PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI KAJIAN TA’LIMUL MUTA’ALIM TERHADAP KETAWADLU’AN SANTRI KEPADA KIAI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA. GEDANGAN, KEC. TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh HARIS SUSANTO NIM 111 06 054
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI KAJIAN TA’LIMUL MUTA’ALIM TERHADAP KETAWADLU’AN SANTRI KEPADA KIAI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA. GEDANGAN, KEC. TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh HARIS SUSANTO NIM 111 06 054
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: HARIS SUSANTO
NIM
: 111 06 054
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI KAJIAN TA’LIMUL MUTA’ALIM TERHADAP KETAWADLU’AN SANTRI KEPADA KIAI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA. GEDANGAN KEC.TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2011
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 12 September 2011
Pembimbing
Winarno M.Pd Nip: 19730526 199903 1 004
KEMENTERIAN AGAMA RI \
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM EALATIGA Jln
SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI KAJIAN TA’LIMUL MUTA’ALIM TERHADAP KETAWADLU’AN SANTRI KEPADA KIAI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA. GEDANGAN, KEC.TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2011
DISUSUN OLEH HARIS SUSANTO NIM: 11106054 Telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi jurusan tarbiyah pai, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) salatiga, pada tanggal 23 september 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memeroleh gelar sarjana S1kependidikan islam Susunan Panitia Penguji Ketua penguji
: Suwardi, M.Pd
Sekretaris penguji
: Dra. Siti zumrotun,M.Ag
Penguji I
: Prof.Dr.budihardjo,M.Ag
Penguji II
: Dra. Nurhasanah, M.Pd
Penguji III
: Winarno, S.Si, M.Pd
Salatiga, 26 September 2011 Ketua STAIN salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827198303 1 002
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 2 Telp. (0298) 32370 Fax. (0298) 323433, 323433 Salatiga 50712
http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: HARIS SUSANTO
NIM
: 11106054
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, Yang menyatakan,
Haris Susanto Nim: 11106054
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “Hiduplah Dengan Cara Yang Halal”
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk : Kedua orang tuaku Bapak Rusmin. dan Ibu muniroh tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan keiklasan. Kalian adalah pahlawan bagiku dan orang nomor satu di dunia ini. Adekku Lukman Ristanto dan seluruh keluarga besar yang aku sayangi Romo KH mahfud ridwan lc dan Keluarga besar ponpes Edi Mancoro dan kawan-kawan santri yang menjadi teman hidup di pesantren Kawan-kawan SMC (stain music club) sebagai teman dalam berkaya dan bermusik Sahabat-sahabati PMII yang sedikit banyak memberikan pengalaman berproses dalam berorganisasi Semua teman-teman PAI B Senasib seperjuangan angkatan 2006 yang telah memberikan warna kehidupan dalam belajar di kampus
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya kepada makhluk-makhluknya tanpa terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada beliu Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan setelah penulisan skripsi ini selesai. Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih setulustulusnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua progdi PAI STAIN Salatiga yang telah merestui penulisan skripsi ini. 3. Winarno M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan demikian, akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi Agama dan Bangsa
Salatiga, Maret 2011 Penulis
Haris Susanto Nim 111 06054
ABSTRAK Susanto, haris. 2011 pengaruh intensitas mengikuti kajian ta’limul muta’alim terhadap ketawadlu’an santri kepada kiai.
Skripsi, jurusan Tarbiyah. Program studi Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing winarno M.Pd Kata Kunci: Kajian Ta‟limul Muta‟alim, Ketawadlu‟an Santri, Kiai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:(1) Intensitas Mengikuti Kajian Ta‟limul Muta‟alim di Ponpes Edimancoro. (2) ketawadlu‟an santri kepada kiai. (3) Hubungan antara intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim terhadap ketawadlu‟an santri kepada kiai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan angket. Subyek penelitian sebanyak 12 responden, menggunakan teknik populasi, sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan data Y. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh antara intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dan ketawadlu‟an santri kepada kiai. Hal itu di buktikan dengan hasil penghitungan stastisik pada taraf signifikasi 5% menunjukkan bahwa r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0.036 <0,576.
DAFTAR ISI LEMBAR BERLOGO………………………………………………………
i
HALAMAN SAMPUL……………………………………………..……….
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………..
iii
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………….
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………...………
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………..……
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………
vii
ABSTRAK…………………………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..
xiii
DAFTAR BAGAN………………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
xv
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………
1
A. Latar Belakang masalah………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...
4
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………………
5
E. Kegunaan Penelitian …………………………………………………..
5
F. Definisi Operasional…………………………………………………..
6
G. Metodologi Penelitian…………………………………………………
8
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian…………………………….
8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………
8
3. Populasi dan Sampel……………………………………………….
8
4. Metode Pengumpulan Data………………………………………...
9
5. Instrumen Penelitian……………………………………………….
10
6. Analisis Data……………………………………………………….
11
H. Sistematika Penulisan…………………………………………………
12
KAJIAN PUSTAKA……………………………………………
14
A. kajian ta‟limul muta‟alim…………………………………..
14
1. Biografi syeh Azzarnuji………………………………...
14
2. Ta‟limul Muta‟alim Di Mata Dunia……………………
15
3. Sistematika kitab Ta‟limul muta‟alim………………….
16
4. Hubungan guru dan murid menurut Ta‟limul Muta‟alim.
17
5. Cirri-ciri santri yang inten mengikuti kajian……………
25
BAB II
B. Ketawadlu‟an santri kepada kiai 1. Pengertian tawadlu‟……………………………………..
27
BAB III
2. Cirri-ciri sikap tawadlu‟………………………………...
30
HASIL PENELITIAN…………………………………………..
35
A. Gambaran umum lokasi dansubjek penelitian……………...
35
Letak Geografis Ponpes Edimancoro………..…………
35
1.
BAB IV
2. Sejarah berdirinya Ponpes Edimancoro………………..
36
3. Sarana dan fasilitas pesantren………………………….
39
4. Keadaan ustadz dan santri……………………………...
40
5. Struktur organisasi Ponpes Edimancoro……………….
41
6. Pelaksanaan pendidikan dipesantren…………………..
43
B. Penyajian Data……………………………………………...
47
1. Daftar Nama Responden………………………………..
47
2. Hasil Jawaban Angket………………………….……….
48
ANALISIS DATA………………………………………………
51
A. Analisis deskriptif………………………………………….
51
1. Analisis Tentang Intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim…………………………...…………………... 2. Analisis Tentang ketawadlu‟an santri kepada kiai……..
BAB V
51 56
B. Pengujian hipotesis………………………………………….
61
C. Pembahasan…………………………………………………
63
PENUTUP………………………………………………………
66
A. Kesimpulan………………………………………………….
66
B. Saran…………………………………………………………
67
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Daftar nama responden kelas wusthodi ponpes Edimancoro 2. Tabel 2 Jawaban Angket TentangIntensitas mengikuti kajianta‟limulmuta‟alim di ponpes Edi mancoro 3. Tabel 3 Jawaban Angket TentangKetawadlu‟an santri ponpes Edimancoro 4. Tabel 4 Skor Angket Intensitas Mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim 5. Tabel 5 Tingkat Intensitas mengikuti kajian ta‟limul Muta‟alim 6. Tabel 6 Nilai Interval Intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim di Ponpes Edimancoro 7. Tabel 7 Skor Angket ketawadlu‟an santri kepada kiai 8. Tabel 8 Tingkat ketawadlu‟an santri kepada kiai 9. Tabel 9 Nilai Interval Ketawadlu‟an santri kepada kiai 10. Tabel 10 Tabel Pembantu Analisis Product Moment
DAFTAR BAGAN 1. Bagan 1 Struktur Ponpes Edimancoro………………………….
41
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka. 2. Daftar Riwayat Hidup. 3. Dasar pembuatan soal angket 4. Angket. 5. Surat keterangan melakukan penelitian 6. Lembar konsultasi pembimbing. 7. Laporan SKK.
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman akhir ini menurunnya nilai-nilai moral dan kesadaran melakukan kewajiban ibadah serta ketawadhu‟an terhadap tokoh agama yang kita hormati dan kita taati tetapi dalam realitanya sangat sulit untuk di tanggulangi. Padahal perintah patuh terhadap pemimpin telah ada perintahnya di dalam Al-qur‟an surat annisa‟ ayat 59 yang berbunyi:
(
)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Perkembangan zaman yang pesat menjadi pengaruh besar terhadap prilaku masyarakat Indonesia yaitu lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada ukhrowi, salah satunya perkembangan teknologi, misalnya handphone, televisi, internet dan sebagainya yang menimbulkan masyarakat terhipnotis dan akhirnya lupa akan kebutuhan akhirat. Oleh karena itu kita harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara benar dan
proporsional tanpa meninggalkan hal yang bekaitan dengan agama yang menghubungkan kita dengan Tuhan dan posisi kita sebagai makhluk ciptaanya walaupun dalam prosesnya sangat berat seperti pendapat (Darajat, 1996:133) yang menyatakan bahwa “pendidikan agama sesungguhnya jauh lebih berat dari pada pengajaran pengetahuan umum”. Sekarang sebagian besar umat islam telah meninggalkan tradisi mereka baik tradisi daerah ataupun kebudayaan islam itu sendiri akhirnya yang namanya akhlaq alkarimah sudah mulai luntur, indikasinya adalah banyak umat islam di kota maupun di desa yang jarang melakukan kegiatan religius seperti membaca Alquran, yasinan, berjanjen dan kegiatan yang lain khususnya pengajian yang sudah menjadi tradisi sejak dulu kususnya di desa-desa. Kemudian banyak masjid-masjid yang megah tetapi sepi oleh jama‟ah, yang dulu biasanya ramai oleh orang-orang yang mengaji dari anak kecil hingga orang tua tetapi sekarang sudah jarang kecuali daerah-daerah yang masih menjaga tradisi ini khususnya daerah yang di sekitarnya masih ada lembaga-lembaga islam seperti pondok pesantren dan majlis ta‟lim. Pendidikan akhlak dan kegiatan keagamaan merupakan hal yang penting bagi masyarakat untuk mengetahui hal baik dan yang buruk. Pendidikan keagamaan (pengajian) sebagai sarana pemahaman tentang akhlak yang dapat diterima oleh akal sehat sehingga masyarakat mampu berfikir dan melaksanakan perbuatan yang baik serta mampu untuk menjauhi hal-hal yang buruk. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan diberikan
akal pikiran yang bisa menerima dan menggali ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi perkembangan dan kelangsungan hidupnya. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan non formal yang dapat mengubah tingkah laku santri ke arah yang lebih baik,sehingga banyak orang mempercayakan sebagian tanggung jawabdalam pondok pesantren, khususnya dalam upaya membentuk budi pekerti yang luhur Oleh karena itu dalam pondok pesantren mulai perasaan, prilaku, dan kedekatan kepada kiai sangat mempengaruhi terhadap jiwa santri. Itulah sebabnya kiai bukan hanya sekedar pendidik saja, akan tetapi juga sebagai sauri tauladan bagi sanrisantrinya dalam upaya membina ke arah mental yang sehat, khususnya mental keagamaan. Dengan demikian Kiai mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk pribadi santrinya karena kehadiranya dirasa perlu dalam berbagai kegiatan di pesantren. Didalam pondok pesantren banyak di kaji kitab-kitab klasik tidak terkecuali kitab yang berhubungan dengan akhlaqul karimah. Apabila santri inten dalam memperoleh ilmu akhlaq melalui kitab yang terkait mempunya tingkat kesopanan yang tinggi, ikhlas dan jujur, bersikap tawadlu‟ dan taat terhadap kiai merupakan salah satu wujud dari pendidikan agama islam khususnya di bidang akhlaq. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat intensitas pendidikan akhlaq dalam megkaji kitab yang terkait dan bagaimana ketawadlu‟an santri terhadap kiai, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Intensitas
Mengikuti Kajian Kitab Ta‟limul Muta‟alim Terhadap Ketawadlu‟an Santri Kepada Kiai Di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2010”
B. Rumusan Masalah Sebagai pokok permasalahan yang akan di teliti dalam permasalahan ini adalah: 1.
Bagaimana tingkat intensitas santri dalam mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim di pondok pesantren Edi Mancoro?
