PENGARUH INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PT. ANTAM, TBK. PERIODE 2003-2013 Meita Kalaka1, Supardi Nani2, Moh. Agussalim Monoarfa3 Jurusan Manajemen Meita Kalaka, NIM 931 411 177. 2015. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk. Periode 2003-2013. Skripsi, Program Studi Sarjana Manajemen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Bapak Supardi Nani, SE., M.Si. dan Pembimbing II Bapak Moh. Agussalim Monoarfa, SE., MM. ABSTRAK Penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah yaitu seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk. selama periode penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode ini digunakan untuk meramalkan pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, dalam penelitian ini yaitu variabel X (Inflasi) merupakan variabel dependen (bebas) dan variabel Y (Harga Saham) merupakan variabel independen (terikat). Instrument yang digunakan adalah data sekunder serta untuk menganalisis data digunakan analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk dengan hasil uji diperoleh persamaan regresi linier yaitu Y = 7.337,828 + -562,561X dan variabel Inflasi memiliki koefisien determinasi sebesar 0.545 yang berarti apabila terjadi perubahan variabel Inflasi, akan mempengaruhi harga saham sebesar 54,5%. Serta sisanya sebesar 45.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Kata Kunci : Inflasi, Harga Saham PENDAHULUAN Pasar Modal merupakan tempat untuk mendapatkan Modal Investasi, sementara Investor Pasar Modal adalah orang yang menginvestasikan uangnya. Investor dalam mengambil keputusan Investasi selalu diperhadapkan pada sejumlah alternativ, salah satunya yaitu alternativ menginvestasikan dananya dalam bentuk Saham. Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan aset sebuah perusahaan, sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan (Mishkin:2001).
Investasi
Saham
adalah
salah
satu
dari
berjuta
Alternativ
untuk
menginvestasikan dana yang kita miliki, ada begitu banyak keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh Saham yang menyebabkan ia begitu diminati oleh banyak Investor.
Investor
dapat
memilih
Perusahaan
mana
yang
layak
untuk
menginvestasikan Dananya. Memilih perusahaan dengan Kinerja Perusahaan yang bagus akan sangat menguntungkan Investor karena dengan begitu Harga Saham akan terus meningkat. Selain dapat memilih Perusahaan yang diinginkan, keuntungan lainnya dari berinvestasi pada Saham yaitu Investor akan menerima Dividen, dimana dividen dapat diartikan sebagai penghasilan tambahan dari investasinya, selain itu juga investor akan mendapatkan keuntungan pada saat ia menjual kembali Sahamnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga saham yang telah dibeli sebelumnya atau yang biasa disebut Capital Gain. Ketika investor keliru dalam memilih Perusahaan tempat ia menginvestasikan Dananya, bukan tidak mungkin yang akan didapatnya adalah kerugian. Inflasi yang semakin meningkat menjadi signal negative bagi para Investor. Investor cenderung akan melepas sahamnya bila terjadi peningkatan inflasi, hal ini terjadi karena pada saat inflasi tinggi maka investasi dalam bentuk tabungan atau deposito lebih menguntungkan dan lebih pasti dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham. Kecenderungan para investor melepas saham mereka akan menyebabkan harga saham turun dan dari sisi perusahaan seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kenaikan inflasi menyebabkan harga bahan baku meningkat. Peningkatan harga bahan baku menyebabkan ongkos produksi juga meningkat maka dalam kondisi seperti ini keberadaan inflasi akan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan dan seterusnya harga saham perusahaan tersebut akan mengalami penuruna. Hal ini juga ditegaskan oleh beberapa Pakar seperti Widjojo (dalam Suyanto, 2007) mengatakan bahwa “Makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut”. Untuk memperjelas pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham, berikut ini disajikan grafik perkembangan harga saham PT. Antam, Tbk.
Grafik 1.1. Perkembangan Harga Saham Tahun 2003 – 2013
Harga Saham Rp10.000 Rp8.000
Rp8.000
Rp6.000 Rp4.000 Rp2.000
Rp3.575 Rp1.925 Rp1.725
Rp-
Sumber :
Rp4.475 Rp2.450 Rp2.200 Rp1.620 Rp1.280 Rp1.090 Rp1.090
Sumber PT. Antam, Tbk.
