1
PENGANTAR LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah sarana yang memfasilitasi anak untuk belajar dan mengembangkan potensi. Pendidikan dalam arti sempit diartikan sebagai sekolah. Sekolah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), diartikan sebagai suatu lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pelajaran.
Pendidikan
adalah
pengajaran
yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Selain itu pendidikan dapat juga diartikan sebagai segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 (Departemen pendidikan dan kebudayaan, 2003), dicantumkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2
Guru dan siswa merupakan dua elemen penting yang saling mendukung satu dengan yang lainnya demi untuk
mencapai
suatu
tujuan
pembelajaran
yang
maksimal. Tugas utama seorang guru tidak hanya menerangkan hal-hal yang terdapat di dalam buku, tetapi mendorong, memberikan inspirasi, motif-motif dan membimbing siswa dalam usaha mereka mencapai tujuantujuan
yang
diinginkan.
Dalam
mendidik
guru
mempunyai peranan penting untuk memberikan motivasi kepada siswanya sehingga siswa dapat menggunakan kemampuan serta bakatnya semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi. Menurut Arif (dalam Yudith, 2007) dijelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan faktor penting dalam dunia pendidikan karena dapat memberikan semangat terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mampu memberikan petunjuk pada tingkah laku, serta motivasi berprestasi sangat penting dalam memberikan gairah kepada siswa untuk mencapai prestasi akademik di sekolahnya. McClelland dan Atkinson menjelaskan bahwa motivasi yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah motivasi
berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (1987) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu
3
kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.
Motivasi
kecenderungan
seseorang
berprestasi dalam
merupakan
mengarahkan
dan
mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru mengatakan bahwa siswa-siswa yang ada di kelas X8, X9, dan X10 itu memiliki motivasi berprestasi yang cukup rendah bila dibandingkan dengan kelas X lainnya. SMA Negeri 1 Salatiga sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf International (RSBI) di Salaiga tentunya memiliki citacita dan harapan terhadap setiap siswanya untuk memiliki motivasi berprestasi sehingga dapat berprestasi baik. Untuk menumbuhkan motivasi berprestasi dalam diri siswa tentunya bukan tugas yang mudah bagi seorang guru karena setiap individu memiliki perbedaan. Menurut Fernald dan Fernald (Luxori, 2005) banyak faktor-faktor yang dapat memengaruhi motivasi individu, salah satunya adalah apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal sehingga berpengaruh
dalam
bertingkah
laku.
Menurut
Koentjaraningrat salah satu kelemahan generasi muda adalah kurangnya rasa percaya diri. Pernyataan ini
4
didukung oleh penelitian Afiatin dkk tahun 1997 (dalam Rizkiyah, 2005) bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Selain itu menurut Mastuti dan Aswi (2008), percaya diri dapat membuat individu untuk bertindak dan apabila individu tersebut bertindak atas dasar percaya diri akan membuat individu tersebut mampu mengambil keputusan dan menentukan pilihan yang tepat, akurat, efisien dan efektif. Percaya diri akan membuat individu menjadi lebih mampu dalam memotivasi untuk mengembangkan dan memperbaiki diri serta melakukan berbagai invosi sebagai kelanjutannya. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu
yang
memampukan
dirinya
untuk
mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya (Rini, 2002). Individu yang memiliki kepercayan diri tinggi merasa memiliki kekuatan dan kemampuan dalam melandasi keyakinan dan keberhasilannya, sedangkan dengan kepercayaan diri yang rendah individu seringkali merasa pesimis dalam menghadapi tantangan, rasa takut, dan khawatir dalam mengungkapkan gagasan-gagasan dalam menentukan pilihan maupun mengambil keputusan dan hanya memiliki sedikit keinginan untuk bersaing
5
dengan orang lain (Lauster, 1978). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan penilaian
positif
terhadap
diri
sendiri
mengenai
kemampuan, bakat kepemimpinan, serta kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh negatif dari keraguraguan, memiliki kententraman diri, mampu menyalurkan segala yang individu ketahui dan segala yang individu kerjakan, serta merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai
tujuan
di
dalam
kehidupan.
