PENGALAMAN MAHASISWA PSIK FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MENGENAI PENERAPAN TERAPI KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
OLEH : HIMMATUL KHAIRA NIM : 1112104000032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H 1 i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Himmatul Khaira
Tempat, tanggal lahir
:
Takengon, 26 September 1995
Jenis kelamin
:
Perempuan
Agama
:
Islam
Status
:
Belum Menikah
Alamat
:
Jl. Yos Sudarso Blang Kolak II Bebesen Aceh Tengah
HP
:
+6285219668478
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4. 5.
Tk Al-Qur‟an Sekolah Dasar Negeri 08 Takengon Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-Muslimun Madrasah Aliyah Swasta Ruhul Islam Anak Bangsa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ORGANISASI 1. OPDA 2. CSS MoRA 3. IMAPA
vi
1999-2000 2000-2006 2006-2009 2009-2012 2012-sekarang
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITYSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, Juny 2016 Himmatul Khaira, NIM: 1112104000032 The Experience of Nursing Students of Faculty of Medicine and Health Sciences of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta Regarding The Application of Complementary and Alternative Therapies xvii + 94 pages + 2 schemes + 3 image + 3 attachmnts ABSTRACT This research explored the experience of nursing students of Faculty of Medicine and Health Sciences of Islamic State Syarif Hidayatullah University Jakarta regarding the application of complementary and alternative therapies (cupping therapy, ruqyah therapy, baby massage therapy, and SEFT therapy), including the suitability of the practice of complementary and alternative therapies by theory, the benefits of therapy, the use of complementary and alternative therapies in lieu medical therapy, the incorporation of complementary and alternative therapies with medical therapy. This study used qualitative design descriptive phenomenology of the Nursing students who have practical experience of complementary and alternative therapies. Data were collected by in-depth interviews. Analysis of the data used the Colaizzi method. The result showed that sevent themes found in this study, these included the students are still lacking an understanding on how to perform complementary and alternative therapies, the principle of sterilization less applied in cupping therapy, complementary and alternative therapies give benefit for patients, complementary therapies alternative has not been used as a substitute for medical treatment, SEFT and ruqyah therapy has not been used in conjunction with medical therapy, cupping and massage baby therapy used in conjunction with medical treatment, the merger of cupping therapy with medical therapy provide more effective for the patient's health. Based on these results, it is suggested that students improve their knowledge in the field of complementary and alternative therapies in order to act properly to the patient, and complementary and alternative therapies can be used as an adjunct to medical therapy in nursing services. Key word: experience, complementary and alternative therapies, cupping therapy, ruqyah therapy, baby massage therapy, SEFT therapy Referensi : 69 (years 2003-2016) vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016 Himmatul Khaira, NIM: 1112104000032 Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif xvii + 94 halaman + 2 bagan + 3 gambar + 3 lampiran ABSTRAK Penelitian ini menggali pengalaman mahasiswa keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif (terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT), termasuk kesesuaian praktek terapi komplementer dan alternatif dengan teori, manfaat terapi, penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pengganti terapi medis, penggabungan terapi komplementer dan alternatif dengan terapi medis. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif fenomenologi deskriptif terhadap mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif.Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data yang digunakan adalah metode Colaizzi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat tujuh tema yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif, prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam, terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien, terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis, terapi ruqyah dan SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis, terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis, penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar mahasiswa meningkatkan pengetahuan di bidang terapi komplementer dan alternatif agar dapat melakukan tindakan dengan baik dan benar kepada pasien, dan terapi komplementer dan alternatif dapat digunakan sebagai pelengkap terapi medis dalam pelayanan keperawatan. Kata kunci: pengalaman, terapi komplementer dan alternatif, terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, terapi SEFT. Referensi : 69 (tahun 2003-2016)
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta anugerah_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengalaman Mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengenai Penerapan Terapi Komplementer dan Alternatif”. Skripsi ini dikerjakan oleh penulis dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan dengan melakukan penelitian pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan ilmu yang penulis peroleh selama di bangku perkuliahan. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan, cobaan, dan hambatan yang ditemukan. Namun Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah_Nya, serta kerja keras dan kesabaran disertai dukungan dari berbagai pihak, baik keluarga, kerabat, dan teman-teman sekalian. Sehingga akhirnya proposal ini dapat terselesaikan. Penulis masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Karena itu diharapkan kritik, dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ummi-ku Nurhafshah dan Walid-ku Drs. Nasruddin yang tercinta telah mencurahkan kasih sayangnya, memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan selalu memberikan dukungan tiada henti baik berupa material maupun doa sehingga peneliti bersemangat menyelesaikan skripsi. Dan tidak lupa adik-adikku tersayang Khalish, Qusyairy, dan Kaisa yang terus memberikan ix
dukungan, semangat, dan motivasi serta doa sehingga peneliti terus bersemangat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 4. Ibu Ns. Mardiyanti, M. Kep., MDS selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk melakukan bimbingan dan memberikan motivasi kepada peneliti. 5. Ibu Yenita Agus, SKp.,MKep.,Sp.Mat.,PhD selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi. 6. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing peneliti. 7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penelitit selama perkuliahan. 8. Segenap Staf bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan. 9. Kepada Kementrian Agama yang telah menyelenggarakan Program Beasiswa Santri Berprestasi, sehingga penulis dapat melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Sahabat dan Temanku Irma, Indah, Emilia, Nurhidi, Puji Rahma, Puji Pertiwi, Nuraini, Vini, Ifah, Puspa, Widya, dan Zaky yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan serta membantu peneliti dalam menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami peneliti ketika menyelesaikan skripsi. x
11. Teman-teman keperawatan 2012, dan sahabat yang telah berjuang bersamasama dalam perkuliahan di Keperawatan. 12. Teman-teman CSS MoRA UIN Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam pengerjaan proposal penelitian. 13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam banyak hal. Akhir kata, peneliti hanya dapat berdoa agar segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan terbaik dari Allah SWT. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca serta peneliti lain yang mempergunakannya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Jakarta, Juni 2016
Himmatul Khaira
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ ii PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v ABSTRACT ............................................................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7 E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 9 A. Pengalaman ...................................................................................................... 9 1. Definisi........................................................................................................ 9 2. Hal-hal yang dipengaruhi pengalaman ....................................................... 9 B. Terapi Komplementer dan Alternatif ............................................................. 11 1. Pengertian ................................................................................................. 11 2. Klasifikasi ................................................................................................. 13
xii
C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah .............................................. 16 1. Terapi Bekam ............................................................................................ 16 2. Ruqyah ...................................................................................................... 20 3. Pijat Bayi ................................................................................................... 27 4. SEFT ......................................................................................................... 32 D. Peraturan Pemerintah Tentang Terapi Komplementer .................................. 37 E. Penelitian Terkait .......................................................................................... 39 F. Mahasiswa ..................................................................................................... 40 1. Definisi...................................................................................................... 40 2. PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................................... 41 G. Kerangka Teori .............................................................................................. 43 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ............................... 44 A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 44 B. Definisi Istilah ................................................................................................ 44 BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 46 A. Desain Penelitian ........................................................................................... 46 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 46 C. Informan penelitian ........................................................................................ 47 D. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 47 E. Teknik Pengambilan Sampel ......................................................................... 48 F.
Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 48
G. Keabsahan Data ............................................................................................. 50 H. Teknik Analisa Data ...................................................................................... 52 I.
Etika Penelitian .............................................................................................. 55
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................. 57 A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ........................................................... 57 B. Analisa Tematik Hasil Penelitian................................................................... 57
xiii
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 73 A. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 73 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 91 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 92 A. Kesimpulan .................................................................................................... 92 B. Saran .............................................................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1
Kerangka Teori………………………………….………..….…....…..43
Bagan 4.1
Teknik Analisa Data………………..…………….………..……….….54
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Pengalaman Mempengaruhi Pemahaman….……….….……..……..10
Gambar 2.2
Area Tapping Terapi SEFT pada Kepala, Wajah dan Badan ..…..…35
Gambar 2.3
Area Tapping Terapi SEFT pada Tangan………...….…….………..36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Ayat-Ayat Ruqyah
Lampiran 2
Wawancara Mendalam
Lampiran 3
Matrikulasi Analisa Data
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi komplementer dan alternatif telah berkembang di banyak negara di dunia. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari data WHO (World Health Organization). Sebanyak 80% penduduk Afrika menggunakan terapi komplementer dan alternatif sebagai perawatan kesehatan primer. 95% rumah sakit di China juga memiliki pengobatan tradisional. Demikian pula India, 2.860 rumah sakitnya juga memiliki pengobatan tradisional. 40% dari populasi penduduk Indonesia dan 70% masyarakat pedesaan di negara ini juga menggunakan terapi komplementer dan alternatif (Kamaluddin, 2010). Berdasarkan sensus di negara negara barat seperti Australia tersebut, terdapat 8.600 orang yang bekerja sebagai terapis (Australian Bureau of Statistics, 2008). Prancis, kurang lebih 75% penduduknya menggunakan terapi komplementer dan alternatif, dan di Amerika 29-42% populasi penduduknya menggunakan terapi komplementer alternatif (Debas, Laxminarayan & Strauss, 2006) Berdasarkan data dari SUSENAS tentang penggunaan pengobatan tradisional dari tahun 2003 hingga 2006. Penggunaan terapi komplementer dan alternatif terus mengalami peningkatan. Pengobatan alternatif tradisional mengalami peningkatan dari 30,24%, hingga mencapai 38,30%. Tahun 2007 hingga tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan
1
2
pengobatan tradisional mengalami naik-turun dan memiliki grafik yang fluktuatif (Badan Pusat Statistik, 2014). Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Seperti Rumah Sakit Dharmais, Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dan RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011 dalam Setyaningsih, 2012) Tingkat keberhasilan terapi komplementer dan alternatif terbukti dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Penelitian mengenai terapi mindfulness sebagai manajemen intervensi stres dengan design penelitian systematic review. Dari 17 penelitian yang memiliki kriteria inklusi yang sama, ditemukan hasil 16 penelitian menunjukkan perubahan yang positif pada fisiologis dan psikologis klien berhubungan dengan ansietas dan/atau stres (Sharma, dkk, 2014). Penelitian lain terkait terapi komplementer dan alternatif, yaitu pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Bergas kabupaten Semarang. Pada penelitian tersebut ditemukan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada kelompok intervensi.
3
Intervensi dilakukan selama satu kali 15 menit yang dilakukan selama satu hari. Sebelum intervensi SEFT, tekanan darah systole rata-rata 158,93 mmHg dan setelah intervensi mengalami penurunan menjadi 157,47 mmHg. Tekanan darah diastole sebelum intervensi SEFT 88,67mmHg dan setelah intervensi yaitu 88,00 mmHg (Rofacky, 2014). Terapi komplementer dan alternatif yang diterapkan bersamaan dengan terapi medis akan menghasilkan progress yang lebih baik, terbukti dari penelitian yang telah dilakukan di sebuah klinik di Iran. Penelitian mengenai keefektifan bekam basah untuk low back pain dengan design penelitian randomized controlled trial, dari 98 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang hanya diberikan tindakan medis biasa di klinik dan kelompok yang diberikan tambahan intervensi bekam. Didapatkan hasil setelah tiga bulan intervensi, kelompok yang mendapatkan tindakan bekam basah melaporkan intensitas nyeri yang mereka rasakan berkurang, dan medikasi yang digunakan juga berkurang. Sedangkan kelompok yang hanya diberikan tindakan medis biasa di klinik, tidak mengalami perubahan intensitas pada nyeri yang mereka rasakan dan tetap menggunakan medikasi seperti biasa (Farhadi, dkk, 2009). Hambatan dalam terapi komplementer dan alternatif. Hambatan yang masih terjadi dalam terapi komplementer dan alternatif yaitu terjadinya efek samping serta risiko terhadap keamanan dan perlindungan pasien (patient safety), seperti pada terapi bekam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Korea dengan design penelitian systematic review, terdapat 16 penelitian yang
4
masuk kriteria pada review ini. Design penelitian yang digunakan dalam 16 penelitian tersebut yaitu cross sectional study, prospectional audit study, observational study, dan RCT (Random Control Triall).
Dua penelitian
menggunakan cross sectional study. Pada penelitian yang pertama56.5% pasien diberikan terapi bekam kering, dan terjadi bengkak selama tindakan, 51.2% terjadi ruam atau gatal-gatal, 53.2% mengalami peningkatan nyeri. Pada penelitian yang kedua, 45.9% mengalami pusing, 60.9% mengalami ruam atau gatal-gatal, 68.8% mengalami peningkatan intensitas nyeri, dan 20% terkena infeksi karena tindakan bekam basah. Penelitian yang ketiga dengan design prospective audit study tentang kemungkinan penyebab patologis dari Iron Deficiency Anemia (IDA), dilaporkan bahwa dari 11 pasien (5.3%) diantara 206 lelaki dewasa dengan IDA diduga karena tindakan bekam basah. Pada penelitian observational study, anemia (n=5), factital panniculitis (n=2), dan infeksi virus herpes (n=2). Dan pada penelitian RCT, dengan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama diberikan terapi bekam kering, 43 responden mengalami peningkatan nyeri. Kelompok yang kedua diberikan terapi bekam basah, dan tidak mengalami efek samping apapun (Tae Hun, dkk, 2013). Beberapa perawat di San Diago telah mempraktekkan terapi komplementer dan alternatif ke dalam praktek keperawatan dan terapi ini berdampak positif bagi pasien, salah satunya yaitu terapi Healing Touch (HT).Terapi Healing Touch (HT) diterapkan kepada pasien yang mengalami distress dan tidak bisa tidur. Terapi healing touch ternyata dapat membuat
5
pasien rileks dan tertidur tanpa khawatir dengan stress yang ia rasakan (UC San Diago, 2014). Selain itu, terapi HT juga dapat digunakan unutk mengurangi intensitas nyeri pada pasien. Dari 36 pasien yang diberikan intervensi HT, skor nyeri rata-rata menurun dari 6.61 menjadi 1.79. Sebelum dilakukan inervensi HT, 19 dari 36 pasien (53%) memiliki skor nyeri tujuh ke atas. Setelah dilakukan HT hanya 2 dari 36 pasien (2%) memiliki skor nyeri tujuh ke atas (UCSD Journal of Nursing, 2014). Beberapa Universitas di Indonesia yang telah mengajarkan terapi komplementer dan alternatif yaitu Universias Brawijaya, STIKes Kuningan, dan Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Andalas, Universitas Airlangga,
Universitas
Muhammadiyah
Malang,
Poltekes
Surabaya,
Universitas Nasional. Meskipun sudah banyak Mahasiswa PSIK yang telah memiliki
pengetahuan
dan
pengalaman
praktek
mengenai
terapi
komplementer dan alternatif, namun belum ada yang melakukan eksplorasi pengalaman mereka mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Februari 2016 dengan 4 mahasiswa PSIK, didapatkan hasil bahwa bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT adalah terapi komplementer dan alternatif yang telah dipelajari
teorinya
dan
telah
dipraktekkan.
Pada
penerapan
terapi
komplementer dan alternatif yang dilakukan, 3 dari 4 mahasiswa menyatakan penerapan terapi bekam belum sesuai dengan teori yang dipelajari dan 1 orang menyatakan bahwa terapi pijat yang dipraktekkan tidak sesuai urutan seperti pada teori yang dipelajari, akan tetapi tekniknya sudah sesuai teori. Pada
6
kefektifan terapi kompementer dan alternatif yang telah dipraktekkan, ke empat mahasiswa menyatakan bahwa terapi yang telah dipraktekkan tersebut efektif bagi pasien. Dari beberapa fenomena di atas membuat peneliti merasa tertarik untuk meneliti
pengalaman
mahasiswa
PSIK
mengenai
penerapan
terapi
komplementer dan alternatif. Terapi komplementer dan alternatif yang termasuk dalam penelitian yaitu pengalaman mengenai penerapan terapi pijat bayi, bekam, SEFT, dan ruqyah.
B. Rumusan Masalah Akhir dekade ini penggunaan terapi komplementer dan alternatif terus meningkat di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.Banyak penelitian juga yang membuktikan bahwa terapi komplementer dan alternatif itu efektif digunakan bagi pasien. Dan jika terapi ini tidak dilakukan akan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan bagi pasien. Di samping itu, terapi komplementer dan alternatif juga memiliki beberapa efek samping yang terjadi. Meskipun efek samping ini masih terjadi, akan tetapi masih banyak pula pengguna terapi komplementer dan alternatif. Beberapa universitas
di
Indonesia
yang memiliki prodi ilmu
keperawatan, telah mengajarkan terapi komplementer dan alternatif kepada mahasiswanya dan telah melakukan praktek terapi komplementer dan alternatif. Meskipun sudah banyak Mahasiswa PSIK yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman praktek mengenai terapi komplementer dan
7
alternatif, namun belum ada yang melakukan eksplorasi pengalaman mereka mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah mendapatkan materi mengenai terapi komplementer dan alternatif serta pengalaman praktek di klinik terapi komplementer dan alternatif di Tangerang Selatan. Sehingga peneliti ingin mengeksplorasi pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman mahasiswa PSIK UIN Jakarta mengenai penerapan terapi
komplementer dan
alternatif. 2. Tujuan khusus Mengidentifikasi
pengalaman
mahasiswa
keperawatan
mengenai
penerapan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian serta memperoleh ilmu tambahan mengenai pengalaman mahasiswa PSIK UIN
8
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. 2. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan untuk dijadikan pertimbangan bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk membuat kebijakan mengenai penerapan dan pengembangan terapi komplementer di bidang keperawatan yang lebih baik. 3. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai masukan bagi profesi keperawatan untuk mengintegrasikan terapi komplementer dan alternatif ke dalam pelayanan keperawatan. 4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk menggali pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif serta pendekatan fenomenologis. Metode pengambilan data akan dilakukan dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview) untuk memperoleh informasi langsung dari objek serta mengeksplorasi secara mendalam mengenai sudut pandang responden terhadap integrasi terapi komplementer dalam keperawatan (Burnard, 2011). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016. Objek penelitian adalah mahasiswa PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman 1. Definisi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah segala sesuatu yang dialami, dirasakan, dan dijalani oleh seseorang (Alwi, 2007). Pengalaman juga merupakan kumpulan dari banyak kejadian dan penyikapan terhadap masalah yang dialami. Pengalaman akan mendorong seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup, untuk bertindak dan pengalaman juga dapat meningkatkan daya saing dan daya nalar setiap orang (Yudantara, 2006).
2. Hal-hal yang dipengaruhi pengalaman a. Pengalaman mempengaruhi pemahaman Semakin banyak pengalaman yang dibagi, semakin tinggi tingkat pemahaman satu sama lain. Hal ini digambarkan oleh Bovee (2003) dalam Sukoco (2007) sebagai berikut:
Sedikit pengalaman
Pengalaman yang
Banyak
yang dibagi
dibagi rata-rata
pengalaman yang dibagi
9
10
Pengertian
tidak
Pengertian serupa
serupa
Pengertian sangat serupa
Kesalahpahaman
Derajat
Derajat
pemahaman
rata-
pemahaman tinggi
rata
Gambar 2.1.Pengalaman mempengaruhi pemahaman. b. Pengalaman mempengaruhi pengambilan keputusan Pengalaman
masa
lalu
dapat
memberi
dampak
dalam
pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Jullison, Karlsson, dan Garling (2005) mengindikasikan keputusan di masa lalu mempengaruhi keputusan yang diambil seseorang di masa yang akan datang. Hal ini berdasarkan suatu alasan yaitu ketika suatu hal yang positif itu terjadi dari sebuah keputusan, orang-orang akan lebih mengambil keputusan yang mendekati hal tersebut, meski diberi situasi yang sama. Di lain sisi, orang-orang cenderung mengulang kesalahan yang sama (Sagi & Friedland, 2007 dalam Dietrich, 2010). c. Pengalaman mempengaruhi perilaku Perilaku seseorang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya. Pengaruh ini tentu berhubungan pula dengan lingkungan sosial tempat seseorang itu melakukan aktivitasnya (Brownlee, 2006). Contohnya, mahasiswa yang praktek di sebuah
11
klinik. Jika perilaku yang diterima dari lingkungan sosialnya baik dan memberi dampak yang positif pula bagi dirinya, maka kemungkinan akan tercipta perilaku yang baik pula. Hal itu dapat terjadi karena ia diperlakukan baik oleh lingkungan sekitarnya.
