FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN PADA KAWASAN OBJEK WISATA AIR TERJUN TUJUH TINGKAT DI KECAMATAN HULU KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
SKRIPSI
OLEH :
DESRI YELLY 10671004803 PROGRAM S1 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2011
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN PADA KAWASAN OBJEK WISATA AIR TERJUN TUJUH TINGKAT DI KECAMATAN HULU KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian Oral Comprehensive Sarjana Lengkap Pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru
OLEH :
DESRI YELLY 10671004803 PROGRAM S1 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU 2011
ABSTRAK FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN PADA KAWASAN OBJEK WISATA AIR TERJUN TUJUH TINGKAT DI KECAMATAN HULU KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
Oleh : Desri Yelly
Penelitian ini dilakukan pada Kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang beralamat di desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau. Objek wisata air terjun tujuh tingkat adalah salah satu objek wisata yang terindah dan tertinggi yang menjadi kebanggaan Kabupaten Kuantan Singingi dibawah pembinaan dan dikelolah oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi berkurangnya atau berfluktuasinya jumlah kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara interview dan penyebaran kuesioner. Interview dilakukan melalui wawancara dengan kepala bidang pariwisata pada dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi selaku pengelolah kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat selain itu juga dilakukan penyebaran kuesioner kepada pengunjung atau wisatawan yang berjumlah 100 orang responden. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi atau penyebab berfluktuasinya kunjungan yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu disebabkan 3 variabel dari 5 variabel yang penulis teliti yaitu Fasilitas atau sarana pendukung, pelayanan dan sosial ekonomi masyarakat. Penulis memberikan saran agar pengelola terus mempertahankan jumlah pengunjung, Perlu pengembangan dan penambahan fasilitas penunjang sarana dan prasarana, Pelayanan pengelolah maupun sosial masyarakat lokal perlu ditingkatkan dan Keragaman budaya lokal terus dipertahankan.
Keyword : Kunjungan wisatawan
i
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ...............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang Masalah ........................................................
1
I.2
Perumusan Masalah ..............................................................
4
I.3
Tujuan dan Mamfaat Penelitian ............................................
4
I.4
Sistematika Penulisan ...........................................................
5
BAB II. TELAAH PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata ..............................................................
7
2.2 Manajemen Pariwisata ...........................................................
9
2.3 Pengertian Pemasaran ...........................................................
10
2.4 Strategi Pemasaran .................................................................
12
2.5 Pengertian Jasa.................................................................. .....
15
2.6 Ciri Khas Lingkungan ............................................................
18
2.7
20
Fasilitas Atau Sarana Pendukung .........................................
ii
2.8
Pelayanan ..............................................................................
20
2.9
Keragaman Budaya Lokal .....................................................
22
2.10 Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................
24
2.11 Hipotesis................................................................................
27
2.12 Variabel Penelitian ................................................................
27
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................
28
3.2 Jenis dan Sumber Data ...........................................................
28
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................
28
3.4 Populasi Dan Sampel ..............................................................
29
3.5 Analisis Data ...........................................................................
31
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Kabupaten Kuantan Singingi. .......................
32
4.2 Sejarah Singkat Objek Wisata.................................................
34
4.3. Struktur Organisasi .................................................................
38
BAB V. HASIL PENELITIN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Karakteristik Responden .........................................
43
5.2 Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Fluktuasi ...........
45
5.3 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi Dalam Mengembangkan Industri Pariwisata .....................................
iii
86
BAB VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan ............................................................................
89
6.2. Saran .......................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor industri dalam ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan. Orang yang melakukan kunjungan wisata merupakan konsumen yang menggunakan produk jasa dari industri tersebut. Pada dasarnya manusia menginginkan sesuatu yang dapat membuat dirinya merasa senang, bahagia dan rileks hal ini tak terlepas dari peranan rekreasi pada dirinya. Jenis pariwisata dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari liburnya untuk beristirahat. Disisi lain pariwisata memegang peranan penting, bukan saja didalam pembangunan ekonomi Indonesia dalam arti peningkatan devisa, tetapi juga dalam memupuk rasa cinta tanah air serta memperkenalkan seni budaya bangsa dan keindahan alam Indonesia. Daerah Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Riau Daratan yang sangat berpotensi bagi perkembangan kemajuan pariwisata, mengingat daerah ini merupakan daerah yang dekat dengan ibu kota provinsi Riau juga dekat dengan provinsi Sumatera Barat. Disamping yang letaknya strategis, Kabupaten Kuantan Singingi juga kaya akan objek wisata, baik objek wisata alam maupun budaya buatan yang telah dapat diperkenalkan pada wsiatawan, beraneka jenis objek-objek wisata tersebut merupakkan daya tarik tersendiri bagi investor, wisatawan dan siapa saja yang
2
tertarik memanfaatkan potensi yang tidak pernah habis. Objek wisata tersebut antara lain : objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat, Danau Buayo Koto Kari, Taman Rekreasi Rawang Udang, Taman Jalur Teluk Kuantan, Pacu Jalur Tradisional, Perahu Beganduang, Suaka Alam Pulau Bungin, Sumber Air Panas, Kebun Nopi Lubuk Jambi, Air Terjun Guruh Gemurai dan lain-lain. Banyaknya objek wisata di Kabupaten Kuantan Singingi tersebut yang masih membutuhkan uluran dana dari investor untuk mengembangkannya. Dalam pandangan ilmu ekonomi makro pemasaran jasa industri wisata tak terlepas dari hukum permintaan dan penawaran. Jika ditinjau secara islami tujuan utama dari wisatawan datang ke objek wisata adalah untuk melihat keindahan dan fenomena alam baik secara alami maupun buatan manusia. Disini penulis sangat tertarik untuk meneliti salah satu objek wisata yang terletak di Kabupaten Kuantan Singingi yaitu objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat yang terletak di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan. Setelah penulis berkunjung kesana ternyata kawasan ini sangat indah dan alami, akan tetapi pengunjung kekawasan ini beberapa tahun terakhir mengalami naik turun jumlah pengunjung yang sangat signifikan. Dari lima tahun belakangan ini jumlah kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat menunjukkan peningkatan jumlah pengunjung dengan angka yang berfluktuatif atau bervariasi maka, perlu dicarikan faktor-fakor yang menyebabkan berfluktuasinya jumlah pengunjung. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.
3
Grafik gambar 1.1 : Jumlah Pengunjung Wisatawan Pada Kawasan objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat
9953 10000
8015
7708 8000
6617 5850
6000 Jumlah Wisatawan
4000 2000 0 2005
2006
2007
2008
2009
Persentase 2005 : 2006 : 16.48% 2007 : 29.12% 2008 : - 41.22% 2009 : 37.01%
Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kuantan Singingi
Dari tabel diatas, jelas terlihat bahwa pada tahun 2005 pengunjung yang datang ke kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat berjumlah 6617 jiwa, kemudian pada tahun 2006 jumlah tersebut meningkat menjadi 7708 jiwa atau 16,48%, sedangkan pada tahun 2007 jumlah pengunjung yang datang meningkat menjadi 9953 jiwa atau 29,12% namun pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah pengunjung sebesar 4103 jiwa dari tahun sebelumnya sehingga menjadi 5850 jiwa atau menurun sebesar -41,22%, kemudian pada tahun 2009 terjadi kembali peningkatan jumlah pengunjung sebesar 2165 jiwa dari tahun sebelumnya sehingga menjadi 8015 jiwa atau meningkat sebesar 37,01%. Pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat tersebut, terlihat adanya penurunan jumlah pengunjung, yang dirasakan sangat perlu dicari jalan pemecahannya demi kemajuan dimasa yang akan datang. Bertitik tolak pada permasalahan tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dalam bentuk skripsi
4
dengan Judul ” Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Pada Kawasan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah adalah sebagai berikut: ” Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Berfluktuasinya Kunjungan Wisatawan Pada Kawasan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi”.
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian A. Tujuan penelitian: a. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi berfluktuasinya kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat. b. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam pengembangan industri pariwisata khususnya objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat. B. Manfaat penelitian: Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ke berbagai pihak antara lain:
5
a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan yang lebih luas mengenai Ilmu ekonomi khususnya dalam bidang Manajemen pemasaran. b. Sebagai bahan masukan bagi industri pariwisata dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai objek wisata. c. Sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang berminat meneliti masalah ini lebih lanjut.
1.4. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran secara umum dan untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka penulisan ini dibagi ke dalam enam bab dan setiap bab dibagi ke dalam beberapa sub bab, maka sistematika penulisan yang direncanakan adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
: TELAAH PUSTAKA Pada bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari pengertian atau pendapat yang berkenaan dengan pariwisata, jasa, keunikan lingkungan, pelayanan,
keragaman
budaya
lokal,
sosial
ekonomi
masyarakat,serta batasan lain yang dianggap perlu untuk teori
6
pedoman sebagai tahap penganalisaan masalah, hipotesis dan penelitian. BAB III
: METODE PENELITIAN Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, populasi dan sampel serta tekhnik pengolahan data dan analisis data.
BAB IV
: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Dalam bab ini menggambarkan sejarah singkat, geografi daerah, dan sejarah kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat serta penjelasan struktur organisasi.
BAB V
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mencakup tentang lingkungan,
identitas responden, ciri khas
fasilitas atau sarana pendukung, pelayanan
masyarakat, keragaman budaya lokal, dan
sosial ekonomi
masyarakat. BAB VI
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari masalah yang telah dikemukakan, berdasarkan hasil pembahasan dan analisa yang telah dilakukan serta saran-saran yang berhubungan dengan hasil penelitian.
7
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Pengertian pariwisata Pariwisata berasal dari kata wisata yang berarti perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela yang bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata ( Pemprop DaerahTK . I Riau, 2002). Pariwisata diartikan sebagai seluruh kegiatan orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal disuatu tempat diluar lingkungan keseharian untuk jangka waktu tidak lebih dari satu tahun dengan tujuan untuk bersantai (ieisure) ( Aryanto, 2003 : 68 ) Produk industri pariwisata meliputi semua jasa yang diberikan oleh berbagai perusahaan semenjak seorang wisatawan meninggalkan kediamannya sampai ditempat tujuan, hingga kembali ketempat asalnya untuk mengembangkan kepariwisataan alam sebagai suatu industri, maka perlu diketahui beberapa sifat khusus dari industri pariwisata. (Mangkuprawira, 2004: 188). Ada tiga faktor yang mendasari pariwisata sebagai pembangkit ekonomi daerah yaitu: (BPPK, 2003 : 69) •
Pariwisata merupakan jasa inheren dengan kehidupan masyarakat modern. semakin tinggi tingkat pendidikan ekonomi masarakat maka, kebutuhan akan wisata semakin besar pula.
•
Pariwisata mempunyai kekuatan yang sinergik karena keterkaitan erat sekali dengan berbagai sektor lainnya. Pariwisata berkembang dan
8
maju bersama bidang dan sektor pembangunan lainnya. Mulai dari perhubungan, pertaniaan, perdagangan, lingkungan hidup, sumber daya manusia dan lain sebagainya. •
Tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing Negara sumber daya yang terolah. Hal ini mengindikasikan bahwa aktifitas pelayanan yang menjadi inti pariwisata terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas yang tepat mengembangkan daya tarik objek wisata.
Menurut pasal 1 ayat 2 peraturan pemerintah nomor : 18 tahun 1994 tentang perusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, pariwisata alam adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam termasuk perusahaan objek dan daya tarik wisata alam, serta usaha-usaha yang tarkait dibidang tersebut. Sedangkan wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati segala keunikan dan keindahan alam ditaman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam (pasal 1 ayat 3) (BPPK, 2003 : 69) Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alqur`an surat Ali-Imran ayat 189 yang berbunyi :
ִ☺ #$%&' !" 8: 6789 35# -./ 01֠ (&)*⌧, ִ☺ #; ִ< = >< GH "/Iִ CDEF #%?@A 35=# = "N? JK L☯ Artinya : (189). Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu. (190). Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
9
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal. 2.2. Manajemen pariwisata Pengelolaan (manajemen), merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat kepada peranan tersebut. Fungsi-fungsi manajeman tersebut adalah sebagai berikut; (Pitana, 2009:80) 1. Planning (perencanaan). 2. Directing (mengarahkan). 3. Organizing (termasukk coordinating). 4. Controling (pengawasan). Mengelola pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungaan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. (Pitana, 2009:81). Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1.
Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
2.
Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya atau bangunan fisik yang menjadi basis pengembangan pariwisata.
3.
Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya local atau keragaman budaya lokal.
10
4.
Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan local.
5.
Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif atau sebaliknya mengendalikan atau menghentikan aktivitas pariwisata jika melampaui ambang batas.
2.3. Pengertian pemasaran Pada hakikatnya konsep pemasaran adalah konsep yang berorientasi kepada pembeli dan bertujuan untuk menciptakan kepuasan pembeli sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Pembeli adalah raja, maka dari itu setiap perusahaan yang menawarkan jasanya harus menciptakan kepuasan pada pelanggannya untuk mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanya melalui penciptaan, penawaran dan penukaran (nilai) produk dengan yang lain,atau pemasaran adalah upaya menciptakan loyalitas konsumen terhadap produk yang ditawarkan. (Saladin, 2003 : 2) Pemasaran adalah sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat. (Assauri, 2004:5)
11
American marketing association (AMA) mendefenisikan pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi,dan distribusi sejumlah ide,barang dan jasa untuk menciptakan yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi (Lamb, Hair, MC Deniel, 2001:6) Kegiatan pemasaran biasa dipengaruhi oleh berbagai sektor sosial, budaya, politik, ekonomi dan menejerial. Dengan adanya akibat dari pengaruh faktor tersebut adalah individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan, menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki komoditas. (Freddy, Rangkuti, 2002:48). Marketing atau pemasaran bukan saja mencakup masalah jual beli yang terjadi dalam pasar tetapi juga membicarakan secara sistematis segala yang menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha, meliputi organisasi perdagangan dalam arti seluas-luasnya, tidak hanya menyangkut barang-barang saja tetapi juga jasa. (Yoeti, 2000:26) Manajemen pemasaran adalah penganalisis, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. (Swasta dan Irwan, 2003 : 7) Pemasaran didefenisikkan dalam 3 cara. (Devey dan Jecks, 2003 : 1) yaitu: •
Filosofi bisnis adalah melihat bisnis melalui mata pelanggan dan menjamin keuntungan dengan cara memberi kepuasan konsumen.