2.
Bagaimana ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro?
3.
Adakah pengaruh antara intensitas mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro?
C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi logis dari
permasalahan pokok maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui intensitas santri dalam mengikuti mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim di pondok pesantren Edi Mancoro.
2.
Untuk mengetahui ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro.
3.
Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis
adalah
“jawaban
sementara
terhadap
permasalahan
penelitian yang kebenaranya harus di uji secara empiris” (Suryabrata, 2003:21 ). Dari pengertian hipotesis diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh yang signifikan antara intensitas mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro. Dengan kata lain semakin tinggi intensitas masyarakat dalam mengikuti pengajian maka akan semakin tinggi pula ketawadlu‟an masyarakat terhadap tokoh agama
E. Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yang penulis paparkan, diantaranya adalah : 1. Secara teoritik Hasil penelitian ini diharapkan Memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat umum mengenai pengaruh intensitas mengikuti kajian
kitab ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro. 2. Secara praktik Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan contoh-contoh atau teladan dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat dan khususnya para penuntut ilmu tentang bagaimana tata aturan dan etika dalam menuntut ilmu dengan baik dan benar.
F. Definisi operasional. Untuk menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini perlu ada penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel penelitian. 1. Intensitas mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim. Intensitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti “ke adaan, tinkatan), intensinya (kuatnya, hebatnya, bergeloranya dan sebagainya” (Depdiknas, 2002 : 438 ). Kajian berasal dari kata kaji yang berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan khasanah ilmu. pengajian adalah melakukan sesuatu untuk mengkaji dan mendapatkan ilmu pendidikan agama islam melalui tokoh agama. Kitab ta‟limul muta‟alim adalah kitab klasik yang yang di karang oleh syeh Azzarnuji
Jadi yang dimaksud intensitas mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim adalah santri selalu mengikuti kajian kitab ta‟lilmul muta‟alim. Untuk mengukur intensitas santri mengikuti kajian kitab Ta‟limul Muta‟alim, maka ditentukan indikator sebagai berikut : a.
Selalu mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim
b.
Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian
c. Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang di sampaikan kiai atau ustadz d. Membuat catatan (maknani kitab) e. Salalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu luang 2. Ketawadlu‟an santri kepada kiai Tawadlu‟ adalah “rendah hati dan merendahkan diri” (Umary, 1993: 54). Jadi yang di maksud sikap tawadlu‟ santri kepada kiai adalah perbuatan hati dengan cara patuh, taat serta menurut apa yang diperintahkan kiai dalam artian hal yang positif. Santri adalah siswa yang belajar di pesantren. Dalam penelitian ini adalah santri yang mukim artinya santri yang tinggal di pesantren. Kiai adalah orang yang memimpin sekelompok masyarakat islam.menurut Arifin (2003: 16) “kiai adalah orang yang di akui memiliki kelebihan, bukan saja spiritual-keagamaan, melainkan keahlian dan kearifan lain”.
Untuk mengukur ketawadlu‟an santri dalam penelitian ini, maka ditentukan indikator sebagai berikut:
a. Santri membantu pekerjaan kiai atau keluarga ndalem b. Patuh dan melaksanakan amanat kiai dalam artian yang positif c. Santri memperhatikan nasihat kiai d. Santri tidak menyakiti perasaan kiai e. Santri minta ijin bila berpergian
G. Metode penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Pendekatan ini melakukan penelitian kuantitatif
yang bersifat
korelasional, untuk mengetahui hubungan tiap variabel penelitian menggunakan analisis statistik prosentase dan teknik analisis product moment untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec.Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2010 sampai dengan 20 Februari 2011. 3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti” (Arikunto, 1998:109). Penulis akan melakukan penelitian di lapangan, dalam menetukan populasi dan sampel sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto, bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25%. Karena pupulasi yang mengikuti kajian kitab Ta‟limul Muta‟alim adalah santri kelas wutho dan berjumlah kurang dari 100 maka di ambil semua yang disebut total sampling. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini baik mengenai intensitas santri mengikuti kajian maupun mengenai ketawadlu‟an santri kepada kiai, maka penulis menggunakan metodemetode pengumpulan data sebagai berikut: a. Metode kuesioner angket Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan pribadi atau hal-hal yang diketahui” (Arikunto, 1993:128). Metode angket
dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang intensitas santri mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim dan ketawadlu‟an santri kepada kiai.
b. Metode observasi Observasi dapat diartikan sebagai “pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diselidiki” (Hadi, 1981 :136). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi langsung yang digunakan untuk mendapatkan data tentang lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Edi Mancoro. c. Metode dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis (Arikunto, 1993 :149). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang keadaan pesantren dan santri dalam penelitian ini. 5. Instrumen Penelitian Instrumen adalah “alat atau fasilitas yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data” (Arikunto, 1998:135). Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai. Angket dirancang dalam 20 pertanyaan ditujukan kepada santri kelas wustho. Setiap item ditentukan skor 1-4 dengan pengkatagorian : skor 4 artinya sangat baik, skor 3 berarti baik, skor 2 berarti kurang baik,
skor 1 berarti tidak baik. Angket yang telah dijawab oleh santri kemudian akan dilakukan pengkatagorian intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai. 6. Analisis Data a. Analisis awal Analsis awal ini untuk mengetahui intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai. Teknik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai berikut: P
F x100 % N
Keterangan: P = Prosentase individu dalam golongan F = Frekuensi. N = Jumlah subjek dalam golongan. b. Analisis lanjutan Sebagai analisis lanjutan adalah dengan menggunakan teknik statistik untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable intensitas keberagaman orang tua dengan perilaku akhlakul karimah remaja. Teknik analisisnya memakai Product Moment sebagai berikut:
XY rxy X2
( X )( Y ) N
( X )2 N
Y2
( Y )2 N
Keterangan:
rxy
: Koefisien korelasi antara x dan y
xy
: Perkalian antara x dan y
x
: Variabel pengaruh yaitu mengikuti kajian
y
: variabel ketawadliu‟an santri kepada kiai
N
: Jumlah responden
H. Sistematika penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut: Bab I, sebelum memasuki inti permasalahan yang dibahas bab-bab selanjutnya pada skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan latar belakang masalah, kemudian untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini dibuat, dapat dilihat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian serta manfaat hasil penelitian, untuk menghindari pemahaman yang salah terhadap judul skripsi ini maka penulis menjelaskan pada definisi operasional dan untuk memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis tampilkan metode yang dipakai dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II, penulis menjabarkan kajian pustaka tentang pengaruh hubungan
intensitas
mengikuti
kajian
ta‟limul
muta‟alim
dengan
ketawadlu‟an santri kepada kiai. Bab III, membahas tentang gambaran umum hubungan intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai. serta penyajian data gambaran umumnya. Bab IV, analisis tentang hubungan intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai. Selanjutnya adalah pengujian hipotesis sekaligus pembahasan. Bab V, penulis membuat penutup berisi kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan masukan didalam pesantren dan pendidikan akhlaq bagi santri atau masyarakat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Ta’limul Muta’alim Kajian berasal dari kata kaji yang berarti melakukan sesuatu untuk mendapatkan khasanah ilmu. pengajian adalah melakukan sesuatu untuk mengkaji dan mendapatkan ilmu pendidikan agama islam melalui tokoh agama. Sedangkan Ta‟limul Muta‟alim sendiri adalah kitab yang di karang oleh syaikh az-zarnuji yang berisi tentang bagaimana menuntut ilmu dengan benar dan agar mendapatkan manfaat dari ilmu itu sendiri. Menurut Syaikh Az-zarnuji dalam kitab Ta‟limul Muta‟alim disebutkan bahwa para pelajar atau santri sebenarnya telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu tapi banyak dari mereka yang tidak memperoleh manfaat dari ilmunya yakni berupa pengamalan ilmu tersebut dan menyebarkanya. Hal itu terjadi karena cara menuntut ilmu mereka yang salah dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. Karena barang siapa salah jalan ,tentu akan tersesat dan tidak akan sampai tujuan.oleh karena itu beliau ingin menjelaskan kepada para santri cara mencari ilmu menurut kitab-kitab yang pernah beliau baca dan berdasarkan nasehat dari guru-guru beliau yang ahli ilmu dan hikmah. 1.
Biografi syaikh Az-zarnuji Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhan al-Islam al-Zarnuji. Pendapat lain mengatakan bahwa nama lengkapnya adalah Burhan al-Din al-
Zarnuji. Nama akhirnya dinisbahkan dari daerah tempat dia berasal, yakni Zarnuji yang akhirnya melekat sebagai nama panggilan. Zarnuji hidup antara abad ke-12 dan ke-13. Dia adalah seorang ulama fiqh bermazhab Hanafiyah dan tinggal di wilayah Persia. Sejumlah ulama yang diidentifikasikan sebagai guru al-Zarnuji, atau paling tidak, pernah berhubungan langsung dengannya Di antaranya adalah: a.
Burhan al-Din Ali bin Abi Bakr al- Farghinani al-Marghinani (w. 593 H/ 1195 M).
b. Imam Fakhr al-Islam Hasan bin Mansur al-Farghani Khadikan (w. 592 H/ 1196 M). c. Imam Zahir al-Din al-Hasan bin Ali al-Marghinani (w.600 H/ 1204 M). d. Imam Fakhr al-Din al-Khasani (w. 587 H/ 1191 M), dan Imam Rukn alDin Muhammad bin Abi Bakr Imam Khwarzade (491-576 H). Ahmad Fuad al-Ahwani memperkirakan bahwa al-Zarnuji wafat pada tahun 591 H/ 1195M. Dengan demikian, belum diketahui hidupnya secara pasti, namun jika diambil jalan tengah dari berbagai pendapat di atas, alZarnuji wafat sekitar tahun 620-an H (http://sulufiyyah.blogspot.com/2010/05/pendidikan- dalam -kajian –kitabtalim.html.diakses pada 21 Juni 2010 pukul 10.30 WIB). 2.
Ta‟limul Muta‟alim Di mata dunia Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim merupakan satu-satunya karya al-Zarnuji yang sampai sekarang masih ada. Menurut Haji Khalifah dalam bukunya Kasyf al-Zunun „an Asami‟ al-Kitab al-Funun, dikatakan bahwa kitab Ta‟lim
al-Muta‟allim merupakan satu-satunya karya al-Zarnuji. Kitab ini telah diberi syarah oleh Ibrahim bin Ismail yang diterbitkan pada tahun 996H. Kepopuleran kitab Ta‟lim al-Muta‟allim, telah diakui oleh ilmuwan Barat dan Timur. Muhammad bin Abdul Qadir Ahmad menilainya sebagai karya monumental, yang mana orang alim seperti al-Zarnuji pada saat hidupnya disibukkan dalam dunia pendidikan, sehingga dalam hidupnya sebagaimana Muhammad bin Abdul Qadir Ahmad hanya menulis sebuah buku. (http://asnhaba.blogspot.com/2010/01/konsep-pendidikan-dalam-kitab-mutadan.html.di akses tanggal 21 Juni 2010 pukul 10.30 WIB). 3.
