ME DA N
PUTUSAN
Nomor : 539/PID.SUS/2016/PT-MDN.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
GI
Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa : : TERDAKWA;
Tempat lahir
: Medan;
Umur / Tgl. lahir
: 22 Tahun/20 April1994;
Jenis kelamin
: Laki-laki;
Kebangsaan
: Indonesia;
Tempat tinggal
: Kota Medan;
Agama
: Islam;
Pekerjaan
: Karyawan Swata;
ILA
NT
ING
Nama lengkap
Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara oleh :
2016 ;
NG AD
1. Penyidik Polri sejak tanggal 05 Maret 2016 sampai dengan tanggal 24 Maret
2. Perpanjangan Penuntut Umum I sejak tanggal 25 Maret 2016 sampai dengan tanggal 03 Mei 2016;
3. Penuntu Umum Sejak tanggal 27 April 2016 sampai dengan tanggal 16 Mei 2016;
PE
4. Hakim Pengadialn Negeri Medan sejak tanggal 11 Mei 2016 sampai dengan tanggal 09 Juni 2016 ; 5. Perpanjangan Wakil Ketua PN. Medan sejak tanggal 10 Juni 2016 sampai dengan tanggal 08 Agustus 2016 ; 6. Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi Medan sejak tanggal 09 Agustus 2016 sampai dengan tanggal 07 September 2016; 7. Hakim Pengadilan Tinggi Medan, sejak tanggal 05 September 2016 sampai dengan tanggal 04 Oktober 2016; 8. Perpanjangan Penahanan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Medan, sejak tanggal 15 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 03 Desember 2016; Pengadilan Tinggi tersebut; Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang bersangkutan serta turunan
resmi
putusan
Pengadilan
Negeri
1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016;
Medan
nomor
:
ME DA N
-2-
Membaca surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Medan yang mendakwa Terdakwa dengan dakwaan sebagai berikut : Pertama DIKABURKAN
Sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut Pasal 81 Ayat (1) Jo Pasal 76 D
GI
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
ING
Anak Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHPidana. Atau Kedua DIKABURKAN
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 Ayat (1) Jo Pasal 76 E
NT
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
ILA
Anak Jo.Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana Membaca surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Medan, bahwa Terdakwa telah dituntut sebagai berikut :
NG AD
1. Menyatakan Terdakwa bersalah telah terbukti
melakukan tindak pidana
sebagai turut melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak melakukan
persetubuhan
dengan Terdakwa
atau
dengan orang lain,
sebgaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 81 Ayat (1) Jo Pasal 76 Undang-Undang Repebulik Indonesia No. 35 tahun2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
PE
Perlindungan Anak Jo Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUH Pidana dalam surat dakwaan pertama. 2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 13 (tiga belas) tahun penjara dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dan membayar denda sebesar Rp.100.00.000,-(seratus juta rupiah) subsadair selama 1(satu) tahun penjara. 3. Menyatakan barang bukti berupa1(satu) pasang baju pramuka,1(satu) celana dalam warna merah putih,1(satu)buah kaos tengtop bercorak garis hitam putih dikembalikan kepada Saksi Korban Lora Aprillia, 1(satu) buah kaos (satu) buah kaos berwarna hitam polos dan 1(satu) buah celana Jeans panjang warna coklat kekuningan dirampas untuk dimusnahkan. 4. Menetapkan agar Terdakwa RANDI DEVIALDI dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,-(lima ribu rupiah)
Membaca
putusan
Pengadilan
ME DA N
-3-
Negeri
Medan
nomor
:
1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “turut serta melakukan kekerasan atau ancaman
GI
kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya”; 2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama: 12
ING
(dua belas) tahun dan pidana denda sebesar Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah) ketentuan dengan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) Tahun.
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh
NT
Terdakwa, dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 4. Menetapkan Terdakwa tetap berada ditahan ; 5. Menetapkan barang bukti berupa : barang bukti 1(satu) pasang baju
ILA
pramuka,1(satu) celana dalam warna putih,1(satu) buah tentop bercorak garis putih Dikembalikan Kepada Saksi Korban,1(satu) buah kaos berwarna hitam polos dan 1(satu) buah celana jeans panjang warna coklat,oleh karena itu
NG AD
ditetapkan dirampas untuk dimusnahkan; 6. Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,00,-(lima ribu rupiah). Telah membaca :
1. Akta Permohonan Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri
PE
Medan bahwa pada tanggal 05 September 2016, Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan permintaan banding terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan nomor : 1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016; 2. Akta Permohonan Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Medan bahwa pada tanggal 06 September 2016, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan permintaan banding terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan nomor : 1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016; 3. Relaas Pemberitahuan Permintaan Banding yang disampaikan oleh Jurusita Pengadilan Negeri Medan, bahwa masing-masing permintaan banding tersebut telah diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum tanggal 06 September 2016 dan kepada Penasihat Hukum Terdakwa tanggal 14 September 2016; 4. Memori banding yang diajukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa tertanggal 23 September 2016, yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan tanggal 23 September 2016, yang isinya sebagai berikut :
ME DA N
-4-
ING
GI
ERROR INPERSONA TERDAKWA DITUDUH MELAKUKAN TINDAK PIDANA TANGGAL 26-2-2016 DI JALAN MONGONSIDI GANG BARU KELURAHAN POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA PADAHAL TERDAKWA/RANDI DEVIALDI BERADA BEKERJA DI PT. OPTIMAX JALAN BRIGJEND KATAMSO MEDAN Bahwa merujuk keterangan saksi Beni Baharudin Dan Saksi Aryanto (teman satu kerjaan dengan Terdakwa) dipersidangan pada intinya menerangkan diantaranya sbb: Pada tanggal 26 Februari 2016 Randi Devialdi bekerja dan berada ditempat kerjaan dari pukul 08.00 wib s/d 19.00 wib; Pada tanggal 26 Februari 2016 sekitar pukul 10.00 wib perusahaan ada menyuruh Randi Devialdi mengantar tagihan naik kenderaan sepeda motor ke perusahaan HSBC Jalan Diponegoro Medan;
Pada tanggal 26 Februari 2016 sekitar pukul 15.00 wib s/d pukul 18.00 wib, perusahaan ada menyuruh Randi Devialdi dan Aryanto mengantar barang ke Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar
Pada tanggal 26 Februari 2016 Randi Devialdi memakai celana jeans warna biru dan kaos berwarna hitam pekat;
Pada tanggal 26 Februari 2016, tidak orang lain yang datang menjemput Randi Devialdi keperusahaan naik kenderaan;
ILA
NT
Benar perusahaan tempat kami bekerja dipasang CCTV, sehingga perusahaan dapat memantau/ mengetahui kegiatan yang dilakukan karyawan yang bekerja diperusahaan dan setiap karyawan yang masuk bekerja wajib mengisi absensi (daftar hadir) dengan sistem finger print;-Keterangan Beni Baharudin dan Saksi Aryanto dikuatkan dengan BUKTI T-1 dan BUKTI T-2 yang didukung lagi dengan BUKTI T-3 dan keterangan saksi Savira Dwi Mutiara dan diantaranya menerangkan : “Benar pada tanggal 26-2-2016, sekitar pukul 12.00 wib Randi Devialdi pulang kerumah istirahat kerja kemudian jam 12.30 pergi kembali ke kerjaannya”Maka dengan demikian pertimbangan Judex Factie yang menyatakan Terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah nyata-nyata error inpersona sebab pada tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan, Jadi mustahil pada saat dan waktu yang bersamaan Terdakwa berada dijalan Brigjend Katamso Medan dan berada di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia ; MAJELIS HAKIM TINGGI YANG MULIA Dalam perkara ini Terdakwa hanya mampu berdoa dengan harapan berpilin asa, semogalah Tuhan Yang Maha Adil “campur tangan” dalam perkara ini mengetuk pintu hati insan keadilan untuk mendengarkan suara jerita keadilan Terdakwa/Pembanding, agar Terdakwa dapat memperoleh kartu absensi/“finger print” Terdakwa di PT. Optimax tanggal 26-2-2016 dan laporan-laporan, tagihan barang/uang, kwitansi/ bon saat Terdakwa ditugaskan PT. Optimax untuk menagihnya keperusahan-perusahaan pada tanggal 26-2-2016, maupun CCTV disekitar lokasi PT. Optimax, dan atau CCTV pada perusahaan HSBC Jalan di Ponegoro Medan saat Terdakwa mengantar barang sekitar pukul 10.00 wib sebagaimana keterangan Beni Baharudin dan Saksi Aryanto (teman satu kerjaan/satu ruangan kantor dengan Terdakwa), maka dengan diperolehnya fakta ini akan terdengarlah gita keadilan materiil yang sesunguhnya bukan Terdakwa pelaku sebagaimana yang dituduhkan saksi korban;
NG AD
PE
1.
ME DA N
-5-
PE
2.
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Oleh karena itu pada kesempatan ini, Terdakwa/Pembanding memohon kepada Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya bermurah hati berkenan demi kebenaran materiil yang hakiki menetapkan dan memerintahkan pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh Majelis Hakim Tinggi yang mulia agar meminta PT. Optimax membawa/ menyerahkan kartu absensi/ “finger print” Randi Devialdi dan CCTV PT. Optimax, dan laporan, bon, tagihan barang tanggal 26-2-2016 tersebut, sekaligus meminta penjelasan kepada perusahaan PT. Optimax beralamat jalan Brigjend Katamso Medan dan stafstaf PT. Optimax agar menjadi jelas keberadaan Terdakwa tersebut dan apaapa saja yang dikerjakan Terdakwa atas perintah PT. Optimax Kepada Terdakwa dari pukul 08.00 wib s/d pukul 18.00 wib, semua ini semata-mata demi keadilan den kebenaran materiil yang hakiki, dan atas perkenan yang mulia Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan mengabulkan Pemohonan Terdakwa ini, terlebih dahulu Terdakwa/ Pembanding mengucapkan terima kasih. Selanjutnya, berdasarkan uraian diatas sesungguhnya Judex Factie Pengadilan Negeri Medan kurang sunguh-sungguh mengungkapkan kebenaran materiil perkara ini, hanya mementingkan mendengarkan keterangan saksi korban saja yang absurd dan tak dapat dipercaya tanpa sedikitpun mau melihat “setitik” fakta-fakta kebenaran Terdakwa sebagaimana keterangan Beni Baharudin dan Saksi Aryanto, saksi Savira Dwi Mutiara dan Bukti T-1 s/d Bukti T-3 yang pada intinya menerangkan Terdakwa pada tanggal 26-2-2016 berada bekerja di PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan dan tidak ada berada di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia sebagaimana yang dituduhkan saksi korban kepada Terdakwa,; Dengan demikian nyatalah putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan telah keliru menilai fakta, menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan, Oleh karena itu mohonlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia yang mengadili perkara ini kiranya berkenan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/ Pid.Sus/ 2016/ PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016 dan mengadili sendiri seterusnya membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; BAP TERDAKWA BERSUMBER DARI HASIL “PENYIKSAAN” BATAL DEMI HUKUM Bahwa di persidangan, saksi verbalisan AIPTU FITRI HANDAYANI menerangkan sebagaimana pada halaman 7 point 8 baris ke-8 Surat Tuntutan, sbb: “ Bahwa setelah BAP dibuat dan diketik lalu dibacakan dihadapan terdakwa dan kuasa hukum atau penasihat hukum prodeo yang ditunjuk terdakwa” Majelis Hakim Tinggi yang mulia Sungguh Terdakwa saat diperiksa memberikan keterangan dihadapan Penyidik tidak ada “penasihat hukum” Terdakwa duduk disamping Terdakwa untuk mendampingi Terdakwa mendengarkan apa yang dipertanyakan penyidik dan apa yang dijawab oleh Terdakwa untuk dituangkan dalam BAP, melainkan saat BAP tersebut telah selesai dibuat, “penasihat hukum” hanya menandatangani BAP tersebut pada saat bersamaan dengan Terdakwa menandatanganinya, sedangkan ditandatanganinya BAP tersebut oleh Terdakwa sebagai kepasrahan atas “trauma siksaan” yang sangat menakutkan yang dialami Terdakwa yang takkan mampu lidah mengucapkannya, hal ini sudah Terdakwa sampaikan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan, sebagaimana pada halaman 8 angka IV Surat Tuntutan yang dikutip sbb: “ Bahwa membenarkan ada diperiksa oleh saksi Aiptu Fitri Handayani dan saksi Marsahati di Polsek Medan Baru bahwa terdakwa menerangkan sebagaimana dalam BAP karena diajari oleh Penyidik dan dibuat-buat dan semua keterangan terdakwa hanya karangan saja oleh penyidik
ME DA N
-6-
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Bahwa Terdakwa menerangkan Terdakwa disiksa” “Siksaan” yang dialami Terdakwa tersebut didukung dengan bukti : 1) Surat Komnas HAM-RI Nomor 0.954/K/PMT/VII/ 2016 tanggal 26 Juli 2016 yang disampaikan kepada Ibu Terdakwa bernama EVA DEFI (diberi tanda BUKTI T-4) 2) Surat Kabar “MEDANEKSPOS” Edisi 545 Tahun Ke X, Senin 4 -11 April 2016 (diberi tanda BUKTI T-5) 3) Surat Kabar “METRO EXPRESS” Edisi 72, Senin 4-11 April 2016 (diberi tanda BUKTI T-6) 4) Surat Ibu Terdakwa bernama EVA DEFI tanggal 7-4-2016 kepada Ka.Polsek Medan Baru (diberi tanda BUKTI T-7) Yang pada intinya, agar Polsek Medan Baru bekenan memberikan ijin kepada Ibu Terdakwa (EVA DEFI) untuk membawakan Terdakwa berobat kerumah sakit karena ada keluhan Terdakwa saat ditahan telinganya agak pekak, dadanya sakit, dan alat kelaminnya juga sakit; 5) Surat Pengaduan Ibu Terdakwa bernama EVA DEFI tanggal 13-4-2016 kepada Komnas HAM-RI (diberi tanda BUKTI T-8) 6) Surat Ibu Terdakwa bernama EVA DEFI tanggal 8-9-2016 kepada Komnas HAM-RI (diberi tanda BUKTI T-9) yang pada intinya, agar Komnas HAM-RI melakukan investigasi kelapangan; Demikian juga nasib yang dialami oleh saksi MUHAMMAD YUSUF yang perkaranya diperiksa terpisah dalam perkara pidana Nomor : 14/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Mdn tanggal 11 APRIL 2016 menerangkan: “Terdakwa mengakui ikut melakukan perkosaan terhadap saksi korban pada saat itu dikantor Polisi oleh KARENA DIPAKSA OLEH POLISI” (Halaman 20 Putusan pidana Nomor : 14/ Pid.Sus.Anak/ 2016/PN.Mdn Tanggal 11 APRIL 2016 atas nama Muhammad Yusuf) Dan dipersidangan dalam perkara ini saksi MUHAMMAD YUSUF memberikan keterangan diantaranya menerangkan sbb: “ - Saksi tidak tahu dalam hal apa saksi Muhammad Yusuf ditangkap Saksi Muhammad Yusuf tidak mengetahui tentang Iqbal dan Akbar Saksi Muhammad Yusuf membawa bawa nama Terdakwa Randi Devialdi , Akbar dan Iqbal dalam perkara ini karena Muhammad Yusuf takut masuk penjara sendirian (Surat Tuntutan halaman 6 point 4) Akan tetapi walaupun Terdakwa telah menyampaikan “siksaan” yang dialami oleh Terdakwa tersebut, namun Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tak mendengarkan jeritan “siksaan” Terdakwa tersebut, padahal Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 mengamanahkan bahwa : “ Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun” (cetak tebal dari Pemohon Banding) Lalu Pasal 52 KUHAP, Pasal 117 ayat (1) dan Ayat (2) KUHAP juga menegaskan : “Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim; ( Pasal 52 KUHAP) “Keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan bentuk apapun” ( Pasal 117 ayat (1) KUHAP)