12
•
Fungsi bisnis adalah fungsi manajemen total yang mengkoordinasikan pendekatan atas, mengenali dan memuaskan keperluan mereka dengan memberikan produk jasa yang tepat atau layanan waktu yang tepat, baik tempat maupun harga.
•
Serangkaian teknik yang memungkinkan proses dalam cara periklanan, penelitian pasar, pemberian harga dan lain-lainnya.
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah sejumlah alat-alat pemaaran yang digunakan perusahaan untuk meyakinkan objek pemasaran atau target promotion 1. Product (produk) adalah segalah sesuatau yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikosumsi. 2. Price (harga) adalah sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti hal milik produk. 3. Place (tempat) adalah berbagai kegiatan perusahaaan untuk membuat produk yang dihasilkan atau dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. 4. Promotion adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran.
2.4. Strategi pemasaran Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dijalankan perlu ditunjang dengan strategi pemasaran yang perlu ditempuh oleh setiap perusahan.
13
Menurut Hamel dan Prahalat strategi merupakan tindakan yang bersifat ineremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. (Rangkuty, 2002 : 4 ) Pendapat lain mendefenisikan strategi pemasaran sebagai analisis strategi pengembangan dan pelaksanaan kegiatan dalam strategi menentukan pasar sasaran lagi produk pada tiap unit bisnis, penetapan tujuan pemasaran, dan pengembangan, pelaksanaan, serta pengelolah strategi program pemasaran, penentuan posisi pasar yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen pasar sasaran. (Purnama, 2002:1) Berdasarkan defenisi yang dikemukakan diatas dapatlah dikatakan bahwa strategi pemasaran merupakan serangkaian kebijakan yang akan ditetapkan dalam rangka memasuki pasar dan mengantisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi tantangan dalam kegiatan pemasaran seperti kondisi lingkungan pemasaran dan pesaing. Kemudian secara sederhana dikemukakan bahwa strategi adalah rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan. (Swasta, 2000:6) Mendesain strategi pemasaran berarti melaksanakan prosedur tiga langkah secara sistematis, bermula dari strategi segmentasi pasar (market segmentasi strategy), kemudian strategi penentuan pasar sasaran (market targeting strategy) dan yang terakhir penentuan posisi pasar (market positioning strategy). (Purnama, 2002 : 3)
14
Kemudian Anastasia dan Fandi Tjiptono mengemukakan bahwa dalam konteks strategi pemasaran, hingga kini belum dicapai consensus mengenai defenisi dan lingkup strategi pemasaran yang comprehensive. Meskipun demikian setidaknya ada 3 (tiga) lingkup strategi pemasaran yang banyak dijadikan acuan, yaitu (Anastasia, 2000 : 3) a. Marketing Strategi : yaitu berfokus pada - pemasaran seperti segmentasi pasar, identifikasi dan seleksi pasar sasaran, positioning dan bauran pemasaran. b. Marketing Element Strategi : meliputi unsur individual bauran pemasaran, misalnya strategi promosi “ push versus pull”. c. Product Market Entry Strategies : mencakup strategi market mempertahankan, memanen, atau melepas pangsa pasar. Dalam menentukan strategi pemasaran ini terdapat 3 (tiga) macam keputusan yang dapat dibuat oleh manajer pemasaran yaitu : (Swasta, 2000 : 70) 1. Konsumen manakah yang akan ditujuh? 2. Kepuasan seperti apa yang diinginkan oleh konsumen tersebut ? 3. Marketing Mix seperti apakah yang akan dipakai untuk memberikan kepuasan kepada konsumen tersebut ? Ketiga elemen tersebut akan menentukan arah mana dan strategi pemasaran perusahaan, strategi tersebut merupakan rencana jangka panjang yang digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan personalia pemasaran. Dalam menentukan konsumen mana yang akan dituju maka usaha pemasaran akan berhasil jika hanya ditujukan kepada konsumen tertentu saja dan
15
bukannya masyarakat secara luas, konsumen yang dituju merupakan individuindividu yang harus dilayani oleh perusahaan dengan memuaskan. Demikian pula dengan strategi pemasaran pariwisata dimana sekian banyak yang dilakukan perjalanan dari mereka yang melakukan perjalanan tersebut belum tentu semuanya adalah wisatawan (tourist). Banyak orang yang dapat dianggap wisatawan yakni mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan vacation holidays business tourist peserta konferensi dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa pada tahap pertama dalam merumuskan strategi pemasaran ini adalah menentukan konsumen mana yang akan dituju, baru kemudian memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka, serta menetapkan bauran pemasaran atau marketing mix yang akan ditawarkan.
2.5. Pengertian Jasa Jasa adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tanpa wujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun, produksinya dapat dikaitkan atau tidak dapat dikaitkan pada suatu produk fisik (Klotler, 2000 : 83) Jasa adalah merupakan semua pihak aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentukk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti kenyamanan hiburan, kesenangan atau kesehatan (Lupiyoadi, 2001 : 5)
16
Jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang outputnya bukanlah produk atau kontruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (seperti : kenyamanan, liburan kecepatan dan kesehatan) yang secara prinsip adalah intangible bagi pembeli pertamanya. (Umar , 2003 : 10) Jasa
merupakan
suatu
kegiatan
yang
memiliki
beberapa
unsur
ketidakterwujudan (intangible) yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan property dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan, perbaikan kondisi mungkin saja terjadi dan produk jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik (Payne, 2000 : 8) Jasa juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari kegiatan hubungan timbal balik antara produsen dan konsumen dalam bentuk kepuasan internal, produsen dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam bentuk kepuasan (satisfaction). Secara umum jasa dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu : 1. Jasa industri Jasa ini disediakan untuk organisasi dalam lingkungan yang luas termasuk pengolahan pertambangan, perhubungan, organisasi non laba dan pemerintah. 2. Jasa Konsumen Jasa ini banyak digunakan secara luas dalam masyarakat, dalam hal ini jasa konsumen dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : a.
Jasa Konvinien (Convinien Service)
b.
Jasa Shoping (Shoping Service)
17
c.
Jasa Special (Special Service) Ada lima atribut kualitas jasa yang perlu diperhatikan oleh manajemen
industri jasa adalah : (Irawan , 2003 : 57) a. Tangible Tangible yang baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat bersamaan tangible ini merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan. b. Realibility Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh dimensi realibility yaitu dimensi yang mengukur keandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. c. Responsivennes Adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis, harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu kewaktu. d. Asurance Merupakan kualitas pelayanan dalam menentukan kepuasan pelanggan.yaitu dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku
dalam
pelanggannya. e. Empaty
menanamkan
rasa
percaya
dan
keyakinan
kepada
18
Dimensi yang memberikan peluang besar untuk memberikan pelayanan yang bersifat surprise, pelayanan yang empaty memang sangat memerlukan sentuhan pribadi.
2.6. Ciri Khas Lingkungan Dalam undang-undang nomor : 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Daya Tarik atau Ciri Khas Lingkungan adalah : segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai uang beupa keragaman dan kekayaan alam, kebudayaan dan hasil perbuatan manusia menjadi cara dan tujuan tertentu (Ismayanti, 2010 : 145). Daya tarik wisata juga menjadi topik orientasi bagi pembangunan wisata terpadu, misalnya hanya dengan ditemukannya situs sejarah Purbakala, wsiatawan yang terkait akan datang mengunjungi serta masyarakat setempat. Daya Tarik Wisata ada 2 macam 1. Daya Tarik Wisata ciptaan dari tuhan Yang Maha Esa 2. Daya Tarik Wisata hasil karya manusia Suatu Daerah mungkin sekali memiliki Daya tarik yang menjadi magnet yang menyebabkan orang tertarik mengunjungi daerah tersebut, misalnya : untuk melancong, berbelanja dan berkreasi serta menonton pergelaran seni budaya dan mengikuti seminar dan lain-lain. Daya Tarik Wisata memiliki keunikan daerah tujuan wisata yakni sesuatu yang dapat dilihat keindahan alam serta yang dapat dinikmati, Daya Tarik Wisata adalah : segala sesuatu yang dimiliki seseorang dan atau sekelompok orang yang
19
mempunyai ciri khas dengan daya tarik tertentu
(Suwardjoko Warpani,
2007 : 45). Keunikan adalah : berasal dari kata unik yang artinya : hanya satu-satunya, tidak ada duanya, tida ada tandingannya, tidak ada yang menyamainya, sesuatu kejadian yang belum pernah terjadi sebeleumnya atau tidak mungkin ada ditempat yang lain, atau peristiwa yang mampu menghambat perhatian banyak orang (Navila Idea, 2010 : 115). Ini merupakan faktor penting dalam suatu industri pariwisata, indahnya air terjun ini memberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi pengunjung, di obyek wisata ini air terjun dari tingkat satu ketingkat bawahnya seakan melihat kristal yang berjatuhan, hutan yang alami belum terjamah oleh tangan manusia alam nan indah, disepanjang jalan aliran sungai kita dihibur dengan suara kicauan burung dan binatang hutan yang bergelantungan disepanjang aliran sungai tersebut,
sehingga memberikan keunikan tersendiri untuk obyek wisata
dimaksud. Keunikan berasal dari kata unik yang artinya memiliki perbedaan dengan yang lainnya, memiliki ciri khas tertentu yang bisa menarik wisatawan yang belum pernah berkunjung . Konsumen memilih alasan sebuah produk tentu karena mengharapkan produk yang dibelinya memiliki keunggulan dibanding produk lain. Oleh karenanya sangat masuk akal untuk memasukkan beberapa aspek kelebihan yang menjadikan produk tersebut lebih unggul dari produk kompetitor di pasaran, hal ini sangat memberikan peluang besar untuk dibeli konsumen.
20
2.7. Fasilitas atau Sarana Pendukung Sebuah perusahaan tidak terlepas dari kelengkapan fasilitas atau sarana pendukung karena untuk mencapai suatu tujuan diperlukan fasilitas atau sarana pendukung yang lengkap. Ini merupakan faktor penting dalam suatu industri pariwisata, perencanaan fisik untuk pariwisata harus mempertimbangkan komponen dari pengembangan pariwisata yang dapat dikategorikan sebagai berikut : (Sihite, 2000 : 40) 1. Potensi-potensi pariwisata dan atraksi khusus serta aktivitas yang ada kaitannya. 2. Tempat-Tempat akomodasi para wisatawan dari berbagai jenis seperti hotel, home stay dan lain sebagainya. 3. Fasilitas-fasilitas wisata dan pelayanan yang ada hubungannya misalnya restoran dan lain sebagainya. 4. Fasilitas dan pelayanan sosial misalnya polisi pemadam kebakaran, pelayanan pos dan sebagainya. 5. Fasilitas angkutan yang ada hubungannya seperti pelabuhan udara dan laut yang dapat diandal dan tempat parkir. 6. Sistem pelayanan kepentingan umum seperti listrik, telepon dan sebagainya.
21
2.8. Pelayanan Pelayanan merupakan sebuah pemberian pelayanan kepada konsumen untuk mencapai kepuasan, pelayanan ini meliputi segala apa yang dapat membuat para langganan senang dan tertarik pada perusahaan bersangkutan. Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau konsumen (Kasmir, 2004 : 15) Kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan, sehingga dapat mencapai pangsa pasar yang tinggi, yang mana sangat ditentukan oleh pendekatan perusahaan, suatu perusahaan harus dapat membaca situasi dan kondisi sebuah daerah agar pangsa pasar yang dicapai tinggi. Menurut Cristoper Lovelock strategi pelayanan pelanggan mencakup sebagai berikut : (Lupyoadi, 2001 : 64) a.
Identifikasi misi jasa
b.
Penentuan sasaran dari pelayanan pelanggan
c.
Perumusan strategi pelayanan pelanggan
d.
Implementasi Jadi dalam memenuhi pelayanan setiap pengusaha yang bergerak dibidang
pariwisata harus memiliki kesadaran bahwa keindahan, kebersihan, kerapian dan keamanan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Pelayanan merupakan faktor yang dominan dalam menunjang penjualan produk wisata apalagi dalam pemasaran wisata, yang mana ini merupakan bagian
22
atau unsur kegiatan promosi tidak langsung dalam rangka menarik minat pengunjung. Titik berat pelayanan disini adalah para pengelola dan unsur manusia atau karyawan yang terlibat dalam pelayanan. Kualitas dan standar pelayanan pada kebanyakan unit usaha-usaha kepariwisataan umumnya banyak tergantung pada unsur manusia. Karena itu perlengkapan dan fasilitas yang digunakan, intensitas kegunaannya banyak pula tergantung pada manusia-manusia yang melayaninya. Disinilah pentingnya tenaga terdidik, perlengkapan dan semua fasilitas dapat digunakan se efisien mungkin dan efektif pemakaiannya. (Yoeti, 2000 : 10) Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya aspek pelayanan dalam mengelola usaha jasa seperti halnya jasa pariwisata juga sangat tergantung kepada pelayanan yang diberikan oleh pengelola objek wisata kepada pelanggannya. Oleh karena itu manejer objek wisata perlu memperlihatkan faktor pelayanan ini dalam rangka memberikan kepuasan kepada wisatawan atau pelanggan agar pelanggan tidak merasa kecewa dan pelanggan ingin datang kembali untuk kedua kalinya. Dalam pelayanan ini tentunya tidak saja pelayanan yang diberikan oleh para karyawan kepadanya wisatawan atau pelanggan yang datang berkunjung, tetapi juga tardapat pelayanan lain yang harus diperhatikan oleh para pengusaha yang bergerak dibidang industri pariwisata, seperti palayanan penyediaan fasilitas, antara lain tempat hiburan, tempat ibadah, sarana parkir dan keamanan,dan lain sebagainya yang juga dapat diberikan serta memuaskan pelanggan.
