PENGAJARAN BAHASA JEPANG DENGAN METODE KUMON PADA MAHASISWA PROG. STUDI CINA DAN PROG. STUDI INGGRIS DI UNIVERSITAS DARMA PERSADA Irawati Agustine, Metty Suwandany, Tia Martia, Zainur Fitri, Syamsul Bahri Sastra Jepang – Fakultas Sastra ABSTRAK Pada semester genap tahun akademik 2013/2014, Lembaga Kumon Tokyo Jepang mengadakan uji coba pengajaran bahasa Jepang dengan metode kumon di Universitas Darma Persada. Tujuan pengajaran dengan metode kumon adalah untuk mempersiapkan siswa mengikuti ujian kemampuan bahasa jepang (JLPT) yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation tanggal 6 Juli 2014. Adapun peserta yang mengikuti program ini adalah 5 orang dari program studi Jepang, 4 orang dari program studi Inggris, dan 3 orang dari program studi Cina. Fokus penelitian adalah pada peserta dari program studi Cina dan Inggris. Peserta program belajar mulai dari awal dan dipersiapkan untuk dapat mengikuti ujian tingkat N5. Program ini diadakan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari selasa dan kamis pukul 15.00 – 18.00. Di luar waktu yang telah ditetapkan, para siswa diwajibkan mengerjakan PR minimal 20 lembar setiap hari sehingga dalam 1 minggu mereka rata-rata menyelesaikan 140 lembar kerja dan dalam waktu tiga bulan diharapkan dapat menyelesaikan level C (setara dengan N5). Kata kunci : kumon, JLPT, uji coba, metode
1 1.1
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam suatu kegiatan belajar mengajar, diperlukan adanya metode pengajaran agar dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Demikian pula di dalam kegiatan belajar mengajar bahasa asing, diperlukan adanya metode pengajaran bahasa. Pada dasarnya, manusia selalu mencari metode-metode penyajian materi pengajaran yang lebih baik untuk memudahkan pekerjaan atau tugas pemelajar. Adapun perubahan penyajian dalam metode pengajaran bahasa mencerminkan penekanan ketrampilan apa yang dianggap penting dan yang harus dikuasai oleh pemelajar. Seperti halnya pengajaran bahasa asing, pengajaran bahasa Jepang juga menggunakan beragam metode di mana metode-metode yang digunakan bertujuan untuk memudahkan pemelajar memahami materi yang disampaikan oleh pengajar.
Salah satu metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Jepang adalah Metode Kumon. Yang dimaksud dengan Metode Kumon adalah metode belajar mandiri atau perseorangan. Dilingkungan Universitas Darma Persada saat ini sedang diadakan uji coba program pengajaran bahasa Jepang dengan Metode Kumon yang akan berlangsung selama tiga setengah bulan terhitung mulai bulan Maret sampai bulan Juni. Program ini diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Kumon yang berada di Tokyo bekerja sama dengan UniversitasDarma Persada. Peserta program ini adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Darma Persada sebanyak 12 orang dengan rincian 5 orang mahasiswa program studi Jepang semester II, 4 orang mahasiswa program studi Inggris semester Vl , dan 3 orang mahasiswa program studi Cina semester Vl. Adapun tujuan dilaksanakannya program ini adalah agar mahasiswa peserta program ini dapat lulus dalam ujian kemampuan bahasa Jepang (Noryoku Shiken) N4/N5. Dari hal tersebut di atas, kami bermaksud melakukan penelitian terhadap mahasiswa
program
studi Inggris dan program studi Cina selaku peserta program kumon tingkat pemula. 2
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sejauh manakah pembelajaran dengan metode kumon meningkatkan kemampuan pemelajar
tingkat pemula
dalam kesiapannya mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang N5. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses belajar bahasa, umumnya melibatkan guru, pengajaran bahasa, metode pengajaran, dan materi ajar. (Sri Utari,1993:5). Guru merupakan faktor yang penting dalam proses pemudahan belajar. Dalam pengajaran bahasa ada tiga hal yang dilibatkan yaitu linguistik, psikologi dan ilmu pendidikan.