Grafik di atas menunjukan bahwa terjadi penurunan yang signifikan dari tahun 2007 dan 2008. Penurunan harga saham ini disebabkan oleh terjadinya inflasi yang tinggi pada tahun 2007 sebesar 6,59% dan puncaknya terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 11,06%. Adanya inflasi ini menyebabkan turunnya harga saham, hal ini disebabkan oleh turunnya perolehan laba yang diperoleh perusahaan, secara tidak langsung inflasi mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan laba dari Rp. 2,873 triliun pada tahun 2007 menurun menjadi Rp. 1.465 trilun pada tahun 2008. Penurunan laba mengakibatkan menurunnya Earning Per Share (EPS) dari tahun 2007 sebesar Rp. 301,24 menjadi Rp. 153,61 pada tahun 2008, penurunan tingkat EPS itu sendiri akan menyebabkan kurangnya minat investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan sehingga perusahaan harus menempuh kebijakan menurunkan harga saham, sebab terjadinya penurunan laba diatas disebabkan oleh menurunnya permintaan global terhadap nikel yang merupakan produk perusahaan. Kondisi tersebut berbeda dengan tingginya tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2005, dimana harga saham tidak mengalami penurunan akan tetapi meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan perusahaan tetap dapat mempertahankan kondisi keuangannya agar tetap stabil walaupun terjadi inflasi.
Fenomena inilah yang menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang inflasi dan harga saham dengan rumusan masalah “seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk. Periode 2003-2013” TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Saham Mishkin (2001) menjelaskan bahwa Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrument keuangan. Menurut Thian (2001) Saham adalah Surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Apabila investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut Beberapa pendapat di atas, menjelaskan bahwa saham adalah bukti kepemelikan
seseorang
(investor)
terhadap
suatu
perusahaan
yang
sebagian/seluruh lembaran sahamnya dibeli oleh investor tersebut Harga Saham Menurut Widiatmodjo (2000), Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh atas suatu saham. Pendapat lain dikemukakan oleh Darmadji (2006) bahwa Harga saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang begitu capat.Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dalam hitungan detik. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang berbentuk dari kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian, keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor
menganalisis keadaan harga saham rnerapakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan, kendala-kendala eksteraal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (1996) "Faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat". Inflasi Pohan (2008) mengatakan bahwa Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa, bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan, yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Nopirin (2000) mengatakan kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus bukanlah merupakan inflasi. Kenaikan sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Hubungan Antara Inflasi dengan Harga Saham Keterkaitan antara tingkat inflasi dengan harga saham dapat diketahui melalui beberapa pendapat ahli seperti dikemukakan oleh Samsul (2006) bahwa inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi berpengaruh positif atau bisa disebut tidak berpengaruh ketika besar nominalnya di bawah 10%, dan berpengaruh negatif ketika besarnya lebih dari 10%. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perkonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi lamban dan pada akhirnya menyebabkan harga saham juga bergerak lamban.
Pendapat lain tentang hubungan inflasi dan harga saham ini dikemukakan oleh Winger (1992) bahwa meningkatnya laju inflasi akan menyebabkan akan menyebabkan para investor enggan untuk menginvestikan dananya dalam bentuk saham, mereka cenderung untuk memilih investasi dalam bentuk logam mulia. Jenis ini dapat melindungi investor dari kerugian yang disebabkan oleh inflasi, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi akan mempengaruhi harga saham yang berarti juga ikut mempengaruhi indeks harga saham gabungan. Kerangka Pemikiran -
Terjadinya inflasi menyebabkan peningkatan biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya operasional perusahaan dan biaya-biaya lainnya.
-
Peningkatan biaya yang cukup tinggi berdampak pada pengurangan nilai laba atau profit perusahaan.
-
Profit/laba yang berkurang mengakibatkan turunnya tingkat Earning Per Share (Laba Per Lembar Saham).