23
2.9. Keragaman Budaya Lokal Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sankserta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat secara formal budaya didefenisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasimelalui usaha indivudu dan kelompok. (Deddy Mulya, 2006:18)
Sedangkan pengertian kebudayaan, menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain
yang
didapat
seseorang
sebagai
anggota
masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Unsur-unsur dari kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal, yaitu: a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor, dan sebagainya)
24
b. Mata
pencaharian
hidup
dan
sistem-sistem
ekonomi
(pertanian,
perternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya) c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan) d. Bahasa (lisan, maupun tulisan) e. Kesenian (seni rupa, seni gerak, dan sebagainya) f. Sistem pengetahuan g. Religi (sistem kepercayaan) (Soerjono, 2007:154) Nilai merupakan sebuah unsur yang penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusia untuk menentukan apakah suatu itu boleh atau tidak dilakukan. Dengan kata lain, nilai merupakan sesuatu yang abstrak tentang tujuan budaya yang akan kita bangun bersama melalui bahasa, simbol, dan pesan-pesan verbal maupun nonverbal. (Alo, 2002:51)
2.10. Sosial Ekonomi Masyarakat Suatu destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen sementara. Mereka datang kedaerah tersebut dalam jangka waktu tertentu, menggunakan sumber daya dan fasilitasnya dan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan, dan kemudian meninggalkan tempat tersebut untuk kembali kerumah atau negaranya. Jika wisatawan yang datang ke destinasi tersebut sangat banyak uang untuk membeli berbagai keperluan selama liburnya, tidak dapat dibantah bahwa hal ini akan berdampak pada kehidupan ekonomi daerah daerah tersebut, baik langsung
25
maupun tidak langsung. Dampak ekonomi yang ditimbulkannya dapat bersifat positif maupun negatif. A.
Dampak positif pariwisata bagi ekonomi Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal
2.
Memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif agar lebih produktif
3.
Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi suatu daerah atau negara
4.
Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan laut
5.
Mendorong pengembangan wilayah dan menciptakan kawasan ekonomi baru
6.
Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran aktifitas ekonomi secara tidak teratur
7.
Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah
8.
Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revanue bagi otoritas lokal.
B.
Dampak negatif pariwisata bagi ekonomi Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan di atas, juga tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif diantaranya: 1.
Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
26
2.
Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
3.
Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam pariwisata sehingga produk lokal tidak terserap
4.
Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya.
5.
Timbulnya biaya-biaya lain bagi perekonomian setempat.
6.
Kelangkaan akan sumber bahan makanan.
7.
Ketidakcocokan produk lokal dengan permintaan pasar pariwisata
8.
Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya pengelolaan limbah. (Pitana, 2009:184)
Sebuah perusahaan tentu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai, dalam hal ini kawasan objek wisata tentu memberikan kontribusi dalam pembangunan suatu daerah kalau daerah itu mengelola dengan baik dan akan menjadi pendapatan suatu daerah apabila dikelolah dengan baik dan bijaksana, pengelolaan pariwisata yang baik haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta manfaatnya bagi kesejahteraan komunitas lokal. Hal yang harus dicakup dalam
manajemen pariwisata paling tidak
terfokus pada konsep values tourisme yaitu : meningkatkan kontribusi pada ekonomi bagi ekonomi nasional negara yang bersangkutan.
27
2.11. Hipotesis Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya. ( Umar, 2007 : 104 ) Berdasarkan perumusan masalah dan telaah pustaka, maka dapatlah disusun suatu hipotesis, yaitu: “ Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat disebabkan oleh, keunikan lingkung pariwisata, fasilitas atau sarana pendukung , pelayanan , keragaman budaya lokal, dan sosial ekonomi masyarakat.”
2.12. Variabel Penelitian Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua variabel yaitu variabel dependent (Y) jumlah kunjungan dan independent (X) 1. Ciri khas lingkungan 2. Fasilitas atau sarana pendukung 3. Pelayanan. 4. Keragaman budaya lokal 5. Sosial ekonomi masyarakat
28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di Kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Adapun waktu dalam melakukan penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan selesai.
3.2. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan terdiri dari: a. Data Primer, Yaitu data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari obyeknya, yaitu data yang diperoleh dari pandangan dan pendapat pengunjung dan masyrakat tentang objek yang diteliti. b. Data Sekunder, yaitu data dalam bentuk jadi yang telah dimiliki oleh perusahan atau instansi yang terkait dan pengelola kawasan objek wisata yang diteliti.
3.3. Tekhnik Pengumpulan Data Untuk keperluan analisis data, maka dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian ini penulis melakukan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut :
29
1. Data Primer Dikumpulkan dengan tiga macam cara, yaitu: a. Observasi, yaitu akan melakukan penelitian secara langsung ke kawasan wisata untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. b.
Interview, yaitu dengan melakukan tanya jawab atau wawancara langsung mengenai masalah yang dibahas dengan beberapa objek sebagai suatu masukan yang menunjang pembahasan.
c. Kuesioner, yaitu dengan mengajukan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk dijawab sesuai dengan petunjuk yang ada. 2. Data Sekunder Data ini akan diperoleh berdasarkan laporan-laporan tertulis yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dinas instansi terkait serta pengelola kawasan objek wisata dimaksud.
3.4. Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Obyek/subyek yang mempunyai kualitas & karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ( Sugiyono, 2006 : 72 ). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pengunjung dan wisatawan atau masyarakat yang datang ke kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat yang diambil pada tahun 2008 sebanyak 5850 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. ( Sugiyono, 2006 : 72 ).
30
Untuk menentukan ukuran atau besaran sampel maka digunakan Metode Slovin yaitu sebagai berikut:
n=
N 1 + N ℮2
Di mana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi ℮ = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%. Sehingga didapat sampelnya sebagai berikut:
N=
5850 1+5850 (10%)2
=
5850 1+ 5850 (0,01)
=
5850 59,50
=
98 (digenapkan menjadi 100 orang)
Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang
31
3.5. Analisis Data Untuk menganalisa terhadap data dan keterangan yang telah dikumpulkan dilapangan, penulis menggunakan metode Deskriptif yaitu membahas data-data yang sudah ada hubungannya dengan keadaan yang sebenarnya, yang dirangkaikan dengan berbagai teori yang mendukung pembahasan.
32
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK WISATA AIR TERJUN TUJUH TINGKAT
4.1. Sejarah Singkat Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu Kabupaten baru di Provinsi Riau Kabupaten Kuantan Singingi dibentuk berdasarkan undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 yang dimekarkan dari Kabupaten induk yaitu Kabupaten Indragiri Hulu. Adapun luas wilayah Kabupaten Kuantan Singingi 7.656.03 Km2 dengan jumlah penduduk 246.253 jiwa dengan ibu kota Teluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan, 11 Kelurahan dan 198 Desa. Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada posisi Lintang Utara 0000, Lintang Selatan 1000 dan Lintang Timur 1010 - 101055 dengan batas wilayah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Kuantan Singingi dilintasi oleh dua buah sungai besar, yaitu : Sungai Kuantan dan Sungai Singingi, Sungai Kuantan ini mengaliri 9 (sembilan) Kecamatan mulai dari Hulu sampai ke Hilir yaitu : Kecamatan Hulu Kuantan, Kuantan Mudik, Gunung Toar, Kuantan Tengah, Benai, Pangean, Kuantan Hilir, Inuman dan Cerenti, sedangkan Sungai Singingi mengaliri 2 (dua) Kecamatan
33
yakni : Kecamatan Singingi dan Singingi Hilir dan hanya 1 (satu) kecamatan yang tidak di aliri arus sungai yaitu Kecamatan Logas Tanah Darat. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan gambar Peta Kabupaten Kuantan Singingi. Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kuantan Singingi
Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi kaya akan budaya dan tempat-tempat wisata lokal, karena bumi Kuantan Singingi memiliki Daratan, Perbukitan dan Sungai keadaan ini menjadikan Kuantan Singingi sangat strategis untuk mengembangkan pariwisata alam yang ada,
34
Adapun tempat-tempat wisata di Kabupaten Kuantan Singingi antara lain : 1. Air Terjun Tujuh Tingkat di Lubuk Ambacang 2. Air Terjun Pati Soni di Cengar 3. Air Terjun Tepian Batu di Lubuk Jambi 4. Air Terjun Rawang Ngipai di Lubuk Jambi 5. Perahu Baganduang di Lubuk Jambi 6. Bukit Cokiak dan Mendulang Emas di Muara Lembu 7. Bendungan Kebun Nopi di Teluk Kuantan 8. Belas Tambang Emas Logas di Logas 9. Masjid Tua di Pangean 10. Rumah Tua di Gunung Toar 11. Pacu Jalur Tradisional di Teluk Kuantan 12. Dan lain-lain Masih banyak obyek wisata lainnya di Kabupaten Kuantan Singingi yang belum di promosikan keluar daerah, akan tetapi masyarakat tempatan sudah berkunjung dan merasa terhibur dengan obyek wisata lokal yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi.
4.2. Sejarah Singkat Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat merupakan objek wisata yang terletak di daerah paling hulu Kabupaten Kuantan Singingi tepatnya di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, dahulunya tempat ini merupakan hutan belantara yang masih alami dan belum terjamah sedikitpun oleh
35
tangan –tangan manusia, dilihat dari kejauhan tempat ini memiliki panorama yang sangat indah, sebelum Kuantan Singingi berdiri dulunya Air Terjun Tujuh Tingkat ini hanya air terjun biasa yang ditemukan oleh masyarakat setempat sedang mencari ikan, awalnya mencari ikan pada tingkat pertama kemudian karena penasaran masyarakat memanjat bukit ketingkat kedua untuk mencari ikan, namun disamping mendapatkan ikan masyarakat tempatan melihat adanya air terjun karena penasaran akhirnya masyarakat menelusuri ternyata air terjun itu terdiri dari tujuh tingkat, oleh sebab itu masyarakat menyebutnya Air Terjun Tujuh Tingkat. Setelah Kabupaten Kuantan Singingi berdiri tanggal 12 Oktober 1999, maka objek wisata ini mulai dilirik dan diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dengan melihat potensi dan keindahan alam tersebut, maka Pemerintah Daerah berinisiatif untuk mendirikan suatu
kawasan objek wisata yang mampu
dikunjungi oleh masyarakat setempat dan dari luar daerah, pada tahun 2001 objek wisata ini dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi dibawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi hingga sekarang ini. Air Terjun Tujuh Tingkat sekarang telah menjadi salah satu objek wisata kebanggaan Kabupaten Kuantan Singingi, Objek ini terletak di Kecamatan Hulu Kuantan dengan luas wilayah Kecamatan 384.40 Km2, yang terdiri dari 11 Desa dengan jumlah penduduk 30.137 jiwa dengan rincian berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan laki-laki 15.225 jiwa dan perempuan 14.192 jiwa.
36
Air Terjun Tujuh Tingkat adalah Air Terjun yang indah dengan ketinggian pada tingkat ke-4 dan ke-7, kondisi air yang sangat jernih dan dingin yang berasal dari puncak ketinggian, pepohonan yang rindang sekelilingnya membuat suasana yang teduh dan nyaman. Untuk lebih berkesan berikut ini penulis sajikan gambar air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Gambar 4.2 : Air Terjun Tujuh Tingkat Lubuk Ambacang
Sumber : Dokumentasi Pribadi saat mengunjungi
4.3. Struktur Organisasi Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang didalamnya terdapat individu-individu yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menciptakan kerja sama yang baik diperlukan suatu wadah yang dimenaungi
37
individu-individu tersebut yang dinamakan dengan nama organisasi. Perusahaan adalah sekelompok individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan dari perusahaan adalah meminalkan biaya operasional, memaksimalkan laba dan optimum produk. Untuk itu diperlukan struktur atau bagan organisasi yang dapat menunjukkan dengan jelas batasan dan tanggung jawab dari staf dan pimpinan. Dengan adanya pembagian tugas kepada setiap individu dalam organisasi perusahaan, maka jelaslah bagi pimpinan dalam memberikan keputusan. Dengan adanya pembagian tugas ini pula dapat ditiadakan duplikasi tugas, sehingga masing-masing bagian dapat dengan mudah dikoordinir dan anggota organisasi dapat mengetahui tujuan dari organisasi perusahaan. Untuk itu objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat dibawah naungan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi menyusun suatu struktur organsisasi yang diharapkan dapat memperlancar tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap individu. Peranan
Dinas
Kebudayaan,
Pariwisata,
Pemudan
dan
Olahraga
Kabupaten Kuantan Singingi untuk mendukung daerah sangatlah penting dalam meningkatkan pendapatan dari sub pariwisata, dalam meningkatkan pendapatan dan upaya menggalang peningkatan kunjungan pihak pengelola membuat semacam program dan agenda khusus dalam meningkatkan jumlah kunjungan pada objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
38
Untuk lebih jelas berikut ini penulis sajikan Struktur organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi tersebut khususnya dibidang Pariwisata : Gambar 4. 3 :
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi Khususnya Bidang Pariwisata
KEPALA DINAS
KEPALA BIDANG KEBUDAYAAN
KEPALA BIDANG PARIWISATA
KEPALA BIDANG PEMUDA & OLAHRAGA
KASI PENGEMBANGAN OBJEK DAN AKTIVITAS WISATA
KASI PROMOSI DAN PEMASARAN WISATA
KASI SARANA DAN PRASARANA WISATA
STAF
STAF
Sumber : Disbudparpora Kabupaten Kuantan Singingi
STAF
39
1.