ME DA N
-7-
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
“Dalam hal tersangka memberikan keterangan tentang apa sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya, penyidik mencatat dalam berita acara seteliti telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri” (Pasal 117 Ayat (2) KUHAP) Tentulah “siksaan” tersebut suatu langkah mundur “menyayat diri-sendiri”, dirinya bangsa yang cinta “Pri Kemanusian dan Pri Keadilan” sebagaimana ikrar “tonggak” didirikannya Negara Republik Indonesia ini sebagaimana Pembukaan UUD 1945, tegasnya BAP yang bersumber dari pelanggaran Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945, Pasal 52 KUHAP Pasal 117 ayat (1) KUHAP Dan Pasal 117 ayat (1) KUHAP tersebut tidak sah batal demi hukum; Maka demi menjaga marwah, harkat dan martabat UUD 1945 dan peraturan perundang undangan yang berlaku yang menjunjung Tinggi HAM, sudah tepatlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, dan mengadili sendiri serta membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 3. PENAHANAN DAN PERPANJANGAN PENAHANAN TERDAKWA TIDAK SAH MELANGGAR PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN YANG MENJUNJUNG TINGGI HAM TIDAK DIPERTIMBANGKAN JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN 3.1. PENAHANAN TERDAKWA Bahwa Terdakwa ditangkap pada tanggal 03 Maret 2016 sesuai BUKTI T-10 yaitu Surat Perintah Penangkapan Nomor SP/KAP/84/III/2016 tanggal 2 Maret 2016 yang diterbitkan oleh Polsek Medan Baru, yang diterima Terdakwa/ RANDI DEVIALDI / Pemohon Banding pada tanggal 3 Maret 2016; Jadi oleh karena Penyidik telah melakukan penangkapan pada diri Terdakwa/Pemohon Banding pada tanggal 3 Maret 2016, seterusnya diikuti penahanan pada tanggal 4 Maret 2016, maka semestinya Penyidik menerbitkan surat Penahanan terhadap diri Terdakwa/ Pemohon Banding pada tanggal 4 Maret 2016 tersebut sesuai ketentuan KUHAP; Akan tetapi sampai sekarang ini tidak ada diterbitkannya surat penahanan tanggal 4 Maret 2016 tersebut, padahal Terdakwa ditahan mulai sejak tanggal 4 Maret 2016, bahkan nasib Penahanan Terdakwa/ tanggal 4 Maret 2016 tersebut tidak pula diperhitungkan alias “raib” sebab penahanan Terdakwa dihitung oleh Penyidik sejak tanggal 05 Maret 2016 s/d 24 Maret 2016, sehingga nyatalah penahanan terhadap Terdakwa tanggal 4 Maret 2016 adalah penahanan yang melanggar HAM tidak sah, dan hal ini terus berlanjut; 3.2. PERPANJANGAN PENAHANAN TERDAKWA Bahwa selanjutnya, sebagaimana telah diuraikan diatas, Terdakwa ditahan sejak tanggal 4 Maret 2016 oleh Penyidik, maka wewenang penahanan Penyidik sesuai Pasal 24 ayat (1) KUHAP adalah 20 hari terhitung sejak tanggal 04 Maret 2016 s/d 23 Maret 2016 (20 hari); dan bila Penyidikan yang dilakukan Penyidik belum selesai maka perpanjangan penahanan harus sejak tanggal 24 Maret 2016 s/d 02 Mei 2016 (40 hari) sesuai Pasal 24 ayat (2) KUHAP; Bahwa akan tetapi Penuntut Umum memberikan perpanjangan penahanan Terdakwa atas permintaan Penyidik terhitung sejak Tanggal 25 Maret 2016 s/d 03 Mei 2016 sebagaimana yang disebutkan oleh JPU halaman 1 huruf B Surat Dakwaannya dikutip sbb: “B.PENAHANAN Penyidik Penangkapan : Tgl 05 Maret 2016 s/d 24 Maret 2016 Perpanjangan oleh Kejaksaan : Tgl 25 Maret 2016 s/d 03 Mei 2016 Penuntut Umum : Tgl 27 April 2016 s/d 16 Mei 2016 Dengan demikian Penuntut umum telah “memejamkan mata” atas adanya pelanggaran Pasal 24 ayat (1) dan (2) KUHAP, dengan cara menerbitkan surat
ME DA N
-8-
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
perpanjangan penahanan terhitung sejak tanggal 25 Maret 2016 s/d 03 Mei 2016, padahal jika dihitung seluruh penahanan yang dilakukan Penyidik terhadap Terdakwa sejak tanggal 04 Maret 2016 s/d 03 Mei 2016 adalah 61 hari melampaui kewenangan Penyidik melakukan penahanan, yang semestinyalah saat itu Penuntut Umum menyatakan “Untuk Keadilan” sebagaimana tertera pada sudut atas sebelah kiri surat tuntutan dan surat dakwaanya menolak memberikan perpanjangan penahanan tersebut kepada Penyidik terhitung sejak tanggal 25 Maret 2016 s/d 03 Mei 2016, sebab Terdakwa sejak tanggal 4 Maret 2016 sudah ditahan Penyidik maka perpanjangan penahanan yang boleh diberikan adalah terhitung sejak tanggal 24 Maret 2016 s/d 02 Mei 2016; MAJELIS HAKIM TINGGI YANG MULIA Akibatnya, penahanan Terdakwa tanggal 04 Maret 2016 tersebut terkatungkatung tidak diperhitungkan sebagai telah melakukan penahanan baik pada tingkat Penyidik maupun pada tingkat Penuntut Umum dan seterusnya, sungguh merupakan kepiluan keadilan Terdakwa; Jadi sedari awal penahanan dan perpanjangan penahanan Terhadap Terdakwa pada tingkat penyidikan berlanjut terus sampai tingkat penuntutan dan seterusnya, adalah penahanan yang tidak sah melanggar peraturan perundang undangan yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, dan terbukti penahanan terhadap diri Terdakwa tanggal 4 Maret 2016 tidak diperhitungkan “raib” sebagaimana terlihat dalam surat dakwaan JPU; Akan tetapi kendatipun penahan dan perpanjangan penahanan terhadap diri Terdakwa tanggal 4 Maret 2016 tidak sah dan tidak diperhitungan oleh Penyidik maupun Penuntut Umum dan seterusnya, namun Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tidak mempertimbangkan penahanan yang tidak sah tersebut, maka cukuplah alasan bagi yang mulia Majelis Hakim Tinggi Medan kiranya berkenan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016 dan membebaskan Terdakwa; 4. SAKSI KORBAN TELAH BERUMUR LEBIH DARI 18 (DELAPAN BELAS) TAHUN TIDAK DISUMPAH SAAT MEMBERIKAN KETERANGAN DIPERSIDANGAN MENYALAHI HUKUM ACARA YANG BERLAKU Bahwa saksi korban/Lora Aprillia lahir tanggal 04 April 1998 (halaman 4 Surat Tuntutan), maka jika dikaitkan dengan tanggal 27 April 2016 Surat Dakwaan, berarti saksi korban telah berumur lebih dari 18 (delapan belas) tahun, semestinyalah wajib disumpah saat memberikan keterangan dipersidangan, sesuai ketentuan Pasal 160 Ayat 3 KUHAP yang berbunyi: “ Sebelum memberikan keterangan saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya” Akan tetapi kewajiban untuk mengucapkan sumpah oleh saksi korban yang telah berumur lebih dari 18 (delapan belas) tahun tersebut ternyata tidak diterapkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan, sehingga melanggar ketentuan Pasal 160 KUHAP Ayat 3; Padahal yang boleh diperiksa memberikan keterangan sebagai saksi dipersidangan tanpa dibawah sumpah sesuai Pasal 171 KUHAP berbunyi : Yang boleh diperiksa untuk memberikan keterangan tanpa sumpah ialah a. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum pernah kawin b. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik kembali
ME DA N
-9-
Sedangkan pengertian “anak” menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dijelaskan pula bahwa :
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri Lalu pengertian “anak” dijelaskan lagi oleh Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak berbunyi : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Jadi, saksi korban Lora Aprillia yang telah berumur lebih dari 18 (delapan belas) tahun bukanlah disebut “anak” maka saksi korban Lora Aprillia wajib disumpah saat memberikan keterangannya dipersidangan, akan tetapi hal ini dibiarkan saja oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sehingga nyatalah hal ini menyalahi hukum acara yang berlaku, melanggar Pasal 160 Ayat 3 KUHAP, dan keterangan saksi korban tersebut juga tidak bernilai sebagai bukti keterangan saksi; Bahwa dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang sudah tak dapat dipertahankan lagi; 5. JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN KELIRU MENYIMPULKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN PERBUATAN YANG DIDAKWAKAN TANPA TERLEBIH DAHULU MEMPERTIMBANGKAN APA YANG MENJADI DASAR, PARAMETER/ TOLAK UKUR CIRI-CIRI SUARA PELAKU, TATO BAHU BELAKANG PELAKU, PERAWAKAN PELAKU, CELANA PELAKU ITU DISIMPULKAN PELAKUNYA ADALAH TERDAKWA SEBAGAIMANA YANG DITUDUHKAN SAKSI KORBAN Bahwa pada bagian ini di awali dalam sebentuk pertanyaan yaitu : Apakah saksi korban mengenali pelaku tindak pidana tanggal 26-2-2016 di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia? Maka untuk itu ditelisik keterangan saksi Korban sbb : KETERANGAN SAKSI KORBAN /LORA APRILLIA DALAM PUTUSAN DALAM DALAM BAP PENGADILAN NEGERI SURAT TUNTUTAN SAKSI KORBAN MEDAN ATAS NAMA M JAKSA PENUNTUT TANGGAL 26-02-2016 YUSUF UMUM NOMOR : TERTANGGAL 9 14/Pid.Sus.Anak/2016/P AGUSTUS 2016 ATAS N.Mdn Tanggal 11 APRIL NAMA RANDI 2016 DEVIALDI Halaman 12 baris ke-18, Halaman 5 baris Halaman 2 point 05 beris dikutip sbb pertama, dikutip sbb ke- 4 jawaban saksi korban dalam BAP
“Bahwa Saksi mengetahui bahwa Randi Devialdi adalah salah seorang pelaku yang
“Didalam mobil tersebut saksi korban Lora Aprillia perhatikan ada 3 (tiga) orang laki-laki
“….ciri-ciri pelaku yang dapat saya kenali adalah pelaku pertama Randy Als Rendy dimana pelaku tersebut ciri-cirinya
dimana salah satunya mempunyai tato di bahu saksi korban Lora belakang ……. Aprillia kenali dari perawakan dan celananya adalah mantan Pacar saksi korban yaitu Randi Devialdi dan semuanya menutup wajah dengan menggunakan sebo berwarna hitam Mengenali PELAKU DARI Mengenali PELAKU Mengenali PELAKU DARI DARI suara dan pakaian pelaku perawakan dan celana tato di bahu belakang pelaku Dari tabel diatas ternyata keterangan saksi korban telah saling kontradiktif, yaitu : 1. Disatu sisi menyatakan mengenal pelaku berdasarkan suara dan Pakaian pelaku; dan 2. Disisi lain menyatakan mengenal pelaku berdasarkan “perawakan dan celana pelaku” dan 3. Disisi berikutnya menyatakan mengenal pelaku berdasarkan “tato dibahu belakang” Maka apa yang diterangkan saksi korban tersebut sesungguhnya adalah kesimpulan belaka yang kontradiktif yang keterangannya tak dapat dipercaya; Jadi sudah dapat dipastikan, bahwa sesungguhnya saksi korban tidak mengetahui secara pasti siapa sesungguhnya pelaku tindak pidana tanggal 262-2016 di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia, melainkan saksi korban hanya mengetahui ciri-ciri pelaku yaitu: 1. SUARA PELAKU 2. TATO DIBAHU BELAKANG PELAKU 3. PERAWAKAN PELAKU 4. CELANA PELAKU Ciri-ciri pelaku inilah yang dijadikan kesimpulan oleh saksi korban untuk “menuduh” Terdakwa/ Randi Devialdi sebagai pelaku tindak pidana tanggal 2602-2016 di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia, padahal saat itu Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan, apalagi ciri-ciri yang dituduhkan saksi korban tersebut kepada Terdakwa adalah absurd dan sangat tak dapat dipercaya yang dirinci sbb : AD.1 TENTANG SUARA PELAKU Bahwa saksi korban menerangkan mendengar ada suara “bekap atau sekap” dari pelaku yang memakai sebo, lalu suara “bekap atau sekap” tersebut disimpulkan saksi korban untuk “menuduh” Terdakwa; Keterangan saksi korban ini hanya kesimpulan yang diperoleh bersumber dari perkiraan-perkiraan tertentu saja dengan jalan pikiran, bahkan mengada-ngada sebab tidak ada ditemukan penjelasan yaitu: Bagaimana caranya saksi korban dapat mengenali dengan jelas suara pelaku yang memakai sebo itu, disimpulkan saksi korban adalah suara Terdakwa, padahal “intonasi, frekwensi suara, nada/ irama” seseorang yang memakai sebo berbeda dengan suara orang yang tidak memakai sebo; Apa parameter/tolak ukur saksi korban sehingga berkeyakinan menyimpulkan suara pelaku yang memakai sebo mengatakan “bekap atau sekap” tersebut adalah suara Terdakwa; Dan tidak pula ada penjelasan, pada saat posisi yang bagaimanakah saksi korban mendengarkan adanya suara pelaku mengatakan “BEKAP BEKAP”
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
menyetubuhi saksi secara paksa berdasarkan suaranya dan pakaian yang dipakainya pada saat itu sering saksi lihat ketika masih berpacaran
ME DA N
- 10 -
ME DA N
- 11 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
atau “SEKAP SEKAP” dan berapakali suara “BEKAP BEKAP” atau “SEKAP SEKAP” didengar saksi korban, padahal tidak ada seorang saksipun yang menerangkan mengucapkan “BEKAP BEKAP” atau “SEKAP SEKAP”, saat itu Apalagi, suara “BEKAP BEKAP” atau “SEKAP SEKAP”, yang disebut saksi korban tersebut menjadi sangat tidak dapat dipercaya dan mengada-ngada, karena mulut saksi korban saat itu sudah ditutup dengan sapu tangan oleh pelaku sebagaimana keterangan saksi korban yang menerangkan: “ Tiba tiba dari balik tembok (dua) orang laki-laki selanjutnya SAKSI MUHAMMAD YUSUF MENUTUP MULUT SAKSI KORBAN LORA APRILLIA DENGAN MENGGUNAKAN SAPU TANGAN berwarna hitam kemudian menarik dan membawa saksi korban Lora Aprillia masuk kedalam mobil kijang….dst (Keterangan saksi Korban Halaman 4 baris ke-6 dari bawah Surat Tuntutan) Disini sudah jelas, mulut saksi korban sudah ditutup sebelum dan sesudah di dalam mobil, jadi tidak ada dilepaskan ikatan “tutup mulut” saksi korban tersebut, maka tidak dapat dipercaya bila ada suara “BEKAP BEKAP” atau “SEKAP SEKAP” padahal mulut saksi korban sudah di “BEKAP BEKAP” atau sudah di “SEKAP-SEKAP”; Bahkan saksi korban yang mengalami sendiripun tidak mampu merasakan dan tidak mengetahui, sebagaimana keterangan saksi korban yang menerangkan dikutip yaitu: “Ketika pelaku penyetubuhi saya dengan paksa, saya tidak mengetahui apakah pelaku memakai alat pengaman atau tidak karena saya tidak memperhatikan secara jelas dimana saya hanya meronta dan melawan pelaku” (Keterangan saksi korban dalam BAP tanggal 26—2-2016 halaman 4 point 09) Jadi yang dialami dan dirasakan saksi korban sendiripun tidak diketahuinya, apalagi mendengarkan secara jelas suara “BEKAP BEKAP” atau “SEKAP SEKAP” tersebut; Dan keterangan saksi korban ini juga mengada-ngada karena pada tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan sesuai keterangan saksi Beni Baharudin dan saksi Aryanto yaitu teman Terdakwa yang bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan yang keduanya menerangkan bahwa pada tanggal 26 Februari 2016 Terdakwa berada ditempat kerjaan dari pukul 08.00 wib sampai dengan 19.00 wib, dan sesuai BUKTI T-1 S/D BUKTI T-3 sehingga mustahil Terdakwa mengatakan “bekap-bekap atau sekap-sekap” di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Bahwa akan tetapi kendatipun keterangan saksi korban yang tidak dapat dipercaya dan mengada-ngada, namun Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tetap saja menerima keterangan saksi korban tersebut sebagai sebuah kebenaran yang mutlak tanpa menilai dan mengujinya dengan ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP dalam menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah sebuah kekeliruan menilai fakta; Selain itu Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan ternyata tidak pula terlebih dahulu memberikan pertimbangan apa yang menjadi dasar/ tolak ukur/parameter tumbuhnya keyakinan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan bahwa “suara pelaku” yang disebut saksi korban itu adalah benar-benar suara Terdakwa, padahal bukankah Terdakwa saat itu berada dan bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan, dan bukankah tak ada seorang saksipun yang menerangkan adanya suara “bekap atau sekap” sehingga menjadi nyata putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta;