Sistematika Kitab Ta‟limul Muta‟alim Kitab ini terdiri dari 13 fasal atau bagian yang secara umum membahas tentang cara Tholabul „ilmi. a. Pendahuluan b. Fasal 1 tentang Hakekat ilmu, hukum mencari ilmu, keutamaanya c. Fasal 2 tentang Niat dalam mencari ilmu d. Fasal 3 tentang cara memilih ilmu, guru ,teman dan ketekunan e. Fasal 4 tentang cara menghormati ilmu dan guru f. Fasal 5 tentang kesungguhan dalam mencari ilmu, beristoqomah dan citacita yang luhur g. Fasal 6 tentang memulai mengaji , ukuran dan urutanya h. Fasal 7 tentang tawakal i.
Fasal 8 tentang waktu belajar ilmu
j.
Fasal 9 tentang saling mengasihi dan saling menasihati
k. Fasal 10 tentang mencari tambahan ilmu pengetahuan l.
Fasal 11 tentang bersikap wara‟ ketika menuntut ilmu
m. Fasal 12 tentang hal- hal yang dapat menguatkan hafalan dan yang melemahkanya n. Fasal 13 tentang hal- hal yang mudah mendatangkan rizki dan yang menghambat datangnya rizki dan yang dapat memperpanjang dan mengurangi umur 4. Hubungan Guru Dan Murid menurut kitab Ta‟limul Muta‟alim Inti dalam suatu proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja dirancang (pendidikan formal). Orang yang belajar mandiri secara individual dikenal sebagai otodidak, sedangkan orang yang belajar karena dirancang dikenal sebagai pembelajaran formal. Proses belajar sebagian besar terjadi karena memang sengaja dirancang. Proses tersebut pada dasarnya merupakan sistem dan prosedur penataan situasi dan lingkungan belajar agar
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem dan prosedur inilah yang dikenal sebagai proses pembelajaran aktif. Membahas tentang hubungan guru dan murid, maka sangat terkait dengan interaksi edukatif, yaitu suatu proses yang menggambarkan hubungan aktif dua arah antara guru dan murid dengan sejumlah pengetahuan (norma) sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Anak didik merupakan individu yang akan dipenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya, sedangkan pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Akan tetapi dalam proses kehidupan dan pendidikan secara umum, batas antara keduanya sulit ditentukan karena adanya saling mengisi dan saling membantu, saling meniru dan ditiru, saling memberi dan menerima informasi yang dihasilkan, akibat dari komunikasi yang dimulai dari kepekaan indra, pikiran, daya appersepsi dan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang mendorong internalisasi dan individualisasi pada diri individu sendiri. Hubungan antara murid dan guru dapat terjalin apabila guru itu memeng di sukai oleh muridnya. Darajat (1995 : 26) menyatakan bahwa
“guru yang baik akan diteladani muridnya, mereka
menyukai guru yang terbuka untuk mendengar dan memperhatikan keluhanya, kemudian membantu dan mengatasi kesulitanya”. Untuk mengetahui hubungan antara guru dan murid menurut pemikiran al-Zarnuji, maka dapat diulas dari kitab Ta‟līm al-Muta‟allim, yang secara spesifik ditulis dalam bab IV, tentang Memuliakan Ilmu dan Ahli Ilmu. Dalam bab ini beliau membahas
secara luas mengenai hubungan guru dengan murid, mencakup beberapa etika yang harus diperhatikan oleh seorang murid, terkait dengan hubungan sebagai sesama manusia dalam keseharian maupun hubungan dalam situasi formal sebagai seorang pengajar dan individu yang belajar. Akan tetapi dalam hal ini, bagaimana etika atau sikap guru terhadap murid hanya dibahas secara implisit, karena pada dasarnya kitab ini ditulis sebagai pedoman dan tuntunan bagi para penuntut ilmu atau para murid. Secara metode pendidikan, al-Zarnuji memberikan konsep secara sederhana tetapi mengandung makna yang luas bahwa dalam proses pembelajaran yang baik ada tiga hal penting yang harus diperhatikan, adalah:
Artinya: "Para pelajar harus melakukan muzakarah (diskusi untuk saling mengingatkan), munadzarah (berdialog), dan mutharahah. Hendaknya ia dilakukan dengan sungguh-sungguh, tertib, tidak gaduh dan mosional‟‟(As‟ad, 2007: 80). Pendapat tersebut mengandung arti bahwa metode diskusi antar murid atau dalam bentuk kelompok merupakan penekanan penting untuk sebuah pendidikan. Dengan berdiskusi atau dialog, seorang murid akan mampu melatih daya argumentasinya dan daya kekritisannya dalam memecahkan masalah. Sedangkan cara berdiskusi yang baik adalah serius/peka, mematuhi
aturan, tidak membuat keributan, dan mengedepankan rasional daripada emosional. Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama. Diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama, diskusi kelompok kecil (small group discussion) dengan kegiatan kelompok kecil. Kedua, diskusi kelas, yang melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik dipimpin langsung oleh gurunya atau dilaksanakan oleh seorang atau beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa. Jadi dilihat dari segi hubungan antara guru dengan murid adalah hubungan yang demokratis, hubungan dalam pendidikan yang memposisikan guru sebagai fasilitator dan evaluator. Di bagian lain dalam hubungan guru dengan murid adalah masalah etika murid terhadap guru dalam rangka menghormati atau mengagungkan guru, al-Zarnuji memberikan rambu-rambu yang aplikatif bahwa yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seorang murid atau santri hendaknya: a.
Jangan berjalan di muka guru
b.
Jangan menduduki tempat duduk guru
c.
Jangan mendahului bicara dihadapan gurunya kecuali seijinnya
d.
Jangan banyak bicara dihadapan guru
e.
Jangan bertanya sesuatu yang membosankannya
f.
Jika berkunjung pada guru harus menjaga waktu, dan jika guru belum keluar maka janganlah mengetuk-ngetuk pintu, tapi bersabarlah hingga guru keluar
g.
Selalu memohon keridho‟annya
h.
Manjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan , guru
i.
Melaksanakan perintah guru asal bukan perintah maksiat
j.
Menghormati dan memuliakan anak-anak, famili dan kerabat gurunya Belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan seseorang menuju jalan yang terang dan derajat keluhuran. Belajar bagi al-Zarnuji lebih dimaknai sebagai tindakan yang bernilai ibadah, yang dapat ikut menghantarkan peserta didik mencapai kebahagia ,mln dunia dan akhirat. Agama sangat menjunjung nilainilai moral dalam kehidupan, terlebih orang-orang yang berilmu. Orang yang ,lhasil dengan baik dalam belajar, memperoleh manfaat dari ilmu yang dipelajari dan tidak menjadikannya sia-sia. Diantara beberapa etika tersebut dapat dipahami dari nasehat–nasehat al-Zarnuji, yang terkait dengan etika dalam menjaga hubung anantara guru dengan murid. Al-Zarnuji memberi pernyataan penegasan kepada murid bahwa :
Artinya: "Ketahuilah sesunguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan kemanfaatannya, kecuali dengan memuliakan ilmu beserta ahlinya, dan memuliakan guru." (As‟ad, 2007 : 35) Pernyataan di atas menjadi semangat yang mendasari adanya penghormatan murid terhadap guru, bahwa murid tidak akan bisa memperoleh ilmu yang manfaat tanpa adanya pengagungan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya. Jadi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, membutuhkan jalan dan sarana yang tepat, yakni dengan mengagungkan ilmu yang termasuk dalam mengagungkan ilmu adalah penghormatan terhadap guru dan keluarganya. Apabila kita membuka mata, betapa besar pengorbanan Guru yang
berupaya keras
mencerdasakan manusia dengan memberantas
kebodohan, dengan sabar dan telaten membimbing, mengarahkan murid serta mentransfer ilmu yang dimiliki, sehingga melahirkan individu-individu yang memiliki nilai lebih dan derajat keluhuran baik di mata sesama makhluk maupun di hadapan Allah Swt. Penghormatan terhadap guru merupakan suatu hal yang wajar karena pada dasarnya guru tidak membutuhkan suatu penghormatan akan tetapi secara manusiawi guru biasanya menjadi tersinggung apabila muridnya bersikap merendahkan dan tidak menghargai. Dan sebagai wujud pemuliaan dan penghormatan kepada guru, Sebagai konsekuensi sikap moral atas pengagungan dan penghormatan terhadap guru al-Zarnuji memberikan saran dan penjelasan, bahwa penghormatan tersebut berbentuk sikap kongkrit yang mengacu pada etika moral dan akhlak seorang murid terhadap gurunya dalam
interaksi keseharian dan dalam bentuk materi. Al-Zarnuji mengutip syair dari Ali bin Abi Thalib.
Artinya: "Aku tahu bahwa hak seorang guru itu harus diindahkan melebihi segala hak. Dan wajib dijaga oleh setiap Islam. Sebagai balasan memuliakan guru, amat pantaslah jika beliau diberi seribu dirham, meskipun hanya mengajarkan satu kalimat." (As‟ad, 2007 : 37) Posisi guru yang mengajari ilmu walaupun hanya satu huruf dalam konteks keagamaan disebut sebagai bapak spiritual, sehingga kedudukan guru sangat terhormat dan tinggi, karena dengan jasanya seorang murid dapat mencapai ketinggian spiritual dan keselamatan akhirat. Hal ini berarti hubungan tersebut adalah hubungan yang sangat dekat tidak hanya terbatas dalam kondisi dan lingkungan pendidikan secara formal, dimana guru sebagai pentransfer pengetahuan dan murid sebagai penerima, akan tertapi lebih merupakan sebuah hubungan yang memiliki ikatan moral dan emosional tinggi sebagaimana ikatan antara bapak dan anak, yang sama-sama memiliki konsekuensi sikap dalam bentuk hak dan kewajiban. Indikator murid yang baik adalah selalu dapat menyenangkan hati sang guru dan menaruh penuh rasa hormat terhadap gurunya, mendahulukan urusan yang terkait dengan guru. Sehingga guru tidak merasa tersinggung dan
sakit hati. Jadi pada dasarnya merupakan suatu kewajiban atas murid untuk dapat beritikad baik kepada guru, sebab bagaimanapun guru adalah juga bapak dari para murid, sehingga perintah dari guru merupakan suatu keharusan bagi murid untuk melaksanakannya, sebagaimana perintah dari orang tua terhadap anaknya, kecuali perintah dalam kedhaliman, bahkan haram bagi murid menyinggung perasaan dan membuat sakit hati guru, sebagaimana Allah mengharamkan kedurhakaan anak terhadap orang tuanya. Secara tegas al-Zarnuji mengatakan, "Barang siapa menyakiti hati guru, maka haramlah keberkahan ilmu dan tidak memperoleh manfaat ilmu kecuali sedikit." Implikasi dari sikap murid yang meremehkan dan tidak dapat menaruh rasa hormat terhadap guru maupun para kerabatnya, maka digambarkan oleh al-Zarnuji dengan mengutip sebuah sya‟ir, bahwa:
Artinya:“Ketahuilah, sesungguhnya guru dan dokter, keduanya jika tidak dihormati, tentu tidak akan mau memberikan nasehat yang benar Maka terimalah dengan sabar rasa sakitmu jika kamu meremehkan doktermu. Dan terimalah kebodohanmu, jika kamu meremehkan gurumu” (As‟ad, 2007 : 42) Syair di atas menggambarkan, bahwa hubungan guru dan murid seperti hubungan antara dokter dan pasien, karena adanya persamaan saling membutuhkan dan saling ketergantungan. Guru dibutuhkan oleh murid karena ilmunya untuk menghilangkan kebodohan sedangkan dokter dibutuhkan oleh
pasien karena nasehat dan obatnya untuk kesembuhan penyakitnya. Demikian pula dalam proses belajar mengajar dan dalam persoalan akademik, seorang guru lebih tahu disebabkan pengalaman yang lebih dibandingkan dengan murid. Sedangkan seorang dokter memang memiliki keahlian didalam mendiagnosa untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Jadi fungsi hubungan antara dokter dengan pasien adalah adanya kepercayaan dan kepatuhan murid terhadap guru dalam persoalan akademiknya, dengan mengutamakan petunjuk dan nasehat sebagai kepentingan utama. Hubungan inilah yang kemudian ditegaskan kembali oleh al-Zarnuji kepada penuntut ilmu untuk benar-benar dapat
memahami posisi seorang guru bagi dirinya dalam rangka
pengembangan potensi ilmiahnya serta penemuan dan pengembangan potensi diri, yang tidak mungkin berkembang tanpa adanya bimbingan dan arahan dari orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian lebih darinya, karena memang demikianlah proses pendidikan berlangsung. 5. Ciri-ciri Santri yang inten mengikuti kajian Menurut Syeh azzarnuji:
Artinya : “Kemudian, penuntut ilmu juga harus bersungguh hati dan terusnenerus demikian(kontinuitas) ; seperti itulah petunjuk Allah dalam firmaNya :“Dan mereka yang berjuang untuk (mencari keridlo‟an) kami
niscahya akan kami tunjukkan mereka kepada jalan kami” (As‟ad, 2007 : 52).