Menurut
Iswidharmarjaya dan Agung (2005) kepercayaan diri bukan merupakan aspek yang dibawa seseorang sejak lahir. Terbentuknya kepercayaan diri seseorang tidak lepas dari perkembangan manusia pada umumnya, khususnya
perkembangan
kepribadiannya.
Aspek
kepribadian inilah yang mempunyai fungsi penting dalam kehidupan
manusia,
khususnya
dalam
meraih
keberhasilan. Kepercayaan diri juga berperan dalam memberikan semangat serta motivasi kepada individu untuk dapat bereaksi secara tepat terhadap tantangan dan kesempatan yang dating pada seseorang maupun untuk merasakan
berbagai
kebahagiaan
dalam
hidupnya.
Heckhausen (dalam Tresnawati, 2001) mengemukakan beberapa aspek dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu: individu tersebut memiliki kepercayaan diri yang tinggi, berorientasi kepada masa depan, cenderung memilih tugas dalam tingkat kesukaran
6
sedang, tidak suka membuang-buang waktu, cenderung berteman dengan orang yang memiliki kemampuan dan mengerjakan tugas dengan tangguh dan ulet. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara motivasi berprestasi dengan kepercayaan diri. Hamdan melalui hasil penelitiannya juga mengatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Selain itu, Gardito Jiwo Santoro (2010) Melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi. Sedangkan hasil penelitian yang telah diungkapkan oleh Marini tahun 2003 (dalam Rizkiyah, 2005) menyebutkan
bahwa seseorang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi cenderung mempunyai
tingkat
kepercayaan
diri
yang
tinggi,
tanggung jawab, dan aktif dalam kehidupan sosial. Menurut Mastuti dan Aswi (2008), semakin individu kehilangan suatu kepercayaan diri, maka individu tersebut akan semakin sulit melakukan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga.
7
Manfaat Penelitian Secara
Teoritis,
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi, terutama di bidang psikologi pendidikan. Secara Praktis, Manfaat praktis dari penelitian ini adalah bagi siswa agar siswa dapat lebih mengembangkan motivasi berprestasi dan lebih meningkatkan kepercayaan diri, bagi Guru Sebagai masukan kepada para guru agar
dapat
membantu
siswa
untuk
meningkatkan
rasa
kepercayaan diri dan motivasi berprestasi. TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang diserap dari kata Latin movere yang artinya bergerak (to move) yang berarti suatu yang mendorong individu untuk mencapai suatu hal (Steers & Porter, 1975). Secara common sense, menurut etimologi katanya, motivasi dapat diartikan sebagai suatu yang mendorong kita, yang membuat kita tetap bergerak, dan membantu kita menyelesaikan suatu pekerjaan. Sardiman (1986) menyatakan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
8
Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi Clegg (dalam Udju, 2006), mengemukakan bahwa timbulnya motivasi karena adanya keinginan, kebutuhan, dorongan dan desaka*n hati untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hal tersebut, Clegg mengemukakan aspekaspek motivasi berprestasi, sebagai berikut: a. Harapan untuk sukses, yaitu adanya usaha untuk lebih baik dan mengulang memperbaiki kegagalan. b. Kecendrungan untuk menghindari kesalahan atau kegagalan yaitu berupa dorongan dari dalam diri untuk berusaha tidak mengulang kesalahan yang telah dilakukan. c. Gigih, tidak mudah, menyerah, yaitu memandang kegagalan sebagai cambuk untuk terus berusaha bukan pembuat putus asa. d. Dorongan untuk belajar yaitu, adanya keinginan dari dalam diri individu untuk belajar. Faktor-faktor
yang
Memengaruhi
Motivasi
Berprestasi Heider (dalam Christiany, 2005) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki motivasi berprestasi, yaitu:
9
a. Karakteristik kepribadian Memiliki kepercayaan diri, kemauan dan motivasi berprestasi yang tinggi dimulai dari diri individu itu sendiri terutama kepribadian individu tersebut yang sangat berpengaruh
besar
untuk
mencapai
tujuannya, tergantung bagaimana cara individu tersebut agar mampu mencapai tujuan yang ia inginkan. b. Motif dari perilaku Tujuan yang ingin dicapai individu harus jelas sehingga bisa membuat motivasi seseorang
untuk
berprestasi
menjadi
terarah sebab yang menjadi kemauan, keinginan sudah jelas. c. Faktor situasional Keadaan yang mendukung atau malah menghambat seseorang dalam mencapai tujuannya.
