PENGARUH DEVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING GROWTH, RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN CURRENT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014
VETTY IRMA JANUARISTY 110462201038 Pembimbing I Inge Lengga Sari Munthe, SE, M.Si, Ak, CA Pembimbing II Sri Ruwanti, SE, M.Sc
ABSTRAK
Vetty Irma Januaristy, 2016 : Pengaruh Devidend Payout Ratio, Earning Growth, Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Current Ratio Terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Periode 2010-2014 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Devidend payout ratio (DPR), Earning growth (EG), Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER),dan Current ratio (CR) terhadap Price earning ratio (PER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20102014. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014, sebanyak 144 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial DPR, EG, ROE, DER, dan CR berpengaruh signifikan terhadap PER, secara simultan DPR, EG, ROE, DER, dan CR berpengaruh signifikan terhadap PER.
Kata Kunci : Price earning ratio (PER), Devidend payout ratio (DPR), Earning growth (EG), Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), danCurrent ratio(CR).
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LatarBelakangMasalah Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternative bagi perusahaan. Perkembangan pasar modal dibanyak Negara termasuk Indonesia berhubungan erat dengan peranan penting pasar modal dalam perekonomian suatu Negara, hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal, para investor dapat melakukan investasi pada banyak pilihan investasi, sesuai dengan kemampuan menganalisa dan keberanian mengambil risiko dimana para investor akan selalu memaksimalkan return yang dikombinasikan dengan resiko tertentu dalam setiap keputusan investasinya. Menurut Sunariyan (2004) dalam Damasita (2011), rasio yang sering digunakan dalam analisis saham adalah price earning ratio (PER). Pendekatan ini paling banyak digunakan oleh pemodal dan analisis sekutitas. Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba per saham yang akan datang. Bagi investor semakin tinggi price earning ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Fahmi, 2012:138). Menurut Sartono (2001:106) dalam Anggraini (2011), PER diartikan sebagai indikator Kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal menaruh perhatian terhadap pendekatan PER tersebut. Price earning ratio yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa yang akan datang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Semakin tingi harga saham maka PER juga akan semakintinggi, sebaliknya jika harga saham semakin rendah maka PER juga akan semakin rendah. Devidend payout ratio (DPR) merupakan bagian lababersih perusahaan yang dibagikan kepada shareholder (pemilik modal) sebagai deviden. Pemodal lain mengharapkan capital gain juga mengharapkan deviden. Oleh sebab itu perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan akan melakukan pembagian deviden untuk pemodalnya. Pemilik modal memandang deviden sebagai sinyal kemampuan perusahaan meningkatkan pendapatan (Hasanah, 2009).
Menurut Harahap (2010:309), Earning growth merupakan rasio yang menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Earning growth berpengaruh langsung terhadap Price earning ratio, bila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa mendatang. Maka peningkatan laba akan meningkat harga saham dan total kapitalisasi saham. Return on equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga Return on equity ini ada yang menyebutnya Rentabilitas modal sendiri. Return on equity disebut juga dengan laba equity. Return on equity (ROE) menunjukkan besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk setiap ekuitas. Adanya pertumbuhan ROE diharapkan terjadi kenaikan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar dimana hal tersebut dapat mempengaruhi PER. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumberdaya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2012:137). Debt to equity menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang yang ada dengan modal ekuitas yang ada. Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2013:13). Jika Debt to equity ratio semakin meningkat maka menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat. Maka dengan meningkatnya Debt to equity ratio maka semakin besar pula yang dibebankan kepada pihak luar akan semakin meningkat juga. Menurut Anggraini (2012), tingkat Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri. Current ratio adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek (atau utang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial danPurba, 2013:137). Semakin tinggi current ratio semakin baik untuk menutupi kewajiban lancar, dan kalau current ratio itu semakin tinggi maka tidak baik Karena perusahaan tidak dapat mengelola aktiva lancer dengan baik. Menurut Anggraini (2012) current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditur jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya, namun semakin besar current ratio mencerminkan likuiditas perusahaan semakin tinggi Karena perusahaan mempunyai kemampuan membayar yang besar sehingga mampu memenuhi semua kewajiban finansialnya. Berhubungan dengan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang โPengaruhDevidend Payout Ratio, Earning Growth, Return On Equity, Debt To Equity Ratio dan Current Ratio Terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2014โ. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh devidend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio dan Current ratio
terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan variabel bebas yaitu devidend payout ratio (X1), earning growth (X2), return on equity (X3), debt to equity ratio (X4)danCurrent ratio (X5). Variabel terikat (dependend variabel) yaitu price earnig ratio. 1.2 PerumusanMasalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ? 2. Apakah Earning Growth berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ? 3. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ? 4. Apakah Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ? 5. Apakah Current ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20102014? 6. Apakah Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio,danCurrent ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 ? 1.3 TujuanPenelitian Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesiaperiode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh Earning Growth terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 20102014. 3. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesiaperiode 20102014. 4. UntukmengetahuipengaruhDebt To Equity RatioterhadapPrice Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa EfekIndonesia periode 20102014. 5. UntukmengetahuipengaruhCurrent ratioterhadapPrice Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesiaperiode 2010-2014.
6.
