POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
ISSN : 1858-3709
Penerapan Tugas Terstruktur dan Tugas Kreativitas untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran pada Mata Kuliah Manajemen Konstruksi 1 Application of Structured Tasks and Duties of Creativity to Improve Effectiveness of Learning in Construction Management Subjects 1 Riswandi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163 Telp. 0751-72590 Fax.0751-72576, Email:
[email protected] ABSTRACT Conventional teaching methods for this (the activity of teaching faculty is more dominant) lead to low quality of student learning outcomes in a Construction Management courses in the department of civil engineering Polytechnic University of Andalas (from data 4 year Construction Management course 1 (2004/2008)). This study is intended to improve learning outcomes of students in Construction Management course 1 by applying a structured method of assignment and the assignment of creativity. This study was conducted based on data from 4 years (2004/2008), then the set target indicators improved student learning outcome that is expected. With the implementation of the assignment method was successfully structure and creativity improve learning outcomes of students with learning outcomes to achieve an A grade rose from 4.6% to 14.8%, less learning result category (D value) can be reduced from 14.87% to 3 , 7% and the index of student achievement separately subject Construction Management 1 from 2.16 to 2.85 Keywords: structured tasks, task creativity
PENDAHULUAN Mutu hasil belajar mahasiswa ditentukan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bergantung kepada karakteristik individu mahasiswa baik itu intelegency, sikap, motivasi dan faktor-faktor pendukung lainnya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor lingkungan yang dapat dirancang sedemikian rupa untuk mendukung efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk berbagai fasilitas dan dukungan belajar harus disediakan, profesionalitas staf akademik, pelayanan administrasi, atmosfir akademik dan faktorfaktor relevan lainnya harus mengarah kepada suatu dukungan untuk proses pembelajaran yang efektif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran selama ini yang dilaksanakan dosen untuk mata kuliah Manajemen Konstuksi I cenderung hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang diselingi dengan pemberian contoh-contoh. Penugasan kepada mahasiswa juga jarang dilakukan dan kalaupun ada umumnya bersifat temporer
tanpa direncanakan dengan matang sebelumnya sehinga kurang mengena kepada sasaran hasil belajar yang seharusnya. Dosen juga jarang sekali mengembangkan konsep-konsep untuk pemecahan masalah sehingga mahasiswa cenderung belajar sama dengan menghafal. Metode pembelajaran yang selalu digunakan selama ini juga terkesan kurang melibatkan aktivitas mahasiswa dalam berkomunikasi dan memberikan alasan serta cenderung menekankan pada aspek hafalan. Dari data nilai tahun akademik 2004/2005 sampai 2007/2008 diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa belum seperti yang diharapkan dimana rata-rata yang berhasil mendapat nilai A hanya 4,6%, nilai B sebesar 24,01%, nilai C sebesar 53,44% dan masih adanya mahasiswa yang memperoleh nilai D sebesar 14,8%, serta gagal 3,08% dan IP 2,16. Kondisi empat tahun terakhir ini memperlihatkan prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah Manajemen Konstuksi I masih relatif rendah. Studi ini dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (class action 80
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
research). Secara rinci tujuan tersebut adalah sebagai berikut : a. Menemukan metode dan strategi pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa agar lebih mudah dalam menguasai materi perkuliahan. b. Meningkatkan efektivitas belajar mahasiswa guna meningkatkan prestasi belajarnya. c. Membiasakan mahasiswa berfikir sistematis dan mengembangkan kemampuan kognitif secara kreatif untuk memperkaya wawasan dalam penguasaannya terhadap materi perkuliahan. Selanjutnya melalui studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat yakni terbentuknya pola pikir mahasiswa yang sistematik, baik dalam menguasai materi perkuliahan maupun mengimplementasikannya untuk
ISSN : 1858-3709
pemecahan masalah yang relevan dengan kajian bidang ilmu. Dengan terbentuknya pola pikir mahasiswa yang sistematis dan cara belajar yang efektif maka hasil belajar mahasiswa juga akan meningkat. Selain itu, strategi pembelajaran yang dihasilkan melalui studi ini juga dapat dimanfaatkan untuk diimplementasikan dalam mata kuliah lain yang relevan.pendidikan sebelumnya dalam hal ini dianggap sama sebab jenjang pendidikan tersebut menggunakan kurikulum yang sama. METODOLOGI Aktivitas pembelajaran yang dilakukan dikelompokkan dalam empat tahap yaitu tahap Persiapan, Pre Test, Perlakuan Pembelajaran dan Post Test Ke empat tahap aktifitas pembelajaran ini di tabelkan pada tabel 1.
