PENGARUH BUSSINES RISK, ASSET GROWTH, SALES GROWTH TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE AND PROPERTY YANG LISTING DI BEI PERIODE 2003-2012
Yolanda Ngabito Jurusan Manajemen, Program Studi Sarjana Manajemen Raflin Hinelo Moh. Agussalim Monoarfa ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh secara parsial dan simultan variabel bussines risk, asset growth, sales growth terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang listing di BEI periode 2003-2012. Hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel Bussines Risk berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham dengan nilai t-hitung (-2,202) dan taraf signifikansi 0,001. Asset Growth berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham dengan nilai t-hitung sebesar (-2,122) dan taraf signifikansi 0,003. Sales Growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham dengan nilai t-hitung sebesar (-0,009) dan taraf signifikansi sebesar 0,993. Sedangkan secara simultan Business Risk (X1), Asset Growth (X2), dan Sales Growth (X3) berpengaruh signifikan terhadap Return Saham dari nilai F-hitung sebesar 5,209 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002.
Kata Kunci : Return Saham, Bussines Risk,Asset Growth, Sales Growth.
PENDAHULUAN Modernisasi dengan teknologi yang serba canggih serta informasi yang mudah diakses, dewasa ini telah banyak dimanfaatkan oleh setiap individu maupun kelompok untuk mendapatkan keuntungan. Tak terkecuali bagi perusahaan juga para
1
investor yang ingin memperoleh penghasilan melalui investasi saham yang dilakukan di pasar modal. Pasar modal di Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat pebisnis, dikarenakan sangat efektif sebagai media untuk dapat menyalurkan dananya agar lebih produktif dan memperoleh keuntungan. Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan para investor untuk berinvestasi yakni agar mendapatkan imbal hasil (return) dari dana yang diinvestasikan. Pada sisi manajemen keuangan, kinerja perusahaan dapat tercermin dari kinerja keuangannya. Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi investor. Informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon secara positif oleh investor, sehingga meningkatkan harga saham. Peningkatan harga saham akan berdampak pada tingkat return saham yang diperoleh investor. Selain itu ada beberapa faktor yang dapat mempegaruhi return saham; 1). Bussines risk, Amrin (2009) berpendapat semakin besar risiko kegagalan perusahaan maka akan kurang prospektif perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan keuntungan dan tidak membayarkan deviden. 2) Asset Growth, Pertumbuhan aktiva yang tinggi akan menimbulkan fluktuasi earnings perusahaan, sehingga perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi mempunyai dividend yang tinggi (Amrin, 2009). 3). Sales Growth, Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Barton et.al (1989) pernah mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh Bussines risk, Asset Growth, Sales Growth terhadap Return Saham baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan model explanative research yang bermaksud untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel pengan variabel lainnya dengan pengujian hipotesis. Dimana dalam penelitian ini ingin
2
mengetahui apakah bussines risk, asset growth dan sales growth berpengaruh terhadap retrun saham secara parsial dan simultan. Berikut disajikan daftar 16 perusahaan yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini : Tabel 1 Daftar Sampel Penelitian pada Perusahaan Real estate and Property No.
Nama perusahaan
1.
PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
2.
PT. Centul City Tbk.
3.
PT. Ciputra Development Tbk.
4.
PT. Ciputra Surya Tbk.
5.
PT. Duta Anggada Realty Tbk.
6.
PT. Duta Pertiwi Tbk.
7.
PT. Bakrieland Development Tbk.
8.
PT. Lippo Cikarang Tbk.
9.
PT. Lippo Karawaci Tbk.
10.
PT. Modernland Realty Tbk.
11.
PT. Pudjiadi Prestige Limited Tbk.
12.
PT. Pakuwon Jati Tbk.
13.
PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk.
14.
PT. Royal Oak Development Asia Tbk.
15.
PT. Suryamas Duta Makmur Tbk.
16.
PT. Summarecon Agung Tbk.