Tugas Pokok Dinas Kebudayaan,Pariwisata,Pemuda & Olahraga Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebahagian kewenangan pemerintah Kabupaten dibidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
2.
Fungsi Dinas Kebudayaan,Pariwisata,Pemuda & Olahraga a.
Menyusun kebijakan teknis dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga.
b.
Mengumpulkan
dan
menghimpun
data
yang
berkaitan
dengan
kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga. c.
Memberikan perizinan dan melaksanakan pelayanan umum dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga.
d.
Melakukan pembinaan teknis dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga.
e.
Melakukan pengawasan dan pengendalian dibidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga.
3.
4.
Unsur Organisasi Dinas Kebudayaan,Pariwisata,Pemuda & Olahraga a.
Unsur Pimpinan
b.
Unsur Pembantu
c.
Unsur Pelaksana
Susunan Organisasi Dinas Kebudayaan,Pariwisata,Pemuda & Olahraga a.
Kepala Dinas
b.
Kepala Bidang
40
5.
c.
Kepala Seksi
d.
Staf
Tugas dan Fungsi Bidang Pariwisata a.
Tugas :
Membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan rencana teknis dan pelaksanaan, pengembangan kepariwisataan di daerah.
b.
Fungsi : 1. 2.
Pelaksanaan pengembangan objek dan aktivitas wisata. Penetapan dan pelaksanaan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan pameran / event pariwisata Kabupaten.
3.
Pelakanaan promosi dan pemasaran wisata.
4.
Penetapan
dan
Pelaksanaan
pedoman
kerjasama
pemasaran wsiata. 5.
Pemberian izin usaha pariwisata Kabupaten.
6.
Pelaksanaan kebijakan nasional dan provinsi serta penetapan kebijakan dalam pengembangan destinasi pariwisata.
6.
Tugas dan Fungsi Seksi Pengembangan Objek dan Aktivitas Wisata a.
Tugas :
Membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan rencana teknis dan pelaksanaan, pengembangan kepariwisataan di daerah.
b.
Fungsi : 1. 2.
Menginventarisasi, mengatur objek dan aktivasi wisata. Melaksanakan perizinan dan pengawasan Air Terjun Tujuh Tingkat.
41
3.
Melaksanakan perizinan dan pengawasan perhotelan, rumah makan, bar dan restoran.
4.
Melaksanakan
perizinan
dan
pengawasan
usaha
gelanggang permainan, bioskop,dan bidang lainnya. 5.
Menyelenggarakan
kerjasama
internasional
dibidang
pembangunan objek dan aktivitas wisata. 6.
Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan objek dan aktivitas wisata.
7.
Melaksanakan pengawasan teknis terhadap peraturan dan perundang-undangan dibidang objek dan aktivitas wisata.
7.
Tugas dan Fungsi Seksi Promosi dan Pemasaran Wisata a.
Tugas :
Membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan rencana teknis dan pelaksanaan, pengembangan kepariwisataan di daerah.
b.
Fungsi : 1.
Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan promosi dan pemasaran wisata daerah.
2.
Menyelenggarakan kerjasama internasional objek wisata.
3.
Menetapkan standar dan norma objek dan aktivitas wisata.
4.
Melaksanakan
kebijakan
promosi
dan
pemasaran
pembangunan objek wisata. 5.
Menyusun rencana kerja dibidang objek dan aktivitas wisata.
42
6.
Melaksanakan kualifikasi usaha jasa dibidang promosi dan pemasaran wisata.
7.
Melaksanakan
pengawasan
teknis
terhadap
seluruh
peraturan perundang-undangan dibidang promosi dan aktivitas wisata. 8.
Tugas dan Fungsi Seksi Sarana dan Prasarana Wisata a.
Tugas :
Membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan penyusunan rencana teknis dan pelaksanaan, pengembangan kepariwisataan di daerah.
b.
Fungsi : 1.
Melaksanakan
pekerjaan
dan
mengumpulkan
serta
menginfetarisir objek wisata. 2.
Menyiapkan
rencana
teknis
dan
bimbingan
kepariwisataan. 3.
Melaksanakan pengembangan organisasi perhotelan, objek wisata dan restoran.
4.
Melaksanakan peningkatan serta dukungan sarana dan prasarana kepariwisataan.
5.
Melaksanakan kualifikasi dibidang kepariwisataan.
6.
Melaksanakan rencana induk pengembangan sumberdaya kepariwisataan.
7.
Melaksanakan informasi pariwisata dan pembentukan pusat pelayanan informasi pariwisata.
43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Wisatawan yang mengunjungi objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat selama lima tahun ini menunjukkan angka yang berfluktuatif. Maka pihak pengelola harus mampu merespon keadaan ini. Agar jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun semakin meningkat, maka dari itu diperlukan suatu metode dan konsep yang mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa deskrptif kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada pengunjung objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat sebanyak 100 responden. Selanjutnya data yang telah diperoleh diolah dan diuraikan secara kualitatif dan kuantitatif dengan hasil dan rincian sebagai berikut :
5.1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner yang dilakukan penulis terhadap 100 orang responden yang berkunjung ke kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat, maka dapat diketahui karakteristik setiap responden yang bersedia mengisi terdiri dari tiga kelompok karakteristik yaitu : karakteristik berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan. Berikut ini dapat dilihat deskripsi masing-masing karakteristik responden tersebut :
44
1.
Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 5.1 : Karakteristik Pengunjung Menurut Umur Yang Berkunjung ke Kawasan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Umur
Frekwensi
Persentase (%)
Antara 15-25
40
40 %
Antara 26-35
32
32 %
Antara 36-45
21
21 %
Antara 46 keatas
7
7%
Jumlah
100
100 %
Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel 5.1 menunjukkan responden yang berusia antara 15-25 tahun sebanyak 40 0rang (40%). Responden yang berusia 26-35 tahun sebanyak 32 oang (32%). Responden yang berusia 36-45 tahun sebanyak 21 orang (21%). Responden yang berusia 46 tahun keatas sebanyak 7 orang (7%).
2.
Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 : Karakteristik Pengunjung Menurut Jenis Kelamin Yang Berkunjung ke Kawasan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Jenis Kelamin
Frekwensi
Persentase (%)
Laki-Laki
59
59 %
Perempuan
41
41 %
Jumlah
100
100 %
Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel 5.2 menunjukkan responden yang memiliki jenis kelamin lakilaki sebanyak 59 0rang (59%). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang (41%).
45
3.
Karakteristik responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 5. 3: Karakteristik Pengunjung Menurut Jenis Pekerjaan Yang Berkunjung ke Kawasan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Jenis Pekerjaan
Frekwensi
Persentase (%)
Pelajar/Mahasiswa
40
40 %
Swasta
11
11 %
Wira Swasta
19
19 %
PNS
30
30 %
Jumlah
100
100 %
Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel 5.3 menunjukkan responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 40 0rang (40%). Responden yang bekerja swasta sebanyak 11 orang (11%). Responden yang bekerja wira swasta sebanyak 19 orang (19%). Sedangkan responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 30 orang (30%). Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa wisatawan atau pengunjung yang berkunjung ke kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat dapat penulis simpulkan bahwa yang paling banyak adalah pengunjung yang berumur antara 15-25 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan pekerjaannya adalah pelajar/mahasiswa.
5.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Penurunan / Fluktuasi Kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi bergerak dibidang jas hiburan dan rekreasi yang dikelolah oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi dibawah naungan
46
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi, maka dari itu untuk mencapai tujuan perusahaan harus mengelola usahanya
dengan
baik,
pengelolaan
ini
didasarkan
kebijakan-kebijakan
perusahaan itu sendiri. Pihak manajemen perusahaan haruslah dapat mengukur dan mengetahui apa saja yang menjadi selera dan keinginan konsumen, tanggapan konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan untuk berkunjung kekwasan objek wisata, maka dalam analisa pembahasan ini penulis hanya membatasi pada masalah-masalah sebagai berikut : 1. Ciri Khas Lingkungan 2. Fasilitas atau Sarana Pendukung 3. Pelayanan 4. Keragaman Budaya Lokal 5. Sosial Ekonomi Masyarakat Modal analisis dalam penelitian ini bersumber dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari kuisioner, namun semua jawaban itu bersifat kualitatif maka untuk keperluan analisis, data-data kualitatif itu diberi score sehingga menjadi data kuantitatif. Berdasarkan uraian sebelumnya, variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri lima variabel yaitu Ciri khas lingkungan, Fasilitas atau sarana pendukung, Pelayanan, Keragaman budaya lokal dan Sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan data yang telah terkumpul melalui kuisioner maka diperoleh gambaran mengenai
47
ke lima variabel yang akan diuraikan satu persatu dengan rincian masing-masing variabel diwakili dengan empat pertanyaan sebagai berikut :
1.
Ciri Khas Lingkungan Konsumen memilih alasan sebuah produk tentu karena mengharapkan
produk yang dibelinya memiliki keunggulan, mempunyai seuatu yang beda, mempunyai ciri khas tersendiri dibanding produk yang lainnya, ini merupakan faktor penting dalam suatu industri pariwisata. Dalam variabel ini akan diwakili oleh empat pertanyaan sebagai berikut : Tabel 5.4 : Tanggapan Responden tentang Keunikan Alam Wisata Menarik Minat Pengunjung Berkunjung ke Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
30
30 %
2
Setuju (S)
24
24 %
3
Netral (N)
20
20 %
4
Tidak Setuju (TS)
17
17 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
9
9%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.4
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa keunikan alam wisata menarik minat pengunjung, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 30 orang (30%), yang menyatakan setuju 24 orang (24%), yang menyatakan netral 20 orang (20%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 17 orang (17%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 9 orang (9%).
48
Air terjun tujuh tingkat dengan luas area + 5 Ha terletak di desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan merupakan terindah dan tertinggi di Kabupaten Kuantan Singingi kawasan ini dapat ditempuh melalui jalan darat kemudian dilanjutkan dengan menggunakan boat selama 15 menit dari Pasar Lubuk Ambacang menuju kedaerah hulu sungai, selama perjalanan kita dapat menikmati hijaunya pepohonan diantara bukit-bukit dengan kemiringan antara 45 derajat hingga 70 derajat, semakin kehulu lebar sungai semakin mengecil dan debit airnya pun semakin deras, tak jauh dari jembatan kita akan melewati pulu tempurung air disini melengkung seperti tempurung, tanpa terasa perjalanan yang panjang segera berlalu , dari dermaga sudah dapat melihat air terjun pertama yang gemuruh airnya jelas terdengar dari muara sungai, dari air terjun pertama hingga air terjun keempat pengunjung dapat melewati beton diantara pohon-pohon yang masih asri, semilirnya angin dan rindangnya pepohonan membuat suhu disekitar terasa sejuk dan nyaman untuk berlama-lama, ketinggian air terjun pertama hingga keempat berbeda berkisar antara 5-15 meter, begitu juga dengan ketinggian air terjun kelima hingga ketujuh berkisar antara 5-10 meter. Dari data diatas berarti keunikan alam wisata menarik minat wisatawan untuk berkunjung kekawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat. Dan faktanya benar
bahwa alam
wisata air terjun tujuh tingkat memiliki keunikan yang
menjadi magnet dan menyebabkan orang tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa suatu objek wisata harus mempunyai keunikan tersendiri karena sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.
49
Tabel 5. 5 : Tanggapan Responden tentang Keragaman Flora dan Fauna Memberikan Keunikan Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
17
17 %
2
Setuju (S)
47
47 %
3
Netral (N)
24
24 %
4
Tidak Setuju (TS)
7
7%
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
5%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.5
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa keragaman flora dan fauna memberikan keunikan, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 17 orang (17%), yang menyatakan setuju 47 orang (47%), yang menyatakan netral 24 orang (24%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 7 orang (7%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5 orang (5%). Objek wisata air terjun tujuh tingkat mempunyai keragaman flora dan fauna hal ini terlihat jelas pada waktu penulis mengunjungi objek wisata air terjun tujuh tingkat tersebut, setelah sampai disana kami segera turun dari boat dan langsung masuk dan mulai menurun dan mendaki anak tangga yang banyak menuju ketempat air terjun, selain hawanya yang sejuk dan pepohonan yang masih alami, disana juga dijumpai hewan-hewan jinak seperti kera jinak yang sangat banyak, pengunjung diharapkan berhati-hati membawa barang-barang dan makanan supaya tidak diambil oleh kera-kera tersebut, kera-kera yang bergerak kesana kemari mencari makanan dan ditambah udara yang segar dan bersih yang
50
berhembus disela-sela pepohonan membuat capek terasa hilang. Pendakian melewati tebing-tebing dan bergantungan diantara akar-akar pohon, cukup menguras energi, karena jarak antara air terjun berkisar antara 50-100 meter, meski menempuh medan yang cukup berat, namun tidak akan membuat pengunjung bosan, karena setiap air terjun memiliki karakteristik dan keindahan yang berbeda. Dari data diatas dapat dismpulkan bahwa keragaman flora dan fauna memberikan keunikan pada objek wisata air terjun tujuh tingkat,
faktanya
pengunjung yang datang selalu terpesona dengan keindahan dan keragaman flora dan fauna yang ada disepanjang aliran sungai, pengunjung dihibur dengan suara kicauan burung dan binatang hutan yang bergelantungan , maka keragaman flora dan fauna harus dijaga agar keseimbangan ekosistem tidak terganggu, sehingga dapat memberikan keunikan tersendiri pada objek wisata air terjun tujuh tingkat.