Metode dapat diinterpretasikan ke dalam kata “cara”,”
teknik”, atau dapat diinterpretasikan dengan “ pendekatan”. Istilah-istilah tersebut mengandung makna yang sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Berbicara tentang Metode Pengajaran, adalah bukan semata-mata terpusat pada teknik-teknik pengajaran, namun meliputi berbagai aspek baik teori dasar pengajaran bahasa asing pada umumnya maupun pengajaran bahasa Jepang pada khususnya. Sebagaian besar orang menganggap bahwa mempelajari bahasa Jepang sangatlah kompleks dan sulit dipahami. Kesuksesan pembelajaran bahasa Jepang tidak bisa
dilepaskan dari kesuksesan proses pengajarannya sendiri. Untuk para pemelajar tingkat pemula, umumnya mereka merasakan kesulitan dalam menerapkan struktur tata bahasa Jepang yang berbeda dengan struktur bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang lebih dahulu dipelajari. Pada tahap pemula inilah pengajaran tata bahasa ditekankan sungguh-sungguh agar pada tingkat pembelajaran
selanjutnya,
pemelajar
bisa
mencapai
penguasaan
aspek
mendengar,
berbicara,membaca, dan menulis dengan baik. Bagi pemelajar, tata bahasa menjadi semacam kompas dalam pemakaian bahasa. Bagaimanapun juga, penguasaan tata bahasa tidak bisa dinomor duakan. Walaupun sekarang ini ada juga yang berpendapat bahwa orientasi pada latihan percakapan harus lebih diutamakan dari pada orientasi tata bahasa. Seorang pengajar yang baik haruslah bisa menyeimbangkan hal tersebut. Sehingga, pada
pengaplikasiannya
pemelajar
bisa
memiliki
aspek
keterampilan
mendengar,
berbicara,membaca, dan menulis yang semakin seimbang dan baik karena ditunjang penguasaan tata bahasa yang baik pula. Pada dasarnya metode pengajaran tata bahasa memiliki pengertian bagaimana sebaiknya cara mengajarkan suatu bahasa. Dalam pengajaran bahasa asing, dahulu sering digunakan metode terjemahan tata bahasa. Tapi sekarang, sesuai dengan perkembangan system pengajaran, metode tersebut memiliki cukup banyak kelemahan. Suatu metode dikatakan baik apabila digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing. Pembimbing kumon/instruktur memberikan dukungan kepada setiap pemelajar
dalam
mengembangkan kemampuan belajar mandiri. (Kumon Shiki Nihongo, 2012). Pembelajaran dengan system kumon menitik beratkan pada ketrampilan mendengar,membaca dan menulis.(Kimura Muneo : 132) Metode kumon adalah metode belajar perseorangan. Setiap pemelajar maju dengan kemampuannya membaca dan menulis yang berorientasi pada tata bahasa. Metode Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja yang disusun sedemikian rupa secara sistematis. Dalam metode Kumon siswa yang sudah punya kemampuan cukup, bisa maju ke tingkat lebih tinggi. Bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidak mendapat kesulitan saat mengerjakan materi ajar yang lebih tinggi.
Selain itu dalam metode Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan harus benar dikerjakan semua sebelum bisa berganti lembar kerja. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri sampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan mengadakan test. Test adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. 4
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran dengan metode
kumon dapat meningkatkan kemampuan pemelajar tingkat pemula dalam kesiapannya untuk mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang N5. 5
MANFAAT HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian diharapkan bagi para pengajar bahasa asing pada umumnya dan bahasa Jepang pada khususnya mendapatkan pengetahuan baru mengenai pengajaran bahasa dengan metode kumon. 6
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersumber pada mahasiswa fakultas sastra Unsada Program Studi Cina (3 orang) dan mahasiswa Program Studi Inggris (4 orang) yang sedang mengikuti program pembelajaran
bahasa Jepang dengan metode kumon selama tiga setengah bulan (Maret –Juni 2014). Setiap siswa harus melewati 4 tahapan/tingkatan. Setiap hari masing-masing siswa diharuskan menyelesaikan minimal 20 lembar kertas kerja. Dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk mengerjakan lembar kerja lebih dari 20 lembar sesuai dengan kesanggupan mereka. Seluruh lembar kerja diberi terjemahannya dalam bahasa Inggris. Selain itu, setiap siswa juga diwajibkan untuk mendengarkan CD yang telah dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa diharuskan mencapai nilai 100 pada tiap lembar kerjanya. Setelah menyelesaikan satu tingkatan, siswa diharuskan mengikuti test untuk maju ke tingkatan selanjutnya. Proses ini akan berlangsung selama 3½ bulan dengan tujuan untuk mempersiapkan para siswa mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang tingkat/N5 yang akan diadakan awal bulan Juli 2014. 6.1
METODE KUMON
