PENGARUH ANTARA KECERDASAN ADVERSITAS DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA KOTA PAGARALAM Nyayu Kalsum Guru SMA Kota Pagaralam Email:
[email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian korelasi yang terdiri atas 2 (dua) variable bebas yaitu Kecerdasan adversitas dan Motivasi Kerja serta variable terikat yaitu Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan di SMA kota Pagaralam pada tahun 2015 dengan mengambil sampel sebanyak 40 guru Pendidikan Agama Islam yang diambil secara sampel total (totaly sampling). Penelitian ini dapat menghasilkan tiga kesimpulan, yaitu: Pertama,terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan antara Kecerdasan Adversitas dengan Kreativitas Guru dengan persamaan regresi = 6,4758 + 0,9665 X1 dan koefisien korelasi ry1= 0,8805. Kedua,terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan antara Motivasi Kerja dengan Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dengan persamaan regresi =6,8910 + 0,9284 X2 dan koefisien korelasi ry2 = 0,8863. Ketiga,terdapat pengaruh postif dan sangat signifikan antara Kecerdasan Adversitas dan Motivasi Kerja secara bersama-sama dengan Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam yang ditunjukkan dengan persamaan regresi ganda = -7,6524+ 0,5278X1 + 0,5321X2 dan koefisien korelasi ry12= 0,9347. Dari hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja dengan kreativitas guru baik secara sendiri maupun bersama. Dilihat secara kuantitatif keduanya memberikan kontribusi yang relatif sama.
Kata kunci: Kecerdasan Adversitas, Motivasi Kerja, dan Kreativitas Guru ABSTRACT: The research is included to the correlational one that consist of two independent variables, which are Adversity Quotient and Work Motivation and a dependent variable, Teacher’s Islamic Education Creativity. The research was conducted at Private Senior High School in Pagaralam town 2015, with fourty randomly selected sample, using proporsional totality sampling. The applied research methods are the survey method and data analysis technique using the correlation statistics test. Mean while, the hypothesis test was conducted on a 0,05 significance level. The research produces three main conclusion: First, there is positive and highly significant correlation between Adversity Quotient with the Teacher’s Islamic Education Creativity with regression equation of = 6.4758 + 0.9665 X1 and a correlation coefficient ry1= 0.8805. Second, there is positive and highly significant correlation between the Work Motivation with the Teacher’s Creativity with regression equation of
= 6.8910
0.9284 X2 and koefisien korelasi ry2 = 0.886. Third, there is positive and highly significant correlation between Adversity Quotientand Work Motivation with the Teacher’s Creativity with regression equation of = -7.6524+ 0.5278X1 +0.5321X2 and correlation coefficient ry12 = 0.9347. From the result of research we know that there are positive relationship which is significant between Adversity Quotient and Work Motivation with Teacher’s Creativity although it’s works alone or together. If we observe it quantitatively both of them give same contribution. Keywords: Adversity Quotient, Work Motivation, and Teacher’s Creativity
PENDAHULUAN Kecerdasan Adversitas adalah seperangkat alat bantu ilmiah untuk memperbaiki cara anda menghadapi kesulitan.1 Sementara Paul G. Stoltz mendefinisikan Adversity Quotient adalah
mengubah hambatan menjadi peluang yang secara singkat dikatakan sebagai “ketahanmalangan”, yaitu salah satu bentuk penyesuaian diri dalam usaha menyeimbangkan, menenangkan bain dan kepuasan tanpa megalami banyak konflik.2 Kesuksesan belajar dan kerja anda dalam
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis, (Bandung: Multi Intelligence Centre, 2002), h. 83
Paul G. Stolz, Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Alih bahasa T. Hermaya, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 8
149 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
hidup sebagian besar ditentukan oleh AQ anda. AQ sangat penting karena, pertama, AQ menunjukkan seberapa baik anda dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mengatasinya, kedua, AQ merupkan alat ukur untuk memprediksi siapa yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang jatuh, ketiga, AQ memprediksi siapa yang akan mencapai kinerja sesuai harapan dan potensi dan siapa yang gagal, keempat, AQ memprediksi siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan menang.3 Menurut Paul G. Stoltz AQ mempunyai tiga bentuk, pertama, AQ suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. AQ berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting, yang menawarkan suatu gabungan pengetahuan yang praktis dan baru, yang merumuskan kembali apa yang diperlukan untuk mencapai sukses, kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon manusia terhadap kesulitan. Selama ini pola-pola bawah sadar sebetulnya sudah dimiliki. Sekarang, untuk pertama kalinya pola-pola tersebut dapat diukur, dipahami dan dinilai. Setiap individu dapat menghitung dan menaksir AQ-nya sendiri, dan ketiga AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon manusia terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional secara keseluruhan. Setiap orang akan belajar dan menerapkan kecakapan-kecakapan pada dirinya sendiri, orang lain dan organisasi atau tempat kerja.