Untuk mengetahui pengaruh Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio terhadap Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan akan meningkat. 2. Bagi emiten, penelitian ini untuk memberi gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) karena sangat berpengaruh pada perusahaan untuk membeli saham di BEI. 3. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat bagi kita karena menambah ilmu serta meningkatkan pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER) dan sebagai bahan tambahan referensi untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini akan disajikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, Tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, Kerangka pemikiran, Hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan tentang variabel penelitian, populasi dan Sampel, jenis dan data yang diperlukan serta metode pengumpulan Data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, serta Inteprestasi hasil. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran serta keterbatasan penulis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 KajianPustaka 2.1.1 Price Earning Ratio ( PER ) Price Earning Ratio adalah salah satu dasar dalam analisis fundamental dan sering digunakan dalam analisis saham. Price Earning Ratio juga dikenal dalam indikator yang terpenting di dalam pasar modal. Menurut Lusiana (2010) PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa yang akan datang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Menurut Husnan (2001) dalam Damasita (2011), ada tiga komponen yang mempengaruhi laba bagi perusahaan besar/kecilnya PER antara lain: 1. Dividend payout ratio, menunjukkan besarnya dividend yang akan dibayarkan perusahaan kepada investor dari earning yang diperoleh,
dengan kata lain DPR merupakan perbandingan antara dividend yang dibayarkan perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan. 2. Tingkat return yang disyaratkan, yang merupakan tingkat return yang syaratkan investor atas suatu saham sebagai kompensasi atas resiko yang harus ditanggung investor. 3. Tingkat pertumbuhan dividend yang diharapkan, merupakan fungsi dari besarnya ROE dan tingkat laba. Penilaian saham dengan modal price earning ratio ini lebih sering digunakan oleh investor dari pada penggunaan atas dividend, karena modal PER nampaknya lebih mudah dipergunakan dari pada model PER nampaknya lebih mudah dipergunakan daripada model beradasarkan atas dividend. Menurut Tjiptono (2001) dalam Ratih (2010), price earning ratio dapat digunakan sebagai berikut: 1. Menentukan nilai pasar saham yang akan diharapkan 2. Menentukan nilai pasar saham yang akan datang 3. Menentukan tingkat kapitalisasi saham
Kenaikan price earning ratio disebabkan karena adanya harga saham yang naikdan laba perlembar saham yang tetap, sedangkan penurunanprice earning ratio disebabkan karena adanya harga saham yang turun dan laba per lembar saham turun. Menurut Lusiana (2010), price earning ratio (PER) digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa depan dari suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang. Rumus yang akan digunakan untuk mengukur Price earning ratio (Fahmi, 20112:138) adalah sebagai berikut: ๐ฏ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ท๐ฌ๐น = ๐ณ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ Dimana menurut Fahmi (2012:138), untuk mengukur laba perlembar saham adalah sebagai berikut:
๐ฌ๐ท๐บ =
๐ณ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ฑ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐๐
2.1.2 Devidend Payout Ratio ( DPR ) Devidend Payout Ratio merupakan bagian laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada shareholder (pemilik modal) sebagai deviden. Pemodal lain mengharapkan capital gain juga mengharapkan deviden. Oleh sebab itu perusahaan yang sahmnya aktif diperdagangkan akan melakukan pembagian deviden untuk pemodalnya. Pemilik modal memandang deviden sebagai sinyal kemampuan perusahaan meningkatkan pendapatan.Deviden merupakan aliran kas yang dibayarkan para pemegang saham. Menurut Husnan (2001) dalam Damasita (2011), kebijakan dividend menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pendapat tentang dividend dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. 2. 3.
Pendapat yang menginginkan deviden dibagikan sebesar-besarnya Pendapat yang mengatakan bahwa kebijakan deviden tidak relevan Pendapat yang mengatakan bahwa perusahaan seharusnya justru membagikan deviden sekecil mungkin.