Hal
mempengaruhi
itu
dapat
berprestasi
pula
seseorang,
misalnya kompetisi kompetisi siswa dalam kelas dapat meunghambat atau malah memacu agar bisa berprestasi. d. Faktor lingkungan Begitu
pula
mempengaruhi
lingkungan seseorang
untuk
dapat bisa
10
meningkatkan atau malah bisa menurunkan motivasi berprestasinya. Kepercayaan Diri Menurut Bandura (1997), kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Kepercayaan diri sering diidentikkan dengan kemandirian, meski demikian individu yang percaya dirinya tinggi pada umumnya lebih mudah untuk terlibat secara pribadi dengan individu yang lain dan akan lebih berhasil dalam menjalin hubungan secara interpersonal (Goods & Kiper, dalam Bunker dkk. (1983). Lauster menambahkan definisi kepercayaan diri sebagai keyakinan dan kemampuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Kristanti, 2005). Hal ini dapat berarti bahwa jika kepercayaan diri yang dimiliki oleh individu tersebut merupakan kepercayaan diri yang positif dan baik maka individu tersebut akan merasa yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, sehingga tidak memerlukan bantuan dari orang lain dan tidak terpengaruh oleh orang lain dalam setiap tindakan yang dilakukannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
11
Aspek-aspek Kepercayaan Diri Aspek-aspek
kepercayaan
diri
yang
digunakan
memiliki kesamaan dengan ciri-ciri yang terdapat pada teori Lauster (dalam Ismayati, 2003) adalah: a. Cinta diri Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta dari bukanlah sesuatu yang disediakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri. b. Pemahaman diri Orang yang percaya tidak hanaya merenungi, memikirkan perasaan dan perilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri sendiri. c. Tujuan hidup yang jelas Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya disebabkan punya pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang bisa diharapkan. d. Berpikir positif Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.
12
Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Motivasi Berprestasi pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga Untuk dapat mengerjakan sesuatu menjadi lebih baik diperlukan modal potensi diri rasa percaya diri yang baik pula. Individu yang memiliki rasa percaya diri akan bertindak mandiri dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan sendiri, dimana individu akan mampu bertindak dengan segala penuh keyakinan dan memiliki prestasi. Siswa sebagai individu harus mempersiapkan diri di dalam kehidupan masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, karena prestasi seseorang dipandang penting. Individu menyadari benar bahwa hal inilah yang bisa menjadi salah satu penyebab adanya perasaan gugup, cemas, ataupun tidak percaya diri kalau mengalami kegagalan. Santrock (2001) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah standar keunggulan dan untuk mencurahkan segala upaya untuk mengungguli. Kemauan dan motivasi berprestasi yang tinggi dimulai dari diri individu itu sendiri, terutama kepribadian individu tersebut yang sangat berpengaruh besar untuk mencapai tujuannya, tergantung bagaimana cara individu tersebut agar mampu mencapai tujuan yang ia inginkan. Tujuan yang ingin dicapai individu harus jelas sehingga bisa membuat motivasi seseorang untuk berprestasi menjadi terarah. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa maka perlu dilakukan penilaian atas prestasi belajar siswa
13
tersebut. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistis terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Bila individu merasa rendah diri, individu tidak berhasil menyadari kemampuan yang sebenarnya dimiliki. Individu menghindari mengambil tantangan baru. Dengan cara ini, rasa rendah diri dapat menuntun pada rasa kurang percaya diri yang tidak realistis, membatasi kemampuan individu untuk memberikan yang terbaik. Maka dengan kepercayaan diri akan dapat menyadari dan mengaplikasikan kemampuan dirinya dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan prestasi yang diinginkan. Rasa percaya diri terhadap motivasi berprestasi siswa menguatkan keyakinan akan kemampuan yang ada dalam diri individu seorang siswa sehingga diharapkan akan melakukan aktivitas belajarnya dengan baik serta memperoleh prestasi yang baik pula. Sardiman (1986) menyatakan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu belajar itu dapat tercapai.