Gabungan ketiga unsur tersebut dapat melahirkan pengetahuan baru, tolok ukur dan peralatan yang praktis, merupakan sebuah paket yang lengkap untuk memahami dan memperbaiki komponen dasar peningkatan kehidupan sehari-hari dan seumur hidup. Hasilnya adalah sebuah pemahaman, ukuran dan serangkaian peralatan yang baru untuk meningkatkan efektivitas manusia. Guru kreatif akan senantiasa mengambil dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam usaha pengembangan profesi dirinya, yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan terhadap
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis, (Bandung: Multi Intelligence Centre, 2002). h. 82-83
| 150
proses pembelajaran ke arah yang lebih baik dan lebih maju serta melakukan usaha peningkatan kemampuan dan profesi keguruannya dengan belajar terus dan berkelanjutan (long life learner, belajar memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pembelajaran,menulis karya tulis ilmiah, melakukan penelitian tindakan kelas, meningkatkan kemampuan bahasa asing, mengasah keterampilan mengajar dan lain-lain. Guru kreatif harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif, dan inovatif. Kreativitas guru dalam proses kegiatan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu: Pertama, kecerdasan adversitas atau ketahanmalangan. Kecerdasan adversitas yang menggambarkan lemah atau kuatnya mentalitas dan ketangguhan seorang guru dalam menghadapi tantangan dan hambatan selama proses pembelajaran berlangsung dapat mempengaruhi tingkat kreativitas seorang guru. Menurut Utami Munandar dan Clark bahwa kreativitas sesorang itu timbul karena beberapa faktor, diantaranya karena senang dalam mengerjakan- tugas-tugas yang sulit, memiliki ketekunan yang tinggi, enerjik dan ulet, senang berpetualang dan tekun tidak mudah bosan dan berani mengambil resiko.4 Kedua, motivasi kerja guru.Tinggi rendahnya motivasi kerja baik instrinsik maupun ekstrinsik dapat mempengaruhi daya kreativitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Ide dan kerja kreatif seorang guru dalam proses pembelajaran akan muncul ketika ia memiliki motivasi tinggi. Ketiga, metodologi pembelajaran. Sebagai pendidik, guru dalam mengemban tugasnya selain harus menguasai materi yang diajarkan, ia juga harus memahami dan menguasai metodologi pembelajaran. Semakin kaya akan metodologi pembelajaran maka akan semakin tercipta daya kreativitas yang tinggi untuk melakukan proses pembelajaran yang lebih aktif, inovatif dan kreatif. Keempat, kepribadian guru. Sebagai orang yang membimbing dan mengarahkan peserta didik, guru harus memiliki kepribadian yang
Mohammad. Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 72-74
Nyayu Kalsum | Pengaruh Antara Kecerdasan Adversitas dan Motivasi Kerja
kuat, unggul, bijak dan santun. Kepribadian yang dimiliki guru juga akan berpengaruh terdahap daya kreativitas dalam kegiatan pembelajaran. Kelima, kompetensi guru.Kompetensi yang harus dimiliki guru terdiri dari kompetensi akademik, personal, pedagogik, dan sosial. Guru profesional yang didukung dengan latar belakang pendidikan yang relevan dengan bidangnya, kematangan kepribadian, kemampuan pedagogik dan kecerdasan sosial maka akan mendukung peningkatan kreativitas dalam melaksanakan tugasnya. Keenam, tanggung jawab profesi. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai tanggung jawab profesi dalam pekerjaannya. Di sekolah ia dituntut menjalankan tugas profesi dan keahlian yang dimiliki sebagai tenaga profesional yang dijalankan atau diimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Sehingga peranan guru benar-benar dibuktikan dengan tanggungjawabnya. Profesionalitas seorang guru akan mendorong dan menjadikan dirinya orang yang memiliki ide kreatif dan diimplementasikan dalam tindakan atau kerja yang kreatif. Ketujuh, kecerdasan emosional. Seorang guru yang selalu berinteraksi dengan lingkungan belajar terutama dengan peserta didik harus memiliki kemampuan interpersonal maupun intrapersonal, seorang yang ber-EQ tinggi akan menemukan dan merasakan hidupnya lebih bermakna. Emosi positif yang riang akan membuat belahan otak kiri dan kanan dapat bekerja secara luar biasa. Kreativitas akan lahir apabila emosional seorang guru dalam keadaanstabil, tenang dan bahagia ketika akan dan sedang dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Kedelapan, iklim organisasi. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik pada saat kegiatan pembelajaran maupun ketika berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya apabila didukung oleh tempat kerja dan lingkungan yang kondusif dan aman. Hubungan antara individu dan kelompok berjalan harmonis, hal ini tentu akan membuat guru bisa lebih kreatif karena merasa tidak ada tekanan atau paksaan.
intelektual. Otak neo cortex manusia akan dapat bekerja dengan berpikir kreatif jika emosinya tenang, bersemangat, termotivasi dan merasa aman. Guru yang berintelektual cerdas akan dapat mampu berpikir dan bertindak kreatif, bertindak adil dan bijaksana terutama dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kesepuluh, kemampuan menggunakan teknologi informasi. Pembelajaran yang didukung oleh penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi akan lebih mudah dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang memahami dan mampu menggunakan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran akan dapat lebih berpikir dan bertindak kreatif. Menurut Jordan E. Ayan ada dua peran teknologi informasi dalam mendukung kreativitas yaitu: teknologi sebagai fasilitator proses kreatif di setiap bidang dan teknologi sendiri sebagai bentuk ungkapan kreatif.5 Realita di lapangan, berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan para kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum di delapan SMA Kota Pagaralam yang dilaksanakan pada tanggal 10-15 Januari 2015, menunjukkan bahwa kreativitas guru sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah guru sebanyak 186 orang, guru yang membuat perangkat pembelajaran ; program tahunan, program semester, pemetaan SK dan KD, analisis SKL mata pelajaran, analisis tujuan mata pelajaran, pengembangan silabus, pengembangan RPP, penetapan KKM, program remedial dan pengayaan dengan lengkap 89 orang (30,64 %), guru yang pernah membuat karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan inovasi pembelajaran 66 orang (22,58 %), guru yang terampil dan kreatif dalam membuat alat peraga pembelajaran sesuai kebutuhan 12 orang (41,93 %), guru yang terampil dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber pembelajaran; laboratorium alam 144 orang (49,46 %) dan teknologi informasi 160 orang (54,83 %), dan guru yang mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan membuat rancangan pembelajaran yang dinamis 100 orang (34,40 %). Bertolak dari realita tersebut, perlu diupayakan
Kesembilan, kecerdasan intelektual.Sebagai orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, guru harus cerdas secara
Jordan E. Ayan, 10 Ways to Free Your CreativeSpirit and Find Your Great Ideas, Alih Bahasa; IbnuSetiawan,(Bandung: Kaifa,2002), hal.205
151 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
suatu penelitian untuk mengungkapkan kreatifitas guru dilihat dari faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel kreativitas guru.