ME DA N
- 12 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Bahwa dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang sudah tak dapat dipertahankan lagi; AD.2 TENTANG TATO DIBAHU BELAKANG PELAKU Saksi korban menyebutkan ciri-ciri pelaku ada tato di bahu belakang pelaku, ini dijadikan dasar kesimpulan saksi korban untuk “menuduh” tato tersebut adalah tato Terdakwa; Bahwa dalam BAP, surat dakwaan, surat tuntutan maupun keterangan saksisaksi, tidak ada yang menerangkan bahwa para pelaku atau salah seorang pelaku membuka “baju pelaku atau busana badan pelaku” pada saat perbuatan “cabul” tersebut dilakukan, lalu timbul pertanyaan: Bagaimana caranya saksi korban dapat mengetahui ada tato pada bahu bagian belakang badan pelaku (sebagaimana keterangan dalam BAP saksi korban tanggal 26-2—2016 halaman 2) padahal tak ada sekeping keterangan apapun yang menerangkan adanya seorang pelaku yang membuka baju badan pelaku” Tidak pula ada penjelasan berapa kalikah saksi korban melihat tubuh pelaku sehingga dapat memastikan bahwa Tato itu ada dibahu belakang tubuh pelaku; Absurditas juga terjadi dalam hal saksi korban hanya mengetahui Terdakwa/Pembanding selaku pelaku hanya berdasarkan tato dibahu bagian belakang, sedangkan “para pelaku ” tidak ada membuka baju badannya; Jadi mustahil saksi korban dapat melihat tato dibahu badan bagian belakang “pelaku” bila pelaku tidak ada membuka “baju tubuhnya”; apalagi saat itu tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan; Lantas apa yang melatar belakangi semua “tuduhan” saksi korban tersebut, ini tak terlepas dari “DENDAM ASMARA” VS AKIBAT TERDAKWA/RANDI DEVIALDI BERSELINGKUH DENGAN CLAUDIA ALS PAGIT TETANGGA DEKAT RUMAH SAKSI KORBAN, akan diuraikan nantinya dibawah ini; Bahwa akan tetapi lagi-lagi keterangan saksi korban yang tidak dapat dipercaya dan mengada-ngada tersebut, tetap saja diterima Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sebagai sebuah kebenaran yang mutlak tanpa menilai dan menguji keterangan saksi korban tersebut dengan ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP; dalam menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah sebuah kekeliruan menilai fakta; Selain itu Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan,ternyata tidak pula terlebih dahulu memberikan pertimbangan apa yang menjadi dasar, tolak ukur, parameter tumbuhnya keyakinan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan bahwa “tato dibahu belakang pelaku” yang disebut-sebut saksi korban tersebut adalah tato Terdakwa, padahal bukankah tak ada sekeping keterangan apapun yang menerangkan bahwa pelaku membuka baju, dan bukankah saat ini pada tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan, sesuai keterangan saksi Beni Baharudin dan saksi Aryanto dan BUKTI T-1 S/D BUKTI T-3, maka nyatalah Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan; Oleh karena itu mohonlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan dengan penuhi perhatian membongkar dan menggali fakta-fakta kebenaran materiil yang sesungguhnya dalam perkara ini seraya membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, dan mengadili sendiri perkara ini dan memutus seadil-adilnya dengan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; AD.3 TENTANG PERAWAKAN PELAKU
ME DA N
- 13 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Saksi korban menyebutkan ciri-ciri “perawakan Pelaku”, ini dijadikan dasar kesimpulan saksi korban untuk “menuduh” Terdakwa, sungguh keterangan saksi korban mengada-ngada dan keterangan ini hanya bersumber dari perkiraan-perkiraan tertentu yang diperoleh dengan cara jalan pikiran saksi korban saja, sebab : Apa yang menjadi dasar dan parameter/tolak ukur keyakinan saksi korban menyimpulkan bahwa “perawakan pelaku” tanggal 26-2-2016 itu adalah “perawakan” Terdakwa, bukankah banyak “perawakan” (bentuk tubuh sikap badan-halaman 102 KBBI) seperti Terdakwa; seperti halnya juga dalam tayang TV TRANS 7 acara “Asli Atau Palsu” banyak artis, tokoh, atelit perawakannya yang sama bahkan mirip/serupa; Juga tidak pula ada penjelasan, “bentuk tubuh sikap badan” (“perawakan”) dari Pelaku yang bagaimanakah yang dimaksudkan saksi korban yang disimpulkan sebagai “perawakan” Terdakwa; Lantas apa yang melatarbelakangi saksi korban berkeyakinan “perawakan pelaku” tindak pidana tanggal 26-2-2016 tersebut disimpulkan oleh saksi korban sebagai “perawakan” Terdakwa, jawabnya semua ini boleh jadi “DENDAM ASMARA VS “ akibat Terdakwa selingkuh dengan CLAUDIA als PAGIT tetangga dekat rumah saksi korban”: sungguh tuduhan saksi korban tersebut sangat mengada-ngada sebab pada tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada bekerja PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan sehingga mustahil saksi korban melihat perawakan Terdakwa di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia; Bahwa akan tetapi keterangan saksi korban yang tidak dapat dipercaya terusmenerus diterima Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sebagai sebuah kebenaran yang mutlak tanpa menilai dan menguji keterangan saksi korban tersebut dengan ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP dalam menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah nyata sebuah kekeliruan menilai fakta; Selain itu Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan ternyata tanpa terlebih dahulu memberikan pertimbangan apa yang menjadi dasar, tolak ukur, parameter tumbuhnya keyakinan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan bahwa “perawakan pelaku” yang disebut-sebut saksi korban tersebut adalah “perawakan” Terdakwa, padahal banyak “perawakan” yang mirip dengan “perawakan” Terdakwa sebagaimana telah diuraikan diatas, apa lagi saat itu tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan, sehingga menjadi nyata putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan; Oleh karena itu mohonlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, dan mengadili sendiri perkara ini dan memutus seadil-adilnya dengan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; AD.4 TENTANG CELANA PELAKU Saksi korban menyebutkan “pelaku memakai celana lie warna coklat kekuningan”, disimpulkan saksi korban untuk “menuduh” Terdakwa, dengan dalih “celana” itu sering dipakai Terdakwa pada saat pacaran, adalah absurd dan tak dapat dipercaya keterangan saksi korban itu sebab: Bila benar celana lie yang saksi korban lihat pada waktu pacaran tahun 2013, s/d tahun 2016 sudah kurang lebih 3 (tiga) tahun, tidakkah warnanya sudah berubah/usang/kusam karena sering dipakai; lantas apa yang menjadi dasar keyakinan saksi korban menyimpulkan “celana pelaku” tersebut adalah celana Terdakwa waktu pacaran; Bukankah banyak celana lie warna coklat kekuningan dan kaos berwarna hitam dimiliki/dipunyai orang lain; apalagi tak ada seorang saksipun yang
ME DA N
- 14 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
menerangkan pelaku memakai celana lie warna coklat kekuningan dan kaos berwarna hitam; Bukankah pada tanggal 26-2-2016 (peristiwa pidana yang dituduhkan kepada Terdakwa) Terdakwa tidak ada berada di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia dan tidak ada memakai celana lie warna coklat kekuningan dan kaos berwarna hitam melainkan Terdakwa memakai celana lie berwana biru dan baju kaos hitam pekat sesuai keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto dan BUKTI T-1 dan T-2 yang diantaranya menerangkan : Pada tanggal 26 Februari 2016 Randi Devialdi memakai celana jeans warna biru dan kaos berwarna hitam pekat;Sedangkan baju kaos warna hitam yang dijadikan barang bukti dipersidangan yang diperlihatkan JPU, menurut keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto adalah bukan baju kaos Terdakwa karena baju kaos hitam yang diperlihatkan JPU itu sudah kusam/pudar dan sesuai pula Bukti T-3, sedangkan baju kaos yang dipakai Terdakwa pada saat bekerja tanggal 26-2-2016 adalah baju kaos berwarna hitam pekat tidak kusam dan tidak pudar warnanya sehingga nyatalah keterangan saksi korban tersebut tidak dapat dipercaya; Lantas apa motif munculnya frase “celana pelaku” tersebut disimpulkan saksi korban sebagai celana Terdakwa yang sering dipakai waktu pacaran”, hal ini boleh sangat jadi “dendam asmara VS “ akibat Terdakwa selingkuh dengan CLAUDIA als PAGIT tetangga dekat rumah saksi korban Jadi telah nyata keterangan saksi korban tersebut tidak dapat dipercaya, namun Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tetap saja menerima keterangan saksi korban tersebut tanpa menilai kebenaran saksi korban dengan ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP dalam menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah nyata sebuah kekeliruan menilai fakta; Selain itu Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan ternyata tanpa terlebih dahulu memberikan pertimbangan apa yang menjadi dasar, tolak ukur, parameter tumbuhnya keyakinan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan bahwa “pelaku yang memakai celana lie warna coklat kekuningan”, tersebut adalah Terdakwa, padahal berdasarkan keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto dan BUKTI T-1 dan T-2 bahwa Terdakwa memakai celana lie warna biru pada tanggal 26-2-2016 dan bukan berwana coklat apa lagi saat itu pada tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan, sehingga menjadi nyata putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan; Maka dengan demikian, cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, dan mengadili sendiri perkara ini dan memutus seadil-adilnya dengan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 6. “DENDAM ASMARA VS” AKIBAT TERDAKWA BERSELINGKUH DENGAN CLAUDIA ALS PAGIT TETANGGA DEKAT RUMAH SAKSI KORBAN, YANG MELATAR BELAKANGI DITUDUHNYA TERDAKWA SEBAGAI MEMILIKI CIRI-CIRI PELAKU TINDAK PIDANA TANGGAL 26-2-2016 Pada bagian ini terlebih dahulu diawali dalam sebentuk pertanyaan yaitu apa yang melatar belakangi munculnya ciri-ciri suara pelaku, tato dibahu belakang pelaku, perawakan pelaku, celana pelaku, disimpulkan saksi korban untuk “menuduh” Terdakwa sebagai pelaku tindak pidana yang didakwaan, padahal
ME DA N
- 15 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Terdakwa saat itu berada dan bekerja di PT. Optimax dijalan Brigjend Katamso Medan memakai celana lie warna biru; Oleh karena itu ditelisik keterangan Saksi Lora Aprillia Saksi Zalfikar (abang saksi korban) Saksi Kartini (Ibu Saksi Korban) yang dikutip sbb : Keterangan SAKSI LORA APRILLIA dalam BAP tanggal 26-2-2016 halaman 3 point 07 menerangkan sbb : “Hubungan saya dengan Randi als Rendy berakhir/ putus sejak tanggal 31 Desember 2014 dimana pada saat itu saya mengetahui atau memergoki pacar saya telah selingkuh atau secara diam-diam pacaran lagi dengan teman saya yang bernama CLAUDI Als PAGIT dan selain itu abang kandung saya ZALFIKAR JUGA TIDAK MENYUKAINYA sehingga abang kandung saya langsung menegur atau melarang Randi als Rendy agar jangan datang kerumah” Disini sedari awal abang saksi korban sudah “tidak menyukai” Terdakwa dan sesuai pula dengan keterangan Saksi Zalfikar yang dikutip dibawah ini yang menerangkan ; “Dapat saya jelaskan hubungan asmara/ berpacaran antara korban dan pelaku RANDI als Rendy berakhir/putus sejak tanggal 31 Desember 2014 dimana pelaku berselingkuh secara diam-diam (pacaran) dengan tetangga dekat rumah kami bernama CLAUDIA Als PAGIT sehingga sejak itu saya tidak menyukai pelaku RANDI als Rendy dan saya juga ada menegur secara langsung dengan berkata kepada pelaku RANDI als Rendy agar jangan berhubungan lagi dengan adik saya (korban) dan jangan datang kerumah kami setelah itu oleh korban juga memutuskan hubungannya dengan pelaku RANDI als Rendy “ (Keterangan SAKSI ZALFIKAR (abang saksi korban) BAP tanggal 06-32016, halaman 2 point -06) “ Sewaktu saya sudah mengetahui bahwa pelaku RANDI ALS RENDY ada menjalin hubungan asmara/ berpacaran dengan tetangga kami bernama CLAUDIA Als PAGIT tersebut maka SAYAPUN SEMAKIN TIDAK MENYUKAI PELAKU kemudian pada hari Rabu tanggal 31 Desember 2014 sekitar pukul 19.00 wib pelaku ada datang kerumah permisi kepada saya untuk mengajak adik saya/korban makan malam diluar dan saya mengatakan kepada pelaku sampai jam 10 malam saja dan jangan sampai lewat jam 10 malam lalu pelaku menjawab ya bang maka saya menunggu didepan rumah sampai mereka pulang namun oleh pelaku memulangkan adik saya/korban LORA APRILLIA pada pukul 01.00 wib pagi sambil pelaku meminta maaf kepada diri saya sehingga oleh saya emosi dengan menampar wajah/pipi korban dihadapan pelaku sambil berkata jangan lagi kau berhubungan dengan adik ku (korban) dan kau jangan datang lagi kerumah kami MULAI DETIK INI KALIAN PUTUS “kemudian pelaku berkata” jangan gitulah bang, sabar dulu bang lalu korbanpun memutuskan hubungan dengan pelaku, DIKARENAKAN SAYA TIDAK MENYUKAI PELAKU dan saya pun langsung menyuruh pelaku pergi dengan berkata cabut kau sekarang juga dari rumah kami ini KALAU TIDAK MATI KAU NANTI KU BUAT sehingga oleh pelaku melotot melihat saya, kemudian lebih kurang berselang 1 minggu pelaku RANDI ALS RENDY langsung berpacaran dengan CLAUDIA als PAGIT tetangga dekat rumah saksi dan sepertinya pelaku dengan sengaja melintas dari depan SAYA untuk menunjukkan bahwa saat itu pelaku sudah dapat pacar baru yaitu CLAUDIA als PAGIT namun saat itu kami hanya diam saja namun SAYA MELIHAT SOROTAN MATA PELAKU RANDI ALS RENDY SEPERTI TIDAK SENANG TERHADAP SAYA (DENDAM) dikarenakan saya telah melarang pelaku berhubungan dengan adik saya/korban lagi; (Keterangan Saksi Zalfikar halaman 2 point 07 BAP) Selanjutnya, keterangan SAKSI KARTINI (IBU SAKSI KORBAN) halaman 2 point -07 BAP menerangkan :
ME DA N
- 16 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