Artinya : Wajib bagi pelajar hendaklah secara kontinu belajar dan mengulangi pelajaran yang telah lewat di awal dan di akhir waktu malam (As‟ad, 2007: 58)
Artinya : Dianjurkan kepada murid agar membuat ta‟aliq(catatan) terhadap pelajaranya setelah hafal dan sering diulang-ulang;catatan tersebut kelak sangat berguna. (As‟ad,2007 : 77) Membuat ringkasan berarti menghemat waktu bagi pelajar karena dia tidak perlu mengulangi atau membaca buku aslinya. Dalam hal menghafalpun ringkasan itu akan banyak berguna (Ahmadi, 1991 : 72).
Artinya : Dianjurkan kepada murid agar serius dalam memahami pelajaran langsung dari sang guru,atau dengan cara meresapi, memikirkan dan banyak-banyak mengulang pelajaran ; karena jika pelajaran baru itu sedikit dan sering diulang-ulang sendiri serta diresapi maka akhirnya dapat mengerti dan faham. (As‟ad, 2007 : 77)
Artinya : Demikia pula wajib mempelajari ilmudan bidang studi akhlaq, semacam sifat dermawan, kikir, penakut, nekad,sombong, rendah diri, berlebih-lebihan, terlalu irit dsb.(As‟ad , 2007: 9)
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menuntut
ilmu
harus
mempunyai
kesungguhan
hati,
kontinuitas,
faham,membuat catatan dan diulang-ulang agar ilmu itu benar-benar dapat diambil manfaatnya. Maka dapat dijabarkan bagaimana indikator intensitas santri dalam mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim : a. Selalu mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim b. Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian c. Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan kiai atau ustadz d. Membuat catatan (maknani kitab) e. Salalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika waktu luang f. Senang apabila mendapat giliran membaca pada pertemuan mandatang g. Mempelajari kitab akhlak selain yang dikaji bersama
B. Ketawadlu’an Santri 1.
Pengertiuan Tawadlu‟ Tawadlu‟ adalah rendah hati atau lawan dari sombong atau takabur (Ilyas, 2007 : 123). Dalam diri seseorang juga terdapat sifat rendah hati,dengan sifat ini seseorang akan mempunya sifat patuh,taat kepada kiyai. Maksud tawadlu‟ ini menundukkan diri kebawah perintah kekuasaan Allah, menjauhkan sombong ,takabur dan menghormati sesama makhluk terutama memuliakan kiai. Orang yang tawadlu‟ di cintai orang, karena ramahnya, halus budinya, lemah lembutnya, taat dan sopan, juga tidak sombong terhadap orang lain. Selain itu manusia diperintah Allah untuk berbakti kepada bapak dan ibumu karena keduanya yang memelihara jasadmu, merawat badanmu, melatih otakmu menunjukan kamu kepada kebaikan dan kebahagian. Maka patuhilah bila kita mencintai dan menghormatinya, karena dialah yang mengajari kita menulis dan mengajarkan beraneka ilmu pengetahuan, mengenalkan kita kepada Allah SWT dan cara beribadat, menunjukkan segala sifat daan kesempurnaan dan terpuji. Adapun penyebab mengapa orang islam amat menghargai guru yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya bersumber dari Allah SWT (Tafsir, 2001: 77).seperti yang tertulis pada Al-quran surat Al-Baqoroh ayat 32 :
Artinya: Tidak ada pengetahuan yang kami miliki kecuali yang engkau ajarkan kepada kami. (Al-Baqoroh: 32)
Diantara cara mengagungkan ilmu adalah mengagungkan guru, sebagaimana syaidina Ali karramallahu wajhah berkata:
Artinya: “Aku tetap menjadi hamba seorang yang telah mengajarkanku sekalipun hanya satu huruf. Bila ia menjualku bolehlah dan jika menetapkanku menjadi budak dan tawanan akupun mau‟‟ (As‟ad, 2007 : 36)
Sebab seorang yang mengajarmu satu huruf yang memang kamu butuhkan dalam soal agama , maka dia adalah ayahmu dalam agama, Nabi SAW: „‟Sebaik-baiknya seorang bapak adalah orang yang mengajarmu‟‟. Dalam hal ini pernah ditanyakan kepada iskandar Dzil Qarnain :‟‟Mengapa engkau lebih banyak mengagungkan gurumu dari pada ayahmu? Sahutnya : karena ayahku yang menurunkan aku dari langit ke bumi sedang gurukulah yang mengangkatku dari bumi ke langit‟‟. Syeh Al imamsyadiduddin as syarkazy berkata, „‟siapa yang menginginkan anaknya menjadi alim (kiai atau
ulama), hendaknya mengagungkan , memuliakan dan memberikan sesuatu yang layak diberikan kepada para santri atau perantau ilmu. Kalau anaknya tidak mnjadi alim, mungkin cucunya insya Allah akan menjadi alim‟‟(As‟ad, 2007: 37-38). Santri atau pelajar hendaknya mengagungkan ilmu dan ulama serta memuliakan dan menghormati guru, sebagaimana di katakan „‟bahwa kesuksesan cita-cita seseorang disebabkan ia sangat mengagungkan ilmu, ulama dan guru serta menghormatinya. Sebaliknya , kegagalan seseorang dalam belajar itu karena tidak mau mengagungkan, memuliakan dan menghormatinya, bahkan meremehkanya. Maka kedudukan guru amat penting dalam islam, hendaknya murid menghormati dan memuliakan guru.
Artinya : “Muliakanlah guru-guru agama , karena barang siapa memuliakan mereka berarti ia memuliakan Aku ”{Riwayat Abu Hasan Al- Mawardi}( Humaidi , 1980: 116).
Ketahuilah, bahwa gurumu itu adalah perantara untukmu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sewajarnyalah engkau mencintai dan menghormati gurumu seperti engkau hormat dan cinta kepada ayah ibumu, mentaatinya dan menjalankan semua selama tidak untuk maksiat.
Artinya: “Dan menghormati guru pada pokoknya adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela. Menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama , sebab orang tidak boleh taat kepada sesama makhluk dalam melakukan perbuatan durhaka kepada Allah maha pencipta”( As‟ad ,2007: 23).
2.
Ciri – ciri sikap tawadlu‟ a. Santri membantu pekerjaan kiai Membantu pekerjaan kiai adalah langkah untuk memuliakan kiai, karena memuliakan guru wajib hukumnya. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :”Muliakanlah orang yang kamu belajar dari padanya”{Riwayat Abu Hasan Al- Mawardi}( Humaidi,1980 : 116)
Dalam lingkup pesantren,santri selalu disibukkan dengan masalah pondok ,lebih-lebih kiai sebagai pengasuh pondok pesantren ,kiai juga tidak boleh membebani santri dengan tugas yang berat , maka untuk meringankan beban kiai, santri harus membantu menurut situasi dan kondisi yang sesuai dengan kemampuannya, karena mengenai urusan pondok pesantren menjadi tanggung jawab bersama antara santri, pengurus, asatidz kiai dan tidak pula peran wali santri.
Dari uraian di atas maka setiap anggota santri harus bertanggung jawab atas lancarnya tata laksana pondok pesantren dengan tanpa mengabaikan tugas utamanya. b. Santri patuh bila diperintah kiai Sikap santri jika di perintah oleh kiai segera melaksanakanya.dalam ajaran islam apabila di perintah oleh kiai maka wajib melaksanakanya selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran islam dan andai kata kiai memerintahkan kepada santrinya yang mana merasa keberatan untuk melaksanakanya, maka santri tidak boleh membantah dengan pekataanperkataan kasar, maka dengan cara sopan dan halus. Seperti sabda Nabi SAW:
Artinya : Barang siapa yang mengajarkan satu ayat dari kitab Allah kepada seseorang, maka orang ini menjadi hamba baginya,(Riwayat imam thabarani){Asyaukani dalam Al-Fawaidul Majmu‟ah : 879}
Dari ayat di atas dapat diartikan bahwa setiap murid harus patuh apa yang diperintahkan oleh sang guru karena murid adalah ibarat hamba bagi gurunya.
c. Santri memperhatikan nasehat kiai Salah satu ciri santri yang tawadlu‟ pada kiai adalah santri selalu memperhatikan apa yang menjadi nasehat kiainya, tidak berlaku sombong terhadap kiai dengan cara acuh tak acuh terhadap nasehatnya. Bila kiai sedang
menasehati,
maka
santri
selalu
memperhatikan
serta
mendengarkan dengan baik. Dengan mendengarkan sambil berlalu, kalau sampai demikian kiai akan merasa kesal dan jengkel.
Artinya : Sebaiknya penuntut ilmu agar lebih memperhatikan seluruh ilmu dan hikmah dengan penuh ta‟dlim dan hormat, meskipun telah seribu kali ia mendengar keterangan dan hikmah yang itu juga ( As‟ad, 2007: 48).
Dari pernyataan di atas berkesimpulan bahwa murid dalam menuntut ilmu harus selalu memperhatikan apa yang disampaikan walaupun dia pernah mendengarnya seribu kali. d. Santri tidak menyakiti perasaan kiai Tidak menyakiti perasaan kiai adalah salah satu ciri santri yang tawadlu‟ terhadap kiai, dengan cara menghindari sikap-sikap tercela
karena di dalam ajaran agama di wajibkan bahwa santri harus senantiasa baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Artinya : Sebaiknya para pencari ilmu hendaklah menghindari akhlak yang tercela, karena itu ibarat anjing; padahal Nabi SAW bersabda “ malaikat tidk akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat patung atau anjing” sedangkan mausia belajar dengan perantaraan malaikat.( As‟ad, 2007: 50-51)
Jadi para santri harus menjauhi sikap yang tercela ketika berhadapan dengan guru agar tidak menyakiti perasaan kiai dan harus mengambil sauri tauladan kiai. e. Santri minta ijin bila berpergian Minta ijin kepada kiai jika akan berpergian meninggalkan pesantren dalam waktu yang lama. Sudah selayaknya bila hendak pergi kemana saja haruslah minta ijin kepada kiai dan meminta ridhonya terlebih dahulu karena itu sudah peraturan pesantren yang diperintahkan langsung oleh kiai atau pengasuh dan pengurus. Santri tidak boleh pergi seenaknya tanpa ijin kiai, agar kiai tidak khawatir ,cemas atau bahkan murka bila santrinya pergi dan tahu kemana saja santrinya pergi.