RUMUSAN MASALAH Sejauh mana pengaruh antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru PAI? Sejauh mana pengaruh antara motivasi kerja dengan kreativitas guru PAI? Seberapa besar pengaruh antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersamasama dengan kreativitas guru PAI?
KEGUNAAN PENELITIAN Sebagai bahan pendalaman untuk dapat mengungkap dan menyusun standar proses pembelajaran kreatif yang harus dimiliki oleh guru. Mendorong untuk memperluas penelitian terhadap variabel-variabel lain yang secara signifikan berkorelasi terhadap peningkatan kreativitas, selain kecerdasan adversitas dan motivasi kerja.
LANDASAN TEORI 1. Hakikat Kreativitas Guru Setiap guru telah memiliki dua modal utama yaitu ilmu pengetahuan dan kemauan untuk berlatih mengolah potensi kreatif. Seorang quantum teacher yaitu guru kreatif harus dapat terus menciptakan halhal baru ketika menjalankan kegiatan pembelajaran. Kreativitas guru harus selalu dimunculkan selama proses pembelajaran berlangsung, karena sangat berarti untuk menciptakan pembelajaran yang lebih variatif, inovatif, aktif dan menyenangkan. Menurut Cropley kreativitas adalah kemampuan konversional dan kemampuan kreatif menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim.6 Jhon Haefele menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan kombinasikombinasi yang baru. Menurut Roger
Von Oech berpikir kreatif mencakup berimajinasi terhadap sesuatu yang sudah dikenal dengan cara berpikir yang berbeda, yang baru, menggali polapola yang ada sehingga muncul pola-pola baru, dan menemukan hubungan diantara fenomena yang tak terkait.7 Barron mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.8 Cropley lebih memfokuskan pada penciptaan gagasan dan keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim, Roger Von Oech memfokuskan pada berpikir baru, menghubungkan antara fenomena yang ada, sedangkan Barron memfokuskan pada penciptaan suatu yang baru. Dari beberapa teori di atas dapat disintesis bahwa kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang, yang dapat ditemukenali (diidentifikasi) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Ungkapan kreatif mencerminkan orsinalitas dari individu tersebut.Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.Orang disebut kreatif apabila hasil karyanya merupakan hasil karya sendiri dan lain dari pada yang lain serta dihasilkan secara sengaja atau direncanakan.
2. Tujuan Pendidikan Islam Komponen-komponen sifat dasar manusia yang diakui adalah tubuh, ruh, dan akal. Tujuan umum pendidikan Islam dapat dibagi tiga kelompok utama tersebut. Ketiga komponen di atas merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa terpisahkan, karena salah satu aspek darinya hancur atau rusak maka ketiganya ikut rusak. Ini berarti dalam pendidikan Islam mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu: tujuan jasmaniah, tujuan ruhani, dan tujuan mental.9
M. Musrofi, Creative Manager, Creative Entrepreneur, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo,2010), h. 7 Mohammad. Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 61
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 9
| 152
Abdullah, Abdurrahman Shaleh, Teori-teori pendidikan berdasarkan al-Qur’an, Diterjemahkan oleh H.Arifin dan Zainuddin, (Jakarta:Rineka Cipta.2005). h. 138
Nyayu Kalsum | Pengaruh Antara Kecerdasan Adversitas dan Motivasi Kerja
Profesionalisme Guru
Muhaimin menyatakan bahwa ciri-ciri tenaga pengajar yang profesional itu: Adanya komitmen mereka sendiri untuk menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada kepentingan dirinya sendiri. Mereka harus menjalani suatu persiapan profesional dalam jangka waktu tertentu guna mempelajari dan memperoleh pengetahuan khusus tentang konsep dan prinsif dari profesi itu sehingga statusnya ditingkatkan. Selalu harus menambah pengetahuan jabatan agar terus bertumbuh dalam jabatan. Memiliki kode etik jabatan. Memiliki daya maupun keaktifan intelektual untuk mampu menjawab masalah masalah yang dihadapi dalam setiap perubahan. Selalu ingin belajar lebih dalam mengenai suatu bidang keahlian. Jabatannya dipandang sebagai suatu karir hidup. Menjadi anggota dari suatu organisasi, misalnya kelompok kepala sekolah, atau guru bidang studi tertentu.10 Sosok profesional guru dapat ditunjukkan juga melalui tanggung jawabnya dalam melaksana- kan seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya- mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya.Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugastugasnya.Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003). h. 79.
agama dam moral. Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.