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:321), pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba (yaitu laba ditahan) atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen memiliki jenis sebagai berikut: 1. Dividen tunai 2. Dividen property 3. Dividen likuidasi 4. Dividen saham
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2008), rumus yang digunakan untuk mengukur dividend payout ratio adalah sebagai berikut: ๐ซ๐๐๐๐
๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐๐
๐๐๐
๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ = ๐ณ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ 2.1.3 Earning Growth Menurut Harahap (2010:309) Earning growth merupakan rasio yang menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Suatu perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba yang semaksimal mungkin dari operasional perusahaannya, karena laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajemen dan operasional suatu perusahaan.Laba merupakan pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya yang terjadi. Semakin tinggi laba bersih, akan berpengaruh terhadap besarnya Earning per share yang menunjukkan profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitasyang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, yang berbuah kepercayaan investor kepada perusahaan sehingga harga saham akan naik. Jika laba menurun maka akan berdampak buruk terhadap Price earning ratio, bila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa mendatang maka peningkatan laba akan meningkat harga saham dan total kapitalisasi saham. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Earning growth menurut Usman (2001) dalam Saputra (2010), sebagai berikut : ๐ฌ๐ฎ =
๐ฌ๐ท๐บ๐ โ ๐ฌ๐ท๐บ๐ โ ๐ ๐ฌ๐ท๐บ๐ โ ๐
Keterangan: Epst :laba per lembar saham tahun sekarang Epst-1: laba perlembar saham tahun sebelum 2.1.4 Return On Equity ( ROE ) Menurut Hanafi dan Halim (2009:178) Return On Equity adalah kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa. Menurut Sutrisno dalam Saputra (2010), Return on equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga Return on equity ini ada yang menyebutnya Rentabilitas modal sendiri. Return on equity mampu menghasilkan laba dari perusahaan, laba yang diperoleh perusahaan pertama dipakai untuk membayar bunga hutang, kemudian saham preferens, baru kemudian diberikan ke pemegang saham biasa. Menurut Fahmi (2012:137) ROE adalah rasio sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Return on equity merupakan salah satu profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba setelah pajak dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin besar nilai Return on equity maka perusahaan belum tentu
dianggap semakin menguntungkan, sehingga perusahaan yang memiliki Profitable investment opportunities (peluang investasi yang menguntungkan) yang bagus belum tentu akan memberikan reward (penghargaan) berupa PER yang tinggi.Return on equity merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan investasi. Dalam Return on equityakan ditemukan tiga hal yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitability), efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (Asset Management), dan hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (Financial Leverage) Rumus yang digunakan untuk mengukur ROE menurut Fahmi (2012:137), sebagai berikut: ๐น๐๐๐๐๐ ๐ถ๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐ =
๐ฌ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐๐โฒ ๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐
Keterangan : Shareholderโs Equity : Modal Sendiri 2.1.5 Debt To EquityRatio (DER) Debt to equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang Anggaraini (2013).DER menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang yang ada dengan modal ekuitas yang ada.Menurut Sawir (2013:13), adalah rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan dan menunjukkan kemampuan seluruh kewajibannya. Jika DER semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk, sebaliknya semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat dan mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan tersebut. Semakin besar nilai Debt To Equity Ratio menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang realtif terhadap ekuitas. Meningkatnya hutang berarti resiko yang dihadapi akan semakin meningkat, sehingga kepercayaan pasar berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan mengakibatkan PER semakin kecil. Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Aji (2012) sebuah perusahaan yang menggunakan pendanaan melalui utang memiliki tiga implikasi penting yaitu : 1. Dengan memperoleh dana melalui utang para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka dengan perusahaan yang sekaligus membatasi investasinya yang telah diberikan oleh pihak perusahaan yang akan mereka berikan. 2. Kreditur akan melihat kepada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah suatu modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka akan semakin kecil resiko yang akan dihadapi oleh pemegang saham, maka akan semakin kecil resiko yang akan dihadapi oleh kreditur.
3.
Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang akan dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemiliki akan diperbesar. Rumus yang digunakan untuk mengukur DER Menurut Fahmi (2012:128) adalah sebagai berikut: ๐ป๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐ ๐ป๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐ = ๐ป๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐๐โฒ ๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐ 2.1.6 Current Ratio Current ratio adalah merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek (atau utang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial dan Purba, 2013:37). Menurut Darsono dan Ashari (2005) dalam Aji (2012), semakin tinggi rasio lancar, kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar, tetapi Current ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur, sehingga mengurangi tingkat laba/profitabilitas perusahaan, karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan masa mendatang maka penurunan laba perusahaan berakibat PER juga turun. Menurut Subramanyam dan Wild (2011:243-244) dijelaskan alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur : 1. Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. makin tinggi jumlah (kelipatan) aset terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. 2. Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risikonya.Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada aset tersebut dilepas atau dilikuitditasi. 3. Cadangan dana lancar Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.Ketidakpastian dan kejutan seperti pemogokan dan kerugian luar biasa dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Current ratio adalah sebagai berikut (Fahmi,2012:121) :
๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐ =
๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐จ๐๐๐๐
๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
BAB III 3.1
METODELOGI PENELITIAN Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam rangka untuk mengetahui pengaruh devidend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio dan current ratio terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014, maka objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia dan berkaitan langsungdengan perusahaan manufaktur yang berupa data laporan keuangan (annual report) tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia. 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel adalah suatu konsep yang beragam atau bervariasi. Variabel dibedakan adalah sebagai berikut: 1. Variabel dependen (y) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain (independen).Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah price earning ratio (PER). Price earning ratio adalah perbandingan antara harga per lembar saham dengan laba per lembar saham (Earning Per share). Adapun rumus yang digunakan dalam mengukur price earning ratio adalah sebagai berikut (Fahmi,2012:138):
๐ท๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ =
๐ฏ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
Dimana menurut Fahmi (2012:138), untuk mengukur laba per lembar saham adalah sebagaiberikut: ๐ฌ๐ท๐บ =
๐ณ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐
๐๐
2.
Variabel Independen (X) Variabel bebas adalah variabel yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio. a. Devidend Payout Ratio (DER) Dividend payout ratio (DPR) merupakan laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada shareholder (pemilik modal) sebagai deviden. Pemodal lain mengharapkan capital gain juga mengharapkan deviden. Oleh sebab ituperusahaan yang sahamnya aktif di perdagangkan akan melakukan pembagian deviden untuk pemodalnya. Pemilik modal memandang deviden sebagai sinyal kemampuan perusahaan meningkatkan pendapatan (Hasanah,2009). Adapun rumus dividend payout ratio Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2008) adalah sebagaiberikut:
๐ซ๐๐๐๐
๐๐๐
๐ท๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐ =
๐ซ๐๐๐๐
๐๐ ๐ป๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐ ๐ฉ๐๐๐๐๐
b.