B. Terapi Komplementer dan Alternatif 1. Pengertian Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi medis.Pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan terapi medis (Moyad & Hawks, 2009). Definisi lain mengenai terapi komplementer dan alternatif
adalah
pengobatan
non
medis
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik (Erry, et al, 2014). Menurut peraturan menteri kesehatan, pengobatan komplementeralternatif adalah pengobatan non-konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional (Menkes, 2007). Terapi komplementer dan
12
alternatif di Indoensia digunakan oleh 40% populasi penduduknya, dan 70% masyarakat pedesaan menggunakan terapi ini (WHO dalam Kamaluddin, 2010). Terapi komplementer didefinisikan pula sebagai terapi yang digunakan bersama dengan tindakan konvensional medis. Terminologi pengobatan integratif juga digunakan. Pada pengobatan integratif, terapi komplementer dikombinasikan dengan terapi konvensional medis yang sudah terbukti aman dan efektif (Cady, 2009 dalam College and Association of Registered Nurses of Alberta, 2011). Terapi komplementer dan alternatif telah ada selama beberapa abad. Filosofi kuno seperti Hippocrates, Plato, dan Aristoteles lebih menyukai menggunakan kemujaraban terapi komplementer. Penggunaan terapi komplementer Florence
pada praktek keperawatan kembali lagi pada zaman
Nightingale,
penemu
pendidikan
keperawatan.
Ia
mendeskripsikan penggunaan berbagai terapi seperti musik, panas dan dingin, massage, dan nutrisi pada perawatan pasien secara holistik (Lindquist, 2013). Terapi komplementer lebih kepada sekelompok praktek keperawatan yang bukan merupakan tradisi dari negara/daerah sendiri dan tidak disatukan ke dalam sistem perawatan kesehatan dominan. Istilah lain terkadang digunakan untuk menggambarkan praktek perawatan kesehatan termasuk „pengobatan alami‟, „pengobatan nonkonvensional‟ dan pengobatan holistik‟ (WHO dalam Health Professions Licensing Authority, 2007).
13
Istilah terapi komplementer meliputi intervensi yang dapat melengkapi perawatan dengan lebih tradisional yang diberikan dengan perawat tapi tidak terbatas untuk sentuhan terapeutik, massage, relaksasi, meditasi, visualisasi, aromaterapi, refleksologi, iridologi, yoga, dan kinesiologi (Health Professions Licensing Authority, 2009) Integrasi terapi komplementer dan pengobatan medis menimbulkan tantangan bagi perawat yang merupakan bagian terdepan dalam pelayanan kesehatan dan memberikan informasi kepada pasien (Chu & Wallis 2007 dalam O‟Regan, et al, 2010).
2. Klasifikasi Menurut
kementerian
kesehatan,
ruang
lingkup
pengobatan
komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan biomedik, yaitu: a. Intervensi tubuh-pikiran (mind-body interventions) b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of medical practice) c. Metode penyembuhan manual (manuall healing methods) d. Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic treatments) e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition the prevention and treatment of disease) f. Cara lain dalam mendiagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and treatment methods).
14
Jenis terapi komplementer dan alternatif di atas dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia (Kemenkes, 2007). Menurut White House Commission on Complementary and Alternative Medicine Policy, and the National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM), klasifikasi terapi komplementer dibagi menjadi lima kategori yaitu : a. Sistem medikal alternatif: terapi ini dipertimbangkan sebagai sistem yang komplit dari teori dan praktek, sistem alternatif kepada pengobatan konvensional, dan hal tersebut telah dipraktekkan di Cina dan India selama ribuan tahun. Terapi yang termasuk pengobatan tradisional Cina, yaitu ayuverda, naturopathy, dan homeopati. b. Intervensi mind-body: termasuk teknik-teknik atau intervensi yang meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh. Menurut NCCAM, intervensi mind-body fokus pada interaksi antara otak, pikiran, tubuh dan sikap, dengan tujuan menggunakan pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh dan promosi kesehatan. Terapi pendukung lain termasuk terapi kognitif dan sikap, meditasi, relaksasi dan visualisasi, hipnotis, terapi kesenian, terapi musik, dan lain-lain (College And Association of Registeres Nurses of Alberta, 2011) c. Salah satu praktek mind-body yaitu imagery yang merupakan formasi representasi mental dari objek, tempat, kejadian, situasi yang dipahami melalui perasaan. Terapi ini adalah strategi kognitif-sikap yang menggunakan imajinasi individu sendiri dan proses mental dan dapat
15
dipraktekkan sebagai aktivitas mandiri atau didampingi oleh seorang professional. Imagery menggunakan seluruh sensori-visual, oral, taktil, olfaktori, proprioseptif, dan kinestetik. Walapun imagery sering lebih kepada visualisasi, termasuk juga membayangkan melalui semua sensori dan tidak hanya mampu melihat sesuatu dengan mata pikiran. Van Kuiken (2004) mendeskripsikan empat tipe imagery : 1. Terapi dasar biologis: terpai ini menggunakan produk natural, seperti diet herbal, makanan, vitamin, probiotik, dan suplemen diet (termasuk juga substansi yang tidak atau belum dibuktikan secara ilmiah, seperti kartilago hiu untuk menyembuhkan kanker). 2. Metode manipulasi tubuh: terapi ini menekankan manipulasi atau gerakan dari satu bagian tubuh atau lebih. Termasuk kiropraktik, osteopati, massage, dan refleksologi. 3. Terapi dasar energi: terapi ini melihat penyembuhan itu dari perspektif lapang energi. Terapi ini berdasarkan manipulasi lapang energi dan termasuk dua kategori: terapi biofield, yang mempengaruhi lapang energi yang mengelilingi dan menembus tubuh manusia, seperti reiki, sentuhan terapeutik, dan terapi bioelektromagnetik, yang melibatkan penggunaan lapang elektromagnetik yang tidak konvensional, merubah lapang energi, dan lain-lain.
16
C. Terapi Bekam, SEFT, Pijat Bayi, dan Ruqyah 1. Terapi Bekam a. Definisi Bekam
merupakan
metode
pengobatan
dengan
cara
mengeluarkaan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari (Kasmui, 2014). Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan Rasulullah SAW. Sesuai hadits, “Dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah bersabda : “Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas” (H.R. Bukhari). Bekam hanya boleh dilakukan pada pembekuan/penyumbatan pembuluh darah, karena fungsi bekam yang sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Yasin, 2007 dalam Kamaluddin, 2010).Bekam terbagi dua yaitu bekam basah dan bekam kering. b.
Cara melakukan bekam 1) Bekam Basah Teknik bekam ini merupakan cara pengeluaran darah statis atau darah kotor yang dapat membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan.
17
a)
Memeriksa tekanan darah
b)
Sebelum ditusuk titik yang akan dibekam, dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas beralkohol 70%
c)
Lakukan pemijatan dan pijat seluruh anggota badan dengan minyak but-but/ zaitun/ minyak habbatussauda, selama -/+ 510 menit, agar peredaran darah menjadi lancar. Sehingga, hasil pengeluaran toksid lebih optimal.
d)
Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah ditentukan titik-titiknya, 3-5 kali pompa. Biarkan selama 2-3 menit untuk membeikan kekbalan pada kulit saat dilakukan penyayatan.
e)
Lepas gelas kaca tersebut, kemudian basuh permukaan kulit dengan minyak zaitun. Lakukan penyayatan dengan jarum (lancing), sayatan disesuaikan dengan diameter/lingkaran gelas kaca tersebut. Vacuum kembali 3-5 kali pompa dan biarkan selama 3-5 menit.
f)
Buang darahnya, lalu bekas sayatan dibersihkan dengan tissue dan diberi antiseptik seperti minyak zaitun atau minyak butbut, agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh. Hindari terkena air selama 1-2 jam.
g)
Pembekaman dapat dilakukan setiap hari pada titik yang berbeda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan pada titik yang sama.
18
2) Bekam Kering a) Pijat seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-but atau minyak zaitun, selama 5 menit. b) Vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada titik-titik pijat bayi yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-15 menit. c) Lepas gelas kaca tersebut dan pijat kembali bekas bekam dengan minyak but-but atau zaitun selama 2-3 menit. 3) Bekam meluncur a) Pijat seluruh area punggung dengan pinyak but-but, minyak zaitun, atau habbatussauda secukupnya. b) Vacuum dengan kop pada permukan kulit 1-3 kali pompaan. Kemudian gerakkan kop ke seluruh area punggung, sampai terlihat kemerahan. Cukup dilakukan selama 2-3 menit. c) Lepas kop bekam. Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angina pada tubuh, melemaskan otot-otot, dan melancarkan peredaran darah.
c. Manfaat bekam 1) Bekam Basah Manfaat bekam basah diantaranya yaitu, membersihkan darah dan racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf spinal, mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal
19
dan
pengapuran
pada
pembuluh
darah
(arteriosclerosis),
menghilangkan rasa pusing-pusing, memar di bagian kepala, wajah, migraine, dan sakit gigi, menghilangkan kejang-kejang dan keram yang terjadi pada otot, memperbaiki permeabilitaspembuluh darah, sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina pectori, membantu dalam pengobatan mata, bagi wanita, dapat membantu mengobati gangguan rahim dan berhentinya haid, menghilangkan sakit bahu, dada, dan punggung, membantu mengatasi
kemalasan,
lesu,
dan
banyak
tidur,
dapat
menyembuhkan penyakit encok dan reumatik, dapat mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat, dan gatal-gatal, dapat mengatasi radang selaput jantung, dan radang ginjal, mengatasi keracunan, dan dapat menyembuhkan luka bernanah dan bisul. b)
Bekam Kering Bekam kering dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah masuk angina, menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis, menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan, meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah, melenturkan otot-otot yang tegang, radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang, pembengkakan liver, radang ginjal, dan wasir(Fatahillah, 2006 dan Nilawati, dkk, 2008).
20
2. Ruqyah a.
Definisi Ruqyah Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan menggunakan bacaan ayat-ayat Al Qur‟an dan as-Sunnah Nabi SAW yaitu do‟a-doa Rasulullah SAW (Akhmad, 2006). Menurut Ibnu Qayyim, ruqyah adalah pengobatan dengan cara membaca Al-Qur‟an dan do‟a-do‟a ma‟tsurat (yang diambil dari AlQur‟an dan hadits). Dikatakan bahwa membaca Al-Qur‟an dan do‟ado‟a ma‟tsurat itu merupakan sesuatu yang paling utama bagi manusia untuk mencegah sihir dan menolak pengaruh jelek sihir (Azhim, 2006).
b. Cara Melakukan Ruqyah Sebelum melakukan ruqyah, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kondisi tempat, jasmani dan ruhani pasien dan terapis sendiri. 1) Persiapan tempat a) Tempat bersih, sejuk dan tenang. Agar bacaan Al Qur‟an yang didengar meresap kedalam hati pasien. Jika dirumah, matikan TV dan semua suara musik dan kebisingan lain.
21
b) Membersihkan tempat dari semua benda keramat, jimat-jimat penangkal
sihir,
patung
dan
lukisan-lukisan
bernyawa
termasuk foto. c) Bacakan ayat Kursi untuk membentengi lokasi dan mohon perlindungan kepada Allah, juga memberi pewangi ruangan. 2) Persiapan jasmani a) Siapkan jiwa pasien; bimbing jiwanya agar kuat dengan melepaskan
semua
bentuk
dendam
dan
kekecewaan
dimasalalunya. b) Anjurkan untuk berwudhu agar jasmani dan ruhaninya rileks. c) Perintahkan untuk membebaskan diri dan rumah dari benda keramat dan jimat-jimat penangkal dan kembali kepada Allah. d) Ajak pasien bertaubat, dengan beristighfar atau mengajaknya shalat taubat. e) Bimbing pasien untu berdo‟a memohon perlindungan dan kekuatan kepada Allah. f) Arahkan pasien untuk rileks dan menyimak dengan khusyuk ayat-ayat ruqyah yang akan dibacakan. g) Jika pasien wanita tidak dianjurkn untuk mengobatinya kecuali disertai salah seorang muhrimnya 3) Persiapan bagi peruqyah a) Berwudhu
22
b) Jika masalahnya berat, lakukan sholat mutlak 4 rakaat untuk memohon pertolongan Allah c) Baca doa-doa pembentengan diri dan bentengi lokasi (dengan ayat kursi). d) Mempersiapkan peralatan/sarana untuk meruqyah e) Mengidentifikasi penyakit, membedakan sihir atau medis, dan menyimpulkan jenis terapi Setelah persiapan, yang dilakukan selanjutnya adalah membacakan ayat-ayat ruqyah ditelinga pasien dengan tartil, hal ini berdasarkan contoh yang pernah dilakukan oleh Rasulullah WAS dalam menangani pasien sihir. Ayat-Ayat Ruqyah ini berdasarkan hadits dari Ubay bin Kaab ra, juga diriwayatkan dari Abdurahman bin Abu Laila yang diriwayatkan Ibn Majah dalam Sunannya (2/117) juga diriwayatkan Imam Hakim: Hadits itu menceritakan seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah WAS dan menceritakan bahwa saudaranya sedang sakit dan saat itu Rasulullah WASbertanya; “Apa penyakit saudaramu?” Dia berkata; “Dia seperti orang gila (kesurupan)”. Dan beliau bersabda lagi; “Jemputlah dia dan bawa kemari”. Dan bapa itupun membawanya, kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat-ayat berikut: Al Fatihah, empat ayat Awal Al Baqarah (1-4), Pertengahan Al Baqarah (163-164), Ayat Kursi (Al Baqarah 255), Tiga Ayat Akhir Al Baqarah (284-286), Al Imran 18, Al A‟raaf 54-56, Al Mukminun
23
(116-118), Al Jin 3, As Shafaat 1-10, Al Hasyr 22-24, Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nass. Jika pasien mulai bereaksi, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan jangan takut, takutlah hanya kepada Allah agar semua mahluk-Nya takut kepada kita. Setelah selesai dibacakan ayat-ayat ruqyah. Jika pasien muntah hebat atau merasa lemas, terapis harus memeriksa keberadaan jin. Caranya adalah dengan melihat tanda-tandanya langsung dengan membacakan ayatayat tertentu, seperti membaca surat Hud ayat 56 sambil meletakkan tangan di atas ubun-ubun pasien. Atau membaca surah al Baqarah 148 untuk memanggil kembali jin tersebut jika belum keluar atau hanya keluar dan masih berada di sekitar. Jika telah dibacakan berulang ulang namun tidak ada reaksi, maka ucapkan Alhamdulillah dan sarankan pasien untuk sujud syukur karena jin sudah keluar. Dan Allah yang lebih tahu hal ini. Setelah ikhtiar yang dilakukan, sebagai manusia hanya bisa bertawakal kepada-Nya. Tugas terapis selanjutnya yaitu menjaga agar jin tidakmasuk lagi setelah ia keluar. Sebelum melakukan ini, terapis harus meyakinkan pasien mengenai apa yang ia rasakan. Jika pasien mengatakan kondisinya baik, segar, nyaman dan kondisi yang terlihat juga normal tanpa rasa sakit (kecuali bekas pijatan atau tekanan biasa di tubuh dan juga rasa sakit terasa lemah badan) maka insyaAllah tahap ini selesai.
24
Tugas selanjutnya adalah menasehati pasien. Akan tetapi, jika pasien masih merasa sedikit sakit atau terdapat kedutan di tempattempat tertentu, seperti di punggung, leher, kepala, kaki, atau sekitar pergelangan tangan dan kaki, maka ruqyah belum benar-banar belum tuntas. Karena biasanya getaran itu akan semakin kuat dan gangguan jin terjadi lagi. Hal yang harus terapis lakukan adalah menghilangkan bekas-bekas sihir itu, bisa dengan terpai al-Fatihah, ataupun menariknya dengan ayat penarik, memukul dengan ayat pemukul dengan tatacara di atas. Daerah pergelangan tangan, telapak tangan dan kaki beserta pergelangannya. Biasanya setelah dilakukan ruqyah terdapat rasa panas/dingin/kesemutan/berat atau kedutan ringan di daerah tersebut. Jika hal ini terjadi, maka harus segera dibacakan surah al-Mukminun ayat 115 di tiupkan ke tangan dan tarik keluar/ujung kaki atau tangan sambil membaca “La haula wa laa quwwata illa billahil „aliyyil „azhim”. Lakukan dua atau tiga kali sampai sakit benar-benar hilang. (Akhmad, 2006).
c. Manfaat Ruqyah 1) Terapi ruqyah untuk penyakit fisik Contoh ruqyah untuk pengobatan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW,
yaitu
untuk
menyembuhkan
sengatan
kalajengking. Sebagaimana dalam hadits berikut. “Diriwayatkan
25
oleh Ibnu Abi Syuaibah dalam Musnd-nya dari Hadits Abdullah bin Mas‟ud, ia menceritakan: Ketika Rasulullah SAW shalat, pada saat beliau bersujud, tiba-tiba seekor kalajengking menyengat jari tangannya. Maka Rasulullah keluar dan berkata: Semoga Allah melaknat kalajengking. Kalajengking tidak membeda-bedakan antara seorang nabi dengan yang lainnya. Kemudian Rasulullah menyuruh diambilkan air dan garam, lalu bagian yang disengat kalajengking
sambil
membaca
Qul
huwallahu
ahad
dan
muawwidzatain sehingga rasa sakitnya reda.” Selanjutnya diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Utsman bin Abil Ash diceritakan bahwa ia pernah datang menemui Rasulullah menceritakan sakit yang diseritanya di bagian tubuhnya semenjak
ia
masuk
Islam.
Maka
Nabi
SAW
bersabda:
“Letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkan bismillah tiga kali, dan ucapkanlah doa berikut sebanyak tujuh kali:“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan apa yang kudapati dan kukhawatirkan akan terjadi.” 2) Terapi ruqyah untuk gangguan jiwa Adapun terapi ruqyah untuk gangguan jiwa disebutkan di dalam beberapa hadis berikut: Di dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih melalui Kharijah Ibnush Shilt, dari pamannya yang menceritakan: Aku datang kepada Nabi saw. dan masuk
26
Islam, kemudian aku pulang. Aku bertemu dengan suatu kaum, di antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat dengan belenggu besi. Lalu keluarganya berkata, “Sesungguhnya kami mendapat berita bahwa temanmu itu (Nabi SAW)telah datang dengan membawa kebaikan, apakah engkau punya sesuatu untuk mengobatinya?” Aku meruqyahnya dengan bacaan Fatihatul Kitab, ternyata ia sembuh, lalu mereka (keluarga si sakit) memberikan seratus ekor kambing. Aku datang kepada Nabi saw. dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau bersabda, “Apakah hanya ini (yang engkau ucapkan)?” Menurut riwayat yang lain disebutkan, “Apakah engkau mengucapkan selain itu?” Aku menjawab, “Tidak.” Beliau saw. bersabda, “Ambillah ternak itu. Demi umurku, sesungguhnya orang yang memakan dari hasil ruqyah batil (tidak boleh tetapi engkau memakan dari ruqyah yang benar. ”Selanjutnya disebutkan juga di dalam hadis riwayat Abu Dawud. Di dalam hadis tersebut Abu Dawud mengatakan bahwa dia mengetengahkannya melalui Kharijah, dari pamannya yang menceritakan: Kami kembali (pulang) dari sisi Nabi saw., lalu kami sampai pada suatu kabilah orang Badui. Mereka berkata, “Apakah kalian memiliki obat penawar, karena sesungguhnya di kalangan kami ada seorang yang gila dibelenggu dengan rantai. ”Lalu mereka mendatangkan orang gila tersebut dalam keadaan terbelenggu. Maka aku membacakan kepadanya Fatihatul Kitab
27
selama tiga hari setiap pagi dan petang. Aku menghimpun ludahku, lalu kuludahkan kepadanya sehingga si gila tersebut seakan-akan baru lepas dari ikatannya (sembuh), lalu mereka memberiku upah.Tetapi aku berkata, “Jangan.” Mereka berkata, “ Tanyakanlah dahulu kepada Nabi saw.” Aku bertanya kepada Nabi saw. dan beliau bersabda, “Makanlah demi umurku, barang siapa yang memakan (dari hasil) ruqyah yang batil (hukumnya haram), sesungguhnya engkau makan dari ruqyah yang benar.” 3) Terapi ruqyah untuk gangguan jin Terapi ruqyah yang dilakukan untuk gangguan jin sudah sering dilakukan oleh orang-orang. Dan terapi ruqyah ini efektif bagi orang yang mengalami gangguan jin. (Ariyanto, 2007)
3. Pijat Bayi a. Definisi Pijat Bayi Pijat bayi merupakan salah satu terapi yang bagus untuk menyehatkan bayi (Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Pijat bayi adalah
teknik
pengobatan
sederhana
dengan
sentuhan
yang
memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang dilakukan dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi (Suririnah, 2009).