Kecerdasan Adversitas a) Pengertian AQ
Kecerdasan Adversitas adalah seperangkat alat bantu ilmiah untuk memperbaiki cara anda menghadapi kesulitan.11 Sementara Paul G. Stoltz mendefinisikan Adversity Quotient adalah mengubah hambatan menjadi peluang yang secara singkat dikatakan sebagai “ketahanmalangan”, yaitu salah satu bentuk penyesuaian diri dalam usaha menyeimbangkan, menenangkan bain dan kepuasan tanpa megalami banyak konflik.12 Kesuksesan belajar dan kerja anda dalam hidup sebagian besar ditentukan oleh AQ anda. AQ sangat penting karena, pertama, AQ me- nunjukkan seberapa baik anda dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mengatasinya, kedua, AQ merupkan alat ukur untuk memprediksi siapa yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang jatuh, ketiga, AQ memprediksi siapa yang akan mencapai kinerja sesuai harapan dan potensi dan siapa yang gagal, keempat, AQ memprediksi siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan menang.13Menurut Paul G. Stoltz AQ mempunyai tiga bentuk, pertama, AQ suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. AQ berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting, yang menawarkan suatu gabungan pengetahuan yang praktis dan baru, yang merumuskan kembali apa yang diperlukan untuk mencapai sukses, kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon manusia terhadap kesulitan. Selama ini pola-pola bawah sadar sebetulnya sudah dimiliki.Sekarang, untuk pertama kalinya pola-pola tersebut dapat
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis, (Bandung: Multi Intelligence Centre, 2002), h. 83 Paul G. Stolz, Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Alih bahasa T. Hermaya, (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 8 Agus Nggermanto, Quantum Qoutient Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis, (Bandung: Multi Intelligence Centre, 2002), h. 82-83
153 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
diukur, dipahami dan dinilai. Setiap individu dapat menghitung dan menaksir AQ-nya sendiri, dan ketiga AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon manusia terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional secara keseluruhan. Setiap orang akan belajar dan menerapkan kecakapan-kecakapan pada dirinya sendiri, orang lain dan organisasi atau tempat kerja.
terhadap apa yang pernah dipikirkan, e) tidak memahami penjelasan orang lain, f) menganggap dirinya sebagai pengacau, dan g) menganggap dirinya sebagai orang tidak mampu. Sebaliknya, semakin tinggi skor Or seseorang, semakin besar kecenderungan untuk menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari dirinya sendiri, dan menempatkan peran dirinya pada tempat yang sewajarnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. AQ TINGGI
b) Dimensi-Dimensi AQ
AQ terdiri dari empat dimensi, yaitu CO2RE (Control, Origin and Ownership, Reach, and Endurance) yang secara keseluruhan dapat menentukan AQ seseorang. 1) C = Control (Kendali) C singkatan dari control atau kendali. C mempertanyakan: berapa banyak kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan?.Kendali yang sebenarnya dalam suatu situasi hampir tidak mungkin diukur dan yang dirasakan adalah jauh lebih penting. Seseorang yang memiliki AQ lebih tinggi cenderung melakukan peningkatan, sementara seseorang yang AQ-nya lebih rendah cenderung berkemah atau berhenti.Seseorang yang skornya rendah pada dimensi C ini cenderung berperilaku pesimis, rendah diri (merasa diri tidak mampu mengatasi sesuatu pekerjaan yan sulit), dan menganggap orang tidak dapat berbuat apa-apa dalam menghadapi situasi yang sulit. O2 = Origin dan Ownership (Asal-Usul dan Pengakuan) O2 merupakan kependekan dari origin (asal usul) dan ownership (pengakuan), O2 mem- pertanyakan dua hal: siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan itu. Apabila dicermati kedua pertanyaan tersebut, ada perbedaan besar sekali diantara keduanya, yakni rasa bersalah (Origin/ Or) dan mengakui versus mempersalahkan (Ownership/Ow) kesulitan tersebut. Seseorang yang skor AQ-nya rendah dalam dimensi ini cenderung; a) menyalahkan diri sendiri, b) menganggap dirinya seorang yang bodoh, c) menganggap dirinya lemah, d) pelupa
| 154
Akibat yang mungkin terjadi: Mempertahankan perspektif Perbaikan terus menerus Tetap gembira Penyesalan yang sewajarnya
Akibat yang mungkin terjadi: Berorientasi pada tindakan Meningkatkan kendali bertanggung jawab Sikap sangat bertanggung jawab
Belajar dari kesalahan- kesalahan seseorang ASAL USUL PENGAKUAN O2
Terlalu mempersalahkan
Diri sendiri tidak mengakui masalah
Akibat yang mungkin terjadi: Semangat hancur Konsep diri yang keliru Tekanan terhadap hubungan- hubungan yang sudah terjalin Merasa tidak berkuasa Sistem kekebalan terganggu Depresi
Akibat yang mungkin terjadi: Gagal bertindak Menyerah Menuding orang lain Tidak berkembang Kinerja berkurang Membuat marah orang lain
AQ RENDAH
Gambar 1. AQ, Pembelajaran dan Tanggung Jawab
3) R = Reach (Jangkauan) Dimensi R mempertanyakan: sejauhmanakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang?, semakin rendah skor R seseorang, semakin besar kemungkinannya seseorang menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana. Menganggap suatu kesulitan sebagai bencana, yang akan menyebar dengan cepat sekali, bisa sangat berbahaya karena akan menimbulkan kerusakan yang signifikan bila
Nyayu Kalsum | Pengaruh Antara Kecerdasan Adversitas dan Motivasi Kerja
dibiarkan tak terkendali.
dan keterampilan yang dimilikinya.
Sebaliknya, semakin tinggi skor R seseorang, semakin besar kemungkinannya seseorang untuk membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi. Semakin tinggi AQ dan skor seseorang, semakin besar kemungkinan seseorang merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas. Semakin efektif seseorang menahan atau membatasi jangkauan kesulitan maka akan merasa semakin lebih berdaya dan perasaan kewalahan akan berkurang.
Dari uraian beberapa teori di atas dapat di sintesis bahwa yang dimaksud dengan motivasi kerja guru adalah sejumlah kekuatan yang mendorong timbulnya semangat kerja pada diri seorang guru baik dorongan yang berasal dari dalam diri (intrinsik), maupun dorongan yang berasal dari luar diri guru (ekstrinsik). Dorongan yang bersifat intrinsik dengan indikator sebagai berikut: (1) melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab (2) keinginan untuk berprestasi dan (3) harapan aktualitas diri, sedangkan dorongan yang bersifat ekstrinsik yaitu dorongan yang datang dari luar seorang guru, dengan indikator sebagai berikut: (1) organisasi tempat bekerja, (2) jenis dan sifat pekerjaan , (3) imbalan yang memuaskan, dan (4) kondisi lingkungan pekerjaan, (5) mendapatkan penghargaan.