Sumber: ICMD 2012, diolah Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian, serta mencari data dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data laporan keuangan tahunan (annual report) yang diperoleh dari Indonesian capital market directory (ICMD) tahun 2003 sampai dengan 2012, diperoleh rasio-rasio keuangan atau nilai variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu return saham, business risk, asset growth, dan sales growth. Adapun deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Deskriptif Statistik Mean
Std. Deviation
N
Return_Saham
.743001
.7209579
10
B_Risk
.299596
.6467177
10
A_G
.266224
.3881725
10
S_G
.478941
.2881804
10
Sumber: Data Diolah, 2012 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 2 tersebut nampak bahwa dari 16 perusahaan sampel, rata-rata return saham selama periode pengamatan (N) 10 tahun (2003-2012) sebesar 0,743001 dengan standar deviasi (SD) sebesar 0,7209579. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai SD lebih kecil dari pada nilai rata-rata return saham yang mengindikasikan hasil yang baik, dimana nilai standar deviasi yang mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup kecil karena lebih rendah dari nilai rata-ratanya. Selanjutnya deskripsi data pada 2 (dua) variabel independen yakni business risk dan asset growth mengindikasikan hasil yang kurang baik. Dilihat dari nilai standar deviasi (SD) yakni masing-masing sebesar 0,6467177 dan 0,3881725 cukup tinggi dari nilai rata-rata yaitu masing-masing sebesar 0,299596 dan 0,266224. Sedangkan untuk variabel sales growth mengindikasikan hasil yang baik dimana nilai SD sebesar 0,2881804 lebih rendah dari nilai rata-rata sebesar 0,478941.
4
Selanjutnya Pengujian normalitas data dilakukan dengan metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot of regression standardized residual. Sebagai dasar pengambilan keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual tersebut telah normal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa gambar grafik dapat diketahui titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal. Dengan demikian, maka nilai residual tersebut berdistribusi normal. Gambar grafik normal P-P Plot of regression standardized residual dapat dilihat pada lampiran output SPPS. Selain itu juga, pengujian normalitas dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2tailed) pada tabel one sample kolmogorov-smirnov test (lampiran output SPSS). Data berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Nilai signifikansi yang dihasilkan dari masing-masing variabel dapat dilihat pada ringkasan tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Perhitungan Asymp. Sig. (2-tailed) Variabel
Asymp. Sig.
Return Saham
0,998
Business Risk
0,510
Asset Growth
0,791
Sales Growth
0,989
Nilai Batas = 0,05
Keterangan
> 0,05
Normal
Sumber: Lampiran output SPSS, diolah Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari nilai batasnya (0,05). Dengan demikian, data yang ada dari masing-masing variabel adalah berdistribusi normal. Selanjutnya Pengujian ada tidaknya multikolinearitas pada variabel independen dapat diketahui dengan uji VIF (Variance Inflation Faktor) dan tolerance. Model regresi yang baik yakni tidak adanya multikolinieritas. Model regresi yang tidak mempunyai gejala multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 dan 5
nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Berikut adalah ringkasan nilai yang dihasilkan dari masing-masing variabel yang ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Perhitungan VIP dan Tolerance Variabel
VIP
Tolerance
Business Risk
1,122
0,891
Asset Growth
1,058
0,945
Sales Growth
1,145
0,873
Sumber: Lampiran output SPSS, diolah Berdasarkan tabel 4 di atas, yang menunjukkan nilai VIP dan tolerance masingmasing dibawah dari 10 dan diatas dari 0,10. Dengan demikian bahwa antara variabel independen tidak terjadi multikolinieritas. Selanjutnya Analisis linier berganda, Analisis pengaruh business risk, asset growth dan sales growth terhadap return saham dilakukan dengan menggunakan analisis linier regresi berganda. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai konstanta dan koefisien masing-masing variabel adalah sebagai berikut. Tabel 5. Hasil Perhitungan nilai Konstanta dan Koefisien Regresi Variabel