14
Hipotesa Berdasarkan tinjauan yang telah dikemukakan diatas maka rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan diri terhadap motivasi berprestasi siswa di SMA Negeri Salatiga. METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Kepercayaan Diri (Variabel Bebas) Kepercayaan diri adalah keyakinan yang di miliki individu bahwa dirinya mampu untuk mengembangkan kemampuan dirinya untuk memperoleh hasil yang diharapkan serta tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Motivasi Berperestasi (Variabel Terikat) Motivasi Berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu,
untuk
mencapai
standar
kesuksesan dan untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan mencapai kesuksesan. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki kesamaan karakteristik (Nurgiyantoro dkk, 2002). Populasi dari penelitian ini adalah jumlah siswa di 3 kelas yaitu X8, X9, X10 SMA Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.
15
Sampel Penelitian Pengertian dari sampel adalah sebagai berikut sample jenuh adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh yang jumlahnya sama dengan jumlah populasi dalam penelitian ini, sesuai dengan yang diutarakan oleh Sugiono (2009) yaitu sampel jenuh adalah teknik sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 95 siswa yang terdiri dari kelas X8, X9, X10. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala psikologi yang terdiri dari 2 skala, yaitu Skala Kepercayaan Diri, dan Skala Motivasi Berprestasi. Item dalam skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan
favorable dan
unfavorable dengan menggunakan 4 alternatif jawaban dari Skala Likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek. Reliabilitas dan Seleksi Item Perhitungan realibilitas dan seleksi item dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 17.0 for windows. Teknik yang digunakan
dalam
pengujian
validitas
alat
ukur
adalah
16
menggunakan uji korelasi Product Moment dari Pearson. Dasar kerja yang digunakan dengan memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Item tes yang disusun bila memiliki kualitas tidak baik akan diseleksi dengan disingkirkan atau direvisi lebih dahulu sebelum menjadi bagian dari tes. Karena dalam penelitian ini menggunakan metode Try Out terpakai, maka item yang berkualitas rendah langsung disingkirkan. Teknik statistik yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson, dengan bantuan program komputer SPSS version 17.0. Berdasarkan pada perhitungan uji reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala Kepercayaan Diri yang terdiri dari 40 item, diperoleh item yang gugur 14 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,252 sampai dengan 0,605. Perhitungan uji reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala Motivasi Berprestasi yang terdiri dari 36 item, diperoleh item yang valid berjumlah 18 item dengan koefisien korelasi item total bergerak antara 0,252 sampai dengan 0,495. Sementara itu, uji reliabilitas diukur dengan mengunakan teknik koefisien Alpha Cronbach. Berdasarkan uji reliabilitas pada Skala Kepercayaan Diri koefisien Alpha sebesar 0,840 yang artinya reliable. Uji reliabilitas pada Skala Motivasi Berprestasi koefisien Alpha sebesar 0,792 yang artinya reliable. Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program
17
komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 17.0 for windows.
HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data penelitian pada masing-masing variabel penelitian, sedangkan uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada telah memenuhi sebagai syarat untuk melakukan analisis uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berdasarkan hasil pengujian normalitas diperoleh hasil skor kepercayaan diri berdistribusi normal yaitu p > 0,05. Hal ini dapat kita ketahui dari variable kepercayaan diri yang memiliki koefisien sebesar 0,935 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,347 (p > 0,05). Sementara itu, variable motivasi berprestasi memiliki koefisien sebesar 0,827 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,501 (p > 0,05). Sementara itu, hasil uji linearitas kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,676 dengan signifikansi p=0,871 (p
18
> 0,05) yang menunjukkan hubungan antara variable kepercayaan diri dengan motivasi berpestasi adalah linear. Uji Korelasi Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Product Moment oleh Karl Pearson diketahui bahwa antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi menunjukkan koefisien korelasi r = 0,377 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga.