-
Menurunnya Earning Per Share akan menyebabkan rendahnya tingkat Deviden yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Bahkan untuk para pemegang saham biasa (common stock) kemungkinan untuk tidak memperoleh pembagian deviden dapat
terjadi jika perusahan memilih untuk
tidak
membagikan deviden dengan alasan operasional. -
Menurunnya tingkat deviden atau tidak adanya deviden menjelaskan bahwa tidak adanya atau rendahnya tingkat return yang akan diperoleh investor atas investasi saham yang dilakukannya. Gambaran pemikiran tersebut dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Tingkat Pengembalian (Return Saham Tinggi)
Keuntungan (Bunga Deposito TInggi dan lainlain)
Investor Investasi Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu “INFLASI”
Tidak Terjadi Inflasi
Saham
Widjojo mengatakan bahwa “Makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut” (Suyanto, 2007).
Terjadi Inflasi
Investasi Lainnya (Deposito, Emas dll)
Harga Saham
Tingginya Harga Saham Perusahaan dikarenakan tingginya permintaan investor terhadap saham perusahaan
Turunnya Harga Saham dikarenakan aksi jual investor atau kurangnya minat investor terhadap saham perusahaan
Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk. Periode 2003-2013” METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yakni menganalisis adanya pengaruh antara variabel yang satu dengan yang lain yang dalam penelitian ini yaitu variabel X (Inflasi) dan Variabel Y (Harga Saham). Adapun desain penelitian, dapat digambarkan sebagai berikut:
X
Y
Gambar 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian ini bersifat korelasioanal yang menjelaskan pengaruh Inflasi terhadap harga saham merupakan data time series. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari obyek
penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk. periode penelitian tahun 2003 sampai dengan tahun 2013. Berikut ini perhitungan statistik coeffisien analisis regresi linier sederhana dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Analisa Regresi Linear Sederhana Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
7337.828
1152.208
INFLASI
-562.561
171.399
Standardized Coefficients Beta -.738
a. Dependent Variable: H_Saham
Sumber : Data diolah 2015 Dari Tabel 4.2. Diatas menunjukan hasil persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = 7.337,828 + -562,561X Model regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 7.337,828 menyatakan bahwa jika tidak ada inflasi maka harga saham adalah sebesar 7.337,828 2. Terdapat pengaruh negatif dari inflasi terhadap harga saham perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka harga saham juga akan menurun. Setiap peningkatan inflasi sebesar satu satuan akan menurunkan harga saham sebesar -562,561 satuan. Pengujian Keberartian (t-test) Pengujian keberartian (t-test) digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independen (Inflasi) terhadap variabel dependen (Harga Saham)
dengan membandingkan Pvalue dan α = 0,05 atau nilai ttabel dan thitung. Untuk lebih jelasnya daapt dilihat pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Hasil Pengujian t-test Coefficients
a
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
7337.828
1152.208
Inflasi
-562.561
171.399
t
-.738
Sig. 6.368
.000
-3.282
.009
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : Data diolah 2015 Berdasarkan tabel 4.3. di atas, diperoleh hasil pengujian t untuk variabel X (Inflasi) dengan nilai thitung = -3,282 dengan batas signifikan α = 0,05. Adapun nilai ttabel sebesar -2,228. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu thitung > ttabel dan Pvalue (0,009) < α (0,05) berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk periode 2003-2013. Koefisien Korelasi dan Determinasi Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui tingkat yang paling baik antara dua variabel atau digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi (share) dari variabel X terhadap variasi naik turunya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam presentase dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya (Ghozali, 2009). Hasil pengujian koefisien determinasi variable X (Inflasi) terhadap variable Y (Harga Saham) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4. Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi b