Earning Growth (pertumbuhan laba) Menurut Harahap (2010:309), Earning growth merupakan rasio yang menggambarkan persentase pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Suatu perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin dari operasional perusahaannya, karena laba merupakan salah satu indikator utama bagi keberhasilan manajamen dan operasional suatu perusahaan. Menurutusman (2001) dalam Saputra (2010), Earning growth dapat dirumuskan sebagai berikut: ๐ฌ๐ฎ =
๐ฌ๐ท๐บ๐ โ ๐ฌ๐ท๐บ๐ โ ๐ ๐ฌ๐ท๐บ ๐ โ ๐
c.
Return On Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2009:178), Return on equity adalah kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa. Menurut Sartono (2000:197) dalam Saputra (2010), Return on equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga return on equity ini ada yang menyebutnya Rentabilitas modal sendiri. Adapun rumus untuk mengukur return on equity (Fahmi, 2012:137) adalah sebagaiberikut: ๐ฌ๐๐๐๐๐๐ ๐จ๐๐๐๐ ๐ป๐๐ (๐๐๐) ๐น๐๐๐๐๐ ๐ถ๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐ = ๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐๐โฒ ๐ ๐๐๐๐๐๐ d.
Debt To EquityRatio (DER) Debt to equity ratio menggambarkan tentang rasio keuangan perusahaan untuk membayar kembali hutang yang ada dengan modal ekuitas yang ada. Debt to equity ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rumus yang digunakan untuk mengukur debt to equity ratio sebagai berikut (Fahmi,2012:182) : ๐ป๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ซ๐๐๐ ๐ป๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐ = ๐ป๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐๐โฒ๐ ๐ฌ๐๐๐๐๐ e.
Current Ratio Current ratio adalah merupakan rasio likuiditas, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek (atau utang lancar) pada saatjatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial dan Purba, 2013:37). Menurut Darsono dan Ashari (2005) dalam Aji (2012) semakin tinggi rasio lancar , kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar, tetapi current ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur, sehingga akan mengurangi tingkat laba/profitabilitas, karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan masa mendatang maka penurunan laba perusahaan akan berakibat PER juga turun. Adapun Rumus yang digunakan untuk mengukur Current ratio (Fahmi,2012:121) adalah sebagai berikut:
๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐น๐๐๐๐ =
๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐จ๐๐๐๐ ๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐
3.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukakan dengan dokumentasi dari perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan yang terdaftar di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Ada dua metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Teknik Dokumentasi Mengumpulkan laporan keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai data yang di dapat melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). 2. Teknik Pustaka Membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan dengan price earning ratio. 3.4 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah populasi penelitian adalah 144 perusahaan. Metoda pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling method.
3.4.2
Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Menurut Sugiyono (2007:73) sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sampel harus bersifat respresentatif yang dapat menggambarkan secara keseluruhan populasi dalam penelitian dan bertujuan untuk mempermudah penelitian tersebut.Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang selalu menyajikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel digunakan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2010-2014. 2. Perusahaan tidak membagikan dividen secara berturut-turut dari tahun 20102014. 3. Perusahaan pernah mengalami kerugian selama periode 2010-2014. www.idx.co.id 3. 5
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumber datanya diperoleh dari Bursa Efek Indonesia terutama trable trading dan
financial ratios untuk bulanDesember 2010 sampai dengan 2014 secara tahunan. Data yang diambil berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan keuangan atas laba-rugi, neraca atas laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) melalui situs homepage www.idx.co.id. 3.6 MetodeAnalisis Tujuan penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan variabel dependen dan variabel indepen dan secara menyeluruh baik secara parsial maupun secara simultan. Dalam penggunaan regresi berganda ini, pengujian hipotesis harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi klasik ini dikarenakan agar variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias. 3.6.1 Uji Asumsi Klasik Karena data yang digunakan data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji multikoleniaritas yang secara rinci dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas MenurutPriyatno (2011:277), Uji normalitas pada model regresi digunakan adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Jadi dalam hal ini yang di uji normalitas bukan dilakukan pada masingmasing variabel independen dan dependen tetapi pada nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Dalam pengujian model regresi terdapat dua cara, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji one sample kolmogrof-smirnov. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan nilai signifikan residual. jika signifikansi lebihdari 0,05 maka residual terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikoleniaritas Menurut Ghozali (2006:91), Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen.Untuk melihat adanya atau terjadinya multikolnieritas atau tidak dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai inflation factor (VIF), dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika nilai tolerance < 0,10 maka terjadi multikolonieritas, sebaliknya nilai tolerance > 0,10 data bebas dari multikolonieritas. b. Jika nilai variance inflation factor (VIF) < 10 maka data bebas dari multikolonieritas. 1. Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2013:139), Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda heteroskedastisitas. Kebanyakan homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas : a. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi โ Y sesungguhnya) yang telah di โstudentized. 2. UjiAutokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mencari tahu, apakah kesalahan (errors) suatu data pada period tertentu berkorelasi dengan periode lainnya. Cara untuk mengetahui apakah mengalami autokorelasi adalah dengan mengecek nilai Durbin-Watson (DW). Syarat tidak terjadi autokorelasi adalah 1