Konstanta
Koefisien
(a)
Regresi (b)
Dependent: Return Saham Business Risk (X1) Asset Growth (X2)
-0,630 1,279
Sales Growth (X3)
-1,294 -0,005
Sumber: Lampiran output SPSS, diolah Berdasrkan tabel 5 diatas, maka persamaan regresi berganda Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3, adalah sebagai berikut. Ŷ = 1,279 + (–0,630)X1 + (–1,294)X2 + (–0,005)X3 6
Ŷ = 1,279 – 0,630X1 – 1,294X2 – 0,005X3 Persamaan regresi diatas dapat berarti konstanta sebesar 1,279; artinya jika business risk (X1), asset growth (X2) dan sales growth (X3) nilainya adalah 0, maka return saham (Ŷ) nilainya adalah 1,279%. Koefisien regresi variabel business risk (X1) sebesar -0,630; artinya jika variabel independen lain nilainya konstan dan business risk mengalami kenaikan 1%, maka return saham (Ŷ) akan mengalami penurunan sebesar 0,630%. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara business risk dengan return saham, semakin naik business risk maka semakin menurunkan return saham. Selanjutnya koefisien regresi variabel asset growth
(X2) sebesar –1,294;
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan asset growth mengalami kenaikan 1%, maka return saham (Ŷ) akan mengalami penurunan sebesar 1,294%. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara asset growth dengan return saham, adanya peningkatan asset growth dapat menurunkan tingkat return saham. Koefisien regresi variabel sales growth (X3) sebesar –0,005; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan growth of sales mengalami kenaikan 1%, maka return saham (Ŷ) akan mengalami penurunan sebesar 0,005%, dimana terjadi hubungan negatif antara sales growth
dengan return saham. Dengan demikian
adanya peningkatan sales growth dapat menurunkan tingkat return saham. Selanjutnya Pengujian secara parsial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t-hitung dari masing-masing variabel penjelasan tabel 6 berikut :
7
Tabel 6. Hasil nilai t-hitung dan taraf signifikansi Variabel
T hitung
Sig.
Constant
3,495
0,013
Business Risk (X1)
-2,202
0,001
Asset Growth (X2)
-2,122
0,003
Sales growth (X3)
-0,009
0,993
Sumber: Lampiran output SPSS, diolah Pengujian secara parsial variabel business risk (X1) diperoleh nilai t-hitung sebesar (-2,202) dan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hipotesis H0 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan variabel business risk terhadap return saham ditolak, dan menerima H1 terdapat pengaruh secara parsial bussines risk terhadap return saham. Hal ini dapat dinyatakan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 5% (0,001 < 0,05). Dengan kata lain, dapat berarti terdapat pengaruh signifikan variabel business risk terhadap variabel return saham. Selanjutnya pengujian secara parsial pada variabel asset growth (X2) diperoleh nilai t-hitung sebesar (-2,122) dan nilai signifikansi sebesar 0,003. Hipotesis H0 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan variabel asset growth terhadap return saham ditolak. Dan menerima H1 terdapat pengaruh secara parsial asset growth terhadap return saham. Hal ini dapat dinyatakan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 5% (0,001 < 0,05) dapat berarti terdapat pengaruh signifikan variabel asset growth terhadap variabel return saham. Pengujian secara parsial pada variabel sales growth (X3) diperoleh nilai thitung sebesar (-0,009) dan nilai signifikansi sebesar 0,993. Nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 5% atau 0,993 > 0,05. Dengan demikian hipotesis H0 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan variabel sales growth
terhadap
variabel return saham diterima. Hal ini berarti tingkat pengaruh pertumbuhan penjualan (sales growth) tidak terlalu berarti untuk perputaran saham.
8
Selanjutnya Pengujian secara simultan dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara bersama dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Hasil F-hitung dan Nilai Signifikansi F-hitung
Sign.