Model Summary Model 1
R
R Square .738
a
.545
a. Predictors: (Constant), Inflasi b. Dependent Variable: Harga_Saham
Sumber : Data diolah 2015
Adjusted R Square .494
Std. Error of the Estimate 2.13997
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas, dapat dilihat bahwa Hasil Regresi linier sederhana yang terdapat pada tabel Model Summary menunjukan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,738. Hal ini berarti bahwa tingkat hubungan antara variabel independen (Inflasi) terhadap variabel dependen (Harga Saham) yaitu
sebesar
0,738 atau sebesar 73,8%. Pada tabel di atas juga diperoleh hasil koefisien determinasi (R2) dari variable Inflasi terhadap Harga Saham sebesar 0,545 atau 54,5%. Hal ini berarti bahwa kontribusi dari variable X (Inflasi) sebagai variable Independen terhadap perubahan variable Y (Harga Saham) sebagai variable Dependen adalah sebesar 54,5%. Sementara sisanya sebesar 45,5% dipengaruhi oleh variable lainnya yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. Variable lainnya yang dapat memberikan kontribusi terhadap Perubahan harga Saham perusahaan diantaranya adalah return saham, deviden, manajemen perusahaan, nama baik (citra) perusahaan, perolehan laba perusahaan dan variable-variabel lainnya. Adapun tingkat keeratan hubungan dan besarnya kontribusi variable X (Inflasi) terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk selama periode 2003 – 2013 dapat merujuk pada tabel 4.5 di bawah ini. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk tingkat keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y didasarkan pada aturan sebagai berikut : Tabel 4.5. Pedoman untuk memberikan interprestasi Inter koefisien
Tingkat Pengaruh
0.00 – 0.19
Sangat Rendah
0.20 - 0.39
Rendah
0.40 – 0.59
Sedang
0.60 – 0.79
Kuat
0.80 – 1.00
Sangat Kuat
Berdasarkan tabel 4.4. (Tabel Koefisien Korelasi dan Determinasi)
dan
tabel 4.5. (Tabel Pedoman untuk Memberikan Interprestasi) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bersarnya kontribusi atau pengaruh yang diberikan oleh variabel
X (Inflasi) terhadap variabel Y (Harga Saham) dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tingkat pengaruh yang sedang. Hal ini sesuai dengan penjelasan pada sub bab sebelumnya bahwa tingkat inflasi tidak sepenuhnya menyebabkan perubahan pada harga saham perusahaan (PT. Antam, Tbk) dikarenakan tata kelola dan citra perusahaan yang cukup baik. Kemungkinan lainnya adalah adanya investor yang berspekulasi yang cenderung bersifat risk taker (pengambil resiko) yang tidak mempedulikan kondisi makro ekonomi suatu negara dengan harapan dimasa yang akan daatang investasinya akan menghasilkan keuntungan yang besar sekalipun resiko yang harus diambil juga besar (high risk high return). Pembahasan Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Inflasi memberikan dampak yang kurang baik terhadap kondisi perekonomian suatu Negara. Inflasi menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang-barang dipasar. Nanga (2001) menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaiskan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Dengan demikian maka masyarakat sebagai pelaku ekonomi suka atau tidak suka pasti akan mengurangi jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk membeli barang-barang tersebut. Inflasi itu sendiri disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah kelebihan uang yang beredar yang kemudian membuat permintaan terhadap barang meningkat, sehingga dengan meningkatnya permintaan, maka harga-harga akan meningkat. Penelitian ini menemukan bahwa inflasi memberikan kontribusi yang patut untuk diperhitungkan terhadap perubahan harga saham perusahaan (PT. Antam, Tbk). Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh inflasi terhadap harga saham PT. Antam, Tbk periode 2003-2013” yang kemudian telah terjawab dengan hasil uji t (t-test) bahwa selama periode tersebut inflasi memang mempengaruhi harga saham perusahaan. Jika dilihat dari gambaran trend inflasi dan harga saham, hubungan kedua variabel ini menunjukan bahwa saat terjadi inflasi maka dengan sendirinya hal itu membuat harga saham PT. Antam, Tbk. di bursa saham mengalami penurunan.