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel dependen. Regresi digunakan untuk mengetahui apakah faktor dividend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio, dan current ratio berpengaruh terhadap price earning ratio. Adapun model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan : Y = PriceEarning Ratio A = Konstanta X1 = Devidend payout ratio X2 = Earning growth X3 = Return on equity X4 = Debt to equity ratio X5 = Current ratio B1,B2,B3,B4,B5 = KoefisienRegresi e = Error 3.6.3
Pengujian Hipotesis Adapun pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Uji F (Simultan) Menurut Imam Ghozali (2006) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan uji statistic F : a. Taraf signifikan๐ผ = 0,05 b. Kriteria pengujian dimana Ha diterima apabila p value < ๐ผ dan Ha ditolak apabila p value >๐ผ 2. Uji T (Parsial) Menurut Imam Ghozali (2006) ujistatistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (๐ผ=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria : a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. b. Jika nilai signifikan โค 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 3. Koefisien Determinasi Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda masing-masing variabel yaitu devidend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio, dan Current ratio secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu price earning ratio (PER) yang dinyatakan dengan R2 untuk mengetahui koefisien determinasi atau seberapa besar pengaruh terhadap price earning ratio. Determinasi dimaksudkan untuk mengetahui persentase variabel bebas terhadap variabel terikat yang sudah di uji dengan analisis korelasi dengan menggunakan persen (%). Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan persentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Unit Analisis / Observasi
Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini untuk menjelaskan karakteristik sampel terutama mencakup nilai rata-rata (mean), nilai ekstrimnya, nilai minimum dan nilai maksimum, serta standar deviasi. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi price earning ratio, dividend payout ratio, earning growth, return on equity, debt to equity ratio,dancurrent ratio, maka akan dapat diketahui nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean )dan standar deviasi dari setiap variabel. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Minimum Maximum
N PER DPR EG ROE DER CR Valid N (listwise)
45 45 45 45 45 45 45
.5490 .0095 -.6516 .0171 .0002 .2583
69.4700 1.7715 5.1429 2.3849 1.9736 18.7538
Mean 17.517123 .377973 .342348 .263305 .610263 3.527526
Std. Deviation 14.8756310 .3059195 1.0511090 .3389792 .4693491 3.2210312
Sumber : Data OlahanSPSS 21 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa : 1. Nilai minimum untuk variabel price earning ratio adalah 0,5490 dan nilai maksimumnya 69,4700. Rata-rata variabel price earning ratio adalah 17,517123 dan standar deviasinya adalah 14,8756310. 2. Nilai minimum untuk variabel dividend payout ratio adalah 0,0095 dan nilai maksimumnya 1,7715. Rata-rata variabel dividend payout ratio adalah 0,377973 dan standar deviasinya adalah 0,3059195. 3. Nilai minimum untuk variabel earning growth adalah -0,6516 dan nilai maksimumnya 5,1429. Rata-rata variabel earning growth adalah 0,342348 dan standar deviasinya adalah 1,0511090.
4. Nilai minimum untuk variabel return on equity adalah 0,0171 dan nilai maksimumnya 2,3849. Rata-rata variabel return on equity adalah 0,263305 dan standar deviasinya adalah 0,3389792. 5.
Nilai minimum untuk variabel debt to equity ratio adalah 0,0002 dan nilai maksimumnya 1,9736. Rata-rata variabel debt to equity ratio adalah 0,610263 dan standar deviasinya adalah 0,4693491.
6. Nilai minimum untuk variabel current ratio adalah 0,2583 dan nilai maksimumnya adalah 18,7538. Rata-rata variabel current ratio adalah 3,527526 dan standar deviasinya adalah 3,2210312.
4.2 1.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Uji Normalitas Menurut Priyatno (2011:277), uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. jadi dalam hal ini yang di uji normalitas bukan masing-masing variabel independen dan dependen tetapi juga nilai residual yang dihasilkan dari model regresi. Dalam pengujian model regresi terdapat dua cara, namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji one sample kolmogrof-smirnov. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan nilai signifikan residual. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka residual terdistribusi secara normal. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Mean .0000000 a,b Normal Parameters Std. Deviation 12.12110347 Absolute .145 Most Extreme Differences Positive .145 Negative -.129 Kolmogorov-Smirnov Z .974 Asymp. Sig. (2-tailed) .299 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber :Data
Olahan SPSS 21 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai terdistribusi secara normal dengan nilai signifikansi 0,299 > 0,05. Sehingga membuktikan bahwa analisis data dapat dilanjutkan karena residual telah terdistribusi secara normal. Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan grafik P-P Plot
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 Dari gambar 4.1 grafik normal P-P Plot diatas, dapat diketahui bahwa data ditunjukkan berupa titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian berdasarkan gambar P-P Plot diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2006:91), Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat adanya atau terjadinya multikolnieritas atau tidak dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai inflation factor (VIF), dengan ketentuan sebagai berikut: 3. Jika nilai tolerance < 0,10 maka terjadi multikolonieritas, sebaliknya nilai tolerance > 0,10 data bebas dari multikolonieritas. 4. Jika nilai variance inflation factor (VIF) < 10 maka data bebas dari multikolonieritas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