Artinya : Pada pokoknya adalah mencari ridho guru, menghindarkan murkanya dan menjunjungb tinggi perintahnya selama tidak melanggar perintah agama karena tidak boleh mentaati seseoranr untuk mendurhakai Allah (As‟ad, 2007:38 ).
Dengan begitu santri dalam berpergian akan merasa nyaman karena mendapat ridho dan restu serta doa dari kiai. f. Santri Menjaga kebersihan dan keindahan di lingkungan pesantren Dalam wujud ketawadlu‟an santri harus menjaga kerapian dan kebersihan, seperti sabda Rosulullah SAW:
Artinya : kebersihan adalah sebagian dari iman
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi dan subjek penelitian 1.
Letak Geografis Pondok pesantren Edi Mancoro Pondok pesantren Edi Mancoro, terletak di wilayah kabupaten semarang, tepatnya di desa bandungan, gedangan, kecamatan tuntang, kabupaten semarang. Walaupun dari luar daerah, pesantren ini lebih akrab dengan salatiga, karena memang secara geografis lebih dekat dengan pusat pemerintahan kota madya salatiga. Gedangan ini termasuk wilayah yang cukup potensial secara ekonomis karena penghasilan warganya disamping bersumber dari pertanian padi, juga bersumber dari pertanian kering,cukup terkenal sebagai penghasil buahbuahan misalnya salak, dan lain-lain. Pesantren ini berada di wilayang pinggiran kota salatiga yaitu berada di sebelah baratnya sekitar 4 kilomter. keadaanya memang tidak terlalu ramai tetapi dekat dengan kota salatiga. Sehingga merupakan tempat strategis untuk pendidikan termasuk pendidikan keagamaan pesantren. Jarak yang tidak jauh dari pusat kota salatiga yang merupakan sentral pendidikan formal, maka banyak santri yang berminat untuk mendalami ilmu agama di pesantren ini, sebab kebanyakan santri yang menetap adalah para pelajar di pendidikan
formal, baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar bahkan banyak juga dari masyarakat sekitar yang ikut menuntut ilmu di pesantren ini.kondisi yang demikian sudah barang tentu mempengaruhi proses belajar di pesantren ini, lebih jelasnya bisa dilihat dalam pendidikan dan pengajaran pesantren. 2.
Sejarah berdirinya pondok pesantren Edi Mancoro Pondok pesantren edi mancoro termasuk pesantren salaf, bila mengacu pada pendapat Dhofier (1984 : 80) tentang elemen dasar pesantren salaf. Elemen–elemen itu adalah asrama tempat pemondokan santri, kiai guru yang mengajar para santri, kitab kuning sebagai kurikulum pendidikanya. Masjid sebagai sarana pengajian dan peribadatan santri (Depag RI 2003 : 40), disamping santri sendiri sebagai peserta didik. Munculnya pesantren sendiri tidak terlepas dari kondisi obyektif masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat setempat pada waktu itu masih alergi dengan beragam aktifitas religius, sebaliknya mereka sangat akrab dengan kebiasaan-kebiasaan buruk yang berkembang di masyarakat. Hal inilah yang mendorong tokoh setempat untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan (Tafaqutifi Al Din) sebagai peredam yang bisa mengendalikan kebiasaankebiasaan buruk masyarakat setempat. Di bawah prakarsa bapak KH. Sholeh tokoh pendatang dari desa pulutan telah berhasil mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Darussalam dengan sebuah bangunan kecil sebagai tempat pemondokan bagi para santri yang
akan belajar kepadanya. Masjid ini didirikan di pinggiran desa, seakan terpisah dari pemukiman warga pada waktu itu, walaupun sekarang sudah menyatu dengan masyarakatnya, dan pendidikan yang diselenggaakanyapun masih sederhana, belum sampai terbentuk semacam lembaga pendidikan tetapi terkesan natural. Pendidikan keagamaan yang berpusat di Darussalam dan ditangani oleh bapak kiai sholeh hanya berlangsung hinggan tahun 70-an, sebab setelah beliau meninggal tidak ada keturunanya langsung yang mau meneruskan perjuangannya dan tidak ada tokoh lokal yang meneruskan misi dan perjuangannya. Setelah itu maka proses pendidikan di Darussalam agak tersendat, dalam masa kevakuman ini selang beberapa waktu, munculah kiai Sukemi yang merupakan tokoh lokal yang diminta oleh masyarakat setempat dan diharapkan mampu untuk meneruskan misi dan perjuangan pendidikan ini ,dan pendidikan pesantren ini dapat berjalan kembali seperti kepemimpinan kiai Sholeh. Bermacam itu pula, munculah KH. Mahfudz Ridwan, tokoh tokoh dari pulutan yang merupakan alumni dari beberapa pesantren ternama sekaligus alumni dari universitas di Baghdad. Setelah kiai sukemi meninggal, maka pendidikan Darussalam diteruskan oleh KH. Mahfudz Ridwan. Pada tahun 1984 KH. Mahfudz Ridwan bersama beberapa tokoh lokal lainya seperti Matori Abdul Jalil mendirikan yayasan yang bernama Yayasan Desaku Maju dengan catatan notaris nomor 14/1984. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang sosial yang mengamban misi dan tujuan
membantu pemerintah untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan dan mengembangkan swadaya serta sumber daya manusia khususnya masyarakat pedesaan. Dan yayasan ini cukup familiar bagi warga salatiga, karena merupakan satu-satunya yayasan islam yang bergerak di bidang kemasyarakatan. Pada awal tahun 1989 KH. Mahfud Ridwan mendirikan pesantren yang kebih akrab disebut Wisma Santri Edi Mancoro sebagai pusat pendidikan masyarakat khususnya bagi masyarakat setempat sekaligus sebagai basecamp berbagai kegiatan yayasan, hanya saja lokasinya berbeda dari lokasinya yang terdahulu. Ini dikarenakan agar terhindar dari anggapan bahwa masjid dimonopoli oleh pesantren sehinggan masyarakat enggan untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang berpusat di masjid. Sejak saat itu keadaan pesantren terus berkembang. Karena yayasan ini dikenal sangat luas karena program-programnya yang telah berhasil membuat perubahan yang sangat signifikan di Salatiga dan kabupaten Semarang khususnya memecahkan permasalahan antar umat beragama, kemudian karakter pesantren yang pluralis dan terbuka untuk siapa saja termasuk untuk orang non islam oleh karena itu nama pesantren ini sangat terkenal hingga luar negeri hingga banyak kunjungan dari luar negeri dari berbagai negara hingga saat ini. Pada akhir tahun 2007 nama pondok pesantren Edi Mancoro telah resmi menggantikan nama Wisma Santri Edi Mancoro karena aktifitas kemasyarakatan yang sudah mulai melemah dan menjadi pesantren yang
normatif tetapi masih tetap menjaga prinsip pluralisme dan keterbukaan dengan orang non islam sebagai bentuk terciptanya konsep islam adalah rohmatan lil‟alamin. 3. Sarana dan fasilitas pesantren Pondok pesantren Edi Mancoro termasuk pesantren yang baru bila ditinjau dari usia kelahiranya yaitu pada tahun 1989, sehingga fasilitas dan prasarananya yang tersediapun masih sederhana dan terbatas, tetapi keterbatasan ini tidak menghambat proses pendidikan dan peengajaran sebagai nadi dan misi pesantren. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di pesantren ini angtara lain: a. Dua gedung putra putri b. Dua aula pertemuan putra putri c. Masjid sebagai tempat peribadatan d. Kantor pengurus e. Pertokoan koperasi diantaranya adalah: Mini market, Bengkel motor, KSP simpan pinjam, Peternakan sapi. f. Perpustakaan g. Gedung pertemuan yang disewakan
4. Keadaan ustadz dan santri Selain KH. Mahfudz ridwan para ustadz Pondok Pesanren Edi Mancoro bersal dari masyarakat sekitar dan alumni yang mempunyai kepedulian terhadap perkembangan pesanren serta para santri sendiri
yang telah
dianggap mampu untuk mengajar dan berkompeten pada disiplin ilmu yang telah dikuasai. Sedangkan para santri berasal dari banyak daerah diantaranya : Demak, Magelang, Porwodadi, Pekalongan hingga Lampung dan Palembang. Mayoritas mereka sekolah di STAIN Salatiga dan berbagai sekolah menengah seperti: MAN salatiga, MTS NU, SMK Kartika dan lain-lain. Jumlah santri saat ini kira-kira adalah 60 santri yang terbagi dalam kategori santri mukim yang artinya tinggal di pesantren dan santri non mukim yang berasal dari masyarakat sekitar yang datang ketika waktu kajian dilaksanakan.