“Saya tidak tahu apa sebabnya, namun PELAKU DENDAM karena korban sudah diputuskan oleh korban” Inilah yang dikatakan “dendam asmara VS” akibat Terdakwa/ Randi Devialdi berselingkuh dengan CLAUDIA als PAGIT tetangga dekat rumah saksi korban”, dikatakan demikian sebab : frase “DENDAM” yang bersumber dari keterangan Ibu saksi korban (Kartini) dan abang saksi korban (Zalfikar) yang dikutip diatas adalah sebuah kesimpulan yang ditarik dari alam perkiraan-perkiraan pikiran saksi KARTINI dan ZALFIKAR yang berangkat dari fakta “tidak sukanya” kepada Terdakwa; Dan “ketidak sukaan” tersebut, diperparah lagi, saat itu Terdakwa Randi Devialdi telah berselingkuh dengan CLAUDIA als PAGIT tetangga dekat rumah saksi korban” yang diketahui oleh saksi korban, dan abang saksi korban yang sedari awal sudah “tidak suka” dengan Terdakwa, Maka frase “DENDAM” yang disinyalkan Ibu saksi korban (Kartini) dan abang saksi korban (Zalfikar) dan frase “TIDAK SUKA” itu sangat boleh jadi berpotensi dimunculkannya ciri-ciri dari suara, tato dibahu belakang, perawakan, celana pelaku tindak pidana tanggal 26-2-2016 di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia, artinya sangat mempengaruhi kebenaran keterangan saksi korban untuk mengatakan siapa sesungguhnya pelaku dalam perkara ini, hal ini terbukti saat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan bertanya kepada saksi korban “apakah memang benar Terdakwa memperkosa” namun saksi korban diam seribu bahasa diiringi tangis air mata” dan tak menjawab pertanyaan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan tersebut; Dari fakta “sikap diam dan tangis dan tak menjawabnya saksi korban” tersebut, semestinya Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tidak berhenti hanya “sampai disitu saja, melainkan semestinya mengejar “sikap diam dan tangis” dan tak menjawab pertanyaan” tersebut sehingga ditemukan apa sesungguhnya motif “sikap diam dan tangis” dan tak menjawab pertanyaan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan tersebut; karena boleh sangat jadi “sikap diam dan tangis” dan tak menjawab pertanyaan” tersebut, sesungguhnyalah saksi korban pilu melihat “ketidak adilan” yang dialami Terdakwa dijadikan korban “dendam asmara ” VS akibat Terdakwa berselingkuh dengan CLAUDIA als PAGIT tetangga dekat rumah saksi korban” sebab bila benar Terdakwa yang melakukan perbuatan yang didakwakan sudahlah pasti “lidah” saksi korban “tidak keluh/tidak berat” untuk mengatakan Terdakwa yang melakukannya, namun oleh karena Terdakwa sesungguhnya tidak ada melakukannyalah makanya saksi korban bersikap “diam” tak kuasa menjawab pertanyaan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan saat dipersidangan; Fakta “sikap diam dan tangis dan tak menjawabnya saksi korban” tersebut, sebagai pertanda peristiwa yang dituduhkan kepada Terdakwa tidak benar, karena memang pada kenyataanya Terdakwa pada tanggal 26-2-2016 berada bekerja PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan sesuai keterangan Beni Baharudin dan Saksi Aryanto, saksi Savira Dwi Mutiara dan Bukti T-1 s/d Bukti T-3 ; Jadi sesungguhnyalah kebenaran keterangan saksi korban untuk mengatakan siapa sesungguhnya pelaku dalam perkara ini sangat dipengaruhi dari frase “DENDAM” yang disinyalkan Ibu saksi korban (Kartini) dan abang saksi korban (Zalfikar) yang bersumber dari alam pikiran “TIDAK SUKA” dengan Terdakwa sangat berpotensi dimunculkannya ciri-ciri dari suara, tato dibahu belakang, perawakan, celana pelaku, untuk menuduh Terdakwa hal ini didukung lagi : Mengapa sasaran dan perhatian saksi korban tertuju penuh terhadap celana lie warna coklat kekuningan milik Terdakwa waktu pacaran tahun 2013, s/d tahun 2016 sudah kurang lebih 3 (tiga) tahun yang seandainya celana itu benar adanya, bukahkah warna celana lie sudah kusam/pudar karena sering dipakai, bukankah celana lie tersebut adalah celana yang disita/diperoleh Penyidik atas adanya “siksa” yang dialami Terdakwa, yang
kemudian celana lie tersebut diajukan dipersidangan lalu diakui saksi korban seolah-olah saat itu Terdakwa memakai celana yang disita tersebut, padahal kenyataanya Terdakwa memakai celana lie warna biru sebagaimana keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto dan BUKTI T-1 dan T-2; Saksi korban menyebutkan ciri-ciri pelaku delik tanggal 26-2-2016 memakai tato dibahu belakang, bukankah berawal waktu saksi korban berpacaran dengan Terdakwa pada tahun 2013, disinilah awalnya saksi korban mengetahui Terdakwa mempunyai tato dibahu belakang, sehingga tato inilah yang dijadikan sarana untuk mengiring terdakwa dalam perkara ini, sebab tak ada seorang pun yang menerangkan adanya seorang pelaku atau para pelaku membuka baju pelaku sehingga tampak terlihat adanya tato dibahu belakang pelaku, sungguh pilu, semogalah Tuhan membuka tabir kebenaran dalam perkara ini; Mengapa tak ada seorang warga/penduduk atau masyarakat disekitar lokasi kejadian atau warga/penduduk atau masyarakat tempat kediaman saksi korban yang mengetahui atau melihat saksi korban saat pulang berjalan kerumahnya dengan kondisi rambut acak-acakan dan pakaian acak-acakan dalam keadaan menangis dengan tubuh lemas dan pucat sebagaimana keterangan ibu saksi korban/KARTINI halaman 4 point 1 surat tuntutan, padahal rumah saksi korban tidak jauh jaraknya dengan TKP apalagi sudah merupakan notoir dijalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia ramai dan padat penduduknya ditambah lagi saat itu hari jumat banyak anak sekolah pulang; Mengapa tak ada diajukan alat bukti oleh JPU untuk menguji kebenaran keterangan saksi, yaitu alat bukti berupa : 1. Mobil kijang warna abu-abu yang disebut-sebut saksi korban 2. Sebo yang disebut-sebut saksi korban 3. Sapu tangan warna hitam yang disebut-sebut saksi korban 4. Visum Et Repertrum No.R/02/VER OB/III/2016/RS Bhayangkara tanggal 2 Maret 2016 hanya berkata luka robek lama, dan : 4.1 Tidak ada penjelasan ditemukan “luka robek baru”; 4.2 Tidak ada penjelasan ditemukan DNA/cairan/noda Sperma/ benda/zat yang melekat/menempel pada serat Pakaian dan celana yang disita sebagai menunjukkan pelaku; 4.3 Tidak ada penjelasan ditemukan luka dan tanda bentuk adanya suatu perlawanan/ kekerasan seperti diantaranya: 4.3.1Jejak luka atau memar pada hidung; 4.3.2Jejak luka atau memar pada mulut akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 4.3.3Jejak luka atau memar pada bibir akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 4.3.4Jejak luka pada gigi akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 4.3.5Jejak luka atau memar pada pipi kiri dan kanan akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 4.3.6Jejak luka atau memar cekik pada leher; 4.3.7Jejak kekerasan pada dada saksi korban akibat diraba-raba; 4.3.8Jejak luka atau memar karena kekerasan pada kepala akibat sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi 4.3.9Jejak luka lecet atau memar pada punggung akibat penekanan, 4.3.10 Jejak luka atau memar pada lengan kanan dan pergelangan lengan kanan akibat pencekalan
NG AD
PE
ILA
NT
ING
GI
ME DA N
- 17 -
ME DA N
- 18 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
4.3.11 Jejak luka atau memar pada lengan kiri dan pergelangan lengan kiri akibat pencekalan 4.3.12 Jejak luka atau memar paha kanan dan “selangkangannya” akibat pembukaan secara paksa; 4.3.13 Jejak luka atau memar paha kiri dan “selangkangannya” akibat pembukaan secara paksa; 4.3.14 Jejak luka lecet atau memar pada kaki kiri atau pergelangan kaki kiri akibat pencekalan 4.3.15 Jejak luka lecet atau memar pada kaki kanan atau pergelangan kaki kanan akibat pencekalan 4.3.16 Jejak luka atau lecet, cakaran kuku tangan pada tumbuh saksi korban Sungguh “misteri” dalam kasus “penculikan dan pemerkosaan secara paksa” tidak ada ditemukan “luka atau lecet atau memar ” atau DNA/cairan/noda Sperma/benda/zat yang melekat/ menempel pada serat Pakaian dan celana yang dijadikan barang bukti dipersidangan ini; Akan tetapi semua ini tidak dipertimbangkan oleh Judex factie Pengadilan Negeri Medan dalam menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan sehingga menjadi nyata putusan Judex Factie kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta; Selanjutnya. 5. Iqbal dan akbar yang disebut-sebut DPO dalam perkara ini; Mustahil Iqbal dan akbar ada di muka bumi ini, karena nama-nama ini hanya dicatut-catut begitu saja oleh Muhammad Yusuf (Terdakwa perkara terpisah) untuk menghindari “siksa” yang dialami Muhammad Yusuf, sebagaimana telah diuraikan diatas karena Muhammad Yusuf (yang belum cukup berumur 18 tahun pada tanggal 26-2-2016) saat itu berada dirumahnya bersama istrinya (UNTARI PANGGABEAN yang sedang sakit hamil 6 bulan dan membawa istrinya tersebut kerumah sakit diberi tanda BUKTI T-11), sesuai keterangan saksi M.IZAL, ATIKA SARIANI, UNTARI PANGGABEAN, SUKIMIN SANJAYA dalam perkara Pidana Putusan pidana Nomor : 14/ Pid.Sus.Anak/ 2016/PN.Mdn Tanggal 11 APRIL 2016 atas nama Muhammad Yusuf); Jadi, frase “DENDAM” yang “disinyalkan” Ibu saksi korban (KARTINI) dan abang saksi korban (ZALFIKAR) tentu sudah pasti mempengaruhi keterangan Saksi Korban untuk “menuduh” Terdakwa seolah-olah sebagai pelaku tindak pidana dalam perkara a quo; MAJELIS HAKIM TINGGI YANG MULIA Tenyata Judex Factie Pengadilan Negeri Medan lagi-lagi hanya berdiam diri tidak menguji kebenaran keterangan saksi korban tersebut sesuai ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP, dan tidak pula menilai fakta secara adil dan kurang pertimbangannya, sehingga nyatalah Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sudah tak dapat dipertahankan lagi dan mohonlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia yang mengadili perkara ini membatalkan Putusan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, dan mengadili sendiri seterusnya membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 7. SEBO, MOBIL KIJANG INOVA WARNA ABU-ABU, SAPU TANGAN WARNA HITAM, IQBAL DAN AKBAR, SEMESTINYA DIAJUKAN UNTUK MENGUJI KEBENARAN KETERANGAN SAKSI-SAKSI SEBAGAIMANA PASAL 185 AYAT (6) HURUF (b) KUHAP Bahwa saksi korban menerangkan, bahwa peristiwa pidana pada tanggal 26-22016 pelaku menggunakan sebo, mobil kijang inova warna abu-abu, sapu tangan warna hitam, dan ada pelaku Muhammad Yusuf, Iqbal Dan Akbar yang bersama-sama Terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan; Keterangan saksi korban tersebut absurd tidak dapat dipercaya, tak dapat disimpulkan delik yang didakwakan sebagai suatu yang dilakukan Terdakwa
ME DA N
- 19 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
karena tidak dapat diuji kebenaran keterangan saksi korban dengan keterangan Iqbal dan Akbar, sebo, mobil kijang inova warna abu-abu, sapu tangan warna hitam sebagaimana ketentuan Pasal 185 Ayat (6) huruf (b) KUHAP karena sebo, mobil kijang inova warna abu-abu, sapu tangan warna hitam, dan pelaku Iqbal Dan Akbar tidak ada diajukan dipersidangan maka kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah nyata-nyata kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta; Untuk lebih jelasnya dirinci : 7.1 “SEBO” Menurut saksi korban pelaku menggunakan “Sebo”, namun “Sebo”, ini tidak ada diajukan sebagai barang bukti oleh JPU; Dan Juga tidak ada penjelasan : 7.1.1. Siapakah menyediakan sebo atau membeli sebo tersebut; 7.1.2. Siapakah yang menyuruh membeli sebo tersebut; 7.1.3. Atas inisiatif siapakah menggunakan “sebo” atau memakai “sebo” 7.1.4. Dimana dan kapan “sebo” tersebut dibeli/diperoleh; 7.1.5. Menggunakan uang siapakah “sebo” tersebut dibeli 7.1.6. Dimanakah dan kapan “sebo” tersebut dibagi-bagikan pada masing-masing para peserta pelaku; 7.1.7. Siapa yang membagi-bagikan “sebo” tersebut pada masingmasing para pelaku; 7.1.8. Kapan dan dimana sebo tersebut dipakai masing-masing para pelaku; 7.1.9. Mengapa sebo tersebut tidak ada diajukan sebagai barang bukti Dengan demikian keterangan saksi korban nyata absurd dan tidak bernilai dalam hukum karena tidak dapat diuji kebenaranya dengan barang bukti berupa “sebo” sebagaimana Pasal 185 Ayat (6) Huruf (b) KUHAP yang semestinya hal ini dipertimbangkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan namun tidak dipertimbangankan, sehingga kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah nyatanyata keliru menilai fakta dan kurang pertimbangan; 7.2 MOBIL KIJANG INOVA WARNA ABU-ABU Mobil kijang inova warna abu-abu yang disebut-sebut saksi korban, digunakan pelaku melakukan tindak pidana yang didakwakan, tidak ada diajukan sebagai barang bukti oleh JPU; Dan Juga tidak ada penjelasan : 7.2.1 BK/Nomor Polisi berapakah Mobil kijang inova warna abu-abu tersebut; 7.2.2 Siapakah pemilik Mobil kijang inova warna abu-abu tersebut? Apakah milik Iqbal atau akbar atau Muhammad Yusuf atau milik orang tua Iqbal atau Akbar atau orang tua Muhammad Yusuf, atau dirental (disewa) 7.2.3 Jika disewa (dirental), siapa yang merental mobil kijang tersebut dirental; 7.2.4 Jika disewa (dirental), darimanakah uang rental tersebut diperoleh atau menggunakan uang siapa untuk merental mobil tersebut 7.2.5 Jika disewa (dirental), berapakah harga uang rental tersebut; 7.2.6 Jika disewa (dirental), dimanakah tempat merental mobil kijang tersebut; 7.2.7 Jika disewa (dirental), Kapankah mobil kijang tersebut dirental; 7.2.8 Kenapa, mengapa dan apa sebabnya Mobil kijang inova tersebut tidak dijadikan barang bukti/disita, dan kemana mobil itu sekarang atau apakah Mobil kijang inova ini riel bukan illusi belaka
ME DA N
- 20 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Dengan demikian keterangan saksi korban nyata absurd dan tidak bernilai dalam hukum karena tidak dapat diuji kebenaranya dengan barang bukti berupa “Mobil kijang inova warna abu-abu” sebagaimana Pasal 185 Ayat (6) Huruf (b) KUHAP yang semestinya hal ini dipertimbangkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan namun tidak dipertimbangkan, sehingga kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan adalah nyata-nyata keliru menilai fakta dan kurang pertimbangan; 7.3 “SAPU TANGAN” “Sapu tangan” yang disebut-sebut saksi korban digunakan pelaku melakukan tindak pidana yang didakwakan, tidak ada diajukan sebagai barang bukti oleh JPU; Dan Juga tidak ada penjelasan : 7.3.1 Kapan “sapu tangan” tersebut dipersiapakah; 7.3.2 Inisiatif siapakah untuk menggunakan “sapu tangan” tersebut; 7.3.3 Milik/kepunyaan siapakah sapu tangan yang disebut saksi korban untuk menutup dan mengikatkannya kekepala bagian belakang saksi korban; 7.3.4 Apa sapu tangan terdapat bahan “kimia atau bius atau minyak”; 7.3.5 Apapula “aroma/bau” “kimia atau bius atau minyak” pada sapu tangan tersebut bila ada; 7.3.6 Apapula motif menggunakan “kimia atau bius atau minyak” pada sapu tangan tersebut; 7.3.7 Jika minyak pada sapu tangan tersebut berbahan zat “kimia/ bius” lalu dimanakah bahan tersebut dibeli, kapan dan siapa yang membelinya; 7.3.8 Mengapa sapu tangan tersebut tidak dijadikan barang bukti dipersidangan dan kemana sapu tangan tersebut; Dengan demikian keterangan saksi korban nyata absurd dan tidak bernilai karena tidak dapat diuji kebenaranya dengan barang bukti berupa “Sapu tangan” sebagaimana Pasal 185 Ayat (6) Huruf (b) KUHAP yang semestinyalah hal ini dipertimbangkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan namun tidak dipertimbangkan, sehingga kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan adalah nyata-nyata keliru menilai fakta dan kurang pertimbangan; 7.4 PELAKU IQBAL DAN AKBAR Pelaku Iqbal dan Akbar yang di sebut-sebut DPO sebagai pelaku bersama Terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan, apakah person ini riel bukan illusi belaka; Dan selain itu tidak ada penjelasan 7.4.1 Tidak ada seorang saksipun yang mengetahui siapa sesungguhnya IQBAL dan AKBAR yang disebut-sebut DPO dalam perkara ini, 7.4.2 Tidak ada seorang saksipun yang mengetahui dimana Alamat IQBAL dan AKBAR tersebut di muka bumi ini; 7.4.3 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Iqbal datang kerumah Muhammad Yusuf meminta di carikan “cewek” pada tanggal 25 Pebruari 2016; 7.4.4 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa pada tanggal 26 Pebruari 2016 Iqbal dan Akbar datang kerumah Muhammad Yusuf naik mobil kijang inova warna abu-abu; 7.4.5 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa pada tanggal 26