Tabel 1. Implementasi Aktivitas Pembelajaran dan Indikator Output Tahapan
Aktivitas Pembelajaran 1.
Menganalisis GBPP dan SAP
2.
Menyusun tujuan yang akan dicapai setelah PBM. Menyiapkan materi kuliah tatap muka (dalam 14 kali pertemuan)
3. Persiapan 4. 5.
Pre Test
Perlakuan Pembelajaran
Post Test
Mengembangkan item-item tugas terstruktur dan tugas kreativitas. 5.Menyusun materi tes (Tes awal relevan dengan tes akhir
Melakukan tes awal
Indikator out put 1. Batasan lingkup materi kuliah 2. Rumusan kompetensi yang akan dicapai 3. Modul berisi bahan pengajaran untuk 14 kali pertemuan. 4. Modul tugas terstruktur dan tugas kreativitas 5. Instrumen tes (soal-soal) untuk pre dan post test Menemukan mahasiswa
kemampuan
awal
1. Melaksanakan perkuliahan tatap muka dengan 1. Pencapaian target per-kuliahan kombinasi metode ceramah, tanya jawab, 2. Pengembangan wawasan demosntrasi, diskusi,dan sebagainya 2. Memberikan tugas terstruktur da tugas kreativitas. mahasiswa terhadap materi kuliah pengu-asaan 3. Menganalisis hasil belajar mahasiswa sebagai 3. Perkembangan mahasiswa dalam tahapan progres setiap minggunya pertemuan (selama 14 Perlakuan pembelajaran dilaksanakan selama 1 pertemuan) semester (14 kali tatap muka) 1. Melaksanakan tes akhir kepada mahasiswa dan melakukan analisis pencapaian kompetensi 2. Membuat kesimpulan hasil studi
1. Mengetahui kompe-tensi sebagai hasil belajar mahasiswa 2. Laporan hasil studi dan rekomendasi
81
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
ISSN : 1858-3709
Dan di gambarkan pada bagan 1. Perkuliahan Tugas Terstruktur Pre Test
PBM Tatap muka
Post Tes Tugas Kreativitas
O
X1
Rancangan indikator yang ditetapkan dalam studi ini diperlihatkan pada tabel 2. Tabel 2. Indikator Kinerja (Rancangan)
Basel Final ine 4,6 ≥10% %
No
Indikator Kinerja
1
Perolehan nilai A
2
Perolehan nilai D
3
Perolehan nilai E 3,08 (gagal) %
0%
4
Rata-rata nilai (IP) 2,16 MK Manajemen Konstuksi I
≥2,75
14,87 ≤ 5 % %
Catatan: - Baseline didasarkan pada data empat tahun terakhir - Final adalah hasil yang diharapkan setelah program selesai dilaksanakan HASIL Setelah proses pembelajaran yang menggunakan strategi penugasan terstruktur dan kreativitas selesai dilaksanakan, hasil belajar mahasiswa dapat diukur melalui test yang dirancang khusus untuk mengukur kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah ini sesuai dengan GBPP yang digunakan. Dalam hal ini kemampuan atau kompetensi mahasiswa diukur melalui empat tahapan
X2 test. Proses pengolahan data dilakukan dengan melakukan akumulasi dari skor hasil pengukuran dikalikan dengan bobot pokok bahasan (soal) dibagi dengan total bobot dan jumlah soal (pokok bahasan). Dalam penetapan nilai hasil belajar ini sengaja tidak diikutkan nilai tugas dan ujian tengah semester, hal itu dimaksudkan untuk memperkecil bias tentang penetapan nilai akhir mahasiswa. Tugas-tugas yang diberikan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan. Tugas-tugas tersebut merupakan bagian dari proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yakni penguasaan mahasiswa terhadap materi perkuliahan, karena itu kemampuan mahasiswa diukur hanya dengan test yang didisain khusus untuk itu sehingga dapat mencerminkan tingkat penguasaan mahasiswa yang sesungguhnya. Proses penghitungan nilai akhir mahasiswa dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini disajikan tabel distribusi untuk sebaran nilai dari hasil belajar mahasiswa. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai
No 1 2 3 4 5
Rentangan Nilai F.rel Fi Skor Mutu (%) 85,0 - 100 A 4 14,8 75,0 - 84,9 B 16 59,3 65,0 - 74,9 C 6 22,2 55,0 - 64,9 D 1 3,7 0,0 - 54,9 E 0 0
82
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