5. Struktur organisasi Pondok Pesantren Edi Mancoro
Mustri
Ketua umum
Bendahara
Badan Penasehat
sekretaris UPT komputer
Rayon pa
Biro pendidikan
Rayon Pi
Biro litbang
UPT perpustakaan n
Biro PU
TBB
Santri
Santri
Keterangan : Pelindung
: Kepala Desa Gedangan
Pengasuh
: KH. Mahfudz ridwan. Lc
Penasehat
: Ust Muhammad Hanif. Ss
Santri
Ust Sofari Ust Iwan rosyadi A.Ma Ust Budi Santoso. S.Pd.I Ust Jamaludin Al Afgani A.Ma Ketua umum
: Muhammad Farhan
Sekretaris
: M Hasanudin
Bendahara
: Ngabidatun Mukaromah
Rayon Pa
: M. Nasroh Syamsul Ma‟arif
Rayon Pi
: Siti Eka Puspita Sari Durotun Nafisah
Biro pendidikan
: Mirza Faisol
TBB
: Imma Dahliyani M
Biro litbang
: Heri Sulistyo Munirotul Azizah
Biro PU
: M Ichsanudin Durotul Yatimah
UPT komputer
: Tajudin Umroni
UPT perpustakaan
: Naila Munawarotul Q
6. Pelaksanaan pendidikan di pesantren a. Kurikulum Pesantren Sebagai lembaga pendidikan keagamaan, pondok pesantren Edi Mancoro menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
keagamaan
disamping mata kajian yang bersifat umum. Pesantren ini mempunyai spesifikasi khusus untuk mendalami ilmu- ilmu agama dengan dititik beratkan pada kemampuan membaca dan menulis bahasa Arab dengan baik dan benar, maka pelajaran nahwu, shorof dan halaqhoh mendapat perhatian prioritas. Disamping itu mata pelajaran umum, ketrampilan menjadi
kegiatan
ektra
yang
terjadwal
oleh
pengurus
dengan
menyesuaikan bakat dan minat santri. Dan juga ada kegiatan yang bersifat insidentil antara lain : Seni baca Al-qur‟an, bahasa arab, bahas inggris, mengetik, administrasi baik keuangan maupun manajemen organisasi. b. Sitem Pendidikan Sistem pendidikan
di pesantren ini mengalami bnayak perubahan
dalam rangka menuju kesampurnaannya. Sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem klasikal (Bandongan) dimana seorang kiai atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi ajaran atau kitab kuning sementara santri atau murid mendengarkan memeknai dan menerima (Depag RI 2003 : 44 ). santri diwajibkan mengikuti setiap mata pelajaran yang dikaji sebagaimana tertera dalam jadwal, dengan batas waktu yang telah ditetapkan untuk menjembatani problem santri baru agar dapat menyesuaikan diri dengan kelas yang ada, maka dilaksanakan tes penempatan kelas sehingga diharapkan mereka dapat segera mengikuti pelajaran yang diselenggarakan. Dalam penyajian mata pelajaran yang
berbasic
kitab-kitab
kuning
digunakan
sistem
bandongan
atau
berkelompok, dan ada mata pelajaran tertentu yang harus disajikan dengan sistem individual (Sorogan). Akan tetapi sistem bandongan lebih dominan dipergunakan. Hal ini dilatar belakangi , bahwa mayoritas santri yang belajar adalah mahasiswa dan pelajar tingkat
SLTA. Sehingga
kemansirian belajar lebih teruji, disamping itu efektifitas waktu yang tersedia bagi dewan asatidz. Adapun mata pelajaran yang menjadi kajian wajib bagi santri adalah : 1) Kelas khos Mata pelajaranya sebagai berikut : a) Bahasa Arab b) Fiqh c) Tajwid
: Mutholaahtul haditsah : Mabadi‟ Fiqhiyah 1 : Sifaul Jinan
d) Fasholatan
: Fasholatan
e) Akhlaq
: Akhlaqul banin 1
f) Hadist
: Kumpulan hadist mutafaqun „alaih
g) Tauhid h) Tarikh
: Aqidatul awam : kholasoh 1
2) Kelas Awaliyah Mata pelajaranya sebagai berkut: a) Hadist
: Arbain Nawawi
b) Fiqh
: Safinah
c) Tarikh
: Kholasoh 2
d) Shorof
: Amstilatut Tasrifiyah
e) Nahwu
: Jurumiyah
f) Tajwid
: Tuhfatul Atfal
g) Tauhid
: Jauharul Kalamiyah
h) Akhlaq
: Akhlaqul Banin 2
i) Bahasa arab
: Durusul Lughoh 1
3) Kelas wustho Mata pelajaranya sebagai berikut: a) Bahasa arab
: Durusul lughoh 2
b) Hadist
: Mustholahatul Hadist
c) Akhlaq
: Ta‟limul Muta‟alim
d) Nahwu
: „Imriti
e) Tauhid
: Kifayatul „Awam
f)
: Fathul Qorib
Fiqh
g) Shorof
: Maqshud
4) Kelas ulya Mata pelajaranya sebagai berikut a) Bahasa arab
: Qiro‟ah roshidah
b) Hadist
: Mustholahatul hadits
c) Akhlaq
: Bidayatul hidayah
d) Nahwu
: Al Ikhtishor
e) Fiqih
: Fatqul Qorib
f) Tauhid
: Husunul Hamidiyah
g) Ulumul hadist
: Bulughul Maram
h) Ushul fiqih
: Mabadiul Awaliyah
B. Penyajian Data Setelah melalui penyebaran angket, pengumpulan data melalui data observasi, interview dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu di sajikan bentuk data guna memperlancar langkah suatu penelitian. Untuk memperoleh data tentang hubungan intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim terhadap ketawadlu‟an santri kepada kiai di pondok pesantren Edi Mancoro menggunakan angket yang berisi indikator tentang intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim berjumlah 10 pertanyaan dan ketawadlu‟an sntri kepada kiai sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban a, b, c, dan d kepada santri kelas wustho yang berjumlah 12 orang. Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di pondok pesantren Edi Mancoro 2011: 1.
Daftar Nama Responden Table 1 Daftar nama responden kelas wustho di ponpes Edimancoro No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Responden TU MN MF SM MI SH MA AA JM SEP DY NM
Umur 21 Tahun 25 Tahun 20 Tahun 23 Tahun 23 Tahun 22 Tahun 21 Tahun 21 Tahun 23 Tahun 22 Tahun 20 Tahun 22 Tahun
2.
Hasil Jawaban Angket. Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel yang diurai dalam item pertanyaan dalam angket sebagaimana terlampir, hasil jawaban atas opsi pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Intensitas mengikuti kajian Ta‟limul muta‟alim Data hasil jawaban angket tentang Intensitas mengikutikajianta‟limul muta‟alim dapat dilihat pada tabel berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 2 Jawaban Angket Tentang Intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim ponpes Edi mancoro Jawaban Soal Nama Responden A B C D 4 3 2 1 TU 4 4 2 MN 2 6 2 MF 1 5 1 3 SM 3 4 2 MI 4 2 4 SH 3 5 1 1 MA 3 4 2 1 AA 6 3 1 JM 5 3 1 1 SEP 5 3 2 DY 5 3 2 NM 45 46 18 11 Jumlah
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 120
b. Ketawadlu‟an santri kepada kiai. Adapun hasil jawaban dari angket data tentang ketawadlu‟an santri ponpes Edimancoro adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Jawaban Angket Tentang Ketawadlu‟an santri ponpes Edimancoro No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
TU MN MF SM MI SH MA AA JM SEP DY NM Jumlah
A 1 3 2 1 4 3 6 4 7 7 4 8 50
Jawaban Soal B C 4 5 6 1 7 1 7 2 4 2 5 2 3 1 6 3 2 1 4 2 2 53 17
D 0
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 120
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya, untuk memudahkan dalam menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang akan diteliti, adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: A. Analisis Deskriptif Setelah melakukan penggalian data, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data tiap variabel. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Analisis Intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim. Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban dengan rincian bobot sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A, memiliki nilai bobot 4 b. Alternatif jawaban B, memiliki nilai bobot 3 c. Alternatif jawaban C, memiliki nilai bobot 2 d. Alternatif jawaban D, memiliki nilai bobot 1
Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket untuk intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim, nilai yang diperoleh diklasifikasikan untuk mengkriteriakan intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim di Ponpes Edi Mancoro.
Tabel 4 Skor Angket Intensitas Mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim
Nomor item No. Res 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
01
3
4
4
3
2
4
1
2
4
3
02
3
4
3
3
4
3
4
1
1
4
03
3
2
3
3
3
2
4
2
2
3
04
3
3
3
3
3
2
1
1
1
4
05
2
4
4
3
3
3
4
1
2
3
06
3
4
2
3
4
2
4
2
2
4
07
3
3
3
4
4
2
4
2
1
1
08
3
3
4
4
3
3
4
1
1
2
09
4
4
4
4
3
3
4
1
3
4
10
4
4
4
4
3
2
3
1
3
4
11
3
4
4
4
3
3
4
1
1
4
Nomor item No. Res
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2
4
4
4
3
3
4
2
3
4
Tabel 5 Tingkat Intensitas mengikuti kajian ta‟limul Muta‟alim
No.
Total Nilai Jawaban Alternatif Jawab Item
Responden
Tiap Item A
B
C
Total Nilai
D
4
3
2
1
1
4
3
2
1
16
9
4
1
30
2
4
4
-
2
16
12
-
2
30
3
2
6
2
-
8
18
4
-
30
4
1
5
1
3
4
15
2
3
24
5
3
4
2
-
12
12
4
-
28
6
4
2
4
-
16
6
8
-
30
7
3
5
1
1
12
15
2
1
30
8
3
4
2
1
12
12
4
1
29
9
6
3
1
-
24
9
2
-
35
10
5
3
1
1
20
9
2
1
32
11
5
3
-
2
20
9
-
2
31
12
5
3
2
-
Jumlah
20
3
4
-
27
180
130
36
11
356
Kemudian mencari interval untuk mengkatagorikan atau membuat katagori pemahaman tentang intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim tinggi, sedang, dan rendah maka digunakan rumus:
I
R 4
Keterangan :
I
: Interval
4
: Kelas interval
R
: range yaitu data yang menyebar, dan untuk mendapatkan R dengan rumus:
R= H – L + 1 Keterangan:
R : Range H :Batas tinggi L : Batas rendah
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus : R= H – L + 1 R= 35 – 24 + 1
R= 12 Jadi intervalnya adalah :
I
= = =
R 4 12 4 3
Jadi dari data yang dihasilkan dapat ditetapkan kategori sebagai berikut: Tabel 6 Nilai Interval Intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim di Ponpes Edimancoro
Jumlah No.
Interval
Kategori
Kode Responden
1
31 –35
Tinggi
3
A
2
27 – 30
Sedang
8
B
3
24 – 26
Rendah
1
C
Setelah diketahui berapa banyak responden yang memiliki tingkat intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim tinggi, sedang, dan rendah, kemudian masingmasing kategori diprosenkan dengan rumus sebagai berikut: P
F 100% N
Untuk tingkat intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim tinggi, sebanyak 3 responden, P
3 100% 12
25%
Untuk tingkat intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim sedang, sebanyak 3 responden, P
8 100% 12
66,7%
Untuk tingkat intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim rendah, sebanyak 3 responden, P
1 100% 12
8,3%
Kemudian di hitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai berikut : f ( x)
M
M
M
N 356 12
29,6
Hasil di atas menunjukan mean dengan hasil 29,6 dari intensitas mengikuti kajian Ta‟limul muta‟alim adalah Sedang 2.
Analisis ketawadlu‟an santri kepada kiai.
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban dengan rincian bobot sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A, memiliki nilai bobot 4 b. Alternatif jawaban B, memiliki nilai bobot 3 c. Alternatif jawaban C, memiliki nilai bobot 2 d. Alternatif jawaban D, memiliki nilai bobot 1 Dalam mencari nominal yang didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket ketawadlu‟an santri kepada kiai, nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk mengkriteriakan ketawadlu‟an santri kepada kiai di Ponpes Edi Mancoro Tabel 7 Skor Angket ketawadlu‟an santri kepada kiai
Nomor item No. Res 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
01
2
3
3
4
2
2
3
3
2
2
02
3
4
4
3
4
3
3
3
2
3
03
3
3
3
4
4
3
3
3
2
3
04
3
3
3
4
3
3
2
3
2
3
05
3
2
3
4
3
4
4
4
3
2
Nomor item No. Res 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
06
3
4
3
3
3
3
4
2
2
4
07
3
3
3
4
4
4
4
4
4
2
08
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
09
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
10
4
4
3
4
4
4
4
3
4
2
11
3
3
3
2
3
4
4
4
4
2
12
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
Tabel 8 Tingkat ketawadlu‟an santri kepada kiai
No.
Total Nilai Jawaban Alternatif Jawab Item
Responden
Tiap Item A
B
C
Total Nilai
D
4
3
2
1
1
1
4
5
-
4
12
10
-
26
2
3
6
1
-
12
18
2
-
32
3
2
7
1
-
8
21
2
-
31
4
1
7
2
-
4
21
4
-
29
5
4
4
2
-
16
12
4
-
32
6
3
5
2
-
12
15
4
-
31
7
6
3
1
-
24
9
2
-
35
8
4
6
-
-
16
18
-
-
34
9
7
3
-
-
28
3
-
-
31
10
7
2
1
-
28
6
2
-
36
11
4
4
2
-
16
13
4
-
33
12
8
2
-
-
32
6
-
-
38
200
154
34
-
388
Jumlah
Kemudian mencari interval untuk mengkatagorikan atau membuat katagori pemahaman tentang ketawadlu‟an santri kepada kiai tinggi, sedang, dan rendah maka digunakan rumus:
I Keterangan :
=
R 4
I
: Interval
4
: Kelas interval
R
: range yaitu data yang menyebar, dan untuk mendapatkan R dengan rumus:
R= H – L + 1 Keterangan:
R : Range
H :Batas tinggi L : Batas rendah Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus : R= H – L + 1 R= 38 – 26 + 1 R= 13 Jadi intervalnya adalah :
I
= = =
R 4 13 4 3,25
Jadi dari data yang dihasilkan dapat ditetapkan kategori sebagai berikut: Tabel 9 Nilai Interval Ketawadlu‟an santri kepada kiai
Jumlah No.