Tabel 5. 6 : Tanggapan Responden tentang Lingkungan Disekitar Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Sangat Mendukung No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
4
4%
2
Setuju (S)
57
57 %
3
Netral (N)
6
6%
4
Tidak Setuju (TS)
24
24 5
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
9
9%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian
51
Pada tabel
5.6
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa lingkungan disekitar objek wisata sudah sangat mendukung, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 4 orang (4%), yang menyatakan setuju 57 orang (57%), yang menyatakan netral 6 orang (6%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak
24
orang (24%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 9 orang (9%). Kabupaten Kuantan Singingi terletak pada 1010-1020 BT dan 00-10 LS, dengan luas wilayah yang meliputi lebih kurang 7.656.03 Km2, wilayah yang berjarak sekitar 160 Km sebelah selatan Pekanbaru itu merupakan daerah perbukitan yang ada di Propinsi Riau, yang memiliki ketinggian elevasi yang bervariasi dengan elevasi tertinggi mencapai 804 meter diatas permukaan laut, begitu juga dengan lingkungan disekitar air terjun tujuh tingkat umunya merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan tebing antara 45 hingga 70 derajat. berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa lingkungan disekitar sudah sangat mendukung , faktanya bahwa terlihat bukit-bukit yang terjal dan curam diantara bukit-bukit itu mengalir air dari puncak ketinggian yang jatuh bagaikan kristal. Oleh karena itu harus tetap dilestarikan dan dijaga keasriannya, sebab lingkungan yang sangat alami dengan keadaan yang masih utuh belum tersentuh oleh kecanggihan teknologi saat ini. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa suatu objek wisata harus didukung oleh lingkungan disekitarnya baik itu kondisi alam maupun keadaan geografis dan tata ruang fisik dari lingkungan tersebut.
52
Tabel 5.7 : Tanggapan Responden tentang Apakah Akan Melakukan Kunjungan Kembali ke Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
27
27 %
2
Setuju (S)
26
26 %
3
Netral (N)
25
25 %
4
Tidak Setuju (TS)
12
12 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
10
10 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.7 diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa akan melakukan kunjungan kembali,
yang
menyatakan
sangat setuju sebanyak 27 orang (27%), yang menyatakan setuju 26 orang (26%), yang menyatakan netral 25 orang (25%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 12 orang (12%) dan menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 10 orang (10%). Sejak Kabupaten Kuantan Singingi terbentuk pada tahun 1999 yang lalu hingga sekarang, sejak itu pula air terjun tujuh tingkat dibenahi dan dikelola oleh dinas terkait, dan hingga saat ini pengunjung yang datang sudah banyak bukan pengunjung lokal saja bahkan pengunjung berasal dari luar dan mancanegara. Akan tetapi pengunjung akhir-akhir ini mengalami penurunan seperti yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu, namun demikian objek wisata air terjun tujuh tingkat itu masih menjadi tujuan rekreasi para anak muda, remaja dan bahkan keluarga. Dengan demikian jelas bahwa pengunjung akan kembali mengunjungi objek wisata air terjun tujuh tingkat yang berada di Kecamatan Hulu Kuantan
53
Kabupaten Kuantan Singingi, faktanya masih banyak pengunjung yang datang baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Tabel 5.8 : Rekapitulasi Lingkungan NO
Pertanyaan
Keunikan alam wisata menarik minat pengunjung.? Keragaman Flora dan 2 Fauna memberikan keunikan.? Lingkungan disekitar 3 objek wisata sudah sangat mendukung.? Akan melakukan 4 kunjungan kembali.? Jumlah Persentase (%) Sumber : data olahan
Tanggapan
Responden
Variabel
Ciri
Khas
SS
Frekuensi S N
TS
STS
30
24
20
17
9
100
17
47
24
7
5
100
4
57
6
24
9
100
27 78 19,50
26 154 38,50
25 75 18,75
Jumlah
1
12 10 60 33 15,00 8,25
100 400 100,00
Tabel 5.8 memperlihatkan bahwa mayoritas tanggapan responden yaitu sebesar 58% menyatakan sangat setuju dan setuju, dan 42% menyatakan netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ciri khas lingkungan pada objek wisata air terjun tujuh tingkat sudah baik. Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa ciri khas lingkungan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi sangat berpengaruh dan dapat penulis simpulkan bahwa ciri khas lingkungan bukan merupakan salah satu faktor penyebab
54
berkurangnya kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu (tabel 1.1).
2.
Fasilitas atau Sarana Pendukung Potensi-potensi pariwisata, tempat-tempat akomodasi, fasilitas wisata,
pelayanan sosial, kepentingan umum ini merupakan faktor penting yang harus ada pada setiap industri pariwisata, oleh sebab itu dalam variabel ini akan diwakili oleh empat pertanyaan sebagai berikut : Tabel 5. 9 : Tanggapan Responden tentang Fasilitas Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Memuaskan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
5
5%
2
Setuju (S)
8
8%
3
Netral (N)
32
32 %
4
Tidak Setuju (TS)
34
34 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
21
21 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.9
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa fasilitas sudah memuaskan, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 5 orang (5%), yang menyatakan setuju 8 orang (8%), yang menyatakan netral 32 orang (32%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 34 orang (34%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 21 orang (21%). Fasilitas pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat pada saat penulis mengunjungi masih terlihat adanya tukang-tukang bekerja memperbaiki
55
jalan dan anak-anak tangga yang sudah pecah dan retak akibat debit air hujan yang cukup deras, jalan dengan lebar 1,5 meter itu dipenuhi oleh lumpur yang turun dari bukit-bukit yang terjal, dan banyak pagar yang sudah tidak layak lagi dan perlu perhatian dari pengelola, pagar yang berukuran 1 meter itu sangat berfungsi sekali untuk menghindari kecelakaan bagi pengunjung, Dari penjelasan diatas berarti fasilitas yang ada saat ini pada objek wisata air terjun tujuh tingkat belum begitu memadai, berdasarkan fakta yang ada fasilitas seperti akses yang menghubungkan antara tingkat kelima, keenam dan ketujuh belum dibangun sehingga menyulitkan pengunjung untuk mencapai tingkatan tersebut, maka fasilitas seperti tangga dan sarana pendukung lainnya harus dilengkapi oleh pengelola untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan bagi pengunjung.
Tabel 5.10 : Tanggapan Responden tentang Sarana Transportasi Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Baik No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
14
14 %
2
Setuju (S)
26
26 %
3
Netral (N)
9
9%
4
Tidak Setuju (TS)
22
22 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
29
29 %
100
100 %
Jumlah
Pada
Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.10
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa sarana transportasi sudah baik, yang menyatakan sangat
56
setuju sebanyak 14 orang (14%), yang menyatakan setuju 26 orang (26%), yang menyatakan netral 9 orang (9%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 22 orang (22%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 29 orang (29%). Kawasan objek wisata air terjun tujuh tingakat dapat ditempuh melalui jalan darat selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan menggunakan boat selama 15 menit kedaerah hulu sungai, kalau dari Pasar Lubuk Jambi menuju desa Lubuk Ambacang dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 20 menit perjalanan dengan kondisi jalan aspal, bisa juga masuk dari desa Jake, simpang pos polisi ke desa Serosah, Mudiak Ulo hingga ke desa Koto Kombu melalui jalan tanah dengan waktu tempuh kendaraan sekitar 40 menit. Menjelang ke desa Lubuk Ambacang, dari Koto Kombu pengunjung melewati jembatan beton yang membentang diatas sungai kuantan dengan panjang sekitar 250 meter, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan boat bermuatan antara 15 hingga 25 orang yang dapat ditemui di bawah sekitar jembatan ataupun di pasar Lubuk Ambacang dengan harga sewa Rp.150.000.- Dari sini pengunjung akan menyusuri sungai kebagian hulu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit perjalanan, selama perjalanan itu pengunjung dapat menikmati hijaunya daun pepohonan diantara bukit dengan kemiringan 45-70 derajat. Dari penjelasan diatas bahwa sarana transportasi pada objek wisata air terjun tujuh tingkat belum memadai kondisi ini memang benar keadaannya, karena transportasi yang digunakan untuk menuju ketempat wisata air terjun tujuh tingkat pengunjung menggunakan transportasi darat dan air, lebih kurang lima belas menit pengunjung menggunakan transportasi air, padahal kalau dibangun
57
akses jalan darat menuju tempat wisata akan lebih cepat dan nyaman. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sarana transportasi belum memadai dan perlu penambahan pembangunan akses transportasi.
Tabel 5.11 : Tanggapan Responden tentang Tempat Ibadah Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Lengkap No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
10
10 %
2
Setuju (S)
8
8%
3
Netral (N)
10
10 %
4
Tidak Setuju (TS)
24
24 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
48
48 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.11
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa tempat ibadah sudah lengkap, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10 orang (10%), yang menyatakan setuju 8 orang (8%), yang menyatakan netral 10 orang (10%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 24 orang (24%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 48 orang (48%). Fasilitas atau Sarana pendukung pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat seperti tempat ibadah dan perlengkapan lainnya masih dalam pengerjaan, pada saat penulis mengunjungi tukang-tukang masih bekerja membangun tempat-tempat ibadah, pada waktu itu hanya ada satu tempat ibadah untuk umat muslim dengan ukuran 5x3 meter dengan tempat wudhu berjumlah 3 buah kran air, tempat ibadah tersebut terletak pada air terjun tingkat kedua,
58
padahal jarak antara tingkat pertama hingga ketujuh berkisar antara 50-100 meter dengan melalui bukit-bukit yang terjal dan bebatuan. Kemudian tempat istirahat pengunjung hanya ada 5 buah tempat istirahat, 1 buah dengan ukuran 4x5 meter dan 4 buah dengan ukuran 1x2 meter, tempat istirahat itu terletak pada tingkat ketiga air terjun tujuh tingkat 3 buah dan pada tingkat kelima 2 buah. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa sarana tempat ibadah yang ada pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat belum lengkap dan perlu penambahan bangunan tempat ibadah demi kenyamanan pengunjung karena ini sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap kunjungan. Kondisi ini jelas terlihat pada waktu penulis mengunjungi tempat wisata air terjun tujuh tingkat, bahwa tempat ibadah belum lengkap hanya ada satu tempat ibadah padahal jarak antara tingkat-ketingkat sangat jauh dan melelahkan seharusnya tempat ibadah harus ada pada setiap tingkatnya.
Tabel 5.12 : Tanggapan Responden tentang Tempat Mandi & MCK Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Memuaskan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
3
3%
2
Setuju (S)
24
24 %
3
Netral (N)
37
37 %
4
Tidak Setuju (TS)
29
29 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
7
7%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian
59
Pada tabel
5.12
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa tempat mandi dan MCK
sudah memuaskan,
yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 3 orang (3%), yang menyatakan setuju 24 orang (24%), yang menyatakan netral 37 orang (37%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 29 orang (29%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 7 orang (7%). Fasilitas atau Sarana pendukung pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat seperti tempat mandi dan MCK masih dalam pengerjaan, kondisi ini hampir sama dengan kondisi tempat ibadah dimana pada saat penulis mengunjungi tukang-tukang masih bekerja membangun MCK, MCK yang ada pada kawasan objek wisata hanya ada 3 tempat MCK, yang terletak pada air terjun tingkat ketiga, kelimadan keenam dengan ukuran 2x2 meter padahal jarak antara tingkat pertama hingga ketujuh berkisar antara 50-100 meter dengan keadaan yang melelahkan. Banyak pengunjung mengatakan bahwa tempat mandi air bersih belum ada dan MCK juga masih kurang, sehingga pengunjung banyak yang kecewa karena pada saat pengunjung membutuhkan tempat MCK tersebut sangat jauh dari pusat keramaian dan sangat sulit untuk dijangkau. Sudah jelas bahwa tempat mandi dan MCK belum memuaskan, hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tempat ibadah karena MCK hanya ada dimana tempat ibadah dan itupun sangat sedikit sekali, seharusnya pengelolah harus memperhatikan hal tersebut untuk menjaga kenyamanan pengunjung dan kebersihan lingkungan pada objek wisata.
60
Tabel 5.13 : Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel Fasilitas Atau Sarana Pendukung NO
Pertanyaan
Fasilitas objek wisata sudah memuaskan.? Sarana transportasi 2 objek wisata baik.? Tempat ibadah 3 sudah lengkap.? Tempat MCK objek 4 wisata memuaskan.? Jumlah Persentase (%) Sumber : data olahan 1
Frekuensi S N
TS
STS
5
8
32
34
21
100
14
26
9
22
29
100
10
8
10
24
48
100
3 32 8,00
24 66 16,50
37 88 22,00
29 109 27,25
7 105 26,25
100 400 100,00
SS
Jumlah
Tabel 5.13 memperlihatkan bahwa mayoritas tanggapan responden yaitu sebesar 24,5% menyatakan sangat setuju dan setuju, dan 75,5% menyatakan netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas atau sarana pendukung pada objek wisata air terjun tujuh tingkat kurang baik. Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa fasilitas atau sarana pendukung pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi belum lengkap dan tidak mendukung dan dapat penulis simpulkan bahwa fasilitas atau sarana pendukung merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terjadi pada tahun 2008 (tabel 1.1). Diharapkan kepada pengelola untuk tanggap dengan hal ini karena sangat membawa dampak yang negatif dimata pengunjung atau wisatawan yang datang agar kedepannya lebih memuaskan.
61
Untuk lebih jelas berikut ini tabel Fasilitas atau Sarana Pendukung yang ada pada Kawasan Objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi
Tabel 5.14 : Fasilitas Atau Sarana Pendukung No
Jenis Fasilitas atau Sarana Pendukung
Jumlah/Ukuran
1
Akses jalan / anak tangga
Lebar 1,5 meter
2
Pagar Jalan
Tinggi 1 meter
3
Boat untuk pengunjung
5 buah
4
Tempat ibadah 5x3 meter
1 buah
5
Tempat wudhu
3 buah kran
6
Tempat istirahat
5 buah
7
MCK
3 buah
8
Tempat Parkir
15x15 meter
Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa fasilitas atau sarana pendukung pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi belum begitu lengkap dan tidak mendukung jika dibandingkan dengan tempat –tempat wisata yang lainnya yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi dan dapat penulis simpulkan bahwa fasilitas atau sarana pendukung merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya atau berfluktuasinya jumlah kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terjadi pada tahun 2008 (tabel 1.1).
62
3.