Data di atas memperlihatkan suatu capaian hasil belajar yang tergolong baik. Tidak ada mahasiswa yang gagal, nilai D hanya satu orang, selebihnya menumpuk dalam kelompok nilai B. Selanjutnya hasil capaian hasil belajar mahasiswa dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan strategi penugasan terstruktur dan tugas kreativitas, dibandingkan dengan performan indikator yang ditetapkan pada saat sebelum program ini dilaksakan. Data bandingan tersebut disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Performan Indikator dan Realisasi Capaian Hasil Belajar No 1 2 3 4
Indikator Kinerja
Base line
Perolehan nilai A Perolehan nilai D Perolehan nilai E (gagal) Rata-rata nilai (IP)
4,6 %
Targe Keterang t Rea lisasi an Final ≥10% 14,8 % Tercapai
14,87 % 3,08 %
≤5%
3,7 %
Tercapai
0%
0%
Tercapai
2,16
≥2,75
2,85
Tercapai
Performan indikator sebagaimana ditargetkan pada awal program terbukti dapat tercapai setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Dari distribusi data perolehan nilai A dari 4,6% baseline dan target 10% ternyata dapat terlampaui dalam realisasinya yang mencapai 14,8%. Demikian juga dengan perolehan nilai D yang dapat ditekan dari 14,87% menjadi 3,7% melampaui batas capaian yang ditargetkan. Demikian juga dengan indeks prestasi rata-rata dari 2,16 naik menjadi 2,85. Kenyataan di atas memperlihatkan bahwa proses pembelajaran apabila dikelola dengan perencanaan yang matang dan implementasi yang tepat maka akan menghasilkan capaian hasil belajar yang sangat baik. Analisis permasalahan secara cermat dan mencari alternatif solusi secara tepat menjadi dasar bagi keberhasilan suatu program pembelajaran.
ISSN : 1858-3709
PEMBAHASAN Sebagaimana dipaparkan pada uraian sebelumnya bahwa hasil belajar mahasiswa yang proses pembelajarannya menggunakan strategi penugasan terstruktur dan tugas kreativitas jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional yang terkesan menjadikan mahasiswa kurang aktif. Banyak kelemahan yang ditemui dalam implementasi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini, akan tetapi mahasiswa selalu menjadi korban dari suatu proses yang tidak terencana dengan baik. Kegagalan mahasiswa untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi selalu dituduhkan kepada kesalahan mahasiswa semata yang dinilai tidak mampu, sedangkan kelemahan dari proses perkuliahan karena dosen tidak melaksanakannya secara baik jarang sekali dipermasalahkan. Kepedulian dosen untuk menyelenggarakan proses perkuliahan dengan benar tentu akan menghasilkan prestasi belajar mahasiswa yang lebih baik. Jika selama ini hasil belajar mahasiswa rendah itu dipengaruhi oleh banyak faktor dimana proses perkuliahan yang tidak benar merupakan salah satu penyebabnya. Dosen kurang memperhatikan perkembangan mahasiswa, persiapan materi kuliah oleh dosen tidak optimal, tugas-tugas dan evaluasi tidak direncanakan dengan baik, metode penyampaian yang selalu monoton dan banyak faktor lain yang menyebabkan hasil belajar tidak optimal. Sebaliknya jika proses perkuliahan dirancang dengan baik, segala sesuatunya didisain secara cermat dan diimplementasikan dengan benar maka hasil belajar yang dicapai mahasiswa juga akan jauh lebih baik. Hal itu terbukti dalam program ini, dimana dengan menggunakan strategi penugasan terstruktur dan kreativitas maka hasil belajar yang dicapai mahasiswa jauh lebih baik dari pada dengan proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. Pemberian tugas secara terencana tentu akan mengarahkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas belajar menjadi lebih
83
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