ME DA N
- 21 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Pebruari 2016 Iqbal dan Akbar naik mobil kijang inova warna abu-abu menjemput Muhammad Yusuf dari rumah Muhammad Yusuf; 7.4.6 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa pada tanggal 26 Pebruari 2016 Muhammad Yusuf, Iqbal dan Akbar naik mobil kijang inova warna abu-abu menjemput Terdakwa ditempat kerjaan Terdakwa; 7.4.7 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Muhammad Yusuf mengajak Iqbal dan Akbar untuk melakukan perbuatan pidana yang didakwakan; 7.4.8 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan warna apa pakaian Iqbal dan Akbar saat peristiwa sebagaimana yang didakwakan, 7.4.9 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Terdakwa berjumpa dengan Iqbal dan Akbar; 7.4.10 Mengapa saksi korban tidak ada menerangkan dan menjelaskan ciri-ciri Iqbal dan Akbar ; Dengan demikian keterangan saksi korban nyata absurd dan tidak bernilai karena tidak dapat diuji kebenarannya dengan keterangan pelaku AKBAR dan AKBAR yang semestinyalah hal ini dipertimbangkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan namun tidak dipertimbangkan, sehingga kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan adalah nyata-nyata keliru menilai fakta dan kurang pertimbangan; 7.5 PELAKU MUHAMMAD YUSUF Pelaku Muhammad Yusuf yang nasibnya sama dengan Terdakwa dituduh sebagai pelaku bersama-sama melakukan tindak pidana yang didakwakan, namun rangkaian hubungan Terdakwa dengan Muhammad Yusuf tidak terungkap dipersidangan yaitu: 7.5.1 Tidak ada penjelasan bagaimana hubungan Terdakwa (sudah dewasa) dengan Muhammad Yusuf (yang belum cukup berumur 18 tahun pada tanggal 26-2-2016) seolah-olah sangat “kental” hubungannya dengan Terdakwa sehingga Terdakwa curhat dengan anak dibawah umur; 7.5.2 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Terdakwa curhat dengan Muhammad Yusuf; 7.5.3 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Terdakwa mengajak Muhammad Yusuf anak dibawah umur melakukan tindak pidana dan mencari mobil sebagaimana yang didakwaan; 7.5.4 Absurd Terdakwa meminta Muhammad Yusuf (anak yang belum cukup umur 18 tahun) mencari mobil, seolah-oleh Muhammad Yusuf sangat “hebat anak bos besar gedongan”, bukankah Muhammad Yusuf kehidupannya sesungguhnya sangat prihatin telah menikah dalam usia muda, saat itu istrinya hamil 6 bulan sakit dan dibawah kerumah sakit oleh Muhammad Yusuf; 7.5.5 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Terdakwa ada berjumpa dengan Muhammad Yusuf; 7.5.6 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Terdakwa mengajak Muhammad Yusuf melakukan perbuatan pidana yang didakwakan;
ME DA N
- 22 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
7.5.7 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Muhammad Yusuf menjemput Terdakwa naik mobil kijang inova warna abu-abu ke kerjaan Terdakwa; 7.5.8 Tidak ada seorang saksipun yang mengalami, mendengar melihat, mengetahui, menerangkan bahwa Muhammad Yusuf berjumpa dengan Iqbal dan Akbar; Berdasarkan uraian diatas, beragam fakta-fakta yang “misteri” yang tidak terungkap dipersidangan dan ditemukan jawabannya yang semestinyalah harus diungkapkan dipersidangan dalam menemukan kebenaran materiil, maka dengan demikian tak dapat disimpulkan delik yang didakwakan sebagai suatu yang terbukti dilakukan Terdakwa, apalagi Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tidak menguji kebenaran keterangan saksi korban dengan keterangan Iqbal dan Akbar, sebo, mobil kijang inova warna abu-abu, sapu tangan warna hitam sebagaimana Pasal 185 Ayat (6) Huruf (b) KUHAP, maka kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah nyata-nyata keliru menilai fakta dan kurang pertimbangan; Bahwa dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia yang mengadili perkara ini kiranya berkenan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, dan mengadili sendiri seterusnya membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 8. KETERANGAN SAKSI KARTINI, LORA APRILLIA DAN ZALFIKAR DALAM SURAT TUNTUTAN ADALAH COPY PASTE DARI BAP PENYIDIK SEHINGGA TAK BERNILAI DALAM HUKUM, MAKA JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN KELIRU MENYIMPULKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN PERBUATAN SEBAGAIMANA YANG DIDAKWAKAN JPU Bahwa keterangan Saksi Kartini, Saksi Lora Aprillia, Saksi Zalfikar yang disebut-sebut JPU dalam surat Tuntutannya ternyata bukan merupakan fakta yang terungkap dipersidangan melainkan adalah copy paste dari BAP Penyidik dengan memberikan penyesuian, yang dirinci sbb: 8.1. Keterangan SAKSI KARTINI sebagaimana dalam Surat Tuntutan JPU bukanlah merupakan fakta-fakta yang sesungguhnya terungkap dipersidangan melainkan adalah copy paste/mengutip keterangan saksi dalam BAP tanggal 26-2-2016 dengan memberikan sedikit penyesuaian, yang dirinci sbb : 8.1.1Halaman 4 point 1 baris ke – 1 s/d ke-5 Surat Tuntutan adalah copy paste dari BAP halaman 1 point 03, dengan penyesuaian frase saya (dalam BAP) diganti oleh JPU menjadi frase “saksi” dalam surat tuntutan 8.1.2Halaman 4 point 1 baris ke – 6 s/d ke-11 Surat Tuntutan adalah copy paste dari BAP halaman 1 point 04, dengan penyesuaian frase “saya” (dalam BAP) diganti oleh JPU menjadi frase “saksi” dalam surat tuntutan, dst penyesuiannya; 8.1.3Halaman 4 point 1 baris ke – 15 s/d ke-22 Surat Tuntutan adalah copy paste dari BAP halaman 2 point 09, dengan penyesuaian frase “saya” (dalam BAP) diganti menjadi frase “saksi”, frase “alias Rendy menjadi Terdakwa”, frase “anak saya” menjadi “anak saksi Lora Aprillia” dalam surat tuntutan, dst penyesuaiannnya; 8.2. Keterangan SAKSI LORA APRILLIA sebagaimana dalam surat tuntutan JPU halaman 4 point 2 bukanlah merupakan fakta-fakta yang sesungguhnya terungkap dipersidangan melainkan adalah copy paste/ mengutip keterangan saksi dalam BAP tanggal 26-2-2016 dengan memberikan sedikit penyesuaian, untuk lengkapnya dirinci sbb:
ME DA N
- 23 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
8.2.1Halaman 4 point 2 surat tuntutan adalah copy paste dari BAP halaman 3 point 08, dengan penyesuaian frase “pelaku I” (dalam BAP) diganti JPU menjadi diganti jadi Terdakwa, frase “pelaku II” diganti jadi “Muhammad Yusuf”, frase “pelaku III” diganti jadi “AKBAR (DPO/ Belum tertangkap”), frase “pelaku IV” diganti jadi “Iqbal”, dst penyesuiannya; 8.3. Keterangan SAKSI ZALFIKAR sebagaimana dalam surat tuntutan JPU halaman 5 point 3 bukanlah merupakan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan melainkan adalah copy paste/mengutip keterangan saksi dalam BAP tanggal 06-3-2016, dengan memberikan sedikit penyesuaian, untuk lengkapnya dirinci sbb: 8.3.1Halaman 5 point 3 baris ke-1 s/d ke-13 surat tuntutan adalah copy paste dari BAP halaman 1 point 02, dengan penyesuaian frase “saya” (dalam BAP) diganti JPU menjadi frase “saksi”, frase “ada 4 (empat) orang laki-laki” diganti menjadi frase “Terdakwa, muhamma Yusuf, Akbar dan Iqbal” dst penyesuiannya; 8.3.2Halaman 5 point 3 bersambung kehalaman 6 mulai dari baris ke-13 bersambung kebaris halaman 6 surat tuntutan adalah copy paste dari BAP halaman 2 point 04 baris ke-14, dengan penyesuaian frase saya (dalam BAP) diganti JPU menjadi frase “saksi” ,dst penyesuiannya; Berdasarkan uraian diatas, sesungguhnya JPU memaksakan diri untuk menuntut Terdakwa dengan cara seolah-olah Keterangan Saksi Kartini, Saksi Lora Aprillia, Saksi Zalfikar dalam surat tuntutanya itu merupakan keterangan yang diberikan dipersidangan pengadilan dihadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan, padahal Keterangan Saksi Kartini, Saksi Lora Aprillia, Saksi Zalfikar itu merupakan copy paste dari BAP yang dibuat Penyidikan, maka keterangan saksi-saksi tersebut tidak bernilai sebagai alat bukti; Bahwa selanjutnya, seandainya JPU “tetap saja berpendirian dan konsekwen” menyatakan bahwa keterangan Saksi Kartini, Saksi Lora Aprillia, Saksi Zalfikar dalam BAP tersebut adalah sah merupakan alat bukti keterangan saksi, berarti JPU juga harus berpendirian dan konsekwen dengan keterangan saksi AMRIL NASUTION tanggal 05-3-2016 dalam BAP halaman 2 point 09 yang menerangkan sbb : 09. Semua keterangan saya tersebut diatas telah benar dan telah sesuai dengan apa yang saya lakukan yaitu melakukan persetubuhan/ perbuatan cabul terhadap korban LORA APRILLIA, dan saya bersedia disumpah menurut agama saya yaitu agama Islam (belum di sumpah) Maka berdasarkan BAP keterangan saksi AMRIL NASUTION ini sudah sangat jelas siapa pelaku dalam perkara a quo, maka semestinya JPU harus menuntut Terdakwa bebas; dan Ini juga membuktikan benar keterangan Terdakwa yang disampaikan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan, bahwa BAP tersebut adalah “KARANGAN PENYIDIK SAJA” sebagaimana pada halaman 8 angka IV Surat Tuntutan yang dikutip sbb: “ Bahwa membenarkan ada diperiksa oleh saksi Aiptu Fitri Handayani dan saksi Marsahati di Polsek Medan Baru bahwa terdakwa menerangkan sebagaimana dalam BAP karena diajari oleh Penyidik dan dibuat-buat dan semua keterangan terdakwa hanya karangan saja oleh penyidik Bahwa Terdakwa menerangkan Terdakwa disiksa” Jadi “Pengarang Karangan” mungkin lupa, “sangkin asiknya” membuat “karangan” disebutkan saksi AMRIL NASUTION melakukan “perbuatan” yang didakwakan, maka semestinya saksi AMRIL NASUTION harus juga harus “duduk dikursi panas persidangan ini” jadilah “korban” AMRIL NASUTION dari sebuah “maha karya karangan” sejarah penegakan hukum, sama halnya seperti Terdakwa yang tidak ada melakukan perbuatan tindak pidana yang didakwakan namun keadilan masih tetap belum berpihak pada Terdakwa;
ME DA N
- 24 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Dengan demikian nyatalah keterangan Saksi Kartini, Saksi Lora Aprillia, Saksi Zalfikar dalam Surat Tuntutan JPU tersebut sudah tepat dinyatakan bukan merupakan alat bukti sebagaimana yang dikehendaki Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang berbunyi : “ Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan” Maka sesungguhnya JPU telah gagal menampilkan alat bukti keterangan saksi untuk menuntut Terdakwa, karena tidak memenuhi unsur ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, Akan tetapi kendatipun keterangan saksi-saksi tersebut tidak memenuhi unsur ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, ternyata Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tetap saja menggunakan keterangan Saksi Kartini, Saksi Lora Aprillia, Saksi Zalfikar sebagai alat bukti keterangan saksi dan tidak pula menguji keterangan saksi-saksi tersebut dengan Pasal 185 Ayat (6) KUHAP dalam menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan, maka nyatalah Judex Factie Pengadilan Negeri Medan telah keliru menilai fakta dan keliru menerapkan pembuktian perkara a quo menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan; Bahwa dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan dan mengadili sendiri sekaligus membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 9. JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN TIDAK MEMPERTIMBANGKAN KEBENARAN YANG DISEMBUNYIKAN TERHADAP “SAPU TANGAN BERWARNA HITAM YANG DIGUNAKAN MENGIKAT MULUT SAKSI KORBAN BERADA DALAM KEKUASAAN SAKSI KORBAN TERNYATA TIDAK DIAJUKAN DIPERSIDANGAN Bahwa keterangan saksi korban menerangkan sebagaimana Surat Tuntutan JPU halaman 5 baris ke- 5 sbb : “…..selanjutnya salah seorang pelaku berucap kepada temannya “sekap.sekap” sehingga saat itu mulut saksi korban Lora Aprillia ditutup dan disekap dengan menggunakan SAPU TANGAN BERWARNA HITAM YANG DIGULUNG-GULUNGKAN LALU DITEMPELKAN KEMULUT SAKSI KORBAN LORA APRILLIA DAN DIIKATKAN KEBELAKANG KEPALA selanjutnya tubuh saksi korban Lora Aprillia ditidurkan……dst…………..” Disini mulut saksi korban telah “di sekap” dan diikat “Pelaku” dengan menggunakan sapu tangan berwarna hitam; Lalu pada halaman 5 baris ke-36 Surat Tuntutan JPU, saksi korban menerangkan : “………selanjutnya Terdakwa yang pertama kali mencabuli diri saksi korban Lora Aprillia langsung memakaikan kembali celana dalam dan celana pendek saksi korban Lora Aprillia kemudian terdakwa, Muhammad yusuf, Akbar dan Iqbal masuk kedalam mobil lalu melemparkan/ mendorong tubuh saksi korban Lora Aprillia dari dalam mobil sehingga tubuh saksi korban saksi korban Lora Aprillia terjatuh ke tanah” Jadi sapu tangan berwarna hitam yang digunakan pelaku untuk “menyekap” dan mengikat mulut saksi korban, tidak ada dibuka/ dilepaskan ikatannya oleh “pelaku” setelah para pelaku selesai “mencabuli” dan menyampakkan/mendorong saksi korban keluar dari dalam mobil, atau sama artinya sapu tangan tersebut masih tetap terikat dimulut saksi korban ketika para pelaku meninggalkan saksi korban, maka sapu tangan tersebut merupakan barang bukti yang berada dalam kekuasaan saksi korban, lantas timbul pertanyaan: Mengapa sapu tangan tersebut, tidak ada diajukan sebagai barang bukti/ alat bukti dipersidangan; Apa motinya sehingga sapu tangan warna hitam tersebut tidak diajukan dipersidangan
ME DA N
- 25 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Kemana beradanya sapu tangan berwarna hitam tersebut Kapan mulut saksi korban yang diikat dengan sapu tangan berwarna hitam tersebut, dilepaskan ikatannya; Siapakah yang membuka/melepaskan ikatan mulut saksi korban, tersebut; Siapakah yang mengetahui dilepaskannya ikatan mulut saksi korban yang diikat dengan sapu tangan berwarna hitam tersebut; Dimana dilepaskannya ikatan mulut saksi korban tersebut Semua ini tidak dipertimbangkan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan dan tidak pula Judex Factie Pengadilan Negeri Medan dengan sungguh sungguh menemukan kebenaran materiil dalam perkara ini, padahal “kemisterian sapu tangan” tersebut tak terlepas dari “Dendam asmara ” Vs akibat Terdakwa selingkuh dengan Claudia als Pagit tetangga dekat rumah saksi korban” artinya jika peristiwa delik yang dituduhkan saksi korban kepada Terdakwa tersebut seandainya benar dilakukan Terdakwa tentulah sapu tangan yang berada dalam kekuasaan saksi korban tersebut pasti diajukan dalam persidangan ini; MAJELIS HAKIM TINGGI YANG MULIA Seandainya saja Judex Factie Pengadilan Negeri Medan mau menelisik sedikit saja kebenaran Terdakwa dan menempatkan terdakwa dalam posisi bukan sebagai “objek yang sudah bersalah” dengan sungguh sungguh menemukan kebenaran materiil yang hakiki dalam perkara ini, maka Judex Factie Pengadilan Negeri Medan takkan sampai pada kesimpulan menyatakan Terdakwa terbukti bersalah, akan tetapi sebagaimana telah diuraikan diatas Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tetap saja menganggap keterangan saksi korban sebagai keterangan benar mutlak padahal banyak keterangan saksi korban yang diragukan/absurd/tak dapat dipercaya bahkan terselubung kebenaran yang disembunyikan, tambahan pula Judex Factie Pengadilan Negeri tidak menilai kebenaran keterangan saksi korban dan saksi-saksi yang dihadirkan dipersidangan dengan ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP, oleh karena itu cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang sudah tak dapat dipertahankan lagi; 10. JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN KELIRU MENILAI FAKTA TANPA MEMPERTIMBANGKAN “LUKA ROBEK LAMA“ DALAM VISUM ET REPERTRUM TERJADI JAUH SEBELUM PERISTIWA TANGGAL 26-2-2016 Bahwa Visum Et Repertrum No.R/02/VER OB/III/2016/RS Bhayangkara tanggal 02 Maret 2016 atas nama saksi korban yang dibuat dan ditandatangani oleh dr Antonius Ginting, Sp Og, MARS, yakni dokter pada Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan, terdapat uraian VER tersebut sebagaimana dalam Surat Tuntutan halaman 14, yang berbunyi: “LUKA ROBEK YANG LAMA pada hymen dan sampai ke dasar hymen pada jam 01, 03, 06, 09 dan 11 akibat trauma dengan benda tumpul…” Bahwa penunjukan dengan frase “ pada jam 01, 03, 06, 09 dan 11” pada visum tersebut dapat diilustrasikan dengan “diagram” sbb : 0