Kondisi ini terjadi pada tahun 2008, tingkat inflasi pada tahun ini cukup tinggi (sebesar 11,06) dan hal itu membuat harga saham perusahaan menurun sampai pada kisaran harga terendah sebesar Rp. 1.090,- pada tahun tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Widjojo (dalam Suyanto, 2007) bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini juga, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan informasi dan kenyataan tentang adanya inflasi, maka investor dapat mengambil langkah bijak dalam menentukan layak tidaknya melakukan investasi berupa investasi saham suatu atau beberapa perusahaan. Hal ini perlu dilakukan agar kecenderungan investor untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu, hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Shukairi Nori Mousa, Waleed Al safi, Abdul Baset Hasoneh dan Marwan Mohammad Abo-orabi (2012) yang berjudul The Relationship Between Inflation And Stock Prices (A Case of Jordan). Dalam hasil penelitian mereka diperoleh hasil bahwa kedua variabel yang digunakan (Inflasi dan Harga Saham) menunjukan hubungan yang negative, dimana ketika inflasi meningkat maka hal ini akan menurunkan harga saham perusahaan. Namun, dalam beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini bertentangan atau tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Suramaya Suci Kewal (2012) yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Penelitiannya menjelaskan bahwa secara simultan keseluruhan variabel memiliki pengaruh terhadap harga saham. Namun secara parsial hanya variable Kurs saja yang memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham, sementara ketiga variabel lainnya termasuk Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di PT. Antam, Tbk periode 2003 – 2013 dengan dua penelitian yang bertentangan tersebut dapat
disebabkan oleh perbedaan Lokasi penelitian, Obyek Penelitian dan Tahun penelitian. Secara keseluruhan penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dan teoriteori yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel independen (variabel X) berpengaruh terhadap terjadinya perubahan harga saham perusahaan (PT. Antam, Tbk) selama periode 2003-2013. Adapun besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y dalam peneltian ini adalah sebesar 54,5% dan menurut Sugiyono (2007) besaran pengaruh ini termasuk dalam kategori pengaruh yang sedang. Penelitian ini juga sama halnya dengan penelitian-penelitian lainnya, dimana terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini seperti : (1) kurangnya periode waktu penelitian yang disebabkan oleh ketersediaan data pada periode sebelum dan setelah periode penelitian, (2) Terbatasnya variabel yang digunakan sebagai model dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh banyaknya factor-faktor atau variabel lain yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan, namun dikarenakan keterbatasan waktu sehingga hanya Inflasi saja yang peneliti gunakan, (3) Obyek penelitian yang digunakan hanyalah harga saham perusahaan yakni Harga Saham PT. Antam, Tbk yang juga disebabkan oleh keterbatasan waktu yang dimiliki untuk melakukan penelitian dengan obyek yang lebih banyak dan lebih luas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa penjelasan dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Inflasi di suatu Negara akan sangat menentukan kondisi perekonomian Negara tersebut. Terutama bagi perusahaan dan investor. Kecenderungan inflasiyang terus menerus akan dapat menyebabkan anjloknya (turunnya) harga saham perusahaan. Hal ini terjadi dikarenakan dengan adanya inflasi, maka minat secara umum minat investor untuk berinvestasi saham suatu perusahaan akan berkurang. Jika hal ini terjadi, maka harga saham suatu perusahaan akan
mengalami penurunan dikarenakan oleh kurangnya permintaan (minat) dari investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. 2. Terjadinya inflasi disuatu Negara dapat dijadikan sebagai suatu informasi untuk menentukan keputusan investasi (Investment Decision), terutama investasi saham. Informasi dan kondisi tentang inflasi ini dapat menjadi salah satu penghambat investor dalam mengalami kerugian, dikarenakan kemungkinan untuk mengalami resiko kerugian yang besar dapat diminimalisir dengan mempertimbangkan informasi tentang inflasi ini. 3. Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang sedang dari inflasi (sebagai variabel X) terhadap Harga Saham PT. Antam, Tbk (sebagai variabel Y) yang berarti bahwa jika terjadi inflasi, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan harga saham perusahaan walaupun pengaruh yang diberikan hanya dalam kategori pengaruh yang sedang. 4. PT. Antam, Tbk. selama periode 2003 – 2013, dari hasil penelitian dapat dikatakan baik dalam menhadapi gejolak inflasi yang terjadi walaupun secara statistic pengaruh yang sedang terjadi dan ditimbulkan oleh inflasi, sehingga membuat harga saham turun. Dikatakan baik, dikarenakan pada saat terjadi inflasi yang tinggi pada tahun 2005, harga saham perusahaan tidak mengalami penurunan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh citra perusahaan yang baik sehingga tidak mempengaruhi perilaku investor dalam berinvestasi saham di perusahaan tersebut. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah diharapkan dapat menekan dan mencegah terjadinya inflasi di Negara Indonesia. Hal ini diharapkan, agar dampak dari inflasi ini tidak akan memberikan