efektif. Tugas-tugas yang dikembangkan dengan benar akan membantu mahasiswa untuk lebih mudah menguasai materi perkuliahan sehingga hasil belajar mereka akan meningkat. Hal ini sejalan dengan hakekat dari pemberian tugas itu sendiri yang menuntun mahasiswa untuk melakukan aktivitas belajar di luar kelas dengan memanfaatkan waktu belajar yang lebih luas, sumber belajar yang lebih beragam dan metode belajar yang lebih bervariasi sehingga hasil belajar juga akan meningkat (Abu Ahmadi ,1997 ; Nasution, 1998). Hal ini sejalan dengan pendapat Hunter (1997), Abu Ahmadi (1997) dan Rooijakers (1991) yang menegaskan bahwa pemberian tugas yang dirancang secara benar akan sangat membantu mahasiswa untuk lebih menguasai materi perkuliahan, sebab pemberian tugas tersebut akan membentuk pola belajar mahasiswa yang lebih baik seperti memperluas wawasan mahasiswa di luar kuliah tatap muka, mengaktifkan mahasiswa untuk menyelesaikan sendiri masalahnya, memupuk disiplin belajar, memanfaatkan waktu belajar secara efisien dan memupuk tanggung jawab. Meskipun pemberian tugas terstruktur mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa, akan tetapi metode ini memiliki kelemahan apabila tidak didisain dengan benar. Materi tugas harus dikembangkan sesuai dengan GBPP dan dimaksudkan untuk mengarahkan mahasiswa lebih menguasai materi kuliah yang diperoleh dari pertemuan tatap muka di kelas. Namun demikian jika dosen tidak cermat, tugas terstruktur yang diberikan kepada mahasiswa dapat tidak memiliki manfaat apabila tidak dimonitoring dengan cermat, sebab tugas-tugas tersebut dikerjakan di luar kelas sehingga tidak dapat dijamin apakah mahasiswa mengerjakan tugasnya sendiri atau orang lain yang menyelesaikannya. Demikian juga dengan tugas bersifat umum, yaitu pemberiam tugas yang sama materinya untuk semua mahasiswa. Hal ini memiliki
ISSN : 1858-3709
kelemahan, sebab bisa saja satu orang mahasiswa yang menyelesaikan tugas tersebut sedangkan yang lain hanya menirunya. Karena itu bentuk dan materi tugas harus dirancang secara bervariasi dan ada moment untuk mempertanggungjawabkan tugas tersebut sehingga mahasiswa harus melakukan aktivitas belajar sendiri untuk menyelesaikan tugas tersebut. Inilah letak kekeliruan yang selama ini terjadi karena tidak dipantau dosen secara cermat. Kelemahan lain dari tugas terstruktur adalah kecenderungan mahasiswa hanya mampu menyelesaikan permasalahan yang sama, artinya mahasiswa hanya mampu menyelesaikan permasalahan seperti yang dicontohkan dalam materi perkuliahan. Oleh sebab itu dosen harus merancang secara benar sehingga kemampuan yang akan dimiliki mahasiswa melalui penugasan terstruktur tidak hanya meniru atau merefleksi contoh soal, tetapi harus mampu mengembangkannya untuk permasalahan yang lebih kompleks. Ini merupakan peran besar dosen untuk mau mengembangkan materi tugas dengan benar agar hasil belajar mahasiswa dapat lebih adaptif terhadap perkembangan permasalahan yang dihadapi di masyarakat. Untuk tugas kreativitas dapat dikatakan memiliki banyak keunggulan dibanding bentuk tugas terstruktur maupun tugas lainnya. Tugas kreativitas mengharuskan mahasiswa tidak hanya mampu menyelesaikan soal/permasalahan, tetapi mahasiswa juga dituntut untuk mampu menciptakan suatu problem untuk diselesaikan dengan menggunakan formula yang dipelajari dalam mata kuliah ini. Dari analisis terhadap tugas mahasiswa ditemui banyak sekali mahasiswa yang mampu menyelesaikan tugas terstruktur dimana soal diberikan oleh dosen, tetapi mereka tidak mampu membuat dengan baik tugas kreativitas. Dalam memodifikasi atau menciptakan suatu permasalahan dalam bidang keteknikan menuntut pemahaman yang lebih tinggi, sebab mahasiswa harus
84
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