1
0
0
1
1 2
2 3
3 4 5 6
0
1
11 2
4
8 7
6
2
10 3
9
1
9
3 4
8
5
7
6
5
GI
0
ME DA N
- 26 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
Daerah yang diarsir menggambarkan tingkat kerusakan hymen yang hampir menyeluruh pada jam 11, dan dengan frase “LUKA ROBEK LAMA” dalam VER tersebut menjadi nyata bahwa : Kerusakan hymen “LUKA ROBEK LAMA” sudah terjadi pada waktu yang lama/diwaktu yang lampau sebelum terjadinya “perkosaan”, atau; Kerusakan “LUKA ROBEK LAMA” itu disebabkan bukan saat terjadinya perbuatan delik tanggal 26-2-2016 melainkan jauh sebelum tanggal 26-22016, dan Kerusakan hymen, dari frase “jam 01, 03, 06, 09 dan 11“ menunjukkan akibat “benda tumpul” lebih dari satu kali jauh sebelum sebelum terjadinya “perkosaan”, tanggal 26-2-2016; Bahwa dengan demikian kesimpulan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan dengan tidak mempertimbangkan bahwa “luka robek lama” tersebut terjadi sebelum tanggal 26-2-2016, namun tidak dipertimbangkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan bahkan dijadikan dasar bukti sebagai akibat perbuatan Terdakwa adalah nyata-nyata keliru menilai fakta dan pembuktian; Dan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan juga tidak memberikan penjelasan dan tidak mempertimbangkan apa yang dasar keyakinan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan bahwa “luka robek lama” pada VER itu adalah sebagai akibat terjadinya delik pada tanggal 26-2-2016; Kekeliruan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tersebut diperparah lagi jika dikaitkan dengan keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto dan BUKTI T-1 dan BUKTI –T-2 didukung lagi dengan keterangan Savira Dwi Mutiara Dan BUKTI T-3 yang pada intinya menerangkan pada tanggal 26-2-2016, Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan, sehingga mustahil Terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan; Bahwa dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sekaligus membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 11. SAKSI KORBAN MENERANGKAN PERAN MASING-MASING SAAT TERJADINYA PERBUATAN “PERSETUBUHAN/CABUL” ABSURD DAN TAK DAPAT DIPERCAYA NAMUN TIDAK DIPERTIMBANGAN OLEH JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN DALAM MENYATAKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH Bahwa saksi korban menerangkan sebagaimana halaman 5 surat tuntutan dikutip sbb: “ Bahwa selanjutnya tangan sebelah kiri saksi Lora Aprillia di pegang oleh terdakwa yang berada di jok belakang, sedangkan tangan kanan saksi korban Lora Aprillia dipegang oleh Terdakwa yang berada di jok depan, sedangkan terdakwa yang memakai celana cokelat kekuningan dan kaos hitam yang saksi korban Lora Aprillia kenali dari perawakannya adalah Randy Devialdi berusaha menyingkap rok saksi korban Lora Aprillia dan membuka paksa celana pendek dan celana dalam saksi korban Lora Aprillia, saat itu saksi korban berusaha meronta-ronta dan berusaha menunjang terdakwa tetapi karena tenaga terdakwa lebih kuat sehingga saksi korban tidak berdaya,…..dst….”
ME DA N
- 27 -
ING
GI
Selanjutnya secara bergantian Muhammad Yusuf kembali mencabuli saksi korban Lora Aprillia dengan cara yang sama, setelah itu Akbar (DPO/Belum tertangkap) mencabuli saksi korban Lora Aprillia adalah Iqbal (DPO/Belum tertangkap) yang memegang tangan sebelah kiri saksi korban Lora Aprillia yang berada di jok bagian belakang sedangkan Iqbal mencabuli diri saksi korban Lora Aprillia adalah Akbar yang memegang tangan sebelah kanan saksi korban Lora Aprillia yang berada di jok bagian depan; Keterangan saksi korban yang dikutip diatas diuji dan ditemukan suatu yang absud dan tak dapat dipercaya tentang peran masing-masing para Pelaku saat melakukan “perbuatan cabul/menyetubuhi saksi korban” sbb: SAAT RANDY DEVIALDI “melakukan” TANGAN KANAN TANGAN KIRI KAKI KANAN KAKI KIRI dipegang oleh dipegang oleh dipegang oleh dipegang oleh AKBAR IQBAL Tidak ada Tidak ada
KAKI KIRI dipegang oleh Tidak ada
SAAT AKBAR “melakukan” TANGAN KANAN TANGAN KIRI dipegang oleh dipegang oleh Tidak ada IQBAL
KAKI KIRI dipegang oleh Tidak ada
ILA
NT
SAAT MUHAMMAD YUSUF “melakukan” TANGAN KANAN TANGAN KIRI KAKI KANAN dipegang oleh dipegang oleh dipegang oleh AKBAR IQBAL Tidak ada
KAKI KANAN dipegang oleh Tidak ada
PE
NG AD
SAAT IQBAL “melakukan” TANGAN KANAN TANGAN KIRI KAKI KANAN KAKI KIRI dipegang oleh dipegang oleh dipegang oleh dipegang oleh AKBAR Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dari table diatas keterangan saksi korban sungguh nyata tidak dapat dipercaya dan absurd sebab kok tidak ada seorang pelakupun yang memegang/mencengkram kaki kanan dan kaki kiri saksi korban; Dan yang sangat lebih absurd dan tak dapat dipercaya, ketika akbar “melakukan perbuatan cabul” hanya tangan kiri saksi korban saja yang “dipegang/dicengkaram” oleh Iqbal, sedangkan tangan kanan, kaki kanan dan kaki kiri bebas tidak ada “dipegang/dicengkram” oleh Para Pelaku, Demikian juga saat Iqbal melakukan perbuatan “Cabul” hanya tangan kanan saksi korban saja yang dipegang/dicengram oleh Akbar sedangkan tangan kiri, kaki kanan dan kaki kiri saksi korban bebas tidak ada “dipengang/dicengkram” sungguh sangat mustahil; Namun kemustahilan ini tidak di pertimbangkan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sebelum menyimpulkan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan, adalah nyata-nyata Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan kurang pertimbangan dan keliru menilai fakta, diperparah lagi Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tidak menguji keterangan saksi korban dengan ketentuan Pasal 185 ayat (6) KUHAP, sehingga cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sekaligus membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 12. TAK DAPAT DISIMPULKAN DELIK YANG DIDAKWAKAN SEBAGAI SUATU YANG DILAKUKAN OLEH TERDAKWA KARENA SAKSI KORBAN MENERANGKAN PELAKU BERJUMLAH 5 ORANG SEHINGGA JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN KELIRU MENYATAKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN PERBUATAN YANG DIDAKWAKAN
ME DA N
- 28 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
Bahwa keterangan saksi korban (halaman 4 point 2 surat tuntutan menerangkan : “Bahwa benar tiba-tiba dari BALIK TEMBOK 2 (DUA) ORANG LAKI-LAKI selanjutnya saksi Muhammad yusuf menutup mulut saksi korbsn Lora Aprillia dengan menggunakan sapu tangan berwarna hitam, kemudian menarik dan membawa saksi korban Lora Aprillia masuk kedalam mobil kijang innova berwarna abu-abu yang saat itu sudah terparkir di sebuah tanah kosong tepatnya di jalan mongonsidi gang baru kelurahan polonia kecamatan medan polonia ketika itu saksi korban Lora Aprillia dimasukkan ke jok bagian tengah dan DIDALAM MOBIL TERSEBUT SAKSI KORBAN LORA APRILLIA PERHATIKAN ADA 3 (TIGA) ORANG LAKI-LAKI ……..” Dari keterangan saksi korban yang dikutip diatas, berarti pelaku berjumlah 5 orang yaitu : - 2 orang Pelaku dibalik tembok –saat saksi korban mulutnya disekap – - 3 orang Pelaku didalam mobil – saat dibawa masuk kedalam mobil melihat ada 3 orang pelaku – Jadi Pelaku berjumlah 5 orang saat tindak pidana tanggal 26-2-2016 di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia perkara a quo, hal ini seirama dengan keterangan Saksi Aiptu Mashati, S dan Amril Nasution Togi, S (yang keduanya Polri) juga menerangkan bahwa : “saksi diperkosa oleh 4 atau 5 orang laki-laki yang memakai penutup muka” Lalu timbul pertanyaan : 1. Mengapa satu orang dari 5 orang pelaku tersebut (untuk selanjutnya di sebut X) tidak turut disertakan dalam perkara ini, 2. Siapa nama X tersebut 3. Dimana alamat X tersebut 4. Kemana X tersebut berada dalam perkara ini 5. Apa peran X tersebut dalam perkara ini 6. Mengapa X tidak dituntut dan diadili dalam perkara ini 7. Dan mengapa Pelaku dalam perkara ini hanya disebutkan 4 orang saja yaitu RANDI DEVIALDI , MUHAMMAD YUSUF, IQBAL, DAN AKBAR Dengan demikian nyatalah Judex Factie Pengadilan Negeri Medan telah keliru menyatakan Terdakwa telah terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan tanpa memberikan pertimbangan bahwa Pelaku dalam perkara a quo berjumlah 5 (lima) orang, maka cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016 sekaligus membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 13. JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN KELIRU MENYATAKAN TERDAKWA TELAH TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN PERBUATAN YANG DIDAKWAKAN TANPA MEMPERTIMBANGKAN PERISTIWA PIDANA YANG DITERANGKAN SAKSI KORBAN ABSURD / KABUR TAK DAPAT DIPERCAYA DAN SANGAT DIRAGUKAN Bahwa pada halaman 4 point 2 Surat Tuntutan JPU terdapat keterangan saksi korban dikutip sbb : ….. ketika korban pulang sekolah keluar dari gerbang sekolah saat itu saksi korban Lora Aprillia perhatikan ada sebuah mobil Toyota kijang inova warna abu-abu terparkir persis diseberang jalan persis di depan sekolah SD Negeri, melihat mobil kijang tersebut membuat saksi korban Lora Aprillia sehingga korban berusaha melarikan diri dengan masuk kedalam gang baru, namun ketika korban tiba diujung gang 2 (dua) orang pelaku yang kemudian korban ketahui adalah Randi Devialdi dan anak Muhammad yusuf yang bersembunyi di balik tembok langsung menutup mulut korban dengan mengunakan sapu tangan lalu menarik dan membawa korban masuk kedalam mobil kijang inova yang warna abu-abu yang diparkir ditanah kosong di jalan mongonsidi gang baru kelurahan polonia kecamatan medan polonia”
ME DA N
- 29 -
Maka Menyimak keterangan saksi korban tersebut, terdapat hal-hal yang absurd/kabur sehingga patut diragukan kebenarannya, untuk jelasnya keterangan saksi korban tersebut, di ilustrasi sbb :
GI
JALAN MASDUSHAK
ING
Lebar gang + 1 m,
JALAN MONGONSIDI
TANAH KOSONG
SEKOLAH DASAR
BUNTU
Rumah warga
POSKAMLING
2 Lebar gang + 3m
GG PUSKESMAS
PUSKESMAS
TKP
GANG A BERBALIK ARAH
Sekolah Saksi korban
JALAN POLONIA
4
NG AD
LAPANGAN BOLA KECIL
ILA
3
GANG BARU
BUNTU
NT
PELAKU
PE
JALUR KELUAR PARKIR HERMES
Jarak rumah warga dengan tanah kosong + 6 m
HERMES
RUMAH SAKSI KORBAN
JALAN MONGONSIDI I
BAGAN ILUSTRASI VERSI KORBAN
1 SAKSI KORBAN
Panah Merah Arah pergerakan saksi korban, Sampai diujung gang baru + 150 m
MOBIL KIJANG INOVA
Dari ilustrasi gambar diatas sesungguhnya keterangan saksi korban absurd/kabur, tak dapat dipercaya, karena : 12.1 Tidak ada penjelasan, berapa lama mobil kijang inova itu mengikuti/mengejar saksi korban, dan 12.2 Tidak ada penjelasan, berapa lama mobil kijang tersebut berbalik arah sampai ditanah kosong, karena sudah merupakan notoir bahwa jalan mongonsidi Medan tersebut tak pernah sunyi/padat lalu lintas ditambah lagi saat itu hari jum’at ramai anak sekolah pulang sekolah; 12.3 Adalah mustahil mobil kijang tersebut tiba sampai di tanah kosong, sebab untuk dapat memutar arah atau berbalik arah dari gerbang sekolah sampai ketanah kosong yang disebut saksi korban tersebut
ME DA N
- 30 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
memerlukan waktu kurang lebih 10 s/d 15 menit dengan catatan jalan tidak macet karena saat itu bertepatan keluar/ pulang anak sekolah jalan padat/ramai; 12.4 Tak ada penjelasan, saat saksi korban melihat mobil kijang berbalik arah, apakah ada Terdakwa/Randi Devialdi dan Muhammad Yusuf turun dari mobil mengejar saksi korban; 12.5 Mustahil Ketika korban berada “di ujung gang baru”, tiba-tiba Terdakwa dan Muhammad Yusuf sudah berada terlebih dahulu “di ujung gang baru” menanti kedatangan saksi korban, padahal berdasarkan keterangan saksi korban saat itu pelaku masih diikuti dan mobil kijang bebalik arah” ; 12.6 Adalah juga absurd, jika Terdakwa dan Muhammad Yusuf dapat memastikan bahwa saksi korban akan keluar dari mulut gang baru itu; 12.7 Tak ada penjelasan berapa lama saksi korban berlari sampai berada “di ujung gang baru”, Bahwa akan tetapi keterangan saksi korban yang absurd/kabur dan mustahil tersebut tidak dipertimbangkan oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan dalam menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan; maka dengan demikian nyatalah Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan sudah tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu mohonlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan putusan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan; 14. JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI TIDAK MEMPERTIMBANGKAN PERISTIWA PIDANA YANG DIDAKWAKAN TERHITUNG MULAI DAN SAMPAI SELESAI SAKSI KORBAN BERADA DIRUMAHNYA ADALAH 30 MENIT ADALAH ABSURD TAK DAPAT DIPERCAYA SEHINGGA JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN TELAH KELIRU MENYATAKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH Bahwa awal terjadinya peristiwa pidana tanggal 26-2-2016 menurut keterangan saksi korban adalah pukul 11.00 wib (sebagaimana dalam surat tuntutan halaman 4 point 2) dan keterangan yang sama juga diterangkan oleh saksi Kartini/ibu saksi korban (sebagaimana dalam surat tuntutan halaman 4 point 1) dan saksi Zalfikar/abang saksi korban (sebagaimana dalam surat tuntutan halaman 5 point 3), Jadi peristiwa pidana dimulai/waktunya pukul 11.00 wib Kemudian menurut keterangan saksi KARTINI (Ibu saksi korban), bahwa saksi korban sampai dirumah Pukul 11.30 wib, sebagaimana halaman 3 point 1 Surat Tuntutan dikutip sbb : “ Bahwa benar pada hari jum’at tanggal 26 Februari 2016 sekira pukul 11.30 Wib saksi sedang memberi makan anak saksi yang kecil dan saat itu saksi korban yang bernama Aprillia pulang sekolah dan langsung masuk rumah dalam keadaan menangis…..dst…..” Jadi jika dihitung waktu mulai terjadinya peristiwa pidana sampai selesai saksi korban berada dirumahnya adalah 30 (tiga puluh) menit waktunya, sungguh absurd peristiwa penculikan dan pemerkosaan yang didakwakan dalam perkara a quo, sebab : 14.1 Berapa lama/menit mobil kijang inova itu mengikuti/mengejar saksi korban, dan 14.2 Berapa lama/menit mobil kijang tersebut berbalik arah sampai ditanah kosong, 14.3 Berapa lama/menit saksi korban berlari sampai berada “di ujung gang baru”, sehingga tiba-tiba Terdakwa dan Muhammad Yusuf sudah berada terlebih dahulu “di ujung gang baru” dan munutup mulut saksi korban. 14.4 Berapa lama/menit saat mulut saksi korban “dibekap” saat di ujung gang baru” sampai dengan saksi korban berada dalam mobil.