Awalnya metode kumon dicetuskan oleh seorang guru SMA bernama Toru Kumon pada tahun 1954. Beliau menemukan metode ini berawal dari hasil belajar matematika anak sulungnya yang bernama Takeshi yang masih duduk di kelas 2 SD sangat buruk. Dari hal tersebut, kemudian Toru Kumon berusaha menciptakan sekumpulan soal yang dapat dikerjakan oleh Takeshi secara bertahap dengan system mandiri yang kemudian memungkinkan si anak dapat mengembangkan kemampuannya melalui soal-soal tersebut. Setelah melalui uji coba berulang-kali, ia kemudian membuat serangkaian materi ajar yang ditulis dengan tangan pada kertas ukuran A5. Fitur dasar dari materi ini adalah memusatkan pada pengembangan kemampuan berhitung yang kuat yang memungkinkan Takeshi maju secepat mungkin ke materi matematika tingkat SMA. Pada bulan Juli 1954 Takeshi mulai menggunakan materi buatan ayahnya. Ia mulai dengan soal-soal penjumlahan dan maju secara cepat sampai mencapai materi kalkulus diferensial dan integral untuk tingkat kelas 2 SMA ketika ia di kelas 6 SD. Toru Kumon terus membuat materi ajar setiap harinya. Melalui proses inilah kemudian muncul filosofi kumon, yaitu pengembangan secara optimal dari kemampuan setiap individu, tak bergantung pada usia atau tingkatan kelas untuk menggali potensi. Toru Kumon percaya bahwa apa yang mungkin bagi seorang anak adalah mungkin juga bagi anak-anak yang lain. Oleh karena itu ia kemudian mulai menawarkan kesempatan untuk belajar dengan metode ini kepada anak-anak lainnya.
Metode Kumon adalah metode belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan siswa menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Metode Kumon menggunakan materi ajar berupa lembar kerja yang disusun sedemikian rupa secara sistematis yang berisi materi ajar dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMA. Materi ajar dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengerjakan dengan kemampuannya sendiri, juga memungkinkan siswa untuk mempelajari materi ajar di atas tingkatan kelasnya di sekolah. Dengan demikian, siswa mempunyai potensi yang tidak terbatas. Untuk mengembangkan potensi ini secara maksimal, diperlukan bimbingan dan lingkungan yang mendukung tanpa membatasi usia siswa. Dalam program kumon, pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Kumon menilai kunci keberhasilan belajar adalah dengan banyak berlatih. Tak heran bila selama belajar dengan metode kumon, siswa akan mendapat banyak porsi latihan. Di dalam metode ini, siswa yang sudah mempunyai kemampuan cukuplah yang bisa maju ke tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidak menemukan kesulitan saat mengerjakan materi yang lebih tinggi. Metode Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan harus dikerjakan semua dengan benar sebelum berganti lembar kerja selanjutnya. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri sampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan
kesalahan
yang
sama.
Metode
ini
tidak
hanya
mengajarkan
cara
berhitung/matematika, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kemampuan tersebut akan terlihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri. Peserta program akan diajarkan dasar-dasar soal untuk bisa menyelesaikan materi yang lebih sulit. Metode ini juga bermanfaat untuk mempelajari matematika secara luas, misalnya aljabar, trigonometri, atau matematika tingkat lanjut. Selain bidang matematika, metode kumon juga sudah dikembangkan untuk materi ajar lain yaitu untuk pelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Perancis, dan sebagainya. Metode Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan
porsi yang tepat akan mengembangkan kemampuan belajar siswa. Selain itu sistem belajar dalam waktu singkat dan rutin setiap harinya, akan membentuk kemampuan siswa dalam berkonsentrasi, ketangkasan dalam bekerja, kemampuan berpikir, kebiasaan belajar, dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk mempelajari hal-hal lainnya. Dalam pembelajaran bahasa dengan metode kumon, fokusnya adalah pada kemahiran membaca dan menulis, bukan untuk kemahiran berbicara. 7
HASIL PENELITAN
Peserta pelatihan bahasa Jepang dengan metode kumon terdiri dari 4 orang siswa dari Program Studi Inggris semester 6 dan 3 orang siswa Program Studi Cina semester 4. Selain itu ada juga peserta yang berasal dari Program Studi Jepang sebanyak 4 orang yang semuanya sedang duduk di semester 2. Penelitian yang dilakukan kali ini adalah memfokuskan pada mahasiswa Program Studi Inggris dan Cina. Para siswa dibimbing oleh instruktur selama program ini berjalan. Program ini dimulai dari awal semester genap 2013 ( 11 Maret 2014 - 26 Juni 2014 ). Adapun tujuan diadakannya program ini adalah merupakan uji coba apakah para siswa tersebut dapat mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT) yang diadakan pada tanggal 6 Juli 2014. Untuk siswa non Jepang targetnya adalah mengikuti JLPT N5, dan siswa Jepang JLPT N4. Penerapan Metode Kumon : 1.