Interval
Kategori
Kode responden
1
35 –38
Tinggi
3
A
2
30 –34
Sedang
7
B
3
26 – 29
Rendah
2
C
Setelah diketahui berapa banyak responden yang memiliki tingkat intensitas mengikuti kajian ketawadlu‟an santri kepada kiai tinggi, sedang, dan rendah, kemudian masing-masing kategori diprosenkan dengan rumus sebagai berikut: F 100% N
P
Untuk tingkat intensitas mengikuti kajian ketawadlu‟an santri kepada kiai tinggi, sebanyak 3 responden, P
3 100% 12
25%
Untuk tingkat intensitas mengikuti kajian ketawadlu‟an santri kepada kiai sedang, sebanyak 3 responden, P
7 100% 12
58,3%
Untuk tingkat intensitas mengikuti kajian Ta‟limul Muta‟alim rendah, sebanyak 3 responden, P
2 100% 16,6% 12
Kemudian di hitung nilai mean dan range dengan rumus sebagai berikut
M
M
f ( x) N 388 12
M
32,3
Hasil di atas menunjukan mean dengan hasil 32,3 dari ketawadlu‟an santri kepada kiai adalah Sedang.
B. Pengujian Hepotesis 1. Mencari nilai korelasi antara intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro. Dalam analisis kedua ini penulis akan menganalisis tentang hubungan antara intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro akan dikorelasikan dalam bentuk tabel koefisien korelasi, dimana intensitas keberagamaan orang tua sebagai variabel X dan perilaku akhlakul karimah remaja sebagai variabel Y. Tabel 10 Tabel Pembantu Analisis Product Moment No
X
Y
X2
Y2
XY
1
30
26
900
676
780
2
30
32
900
1024
960
3
30
31
900
961
930
4
24
29
576
841
696
5
28
32
784
1024
896
6
30
31
900
961
930
7
30
35
900
1225
1050
8
29
34
841
1156
986
9
35
31
1225
961
1085
10
32
36
1024
1296
1152
11
31
33
961
1089
1023
12
27
38
729
1444
1026
∑
356
388
10640
12658
11514
Dari tabel tersebut dapat diketahui keterangan sebagai berikut: N
= 12
∑X
= 356
∑Y
= 388
∑ X2 = 10640 ∑ Y2 = 12658 ∑ X Y = 11514 Dalam melakukan analisis tentang hubungan antara intensitas mengikuti kajian ta‟limul mta‟lim dengan ketawadluan santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro, penulis menggunakan rumus product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: X Y N
XY rxy X
2
X N
2
Y
2
Y N
2
rxy
rxy
11514 11510,6 10640 10561,3 12658 12545,3 3,4 {78,7}{112,7}
rxy
3,4 94,2
rxy
0,036
C. Pembahasan Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik product moment dan diperoleh r xy sebesar 0,036 kemudian nilai r xy yang telah diketahui tersebut diadakan tes signifikasi , yaitu dikonsultasikan pada r tabel product moment dengan N = 12 pada taraf signifikasi 5% diperoleh nilai 0,576. Dengan ini dapat diketahui bahwa rxy hitung sebesar 0,036 < rxy tabel sebesar 0,576, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif atau hipotesis di tolak dalam artian intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟lim tidak ada pengaruh yang positif dengan ketawadluan santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro. Setelah diketahui bahwa hasil dari penelitian tidak sesuai dengan hipotesis yang di ramalkan. Hasilnya adalah bahwa tingkat variable x lebih kecil dari tingkat variable y atau nilai yang rendah diikuti nilai yang tinggi, artinya tingkat ketawadluan santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro lebih tinggi dari intensitas santri mengikuti kajian Ta‟limul muta‟alim . Penulis menyimpulkan ada faktor-
fator yang mempengaruhi ditolaknya hipotesis dengan melakukan pengamatan langsung. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor Kajian Kitab Ta‟limul muta‟alim bukanlah satu-satunya kitab akhlaq yang pernah dikaji oleh santri kelas wustho di Ponpes Edimancoro. Banyak kitabkitab yang lain sebagai pendukung untuk para santri agar memilki akhlaq yang baik. 2. Faktor Responden a. Psikology Dalam keseharian santri hidup di pesantren harus mematuhi berbagai aturan tertulis dan tidak tertulis. peneliti menyimpulkan bahwa, kemungkinan, tidak sepenuhnya santri memiliki sifat tawadlu‟ yang sesungguhnya tetapi mengacu pada tata aturan di pesantren. b. Lingkungan 1)
Keluarga Karena banyak santri edimancoro yang tinggal di kawasan pesisir pantai utara yang notabene adalah sebagai daerah pesantren, sudah barang tentu dari pihak keluargapun sudah mengajarkan atau membiasakan akhlaqul karimah sejak kecil.
2)
Masyarakat Mayoritas santri Pospes Edimancoro pernah nyantri di pesantren lain sebelum akhirnya masuk di edimancoro dan berlatar belakang dari keluarga yang tinggal di pedesaan yang memiliki kemungkinan besar masih menjunjung tinggi sikap saling menghormati. Artinya santri memang sudah terbiasa dengan sikap yang tawadlu‟ kepada siapapun dan terutama di lingkungan sekitar pesantren.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pada tabel VI, tingkat intensitas santri mengikuti kajian Ta‟limul muta‟alim tinggi, sedang, dan rendah, kemudian masing-masing kategori yang telah diprosentasekan adalah: a. Tinggi 25% b. Sedang 66,7% c. Rendah 8,3% Kemudian untuk tingkat intensitas santri mengikuti kajian Ta‟limul muta‟alim di Ponpes Edimancoro tergolong pada katagori sedang (B) karena tabel frekuensi tersebut menunjukkan nilai mean pada angka 29,6. 2. Berdasarkan hasil pada tabel IX, ketawadlu‟an santri kepada kiai tinggi, sedang, dan rendah, kemudian masing-masing kategori yang telah diprosentasekan adalah: a. Tinggi 25% b. Sedang 66,7% c. Rendah 8,3%
Kemudian untuk tingkat ketawadlu‟an santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro tergolong pada katagori sedang (B) karena tabel frekuensi tersebut menunjukkan nilai mean pada angka 32,3. Dari penelitian yang di analisis secara statistik diperoleh hasil yang menjadi kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh antara intensitas mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim dengan ketawadlu‟an santri kepada kiai di Ponpes Edimancoro. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi product moment dari hasil rxy hitung sebesar 0,036 sedangkan rxy tabel 0,576 product moment pada taraf signifikansi = 5% dengan N =12. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan ditolak.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Kepada seluruh santri untuk tetap meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam belajar di pesantren dengan sikap yang tawadlu‟ tanpa merasa memiliki ilmu yang cukup untuk bekal dunia dan akhirat, karena tanpa sikap tawadlu‟ ilmu yang didapatkan tidak akan manfa‟at. 2. Tetaplah bersikap tawadlu‟ kepada siapapun termasuk kepada anak kecil sekalipun dalm artian tetap saling menghormati agar kerukunan hidup dapat tercipta dalam kehidupan kita dalam bermasyarakat.
Mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan syukur yang tiada terkira kepada Allah S.W.T yang telah memberikan begitu banyak rahmat dan nikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau halangan selalu menerpa dan dapat selesai sesuai target yang telah di cita-citakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya saran dan kritik yang yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian yang lebih lanjut dan dapat membawa manfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Serta bagi nusa dan bangsa, khususnya masyarakat Islam dan di dalam dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, abu 1991. Teknik Belajar Yang Efektif . Jakarta : PT Rineka Cipta Arifin Thoha, Zaenal. 2003. Runtuhnya Singgasana Kiai. Yogyakarta: Kutub Arikunto, S. 2005. Manajement Penelitian.Cetakan Ke Tujuh. Jakarta Rineka Cipta. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta . Asad, Aly. 2007. Terjemah ta‟limul muta‟alim . Kudus : PT Menara Kudus Az zarnuji, Syeh Nu‟man Bin Ibrahim al Khalil (1992). Metode belajar efektif untuk manjadi luar ulama‟. Pekalongan : CV Bahagia. Daradjat, Zakiah. 1995. Remaja Harapan Dan Tantangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang. Dirjen Depag Ri.2003.Pola Pengembangan Pondok Pesantren .Jakarta : Depag RI Hadi, sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah akhlak . Yogya : Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam (LPPI) Surin, Bachtiar. 1996. Alqur‟an Dan Terjemah, Jakarta : Depag RI Suryabrata, Sumadi .2003. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Tafsir ,Ahmad. 1992. Ilmu pendidikan dalam perspektif islam. Bandung : PT Rosdakarya Tatapangarsa, Humaidi.1980. Akhlaq Yang Mulia, Surabaya : PT Bina Ilmu Umary, Barmawy .1993. Materi Akhlaq. Solo: Ramandhani. Hannaf. 3 Mei 2010. Pendidikan dalam kajian ta‟limul muta‟alim. (http://sulufiyyah.blogspot.com/2010/05/pendidikan-dalam-kajian-kitabtalim.html). “http://asnhaba.blogspot.com/2010/01/ :konsep-pendidikan-dalam-kitab-mutadan.html: konsep pendidikan dalam kitab "ta'lim muta'alim" dan relevansinya dengan dunia pendidikan dewasa ini.
DASAR PEMBUATAN SOAL ANGKET PENELITIAN No soal
Indikator
1-2
Selalu mengikuti kajian ta‟limul muta‟alim
Berdasarkan halaman
25-26 3-4
Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian
5
Selalu inten dalam mendengarkan dan memperhatikan apayang disampaikan kiai
Referensi
Artinya : Kemudian, penuntut ilmu juga harus bersungguh hati dan terus-nenerus demikian(kontinuitas) ; seperti itulah petunjuk Allah dalam firmaNya :“Dan mereka yang berjuang untuk (mencari keridlo‟an) kami niscahya akan kami tunjukkan mereka kepada jalan kami” (Ally As‟ad : 52)
25-26
Artinya : Dianjurkan kepada murid agar serius dalam memahami pelajaran langsung dari sang guru,atau dengan cara meresapi, memikirkan dan banyak-banyak mengulang pelajaran ; karena jika pelajaran baru itu sedikit dan sering diulang-ulang sendiri serta diresapi maka akhirnya dapat mengerti dan faham. (Ally as‟ad : 77)
Artinya : Dianjurkan kepada murid agar membuat ta‟aliq terhadap pelajaranya setelah hafal dan sering diulang-ulang;catatan tersebut kelak sangat berguna. (Ally as‟ad : 77)
6
Paham dengan apa yang di sampaikan oleh kiai
7
Membuat catatan (maknani kitab)
25-26
8
Selalu membaca ulang apa yang telah di tulis saat waktu luang
25-26
Artinya : Wajib bagi pelajar hendaklah secara kontinu belajar dan mengulangi pelajaran yang telah lewat di awal dan di akhir waktu malam (Ally as‟ad :
9
58)
Senang apabila mendapat giliran membaca pada pertemuan mandatang
10
Mempelajari kitab akhlak selain yang di kaji bersama
11-12
Santri membantu pekerjaan kiai atau ndalem
-----
Artinya : demikia pula wajib mempelajari ilmudan bidang studi akhlaq, semacam sifat dermawan, kikir, penakut, nekad,sombong, rendah diri, berlebihlebihan, terlalu irit dsb
31
Artinya :”Muliakanlah orang yang kamu belajar dari padanya”{Riwayat Abu Hasan Al- Mawardi}( Humaidi : 116)
13-14
Patuh terhadap amanat kiai dalam artian yang positif
32
Artinya : Barang siapa yang mengajarkan satu ayat dari kitab Allah kepada seseorang, maka orang ini menjadi hamba baginya,(Riwayat imam thabarani){Asyaukani dalam Al-Fawaidul Majmu‟ah : 879}
15
Santri memperhatikan nasehat kiai
32
Artinya : Sebaiknya penuntut ilmu agar lebih memperhatikan seluruh ilmu dan hikmah dengan penuh ta‟dlim dan hormat, meskipun telah seribu kali ia mendengar keterangan dan hikmah yang itu juga. ”(Ally As‟ad: 48).