Pelayanan Kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan, sehingga dapat mencapai pangsa pasar yang tinggi, yang mana sangat ditentukan oleh pendekatan perusahaan. Pelayanan merupakan pemberian pelayanan kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Melayani konsumen
secara efektif merupakan
hal yang penting
karena akan menyangkut kepuasan konsumen, tingkat kepuasan konsumen dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan oleh produsen kepada konsumen, dalam variabel ini diwakili empat pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 5.15 : Tanggapan Responden tentang Pelayanan Yang Diberikan oleh Pengelola Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Memuaskan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
7
7%
2
Setuju (S)
22
22 %
3
Netral (N)
28
28 %
4
Tidak Setuju (TS)
39
39 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
4
4%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.15
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pengelola sudah memuaskan, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 7 orang (7%), yang menyatakan setuju 22 orang (22%), yang menyatakan netral 28 orang (28%), yang menyatakan tidak
63
setuju sebanyak 39 orang (39%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 4 orang (4%). Pelayanan pada kawasan objek wisata air terjun berupa panduan dari pengelola tentang sekilas gambaran dan penjelasan tentang air terjun tujuh tingkat oleh pengelola berupa selebaran, pengunjung masuk tidak didampingi oleh pemandu wisatawan karena belum adanya pemandu wisatawan pada kawasan objek wisata itu, sehingga pengunjung banyak yang mengaku bingung dan takut untuk melanjutkan perjalanan, apalagi pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi tempat itu para pengunjung merasa was-was dan tidak percaya diri. Berarti dapat disimpulkan bahwa pelayanan
yang diberikan oleh
pengelola pada pengunjung belum memuaskan pengunjung, berdasarkan fakta pada objek wisata air terjun tujuh tingkat belum memiliki pemandu wisata, ini dikhawatirkan jika ada wisatawan asing yang masuk untuk menikmati atau mengenal lebih jauh tentang air terjun tujuh tingkat tidak ada yang bisa memberikan penjelasan atau melayani mereka, kondisi ini perlu ditingkatkan oleh pengelola agar pengunjung tidak kecewa dan menyesal pada waktu mengunjungi, karena sangat berpengaruh sekali terhadap jumlah kunjungan. Apalagi pengunjung yang baru sekali datang ketempat itu akan akan merasa kecewa dan kesan buruk akan timbul dari pemikiran pengunjung bahwa mereka tidak akan mengunjungi kembali tempat itu, seharusnya pengelolah sangat memperhatikan hal ini demi ramainya pengunjung pada tahun-tahun berikutnya.
64
Tabel 5.16 : Tanggapan Responden tentang Keramahtamahan pengelola Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Memuaskan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
15
15 %
2
Setuju (S)
4
4%
3
Netral (N)
26
26 %
4
Tidak Setuju (TS)
18
18 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
37
37 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.16
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa keramahtamahan pengelola mempengaruhi kunjungan, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 15 orang (15%), yang menyatakan setuju 4 orang (4%), yang menyatakan netral 26 orang (26%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 18 orang (18%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 37 orang (37%). Pada waktu penulis berkunjung ke kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat pengunjung lainnya banyak yang merasa kecewa karena banyak pengunjung yang berdesakan masuk boat dan bahkan hampir jatuh, pengelola atau pemilik boat juga tidak tepat janji, seharusnya pengunjung pulang tepat waktu akan tetapi yang dijanjikan terlalu mengulur waktu, sehingga banyak pengunjung yang terlantar, sikap seperti itu menunjukkan bahwa keramahtamahan pengelola terhadap pengunjung masih kurang. Dari jawaban tersebut jelas bahwa keramahtamahan pengelola sangat mempengaruhi kunjungan, keramahan adalah salah satu pelayanan yang sangat
65
penting dan berpengaruh apalagi keramahan pengelola dalam memberikan pelayanan terhadap pengunjung yang datang. Maka perlu ditingkatkan keramahan karena masih kurangnya keramahan pengelola dalam melayani wisatawan. Keramahan dalam melayani pengunjung memang harus ditingkatkan karena sangat berpengaruh baik negatif maupun positif terhadap jumlah kunjungan, hal ini harus dapat perhatian khusus oleh pengelola kedepannya.
Tabel 5.17 : Tanggapan Responden tentang Keamanan Lingkungan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Baik No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
24
24 %
2
Setuju (S)
23
23 %
3
Netral (N)
32
32 %
4
Tidak Setuju (TS)
14
14 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
7
7%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.17
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa keamanan lingkungan mempengaruhi kunjungan,
yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 24 orang (24%), yang menyatakan setuju 23 orang (23%), yang menyatakan netral 32 orang (32%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 14 orang (14%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 7 orang (7%). Keamanan lingkungan disekitar obek wisata jika ditinjau dari keamanan kendaraan pengunjung seperti tempat parkir dan penjaga parkir sudah ada, luas
66
parkir yang disediakan oleh pengelola berukuran 15x15 meter yang terletak di pasar Lubuk Ambacang dengan penjaga parkir dua orang, parkir kendaraan pengunjung terlalu jauh dari tempat wisata sehingga kendaraan pengunjung hilang dari penglihatan mata karena jarak antara parkir dengan tempat wisata berkisar antara 5-7 Km, banyak pengunjung yang merasa takut dan khawatir akan kehilangan kendaraan, namun demikian belum ada pengunjung yang kehilangan kendaraan atau dirusak oleh masyarakat setempat. Begitu juga dengan keamanan pengunjung disekitar objek wisata, pengelola belum mempunyai pos pengamanan dan pusat informasi, pengelola hanya memberitahukan kepada pengunjung untuk dapat berhati-hati dan waspada dan jangan terlalu takabur, karena tempat wisata ini selain indah untuk dinikmati juga banyak mahluk gaib lainnya. Untuk pengamanan pengunjung pengelola telah membangun hampir diseluruh ruas jalan membangun pagar pembatas yang tujuannya untuk keselamatan pengunjung pagar tersebut berukuran tinggi 1 meter, akan tetapi pagar tersebut sudah banyak yang tidak layak banyak yang sudah karatan, patah dan bengkok. Dapat diambil kesimpulan bahwa keamanan lingkungan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat sangat mempengaruhi kunjungan, berdasarkan fakta yang ada untuk menjaga keamanan pengunjung, pengelola telah membangun pagar pada setiap titik rawan berbahaya dan membuat pagar pada tebing-tebing yang curam hal ini untuk menghindari kecelakaan oleh sebab itu pengelola harus lebih meningkatkan lagi keamanan pada kawasan objek wisata baik keamanan alat transportasi maupun keamanan dilingkungan wisata.
67
Keamanan termasuk hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan, apabila keamanan sudah baik maka pengunjung yang datang ketempat objek wisata air terjun tujuh tingkat akan merasa nyaman dan tenang.
Tabel 5.18 : Tanggapan Responden tentang Kebersihan Lingkungan Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Sudah Baik No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
21
21 %
2
Setuju (S)
26
26 %
3
Netral (N)
18
18 %
4
Tidak Setuju (TS)
23
23 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
12
12 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.18
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa kebersihan lingkungan mempengaruhi kunjungan,
yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 21 orang (21%), yang menyatakan setuju 26 orang (26%), yang menyatakan netral 18 orang (18%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 23 orang (23%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 12 orang (12%). Pada waktu penulis mengunjungi tempat wisata air terjun tujuh tingkat, bersama dengan pengunjung lainnya banyak pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, karena tempat sampah yang disediakan oleh pengelola sangat minim sekali hanya ada 2 tempat sampah yang penulis ketahui yaitu pada tingkat pertama, tempat sampah yang berukuran lumayan besar yang dibangun dengan tembok permanen dengan ukuran 1x3 meter ditempat itulah sampah-
68
sampah dikumpulkan oleh pengelola kemudian dibakar, kemudian masih banyak pengunjung yang buang air kecil bukan pada tempatnya hal ini terjadi karena kurangnya MCK, kalaupun ada jaraknya sangat jauh dari jangkauan pengunjung, seharusnya MCK harus ada pada setiap tingkatnya. Kebersihan lingkungan objek wisata air terjun tujuh tingkat sangat mempengaruhi kunjungan, faktanya lingkungan sekitar objek wisata belum terjaga kebersihannya, ini dilihat dari banyaknya sampah yang bertebaran bekas makanan dan minuman yang dibuang sembarangan, dan masih banyak pengunjung yang buang air kecil bukan pada tempatnya.
Maka pengelola harus menjaga
lingkungan wisata agar tetap bersih dan asri karena kebersihan salah satu alasan untuk melakukan kunjungan kembali. Dapat diambil kesimpulan bahwa kebersihan lingkungan disekitar objek wisata air terjun tujuh tingkat belum begitu baik dan perlu perhatian pengelola dan dinas terkait, karena ini salah satu aset daerah yang bisa diandalkan.
Tabel 5.19 : Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel Pelayanan NO
Pertanyaan
Pelayanan pengelola sudah memuaskan.? Keramahtamahan 2 sudah memuaskan.? Keamanan 3 lingkungan baik.? Kebersihan 4 lingkungan baik.? Jumlah Persentase (%) Sumber : data olahan 1
Frekuensi S N
TS
STS
7
22
28
39
4
100
15
4
26
18
37
100
24
23
32
14
7
100
21 67 16,75
26 75 18,75
18 104 26,00
SS
23 12 94 60 23,50 15,00
Jumlah
100 400 100,00
69
Tabel 5.19 memperlihatkan bahwa mayoritas tanggapan responden yaitu sebesar 35,5% menyatakan sangat setuju dan setuju, dan 64,5% menyatakan netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan pada objek wisata air terjun tujuh tingkat kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat bahwa banyak pengunjung yang menyatakan tidak setuju bahwa pelayanan, keramahtamahan, keamanan dan kebersihan lingkungan pada kawasan objek wisata sudah memuaskan. Untuk lebih jelas berikut ini tabel Petugas Pelayanan yang ada pada Kawasan Objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi
Tabel 5.20 : Pelayanan No
Petugas Pelayanan
Jumlah
1
Penjaga parkir
2 orang
2
Pengemudi Boat
5 orang
3
Petugas/Pengelola/Karyawan objek wisata
7 orang
4
Petugas Kebersihan
4 orang
Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa pelayanan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi belum memuaskan dan dapat penulis simpulkan bahwa pelayanan merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi yang terletak di Desa Lubuk Ambacang yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu (tabel 1.1).
70
4.
Keragaman Budaya Lokal Nilai merupakan sebuah unsur yang penting dalam kebudayaan, nilai
membimbing manusia untuk menentukan apakah suatu itu boleh dilakukan atau tidak, budaya yang beranekaragam dengan nilai yang berbeda, keragaman budaya salah satu aset daerah yang banyak dimiliki oleh setiap daerah, baik budaya secara turun temurun maupun budaya yang datang dari luar oleh karenanya dalam variabel ini diwakili oleh empat pertanyaan sebagai berikut : Tabel 5.21 : Tanggapan Responden tentang Keragaman Budaya Masyarakat Lokal Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Menambah Minat Pengunjung Alternatif Jawaban
No
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
8
8%
2
Setuju (S)
18
18 %
3
Netral (N)
38
38 %
4
Tidak Setuju (TS)
31
31 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
5%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.21
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa keragaman budaya masyarakat lokal menambah minat pengunjung,
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 orang (8%), yang
menyatakan setuju 18 orang (18%), yang menyatakan netral 38 orang (38%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 31 orang (31%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5 orang (5%). Keragaman budaya lokal masyarakat setempat seperti hiburan rakyat berupa saluang, kayat dan tari-tarian tentang adat istiadat masyarakat setempat,
71
yang diperagakan masyarakat setempat pada waktu-waktu tertentu misalnya waktu menyambut datangnya bulan suci ramadhan yang dikenal dengan mandi balimau kasai, masyarakat menampilkan budaya tersebut pada iven-iven tertentu saja bukan setiap saat pengunjung datang. Itupun yang menyaksikan banyak dari masyarakat setempat bukan pengunjung wisatawan, karena pengunjung lebih memilih jalan-jalan menuju air terjun, keragaman budaya ini digelar di pasar Lubuk Ambacang bukan di kawasan air terjun tujuh tingkat yang berjarak 3 km dari kawasan wisata. Berarti keragaman budaya lokal tidak terlalu menambah minat pengunjung untuk melakukan kunjungan, berdasarkan fakta dilapangan kurangnya pengunjung yang menyaksikan budaya masayarakat lokal, pengunjung lebih memilih jalanjalan disekitar objek wisata air terjun tujuh tingkat, maka bisa dikatakan bahwa budaya masyarakat lokal tidak berpengaruh.
Tabel 5.22 : Tanggapan Responden tentang Seni & Budaya Masyarakat Lokal Pada Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Mempengaruhi Kunjungan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
2
2%
2
Setuju (S)
22
22 %
3
Netral (N)
48
48 %
4
Tidak Setuju (TS)
20
20 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
8
8%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian
72
Pada tabel
5.22
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa seni dan budaya masyarakat lokal mempengaruhi kunjungan, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 2 orang (2%), yang menyatakan setuju 22 orang (22%), yang menyatakan netral 48 orang (48%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak
20 orang (20%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 8 orang (8%). Pada waktu penulis berkunjung kekawasan objek wisata ini, Seni dan budaya masyarakat lokal yang diperagakan seperti hiburan rakyat, saluang dan adat istiadat setempat tidak memberikan kesan mendalam pada pengunjung yang datang, pengunjung hanya biasa saja tidak terlalu terpesona dengan seni dan budaya mereka, pengunjung lebih memilih menikmati indahnya air terjun tujuh tingkat tersebut. Dari sikap pengunjung bisa penulis ambil data bahwa pengunjung datang ketempat wisata itu hanya untuk menikmati indahnya alam yang masih asri, bukan karena pagelaran seni dan budaya masyarakat lokal, hal ini terbukti banyak pengunjung yang bersama penulis melanjutkan perjalanan menuju ketempat wisata dan jarang sekali pengunjung berlama-lama ditempat perayaan seni dan budaya tersebut. keragaman budaya salah satu aset daerah yang banyak dimiliki oleh setiap daerah, baik budaya secara turun temurun maupun budaya yang datang dari luar. Berarti dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa seni dan budaya masyarakat lokal tidak begitu berpengaruh terhadap jumlah kunjungan, karena
73
masih banyak pengunjung yang menyatakan ragu-ragu apakah seni dan budaya mempengaruhi atau tidak mempengaruhi jumlah kunjungan. Dengan demikian seni dan budaya masyarakat lokal tetap dilestarikan walaupun kenyataannya tidak terlalu berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang berada di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.