28
b. Cara Melakukan Pijat Bayi Berdasarkan teori Widowati (2015), Tim Galenia MCC (Mother and Child Care) (2014), Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), dan Suririnah (2009) cara melakukan terapi pijat bayi yaitu sebagai berikut: 1) Muka a) Letakkan ibu jari di antara alis mata bayi. Pijat dengan ibu jari secara lembut pada alis dan di atas kelopak mata. b) Pijat dari petengahan alis turun ke bawah melalui samping lipatan hidung. c) Pijat menggunakan ujung jari untuk membentuk lingkaran kecil dari atas bibir melingkar sampai ke bawah bibir di kedua sisi secara bersamaan. d) Ulangi pada area bawah bibir. 2)
Dada, dan perut a) Butterfly atau criss-cross Kedua tangan berada di sisi dada bayi, lalu kedua tangan memijat dari arah tengah miring ke bawah sampai ke atas bahu kemudian kembali lagi ke posisi semula. b) Whater wheel Lakukan pijatan pada perut bayi seperti mengusap dari dada ke bawah perut, bergantian tangan kanan dan kiri. Lakukan sebanyak 30 kali.
29
c) Sun and moon. Buat gerakan sun (matahari), yaitu dengan membuat satu lingkaran penuh searah jarum jam dan tangan yang lain membuat gerakan moon (bulan) dengan membuat setengah lingkaran (Tim Galenia MCC (Mother and Child Care), 2014). d) ILU (I Love You). Memijat perut bayi dengan cara menggerakkan tangan searah jarum jam dan membentuk huruf I, L, dan U terbalik. Pertama kali pijat bagian kiri badan bayi dari bawah iga ke bawah dengan gerakan huruf I. lalu, pijat melintang dari kanan ke bawah dengan gerakan huruf L. Dan selanjutnya, pijat dari kanan bawah bayi, melengkung membentuk huruf U. 3) Punggung a)
Letakkan bayi dalam posisi tengkurap.
b)
Letakkan kedua telapak tangan di bagian punggung bayi, lalu gerakkan kedua tangan secara berlawanan ke atas dan bawah, mulai dari puncak sampai bokong. Lakukan beberapa kali.
4) Tangan, pergelangan tangan, dan telapak tangan a) Letakkan satu tangan di pangkal lengan dan satu tangan di pergelangan. Lakukan gerakan seperti memerah susu dan pijat dengan lembut mulai dari pangkal lengan kea rah pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk. Lakukan beberapa kali.
30
b) Buat
gerakan
melingkar
pada
telapak
tangan
bayi
menggunakan ibu jari tangan. c) Pijat lembut jari-jari bayi satu per satu. d) Lakukan pada tangan lainnya. 5) Kaki, pergelangan kaki, dan telapak kaki a) Letakkan satu tangan di bagian pangkal paha dan tangan satunya di pergelangan kaki bayi, lalu lakukan gerakan memijat lembut seperti memerah, dari pangkal paha ke arah pergelangan kaki dengan tangan secara bergantian. Lakukan beberapa kali. b) Pijat pergelangan kaki dengan ibu jari dengan lembut. c) Pijat telapak kaki bayi mulai dari tumit ke arah jemari dengan gerakan melingkar menggunakan ibu jari tangan (thumb press). d) Pijat jari-jari bayi satu per satu dengan lembut. e) Pegang pergelangan kaki dengan tangan kanan. Tekan ujung telapak kaki dengan ibu jari, sedangkan telunjuk menekan bantalan kaki atau bagian bawah jari. Lakukan selama 5 detik. f) Lalu pindahkan telunjuk ke bagian tengah telapak kaki. Lakukan selama 5 detik.
31
c. Manfaat Pijat Bayi 1) Manfaat bagi ibu Manfaat pijat bayi bagi ibu dianatarnya yaitu mempererat hubungan batin antara ibu dan anak, mengurangi rasa stress dan menimbulkan ras santai, merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan bayi, memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang menyusui, memudahkan orang tua untuk mengethaui kondisi fisik bayi, meningkatkan kepercayaan diri ibu, membina ikatan yang kuat antara orangtua dengan anak dengan dasar cinta dan keterbukaan komunikasi, bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan mental dan teknik meredakan stress. 2) Manfaat bagi bayi Manfaat pijat bayi bagi bayi sendiri diantaranya yaitu membuat bayi semakin tenang, bayi dapat tidur dengan lebih baik karena merasa rileks dan disayangi, membantu pencernaan dengan menyembuhkan kolik dan kembung, membantu membentuk perkembangan mental bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, membantu meringankan ketidanyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu perkembangan otak dan sistem saraf, meningkatkan gerak peristaltik pencernaan, menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernapasan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengajari bayi sejak dini tentang bagian tubuh,
32
meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi darah serta mengurangi stress pada bayi, menurunkan hiperaktivitas dan meningkatkan kelembutan siat anak, menciptakan suasana dan pemahaman akan pentingnya kreativitas dalam merawat anak, mengajarkan anak mengenai perbedaan sentuhan baik dan buruk, dan mengenalkan kepada bayi mengenai kontrol badan mereka (Suririnah, 2009 dan Subakti & Anggraini, 2008)
4. SEFT a. Definisi SEFT SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yaitu suatu teknik yang digunakan unutk mengobati gangguan emosi yang menimbulkan penyakit. SEFT merupakan solusi tercepat dan termudah untuk mengatasi berbagai masalah fisik, dan emosi, serta untuk meningkatkan performa kerja. SEFT adalah suatu metode yang membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu stabilitas emosinya, seperti sedih, marah, tertekan, dan lain-lain (Aziz, 2013).
b. Cara Melakukan SEFT SEFT terdiri dari tiga langkah: the set-up, the tune-in, the tapping.
33
1) The set-up Tahap set-up ini adalah tahap yang paling penting, karena disini harus menemukan terlebih dahulu apa yang ingin dihilangkan baik berupa masalah fisik atau emosional. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir pikiran negatif atau keyakinan bawah sadar negatif, seperti „saya selalu gagal mencapai sesuatu‟, „saya tidak mungkin mampu bersaing‟, „saya tidak bisa lepas dari kecanduan rokok‟, dan lain sebagainya. Caranya dengan mengucapkan set-up words, yaitu kata-kata yang diucapkan dengan ikhlas, dan pasrah untuk menetralisir keyakinan dan pikiran negatif. Contoh kalimat set-up: “ Ya Allah, meskipun saya menderita sakit, saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu.” Sambil mengucapkan kalimat tersebut sebanyak tiga kali, kita menekan dada, tepat di bagian sore spot (titik nyeri = daerah sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit). 2) The tune-in Untuk masalah fisik, dilakukan tune-in dengan cara merasakan sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit dan sambil hati dan mulut terus mengatakan “saya ikhlas, saya pasrah Ya Allah”. Untuk masalah emosi, tune-in dilakukan dengan cara memikirkan sesuatu aau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan. Ketika
34
terjadi respon negatif (marah, sedih, takut, dan lain-lain), hati dan mulut tetap megatakan “saya ikhlas, saya pasrah… Ya Allah”. 3) The tapping The tapping dilakukan bersamaan dengan tune-in. Pada proses ini pasien menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians, yang jika diketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Titiktitik tersebut adalah : 1. Cr = Crown yaitu titik di bagian atas kepala 2. EB = Eye Brow, titik permulaan alis mata 3. SE = Side of the Eye, yaitu di atas tulang di samping mata 4. UE = Under the Eye, yaitu 2 cm di bawah kelopak mata 5. UN = Under the Nose, tepat di bawah hidung 6. Ch = Chin, yaitu diantara dagu dan bagian bawah bibir 7. CB = Collar Bone, yaitu di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama 8. UA = Under the Arm, yaitu di bawah ketiak sejajar dengan putting susu.
35
9. BN = Below Nipple, yaitu 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada danbagian bawah payudara (wanita).
Gambar 2.2. Area tapping terapi SEFT pada kepala, wajah dan badan 10. IH = Inside of Hand, yaitu di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan. 11. OH = Outside of Hand, yaitu di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan 12. Th = Thumb, yaitu ibu jari di samping luar bagian bawah kuku
36
13. IF = Index Finger, yaitu jari telunjuk samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) 14. MF = Middle Finger, yaitu jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) 15. RF = Ring Finger, yaitu jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari) 16. BF = Baby Finger, yaitu di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari).
Gambar 2.3. Area tapping pada terapi SEFT pada tangan (Zainuddin, 2009 dalam Rahman, 2016) c. Manfaat SEFT 1) Mengatasi berbagai masalah fisik.
37
2) Mengatasi berbagai masalah emosi 3) Meningkatkan kinerja dan prestasi 4) Menstabilkan tekanan darah (Zainuddin, 2009).
D. Peraturan Pemerintah Tentang Terapi Komplementer Di Indonesia sudah memiliki peraturan pemerintah mengenai terapi komplementer dan alternatif. Seperti dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, Bab satuketentuan umum, pasal satu ayat enam dan tujuh menyatakan bahwa “Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan Tradisional yang selanjutnya disingkat STRTKT adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.” Dan “Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Tradisional, yang selanjutnya disingkat SIPTKT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan tradisional dalam rangka pelaksanaan pemberian Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.” Dalam pasal dua juga disebutkan bahwa “Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan konvensional membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang bersinergi dan dapat berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di fasilitas pelayanan kesehatan, memberikan pelindungan kepada masyarakat, meningkatkan mutu
38
pelayanan kesehatan tradisional, dan memberikan kepastian hukum bagi pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.” Dalam bab tiga tentang jenis pelayanan kesehatan tradisional, pasal 11, bagian ketiga mengenai pelayanan kesehatan tradisional komplementer menyatakan bahwa “Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dilakukan
dengan
cara
pengobatan/perawatan
dengan
menggunakan
keterampilan dan/atau ramuan.” Dalam bab lima tentang sumber daya, bagian kesatu yaitu tentang sumber daya manusia, pada pasal 31 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional komplementer dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional, tenaga kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat, merupakan tenaga kesehatan yang ilmu dan keterampilannya diperoleh melalui pendidikan tinggi di bidang kesehatan paling rendah diploma.” Pada paragraf tiga, mengenai pendaftaran penyehat tradisional, pasal 39 juga dikatakan bahwa “setiap penyehat tradisional yang memberikan pelayanan kesehatan tradisional empiris wajib memiliki STPT.” Dan pada paragraf empat tentang registrasi dan perizinan tenaga kesehatan tradisional, pasal empat menyatakan bahwa STRTKT sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 diberikan oleh konsil setelah memenuhi persyaratan, dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi: memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan tradisional, memiliki sertifikat kompetensi, memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi, dan membuat
39
pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.” (PP RI, 2014)
E. Penelitian Terkait Ridwan Kamaluddin melakukan penelitian mengenai pertimbangan dan alasan pasien hipertensi menjalani terapi alternatif komplementer bekam di kabupaten Banyumas. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif.
Hasil dari penelitian ini ditemukan dua tema pada penelitian ini. Kedua tema berdasarkan temuan pada penelitian ini meliputi proses pengambilan keputusan menjalani terapi bekam dan alasan klien menjalani terapi bekam. Tema pertama tentang proses pengambilan keputusan memilih terapi bekam, pada penelitian ini ditemukan dua faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan memilih terapi bekam yaitu adanya faktor sosial dan faktor psikologis. Tema kedua tentang alasan menjalani terapi bekam, pada penelitian ini ditemukan beberapa alasan menjalani terapi bekam yang meliputi aspek fisiologis, psikologis, ekonomi dan spiritual (Kamaluddin, 2010). Penelitian mengenai terapi pijat bayi juga pernah dilakukan yaitu dengan melakukan review. Hasil penelitian tersebut ditemukan sembilan penelitian yang memberikan data primer yang menyatakan bahwa terapi pijat bayi dapat meningkatkan interaksi ibu dan anak, tidur, relaksasi, membuat bayi menjadi jarang menangis dan berpengaruh pada kadar hormon yang dikeluarkan untuk mengontrol stress (Underdown, dkk, 2009).
40
Penelitian lain mengenai efek Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap cemas, depresi, dan sindrom koroner akut. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Hasil penelitian ini yaitu pada kelompok intervensi SEFT terjadi penurunan tingkat depresi dari 16.74 menjadi 12.32, terjadi pula penurunan tingkat kecemasan dari 14.32 menjadi 8.42 dan juga terjadi penurunan tingkat stres dari 21.68 menjadi 17.58. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi SEFT, tingkat depresi, kecemasan dan stres pasien tetap sama (Bakara, dkk, 2013).
F. Mahasiswa 1.
Definisi Mahasiswa adalah pemuda yang dinamis, terpelajar, dan seorang warga negara yang tugas utamanya adalah menuntut dan menggali ilmu pengetahuan seluas-luasnya, berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada serta memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lainnya (Budiman, 2006). Mahasiswa dengan segala kemampuan yang dimilikinya diharapkan memiliki kemajuan dalam berpikir, tingkat sosialisasi yang baik, dan bijak dalam bertindak. Mahasiswa selain bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, juga memiliki tanggung jawab moral terhadap masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu mencanangkan berbagai bentuk pengabdian kepada masyarakat (Antoni, 2012).
41
2.
PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu jurusan yang berada di dalam naungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta memiliki visi, misi dan tujuan. Visi Program Studi Ilmu keperawatan adalah menjadikan Program Studi Ilmu Keperawatan Sebagai Program Studi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan pada tahun
2020.
Misi
Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
yaitu
menyelenggarakan pendidikan Ners yang mengintegrasikan keislaman dan keperawatan, mengembangkan pusat ilmu keperawatan yang berlandaskan keislaman, mengembangkan etika ilmu yang didasarkan pada kaidah keislaman dalam pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan, memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter bangsa,
memberikan
kontribusi
dalam
pengembangan
profesi
keperawatan melalui penelitian dan pengabdian masyarakat yang mengintegrasikan keislaman dan kesehatan, serta memberikan kontribusi pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat (http://psik.fkik.uinjkt.ac.id). Di antara seluruh angkatan Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya PSIK 2012 yang telah mendapatkan materi dan praktek mengenai terapi komplementer dan alternatif. Pemberian materi mengenai terapi komplementer ini adalah yang pertama kali diterapkan kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
42
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Complementary Nursing).
(Mardiyanti,
2015
dalam
modul
43
G. Kerangka Teori
Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pengalaman
Praktek terapi komplementer dan alternatif
Cara melakukan terapi
Mendapat materi terapi komplementer dan alternatif
Telah mendapatkan pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif
Manfaat Terapi
Terapi komplementer alternatif sebagai pengganti medis
Manfaat terapi SEFT
Bekam, ruqyah, SEFT, pijat bayi
Penggabungan terapi komplementer alternatif dan medis
Manfaat terapi bekam
Manfaat terapi ruqyah
Manfaat terapi pijat bayi
Bagan 2.1. Kerangka Teori Sumber : Akhmad (2006), Fatahillah (2006), Nilawati (2008), Zainuddin (2009), Suririnah (2009),Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), Tim Galenia MCC, dan Yudantara (2006).
44
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (1993) dalam Wasis (2008) menjelaskan kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Wasis, 2008). Pada penelitian ini peneliti hendak meneliti mengenai pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif dimana variabel yang akan diteliti yaitu pengalaman mengenai terapi komplementer dan alternatif (bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT) termasuk cara melakukan terapi, manfaat terapi, penggunaan terapi sebagai pengganti medis, dan penggunaan terapi sebagai pelengkap medis.
B. Definisi Istilah 1. Pengalaman Pengalaman merupakan segala sesuatu yang dialami, dijalani, dan dirasakan oleh seseorang. Di sini pengalaman yang dikaji yaitu mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif (bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT), dan beberapa hal yang dipengaruhi oleh pengalaman (cara melakukan terapi, manfaat terapi, penggunaan terapi sebagai pengganti medis, dan penggunaan terapi sebagai pelengkap medis).
44
45
2. Terapi komplementer dan alternatif Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi medis. Dalam penelitian ini terapi komplementer dan alternatif yang akan dibahas adalah terapi bekam, pijat bayi, ruqyah, dan SEFT. 3. Bekam Bekam merupakan salah satu bentuk pengobatan yang dianjurkan Rasulullah SAW. Bekam juga metode pengobatan dengan cara mengeluarkaan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari. 4. Pijat bayi Pijat bayi adalah teknik pengobatan sederhana dengan sentuhan yang memberikan kenyamanan bagi tubuh bayi. Pijat bayi yang dilakukan dengan rutin dapat memberikan rasa rileks pada bayi. 5. Ruqyah Terapi ruqyah adalah teknik pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan menggunakan bacaan ayat-ayat Al Qur‟an dan as-Sunnah Nabi SAW yaitu do‟a-doa Rasulullah SAW. 6. SEFT SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) adalah suatu metode yang membuat diri pasien bisa menerima persoalan yang mengganggu stabilitas fisik dan emosinya.
46
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif kualitatif serta pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Menurut Edmund Husserl, fenomenologi yaitu studi tentang bagaimana orang mengalami dan menggambarkan sesuatu. Penelitian fenomenologis meneliti suatu kejadian yang dirasa dan diketahui melalui pengalaman seseorang (Conny, 2010). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yang digunakan adalah kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti memilih FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai tempat penelitian karena materi terapi komplementer baru diberikan kepada mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan melakukan penelitian pada bulan April 2016 di kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
46
47
C. Informan penelitian Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai segala sesuatu secara umum, terutama mengenai hal di luar dirinya (Shohibuddin, 2009). Informan terdiri dari lima orang mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengacu pada kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah 1) Mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Bersedia menjadi responden. 3) Mahasiswa aktif kuliah. 4) Mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai terapi komplementer. 5) Mahasiswa memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrument utama dan pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Danim, 2003 dan Gulo, 2005). Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara mendalam (in-depth interview).
48
E. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan cara memilih sampel sesuai dengan yang diinginkan peneliti (Nursalam, 2008). Informan dianggap telah cukup apabila telah mencapai saturation data/redundancy data. Ini merupakan poin dimana peneliti tidak lagi menemukan informasi baru, atau terus menemukan pola yang sama dari pernyataan partisipan (Pitney, 2009).
F. Teknik Pengumpulan Data 1.
Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan April 2016 dan dilakukan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview).
2.
Tahap pengumpulan data a. Tahap persiapan pengumpulan data 1) Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu akan mengurus perizinan penelitian ke pihak-pihak terkait di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2) Merancang pedoman wawancara yang akan ditanyakan kepada informan penelitian. 3) Melakukan pendataan informasi yang diperoleh dari informan. 4) Data akan direduksi/disederhanakan lalu akan disajikan sebagai data akhir untuk dianalisa. 5) Data yang telah dianalisa akan ditarik simpulan penelitian.
49
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data 1) Wawancara mendalam (in-depth interview) Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara
dengan
menggunakan
pedoman
wawancara
(interview guide) yang ditujukan untuk wawancara yang lebih mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan cara bertanya kepada responden untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang akan diteliti. Dalam wawancara mendalam, pengalaman hidup adalah prioritas, dan peneliti berkolaborasi dengan partisipan penelitian (West, Richard dan Lynn H. Turner, 2008). Pada in-depth interview peneliti berupaya untuk membuat informan penelitian berbicara dengan bebas dan mengutarakan apa yang hendak disampaikan dengan sebenar-benarnya (Gilbert A. Churchil, Jr, 2005). Wawancara mendalam ini melibatkan peneliti yang memberikan pertanyaan kepada partisipan untuk menggali informasi, perspektif, wawasan/pengetahuan, perasaan, sikap, pengalaman atau fenomena yang dapat diobservasi (Janet, 2010). Alasan peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam yaitu memperoleh data yang lebih mendalam mengenai pengalaman
50
mahasiswa mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Di sini penentuan durasi waktu wawancara disesuaikan dengan partisipan. Peneliti akan melakukan kontrak waktu dengan partisipan sehingga mereka dapat meluangkan waktu untuk dilakukan wawancara mendalam tanpa mengganggu aktivitasnya yang lain (Holloway & Wheeler, 2010). Tipe wawancara yang digunakan yaitu semi-structured interview. Semi-structured interview menggabungkan dari wawancara
terstruktur
dikombinasikan
dari
dan tanya
tidak jawab
terstruktur. yang
spesifik
Sering yang
menyebabkan jawaban yang bersifat bebas dari partisipan, dan pewawaancara
dapat
mengambil
kesempatan
ini
untuk
menanyakan lebih lanjut mengenai pertanyaan tersebut untuk membuat partisipan menguraikan jawaban telah diberikan (Myers, 2008). Pertanyaan baru dapat timbul selama percakapan (Bernsen & Dybkjær, 2009).
G. Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, ada empat teknik mencapai keabsahan data, yaitu
kredibilitas,
transferabilitas,
auditabilitas
(dipendabilitas),
konfirmabilitas. Di antara empat teknik ini dapat dipilih salah satu atau lebih untuk mencapai keabsahan data.
51
1)
Kredibilitas. Kredibilitas meliputi berbagai hal, yaitu : a) Memperpanjang cara observasi, agar cukup waktu untuk mengenal responden, lingkungannya dan kegiatan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini juga dilakukan untuk mengecek informasi, agar dapat peneliti diterima oleh partisipan. b) Pengamatan terus-menerus, agar peneliti dapat melihat sesuatu secara teliti, terdeskriptif dan mendalam, sehingga dapat dibedakan mana yang memiliki makna dan tidak. c) Triangulasi berupa pengumpulan data lebih dari satu sumber yang menunjukkan informasi yang sama. d) Peer debriefing
dengan cara mendiskusikan tentang penelitian
dengan orang lain, seperti teman sejawat, dan dosen. e) Member-check artinya mengulangi kembali setiap akhir wawancara Pada penelitian ini menggunakan peer debriefing dan member check. Penelitian didiskusikan dengan dosen pembimbing. Pertama, peneliti akan mendiskusikan data-data penting dari informan. Kedua, penelitian melakukan validasi data deskriptif kualitatif yang merupakan data hasil penelitian pada responden dengan mengajukan pertanyaan. 2)
Transferbilitas, merupakan validitas eksternal berupa keteralihan. Pada transferebilitas ini dilihat sejauh mana penelitian dapat
52
diterapkan pada kasus daerah lain. Penelitian ini tidak menggunakan transferbilitas pada keabsahan data. 3)
Auditabilitas dan dependibilitas (reliabilitas) merupakan konsistensi, atau sekurang-kurangnya ada kesamaan hasil bila diulang oleh peneliti lain. Untuk menguji hal ini, perlu dilakukan langkah-langkah berikut. a) Pengamatan oleh dua orang atau lebih terhadap fenomena yang terjadi, b) Checking data dilakukan dengan mencari data dari orang lain, c) Audit trail, dilakukan oleh pembimbing untuk memeriksa proses, jika ada pembimbing atau konsultan (Suwardi Endraswara, 2006). Audit trail yang merupakan bagian dari auditabilitas dan dependibilitas (reliabilitas) juga digunakan. Proses penelitian ini diarahkan oleh dosen pembimbing. Peneliti melaporkan hasil penelitian kepada pembimbing sebagai auditor dan melakukan pemeriksaan guna meyakinkan dan membuktikan bahwa laporan penelitian sesuai dengan data yang didapat.
H. Teknik Analisa Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif. Analisa data yang akan digunakan metode fenomenologi Colaizzi, meliputi:
53
1.
Menyimak narasi partisipan (dalam bentuk rekaman dan/atau catatan tertulis). Berusaha untuk mengetahui makna-makna inheren dari tiap pernyataan partisipan dalam narasi untuk memperoleh “makna secara keseluruhan”
2.
Menfokuskan hanya pada kalimat-kalimat yang secara langsung menyinggung persepsi terhadap integrasi terapi komplementer dalam keperawatan. Mencari data yang penting bagi fenomena yang diteliti, memilah-milah pernyataan-pernyataan yang penting dan membuat daftar untuk pernyataan-pernyataan tersebut.
3.
Merumuskan makna. Peneliti mengambil beberapa pernyataan penting, mencoba untuk menggali lebih dalam makna yang terkandung dalam sebuah pernyataan yang diutarakan partisipan, dan berupaya pula memahaminya dalam istilah yang digunakan oleh partisipan.
4.
Mengulangi proses pada no. 3 untuk masing-masing wawancara yang direkam atau dicatat secara tertulis, lalu mengelompokkan semua makna yang berbeda-beda itu dalam tema tertentu.
5.
Uraian mendalam (exhaustive description). Membuat uraian analisis secara terperinci mengenai perspektif partisipan yang terdapat dalam tema integrasi terapi komplementer dalam keperawatan. Di sini peneliti menyatukan semua kelompok tema ke dalam sebuah penjelasan yang menyatakan
pandangan
partisipan
komplementer dalam keperawatan.
terhadap
integrasi
terapi
54
6.
Merumuskan uraian mendalam terkait keseluruhan fenomena yang diteliti, dan mengidentifikasi struktur pokoknya atau esensinya.
7.
Member check. Peneliti mengulang validasi data pada partisipan mengenai data deskriptif kualitatif yang ada untuk mengklarifikasi keabsahan data hasil penelitian. Hycner (1885) menyarankan pula kepada peneliti untuk menunjukkan ringkasan dari tiap-tiap wawancara dengan menggaris bawahi tema-tema yang telah ditemukan kepada partisipan. Tindakan ini memungkinkan peneliti untuk mengubah gagasan, atau dapat menambah gagasan-gagasan baru (Christine, 2008). Pengumpulan data
Menyimak data narasi
Seleksi datadata penting bagi fenomena yang diteliti
Menggali lebih Menggali lebih dalam makna dari dalam makna pernyataan dari pernyataan responden
Merumuskan Merumuskan tema
Membuat uraian analisis data secara terperinci
Memasukkan Kembali ke data baru responden untuk ketika klarifikasi validasi data keabsahan data hasil penelitian Bagan 4.1 Teknik Analisa Data Metode Collaizi (1978) dalam Membuat daftar data-data penting
Christine (2008)
55
I. Etika Penelitian Dalam sebuah penelitian, etika penelitian adalah suatu hal yang harus diperhatikan dan sangat penting. Secara umum prinsip etika dalam penelitian ada tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan. a)
Prinsip manfaat Prinsip manfaat yang diterapkan pada penelitian ini yang pertama adalah bebas eksploitasi. Partisipan dihindarkan dari segala keadaan yang akan merugikan dirinya. Peneliti juga telah meyakinkan partisipan bahwa informasi yang diperoleh tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang
dapat
merugikannya.
Kedua
adalah
risiko,
peneliti
mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang dierima partisipan dari penelitian yang dilakukan. b)
Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) Prinsip menghargai HAM yang dilakukan pada penelitian ini yang pertama adalah hak untuk ikut/tidak menjadi responden.partisipan berhak menolak atau menyatakan kesediaannya untuk menjadi informan penelitian, tanpa adanya sangsi atas keputusan partisipan tersebut. Kedua adalah hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan.Peneliti memberikan informasi yang jelas kepada partisipan serta bertanggung jawab jika terjadi sesuatu hal kepada partisipan. Dan ketiga adalah informed consent. Partisipan memiliki hak untuk mendapatkan informasi secara lengkap mengenai penelitian yang
56
akandilaksanakan. Pada informed consent perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh akan
dipergunakan untuk
pengembangan ilmu
pengetahuan. c)
Prinsip keadilan Prinsip keadilaan yang diterapkan pada penelitian ini yang pertama adalah hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil. Partisipan diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah penelitian tanpa ada perbedaan bila ternyata tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. Kedua adalah hak dijaga kerahasiaannya. Partisipan berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, oleh karena itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentially) (Swarjana, 2012).
57
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan merupakan salah satu fakultas yang terdapat pada Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ini menaungi empat jurusan, yang terdiri dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Pendidikan Dokter, Program Studi Farmasi, dan Program Studi Kesehatn Masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terletak di Jalan Kertamukti No. 5, Pisangan, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yaitu kurang lebih 1589 mahasiswa. Dan pada Program Studi Ilmu Keperawatan terdapat mahasiswa yang berjumlah kurang lebih 230 mahasiswa.
B. Analisa Tematik Hasil Penelitian 1. Karakteristik informan Gambaran
karakteristik
informan
penelitian
meliputi
usia,
pengalaman praktek. Informan penelitian terdiri dari lima orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia rata rata 20 tahun dan memiliki pengalaman praktek terapi komplementer dan alternatif di Rumah Terapi Komplementer Alternatif di Tangerang selama
57
58
tiga minggu. Terapi komplementer dan alternatif di sini terfokus pada empat terapi yaitu terapi bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT. Dan setiap informan penelitian diberi kode dari P1, P2, P3, P4, dan P5. 2. Pengalaman mahasiswa PSIK mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif Dari hasil analisis tematik pada terapi bekam, didapatkan tujuh tema, tema-tema tersebut meliputi: (1) pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif (2) prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam (3) terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien (4) terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis (5) terapi ruqyah dan SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis (6) terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis (7) penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien. Berdasarkan tujuh tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara, berikut ini uraian dari dari masing-masing tema, yang meliputi : a. Pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif Penerapan terapi komplementer dan alternatif meliputi terapi bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT. Temuan yang didapat dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan penelitian yaitu sebagian
59
besar informan masih belum mampu menyebutkan cara melakukan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT secara lengkap dan berurutan. Dapat dilihat pada tiap pernyataan informan terdapat banyak kesamaan antara pernyataan informan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, masih terdapat sedikit perbedaan dari tiap tiap pernyataan tersebut. Dan mereka juga menyatakan bahwa terapi yang sudah dipraktekkan yaitu ruqyah, pijat bayi, dan SEFT sudah sesuai dengan teori. Pada tema ini dibagi menjadi empat sub tema, yaitu sebagai berikut: 1) Cara melakukan terapi bekam Lima informan belum menyebutkan cara melakukan terapi bekam secara lengkap dan benar. Berikut pernyataan informan: “Caranya yang pertama itu dibersihin dulu badan pasien dengan alkohol, abis dibersihin, 1baru di-cup, abis di-cup, di tusuktusukin baru diambil lagi darahnya, selang beberapa menit, dibuka, trus setelah dibuka baru dibersihin lagi pakek alkohol2” (P1) “Dibuka bajunya terus dipijit terlebih dahulu pake kom nya, baru dikasih alkohol dulu, trus minyak, dipijit terlebih dahulu, trus dibekam, baru dibersihin belakangnya, udah dibersihin, trus dilap lagi.3” (P2) “Pasiennya kita balur kaya minyak, abis itu dibekam kering dulu, di titik-titik tertentu4, nanti di kop nya ditaruh situ, …”(P3) “Sebelumnya dipijit dulu5, setelah dipijit, kemudian pijitnya pake minyak, terus kita tusuk tusuk pake alat jarum itu, udah itu di kop1
Tidak menyebutkan untuk memeriksa tekanan darah, pemijatan terlebih dahulu sebelum dilakukan cupping 2 Daerah yang telah dilakukan bekam seharusnya di-swab dan diberi minyak zaitun 3 Tidak memberikan detail cara melakukan bekam basah atau bekam kering dan tidak memberi detail cara membersihkan area yang telah dibekam 4 Tidak menyebutkan untuk memeriksa tekana darah, melakukan pijat sebelum di-cup dan tidak menyebutkan untuk menggunakan alkohol 5 Tidak menyebutkan untuk menggunakan alkohol terlebih dahulu sebelum dipijat lalu
60
in, pasang kopnya, itu kalo bekam yang basah ya, kalo misalnya bekam kering itu kan cuman pake udara dan digeser geser6, udah itu di copot, dibersihin7” (P4) 2) Cara melakukan terapi ruqyah Empat dari lima informan menyatakan bahwa cara melakukan terapi ruqyah yaitu hanya dengan
membacakan ayat-ayat Al
Qur‟an. Berikut pernyataan informan: “Terapi ruqyah itu prakteknya, lebih ke menfokuskan pasien dengan bacaan bacaan tertentu, misalkan ada ustadz atau ustadzah tertentu membacakan ayat-ayat, kemudian pasiennya itu fokus terhadap ayat ayat tersebut, lebih ke ayat ayat Qur’an yang dibacakan ke pasien.8” (P3) Satu informan lain menyatakan bahwa teknik terapi ruqyah yaitu dengan membacakan doa doa. Berikut pernyataan informan: “Untuk tekniknya itu sendiri yang saya tau, saat pasien itu datang, ke terapi ruqyah, biasanya penterapinya itu udah menyiapkan beberapa doa doa yang memang bisa menenangkan hati.” (P5) Empat informan menyatakan bahwa terapi ruqyah sesuai dengan teori. Berikut pernyataan informan: “Untuk praktek lapangan kayaknya udah sesuai sama yang biasanya , udah sesuai sama teori” (P1) Satu informan lainnya menyatakan bahwa : “Ditambahkan kalau misalnya cewek (pasien) kalau bisa cewek yang ngeruqyah”(P2)
cupping 6 Penjelasan partisipan adalah cara melakukan bekam seluncur bukan bekam kering Tidak menjelaskan detail cara membersihkan setelah bekam basah 8 Semua informan tidak menyebutkan persiapan tempat, persiapan jasmani, dan persiapan bagi peruqyah sebelum membacakan ayat-ayat dan do‟a-do‟a ruqyah
61
3) Cara melakukan terapi pijat bayi Ke lima informan masih belum memahami cara melakukan terapi pijat
bayi
yang
sesuai
dengan
teori.
Mahasiswa
belum
menyebutkan cara melakukan terapi pijat bayi secara lengkap dan masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan teori. Akan tetapi, di sini mahasiswa berpendapat bahwa terapi ini sudah sesuai dengan teori. Berikut pernyataan informan: “Sebenarnya ada, beberapa teknik ya ada pijatan india. Kaya ada, pijatan yang berbentuk kupu-kupu.Pokoknya dari kepala sampe ke kaki itu ada teknik-tekniknya tersendiri.9”(P1) “Pokoknya siapin alat-alatnya, dipijat dengan baby oil, trus yang penting kita tu harus mulai dari kaki, abis kaki, kakinya itu yang pokoknya kaya memerah susu, terus pokoknya di pergelangan kakinya, kaya titik titik, yang telapak kaki ni.10 Abis itu baru di tangan, tangan juga hampir sama dari ininya. Aku lupa urutannya, yang pasti tu kaki, tangan, muka sama perut, kalau muka itu di alisnya, trus ini pipinya, trus jangan lupa ada reflek di sekitar mulutnya, terus pokoknya ke perut11, pijitnya yang I love u trus sama bulan bintang,12 abis itu punggung,13 yang penting kalau dipijat itu jangan ditekan banget maksudnya, jangan ditekan terlalu mendalam.” (P2) “Pertama siapin alat-alatnya dulu, kaya minyak, dimulai dari telapak kaki, trus kemudian di jari jari kaki dipijat, dari pangkal ke ujung jari kaki, abis itu baru ke bagian betis dan pahanya dari atas ke bawah14, itu dilakukan menerus di yang kanan dan yang kiri, kemudian di bagian tangan stepnya sama yang kaya di kaki, kemudian di bagian perut, di bagian perut itu ada namanya bulan dan matahari, kemudian ada bentuk I love you,15 kemudian bagian 9
Tidak menyebutkan detail teknik melakukan terapi pijat bayi Tidak menyebutkan teknik pijat pada telapak kaki 11 Tidak ada dalam teori pijat bayi 12 Teknik pijat bulan bintang tidak ada dalam teori dan tidak menyebutkan teknik pijat water wheel 13 Tidak menyebutkan teknik pijat di bagian punggung 14 Teknik pijat bagian kaki dan tangan yang terdapat pada teori yaitu dengan gaya seperti memerah 15 Tidak menyebutkan teknik pijat water wheel dan sun and moon 10
62
dada, untuk di bagian dada itu ada yang bentuk kupu kupu, …” (P3) “dikasih minyak trus dipijit sesuai dengan langkah langkah yang udah ada, pokoknya kepala tangan, trus badan, kaki, trus bagian depan dulu, abis tu bagian belakang,16 kayak memerah susu lah ya, tu tangan trus abis itu, aku lupa lupa namanya, kalo di bagian perut bulan matahari.17” (P4) “Untuk pijat bayi itu sendiri, dimulai dengan muka, tangan, dada, bagian perut, bagian kaki dan bagian punggung.18untuk di bagian kepala kita tidak boleh , nggak mesti kepala, semuanya , tidak boleh menekan terlalu erat terhadap si bayi. Sebenernya prinsipnya itu aja, untuk tehniknya hampir sama seperti pijat orang biasa seperti itu.” (P5) Empat informan menyatakan bahwa terapi pijat bayi sudah sesuai dengan teori. Berikut pernyataan informan: “Menurut saya sudah sesuai praktek dengan ruqyahnya (teori) itu” (P2) Satu informan lainnya menyatakan bahwa : “Untuk trust ke anaknya, kadang anak kecil nggak mau dipijat jangan dipaksa biarkan tenang dulu”(P1) 4) Cara melakukan terapi SEFT Pemahaman mahasiswa mengenai penerapan terapi SEFT masih kurang. Dapat dilihat dari pernyataan informan yang belum menyebutkan secara lengkap mengenai cara melakukan terapi SEFT dan masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan teori. Akan tetapi, mahasiswa sendiri berpendapat bahwa terapi ini sudah sesuai dengan teori. Berikut pernyataan informan: 16
Tidak menyebutkan teknik pijat bayi secara detail Tidak menyebutkan teknik pijat water wheel dan sun and moon 18 Tidakmenyebutkan teknik pijat pada area yang telah disebutkan 17
63
“Kalo dari pengalaman kemaren itu untuk terapi SEFT caranya ditekan dipijet-pijet dititik-titik tertentu, kaya ada di kepala,19 di dahi, di dagu.Aku lupa, pokoknya kepala, dahi, sama dagu itu di titik-titik sambil menyebut kata-kata yang positif.”(P1) “Tekniknya itu cuma dua yang aku tau, tekniknya itu yang mengetuk, pokoknya bagian tubuh dengan jari-jari, trus yang penting juga berpikiran positif, caranya itu pokoknya yang paling pertama itu di kepala, sambil mengucapkan kalimat kalimat positif, tergantung yang kita maunya, abis kepala, dahi, trus kan di samping mata, trus abis itu di bawah mata, trus abis itu di bawah idung, trus abis itu di bawah dagu, terus di bawah sini, di leher, di sini di bawah ini, trus pokoknya di dada, tempat agak atas, yang paling sakit, itu yang paling lama, pake kata kata yang positif juga, misalnya kaya ikhlas ikhlas sabar, terus di bawah ketiak,20 udah gitu, sama ini pokoknya di tangan.” (P2) “Kalo terapi SEFT itu pertama kita harus fokus terhadap salah satu masalah yang menurut kita paling berat dalam hidup kita, kemudian dikasih sugesti sugesti positif, kalo kemaren di tempat saya klinik, pertama itu bagian dada kalo nggak salah, bagian dada trus diputer-puter, ditekan kemudian sambil diucapkan kata kata positif, kata positifnya ikhlas ikhlas, kita ulang ulang, tekan lagi di bagian-bagian tertentu, misalkan di bagian ubun ubun, kemudian di atas alis, dekat alis, di ujung dan dipangkal nya, kemudian di bawah mata, di bawah hidung di bawah mulut,21 kemudian di ketiak,22 trus di siku, trus di bagian jari jari tangan, baik kanan maupun kiri.” (P3) “Tehniknya bagian yang diketuk itu dari kepala, abis kepala trus bagian daerah mata, trus menuju ke bawah, trus ke pipi 23, trus
19
Tidak menyebutkan tapping di daerah titik permulaan alis mata di atas tulang di samping mata, 2 cm di bawah kelopak mata, tepat di bawah hidung 20 setelah tapping di bawah ketiak, seharusnya masih dilanjutkan dengan tapping pada 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (wanita), di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, serta pada jari-jari tangan 21 Setelah tapping di bawah mulut, seharusnya dilanjutkan dengan tapping di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama 22 setelah tapping di bawah ketiak, seharusnya masih dilanjutkan dengan tapping pada 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada danbagian bawah payudara (wanita), di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, serta pada jari-jari tangan 23 Tidak ada dalam teori tapping pada teknik terapi SEFT
64
