PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP DIDALAM SUATU KONFLIK DALAM RUMAH TANGGA STMIK “AMIKOM” Yogyakarta
NAMA
: SINGGIH YUDHA PRASETYA
NIM
: 11.11.4893
KELOMPOK
:D
PROGAM STUDI
: S1
JURUSAN
: TEKNIK INFORMTIKA
Drs. Tajahudin Sudibyo
Latar Belakang Masalah Pancasila sebagai landasaan idiil dari system pemasyarakatan, menyebutkan adanya keseimbangan dan keselarasan baik dalam hidup manusia secara pribadi, dalam bangsabangsa lain maupun hubungannya dengan Tuhan. Dalam hal ini, Bahrudin Soerjobroto mengemukakan: “Pemasyarakatan dinyatakan sebagai usaha untuk mencapai kesatuan hidup, kehidupan dan penghidupan yang terjalin antara individu pelanggar hokum dengan pribadinya sebagai manusia, antar pelanggar dengan sesame manusia, antara pelanggar dengan masyarakat serta alamnya, kesemuanya dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa”. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengamanatkan bahwa system pemasyarakatan bertujuan untuk mengembalikan warga binaan pemasyarakatan sebagai warga yang baik dan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tidak pidana oleh warga binaan serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sistem pemasyarakatan menitikberatkan pada usaha perawatan, pembinaan, pendidikan, bimbingan warga binaan pemasyarakatan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan hubungan yang asasi antara individu warga binaan dengan masyarakat. Butir-butir sila kedua pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap”: 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8. Berani membela kebenaran dan keadilan. 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. 10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Rumusan Masalah Bersamaan dengan tugas akhir ini, agar penyajian semakin lengkap. Saya sajikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap” dalam kehidupan masyarakat ? 2. Apa sajakah kewajiban pemerintah dalam menekan angka kekerasan dalam rumah tangga? 3. Bagaimana akibatnya kekerasan dalam rumah tangga? 4. Mengapa masih ada kekerasan didalam rumah tangga, padahal sudah ada hokum yang mengaturnya? 5. Apa bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga itu, dan bagaimana sanksinya? Dalam rumusan masalah diatas akan terangkan bagaimana cara menanggulanginya dengan beberapa tinjuan atau beberapa pendekatan melalui pendekatan yuridis, sosiologis maupun historis. Saya juga menyertakan pembahasan berserta kesimpulan setelah melewati beberapa pendekatan.
Pendekatan A. Historis Keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tentram, dan damai merupakan dambaan setiap orang dalam rumah tangga. Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dijamin oleh Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Dengan demikian, setiap orang dalam lingkup rumah tangga dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus didasari oleh agama. Hal ini perlu terus ditumbuhkankebangkan dalam rangka membangun keutuhan rumah tangga. Untuk mewujudkan keutuhan dan kerukunan tersebut, sangat tergantung pada setiap orang dalam lingkup rumah tangga, terutama kadar kualitas perilaku dan pengendalian diri setiap orang dalam lingkup rumah tangga tersebut. Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas dan pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang pada akhirnya dapat terjadi kekerasan dalam rumah tangga sehingga timbul ketidakamanan atau ketidakadilan terhadap orang yang berada dalam lingkup rumah tangga tersebut. Dalam beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di satu semester ini sudah terjadi 300 kasus. Keruntuhan atau ketidakadilan di rumah tangga yang terjadi di Jakarta sudah kerap terjadi, jumlah ini masih bisa ditekan jika suami dan istri saling memberi pengertian dan keadilan dalam rumah tangga, dalam tahun 2010 kemarin di Jakarta sudah mencapai 1200 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa masih kerap terjadi peningkatan kekerasan didalam hubungan rumah tangga. tidak hanya dalam keharmonisan yang menyebabkan keruntuhan dalam rumah tangga, salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dalam keruntuhan rumah tangga adalah masalah ekonomi. Sudah banyak contoh keretakan rumah tangga akibat masalah ekonomi yang tidak stabil. Biasanya terjadi pada masyarakat bawah, karena lebih besar penanggungan daripada pendapatan. Tapi bukan hanya masyarakat bawah yang sering mengalami masalah kekerasan rumah tangga, sebagai kita bisa lihat pada tahun lalu banyak public figure atau artis yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. sebagai contoh kasus KDRT yang dialami penyanyi dangdut Cici Paramida pada tahun 2009 lalu. Korban sempat mengalami luka memar di wajah akibat penabrakan yang diduga dilakukan oleh suaminya sendiri, Suhaebi.