Tabel 5.23 : Tanggapan Responden tentang Tradisi Masyarakat Lokal Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Daya Tarik Wisatawan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
6
6%
2
Setuju (S)
7
7%
3
Netral (N)
51
51 %
4
Tidak Setuju (TS)
19
19 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
17
17 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.23
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa tradisi masyarakat lokal daya tarik wisatawan,
yang
menyatakan sangat setuju sebanyak 6 orang (6%), yang menyatakan setuju 7 orang (7%), yang menyatakan netral 51 orang (51%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak
19 orang (19%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 17 orang (17%). Dari pantauan penulis tradisi masyarakat lokal seperti mencari ikan secara bersama-sama di kawasan air terjun tujuh tingkat yang sering kita jumpai
74
disepanjang jalan aliran sungai ketika kita menaiki boat menuju kawasan objek wisata, banyak para ibu-ibu mencari udang dan ikan dengan peralatan yang tradisional,
bahkan ada juga dikawasan air terjun di aliran sungai banyak
masyarakat menyempatkan diri untuk mencari ikan, udang dan lainnya, akan tetapi hal ini tidak menjadi perhatian pengunjung yang datang, sebab banyak pengunjung asyik menikmati indahnya air terjun yang jatuh bagaikan bola-bola kristal yang jatuh dari langit. Dari jawaban diatas jelas bahwa tradisi masyarakat lokal tidak termasuk daya tarik wisatawan karena banyak wisatawan yang berkunjung keobjek wisata tersebut bukan karena tradisi masyarakat yang ada dilingkungan sekitarnya. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi masyarakat lokal tidak termasuk salah satu daya tarik wisatawan dan bukan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan yang ada pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat tersebut.
Tabel 5.24 : Tanggapan Responden tentang Kepercayaan Masyarakat Lokal Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
11
11 %
2
Setuju (S)
13
13 %
3
Netral (N)
47
47 %
4
Tidak Setuju (TS)
14
14 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
15
15 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian
75
Pada tabel
5.24
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa kepercayaan wisatawan,
masyarakat lokal mempengaruhi kunjungan
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 11 orang (11%), yang
menyatakan setuju 13 orang (13%), yang menyatakan netral 47 orang (47%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 14 orang (14%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 15 orang (15%). Ditinjau dari segi keyakinan dan kepercayaan masyarakat lokal, pada umumnya masyarakat lokal menganut 90% agama islam dan sebagian kecil agama kristen 10%, dan pada umunya wisatawan yang datang juga banyak yang beragama islam sehingga tempat ibadah yang dibangun hanya untuk umat muslim, akan tetapi hal ini tidak menjadi problema bagi pengunjung, dan pengunjung tidak banyak komentar tentang hal ini, terbukti bahwa banyak pengunjung yang menjawab netral kalau keyakinan dan kepercayaan itu tidak mempengaruhi kunjungan. Pada kawasan objek wisata ini masyarakat setempat meyakini bahwa tempat ini adalah tempat nenek moyang dulunya bermukim, sehingga tempat ini diyakini masyarakat sebagai tempat yang angker dan banyak mahluk halusnya, sebab pernah pengunjung kemasukan alam gaib dan tidak sadarkan diri, masyarakat setempat berharap setiap pengunjung tidak melakukan hal yang keji dan berbuat maksiat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Namun pengunjung hingga saat ini masih tetap mengunjungi dan tidak terpengaruh dengan keyakinan masyarakat setempat, dari sikap pengunjung yang penulis amati sepertinya pengunjung tidak takut dan terpengaruh dengan apa yang diyakini
76
masyarakat, karena masih banyak penulis jumpai pengunjung yang sedang asyik berduaan dan santai. Dari sikap tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kepercayaan masyarakat lokal tidak begitu mempengaruhi kunjungan wisatawan, karena sampai saat ini tempat wisata itu masih tetap dikunjungi.
Tabel 5.25 : Rekapitulasi Tanggapan Budaya Lokal NO
Pertanyaan
budaya lokal menambah minat pengunjung.? Seni & Budaya lokal 2 mempengaruhi kunjungan.? Tradisi lokal daya 3 tarik wisatawan.? Kepercayaan 4 mempengaruhi kunjungan.? Jumlah Persentase (%) Sumber : data olahan
Responden
Variabel
Keragaman
Frekuensi S N
TS
STS
8
18
38
31
5
100
2
22
48
20
8
100
6
7
51
19
17
100
11 27 6,76
13 60 15,00
47 184 46,00
14 84 21,00
15 45 11,25
100 400 100,00
SS
Jumlah
1
Tabel 5.25 memperlihatkan bahwa mayoritas tanggapan responden yaitu sebesar 21,75% menyatakan sangat setuju dan setuju, dan 78,25% menyatakan netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keragaman budaya lokal pada objek wisata air terjun tujuh tingkat tidak mempengaruhi kunjungan atau tidak ada pengaruhnya bagi wisatawan. Berarti wisatawan yang datang hanya ingin menikmati indahnya
77
suasana air terjun tujuh tingkat saja bukan karena keragaman budaya masyarakat lokal. Untuk lebih jelas berikut ini tabel Keragaman Budaya Lokal yang ada pada Kawasan Objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi
Tabel 5.26 : Keragaman Budaya Lokal No
Keragaman Budaya / Tradisi
1
Saluang / Kayat
2
Randai
3
Tari Betobo
4
Tari Mandi Balimau Kasai
5
Bersanji anak turun mandi
6
Suku Peliang / Comin
7
Suku Melayu
8
Suku Caniago
9
Suku Patopang
10
Mararuah ( Mencari Ikan)
11
Pacu Jalur
Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa keragaman budaya lokal pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi tidak terlalu berpengaruh dan dapat penulis simpulkan bahwa berkurangnya kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terjadi pada tahun 2008 (tabel 1.1) bukan disebabkan oleh keragaman budaya lokal.
78
5.
Sosial Ekonomi Masyarakat Kunjungan wisatawan tidak dapat dihentikan selagi objek yang
dikunjungi masih terbuka untuk umum, baik langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan dampak terhadap ekonomi baik positif maupun negatif, oleh karenanya dalam variabel ini diwakili empat pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 5.27 : Tanggapan Responden tentang Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Alternatif Jawaban
No
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
25
25 %
2
Setuju (S)
29
29 %
3
Netral (N)
26
26 %
4
Tidak Setuju (TS)
10
10 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
10
10 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.27
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa sosial ekonomi masyarakat lokal mempengaruhi kunjungan wisatawan,
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 25 orang (25%), yang
menyatakan setuju 29 orang (29%), yang menyatakan netral 26 orang (26%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 10 orang (10%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 10 orang (10%). Sosial ekonomi masyarakat lokal dikawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat mengecewakan pengunjung, karena banyak masyarakat lokal yang berdagang dan jualan mengambil keuntungan 2 kali lipat diatas standar harga, hal
79
ini dimaklumi bahwa tempat wisata ini jauh dan terpisah jauh dari pusat perdagangan, seharusnya masyarakat lokal menjual dengan harga standar saja agar pengunjung lebih berkesan untuk mengunjungi. Dari sikap masyarakat lokal tersebut jelas bahwa sosial ekonomi masyarakat lokal mempengaruhi kunjungan wistawan, berdasarkan fakta bahwa sosial ekonomi masyarakat lokal masih kurang, oleh karena itu sosial ekonomi masyarakat lebih ditingkatkan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa sosial ekonomi masyarakat benar mempengaruhi kunjungan wisatawan yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu.
Tabel 5.28 : Tanggapan Responden tentang Kunjungan Wisatawan Air Terjun Tujuh Tingkat Mempengaruhi Ekonomi Masyarakat Lokal No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
22
22 %
2
Setuju (S)
37
37 %
3
Netral (N)
15
15 %
4
Tidak Setuju (TS)
9
9%
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
17
17 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.28
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa kunjungan wisatawan mempengaruhi ekonomi masyarakat lokal,
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 22 orang (22%), yang
menyatakan setuju 37 orang (37%), yang menyatakan netral 15 orang (15%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 9 orang (9%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 17 orang (17%).
80
Suatu destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen sementara. Pengunjung datang kedaerah tersebut dalam jangka waktu tertentu, menggunakan sumber daya dan fasilitasnya dan biasanya mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan, dan kemudian meninggalkan tempat tersebut untuk kembali kerumah atau negaranya. Dengan adanya kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terletak di desa Lubuk Ambacang maka pengunjung akan datang untuk melihat indahnya suasana alam yang asri dikawasan tersebut, dengan banyaknya pengunjung maka perekonomian masyarakat lokal secara otomatis akan dipengaruhi, perekonomian masyarakat akan meningkat dari sebelumnya, perdagangan masyarakat lokal akan meningkat dan membawa dampak yang positif bagi perekonomian daerah setempat. Berarti dapat diambil kesimpulan bahwa kunjungan wisatawan sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat lokal, dengan adanya kunjungan wisatawan ekonomi masyarakat akan lebih meningkat.
Tabel5.29 : Tanggapan Responden tentang Keramahan Masyarakat Lokal Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Mempengaruhi Kunjungan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
15
15 %
2
Setuju (S)
39
39 %
3
Netral (N)
16
16 %
4
Tidak Setuju (TS)
15
15 %
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
15
15 %
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian
81
Pada tabel
5.29
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa keramahan masyarakat lokal
mempengaruhi
kunjungan,
yang menyatakan sangat setuju sebanyak 15 orang (15%), yang menyatakan setuju
39 orang (39%), yang menyatakan netral 16 orang (16%), yang
menyatakan tidak setuju sebanyak 15 orang (15%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 15 orang (15%). Gaya hidup masyarakat lokal mempengaruhi kunjungan wisatawan, pada waktu penulis mengunjungi banyak pemuda dan anak-anak remaja yang melayani dengan kurang sopan,. Apalagi pengunjung yang datang wanita dan remaja-remaja putri akan dirayu dan diganggu dengan sapaan bahasa-bahasa yang kurang sopan, sikap seperti ini menunjukkan bahwa keramahan masyarakat masih jauh dan kurang berkesan bagi pengunjung. Dari jawaban diatas terlihat jelas bahwa keramahan masyarakat setempat sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan, kunjungan wisatawan akan ramai apabila masyarakat setempat berbudi bahasa ramah dan sopan serta santun terhadap pengunjung yang datang ke kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat. Kenyataannya masih kurangnya keramahan masyarakat lokal dalam melayani pengunjung. Keramahan masyarakat lokal sangat besar pengaruhnya terhadap kunjungan, maka perlu terus menerus mengembangkan gaya hidup yang penuh keakraban, ramah dan sopan pada setiap pengunjung.
82
Tabel 5.30 : Tanggapan Responden tentang Kenyamanan dan Rasa Aman Pada Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat Mempengaruhi Wisatawan Untuk Melakukan Kunjungan No
Alternatif Jawaban
Frekwensi
Persentase (%)
1
Sangat Setuju (SS)
23
23 %
2
Setuju (S)
37
37 %
3
Netral (N)
28
28 %
4
Tidak Setuju (TS)
9
9%
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
3
3%
100
100 %
Jumlah Sumber : Data hasil olahan penelitian Pada tabel
5.30
diatas diketahui dari 100 orang Responden, yang
menyatakan bahwa kenyamanan dan rasa aman mempengaruhi wisatawan untuk melakukan kunjungan, yang menyatakan sangat setuju sebanyak 23 orang (23%), yang menyatakan setuju
37 orang (37%), yang menyatakan netral 28 orang
(28%), yang menyatakan tidak setuju sebanyak 9 orang (9%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang (3%). Setiap pengunjung yang datang kekawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat ini merasa nyaman dan kelelahan yang ada terasa hilang saat menyaksikan gemuruh air yang jatuh dari puncak ketinggian dan menikmati indahnya suasana alam yang masih asri, pengunjung merasa senang sesaat sampai dilokasi air terjun itu, akan tetapi pengunjung masih jauh dari rasa aman, pengunjung banyak yang takut menaiki tebing-tebing menuju tingkat yang lebih tinggi karena terlalu beresiko bagi pengunjung, pagar pembatas tebing sudah banyak yang dilanda lumpur dan sangat licin sekali, pengunjung banyak yang terpeleset saat mendaki,
83
meskipun anak tangga sudah dibangun anak tangga itu pun sudah dipenuhi dengan lumpur, Waktu penulis berkunjung kekawasan objek wisata dituruni hujan yang cukup deras sehingga debit air tinggi dan membawa lumpur-lumpur dari bukit kejalan dan anak-anak tangga tersebut, hal semacam ini jelas berpengaruh terhadap jumlah kunjungan, pengunjung seharusnya menikmati hingga ketingkat yang lebih tinggi akan tetapi banyak pengunjung yang bertahan dan memutuskan untuk tidak mendaki lagi, dengan demikian jelas rasa aman yang diberikan oleh pengelola masih belum maksimal dan jauh dari apa yang diharapakan oleh pengunjung. Berarti kenyamanan dan rasa aman pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat sangat berpengaruh besar terhadap kunjungan. Berdasarkan fakta yang ada kenyamanan pada objek wisata boleh dikategorikan memberikan kepuasan dan pengunjung merasa nyaman, akan tetapi rasa aman masih jauh dari yang diharapkan setiap pengunjung. Oleh karena itu perlu meningkatkan keamanan dan ketertiban pada objek wisata air terjun tujuh tingkat. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kunjungan wisatawan sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat lokal, dengan adanya rasa aman dan ketenangan secara tidak langsung kunjungan wisatawan ekonomi masyarakat akan lebih meningkat, hal ini terbukti pada perekonomian masyarakat setempat dimana masyarakat saat ini sudah bisa memberikan distribusi kepada Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.