pengaruh
yang
sangat
besar
terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan seperti, masyarakat (sebagai konsumen), perusahaan (sebagai produsen) dan para pemilik modal (sebagai investor)
2. Pemilik modal (investor) diharapkan dapat menggunakan informasi dan terjadinya inflasi sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan keputusan melakukan investasi di suatu perusahaan tertenru. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi atau bahkan untuk menghindari terjadi resiko kerugian yang besar dalam berinvestasi saham. 3. Perusahaan pada umumnya dan PT. Antam, Tbk pada khususnya diharapkan agar dapat terus menjaga pengelolaannya dan citra perusahaan, sehingga informasi atau fenomena apapun terkait kondisi ekomi suatu negara yang terjadi tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Jika hal ini terus ditingkatkan, maka perusahaan tetap akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas dan dari investor khususnya untuk mengarahkan perhatiannya pada pengambilan keputusan berinvestasi di perusahaan. 4. Keterbatasan peneiltian ini diharapkan dijadikan informasi dan rujukan untuk peneliti-peneliti selanjutnya agar dapat mennggunakan variabel-variabel lainnya selain inflasi, periode penelitian yang lebih lama, obyek penelitian yang lebih banyak yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta Mediasoft Indonesia. Anoraga, Pandji, 2001. Pengantar Pasar Modal. PT. Rineka Cipta. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2015. www.bps.go.id. Darmadji. 2006. Pasar Modal Di Indonesia. Pendekatan Tanya Jawab. Salemba 4. Jakarta. Eduardus, Tandelilin. 2001. Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Francis Jack C, 1988. Management Of Invesment, 2nd Ed, Internasional Editions. Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang, 2008. Analisis Data Penelitian, USU Press, Medan Ghozali, Imam. 2009, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Hanafi, Mahmud, 2004. Manajemen Keuangan.BPFE. Yogyakarta.
Izzati Amperaningrum dan Robby Suryawan Agung. 2011. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Inflasi Terhadap Perubahan Harga Saham Sub Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Proceeding PESAT. Universitas Gunadarma. Depok. Mishkin, Frederic S. 2001. The Economic of Money, Banking and Financial Market. New York: Addison Wesley Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu. 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 5. No. 2. September 2003. Univ. Surabaya. Surabaya. Nanga, Muana. 2001. Makro Ekonomi Teori, Masalah Dan Kebijakan, Edisi Pertama, Rajawali Press, Jakarta. Nanga. Muana. 2005. Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua. PT. Raja Grafika Persada. Jakarta. Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II. BPFE. Yogyakarta. Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia. PT. Grafindo Persada. Jakarta. Rahardja, Prathama. 1997. Uang Dan Perbankan, Rineka Cipta, Jakarta. Ronald Gerry Lomi. 2012. Analisis Pengaruh Inflasi, Harga Minyak dan Investment Grade Terhadap Harga Saham di Indeks Bisnis-27 Periode 2009-2011. Tesis. FE UI. Jakarta. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio, Erlangga, Jakarta. Shukairi Nori Mousa, Waleed Al safi, Abdul Baset Hasoneh and Marwan Mohammad Abo-orabi. 2012. The Relationship Between Inflation And Stock Prices (A Case of Jordan). IJRRAS 10 (1). Vol. 10. Issue1. Singarimbun. 2003. Metode Penelitian Survey. Penerbit. LP3ES. Jakarta. Sri Susilo. 2000. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sunariyah. 2003. Pengantar Dan Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta (UPP) AMP YKPN Suramaya Suci Kewal. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia. Volume 8. Nomor 1. April.
Suyanto, 2007. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Uang, Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Properti yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2005, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Thian. Hin. L. 2001. Panduan Berinvestasi Saham Edisi Terkini. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Umi Mardiyati dan Ayi Rosalina. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat SUku Bunga dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham. Studi Kasus Pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). Vol. 4. No. 1. Weston dan Brigham. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta. Widiatmodjo. Sawidji. 2000. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Winger, B.J.& Ralph R.F. 1992. Investment : An Introduction to Analysis and Planning. 5th ed. Merril Publishing Company. Ohio Zhongqiang Bai. (2014). Study on The Impact of Inflation on The Stock Market in China. International Journal of Business and Social Science. Vol. 5, No. 7(1). June 2014.