memiliki wawasan yang luas tentang permasalahan tersebut untuk bisa menciptakan suatu masalah, dan mampu pula menyelesaikan permasalahan dalam kasus yang diciptakan tersebut dengan pendekatan ilmiah melalui rumus-rumus yang dipelajari dalam mata kuliah ini. Oleh sebab itu ada mahasiswa yang menyatakan “Pak, lebih mudah bagi saya menyelesaikan tugas yang Bapak berikan daripada saya ditugaskan untuk membuat soal sendiri untuk diselesaikan sendiri (tugas kreativitas), sebab beberapa kali saya membuat soal ternyata soal tersebut salah atau tidak tepat, padahal saya menguasai rumus dan teknik untuk menyelesaikan permasalahn tersebut, dan itu telah saya buktikan dengan kemampuan saya menyelesaikan dengan benar tugas/soal yang Bapak berikan”. Melalui studi ini dapat terbukti bahwa hasil belajar mahasiswa menjadi meningkat cukup signifikan dengan menggunakan strategi penugasan. Pemberian tugas kreativitas merupakan metode yang sangat besar dampaknya terhadap penguasaan mahasiswa, mahasiswa bukan saja mampu menyerap materi yang disajikan dosen, tetapi juga mampu mengembangkan dan menerapkannya untuk menyelesaikan kasus-kasus yang relevan. Ini sejalan dengan sifat utama dari tugas kreativitas yang mengembangkan kemampuan berfikir kreatif yang di dalamnya terkandung lima sifat utama yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration dan redefinition (Supriadi, 1994). Kompetensi capaian yang diperoleh dari tugas kreativitas ini akan membentuk pola pikir mahasiswa secara lebih komprehensif. Sifat fluency atau kelancaran merupakan kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Flexibility adalah keluwesan mahasiswa dalam mengemukakan berbagai pendekatan untuk memecahkan masalah. Originality merupakan kemampuan mencetuskan gagasan dalam cara-cara yang asli dan tidak klise. Elaborasi adalah kemampuan
ISSN : 1858-3709
menguraikan sesuatu secara rinci. Redefinition diartikan sebagai suatu kemampuan meninjau suatu permasalahan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang yang sudah diketahui oleh banyak orang. Kemampuan berfikir kreatif dalam tatanan terapan materi kuliah akan membentuk suatu aktivitas belajar mahasiswa menjadi belajar bermakna (meaning full) yang akan bermuara kepada motivasi untuk mencapai prestasi belajar lebih tinggi (Joyce and Marsha, 1992). Pemberian tugas kreativitas menuntut wawasan yang luas terhadap bidang ilmu mahasiswa, selain penguasaan terhadap materi pokok perkuliahan dan terapannya. Untuk itu dibutuhkan dukungan fasilitas belajar yang cukup baik penyediaan buku, jurnal maupun sumber belajar online seperti internet. Tanpa dukungan itu mahasiswa akan sulit dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menerapkan materi perkuliahan dalam problematikan bidang keteknikan. Jika aktivitas kretaivitas belajar ini tidak berkembang maka aktivitas belajar kembali seperti belajar konvensional dimana mahasiswa lebih terfokus kepada penguasaan materi perkuliahan yang bersifat adopsi atau hafalan serta kurang mampu menerapkannya di bidang keteknikan. Kondisi seperti ini akan menghambat transfer of learning, dan jika hal itu terjadi maka pembentukan berfikir ilmiah akan menemui hambatan sehingga mahasiswa hanya mampu menguasai materi kuliah atau berprestasi di dalam universitas tetapi gagal untuk berperan aktif atau berprestasi di masyarakat (Martinez Joseph G.R dan Martinez nancy, 2006). Pemberian tugas kepada mahasiswa baik tugas terstruktur maupun tugas kreativitas terbukti mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa yang sangat berarti. Artinya, apabila dosen mau menyelenggarakan proses pembelajaran dengan melakukan perencanaan secara matang dan mengembangkan materi penugasan yang tepat sebagaimana dikembangkan dalam tugas terstruktur dan
85
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