5,209
0,002
Sumber: Lampiran output SPSS, diolah Dari tabel di atas diketahui bahwa diperoleh nilai F-hitung sebesar 5,209 dan nilai signifikansi sebesar 0,002. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% atau (0,002 < 0,05) maka hipotesis H0 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan variabel business risk, asset growth, dan sales growth terhadap variabel return saham ditolak. Dengan demikian, business risk, asset growth, dan sales growth secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham. Selanjutnya Pengujian koefisien determinasi dimaksudkan untuk melihat seberapa besar presentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai R2 pada tabel dibawah ini. Tabel 8. Nilai Korelasi R Variabel Business Risk (X1)
R 0,823
R2 0,678
Asset Growth (X2) Sumber: Lampiran output SPSS, diolah Berdasarkan hasil yang didapat sesuai tabel 8 tersebut nilai korelasi R yakni sebesar 0,823 atau 8,23 %. Hal ini tersebut membuktikan bahwa korelasi antara variabel independen dan dependen berada pada tingkatan yang sangat kuat. Sesuai dengan interpretasi koefisien korelasi berikut :
9
Tabel 9. Interpretasi Koefisien Korelasi Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,80 – 1,000
Sangat Kkuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,40 – 0,599
Cukup Kuat
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Sumber: (Riduwan & Sunarto, 2010) Sedangkan untuk nilai R2 yang didapatkan dari nilai R yang dipangktkan dua yang sebesar 0,678 atau 6,78%. Hal ini dapat berarti bahwa 67,8% variasi return saham yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen yaitu business risk, asset growth sedangkan sisanya sebesar 32,2% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya diluar dari model. Variabel-variabel lainnya dari luar model yaitu diantaranya Debt to equity ratio (DER) dan Net profit margin (NPM). (Nathaniel:2008) : 1. DER Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukan sumber modal perusahaan sangat tergantung pada pihak eksternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya diperusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga Return perusahaan juga akan menurun 2. NPM Net Profit margin perusahaan yang meningkat akan menyebabkan investor memburu suatu saham perusahaan akibatnya Return perusahaan akan meningkat pula.
10
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan pada pengujian pengaruh antara Bussines Risk (X1), Asset Growth (X2), Sales Growth (X3) terhadap Return Saham (Y) pada perusahaan Real Estate and Property yang Listing di Bursa Efek Indonesia; 1. Bussines Risk (X1) berpengaruh positif secara signifikan terhadap Return Saham (Y), hal ini dilihat dari t-hitung sebesar (-2,202) dengan nilai signifikansi 0,001. 2. Asset Growth (X2) berpengaruh positif secara signifikan terhadap Return Saham (Y), hal ini dilihat dari t-hitung sebesar (-2,122) dengan nilai signifikansi 0,003. 3. Sales Growth (X3) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Return Saham (Y), hal ini dilihat dari t-hitung sebesar (-0,009) dan nilai signifikansi sebesar 0,993. 4. Business Risk (X1), Asset Growth (X2), dan Sales Growth (X3) secara Simultan berpengaruh signifikan terhadap Return Saham (Y), hal ini dilihat dari nilai F-hitung sebesar 5,209 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Adapun saran yang dapat ditemukan setelah melakukan analisis penelitian atas hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut; 1. Para investor wajib memperhatikan Bussines Risk Perusahaan sebelum berinvestasi agar tidak mengalami kerugian, perusahaan yang mempunyai resiko bisnis yang tinggi akan cenderung mengalami penurunan harga saham yang selanjutnya akan berdampak pada tingkat return saham. 2. Dengan adanya tingkat pertumbuhan aset yang tinggi maka harapan investor akan nilai intrinsik saham cenderung meningkat sehingga para investor akan membeli saham yang akan berdampak pada kenaikan harga saham yang akhirnya akan meningkatkan return saham.
11
3. Untuk peneliti selanjutnya perlu mengkaji kembali pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini terhadap return saham akan tetapi pada perusahaan yang berbeda atau pada tahun yang berbeda sehingga dapat dijadikan pegangan yang pasti untuk menentukan factor-faktor yang dapat mempengaruhi return saham. DAFTAR PUSTAKA Amrin. (2009). Bisnis Ekonomi Asuransi Keuangan Syariah. Jakarta : PT. Gramedia Barton, Sidney L., Ned C. Hill dan Sirinivasan Sundaran. (1989). An Empirical Test of Stakeholder Theory Prediction Of Capital Structure.
Journal of The
Financial Management Association, Spiring. Riduwan & Sunarto (2010). Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta
12