a
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant 7.325 ) DPR 21.716 EG 6.197 1 ROE .487 DER 2.112 CR -.441 a. Dependent Variable: PER
5.052 7.529 1.986 5.772 4.556 .625
.447 .438 .011 .067 -.095
1.450
.155
2.884 3.120 .084 .464 -.705
.006 .003 .933 .645 .485
.710 .864 .984 .824 .928
1.408 1.157 1.016 1.214 1.077
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel DPR dengan nilai tolerance 0,710 dan nilai VIF 1,408. Variabel EG dengan nilai tolerance 0,864 dan nilai VIF 1,157. Variabel ROE dengan nilai tolerance 0,984 dan nilai VIF 1,016. Variabel DER dengan nilai tolerance 0,824 dan nilai VIF 1,214. Variabel CR dengan nilai tolerance 0,928 dan nilai VIF 1,077.Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keseluruhan variabel tidak terjadi multikolinearitas karena masing-masing variabel nilai tolerance kurang dari 1 dan nilai VIF kurang dari 10. 3. UjiAutokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk mencari tahu, apakah kesalahan (errors) suatu data pada period tertentu berkorelasi dengan periode lainnya. Cara untuk mengetahui apakah mengalami autokrelasi adalah dengan mengecek nilai Durbin-Watson (DW). Syarat tidak terjadi autokorelasi adalah 1
Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 .580 .336 .251 12.87467 a. Predictors: (Constant), CR, ROE, EG, DER, DPR b. Dependent Variable: PER
Durbin-Watson 2.016
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai uji Durbin-Watson adalah 2,016. Angka ini lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3. Secara ringkas = 1<2,016<3. Karena DW berada diantara dua angka batasan autokorelasi, maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. 4. Uji Heterokedastisitas Menurut Ghozali (2013:139), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda heteroskedastisitas.
Kebanyakan homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas : a. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residual SRESID. Deteksi ada atu tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di โstudentized.
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Rhoโs Correlations Unstandardize DPR EG d Residual Unstan dardiz ed Residu al
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
ROE
DER
CR
1.000
.215
-.105
.162
-.123
.169
. 45
.156 45
.493 45
.288 45
.421 45
.266 45
Correlation .215 Coefficient DPR Sig. (2-tailed) .156 N 45 Correlation -.105 Coefficient EG Sig. (2-tailed) .493 Spearma N 45 n's rho Correlation .162 Coefficient ROE Sig. (2-tailed) .288 N 45 Correlation -.123 Coefficient DER Sig. (2-tailed) .421 N 45 Correlation .169 Coefficient CR Sig. (2-tailed) .266 N 45 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1.000
-.603
**
-.243
.238
-.347
. 45 ** -.603
.000 45 1.000
.108 45 ** .511
.115 45 -.212
.019 45 .059
.000 45 -.243
. 45 ** .511
.000 45 1.000
.161 45 -.250
.701 45 .127
.108 45 .238
.000 45 -.212
. 45 -.250
.097 45 1.000
.407 45 -.241
.115 45 * -.347
.161 45 .059
.097 45 .127
. 45 -.241
.111 45 1.000
.019 45
.701 45
.407 45
.111 45
. 45
N
Sumber : Data Olahan SPSS 21
*
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada variabel independen DPR adalah 0,156. Variabel independenEG adalah 0,493. Variabel ROE adalah 0,288. Variabel independen DER adalah 0,421. Variabel independen CR adalah 0,266. Maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dikarenakan masingmasing variabel independen nilai signifikansinya > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan data bebas dari masalah heteroskedastisitas. Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Sumber : Data Olahan SPSS 21 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titi-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga modl regresi layak dipakai untuk memprediksi PER keluarga berdasarkan masukan variabel independen DPR, EG, ROE, DER, CR. 4.2.1
Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio terhadap Price earning ratio di BEI adalahsebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Consta 7.325 5.052 nt) DPR 21.716 7.529 EG 6.197 1.986 1 ROE .487 5.772 DER 2.112 4.556 CR -.441 .625 a. Dependent Variable: PER
Standardized Coefficients Beta
.447 .438 .011 .067 -.095
Sumber: Data Olahan SPSS 21.0
Dari tabel diatas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Devidend payout ratio,Earning growth,Return on equity,Debt to equity ratio, dan Current ratio terhadap Price earning ratio sebagai berikut : Y = 7,325 + 21,716 X1 + 6,197 X2 + 0,487 X3 + 2,112 X4 - 0,441 X5 a. Berdasarkan persamaan regresi diatas, nilai konstanta jika variabel independen bernilai nol maka variabel dependen Y (Price earning ratio)adalah sebesar 7,325 atau apabila tidak terdapat pengaruh dari variabel independen atau jika x1,x2,x3,x4,x5 = 0, maka nilai variabel dependen Y (Price earning ratio) adalah 7,325. b. Koefisien regresi untuk Devidend payout ratio Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabelDevidend payout ratio adalah 21,716. Nilai Devidend payout ratio yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap kenaikan Devidend payout ratio sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai Price earning ratio sebesar 21,716 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. c. Koefisien regresi untuk Earning growth Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabel Earning growth adalah 6,197. Nilai Earning growth yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap kenaikan Earning growth sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai Price earning ratio sebesar 6,197 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. d. Koefisien untuk Return on equity Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabel Return on equity adalah 0,487. Nilai Return on equity yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap
e.
f.