4) E = Endurance (Daya Tahan) E atau Endurance (daya tahan) adalah dimensi terakhir pada AQ seseorang. Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan: berapa lamakah kesulitan akan berlangsung? dan berapa lamakah penyebab kesulitan ini akan berlangsung?.
METODE PENELITIAN Semakin rendah skor E seseorang, semakin besar kemungkinannya seseorang menghadapai kesulitan dan penyebab-penyebabnya akan berlangsung lama. Seseorang yang memiliki skor E-nya rendah cenderung tidak berdaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Semakin tinggi AQ dan skor seseorang dalam dimensi ini, semakin besar kemungkinannya seseorang akan memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama, atau bahkan permanen
4. MOTIVASI KERJA Agus Nggermanto mendefinisikan Motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian bahwa, tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.14Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan untukmewujudkan tujuan organisasi. Kemampuan kecakapan dan keterampilan, tidak ada artinya bagi suatu organisasi, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.102
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei dan pendekatan korelasional yang bersifat kajian untuk mem- bahas hubungan antara dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka yang dijadikan unit analisisnya adalah guruguru SMA kota Pagaralam. Penelitian ini menggunakan instrument berbentuk angket atau kuesioner dan tes. Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa faktafakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subyek yang diteliti dan menggunakan metode kuantitatif untuk mencari pengaruh antar variabel yang diteliti.
PEMBAHASAN Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara: kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru, motivasi kerja dengan kreativitas guru, dan 3) kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kreativitas guru PAI. 4) kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara parsial dengan kreativitas guru PAI. Dengan
155 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
memperhatikan bentuk hubungan fungsional maka kreativitas guru PAI merupakan hasil dari bekerjanya variabel kecerdasan adversitas dan motivasi kerja. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa ketiga variabel yang diteliti, yakni kreativitas guru PAI (Y), kecerdasan adversitas (X1) dan motivasi kerja (X2) memiliki skor relatif tinggi. Untuk kretivitas guru diperoleh nilai rata-rata 126,9750 yang lebih tinggi dari skor rata-rata teoritis yaitu 70. Demikian juga untuk variabel kecerdasan adversitas dimana diperoleh nilai rata-rata 124,6750 yang lebih besar dari rata-rata teoritis sebesar 68. Untuk variabel motivasi kerja diperoleh skor rata-rata 129,3500 juga lebih besar dari rata-rata teoritis yaitu 70. Skor yang relatif tinggi tersebut mungkin berhubungan dengan butir-butir instrumen yang belum mencakup seluruh aspek variabel yang belum diteliti. Untuk variabel kreativitas guru, indikator yang digunakan hanya mengenai: kemampuan membuat rancangan dan model pembelajaran yang dinamis, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan men-dukung, kaya akan ide-ide baru dalam menigkatkan proses pembelajaran, terampil dalam membuat alat peraga pembelajaran sesuai kebutuhan, kemampuan dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dapat mengajarkan berbagai keterampilan belajar yang efektif, mampu memotivasi peserta didik dan mampu menyediakan fasilitasi yang luwes bagi peserta didik. Adapun variabel kecerdasan adversitas, indikator yang digunakan hanya mengenai: kemampuan mempengaruhi situasi secara positif, kekuatan mengendalikan diri untuk memperbaiki situasi yang dihadapi,pemanfaatan potensi yang dimiliki,keberanian menghadapi tantangan yang kompleks, kematangan sikap dan kepribadian, kegigihan dalam mencari solusi,kemauan dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, dan kemampuan memanfaatkan peluang. Sedangkan variabel motivasi kerja, indikator yang digunakan:melaksanakan tugas dengan penuh tanggunjawab, keinginan untuk berprestasi, harapan aktualisasi diri, organisasi tempat kerja, jenis dan sifat pekerjaan, imbalan yang memuaskan, lingkungan pekerjaan dan mendapatkan penghargaan.
| 156
Untuk variabel kecerdasan adversitas (X1) dan motivasi kerja (X2) terlihat bahwa rata-rata (mean), modus dan median relative sama dan menyebar kearah nilai maksimum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada kedua variabel tersebut cenderung menyebar normal.