PEMBAHASAN Berdasarkan
penelitian
mengenai
hubungan
antara
kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi siswa SMA Negeri 1 Salatiga, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi siswa SMA Negeri 1 Salatiga. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar 0,377 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi memiliki hubungan yang positif. Dalam dunia pendidikan formal motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat memberikan semangat dan gairah pada siswa ketika mengikuti proses belajar
19
mengajar di sekolah. Setiawati, (1996) menegaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi akademik yang setinggi mungkin, demi penghargaan terhadap diri sendiri. Kesuksesan penampilan seseorang selalu dikaitkan dengan motivasi. Motivasi merupakan salah satu aspek psikologis yang mendorong individu untuk memilih, melaksanakan, dan mengarahkan aktivitas-aktivitasnya. Semakin
kuat
motivasi
seseorang
semakin
besar
kemungkinannya untuk berhasil dalam melaksanakan suatu tugas (Barakatu, 2007). Johnson & Johnson (1991) menyatakan bahwa motivasi
pada
umumnya
dipandang
sebagai
kombinasi
kemungkinan sukses yang diperoleh dan kemungkinan insentif yang didapatkan. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistis terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Maka dengan kepercayaan diri akan dapat menyadari dan mengaplikasikan kemampuan diri dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan prestasi yang diinginkan. Rasa percaya diri menguatkan keyakinan akan kemampuan yang ada dalam diri individu seorang siswa sehingga diharapkan akan melakukan aktivitas belajarnya dengan baik serta memperoleh prestasi yang baik pula. Sardiman (1986) menyatakan dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu belajar itu dapat tercapai.
20
Dari hasil kajian penelitian di atas, dapat terlihat bahwa antara kepercayaan diri
dengan motivasi berprestasi siswa
memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diperoleh data bahwa kepercayaan diri sebesar 61,11% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siswi SMA Negeri 1 Salatiga yang duduk di kelas X memiliki kepercayaan diri tinggi. Pada motivasi berprestasi siswa SMA Negeri 1 Salatiga sebesar 67,78% yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siswi SMA Negeri 1 Salatiga memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Hamdan (2009) pada SMUN 1 Setu Bekasi. Dalam penelitian yang telah dilakukan Hamdan (2009) tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa, kepercayaan diri merupakan salah satu faktor pendukung dari semua faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa. Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan kepercayaan diri terhadap motivasi berprestasi siswa, kepercayaan diri memberikan kontribusi sebesar 14% dan sebanyak 86% dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepercayaan diri yang dapat berpengaruh terhadap
motivasi
berprestasi
siswa
seperti
karakteristik
21
kepribadian, motif dari perilaku, faktor situasional, faktor lingkungan Heider (dalam Christiany, 2005). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak variabel yang dapat memengaruhi motivasi berprestasi siswa dan salah satu variabel tersebut adalah kepercayaan diri sehingga nampak jelas bahwa kepercayaan diri mempunyai hubungan positif dengan motivasi berprestasi siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi siswa di SMA Negeri 1 Salatiga, diperoleh kesimpulan Koefisien korelasi antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga adalah sebesar 0,377 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikansi antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga. Besarnya sumbangan efektif kepercayaan diri sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain di luar kepercayaan diri yang memengaruhi motivasi berprestasi siswa, seperti kemampuan, kebutuhan, minat, harapan, adanya norma yang harus dicapai, adanya situasi kompetisi, jenis tugas dan situasi yang menantang dan keadaan sosial ekonomi. Sebagian besar subjek (57,78%) memiliki tingkat kepercayaan diri berada
22
pada kategori tinggi dan sebagian besar subjek (64,44%) memiliki tingkat motivasi berprestasi berada pada kategori tinggi. Adapun saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah motivasi berprestasi siswa berada pada kategori tinggi. Para siswa disarankan dapat lebih mengembangkan motivasi berprestasi dan lebih meningkatkan kepercayaan dirinya dengan cara mengikuti training/pelatihan yang didesain dengan modulmodul berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri siswa yang tinggi tersebut dapat memotivasi dirinya untuk selalu merasa optimis dan dapat bersaing untuk mendapatkan
hasil
yang
terbaik.
