PENGANTAR
Latar Belakang Kecamatan Kaligesing merupakan daerah sentra peternakan kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Purworejo. Populasi ternak kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Purworejo berdasarkan data populasi ternak Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purworejo tahun 2012 tertinggi di Kecamatan Kaligesing yaitu sebanyak 63.748 ekor (84,29%) dari total ternak Kambing Kaligesing di Kabupaten Purworejo sebanyak 75.631 ekor. Berdasar keputusan Menteri Pertanian No. 2591/Kpts/PD.400/7/2010 tanggal 19 Juli 2010 nama Kambing Peranakan Etawah Kaligesing diganti dengan nama Kambing Kaligesing sebagai galur lokal Jawa Tengah. Kenyataan yang terjadi adalah manajemen pemeliharaan ternak Kambing Kaligesing di Kecamatan Kaligesing sebagian besar masih kurang dari sentuhan teknologi, baik manajemen perkandangan, pakan, sistem reproduksi dan pembibitan, pengendalian penyakit, perawatan ternak, serta penanganan kotoran. Manajemen
pemeliharaan
tersebut
sangat
perlu
untuk
diperbaiki
guna
mengoptimalkan hasil yang diperoleh peternak dari usaha ternak kambingnya. Manajemen pemeliharaan ternak Kambing Kaligesing sangat penting untuk meningkatkan produktivitas ternak, apalagi mengingat Kambing Kaligesing dipelihara
dengan multi purposes yaitu sebagai penghasil susu, ternak
klangenan, dan sebagian kecil bertujuan untuk diambil dagingnya. Khusus sebagai ternak klangenan maka memerlukan pemeliharaan yang lebih karena dituntut penampilan fisik yang menarik.
1
Mengingat pentingnya perbaikan manajemen pemeliharaan ternak Kambing Kaligesing maka dapat ditempuh berbagai cara untuk merubah kebiasaan pemeliharaan. Penyuluhan merupakan salah satu cara dalam memperbaiki manajemen pemeliharaan dalam bentuk penyampaian informasi dan hasil-hasil penelitian kepada peternak selain melalui media massa. Salah satu pihak yang berperan dan melakukan penyuluhan adalah seorang penyuluh. Jumlah penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia menurut data Kementerian Pertanian per Januari 2013 sebanyak 28.494 penyuluh, Jawa Tengah 2.366 penyuluh PNS, dan Kabupaten Purworejo 73 penyuluh PNS. Pemerintah Indonesia menargetkan satu desa satu penyuluh sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan penyuluhan yaitu agar pelaku utama dan pelaku usaha pertanian mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya. Jumlah penyuluh yang banyak juga tidak menjamin keberhasilan tujuan penyuluhan, akan tetapi masih ditentukan oleh tingkat peran yang dilakukan penyuluh tersebut. Peternak dengan segala keterbatasan yang dimilikinya memerlukan penyuluh sebagai mitra kerja untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, termasuk dalam memperbaiki manajemen pemeliharaan. Peran penyuluh dalam manajemen pemeliharaan dapat digolongkan dalam lima peran yaitu penyuluh sebagai pemberi informasi (Kartasapoetra, 1994; Wiriaatmadja, 1977), penyuluh sebagai pembimbing (Kartasapoetra, 1994; Suhardiyono, 1992), penyuluh sebagai organisator dan dinamisator (Suhardiyono, 1992), penyuluh sebagai
teknisi
(Suhardiyono,
1992),
penyuluh
sebagai
penghubung
(Kartasapoetra, 1994; Suhardiyono, 1992).
2
Peran pertama penyuluh adalah memberikan informasi terutama informasi penemuan teknologi baru dalam manajemen pemeliharaan. Peran kedua adalah penyuluh membimbing dan mendampingi peternak dalam menerapkan teknologi dan inovasi baru. Peran ketiga penyuluh sebagai organisator dan dinamisator, yaitu penyuluh mengarahkan dan membantu petani peternak untuk membentuk kelompok, menjaga kelangsungan kelompok serta aktifnya kegiatan kelompok. Peran penyuluh keempat yaitu penyuluh sebagai teknisi. Demonstrasi dan contoh praktek juga harus dilakukan seorang penyuluh agar peternak jelas dan paham akan inovasi baru yang diberikan. Peran penyuluh yang kelima adalah penyuluh sebagai penghubung. Penyuluh berperan sebagai perantara antara petani peternak dengan berbagai pihak seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi, pemerintah, pakar/ahli, peternak sukses, perusahaan baik perusahaan sarana produksi (saprodi) maupun perusahaan pengolahan hasil serta pihak lain yang terkait dengan usaha pertanian peternakan. Peternak di lain sisi memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda pula terhadap peran yang telah dilakukan penyuluh. Karakteristik peternak meliputi tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah kepemilikan ternak, keikutsertaan dalam kelompok tani dan intensitas bertemu penyuluh. Tingkatan kelas kelompok tani yang terdiri dari kelas pemula, lanjut, madya dan utama dapat menyebabkan perbedaan persepsi anggotanya terhadap peran penyuluh. Adanya perbedaan persepsi peternak dapat memiliki hubungan dengan tingkat manajemen pemeliharaan yang dilakukan peternak. Oleh karena itu penelitian tentang hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi
3
peternak pada peran penyuluh dalam manajeman pemeliharaan perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakteristik peternak Kambing Kaligesing di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo?
2.
Bagaimana persepsi peternak terhadap peran penyuluh sebagai pemberi informasi, sebagai pembimbing, sebagai organisator dan dinamisator, sebagai teknisi serta sebagai penghubung?
3.
Bagaimana hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi peternak terhadap
peran
penyuluh
sebagai
pemberi
informasi,
pembimbing,
organisator dan dinamisator, teknisi serta penghubung? 4.
Bagaimana hubungan antara persepsi peternak terhadap peran penyuluh dengan tingkat manajemen pemeliharaan?
Tujuan Penelitian 1.
Mendeskripsikan karakteristik peternak Kambing Kaligesing di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.
2.
Mengetahui persepsi peternak terhadap peran penyuluh sebagai pemberi informasi, sebagai pembimbing, sebagai organisator dan dinamisator, sebagai teknisi serta sebagai penghubung.
3.
Mengetahui hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi peternak.
4.
Mengetahui hubungan antara persepsi peternak dengan tingkat manajemen pemeliharaan.
4
Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi penyuluh
dalam
menjalankan
perannya
sebagai
pemberi
informasi,
pembimbing, organisator dan dinamisator, teknisi serta penghubung. 2.
Sumbangan pemikiran bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo dan instansi yang terkait dengan penyuluhan pertanian.
3.
Bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan penyuluhan.
5