bawah idung, mulut, telinga, trus bagian di atas dada, belikat itu, trus ke tangan,24 sambil kita berserah diri kepada Allah.”25 (P4) “…Lalu kemudian ke bagian bawah leher, dua leher, lalu kemudian bawah ketiak atau kalau wanita itu, payudara ke dua duanya (sambil mempraktekkan tapping di bagian bawah payudara) terus kemudian bagian pinggang, pinggang bawah.26” (P5) Empat informan menyatakan bahwa terapi SEFT sesuai teori. Berikut pernyataan informan: “Kayanya yang kemaren itu (waktu praktek) sama kaya yang udah dipelajari maksudnya titik titik nya juga sama, caranya juga sama, penekananya juga, cara penekanannya juga udah sama” (P1) Satu informan lainnya menyatakan bahwa: “Mungkin pas di prakteknya harus di tempat yang bener-bener bisa konsentrasi” (P2) b. Prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam Temuan dari hasil wawancara yaitu informan menyatakan bahwa prinsip sterilisasi pada terapi bekam kurang diterapkan pada terapi bekam. Berikut pernyataan informan: “untuk teori yang perlu ditambahkan itu lebih ke teori tentang sterilisasi itu sendiri, sterilisasinya itu sterilisasi alat, itu belum sesuai…” (P5) 24
Tidak menyebutkan secara detail tapping pada area tangan, tidak menyebutkan lanjutan tapping ke daerah ketiak, pada 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di
perbatasan antara tulang dada danbagian bawah payudara (wanita) 25
26
Tidak menyebutkan detail tapping daerah mata
di atas tulang di samping mata, tepat di bawah hidung, diantara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama, dan bagian bawah payudara (wanita), bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan
65
Di bawah ini pernyataan detail dari tiap partisipan yang menyatakan bahwa prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam. Berikut pernyataan informan: “Pakek sarung tangannya sendiri harusnya kalau udah menyentuh badan pasien nggak boleh nyentuh alat alat yang sudah terkontaminasi lain” (P1) “Sarung tangannya bukan sarung tangan steril.” (P5) “Kemaren sterilisasi kan masih ditaruh di lemari yang enggak ada sterilisasinya walaupun alat bekam nya udah di sterilisasi tapi untuk penyimpanannya tetep di lemari yang tanpa ada sterilisasi.”(P2) “Ketika ingin digunakan alat steril itu terkadang tidak sesuai, misalkan alat memang sudah disterilkan dan bagian yang terkena cairan sudah steril, namun pekerja (terapis) mengambil alat tersebut dengan tangan, dan memasukkan tangan ke daerah yang akan terkena cairan tubuh, itu kan alatnya menjadi tidak steril.” (P3) “Kalo kop udah bekas darah harusnya nggak dipake tapi kebanyakan masih pada dipake.” (P5) c. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien Berdasarkan hasil wawancara, terapi komplementer alternatif memberi efek yang baik bagi pasien. Keefektifan dari terapi komplemeter dan alternatif ini dibagi menjadi empat subtema, yaitu: 1. Terapi bekam memberikan manfaat bagi pasien Lima informan menyatakan bahwa terapi bekam memberikan manfaat bagi fisik pasien, contohnya sebagaimana pernyataan informan berikut: “Katanya kalau abis dibekam yang tadinya badannya pegel-pegel jadi nggak pegel-pegel.” (P1)
66
“Kadar gula darahnya tinggi, trus kolesterolnya juga agak tinggi tapi tidak mencapai batas yang ditentukan, dia pas di tes ulang lagi malah kadar glukosa sama kolesterolnya menurun” (P2) “Tekanan darahnya tinggi, setelah dibekam baru tekanan darahnyalebih berkurang” (P3) “Emosinya lebih stabil” (P4) “Setelah dia terapi bekam, dia sudah bisa jalan meskipun agak tergopoh gopoh (pasien stroke)” (P5) 2. Terapi ruqyah memberikan manfaat bagi pasien Terapi ruqyah memberi efek yang baik bagi pasien, didukung oleh pernyataan informan: “Pasien sendiri bilangnya lebih enakan, lebih enteng, yang awalnya ngerasa ada beban…”(P2) “Ruqyah itu fungsinya, kalo secara fisik tidak terlalu terliat, tapi memang lebih ke psikososialnya lebih bisa menentramkan hati pasiennya…”(P3) “Manfaatnya jadi tidak tertutup dan lebih bisa legowo menerima situasi yang sedang terjadi terhadap dirinya.” (P5) “Sebelum di ruqyah itu suka sakit perut, tapi setelah diruqyah katanya intensitas dari sakitnya itu berkurang, terus pasiennya juga sering pusing sebelum di terapi ruqyah, setiap bangun tidur itu.Tapi setelah ruqyah, intensitas pusingnya juga berkurang.”(P1) “Kalau ada yang dinganggu oleh jin trus setelah diruqyah jin itu keluar dan lebih sehat orang tiu” (P4) 3. Terapi pijat bayi memberikan manfaat bagi pasien Kelima informan menyatakan bahwa terapi pijat bayi memberikan manfaat bagi fisik pasien, contohnya terdapat pada pernyataan informan sebagai berikut: “Awalnya susah makan jadi makannya lahap” (P4) “otot ototnya sebelum dipijat itu misalnya lebih keras, maksudnya kaku, stelah dipijet jadi lebih rileks gitu otot ototnya” (P3) “Manfaatnya untuk anak bisa tidur cepet, tidur lelap…” (P4)
67
“Waktu itu pernah ada gangguan pencernaan kayanya diare, abis di pijat bayi, dua hari setelahnya, dia udah nggak ada (diare) lagi” (P3) 4. Terapi SEFT memberikan manfaat bagi pasien Dari data hasil wawancara, didapati bahwa terapi SEFT memberi efek yang baik bagi pasien.Seperti emosi menjadi lebih stabil, menjadi lebih tenang menghadapi masalah, dan menjadi lebih ikhlas terhadap sesuatu. Berikut pernyataan informan: “Manfaatnya lebih ke emosi, emosinya lebih stabil trus lebih bisa menerima atau mengikhlaskan.”(P1) “Yang awalnya dia ngerasa bebannya tinggi, maksudnya kaya tingkat stress, jadi lebih enakan, harus apa nih, harus banyak doa, banyak pikir positif.” (P2) “Manfaatnya lebih ke me-release masalah tersebut, jadi dengan cara mengikhlaskan.” (P3) “Diri kita lebih tenang, nggak gelisah, kalo mikirin ada masalah gitu.”(P4) “Yang pertama, kita bisa mengubah mindset kita sendiri terhadap SEFT, untuk melihat sudut pandang terhadap sesuatu dari segala arah.Yang kedua kita lebih bisa menerima berbagai kondisi.Yang ketiga kita bisa melepaskan beban pikiran kita yang slama ini ada dalam pikiran kita.Terus yang terakhir, lebih menenangkan.Ada penurunan tekanan darah, tinggi (tekanan darah sebelum SEFT), dan turun (tekanan darah setelah SEFT).”(P5) d. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Berdasarkan
hasil
data
wawancara,
didapati
bahwa
terapi
komplementer dan alernatif belum digunakan sebagai pengganti terapi. Tema ini dibagi menjadi empat subtema, yaitu:
68
1. Terapi bekam belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Tiga informan menyatakan belum menemukan pasien yang berpindah dari terapi medis kepada terapi bekam. Berikut pernyataan informan: “Belum ada, karna emang yang saya dapatkan pasien-pasien di sana lebih ke menjaga kesehatan tubuhnya bukan dia sudah berpenyakit kemudian beralih ke bekam.” (P3) Sedangkan dua informan lain menyatakan ada yang bepindah dari terapi medis ke terapi bekam. Berikut pernyataan informan: “Waktu itu ada jadi dokter nyaranin nggak usah terapi medis lagi, malah ke tradisional aja misalnya kaya bekam” (P2) “Ada contohnya dia ngobatin ke medis tapi nggak sembuh sembuh terus ke bekam” (P4) 2. Terapi ruqyah belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Lima informan menyatakan belum menemukan pasien yang berpindah dari terapi medis kepada terapi ruqyah. Berikut pernyataan informan: “Dari pengalaman belom ada, belom pernah melihat atau mendengar yang tadinya terapi medis ke terapi ruqyah” (P1) 3. Terapi pijat bayi belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Tiga informan menyatakan bahwa belum menemukan terapi pijat bayi yang digunakan sebagai pengganti terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Saya belum menemukan yang dari medis, sakit trus ke pijat bayi” (P5)
69
Sedangkan satu informan lainnya menyatakan bahwa ada yang menggunakan terapi pijat bayi sebagai pengganti terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Jadi misalnya kalau udah medisnya nggak ada dapet ya ke tradisional di terapi pijat malah lebih baikan gitu (pijat bayi)” (P2) 4. Terapi SEFT belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Lima informan menyatakan belum menemukan pasien yang berpindah dari terapi medis kepada terapi SEFT. Berikut pernyataan informan: “Belum nemuin kalo dari medis ke terapi SEFT” (P1)
e. Terapi ruqyah dan terapi SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis Dari ke empat terapi, sebagian besar informan menyatakan bahwa belum ada pasien yang menggunakan terapi ruqyah dan SEFT bersamaan dengan terapi medis. Dan sebagian kecil informan yang menyatakan bahwa belum ada pasien yang menggunakan terapi bekam dan pijat bayi bersamaan dengan terapi medis. Lima informan menyatakan bahwa belum menemukan pasien yang menggabungkan terapi ruqyah dan terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Kalau untuk menggabungkannya saya belum menemukan antara medis dan terapi ruqyah” (P5)
70
Tiga informan menyatakan bahwa belum menemukan pasien yang menggabungkan terapi SEFT dan terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Kalo yang menggabungkan juga belom tau” (P1) Dua informan lainnya menyatakan bahwa ada yang menggabungkan terapi SEFT dan terapi medis. Dan hasilnya efektif bagi pasien tersebut. Berikut pernyataan informan: “Iya tapi memang bukan mengobati penyakit fisiknya tetapi memang karna penyakit fisiknya akan akan menimbulkan psikologisnya juga ikut bermasalah, dia mengobati nya di SEFT” (P3) “Merasa lebih ikhlas terhadap penyakitnya saat itu” (P3) “Menggabungkan iya, hipertensi, nyeri kepala hebat biasanya, kebanyakan ini hanya sebagai tambahan, dari medis dapet obat yang langsung menyembuhkan, belum selesai, sisanya pengobatan alternatif” (P5) “Hasilnya lebih efektif, skala nyerinya berkurang, tekanan darahnya turun” (P5) Sedangkan dua informan menyatakan bahwa terapi bekam belum digunakan bersamaan dengan terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Kalo saya belum nemu (yang menggabungkan terapi bekam dan terapi medis)” (P2) Satu informan menyatakan bahwaa belum menemukan pasien yang menggabungkan terapi pijat bayi dan terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Kalau menggabungkan, saya juga belum” (P5)
71
f. Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis Tema ini teridentifikasi karena didapatkan pernyataan bahwa terapi bekam dan pijat bayi digunakan tanpa meninggalkan pengobatan medis. Terdapat tiga informan yang menyatakan bahwa terapi bekam dilaksanakan bersamaan dengan terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Dia nambahin kaya tekanan darah tinggi, dia masih tetep ikut pengobatan dari dokter, cuman dia nambahin terapi bekamnya, nggak ninggalin obat-obat yang dikasih dokternya.” (P1) Dan terdapat tiga informan yang menyatakan bahwa terapi pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis. Berikut pernyataan informan: “Kalo yang menggabungkan itu, dia pakek vitamin yang buat anak biar gampang makan itu, tapi dia tetep mengggabungkannya dengan minum vitamin itu dan dengan pijat bayi” (P1) “Bayinya itu panas datang ke klinik tersebut, trus dipijat bayi, namun karna memang tidak langsung bisa langsung turun, kan maksudnya baru pijat bayi” (P3) “Ada, dia itu BAB nya susah lancer, makanya pencernaannya itu nggak lancar, dia jadi pertumbuhannya itu terganggu, trus disaranin dokter masuk ke terapi pijat bayi ini” (P4) Ke tiga informan menyatakan bahwa belum mengetahui secara langsung hasil dari penggabungan terapi medis dan terapi pijat bayi. Berikut pernyataan informan: “Saya belum tau hasilnya (penggabungan terapi medis dan pijat bayi)” (P3)
72
g. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien Penggabungan terapi bekam memberikan efek yang positif bagi pasien. Tiga informan menyatakan bahwa penggabungan terapi bekam dan medis dapat lebih cepat menurunkan tekanan darah. Berikut pernyataan informan: “Setau saya yang kemaren pengalaman pasiennya tersebut, memang lebih efektif, khasiat secara manfaatnya memang lebih ada manfaatnya ketika mereka bekam juga, obat juga dilakukan, bekam juga dilakukan, itu lebih cepat turunnya (tekanan darah)” (P3)
73
BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Peneliti telah menentukan tujuh tema yang merupakan hasil dari data wawancara pada penelitian ini.Tema tema tersebut terverikasi berdasarkan tujuan dari penelitian. Pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif digambarkan sebagai tema yang pertama. Prinsip sterilisasi pada terapi bekam belum benar digambarkan sebagai tema yang kedua. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien digambarkan sebagai tema yang ketiga. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis digambarkan sebagai tema yang keempat. Terapi ruqyah dan SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis digambarkan sebagai tema yang kelima.Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis digambarkan sebagai tema yang keenam. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien digambarkan sebagai tema yang ketujuh. 1. Pemahaman mahasiswa masih kurang mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif Cara melakukan terapi komplementer dan alternatif di sini yaitu terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT.
73
74
a.
Cara melakukan terapi bekam Hasil wawancara dengan informan didapati bahwa di sini masih ada ketidaksesuaian dari penjelasan partisipan dengan teori. Partisipan tidak menjelaskan cara melakukan terapi bekam secara detail dan lengkap. Seperti tidak menyebutkan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu sebelum terapi bekam, tidak menyebutkan untuk menggunakan alkohol terlebih dahulu, dan kemudian melakukan pemijatan sebelum dilakukan cupping. Dan tidak memberi detail cara membersihkan area yang telah dibekam. Ada pula yang mempersepsikan bekam meluncur sebagai bekam kering. Sedangkan menurut teori (Fatahillah, 2006 dan Nilawati, dkk, 2008) tentang cara melakukan terapi bekam
yaitu diawali
dengan memeriksa tekanan darah, dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas beralkohol 70%, kemudian dilakukan pemijatan pada seluruh anggota badan bagian yang akan dibekam dengan minyak but-but/ zaitun/ minyak habbatussauda, selama -/+ 5- 10 menit. Cara membersihkan area yang telah dibekam yaitu dengan membuang darahnya, lalu bekas sayatan dibersihkan dan diberi antiseptik seperti minyak zaitun atau minyak but-but, agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh. Selanjutnya menghindari area tersebut agar tidak terkena air selama 1-2 jam. Dan cara melakukan terapi bekam seluncur yaitu dengan memijat seluruh area punggung dengan minyak but-but, minyak
75
zaitun, atau habbatussauda secukupnya. Vacuum/pompa dengan kop pada permukan kulit 1-3 kali pompaan. Kemudian gerakkan kop ke seluruh area punggung, sampai terlihat kemerahan selama 2-3 menit.Kemudian lepas kop bekam tersebut. Dilihat dari pernyataan partisipan dan teori yang ada, dapat diketahui mahasiswa memiliki pemahaman yang kurang mengenai cara melakukan terapi bekam yang sesuai dengan teori, karena masih belum ada pendetailan dalam melakukannya. Seperti menggunakan alkohol 70%, waktu yang digunakan untuk menunggu darah yang keluar dari area tusukan, masih ada yang belum menyebutkan cara melakukan terapi bekam secara detail, dan cara membesihkan area bekam setelah dilakukan bekam basah. b. Cara melakukan terapi ruqyah Cara melakukan terapi ruqyah yang dinyatakan oleh partisipan yaitu dengan membaca ayat ayat Al-Qur‟an kepada pasien. Hal ini sesuai dengan teori mengenai pembacaan ayat-ayat Al-Qur‟an untuk meruqyah pasien (Akhmad dan Azhim, 2006). Akan tetapi, partisipan belum memberikan spesifikasi ayat-ayat apa saja yang harus dibaca untuk meruqyah pasien. Dan partisipan juga belum menjelaskan persiapan tempat, jasmani, dan peruqyah sebelum terapi. Berdasarkan teori, cara melakukan terapi ruqyah itu diawali dengan persiapan tempat, jasmani dan peruqyah. Kemudian
76
dilanjutkan dengan membacakan ayat-ayat ruqyah yang terdiri dari Al Fatihah, empat ayat awal Al Baqarah (1-4), pertengahan Al Baqarah (163-164), ayat kursi (Al Baqarah 255), tiga ayat akhir Al Baqarah (284-286), Al Imran 18, Al A‟raaf 54-56, Al Mukminun (116-118), Al Jin 3, As Shafaat 1-10, Al Hasyr 22-24, Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nass. c.
Cara melakukan terapi pijat bayi Hasil
dari temuan penelitian
yaitu mahasiswa belum
memahami secara keseluruhan mengenai cara melakukan terapi pijat bayi. Karena masih ada banyak.Berdasarkan teori Widowati (2015), Tim Galenia MCC (Mother and Child Care) (2014), Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM) (2015), dan Suririnah (2009) cara melakukan terapi pijat bayi pada area muka yaitu dengan meletakkan ibu jari di antara alis mata bayi,pijat pada alis mata, lalu memijat dari petengahan alis turun ke bawah melalui samping lipatan hidung, selanjutnya menggunakan ujung jari dari atas bibir di bagian pinggirnya secara melingkar sampai ke bawah bibir-di kedua sisi secara bersamaan. Cara melakukan pijat bayi pada bagian dada adalah teknik pijat butterfly atau criss-cross. Cara melakukannya diawali dengan kedua tangan berada di sisi dada bayi, lalu memijat dari arah tengah miring
77
ke bawah sampai ke atas bahu kemudian kembali lagi ke posisi semula. Cara melakukan pijat di area perut bayi adalah dengan teknik whater wheel, yaitu melakukan pijatan pada perut bayi seperti mengusap dari dada ke bawah perut, bergantian tangan kanan dan kiri.Teknik selanjutnya adalah sun and moon, yaitu dengan membuat gerakan sun (matahari), yaitu dengan membuat satu lingkaran penuh searah jarum jam dan tangan yang lain membuat gerakan moon (bulan) dengan membuat setengah lingkaran. Dan teknik ILU yaitu dengan memijat bagian kiri badan bayi dari bawah iga ke bawah dengan gerakan huruf I. Lalu, pijat melintang dari kanan ke bawah dengan gerakan huruf L. Dan selanjutnya, pijat dari kanan bawah bayi, melengkung membentuk huruf U. Cara melakukan pijat di area punggung bayi adalah dengan cara meletakkan bayi dalam posisi tengkurap, meletakkan kedua telapak tangan di bagian punggung bayi, lalu menggerakkan kedua tangan secara berlawanan ke atas dan bawah, mulai dari puncak sampai bokong. Teknik pijat bayi pada telapak kaki yaitu dengan cara memijat telapak kaki bayi mulai dari tumit ke arah jemari dengan gerakan melingkar menggunakan ibu jari tangan (thumb press). Memegang pergelangan kaki dengan tangan kanan. Tekan ujung telapak kaki dengan ibu jari, sedangkan telunjuk menekan bantalan kaki atau
78
bagian bawah jari. Lalu memindahkan jari telunjuk ke bagian tengah telapak kaki. Demikian pula pada telapak tangan. Pernyataan partisipan yang tidak sesuai dengan teori adalah mengenai teknik pemijatan yang belum disebutkan secara detail dan lengkap. Seperti teknik pijat bayi pada telapak kaki, teknik pijat bagian tangan, teknik pijat di bagian punggung, teknik pijat bagian dada, teknik pijat water wheel dan sun moon, serta teknik ILU (I Love You). Selain itu, masih terdapat beberapa hal yang disebutkan itu belum sesuai dengan teori. Seperti menyebutkan pijat di area pipi, memperhatikan reflek di sekitar mulut, dan teknik pijat bulan bintang pada area perut. d. Cara melakukan terapi SEFT Hasil wawancara dengan informan didapati bahwa di sini masih
ada
ketidaksesuaian
antara
teori
dan
partisipan.
Ketidaksesuaian pada terapi SEFT terdapat pada daerah yang dilakukan tapping. Daerah tapping yang disebutkan ada yang belum sesuai dengan teori. Dan ada juga yang tidak menyebutkan secara lengkap daerah yang dilakukan tapping. Daerah tapping berdasarkan teori Zainuddin (2009) yaitu titik di bagian atas kepala, titik permulaan alis mata, di atas tulang di samping mata, 2 cm di bawah kelopak mata, tepat di bawah hidung, diantara dagu dan bagian bawah bibir, di ujung tempat bertemunya
79
tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama, di bawah ketiak sejajar dengan putting susu, 2.5 cm di bagian bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (wanita), di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan.
2. Prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam Empat partisipan menyatakan bahwa masih terdapat ketidaksesuaian pada terapi bekam yang kurang menerapkan prinsip steril. Sterilisasi alat yang kurang diterapkan pada terapi bekam menurut partisipan yaitu penggunaan sarung tangan yang masih memegang benda benda lain setelah memegang pasien, penggunaan cup bekam bekas yang masih digunakan kepada pasien lain, dan penyimpanan alat bekam yang bukan di tempat steril. Sedangkan pada teori, seharusnya sarung tangan yang sudah digunakan ke tubuh pasien tidak diperbolehkan untuk menyentuh benda benda lain. Cup bekam bekas juga tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi kepada pasien lain, karena sudah terkontaminasi dengan darah pasien. Sehingga nantinya akan mengakibatkan terjadinya penularan penyakit, karena beberapa penyakit dapat ditularkan melalui penggunaan alat-alat yang sudah terkontaminasi cairan dan darah (Oxorn, 2010).
80
Dan yang terakhir mengenai penyimpanan alat bekam. Berdasarkan teori, penyimpanan alat yang steril harus dipisahkan dengan alat yang tidak steril, dan alat yang steril harus disimpan dalam tempat yang steril, untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh bakteri dan virus (Maftuchah, dkk, 2014 ). 3. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien Tema ini teridentifikasi dari pernyataan partisipan yang menyatakan bahwa keempat terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien.Empat terapi di sini yaitu bekam, ruqyah, pijat bayi dan SEFT. a. Terapi bekam memberikan manfaat bagi pasien Terapi bekam dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi, dapat meredakan nyeri otot (pegal-pegal), dan dapat membantu penyembuhan stroke ringan. Hal ini sesuai dengan dua penelitian mengenai terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah yang menyatakan bahwa terapi bekam dapat membantu pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Dan penelitian lain mengenai terapi bekam pada nyeri otot (pegal-pegal area bahu dan leher) yang menyatakan bahwa setelah dilakukan terapi bekam terjadi penurunan nyeri secara signifikan pada pasien (Lauche, 2011). Bekam sering digunakan untuk rehabilitasi stroke di negaranegara Asia. Tibb Institude, menggunakan bekam dengan hasil positif bagi pasien yang menderita stroke. Terapi bekam merangsang organ
81
langsung di bawah area yang sedang dilakukan cupping. Terapi ini berfungsi untuk mengatur fungsi organ dengan membantu dalam eliminasi produk sisa. Pada insiden kecacatan pasca stroke, eliminasi toksin yang abnormal dan berlebih dibuang dengan cara membawa toksin naik ke permukaan kulit. Toksin-toksin ini kemudian dieliminasi secara alami melalui permukaan kulit atau melalui sayatan kecil yang dibuat dengan lanset atau pisau bedah. Bekam umumnya langsung di atas area yang sakit kecuali daerah muka. Bekam dapat mengurangi
pembengkakan
otak
pasca
stroke,
dengan
cara
mengurangi ketidalancaran pada sirkulasi darah. Bekam juga menstimulasi titik titik meridian, yang merupakan sistem energi yang digunakan dalam terapi akupuntur. Ini berarti bahwa titik-titik tertentu memiliki efek penyembuhan jarak jauh ke area yang dilakukan bekam.Bekam juga disebutkan dapat melepaskan endorfin, yaitu obat penghilang rasa sakit alami tubuh.endorfin ini dilepaskan dalam menanggapi tindakan vakum/pompa yang menarik dengan ketat pada kulit atau sayatan dangkal yang dibuat pada teknik terapi bekam (Saville, 2012). b. Terapi ruqyah memberikan manfaat bagi pasien Terapi ruqyah dapat membuat hati menjadi lebih tenang, dan membuat seseorang menjadi lebih ikhlas terhadap masalah yang terjadi. Sesuai dengan teori pada ruqyah syar‟iyyah yang mengatakan
82
bahwa peran agama islam dalam terapi ruqyah lebih menfokuskan pada dimensi spiritual (dengan memberikan psikoterapi dan konseling secara islami dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur‟an serta doa-doa Rasulullah SAW). Terapi
ruqyah ini
dapat
membuat
pasien
mendapatkan
ketenangan yang luar biasa sehingga dapat merilis stres, kegundahan, dan kesempitan dalam dadanya. Sebab salah satu cara mengingat Allah (dengan dzikir, mendengarkan dan membaca Al-Qur‟an) memberikan efek ketenangan, ketentraman, tidak cemas, stres, atau depresi (Akhmad, 2005). Sebagaimana Allah SWT berfirman : “Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah akan menentramkan hati” (Q. S. Ar-Ra;du : 28). c. Terapi pijat bayi memberikan manfaat bagi pasien Terapi pijat bayi yang dapat membantu mengatasi masalah pencernaan seperti diare dan konstipasi, dapat mengatasi sulit tidur pada bayi, dapat merilekskan bayi, dan dapat meningkatkan nafsu makan. Dalam sebuah teori (Tim Admin Group Sharing ASI-MPASI (SAM), 2015) menjelaskan bahwa ada diantara teknik pijatan bayi yang dapat digunakan untuk mengatasi konstipasi, yaitu pijatan pada perut, yang tujuannya untuk mengoptimalkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit.
83
Pijat bayi dapat meningkatkan nafsu makan. Terdapat penelitian mengenai hal tersebut yaitu efek pijat bayi pada selera makan bayi berumur 6-24 bulan, menyatakan bahwa pada kelompok dengan frekuensi pijat bayi yang tinggi didapatkan peningkatan selera makan pada bayi tersebut. Pijat bayi juga dapat mengatasi sulit tidur pada bayi. Sebagaimana yang tertulis pada Jurnal Asosiasi Terapi Pijat Australia pijat bayi dapat meningkatkan level serotonin dan mengatur ritme sekresi melatonin. Untuk pengaturan pola tidur, serotonin dipercaya untuk memainkan peran yang penting dalam mengatur emosi marah, agresi, temperature, mood, dan selera makan.Melatonin adalah hormone yang disekresi secara primer pada malam hari untuk membantu menstimulasi tidur. Pijat bayi juga dapat melancarkan sirkulasi darah dan limpa sehingga dapat memperbaiki sirkulasi, fleksibilitas, dan tonus otot (Journal of the Australian Association of Massage Therapists, 2009). Penelitian mengenai pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi juga pernah dilakukan di BPS BUNDA Kecamatan Mandiangin Koto SelayanBukittinggi. Hasil temuan penelitian ditemukan rata-rata berat badan bayi usia 3-4 bulan sebelum dilakukan terapi pijat bayi yaitu 4.900 gram, berat badan bayi teringgi 6.800 gram. Sedangkan setelah dilakukan terapi pijat bayi, rata-rata berat badan bayi terendah yaitu 5.400 gram, dan berat badan tertinggi yaitu 7.300 gram (Sulung & Gayatri, 2014). Penelitian lain juga membuktikan bahwa terapi pijat
84
bayi dapat meningkatkan tidur bayi, relaksasi otot, dan berpengaruh pada kadar hormon yang dikeluarkan untuk mengontrol stress. Terapi pijat bayi cukup efektif digunakan untuk meningkatkan berat badan bayi. Karena terapi pijat bayi dapat meningkatkan level serotonin yang juga berpengaruh pada selera makan bayi. Sehingga bayi memiliki nafsu makan yang baik dan dapat meningkatkan berat badan bayi. Terapi pijat bayi ini juga efektif pada bayi yang mengalami kesulitan untuk tidur. d. Terapi SEFT memberikan manfaat bagi pasien Berdasarkan pernyataan dari partisipan mengenai terapi SEFT, seperti terapi SEFT dapat membantu seseorang dalam mengurangi bebannya ketika menghadapi masalah dengan mengikhlaskan dan terapi SEFT juga dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah, dan mengurangi skala nyeri. Teori mengenai manfaat terapi SEFT, sesuai dengan pernyataan partisipan bahwa terapi SEFT dapat mengatasi masalah fisik dan emosi (Zainuddin, 2009). Juga terdapat penelitian mengenai terapi SEFT terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terapi SEFT efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Rofacky, 2014, dan Masyitah, 2013).
85
4. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Sebagian besar partisipan mengungkapkan bahwa mereka belum menemukan terapi medis yang diganti dengan terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT. a.
Terapi bekam belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Hasil temuan dari penelitian didapati partisipan menyatakan belum menemukan terapi bekam yang digunakan sebagai terapi pengganti medis. Akan tetapi terdapat penelitian mengenai efektifitas terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer yang menggunakan terapi bekam tanpa didampingi terapi medis atau tanpa mengkonsumsi obat hipertensi. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terapi bekam ini dapat menurunkan tekanan darah, dari awal sebelum bekam dengan ratarata 166/96,67 mmHg dan setelah bekam menjadi 140/75,67 mmHg (Jasen, dkk, 2013). Uraian di atas dapat diketahui bahwa terapi bekam juga dapat digunakan tanpa didampingi pengobatan medis. Karena didapatkan pada hasil penelitian terkait bahwa terapi bekam ini efektif digunakan pada pasien hipertensi yaitu dengan menurunkan tekanan darah yang tinggi menjadi lebih normal. Terapi bekam yang dilakukan tersebut tanpa didampingi oleh obat-obat medis.
86
b.
Terapi ruqyah belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Hasil dari penelitian didapati partisipan menyatakan belum menemukan terapi ruqyah yang digunakan sebagai pengganti terapi medis. Dalam sebuah buku dijelaskan bahwa terapi ruqyah ini dapat digunakan sebagai terapi alternatif pengganti medis. Jadi, jika terdapat pasien yang menderita suatu penyakit, maka diintervensi dengan pengobatan atau terapi medis terlebih dahulu, bila usaha dalam
pengobatan
medis
gagal,
baru
kemudian
dilakukan
pengobatan alternatif, termasuk ruqyah (Chodjim, 2008).
c.
Terapi pijat bayi belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Hasil temuan penelitian yaitu partisipan menyatakan belum menemukan terapi pijat bayi yang digunakan sebagai pengganti terapi medis. Itu berarti terapi ini belum digunakan sebagai terapi alternatif atau pengganti terapi medis untuk penyakit tertentu. Karena pasien menggunakan terapi ini untuk health maintainance bukan untuk mengobati penyakit. Juga belum ditemukan teori atau penelitian mengenai terapi pijat bayi yang digunakan sebagai pengganti terapi medis.
d.
Terapi SEFT belum digunakan sebagai pengganti terapi medis Partisipan menyatakan belum menemukan terapi SEFT yang digunakan sebagai pengganti terapi medis. Sesuai dengan teori yang terdapat pada terapi SEFT yang menyatakan bahwa terapi tersebut
87
bukan sebagai pengganti terapi medis dan tidak menganjurkan penghentian proses medis atau psikologis (Eddy, 2016).
5. Terapi ruqyah dan seft belum digunakan bersamaan dengan terapi medis Partisipan menyatakan bahwa belum menemukan terapi ruqyah dan terapi SEFT yang digabungkan dengan terapi medis. a.
Terapi ruqyah belum digunakan bersamaan dengan terapi medis Partisipan menyatakan bahwa belum menemukan terapi ruqyah yang digabungkan dengan terapi medis. Dalam sebuah teori dikatakan bahwa dalam psikoterapi islam, berbagai bentuk gangguan mental itu berpusat pada aspek kalbu. Hal ini bukan berarti psikoterapi islam atau psikoterapi ruqyah mengesampingkan peranan dimensi fisik, psikologis, dan sosial. Gangguan mental bisa juga berpusat pada dimensi fisik, psikologis, atau sosial. Maka peran agama Islam dalam terapi ruqyah lebih memfokuskan pada dimensi spiritual (dengan memberikan Psikoterapi daan konseling secara islami dan membacakan ayat-ayat suci Al-Qur‟an dan doa-doa Rasulullah) selain dimensi fisik, psikologis, atau sosial (Akhmad, 2005). Berdasarkan pernyataan partisipan dan teori yang ada, antara teori dan pernyataan partisipan tidak memiliki hubungan, karena pada teori sendiri tidak menafikan peranan dimensi fisik yang diintervensi dengan terapi medis. Terapi ruqyah sendiri lebih
88
menfokuskan pada spiritual untuk membantu mengatasi gangguan psikologis pasien.
b.
Terapi SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis Partisipan menyatakan bahwa belum menemukan terapi SEFT yang digabungkan dengan terapi medis. Akan tetapi, pada sebuah penelitian yang dilakukan di Cilacap mengenai terapi SEFT, terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi medis. Hanya saja terapi SEFT digunakan untuk mengintervensi gangguan psikologis pasien, yaitu depresi yang dialaminya. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pada data pre-test dan post-test menunjukkan perbedaan pada tingkat depresi dengan penurunan tingkat depresi yang signifikan pada pasien yang mengalami hemodialysis sebelum dan setelah terapi. Hal ini menunjukkan bahwa
terapi
SEFT efektif
digunakan untuk
menurunkan tingkat depresi pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialysis (Safitri & Sadi, 2013). Hasil
penelitian
ini
didapatkan
ketidaksesuian
dengan
penelitian sebelumnya.Karena terapi SEFT ini dapat digabungkan dengan medis. Terapi SEFT yang digabungkan dengan medis ini bahkan efektif dalam mengatasi masalah psikologis pasien dengan penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
89
6. Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis Tema ini teridentifikasi dari pernyataan partisipan, yaitu terdapat pasien yang menggabungkan terapi bekam dan pijat bayi dengan terapi medis pada penyakit tertentu. a.
Terapi bekam digunakan bersamaan dengan terapi medis Terapi bekam digunakan sebagai pelengkap terapi medis pada tekanan darah tinggi. Sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai keefektifan bekam basah sebagai intervensi pada hipertensi yang menjelaskan bahwa terapi bekam ini dilakukan secara bersamaan dengan pengobatan medis (Zarei, 2012).
b.
Terapi pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis Terapi pijat bayi digunakan sebagai pelengkap medis pada bayi febris, bayi dengan konstipasi, dan bayi yang sulit untuk makan.Berdasarkan
sebuah
studi,
menunjukkan
bahwa
bayi
premature yang dipijat tiga kali sehari selama sepuluh hari mendapatkan kenaikan berat badan hampir 50% lebih tinggi. Selain itu bayi lebih aktif dan respon kewaspadaan bayi lebih tinggi dan diperkenankan meninggalkan rumah sakit enam hari lebih cepat dibandingkan bayi premature lainnya (Kemenkes, 2012). Terapi pijat bayi ini cukup efektif digunakan pada bayi yang mengalami kesulitan untuk mengonsumsi makanan yaitu dengan
90
cara meningkatkan nafsu makan pada bayi, sehingga dapat meningkatkan berat badan bayi. 7. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien Terapi bekam digabungkan dengan terapi medis dapat memberikan efek yang lebih baik bagi pasien. Partisipan mengungkapkan bahwa terapi bekam yang digabung dengan terapi medis dapat lebih cepat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hal ini sesuai dengan sebuah penelitian mengenai keefektifan bekam basah sebagai intervensi pada hipertensi. Penelitian
tersebut
menyatakan
bahwa
dengan
peningkatan
penggunaan bekam basah sebagai intervensi pada hipertensi dapat meningkatkan kepuasan pasien, dan menunjukkan adanya kecocokan dan merupakan intervensi yang tepat untuk digunakan. Berdasarkan penelitian tersebut, terapi bekam yang digabungkan dengan medis menghasilkan hasil yang lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tekanan darah kelompok intervensi sebelum dan setelah bekam yaitu dengan rata-rata 151/93 mmHg menjadi 141/92 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya mengkonsumsi obat hipertensi hanya mengalami perubahan pada tekanan darah sistol yaitu dengan rata-rata 141/88.9 mmHg menjadi 141/87.7 mmHg (Zarei, dkk, 2012).
91
Uraian di atas dapat diketahui bahwa terapi bekam yang intervensinya digabungkan dengan terapi medis memiliki efek yang lebih baik bagi pasien dengan tekanan darah tinggi. Karena dari hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pasien yang diintervensi dengan bekam dan pengobatan medis dibandingkan dengan kelompok yanghanya mengonsumsi obat medis untuk menurunkan tekanan darah.Demikian pula hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa terapi bekam yang digabungkan dengan terapi medis lebih efektif menurunkan tekanan darah.
B. Kendala Penelitian Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini memiliki beberapa kendala, diantaranya yaitu : 1.
Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti, sehingga peneliti mengalami beberapa kesulitan dalam menentukan tema yang dianalisa dari pernyataan partisipan.
2.
Keterbatasan dalam memperoleh referensi yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga mempengaruhi pembahasan dalam penelitian.
3.