Pengaruh Kecerdasan Adversitas (X1) terhadap Kreativitas Guru PAI (Y) Pengaruh fungsional antara variabel kecerdasan adversitas (X1) dengan kreativitas guru PAI (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi = 6,4758 + 0,9665 X1. Hasil pengujian keberartian dan linearitas regresi menunjukkan bahwa variabel X1 dapat digunakan untuk memprediksi variabel Y dan persamaan regresi Y linier dalam X1, maka berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diprediksi bahwa setiap kenaikan 1 unit skor kecerdasan adversitas, akan meningkatkan kreativitas guru sebesar 0,9665. Kecerdasan adversitas (adversity quotient) guru adalah kecakapan yang dimiliki guru dalam merespon hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sehingga mampu bertahan dan menghadapi hambatan serta mengubahnya menjadi peluang guna meraih keberhasilan. Kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk mampu melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, ide maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah dimiliki sebelumnya yang diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran secara variatif, inovatif, efektif, efesien, menarik dan interaktif. Analisis kedua hubungan di atas adalah kecakapan dalam mengendalikan diri, merespon kesulitan dan daya tahan seorang guru dalam menghadapi kesulitan, rintangan dan tantangan besar yang akan membangkitkan semangat dan keterampilan berpikir cerdas, pintar, luwes dan orisinil, terampil memperinci dan merumuskan kembali suatu permasalahan. Guru pada akhirnya dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan ragam cara yang dimiliki, mengoptimalkan potensi dan sumberdaya yang ada sehingga akan tertantang dan mampu melakukan pembaharuan, metode dan inovasi baru yang variatif, sehingga kegiatan
Nyayu Kalsum | Pengaruh Antara Kecerdasan Adversitas dan Motivasi Kerja
pembelajaran dapat terlaksana dan tujuan tercapai dengan baik. Dengan demikian adalah logis apabila terdapat korelasi positif antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ter- dapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru PAI, ber- dasarkan nilai koefisien determinasi 0,7753. Ini dapat diartikan bahwa kontribusi kecerdasan adversitas (X1) terhadap skor kreativitas guru PAI sebesar 77,53 %. Hasil di atas diperkuat teori Paul G. Stoltz yang menyatakan bahwa kreativitas menuntut kemampuan untuk mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Kelemahan dan ketidakberdayaan dapat menghancurkan kreativitas orang yang mampu dan berbakat. Orang yang bermental lemah dan mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan ia tidak akan mampu bertindak kreatif. Orang yang memiliki adversity quotient rendah, maka daya kreativitasnya rendah dan begitu pula sebaliknya dengan adversity quotient yang tinggi maka akan dimiliki daya krativitas yang tinggi pula. Stoltz, kecerdasan adversitas adalah suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi suatu peluang keberhasilan mencapai tujuan. Kecerdasan adversitas mempengaruhi pengetahuan, kreativitas, produktivitas, kinerja, usia, motivasi, pengambilan resiko, perbaikan, energi, vitalitas, stamina, kesehatan, dan ke- suksesan dalam pekerjaan yang dihadapi.15 Menurut David Cambell, kreativitas seseorang bisa dipengaruhi oleh kemampuan untuk berkerja keras, berpikiran mandiri dan pantang menyerah dan mau menanggung resiko.16 Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ina Herlina., tentang Hubungan antara Kecerdasan Adversitas (Adversity Quotient) dengan Kreativitas Guru , yang menghasilkan kesimpulan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru, yang ditunjukkan dengan persamaan regresi = -79,4192 17 + 1,1906 X1 dan koefisien korelasi ry1 = 0,773. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
www. adversity quotient and creativity, com. Agus E. Op. cit., p. 268 Ina H.K., Op.cit.
semakin tinggi AQ yang dimilki guru, maka semakin tinggi pula kreativitas yang dimiliki guru tersebut.
Pengaruh Motivasi Kerja(X2) terhadap Kreativitas Guru PAI (Y) Pengaruh fungsional antara variabel motivasi kerja (X2) dengan kretivitas guru (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi = 6,8910 0,9284 X2. Hasil pengujian keberartian dan linieritas regresi menunjukkan bahwa variabel X2 dapat digunakan untuk memprediksi variabel Y dan persamaan regresi Y linier dalam X2, maka berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diprediksikan bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi kerja akan meningkatkan kreativitas guru sebesar 0,9284. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kreativitas guru, berdasarkan nilai koefisien determinasi 0,7855, ini dapat diartikan bahwa kontribusi motivasi kerja (X2) terhadap skor kreativitas guru PAI (Y) sebesar 78,55 %. Motivasi kerja guru adalah dorongan yang menimbulkan semangat kerja pada diri seorang guru baik yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) maupun berasal dari luar (motivasi ekstrinsik).Sedangkan kreativitas guru adalah kemampuan seorang guru untuk mampu melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, ide maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah dimiliki sebelumnya yang diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran secara variatif, inovatif, efektif, efesien, menarik dan interaktif. Tingginya motivasi kerja guru akan tercerminkan dari seberapa bentuk kreativitas yang dapat di tampilkannya. Motivasi kerja yang tinggi akan berdampak terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara optimal atau dapat dikatakan bahwa guru tersebut memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian logis apabila terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kreativitas guru. Hasil penelitian hubungan antara motivasi kerja dengan kreativitas guru PAI ini sesuai dengan penelitian Dedi Supriadi dan yang dikutip dari Renzulli bahwa ada tiga faktor yang menentukan prestasi kreatif yaitu: 1) motivasi atau komitmen yang tinggi, 2) keterampilan dan
157 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
kecakapan.18Motivasi menjadi daya dorong seorang guru untuk melaksanakan tugas-tugas kependidikan yang diembannya secara baik. Semakin tinggi motivasi kerja guru maka semakin tinggi ide dan gagasan serta ragam kreativitas guru yang diwujudkan.