Oleh karena itu, diperlukan pengaturan tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga secara tersendiri karena mempunyai kekhasan, walaupun secara umum didalam UndangUndang Hukum Pidana telah diatur mengenai penganiayaan dan kesusilaan serta penelantaran orang yang perlu diberikan nafkah dan kehidupan. Undang-Undang tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini terkait erat dengan beberapa peraturan perundang-undangan lain yang sudah berlaku sebelumnya, anatar lain:
UU 1/1946 tentang Undang-Undang Hukum Pidana serta perubahannya
UU 8/1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana
UU 1/1974 tentang Perkawinan
UU 7/1984 tentang 28 Pengesahan KOnvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Woman)
UU 39/1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang ini juga mengatur ihwal kewajiban bagi aparat penegak hokum, tenaga kesehatan, pekerjaan sosial untuk melindungi korban agar mereka lebih sensitive dan responsive terhadap kepentingan rumah tangga yang sejak awal diarahkan pada keutuhan dan kerukunan rumah tangga. untuk melakukan pencegahan kekeraasan dalam rumah tangga, Menteri yang bertugas di bidang pemberdayaan perempuan melaksanaan tindakan penccegahan, antara lain, menyelenggarakan komunikasi informasi dan edukasi tentang pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.
Pembahasan Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalm Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup rumah tangga. Dalam butir-butir sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap didalam penerapan kasus kekerasan dalam rumah tangga dapat dilihat dari sisi keadilan dan keestaraan yakni suatu keadaan dimana perempuan dan laki-laki menikmati status yang setarad dan memiliki kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensinya bagi keutuhan dan kelangsungan rumah tangga secara proposional. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga:
Kekerasan Fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Kekerasan Psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya driri, kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang.
Kekerasan Seksual, yaitu setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksusal, pemaksaan secara tidak wajar, tidak disukai, pemaksaan dengan orang lain untuk komersial atau diperjual belikan.
Pemelantaran Rumah Tangga, yaitu perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, padahal mehnurut hokum yang berlaku bagi yang bersangkutan atau karena persentujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orng tersebut. Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
Dari beberapa bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT diatas, dapat kita ketahui bahwa semua ada pidananya menurut Pancasila dan hokum yang belaku di Indonesia. Adapun ketentuan pidana dari bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga, yaitu: 1. Kekerasan Fisik DELIK
SANKSI
Kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
Penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
Kekerasan fisik yang mengakibatkan korban
Denda paling banyak Rp. 15 juta
Penjara paling lama 10 (sepuluh)
luka berat
tahun, atau
Kekerasan fisik yang mengakibatkan matinya
Denda paling banyak Rp. 30 juta
Penjara paling lama 15 (limabelas)
korban
Kekerasan
tahun, atau
fisik
yang
dilakukan
suami
Denda paling banyak Rp. 45 juta
Penjara paling lama 4 (empat) bulan,
terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau
Denda paling banyak Rp. 5 juta
2. Kekerasan Psikis DELIK Kekerasan psikis dalam lingkup rumah
SANKSI
tangga
Penjara paling lama 3 (tiga) tahun, atau
Kekerasan psikis yang dilakukan suami
Denda paling banyak Rp. 3 juta
Penjara paling lama 4 (empat) bulan,
terhadap istri atau sebaliknya yamg tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalm
atau
Denda paling banyak Rp. 3 juta
melakukan pekerjaan sehari-hari 3. Kekerasan Seksual DELIK Kekerasan seksual
SANKSI
Penjara paling lama 12 (duabelas) tahun, atau
Denda paling banyak Rp. 36 juta
Memaksa orang yang menetap dalam rumah
tangganya melakukan hubungan seksual
Penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun, atau
Denda paling sedikit Rp. 12 juta dan paling banyak Rp. 300 juta
Mengakibatkan korban mendapat luka yang
tidak dapat member kesembuahan sama sekali, gugur, atau matinya janin
Penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun, atau