84
Tabel 5.31 : Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat NO
Pertanyaan
Sosial ekonomi masyarakat 1 mempengaruhi kunjungan.? Kunjungan wisatawan 2 mempengaruhi ekonomi lokal.? Keramahan masyarakat lokal 3 mempengaruhi kunjungan.? Kenyamanan dan rasa aman 4 mempengaruhi wisatawan.? Jumlah Persentase (%) Sumber : data olahan
SS
Frekuensi S N
TS
STS
25
29
26
10
10
100
22
37
15
9
17
100
15
39
16
15
15
100
23 85 21,25
37 142 35,50
28 85 21,25
9 43 10,75
3 45 11,25
100 400 100,00
Jumlah
Tabel 5.31 memperlihatkan bahwa mayoritas tanggapan responden yaitu sebesar 56,75% menyatakan sangat setuju dan setuju, dan 43,25% menyatakan netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dari persentase tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi masyarakat pada objek wisata air terjun tujuh tingkat mempengaruhi kunjungan wisatawan. Dari data tabel-tabel diatas dapat dilihat bahwa sosial ekonomi masyarakat pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi sangat berpengaruh terhadap kunjungan dan dapat penulis simpulkan bahwa berkurangnya kunjungan wisatawan pada kawasan
85
objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terjadi pada tahun 2008 (tabel 1.1) disebabkan oleh salah satu faktor yaitu sosial ekonomi masyarakat. Untuk lebih jelas berikut ini tabel Sosial Ekonomi Masyarakat yang ada pada Kawasan Objek wisata air terjun tujuh tingkat di Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi
Tabel 5.32 : Sosial Ekonomi Masyarakat No
Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Mata pencaharian
1
-
Petani /Sawit/Karet
-
Pedagang
-
PNS
2
Hasil Panen terbesar Padi dengan hasil produksi 41.312,16 ton
3
Hasil Pertambangan terbesar Batubara dan Pasir Sungai Strata atau tingkatan masyarakat
4
-
Dubalang (pemegang tertinggi kekuasaan)
-
Penghulu
-
Datuk
-
Cucu Kemenakan
Bahasa dalam berinteraksi 5
-
Bahasa Daerah Kuansing
-
Bahasa Indonesia
-
Bahasa Minang Kabau
Jadi secara keseluruhan dapat penulis simpulkan bahwa dua variabel yaitu ciri khas lingkungan dan keragaman budaya lokal bukan merupakan faktor penyebab penurunan atau berfluktuasinya jumlah kunjungan yang terjadi pada
86
tahun 2008 yang lalu (tabel 1.1), akan tetapi ada tiga variabel yakni fasilitas atau sarana pendukung, pelayanan dan sosial ekonomi masyarakat yang merupakan faktor penyebab penurunan atau berfluktuasinya jumlah kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, dan diduga masih ada faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya penurunan / fluktuasi tersebut yang tidak penulis teliti.
5.3.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Mengembangkan Industri Pariwisata
Kuantan
Singingi
Dalam
Obyek wisata yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, tidak memiliki dana pengembangan obyek sehingga potensi wisata di daerah itu banyak terbengkalai, obyek wisata di Kuantan Singingi ada 20 lokasi yang layak dikembangkan sebagai lokasi wisata alam, sejarah dan budaya, akan tetapi Pemerintah tidak memiliki dana pengembangan obyek wisata Untuk pengembangan obyek wisata pihak pemerintah akan memfokuskan satu persatu pembenahan kawasan objek wisata di Kabupaten Kuantan Singingi Pemerintah sangat berperan penting dalam pengembangan industri pariwisata khususnya objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat, untuk mencapai kesuksesan dalam pembangunan pariwisata diperlukan pemahaman baik dari sisi pemerintah selaku regulator maupun pengusaha selaku pebisnis. Pemerintah tentu harus memperhatikan dan memastikan bahwa pembangunan pariwisata itu akan mampu memberikan keuntungan sekaligus menekan biaya sosial ekonomi serta dampak lingkungan sekecil mungkin.
87
Dilihat dari hasil penelitian diatas bahwa ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan yang mengakibatkan turunnya jumlah pengunjung atau berfluktuasinya jumlah wisatawan pada tahun 2008 yang lalu (table 1.1). factor –faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain, fasilitas atau sarana pendukung, pelayanan dan sosial ekonomi masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut jelas harus ada kebijakan dari pemerintah, kebijakan tersebut antara lain : 1.
Pemerintah perlu pengembangan dan penambahan fasilitas penunjang sarana dan prasarana yang sudah masuk dalam RAPBD Kuantan Singingi setiap tahunnya.
2.
Untuk pengembangan pihak pemerintah akan memfokuskan satu-persatu pembenahan mengingat banyaknya lokasi yang akan dikembangkan.
3.
Pemerintah terus akan mengusulkan kepada pemerintah provinsi agar dapat dianggarkan dana pembenahan obyek pariwisata. Karena pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi Riau telah menganggarkan sebesar Rp. 420 juta untuk pembenahan lokasi obyek wisata air terjun tujuh tingkat.
4.
Pemerintah tetap mempromosikan obyek wisata yang ada meskipun tidak memiliki anggaran untuk pengembangan.
Selain itu pelayanan pengelolah maupun sosial masyarakat lokal perlu ditingkatkan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan dan latihan
serta
peningkatan sumber daya manusia dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang professional untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja yang handal disektor
88
pariwisata yang gunanya untuk meningkatkan pelayanan dan sosial masyarakat karena berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Rencana strategis dari pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dalam mengembangkan industri pariwisata yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi sebagai berikut : 1.
agar terus menerus dilirik oleh pelanggan dimasa depan, pemerintah akan melakukan kerjasama dengan pengusaha selaku pebisnis dalam mengadakan suatu acara hiburan dan lain sebagainya.
2.
Akses transportasi kekawasan objek wisata termasuk kondisi infrastruktur pendukung akan lebih diprioritaskan.
Program pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dibidang pengembangan pariwisata sebagai berikut : 1.
akan mengembangkan struktur pariwisata tersebut seperti atraksi dan aktivitas lainnya, dibidang ekonomi.
2.
akan membuat strategi untuk meningkatkan keuntungan ekonomi dari kegiatan pariwisata.
3.
Dibidang budaya pemerintah akan memberikan evaluasi dampak sosial budaya pariwisata dan akan mencari cara untuk menurunkan atau mencegah dampak negatif tersebut dan mendorong kearah dampak positif.
4.
akan menjadikan daerah Kabupaten Kuantan Singingi sebagai daerah wisata karena daerah Kabupaten Kuantan Singingi sangat strategis geografis dan alamnya yang banyak memiliki tempat-tempat wisata.
89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan dan saran-saran yang mungkin dapat membantu perusahaan guna menghadapi dan memecahkan permasalahan dimasa yang akan datang. Adapun kesimpulan dan saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
6.1. Kesimpulan Wisatawan yang mengunjungi objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat selama lima tahun ini menunjukkan angka yang berfluktuatif. Maka pihak pengelola harus mampu merespon keadaan ini. Agar jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun semakin meningkat, maka dari itu diperlukan suatu metode dan konsep yang mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. 1.
Ciri khas lingkungan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang menarik minat pengunjung untuk berkunjung, hal ini terbukti setelah 100 orang responden mengisi jawaban dari kuisioner yang disebarkan, dengan demikian variabel ini berdampak (+) bagi pengunjung dan bukan salah satu faktor penyebab berkurangnya kunjungan wisatawan yang terjadi tahun 2008 (tabel 1.1)
2.
Fasilitas atau sarana pendukung pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat belum lengkap dan tidak mendukung, hal ini terbukti setelah 100
89
90
orang responden bersedia menjawab kuisioner yang disebarkan, hal ini berdampak (-) bagi pengunjung, berkurangnya / berfluktuasinya jumlah kunjungan pada tahun 2008 (tabel 1.1) disebabkan oleh faktor fasilitas atau sarana pendukung yang kurang memadai. 3.
Pelayanan pengelola kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat belum memuaskan, hal ini terbukti dari jawaban 100 orang responden yang bersedia untuk mengisi kuisioner yang penulis sebarkan, pelayanan ini berdampak (-) bagi pengunjung dan merupakan faktor penyebab turunnya jumlah pengunjung pada tahun 2008 (tabel 1.1)
4.
Keragaman budaya lokal pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat tidak berpengaruh terhadap pengunjung karena terbukti setelah 100 orang responden menjawab kuisioner yang disebarkan
ternyata keragaman
budaya lokal berdampak (+) bagi pengunjung, dengan demikian variabel ini bukan termasuk faktor penyebab berfluktuasinya jumlah wisatawan pada tahun 2008 (tabel 1.1) 5.
Sosial ekonomi masyarakat pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan hal ini dibuktikan dengan jawaban 100 orang responden yang bersedia menjawab kuisioner yang disebarkan, variabel ini memberikan dampak yang (-) terhadap pengunjung dan termasuk salah satu faktor penyebab berkurangnya jumlah kunjungan pada tahun 2008 (tabel 1.1).
90
91
Dari lima variabel yang penulis teliti, 3 variabel yang merupakan faktor penyebab berkurangnya / berfluktuasinya kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata air terjun tujuh tingkat yang terjadi pada tahun 2008.
6.2. Saran-Saran Untuk dapat meningkatkan kunjungan wisatawan pada kawasan objek wisata Air Terjun Tujuh Tingkat di Desa Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, maka penulis memberikan masukan dan solusi kepada pihak pengelola saran sebagai berikut : 1.
Untuk mempertahankan jumlah pengunjung, ciri khas lingkungan yang ada pada kawasan objek wisata seperti hutan lindung, flora dan fauna dan air bersih tetap dijaga dan dilestarikan jangan sampai merusak keunikan dan kealamian yang ada karena ini merupakan daya tarik tersendiri bagi objek wisata.
2.
Perlu pengembangan dan penambahan fasilitas penunjang sarana dan prasarana misalnya tempat bermain, tempat peristirahatan, tempat parkir, jalan menuju tingkat per tingkat, tempat ibadah serta MCK dan lain sebagainya.
3.
Pelayanan pengelolah maupun sosial masyarakat lokal perlu ditingkatkan karena berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.
4.
Keragaman budaya lokal terus dipertahankan untuk meningkatkan jumlah pengunjung pada kawasan objek wisata.
91
92
5.
Pihak pengelolah Dinas Pariwisata haruslah dapat mengukur dan mengetahui apa saja yang menjadi selera dan keinginan konsumen, kemudian perlu juga untuk meningkatkan promosinya baik melalui media cetak maupun elektronik, sebaiknya mengadakan kerja sama dengan pihak lain dalam mengadakan suatu acara hiburan dan lain sebagainya dengan tujuan menarik minat pengunjung.
92
DAFTAR PUSTAKA
Alo, liliweri, MS 2002, Makna budaya dan komunikasi antar budaya, PT.Lkisi Pelangi Aksara, Yogyakarta. Annastasia, Diana dan Fandi, Tjiptono, MS 2000, Prinsip dan Dinamika Pemasaran, Cetakan Pertama, penerbit J.J Learning, Yogyakarta. Assauri, Syofyan, 2002, Manajemen Pemasaran Dasar,Konsep dan Strategi, Edisi I, Cetakan ketujuh, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Aryanto, 2003, Pariwisata Indonesia, PT. Insan Gemilang, Surabaya. Buletin, 2003, Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, vol. 14 No. 1, Jakarta. Hurriyati, Ratih, 2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta, Bandung. Ismayanti, 2010, Pengantar Pariwisata, Jakarta, PT. Kompas Grasindo. Kasmir,SE.MM, 2001, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kotler, Philip, 2000, Manajemen pemasaran, Analisis. Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Alih Bahasa Hendra Teguh dan A. Rusli Ranny, Jilid 2, PT. Prenhalindo, Jakarta. Lamb, Hair, Mc Daniel, 2001, Pemasaran, Salemba Empat Jakarta. Lingga, Purnama, 2004, Strategi Marketing Plan, Gramedia, Jakarta. Lupiyoadi, Rahmat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek, Salemba Empat, Jakarta. Mulya, Deddy, MA 2006, Komunikasi antar Budaya, Jakarta. PT. Remaja rosda karya. Bandung. Navila Idea, 2010, Indonesia Unik, PT. Grasindo, Yogyakarta. Payne, Adrian, 2000, Pemasaran Jasa, Terjemahan Fandi Tjiptono, Arti dan Person Eduction Asia, Fte, Ltd.
Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Riau, 2002,tt. Himpunan Peraturan di bidang kepariwisataan, penerbit Dinas Pariwisata Propinsi Riau, Pekanbaru. Pitana, gde, Diatra, Surya Ketut, 2009, Pengantar Ilmu Pariwisata, Andi, Yogyakarta. Purnama, CM Lingga, 2002, Strategi Marketing Plan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rangkuti, Freddy, Jakarta.
2002,
Marketing Plan, PT.Gramedia Pustaka Utama,
Sihite, Richard, 2002, Tourm Industry, SIG, Surabaya. Soelaeman, Munandar, 2001, Ilmu Budaya Dasar, Rafika Aditama, Bandung. Suwardjoko, Warpani, 2007, Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah, PT. ITB Bandung, Bandung. Soekkarto, Soerjono, 2007, Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Yogyakarta. Swasta, Basu, 2000, Manajemen Penjualan, BPFE, Yogyakarta. Taufik, Amir, Muhammad, 2005, Dinamika Pemasaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yoeti, A Oka, 2000, Pemasaran Pariwisata, Edisi Revisi, Angkasa, Bandung.