Data yang diperoleh peneliti merupakan data sekunder
92
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan tema-tema yang teridentifikasi dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mahasiswa kurang memahami cara melakukan terapi komplementer dan alternatif yang sesuai dengan teori. Partisipan tidak menyebutkan secara lengkap dan detail mengenai cara melakukan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT. Pada terapi pijat bayi dan SEFT juga masih terdapat hal hal yang tidak berhubungan dengan teori. 2. Prinsip sterilisasi kurang diterapkan pada terapi bekam. Prinsip sterilisasi terapi bekam yang kurang diterapkan pada terapi bekam yaitu pada penggunaan alat-alat yang akan bersentuhan dengan area steril. 3. Terapi komplementer dan alternatif memberikan manfaat bagi pasien. Terapi komplementer dan alternatif pada penelitian ini mencakup terapi bekam, terapi ruqyah, terapi pijat bayi, dan terapi SEFT. Keempat terapi ini memberikan manfaat bagi kesehatan pasien, baik kesehatan fisik maupun psikologis. 4. Terapi komplementer alternatif belum digunakan sebagai pengganti terapi medis pada pasien. Pasien menggunakan terapi bekam, ruqyah, pijat bayi, dan SEFT untuk health maitainance (mempertahankan/memelihara 92
93
kesehatannya) bukan sebagai pengganti terapi medis. Jadi terapi ini digunakan untuk melengkapi kebutuhan kesehatan pasien. 5. Terapi ruqyah dan terapi SEFT belum digunakan bersamaan dengan terapi medis. Terapi ruqyah dan SEFT digunakan untuk mengobati psikologis pasien. Terapi ini menfokuskan pada aspek spiritual pasien contohnya untuk meningkatkan ketenangan hati pasien. 6. Terapi bekam dan pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis. Terapi bekam digunakan bersamaan dengan terapi medis pada pasien dengan tekanan darah tinggi. Terapi pijat bayi digunakan bersamaan dengan terapi medis pada bayi febris, bayi konstipasi, dan bayi yang sulit untuk makan. 7. Penggabungan terapi bekam dengan terapi medis memberikan hasil yang lebih efektif bagi kesehatan pasien. Terapi bekam yang digabungkan dengan terapi medis lebih efektif untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi atau menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Mahasiswa Untuk meningkatkan pengetahuan di bidang terapi komplementer dan alternatif agar dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan teori kepada
94
pasien. Sehingga tidak merugikan kesehatan pasien yang melakukan terapi komplementer dan alternatif. 2. Institusi pendidikan Agar dapat membuat kurikulum yang lebih baik lagi mengenai penerapan dan pengembangan terapi komplementer di bidang keperawatan, yaitu menfasilitasi mahasiswa dengan pemateri dengan latar belakang tenaga kesehatan yang juga memiliki keahlian di bidang terapi komplementer dan alternatif. 3. Profesi keperawatan Agar dapat mengintegrasikan praktek terapi komplementer dan alternatif pada profesi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 4. Bagi peneliti selanjutnya Perlu diadakan lagi penelitian selanjutnya mengenai penerapan terapi komplementer dan alternatif dari berbagai segi, seperti dari segi integrasinya di rumah sakit, dari segi hukum, dan dari segi pengalaman masyarakat yang telah menggunakan terapi komplementer dan alternatif. Dan sebaiknya satu penelitian dilakukan untuk satu terapi, agar lebih mudah mendalami dan menggali informasi mengenai terapi yang diteliti dalam waktu yang lebih lama dan dengan karakterisitk informan yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad, Perdana. Ruqyah Syar’iyyah Vs Ruqyah Gadungan. Perdana Pustaka : Yogyakarta. 2006. Antoni, Condra. Wacana Ruang. Yogyakarta: Andi Offset. 2012. Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007. Ariyanto, M. Darojat. Terapi Ruqyah Terhadap Penyakit Fisik, Jiwa dan Gangguan Jin. Jurnal Suhuf. Vol. 19 No. 1. Jakarta : Islamic College. 2007. Azhim, Syeikh Abdul. Bebas Penyakit dengan Ruqyah. Jakarta : Qultum Media. 2006. Aziz, Abdul. Happy Healthy Wealthy. Jakarta : Erlangga. 2013. Badan Pusat Statistik. Indikator Kesehatan. 2014 diakses dari http://www.bps.go.id diakses pada 13 Februari 2016 Bernsen,Niels Ole & Laila Dybkjaer. Multimodal Usability. Springer : London. 2009. Brownlee, Malcom. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di Dalamnya. Gunung Mulia, Jakarta. 2006. Burnard, Philip. Nursing Research in Action: Exploring, Understanding and Developing Skills. New York: Palgrave Macmillan. 2011. Churchill, Gilbert A. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Ed 4. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. 2005. College and Association of Registered Nurses of Alberta. Complementary and/or Alternative Therapy and Natural Product. 2011. Daymon, Christine dan Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta : Bentang. 2008. Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta: EGC. 2003. Dietrich, C. Decision Making: Factors That Influence Decision Making, Heuristics Used, and Decision Outcomes. Student Pulse, Vol. 2 No. 02. 2010. Erry, dkk. Kajian Implementasi Kebijakan Pengobatan Komplementer Alternatif dan
Dampaknya Terhadap Perijinan Tenaga Kesehatan Praktek Pengobatan Komplementer Alternatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 3 Juli 2014. Fatahillah, Ahmad. Keampuhan Bekam. Jakarta: Qultum Media. 2006. Farhadi, Khosro, dkk. The Effectiveness of Wet-Cupping For Nonspecific Low Back Pain in Iran: A Randomized Controlled Trial. US National Library of Medicine: USA. 2009. Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo. 2005. Haile T. Debas, Ramanan Laxminarayan, dan Stephen E. Straus. Disease Control Priorities in Developing Countries. Washington (DC): World Bank. 2006. Health Professions Licensing Authority. Use of Complementary and Alternative Medicine in Nursing and Midwifery Practice − Position Statement. 2009. http://psik.fkik.uinjkt.ac.id diakses pada 31-05-2016 Iskandar, Eddy. Panduan Singkat Pemula Solusi Sehat, Sukses & Sejahtera diakses dari http://www.eft.co.id/bukusakueftv_3 diakses pada 31-05-2016 Immy Holloway, Stephanie Wheeler. Qualitative Research in Nursing and Healthcare. USA : Blackwell. 2010. Jansen, Susiana, dkk. Efektifitas Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer. 2013. Journal of The Australian Association of Massage Therapists. Infant Massage. 2009. Accessed from https://aamt.com.au at 15th Mei 2016. Kamaluddin, Ridwan. Tesis Pengalaman Hipertensi yang Menjalani Terapi Alternatif Komplementer Bekam di Kabupaten Banyumas. Universitas Indonesia. 2010. Lindquist, Ruth, Mariah Synder, & Mary Fran Tacy. Complementary and Alternative Therapy in Nursing: Seventh Edition. USA: Springer Publishing Company. 2013. Kasmui. Bekam Terapi Modern: Cara Membekam dengan Betul. As-Sabil: Jakarta. 2014. Lauche, dkk. The Effect of Traditional Cupping on Pain and Mechanical Thresholds
in Patients With Chronic Nonspecific Neck Pain: A Randomised Controlled Pilot Study. Germany: Hindawi Publishing Corporation. 2011. Mardiyanti. Modul Complementary Nursing. 2015. Moyad, M. D. Complementary and Alternative Therapies, dalam Black, J.M., & Hawks, J.H. Medical-Surgical Nursing: Clinical Managemen for Positive Outcomes, (8th Edition). Elsevier Saunders. 2009. Maftuchah, dkk. Teknik Dasar Analisis Biologi Melokuler. Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish. 2014. Masyitah, Dewi. Tesis Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique Terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. 2012. Nilawati, Sri. Care Yourself: Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. 2008. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Ed 2. Jakarta : Salemba Medika. 2008. O’regan, Et All. Complementary Therapies: A Challenge for Nursing Practise. 2010. Oxorn, Harry, Et Al. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta; Yayasan Essentia Medica. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109. Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif. 2007. Peraturan Pemerintah No. 103 2014. Diakses dari tradkom.depkes.go.id pada 25 Januari 2016 Pink, Brian. Australian Social Trends. Australia : Australian Bureau of Statistics. 2008. Pitney, William A. Qualitative Research in Physical Activity and The Health Professions. USA: Human Kinetics. 2009. Rahman, Arif. Terapi Gangguan Jin dan Penyakit Hati. Jakarta: Shahih. 2016. Rofacky, Hendri Fajri. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2014.
Salmons, Janet. Online Interviews in Real Time. India : Sage Publications. 2010. Safitri, Rias Pratiwi dan Ria Safaria Sadif. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) to Reduce Depression for Chronic Renal Failure Patients Are in Cilacap Hospital to Undergo Hemodialysis. International Journal of Social Science and Humanity. Vol. 3, No. 3, May 2013. Saville, Joy. The Use of Cupping As A Therapy for Post Stroke. South Africa: Tibb Institue. 2012. Semiawan, Conny. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia. 2010. Shohibuddin. Metodologi Studi Agrarian. Bogor: Sajogyo Institute. 2009. Siswosuharjo, Suwignyo dan Fitria Chakrawati. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta: Penebar Plus. 2010. Subakti, Yazid & Deri Risky Anggraini. Keajaiban Pijat Bayi Dan Balita. Jakarta: Wahyu Media. 2008. Sukoco, Badri M. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga. 2007. Sulung, Neila & Ajeng Chania Dini Gayatri. Efektivitas Massage Baby Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-4 Bulan di BPS BUNDA Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi Tahun 2014. Menara Ilmu. Vol. IX. Jilid 2 No.57 Maret 2015. Suririnah. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: Gramedia. 2009. Suwardi Endraswara. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2006. Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi. 2012. UC San Diago Health System. UCSD Journal of Nursing. San Diago: UCSD Image of Nursing Council. 2014. Tae Hun, dkk. Prevalence of Complementary and Alternative Medicine Use in A Community-Based Population in South Korea: A Systematic Review. Elsevier. Vol. 21. Issue 3. 2013. Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM). Superbook for Supermom. Jakarta: FMedia. 2015.
Tim Galenia MCC. Home Baby Spa. Jakarta: Penerbit Plus. 2014. Underdown, Angela, dkk. Massage Intervention for Promoting Mental and Physical Health in Infants Aged Under Six Months (Review) The Cochrane Collaboration. Published By Johnwiley & Sons, Ltd. 2009 Kemenkes, 2012. Tradkom. Ed. 1. 2012 diakses dari www.gizikia.depkes.co.id pada 15 Mei 2016 Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. 2008. West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. 2008. Widowati, Nuning. Cerita Cinta Mommy. Jakarta : Transmedia Pustaka. 2015. Yudantara, I Ketut. Mengubah Ketidakpastian Menjadi Peluang. Gramedia : Jakarta. 2006. Yuni Setyaningsih. Hubungan Antara Persepsi dengan Sikap Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. 2012. Zainuddin, A. F. Spiritual Emotional Freedom Technique. Jakarta: Afzan Publishing. 2009. Zarei, Mohammad, dkk. The Efficacy of Wet Cupping in The Treatment of Hypertension. ARYA Atherosclerosis Journal. 2012.
Lampiran 1 Ayat- Ayat Ruqyah Q.S Al-Fatihah
ٓ ٌٗ َسحِيُِ (ٔ) هلل ٌٗسَحَّۡـٖ ِ بِعۡ ُِ ٗ ِ ن ن َٔؼۡبُ ُد َٚإِيَا َ ه َيٌٗ َِ ۡٛدِيِٓ (ٗ) إِيَا َ ٓ ٌٗ َسحِيُِ (ٖ) َِـٍِٖ ِ ّب ٌٗۡؼَـٍَِّٖيَٓ (ٕ) ٌٗسَحَّۡـٖ ِ ٌٗۡحَّۡ ُد ٌٍَِ ِٗ َز ِ ٓ أَٔۡؼَّۡجَ ػٍََيۡ ِ ُۡٙغَيۡ ِس ٌَّٗۡغۡضُّٛبِ ػٍََيُِۡۡٙ صسَٙطَ ٌَٗرِي َ ٓ (٘)ٗ٘ۡدَِٔاٌّٗصِسَٙعٌَُّ٘ۡعۡخَمِيَُ (ِ )ٙ َٔعۡ َخؼِي ُ ٓ ()٧ ٌََٚا ٌٗضَآٌِي َ
Q.S Al-Baqarah: 1 – 4
آٌُٓ (ٔ) ذٌَِٙهَ ٌٗۡڪِخَـٖبُ ٌَا زَيۡبَۛ فِيِٗۛ ُ٘دًٌٍُِّ۬ۡ ٜخَمِيَٓ (ٕ) ٌَٗرِيَٓ ُيؤُِِٕۡ َْٛبٌِ٘ۡغَيۡبِ َٚيُمِيٌُّّٗ َْٛصٍَََ ٖٛة خ َسةِ ُُ٘ۡ ََِِّ ٚا َزشَلۡ َٕـٖ ُُۡٙيُٕفِمٌََُٗٚ )ٖ( َْٛرِيَٓ ُيؤُِِِٕۡ َْٛبَّآ أُٔ ِصيَ إٌَِيۡهَ ََِٚآ أُٔ ِصيَ ِِٓ لَبٍِۡهَ َٚبٌَِ٘ۡأ ِ ْ (ٗ) يُٛلَُِٕ ٛ Q.S. Al-Baqarah: 163-164
عَّـَٖٙٛثِ ٌََۡٗٚأزۡضِ حدٌ۬ۖ ٌَآ إٌَِـَٖٗ إٌَِا ٌُ٘ٗ َٛسَحَّۡـُٖٓ ٌٗ َسحِيُُ (ٖ )ٔٙإَِْ فِ ٝخٍَۡكِ ٌٗ َ َٚإٌَِـٖ ُُ ٙىُۡ إٌَِـٌٖٗ۬ ِ َٙٚ عَّآِِ َٗٚخۡخٍَِـٖفِ ٌَٗيًِۡ ََٕٙ ٌَٗٚازِ ٌَۡٗٚفٍُۡهِ ٌَٗخَِ ٝحجۡسِ ٜفَِ ٌۡٗ ٝبحۡسِ ِبَّا يَٕ َفغُ ٌَٕٗاضَ ََِٚآ أَٔ َصيَ ٌٍَُٗٗ َِِٓ ٌٗ َ عحَاّبِ ِِٓ َِآٍِ۬ فََأحۡ يَا بِِٗ ٌَٗۡأزۡضَ بَؼۡدَ َِۡٛحِہَا َ َٚبّثَ فِيہَا ِِٓ ڪًُِ دَآبَتٍ۬ َٚحَّصۡسِيفِ ٌٗسِيَـٖحِ َ ٌَٗٚ ْ (ٗ)ٔٙ ج ٌِ َمَ ٍَ۬ ۡٛيؼۡمٍَُِ ٛ ض ٌَأَيَـٖ ٍ۬ عَّآ ِِ ٌَۡٗٚأَزۡ ِ ّخ ِس بَيَۡٓ ٌٗ َ عَ ٌُّٗۡ َ Q.S. Al-Baqarah: 255
خ ُرٌٍٍََُُٖٗٙآإٌَِـَٖٙئٌَِاٌَُ٘ۡٗٛحٌَُٜۡ٘مَيَُُٛ عَّـَٖٙٛحِ ََِٛافٌَِٜۡ٘أزۡضِ ٌَُۚٗۥظَِٕتٌٌََ۬ٚأٌََۚ ٌَ۬ۡٛاحَأۡ ُ ۥَِافَِ ٌٜ٘ ٌََۖٚا ُيحِيغَُٔٛبِشَِ ٍِِِٕۡ۬ۡٝؼٍِّۡ ِٗۦۤإٌَِا ِبَّاشَآَِۚ َيؼٍَۡ َُّّابَيَٕۡأَيۡدِي ََِِٛ ّۡٙاخٍَۡ َف ُُۡٙۥۤإٌَِابِِئذِِۡٔٗۦ َِٕۗرَاٌَٗرَِ ٜيشۡ َف ُؼؼِٕ َدُٖ عَّـَٖٙٛحٌََِۡٗٛأزۡضَ ظ َؼىُسۡظِ ُيَ ٌُ٘ٙ ظ َُّٙا ٌََۖٚايَـُُٔ ٛدُِٖۚ َٚ )ٕ٘٘( ۚ ٌََُۡٗٛ٘ٚؼٌٍَُِٜۡ٘ؼَظِيُُۥحِفۡ ُ
Q.S. Al-Baqarah: 284-286
ڪُۡ أَُ ۡٚحّخۡفُُ ُٖٛيحَاظِبۡىُُ بِِٗ ٌٍَٗ ُۖٗ عَّـَٖٙٛثِ ََِٚا فٌَِۡٗ ٝأزۡضِۗ َٚإِْ حُبۡدُٚاْ َِا فِ ٓٝأَٔفُعِ ُ ٌٍَِِّٗ َِا فَِ ٌٗ ٝ شَ ٍِ۬ۡٝلدِيسٌ (َِٗ )ٕ٨آََِ ٌٗسَظُٛيُ ِبَّآ أُٔصِيَ فَ َيغۡ ِفسُ ٌَِّٓ يَشَآُِ ُ َٚي َؼ ِرّبُ َِٓ يَشَآُِۗ ٌٍََُٗٗٚػٍََُ ٖٝڪًِ َ حدٍ۬ ِِٓ إٌَِيِۡٗ ِِٓ زَبِِٗۦ ُّ ٌَۡٗٚؤُُِِٕۡ َْۚٛوًٌ َِآََِ بٌٍَِِ٘ٗ ٍَََِٚـٖٓ ِٮٕىَخِِٗۦ َٚوُخُبِِٗۦ َٚزُظٍُِِٗۦ ٌَا ُٔفَسِقُ بَيَۡٓ َأ َ عؼَٕۡاۖ غُفۡسَا َٔهَ زَبََٕا َٚإٌَِيۡهَ ٌَّّٗۡصِيسُ (ٌَ٘ )ٕ٨ا ُيىٍَِفُ ٌٍَُٗٗ َٔفۡعًا إٌَِا ظ ِّؼَٕۡا َٚأَ َ زُظٍُِِٗۦۚ َٚلَاٌُٛاْ َ خرَۡٔآ إِْ َٔعِيَٕآ أَ ۡٚأَخۡغَأَۡٔاۚ زَبََٕا ٌََٚا حَحًِّۡۡ ُٚظۡ َؼَٙاۚ ٌََٙا َِا وَعَ َبجۡ َٚػٍََيۡہَا َِا ٗوۡخَعَبَجۡۗ زَبََٕا ٌَا حُؤَا ِ حٍَِّٕۡا َِا ٌَا عَالَتَ ٌََٕا بِِٗۦۖ َٗٚػۡفُ ػََٕا حٍَّۡخَُٗ ۥ ػٌٍَََٗ ٝرِيَٓ ِِٓ لَبٍَِٕۡاۚ زَبََٕا ٌََٚا ُح َ ػٍََيَٕۡآ إِصۡسً۬ا َوَّا َ ّصسَۡٔا ػٍَََ ٌۡٗ ٝمٌۡٗ َِۡٛڪَـٖ حَّٕۡ ۚآ أَٔجَ ٌََِۡٛٮَٖٕا فَ٘ٔ ُ َٗٚغۡ ِفسۡ ٌََٕا َٗٚزۡ َ Q.S. Ali Imran: 18
ش ِٙدٌٍََُٗٙأََُٔٗ )ٌَۚ (ٔ٨آإٌَِـَٖٙئٌَِاَُ٘ ٌَۡٗٛؼصِيصٌُٗۡحَڪِيُُۥٌَآإٌَِـَٖٙئٌَِاٌٍََََُّ٘ۡٗٚٛـٖٓ ِٮٕىَتَُٚأٌُُْٛٚاٌْٗۡ ِؼٍِّۡمَآ ِٮَّٕۢابٌِ٘ۡمِعۡظِ َ Q.S. Al-A’raf: 54-56
عَّـَٖٙٛثِ ٌََۡٗٚأزۡضَ فِ ٝظِخَتِ أَيَاٍَ۬ ُثَُ ٗظۡخَ َٖٜٛػٌٍََۡٗ ٝؼَسۡغِ ُيغۡشٌَِٗ ٝيًَۡ إَِْ زَ َب ُىُُ ٌٍَُٗٗ ٌَٗرِ ٜخٍََكَ ٌٗ َ ن عّخَسَٙثِۭ بِأَِۡ ِس ِٖۦۤۗ أٌََا ٌَُٗ ٌّٗۡخٍَۡكُ ٌَۡٗٚأَِۡسُۗ حَبَا َز َ شّۡطَ َ ٌَۡٗٚم َّسَ ُٕ ٌَٗٚجَُ ُِ ََٛ ٌَٕٗہَازَ يَغٍُۡبُُٗ ۥ حَثِيثً۬ا َ ٌَٗٚ عدُٚاْ حبُ ٌٗۡ ُّؼۡ َخدِيَٓ (٘٘) ٌََٚا حُفۡ ِ ضسُػً۬ا َٚخُفۡيَتًۚ إَُِٔٗ ۥ ٌَا ُي ِ ٌٍَُٗٗ َزّبُ ٌٗۡؼَـٍَِّٖيَٓ (ٗ٘) ٗدۡػُٛاْ زَ َب ُىُۡ حَ َ ٓ ٌُّٗۡحۡعِِٕيَٓ ()٘ٙ ْ زَحۡ َّجَ ٌٍَٗ ِٗ َلسِيبٌ۬ ِِ َ ع َّؼًاۚ إِ َ حَٙا َٗٚدۡػُ ُٖٛخَۡٛفً۬ا َ َٚ ض بَؼۡ َد إِصٍَۡـٖ ِ فٌَِۡٗ ٝأزۡ ِ Q.S. Al-Mukminun: 116-118
ڪسِيُِ (َ ََِٓٚ )ٔٔٙيدۡعُ َِغَ ٌٍَِٗٗ إٌَِـًٖٙا فَ َخؼَـٌٍٍََِّٖۡٗ ٌٍَُٗٗ ٝهُ ٌٗۡحَكُۖ ٌَآ إٌَِـَٖٗ إٌَِا َُ٘ َٛزّبُ ٌٗۡ َؼسۡغِ ٌٗۡ َ خسَ ٌَا بُسَۡ٘ـَٖٓ ٌَُٗ ۥ بِِٗۦ فَئِ ََّٔا حِعَابُُٗ ۥ ػِٕدَ زَبِِٗۦۤۚ إَُِٔٗ ۥ ٌَا يُفٍِۡحُ ٌٗۡىَـٖ ِفسَُٚ )ٔٔ٧( َْٚلًُ َزّبِ َِا َ حِّيَٓ ()ٔٔ٨ ٗغۡفِسۡ َٗٚزۡحَُۡ َٚأَٔجَ خَيۡ ُس ٌٗسَِ ٙ Q.S. Al-Jin: 3
صـٖحِبَتًٌََ۬ٚاٌََٚدً۬ا َٚأََُٔٗ ج ُدزَبَِٕاَِاٗ َحّخَرَ َ )ٖ( ۥ َحؼَـٍََٖ ٖٜ
Q.S. Ash-Shaffat: 1-10
ّب حدٌ۬ (ٗ) َز ُ جسَٙثِ َشجۡسً۬ا (ٕ) فٌَ٘خَـٍِٖيَـٖجِ ذِوۡسًا (ٖ) إَِْ إٌَِـٖ َُ ٙىُۡ ٌَِ َٙٛ ٌَّٗٚصَـٖٓفَـٖجِ صَفً۬ا (ٔ) فٌَ٘صَِ ٙ عَّآَِ ٌٗدُٔۡيَا ِبصِيَٕتٍ ٌٗۡىََٛا ِوبِ عَّـَٖٙٛثِ ٌََۡٗٚأزۡضِ ََِٚا بَيَٕۡ ُہَّا ََ ٚزّبُ ٌَّٗۡشَـٖسِقِ (٘) إَِٔا شَيََٕا ٌٗ َ ٌٗ َ ع َّؼُ َْٛإٌٌٍَََِّۡٗ ٝئِ ٌٗۡأَػٍََۡٚ ٖٝيُمۡرَفُُ ِِٓ َْٛوًِ جَأِبٍ۬ (َٚ )ٙحِفۡظً۬ا ِِٓ ُوًِ شَيۡغَـٍٖٓ۬ َِا ِزدٍ۬ (ٌَ )٧ا يَ َ ّب ثَالِبٌ۬ (ٓٔ) ف ٌّٗۡخَغۡفَ َت فَأَحۡ َبؼَُٗ ۥ شِہَا ٌ۬ صبٌ ( )٩إٌَِا َِٓۡ خَغِ َ ّب َٚا ِ ػرَا ٌ۬ (ُ )٨دحُٛزً۬اۖ َ ٌََُُۡٙٚ Q.S. Al-Ikhlash
حدٌ (ٗ) ّص َّدُ (ٕ) ٌَُۡ يٍَِدۡ ٌََُۡٚيٌَُٛدۡ (ٖ) َ ٌََُۡٚيىُٓ ٌَُٗ ۥ ڪُفًُٛا َأ َ حدٌ (ٔ) ٌٍَٗ ُٗ ٌٗ َ ُلًۡ َُ٘ ُٗ ٌٍَٗ َٛأ َ Q.S. Al-Falaq
شسِ غَاظِكٍ ِإذَا َ َٚلبَ (ٖ) َ ِِٓٚشَسِ شسِ َِا خٍََكَ (ٕ) َ َِِٓٚ ُلًۡ أَػُٛذُ ِب َسّبِ ٌٗۡفٍََكِ (ٔ) ِِٓ َ عدَ (٘) شسِ حَاظِ ٍد ِإذَا حَ َ ج فٌِۡٗ ٝؼُ َمدِ (ٗ) ََ ِِٓٚ ٌَٕٗفَـٖثَـٖ ِ Q.S. An-Nas
ض شسِ ٌَٗۡٛظَۡٛاضِ ٌّٗۡخََٕا ِ ُلًۡ أَػُٛذُ ِب َسّبِ ٌَٕٗاضِ (ٔ) ٍَِِهِ إٌَاضِ (ٕ) إٌَِـِٖٗ ٌَٕٗاضِ (ٖ) ِِٓ َ ض ()ٙ ٓ ٌٗۡجَِٕ ِت ٌََٕٗٚا ِ ض (٘) ِِ َ صدُٚزِ ٌَٕٗا ِ ض فُِ ٝ (ٗ) ٌَٗرِ ٜيَُٛظُۡ ِٛ
Lampiran 2 Wawancara Mendalam 1. Bagaimana pengalaman mahasiswa mengenai penerapan terapi bekam? a) Bagaimana cara melakukan terapi bekam yang telah dipraktekkan ? 1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah dipelajari? b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah diterapkan? 1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan karena penggunaan terapi bekam? 2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan setelah menggunakan terapi bekam ? c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah dari pengobatan medis kepada terapi bekam? 1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi bekam sebagai pengganti medis? d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi bekam dengan terapi medis ? 1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi bekam?