Denda paling sedikit Rp. 25 juta dan paling banyak Rp. 500 juta
4. Penelantaran Rumah Tangga DELIK Menelantarkan orang lain dalam lingkup
SANKSI
rumah tangga
Penjara paling lama 5 (lima) tahun, atau
Denda paling banyak Rp. 15 juta
Sesuai dari judul yang saya buat, saya akan berikan contoh kekerasan dalam rumah tangga yang dialami penyanyi dangdut cici paramida akibat penganiayaan terhadap dirinya yang diduga dilakukan oleh suaminya sendiri, suhaebi. Dalam report media berita online, suami akhirnya ditahan Polres Bogor. Dia dijerat dengan pelanggaran pasal 44 ayat 1 UU No 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Dari contoh kasus kekerasan dalam rumah tangga diatas dapat kita ketahui bukan hanya masyarakat bawah yang terkena dampak KDRT. Ketidakharmonisan suami istri yang baru menikah sekitar 1,5 bulan kandas ditepi jalan, dan diakhiri di peradilan. Sungguh ironis, dan masih banyak contoh kasus KDRT. Bukan hanya kewajiban kita menjaga hubungan, tetapi juga kewajiban Pemenrintah untuk melakukan upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karenanya, sebagai pelaksanaan tanggung jawab tersebut, pemerintah harus Merumuskan kebijakan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, Menyelenggarakan komunikasi, informasi dan Edukasi tentang kekerasan dalam rumah tangga, Menyelenggarakan Advokasi dan Sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga, Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihahan sensitive dan isu kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan standard an akreditasi pelayanan yang sensitive.
Untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing dapat melakuakan upaya:
Penyediaan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di kantor kepolisian
Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial dan pembimbing rohani
Pembuatan dan pengembangan system dan mekanisme kerjas sama progam pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban
Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga, dan teman korban.
Dalam upaya tersebut, pemerintah dan pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat atau lembaga sosial lainnya.
Kesimpulan & Saran Keutuhan dan kerukunan rumah tangga adalah suatu dasar yang sangat penting dalam membina suatu bahtera hidup. Tidak hanya dukungan dari suami dan istri, pemerintah serta masyarakatpun harus ikut serta melestarikan keutuhan dan kerukunan hidup didalam rumah tangga. hal ini adalah yang paling pokok mencegah kekerasan dalam rumah tangga. tidak perlu repot mengurus segalanya, cukup dengan keyakinan, niat, serta keadilan akan dapat meminimalisir kekerasan atau keruntuhan dalam suatu rumah tangga. Akibat yang terjadi apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga, tidak hanya terjadi pada suami dan istri itu sendiri, tapi yang terpenting adalah anak. Jika anak sudah menjadi korban, akan sangat berakibat fatal untuk tumbuh kembangnya. Makanya kita harus punya rencana jika ingin rumah tangga kita tidak mengalami keruntuhan apalagi kekerasan. Kiata harus punya sikap untuk memilih pasangan hidup, karena dialah yang yang bisa memimpin, menjaga agar tidak terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
ABSTRAK Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikis dan penelantaran rumah tangga. Penerapan sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap” dalam suatu konflik di rumah tangga atau kekerasan sangatlah pas. Kita harus punya pandangan dalam hidup rumah tangga tentunya dengan mencontoh sila kedua Pancasila, yaitu yang bersifat adil dan beradap. Adil disini kita berharap bukan sama rata, melainkan porsi kita itu bagaimana dan Adap adalah suatu sikap yang baik. jadi penulisan makalah ini mengacu pada sumber hokum, pasal-pasal, dan tentunya pancasila sebagai pandangan hidup kita. Sedikit abstrak untuk penulisan makalah ini.
REFRENSI Bahrudin Soerjobroto, Ilmu Pemasyarakatan (Pandangan Singkat), Jakarta : AKIP, 1986, hal 8. Peri Umar Farouk, Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga (ebook), http://dc299.4shared.com/download/ybawhoJC/Tindak-pidana-kekerasan-dalam-.zip
(diakses
:
oktober 2011) ,
Kasus
KDRT
Cici
http://beritapanasdingin.blogspot.com/2009/06/kasus-kdrt-cici-paramida-inilah.html oktober 2011)
Paramida, (diakses
:
, 300 Kasus KDRT Terjadi di Jakarta Selama Satu Semester, http://news.okezone.com/read/2011/07/04/338/475762/300-kasus-kdrt-terjadi-di-jakarta-selamasatu-semester (diakses : oktober 2011)