Pengaruh antara Kecerdasan Adversitas (X1) dan Motivasi Kerja (X2) secara Bersamasama terhadap Kreativitas Guru PAI (Y) Pengaruh fungsional antara variabel kecerdasan adversitas (X1) dan motivasi kerja (X2) secara bersama-sama dengan kreativitas guru PAI (Y) ditunjukkan dalam bentuk persamaan regresi ganda = -7,6524+ 0,5278X1 + 0,5321X2. Hasil pengujian keberartian menunjukkan bahwa variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dapat digun akan untuk memprediksi variabel Y, maka berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diprediksikan bahwa setiap kenaikan I unit skor kecerdasan adversitas (X1) dan motivasi kerja (X2) akan mengakibatkan kenaikan 0,9347. Keduanya berjalan seiring yang artinya semakin tinggi kecerdasan adversitas dan motivasi kerja maka semakin tinggi pula kreativitas guru, dengan kata lain terjadi efek yang saling menguatkan antara variabel kecerdasan adversitas dan motivasi kerja dengan kreativitas guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan posotif antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kreativitas guru., berdasarkan nilai koefisien determinasi 0,9347. Ini berarti kontribusi skor kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kreativitas guru PAI sebesar 93,47 %. Berdasarkan hasil analisis data tentang kekuatan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan bahwa kekuatan pengaruh antara variabel kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru PAI, antara variabel motivasi kerja dengan kreativitas guru dan hubungan antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja seara bersama-sama dengan kreativitas guru PAI menunjukkan adanya
Dedi S., Kreatifitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. (Jakarta:Alfabeta, 2002). h. 262
| 158
kekuatan pengaruh positif. Hal ini mengandung makna bahwa kecerdasan adversitas dan motivasi kerja adalah aspek yang saling mendukung dalam menghasilkan kreativitas guru. Indikasi kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama mempunyai kontribusi yang besar terhadap kreativitas guru tersebut adalah memperkuat teori Paul G. Stoltz yang menyatakan bahwa seseorang harus memiliki prinsip untuk dapat mengubah hambatan menjadi peluang dalam meraih kesuksesan, menghindari kegagalan, menguasai ilmu pengetahuan, bekerja keras, memiliki motivasi untuk maju, dorongan untuk lebih baik dari orang lain, dan memperoleh umpan balik.19Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kreativitas guru PAI. Hasil temuan ini mengisyaratkan kreativitas guru tidak hanya timbul dengan sendirinya atau tumbuh dari faktor dalam saja akan tetapi dipengaruhi pula oleh faktor luar, dalam hal ini kecerdasan adversitas dan motivasi kerja memiliki peranan yang sangat determinan dalam menentukan kreativitas guru PAI.
Pengaruh antara Kecerdasan Adversitas (X1) dan Motivasi Kerja (X2) dengan Kreativitas Guru PAI (Y) secara Parsial Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan posotif antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kreativitas guru PAI, selanjutnya dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi secara parsial untuk menguji variabel X1 dan X2 masingmasing dalam memberi kontribusi pada peramalan Y. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika motivasi kerja dikontrol, koefisien korelasi parsial kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru berarti. Pada pengujian korelasional parsial diperoleh ry1.2= 0,6408, selanjutnya diperoleh koefisien determinasi = 0,64082 =0,4106, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila skor motivasi kerja dikontrol, maka kontribusi
19 Agus Nggermanto., Quantum, Quotient Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ secara Harmonis, (Bandung: Multi Intelegence centre, 2002) h. 98
Nyayu Kalsum | Pengaruh Antara Kecerdasan Adversitas dan Motivasi Kerja
variasi skor kecerdasan adversitas terhadap skor kreativitas guru sebesar 41,06%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jika kecerdasan adversitas dikontrol, koefisien pengaruh parsial motivasi kerja dengan kreativitas guru PAI juga berarti. Pada pengujian keberartian korelasi parsial diperoleh ry2.1= 0,6613, selanjutnya diperoleh koefisien determinasi = 0,66132 =0,4374, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila skor kecerdasan adversitas dikontrol, maka kontribusi variasi skor motivasi kerja terhadap skor kreativitas guru PAI sebesar 43,74%. Mencermati hasil uji pengaruh parsial antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat, hasil penelitian menunjukkan baik antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru dan motivasi kerja dikontrol, maupun antara motivasi kerja dengan kreativitas guru PAI dan kecerdasan adversitas dikontrol adalah tetap signifikan. Selanjutnya, bila dibandingkan hasil perhitungan koefisien korelasi parsial antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru dan motivasi kerja dikontrol (ry1.2 = 41,06%.) dengan nilai koefisien korelasi parsial antara motivasi kerja dengan kreativitas guru dan kecerdasan adversitas dikontrol ry2.1 = 43,74%.. Menunjukkan nilai koefisien pengaruh satu variabel relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengaruh parsial. Hal ini berarti hubungan antar motivasi kerja dengan kreativitas guru relatif lebih kuat dari pada hubungan kecerdaan adversitas dengan kreativitas guru secara parsial. Berarti juga bahwa kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama berdampak terhadap pencapaian kreativitas guru yang lebih baik, atau dengan kata lain hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas dan motivasi kerja memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian kreativitas guru yang lebih baik.
koefisien determinasi (r2y1) sebesar 0,7753, artinya kontribusi variabel kecerdasan adversitas kepada kreaivitas guru sebesar 77,53 %. Hubungan fungsional antara variabel kecerdasan adversitas (X1) dengan kretivitas guru PAI (Y) memenuhi persamaan regresi = 6,4758 + 0,9665 X1, artinya dapat diprediksi bahwa setiap kenaikan satu unit skor kecerdasan adversitas, akan meningkatkan kreativitas guru sebesar 0,9665. Kontribusi kecerdasan adversitas kepada variabel kreativitas guru sebesar 77,53 %. Terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan antara motivasi kerja dengan kreativitas guru PAI . Besarnya pengaruh ditunjukkan oleh koefisien korelasi (ry2) sebesar 0,8863 dan koefisien determinasi (r2y2) sebesar 0,7855 artinya kontribusi motivasi kerja kepada kreativitas guru PAI sebesar 78,55 %. Hubungan fungsional antara variabel motivasi kerja (X2) dengan kretivitas guru PAI (Y) memenuhi persamaan regresi = 6,8910 + 0,9284 X2, artinya dapat diprediksi bahwa setiap kenaikan satu unit skor rmotivasi kerja akan meningkatkan kreativitas guru PAI sebesar 0,9284. Kontribusi motivasi kerja kepada variabel kreativitas guru PAI sebesar 78,55 %. Terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan antara kecerdasan adversitas dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kreativitas guru yang ditunjukkan oleh persamaan regresi ganda = -7,6524 + 0,5278X1 + 0,5321X2 dan koefisien korelasi ry12 = 0,9347. Keduanya berjalan seiring yang artinya semakin tinggi kecerdasan adversitas dan motivasi kerja maka semakin tinggi pula kreativitas guru, dengan kata lain terjadi efek yang saling menguatkan antara variabel kecerdasan adversitas dan motivasi kerja dengan kreativitas guru PAI. Kadar pengaruh keduanya ditunjukkan dengan koefisien korelasi (ry.12) sebesar 0,9347.