Seluruh siswa ditest kemampuan bahasa Jepang untuk menentukan titik awal mereka belajar.
2.
Titik awal belajar seluruh siswa yang berasal dari Program Studi Inggris dan Cina adalah dari dasar yaitu dimulai dengan mempelajari huruf hiragana/katakana.
3.
Tatap muka dilakukan dalam 1 minggu sebanyak 2 X dari pukul 15.00 – 18.00
4.
Setiap hari mereka diwajibkan untuk menyelesaikan lembar kerja sekurang-kurangnya sebanyak 20 lembar kerja. Dengan kata lain, dalam 1 minggu siswa harus menyelesaikan sekurang-kurangnya 140 lembar kerja.Setiap lembar kerja terdapat terjemahan dalam bahasa Inggris. Mereka juga wajib untuk mendengarkan CD yang telah mereka terima masingmasing.
5.
Lembar kerja yang telah selesai dikerjakan harus diperlihatkan kepada instruktur untuk diperiksa.
6.
Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, instruktur kemudian mencatat hasil belajar hari itu pada daftar nilai. Hasil ini kemudian dianalisis untuk penyusunan program
belajar berikutnya. Dalam daftar nilai juga dicantumkan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal-soal dalam lembar kerja per 5 lembar. 7.
Bila ada bagian yang salah, siswa diminta untuk memperbaiki bagian yang salah tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Adapun tujuannya adalah agar siswa menguasai benar materi ajar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
8.
Siswa diberikan kesempatan memperbaiki kesalahan maksimal sebanyak 5 kali. Apabila masih terdapat kesalahan, maka instruktur melakukan pendekatan kepada siswa dan menanyakan tentang kesulitan yang dihadapi.
9.
Sebelum pulang, instruktur memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.
10. Masing-masing siswa mempunyai kotak yang berisi materi ajar, daftar nilai dan berita acara belajar. Setiap siswa mengambil sendiri materi ajar yang ada dikotak masing-masing sebanyak yang dibutuhkan untuk kemudian dikerjakan. 11. Test diadakan pada setiap akhir level untuk menuju ke level yang selanjutnya.
Peran Instruktur : 1. Instruktur terdiri dari 6 orang dosen program studi Jepang. 2. Melihat / mengetahui motivasi dari para siswa. 3. Menentukan titik awal dari rencana belajar tiap siswa. 4. Memberikan pengarahan di saat tatap muka dan mencek lembar kerja yang sudah dikerjakan siswa dan mengatur kembali rencana belajar. 5. Mencatat tanggal dan berapa lama waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk mengerjakan lembar kerja, mencatat kesalahan, mencatat nilai yang diperoleh siswa. (Semuanya dicatat dalam berita acara siswa per 5 lembar kerja) 6. Diharapkan agar instruktur bisa menjaga siswanya berada pada level yang sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. 7. Harus bisa memotivasi siswa supaya tetap semangat dengan cara memuji kemampuan siswa. 8. Instruktur harus bisa mengarahkan siswa untuk belajar setiap hari tanpa berhenti.
Untuk bisa mengikuti N5, siswa harus melampaui 6 tingkatan/level, yaitu, 4A, 3A, 2A, A, B,dan C. Dengan melihat data kehadiran dan tingkat yang telah dicapai siswa, maka dikhawatirkan apakah seluruh siswa benar-benar siap untuk mengikuti ujian JLPT karena hanya ada dua siswa yang telah melampaui tingkat/level C. Adapun isi dari materi untuk level 4A – C mencakup ucapan, huruf/tulisan, tata bahasa, pemahaman kalimat, dan pemahaman kosa kata. Untuk tingkatan/level 4A – C ( N5 ), siswa diharapkan dapat menguasai 185 huruf kanji dan 1000 kosa kata.