4.2.2
kenaikan Return on equity sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai Return on equity sebesar 0,487 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Koefisien untuk Debt to equity ratio Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabelDebt to equity ratio adalah 2,112. Nilai Debt to equity yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap kenaikan Debt to equity ratio sebesar 1 satuan, maka akan menaikkan nilai Debt to equity ratio sebesar 2,112 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Koefisien untuk Current ratio Berdasarkan tabel 4.6 nilai koefisien regresi untuk variabel Current ratio adalah -0,441. Nilai Current ratio yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang tidak searah dengan Price earning ratio yang artinya jika setiap kenaikan Current ratio sebesar 1 satuan, maka akan menurunkan nilai Price earning ratio sebesar 0,441 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) Menurut Imam Ghozali (2006), Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05(ฮฑ = 5 %). Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B 7.325
Std. Error 5.052
DPR 21.716 EG 6.197 1 ROE .487 DER 2.112 CR -.441 a. Dependent Variable: PER
7.529 1.986 5.772 4.556 .625
(Constant)
Sumber : Data Olahan SPSS 21
a
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .447 .438 .011 .067 -.095
1.450
.155
2.884 3.120 .084 .464 -.705
.006 .003 .933 .645 .485
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial DPRmemiliki nilai signifikansi 0,006 < 0,05 dan nilai Thitung 2,884>Ttabel 2,01410 jadi Ha diterima dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan DPR berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial EG memiliki nilai signifikansi 0,003< 0,05 dan nilai Thitung 3,120> Ttabel 2,01410 jadi Ha diterima dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan EG berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial ROEmemiliki nilai signifikansi 0,933> 0,05 dan nilai Thitung 0,084< Ttabel 2,01410jadi Ha ditolak dan H0 diterima, maka dapat disimpulkanROE tidak berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial DER memiliki nilai signifikansi 0,645> 0,05 dan nilai Thitung 0,464< Ttabel 2,01410 jadi Ha ditolak dan H0 diterima, maka dapat disimpulkan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan secara parsial CRmemiliki nilai signifikansi 0,485> 0,05 dan nilai Thitung -0,075< Ttabel 2,01410jadi Ha ditolak dan H0 diterima, maka dapat disimpulkan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio. 2. Uji Koefisien Regresi Berganda secara Bersama-sama (Uji f) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tingkat signifikan menggunakan 0,05 (ฮฑ = 5%). Tabel 4.8 Hasil Uji f (Simultan) a
Model Regression 1
Residual Total
ANOVA Sum of Squares df 3271.983 5 6464.531 39 9736.513
Mean Square 654.397 165.757
F 3.948
Sig. b .005
44
a. Dependent Variable: PER b. Predictors: (Constant), CR, ROE, EG, DER, DPR
Sumber: Data Olahan SPSS 21 Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa secara simultan variabel independen memiliki signifikansi sebesar 0,005 yakni 0,005 < dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai fhitung 3,948. Nilai ftabel df1 (jumlah variabel-1) = 5 dan df2 (n-k-1) atau 45 - 5 - 1 = 39 yaitu 2,46. Jadi dapat disimpulkan nilai fhitung3,948 > 2,42. maka Ha diterima dan H0 ditolak, jadi secara simultan atau secara bersama-sama variabel independenberpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 3. Koefisien Determinasi
Pada bagian ini, dilakukan uji koesifisien determinasi untuk menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) b
Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 .580 .336 .251 12.87467 a. Predictors: (Constant), CR, ROE, EG, DER, DPR b. Dependent Variable: PER
Durbin-Watson 2.016
Sumber : Data Olahan SPSS 21 Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dapat dilihat angka koefisien determinasi yakni 0,251 atau 25,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berupa Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio dapat menjelaskan bahwa Price earning ratio sebesar 25,1 % dan sisanya 74,9 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini. 4.2.3 Pembahasan dan Interprestasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah di analisis secara statistik dengan regresi logistic, maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai faktorfaktor yang berpengaruh terhadap Price earning ratio. Berikut ini dibahas beberapa temuan hasil penelitian : 1. Pengaruh Devidend payout ratio terhadap Price earning ratio Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Devidend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,006< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika laba ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang akan dibagikan kepada investor akan semakin besar sehingga penilaian saham atas Price earning ratio akan meningkat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2013) yang mengatakan bahwa Devidend payout ratio berpengaruh terhadap Price earning ratio. 2. Pengaruh Earning Growth terhadap Price earning ratio Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Earning growth berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,003 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan laba bersih (Net Profit) yang meningkat akan mempengaruhi besarnya earning per shareyang menunjukkan profitabilitas perusahaan.Profitabilitas yang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, yang berbuah kepercayaan investor kepada perusahaan sehingga harga saham akan naik. Maka sebaliknya, Jika laba menurun
maka akan berdampak buruk terhadap Price earning ratio, bila harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan di masa mendatang maka peningkatan laba akan meningkat harga saham dan total kapitalisasi saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2013) yang mengatakan bahwa Earning growth berpengaruh terhadap Price earning ratio. 3. Pengaruh Return on equity terhadap Price earning ratio Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,084< 0,05. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa Semakin besar nilai Return on equity maka perusahaan belum tentu dianggap semakin menguntungkan, sehingga perusahaan yang memiliki Profitable investment opportunities(peluang investasi yang menguntungkan) yang bagus belum tentu akan memberikan reward(penghargaan) berupa PER yang tinggi. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji (2013) yang menyatakan bahwa Return on equity berpengaruh terhadap Price earning ratio. 