PENUTUP Berdasarkan hipotesis penelitian yang di- ajukan, hasil analisis data dan pembahasan masalah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan antara kecerdasan adversitas dengan kreativitas guru PAI. Besarnya pengaruh ditunjukkan oleh koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,8805 dan
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Munir, Spiritual Teaching; Agar Guru Senantiasa Mencintai Pekerjaan dan Anak Didiknya, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2006. Abdurrahman Shaleh, Abdullah. Teori-teori pendidikan berdasarkan al-Qur’an, Diterjemahkan
oleh H.Arifin dan Zainuddin. Jakarta:Rineka Cipta.2005.
159 |
An-Nizom | Vol. 2, No. 1, April 2017
Agus Efendi, Revolusi Kecerasan Abad 21, Bandung:
Alfabeta, 2005. Agus Nggermanto, Quantum Qoutient Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis, Bandung: Multi Intelligence Centre, 2002. Ahmad, Tafsir Ilmu Pendidikan Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2005. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Ayan, Jordan E., Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas, Alih Bahasa; Ibnu Setiawan, Bandung: Kaifa,2002. Ayan, Jordan E., Ways to Free Your Creative Spirit andFind Your Great Ideas, Alih Bahasa; Ibnu Setiawan, Bandung: Kaifa,2002. Bews, John Permainan Berfikir Melejitkan Kekuatan
Pikiran, Bandung: Penerbit Jabal, 2007. Covey, Stephen R., The 7 Habits of Highly Effective People, Alih bahasa Budjianto, Jakarta: Binarupa Aksara, 1997. Dedi Supriadi, Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, Jakarta: Al Pabeta. 2002. DePorter, Bobbi & Mike Hernacki, Quantum Learning, Bandung: Mizan Pustaka, 2008. E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. _____, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menye-nangkan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007. Elserwy, Ahmed, Risalah al Mudaris Al Mitsali, Muntada al Mudaris al Arabi, Vol. 2 No. 6, 2009
[email protected] G. Stolz, Paul, Adversity Quotient:Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Alih Bahas. T. Hermaya, Jakarta: Grasindo, 2000. Goleman, Daniel, Paul Kaufman dan Michael Ray, The Creative Spirit, Nyalakan Jiwa Kreativmu di Sekolah, Tempat Kerja dan Komunitas, Alih Bahasa; Yuliani Liputo. Bandung: Mizan Learning Center (MLC), 2005. Golman, Carol Kinsey.,Creativity in Business:Mengubah Gagasan Menjadi Keuntunga Jakarta:Taruna Grafika, 2003. Groce, Pat dan Bill Lyon, I Feel Great & You Will Too – Perjalanan Menuju Sukses dengan Tip-tip Praktis tentang Bagaimana Meraih Keberhasilan dalam Hidup, Alih Bahasa Sigit Haryoto, Bandung: How-Press Pustaka Hidayah,.2006. Hadiyanto, Manajemen Pendidikan di Indonesia,
Jakarta, Rineka Cipta, 2004. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Herawati Susilo dan Husnul Chotimah, Bagaimana Menjadi Guru Masa Depan yang Cerdas dan Profesional, Malang: Surya Pena Gemilang, 2009. Hernowo, Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Kreatif, Bandung: Mizan Learning Center, 2006. Huitt. W, Maslow’s Hierarchy of Needs, Educational Pshycology Interactive, Valdosta, State University, 2007. Imam Tholkhah, Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam, Ciputat Tangerang: Titian Pena, 2008. Imam Tholkhah, Profil Ideal Guru Pendidikan Agama Islam, Ciputat Tangerang: Titian Pena, 2008.
Khairul Ummah, Dimitri Mahayana, Agus Nggermanto 5 Kecerdasan Utama Meraih Bahagia dan Sukses, Bandung: Ahaa Pustaka, 2005. Khaled Husny Arar, Al Mualim al Qaid wa Dauruhu fi Tahqiq al Jaudah al Madrasiyah, Vol. 17 No. 1, 2006, p. 22
[email protected] Kinsey Goman, Carol Creativity in Business: Mengubah Gagasan Menjadi keuntungan, Jakarta: Taruna Grafika, 2003. M. Musrofi, Creative Manager, Creative Entrepreneur, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008. Malayu S.P Hasibuan, Organisasi & Motivasi Dasar
Peningkatan Produktivitas,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2010. Moorhead, Gregory and Ricky W. Griffin, Organizational Behavior Managing People Organizations, (USA: Houghton Miffin Company, 1995) Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2008. Musawi, Sayyid Ethics and Spiritual Growth, Hidup Kreatif Mengedalikan Gejolak Jiwa Mengubah Problema Menjadi Prestasi & Kesusksesan,Alih Bahasa M. Khoirul Anam, Depok: Inisiani Press, 2003. Prio Suyogi dan Dyah Sugandini, 7 Jalan Mengubah Nasib, Begini Cara Mengubah Kegagalan Menjadi Kesuksesan, Yogyakarta: MedPress, 2011
Prokes, Dorothy, A Road Map to Education The Cre-Act-Way, Lanham, Maryland: University Press of America, 2009