kreativitas serta menggunakan metode penyampaian yang inovatif dimana mahasiswa dituntut lebih aktif maka hasil belajar mahasiswa juga akan meningkat. Persoalannya adalah apakah tuntutan aktivitas instruksional yang cukup berat dan harus dilakukan oleh dosen tersebut dapat diimbangi oleh dukungan fasilitas dari pihak universitas. Artinya, untuk mencapai hasil belajar mahasiswa yang lebih baik dibutuhkan penyelenggaraan perkuliahan yang bermutu seperti dituntut dalam studi ini contohnya. Dengan demikian dosen harus siap melakukan pekerjaannya tidak hanya sekedar melepaskan tugas sebagai aktivitas rutin, tetapi harus penuh dengan pemikiran,sikap dan tindakan inovatif. Sebaliknya pula, jika dosen dituntut untuk melaksanakan aktivitas instruksional seperti itu pihak universitas juga harus menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung implementasi dari suatu proses pembelajaran yang bermutu tersebut. Tanpa dukungan fasilitas belajar yang cukup maka implementasi pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu paduan dari dua pihak yakni dosen dan universitas akan mampu mengkondisikan atmosfir akademik yang kondusif sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. SIMPULAN Melalui paparan pembahasan, dalam implementasi perkuliahan yang dilaksanakan dengan menggunakan metode konvensional (aktivitas mengajar dosen lebih dominan) memiliki beberapa perbedaan karakteristik dengan metode inovatif (penekanan kepada aktivitas belajar mahasiswa). Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses belajar-mengajar tidak dapat akan berhasil baik apabila dilaksanakan tanpa perencanaan yang cermat. Proses belajar mengajar harus direncanakan secara matang berdasarkan analisis kebutuhan yang memperhatikan
ISSN : 1858-3709
karakteristik mahasiswa, kurikulum dan tuntutan stakeholder, yang dilanjutkan dengan implementasi aktivitas instruksional secara benar. Tanpa itu hasil belajar mahasiswa tidak akan optimal. 2. Strategi penugasan terstruktur mampu mengarahkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas belajar secara tepat waktu dan tepat sasaran sehingga meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap materi perkuliahan dalam kurun waktu lebih singkat dan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan pemberian tugas-tugas umum lainnya. 3. Pemberian tugas kreativitas sangat efektif dalam mengembangkan aplication of skill mahasiswa terhadap permasalahan di bidang kerja. Strategi ini juga akan meningkatkan transfer of learning kepada mahasiswa untuk mengembangkan penguasaan materi kuliah dalam bidang ilmunya. 4. Proses pembelajaran untuk matakuliah Manajemen Konstruksi I dengan menggunakan strategi penugasan terstruktur dan kreativitas terbukti mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa dibanding menggunakan proses perkuliahan konvensional yang selama ini dilakukan di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Unand Capaian hasil belajar untuk kategori sangat baik (nilai A) naik dari 4,6 % menjadi 14,8 %, hasil belajar kategori kurang (nilai D) dapat ditekan dari 14,87 % menjadi 3,7% serta indeks prestasi rata-rata mahasiswa untuk mata kuliah Manajemen Konstuksi I dari 2,16 (selama ini) naik menjadi 2,85 (menggunakan strategi penugasan terstruktur dan kreativitas). 5. Pengembangan belajar dengan pendekatan inovatif seperti penggunaan strategi penugasan terstruktur dan kreativitas akan membentuk pola pikir mahasiswa secara lebih komprehensif. Mahasiswa tidak hanya mampu menguasai materi kuliah tetapi mampu
86
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
