 20% 16% 100%
161
1.2. Tingkat Utang (Lev) Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Tingkat Utang
Lev Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
90 90
3.026356388
15.62025000
8.459321411
Std. Deviation 2.351465429
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014 Tabel 4.5 Hasil Analisis Frekuensi Tingkat Utang pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No 1 2 3 4 5
Interval Kriteria 3,026356388 - 5,54513511 Sangat rendah 5,55513511 - 8,073913832 Rendah 8,083913832 - 10,602692554 Cukup 10,612692554 - 13,131471276 Tinggi > 13,141471276 Sangat Tinggi TOTAL Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Frekuensi 9 34 28 17 2 90
Persentase 10% 38% 31% 19% 2% 100%
1.3. Pertumbuhan Laba (EG) Tabel 4.6 Analisis Statistik Deskriptif Pertumbuhan Laba
EG Valid N (listwise)
N
Minimum Maximum
90 90
-880.28%
Sumber : Data yang diolah, 2014
410.07%
Std. Deviation 12.6435% 128.50763% Mean
162
Tabel 4.7 Hasil Analisis Frekuensi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No 1 2 3 4 5
Interval Kriteria -880,28% – (-622,21%) Sangat rendah -622,22% - (-364,15%) Rendah -364,16% - (-106,08%) Cukup -106,09% - 151,99% Tinggi >152,00% Sangat Tinggi TOTAL Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Frekuensi 1 1 1 85 2 90
Persentase 1.11% 1.11% 1.11% 94.44% 2.22% 100%
1.4. Ukuran Perusahaan (Size) Tabel 4.8 Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan
Size Valid N (listwise)
N 90 90
Minimum 9.571644584
Maximum 20.41279235
Mean 17.24775061
Std. Deviation 1.982648966
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.9 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No Interval Kriteria Frekuensi Persentase 9,571644584 - 13,185360506 1 Kecil 2 2.22% 2 13, 195360506 - 16,809076428 Menengah 35 38.89% 3 > 16,819076428 Besar 53 58.89% TOTAL 90 100% Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
1.5. Ukuran Dewan Komisaris (Comm) Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Ukuran Dewan Komisaris
Comm Valid N (listwise)
N 90 90
Minimum Maximum 1.0 9.0
Mean 5.122
Std. Deviation 1.8592
163
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 Tabel 4.11 Hasil Analisis Frekuensi Ukuran Dewan Komisaris pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No 1 2 3 4 5
Interval Kriteria 1 - 2,6 Sangat Kecil 2,61 - 4,21 Kecil 4,22 - 5,82 Cukup 5,83 - 7,43 Besar > 7,44 Sangat Besar TOTAL Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Frekuensi 2 37 30 19 2 90
Persentase 2.22% 41.11% 33.33% 21.11% 2.22% 100%
1.6. Umur Perusahaan (Age) Tabel 4.12 Analisis Statistik Deskriptif Umur Perusahaan N Minimum Maximum Age 90 9.0 118.0 Valid N (listwise) 90 Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Mean 44.867
Std. Deviation 27.1596
Tabel 4.13 Hasil Analisis Frekuensi Umur Perusahaan pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No 1 2 3
Interval Kriteria 9 - 45,3 Baru 45,31 - 81,61 Menengah > 81,62 Lama TOTAL Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Frekuensi 56 25 9 90
Persentase 62.22% 27.78% 10.00% 100%
1.7. Kompleksitas Bisnis (Complex) Tabel 4.14 Analisis Statistik Deskriptif Kompleksitas Bisnis
Complex Valid N (listwise)
N 90 90
Minimum .0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Maximum 10.0
Mean 1.367
Std. Deviation 2.2105
164
Tabel 4.15 Hasil Analisis Frekuensi Kompleksitas Bisnis pada Perusahaan Perbankan Tahun 2011-2013 No 1 2 3
Interval Kriteria 0 - 3,33 Rendah 3,34 - 6,67 Cukup > 6,68 Tinggi TOTAL Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
2. Uji Asumsi Klasik 2.1. Uji Normalitas
Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Histogram Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Frekuensi 79 8 3 90
Persentase 87.78% 8.89% 3.33%
165
Gambar 4.3 Hasil Uji Normal p-plot Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Unstandardized Residual 90 .0000000 4.73077204 .075 .075 -.063 .710 .695
166
2.2. Uji Autokorelasi Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi Model
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 4.89878% 1.928 1 a. Predictors: (Constant), Complex, Age, EG, Lev, Comm, Size b. Dependent Variable: ICD Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
2.3. Uji Multikolinieritas Tabel 4.18 Hasil Uji multikolinieritas dengan Coefficients Correlation Model
Complex Age Complex 1.000 .405 Age .405 1.000 EG -.011 .037 Correlations Lev .230 .275 Comm -.260 -.328 Size -.599 -.377 1 Complex .117 .003 Age .003 .001 EG -1.574E-005 3.643E-006 Covariances Lev .019 .002 Comm -.033 -.003 Size -.082 -.004 a. Dependent Variable: ICD
EG -.011 .037 1.000 .047 -.066 .017 -1.574E-005 3.643E-006 1.649E-005 4.548E-005 -9.836E-005 2.777E-005
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Lev Comm .230 -.260 .275 -.328 .047 -.066 1.000 .095 .095 1.000 -.237 -.212 .019 -.033 .002 -.003 4.548E-005 -9.836E-005 .057 .008 .008 .135 -.023 -.031
Size -.599 -.377 .017 -.237 -.212 1.000 -.082 -.004 2.777E-005 -.023 -.031 .159
167
4.19 Uji Multikolinieritas dengan Collinearity Statistics Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t B Std. Error Beta (Constant) 7.490 5.999 1.248 Lev .733 .239 .266 3.069 EG -.010 .004 -.203 -2.525 1 Size .591 .398 .181 1.485 Comm 1.120 .367 .321 3.053 Age .019 .024 .080 .795 Complex .745 .342 .254 2.178 a. Dependent Variable: ICD
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
2.4. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Sig. .215 .003 .013 .141 .003 .429 .032
Collinearity Statistics Tolerance VIF .856 .990 .432 .579 .638 .471
1.169 1.010 2.313 1.726 1.567 2.121
168
3. Analisis Regresi Berganda Tabel 4.20 Hasil Persamaan Regresi Berganda
Model (Constant)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 7.490 5.999
Lev .733 EG -.010 1 Size .591 Comm 1.120 Age .019 Complex .745 a. Dependent Variable: ICD
.239 .004 .398 .367 .024 .342
.266 -.203 .181 .321 .080 .254
t
Sig.
1.248
.215
3.069 -2.525 1.485 3.053 .795 2.178
.003 .013 .141 .003 .429 .032
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
3.1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model
R
R Square
Adjusted R Std. Error of the Square Estimated a 1 .684 .467 .429 4.89878% b. Predictors : (Constant), Complex, Age, EG, Lev, Comm, Size Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
3.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel 4.22 Hasil Uji Pengaruh Simultan Sum of df Mean Square F Squares Regression 1746.492 6 291.082 12.129 1 Residual 1991.838 83 23.998 Total 3738.330 89 a. Dependent Variable: ICD b. Predictors: (Constant), Complex, Age, EG, Lev, Comm, Size Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014 Model
Sig. .000b