16,17
Santri tidak menyakiti perasaan kiai
32-33
18
Santri Menjaga kebersihan dan keindahan di lingkungan pesantren
35
Santri minta ijin bila bepergian
34
19-20
Artinya : Sebaiknya para pencari ilmu hendaklah menghindari akhlak yang tercela, karena itu ibarat anjing; padahal Nabi SAW bersabda “ malaikat tidk akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat patung atau anjing” sedangkan mausia belajar dengan perantaraan malaikat.( Ally As‟ad: 50-51)
Artinya : kebersihan adalah -
sebagian dari iman
Artinya : Pada pokoknya adalah mencari ridho guru, menghindarkan murkanya dan menjunjungb tinggi perintahnya selama tidak melanggar perintah agama karena tidak boleh mentaati seseorang untuk mendurhakai Allah. ( Ally As‟ad:38 )
ANGKET PENELITIAN Biodata responden Nama : Tampat tanggal lahir : Jenis kelamin : Kelas : Petunjuk pengisian 1. Sebelum mengisi anket ini isi biodata saudara terlebih dahulu 2. Jawablah pertanyaan yang tersedia dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tepat menurut saudara. 3. Telitilah dahulu jawaban saudara sebelum dikumpulkan. 4. Pahamilah dahulu pertanyaan sebelum anda menjawab. 5. Jawaban yang anda berikan akan kami rahasiakan. Oleh karena itu jawaban yang baik obyektif sangat kami harapkan dan sumbangan yang sangat berharga demi keberhasilan penelitian Variabel Tentang Intensitas Mengikuti Kajian Ta’limul Muta’alim 1. Berapa persen intensitas kehadiran anda mengikuti kajian kitab ta‟limul muta‟lim? a. 100% kehadiran b. 75% kehadiran c. 50% kehadiran d. 25% kehadiran 2. Inginkah anda untuk selalu hadir dalam kajian ta‟limul muta‟lim? a. Sangat ingin b. Ya, Ingin c. Kadang-kadang ingin d. Tidak ingin 3. Apakah anda selalu ingin hadir tepat waktu saat ada kajian ta‟limul muta‟lim?
a. Sangat ingin b. Ya ingin c. Kadang-kadang ingin d. Tidak ingin 4. Kapankah biasanya anda berada di tempat kajian ketika tahu ada jadwal kajian ta‟limul muta‟lim? a. Sudah hadir sebelum kajian dimulai b. Hadir ketika kajian akan dimulai c. Hadir ketika kajian sudah berlangsung 10 menit d. Hadir ketika kajian sudah berlangsung >10 menit 5. Apakah anda selalu memperhatikan apa yang di sampaikan kiai/ustadz ketika kajian berlangsung? a. Selalu memperhatikan b. Memperhatikan c. Kadang-kadang d. Tidak memperhatikan 6. Apakah anda paham apa yang disampaikan kiai/ustadz saat kajian ta‟limul muta‟lim? a. Sangat paham b. Paham c. Kadang paham kadang tidak d. Tidak paham 7. Apa yang sering anda lakukan ketika kajian ta‟limul muta‟lim berlangsung? a. Menulis dan memperhatikan
b. Memperhatikan saja c. Menulis saja d. ketiduran 8. Adakah anda selalu menyempatkan membaca ulang apa yang anda tulis dari kajian ta‟limul muta‟lim? a. Selalu membaca ulang sebelum hari terjadwalnya kajian b. Membaca ulang ketika ada waktu luang c. Membaca ulang ketika ingin saja d. Membaca ulang ketika tahu akan mendapat giliran membaca di depan kiai/ustadz saja 9. Bagaimana perasaan anda ketika tahu bahwa anda yang mendapat giliran membaca pada pertemuan yang akan datang? a. Sangat senang b. Senang c. Biasa saja d. Takut 10. Apakah ada kemauan untuk lebih memperdalam ilmu akhlak dengan membaca buku-buku akhlak yang lain? a. Ya sangat ada b. Ya ada c. Ya kadang-kadang timbul keinginan itu d. Tidak ada
Variable Tentang Ketawadlu’an Santri 11. Bagaimana tingkat kepedulian anda dalam hal membantu kiai atau keluarga ndalem? a. Sangat peduli dan ada keinginan untuk membantu pekerjaan kiai atau keluarga ndalem b. Ada kepedulian untuk membantu pekerjaan kiai atau ndalem c. Kadang-kadang peduli dan membantu sesuai kemampuan kita d. Tidak ada kepedulian 12. Bagaimana sikap anda ketika berada di acara hajatan keluarga ndalem misalkan acara pernikahan putra kiai? a. Ikut membantu atau rewang tanpa di suruh dan selalu tanggap dengan kesibukan pekerjaan yang ada b. Ikut membantu dengan rasa ikhlas c. Ikut membantu seperlunya saja d. Tidak peduli dengan kesibukan pekerjaan yang ada 13. Bagaimana perasaan anda ketika diberi amanat untuk melakukan sesuatu (positif)? a. Merasa sangat senang karena dapat berkomunikasi secara langsung dengan kiai dan semangat dalam mengemban amanat b. Senang dan ikhlas dalam mengemban amanat c. Biasa saja karena dan melaksanakan amanat kiai karena kewajiban santri untuk patuh kepada kiai d. Merasa terbebani tetapi tetap melaksanakan amanat kiai 14. Keikhlasan dalam beramal, seorang kiai akan menjadi contoh pada santrinya, bagaimana dengan anda? a. Selalu berusaha ikhlas didalam beramal b. Cenderung sering berbuat ikhlas dalam beramal
c. Kadang –kadang ikhlas dalam beramal kadang tidak d. Sering tidak ikhlas dalam beramal karena ada kepentingan tertentu 15. Bagaimana sikap anda ketika kiai memberikan nasehat misalkan pada acara mau‟idlotul khasanah? a. Mendengarkan dan memperhatikan dengan mengamalkan apa yang disarankan kiai
sepenuh
hati dan
b. Memperhatikan dan mendengarkan dengan baik c. Kadang memperhatikan kadang tidak d. Sibuk sendiri 16. Bagaimana sikap anda apabila bertemu dengan kiai atau Bu nyai? a. Selalu mengucapkan salam dengan rasa hormat dan bersalaman serta mencium tangan b. Mengucapkan salam dan menundukkan kepala c. Menyapa sambil senyum d. Menghindar darinya tanpa sepengetahuan sebab takut karena tidak biasa kontak langsung dengan kiai 17. Bagaimana perkataan anda kepada kiai pada kehidupan sehari-hari? a. Selalu berkata sopan dan baik serta bersikap hormat kepada kiai b. Bertutur kata sopan dan baik dan bersikap wajar kepada kiai c. Cenderung sering berkata dengan perkataan yang wajar asal tidak menyinggung perasaan kiai d. Seperti berkata dengan teman sendiri 18. Bagaimana anda di dalam pesantren dalam memakai pakaian sehari-hari? a. Selalu berpakaian rapi, bersih dan sopan b. Sering berpakaian rapi ,bersih dan sopan sesuai kebutuhan
c. Kadang-kadang berpakaian rapi, bersih dan sopan d. Berpakaian yang sopan tetapi rapi dan bersih jarang diperhatikan 19. Apakah anda ijin kepada kiai ketika akan meninggalkan pesantren dalam waktu yang lama dalam artian menginap? a. Selalu ijin dengan rasa senang karena akan meminta doa dan ridlo dari kiai b. Selalu Ijin karena menuruti prosedur c. Kadang-kadang ijin kadang tidak d. Sering tidak ijin karena malas dengan prosedur 20. Apakah anda selalu mendoakan kiai (bapak anda dalam pesantren) ketika anda berdoa? a. Selalu mendoakan b. Sering mendoakan c. Jarang mendoakan d. Tidak pernah pernah
DAFTAR NILAI SKK Nama NIM
: Haris Susanto : 11106054
No Jenis kegiatan 1. 2
Opspek 2006 Workshop Anggota baru angkatan seria UKM music IAIN wali songo
3
TVRI Relax Show
4
Asramanisasi Ramadhan 1429
5
Pelatihan Microsoft Exel
6
7
8 9 10
Pelatihan asatidz tarbiyatul banin wal banat PP Edimancoro SK pengurus SMC Workshop kepemimpinan PP Edimancoro Parade band KNPI salatiga Bimbingan masuk stain PMII (BIMASTA) 2007
Progdi PA
: Tarbiyah / PAI : Fatchurrahman M.Ag
Pelaksanaan
Status
26-29 Agustus 2006
Peserta
15-23 januari 2011
Pemateri
April 2010
peserta
01-23 september 2008
Panitia
27 mei 2011
Peserta
27 maret 2001
peserta
Masa khidmad 2009/2010
pengurus
28-29 desember 2008
Peserta
28 oktober 2009
peserta
3-5 Agustus 2007
panitia
25 desember 2007
peserta
11
Workshop kepemimpinan PPEM
12
Masa penerimaan anggota baru PMII
4-6 April 2008
Panitia
13
Masa penerimaan anggota baru PMII
16-18 november 2007
panitia
14
Asramanisasi ramadhan 1428 H
12 september-5 oktober 2007
Peserta
Nilai
15 Musyawarah santri 2008 16 Pedas dan workshop paduan suara SMC
19-20 juli 2008
panitia
12-18 desember 2007
panitia
22 oktober 2010
Panitia
panitia
Peserta
17 Music in campus SMC 18 Pelatihan lifeskill PP Edimancoro
22 agustus-02
19 Asramanisasi ramadhan 1431 H
september 2010
20 Seminar Nasional Dema
22 April 2009
peserta
21 september 2008
panitia
24 juni 2007
panitia
14-16 september 2006
peserta
21 Semalam sehati PMII 22 Festival rebana IV SMC 23
Masa penerimaan anggota baru MAPABA 2006
Panitia
21 agustus-13
24 Asramanisasi ramadhan 1430 H
september 2009 Masa khidmad
25 SK pegurus PP Edimancoro
2011/2012
peserta
pengurus
Jumlah
Salatiga, 08 agustus 2011 Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
Mukti Ali Nip:
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dilahirkan di desa Rembes, Kec.Bringin, Kab.Semarang pada tanggal 2 november 1988. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bpk.rusmin. dengan Ibu. muniroh . Riwayat pendidikan penulis memasuki bangku Sekolah Dasar di SD N Pakis lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan di SMP N 2 Beringin selesai Tahun 2003. Setelah menamatkan pendidikan dasar 9 tahun penulis melanjutkan ke SMK Saraswati Salatiga selesai di tahun 2006 Sebagai lanjutan jenjang pendidikan tingkat tinggi penulis belajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penulis menamatkan studi S1 Program Reguler lulus tahun 2011. Selama penulis melanjutkan studi di Perguruan Tinggi penulis pernah aktif dalam organisasi ekstra kampus yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan juga intra kampus yaitu SMC (stain music club) serta ikut nyantri di ponpes Edi Mancoro. Dalam organisasi tersebut penulis sempat menjadi pengurus dalam beberapa kali masa kepengurusan. Hobi dari penulis sendiri adalah bermain musik dan mempunyai selera humor yang tinggi. Salatiga, PENULIS
Haris Susanto NIM : 11106054