Banyak
faktor
yang
memengaruhi motivasi berprestasi siswa, salah satu diantaranya adalah guru yang memegang peranan penting dalam mendidik siswa. Maka kepada pihak sekolah khususnya guru sebagai seorang fasilitator di sekolah disarankan lebih mengembangkan berbagai cara dalam mendidik dan mengajar siswa sehingga motivasi berprestasi siswa dapat lebih ditingkatkan. Kepercayaan diri seperti keyakinan akan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis pada siswa hanyalah beberapa
cara
untuk
kepercayaan dirinya
membantu agar dapat
siswa terus
mengembangkan termotivasi
untuk
mendapatkan hasil yang terbaik di sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang memengaruhi motivasi berprestasi siswa sebesar 92%. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan
23
sehingga terungkap fakto-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi siswa siswi terutama di SMA Negeri 1 Salatiga. Hasil pengembangan faktor-faktor lain seperti kemampuan, kebutuhan, minat, harapan, adanya norma yang harus dicapai, adanya situasi kompetisi, jenis tugas dan situasi yang menantang dan keadaan sosial ekonomi diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian ini khususnya dalam lingkup psikologi pendidikan.
24
DAFTAR PUSTAKA Alwi, H. (2003). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Atkinson, J. & Raynor, J. (1978). Personality, motivation and achievement. New York: Halstead Press, John Willey & Sons. Bandura, A. (1997). Social learning theory. New Jersey: Prentice Hall in. Barakatu, A. R. (2007). Membangun motivasi berprestasi: Pengembangan self efficacy dan penerapannya dalam dunia pendidikan. Lentera Pendidikan, 1, 34-51. Bunker, B. B. dkk (1983). Self confidence dan influence strategis : An organizational stimulation, Journal of personality an social psychology. Vol. 44. No 2. 322-333 USA APA Inc. Caplin, J. P. (2006). Kamus lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Centi, J. P. (1993). Mengapa rendah diri. Yogyakarta: Kanisius. Christiany, L. 2005. Hubungan antara kecemasan terhadap kompetisi akademik di kelas dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas 2 di SMU Virgo Fidelis. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Undangundang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Diakses dari www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf. Ghozali, I. (2009). Aplikasi Multivariate Dengan Menggunakan Program SPSS. Semarang: UNDIP.
25
Hakim, T. (2002). Mengatasi rasa tidak percaya diri. Jakarta: Purwa Suara. Hamdan. (2009). Hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMUN 1 Setu Bekasi. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Ismayati. (2003). Kecemasan dalam menghadapi pensiun ditinjau dari kepercayaan diri dan jenis kelamin. Semarang: Universitas Katholik Soegijapranata. Iswidharmanjaya, A dan Agung, G. (2005). Satu hari menjadi lebih percaya diri. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Johnson, D. W & Johnson, R. T. (1991). Learning together and alone. Boston : Allyn and Bacon. Jiwo, G. S. (2010). Hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada anak yatim. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Lauster, P. (1997). Test kepribadian (terjemahan Cecilia, G. http://www.easySumekto). Yogyakarta: Kanisius hub.org/stephan/kelly-its06.pdf Diunduh tanggal 3 April 2012 Lauster, P. (1997). Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Luxory, Y. (2005). Percaya diri. Jakarta: Khalifa. Maslow, A. (1971). The third the psychology Abraham Maslow. Mastuti & Aswi. (2008). 50 kiat percaya diri. Jakarta: PT. Buku Kita. McClelland, D. C. (1987). Human motivation. New York: Cambridage University.
26
Nurgiyantoro, dkk. (2002). Statistik terapan: Untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rini F. J. (2002). Kepercayaan diri (on line) : http://www.epsikologi.com/dewasa/160502.htm Diunduh tanggal 21 Maret 2012
Rizkiyah. (2005). Hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan kepercayaan diri remaja awal siswa kelas XI IPS SMAN 5 Bekasi. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam As-Syafi’iyah. Udju, O. N. R. (2006). Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua pada Siswa SMP Kristen Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Saptaningrum, N. (2002). Hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan interpersonal siswa SMA Kristen 1 Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Sardiman. 1986. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali. Steers, R. M., & Porter, L. W. (1975). Motivation and work behavior. New York: McGraw-Hill, Inc. Sugiyono. (2007). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. -------. (2009). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Tresnawati, F.L. (2001). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kepercayaan diri pada siswa kelas 3 IPS SMU Negeri 15 Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada.
27
Yudith, H. (2007). Hubungan antara persepsi dukungan keluarga dan konsep diri dengan motivasi berprestasi remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.