Tingkat kehadiran siswa dan level yang telah dicapai :
Program Studi
Siswa A/Level
Siswa B/Level
Siswa C/Level
Inggris
58%/A
58%/A
44%/A
Cina
87%/C
79%/C
45%/B
Siswa D/Level 26%/4A
Keterangan : Siswa A/Inggris : Miftachus S. Aieni
Siswa A/Cina : Marcellia M
Siswa B/Inggris : Sifa Fauziah
Siswa B/Cina : Dara Nur Aisyah
Siswa C/Inggris : Abdullah Sukandar
Siswa C/Cina : Anastasia Mentari
Siswa D/Inggris : Lamria Margaretha
Penilaian terhadap sikap ilmiah : No Nama
Keterb
Objektif Teliti Kedisi
ukaan
Kerja Kejuju
Tanggun total
plinan
sama
g jawab
ran
1
Miftachus
2
3
3
2
2
3
2
17/48,5
2
Sifa F
2
3
2
2
2
3
2
16/46
3
Abdullah
3
3
3
2
3
3
2
19/54
4
Lamria
2
2
2
2
2
2
2
14/40
5
Marcellia
4
3
3
4
4
4
4
26/74
6
Dara
4
3
3
4
4
4
4
26/74
7
Mentari
2
3
3
2
3
3
2
18/51
Keterangan :5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang Pengajaran Bahasa Jepang dengan metode kumon adalah bentuk pengajaran tanpa pengajar. Dalam metode ini, hanya ada instruktur yang bertugas memeriksa hasil kerja siswa. Semua
petunjuk telah tertulis dalam lembar kerja. Setiap siswa diwajibkan membaca dengan teliti keterangan yang
tercantum, kemudian mengerjakan soal-soal sesuai dengan petunjuk dan
contoh. Selain membaca petunjuk yang ada dalam lembar kerja, siswa juga diminta untuk mendengarkan CD dan mengucapkan kembali sesuai dengan apa yang didengar dalam CD tersebut. Baik dalam berlatih melalui CD dan berlatih melalui lembar kerja semuanya dilakukan sendiri oleh siswa tanpa bimbingan ataupun arahan dari instruktur. Itu sebabnya metode kumon dikatakan sebagai metode belajar perseorangan yang bersifat mandiri. Instruktur hanya berkewajiban memberikan penjelasan apabila kesalahan telah dilakukan sebanyak 5 kali oleh siswa untuk materi yang sama. Apabila kesalahan dilakukan kurang dari 5 kali, siswa diminta untuk membaca petunjuk atau contoh yang tercantum dalam lembar kerja. Dari program kumon yang telah berjalan, hasil yang diperoleh dari para siswa kurang maksimal, karena hanya 2 orang siswa yang mencapai tingkat akhir (level C) sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena para siswa tidak maksimal dalam
mengikuti program ini. Selain itu, para siswa juga masih belum menguasai dengan baik tulisan hiragana dan katakana sehingga dalam proses mengerjakan latihan yang ada dalam lembar kerja para siswa menemukan hambatan. 8
KESIMPULAN
Dalam program kumon yang telah berjalan selama kurang lebih 4 bulan ini, terlihat bahwa program ini berjalan kurang maksimal karena tingkat kehadiran siswa yang minim, sehingga proses belajarpun tidak berjalan dengan lancar. Tingkat kehadiran siswa yang minim dikarenakan kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti program ini dengan sungguh-sungguh. Berbeda dengan para siswa yang berasal dari program studi Jepang, tingkat kehadiran mereka yang tinggi menyebabkan proses belajar berjalan dengan lancar dan umumnya mereka mengalami kemajuan yang pesat. Adapun pelaksanaan ujian JLPT akan diadakan pada tanggal 6 Juli 2014, dan hasilnya baru akan keluar sekitar awal bulan Oktober 2014. 9
DAFTAR PUSTAKA
Kimura,
Muneo.
Dasar-Dasar
Metodologi
Pengajaran
Bahasa
Bandung : Percetakan Ekonomi, 1993 ------------------------, Kumon Shiki Nihongo, Tokyo: Nihongo Jigyobu, 2012
Jepang.
-----------------------, Kumon Institute of Education, Tokyo, 2011 Subyakto, Sri Utari. Metodologi Pengajaran Bahasa,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993 Suwandi, Sarwiji. Model-Model Asesmen Dalam Pembelajaran, Surakarta: Yuma 2011 Taketoki, Yoshikawa. Nihongo Goyou Bunseki , Tokyo : Meiji Shoin, 1997
Pustaka,