4. Pengaruh Debt to equity ratio terhadap Price earning ratio Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,645> 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan Jika DER semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk, sebaliknya semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin meningkat dan mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan tersebut. Semakin besar nilai Debt To Equity Ratio menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Meningkatnya hutang berarti resiko yang dihadapi akan semakin meningkat, sehingga kepercayaan pasar berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dan mengakibatkan PER semakin kecil. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2012) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap Price earning ratio. 5. Pengaruh Current ratio terhadap Price earning ratio Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, variabel Current ratio tidak berpengaruh terhadap Price earning ratio dengan nilai signifikan 0,485> 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwasemakin tinggi rasio lancar, kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek juga semakin besar,karena perusahaan tidak dapat mengelola aktiva lancar dengan baik. tetapiCurrent ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur, sehingga akan mengurangi tingkat laba/profitabilitas perusahaan karena harga saham mencerminkan kapitalisasi dari laba yang diharapkan masa mendatang maka penurunan laba perusahaan berakibat PER juga turun.Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Mahmudah (2013) yang menyatakan bahwa Current ratioberpengaruh terhadap Price earning ratio. 6. Pengaruh Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio terhadap Price earning ratio Pengujian hipotesis keenam, variabel independen FHitung 3,948 lebih besar daripada FTabel 2,42 dengan derajat kebebasan n-k-1=45-5-1=39.maka hasil pengujian hipotesis diterima yang menunjukkan bahwa Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio.secara bersama-sama (simultan) maka semakin tinggi Price earning ratio suatu perusahaan.
BAB V PENUTUP
Sebagai bagian akhir dari kesimpulan dari penulisan skripsi ini, dalam bab V ini akan disampaikan kesimpulan, keterbatasan dan saran mengenai penelitian ini, adapun kesimpulan, keterbatasan dan saran yang disampaikan pada hasil penelitian ini, dari hasil pengujian hipotesis, kesimpulan, keterbatasan dan saran tersebut adalah sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada babbab sebelumnya dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Variabel Devidend payout ratio berpengaruh terhadap Price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. b. Variabel Earning growth berpengaruh terhadap Price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20102014. c. Variabel Return on equity tidak berpengaruh terhadap Price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. d. Variabel Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadapPrice earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. e. Variabel Current ratio tidak berpengaruh terhadap Price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20102014. f. Variabel Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio secara bersama-sama berpengaruh signifikan
5.2
terhadap Price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. KeterbatasanPenelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain sebagai berikut : a. Faktor โfaktor yang mempengaruhi Price earning ratio dalam penelitian ini hanya terdiri dari lima variabel, yaitu Devidend payout ratio, Earning growth, Return on equity, Debt to equity ratio, dan Current ratio,sedangkanmasihbanyakfaktor lain yang mempengaruhiPrice earning ratio. b. Penelitian hanya meneliti sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia padatahun 2010-2014. 5.3 Saran Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran sebagai berikut : a. Dapat menggunakan variabel independen lain yang berpengaruh secara signifikan terhadap Price earning ratio. b. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan jenis perusahaan lain sebagai objek penelitian. c. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas sampel dan diharapkan memperpanjang periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Rr. Fitria. 2013. Analisis Pengaruh PBV, DER, dan ROA Terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. Jurnal. Universitas Semarang. Aji, Meygawan Nur Seto. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro. Anggaraini, Yemima. 2013. Analisis Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Total Asset Turnover terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro. Anggi, Saputra. 2010. Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio, Earning Growth dan Return On Asset terhadap terhadap Financial Leverage pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta. Damasita, Puspa. 2011. Pengaruh Faktor Leverage, Earning Growth, Dividend Payout Ratio, Size dan Return On Equity terhadap Price Earning Ratio. Skripsi. Universitas Diponegoro. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi vol.11. No.1 April.2009.Hlm 57-64. Fahmi, Ilham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi ke 7. Semarang: Universitas Diponegoro. โฆโฆโฆโฆโฆโฆ, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi ke 7. Semarang: Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Cetakan ke 10. Jakarta: Penerbit PT Rajagrafindo Persada. Hasanah, Nur. 2009. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2001-2006. Skripsi. Universitas Islam Diponegoro Sunan Kalijaga.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta; Penerbit Andi. Kieso, Donald E, Weygandt, Jerry J & Warfield, Terry D. 2008. Akuntansi Intermediate Edisi keduabelas jilid ke 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. โฆโฆโฆโฆโฆโฆ.., 2008. Accounting Principles Buku Edisi 7. Jakarta: Salemba 4. Lusiana, Farida Wahyu. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Mahmudah. 2013. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio dengan Earning Growth sebagai variabel moderating pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Natanael, Yonathan dan Sufren. 2014. Belajar Otodidak SPSS. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Priyatno, Dwi. 2010. Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakon. Ratih, Meyrna Puspa. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur periode 2003-2007. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu PERBANAS. Surabaya. Sugiono, 2007. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung. Syahrial, Dermawan dan Purba, Djahotman. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. www.idx.co.id www.yahoofinance.com