Berapa lama/menit, saksi korban berada dalam mobil melawan dan menendang pelaku ketika pelaku mulai membuka/menyikap “celana” saksi korban; 14.6 Berapa lama/menit, saksi korban “dikerjai” oleh Terdakwa 14.7 Berapa lama/menit, saksi korban “dikerjai” oleh Muhammad Yusuf; 14.8 Berapa lama/menit, saksi korban “dikerjai” oleh Iqbal; 14.9 Berapa lama/menit, saksi korban “dikerjai” oleh Akbar; 14.10 Berapa lama/menit, pelaku memakaikan kembali celana saksi korban setelah Para Pelaku selesai “mengerjai” saksi korban 14.11 Berapa lama/ menit, saksi korban bangkit berdiri setelah Para Pelaku mencampakkan/ mendorong saksi korban dari dalam mobil saat para pelaku selesai “mengerjai” saksi korban 14.12 Berapa lama/menit saksi korban pulang dari TKP sampai berada dirumahnya, setelah Para Pelaku mencampakkan/ mendorong saksi korban dari dalam mobil saat para pelaku selesai “mengerjai” saksi korban Jadi nyatalah Judex Factie Pengadilan Negeri Medan telah Keliru menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan tanpa mempertimbangkan berapa lamakah waktu mulai terjadinya delik pukul 11.00 wib sampai dengan selesai saksi korban berada dirumahnya, sebab seandainya saja dirata-ratakan “adegan-adegan kejadian” perkara a quo, waktunya yaitu : Peristiwa angka 14.1 s/d 14.11 dirata-ratakan masing-masing 5 (lima) menit Peristiwa angka 14.12 diperkirakan 10 (lima belas) menit (dari TKP sampai kerumah saksi korban) dengan catatan kondisi tubuh dan keadaan saksi korban “tidak lemas” Maka perhitungan jumlah waktu mulai terjadinya peristiwa pidana pukul 11.00 wib sampai selesai saksi korban berada dirumahnya memerlukan waktu 65 menit yang perinciannya sbb Peristiwa (angka 14.1 s/d 14.11) 11 x 5 = 55 (limapuluh ) menit Peristiwa ( angka 14.12 )-----------------------10 menit Total---------------------------------------------------- 65 menit Maka waktu yang dibutuhkah dalam peristiwa delik yang didakwakan terhitung mulai saat saksi korban keluar dari gerbang sekolahnya pukul 11.00 wib sampai dengan selesai delik dan saksi korban sampai berada dirumahnya adalah 65 menit; Jadi sangat diragukan dan tak dapat dipercaya “peristiwa adegan-adegan” delik yang didakwakan hanya berlangsung 30 menit terhitung sejak saksi korban keluar dari gerbang sekolah/pulang sekolah pukul 11.00 wib sampai dengan delik selesai dan saksi korban berada dirumah pukul 11.30 wib, padahal bila diperhitungkan waktunya adalah 65 menit sebagaimana telah diuraikan diatas, namun peristiwa yang sangat absurd dan tidak dapat dipercayanya tersebut ternyata tidak dipertimbangkan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan dalam menyimpulkan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan; Maka dengan demikian nyatalah putusan Judex factie Pengadilan Negeri Medan telah nyata keliru dan kurang pertimbangannya menyatakan Terdakwa terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan; dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016 sekaligus mengadili sendiri dan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 15. TIDAK BERFUNGSI ALAT BUKTI YANG DIAJUKAN DIPERSIDANGAN SEHINGGA JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN TELAH KELIRU MENYATAKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH Bahwa barang bukti yang disita dan diajukan sebagai barang bukti dipersidangan diantaranya yaitu :
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
14.5
ME DA N
- 31 -
ME DA N
- 32 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
1 (satu) buah celana dalam berwarna putih 1 (satu) buah celana pendek/shot berwarna putih yang merupakan milik saksi korban 1 buah kaos tengtop bercorak garis berwarna hitam putih Bahwa akan tetapi alat bukti ini tidak “BERKATA” apa-apa, tidak menerangkan apapun sehubungan dengan tindak pidana yang didakwakan, padahal alat bukti “celana dalam” saksi korban tersebut adalah perlengkapan yang dipakai atau digunakan sesaat setelah terjadi dugaan tindak pidana yang dilakukan, lalu terus digunakan saksi korban dalam perjalanan dari tempat TKP sampai kerumah saksi korban, dan keadaan itu tentu akan ditemukan fakta ada melekat “DNA/benda/zat/cairan Sperma “Pelaku” pada celana dalam” tersebut; namun pada kenyataannya boleh sangat jadi tidak ada melekat “DNA/ benda/zat/ cairan Sperma “Pelaku” maka barang bukti tersebut tak dapatlah disimpulkan untuk membuktikan kesalahan Terdakwa; Jadi barang bukti tersebut semestinya dirangkai untuk menguji kebenaran keterangan saksi-saksi dan saksi korban dalam perkara a quo namun hal ini tidak diuji oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Medan, karena memang boleh sangat jadi tidak ditemukannya sperma pelaku, oleh karena itu, demi ditemukannya kebenaran materiel atau kebenaran yang hakiki yang putusannya akan diambil oleh JUDEX AD QUEM dengan “Irah Irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” maka Terdakwa dengan ini kembali mengajukan permohonan yaitu: Kiranya yang mulia Majelis Hakim Tinggi berkenan memerintahkan pejabat yang berwenang agar memeriksakan alat-alat bukti yang disita sesuai ijin penyitaan Pengadilan Negeri Medan No.871/SIT/ PID/ 2016 /PN-Mdn tanggal 16 Maret 2016, Terutama celana dalam saksi korban ke Laboratorium resmi untuk memastikan ada/ tidaknya DNA/cairan/Sperma “pelaku” pada celana dalam tersebut, 16. JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN KELIRU MENERAPKAN ALAT BUKTI DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP TERDAKWA DAN KURANG PERTIMBANGNYA Bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa Visum Et Repertrum No.R/02/VER OB/III/2016/RS Bhayangkara tanggal 2 Maret 2016 atas nama saksi korban dibuat dan ditandatangani oleh dr Antonius Ginting, Sp Og, MARS, hanya menerangkan “LUKA ROBEK LAMA” dan tidak menjelaskan yaitu: 14.1. Tidak ada ditemukan LUKA ROBEK BARU; 14.2. Tidak ada ditemukan DNA/cairan/noda Sperma/benda/zat yang melekat/menempel pada serat Pakaian dan celana yang disita sebagai menunjukkan pelaku; 14.3. Tidak ada penjelasan luka atau memar dan tanda bentuk adanya suatu perlawanan/kekerasan pada diri saksi korban seperti diantaranya: 14.3.1. Jejak luka atau memar pada hidung; 14.3.2. Jejak luka atau memar pada bibir akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 14.3.3. Jejak luka pada gigi/graham akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 14.3.4. Jejak luka atau memar pada pipi akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 14.3.5. Jejak luka atau memar pada mulut akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; 14.3.6. Jejak kekerasan pada dada saksi korban akibat diraba-raba; 14.3.7. Jejak luka atau memar cekik pada leher;
Jejak luka atau memar karena kekerasan pada kepala akibat sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi 14.3.9. Jejak luka lecet atau memar pada punggung akibat penekanan, 14.3.10. Jejak luka atau memar pada lengan kanan atau pergelangan lengan kanan akibat pencekalan 14.3.11. Jejak luka atau memar pada lengan atau lengan kiri atau pergelangan lengan kiri akibat pencekalan 14.3.12. Jejak luka atau memar paha kanan akibat pembukaan secara paksa; 14.3.13. Jejak luka atau memar paha kiri akibat pembukaan secara paksa; 14.3.14. Jejak luka lecet atau memar pada kaki kiri atau pergelangan kaki kiri 14.3.15. Jejak luka lecet atau memar pada kaki kanan atau pergelangan kaki kanan 14.3.16. Jejak luka lecet bekas cakaran kuku pelaku pada tubuh saksi korban; Maka dengan demikian, keterangan saksi korban yang pada intinya menerangkan “diperkosa” secara paksa dihubungkan dengan VER maka nyatalah keterangan saksi tersebut tidak terbukti karena VER hanya menerangkan kerusakan hymen “LUKA ROBEK LAMA” dan tidak pula ada menemukan dan menerangkan adanya “luka atau lecet atau memar” pada tubuh diri saksi korban sebagaimana diuraikan diatas, artinya tidak terbukti adanya kekerasan atas kerusakan hymen “LUKA ROBEK LAMA” terjadi tanggal 26-2-2016, bahkan kerusakan hymen frase “jam 01, 03, 06, 09 dan 11“ dalam VER itu menunjukkan “LUKA ROBEK LAMA” akibat “benda tumpul” terjadi lebih dari satu kali jauh sebelum peristiwa tanggal 26-2-2016; Bahwa dengan demikian hanya satu alat bukti saja yang menyatakan perbuatan “cabul/perkosaan secara paksa” yaitu saksi korban sendiri, itupun keterangan saksi korban tersebut tidak pula diberikan dibawah sumpah sehingga tak bernilai sebagai alat bukti keterangan saksi sebagaimana telah diuraikan diatas, maka nyatalah Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan menyatakan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan “cabul/ perkosaan secara paksa” nyata-nyata belum memenuhi 2 (dua) ketentuan alat bukti menjatuhkan pidana sebagaimana ketentuan Pasal 183 KUHAP yang berbunyi: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Bahwa dengan demikian Judex Factie Pengadilan Negeri Medan telah nyata keliru menerapkan 183 KUHAP sebagaimana mestinya, maka cukuplah alasan yang mulia Majelis Hakim Tinggi untuk membatalkan Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan; 17. TAK DAPAT DISIMPULKAN UNTUK MENYATAKAN TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH KARENA JPU TIDAK MEMBUKTIKAN SELURUH UNSUR-UNSUR PASAL YANG DIDAKWAKAN SEHINGGA JUDEX FACTIE PENGADILAN NEGERI MEDAN TELAH KELIRU MENYATAKAN TERDAKWA TELAH TERBUKTI BERSALAH MELAKUKAN PERBUATAN YANG DIDAKWAKAN Bahwa surat dakwaan merupakan dasar dan pedoman persidangan yang harus dibuktikan JPU untuk menyatakan kesalahan Terdakwa; Akan tetapi JPU dalam membuktikan dakwaan Pertama Pasal 81 ayat (1) jo Pasal 76 d UU RI No.35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP menguraikan unsur –unsurnya sbb : 1. Unsur setiap orang
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
14.3.8.