2. Bagaimana pengalaman anda mengenai penerapan terapi ruqyah? a) Bagaimana cara melakukan terapi ruqyah yang telah dipraktekkan ? 1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah dipelajari? b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah diterapkan? 1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan karena penggunaan terapi ruqyah? 2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan setelah menggunakan terapi ruqyah ? c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah dari pengobatan medis kepada terapi ruqyah? 1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi bekam sebagai pengganti medis? d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi ruqyah dengan terapi medis ? 1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi ruqyah?
3. Bagaimana pengalaman anda mengenai penerapan terapi pijat bayi? a) Bagaimana cara melakukan terapi pijat bayi yang telah dipraktekkan ? 1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah dipelajari?
b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah diterapkan? 1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan karena penggunaan terapi pijat bayi? 2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan setelah menggunakan terapi pijat bayi ? c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah dari pengobatan medis kepada terapi pijat bayi? 1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi pijat bayi sebagai pengganti terapi medis? d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi pijat bayi dengan terapi medis ? 1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi pijat bayi?
4. Bagaimana pengalaman anda mengenai penerapan terapi SEFT? a) Bagaimana cara melakukan terapi SEFT yang telah dipraktekkan ? 1) Apakah praktek terapi tersebut sudah sesuai dengan teori yang telah dipelajari? b) Berdasarkan pengalaman, apa saja manfaat dari terapi yang telah diterapkan?
1) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang mengalami kemajuan atau peningkatan kesehatan yang signifikan karena penggunaan terapi SEFT ? 2) Apakah ada perbedaan yang dirasakan dari diri pasien sebelum dan setelah menggunakan terapi SEFT ? c) Berdasarkan pengalaman mahasiswa, apakah ada pasien yang berpindah dari pengobatan medis kepada terapi SEFT ? 1) Bagaimana reaksi dari pasien yang menggunakan terapi SEFT sebagai pengganti terapi medis? d) Apakah ada pasien yang menggabungkan terapi pijat bayi dengan terapi medis ? 1) Bagaimana reaksi dari penggabungan terapi medis dan terapi SEFT?
Lampiran 3 Matrikulasi Analisa Data No 1
Pernyataan signifikan Kita liat dulu tensinya
Kategori
Subtema
Tema
Memeriksa
cara
pemahaman
tekanan darah
melakukan
mahasiswa
terapi bekam
masih kurang
P1
P2
P3
P4
P5
mengenai cara melakukan terapi komplementer dan alternatif 2
Menggunakan alkohol, alkoholnya itu biasanya disemprot untuk Penggunaan titik titik tempat dilakukannya bekam
desinfektan sebelum terapi bekam
3
Sebelumnya dipijit dulu pijitnya pake minyak
Relaksasi
otot
sebelum terapi bekam 4
Kop ditempelkan ke kulit kemudian pompa, stelah sudah agak Bekam kering
merah baru cabut satu per satu 5
Tusuk dengan lanset melingkari arah jarum jam, tarik sebanyak Bekam basah dua atau sampai tiga kali tarikan, selang beberapa menit dibuka (kopnya) baru dibersihin
6
7
Di swab daerah (bekam) tersebut menggunakan tisu abis itu Desinfektan dibalurkan lagi minyak (zaitun)
setelah bekam
Pasiennya itu dibacakan ayat ayat Al-Qur’an
Membaca ayat cara
al Qur’an pada melakukan pasien
saat terapi ruqyah
terapi ruqyah 8
Saat pasien itu datang ke terapi ruqyah biasanya penterapinya itu Membacakan udah menyiapkan beberapa doa doa yang bisa menenangkan hati
doa-doa kepada pasien
9
Pertama siapin alat alatnya dulu kaya minyak
Persiapan
cara
sebelum
pijat melakukan
bayi
terapi
pijat
bayi 10
Untuk pijat bayi itu sendiri dimulai dengan muka, tangan, dada, Tahapan bagian perut, bagian kaki, dan bagian punggung
11
12
bayi
Kita mulai dari kaki, pergelangan kakinya, tangan, muka, sama Tahapan perut, trus itu punggung
pijat
pijat
bayi
Dimulai dari telapak kaki, kemudian di jari jari kaki, baru ke Tahapan
pijat
bagian betis dan pahanya, bagian perut, bagian dada, abis itu di bayi bagian kepala 13
Ada pijatan india, kaya pijatan yang berbbentuk kupu kupu, pokoknya dari kepala sampe kaki itu ada teknik-tekniknya
tersendiri 14
Tekniknya hampir sama seperti pijat orang seperti biasa
Teknik
terapi
pijat bayi 15
Dipijat itu jangan ditekan terlalu mendalam
Teknik
terapi
pijat bayi 16
Kakinya itu pokoknya kaya memerah susu
Teknik pijat
terapi bayi
di
bagian kaki 17
Kaya titik titik yang telapak kaki ini
Teknik pijat bagian
terapi bayi
di
telapak
kaki 18
Bagian betis dan pahanya dari atas ke bawah
Teknik pijat
terapi bayi
di
bagian kaki 19
Di bagian perut itu ada namanya bulan dan matahari
Teknik pijat
terapi bayi
di
bagian perut 20
Kemudian ada bentuknya I love you (di bagian perut)
Teknik terapipijat bayi di bagian perut
21
Di bagian dada itu ada yang bentuk kupu kupu
Teknik
terapi
pijat
bayi
di
bagian dada 22
Muka itu di alisnya, pipinya (dipijat)
Pijat
bayi
di
bagian muka 23
Di bagian kepala, dipijat di dahinya sampai ke bawah pipi, Teknik sampai bawah mata dipijat, kemudian di atas mulut, di bawah pijat
24
bayi
dagu membentuk senyum
bagian muka
Di bagian punggung dari atas ke bawah terus ke samping
Teknik pijat
terapi di
terapi bayi
di
bagian punggung 25
Tangannya disilangkan dan kakinya juga
Teknik pijat
terapi bayi
di
bagian kaki dan tangan 26
Tekniknya (SEFT) itu mengetuk bagian tubuh dengan jari-jari Teknik trus yang penting berpikiran positif
terapi cara
SEFT
melakukan terapi SEFT
27
Ditekan di titik titik tertentu kaya di kepala, di dahi, di dagu
Tahapan ketukan
di
bagian
tubuh
pada
terapi
SEFT 28
Ditekan di titik tertentu kaya di kepala, dahi, di samping mata, di Tahapan bawah mata, di bawah hidung, di bawah dagu, di bawah sini di ketukan leher, di dada agak atas, di bawah ketiak , di tangan
di
bagian
tubuh
pada
terapi
SEFT 30
Ditekan di bagian bagian tertentu, misalkan di bagian ubun- Tahapan ubun, di atas alis, di ujung dan di pangkalnya, di bawah mata, di ketukan
di
bawah hidung, di bawaah mulut, di ketiak, di siku (lipatan atas), bagian
tubuh
di bagian jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
terapi
pada SEFT
31
Mulai dengan bagian wajah, di bagian alis, pelipis bawah mata, Tahapan bagian bawah kuping, bagian bawah leher, bawah ketiak, ketukan kemudian bagian pinggang bawah
di
bagian
tubuh
pada
terapi
SEFT 32
Bagian yang diketuk itu dari kepala, bagian daerah mata, ke pipi, Tahapan bawah hidung, mulut, telinga, bagian atas dada, terus ke tangan ketukan sambil berserah diri kepada Allah
di
bagian
tubuh
pada
terapi
SEFT 33
Untuk praktek lapangan kayanya udah sesuai sama yang Persepsi
biasanya, udah sesuai sama teori (ruqyah)
partisipan terhadap dan
teori praktek
terapi ruqyah 34
Ditambahkan kalau misalnya cewek (pasien) kalau bisa cewek yang ngeruqyah
35
Kayanya cukup sesuai (teori dan praktek terapi pijat bayi)
Persepsi
partisipan terhadap dan
teori praktek
terapi pijat bayi 36
Untuk trust ke anaknya, kadang anak kecil nggak mau dipijat jangan dipaksa biarkan tenang dulu
37
Kayanya yang kemaren itu (waktu praktek) sama kaya yang Persepsi udah dipelajari maksudnya titik titik nya juga sama, caranya partisipan juga sama, penekananya juga, cara penekanannya juga udah terhadap sama
dan
teori praktek
terapi SEFT 38
Mungkin pas di prakteknya harus di tempat yang bener-bener bisa konsentrasi
39
Proses sterilisasinya aja yang harus diperbaikin
Prinsip sterilisai
Prinsip
Prinsip
sterilisasi
sterilisasi pada kurang
terapi bekam
diterapkan pada terapi bekam
40
Pakek sarung tangannya sendiri harusnya kalau udah menyentuh Prinsip
steril
badan pasien nggak boleh nyentuh alat alat yang sudah penggunaan
41
terkontaminasi lain
sarung tangan
Sarung tangannya bukan sarung tangan steril
Prinsip
steril
penggunaan sarung tangan 42
Kemaren sterilisasi kan masih ditaruh di lemari yang enggak ada Sterilisasi
cup
sterilisasinya walaupun alat bekam nya udah di sterilisasi tapi bekam untuk penyimpanannya tetep di lemari yang tanpa ada sterilisasi 43
Ketika ingin digunakan alat steril itu terkadang tidak sesuai, Sterilisasi
cup
misalkan alat memang sudah disterilkan dan bagian yang bekam terkena cairan sudah steril, namun pekerja (terapis) mengambil alat tersebut dengan tangan, dan memasukkan tangan ke daerah yang akan terkena cairan tubuh, itu kan alatnya menjadi tidak steril 44
Kalo kop udah bekas darah harusnya nggak dipake tapi Sterilisasi kebanyakan masih pada dipake
45
bekam
Awalnya kan pegel pegel, tapi abis dibekam pegel pegelnya Efek udah agak ilang
cup
bekam nyeri otot
terapi Terapi bekam Terapi pada memberi memberikan
komplementer dan
alternatif
manfaat
bagi memberikan
pasien
manfaat
bagi
pasien 46
Tekanan darahnya tinggi, Setelah dibekam baru tekanan darahnya lebih berkurang
Efek
terapi
bekam
pada
tekanan
darah
tinggi 47
Emosinya lebih stabil
Efek bekam
terapi pada
emosi 48
Setelah dia terapi bekam, dia sudah bisa jalan meskipun agak Efek tergopoh gopoh (pasien stroke)
bekam
terapi pada
stroke 49
Kadar gula darahnya tinggi, trus kolesterolnya juga agak tinggi Efek
terapi
tapi tidak mencapai batas yang ditentukan, dia pas di tes ulang bekam
pada
lagi malah kadar glukosa sama kolesterolnya menurun
kadar
gula
darah
dan
kolesterol 50
Awalnya susah makan jadi makannya lahap
Efek terapi pijat Terapi bayi
pijat
pada bayi
peningkatan
memberikan
nafsu makan
manfaat
bagi
pasien 51
Otot ototnya sebelum dipijat itu misalnya lebih keras, Efek terapi pijat
maksudnya kaku gitu, stelah dipijet jadi lebih rileks gitu otot bayi pada otot
52
ototnya
yang kaku
Bayi juga lebih terlelap saat tidur
Efek terapi pijat
bayi pada bayi yang sulit tidur 53
Waktu itu pernah ada gangguan pencernaan kayanya diare, abis Efek terapi pijat di pijat bayi, dua hari setelahnya, dia udah nggak ada (diare) lagi
bayi
pada
masalah pencernaan 54
Lebih bisa menentramkan hati pasien
Efek
terapi Terapi ruqyah
ruqyah
memberikan manfaat
bagi
pasien 55
Kalo ada yang diganggu oleh jin, trus setelah diruqyah, jin itu Peningkatan keluar dan lebih sehat orang itu
kesehatan karna terapi ruqyah
56
Ruqyah itu fungsinya kalo secara fisik tidak terlalu terliat tapi Efek memang lebih ke psikososialnya lebih bisa menentramkan hati
57
terapi
ruqyah
Sebelum di ruqyah itu suka sakit perut, tapi setelah diruqyah Efek katanya intensitas dari sakitnya itu berkurang
terapi
ruqyah
58
Pasiennya juga sering pusing sebelum di terapi ruqyah, setiap Efek
terapi
bangun tidur itu. Tapi setelah ruqyah, intensitas pusingnya juga terapi ruqyah berkurang 59
Me-release masalah tersebut, jadi dengan cara mengikhlaskan
Manfaat terapi SEFT
pada
psikologi pasien 60
Bisa mengubah mindset kita untuk melihat sudut pandang Efek terhadap sesuatu dari segala arah
terapi
SEFT
pada
psikologis pasien 61
Emosinya
lebih
stabil
trus
lebih
bisa
mengikhlaskan sesuatu
menerima
atau Efek SEFT
terapi Terapi
SEFT
pada memberikan
psikologi pasien manfaat
bagi
pasien 62
Ada penurunan tekanan darah, Tinggi (tekanan darah sebelum Efek SEFT), dan turun (tekanan darah setelah SEFT)
SEFT tekanan
terapi pada darah
tinggi 63
Belum ada karna emang yang saya dapatkan pasien-pasien di Terapi sana lebih ke menjaga kesehatan tubuhnya bukan dia sudah sebagai berpenyakit kemudian beralih ke bekam
bekam Terapi bekam Terapi terapi belum
pengganti medis digunakan sebagai
komplementer alternatif belum digunakan
pengganti
sebagai
terapi medis
pengganti terapi medis
64
Waktu itu ada jadi dokter nyaranin nggak usah terapi medis lagi, Terapi malah ke tradisional aja misalnya kaya bekam
sebagai
bekam terapi
pengganti medis 65
Ada contohnya dia ngobatin ke medis tapi nggak sembuh Terapi sembuh terus ke bekam
bekam
sebagai terapipengganti medis
66
Dari pengalaman belom ada, belom pernah melihat atau Terapi mendengar yang tadinya terapi medis ke terapi ruqyah
sebagai
ruqyah Terapi ruqyah
terapi belum
pengganti medis digunakan sebagai pengganti terapi medis 67
Saya belum menemukan yang dari medis, sakit trus ke pijat bayi
Terapi bayi
pijat Terapi sebagai bayi
pijat belum
terapi pengganti digunakan medis
sebagai pengganti terapi medis
68
Jadi misalnya kalau udah medisnya nggak ada dapet ya ke Terapi tradisional di terapi pijat malah lebih baikan gitu (pijat bayi)
bayi
pijat sebagai
terapi pengganti medis 70
Belum nemuin kalo dari medis ke terapi SEFT
Terapi
SEFT Terapi
sebagai
terapi belum
SEFT
pengganti medis digunakan sebagai pengganti terapi medis 71
Kalo saya belum nemu (yang menggabungkan terapi medis dan Terapi bekam)
sebagai
bekam
Terapi
terapi
ruqyah
dan terapi SEFT
komplementer
belum digunakan sebagai pelengkap terapi medis
72
Kalau untuk menggabungkannya saya belum menemukan antara Terapi medis dan terapi ruqyah
sebagai
ruqyah Terapi ruqyah terapi belum
komplementer
digunakan sebagai pelengkap
terapi medis 73
Kalau yang menggabungkan (terapi pijat bayi dan medis) saya Terapi juga belum (menemukan)
bayi
pijat sebagai
terapi komplementer 74
Kalo yang menggabungkan (terapi SEFT dan medis) juga belum Terapi
SEFT Terapi
tau
terapi belum
sebagai
komplementer
SEFT
digunakan sebagai pelengkap terapi medis
75
Iya tapi memang bukan mengobati penyakit fisiknya tetapi Terapi
SEFT
memang karna penyakit fisiknya akan akan menimbulkan sebagai
terapi
psikologisnya juga ikut bermasalah, dia mengobati nya di SEFT
komplementer pada gangguan psikologis
76
Menggabungkan iya, hipertensi, nyeri kepala hebat biasanya, Terapi
SEFT
kebanyakan ini hanya sebagai tambahan, dari medis dapet obat sebagai
terapi
yang
langsung
menyembuhkan,
pengobatan alternatif
belum
selesai,
sisanya komplementer pada
nyeri
kepala
hebat
dan hipertensi
77
Hasilnya lebih efektif, skala nyerinya berkurang, tekanan Efek darahnya turun
penggabungan terapi
medis
dan terapi SEFT pada nyeri 78
Merasa lebih ikhlas terhadap penyakitnya saat itu
Efek penggabungan terapi
medis
dan terapi SEFT pada gangguan psikologis 79
Dia nambahin kaya tekanan darah tinggi, dia masih tetep ikut Terapi pengobatan dari dokter, cuman dia nambahin terapi bekamnya, sebagai nggak ninggalin obat-obat yang dikasih dokternya.
bekam Terapi bekam Terapi terapi digunakan
komplementer pada
80
Kalo yang menggabungkan itu, dia pakek vitamin yang buat Terapi anak
biar
gampang
makan
itu,
tapi
dia
tetep bayi
pijat sebagai
komplementer pada dengan
bayi,
sebagai
terapi
komplementer
mengggabungkannya dengan minum vitamin itu dan dengan terapi pijat bayi
pijat
sebagai terapi digunakan
tekanan komplementer
darah tinggi
bekam,
bayi
penurunan nafsu makan 81
Bayinya itu panas datang ke klinik tersebut, trus dipijat bayi, Terapi namun karna memang tidak langsung bisa langsung turun, kan bayi maksudnya baru pijat bayi
pijat Terapi
pijat
sebagai bayi digunakan
terapi
sebagai terapi
komplementer
komplementer
pada bayi febris 82
Ada, dia itu BAB nya susah lancer Makanya
pencernaannya
itu
Terapi nggak
lancar,
dia
jadi bayi
pijat sebagai
pertumbuhannya itu terganggu, trus disaranin dokter masuk ke terapi terapi pijat bayi ini
komplementer pada konstipasi
83
Ketika mereka bekam juga, obat juga dilakukan, itu lebih cepat Efek
Penggabungan
turunnya (tekanan darah)
penggabungan
terapi
terapi
dengan
bekam
bekam, terapi
dan medis pada
medis
tekanan darah
memberikan hasil yang lebih efektif
84
Saya belum tau hasilnya (penggabungan terapi medis dan pijat Efek bayi)
penggabungan terapi
medis
dan pijat bayi