pula menerapkan dan mengembangkannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi di bidang ilmunya. Ini akan membimbing mahasiswa untuk berfikir, bersikap dan bertindak secara ilmiah dalam menyikapi berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nantinya sehingga terjadi transfer of learning. SARAN Dalam upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa, banyak faktor yang harus diperbaiki dari kondisi nyata proses perkuliahan yang selama ini dilaksanakan di Jurusan teknik Sipil Politeknik Unand. Kesiapan dosen dalam merancang aktivitas instruksional menjadi kunci keberhasilan usaha tersebut di samping dukungan fasilitas belajar dan karakteristik mahasiswa itu sendiri. Berikut ini ada beberapa saran yang diajukan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. 1. Penyelenggaraan perkuliahan harus dirubah dari proses mengajar menjadi proses pembelajaran. Dalam hal ini penekanan bukan kepada aktivitas mengajar yang dilakukan oleh dosen tetapi kepada aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa. Dosen harus mampu membuat mahasiswa untuk melakukan aktivitas belajar sesuai dengan rancangan yang telah dikembangkan dosen sehingga proses perkuliahan akan menjadi lebih aktif. 2. Jika menggunakan tugas terstruktur, sebaiknya dosen merancangnya secara cermat agar lebih variatif. Hal tersebut untuk menghindari duplikasi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Adanya momen untuk mempertanggung-jawabkan tugas merupakan salah satu cara untuk meluruskan tujuan pemberian tugas terstruktur agar tujuan dapat dicapai lebih optimal. Tanpa itu maka pemberian tugas terstruktur tidak lebih dari sekedar pemberian tugas lain pada umumnya dimana mahasiswa dapat
ISSN : 1858-3709
melakukan duplikasi dan pola belajar mahasiswa juga cenderung hanya menghafal atau memahami materi kuliah tanpa pengembangan aplikasi pemecahan masalah. 3. Pemberian tugas kreativitas sebaiknya diikuti dengan panduan tentang penerapan materi kuliah Manajemen Konstuksi I dan mata kuliah keteknikan lainnya sehingga meaning full learning dapat terjadi. Tanpa itu pemberian tugas kreativitas tidak akan memberikan hasil optimal dan menjadikan strategi ini tidak berbeda dengan metode tugas lain pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Joko TP (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia Gagne, Robert M (1990). The Conditions of learning and Theory of Instruction. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc. Gagne, Robert M et.al (1992). Principles of Instruction Design. New York : Holt Reinhart and Winston Inc. Hunter,
Madeline Instruction. Publication.
(1997). Improve California : TIP
Joyce,B dan Weil Marsha (1996). Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall Inc. Lily
Budiardjo (1997). “Metode Instruksional: Program Applied Approach” Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta : PAUPPAI Ditjen Dikti.
Martinez, Joseph G,R dan Martinez, Nancy (2006). “Teacher Effectiveness and Learning for Mastery”. Journal of Educational Research. www.Questia.com.
87
POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010
ISSN : 1858-3709
Mudhoffir (1990). Teknologi Istruksional. Bandung : Rosdakarya. Nana Sujana dan Ibrahim R (1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Nasution S (1998). Berbagai Pendekatan dalm Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bina Aksara. Ratna
Willis Dahar(1999). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Roestiyah (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Rooijakers,Ad (1991). Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakrta : Grasindo Supriadi,
Dedi (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung : Alfabeta.
Setyosari, Punaji (1991). Pengaruh Variasi Pemberian Latihan dalam Pengajaran terhadap Prestasi Belajar Matematika (Tesis). Malang: PPS IKIP Malang Suharto
(1988). Pengaruh Tugas Berkesinambungan terhadap hasil Belajar Mahasiswa (Tesis). Malang: IKIP Malang
88