ME DA N
- 33 -
ME DA N
- 34 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
2. Unsur baik sebagai orang yang melakukan atau yang menyuruh melakukaan atau turut serta melakukan perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak melakukan persetubuhan dengan terdakwa atau dengan orang lain (Surat Tuntutan Halaman 12) Jadi JPU telah keliru membuktikan unsur-unsur dakwaannya dengan cara mencampurbaurkan “Unsur baik sebagai orang yang melakukan atau yang menyuruh melakukaan atau turut serta melakukan perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak melakukan persetubuhan dengan terdakwa atau dengan orang lain” padahal semestinya harus dibuktikan juga unsur- unsur yaitu: 1. Unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak 2. Unsur melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain 3. Unsur sebagai orang yang melakukan atau yang menyuruh melakukaan atau turut serta melakukan (Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP) Jadi Unsur-unsur 1 s/d 3 inilah yang tidak dibuktikan oleh JPU untuk membuktikan dakwaannya, berarti JPU telah gagal membuktikan seluruh unsur unsur pasal yang didakwakan untuk dibingkaikan kedalam perbuatan Terdakwa sebagaimana dalam dakwaan, maka nyatalah JPU telah terbukti gagal membuktikan dakwaannya dengan cara tidak membuktikan unsur ; 1. Unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak 2. Unsur melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain 3. Unsur sebagai orang yang melakukan atau yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan (Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP) Padahal satu unsur saja dari pasal yang didakwakan tidak terbukti maka semestinya Terdakwa dibebaskan apalagi sampai 3 unsur dari pasal yang didakwakan JPU tidak dibuktikan oleh JPU maka nyatalah konstruksi hukum surat dakwaan tak dapat disimpulkan Terdakwa terbukti bersalah melainkan Terdakwa harus dibebaskan; Bahwa akan tetapi, kendatipun JPU telah gagal membuktikan dakwaan namun Judex Factie Pengadilan Negeri Medan masih saja menyatakan Terdakwa Terbukti bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan JPU, padahal JPU sudah gagal membuktikan unsur-unsur 1 s/d 3 sebagaimana yang diuraikan diatas; Maka dengan demikian Judex Factie Pengadilan Negeri Medan telah keliru menyatakan perbuatan Terdakwa Terbukti sebagaimana dalam dakwaan, , sehingga nyatalah Putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu cukup beralasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tersebut; 18. UNSUR MELAKUKAN KEKERASAN ATAU ANCAMAN KEKERASAN MEMAKSA ANAK TIDAK TERBUKTI DIBINGKAIKAN KEDALAM PERBUATAN YANG DITUDUHKAN KEPADA TERDAKWA Bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa JPU telah tidak membuktikan Unsur ini, sehingga dakwaan telah tidak terbukti, apalagi memang unsur ini tidak terbukti untuk dibingkaikan kedalam perbuatan Terdakwa bila dikaitkan dengan keterangan saksi Beni Baharudin Dan Saksi Aryanto dan BUKTI – 1 dan BUKTI – 2 yang pada intinya menerangkan bahwa : “ Bahwa terdakwa pada tanggal 26-02-2016 berada di tempat bekerja pada PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan dari pukul 08.00 wib sampai dengan 19.00 wib” Maka mustahil Terdakwa melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap saksi korban/anak pada tanggal 26-2-2016 di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia pada waktu yang bersamaan Terdakwa juga berada bekerja pada PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan sesuai keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto dan
ME DA N
- 35 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
BUKTI T-1 dan BUKTI –T-2 didukung lagi dengan keterangan Savira Dwi Mutiara Dan BUKTI T-3; dengan demikian nyatalah Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti bersalah memenuhi “unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak”, adalah keliru, Kekeliruan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tersebut diperparah lagi dengan tidak adanya ditemukan di dalam VER tentang “luka atau memar” dan tanda bentuk adanya suatu kekerasan pada diri saksi korban seperti diantaranya: a. Jejak luka atau memar pada hidung saksi korban; b. Jejak luka atau memar pada bibir saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; c. Jejak luka atau memar pada pipi saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; d. Jejak luka pada gigi atau “graham” saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; e. Jejak luka atau memar pada mulut saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; f. Jejak luka atau memar pada dada saksi korban akibat dirabaraba/ditekan/dicengram; g. Jejak luka atau memar cekik pada leher saksi korban; h. Jejak luka atau memar karena kekerasan pada kepala saksi korban akibat sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi i. Jejak luka lecet atau memar pada punggung saksi korban akibat penekanan, j. Jejak luka atau memar pada lengan kanan atau pergelangan lengan kanan saksi korban akibat pencekalan k. Jejak luka atau memar pada lengan atau lengan kiri atau pergelangan lengan kiri saksi korban akibat pencekalan l. Jejak luka atau memar paha kanan saksi korban akibat pembukaan secara paksa; m. Jejak luka atau memar paha kiri saksi korban akibat pembukaan secara paksa; n. Jejak luka lecet atau memar pada kaki kiri atau pergelangan kaki kiri saksi korban o. Jejak luka lecet atau memar pada kaki kanan atau pergelangan kaki kanan saksi korban p. Jejak luka lecet bekas cakaran kuku pelaku pada tubuh saksi korban; Jadi “luka atau memar” tanda-tanda kekerasan tidak ditemukan pada diri saksi korban sebagai adanya bentuk kekerasan atau suatu perlawanan/ kekerasan, maka “unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak”, tidak terbukti dilakukan oleh Terdakwa; Sedangkan VER hanya menerangkan “LUKA ROBEK LAMA yang kerusakan hymen “jam 01, 03, 06, 09 dan 11“ menunjukkan terjadinya “LUKA” tersebut berulang-ulang lebih dari satu kali jauh sebelum peristiwa tanggal 26-2-2016 sehingga “LUKA ROBEK LAMA” itu tidak dapat disimpulkan sebagai akibat perbuatan yang didakwakan karena saat perbuatan yang didakwakan Terdakwa berada bekerja pada PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan sehingga mustahil Terdakwa pada waktu yang bersamaan melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa saksi korban di jalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia; Dengan demikian nyatalah putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyatakan Terdakwa terbukti bersalah memenuhi “unsur melakukan
ME DA N
- 36 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak/saksi korban”, adalah keliru karena unsur ini tidak terpenuhi untuk dibingkaikan kedalam perbuatan Terdakwa, Maka cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan tersebut, 19. UNSUR MELAKUKAN PERSETUBUHAN DENGANNYA ATAU DENGAN ORANG LAIN; Bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa JPU telah tidak membuktikan Unsur ini, sehingga dakwaan telah tidak terbukti, apa lagi memang unsur inipun tidak terbukti di bingkaikan dengan perbuatan Terdakwa, sesuai keterangan saksi Beni Baharudin Dan Saksi Aryanto dan BUKTI – 1 dan BUKTI – 2, yang pada intinya menerangkan : Terdakwa pada tanggal 26-02-2016 berada di tempat bekerja pada PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan dari pukul 08.00 wib sampai dengan 19.00 wib” Sehingga mustahil Terdakwa melakukan perbuatan “cabul/ persetubuhan” terhadap saksi korban dijalan Mongonsidi Gang Baru Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia dan pada waktu yang bersama pula Terdakwa juga berada di tempat kerjaan Terdakwa pada PT. Optimax di jalan Brigjend Katamso Medan Maka nyatalah Judex Factie Pengadilan Negeri Medan keliru menyimpulkan Terdakwa telah terbukti memenuhi “unsur melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain” Selanjutnya, sedangkan VER hanya menerangkan “LUKA ROBEK LAMA”, akibat “benda tumpul” terjadi lebih dari satu kali jauh sebelum peristiwa tanggal 26-2-2016 tampak pada kerusakan hymen frase “jam 01, 03, 06, 09 dan 11“, sehingga “LUKA ROBEK LAMA”, dalam VER itu tak dapat disimpulkan sebagai akibat peristiwa tanggal 26-2-2016; Selain itu dalam VER tidak pula ada ditemukan luka atau memar dan tanda bentuk adanya suatu perlawanan/ kekerasan pada diri saksi korban seperti diantaranya: a. Jejak luka atau memar pada hidung saksi korban; b. Jejak luka atau memar pada bibir saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; c. Jejak luka atau memar pada pipi saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; d. Jejak luka pada gigi atau graham saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; e. Jejak luka atau memar pada mulut saksi korban akibat “dibekap atau disekap” dengan sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi korban; q. Jejak luka atau memar pada dada saksi korban akibat “dirabaraba/ditekan/dicengram”; f. Jejak luka atau memar cekik pada leher saksi korban; g. Jejak luka atau memar karena kekerasan pada kepala saksi korban akibat sapu tangan yang diikat kebelakang kepala saksi h. Jejak luka lecet atau memar pada punggung saksi korban akibat penekanan, i. Jejak luka atau memar pada lengan kanan atau pergelangan lengan kanan saksi korban akibat pencekalan j. Jejak luka atau memar pada lengan atau lengan kiri atau pergelangan lengan kiri saksi korban akibat pencekalan k. Jejak luka atau memar paha kanan saksi korban akibat pembukaan secara paksa;
ME DA N
- 37 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
l. Jejak luka atau memar paha kiri saksi korban akibat pembukaan secara paksa; m. Jejak luka lecet atau memar pada kaki kiri atau pergelangan kaki kiri saksi korban n. Jejak luka lecet atau memar pada kaki kanan atau pergelangan kaki kanan saksi korban o. Jejak luka lecet bekas cakaran kuku pelaku pada tubuh saksi korban; Dengan demikian cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membatalkan putusan Judex Factie Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016 sekaligus mengadili sendiri dan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan; 20. UNSUR PASAL 55 KE-1 KUHP SEBAGAI ORANG YANG MELAKUKAN ATAU YANG MENYURUH MELAKUKAAN ATAU TURUT SERTA MELAKUKAN Bahwa oleh karena Pasal 81 ayat (1) jo Pasal 76 D dan Pasal 81 ayat (2 jo Pasal 76 E Undang Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak tidak terbukti dibingkaikan dengan perbuatan Terdakwa, sedangkan Pasal 55 Ke-1 KUHP ini juga tidak dibuktikan oleh JPU kedalam perbuatan Terdakwa maka Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan adalah keliru; Demikian juga Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa terbukti melakukan perbuatan didakwakan memenuhi unsur Pasal 55 KUHPidana juga telah keliru karena pada tanggal 26-2-2016 Terdakwa berada dan bekerja di PT. Optimax jalan Brigjend Katamso Medan sesuai keterangan saksi Benny Baharuddin dan Aryanto dan BUKTI T-1 dan BUKTI –T-2 didukung lagi dengan keterangan Savira Dwi Mutiara Dan BUKTI T-3 dan dikuatkan lagi dengan keterangan saksi MUHAMMAD YUSUF yang menerangkan diantaranya sbb: “ Saksi tidak tahu dalam hal apa saksi Muhammad Yusuf ditangkap Saksi Muhammad Yusuf tidak mengetahui tentang Iqbal dan Akbar Saksi Muhammad Yusuf membawa bawa nama Terdakwa Randi Devialdi , Akbar dan Iqbal dalam perkara ini karena Muhammad Yusuf takut masuk penjara sendirian (Surat Tuntutan halaman 6 point 4) Maka jelaslah unsur Pasal Pasal 55 Ke-1 KUHPidana tidak terbukti untuk dibingkaikan kedalam perbuatan Terdakwa sehingga Judex Factie Pengadilan Negeri Medan yang menyimpulkan Terdakwa telah memenuhi unsur “sebagai Orang Yang Melakukan Atau Yang Menyuruh Melakukaan Atau Turut Serta Melakukan” adalah nyata-nyata telah keliru; Maka cukuplah alasan bagi Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan JPU dengan terlebih dahulu membatalkan putusan Judex Factie Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016, sekaligus mengadili sendiri ; Bahwa berdasarkan uraian diatas dengan segala kerendahan hati dengan ini Terdakwa/Randi Devialdi/Pembanding, memohon kepada yang mulia Majelis Hakim Tinggi kiranya berkenan terlebih dahulu menetapkan : 1. Menetapkan dan memerintahkan pejabat yang berwenang untuk meminta penjelasan kepada staf dan perusahaan PT. Optimax beralamat jalan Brigjend Katamso Medan apakah Terdakwa benar bekerja pada tanggal 26-2—2016 dari pukul 08.00 wib s/d 18.00 Wib, sekaligus memerintahkan PT. Optimax membawa/menyerahkan kartu absensi/ “finger print” Terdakwa dan CCTV PT. Optimax, dan laporan, bon, tagihan barang tanggal 26-2-2016 tersebut, demi kebenaran materiel yang sesungguhnya;
ME DA N
- 38 -
PE
NG AD
ILA
NT
ING
GI
2. Menetapkan agar celana dalam saksi korban yang dijadikan barang bukti dipersidangan dalam perkara ini diperiksakan kelaboratorium oleh pejabat yang berwenang, demi terbuka lebar kebenaran materiel yang sesungguhnya; Dan seterusnya mohonlah Majelis Hakim Tinggi yang mulia kiranya berkenan mengadili sendiri dan mengambil putusan yang amarnya berbunyi: MENGADILI 1. Menerima Permohonan Banding dari/Pembanding/Terdakwa Randi Devi Aldi 2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1470/Pid.Sus/ 2016/PN.Mdn tanggal 30 Agustus 2016 MENGADILI SENDIRI 1. Menyatakan Randi Devi Aldi /Pemohon Banding tidak terbukti dan tidak meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “sebagai orang yang melakukan atau yang turut serta melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain” sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 81 ayat (1) jo Pasal 76 d UU RI No.35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam dakwaan Pertama. 3. Menyatakan Randi Devi Aldi /Pemohon Banding tidak terbukti dan tidak meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “sebagai orang yang melakukan atau yang turut serta melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul” sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 82 ayat (1) jo Pasal 76 E UU RI No.35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam dakwaan Kedua. 4. Membebaskan Randi Devialdi dari segala dakwaan Pertama dan dakwaan kedua; 6. Memerintahkan agar Randi Devialdi/Terdakwa/Pemohon Banding di keluarkan dari tahanan; 7. Memulihkan harkat dan martabat Randi Devialdi /Pemohon Banding dalam tempat dan kedudukan semula 8. Menyatakan barang bukti berupa : 8.1) 1 (satu) pasang baju pramuka, 8.2) 1 (satu) celana dalam warna putih, 8.3) 1 ( satu buah kaos tengtop bercorak garis hitam putih Dikembalikan kepada saksi korban Lora Aprillia 8.4) 1 (satu buah kaos warna hitam polos,dan 8.5) 1 (satu) buah celana jeans panjang warna coklat kekuningan Dikembalikan kepada Terdakwa 9. Membebankan biaya perkara ini kepada negara 5. Tambahan memori banding yang diajukan oleh Penasihat Hukum Terdakwa tertanggal 30 September 2016, yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 05 Oktober 2016, yang pada pokoknya alasan tambahan untuk membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan Jaksa Penuntut Umum; 6. Surat pemberitahuan mempelajari berkas perkara Pengadilan Negeri Medan tanggal 08 September 2016 yang disampaikan masing-masing kepada Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa yang untuk mempelajari berkas perkara tersebut, selama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberitahuan tersebut sebelum berkas dikirim ke Pengadilan Tinggi;
ME DA N
- 39 -
Menimbang, bahwa permintaan akan pemeriksaan dalam tingkat banding oleh Penasihat Hukum Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan tata cara serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang, maka permintaan banding tersebut secara formal
GI
dapat diterima;
Menimbang, bahwa setalah Majelis Hakim Tingkat Banding mencermati
ING
dengan seksama memori banding dan tambahan memori banding dari Penasihat Hukum Terdakwa tersebut, ternyata tidak ditemukan hal-hal yang dapat melemahkan atau membatalkan putusan Pengadilan tingkat pertama, oleh karena
NT
itu memori banding dari Penasihat Hukum Terdakwa ditolak; Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding mempelajari dengan seksama berkas perkara yang dimohonkan banding oleh Penasihat Hukum Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum, yang terdiri dari Berita Acara
ILA
Pemeriksaan dari Penyidik, Berita Acara Pemeriksaan Persidangan Pengadilan Negeri Medan, turunan resmi Putusan Pengadilan Negeri Medan nomor : 1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016, memori banding dan
NG AD
tambahan memori banding dari Penasihat Hukum Terdakwa, berpendapat bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama yang mendasari putusannya mengenai telah terbuktinya secara sah dan meyakinkan kesalahan Terdakwa sebagaimana yang didakwakan kepadanya telah tepat dan benar, sehingga Majelis Hakim Tingkat Banding dapat menyetujui dan mengambil alih sebagai pertimbangan hukum sendiri dalam memeriksa dan memutus perkara ini ditingkat
PE
banding;
Menimbang, bahwa hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa menurut Majelis Hakim Tingkat Banding telah setimpal dengan perbuatan Terdakwa dan telah memenuhi rasa keadilan masyarakat, dimana perbuatan Terdakwa mengakibatkan korban mengalami trauma dan menimbulkan penderitaan yang mendalam dan berkepanjangan bagi korban atau keluarganya; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka Putusan Pengadilan Negeri Medan nomor : 1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016, dapat dipertahankan dan dikuatkan; Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dilakukan penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
ME DA N
- 40 -
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar
GI
Terdakwa berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah dan dipidana, maka dibebani untuk membayar biaya perkara yang timbul dikedua
ING
tingkat peradilan;
Mengingat ketentuan Pasal 81 Ayat (1) Jo Pasal 76 D Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 serta ketentuan ketentuan hukum dan undangan
lainnya
yang
NT
Perundang
berkaitan
dengan
perkara
ini
dan
mempedomani ketentuan KUHAP;
-
ILA
MENGADILI :
Menerima permintaan banding dari Penasihat Hukum Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum tersebut; Menguatkan
Putusan
NG AD
-
Pengadilan
Negeri
Medan
nomor
:
1470/Pid.Sus/2016/PN.Mdn, tanggal 30 Agustus 2016, yang dimintakan banding tersebut; -
Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan sepenuhnya dari pidana yang dijatuhkan; Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;
-
Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua tingkat peradilan,
PE
-
yang ditingkat banding sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah); Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan pada hari Jumat tanggal 04 Nopember 2016 oleh kami : DHARMA E. DAMANIK, SH.MH. Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan sebagai Hakim Ketua Majelis, BINSAR SIREGAR, SH.MH. dan PERDANA GINTING, SH. masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut dalam peradilan tingkat banding, berdasarkan Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Medan nomor : 539/PID.SUS/2016/PT-MDN tanggal 11 September 2016, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 10 Nopember 2016, oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi Hakim Anggota serta RAHMAD PARULIAN, SH.MHum. sebagai Panitera Pengganti pada
ME DA N
- 41 -
Pengadilan Tinggi Medan, tanpa dihadiri oleh Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa.
Hakim - Hakim Anggota,
Hakim Ketua Majelis,
GI
ttd
DHARMA E. DAMANIK, SH.MH.
ING
1. BINSAR SIREGAR, SH.MH.
ttd
ttd
Panitera Pengganti,
ttd RAHMAD PARULIAN, SH.MHum.
ILA
NT
2. PERDANA GINTING, SH.
Untuk salinan, sesuai dengan aslinya,
NG AD
Wakil Panitera,
PE
HAMONANGAN RAMBE, SH.MH. Nip. 040043391.